8 minute read

B. Menelaah Unsur Buku Fiksi dan Nonfiksi

Next Article
Refleksi

Refleksi

cerita pendek yang memiliki keterbatasan dalam jumlah kata yang digunakan dalam menyampaikan isi cerita. Panjang cerita pendek bervariasi. Ada cerpen yang pendek (short short story), bahkan mungkin pendek sekali yang berkisar 500-an kata, ada cerpen yang panjangnya cukupan (middle short story), serta ada juga cerpen yang panjang (long short story) yang terdiri dari puluhan bahkan beberapa puluh ribu kata. Karya sastra yang disebut sebagai novelet adalah karya sastra yang lebih pendek dari novel, tetapi lebih panjang dari cerpen, katakanlah pertengahan di antara keduanya. Cerpen panjang yang terdiri dari puluhan ribu kata tersebut disebut dengan novelet.

Kegiatan 3: Mengidentifikasi jenis-jenis buku nonfiksi

Advertisement

Karya nonfiksi adalah sebuah hasil karangan dalam bentuk cerita nyata atau cerita kehidupan setiap hari yang dituliskan menjadi sebuah cerita. Hal ini menjelaskan bahwa nonfiksi merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi atau karya yang bersifat faktual. Biasanya, ceritacerita nonfiksi melihat sebuah momentum atau kejadian yang penting dan menarik, kemudian diangkat kembali dengan menonjolkan nilai-nilai penting di dalamnya. Karangan non fiksi bisa berupa sebuah buku ilmiah, artikel, feature, tesis skripsi, laporan, buku pelajaran, biografi, esai, jurnal, memoar, otobiografi, dll.

B. MENELAAH UNSUR BUKU FIKSI DAN NONFIKSI Kegiatan 1: Mengidentifikasi unsur intrinsik buku fiksi

Buku fiksi memiliki berbagai banyak jenis, seperti buku novel, cerpen, dongeng, kumpulan puisi, komik, drama, dan lain-lain. Namun, dari berbagai jenis buku fiksi tersebut, jenis buku fiksi yang terkenal adalah novel dan cerpen. Sedangkan buku nonfiksi merupakan buku yang dibaca untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai hal-hal faktual, nyata, dan benar adanya terhadap dunia sekitar. Buku nonfiksi pada umumnya banyak dijumpai di sekolah-sekolah. Buku nonfiksi memiliki berbagai banyak jenis, seperti buku biografi,buku pelajaran, buku ensiklopedia, buku ilmiah (karya ilmiah), dan lain-lain. Novel dan cerpen terbentuk karena terdapat unsur pembangun di dalamnya. Unsur pembangun novel dan cerpen terbagi menjadi dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang berasal dari dalam novel, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berasal dari luar novel.

Unsur intrinsik novel sama seperti unsur intrinsik cerpen, yaitu tema, alur/ plot, latar, tokoh, penokohan, amanat, dan sudut pandang. Berikut adalah penjelasannya. a. Tema Tema sebagai “makna sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana”. Tema, menurutnya, kurang lebih dapat bersinonim dengan ide utama (central idea) dan tujuan utama (central purpose). Tema, dengan demikian, dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum, sebuah karya novel (Stanton dalam Nurgiyantoro, 2015:117).

b. Alur/Plot Alur/plot merupakan rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapantahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan para tokoh dalam suatu cerita. Plot cerita menyajikan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian dalam sifat kewaktuan dan hubungan-hubungan yang sudah diperhitungkan secara tertentu. Dari batasan-batasan tersebut diketahui bahwa plot merupakan rangkaian peristiwa yang berupa kejadian-kejadian yang jalin-menjalin dan memiliki hubungan sebab akibat (Aminuddin, 2009:83).

c. Latar

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu sejarah, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2015:302).

d. Tokoh Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita (Aminuddin, 2009:79).

e. Penokohan Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku (Aminuddin, 2009:79).

f. Amanat Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Amanat dapat disampaikan secara implisit dan eksplisit (Suyoto, 2008:14).

206 Buku Siswa SMP/Mts Kelas IX

g. Sudut Pandang Sudut pandang atau pusat pengisahan dipergunakan untuk menentukan arah pandang pengarang terhadap peristiwa-peristiwa di dalam cerita sehingga tercipta suatu kesatuan cerita yang utuh. Oleh karena itu, sudut pandang pada dasarnya adalah visi pengarang. Sudut pandang menyangkut teknik bercerita, yakni soal bagaimana pandangan pribadi pengarang akan dapat terungkap sebaik-baiknya dalam fiksi. Untuk itu pengarang harus memilih tokoh manakah dalam fiksinya yang akan disuruh bercerita (Sayuti, 2017:177-178).

Kegiatan 2: Mengidentifikasi unsur ekstrinsik buku fiksi

Selain memiliki unsur intrinsik, karya sastra novel dan cerpen juga memiliki unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, namun secara tidak lagsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra (Nurgiyantoro, 2000:24). Unsur ekstrinsik ini antara lain adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang mempunyai sikap, keyakian, dan pandangan hidup yang mempengaruhi karya sastra yang ditulisnya. Menurut Rene Wellek dan Austin Warren dalam Tjahajono (1988:450), pengkajian terhadap segi ekstrinsik karya sastra mencakup empat hal yaitu: 1. Mengkaji hubungan antara sastra dengan biografi atau psikologi pengarang. 2. Mengkaji hubungan sastra dengan aspek politik, sosial, ekonomi,budaya, dan pendidikan. 3. Mengkaji hubungan antara sastra dengan hasil pemikiran manusia, idologi,filsafat, pengetahuan, dan teknologi. 4. Mengkaji hubungan antara sastra dengan semangat zaman, atmosfer atau iklim aktual tertentu.

Kegiatan 3: Hubungan antar unsur dalam buku fiksi dan nonfiksi

Unsur-unsur dalam buku nonfiksi meliputi bagian cover buku, rincian subbab buku, judul subbab, isi buku, cara menyajikan isi buku, bahasa yang digunakan, dan sistematika penulisan. Sedangkan unsur-unsur yang terdapat dalam buku fiksi terdiri dari bagain cover, rincian subbab buku, judul subbab, tokoh, penokohan, tema, alur, sudut pandang, latar, dan amanat yang semuanya terkadung di dalam isi sebuah karangan fiksi.

Dengan mengamati unsur yang terkandung dalam buku fiksi dan nonfiksi, kita dapat menyimpulkan bahwa sebagian unsur memiliki kesamaan. Unsur yang sama yang dimiliki oleh buku fiksi dan nonfiksi adalah cover, subbab, dan judul subbab. Dalam hal perbedaan, buku nonfiksi memiliki isi yang ilmiah/ aktual/faktual, disajikan dengan bahasa yang baku dan memiliki sistematika yang standar. Sedangkan buku fiksi didukung dengan unsur inrinsik yang berupa tema, tokoh, latar, alur, penokohan, amanat, dan sudut pandang yang biasanya menggunakan bahasa yang cukup variatif (tidak baku) dan alur yang beraneka ragam.

Lembar Kegiatan Siswa 1. Perhatikan kutipan cerpen berikut! Sudah Dua Tahun

Pagi-pagi dia sudah menyambutku dengan seikat mawar putih dan kuning. Dan kami berpandangan. Sepasang mata yang sudah amat kukenal itu berbinar-binar, penuh kasih. Aku tersipu-sipu. Jantungku berdegup kencang. Perasaan seperti ini hampir tak pernah lagi kurasakan akhir-akhir ini, sejak aku mulai pacaran dengannya dua tahun silam.

Yang pasti, ini bukan apa yang disebut cinta pada pandangan yang pertama. Sebelum pacaran dengannya, aku sudah cukup baik mengenalnya, tanpa perasaan istimewa sedikitpun. Karena, dia pun tidak istimewa. Mana ada cowok sastra yang istimewa. Kalau tak aneh bak seniman tanggung, tentu agak feminin lah. Untunglah dia termasuk kategori yang pertama. Tak apa-apalah

Pada mulanya dulu, telingaku sering mendengar gosip bahwa dia naksir aku. Ah, apa iya? Aku tak terlalu berminat pada gosip semacam itu. Kalau saja aku masih muda seperti dulu ( aku sudah merasa tua sekarang ), tentu sudah kudatangi dia, dan “kusemprot” habis-habisan. Tapi . . . . Ah, harus ku akui kalau aku lalu jadi mulai memperhatikannya. Paling tak, aku ingin tahu seperti apa lagi sih,orang yang naksir padaku kali ini. Aha seorang lelaki muda, jangkung, agak kurus, dan berambut ikal.

Kutipan cerpen di atas setidaknya mengandung empat unsur cerita, yaitu latar, penokohan, alur, dan sudut pandang.

Berikut disajikan format tabel hasil analisis. Isilah tabel berikut berdasarkan pencermatan Anda!

Unsur Cerita Uraian

Latar

Tokoh

Penokohan

Alur

Sudut Pandang

Tabel 1.2 (Tabel lembar kegiatan siswa)

KEGIATAN 4: MENGIDENTIFIKASI UNSUR KEBAHASAAN BUKU FIKSI DAN NONFIKSI

Dengan mengamati setiap unsur kebahasaan yangterkandung dalam buku fiksi dan nonfiksi, dapat diketahui bahwa sebagian unsur memiliki kesamaan dan sebagian memiliki perbedaan. Unsur kebahasaan menjadi salah satu daya tarik buku fiksi dan nonfiksi. Unsur kebahasaan tersebut seperti, ungkapan, diksi, dan lain sebagainya.

1. Ungkapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ungkapan adalah kelompok kata atau gabungan kata yang menyatakan makna khusus (makna unsur-unsurnya sering kali menjadi kabur atau mengandung makna kias). Dalam buku fiksi, biasanya akan lebih meonjolkan ungkapan yang bersifat kiasan (konotatif), sedangkan dalam buku nonfiksi cenderung menggunakan ungkapan yang bersifat lugas (denotatif).

2. Diksi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Buku fiksi dan nonfiksi pun memiliki diksi atau pilihan kata yang berbeda. Diksi yang terdapat dalam buku nonfiksi biasanya menggunakan bahasan baku dan terkesan formal. Sedangkan dalam buku fiksi, diksi yang diguakan cenderung bebas. Artinya, penulis tidak diharuskan untuk menggunakan bahasa yang formal, tetapi dapat memadupadankan dengan bahasa informal.

3. Gaya Bahasa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu; keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra; cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan. Jarang kita temui gaya bahasa yang digunakan dalam buku-buku nonfiksi. Mayoritas, gaya bahasa digunakan dalam buku fiksi. Gaya bahasa tersebut meliputi simile, personifikasi, hiperbola, pleonasme.

a. Simile

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), simile adalah majas pertautan yang membandingkan dua hal yang secara hakiki berbeda, tetapi dianggap mengandung segi yang serupa, dinyatakan secara eksplisit dengan kata seperti, bagai, laksana. Gaya bahasa simile digunakan seperti dalam kalimat matanya seperti bintang timur.

b. Personifikasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), personifikasi adalah pengumpamaan (pelambangan) benda mati sebagai orang atau manusia, seperti bentuk pengumpamaan alam dan rembulan menjadi saksi sumpah setia. Gaya bahasa personifikasi digunakan seperti dalam kalimat matahari baru saja kembali ke peraduannya ketika kami tiba di sana.

This article is from: