2
Catatan Kecil Seorang Kader
edisi november 2012
raSa dan KoMItMEn
Pesan Besar di Kota Kecil Penuh Janji DI tengah makin tersudutnya mimpi besar untuk menjadikan masyakat sebagai obyek hebat yang juga besar itu, kita masih tetap di sini. Tetap berdiri tegak dan terus berjibaku dengan dinamika waktu yang kadang terasa kian membelit dan liat. Akan tetapi tetap berada di jalan panjang bagi sebutir debu pengab dian yang terus melaju menuju ma syarakat madani yang terberdaya. Ini memang adalah pilihan yang telah kita ambil dan tetapkan. Seh ingga ia tak akan pernah lekang un tuk terus bergema, bahkan hingga rentang titik terakhir. Dulu tepatnya tahun 2010, saat pertama kali saya bergabung dengan PNPMINTEGRASI –ketika itu masih bernama P2SPP –sebagai anggota tim pengelola kegiatan (TPK) Kampung Bukoposo, Kecamatan Wayserdang, seorang fasilitor bercerita pada saya tentang apa sebenarnya target akbar program ini. Ya.Target besar itu ternyata hal yang tak pernah terlintas dan cukup membuat saya terkesima. Saya in gat betul dialog pendek antara saya dan fasilitator itu. “Yang sedang kita bangun diprogram ini sebenarnya bukan hanya sekadar sarana dan prasarana yang dikejakan TPK itu, Mas. Sama sekali bukan,” katanya membuka obrolan kala itu. Lalu saya hanya terdiam. Tak memahami apa yang sedang di tuturkannya. Saya merasa kalimat itu bersayap terlalu lebar di antara otak kanan saya yang terlalu sempit. “Maksudnya apa, Pak?,” tanya saya. Fasilitator itu kemudian mena tap hamparan batu yang sudah ter susun menjadi telford tempat ka mi berdiri. Tak lama berselang, ia membungkuk dan memungut satu di antara batubatu yang sudah ter belah dan sebenarnya juga sudah tersusun. “Segala sarana yang dibangun ter masuk batu ini sejatinya hanyalah me dia,” lanjutnya datar. Suaranya terdengar agak serak. “Media tempat dimana kita bisa menitipkan satu pesan besar kepada masyarakat yang menjadi objek keper cayaan pemerintah untuk mengelola kegiatan ini,”kelakarnya. “Pesan besar? Pesan besar apa?,” tanya saya lagi. Saya semakin tak paham dengan pesan be sar yang dimaksud. “Pesan besar. Tentang betapa pe ntingnya memahami bahwa sarana apapun yang sedang mereka kerja kan itu pada akhirnya mereka ju galah yang akan menikmati, menja ga dan melestarikannya. Bahwa jika pekerjaan itu memang dilaksana kan dengan segenap kesadaran, maka ia akan muncul sebagai war isan pemahaman yang juga dapat
Mesuji Mandiri
FAJARULLAH Pimpinan Redaksi
“Terlalu sedikit ruang di bagian terdalam jiwa ini yang memendarkan cahaya itu meski seberkas. Padahal ia teramat penting untuk selalu disemai dan dijaga. Agar ia menjadi kaca yang bergerak bersama hati, yang kesanalah jalan ini akan menuntun kita.
membangkitkan rasa kebanggaan bagi generasi berikutnya,” ”Waduh ribet amat, Pak. Lha ter us pesan besarnya dimana?” kejar saya lagi. Fasilitator itu memegang bahu saya. Sorot matanya mena tap tajam ke arah yang jauh tanpa berkedip sedikitpun. “Mas Fajar bayangkan jika dalam satu kampung pemahaman sejenis itu sudah tertanam dibenak masya rakatnya. Bayangkan jika masyarakat Kabupaten Mesuji telah menjadikan hal itu sebagai sebuah etika yang harus tegak dan dijunjung tinggi dimana pun dan dalam kapasitas apapun ia berada. Bayangkan jika ini adalah mindset setiap warga bangsa di suatu komuni tas yang tinggal dan hidup di sebuah negeri. Tidakkah pola dan semangat sejenis inilah yang membuat negeri ini merdeka hingga kita bisa bernafas den gan nyaman saat ini?,” kelakarnya. Saya pun terdiam. Begitulah kita dan program ini. Bagai dua sisi mata uang yang tak mungkin dipisahkan. Lebih dari sekadar mencintai hing ga lekang sebagaimana kupukupu dan bunga matahari yang mabuk. Atau terhanyut dalam arus penuh filsafat dalam deretan panjang syair pujangga Ronggo Warsito. Sejatinya, antara kita dan PNPM MPdINTEGARSI tak lebih dari per kumpulan sedikit orang yang terus berjalan di atas hamparan kerikil untuk merenda mimpimimpi yang sesungguhnya amat rasional, meski tak jarang sebagian orang melihat justru sebaliknya. Tapi itu terjadi bukan karena mimpimimpi itu selalu hadir tak seindah kenyataannya. Melainkan kenyataan yang ada memang kerap tak pernah seindah mimpimimpi itu. Secara kasat mata, hal itu akan menginspirasi lahirnya peraturan bupati Mesuji tentang program Sai Bumi Serasan Segawe (SBSS) Tahun 2010. Dalam jangka waktu seta hun, Pemkab dan DPRD setempat telah memunculkan keterpaduan sikap untuk mewujudkan lahirnya
Pelindung: Khamamik (Bupati Mesuji) Haryati Candralela (Ketua DPRD)
Penasihat: Syamsudin (Kepala Badan PMPK Mesuji)
sebuah produk regulasi pember dayaan yang lebih luas. Regulasi itu menitikberatkan konsentrasi pada program prorak yat dengan diterbitkannya Peratu ran Daerah (Perda) No.09 Tahun 2011 tentang sistem perencanaan dan pembangunan partisipatif dae rah (SP3D). Perda ini memperkuat posisi tawar program SBSS, dimana mekanismenya mengadopsi pola pemberdayaan PNPM MPdINTE GRASI dengan melibatkan partisipasi masyarakat kampung dalam proses pembangunan di kampung mereka. Sebuah lompatan yang terbi lang berani dan tentu saja luar biasa. Mengingat Mesuji saat itu hingga kini adalah daerah otonomi baru (DOB) yang denyut jantungnya masih seu mur jagung. Ini belum lagi ditambah dengan bagaimana belitan berbagai persoalan yang juga terus mencabik dan berguratgurat. Sehingga menjadi hal yang se banding terbalik dengan bagaima na tenyata penerbitan perda sejenis ini telah mengukuhkan Mesuji be rada pada urutan kedua seIndone sia yang telah memiliki perda par tisipatif setelah Kabupaten Ngada, Provinsi NTT. Kolaborasi antara PNPM dan SBSS ini menjadi taruhan bagi para pelaku pemberdayaan berikutnya. Karena sejatinya, di balik kerja keras pem berdayaan atas semua implementasi dan kegigihan yang telah digaungkan pemerintah, maka muncul halhal psikologis yang menyertainya. Hal itu menjadi tanggungjawab besar dan harus diemban secara optimal. 1. Mengawal mindset dengan metafora gading Saya menyebut pengawalan ter hadap program ini dengan metode metafora gading; bahwa di balik keretakan sebuah gading, sejatinya tersimpan makna hakiki dari gading itu, meski keretakan itu boleh jadi membuat kualitas dan wujud si gad ing menjadi turun ke level terendah Dewan Redaksi: Yohanes T.B. (Faskab Integrasi), Aliful Hakim Singgih Bambang Kuncahyo
dan anjlok ke derajat terbawah. Andaikan keretakan itu dipahami dari sudut yang berbeda, maka se buah kesimpulan lain akan mencuat dengan makna sebaliknya. Keretakan atas gading itu justru menunjukkan bahwa gading itu memang benar benar gading dan bukan palsu, apal agi imitasi atau plagiat. Sebab gad ing imitasi dan terbuat dari tembaga yang diserupakan, ia tidak akan per nah retak. Dan itu bukanlah kordat yang telah ditetapkan untuk sebuah sifat gading. Sehingga pepatah pun berkata, memang tak ad gading yang tak retak. Begitulah filosofi tentang mindset atau lazim juga disebut dengan sudut pandang. Ia selalu berada ditempat di mana ia dileta kan dan dimaknai. Ia akan serupa dengan apa yang berusaha diseru pakan dengannya. Tapi sejatinya, ia adalah dirinya sendiri, yang memi liki segenap takdir yang tak mung kin diubah. Karena itulah, tugas mengawal midset ini menjadi hal yang tak me miliki ruang untuk asa yang hanya sehasta matahari. Karena ia selalu membutuhkan stamina dan beban yang lebih dari sekedar retorika yang berkutat dan berputar. Dibutuhkan tekad dan semangat serta keseriusan yang bukan hanya sekadar seremoni dan formalitas semu belaka. Yang membuat pola peng gawanganya harus mampu tegak berdiri dengan arah dan pilihan yang teramat jelas; berjalan tanpa langkah atau berpacu dengan sega la daya, meski dengan langkah layu dan terseok. Sebab orientasi yang ditumbuhkan adalah bagaima na mencapai hasil akhir. Bukan bagaimana mengawali. 2. Mengawal peningkatan kapasitas masyarakat Pekerjaan rumah ini tidak ser tamerta menjadi selesai dengan pergeseran baru yang terus menja di warna dalam sepenggal episode pemberdayaan yang dari hari ke
hari mulai tampak tersuguh. Ka rena segala metamorfosa itu nyat anya juga harus tetap teruji hingga ia menemukan titik nadir dan tak dirnya sendiri. Menemukan ending atas daya upaya itu. Sebab proses peningkatan kapasitas setelah pergerakan mindset itu, menjadi semacam episode lain bagi pola program ini, meski rangkain para graf antar keduanya sesungguhnya tetap tak pernah terpisah. Menilik pada metamorfosa gad ing, walaupun sejatinya dari sifat keretakan itu sudah tergambar wu jud dan keaslianya, namun mema hami bahwa ia adalah bagian lain dari hewan besar bernama gajah yang berbelalai panjang, juga adalah idiom yang semestinya juga harus dibangun. Ketika masih berada dan menyatu dengan si gajah, gading tersebut paham bahwa ia hanya akan bergerak dan berjalan sesuai dengan fungsi dan kodrat yang telah ditetap kan alam untuk dirinya. Bukan karena ia menjadi terlarang untuk berbuat bebas dan bergerak lebih jauh setelah itu, melainkan me mang seperti itulah standar ukur bagi sebuah kebebasan; ia menjadi gugur manakala bermuara dalam satu tem pat dimana disitu terdapat sederet kebebasan milik orang lain. Sehingga dari sini menjadi tampak, betapa in dah sebenarnnya pesan besar pem berdayaan ini. Maka inilah beban besar yang senantiasa menjadi pekerjaan dig daya eksekutif, legislatif dan para kader pemberdayaan di masamasa berikutnya. Yang terus berbaur den gan bergeliatnya pola gerak pem berdayaan masyarakat sebagai ob jek sekaligus pelaku pembangunan menuju ke arah komitmen Mesuji yang jauh lebih adil dan beradab. Mesuji yang bukan saja tangguh dalam komitmen kerakyatan, tapi juga mampu berdaya saing secara optimal. Sebagai upaya meletakkan sehelai sketsa kedalam bingkai kaca yang meskipun cuaca memburuk dan menjadikannya seburam debu jendela, tapi ia tetap terkawal di sini. Di dalam dada para penentu kebijakan di kabupaten ini. Dengan derap dan deru peru bahan yang terusmenerus beriak dalam gerak dan dinamikanya. Yang senantiasa menyapa tanah ini dengan segenap pancaran senyum indahnya yang jingga. Lalu, kita pun agak tersipu ketika bersamaan dengan munculnya mentari pagi, sapaan itu datang menggelitik; “Se lamat pagi, Mesuji!”
Pimpinan Redaksi: Fajarullah Staf Redaksi: Puryanto, Ansori Eko Setiyo, Juni Setiono, Warseno, Yoyok, Dadang Saputra, Supriyanto.
ALAMAT: Kampung Budiaji, Kecamatan Simpangpematang, Kabupaten mesuji, Provinsi Lampung.
*Penulis juga akt if sebagai Ketua Pokja RBM PNPM MPd-INTEGRASI Kab. Mesuji Penerbit: Pokja Media dan Informasi Ruang Belajar Masyarakat (RBM) Kabupaten Mesuji.
edisi november 2012
3
MuSaWaraH MuFaKat
ANTUSIAS: Masyarakat berduyun-duyun ke balai kampung saat penyerahan kegiatan fisik di kampungnya masing-masing. Foto ini dibidik di salah satu kampung di Kecamatan Wayserdang.
FOTO IST
PjOK Awasi Proses Pembangunan Fisik PENANGGUNGJAWAB Opera sional Kegiatan (PjOK) Kecamatan Wayserdang Tamyani Arsyad juga turut mengawal proses pemban gunan fisik di kecamatan tersebut. Menurutnya, keterlibatan semua pelaku pemberdayaan termasuk pihak kecamatan yang dapat ber jalan seiring dengan UPK dalam mengawal dan menyosialisasikan
program ini ke masyarakat. “Justru akan berdampak positif pada opti malisasi pelaksanaan program itu di masa yang akan dating,” katanya. Pada tahun anggaran 2012, Keca matan Wayserdang mendapatkan dua program pemberdayaan yang nilai to talnya mencapai Rp2,5 miliar. Alokasi ini diperuntukan bagi duaprogram ke giatan pemberdayaan. Yang pertama ,
program Sai Bumi Serasan Segawe (SBSS) yang menggunakan dana APBD Mesuji sebesar Rp1,5 miliar. Dana ini dialokasikan men jadi dua kategori kegiatan, yakni Rp1.390.000.000. untuk pemban gunan sarana fisik di lima kampung dalam bentuk sarana gedung TPA satu unit dan lima paket jalan tel ford sepanjang 5.383 meter. Antara
lain di Kampung Bukoposo; Ge dungboga; Gedung Srimulyo; Labu hanbaru; dan Bumiharapan. Kegiatan kategori kedua dari SBSS ini adalah bantuan dana bergulir bagi simpan pinjam kelompok perempuan (SPKP) sebanyak 16 kelompok dengan total anggaran Rp160.000.000. Selanjutnya, PNPM MPdInte grasi dengan alokasi dana sebe
sar Rp991.315.000. yang diperun tukan bagi pembangunan gedung taman kanakkanak (TK) satu unit dan pembuatan saluran drainase sepanjang 200 meter di Kampung Kejadian dan tiga paket jalan tel ford sepanjang 3.500 meter yang tersebar di Kampung Sukaagung, Labuhanbatin dan Labuhanmak mur. (jar)
Dewan Kawal MDST
WAYSERDANG – Musyawarah Desa Serah Terima (MDST) adalah pertanggungjawaban terakhir yang harus dilaksanakan oleh Tim Pen gelola Kegiatan (TPK) kampong. Pasalnya, MDST akan menjadi salah satu bentuk laporan realisasi pembangunan fisik yang dibiayai melalui program nasional pember dayaan masyarakat mandiri perde saan (PNPMMPd), PNPM Integra si, dan program Sai Bumi Serasan Segawe (SBSS). Disinilah pekerjaan TPK sebagai perwakilan masyarakat kampung dalam melaksanakan program pembangunan partisipatif itu dini lai dan dikritisi oleh anggota ma syarakat dan aparatur kampung untuk diputuskan diterima atau ditolak. Ibarat sebuah akad yang diikrar kan, pelaksanaan MDST adalah hal yang sama wajibnya dengan bagaimana TPK melaksanakan kegiatan itu sebaik mungkin. “Ini adalah bentuk transparansi dan tanggungjawab TPK baik secara fisik ataupun secara moral. Karna
sesungguhnya, ada dua hal yang telah diamanatkan pada TPK ketika program ini turun ke kampungnya,” terang Ketua Unit Pengelola Keg iatan (UPK) Wayserdang Fajarullah dalam penyampaiannya saat meng hadiri MDST di Kampung Sukaa gung. Yang pertama, menurut pria yang juga adalah Ketua Ruang Be lajar masyarakat (RBM) Kabupaten Mesuji ini, TPK bertanggungjawab untuk menjalankan amanat ma syarakat dalam mengelola kegiatan sarana fisik dan non fisik itu sebaik baiknya. Dan yang kedua, TPK juga bertanggungjawab terhadap penge lolaan keuangan dan administrasi atas kegiatan tersebut. “Sehingga MDST ini menjadi bentuk pertanggungjawaban ter hadap apa yang telah dikejakan oleh TPK, disamping sebagai ba gian dari komitmen mereka sebagai pelaku program pemberdayaan di tingkat kampung terhadap amanat yang telah diembankan,” imbuhnya. Secara khusus, Ketua Komisi C DPRD Mesuji Joko Prayitno, S.E.
yang bersama dengan UPK juga hampir selalu turut hadir di setiap kegiatan serupa. Dia berharap agar semua bentuk sarana yang sudah terwujud secara fisik itu, dapat di pelihara dengan rasa tanggung jawab oleh masyarakat dengan pola swadaya. “Jika hal ini terus dipelihara, maka dapat memunculkan rasa me miliki dengan semangat kegotong royongan yang baik antar warga. Sebab kesanalah muara dari pro gram ini sebenarnya. Ketika setiap kita mampu menghadirkan rasa memiliki terhadap semua sarana yang telah dibantu pemerintah dan dikerjakan sendiri oleh masyarakat itu dengan baik,” kata Joko. Disisi lain, Joko juga mengapreasiasi tentang keterli batan masyarakat secara langsung pada program pemberdayaan ini sebagai sesuatu yang harus dikawal pelaksanaannya. “Bukan saja oleh pemerintah, tetapi semua pihak harus mengawalnya, termasuk me dia dan masyarakat itu sendiri,” pungkasnya. (jar)
FOTO IST
DIPANTAU: Proses pembangunan fisik yang dilakukan TPK yang melibatkan masyarakat terus dikawal oleh fasilitator kabupaten (Faskab) dan DPRD Mesuji.
4
PEMbErdayaan PErEMPuan
edisi november 2012
16 Kelompok Diproyeksikan Jadi Pionir SPKP
PENUH MASALAH Meski dililit sejumlah masalah, program SPKP Kecamatan Mesuji terus berjalan setiap tahunnya. FOTO UPK MESUJI
Tunggakan Rp1,3 Miliar, UPK Bentuk Tim MESUJI – Program simpan pin jam kelompok perempuan (SPKP) di Kecamatan Mesuji ternyata tidak berjalan lancar. Hingga saat ini, nilai tunggakan SPKP di ibukota kabupaten itu mencapai sebesar Rp1,3 miliar. Jumlah tunggakan tersebut tersebar di 143 kelompok perempuan dan paling tinggi pe nunggaknya berada di Kampung Wiralaga II. Guna menindaklanjuti tingginya tunggakan tersebut, Unit Pengelola Kegitaan (UPK) Kecamatan Mesuji menggelar musyawarah antar desa khusus (MADSus). Kegiatan ini bertujuan menginventarisir dan mencari win-win solution terkait tunggakan program simpan pin jam dari pemerintah pusat melalui program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) yang sudah bergulir sejak tahun 2003 silam. “Di Kampung Wiralaga II, total tunggakan mecapai sebesar Rp900 juta. Untuk mengatasi hal ini, kami telah membentuk tim identifikasi yang bertugas menangani tungga kan, baik tunggakan yang terjadi di tingkat kelompok maupun oknum masyarakat,” papar Bendahara UPK Kecamatan Mesuji Muhammad Wajar.
Tim penanganan tunggakan SPKP terdiri dari beberapa lapisan pengurus baik di tingkat kecama tan dan kampung. Tim ini akan didampingi oleh fasilitator tehnik dan fasilitator kecamatan. “Tim ini sendiri telah berjalan dan mulai ter lihat hasilnya. Kita upayakan pada bulan Desember ini jumlah tungga kan di Kecamatan Mesuji sudah nol alias tidak ada lagi penunggak,” kata Wajar, sapaan akrabnya.
Sementara, Ketua Fasilitator Kabupaten (Faskab) Yohanes ber harap agar tim dapat segera menye lesaikan permasalahan tunggakan tersebut. Ia memastikan penyele saian tersebut tidak menimbulkan masalah baru. “Ini adalah program pemberdayaan masyarakat. Meski bermasalah, tapi mungkin masih dapat dibina. Kita harapkan UPK dapat melakukan pembinaan,” pin ta Yohanes. (wajar)
WAYSERDANG – Komitmen pe merintah untuk memberdayakan kaum perempuan semakin terasa saat ini, khususnya kaum hawa di Kecamatan Wayserdang. Melalui program Sai Bumi Serasan Segawe (SBSS) yang masuk ke kecamatan ini, Pemkab Mesuji telah menga lokasikan dana bergulir bagi sim pan pinjam kelompok perempuan (SPKP) sebesar Rp155.000.000. Camat Wayserdang Rid wan Zulkifli mengatakan berdasar kan hasil musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) Ta hun 2012, setidaknya ada 16 kelom pok perempuan yang akan menjadi pionir (pelopor) untuk mendapat kan bantuan dana bergulir senilai Rp9.500.000/kelompok. “Dana ini nantinya akan menjadi pinjaman, bukan hibah yang bisa dimanfaatkan oleh ibuibu anggota kelompok sebagai modal usaha atau modal untuk memulai usaha dengan skala kecilkecilan secara bergulir. Tentu karena sifatnya han ya stimulan, jumlahnya memang kecil,” terangnya. Ridwan mengharapkan supaya kaum perempuan yang tergabung dalam SPKP dapat membantu ang gota kelompok yang berniat meng embangkan usahanya. “Harus ada kepedulian sesama anggota SPKP, sehingga setiap anggota bisa ber kembang sesuai yang dicitacita kan,” kelakarnya. Dia juga menyampaikan bahwa mekanisme perguliran dana sim pan pinjam ini dilakukan oleh UPK (Unit Pengelola Kegiatan) kecama tan kepada kelompok bersama den gan TPK (Tim Pelaksana Kegiatan) kampung setempat. Setelah dana dipastikan sampai ke kelompok perempuan, selanjutnya kelompok tersebut akan mengembalikan ke UPK dengan cara mencicil setiap bulan. “Suku bunga yang sudah dis epakati adalah lima persen per bu lan. Dana pengembalian ini nanti nya akan kembali digulirkan oleh UPK kepada kelompokkelompok yang dianggap layak mendapatkan bantuan. Tentunya setelah dilaku
kan verifikasi terlebih dahulu,” jelas mantan sekretaris Dinas Pendidi kan Mesuji ini. Selain itu, masih menurut Rid wan, bagi kelompok yang sudah pernah mendapatkan perguliran dengan pengembalian yang tanpa masalah dapat mengajukan pinja man kembali dengan nominal yang lebih besar. “Yang menjadi keis timewaan dalam perguliran pinja man SPP ini adalah kelompok tidak perlu sibuk untuk mempersiapkan setifikat dan barang berharga lain nya sebagai jaminan,” tukasnya. Sebab, terus Ridwan, jaminan yang digunakan dalam SPP pem berdayaan ini adalah sitem tang gung renteng. Artinya, jika salah satu dari anggota kelompok ada yang bertindak merugikan seperti tidak ingin mengembalikan atau melarikan diri, maka anggota ke lompok lain yang harus memper tanggungjawabkannya. “Itulah mengapa komitmen anggota kelompok sangat penting dalam hal keberlanjutan simpan pinjam secara bergulir ini. Kami juga berpesan agar tim verifikasi lebih selekfif dalam memilih dan menentukan kelompok mana yang layak diberi pinjaman. Sehingga halhal yang tak diharapkan dapat diminimalisir sedini mungkin,” pungkasnya. Terpisah, Bendahara UPK Ke camatan Wayserdang Surya Atma, S.Pd. menambahkan bahwa progr am simpan pinjam ini hanya ber laku bagi kelompok kaum perem puan saja, “Program ini mencoba untuk lebih menitikberatkan keter libatan kaum perempuan dalam upaya pengentasan kemiskinan,” ujarnya. Perempuan berperawakan ram ping ini juga menegaskan 16 ke lompok perempuan harus mampu menjadi pelopor. Kedepan, ia ber harap akan banyak lagi kelompok ibuibu yang memanfaatkan pro gram pemerintah ini. “Sehingga pergerakan ekonomi mikro ma syarakat Mesuji semakin ke arah yang lebih baik dan produktif,” tut upnya. (jar)
SPKP Pancajaya Terbaik di Kabupaten Mesuji PANCAJAYA – Tidak semua ke lompok perempuan bermasalah dengan program simpan pinjam yang digelontorkan pemerintah. Hal ini dibuktikan kelompok pe rempuan di Kecamatan Pancajaya yang pengembalian dana simpan pinjamnya selalu konsisten setiap bulannya. Ya. Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Pancajaya berhasil membawa daer ahnya sebagai kecamatan yang pal ing berprestasi dalam pengelolaan dana bergulir seKabupaten Mesuji dengan tingkat pengembalian sim pan pinjam kelompok perempuan (SPKP) 98 persen sampai awal No vember 2012.
Pencapaian ini bukan hanya kepu tusan sepihak. Namun berdasarkan surat keputusan Direktur Jendral Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dirjen PMD) Kementerian Dalam Negeri yang merilis bahwa nilai non performance loan (NPL) Kecamatan Pancajaya hanya 11,3 persen. “Sesuai aturan Dirjen PMD, ke camatan yang laporan NPLnya di atas 10 persen wajib melaksanakan MAD Khusus pengelolaan dana bergulir,” tutur Fasilitator Teknik Kecamatan Pancajaya Suhadi Purnawan, S.T. Dijelaskannya, tujuan MAD Khusus ini untuk menambah in formasi tentang keuangan UPK
dan laporan pinjaman bermasalah atau tunggakan SPKP di kecamatan tersebut. “Selain itu tujuan MAD Khusus adalah pembahasan dan penetapan AD/ART BKAD dan SOP UPK, serta verifikasi dan perguliran SPKP,” ujar Suhadi. Musyawarah ini diikuti oleh utusan dari masingmasing kam pung dan perwakilan dari kelom pok perempuan yang mengajukan pinjaman bergulir dengan jumlah peserta 130 orang. MAD Khusus pengelolaan dana bergulir dihelat pada 17 Oktober 2012 di Balai Kam pung Adimulyo. Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari Faskab, BKAD, PJOK dan FK/FT Pancajaya.
Suhadi menegaskan MAD khu sus penting digelar sesuai dengan surat edaran Dirjen PMD. Ia me mastikan supaya informasi pena hanan pengurus UPK oleh kejak saan di salah satu kabupaten di Lampung tidak terjadi di Mesuji. “Jangan sampai di kecamatan ini ada yang masuk penjara garagara dana PNPM dan SPKP,” demikian pesan Suhadi kepada para peserta musyawarah. Penegasan penanganan pinja man bermasalah juga disampaikan oleh PJOK dan BKAD Kecamatan Pancajaya. ”Orang yang berhu tang wajib untuk membayar. Maka jangan sampai di kecamatan ini
terjadi banyak kemacetan SPKP. Karena akan berpengaruh terhadap bantuan dan kelangsungan kegia tan PNPM di Pancajaya,” tegas PjOK Tusman, A.Md. Musyawarah diakhiri dengan laporan hasil verifikasi dan pem bahasan akhir tim verifikasi dan pelaku kecamatan tentang reko mendasi pinjaman yang diberikan kepada 32 kelompok perempuan senilai Rp600 juta. “Setelah MAD Khusus ini, UPK segera menindak lanjuti dengan membuat berita acara dan melaporkan hasil MAD kepada camat untuk dimintakan SPC tentang perguliran SPKP,” pinta FK Pancajaya Alex Rufaidy. (red)
edisi november 2012
5
budaya gotongroyong
Pokja RBM Gagas Pupuk Organik di Tanjungserayan
AYO GOTONGROYONG!: Inilah salah satu budaya gotongroyong yang terus ditanamkan para kader PNPM-MPd kepada masyarakat Mesuji.
FOTO IST
UPK Diminta Bangkitkan Semangat Gotongroyong PANCAJAYA – Guna meningkat kan kualitas dan kapasitas pelaku program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM), Fasilitator Ka bupaten (Faskab) bersama Pemkab Mesuji memberikan pelatihan ke pada seluruh pengurus unit penge lola kegiatan (UPK) PNPM Mandiri Perdesaan-Integrasi se-Mesuji. Faskab PNPM Mandiri Perde saan-Integrasi Yohanes TB. Menu turkan bahwa konsentrasi PNPM sejatinya adalah membangun pola piker (mindset) dan kapasitas pema haman masyarakat tentang pola pembangunan bersifat partisipatif. “Artinya, pola pembangunan yang dilaksanakan hendaknya bertitik berat pada makna pemberdayaan itu sendiri. Sehingga, semangat go tongroyong di kalangan masyarakat dapat kembali terbangun,” jelasnya. Ditambahkannya, semangat gotongroyong selama ini diketahui sebagai ciri khas masyarakat dan bangsa ini. Kendati demikian, ia mengakui rasa gotongroyong itu mulai tergerus dan nyaris hilang saat ini. “Melalui pelatihan ini, kita berharap semua pelaku PNPM dapat terus bergerak secara sinergi dalam mengawal dan mengkam panyekan kepada masyarakat. Intinya, pola pembangunan yang kita harapkan adalah betul-betul dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat,” tegasnya. Hal ini, terus Yohanes, dapat
dilihat dari bagaimana proes dan alur terdanainya sebuah usulan dari masyarakat yang selalu menitik beratkan pada sistem musyawarah kampung. “Dalam program ini, usulan yang diprioritaskan sudah diputuskan dalam musyawarah dusun. Kemudian dievaluasi dalam musyawarah kampung sebagai usu lan prioritas. Disisi lain, satu usulan khusus perempuan. Selanjutnya, semua usulan itu dirangking secara musyawarah dalam musyawarah perencanaan pembangunan (Mus renbang) kecamatan. Dari situlah, apakah kegiatan tersebut akan ter danai atau tidak,” urainya. Dia juga mengemukakan bah wa dengan pola negosiasi angga ran atau lebih dikenal dengan isti lah “wani piro” sering terjadi pada saat penentuan alokasi sarana dan prasarana suatu kampong. “Na mun, hal itu dengan sendiri nya dapat diminimalisir. Ini karena kampung-kampung yang akan di danai itu sudah diputuskan dalam musrenbang di tingkat kecama tan,” terangnya. Karena itu, masih kata Yohanes, pelatihan ini menjadi penting ka rena para pelaku yang sedang di latih ini adalah kader-kader yang juga harus memastikan bahwa ta hapan-tahapan tersebut benar-be nar dapat terlaksana dengan baik. “Ini sesuai petunjuk teknik opera sioanal (PTO) PNPM yang menjadi
FOTO FASKAB MESUJI
PENAJAMAN: Fasilitator Kabupaten PNPM MPd-Integrasi Mesuji menggelar pelatihan gabungan bersama para pengurus unit pengelola kegiatan (UPK) di Balai Kampung Adimulyo, Kecamatan Pancajaya, sejak Rabu (30/10) sampai Jumat (1/11).
acuan program secara nasional,” tukasnya. Sementara, Penanggungjawab Operasional Kabupaten Mesuji Bu diman Jaya mengatakan, pelatihan tersebut sangat penting dilakukan sebagai upaya mensinergikan ko munikasi antar pelaku PNPM di tingkat kecamatan. “Tujuannya su paya proses pengelolaan program dapat terus berjalan secara baik dari waktu ke waktu,” katanya. Karena itu, lanjut Budiman, pelatihan ini diharapkan semakin meneguhkan niat para pengurus UPK se-Mesuji dalam mengawal pem bangunan Kabupaten Me suji. “Pada prinsipnya, pemban gunan ini adalah tanggung jawab kita semua,” imbuhnya.
Puryanto, Ketua UPK Rawa jitu Utara mengungkapkan bahwa pentingnya pelatihan tersebut. “Dalam pelatihan ini, kami bisa saling mengisi tentang berbagai pengalaman yang terjadi di tingkat kecamatan. Ada ruang untuk itu. Dan semuanya lansung difasilitasi oleh pihak yang tepat,” tuturnya. Diketahui, PNPM Mandiri Perde saan-Integrasi merupakan program prorakyat yang sudah dijalankan di Mesuji. Dari sisi regulasi, kegiatan ini sudah tergarap secara serius oleh eksekutif maupun legislatif. Hal itu dapat dilihat dengan diterbitkan nya Peraturan Daerah (Perda) No.9 Tahun 2011 tentang Sistem Peren canaan Pembangunan Partisipatif Daerah (SP3D). (red)
MESUJI - Guna mengatasi kelang kaan pupuk, kader program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan mulai menggagas pembuatan pupuk organik di Kampung Tanjungserayan, Kecamatan Mesuji. Tanjungserayan dipilih sebagai pilot project karena para petani di kampung itu sangat kesulitan mendapatkan pupuk subsidi maupun nonsubsidi. Bahkan, mereka masih ketergantungan dengan pupuk kimia. Bukan cuma itu. Penetapan kader PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Mesuji memilih Tanjungserayan sebagai pusat pembuatan pupuk organik untuk memudahkan para petani memperoleh pupuk bagi lahan pesawahannya. Dengan berbagai alasan terse but, kader PNPM Mandiri Perdesaan melalui kelompok kerja ruang belajar masyarakat (Pokja RBM) bekerjasama dengan masyarakat telah menyiapkan lahan untuk pengembangan pupuk organik. “Saat ini, masyarakat Tanjungserayan sedang mempersiapkan diri menuju pertanian organik di bawah binaan Pokja RBM PNPM Mandiri Perdesaan,” terang Fajarullah, Ketua Pokja RBM Kabupaten Mesuji. Pembuatan pupuk organik ini, lanjut Fajarullah, akan memanfaatkan jerami padi sebagai bahan baku. Menurutnya, pembakaran jerami padi akan diman faatkan dengan optimal. “Untuk menuju proses pertanian or ganik di Tanjungserayan tersebut terin spirasi oleh banyaknya bahan baku yang memungkinkan untuk menjadi bahan baku pupuk organik,” kata Pemimpin Redaksi Mesuji Mandiri ini. Fajarullah menegaskan sulitnya akses jalan saat musim tanam menjadi penyebab sering terjadinya kelangkaan pupuk di kampung tersebut. “Karena kondisi yang memprihatinkan itu, kami memiliki niat membuat pupuk organik sehingga para petani tidak lagi kesusa han mencari pupuk dan tidak memakai pupuk kimia lagi,” terangnya. Dia membeberkan setiap 5,4 ton jerami yang dihasilkan dari setiap bi dang sawah jika diolah makan kompos akan menghasilkan setara dengan pupuk urea sebanyak 42 kg, TSP 6 kg, dan KCL 89 kg. “Dan NPK 136 kg. Meski dari segi tonase tampak kecil, namun pupuk kompos jenis terdapat jasad renik (mikroba) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dan membenahi tekstur tanah,” tandas Fajarullah. Dengan begitu, tambahnya, petani diharapkan tidak lagi tergantung dengan pupuk kimia. “Bahkan mampu menghasilkan padi organik dengan kualitas terbaik yang sama sekali tidak mengandung zat kimia,” ujarnya. Meski begitu, pihaknya berharap ada peran serta pemerintah daerah untuk memaksimalkan pembinaan yang dilakukan Pokja RBM Kabu paten Mesuji. “Saat ini, kita masih melakukan pembinaan terhadap satu kelompok tani yang berjumlah 32 orang. Jika ini berjalan, petani tidak lagi tergantung ke pupuk kimia,” tutupnya. (red)
6
darI MaSyaraKat untuK MaSyaraKat
edisi november 2012
FOTO UPK SIMPANGPEMATANG
BERMANFAAT: Sekkab Mesuji Agus Salim meresmikan Posyandu Dahlia Simpangpematang beberapa waktu lalu.
Ayo Bawa Balita ke Posyandu! SIMPANGPEMATANG – Ke beradaan pos pelayanan terpadu (Posyandu) di tengah masyarakat sangat berperan dalam mendukung pencapaian pembangunan keseha tan ibu dan anak. Hal itu kini sudah mulai terasa bagi masyarakat Sim pangpematang, khususnya kaum ibu yang memiliki anak. Melalui kucuran dana yang di gelontorkan pemerintah melalui program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan (PNPMMPd), tim pelaksana keg iatan (TPK) Kampung Simpangpe matang telah mewujudkan keingi nan masyarakat kampung setempat yang dijaring melalui musyawarah rencana pembangunan (Musren bang) berupa satu unit bangunan gedung Posyandu Dahlia. Ketua UPK Kecamatan Sim pangpematang Ansori Eko Setio mengatakan posyandu digunakan untuk memberikan pelayanan kes ehatan balita. Sebelum ada bangu nan tersebut, kaum ibu yang me miliki balita masih menggunakan balai kampung terdekat. “Selama ini, kader pelayanan posyandu me makai balai kampung untuk mel akukan pelayanan,” kata Eko, sa paan akrabnya. Diharapkan, dengan adanya ge dung posyandu pelayanan bagi ibu hamil dan balita dapat dilakukan oleh kader posyandu dan tenaga kesehatan secara maksimal. Un
tuk pembangunan satu unit posy andu tersebut pemerintah telah mengucurkan bantuan sebesar Rp136.070.000. yang pengelolaan nya langsung dilakukan oleh TPK. “Karena UPK adalah hanya per panjangan tangan dari fasilitator kabupaten (Faskab), dimana pen gelolaannya dan pengusulannya murni dari tingkat masyarakat. Ka rena program ini sejatinya adalah program pembangunan yang bersi fat pemberdayaan masyarakat. Tu juannya, pembangunan posyandu dapat bermanfaat bagi masyarakat,” jelasnya. Ada lima program prioritas yang dilakukan oleh posyandu. Yakni ke luarga berencana (KB), kesehatan ibu dan anak (KIA), gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Dengan program tersebut terbukti dapat menurunkan angka kematian bayi dan balita. “Partisipasi masyarakat dalam mendukung terlaksananya posyandu balita ini sangat pent ing. Tanpa keikutsertaan mereka ke posyandu, maka program ini tidak akan dapat berjalan dengan baik,” tambah Eko. Keaktifan ibu balita dalam keg iatan posyandu merupakan salah satu faktor pendukung yang san gat diperlukan untuk pemantauan pertumbuhan anaknya. Sikap ibu balita untuk menyadari bahwa po syandu merupakan hal yang utama untuk meningkatkan derajat kese
hatan ibu balita. Hal ini dapat men imbulkan perilaku positif ibu balita tentang posyandu. “Sikap ibu balita yang positif akan memengaruhi perubahan prilaku positif. Dengan didasari pengetahuan yang baik dan sikap positif terhadap posyandu, maka ibu akan senantiasa berupaya da tang ke posyandu untuk menda patkan pelayanan kesehatan yang sangat berguna bagi anakanak mereka. Dan tentunya bagi ibu itu sendiri,” kata Eko lagi. Diketahui, banyak program dan fasilitas yang disediakan pemer intah akan menjadi siasia jika ibu dan balita tidak datang ke posyan du. Misalnya, pemberian imunisasi satu botol vaksin (DPT/HB atau campak) ratarata untuk dipakai sepuluh dosis dan satu vaksin BCG untuk kurang lebih 60 dosis/sasa ran. Jika sasaran yang diimunisasi sangat sedikit, misalnya yang dii munisasi BCG hanya lima bayi, DPT/HB tiga bayi, maka indeks pemakaian vaksin juga sangat ke cil. Sedangkan, vaksin yang sudah dibuka (walaupun dipakai sedikit) tidak bisa digunakan lagi untuk hari berikutnya dan harus dimus nahkan. Sekretaris Kabupaten (Sek kab) Mesuji Drs.Agus Salim, M.AP. meresmikan gedung posyandu di Kampung Simpangpematang. Tu
rut hadir Ketua Komisi C DPRD Mesuji Joko Prayitno, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemer intahan Kampung (BPMPK) Syam sudin, Camat Simpangpematang Agus Heryanto, S.Sos. dan sejumlah
tokoh masyarakat setempat. (red)
edisi november 2012
darI MaSyaraKat untuK MaSyaraKat
7
Soil Stabilizer RJU Perdana di Mesuji RAWAJITU UTARA – Topografi sejumlah kampung di Rawajitu Ut ara (RJU) yang cukup berat menuai perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mesuji. Melalui program Sai Bumi serasan Segawe (SBSS), kecamatan yang berbatasan den gan Tulangbawang ini mendapat kan kucuran dana Rp. 236.445.000. untuk penstabilan tanah atau lazim disebut soil stabilizer. Kegiatan ini dilakukan di Kampung Sungai buaya dengan spesifikasi panjang 925 meter, lebar 3 meter dan kete balan 0,15 meter. Fasilitator Teknik (Fastekab) PNPM MPdINTEGRASI Kabupaten
Mesuji Singgih Bambang Kuncahyo, S.T. mengatakan penstabilan tanah ini dipilih karena memungkinkan untuk dikerjakan masyarakat. “Ka rena mengingat lokasi menuju ke RJU memang terbilang sulit,” katanya. Sebenarnya, lanjut Singgih, tipe tanah RJU bisa saja menggunakan pengerasan dengan batu belah atau telford. “Tapi yang menjadi persoa lan adalah kondisi dan jarak tempuh yang harus menyebrangi sungai. Be lum lagi ditambah dengan tekstur geografis tanah yang jika musim hu jan sulit dilalui,” ungkapnya. Sehingga, masih menurut Sing gih, menyebabkan terhambatnya
proses dropping (pendistribusian) material dan membuat harga mate rial di pasaran melonjak tinggi. “Hal lainnya karena soil stabilizer juga memiliki beberapa kelebihan. Di antaranya tanah menjadi keras. Jika hujan tidak becek dan musim kemarau relatif mengurangi debu. Apalagi jalan yang dibangun itu hanya bersifat jalan pertanian biasa yang tidak dilalui oleh kendaraan kendaraan berat. Jadi program ini memang sudah tepat,” akunya. Sementara, Ketua Unit Penge lola Kegiatan (UPK) RJU Puryanto menyatakan pembangunan pensta bilan tanah ini baru kali pertama di
laksanakan oleh UPK. “Meski baru pertama kali, kami tidak terlalu kes ulitan untuk melaksanakannya. Hal ini karena adanya pendampingan teknik oleh Fastekab PNPM MPd INTEGRASI. Kami juga didampingi oleh tim supervisi dan teknik dari PT Watu Kali Jogjakarta selaku pro dusen matos (bahan perekat tanah dan semen),” jelasnya. Ditambahkannya, soil stabilizer adalah sarana penstabilan tanah dalam wujud jalan yang materialnya terdiri dari tanah, semen dan matos sebagai bahan perekat. Setelah tanah dan semen dicampur, matos yang sudah bercampur air disemprotkan
secara merata. “Sesudah itu barulah dilakukan pemadatan dengan meng gunakan bius beton,” urainya. Untuk tahap akhir dari pekerjaan ini, pria yang sudah tiga tahun menja bat ketua UPK ini mengatakan perlu nya dilakukan penyiraman rutin setiap hari selama maksimal 15 hari. “Sejauh ini, memang tidak ada kendala. Tapi dari pengalaman yang kami rasakan, khusus untuk daerah pasang surut sep erti RJU, sebaiknya pekerjaan jenis ini dilakukan pada musim hujan. Sebab di musim kemarau air menjadi payau dan terasa asin. Hal ini ternyata tidak terlalu baik untuk kualitas pekerjaan,” tutupnya. (pur)
Terimakasih Pemkab Mesuji
SEBELUM-SESUDAH : Inilah kondi si TPA di Kampung Sidangiso Mukti, Kecamatan RJU.
Belajar Agama Tidak Menumpang Lagi TANJUNGRAYA – Pembangunan Tempat Pendidikan Alquran (TPA) membawa sukacita bagi anakanak yang berdomisili di Kampung Muar atenang, Kecamatan Tanjungraya. Pasalnya, mereka tidak lagi menump ang di rumah warga untuk belajar pen didikan agama sejak usia dini. Puluhan anak di Kampung Mua ratenang menyambut antusias pemban gunan TPA yang menggunakan dana pro gram nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan integrasi (PNPM MPd Integrasi) dari pemerintah pusat.
“Manfaatnya langsung dirasakan masyarakat, khususnya anakanak di Kampung Muaratenang,” kata Wiwik Mardinah, Bendahara UPK Kecamatan Tanjungraya. Saat ini, timpal Wiwik, tinggal per siapan untuk pelaksanaan musyawa rah desa serah terima (MDST). “Ka rena pelaksanaan fisik sudah rampung seratus persen. Begitupun dengan pe nyaluran dananya,” ungkapnya. Sebelum TPA dibangun, lanjut Wi wik, kegiatan belajar mengajar siswa yang mencapai 40 anak dilaksanakan di
salah satu rumah warga yang juga tenaga pengajar di TPA tersebut. “Karena itulah , kehadiran bangunan ini adalah program tetap yang sudah diajukan kampung melalui tim pelaksana kegiatan (TPK),” jelasnya. Menurut Wiwik, pembangunan satu unit gedung TPA dengan dua ru ang belajar dan satu ruangan kantor. Ia membeberkan proses pengerjaannya menelan dana sebesar Rp171.000.000. “Pengerjaannya dilakukan langsung oleh TPK dan melibatkan warga ma syarakat setempat,” pungkasnya. (red)
RAWAJITU UTARA – Satu per satu Tempat Pendidikan Alquran (TPA) terus dibangun di sejumlah kampung. Belum lama ini, Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Rawajitu Utara telah menyelesaikan proses pembangunan TPA Baitunur di Kampung Sidangiso Mukti. Nama Baitunur diberikan oleh pendiri sekaligus pengas uh TPA tersebut. Adalah H.Nurkholis yang menjadi perintis berdirinya TPA di kampung tersebut. Berawal dari 15 anak, Nurkholis memulai pengabdiannya di bidang agama sejak ta hun 2010 silam. Kala itu tempat belajarnya sangat sederhana, berdinding papan dan beralas tikar. Begitulah kondisi awalnya. Kini, ban gunan TPA Baitunur terbilang cukup megah karena diban gun di atas lahan seluas 165 meter persegi yang dihibahkan H.Sipan. Pendanaan bangunan TPA tersebut berasal dari program SBSS yang disalurkan melalui Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Rawajitu Utara sebesar Rp213.465.000. Tak hanya itu. Masyarakat setempat turut menyumbang dana sekitar Rp10 juta untuk mendirikan bangunan tersebut. “Saya berharap TPA Baitunur ini nantinya dapat lebih berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat. Bukan hanya bangunannya saja yang bagusm tetapi akhlak masyarakatnya juga harus ikut bagus,” ungkap H.Nurkholis, pengasuh TPA Baitunur. Ditambahkannya, anakanak yang belajar di TPA ini merasa senang karena tempatnya lebih bagus dan lebih banyak teman yang belajar. Hingga saat ini, murid yang belajar di TPA Bai tunur sudah bertambah menjadi 125 anak terhitung pertenga han tahun 2012. “Jumlah tenaga pengajarnya saja yang perlu ditambah, karena baru tujuh orang,” pinta H.Nurkholis. Proses pembangunan TPA Baitunur dikelola oleh tim pelaksana kegiatan (TPK). Karena perjuangan Giatno, Suwar di dan Rasiman, akhirnya TPA itu dapat terealisasi menjadi tempat belajar agama yang lebih memadai. Seiring berjalan nya waktu, semakin banyak juga orangtua yang menitipkan anaknya untuk belajar agama di TPA tersebut. Aspirasi itu kemudian diperjuangkan TPK melalui UPK Raw ajitu Utara saat mengikuti musrenbang kampung pada akhir ta hun 2011 silam. Diputuskan dalam musrenbang itu bahwa pem bangunan TPA menjadi usulan paling prioritas yang harus segera dibangun. Selain dinilai penting, tempat belajar di TPA yang ada belum memadai. Hal ini juga mempertimbangkan begitu pentingnya TPA sebagai salah pendidikan nonformal yang dapat memberikan bekal atau pondasi kepada anakanak di bidang agama, apalagi mengingat begitu rentannya mental dan prilaku anakanak dari pengaruh per gaulan kemajuan zaman. Di sisi lain, pemerintah kampung setempat mengapreasia si pembangunan TPA dari program SBSS. “Saya sangat senang dengan adanya program SBSS ini. Karena program inilah, TPA Baitunur akhirnya dapat berdiri menjadi lebih baik. Saya ber harap Pemkab Mesuji dapat terus menggulirkan program ini agar masyarakat lebih sejahtera,” harap Siswo, juru tulis Kam pung Sidangiso Mukti. (red)