DARI REDAKSI
Kamu bisa mendapatkan sepucuk surat dari siapapun. Kamu bisa lebih baik dari apapun. Kami mungkin hanya sebagian kecil yang dapat memberikan kebaikan padamu. Bukan materi yang bisa kami berikan, apalagi uang yang bergelimpangan. Kamu bisa mencari kebahagiaan kemanapun. Kamu mampu melangkah lebih jauh bahkan melewati apapun. Tapi biarkan kami membantu, meski bukan asupan kekuatan, tapi setidaknya bisa membuka akal dan pikiran. Setelah sepersekian detik kamu hidup, bisakan luangkan waktumu untuk coba meresapi, membaca dengan bijak dan berbicara selayaknya. Terimakasih atas waktu yang tak segan diberikan. Hidup adalah lembaran kertas bukan? isinya? Hanya kalian yang tahu. Redaksi: Robi, Dennis, Putu, Adinda, Milati, Hartika, Arul; Layouting: Otrinanda, Taufik, dan Diba Kontributor: Semua Anggota AKSARA.
FOKUS
MENOLAK LUPA P
ermasalahan mengenai turunnya SK Rektor 493 tentang kenaikan denda KTM dan biaya administrasi sebenarnya sudah hampir satu semester lebih berlalu, namun, bagaimana aroma kekisruhan yang tercipta dari dikeluarkannya
SK tersebut masih belum bisa disebut usai dan menemui titik terang. Hingga pada akhirnya, puncak dari permasalahan ini pun pecah. Aksi yang diberi nama Aksi 293 menjadi ujung tombak dari semua drama yang berlarut-larut.
AKSI 293
Ketidakpercayaannya mahasiswa kepada BEM Kema Telkom University terhadap semua mediasi yang dilakukan dengan pihak kampus membuatnya dianggap sangat lamban dan terlalu membuangbuang waktu, dan dengan dorongan dari banyak pihak yang ikut memanaskan suasana pada saat itu, akhirnya kasus ini pun harus berakhir dengan diadakannya aksi secara langsung di depan gedung rektorat pada tanggal 29 Maret 2017
silam. Tapi, apakah Aksi 293 ini mampu menjadi ujung tombak dari permasalahan? Atau malah menjadi ujung tombak bagi mahasiswanya sendiri, dan harus kembali mengakui kekalahan karena pihak kampus yang terlalu sulit untuk disentuh? Jika seperti itu, lalu apa dampak dari Aksi 293 bagi semua civitas Telkom sendiri? Sebenarnya, berhasilkah BEM Kema menjadi tameng kuat untuk mahasiswanya? Maka, simaklah ulasan dibawah ini!
KRONOLOGI AKSI DAMAI 293
Aksi 293 ini membawa 3 (tiga) tuntutan sebagai berikut :
1
Cabut surat keputusan rektor nomor KR.493/AKD16/UAA2016;
2
Kampus wajib melibatkan Mahasiswa dalam setiap pengambilan keputusan; dan
3
Transparansi Dana.
SK Rektor 493 sendiri dikeluarkan pada saat libur semester ganjil pada tahun ajaran 2016/2017, yang pada saat itu Kabinet BEM Karya belum resmi dilantik dan kedudukan masih dipegang oleh BEM Kema
awalnya massa aksi menuntut agar rektor dari Telkom University untuk turun menemui massa secara langsung, tapi hingga aksi berakhir pun hanya Warek IV dan Direktur Badan Kemahasiswaan yang menemui massa aksi. Dan yang lebih mengecewakannya lagi adalah; bahkan sebelum aksi ini mencapai tujuan, pada akhirnya massa aksi dibubarkan oleh pihak BEM Kema sendiri dan dijanjikan akan adanya aksi lanjutan yang akan dilaksanakan 3 hari kemudian.
dikabinet sebelumnya. Namun karena banyaknya desakan dari pihak mahasiswa untuk melakukan tindakan pada SK Rektor tersebut, BEM Kema akhirnya memutuskan untuk memulai tindakan dengan melakukan mediasi dan konsolidasi dengan para mahasiswa. Hingga
pada akhirnya, di tanggal 29 Maret 2017, aksi massa pun diadakan untuk menuntut pencabutan SK Rektor 493 meskipun dengan sedikit Ormawa dan mahasiswa yang menyetujui untuk ikut turut serta dalam aksi tersebut. Namun yang didapatkan oleh mahasiswa waktu itu hanyalah bentuk kekecewaan, dimana pada
Namun ketika mendekati Hari-H, tidak ada kejelasan mengenai aksi lanjutan itu, bahkan hingga di hari ketiga pun, aksi lanjutan ternyata tidak terlaksana. Dan sekali lagi, ‘sebagian kecil’ mahasiswa harus menelan kekecewaan.
JANJI BERJUANG KELANJUTAN AKSI DAMAI 293
Ketika ditanyai oleh Tim Aksara mengenai ‘mengapa tidak ada aksi lanjutan seperti yang dijanjikan itu’, pihak BEM Kema yang diwakili oleh Muhammad Yusuf Ghani, Presma Telkom University sendiri pun memberikan keterangannya. Dia mengungkapkan bahwa sebenarnya pihak BEM Kema telah mengadakan pertemuan lagi dengan para mahasiswa setelah aksi 293 dilakukan, dengan tujuan untuk membahas aksi lanjutan yang dijanjikan itu, namun pada kenyataannya hanya
Jelas ia menolak usulan tersebut, bagaimana mungkin aksi spontan bisa dilakukan, jika aksi damai kemarin saja masih berjalan berantakan?
sedikit Ormawa yang mau ikut turun berjuang dalam aksi lanjutan tersebut. Lantas apakah dengan massa yang sedikit itu aksi akan mampu berjalan dengan baik? Lalu Presma pun mengungkapkan hal lain yang dibahas selama pertemuan itu berlangsung, dimana beberapa perwakilan mahasiswa ada yang mengungkapkan bahwa pihaknya tidak lagi menginginkan aksi damai seperti itu, namun menginginkan aksi yang lebih spontan lagi. Lalu, siapa yang bisa disalahkan dalam hal ini? Dan pada akhirnya, aksi lanjutan hanyalah omongan kasar, yang tidak bisa diolah dahulu oleh mahasiswanya sendiri, dan sekali lagi, pihak kampus memang sulit untuk disentuh.
BAGAIMANAKAH HASIL DARI PERJUANGAN?
Banyak pihak yang berkata jika kineja BEM Kema dinilai sangat lambat dalam menangani kasus ini, bahkan sampai timbul kegelisahan dan pertanyaan diantara para mahasiswa sendiri mengenai kinerja dan keterpihakan BEM Kema yang sebenarnya.
Hingga saat ini, sudah 3 bulan lebih pasca aksi tersebut diadakan, namun belum ada kejelasan ataupun hasil berarti mengenai tuntutan yang sebelumnya telah diajukan. Hingga pada akhirnya, pemberitahuan mengenai pengambilan form untuk keringanan cetak KTM hilang atau rusak dikeluarkan oleh pihak kampus. Maka, Tim Aksara pun segera menemui Presma Telkom University untuk menanyakan secara langsung mengenai pemberitahuan tersebut, apakah itu merupakan hasil dari aksi 293 atau hanya bentuk keringanan yang diberikan oleh pihak kampus tanpa terpengaruh sedikit pun dengan aksi damai 293 yang diadakan mahasiswa bulan maret silam? dan Presma pun mengungkapkan bahwa untuk saat ini, pihak BEM Kema
sendiri belum bisa memberikan keterangan secara lengkap sebelum adanya Press Realease resmi dari BEM Kema, yang juga masih menunggu Press Realease dari BAA Telkom University. Namun, Ia menjelaskan bahwa satu persatu tuntutan dari aksi tersebut sudah ditanggapi oleh pihak kampus. Untuk tuntutan yang pertama, ia menyampaikan jikalau pihak kampus menolak untuk mencabut SK rektor tersebut dengan alasan SK tersebut sudah
berjalan dan dirasa cukup efektif untuk mengurangi jumlah laporan kehilangan KTM, namun sebagai gantinya pihak kampus memberikan solusi keringanan untuk penetapan denda KTM yang hilang atau rusak dengan persyaratan melampirkan berkas berupa surat-suratan salah satunya adalah SKTM atau surat keterangan tidak mampu. Lalu jika seluruh berkas yang dibutuhkan terlengkapi, maka KTM hilang tersebut bisa didapatkan dengan harga lebih murah dari harga denda atau bahkan gratis. Persyaratan yang sama pun juga diberlakukan pada denda keterlambatan pencetakan mahasiswanya yang tidak mampu, KSM dan administrasi lainnya. lalu kenapa peraturan yang dibuat Pihak kampus memang membuat harus selalu dengan uang, jika pengecualian peraturan bagi pihak kampus sendiri tahu kalau ada mahasiswa yang mungkin kurang mampu, bukankah itu lucu? Lalu kemanakah larinya semua uang denda tersebut? Apakah ada transparasinya? Mungkin ini bisa menjawab tuntutan yang ketiga yaitu mengenai transparasi dana. Pihak kampus mengklaim jika uang hasil denda tersebut dialirkan untuk perbaikan fasilitas kampus. Namun sebenarnya jika dipikirkan, pihak
kampus jelas menerima uang sumbangan yang tidak sedikit dari mahasiswa lama ataupun baru, yang pastinya dapat mencukupi kebutuhan fasilitas kampus. Tidak cukupkah uang sumbangan tersebut? Dan fasilitas manakah yang dimaksud oleh pihak kampus? Ini masih tanda tanya. Tetapi menurut Presma Kabinet Karya sendiri, jika bertanya mengenai transparasi dana sebenarnya pihak kampus sudah mengklaim siap untuk memberikan keterangannya dan menjawab semua pertanyaan dari mahasiswa mengenai dana kampus. Namun, apakah benar akan semudah itu? Silahkan coba. Untuk tuntutan kedua, sudah jelas bahwa tuntutan tersebut masih
syarat untuk mendaftar beasiswa), tanpa adanya rundingan dengan mahasiswa dahulu (setidaknya untuk membahas syarat-syaratnya sendiri). Lalu, jika dilihat sekarang, sudah berdaulatkah mahasiswa Telkom University ini? Tetapi sebelum bertanya itu, sebenarnya sudah siapkah
belum berhasil diperjuangkan. Kembali pada akhirnya, pihak kampus membuat keputusannya sendiri untuk mempertahankan SK rektor tersebut dan bahkan mengeluarkan pemberitahuan lainnya mengenai keringanan yang diberikan dengan syarat yang begitu rumit (bahkan ada yang menyebutkan syarat tersebut seperti
mahasiswanya sendiri untuk berdaulat? Karena jika hanya ‘sebagian kecil mahasiswa’ yang ingin berdaulat, akahkah tujuan mendaulatkan mahasiswa tercapai? Omong kosong!
Pihak kampus yang lebih berdaulat akhirnya kembali menang. Aksi 293 itu hanyalah angin lalu yang akan segera terlupakan, dan kembali, mahasiswa menelan kekalahan. Sebagai informasi tambahan, tanggal 18 Juni 2017 silam adalah tepat 100 hari sejak Kabinet Karya BEM Kema Telkom University resmi berjalan. Sudahkah kamu menyalurkan aspirasimu? Sudahkah BEM Kema berjalan sebagaimana mestinya? Hanya dirimu sendiri yang bisa merasakannya. Ungkapkan! (HTK/PTS)
(TOLONG DENGAR DAN JELASKAN)
RAGAM :
KTM NAIK?
Oleh : Rahel Natania Adalah kebanggaan bagi setiap insan Dapat mengecap indahnya bangku perkuliahan Kami mahasiswa... Datang untuk menuntut ilmu pengetahuan Dengan cita dan asa di dalam genggaman Namun... Jelas terpatri dalam ingatan Kala surat keputusan resmi dikeluarkan Jujur, kami heran Kami hendak mengeluh Kembalikan regulasi yang dahulu Dua ratus ribu, kami rasa itu keliru Bagaimana dengan orang tua kami yang berpeluh? Jangan jadikan KTM sebagai ladang komersil Ini aspirasi kami, bukannya mau usil Wahai Bapak Rektor dan para pengambil kebijakan kampus, perlakukan kami dengan adil Dua ratus ribu itu bukanlah uang kecil Kami hendak menolak lupa Kami berdemonstrasi, tetapi dianggap tidak ada Wahai Bapak Rektor dan para pengambil kebijakan, tolong jelaskan dengan sedemikian rupa Karena kami mahasiswa Manusia yang telah dewasa Mengapa perkara ini tak selesai dengan musyawarah?
ATA U
D
emonstrasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menyuarakan pendapat atas suatu keputusan yang dianggap bertentangan dan tidak sesuai dengan orang banyak. Demonstrasi dapat terjadi dengan dua cara yakni melalui aksi damai atau aksi yang berujung kericuhan. Sedangkan mediasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu perselisihan sebagai penasihat. Proses mediasi dapat dilakukan dengan duduk bersama antara pihak terkait untuk menyelesaikan problematika permasalahan yang ada.
Dalam setiap periode kepengurusan, BEM Kema Telkom University mempunyai kelebihan dan kekurangan atas program kerja yang dijalankan. Dalam periode kepemimpinan Muhammad Yusuf dan Benny Kurniawan terdapat aksi damai yang dilakukan untuk menyatakan penolakan atas diterbitkannya Surat Keputusan (SK) KR.493/ AKD16/UAA/2016. Aksi yang dilakukan pada Rabu, 29 Maret 2017 ini diikuti oleh sekitar 130 mahasiswa. Hal ini cukup ironis mengingat jumlah keseluruhan mahasiswa Telkom University berada dalam kisaran 27.000 mahasiswa. Sehingga bisa dilihat, jikalau masih banyak mahasiswa yang cenderung bersikap pasif mengenai problematika yang ada, dan lebih memilih untuk bersikap acuh dan tidak peduli tentang apa yang sedang diperjuangkan oleh ‘sedikit mahasiswa’ yang melakukan aksi damai tersebut.
M
ereka yang memperjuangkan dan bergerak secara langsung menilai bahwa demonstrasi dirasa sudah bisa disebut sebagai finalisasi atas apa yang sudah diperjuangkan, aksi sendiri dirasa lebih efektif karena sebelum aksi terdapat kajian dan mediasi yang telah dilakukan, meskipun dengan hasil yang terkadang mengecewakan. Pada akhirnya, ada dua pihak yang tercipta dari adanya perjuangan mahasiswa ini, yang pertama adalah mahasiswa yang lebih memilih aksi sebagai finalisasinya yang tentunya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Aksi yang dimaksud jelas tidak serta merta dilakukan, melainkan ada persiapan yang sudah dilakukan sebelumnya, yaitu dengan melakukan kajian terlebih dahulu mengenai permasalahan yang akan diaksikan. Selain itu, dengan adanya aksi, pihak-pihak yang memiliki kepentingan yang sama pun dan menjadi satu dan membentuk aliansi yang lebih besar, sehingga peluang untuk mencapai tujuan lebih terbuka lebar. Namun pihak lainnya adalah mahasiswa yang menganggap aksi sebagai perbuatan yang mengakibatkan suasana tidak kondusif, tetapi mereka juga tidak menutup mata jika aksi memang diperlukan ketika sudah tidak ada jalan lain yang bisa dipilih untuk menyelesaikan permasalahan. Sebenarnya, mereka yang kurang setuju dengan adanya aksi lebih memilih untuk menyelesaikan masalah dengan mediasi saja, karena dengan adanya mediasi pihak-pihak yang memang benar-benar berpengaruh dapat bertemu
secara cepat tanpa harus berbuat kisruh terlebih dahulu. Selain itu, mereka juga berpandangan bahwa mahasiswa adalah kaum intelektual,sehingga harusnya lebih banyak berpikir.,daripada bertindak dengan hasil yang tak pasti. Namun dalam pelaksanaannya (mungkin termasuk di kampus kita juga), saat kita menyampaikan apa maksud kita, kita mungkin memang didengar dengan baik, tetapi kita tidak tahu apakah yang kita sampaikan tersebut akan direalisasikan
atau tidak, dan itu permasalahannya, sehingga terkadang mediasi juga tidak bisa membuahkan hasil yang jelas. (DRW)
“Jangan pandang sebuah kegaduhan itu menjadi sebuah pandangan negatif, coba lihat apa yang mereka kerjakan. Apakah tugas baik atau buruk. Bukan karena pencitraan, melainkan itu adalah sebuah tugas mulia� – Mafar Mullah Arrum (Staff Kementerian Aksi dan Propaganda BEM Kema Telkom University).
“Mediasi adalah jalan untuk menyelesaikan masalah bagi mahasiswa sebagai kaum intelektual, namun jika mediasi ditolak maka demo adalah bentuk perlawanannya� – Asto Hartopo (Aktivis).
KERJA 100 HARI
BEM KEMA Badan Ekskutif Mahasiswa Telkom University atau yang lebih dikenal dengan BEM Kema Telkom University merupakan badan mahasiswa yang bertugas untuk mengakomodir segala kebutuhan mahasiswa lainnya di tempat dimana mereka diberi amanat tersebut. Setelah dilantik bulan Maret lalu dan menjalani masa kerja sejak akhir Februari, dan tepat pada tanggal 18 Juni 2017 silam BEM Kema telah memasuki 100 hari kerja, tak ayal jika mahasiswa yang lain ingin mengetahui proker BEM Kema apa saja yang telah berhasil dikerjakan serta apa hasilnya. Sudah tentu jika kritik dan saran sangat diperlukan selama Proker (Program Kerja) tersebut masih berjalan, hal itulah yang diharapkan mahasiswa lainnya agar perbaikan dan pembelajaran bagi generasi selanjutnya dapat memperbaiki proker dari BEM Kema kedepannya. Selain itu terdapat Dewan Perwakilan Mahasiswa, akronim dari DPM, sebuah badan lain yang secara resmi mengawasi kinerja BEM Kema, dan menampung semua keluh kesah yang terjadi pada mahasiswa, yang untuk selanjutnya, segala bentuk permasalahan tersebut akan diberikan kepada BEM Kema sebagai pihak yang akan mengkaji dan mengeksekusi.
FUNGSI PENGAWASAN DPM
Saat BEM Kema memulai Program Kerjanya, saat itulah Fungsi Pengawasan DPM dapat berjalan. Pengawasan sendiri berjalan untuk meminimalisir akan pelanggaran AD/ART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga) BEM Kema dengan cara memberikan surat teguran. Akan tetapi, dikarenakan minimnya komunikasi yang terjalin serta renggangnya hubungan antara kedua badan mahasiswa ini menyebabkan adanya keterlambatan pembuatan Juplak. Juplak (Petunjuk Pelaksana) merupakan sebuah landasan akan adanya pengawasan yang dilakukan oleh DPM. Juplak ini berisikan MoU (Memorandum of Understanding) dan kesepakatan lainnya terkait pengawasan antar kedua belah pihak, BEM dan DPM. Dikarenakan terdapat keterlambatan langkah un-
tuk memulai, Juplak baru saja dibentuk pada bulan ke-empat (bulan April) dan baru ditanda tangani akhir bulannya. Menurut kesaksian Ketua DPM, Mubaroq Iqbal, pada bulan Maret, pihaknya sudah menghubungi BEM Kema untuk ketersediaannya membahas Juplak ini, tetapi karena kurangnya komunikasi, dan BEM Kema sendiri sedang sibuk mengurus pelantikan mereka, akhirnya Juplak terpaksa dilaksanakan pada bulan berikutnya. Pengawasan ini juga meliputi acara-acara yang akan digelar oleh BEM Kema, seperti syarat penyerahan berkas-berkas terkait pengadaan acara yang akan digelar sudah harus diserahkan pada pihak DPM kurang dari tiga hari pelaksanaan acara. DPM juga mengakui jika kurangnya transfer knowledge dari tahun sebelumnya menyebabkan masih adanya kendala saat pengawasan berlangsung antar kedua belah pihak.
KINERJA DI MATA DPM
Kinerja merupakan suatu proses dari Proker itu sendiri. Adanya naik turun, tekanan dan dukungan adalah proses dari sebuah kinerja. Jika kita membahas Proker dari BEM Kema yang telah berlangsung, menilik sudah hampir seratus hari masa kerja mereka berjalan, apa yang selama ini mereka kerjakan sudah seharusnya nampak dan biarkan pihak lain yang menilainya. Jika dinilai dari apa yang dapat dilihat mata, Proker BEM Kema di semester dua ini lebih difokuskan pada banyaknya forum yang mewadahi Ormawa dan UKM lain yang berada di Telkom University. Keberadaan forum ini bukan hanya membahas satu topik saja melainkan bahasan lainnya yang disesuaikan dengan Proker BEM Kema sendiri, salah satunya yang menaungi adalah Program untuk UKM Olahraga dan Penalaran serta Program
yang membawahi semua UKM Kesenian. Forum juga diadakan untuk membahas suatu masalah terkait apa yang dialami oleh mahasiswa Telkom University. Seperti masalah Skorsing beberapa mahasiswa Telkom dan masalah dengan SK Rektor nomor 493 terkait kenaikan denda kehilangan KTM, denda keterlambatan Registrasi dan denda keterlambatan cetak kartu KSM. Dan dilanjutankan dengan diadakannya demonstrasi pada 29 Maret 2017 di depan Gedung Rektorat untuk menuntut dihapuskannya SK Rektor tersebut, tetapi setelah itu, seakan tidak ada kelanjutan dari BEM Kema sendiri mengenai aksi tersebut, bahkan jikapun ada, belum disebarluaskan kepada mahasiswa sendiri, sehingga hasilnya masih menggantung sampai saat ini.
Diakui oleh DPM jika selain pengadaan beberapa forum untuk menaungi ruang gerak bagi Ormawa dan UKM yang ada di Telkom University, belum ada Proker BEM Kema lainnya yang menonjol.
EFEKTIVITAS PENGADAAN FORUM
Forum diadakan dengan tujuan menentukan apa langkah selanjutnya yang akan diambil dalam suatu keadaan, bisa juga sebuah perkumpulan untuk saling bertukar pikiran, saran dan solusi. Sekiranya begitulah sekelumit arti dari teciptanya sebuah forum. Jika dari forum tersebut tidak menghasilkan apa-apa, lalu dimana letak manfaatnya? Untuk forum-forum yang dibentuk oleh BEM Kema memang menjadi wadah yang baik untuk bersilaturahmi sesama UKM lainnya, tetapi selain itu, efek dari diadakannya forum tersebut kurang begitu memberikan dampak. Hal ini disebabkan oleh kurangnya partisipasi dari puluhan UKM yang ada di Telkom University. Sedangkan kurangnya partisipasi dari mahasiswa bisa jadi disebabkan oleh kurangnya awareness terhadap isu dan keadaan kampus, kurang menyebarnya informasi terkait forum tersebut atau kurang rangkulan dari BEM Kema sendiri. Selain itu, sudah seharusnya dari terbentuknya banyak forum menjadi mata air yang melegakan dahaga para mahasiswa, mengingat akhir-akhir ini banyak event yang diadakan oleh mahasiswa sendiri yang kurang memberikan manfaat yang nyata. Tetapi lain lagi ceritanya jika forum tersebut useless. Jika begitu, bukan hanya dari pihak penggiat (dalam kasus ini BEM Kema) yang salah, melainkan juga melibatkan dari partisipasi mahasiswanya yang belum turun sepenuhnya.
Pihak DPM berharap akan adanya hubungan yang lebih baik dengan BEM Kema kedepannya, sehingga dalam hubungan profesionalitas terdapat sinergi untuk saling mendukung, seperti halnya saling bertukar aspirasi. “Agar BEM Kema bisa lebih baik dalam mengakomodir kepentingan mahasiswa, membina hubungan baik dengan Ormawa se-Telkom University dan dapat mengemban amanah dari mahasiswa.� ujar Mubaroq Iqbal, mahasiswa D3 Manajemen Informatika selaku Pimpinan 1 DPM. 100 hari kerja BEM Kema, bahkan mungkin harihari berikutnya, semuanya akan sama saja, jika mahasiswanya sendiri tidak turut serta mendukung dan menyalurkan aspirasinya. Mari berkerjasama, berdaulat itu dilakukan bukan oleh satu orang, bukan oleh BEM Kema, bukan oleh DPM, tapi oleh semuanya. (MHA)
RID DLE A da sebuah kasus pembunuhan di sebuah ruang pesta, korban seorang dokter berkebangsaan inggris yang bernama Roland, sesaat sebelum kematian korban lampu di sana mati, korban ditikam menggunakan sebuah pisau pemotong roti. Korban sempat berlari, mengambil senter dan mengarahkan senter tersebut pada seseorang, namun dia hanya melihat kilauan sebuah cahaya tapi tidak tampak wajah pelaku. Saat lampu menyala korban memegang sebuah sendok di salah satu tangannya, dan satu tangannya lagi memegang matanya.
Korban sempat menulis huruf dan simbol dengan darahnya di lantai, on=rt, tak lama pisau pembunuhan juga ditemukan, dan ada sidik jari dari 12 orang yang semuanya saling kenal dan tisu berlumuran darah. Setelah diselidiki didapatkan 12 orang, dan salah satunya adalah tersangka, dari profesi, jenis kelamin, dan benda yang dipakai saat itu berbeda satu sama lain. Berikut rinciannya :
•
•
•
Dr. Robert seorang spesialis mata, dia memakai kemeja, dasi, jam tangan, sepatu.
•
Bort seorang petugas listrik, dia memakai kaos, jam tangan, dan perban pada tangannya.
Dr. Linda seorang dokter bedah, dia memakai stocking, sarung tangan, anting, kalung, gaun, sepatu high heels.
•
Dr. Will seorang dokter psikologi, dia memakai, kemeja, syal putih, dasi, jam tangan, sepatu. •
•
•
Ginny seorang juru masak, dia memakai gaun, anting-anting, sepatu high heels. •
•
Ulfia seorang atlet tembak, dia memakai gaun, high heels, syal, dan anting-anting. •
CC seorang manager, dia memakai gaun, jam tangan, sarung tangan, syal, dan kalung.
Rogue seorang Masinis, dia memakai jas, sarung tangan dan jam tangan.
•
Elsta seorang perawat, dia memakai anting, gaun, sarung tangan, kalung, high heels. Aqua seorang tukang pos, memakai penutup mata, sepatu, dan kaos.
Jason seorang petugas kebersihan, memakai kaos, jam tangan dan sepatu.
Apollo seorang pengacara, dia memakai sepatu, kemeja, jam tangan, syal.
Didekat korban ditemukan tisu yang berlumuran darah dan pisau yang digunakan untuk menusuk korban. Dengan dying message (pesan kematian) yang ditinggalkan korban, dan juga mengabaikan motif pembunuhan, siapakah pelaku yang dimaksud oleh korban?
S
herlock Holmes diminta bantuannya oleh pihak kepolisian. Kasus kali ini adalah pembunuhan seorang mahasiswa kaya jurusan bahasa inggris. Ada 4 orang yang dicurigai sebagai tersangka:
•
Sisca seorang guru berumur 50 tahun. Beliau sudah bekerja selama 10 tahun. Beliau sangat menyukai korban atas bakat yang dimilikinya.
•
Michele umur 21 tahun mahasiswi jurusan seni, seorang pianist yang sangat berbakat, dikatakan dia memiliki hubungan dengan korban.
•
Tony 25 tahun teman sang korban yang memiliki hutang akibat berjudi.
•
Rudolf 40 tahum satpam universitas. dia pernah melihat sang korban melakukan pelecehan terhadap beberapa mahasiswi di universitas tersebut.
Ada sebuah surat kematian yang ditemukan & bisa menujukan identitas pelaku ; I am a 7 letter word 123 is a liquid 3456 is a pain 567 is a girl 67 is a section in hospital Hanya sepuluh menit Sherlock Holmes mengetahui pembunuhnya. Siapakah dia?
source: google.com/riddleindonesia