Daypost "Antologi Mahasiswa"

Page 1


DARI REDAKSI

Tidak ada salam yang lebih hangat dari sebuah ucapan doa yang diucapkan dari dalam hati dengan sebuah senyuman, tapi karena mungkin akan sulit untuk menunjukan sebuah senyuman yang nyata, maka kami hanya bisa mengucapkan salam dari hati yang terdalam dengan rasa terimakasih yang besar atas segala waktu yang telah dikorbankan untuk membaca beberapa untaian kata yang terbentuk menjadi kalimat dalam buku kecil bersampul putih ini. Ada pepatah yang mengatakan, kejarlah ilmu sampai ke negeri cina, maka kami juga memiliki satu kalimat khusus untuk semuanya, “jangan hanya mengejar ilmu, tapi pahamilah, belajarlah dari sebuah buku tipis, karena jendela ilmu bisa didapat dari mana saja�. Sekali lagi, salam hangat dari kami, terimakasih. Redaksi: Robi, Suhartanto, Assyifa, Annissa, Benedikto, Helmi, Dennis, Putu, Adinda, Milati, Hartika, Arul; Layouting: Otrinanda, Agi dan Adia Kontributor: Semua Anggota AKSARA.


reFORMasi


R

EFLEKSI PERGERAKAN MAHASISWA MASA SEKARANG

Ahmad Ahadi Yusuf – Ketua DEMA FKIP UNS 2017 “Sejak dulu hingga saat ini, pemuda merupakan pilar kebangkitan, dalam setiap kebangkitan pemuda merupakan rahasia kekuatannya, dalam setiap pemikiran pemuda merupakan panji-panjinya�. (Hasan Al-Banna) Pegerakan mahasiswa Indonesia dahulu ialah tidak lepas dari sejarah perjuangan merebut kemerdekaan dari penjajahan Belanda. Berdiri Boedie Oetomo pada waktu itu menghimpun semua kekuatan dan potensi para pemuda untuk diarahkan kepada semangat nasionalisme untuk membebaskan bangsa dari penjajahan. Boedie Oetomo merupakan sebagai wadah sikap kritis mahasiswa terhadap kolonialisme belanja yang

harus dilawan dan sudah mutlak rakyat dibebaskan dari segala bentuk kebodohan dan penguasan sumberdaya alam. Pada tahum 1928 berlangsunglah sumpah pemuda Indonesia, sebuah integritas baru perjuangan pemuda Indonesia pada waktu itu. Bersamaan dengan semangat nasionalisme yang tinggi melahirkan janji yang sebagai bukti kecintaan pemuda terhadap masa depan bangsa Indonesia.


Di tahun 1945 pemuda juga kembali membuktikan keberanian mereka menculik dan mendesak presiden Soekarno dn beberapa tokoh lain ke Rengasdengklok, sebuah usaha agar Indonesia segera memproklamirkan kemerdekaan yang telah dicita-citakan. Menuju masa setelah merdeka mahasiswa terus bergerak mengkritisi menjadi kontrol pemerintahan pemerintahan dalam setiap kebijakan. Dari tuntutan pembubaran PKI pada masa orde lama hingga masa reformasi penurunan rezim Orde Baru pada tahun 1998. Mahasiswa begitu kritis dalam memperjuangan hak-hak warganegara yang telah banyak dikesampingan dan sering kali hal ini menhantarkan mereka masuk jeruji besi. Peradaban bangsa mengalami perubahan karena ada peran mahasiswa didalamnya. Sejarah telah mencatat dan menjadi bukti bahwa mahasiswa dahulu sering menempatkan diri dalam setiap perubahan historik dan patriotik di negeri ini. Sudah sepatutnya mahasiswa itu menjadi pembawa perubahan (agent of change) pada masyarakat, menjalankan fungsi kontrol sosial dalam pemerintahan (Social control) dan fungsi investasi masa depan (iron stock). Kebijakan yang dari pemerintahan sudah sepatutnya dikawal serta dikritisi terkait dampak yang

akan terjadi apabila kebijakan itu diberlakukan, penilaian kebijakan pemerintahan itu pula terkait dengan keadilan serta mengutamakan kesejahteraan rakyat. Pada akhirnya sejarah pergerakan mahasiswa itu sudah selayaknya kita jadikan sebagai bahan refleksi khususnya yang sekarang telah menjadi seorang mahasiswa bahwa inilah sebenarnya peran dan tanggung jawab kita yang telah ditunjukkan oleh para pendahulu kita yang sudah terlebih dahulu menancapkan tombak perubahannya di negeri ini. Lantas kita seharusnya bagaimana melanjutkan perjuangan mereka ??? Sudah menjadi sebuah keharusan bagi kita sebagai mahasiswa, untuk kemudian tidak hanya diam dan hanya menjadi penonton saja dalam perubahan. Menjadi tanggung jawab besar di pundak kita untuk kemudian tidak hanya sikap apatis, anti politik atau hanya study oriented saja. Maka lanjutkan estafet perjalanan ini dengan sekuat tenaga kalian. Negeri ini begitu besar dan bumi cukup luas untuk menerima kehadiran kawan-kawan semua. Negeri besar ini akan segera bangkit, dan kebangkitan ini karena kalian. Entah kapan hal itu terjadi, namun masa itu akan terjadi. Maka persiapkanlah diri kalian dengan baik dan bergeraklah untuk kemajuan bangsa.


sumber: unjkita.com

EKSEKUTIF SELAYAKNYA DIREFORMASI ULANG

REFORMASI JILID II:


“ T

Pagi hari ketika matahari baru saja bangun dari peraduannya. Saat itu kabut masih mendominasi dalam penglihatan, bahkan jam ditangan pun masih menunjukkan pukul 10 pagi. Sorakan semangat dari beberapa titik daerah di Indonesia sudah menggema, membangunkan aparat pemerintahan yang bahkan mungkin masih terlelap di kursi nyamannya.

epat pada tanggal 12 Januari 2017 silam, Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) telah menggaungi sebuah aksi yang dikenal sebagai aksi 121, disesuaikan dengan tanggal diadakannya aksi tersebut (tanggal 12 bulan Januari, red). Aksi ini jelas bukan dengan tangan kosong, ada lima tuntutan yang mereka perjuangkan ketika aksi 121 dilakukan. Pertama, menolak dengan tegas PP No. 60 Tahun 2016 dan menuntut Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) untuk mencabut PP tersebut, dikarenakan mengakibatkan keresahan atas beberapa kenaikan pada saat itu. Mulai dari kenaikan pajak STNK, tarif dasar listrik dan harga bahan pokok, salah satu contohnya adalah cabai yang melonjak tinggi. Kedua, menuntut Presiden Jokowi-JK untuk membuat kebijakan yang pro terhadap rakyat. Ketiga, mengecam keras pemerintah dan jajarannya yang saling cuci tangan dengan kebijakan yang dibuatnya. Karena dari kacamata mahasiswa, BEM SI menilai bahwa Kabinet Kerja (kabinet pada masa pemerintahan Ir. Joko Widodo) seperti mainmain dengan amanah yang mereka emban, hal tersebut dapat dilihat salah satunya dari adanya reshuffle kabinet yang telah dilakukan beberapa kali dalam satu periode pemerintahan. Keempat, menuntut pemerintah untuk transparansi dan sosialisasi dalam setiap menentukan suatu kebijakan. Kelima, Menolak kenaikan tarif listrik

�

golongan 900 VA dan mendesak dikembalikannya subsidi untuk tarif listrik golongan 900 VA. Aksi ini juga disebut-sebut sebagai ‘Reformasi Jilid II’ dengan alasan jikalau BEM SI sendiri menilai bahwa para eksekutif sudah selayaknya untuk direformasi ulang, karena melihat dari berbagai sikap para eksekutif saat ini yang tidak memberikan tauladan dan kebijakan yang baik terhadap kepentingan rakyat seluruh Indonesia. Alasan ini diungkapkan secara langsung oleh Ihsan Munawar, yang merupakan Presiden BEM KBM STEI SEBI, sekaligus Koordinator Wilayah BEM SI bagian Jabodetabek Banten, yang sudah dipastikan turut serta dalam aksi ini, bahkan menjadi Koordinator Lapangannya. Ihsan juga bercerita mengenai bagaimana kronologi aksi 121 Januari silam ini berlangsung. dimulai dari perumusan aksi 121 yang melibatkan semua anggota Aliansi BEM SI, sampai dengan dilakukannya aksi ini, yang diawali dari pukul 10.00 WIB dan diakhiri sekitar pukul 20.00 WIB, dengan jumlah massa yang hadir sekitar 2500 orang,


Yang merupakan gabungan dari (kurang lebih) 20 kampus yang tersebar di wilayah Jabodetabek Banten (untuk aksi di Jakarta, red). “Tanggapan dari pemerintah yang kami dapatkan masih nihil. Bahkan kami yang berada di luar Istana Kepresidenan hanya ditemui oleh Teten Masduki, padahal jelas sekali tujuan dari aksi ini bukanlah Teten Masduki, melainkan Ir. Joko Widodo. Maka dari itu, untuk kelanjutannya sendiri, kami telah merencanakan akan mengadakan aksi lanjutan dari hasil yang telah kami peroleh kemarin,� tutur Ihsan. Adapun hasil yang diperoleh dari aksi 121 lalu adalah berupa Nota Kesepahaman antara mahasiswa dengan pihak Istana Kepresidenan. Nota Kesepahaman yang telah ditandatangani oleh Teten Masduki dan Bagus Tito Wibisono sebagai Koordinator Pusat BEM SI ini nantinya akan kembali di-follow up pada tanggal 12 April 2017. Nota kesepahaman tersebut pun berisikan empat poin, yaitu:

Pertama, pemerintah menjamin tidak akan terjadi kelangkaan BBM bersubsidi di SPBU seluruh Indonesia. Kedua, nampak kenaikan BBM non-subsidi tidak akan menyebabkan kenaikan harga pokok lainnya dan pemerintah menjamin itu. Ketiga, pemerintah menjamin kenaikan tarif dasar listrik untuk 900 VA dilakukan untuk kepentingan rakyat dan tepat sasaran. Jika tidak tepat sasaran dapat melaporkan ke PLN dan akan mendapatkan subsidi. Keempat, kenaikan tarif STNK dan BPKB digunakan untuk meningkatkan pelayanan kepolisian dan ada sosialisasi pelayanan seperti apa yang ingin ditingkatkan. Dalam hal ini pemerintah menjamin itu. Di akhir Nota Kesepahaman tersebut dituliskan bahwa, jika selama tiga bulan ditemukan pelanggaran dan kesalahan, maka mahasiswa siap untuk menegur dan mengingatkan pemerintah. Ihsan juga menambahkan, bagaimana


sumber: megapolitan.kompas.com

tantangan yang dihadapi selama aksi 121 ini dilakukan, dimulai dari banyaknya intel kepolisian yang mengaku sebagai media untuk mendapatkan informasi sebelum dilakukannya aksi, bahkan sesudah aksi pun banyak netizen yang berkomentar tidak enak dan mencibir aksi ini, apalagi dengan digunakannya sebutan ‘Reformasi Jilid II’, terutama di media sosial. “Tapi dibalik rintangan itu, pasti selalu ada jalan untuk terus berjuang. Dari pihak kita sendiri, tentunya akan terus kembali menuntut untuk dipenuhinya tuntutan yang kami bawa, karena itu merupakan kepentingan rakyat Indonesia,� tutup Ihsan ketika diwawancarai oleh Redaksi Aksara. Saat ini, sudah hampir 3 (tiga) bulan berlalu, sejak aksi 121 dilaksanakan. Namun, kemana aksi lanjutan itu? dan bagaimana lanjutan dari cerita tentang aksi heroik memperjuangkan masyarakat ini? Semua hanya tinggal menunggu waktu. Salam Mahasiswa! (ASW/ROB) sumber: aktual.com


Photo by : Depok News

98 VS 121 Photo by : CNN Indonesia


Aksi 121 adalah aksi demonstrasi yang digaungi oleh BEM Seluruh Indonesia (BEM SI), yang dilaksanakan pada tanggal 12 Januari 2017 lalu dan serentak diadakan di 19 titik di seluruh indonesia. Aksi ini disebut juga sebagai Reformasi Jilid II, mengingat sebelumnya telah ada Reformasi ’98.“ Aksi reformasi tahun 1998 bisa dibilang suskses besar dikarenakan tuntutan mereka menang dan pemerintahan bergulir. Dan kini, penggunaan label ‘Reformasi Jilid II’ pada aksi 121 ini telah memunculkan banyak perseteruan. Mulai dari pihak yang memang mendukung aksi 121, sampai dengan yang mempermasalahkan penggunaan label untuk aksi tersebut Sebut saja Pak Epin, beliau merupakan salah satu dosen mata kuliah Kewarganegaraan Telkom University dan pernah ‘hidup’ juga di zaman Reformasi ’98 lalu, yang mengaku kurang setuju dengan pelabelan ‘Reformasi Jilid II’ pada aksi tersebut. Beliau bercerita bahwa saat ini ada satu gejala yang muncul di kalangan mahasiswa, yaitu mahasiswa sangat mudah ‘mengklaim’, seperti halnya dengan aksi 121 yang disebut Reformasi Jilid II tersebut, karena jika dilihat dari sisi mahasiswa, mahasiswanya sendiri tidak menawarkan solusi untuk permasalahan yang menjadi momok dalam aksi tersebut, dan hanya berusaha mengajukan tuntutan.

“Gerakan yang paling efektif ketika mahasiswa mengkritik kebijakan, adalah dengan turut serta menyiapkan solusi alternatif, misalkan mahasiswa menuntut untuk tidak menaikkan tarif STNK, melainkan naikan saja tarif lainnya.” imbuh Pak Epin. Masih ada hal lain yang menjadi alasan aksi 121 lalu belum bisa disebut sebagai Reformasi Jilid II, yaitu dari massanya sendiri yang merupakan aliansi dari mahasiswa terlihat tidak kompak. Berbeda dengan Reformasi ‘98 dimana semuanya turun ke jalan tidak peduli latar belakang organisasi eksternal mereka. Bahkan tidak hanya itu, rakyat pun turut serta turun ke jalan dikarenakan parahnya persoalan yang ada di Indonesia, mulai dari krisis moneter dan lain sebagainya. “Kekompakan solidaritas mahasiswa itu tidak kelihatan. Kalau dulu mahasiswa itu kaji bersama-sama, aksi pun bersama-sama. Kalau sekarang, kajian mungkin bersama-sama, tapi aksi tidak semuanya, karena selepas kajian ada yang setuju ada yang tidak,” ujar pak Epin.


Sebagai seorang yang bergerak di bidang pedidikan, pak Epin berpendapat bahwa struktur komunikasi aksi 121 tidak terstruktur karena tidak seluruh kampus ikut terlibat dalam aksi ini, bahkan mungkin hanya berupa ucapan semangat saja. Padahal aksi ini diinisiasi oleh BEM SI yang seharusnya meliputi seluruh Indonesia. Beliau juga mempertanyakan apakah para mahasiswa sekarang punya pandangan lain-lain karena sudah dipetak-petakan oleh politisi atau antar organisasi mahasiswa sudah tidak sinergis karena terdapat pola komunikasi yang salah terutama komunikasi publik? Siapa yang tahu. Selain dari Pak Epin, ada juga menurut pak Qurtoby yang juga merupakan dosen Telkom University. Beliau mengungkapkan jikalau mahasiswa saat ini belum terlalu tegas dan masih terlalu berhati hati dalam menyuarakan aspirasi. Untuk masalah campur tangan politik sendiri, sebenarnya Reformasi ’98 dan Reformasi Jilid II sama-sama ditunggangi

oleh politik. Namun yang membedakan, pada masa Reformasi ’98 lebih banyak yang mahasiswa yang idealis daripada yang flegmatis (ikut-ikutan, red). Sedangkan saat ini lebih banyak mahasiswa yang flegmatis. Jika harus kita bandingkan lagi, gerakan Reformasi ‘98 dengan yang sekarang itu memang jauh berbeda, aksi kemarin itu cuma di 19 titik se-Indonesia, yang di Bandung juga jika dilihat-lihat hanya mencapai 60 orang, berbeda dengan Reformasi ’98 yang sekaliber provinsi bisa mencapai 500 orang. Lalu, dibagian mana yang mengindikasikan bahwa gerakan ini Reformasi Jilid II? Kalau reformasi minimal gerakannya harus sama dan yang terlibat tidak hanya mahasiswa, tetapi juga masyarakat, bahkan akademisi pun turun serta ikut ke jalan, namun nyatanya, bahkan dari mahasiswanya sendiri juga tidak semua turun ke jalan untuk aksi tersebut. Sedangkan untuk pengaruh dari aksi 121 sendiri dirasa tidak terlalu banyak.


Photo by : kompas

Terlebih para mahasiswa yang mengikuti aksi tersebut pun harus menunggu selama tiga bulan untuk hasil dari aksi tersebut, yang jika dirasa memang terlalu lama. “Saya berharap mahasiswa bisa lebih sensitif terhadap isu di masyarakat dan lebih berani mengeluarkan pendapat, kemudian jangan takut juga dalam berbuat sesuatu untuk kepentingan rakyat banyak, karena mahasiswa merupakan elemen yang terdidik dengan baik sehingga pemikirannya pun lebih terbuka dari orang yang tidak kuliah,” harap Pak Qurtoby. “Jadilah akademisi yang organisatoris. Jangan anggap kuliah itu hanya di kelas saja, tetapi mahasiswa juga harus berani menyikapi fenomena yang ada di masyarakat kemudian menindaklanjutkan dengan gerakan. Tapi harus dipahami bahwa gerakan itu bukan hanya dalam bentuk demonstrasi. Demo itu adalah jalan terakhir, yang pertama itu kita harus komunikasi dengan pemerintah, jika komunikasi tidak berjalan baik, baru aksi.

Sistemnya, pertama komunikasi melalui tulisan yaitu surat kemudian melobi baru aksi. Tapi sekarang yang ada hanya komunikasi, tidak ada lobi, langsung aksi. Mereka berpikir bahwa dengan aksi bisa mengubah segalanya,” tutur pak Epin menutup pembicaraan. Setiap jalan yang dipilih oleh mahasiswa, pastinya akan selalu memberikan dampak tersendiri, baik itu pro dan kontra, semuanya tergantung dari bagaimana orang-orang memandang. Terkadang niat memang baik, tetapi orang memandangnya salah, namun bisa juga sebaliknya, niat jahat, belum tentu terlihat jahat. Tidak akan ada ‘Reformasi Jilid II’, jika tidak ada mahasiswa yang berjuang serta masyarakat yang memberikan dukungan untuk perjuangan tersebut. Dan tidak akan ada penyelesaian masalah, jika semua pihak sama-sama keras kepala dalam memperjuangkan kemauannya. Jayalah Indonesia! (ASW/PTS/ROB)


Lukisan Abstrak Mahasiswa Telkom University

Perkembangan dan perubahan zaman adalah salah satu hal yang tidak dapat kita hindari. Mulai dari segala aspek kehidupan serta lingkungan sekitar kita pun turut merasakan adanya perubahan yang dapat mempengeruhi baik secara langsung maupun tidak langsung. Kita sebagai mahasiswa di Telkom University ini baik itu pendatang ataupun penduduk asli di daerah Bandung pasti turut serta ambil bagian dari perubahan ini. Dalam artikel kali ini Redaksi Aksara telah mewawancarai berbagai narasumber yang dapat menilai dan memberikan pemahaman tentang apa yang terjadi di lingkungan kampus Telkom University ini. Semua hal yang terjadi mulai dari jaman 4 perguruan tinggi milik yayasan telkom hingga saat ini bergabung menjadi Telkom University.


kepedulian mahasiswa

Ya, berbicara tentang kepedulian mahasiswa merupakan hal yang tidak lepas dari setiap individu mahasiswanya sendiri. Ada mahasiswa yang sudah mulai peduli, ada mahasiswa yang memang peduli dan ada juga mahasiswa yang berpikir kalau “ya yang penting diri gue aja dulu�. Sebenarnya seberapa penting sih kepedulian dari mahasiswa itu? lalu, bagaimana kondisi kepedulian mahasiswa Telkom University sendiri? “Mengingat kepedulian mahasiswa merupakan hal yang sangat penting, maka dari itu setiap mahasiswa wajib untuk memilikinya. Kepedulian yang dimaksud oleh penulis merupakan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Bagaimana kita tidak

belajar untuk peduli jika pada akhirnya kita akan kembali pada masyarakat? Mungkin begitu filosofinya.� Sayangnya, ditilik dari kenyataan yang terjadi saat ini, hanya sedikit mahasiswa yang sudah menerapkan salah satu dari tri dharma mahasiswa tersebut. Sebagian ada yang memang sudah peduli terhadap lingkungan dan memberikan dampak, baik itu dari segi ekonomi dan sosial walaupun sebagian besar lainnya memilih acuh tak acuh. Acuh tak acuh yang banyak terjadi di kalangan mahasiswa saat ini merupakan dampak dari ketidaktahuan mahasiswa akan manfaat dari peduli pada lingkungan sekitar, bahkan mahasiswa kini sudah merasa cukup dengan diri mereka sendiri

dan lingkaran pergaulan mereka. Mereka tidak berfikir akan dampak mutualisme yang sudah seharusnya terjadi antara mahasiswa dan masyarakat. Apalagi mengingat mahasiswa adalah agent of change. Sudah menjadi tugasnya, mahasiswa memiliki kepedulian untuk lingkungan sekitar dan masyarakat. Begitulah sekiranya seperti yang dipaparkan oleh Galuh Pratiwi, selaku ketua Senior Resident tahun 2016/2017.


Tingkat Apatisme Mahasiswa

Tingkat apatisme dikalangan mahasiswa Telkom University nyatanya masih besar. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya partisiasi mahasiswa dalam setiap kegiatan yang dicanangkan oleh kampus. Mereka yang apatis cenderung menutup pikiran mereka dan menolak untuk terlibat. Contohnya saat dikeluarkannya SK Rektor no.493/ AKD16/UAA/2016 tentang kenaikan harga kehilangan KTM yang semula seharga Rp50.000 menjadi Rp200.000 banyak dari mahasiswa yang hanya diam saja dan menerima keputusan SK Rektor yang berlaku mulai Januari 2017. Bahkan saat BEM telah mewadahi aspirasi mereka yang tidak terima dengan memprakasai sebuah aksi untuk menuntut penurunan harga KTM beserta beberapa tuntutan lain, hanya sekitar 140 massa yang terlibat, massa yang sangat sedikit jika dilihat dari jumlah mahasiswa Telkom University seluruhnya berjumlah kurang lebih 27.000 mahasiswa. Mereka tak menolak adanya aksi tersebut, karena dari mereka sendiripun juga keberatan dengan kenaikan harga KTM tersebut.

Tetapi mereka yang apatis lebih memilih menyerahkan aksi tersebut pada mereka yang terlibat dan tidak memberikan bentuk partisipasi apapun selain tetap sibuk pada urusannya masing-masing. Contoh lainnya dari bentuk apatisme mahasiswa Telkom saat ini dapat dilihat dari ketidakpedulian mereka terhadap isu-isu yang sedang berkembang di sekitar mereka, bahkan dalam hal kecil sekalipun, seperti dalam mengeluarkan pendapatnya mengenai suatu hal yang terjadi di kampus ini.


Ambisius dalam mengejar “Jabatan”

Ambisius adalah satu sifat yang harusnya dimiliki oleh semua mahasiswa. Tetapi di samping hal tersebut, yang perlu diingat adalah ambisius ada batasannya. Ambisius yang menghalalkan segala cara bukanlah hal yang baik, apalagi untuk mendapatkan sebuah ‘Jabatan’. Lalu, seberapa besar sih ambisi mahasiswa Telkom University sendiri dalam mengejar yang namanya ‘jabatan’ ini? Kembali lagi pada individu masing masing, memang ada mahasiswa yang terlalu keras mengejar jabatan semasa mereka masih berada di bangku kuliah, satu dua bahkan sampai melalaikan akademik yang seharusnya jadi prioritas. Tetapi, masih banyak mahasiswa lain

yang sudah berusaha untuk menyeimbangkan dua hal tersebut. Mereka tidak melupakan kewajiban mereka untuk belajar, tetapi juga tidak meninggalkan amanat yang telah diberikan oleh organisasi yang mereka ikuti. Yang terpenting adalah memiliki skala prioritas. “Dimana mahasiswa tahu mana yang lebih penting, dan mana yang lebih mendesak untuk dilakukan. Aktif dalam organisasi merupakan hal yang baik untuk melatih cara berkomunkasi serta menambah relasi di masa depan. Tetapi ada baiknya jika kita dapat menyeimbangkan dua hal tersebut dengan seimbang.” tegas pak Fajar Ciptandi selaku dosen Seminar di Kriya Tekstil dan Mode.


Perubahan yang dirasakan dengan adanya mahasiswa Dengan banyaknya mahasiswa yang menuntut ilmu di suatu perguruan tinggi, entah mereka adalah penduduk asli atau seorang perantauan, tak bisa dipungkiri jika dampak pada masyarakat sekitar kampus begitu besar. Baik dalam bidang ekonomi, sosial dan percampuran budaya antara mahasiswa dan warga asli sekitar kampus. Termasuk di Telkom University sendiri, baik negatif ataupun positif, pasti keberadaan mahasiswa akan memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup di sekitar Telkom sendiri. Lalu, dampak apa saja sih yang muncul itu?

sosial Photo by : dakwatuna Sebenarnya tidak ada perubahan signifikan antara mahasiswa di tahun 90 dan mahasiswa di masa kini. Hal yang membuatnya berbeda adalah perkembangan teknologi. Kita tak bisa memungkiri jika dengan adanya teknologi, kinerja kita, pergaulan dan interaksi pada masyarakat pun tidak akan sama lagi. Berubah ke arah yang lebih baik tentu saja, tetapi ada beberapa hal yang tak bisa diselesaikan hanya oleh teknologi, terlebih telah terkikisnya budaya sopan santun yang sangat disayangkan oleh masyarakat. Bahkan menurut pak Didit Widiatmoko, selaku dosen Metode Penelitian dan Seminar DKV, ‘komputer itu banyak menghilangkan pekerjaan orang’. Selain itu, tidak adanya kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya juga dapat menyebabkan tumpukan sampah. Belum lagi dengan kemunculan para pedagang liar yang selalu bertambah setiap tahunnya, yang secara tidak langsung dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat.


ekonomi Photo by : infoBDG Peningkatan jumlah mahasiswa dari tahun ke tahun juga berpengaruh pada tingkat konsumen dan maraknya usaha warung makan. Namun kebanyakan warga yang menikmati hasil dari adanya mahasiswa bukanlah orang asli di sekitaran Telkom University, melainkan warga luar yang membangun usaha kos-kosan, warung makan, tempat laundry dan lain-lain. Tetapi banyak mahasiswa yang juga memberikan efek perekonomian yang baik kepada warga secara langsung dengan memberikan pelatihan pengelolaan berbisnis, bahkan pengolahan barang tidak layak pakai menjadi layak pakai lagi. Banyak hal yang terjadi seiring dengan adanya mahasiswa, baik itu pengaruh yang positif atau pun negatif. Adanya pengaruh negatif itu pun juga tak terlepas dari bagaimana cara masyarakat dapat memilah mana yang baik ataupun tidak. Mahasiswa seharusnya tidak berindak semena-mena dengan memperlihatkan bagaimana budaya buruk di tempat dia berasal, mereka harus bisa bertindak dewasa dengan menjaga perilaku masing masing. (BKW/MHA)


OMM


MAMI


Mahasiswa dan Cerita Di Balik Namanya

M

ahasiswa adalah kaum muda bangsa yang memiliki pengaruh besar dalam membangun kampus maupun juga negara. Sebagaimana pepatah yang dikatakan oleh mendiang Presiden RI Pertama Soekarno, “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia!�. Kuliah merupakan jenjang pendidikan tertinggi dan terakhir sebelum kita menuju masa kerja di dunia luas. Jika menjadi mahasiswa yang baik, maka tentu akan menyumbang hal baik dalam membangun Indonesia yang lebih baik lagi. Dalam hal inilah maka dibutuhkan sikap-sikap yang semestinya dimiliki oleh tiap mahasiswa, salah satunya yakni tanggung jawab. Tanggung jawab adalah mandat yang diberikan oleh orang yang statusnya lebih tinggi dan wajib bagi kita untuk menjaga mandat tersebut. Sejatinya, mahasiswa mempunyai tanggung jawab yang sangat besar. Sebagai mahasiswa, kita bertanggung jawab akan pendidikan, kepada orang tua, dan juga bertanggung jawab atas diri sendiri agar masa depan kita menjadi lebih baik. Salah satu langkah awal sebagai mahasiwa yang bertanggung jawab yakni dengan menjalankan pengabdian masyarakat, yang juga merupakan fungsi Tri Dharma Perguruan Tinggi di Telkom University ini. Untuk tindakan nyata yang pernah saya lakukan sebagai wujud dari Tri Dharma tersebut salah satunya yaitu mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat.

Kegiatan ini bekerja sama dengan para dosen, di daerah Bale Endah untuk pembuatan lampu taman dari bambu. Berbicara tentang mahasiswa yang bertanggung jawab, maka tidak menutup kemungkinan bahwa ada pula mahasiswa yang apatis, yakni mahasiswa yang tidak bertanggung jawab serta tidak perduli akan lingkungan disekitarnya. Sesungguhnya masih banyak mahasiswa di Telkom University ini yang memiliki sikap apatis, yakni mereka yang tidak peka dengan lingkungan, malas bersosialisasi dengan mahasiswa lain maupun dengan masyarakat sekitaran Telkom University, tidak mengikuti kegiatan-kegiatan kampus seperti mengabaikan aturan kampus dan ormawa di Telkom University ini. Oleh sebab itu, disinilah peran mahasiswa yang bertanggung jawab dibutuhkan. Kita harus mengajarkan dan menunjukan cara-cara baik yang sebenarnya harus mereka lakukan sehingga mereka dapat sadar. Sehingga dengan begitu, jika mereka bisa sadar, maka sudah dipastikan dapat memperbaiki kesalahan mereka. Dengan berkurangnya mahasiswa apatis, tentunya akan turut mengurangi permasalan-permasalahan yang ada di kampus Telkom University ini.


Apa yang Telah Diberikan Mahasiswa Mengenai pendapat dari masyarakat sekitaran Telkom University. Menurut kebanyakan, mereka mengatakan bahwa sikap mahasiswa Telkom University sebenarnya biasa-biasa saja, ada positif dan ada negatifnya, itu sudah pasti. Positifnya yakni masih adanya kegiatan-kegiatan mahasiswa Telkom University yang dapat dirasakan oleh masyarakat, seperti pembagian sembako pada saat bulan puasa dan juga pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada siswa-siswa sekolah dasar hingga menengah di daerah sekitaran kampus. Anak-anak disini merasa senang dengan adanya kunjungan dari mahasiswa Telkom University. Juga semenjak ada Telkom University ini, pandangan masyarakat mengenai pentingnya pendidikan juga semakin terbuka, yang pada awalnya kebanyakan masyarakat hanya menempuh pendidikan hingga lulus SMA saja, kini sudah banyak yang meneruskannya ke jenjang perguruan tinggi. Dampak lainnya yang berhubungan dengan banyaknya mahasiswa Telkom University yaitu dengan banyak munculnya lapangan pekerjaan untuk masyarakat disekitar kampus dikarenakan kebutuhan mahasiswa yang beragam. Lapangan pekerjaan seperti membuka usaha laundryan, warung makan, kos-kosan, bengkel mobil dan motor, fotokopian, serta masih banyak lagi. Oleh karena itu masyarakat sekitaran kampus Telkom University banyak yang tidak pengangguran lagi. Sedangkan dibalik semua itu, tentu ada dampak negatifnya, seperti timbulnya kasus kriminal yang sebelumnya tidak terjadi di daerah ini, seperti pencurian, penipuan, dan sebagainya. Tindakan negatif dari mahasiswa Telkom University yang lain contohnya adalah masih kurang menjaga kebersihan lingkungan, dan beberapa mahasiswanya juga masih kurang sopan,

seperti kurang bertegur sapa terhadap masyarakat sekitaran kampus ini ketika lewat. Tetapi, segala dampak negatif itu akan bisa tergerus, jika masyarakat dan mahasiswa bisa saling menghargai satu sama lain, dan bergerak bersama untuk kesejahteraan. (DRV/HTK)


Kampusiana:

kampus dengan sejuta fasilitas

D

i usianya yang akan menginjak 4 tahun ini, kinerja Telkom University perlu mendapat apresiasi. Pasalnya, kampus telah banyak melakukan perubahan dan pembenahan terutama dalam menyediakan fasilitas yang memberikan kemudahan dalam kegiatan proses belajar-mengajar dan kenyamanan pada kehidupan sosial mahasiswa di lingkungan kampus. Fasilitas di Telkom University sendiri terbilang sudah bagus dan cepat mengingat usiannya yang masih belia tersebut. Tetapi, ada beberapa fasilitas yang telah disediakan atau dibuat pihak kampus namun kondisinya memprihatinkan. Apa saja? Baca ulasan di bawah ini.

1. Gedung Tokong Nanas Lapangan lantai dua di Gedung Tokong Nanas (GKU3) contohnya, dapat dilihat bahwa lapangan yang seharusnya menjadi primadona bagi kemegahan gedung 10 lantai ini, kini sudah banyak telihat retakannya. Retak di lapangan itu disebabkan karena lapangan tersebut tidak tahan terhadap panas dan hujan. Terakhir diperbaiki adalah sebelum syukuran akreditasi “A� Telkom University dilakukan, tetapi

sekarang tanda-tanda retak sudah mulai bermunculan lagi. Pak Ivan, salah satu cleaning service di Gedung Tokong Nanas mengatakan bahwa dalam setahun, lapangan ini (GKU3) bisa diperbaiki sampai dengan 3 kali, namun tetap saja masih sering rusak. Sama halnya dengan di lantai bawah GKU3, dimana Telkom University juga menyediakan fasilitas kolam renang. Namun banyak dari mahasiswa mengeluhkan aroma kaporitnya yang terlalu berbau, juga shower yang rusak atau mati. Tidak


sumber: pittoyurasyid17

hanya bau air dari kolam renang, melainkan bau selokan kantin yang bocor dan airnya menetes di sekitar kolam renang juga mengganggu para mahasiswa yang tengah berenang. Menurut Irma dan Asti, penjaga kolam renang, shower di tempat bilas itu sering mati dikarenakan dari mahasiswanya tidak hati-hati dalam pemakaiannya. Shower yang terdapat di tempat bilas itu pernah diperbaiki, namun masih sering saja rusak. Kebersihan di tempat bilas juga tidak terjaga. Banyak sekali rambut-rambut yang rontok dan pembalut yang tergeletak di tempat bilas tersebut.

2. Lingkungan Asrama Mahasiswa baru diwajibkan untuk tinggal di asrama, namun fasilitas yang diberikan kampus masih kurang dari yang diharapkan oleh mahasiswa baru tersebut. Contohnya adalah lapangan futsal yang saat ini keadaanya sudah tidak layak pakai lagi, bisa dilihat dari banyaknya genangan air dan juga retakan di lapangan tersebut.

“Pandai membangun, lamban merawat.� Tepat di depan lapangan futsal juga terdapat lapangan parkir yang cukup memprihatinkan dari segi kualitas, ditambah dengan pengguna yang kurang tertib dalam memakirkan kendaraannya dan tidak sesuai dengan tempatnya, sebenarnya salah satu penyebabnya adalah karena batas-batas dan petunjuk parkir yang sangat minim, bahkan petugas parkir pun sampai kewalahan dalam merapikan kendaraan mahasiswanya. Menurut Pak Zakaria, Kepala Kerumahtanggaan Logistik Telkom University, untuk sekarang perbaikan akan dilakukan secara bertahap dulu, melihat banyaknya mahasiswa yang parkir di area tersebut, dan kemungkinan, perbaikan seluruhnya akan dilakukan saat liburan semester genap sehingga tidak mengganggu mahasiswa. Namun, terealisasi atau tidaknya, bisa kita lihat di waktu mendatang.


3. Penerangan Saat malam hari, penerangan di sekitar Fakultas Teknik masih kurang, meskipun penerangan jalan telah dibangun akhir-akhir ini, tetapi lampu yang digunakan sebagai penerangan di jalan itu sangat cepat rusak, mungkin dikarenakan faktor usia dari lampunya atau memang sudah lama belum diganti dengan yang baru. Menurut Pak Agus, salah satu satpam di Telkom University, lampu di sekitar daerah itu memang belum diperbaiki lagi dikarenakan lampu tersebut akan diganti dengan lampu LED agar lebih terang. Sehingga, proses pergantian lampu tersebut tidak bisa sekaligus namun secara bertahap dulu, yang dimulai dari daerah Fakultas Komunikasi dan Bisnis sampai akhirnya ke wilayah teknik.

4. Rencana Pembangunan Kedepan Tahun ini, pihak logistik Telkom University sudah merencanakan perenovasian fasilitas yang rusak dan penambahan fasilitas-fasilitas di area Telkom. Pak Zakaria juga mengatakan bahwa rencana kedepan dari pihak logistik sendiri adalah pembangunan gazebo, sepeda yang dilengkapi GPS, bus bertenaga listrik dan pengembangan business center.

1. Pembangunan Gazebo Untuk memberikan kenyamanan kepada mahasiswa saat belajar di luar kelas, pihak logistik Telkom University sudah berencana untuk membangun gazebo-gazebo di area kampus, yang sebelumnya sudah dibangun di area Gedung A dan B teknik. Dan rencananya, gazebo tersebut akan dibangun lagi di sepanjang jalan dari Fakultas Teknik Elektro sampai Fakultas Rekayasa Industri. 2. Sepeda Menggunakan GPS Demi tercapainya konsep green campus, pihak logistik ingin mengaktifkan kembali fungsi sepeda yang sekarang terlantar di asrama. Sistem peminjaman sepeda masih sama seperti dulu yaitu menggunakan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Bedanya, sepeda tersebut nantinya akan dilengkapi dengan GPS sehingga keberadaan sepeda lebih mudah terdeteksi. 3. Bus Bertenaga Listrik Selain sepeda, agar tercapainya konsep green campus, Pak Zakaria mengatakan sudah ada rencana untuk menyediakan bus bertenaga listrik yang dapat digunakan mahasiswa untuk keliling di area Telkom University. Bus bertenaga listrik ini dapat dinaiki secara gratis dan nantinya, akan dibuat shelter bus untuk mahasiswa menunggu bus bertenaga listrik ini. 4. Pengembangan Business Center Saat ini, di business center banyak sekali kios-kios yang tutup atau bahkan tidak dimanfaatkan dengan baik. Menurut pihak logistik, kosongnya business center dikarenakan area alur lalu lintasnya jarang dilalui. Untuk menanggapi hal tersebut, kedepannya pihak logistik akan memutarkan alur lalu lintas sehingga kendaraan jadi melewati daerah business center. Sekarang business center sedang dalam tahap renovasi. Dan nantinya, bank-bank yang ada di gedung rektorat akan dipindahkan ke business center.


Segala perencanaan akan tetap menjadi rencana kosong jika tidak dilakukan, baik buruknya fasilitas Telkom University bisa dilihat dari bagaimana kedepannya nanti, apakah segala rencana itu hanya omong kosong belaka, atau memang benar akan dilaksanakan. Inilah Telkom University dengan segala pembangunan super cepatanya, namun, apakah hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan? Siapa yang tahu. (HAI/AAP)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.