dapur redaksi Taufiq Dawami
Dina Fadillah
Fidya
Putri Paramita
Annisa. N
Ketua Umum
PJ. Redaksi Umum
PimRed
Redaktur Pelaksana
Koor. Redaksi
Citra Bella
Dewa Made
Falaah
Nur Azizah
Zulfanul
Ethan Mahesa
Angg. Redaksi
Angg. Redaksi
Angg. Redaksi
Angg. Redaksi
Angg. Redaksi
Koor. Reporter
Fathan A.S
Adelri. M
Dhitiya Atika
M. Arief
Yohana
Syifa. C
Angg. Reporter
Angg. Reporter
Angg. Reporter
Angg. Reporter
Koor. Marketing
Angg. Marketing
Putri Widya
Raja Ilham
Alifia Tresiana
Faizel
Noverian
Yasmin Shabrina
Angg. Marketing
Angg. Marketing
Koor. Fotografi
Angg. Fotografi
Angg. Fotografi
Koor. Layouter
Indi Qotrunada
Vieri Sukma
Syavira Nur
M. Dinnur
Ismania Setyowaruni
Angg. Layouter
Angg. Layouter
Koor. Iklan
Angg. Iklan
Angg. Iklan
SALAM REDAKSI Halo, Sahabat Pena! Akhirnya, Podium kembali hadir dengan edisi ke-10 dalam tema Mendobrak Paradigma. Podium edisi ini, memuat cerita-cerita “Para Pemberani� yang memutuskan kisahnya diketahui khalayak ramai dengan harapan dapat dijadikan pelajaran. Selain itu, terdapat artikel yang akan membantu sahabat untuk memahami, mencegah, dan menghadapi kasus pelecehan seksual. Sesuai dengan tema yang diangkat, harapannya adalah korban dan masyarakat lebih terbuka dan paham dengan pelecehan seksual. Tak ada lagi menyalahkan yang tidak bersalah, tak ada lagi ketakukan menyuarakan suara. Selamat membaca dan mari bersama mendobrak paradigma!
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
4
INI KITA
6
INTERMEZZO
10
HOT READS
12
Himpunan Kasus Pelecehan Seksual di Telkom University
HOT READS
18
Mengapa Kita Harus Bersuara?
HOT READS
SEBERAPA SETRESS KAMU SAAT INI?
20
26
Upaya Telkom University dalam Pencegahan Penanganan Pelecehan Seksual
QnA: Apa yang Terjadi Jika Kamu Hidup di Zaman Purba? 28
HOT READS
Aktivis Gender
Pulihkan Sisi Traumatis Korban Penyakit Seksual di Mata Psikolog
FIGUR: Mahasiswa
22
CARA MENGHINDARI PELECEHAN SEKS 32
24
WAJAH BARU TEL-U
34
RISET AKSARA
37
TRENDING
Teknologi Canggih Berbasis Jaringan 40
CERPEN: Muslihat IKLAN 4
30
42
5
INI KITA
PERFECTION 2018
Intervensi Media dalam Pemilihan Presiden 2019 Dalam rangka merayakan pergantian kepengurusan anggotanya, UKM Aksara Jurnalistik Telkom University mengadakan sebuah rangkaian acara bernama Performance and Declaration (PERFECTION). Acara ini perdana diselenggarakan pada 27 Oktober 2018 oleh UKM Jurnalistik Aksara. PERFECTION 2018 hadir dengan dua kegiatan acara, yaitu
6
lomba dan forum diskusi sebagai acara puncaknya. Terdapat dua lomba yang dikompetisikan. Pertama, lomba fotografi dengan tema street journalism yang terbuka untuk seluruh masyarakat di seluruh kota Bandung. Kedua, lomba majalah yang diikuti oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) yang juga berada di seluruh kota Bandung.
Sementara itu, forum diskusi bertajuk “Bentur Resonansi” dan bertemakan “Intervensi Media dalam Pemilihan Presiden 2019.” Makna dari “Bentur Resonansi” sendiri adalah tentang perbedaan pendapat yang dihasilkan karena pengaruh dari luar, yang dalam hal ini adalah media. Sementara tema “Intervensi Media dalam Pemilihan Presiden 2019” berangkat dari kondisi media yang memberikan dampak yang cukup signifikan bagi masyarakat dalam perjalanan menuju Pemilhan Presiden 2019.
yang berasal dari kalangan mahasiswa se-Bandung Raya, yaitu BEM, LPM, serta mahasiswa umum. Acara pun turut dimeriahkan oleh penampilan drama dari Sarekat Seni Sejahtera serta musikalisasi puisi. Setelah itu, acara kemudian ditutup dengan pembagian hadiah bagi para pemenang lomba. Zainnary Dwiwani, selaku Ketua Pelaksana PERFECTION 2018, menilai bahwa selama berjalannya forum, peserta menunjukan respon yang positif. “Menurut aku sih, mereka sangat antusias
Diskusi ini turut mengundang tiga pembicara terpercaya dari bidang jurnalistik, yakni Tri Joko Her Riadi (Wartawan Pikiran Rakyat dan Anggota AJI), M. Yudha Satria Permana (Wartawan Rakyat Merdeka), dan Rachmat Santosa Basarah (Kepala Biro Republika). Forum diskusi yang dimoderatori oleh Agus Gandara ini dihadiri oleh 60 peserta
ya. Hal ini karena peserta juga aktif selama berjalannya forum diskusi.” Diharapkan dua kegiatan tersebut dapat memperkenalkan UKM Jurnalistik Aksara Telkom University di internal maupun eksternal kampus serta memberikan pengalaman berkesan dan meningkatkan softskill peserta pada bidang kegiatan yang diikuti.
7
DENAH KEJADIAN PELECEHAN SEKSUAL di Sekitar Tel-U Merah : sangat rawan Kuning : cukup rawan Adhiyaksa
Mengger Hilir
Radio Palasari
Sukapura Mangga BBC Dua Telkom PGA
Umayah Sukabirus
8
Apakah kamu sudah mengetahui regulasi yang melindungi korban pelecehan seksual?
88.7 % 11.3%
TIDAK YA Menurut kamu, komponen lingkungan (masyarakat, teman mahasiswa, dosen dll) sudah menjadi faktor yang melindungi para korban pelecehan atau kekerasan seksual? YA
14.2% 12.8%
37.6%
TIDAK
SEBERAPA AMAN LINGKUNGAN TEL-U DARI PELECEHAN ATAU KEKERASAN SEKSUAL?
35.5%
TIDAK, justru sebaliknya, menjadi faktor penyebab
SANGAT AMAN
Tidak, lingkungan saya menganggap pelecehan sebagai sesuatu yang biasa
22.7% Pelecehan atau kekerasan seksual yang kamu alami/ lihat/ dengar, terjadi di:
28 (19.9%) 107 (75.9%)
AMAN 20%
TIDAK AMAN
6 (4.3 %)
Lingkungan Tel-U Online
57.3%
50
Luar lingkungan Apakah kamu pernah melihat, mendengar atau mengalami pelecehan atau kekerasan seksual di lingkungan Telkom University? Pernah melihat
100
3.5% 22%
65.2%
Pernah dengar Pernah mengalami Tidak pernah
9
INTERMEZZO:
Nalar Pelecehan Seksual
Secara definisi, pelecehan seksual adalah tindakan apapun, baik verbal maupun nonverbal, yang dilakukan seseorang secara sadar dalam konteks seksual. Pelecehan secara verbal atau lisan dapat berupa tindakan siul-siulan, seperti catcall; panggilan berulang-ulang; goda menggoda; serta ajakan secara berkala dan/atau tindakan lain yang membuat seseorang tidak nyaman tanpa melakukan kontak fisik. Pada tingkat yang lebih parah, yaitu pelecehan nonverbal atau pelecehan secara fisik, dapat berupa tindakan colekan, cubitan, sentuhan; pemaksaan dan pengekangan gerak; hingga pemerkosaan.
10
Terlepas dari latar belakang penyintas, tindakan yang terindikasi pelecehan seksual pantas mendapat perhatian hukum. Sayangnya, paradigma masyarakat yang menganggap wajar halhal demikian menjadi salah satu bentuk kurangnya pemahaman terhadap arti pelecehan seksual yang sesungguhnya. Tindak pelecehan begitu beragam, baik dari tekanan mental maupun fisik yang tidak jarang menyerang rasa aman orang yang mengalaminya. Pelecehan seksual juga tidak pandang bulu, siapapun, kapanpun, dan dimanapun.
Tindakan ini bisa saja dialami oleh setiap orang. Tindakan dapat tetap berlaku meskipun pelaku dilakukan oleh orang terdekat sekalipun. Ironisnya, sebanyak 1.210 kasus pelecehan seksual datang dari orang terdekat, seperti penjabaran dalam “Catatan Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2017� yang dihimpun oleh Komnas Perempuan. Sementara menurut Komnas Perempuan, setelah pemantauan selama 15 tahun, terdapat 15 bentuk kekerasan seksual, yaitu
1.
Pemerkosaan;
2.
Intimidasi seksual, termasuk ancaman atau percobaan pemerkosaan;
3.
Pelecehan seksual;
4.
Eksploitasi seksual;
5.
Perdagangan perempuan untuk tujuan seksual;
6.
Prostitusi paksa;
7.
Perbudakan seksual;
8.
Pemaksaan perkawinan, termasuk cerai gantung;
9.
Pemaksaan kehamilan;
10. Pemaksaan aborsi; 11. Pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi; 12. Penyiksaan seksual; 13. Penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual; 14. Praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau mendiskriminasi perempuan; 15. Kontrol seksual, termasuk lewat aturan diskriminatif beralasan moralitas dan agama.
Ada beragam cara seseorang atau kelompok melakukan tindakan tidak senonoh yang merujuk pada pelecehan seksual. Mulai dari tindakan kecil yang biasa disepelekan, bahkan sudah dianggap wajar dilakukan, hingga kasus besar yang berdampak pada trauma korban atau tindakan hukum. Ketika mengalami tindakan pelecehan, segala emosi biasanya tidak dapat tersalurkan kepada publik dengan baik, efektif, dan aman. Hal ini berkat pandangan yang melekat pada masyarakat maupun lingkungan sekitar bahwa pelecehan seksual dipandang sebagai hal yang tabu. Ditinjau dari sejarah, pemerkosaan adalah satu-satunya titik pelecehan seksual dapat dikenakan suatu pidana hukum. Konsep itu telah melekat sejak zaman perbudakan bermula. Berdasarkan Pasal 289—296 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), terdapat aturan istilah perbuatan cabul yang dapat digunakan untuk menuntut pelaku pelecehan seksual. Namun, paradigma masyarakat yang kuno mengenai hal tersebut tidak mudah untuk dilenyapkan. Segala istilah yang sudah dijabarkan masih belum cukup untuk mencangkup segala motif pelecehan seksual. Di luar sana, masih banyak teman kita yang mendapat ketidakadilan, baik di kalangan kampus maupun lingkup dunia kerja yang tidak akan sampai kepada publik hanya karena kurangnya edukasi dalam pelecehan seksual. Maka dari itu, perjuangan penghapusan pelecehan seksual harus tetap dipertahankan bahkan ditingkatkan. Sebagai langkah awal, kita perlu memperkuat hukum dari hulu hingga hilirnya. Salah satunya adalah berani bicara jika merasa mendapatkan pelecehan, sehingga tindakan tersebut akan berhenti di kamu dan tidak akan dilanjutkan lagi kepada korban-korban lain.
11
PELECEHAN SEKSUAL
HIMPUNAN KASUS 12
Sejatinya, lingkungan kampus merupakan lingkungan yang dianggap aman, sebab terdapat banyak penjaga keamanan dan dipenuhi oleh orang-orang berpendidikan yang dianggap tidak akan melakukan pelanggaran norma dan nilai. Namun, hal tersebut tak selamanya benar. Nyatanya, kejadian-kejadian tak menyenangkan pernah dialami oleh mahasiswa Telkom University. Pelecehan seksual, misalnya. Aksara telah melakukan riset mengenai pelecehan seksual yang pernah dialami oleh mahasiswa Telkom University. 96,9% dari 224 responden mengaku mengetahui apa itu pelecehan seksual. Sementara statistik dari gender responden adalah 73,2% perempuan dan 26,8% lakilaki. Dalam kuesioner berikutnya, terdapat 125 responden yang mengaku pernah mengalami pelecehan seksual. Adapun tiga jenis pelecehan seksual yang paling banyak terjadi adalah pelecehan verbal (68%), pelecehan fisik (52,8%), dan pelecehan lewat media online (22,4%). Mirisnya, dari 125 respon tersebut, 97,6% kasus tidak dilaporkan kepada pihak yang berwajib. Di antara kasus yang masuk melalui survei Aksara, pada kenyataannya tindakan pelecehan seksual tidak memandang tempat, waktu, dan dapat dilakukan dalam bentuk apapun.
Singgungan Indera
Sering kali pelecehan baru disadari ketika telah terjadi sentuhan fisik. Hal ini karena sentuhan bisa dirasakan secara langsung dan terkesan terangterangan. Bahkan, pelecehan seksual secara fisik bisa menjurus pada kekerasan seksual. Contohnya, kasus yang menimpa salah satu mahasiswi Telkom University. Korban menerima tindak pelecehan secara fisik di sebuah indekos sekitar Telkom University. Terjadi sekitar Desember 2016, ketika Anisa (bukan nama sebenarnya) ingin membeli makan, seorang kakak tingkat (kating) yang telah lama dikenalnya meminta tumpangan via obrolan Line. “Mau makan di luar ya? Boleh nebeng gak? Sekalian makan bareng,� kata kating tersebut. Tanpa berfikir panjang ia langsung menjemput kating tersebut ke sebuah indekos. Tiba di indekos, pelaku meminta Anisa untuk menunggu di dalam kamar dengan alasan membereskan barang terlebih dahulu karena baru pulang dari luar kota. Selanjutnya pelaku mengajak Anisa untuk memakai jasa pesan antar dan makan di dalam kamar saja. Anisa pun masuk tanpa merasa aneh, karena pintu kamar
dibiarkan terbuka. Tak disangka, pelaku tiba-tiba menutup pintu dan mulai melakukan kekerasan seksual. Anisa yang pernah belajar beladiri Akido pun berusaha melawan. Syukurnya, Anisa berhasil melakukan perlawanan kemudian ia membawa kunci motor dan langsung melarikan diri. Setelah kejadian tersebut, pelaku meminta maaf lewat obrolan media sosial. Kejadian tersebut membuat Anisa mengalami trauma, mulai dari gangguan tidur, perasaan cemas, dan ketakutan bertemu dengan orang baru. Apapun bentuknya, pelecehan seksual akan meninggalkan bekas dalam diri penyintas, baik secara fisik maupun nonfisik. Anisa sempat mengunggah kejadiannya ke media sosial, Instagram. Banyak komentar positif yang ia dapat, seperti virtual hug (kiriman simbol pelukan lewat pesan langsung). Namun, Anisa enggan melaporkan kejadian ini kepada pihak yang berwajib karena menganggap hal tersebut terlalu beresiko. Menurut Anisa, posisi perempuan selalu lemah.
Organisasi Tak Selalu Menjadi Lingkungan yang Aman Lingkungan organisasi seharusnya menjadi wadah mahasiswa mengembangkan softskill, seperti sikap kepemimpinan, menambah wawasan, dan sebagainya. Selain itu, salah satu fungsi organisasi adalah tempat mahasiswa mengerahkan ide kreatif dan inovatif. Interaksi antar anggota pun tidak bisa diabaikan, karena komunikasi menjadi salah satu aspek pendukung tercapainya fungsi dan peran organisasi. Interaksi tersebut seharusnya menciptakan terjalinnya hubungan positif. Namun, tidak seperti yang dialami oleh Mawar dan Indah (bukan nama sebenarnya). Dua mahasiswa dari organisasi berbeda namun memiliki kasus serupa, yaitu mendapat tindak pelecehan seksual dari senior organisasinya masing-masing. Mawar mengalami pelecehan seksual dari senior di organisasi yang sedang diikutinya. Hal ini dialami pada saat ia menjalani kuliah tingkat dua. Pelaku melakukan aksinya lewat obrolan media sosial. Pelaku memulai chat dengan Mawar untuk bertemu. Pada awalnya Mawar menganggap itu hanya sebuah guyonan karena pelaku termasuk orang yang “selengean�. Sampai akhirnya, pelaku mengajak Mawar ke salah satu hotel
di Bandung. Mawar yang sadar bahwa ini sudah menjurus pada pelecehan seksual pun langsung memblokir kontak pelaku. Sementara Indah, mengalami pelecehan seksual secara fisik (sentuhan) oleh senior organisasinya. Bahkan, pelecehan sudah menjurus pada kekerasan seksual. Indah pernah diajak berkencan oleh pelaku, namun menolaknya. Tetapi Indah tetap berusaha untuk menjadi teman baik pelaku. Setelah lama berteman, pelaku menunjukkan beberapa sikap yang membuat Indah tidak nyaman. Seperti memaksa Indah pergi di atas pukul 10 malam, menunggu Indah di lorong depan indekosnya, mengirimi foto-foto Indah yang diambil tanpa sepengetahuan Indah, memberi Indah hadiah yang aneh seperti telinga kucing, cincin, dan lain-lain, bahkan sampai mengklaim Indah sebagai miliknya. Indah sudah berterus terang pada pelaku bahwa ia merasa terganggu, namun pelaku mengabaikannya. Sampai suatu saat, pelaku meminta Indah untuk menemuinya di Gedung A (Language Center) dengan alasan ingin membicarakan hal penting. Tetapi, saat tiba di lokasi, pelaku tidak ada. Indah pun memutuskan ke toilet lantai dua Gedung A terlebih dahulu. Setelah itu, Indah duduk sebentar di selasar karena menerima telepon dari teman kelas dan tanpa disadari pelaku telah duduk di sampingnya. Tiba-tiba
13
pelaku menggendong Indah ke lantai tiga, lalu mengunci dua tangan Indah dengan tangan kirinya dan mulai menyentuh bagian tubuh Indah secara paksa. Indah spontan ketakutan dan berusaha melepaskan diri tapi dia semakin mengeratkan kunciannya. Tenaga Indah lebih lemah dibanding pelaku yang merupakan seorang pria. Pada akhirnya, pelaku terus melakukan aksinya sampai melontarkan pertanyaan tidak senonoh. Saat ada kesempatan, Indah mendorong pelaku, lalu berlari secepat mungkin menuju indekos. Untungnya, Indah sampai ke indekos sebelum pelaku mengejarnya. Namun, tidak berhenti di situ. Pelaku mengirimi Indah pesan berisi, “Aku cuma mau nganterin kamu, terima kasih atas malam ini. Kamu semakin tumbuh.� Tubuh Indah melemas dan hampir pingsan setelahnya. Indah sempat bercerita ke beberapa teman dekat, termasuk pihak inti UKM yang bersangkutan. Pihak UKM pun sudah melaksanakan sidang tertutup agar pelaku diblacklist dari seluruh kegiatan UKM. Sayangnya, sidang tersebut tidak berhasil karena anggota UKM yang notabenenya adalah teman pelaku tidak mempercayai kejadian tersebut. Bahkan, meminta Indah untuk hadir di persidangan, padahal Indah masih merasa ketakutan apabila harus bertemu lagi dengan pelaku. Keluarga, Tidak Selamanya Tempat Pulang Keluarga mempunyai peranan penting bagi semua orang. Seluruh anggota keluarga idealnya saling memberi perlindungan satu sama lain, serta bertanggung jawab atas pemeliharaan fisik dan psikis para anggotanya. Tempat ini seharusnya menjadi tempat pulang yang nyaman. Pada kenyataannya, tidak semua keluarga menerapkan peran tersebut. Dialami oleh Kiara (bukan nama sebenarnya), ia menerima pelecehan seksual dari anggota keluarganya sendiri, bahkan korban tidak dibela dan kasus dibiarkan berakhir melalui jalan mediasi. Pada suatu hari, Kiara sedang berkumpul dengan keluarganya yang terdiri
14
dari ibu dan kakek tirinya. Kebetulan, pada hari itu terjadi mati listrik dan menyebabkan semua ruangan dalam rumah gelap. Kiara pun memutuskan pergi keluar, tepatnya ke halaman rumah. Ia pun memutuskan mendekati sebuah ayunan dimana sang kakek tiri berada. Alangkah terkejutnya Kiara, saat pelaku mulai merangkul tubuhnya dan mulai melakukan hal tidak senonoh dengan meraba di area dada. Kiara langsung menghubungi ibu kandung yang tidak berada di tempat kejadian. Tak lama, ayah Kiara menelpon dan menanyakan keadaannya. Dengan keberadaannya yang hanya tiga orang, satu orang yang seharusnya menenangkan Kiara (ibu tiri Kiara) malah tidak menggubris dan menyatakan bahwa pelaku tidak mungkin melakukan hal tersebut. Ayah Kiara yang sedang berada di luar kota memutuskan pulang untuk melakukan mediasi antara pelaku dan korban. Mirisnya, ayah Kiara justru menanyakan hal yang menyudutkan Kiara, seperti “Memang tadi kamu memakai baju apa?� Pertanyaan tersebut membuat Kiara merasa kecewa. Ia pun harus menanggung sedih karena mendengar ayahnya sendiri malah menyalahkan korban. Bahkan, tidak ada anggota keluarganya yang membela dan membawa kasus ini kepada pihak yang berwajib lantaran tidak cukup bukti. Terpaksa, Kiara menyimpan kisah kelamnya ini untuk dirinya sendiri.
KESEMPATAN DALAM KERAMAIAN Tempat atau kendaraan umum, tempat ramai dan sesak akan aktivitas banyak orang. Area seperti ini biasanya menjadi sasaran empuk pelaku kriminalitas untuk menjalankan aksinya. Pencopetan, penipuan, penodongan, bahkan pelecehan seksual. Seringkali, masyarakat Indonesia diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan saat berada di tempat atau kendaraan umum. Karena sekali kita lengah, pelaku dapat memanfaatkannya, sekecil apapun celah tersebut. Berikut cerita dua
mahasiswi Telkom University terkait pelecehan seksual di tempat dan kendaraan umum. Putri (bukan nama sebenarnya) mengalami pelecehan seksual di dalam kereta rute Jakarta-Bogor. Padahal saat itu suasananya ramai karena memasuki rush hour yang menyebabkan kereta padat penumpang. Dengan keadaan seperti itu, Putri di dalam kereta dengan posisi berdiri dan tas berada di depan sehingga area tubuh Putri bagian belakang tidak terhalang apa pun. Tiba-tiba Putri merasakan sesuatu yang mengganjal dan membuatnya tidak nyaman.
Ternyata pelaku berjenis kelamin laki-laki dengan perawakan cukup besar seperti menempelkan alat kemaluannya ke bagian belakang tubuh Putri.
Putri sudah berusaha berpindah posisi, namun pelaku mengikuti pergerakannya. Kejadian tersebut berlangsung cukup lama, hampir 3-5 stasiun yang terlewati. Selain dalam kereta, angkutan umum seharusnya tak luput dari perhatian. Salah satu kasusnya pernah dialami Ani (bukan nama sebenarnya).
Kejadian dialami ketika Ani duduk di bangku SMP. Suatu hari, ketika Ani sedang menunggu kembalian, teman dari supir angkot yang duduk di depan, sedang memegang ponsel dan memotretnya secara diam-diam.
Sontak membuat Ani risih dan menyebabkan trauma tersendiri. Efeknya, Ani menjadi resah ketika ada orang baru menghampirinya di jalan dan tidak percaya diri ketika dilihat banyak orang. Berada di tempat umum tak selamanya menutup kemungkinan pelaku kejahatan melakukan aksinya. Dengan bercerita, Putri dan Ani berharap kisah ini dapat memberi pelajaran dan meningkatkan kepekaan kita terhadap lingkungan sekitar, bahwa kewaspadaan juga harus ditingkatkan karena pelecehan tidak hanya terjadi di tempat sepi namun dalam keramaian di tempat umum juga memungkinkan.
PENYIMPAANGAN SEBUAH
Seorang mahasiswi bernama Laura (bukan nama sebenarnya), menceritakan kejadian mengerikan yang pernah dialaminya. Pagi di hari Kamis, kira-kira pukul enam saat Laura hendak berangkat kuliah, ada seorang lakilaki berusia 40-an yang terus memperhatikannya dan bahkan mengikutinya mulai dari bundaran Telkom University hingga daerah Sukapura. Bingung mengapa laki-laki tersebut terus memperhatikannya, Laura memilih untuk menunduk dan terus melanjutkan perjalanan hingga akhirnya kejadian yang tak pernah terlupakan itupun terjadi. Laki-laki tersebut menghadang Laura dan lantas mengeluarkan kemaluannya tepat di depan Laura. Sontak, Laura menjerit dan terbirit, meninggalkan si pelaku dengan ekspresi ketakutan melihat Laura menjerit. “Gelap, pakai motor, pakai jaket dan celana hitam, pakai masker,� papar Laura, ketika ditanya mengenai ciri-ciri pelaku. Laura mengaku bahwa kejadian itu sempat menghantuinya selama seminggu dan membuatnya takut untuk pergi kemana pun. Namun seiring berjalannya waktu, Laura bisa melupakan kengerian itu dan beraktivitas seperti biasa meski kadang, hal itu kerap muncul diingatannya dan kembali membuat ia takut. Hal serupa dengan modus yang sama juga dialami oleh korban lain. Sore itu, ketika sedang berjalan bersama dua orang temannya untuk makan di Warung Mororejo, Kinan (bukan nama sebenarnya) mengatakan bahwa ada seorang laki-laki yang memperhatikannya. Ia pun terkejut sebab laki-laki tersebut menunjukkan alat kelaminnya secara tiba-tiba. Ketakutan menjalari seluruh tubuhnya saat kejadian itu berlangsung, menyebabkan Kinan tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun pada dua orang temannya yang sedang asyik mengobrol dan tak memperhatikan keadaan sekitar waktu itu. Tak berhenti sampai di situ, pelaku bahkan mengikutinya ketika
NARSISTIK
15
Kinan dan dua orang temannya masuk ke dalam warung. “Dia tuh ngelihatin sambil ketawa, tapi aku berusaha buat ngga ngelihatin dia. Takutnya kalau aku ngelihatin balik, malah dikira ngerespons. Kan, aku juga takut. Habis itu, dia geser ke samping pintu,” tutur Kinan, mahasiswi Telkom University yang mengalami hal serupa dengan Laura. Kinan juga menambahkan bahwa wajah si pelaku seperti orang linglung dan pelaku mengenakan atasan kemeja biru saat kejadian. Pelecehan seksual yang dialami oleh Laura dan Kinan merupakan jenis pelecehan seksual eksibisionis, yaitu kondisi yang ditandai dengan dorongan, fantasi, atau perilaku mengekspos kemaluan kepada orang lain, terutama orang asing tanpa persetujuan orang tersebut. Eksibisionis merupakan gangguan kejiwaan yang cukup langka. Pengidap eksibisionis akan merasakan kepuasan tiada tara ketika melihat korbannya ketakutan dan terkejut saat ia menunjukkan kemaluannya di depan korban.
dunia maya, alternatif lain Tak hanya pelecehan dalam bentuk kontak fisik, pelecehan seksual di dunia maya pun menimpa mahasiswa lain. Ilana (bukan nama sebenarnya), misalnya. Mahasiswi korban pelecehan di dunia maya ini mengatakan bahwa ada seorang perempuan yang mengaku kakak tingkat di Telkom University menghubunginya melalui pesan Instagram saat dirinya baru menyandang status sebagai mahasiswi di Telkom University. Pelaku mengimingi Ilana untuk menjadi model sebuah photoshoot. “Waktu itu dia bilang, bayaran aku bakal ditambahin. Tapi aku harus lepas kerudung dan ngerayu fotografernya. Ya, aku nolak, dong. Aku bilang, ngga apa-apa kalau ngga dikasih tambahan (bayaran), aku ngga mau lepas kerudung dan gak mau ngerayu fotografernya. Tapi, dia tetap maksa-maksa aku buat ikut photoshoot itu dengan lepas kerudung dan ngerayu. Akhirnya, aku ngga mau,” terang Ilana, saat menceritakan
16
isi dari pesan Instagram tersebut. Lama tak terdengar kabarnya dan tak lagi menghubungi melalui pesan Instagram, Ilana mengatakan bahwa akun pelaku telah hilang entah ke mana. Ia juga menambahkan bahwa pelaku tak hanya menghubungi dirinya saja, tetapi juga orang lain, terutama mahasiswi baru di Telkom University. Kejadian yang menimpa Ilana bukan hanya satu-satunya pelecehan seksual di dunia maya yang menimpa mahasiswi Telkom University. Tepat seminggu sebelum memasuki semester baru, ketika berada di kampung halaman, Meilani (bukan nama sebenarnya) yang saat itu tidak bisa terlelap iseng membuka aplikasi chat stranger di internet. Meilani berbalas pesan dengan seorang laki-laki yang mengaku kakak tingkatnya di Telkom University. Awalnya, pesan tersebut berisi perbincangan mengenai Telkom University dan sebagainya. Mereka juga sempat bertukar foto berdurasi tiga detik, hingga akhirnya Meilani merasa bahwa pelaku semakin aneh. “Makin ke sini, dia makin aneh. Nanyain asrama gedung berapa dan itu menurut aku hal internal yang gak bisa kujawab. Takut juga kalau ternyata dia orang yang nekat atau gimana. Berlanjut, dia minta aku buat ngelakuin bondage. Setelah tahu apa itu bondage, aku langsung mau end chat, dan dia ngancam aku kalau aku ngga mau ngelakuin itu dan end chat dia, dia bakal bikin fake chat sex pake foto aku dan akan disebarin di kampus,” tutur Meilani saat diwawancara via Line. Ancaman pelaku sempat membuat Meilani takut. Ia memikirkan bagaimana kalau pelaku benar-benar mengedit fotonya. Tapi, Meilani mulai menyadari bahwa ancaman pelaku hanya sebatas gertakan saja meski ia tak memungkiri kalau ancaman itu terkadang hinggap di otaknya. Sejak saat itu, Meilani kapok dan tidak ingin berhubungan lagi dengan aplikasi chat stranger sebab ia takut dan trauma jika di kedepannya, ia menemui orang semacam itu lagi.
VERBAL BUKAN KEWAJARAN Tak hanya oleh orang luar, pelecehan seksual pun dapat dilakukan oleh masyarakat kampus Telkom University. Pelecehan verbal diterima oleh Vannya (bukan nama sebenarnya) dari seorang laki-laki yang diduganya sebagai penjaga di Telkom University. Saat itu, Vannya sedang berada di kantin untuk membeli makan. Vannya berpesan pada ibu penjual nasi untuk tidak menambahkan mentimun di makanannya sampai akhirnya, pelaku menyahut, “Iya, cewek enggak perlu pakai timun. Biar kesat.� Vannya menirukan perkataan pelaku saat itu. Namun awalnya, Vannya tidak tahumenahu bahwa apa yang terlontar dari mulut pelaku merupakan pelecehan seksual. Vannya baru mengetahui bahwa itu pelecehan seksual ketika ia bercerita kepada seorang teman. Vannya berpikir bahwa apa yang dikatakan oleh pelaku hanya sebuah candaan yang membuatnya sama sekali tak tersinggung. “Kan, kita bisa membedakan mana yang bercanda dan mana yang engga. Soalnya kan, namanya mulut manusia, pasti ada keceplosan atau gimana. Kalau pun bercandanya menyinggung sebagian orang, tapi kan, ada beberapa orang yang biasa aja. Tapi kalau misalnya sampai ngeganjen dan omongannya udah ke arah yang sangat berlebihan, ya udah, laporin aja,� ujar Vannya, selaku korban pelecehan verbal. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai pelecehan seksual membuat perilaku tersebut mengakar dan membudaya. Tak sedikit masyarakat yang belum mengetahui bahwa beberapa ocehan yang dengan sengaja maupun tidak sengaja terlontar merupakan salah satu jenis pelecehan seksual, yaitu catcalling. Catcalling adalah perilaku menggoda atau
memanggil seseorang di jalanan. Ini termasuk pelecehan di jalan atau street harassment. Alih-alih sebagai pelecehan, pelaku catcalling dan kebanyakan masyarakat menganggap bahwa perbuatan tersebut hanya sebuah candaan. Padahal, itu sama sekali tidak menyenangkan dan bahkan membuat korban merasa tidak nyaman dan bingung harus melakukan apa, entah ditegur atau dibiarkan saja. Lingkungan kampus tak luput dari fenomena catcalling ini. Bahkan, beberapa mahasiswa merupakan pelaku dari catcalling. Berangkat dari hal tersebut, sex education bagi masyarakat dianggap masih sangat perlu, sebab untuk menumpas kasus-kasus besar, menumpasnya dari kasus terkecil terlebih dahulu sangatlah diperlukan.
17
Pelecehan seksual adalah perilaku pendekatan yang terkait dengan seks tetapi tidak diinginkan oleh orang yang menerima pendekatan tersebut. Pelecehan seksual dapat dilakukan baik secara verbal maupun fisik. Korban pelecehan seksual verbal biasanya menerima pelecehan dengan sebuah suara ataupun godaan yang membuat korban merasa tidak nyaman atau takut. Menurut Diana, dosen Telkom University yang juga lulusan sarjana psikologi, pelecehan seksual merupakan tindakan yang menyangkut seksualitas. Pelecehan seksual tidak hanya disebabkan oleh motivasi seksual. Pelecehan seksual juga dapat disebabkan karena seseorang memegang kekuasaan. Biasanya, pelecehan seksual memberikan tekanan kepada orang lain berkaitan tentang seksual dan tindakan tersebut tidak menyenangkan bahkan dapat membuat orang merasa direndahkan martabatnya. Dikatakan berkaitan dengan otoritas karena pada saat dia menekan orang lain, pelaku mengontrol orang hingga tersudut dan tidak berdaya. Diana juga mengatakan ada lima jenis pelecehan seksual. Pertama, pelecehan salah satu gender, seperti perempuan sering dikaitkan dengan seksi. Kedua, perilaku menggoda, seperti mengajak tetapi ditolak kemudian mengajak lagi dan terus berulang. Ketiga, penyuapan seksual, dalam penyuapan seksual terdapat imbalan meskipun tindak pelecehan seksual belum dilakukan, sehingga ajakan-ajakannya juga dapat dikatakan pelecehan. Keempat, pemaksaan seksual, dapat terjadi apabila korban tidak mau, namun pelaku mengancam korban. Selanjutnya, pelanggaran seksual. Jika sebelumnya antara korban dan pelaku belum ada kontak fisik, pada pelanggaran seksual sudah ada tindakan oleh pelaku. Menurut Diana, kemungkinan orang melapor itu kembali kepada pribadi orang tersebut. Apabila sudah sadar hukum, biasanya dia cukup percaya diri untuk melaporkan. Namun sekarang, kebanyakan laporan baru dilakukan apabila sudah terjadi pelecehan seksual lewat sentuhan atau kontak fisik. Berdasarkan penjelasan jenisjenis pelecehan, empat jenis teratas tidak terdapat kontak fisik. Empat jenis pelecehan tersebut ialah jenis-jenis pelecehan yang sering tidak dilaporkan dan hanya menjadi
18
mengapa
a t i k
bahan obrolan pada media sosial. Tindakan tidak melapor korban dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adanya ancaman dari pelaku, bentuk perlindungan harga diri, korban tidak mengerti dan tidak tahu apa yang telah terjadi kepada dirinya, serta tidak mengetahui langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya. Jika melapor, aib keluarga akan tersebar dan terjadi ketakutan akan tekanan dari lingkungan, sehingga keluarga memilih untuk tidak melapor. Pada kasus anak kecil sebagai korban, pelaku justru sering berasal dari keluarganya. Namun, jika sudah dewasa, pelaku biasanya berasal dari lingkungan. Menurut Diana, pihak korban lebih baik melapor kepada pihak berwajib karena hal tersebut perlu diselesaikan. Tidak perlu takut akan ke depannya bagaimana. Karena misalnya jika terekspos, akan ada pendampingan sehingga korban akan mendapatkan terapi. Ketika seorang anak menjadi korban pelecehan seksual, keluarga seharusnya memberikan dukungan positif kepada anak
HARUS Bersuara?
tersebut. Sebab, ketika pelecehan itu terjadi, anak atau korban juga merasa tertekan. Korban butuh pegangan agar tidak terus-menerus merasa tertekan dan takut. Oleh karena itu, keluarga merupakan dukungan pertama yang dapat digunakan sebagai pegangan korban dalam menghadapi pasca pelecehan seksual. Selain keluarga, adapun peran teman terhadap korban tergantung oleh kedekatannya. Beberapa korban harus selalu ditemani sedangkan yang lainnya sudah merasa cukup jika hanya didukung oleh teman-temannya. Sebagai teman, kita harus mengetahui karakter korban, apakah korban seorang introvert atau ekstrovert. Apabila korban seorang introvert, janganlah meminta atau bahkan memaksa korban untuk bercerita. Karena hal tersebut bisa menjadi bumerang dan mengakibatkan korban merasa semakin terluka. Menurut X (bukan nama sebenarnya), salah satu korban pelecehan seksual, penyebab korban memilih bungkam adalah merasa takut akan pandangan negatif dari lingkungannya.
Korban sering disalahkan, entah dari pakaian yang terbuka, nada suara yang menggoda, atau anggapan-anggapan sejenisnya. Stigma masyarakat sendiri yang membuat korban memilih bungkam. Namun, X juga mengatakan, sekecil apapun pelecehan yang terjadi, hal tersebut patut dibicarakan. Karena apabila memilih diam, dampaknya kembali kepada korban sendiri seperti terjadinya mental depressed. Selain itu, kita tidak dapat membiarkan hal tersebut terulang kepada orang sekitar. Bersuara pun bertujuan agar orang-orang sekitar lebih waspada dan berhati-hati. X berpesan bahwa speak up atau bersuara itu penting. Intinya adalah jangan memendamnya sendiri karena dapat memperburuk kesehatan pikiran. Speak up atau bersuara juga diperlukan agar pelecehan cukup berhenti di korban dan tidak ada lagi korban-korban pelecehan seksual lainnya. P (bukan nama sebenarnya) juga berpesan, “Korban jangan takut bercerita ataupun melaporkan ke pihak berwajib karena memang korban tidak bersalah. Apabila bertemu lagi dengan pelaku jangan takut! Karena ia akan senang jika kita takut. Mintalah bantuan sekitar. Ingatlah muka atau ciri-ciri pelaku!� Z (bukan nama sebenarnya) berharap agar korban mengesampingkan rasa malu. Dengan bercerita, bisa saja mengubah pandangan orang yang masih menyalahkan korban. Semisal tentang pakaian, baju terbuka, atau berjilbab tidak menutup kemungkinan terjadinya tindakan pelecehan seksual. Karena memang pola pikir pelaku yang harus diubah. Oleh karena itu, korban diharapkan bisa bersuara agar kasus dapat ditangani secara perlahan dan bertahap. Bersuara akan perlahan meminimalisasi pelecehanpelecehan seksual lainnya. Pelaku akan diadili dan korban mendapat tempat bercerita. Suara korban adalah bentuk bukti yang sangat berharga. Apalagi ketika posisi kita sebagai keluarga atau teman korban, sangat penting untuk memahami perasaaan korban tanpa menghakiminya. Karena pelecehan perlu dicegah dan kepedulian serta pemahaman terhadap pelecehan seksual perlu didalami agar pelecehan terhenti dan tidak terulang kembali.
19
Upaya Pencegahan dan Penanganan Pelecehan Seksual Kekerasan seksual menjadi isu yang hangat di Indonesia. Khususnya di institusi pendidikan, salah satunya perguruan tinggi. Data terakhir yang dikeluarkan oleh Komisi Nasional Perlindungan Perempuan dan Anak tahun 2018 menunjukkan banyaknya laporan kekerasan seksual di perguruan tinggi dari tahun ke tahun berdasarkan laporan yang diterima dari organisasi masyarakat maupun Komisi Nasional Hak Asasi Masusia (Komnas HAM). Data terakhir menunjukkan kasus pelecehan seksual paling banyak terjadi di perguruan tinggi diantara institusi pendidikan lainnya. Semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka semakin banyak juga korban dan pelaku kekerasan seksual. Kasus pelecehan seksual di kampus tidak mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari 2015 hingga 2017. Dari 363 korban dan 275 pelaku pada tahun 2015 menjadi 325 korban dan 270 pelaku pada tahun 2016. Kemudian jumlahnya menjadi 320 korban dan 280 pelaku pada tahun 2017. Dirilis oleh Tirto.id, beberapa macam tindak kekerasan seksual yang sering terjadi di lingkungan pendidikan, diantaranya adalah pemerkosaan atau percobaan pemerkosaan, intimidasi atau serangan bernuansa seksual, eksplolitasi seksual, penyiksaan seksual, pemaksaan aborsi, pemaksaan pernikahan, perdagangan perempuan, dan kontrol atau represi terhadap cara perempuan berpakaian. Berkaca dari kasus Agni (nama samaran), salah satu mahasiswi UGM yang mengalami kekerasan seksual, bahwa kampus masih belum serius dalam menanggapi kasus
20
kekerasan seksual. Dilansir dari Tirto.id juga, Uli Pangaribuan, Koordinator Pelayanan Hukum LBH Apik, sebuah lembaga yang sering mengadvokasi kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, menyebutkan bahwa kasus ini marak terjadi karena tidak adanya keseriusan kampus dalam menanganinya. Hal ini terlihat dari tindakan kampus yang hanya memberikan sanksi kepada pelaku bukannya melanjutkan ke ranah hukum.
Bagaimana dengan Telkom University? Dalam Surat Keputusan Rektor Nomor KR.069 tentang Kode Etik Mahasiswa, Telkom University mengategorikan perilaku pelecehan seksual dalam pelanggaran berat. Kasus pelecehan yang dimaksud adalah kasus pelecehan seksual verbal dan nonverbal. Untuk penanganannya sudah diatur dalam Surat Keputusan Rektor Nomor KR.512. Pelaku kekerasan seksual akan mendapat sanksi paling berat, yaitu diberhentikan sebagai mahasiswa Telkom University. Andijoko Tjahjono, selaku Direktur Kemahasiswaan Telkom University, mengatakan bahwa kampus akan melibatkan keluarga korban, hukum, dan psikolog dalam penanganan kasus pelecehan seksual. Ia menyebutkan korban akan mendapat perlindungan dan akan didampingi untuk menghilangkan efek traumatis dari pasca kekerasan seksual.
“Korban dengan treatment, sedangkan pelaku dengan hukuman,” ucap Andijoko. Telkom University berusaha mencegah terjadinya pelecehan seksual dengan upaya pengamanan dari lingkungan dan pencegahan dari mahasiswa itu sendiri. Andijoko beranggapan bahwa kekerasan seksual marak terjadi pada malam hari, sehingga lampu sudah dipasang di tempat yang sering menjadi mobilisasi mahasiswa. Pos satpam juga ditempatkan di titik tertentu, yang dianggap strategis, dan setiap malam ada patroli dari bagian keamanan. Meskipun ia sendiri mengakui bahwa belakangan ini hal tersebut jarang dilakukan. Untuk pencegahan dari mahasiswa, Andijoko menghimbau kepada setiap mahasiswa sebaiknya menggunakan pakaian tertutup dan setiap mahasiswa saling melindungi dari tindakan kekerasan seksual. “Ketika kamu melakukan kegiatan malam hari, harus ditemani oleh temanmu,” ujar Andijoko. Upaya lainnya yang telah dilakukan kampus adalah patroli dari karyawan maupun dosen untuk memonitoring mahasiswa di lingkungan kampus. Tim ini terbentuk dari inisiatif para karyawan maupun dosen. Namun sayang, tim ini belum pernah menangkap basah mahasiswa yang melanggar peraturan. Telkom University juga berencana membentuk Control Center di Gedung L. Control Center menjadi tempat pusat monitoring CCTV yang sudah dipasang di lingkungan kampus Telkom University. “Kan polisi punya suatu tempat yang menjadi monitoring CCTV yang ada di jalan, nanti konsep Control Center akan seperti itu,” tutur Andijoko. Control Center diharapkan dapat
Apa Kata Mahasiswa? Mayoritas mahasiswa belum mengetahui adanya peraturan tentang pelecehan seksual di Telkom University. Salah satunya Kemal Maulana G., mahasiswa jurusan MBTI angkatan 2017. Ia mengaku tidak tahu menahu tentang peraturan dan upaya kampus dalam mencegah dan menangani pelecehan seksual. Ia hanya mengetahui isu kekerasan seksual di kampus tetapi tidak mengetahui bagaimana kelanjutannya. Amanda Austin Herlambang, mahasiswi jurusan Teknik Elektro, mengkritisi aturan di Telkom University tentang hukuman kepada pelaku. Ia beranggapan seharusnya selain kampus memberhentikan pelaku sebagai mahasiswa,
mengawasi aktivitas mahasiswa di tempat yang jarang disambangi mahasiswa maupun dosen dan lorong-lorong setiap gedung di Telkom University. Setiap fakultas di Telkom University memiliki Crisis Center sebagai tempat pengaduan mahasiswa, tak terkecuali pengaduan kekerasaan seksual. Andijoko berharap setiap dekan fakultas benar-benar serius menanggapi kasus kekerasan seksual. Untuk konseling juga bisa dilakukan di I-Gracias. Bagian konseling akan menjamin kerahasiaan privasi dari korban. Sayangnya, kampus tidak memiliki suatu badan khusus yang menangani kekerasan seksual. Setiap kasus hanya memiliki Crisis Center sebagai tempat menerima pengaduan dari mahasiswa. Dikutip dari artikel Tirto.id dengan judul “Yang Harus Kampus Lakukan Mengatasi Pelecehan Seksual”, salah satu poinnya adalah membentuk tim yang independen dan imparsial – melibatkan seluruh elemen kampus. Menurut Ludiwina Inge Nutjahyo, pengajar di Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang berfokus pada kekerasan seksual di kampus, mengutarakan bahwa kampus belum menempatkan isu kekerasan seksual sebagai isu yang serius. Bisa ditandai dengan tidak adanya tempat pengaduan yang khusus menangani kekerasan seksual. Perihal sosialisasi tentang bahaya maupun peraturan mengenai kekerasan seksual di Telkom University, Andijoko mengakui belum ada. “Siapa saja yang terlibat dalam tindakan preventif, kuratif, maupun korektif tentu bukan tanggung jawab sendiri, terapi melibatkan seluruh warga kampus,” ucap Andijoko. kampus juga membawa kasus pelecehan seksual ke pihak yang lebih berwenang. Ia juga tidak mengetahui sama sekali tentang upaya preventif kampus. “Publikasi tentang peraturan dan hal yang lain masih dirasa kurang,” keluh Amanda. Untuk tindakan preventif kampus ia menyarankan, “Lebih dipublikasikan lagi tentang peraturan dan hukuman bagi pelaku kekerasan seksual. Layanan konseling juga lebih ditingkatkan”. “Menurut saya, kasus pelecehan seksual tidak akan ada habisnya, karena belum ada kasus pelecehan seksual yang ditindak secara benar. Saya sebagai perempuan lebih menghimbau ke teman-teman untuk bisa jaga diri, lebih berani, dan berani untuk speak up. Untuk kampus, lebih disosialisasikan lagi peraturan di kampus mengenai kasus pelecehan seksual. Karena masih banyak mahasiswa yang belum tahu. Kalau bisa mungkin diadakan seminar tentang pelecehan seksual,” tutup Amanda.
21
Pulihkan Sisi Traumatis Korban Setiap korban pelecehan seksual memiliki sisi traumatis mereka masingmasing. Sebagai manusia, sejatinya kita harus peduli terhadap sesama. Memberi dukungan merupakan salah satu bentuk peduli kita. Dukungan yang diberikan tentu mempunyai efek tersendiri bagi para penyintas pelecehan seksual. Namun, sering kali disaat penyintas bercerita, kita sebagai orang terdekat, tidak mengetahui langkah apa yang harus diambil dan bantuan seperti apa yang dapat diberikan. Safira Aulia Fajrin, salah satu mahasiswi Desain Interior 2017, memiliki pengalaman sendiri dalam memberikan pertolongan kepada temannya yang mengalami pelecehan seksual. Sebagai teman dekat penyintas, ia merasa takut dan sedih setelah mendengar kejadian tersebut. Sementara itu, hal yang dia lakukan pertama kali adalah meredakan emosi penyintas yang sedang dalam keadaan panik. Safira juga memberikan nasihat kepada temannya agar tidak jalan sendiri saat berada dalam area kampus. 22
Berdasarkan keterangan yang diberikan Safira, temannya mengalami beberapa perubahan. Perubahan tersebut di antaranya, penyintas menjadi orang yang sangat menjaga jarak dengan orang asing dan menjadi lebih teliti dalam mengawasi lingkungan sekitar. Safira memaklumi seluruh perubahan tersebut. Selain itu, ia menegaskan bahwa peran orang terdekat dari korban itu sangat penting. “Penting sekali, agar penyintas tidak merasa sendirian dalam menghadapi masalahnya. Paling tidak, dia punya pegangan untuk menceritakan masalah dia. Jadi tidak dipendam sendiri,� ungkap Safira. Dari sudut pandang ilmu psikologi, Hadiyana S.Psi., selaku dosen di Telkom University, sebagaimana hal yang seharusnya dilakukan pertama ialah melakukan pendekatan dengan cara tidak memandang rendah penyintas dan jangan mengisolasinya. Lalu, berikan dorongan moral kepada korban. Kesampingkan hal yang telah terjadi dan perlakukan penyintas seperti biasanya. Setelah itu, yakinkan
penyintas bahwa dia berada dalam keadaan aman. Jika perlu, laporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwajib. Adanya pendampingan oleh pemerhati kekerasan seperti lembaga perlindungan anak dan perempuan juga diperlukan, tentunya dengan persetujuan penyintas. Saat pendekatan dengan korban, hindari bertanya maupun mengingatkan korban mengenai peristiwa yang dia alami. Korban cenderung masih trauma dan ketakutan. Peristiwa pelecehan seksual menimbulkan luka yang begitu dalam, bahkan bisa menyebabkan stress. Hal ini menimbulkan reaksi psikis terhadap korban sehingga korban kehilangan kepercayaan diri dan bersikap menarik diri dari pergaulan. Sikap ini disebabkan oleh rasa malu dan tertekan. Menghilangkan trauma merupakan hal yang tidak mudah bagi korban. Apa yang ditampakkan korban, seperti menutup diri untuk sementara, merupakan hal yang wajar. Hal tersebut disebabkan korban masih dalam kondisi ketakutan dan tertekan. Akan tetapi, pendampingan
untuk meyakinkan korban tentang rasa aman terhadap lingkungan luar harus tetap dilakukan hingga korban pulih. Hal yang dapat dilakukan untuk membantu pemulihan korban diantaranya, mengarahkan pola pikir korban ke arah yang positif, memberikan kesibukan dengan kegiatan yang dia senangi, melibatkan korban dalam kegiatan sosial, serta melakukan terapi untuk memulihkan trauma dan meredakan amarah mengenai peristiwa yang dialami. Hadiyana juga berkata bahwa teman dekat adalah orang pertama yang memberikan perlindungan kepada korban. Salah satunya dengan cara memberikan rasa aman, nyaman, dan kepercayaan serta membangun hubungan emosional yang baik dengan korban. Dengan harapan korban bisa terbuka untuk bercerita atau mencurahkan semua peristiwa yang dialami ataupun dirasakan. Sehingga rasa ketakutan, stress, ataupun tekanan bisa berkurang. Tentunya dalam hal ini akan mempermudah dalam penanganan atau pemulihan trauma setelah kejadian.
PENYAKIT
M
inimnya pendidikan seksual di kalangan masyarakat Indonesia, menyisakan fakta bahwa banyak masyarakat dari berbagai kelas sosial yang belum paham akan masalah perilaku-perilaku penyimpangan seksual atau yang biasa disebut dengan parafilia. Selain itu, penolakan masyarakat dalam pembicaraan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah seksualitas juga semakin memperparah kondisi ketidakpahaman ini. Namun sekarang, sudah saatnya bagi masyarakat Indonesia untuk lebih paham akan hal ini. Sehingga masyarakat bisa menjadi lebih aware dan proaktif akan masalah-masalah perilaku penyimpangan seksual. Tapi, apa itu perilaku penyimpangan seksual? Menurut Maulana Rezi, salah satu dosen Fakultas Komunikasi Bisnis yang berlatar belakang psikolog, perilaku penyimpangan seksual adalah suatu perilaku terkait seksualitas yang
24
DI MATA P tidak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Penyimpangan tersebut juga bisa terkait dengan gangguan seksual. Sehingga dapat diibaratkan sama. “Jadi penyimpangan itu adalah sebuah kesenjangan yang pada akhirnya tidak bisa menempatkan dirinya pada kehidupan dan situasi yang ada pada masyarakat. Jadi, kalau ditanyakan penyimpangan seksual itu apa, adalah sebuah perilaku yang tidak sesuai dengan normatif. Yang tidak sesuai dengan norma terkait juga dengan masalah seksualitas,� jelas Rezi. Selain itu, apabila kita berbicara mengenai penyimpangan seksual, tentu kita sedang membicarakan suatu hal yang tidak bersifat sosial atau biasa disebut dengan asosial. Rezi berpendapat bahwa sesuatu yang bersifat asosial tidak dapat didefinisikan jenis-jenisnya. .
T SEKSUAL
PSIKOLOG Begitu pun dengan jenis-jenis dari perilaku penyimpangan seksual. “Jenis jenisnya tidak bisa terdefinisi, yang jelas faktor-faktor yang melatarbelakanginya itu banyak,” kata Rezi. Lalu, dilihat dari penyimpangan seksual yang bisa terkait dengan gangguan seksual, perilaku penyimpangan seksual dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu bisa karena masalah hormonal, sosial, dan beberapa faktor lainnya. “Penyimpangan seksual itu sama dengan gangguan seksual. Gangguan seksual itu diturunkan menjadi gangguan karena masalah organ, masalah sosial, identitas, serta gangguan yang mengarah pada penyakit seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan gangguan alkohol,” ungkap Rezi. Dikatakan pula oleh Rezi, perilaku penyimpangan seksual, secara klinis terbagi
menjadi tingkatan-tingkatan. “Itu tertulisnya didiagnosis gangguan jiwa atau namanya PPDGJ III. Dalam bahasa inggris, namanya DSM (Diagnostic Structure Measurement). Tapi tingkatan-tingkatan itu tidak bisa berlaku di semua negara,” jelas Rezi. Diantara banyaknya kasus-kasus perilaku penyimpangan seksual yang pernah terjadi di lingkungan masyarakat, tentu akan sangat meresahkan apabila pelaku penyimpangan seksual tidak diobati. Selain mendatangi psikolog, ada pula beberapa cara untuk menyembuhkan perilaku penyimpangan seksual. Salah satunya adalah dengan menyediakan lingkungan yang baik untuk seseorang yang mengidap penyimpangan seksual. Menurut Rezi, lingkungan tersebut bisa diciptakan dan secara perlahan mengubah persepsi pengidap bahwa lingkungan yang dia anggap normal itu tidak benar. Dengan mengatur lingkungan pun dapat membuat pengidap menjauhi kebiasaan dan perilaku penyimpangan.
25
FUN CORNER
SEBERAPA STRES KAMU SAAT INI?
Stres adalah kondisi seseorang ketika memiliki emosi yang tidak stabil dan tidak bisa berpikir secara logis. Penyebabnya dapat berupa hal-hal yang menyangkut mental atau pola pikir kerasionalan seseorang. Kondisi stres pada seseorang umumnya disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
a.Permasalahan dalam hal sosial kehidupan sehari-hari, seperti perundungan, ditinggalkan orang yang disayang, uang bulanan yang cepat habis, kompetisi dalam mengejar prestasi, dll b. Tugas yang menumpuk atau berturut-turut dan ujian mendadak c. Kebiasaan tidur yang buruk d. Permasalahan pribadi, contoh : broken home e. Memikirkan masa depan yang belum pasti f.Masalah emosional berlebih
26
Berikut terdapat beberapa pertanyaan yang harus kamu jawab dengan pilihan ganda di bawahnya. Jawaban kamu akan menentukan seberapa stres kamu saat ini! 1.Kamu sedang berlibur, kemudian besok adalah hari pertama kuliah, kamu akan
a. Antusias dan bersemangat ingin kembali kuliah b. Menunggu waktu kuliah dengan biasa saja c.Tidak bersemangat untuk kembali ke rutinitas kuliah
2. Saat ini kamu mendengar bahwa teman kamu mempunyai masalah, kamu akan a. Merasa khawatir, kemudian menanyakan kabar dan memastikan dia baik-baik saja b. Menanyakan kabar saja c. Biasa saja, karena itu bukan urusan kamu 3. Jika tiba-tiba teman kamu mengajak diskusi tentang suatu hal, kamu akan a. Tertarik dan antusias mengikuti arah pembicaraan b. Hanya mendengarkan, tanpa memberi pendapat c. Merasa tidak nyaman, dan ingin segera meninggalkan obrolan 4. Saat ini, kamu sedang ada dalam keramaian di pusat perbelanjaan, kamu akan a. Merasa senang dan tetap berburu belanjaan b. Mengikuti suasana yang ada c. Khawatir dan ingin segera meninggalkan tempat 5. Keadaan kamu sekarang sedang
Pilihan a = 0 Pilihan b = 1 Pilihan c = 2 Jumlahkan nilaimu dan lihat seberapa tinggi stress kamu saat ini! 1-8 = Normal 9-16 = Sedang 16-24 = Tinggi
a. Bersemangat berolahraga dan menjalin relasi seluas-luasnya b. Menjalani rutinitas seperti biasa, tanpa ada kemauan untuk menyehatkan jasmani maupun memperluas pertemanan c. Tidak ingin melakukan interaksi dan menjauhi kehidupan sosial
6. Tugas dan tanggung jawab yang kamu jalani a. Aman, berjalan sesuai rencana dan timeline b. Berjalan sesuai timeline, tetapi tidak sesuai konsep awal c. Semua pekerjaan tertunda 7. Selera humor kamu saat ini a. Receh b. Biasa saja c. Hilang 8. Kehidupan sosial kamu sekarang a. Meningkat b. Seperti biasa c. Menurun 9. Kondisi tubuhmu saat ini a. Baik dan sangat sehat b. Kadang merasa lelah c. Merasa lelah hampir setiap saat 10.Bagaimana kondisi hati kamu saat ini a. Bahagia b. Tidak ada perasaan spesial c. Mulai sulit merasa bahagia 11. Dengan keadaan dan tangung jawab kamu sekarang, kamu merasa a. Bangga b. Terbebani c. Terjebak 12. Adakah hal yang membuat kamu bahagia saat ini a.Ada dan akan menjalankannya b.Belum, tetapi sedang mencari hal tersebut c.Ada, tetapi selalu ada alasan untuk tidak memulainya
Q&A
Apa yang Akan Terjadi Jika Kamu Tinggal di Zaman Purba? Helmi, S1 Sistem Informasi 2015 Saya akan mempelajari tentang alam ini. Mempelajari dan menemukan hal yang baru, serta mencari sesuatu hal yang membuat saya bisa melakukan hal apapun.
Aditya Rahman Alfaridzi, S1 Teknik Elektro 2015 Kalau gue udah hidup di zaman purba enak enggak usah pake baju, gobal-gabel.
Dandy Ray, S1 Sistem Informasi 2018 Ya dijalani aja.
28
Ricky Bima P. Ar., S1 Sistem Komputer 2016
Muhammad Yusuf Tantu, S1 Sistem Informasi 2017
Yang bakal aku lakukan adalah aku bakal mencuri telur t-rex, kemudian aku tetaskan. Aku didik dia jadi peliharaanku. Ketika besar, aku bakal berburu dan hidup sama dia.
Jika saya hidup di zaman purba, ya pasti saya jadi manusia purba lah. Nah, kalau tentang kehidupannya primitif pastinya.
Aprillia Rizky Sari Tanjung, S1 DKV 2018
Syifa Dwi K, S1 Desain Produk 2016
Kalau aku tinggal di zaman purba, mungkin aku enggak akan bisa ngerasain indahnya dunia ini walaupun hanya sementara.
Kalau hidup di zaman purba tiap hari gue bakalan jadi anak indie. Sore nongkrong di pucuk pohon sambil nikmatin sendja.
Nyimas Giovanna Amira Abdullah, S1 Sistem Komputer 2017
Aku akan culik dinosaurus dan dijadikan peliharaan.
29
Mahasiswa Pejuang kesetaraan gender Nurul Fasivica, mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, merupakan seorang perempuan luar biasa yang memperjuangkan kesetaraan gender. Hal yang diperjuangkan adalah perlakuan yang setara dan adil kepada semua individu tanpa memandang identitas gender. Nurul tergabung dalam Padjajaran Resource on Gender and Human Studies (padGHRS). PadGHRS sendiri merupakan organisasi independen yang berdiri pada 22 Juni 2016. Diinisiasi oleh mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Padjajaran, PadGHRS bergerak pada bidang kajian dan isu gender dan hak asasi manusia. Nurul Fasivica,
Mahasiswi UIN SUnan Gunung Djati Bandung
Menurut Nurul, padGHRS menjadi wadah yang aman dan nyaman bagi lapisan individu atau kelompok untuk saling bertukar informasi terkait isu gender, seksualitas, Hak Asasi Manusia (HAM), dan interseksional. Organisasi ini terbuka untuk umum dan berdiri untuk memberikan pemahaman akan studi gender dan hak asasi manusia melalui berbagai platform seperti diskusi, pemutaran film, zine online, vlog, dan lainnya. Menanggapi seringnya pelecehan seksual yang terjadi pada mahasiswa, menurut Nurul hal itu terjadi karena adanya kesempatan bagi pelaku untuk melakukannya. Tidak hanya itu, adanya relasi, kekuasaan, dan kebiasaan
30
masyarakat melakukan victim blaming (istilah menyalahkan korban terhadap kesalahan atau bencana yang menimpa dirinya sendiri) membuat pelaku merasa aman dalam melakukan tindakannya. Seringnya mengobjektifikasi perempuan, ketidakpahaman tentang personal space, otoritas tubuh, dan minimnya pemahaman mengenai pelecehan seksual juga menjadi faktor penyebab maraknya pelecehan seksual. Alasan Nurul menjadi seorang aktivis kesetaraan gender disebabkan oleh rasa keprihatinannya dengan kondisi masyarakat sekarang yang banyak terjadi kekerasan dan diskriminatif berbasis gender. Selain itu, kurang peka dan
tidak pedulinya masyarakat terhadap kasus seperti yang telah disebutkan menjadi penyebab lainnya. Nurul berkeinginan untuk menggali pemahaman lebih dalam mengenai isu-isu di atas dan membagi pemahaman tersebut pada orang lain. Tentunya dengan harapan membawa sedikit perubahan. Masih banyaknya masyarakat yang menganggap hal-hal seperti itu sebagai hal tabu menjadi kesulitan sendiri bagi Nurul. Tidak sampai disitu, terkadang Nurul mendapatkan komentar-komentar miring dari masyarakat. Namun, dia tetap menjalankan apa yang menurut dia benar. Hal pertama yang perlu dilakukan dalam membantu para korban pelecehan adalah mendengarkan dan tidak menghakiminya. Kemudian dilanjutkan dengan membantu korban agar kasusnya dapat diproses dan mendapat perlindungan hukum. Lalu, menyarankan ataupun membantu korban dalam mencari pertolongan untuk menghilangkan rasa traumanya. Hal tersebut diperlukan karena pelecehan seksual dapat berdampak buruk pada psikis korban. “Prihatin dan kecewa ya pasti, apalagi melihat banyak kasus yang akhirnya mengambil jalan damai dengan alasan menjaga nama baik kampus. Dengan seringnya kasus pelecehan diselesaikan dengan cara begini akan membuat pelaku-pelaku merasa semakin aman,� ujar mahasiswa Hukum Pidana Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung tersebut. Suara korban adalah bukti dan itu berharga.
“Agar para korban dapat bersuara, yang perlu kita lakukan ialah mendengarkan dan percaya dengan ceritanya. Buatlah korban merasa bahwa ada orang yang percaya dengannya, agar mereka merasa aman terlebih dahulu. Lalu jangan paksakan korban untuk buka suara. Seharusnya korban terus didorong dan didampingi,� tambahnya.
31
Yuk,
Hindari Pelecehan Seksual!
Saat ini, pelecehan seksual dapat terjadi di mana saja, baik di tempat sepi maupun di keramaian. Luputnya pelecehan seksual dari perhatian masyarakat menjadi salah satu penyebabnya. Banyak kalangan yang belum sadar betul tentang pentingnya menjaga dan menghindarkan diri dari hal-hal yang berpotensi menyebabkan terjadinya pelecehan seksual. Padahal, efek psikologis yang dirasakan saat mengalami pelecehan seksual sangat besar. Penyintas bisa merasa tidak aman ketika bepergian dan takut terhadap pelaku-pelaku pelecehan seksual yang masih berkeliaran. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui hal-hal dasar mengenai pelecehan seksual sebagai bekal diri.
Berikut tips-tips agar terhindar dari incaran pelaku pelecehan seksual! 1.Pentingnya Menjaga dan Melindungi Diri Pelecehan seksual tidak mengenal dimana posisi kita dan apa yang sedang kita lakukan. Kita dituntut untuk selalu bisa menjaga diri. Hindari berjalan sendirian, baik siang maupun malam, tempat yang gelap dan sepi, serta selalu menjaga penampilan. 2. Peka dengan Lingkungan Sekitar Pelaku
pelecehan
seksual
banyak
melakukan aksinya di tempat keramaian. Misal saat kita bepergian menggunakan kendaraan umum, seperti kereta atau bus kota. Suasana yang ramai membuat ruang menjadi sempit sehingga memungkinkan pelaku melakukan aksi pelecehan seksual. Selama kita berada di lingkungan terbuka, usahakan diri kita tetap peka terhadap lingkungan
sekitar.
Sebaiknya
jangan
mendengarkan musik atau bahkan tertidur
selama perjalanan, terutama ketika kita sedang
ucapan yang bersifat seksual. Hal ini dapat
berada dalam kendaraan umum. Hal tersebut
terjadi pada siapa saja. Namun, pelecehan
dapat mengurangi kepekaan kita terhadap hal-
seksual
hal di sekitar. Pastikan kita fokus pada keadaan
menanggapinya
sekitar dan diri kita sendiri. Jika merasa dalam
dingin dan tegas. Jangan takut untuk menegur
situasi yang tidak nyaman karena keberadaan
balik dan mengatakan bahwa hal tersebut
seseorang atau sekelompok orang, maka jangan
bukanlah hal yang baik dan harus dihentikan.
dapat
dihindari serta
dengan
tidak
menunjukkan
sikap
segan untuk langsung menghindar dan menjauh dari tempat kita berada. 3. Jangan Takut untuk Melawan dan Berteriak! Pelaku akan merasa senang apabila kita hanya berdiam diri dan tidak menghentikan aksi yang sedang dilakukannya. Bentuk melawan tidak terbatas dalam artian fisik saja. Tatapan dingin dan menantang, seolah kita tidak takut kepada sang pelaku, juga merupakan bentuk perlawanan. Teriak juga menjadi salah satu bentuk perlawanan agar pelaku sadar bahwa apa yang dilakukannya salah. Selain itu, hal ini juga bisa menarik perhatian orang, sehingga pelaku menjadi sorotan dan menghentikan aksinya. 4. Membekali Diri dengan Ilmu Bela Diri
6. Jangan Ragu untuk Melapor Pelecehan seksual harus dihentikan! Kita sebagai
manusia
Bagaimana
mempunyai
jadinya
apabila
harga kita
diri. selalu
merasa tidak aman di manapun kita berada? Jawabannya ialah jangan malu untuk meminta bantuan. Apabila kita merasa takut untuk melaporkan langsung kepada pihak berwajib, kita bisa memulainya dari orang terdekat. Laporkan pelaku-pelaku pelecehan seksual agar mereka jera dan menerima hukuman yang setimpal. Sebagai sesama manusia, kita juga tidak boleh buta dengan orang yang sedang dilecehkan. Sudah seharusnya kita membantu mereka dan bersikap sebagaimana mestinya.
Dalam hal ini, kita tidak perlu mempelajari keseluruhan ilmu, cukup mempelajari dasar-
Pelecehan bisa dilakukan oleh siapa saja
dasar bela diri. Contoh kecilnya ialah kita
karena pelaku pelecehan beragam dan tidak
tahu atau paham cara melepaskan diri dari
memandang latar belakang apapun. Motif
genggaman seseorang, cara memukul tepat
pelecehan
sasaran ketika kita merasa terjebak, atau cara
dan pelaku memiliki banyak cara untuk
menepis ketika seseorang hendak menangkap
memuaskan nafsunya terhadap penyintas.
kita. Bekal lain sebagai bentuk membela diri
Oleh karena itu, kita harus menjaga diri dari
bisa berupa barang. Semprotan cabai atau
tindakan pelecehan. Mulai sekarang, jaga diri
laser merupakan alat keamanan yang bisa
kita sebaik mungkin karena diri kita berharga.
kita bawa ke mana saja. Selain efisien, efek
Hentikan tindakan yang membuat kita merasa
dari penggunaannya dapat digunakan sebagai
tidak nyaman dan menjurus ke arah tindakan
bentuk penyelamatan diri.
senonoh, sehingga aksi pelecehan seksual
5. Tanggapi dengan Tegas dan Dingin
seksual
juga
tidak
seragam,
dapat berhenti serta tidak menimpa kita dan orang-orang terdekat kita.
Cat Calling merupakan salah satu pelecehan seksual verbal, berupa siulan atau ucapan-
33
WAJAH BARU TELKom university 1. Ruang Riung Bagi mahasiswa yang ingin mengisi kekosongan perut atau hanya sekadar berkumpul bersama teman-teman, Ruang Riung bisa menjadi pilihan yang tepat. Tempat ini menyediakan berbagai sajian makanan dan minuman yang akan ikut menemani waktu kebersamaan kalian.
2. Student Center Suka olahraga? Ingin kumpul UKM? Mau menari? Atau bahkan panjat tebing? Student Center tempatnya! Telkom University menyediakan tempat untuk mahasiswa yang mengeksplor diri mereka melalui kegiatan luar kampus. Setelah renovasi Student Center pada 2018 lalu, Student Center hadir dengan suasana yang lebih bersih, nyaman, dan juga aman.
3. Bus Tayo (Bus Telkom Medika) Bus kecil yang ramah ini sudah terkenal karena fungsinya sebagai transportasi dalam kampus. Baik mahasiswa/i maupun dosen dapat naik bus Tayo untuk mengelilingi Telkom University. Bus Tayo ini melewati beberapa titik di Telkom University dan telah disediakan tempat pemberhentian yang ditandai dengan papan bertuliskan “Shelter�.
34
4. Poliklinik Diawali dengan berlokasi di Gedung L, saat ini Poliklinik sudah direlokasi di Business Center. Poliklinik kini hadir dengan wajah baru yang menarik. Pindahnya Poliklinik juga diikuti dengan peningkatan fasilitas dan kenyamanan bagi civitas academika Telkom University.
5. Green House Tempat ini cocok untuk kamu yang ingin merileksasikan pikiran. Green House merupakan taman bunga yang berlokasi dekat dengan Fakultas Informatika. Green House ini memamerkan berbagai bunga, pohon, hingga kolam ikan koi untuk dilihat.
6. Gowes
“Sepeda Listrik Berbasis Online� Mari berkeliling Telkom University dengan cara yang sehat dan lebih ramah lingkungan dengan Gowes! Gowes merupakan aplikasi rental sepeda milik PT Surya Teknologi Perkasa yang hadir di Telkom University untuk mempermudah keperluan mahasiswa dan salah satu bentuk realisasi kampus go green.
7. Direktorat Kemahasiswaan dan Alumni (BK) Direktorat Kemahasiswaan dan Alumni ini sebelumnya dikenal sebagai Bagian Kemahasiswaan yang telah beberapa kali mengalami perubahan nama dari Direktorat Kemahasiswaan, Direktorat Kemahasiswaan dan Alumni, hingga sekarang dinamakan Direktorat Pengelolaan Mahasiswa. Bagian Kemahasiswaan sendiri berfungsi sebagai tempat mengelola kegiatan dan kesejahteraan mahasiswa, contohnya melalui informasi beasiswa, Unit Kegiatan Mahasiswa, dan juga PKKMB.
35
8. Kantin Teknik Menatap coding-an bikin laper? Sekarang Kantin Teknik ikut hadir dengan wajah baru juga. Kantin Teknik memiliki berbagai fasilitas memadai untuk mahasiswa yang sedang food craving.
9. Business Center Business Center hadir untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa yang memiliki keperluan, seperti perbankan, fotokopi, dan koperasi. Cabang perbankan yang ada pada Business Center adalah Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BCA.
10. Mobil ListriK Electric Go+
Telkom University Go Green bukan hanya ungkapan belaka. Buktinya dapat dilihat pada pembuatan inovasi mobil listrik untuk digunakan sebagai patroli keamanan. Pada launching-nya di Jabar Habibie Festival November 2018 lalu, Ridwan Kamil selaku Gubernur Jawa Barat juga ikut mencoba mengendarai mobil listrik ini. Sumber gambar: ld Telkom University
36
RISET
AKSARA Berdasarkan Catatan Tahunan Komisi Nasional (Komnas) Perempuan, angka kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Pada 2017 terdapat 348.446 kasus kekerasan terhadap perempuan, jumlah ini melonjak jauh sebesar 74% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 259.150 kasus. Kemudian, kasus kekerasan terhadap perempuan kembali meningkat sebanyak 14% pada 2018, menjadi 406.178 kasus. Dengan jenis kekerasan terhadap perempuan yang paling menonjol sama seperti tahun sebelumnya yaitu KDRT/RP. Diurutan kedua adalah kekerasan terhadap perempuan di ranah komunitas/publik sebanyak 3.528 kasus atau sebesar 26% dari total keseluruhan.
Tingkat keamanan lingkungan Telkom University Terhadap Pelecehan atau Kekerasan Seksual
75.9 %
berpendapat bahwa lingkungan Telkom University cukup aman dari pelecehan atau kekerasan seksual
Data selanjutnya, sebanyak 57.3% (termasuk indekos dan jalanan sekitar kampus). Dimana merupakan bagian dari tanggung jawab Telkom University pula untuk memastikan mahasiswanya aman dari pelecehan atau kekerasan seksual selagi menjalankan aktivitas di sekitar kawasan kampus.
(dari total 141 respon mahasiswa dan alumnus Telkom University). Hasil riset Aksara menunjukkan bahwa sebanyak 75.9%. Namun di lain sisi, didapatkan hasil bahwa sebanyak 79% mahasiswa dan alumnus pernah mendengar, melihat, maupun mengalami pelecehan atau kekerasan seksual di lingkungan Telkom University.
57.3%
kasus pelecehan atau kekerasan seksual terjadi di lingkungan Telkom University 37
59.1 % Pelaku pelecehan seksual merupakan Mahasiswa.
Dari data yang didapatkan persentase tempat kejadian di jalanan sekitar kampus berada pada persentase yang tertingi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, jalanan sekitar kampus belum cukup aman dari pelecehan atau kekerasan seksual.
24.6 %
Pelecehan atau kekerasan seksual terjadi di Jalan Mangga Dua.
Manusia dalam konteks ini mahasiswa sebagai homo socius atau mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, salah-satunya adalah melindingi dirinya dari gangguan luar. Dalam hal ini, pelecehan atau kekerasan seksual dalam survei yang kami lakukan dengan metode penyebaran angket menunjukan bahwa faktor masyarakat masih belum melindungi korban pelecehan atau kekerasan seksual.
88.7 % Responden tidak mengetahui regulasi yang melindungi dari pelecehan
38
Mayoritas pelaku pelecehan atau kekerasan seksual adalah mahasiswa yang merupakan bagian dari komunitas mereka.
57.1 %
Pelecehan atau kekerasan seksual terjadi di sekitar kampus
Kondisi jalan yang sempit, gelap, dan sepi pada malam hari. Menjadi faktor-faktor terjadinya pelecehan atau kekerasan seksual di jalan Mangga Dua.
37.6 %
Responden menyatakan bahwa masyarakat, teman, mahasiswa, dosen, dan lain lain tidak berpengaruh sebagai faktor yang melindungi para korban pelecehan atau kekerasan
Posisi regulasi atau payung hukum yang melindungi setiap mahasiswa dan mahasisiwi dari setiap tindakan pelecehan atau kekerasan seksual di lingkungan kampus Universitas Telkom, sebagaimana tercantum dalam keputusan rektor Unversitas Telkom nomor KR.232/AKD04/WR1/2015 tentang pedoman pendidikan Universitas Telkom 2015 dalam poin 5.3 mengenai larangan mahasiswa melakukan pelecehan seksual.
TEKNOLOG BERBASIS J Teknologi merupakan hal yang terus berkembang dan tidak dapat dipungkiri kebutuhannya. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan terhadap teknologi semakin meningkat. Adanya teknologi tersebut dapat mempermudah kebutuhan dan aktivitas manusia. Khususnya dengan memanfaatkan jaringan, banyak keuntungan yang didapat. Berikut terdapat beberapa teknologi yang memanfaatkan jaringan dan dianggap akan populer di tahun 2019. 1. Jaringan 5 Generation (5G) Menurut data We Are Social dan Hootsuite, tercatat bahwa 4 miliar penduduk bumi telah terkoneksi dengan internet pada 2018. Angka ini cukup besar jika dibandingkan dengan 2014 yang baru mencapai 2,4 miliar orang. Hal ini mendorong perlu adanya kemajuan dan perkembangan teknologi, termasuk kecepatan koneksi internet di dunia. Akibat tuntutan kebutuhan tersebut, maka lahirlah teknologi super cepat dalam dunia internet saat ini, yaitu 5G. Kecepatan maksimal jaringan ini mencapai 1 gigabita per detik (Gbps) tanpa batasan data. Kecepatan ini bisa digunakan untuk mengunduh berkas berukuran 1 gigabita (GB) hanya dalam waktu delapan detik saja. Sementara di Indonesia, teknologi ini masih dalam tahap uji coba. Uji coba ini sudah dilakukan oleh Telkomsel selama Asian Games 2018 berlangsung. (Sumber : tekno.kompas.com)
40
2. Artificial Intelligence (AI) Kecerdasan buatan merupakan nama lain dari Artificial Intelligence (AI). Kehadiran AI memiliki dampak yang cukup besar. Di masa depan nanti, teknologi ini dapat mengurangi penggunaan tenaga kerja manusia. Dilansir pada www.liputan6.com, Stephen Hawking mengatakan bahwa kecerdasan buatan ini akan mengancam manusia pada sektor pekerjaan,
khususnya pada kelas menengah. Berbeda dengan lembaga survei PwC (PricewaterhouseCoopers), ia menyatakan bahwa kecerdasan buatan ini justru akan membuka lapangan pekerjaan baru walaupun ada beberapa sektor pekerjaan manusia digantikan oleh robot.
3. Virtual Reality (VR) Virtual reality (VR) atau realitas virtual adalah teknologi yang membuat penggunanya merasakan sensasi dunia nyata menggunakan suatu alat yang berisi simulasi maya. Saat ini, VR sedang marak digunakan dalam dunia game. Selanjutnya, VR diprediksi akan digunakan pada berbagai bidang. Mulai dari simulasi bedah di perguruan tinggi hingga simulasi menyetir kendaraan. Selain itu, VR juga sangat aman sebagai media pembelajaran pada kegiatan-kegiatan beresiko, seperti dunia penerbangan.
GI CANGGIH JARINGAN 4. Internet of Things
5. Cyber Security
Pada era digital ini, hampir semua pekerjaan dibantu oleh kecanggihan internet. Mulai dari berkomunikasi hingga mencari informasi. Internet of Things, atau biasa disebut IoT, merupakan teknologi yang dapat mentransfer data melalui jaringan kepada objek tanpa memerlukan interaksi manusia di dalamnya. Secara sederhana, IoT adalah teknologi yang dapat mempermudah aktivitas kita dalam kehidupan sehari-hari. Setiap benda yang terhubung internet dapat diakses kapan pun dan dimana pun. Salah satu contoh pengaplikasian IoT pada kegiatan sehari-hari adalah penggunaan untuk mengunci pintu atau mematikan saklar lampu hanya melalui gadget.
Banyaknya cyber crime (kejahatan siber) di dunia maya membuat cyber security terus ditingkatkan hingga saat ini. Misalnya terdapat beberapa ancaman pada dunia bisnis seperti email berisi perangkat lunak berbahaya atau malware (Malicious Software). Hal ini memaksa perusahaan-perusahaan agar meningkatkan keamanan siber mereka. Untuk menghindari ancaman siber pada tahun 2019 ini, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) telah menyiapkan beberapa strategi. Salah satunya adalah Multi-Factor Authentication wajib diterapkan pada setiap transaksi online. Multi-Factor Authentication adalah autentikasi pada banyak faktor guna memperkuat keamaan pada suatu sistem. Cara ini bertujuan agar mengetahui berhak atau tidaknya pengguna dalam melakukan transaksi.
(Sumber : makinrajin.com)
(Sumber:infokomputer.grid.id dan keamanan-informasi. stei.itb.ac.id)
e r e h W ?! i m a 41
Muslihat Semata
H
ari-hariku penuh kelabu. Ternyata benar, dunia perkuliahan itu sungguh busuk. Di sana kamu akan tahu mana yang teman sejati dan mana yang bukan. Kamu akan lebih mengerti mana yang lebih berharga serta belajar apa arti dewasa yang sesungguhnya. Ini cerita pribadiku, seorang anak rantau di dunia yang bahkan tidak aku kenali. Hari pertama aku datang ke kampus, dengan niat dan harapan baru, ku jalani harihari dengan penuh rasa penasaran. Memang benar, merantau itu asyik. Kita menjadi bebas layaknya burung yang keluar dari sangkar. Tidak perlu khawatir larangan makan, larangan jam malam, ataupun semacamnya. Jika dulu, pukul tujuh malam ponselku sudah panas, panas dengan banyaknya panggilan masuk dari rumah. Sekarang ponselku sangat sepi, dan aku sangat menikmatinya. Aku menjadi liar, semua kegiatan kampus dan himpunan aku ikuti. Teman-temanku banyak, relasiku luas. Tapi hal itu perlahan sirna. Kebahagianku waktu itu ternyata fana. Katanya, “Jika kamu berada di puncak, maka hati-hatilah, karena akan ada banyak cara untuk menjatuhkanmu.” Semakin hari, aku semakin diandalkan oleh sosok teman. Teman yang menemaniku dari awal perkuliahan hingga sekarang. Teman yang jika aku minta makan, akan segera dikasih. Teman yang jika aku minta ingin ditemani, akan selalu datang tepat waktu entah bagaimana caranya. Teman yang selalu ke mana-mana bareng, bahkan menginap menjadi makanan sehari-hari kami. Seketika hari itu datang. Padatnya tugas kuliah membuat kami saling bergantung. Saling membagi dan mungkin saling membantu. Namun ternyata, aku dimanfaatkan. Banyak orang yang bilang bahwa aku terlalu baik. Dan baru aku percaya itu. Aku memprioritaskan tugas temanku karena tahu nilai dia jauh dibawahku dengan menelantarkan tugasku sendiri. Alhasil, tugasku kacau. Ternyata, tugas kacau tidak berhenti sampai di situ. Satu tugas ku yang kacau berdampak kepada tugas-tugasnya lainnya.
Kegiatan-kegiatan nonakademisku pun terlantar. Dan kalian tahu? Tidak seorangpun yang peduli akan hal itu Mereka bersikap acuh. Seolah ada yang berbisik “rasakan”. Ingin aku menarik tangan mereka dan berteriak tepat di mukanya “Dasar teman palsu!” Namun, tidak kulakukan. Seketika hari itu datang. Padatnya tugas kuliah membuat kami saling bergantung. Saling membagi dan mungkin saling membantu. Namun ternyata, aku dimanfaatkan. Banyak orang yang bilang bahwa aku terlalu baik. Dan baru aku percaya itu. Aku memprioritaskan tugas temanku karena tahu nilai dia jauh dibawahku dengan menelantarkan tugasku sendiri. Alhasil, tugasku kacau. Ternyata, tugas kacau tidak berhenti sampai di situ. Satu tugas ku yang kacau berdampak kepada tugas-tugasnya lainnya. Kegiatan-kegiatan nonakademisku pun terlantar. Dan kalian tahu? Tidak seorangpun yang peduli akan hal itu. Mereka bersikap acuh. Seolah ada yang berbisik “rasakan”. Ingin aku menarik tangan mereka dan berteriak tepat di mukanya “Dasar teman palsu!” Namun, tidak kulakukan.
Sejak peristiwa itu, aku menjadi pribadi yang berbeda. Pribadi yang dingin, acuh tak acuh, dan cuek. Uniknya, setelah aku menjadi lebih dekat dengan keluargaku. Setiap malam aku bertelepon dengan ibu atau kakakku. Tidak seperti dulu, kini kami bisa saling terbuka. “De, hari ini aku abis wawancara kerja. Doain ya semoga bisa diterima,” ujar kakakku.“Nak, kamu kapan pulang? Ada semur tahu dan opor kesukaan kamu,” tutur ibuku halus. Bahkan hal-hal yang tidak pernah dibicarakan kini terlibat, seperti “Tau ga de! Tadi di kereta aku ketemu temen SMA aku, sekarang ganteng banget,” cerita kakakku. Aku pun menjadi lebih sering memprioritaskan keluargaku. Jika ada libur sedikit, akan aku usahan pulang meskipun harus menyebrang pulau terlebih dahulu. Kini, hari-hariku berwarna. Mentalku mulai membaik. Dunia perkuliahan tidak sebusuk itu. Kamu hanya perlu jatuh, agar paham rasanya.
Weekly Planner Monday
My Holy Sunday
Tuesday
Wednesday
Thursday
Friday
43