Podium 8 - Lika Liku Sebuah Digit

Page 1


dapur redaksi kontributor majalah podium edisi 8

M. Yovinanda M Ketua UKM AKSARA

PJ Redaksi Umum

Putu Santy

Adinda Anugerah

Hartika Immaniar

Moch. Fachruddin

Dennis Retno

Milati Hanifah

Zainnary Dwiwani

Annisa Fitria

N. Trisna Dharma

Agisti Dea S

Faradiba M

Taufiq Akmal D

Fadhilah Natasha

Koor. redaksi

angg. reporter

Koor. layout

Angg. Redaksi

Wilda Aula

angg. iklan

angg. marketing

Redaktur Pelaksana

Koor. reporter

Ivan Auliya

Koor. Fotografi

Ridha Rizkia

Iklima Apriyani

02 | Lika-Liku Sebuah Digit

Angg. Redaksi

angg. reporter

angg. Layout

angg. iklan

Pimpinan redaksi

angg. Layout

angg. fotografi

Diah Wulandari

M. Syafiq H

koor. marketing

Wilda Dwi N

angg. marketing

Koor. iklan


SALAM REDAKSI Halo sahabat Pena! Di semester yang baru ini, majalah Podium kembali hadir di edisi ke-8 dengan tema Lika-Liku Sebuah Digit. Di edisi kali ini Pena akan membahas tentang Transkrip Aktivitas Kemahasiswaan (TAK). Lika-liku sebuah digit yang dimaksud dalam tema yaitu untuk membahas berbagai macam cara dan kendala yang dilalui mahasiswa demi untuk mendapatkan poin (digit) TAK tersebut. Pena akan membantu sahabat-sahabat untuk mengenal, memahami, serta mengimplementasikan keaktifan dalam kegiatan di kampus University ini, agar tujuannya mendapatkan poin TAK bukan hanya menjadi sebatas suatu transkrip poin saja. Tidak hanya itu, Pena juga menyuguhkan artikel-artikel yang seru, seperti preview up-coming movie, cara membagi waktu antara kuliah dengan kegiatan kampus, resep memasak menggunakan rice cooker, dan masih banyak lagi. Selain informasi yang disajikan dalam bentuk artikel, Pena juga menyajikan suatu riset yakni seputar Transkrip Aktivitas Kemahasiswaan di kalangan mahasiswa Telkom University, yang pastinya informatif dan akan menambah wawasan sahabat Pena sekalian. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, segera buka halaman berikut! Nikmati artikel-artikel hangat dan menarik di Podium edisi ke-8: Lika-Liku Sebuah Digit ini!

Lika-Liku Sebuah Digit |

03


DAFTAR ISI 02 08

03 10

20

22

30

32

41

44

DAPUR REDAKSI

alur input tak

Dari pena

Cerita dibalik fungsi sebuah angka

TAK: parameter ekspektasi vs atau realita formalitas teL- u

bagi waktu Tel- u dulu kuliah dengan dan sekarang kegiatan kampus

cerita pendek

teka-teki silang

04 | Lika-Liku Sebuah Digit

04 12

05 14

06 18

24

26

28

36

38

39

Daftar isi

TAK: WUjud apresiasi kampus

upcoming movies 2018

efektivitas poin tak

46

resep murah ala anak kost

tapak tilas aksara

poin koin Mahasiswa

qna: Jika jadi rektor tel- u?

review buku

47

alur media partner aksara

hitam putih mahasiswa

TAK Error, salah siapa?

organisasi atau ipk?

review FILM

48

alur iklan aksara


TAPAK TILAS AKSARA Aksara adalah salah satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) penalaran yang ada di Telkom University yang bergerak dalam bidang jurnalistik. Dalam perjalanannya, Aksara telah berganti kepemimpinan dalam lima periode, mulai dari periode Oki Maulana, Jaka E Sembodo, Yadi Yuliadi, Ana Nadia, hingga periode Muhammad Yovinanda yang saat ini sedang berjalan. Banyak mahasiswa yang hanya mengetahui Aksara sebagai UKM Jurnalistik yang ada di Telkom University, namun lebih dari itu Aksara telah mengukir perjalanan dan cerita panjang sebelumnya. Pada kesempatan kali ini, tim Pena akan mengulas perjalanan awal Aksara.

AKSARA/Agisti Dea

UKM Aksara terbentuk dalam rangka penggabungan beberapa kampus di bawah naungan Yayasan Pendidikan Telkom menjadi satu atap, yaitu Telkom University. Tercipta dari inisiasi antara UKM Masyarakat Jurnalistik (Institut Teknologi Telkom) dan Jurnalistik IM (Institut Manajemen Telkom), Aksara terbentuk karena adanya permintaan dari pihak universitas yang menginginkan hanya ada satu UKM dengan konsentrasi yang sama di dalam satu universitas. Hal ini dikarenakan Masyarakat Jurnalistik dan Jurnalistik IM mempunyai satu konsentrasi yang sama di bidang media kampus serta wawasan jurnalistik, maka timbul suatu pemikiran untuk bergabung menjadi satu. Proses penggabungan ini berlangsung dengan berbagai rintangan, karena kenyataannya menggabungkan dua UKM dengan latar belakang yang berbeda merupakan proses yang tidak

mudah untuk dilakukan. Sebelum tergabung, baik Masyarakat Jurnalistik dan Jurnalistik IM mempunyai ciri khas yang berbeda. Masyarakat Jurnalistik terdiri dari beberapa peminatan yaitu film dan teatrikal, sedangkan Jurnalistik IM pada saat itu masih berada di bawah naungan UKM Embun. Dengan berbagai permasalahan yang telah dilewati, akhirnya Masyarakat Jurnalistik dan Jurnalistik IM sepakat untuk bergabung menjadi satu yaitu Aksara Jurnalistik Telkom University. Nama Aksara diambil dari sebuah filosofi. Secara harfiah sendiri Aksara berarti “kata”, dan ada begitu banyak aksara di dunia dengan ragamnya. Pemakaian nama ini dipilih karena diyakini bahwa setiap anggota adalah sebuah aksara dengan keberagaman yang unik apabila disatukan. Hal tersebut dapat dibandingkan dengan beberapa kata yang apabila disatukan dapat menjadi sebuah kalimat yang indah. Apabila kalimat tersebut digabungkan oleh beberapa kalimat lain, sebuah paragraf akan terbentuk. Apabila paragraf tersebut disusun oleh beberapa paragraf lainnya, sebuah cerita dengan aksara akan terbangun.

Torehan prestasi Aksara dapat dilihat ketika Aksara berhasil meraih penghargaan “UKM Penalaran Terfavorit” dan “Media Kampus Terfavorit” oleh Telkom University sendiri. Penghargaan ini tentu membuktikan bahwa Aksara dipercaya oleh mahasiswa Telkom University dalam memberikan sajian informasi yang menambah wawasan seputar kampus untuk mahasiswa.

Selain itu, dengan adanya penghargaan ini juga dapat menjadi lecutan semangat bagi anggota Aksara untuk ke depannya agar dapat berkontribusi lebih baik lagi. Untuk memperingati hari berdirinya Aksara pada tanggal 4 Mei, Aksara mengadakan sebuah perayaan ulang tahun bernama Diarist atau Dies Natalis Aksara yang berbentuk talk show. Diarist telah sukses berjalan sebanyak tiga kali, antara lain 1st Diarist dengan tema “Primojour-Nalux: Panorama Budaya Dalam Kata”, 2nd Diarist dengan tema “Justicenalism: Apa Kabar Media” dan 3rd Diarist dengan tema “Red Journalism”.

Lika-Liku Sebuah Digit |

05


06 | Lika-Liku Sebuah Digit


Kuliah merupakan salah satu fase yang akan dilewati oleh manusia-manusia beruntung yang ada di Indonesia. Mengapa disebut manusia beruntung? Tidak lain karena tidak semua manusia melewati fase ini. Selepas menempuh pendidikan di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), ada dua pilihan bagi manusia, yaitu melanjutkan pendidikan di bangku perkuliahan atau memutuskan untuk bekerja mencari selembar rupiah.

B

agi manusia beruntung yang merasakan bangku perkuliahan, waktu adalah hal yang sangat berharga. Mereka dituntut untuk pandai mengatur waktu, hal ini dikarenakan mereka disibukkan oleh setumpuk aktivitas, baik akademik maupun non-akademik. Aktivitas akademik adalah bagaimana proses belajar mereka di waktu perkuliahan, sedangkan aktivitas non-akademik adalah aktivitas di luar kegiatan perkuliahan, misalnya aktif di organisasi atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Saat kuliah, mahasiswa diharapkan menjadi mahasiswa yang aktif, dalam arti hal akademik dan non-akademik harus berjalan dengan selaras agar mahasiswa tidak hanya memperoleh ilmu akademik saja, namun juga memperoleh ilmu yang dapat diperoleh dari organisasi atau UKM yang dipilihnya. Selain itu, menjadi mahasiswa yang aktif juga bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab bagi mahasiswa, dimana ia dituntut untuk membagi waktu dan belajar bertanggung jawab atas apa yang telah dipilihnya. Selain organisasi dan UKM, mengikuti kepanitiaan juga merupakan salah satu hal yang harus dilakukan oleh mahasiswa. Dengan mengikuti kepanitiaan, ada manfaat yang akan diperoleh, antara lain dituntut agar dapat bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan. Bukan soal berapa lembar rupiah yang sudah dikeluarkan, namun bagaimana kepanitiaan dapat menjadi salah satu hal yang bermanfaat bagi mahasiswa, karena hal itulah yang akan digunakan saat terjun di dunia kerja nantinya. Selain ilmu, ada hal lain yang ditunggu oleh mahasiswa. Sesuatu yang menjadi tolok ukur apresiasi atas apa yang telah diselenggarakan. Nilai yang terus menerus dikumpulkan untuk memenuhi pundi-pundi apresiasi pihak universitas kepada mahasiswanya. Tidak dapat dipungkiri bahwa kisaran dari apresiasi sangat berharga bagi mahasiswa. Dan, mahasiswa saat ini masih berlomba untuk memenuhi pundi-pundi tersebut. Beberapa universitas bahkan mematok batasan khusus mengenai hal ini. Dengan adanya pundi-pundi apresiasi ini, diharapkan mahasiswa menjadi lebih semangat lagi untuk mengikuti atau aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan yang ada. Terdengar kabar burung bahwa pundi-pundi apresiasi ini dapat dibeli dengan rupiah. Namun sungguh, sekali lagi bukan soal berapa rupiah yang sudah dikorbankan dalam suatu kepanitiaan, bukan pula mengenai pundi-pundi apresiasi yang akan diperoleh, namun tentang bagaimana cara bekerja dalam suatu tim untuk mencapai tujuan yang ada.

Lika-Liku Sebuah Digit |

07


TATA CARA PENGINPUTAN TAK

1

MASUK KE AKUN IGRACIAS

Cari menu TAK, lalu klik Input TAK mahasiswa

2

ISI FORMULIR

Lengkapi formulir sesuai dengan sertifikat yang telah didapat

cetak CETAK sertifikat

3

Cetak sertifikat (untuk E-Sertifikat) di kertas yang sesuai dengan kertas sertifikat pada umumnya

4

KONFIRMASI KE KEMAHASISWAAN

Bagian Kemahasiswaan berlokasi d gedung L, Konfirmasi bertujuan agar poin TAK dapat terinput dan terverifikasi terferivikasi oleh olehpihak pihakkampus kampus .



Cerita Dibalik Fungsi Sebuah

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Rektor Universitas Telkom Nomor KR. 297/KMHS7/BKA/2014 tentang Transkrip Aktivitas Kemahasiswaan (TAK) Universitas Telkom, disebutkan bahwa TAK adalah ukuran aktivitas ekstra/intra/ko-kurikuler mahasiswa sebagai bentuk penghargaan yang berhak diperoleh mahasiswa berdasarkan aktivitasnya. TAK menjadi salah satu syarat mahasiswa ketika ingin mengajukan sidang.

TAK merupakan penghargaan atau apresiasi yang berhak diperoleh mahasiswa berdasarkan kegiatan nonakademik yang telah dilakukan. Untuk membentuk karakteristik mahasiswa dan memperkaya kemampuan softskill, TAK dianggap penting dalam menghadapi tuntutan dunia kerja serta menjadi kebutuhan di dunia industri. Oleh karena itu, Transkrip Aktivitas Kemahasiswaan (TAK) diwajibkan bagi seluruh mahasiswa

AWAL MULA

DITErapkannya tak Awalnya TAK mulai diberlakukan pertama kali di STT Telkom (Sekolah Tinggi Teknologi Telkom) pada tahun 1990-an, TAK diterapkan secara resmi pada tahun 1993 dan mulai diterapkan juga di semua kampus Telkom, seperti Institut Manajamen Telkom (IM Telkom), Politeknik Telkom, dan Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia Telkom (STISI Telkom). Awalnya, kampus STISI merasa keberatan dengan peraturan penerapan TAK Perjalanan TAK dimulai ketika Sekolah Tinggi Teknologi Telkom (STT Telkom) merasa bahwa hanya dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tidak cukup untuk menghadapi kompetisi di dunia kerja, karena di dunia kerja terdapat tiga temuan feedback yaitu team work, percaya diri, dan leadership.

pada mahasiswa. Namun seiring berjalannya waktu, seluruh kampus binaan Telkom mulai memberlakukan penerapan TAK. Oleh karena itu, temuan feedback tersebut dapat diperoleh dari aktivitas di luar akademik seperti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), seminar, perlombaan, kepanitiaan, dan berbagai kegiatan non-akademik lainnya. Namun, awal penerapan TAK tentu tidak

10 | Lika-Liku Sebuah Digit

Universitas Telkom, sehingga TAK diberikan pada semua mahasiswa dalam bentuk transkrip yang mendampingi transkrip akademik pada saat kelulusan mahasiswa Universitas Telkom. Dengan diterapkannya TAK, diharapkan mahasiswa Universitas Telkom dapat lebih aktif baik dalam kegiatan akademik maupun nonakademik. Hal itu menjadi salah satu alasan kenapa Universitas Telkom menerapkan TAK.

selancar dengan apa yang dibayangkan. Sebagian dari mahasiswa kurang menyetujui dengan diterapkannya TAK, karena pada zamannya, STT Telkom memiliki mata kuliah yang cukup berat. Namun seiring berjalannya waktu, mahasiswa harus menerima penerapan sistem TAK, karena TAK juga menjadi salah satu syarat administratif untuk mengikuti sidang tugas akhir/skripsi/proyek akhir, juga menjadi syarat mendapatkan beasiswa dan syarat mengikuti seleksi mahasiswa berprestasi. Jika mahasiswa sudah memenuhi tiga temuan feedback tersebut, sudah tidak perlu ada lagi penerapan TAK. Namun jika mahasiswa tidak diberikan tantangan, maka akan sulit untuk sadar dengan apa yang mereka butuhkan. Achmad Syukur Muharamm, S.E, selaku Manajer Pengembangan Karakter, mengatakan alasan mengapa standarisasi TAK untuk sarjana minimal 60 poin TAK, Diploma 45 poin TAK, dan untuk pindahan dari diploma ke sarjana 15 poin TAK, dikarenakan jangka waktu kuliah sarjana lebih lama daripada jangka waktu kuliah diploma. Dan untuk jenjang pindahan dari diploma ke sarjana hanya melanjutkan dengan menambah 15 poin TAK. Namun saat ini sudah jarang mahasiswa yang hanya memiliki TAK berjumlah 60, karena mahasiswa sudah dipermudah untuk memperoleh poin


TAK dengan mengikuti berbagai macam aktivitas non akademik. Saat ini pihak Telkom University maupun Unit Kegiatan Mahasiswa Telkom (UKM) sudah banyak menyelenggarakan kegiatan seminar maupun kegiatan lain untuk mempermudah mahasiswa memperoleh TAK. Dengan menghadiri seminar atau menjadi kepanitiaan, mahasiswa dihargai dengan

poin TAK. Poin TAK juga dapat diperoleh dari perlombaan ataupun olimpiade mulai dari tingkat daerah sampai tingkat internasional. Poin TAK sendiri memiliki penilaian yang berbeda-beda, tergantung dari kegiatan yang diikuti oleh mahasiswa.

Dok. Net

ADAKAH TAK UNTUK

MAHASISWA INTERNASIONAL? TAK juga diberlakukan oleh mahasiswa internasional yang memang menjadi mahasiswa Telkom University secara penuh, bukan yang kurun waktunya hanya tiga bulan saja. Dalam pemberian poin TAK sendiri dalam kegiatan, baik mahasiswa regular maupun internasional memperoleh perlakuan yang sama. Tetapi, untuk jumlah minimal poin TAK yang harus dipenuhi oleh mahasiswa internasional, sedang dibicarakan lebih lanjut. “Mahasiswa internasional disini, yang menjadi mahasiswa Telkom University secara penuh kami berlakukan TAK juga. Karena kan memang mereka sudah menjadi mahasiswa Telkom University, makanya juga harus mematuhi peraturan yang ada. Tetapi, untuk jumlah minimal poin TAK mahasiswa internasional, sedang kami bicarakan lebih lanjut. Karena, ya, kami juga melihat mereka akan sulit untuk mencapai batas minimal poin TAK itu. Makanya akan kami bicarakan

lagi dengan fakultas-fakultas,� ujar Achmad Syukur Muharamm, S.E, selaku Manajer Pengembangan Karakter. Dengan diterapkannya sistem TAK pada mahasiswa internasional, Pak Achmad Syukur berharap mahasiswa internasional yang awalnya tidak minat mengikut Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Telkom University pada akhirnya memiliki minat untuk mengikuti UKM.

Karena biasanya mahasiswa internasional hanya mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh International Class Academic Office (ICAO) saja. Saat ini, Bagian Kemahasiswaan sedang melakukan pendekatan kepada mahasiswa internasional, untuk mengajak mereka mengikuti kegiatan UKM di Telkom University terutama UKM kedaerahan. Agar mereka bisa lebih mengenal budaya dan kesenian yang ada di Indonesia. Dan bisa membawa budaya Indonesia sampai kancah internasional.

Lika-Liku Sebuah Digit |

11


WUJUD AP TAK: TERHADAP MA Tujuan Telkom University menerapkan sistem TAK adalah untuk membantu dan membekali mahasiswa agar siap terjun ke masyarakat, khususnya dalam bidang softskill. TAK wajib dipenuhi oleh semua mahasiswa Universitas Telkom dan diberikan kepada semua mahasiswa dalam bentuk transkrip akademik pada saat mahasiswa tersebut lulus. Adapun unsur-unsur yang menjadi faktor penilaian dalam pelaksanaan TAK adalah keaktifan dalam mendukung Tridharma Perguruan Tinggi, keaktifan dalam organisasi kemahasiswaan di kampus, serta keaktifan dalam organisasi di luar kampus. Penilaian TAK dilakukan selama mahasiswa berkuliah di Universitas Telkom

AKSARA/Agisti Dea S

12 | Lika-Liku Sebuah Digit

sejak awal masuk hingga dinyatakan siap untuk melaksanakan sidang skripsi. Terpenuhinya poin TAK menjadi salah satu syarat agar dapat mengikuti sidang skripsi dengan jumlah poin yang sudah ditentukan, antara lain 60 poin untuk mahasiswa sarjana, 45 poin untuk mahasiswa diploma, dan 15 poin untuk mahasiswa pindahan. Menurut Achmad Syukur selaku bagian kemahasiswaan, TAK digunakan untuk memotivasi mahasiswa untuk mengikuti kegiatan non-akademik selama berkuliah di Universitas Telkom, karena di dalam dunia kerja dibutuhkan kerja sama, percaya diri, dan kepemimpinan yang dapat dilatih dari kegiatan non-akademik, seperti mengikuti UKM, himpunan mahasiswa, BEM, serta lomba. Jika mahasiswa sudah memiliki kesadaran diri untuk mengikuti kegiatan di luar akademik, maka TAK sudah tidak perlu lagi diberlakukan di Universitas Telkom. Tetapi, masih banyak mahasiswa yang poin TAK-nya belum mencapai batas minimal ketika akan mengikuti sidang skripsi. Sehingga, pada saat ini TAK belum cukup memotivasi mahasiswa untuk mengikuti kegiatan di luar akademik.


PRESIASI KAMPUS AHASISWA STANDARISASI BK

dalam pemberian poin tak Dalam tabel poin TAK dalam SK Rektor Nomor KR. 297/KMHS7/BKA/2014 dijelaskan poin-poin TAK untuk setiap kegiatan nonakademik. Menurut Achmad Syukur, penilaian setiap poin TAK sendiri dilakukan oleh tim penilaian dengan tim kemahasiswaan serta perwakilan dari fakultas yang pada akhirnya menghasilkan tabel poin TAK. Seiring berjalannya waktu, apabila banyak kegiatan non-akademik yang belum dicantumkan dalam tabel poin TAK, maka kemahasiswaan akan melakukan revisi terhadap tabel poin TAK agar setiap kegiatan non-akademik yang melatih softskill mahasiswa dapat diberikan apresiasi oleh kampus dalam bentuk poin TAK. “TAK merupakan suatu model apresiasi bagi mahasiswa Universitas Telkom yang melakukan kegiatan-kegiatan yang berpengaruh dalam pendidikan karakter mahasiswa di luar kegiatan akademik. Pihak kampus memberikan poin berupa TAK. Aktivitas itu memiliki dampak positif dalam penguatan kepribadian, penguatan karakter, serta kepemimpinan mahasiswa. Jadi, tidak sembarang kegiatan diberikan TAK. Untuk standarisasi pemberian poin TAK sendiri mengacu pada SK Rektor tentang implementasi TAK,� ujar Andi Djoko selaku Direktur Kemahasiswaan Universitas Telkom. Dengan begitu, diberlakukannya penilaian TAK bagi mahasiswa adalah bentuk apresiasi pihak kampus terhadap mahasiswa yang melakukan

kegiatan non-akademik selama kuliah di Universitas Telkom. Menurutnya, tujuan dari TAK bukan untuk keuntungan kampus, karena kampus hanya memfasilitasi TAK agar mahasiswa merasa perlu untuk melakukan kegiatan non-akademik. Pengajuan poin TAK sendiri bukan hal yang sulit. Menurut keterangan dari Andi Djoko, mahasiswa cukup mengunggah sertifikatnya pada akun iGracias-nya, kemudian membawa sertifikat tersebut ke BK di Gedung L untuk proses approval. Prosesnya sendiri harus dilakukan secepat mungkin selambat-lambatnya dua minggu setelah sertifikat tersebut diberikan.

Maka, dengan diberikannya apresiasi berupa poin TAK untuk kegiatan nonakademik, diharapkan mahasiswa lebih termotivasi untuk melatih softskill-nya.

Karena kualitas mahasiswa tidak hanya dilihat dari besarnya nilai IPK, tetapi juga dilihat dari kegiatan apa saja yang dilakukan serta prestasi apa saja yang didapatkan selama menjadi mahasiswa Universitas Telkom.

Lika-Liku Sebuah Digit |

13


“mahasiswa melakukan segala cara untuk memenuhi target poin tersebut.”

KOIN SISWA T

MAHA

S

elain menjadi tolak ukur keaktifan mahasiswa, TAK juga menjadi salah satu syarat sidang akhir. Tetapi tahukah kalian? Kebanyakan mahasiswa yang ingin mengajukan jadwal sidang akhir sering kali tersendat karena kurangnya poin TAK yang dibutuhkan. Persentase mahasiswa yang masih kekurangan TAK saat hendak sidang akhir mencapai mencapai 50% hingga 70%. Urgensi dari TAK sendiri yang memang besar bagi mahasiswa, membuat mahasiswa melakukan segala cara untuk memenuhi target poin tersebut. Termasuk tindakan pemalsuan TAK. Poin yang menjadi tolak ukur keaktifan mahasiswa tersebut diperjualbelikan. Tim Pena telah mencari informasi mengenai oknum yang melakukan jasa pejualan sertifikat TAK palsu.

OKNUM 1 Oknum 1, merupakan oknum yang melakukan transaksi penjualannya melalui Official Account Line dengan cara:

pemalsuan sertifikat

dalam bentuk scan (nama dan prodi sertifikat palsu diganti dengan identitas pembeli) kemudian hasil scan diinput ke akun IGracias pembeli oleh pihak pemalsu

OKNUM 1: KE BAg. KEMAHASISWAAN Pemalsu datang ke Bagian Kemahasiswaan untuk meng-approve pemalsuan sertifikat tersebut

OKNUM 2

Oknum 2 menjual TAK dengan cara:

Memberi AKUN IGRACIAS

Pembeli memberikan akun IGracias pada pemalsu untuk diinputkan TAK oleh pihak pemalsu

PEMBELI MENERIMA

Pembeli hanya tinggal menerima transkrip TAK yang sudah diproses oleh pemalsu TAK.

Lalu, ada juga mahasiswa yang melakukan ‘titip’ TAK. Misalnya, ada mahasiswa yang merupakan ketua acara atau ketua dari suatu UKM. Lalu, ketika penginputan TAK secara kolektif, mahasiswa tersebut memasukkan nama temannya atau membuat sertifikat palsu atas nama temannya, yang bukan anggota dari kegiatan tersebut.

14 | Lika-Liku Sebuah Digit

HARGA PEMALSUAN (Diploma) Rp250.000,00

45 poin TAK

(Sarjana) Rp300.000,00

60 poin TAK

HARGA PEMALSUAN OKNUM 2: (Sarjana) Rp200.000,00

AKSARA/

60 poin TAK


APA KATA PIHAK BAGIAN KEMAHASISWAAN? Menurut Diajeng Paramita, selaku salah satu staf kemahasiswaan yang bekerja di bagian penginputan TAK, saat ditemui sabtu sore (2/2) persentase mahasiswa yang masih kekurangan TAK saat hendak sidang akhir mencapai mencapai 50% hingga 70%. Tentunya, dari fakultas dapat mengundur jadwal sidang mahasiswa yang bersangkutan karena salah satu persyaratan yang belum terpenuhi. Setelah kita tahu, salah satu penyebab banyaknya mahasiswa tingkat akhir yang TAKnya belum terpenuhi karena banyak dari mahasiswa tersebut lebih memilih untuk mengendapkan sertifikatnya sampai bertahuntahun dan baru menyetorkannya pada pihak BK saat hendak sidang. Selain itu, kebanyakan dari mereka menginputnya secara bersamaan, padahal masa berlaku atau kadaluarsa setiap sertifikat itu jangka waktunya sampai 3 tahun. Itu berarti jika melewati batas waktu tersebut, sertifikat tak bisa digunakan lagi.

Mengenai kecurangan, dari pihak BK sendiri belum menggunakan sistem atau alat tertentu untuk mendeteksi keaslian sertifikat TAK, sehingga dalam pemrosesannya masih menggunakan cara manual. Paramita mengakui bahwa dengan masih menggunakan sistem manual, kepalsuan sertifikat mungkin bisa tidak terdeteksi olehnya karena mengingat teknologi yang semakin canggih memungkinkan mahasiswa untuk lebih teliti dalam pemalsuannya.

"Sampai saat ini saya selalu dapat mengenali sertifikat palsu. Saya dapat membedakan antara yang palsu dan yang bukan. Cara lain untuk menguji keaslian sertifikat tersebut adalah biasanya saya melakukan percakapan singkat kepada mahasiswa tersebut terkait kegiatan atau acara yang bersangkutan dengan sertifikat yang dibawanya. Kalau dia tahu, berarti dia benar-benar mengikuti kegiatan tersebut, namun kalau tidak tentu terdapat keanehan disana,“ jelas Diajeng Paramita.

Lika-Liku Sebuah Digit | AKSARA/Agisti Dea

13


Paramita juga menjelaskan bahwa jika ditemukannya sertifikat palsu, maka sertifikat tersebut akan ditahan dan disimpan untuk dijadikan barang bukti dan nama mahasiswa yang bersangkutan akan dilaporkan untuk ditindaklanjuti. Bentuk tindak lanjut yang dimaksud berbeda-beda tergantung dengan permasalahan yang ditimbulkan mahasiswa, salah satu contohnya yaitu mahasiswa yang melakukan pemalsuan sertifikat tersebut diancam akan dikurangi nilainya. Seperti yang tercantum pada pasal 5 tentang pengurangan nilai TAK pada Surat Keputusan Rektor Universitas Telkom Nomor: KR.297KMHS7BKA/2014 sebagai Pedoman Transkrip Aktivitas Mahasiswa, "Sebagai pengecualian dari pasal 4 keputusan ini, mahasiswa yang dinyatakan melanggar ketentuan baik tertulis maupun kelaziman dapat dikenakan sanksi pengurangan nilai TAK yang akan diatur dalam ketentuan tersendiri." Selain kasus pemalsuan TAK yang dilakukan secara individu oleh mahasiswa itu sendiri dengan menggantikan nama pada sertifikat, pasalnya diketahui juga bahwa terdapat AKSARA/Adinda Anugerah cara pemalsuan lain yang dilakukan para oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Oknum yang dimaksud tersebut melakukan suatu kegiatan ilegal yang bisa disebut kegiatan "jual beli" TAK. Mereka melakukan pemalsuan sertifikat TAK bukan hanya sekedar mengganti nama yang tercantum dalam sertifikat, namun juga membuat atau mengarang sendiri nama kegiatan yang sama sekali memang tidak pernah berlangsung. Oknum yang dimaksud tersebut melakukan suatu kegiatan ilegal yang bisa disebut kegiatan "jual beli" TAK. Mereka melakukan pemalsuan sertifikat TAK bukan hanya sekedar mengganti nama yang tercantum dalam sertifikat, namun juga membuat atau mengarang sendiri nama kegiatan yang sama sekali memang tidak pernah berlangsung.

“Gak ada jual beli TAK. Jual beli TAK selama ini cuma isu. Memang pernah terdengar dulu isu jual beli TAK. Namun ternyata itu hanya bagian dari bercandaan mahasiswa saja, jadi gak benar-benar menjual TAK. Jadi, pihak BK tidak pernah mengusut jauh mengenai hal ini karena cuma isu,� ujar Paramita

Saat ditanya lagi mengenai kemungkinan terkait mahasiswa yang sampai membuat acara sendiri untuk mengelabui pihak BK, Paramita mengatakan jika hal tersebut terlalu detail dan jauh “Kalau soal mahasiswa yang menjual sertifikatnya ke orang lain, itu terlalu jauh dan diluar kendali BK ya. BK hanya bertugas melayani mahasiswa, hanya memverifikasi bentuk fisik sertifikatnya saja. Kalau sesuatu kepalsuan yang dibuat dengan sedetail mungkin, ya sulit juga untuk kami mendeteksi. Tapi pastinya, jika ditemukan dan ketahuan, maka

16 | Lika-Liku Sebuah Digit


pihak BK akan dengan tegas menindaklanjuti kejadian tersebut,� tambahnya Di Igracias sendiri belum bisa mendeteksi keaslian dari sertifikat tersebut. Oleh karena itu, cara lain yang digunkan untuk mengantisipasinya adalah dengan mengecap stempel di bagian depan sertifikat, karena dengan demikian akan susah diedit ulang untuk pemalsuan. Paramita juga mengungkapkan jika Igracias juga belum pernah diretas untuk bagian TAK. Jika TAK mahasiswa akhir masih belum tercukupi, dari pihak BK dengan jelas tidak menyediakan TAK, tetapi salah satu langkah BK dalam membantu mahasiswa tersebut hanya dengan cara magang di BK. Namun untuk magang di BK, mahasiswa harus mengikuti seleksi dari prosedur dan persuaratan yang telah ditentukan BK. Hanya dengan itu pihak BK dapat membantu, selain dari itu tidak ada hal lain yang bisa dibantu BK untuk menambah poin TAK mahasiswa. Jika masih kurang, mahasiswa sendirilah yang harus mencari kegiatan-kegiatan untuk menambah poin TAK mereka. Sehubungan dengan kekurangan

poin TAK, BK tidak akan memberikan denda maupun hukuman kepada mahasiswa yang kekurang poin TAK, namun saja kerugian tetap dirasakan oleh mahasiswa itu sendiri, karena dengan belum terpenuhi poin TAK maka akan semakin mundur jadwalnya untuk mengikuti sidang akhir “Jangan ada pemalsuan TAK ya. Sebenarnya mudah sih TAK itu. TAK kan bertujuan untuk mengembangkan karakter, ada nilai positif untuk kita. Itu belajarnya dari sini. TAK itu kan untuk mahasiswa itu sendiri, untuk dia nanti di masa depan saat di dunia kerja, bukan untuk orang lain,� tutup Paramita. Kurangnya poin TAK mahasiswa, dimanfaatkan oknum-oknum tertentu untuk meraih keuntungan semata. Apakah keaktifan mahasiswa dapat diukur dari beberapa lembar kertas rupiah? Seakan parameter atau tolak ukur hanyalah sebuah kata-kata, yang terpaksa dipenuhi sebagai syarat sidang, dan berakhir sebagai angka tak berfungsi.

Lika-Liku Sebuah Digit |

17


TAK Error,

AKSARA/Agisti Dea

Salah Siapa? Agar TAK tidak usang dan menumpuk, mahasiswa harus segera mengumpulkan sertifikat-sertifikat yang ia punya dan membawanya ke Bagian Kemahasiswaan. Dimana nantinya sertifikat itu akan berubah menjadi poin TAK, yang digunakan untuk memenuhi salah satu syarat mengajukan sidang. Dalam proses penginputannya, mahasiswa harus mengisi formulir terlebih dahulu sesuai dengan sertifikat yang didapat di web IGracias, lalu datang ke BK untuk proses approval dengan membawa sertifikat berbentuk hardcopy. Lalu, jumlah poin TAKnya akan bertambah di iGracias mahasiswa tersebut. Namun ternyata, angka yang dikatakan sebagai parameter keaktifan mahasiswa ini sempat mengalami error sehingga bertambah dan berkurang dengan sendirinya.

18 | Lika-Liku Sebuah Digit


T

im Pena menemui beberapa mahasiswa yang mengaku poin TAK nya sempat bertambah dan berkurang. Mahasiswa berinisial ES mengatakan bahwa ia mengalami kehilangan poin TAK dari 170 menjadi 123. Namun, ia tidak mau ambil pusing karena TAK yang berkurang itu pun tetap lebih dari minimal untuk pengajuan syarat sidang. Tetapi, beberapa hari kemudian ketika ia mengecek kembali, TAK nya pun bertambah menjadi 234. Hal ini juga dirasakan oleh RS, mahasiswa Ilmu Komunikasi yang mengatakan TAK nya bertambah dengan sendirinya. RS pernah menjabat sebagai wakil ketua di salah satu UKM, tetapi di halaman tabel poin TAK nya, bukan hanya TAK untuk wakil ketua saja yang masuk, tetapi untuk ketua dan sekretaris juga masuk ke dalam tabel poin TAK nya. Padahal, ia tidak pernah menjabat sebagai ketua maupun sekretaris. Lalu, mahasiswa yang berinisial TA juga mengaku bahwa TAK nya bertambah dari 91 menjadi 146.

LALU,

APA YANG SEBENARNYA

TERJADI?

Menurut Bagian Kemahasiswaan, terjadinya TAK bertambah atau berkurang pada mahasiswa disebabkan oleh migrasi server dan errornya server TAK. Ketika tahun 2016 menuju tahun 2017 terjadi migrasi server yang mengakibatkan TAK berubah poinnya, bisa bertambah atau berkurang. Namun, kemahasiswaan khususnya bagian input TAK memiliki data di server yang lama, jadi ketika mahasiswa melakukan complain atas poin TAKnya, kemahasiswaan memiliki datanya untuk dibandingkan apakah benar TAK tersebut poinnya berubah dengan sendirinya. Saat tahun 2016 menuju tahun 2017 ketika sedang dilakukan migrasi server mengakibatkan pending pada proses penginputan TAK yang dilakukan secara kolektif, hal ini disebabkan karena ketika proses migrasi server sistem belum bisa menampung data yang berjumlah banyak. Sehingga, TAK yang diinput secara kolektif menjadi TAK pending atau tidak terinput kedalam iGracias. “Dulu server TAK berpusat di kemahasiswaan sendiri, namun pada tahun 2016 menuju tahun 2017 karena kampus kita berbasis IT, maka kampus memiliki kebijakan untuk semua data terintegrasi semuanya dengan data center yaitu berpusat di Direktorat Sistem Informasi, jadi ada perpindahan database lama ke database baru yang disebut migrasi server,” menurut

Fathrullah Bagas Samudra bagian Programming Akademik Direktorat Sistem Informasi Ketika proses migrasi server, banyak mahasiswa yang complain tentang jumlah poin TAK. Solusi yang diberikan oleh Direktorat Sistem Informasi adalah melakukan penginputan kembali untuk poin TAK yang hilang, lalu diinputkan ke sistem untuk TAK yang ‘hilang’ namun untuk data TAK ‘hilang’, sebenarnya tidak ‘hilang’ namun ‘nyangkut’ tidak ikut termigrasi. Terjadinya miss dalam poin TAK mahasiswa disebabkan perubahan struktur pada TAK, sehingga ketika terjadi migrasi server banyak data TAK mahasiswa yang bertambah atau berkurang dengan sendirinya. Ketika ID tersebut farchart di server lama, namun ketika pindah ke server baru menjadi numberik mengakibatkan tidak singkron atau mengakibatkan TAK ‘nyasar’. Saat migrasi server, membutuhkan dua tahap, yaitu yang pertama adalah tahap migrasi, tahap perpindahan data di server yang lama ke server yang baru, yang kedua adalah tahap perbaikan data, dikarenakan banyaknya data yang miss maka perbaikan yang dilakukan adalah dengan mencocokan dengan data lama yang dimiliki kemahasiswaan. Proses perbaikan ini dilakukan tidak dengan penginputan satu persatu, namun dengan query, metode yang dilakukan adalah data lama dicocokan dengan data yang baru lalu ditemukan berapa kesalahan yang terjadi, dari situlah Direktorat Sistem Informasi mencoba untuk memperbaiki waktu yang dibutuhkan untuk melakukan migrasi server sendiri dalam satu bulan sudah dilakukan dua tahap, dikarenakan aplikasi SKPI dan mahasiswa yang akan mendaftar sidang membutuhkan data poin TAK maka Direktorat Sistem Informasi dituntut untuk menyelesaikan migrasi server secepatnya. Lika-Liku Sebuah Digit |

19


AKSARA/Agisti Dea

Dengan Telkom University menetapkan TAK sebagai salah satu syarat pengajuan sidang akhir, tentu membuat mahasiswa berlombalomba untuk mengumpulkan poin TAK. Ada yang memang mengumpulkan poin tersebut sekaligus untuk melatih, ada juga yang hanya sekedar mengumpulkan poin tanpa memikirkan esensi. Beberapa

20 | Lika-Liku Sebuah Digit

mahasiswa menganggap bahwa TAK adalah bentuk apresiasi kampus terhadap keaktifan mahasiswa diluar kegiatan akademik, sekaligus sebagai parameter keaktifan setiap mahasiswa. Tetapi, ada juga yang menganggap TAK hanyalah sekedar formalitas belaka, melihat ada mahasiswa yang melakukan segala cara untuk mendapatkan salah satu syarat

pengajuan sidang itu. Apalagi, hal ini dijadikan peluang oleh orang-orang tertentu, dengan memperjualbelikan poin TAK untuk mendapatkan keuntungan semata. Melihat hal ini, apakah memang benar TAK sebagai parameter keaktifan mahasiswa, atau hanyalah sebuah angka yang terpaksa harus dipenuhi karena merupakan syarat pengajuan sidang akhir?


TAK: parameter

atau formalitas?

TAK SEBAGAI

FORMALITAS Adista Putri Sekarwangi, Wakil Ketua BEM FKB 2018, berpendapat bahwa pemberian TAK saat ini hanyalah sekedar formalitas. Awalnya, ia setuju dengan tujuan Universitas Telkom yang menjadikan TAK sebagai parameter keaktifan mahasiswa. Tetapi, lama kelamaan ia merasa bahwa TAK hanyalah sebuah formalitas. Sangat disayangkan banyak mahasiswa yang mengikuti kegiatan di kampus hanya untuk mendapatkan poin TAK, bukan untuk memperoleh informasi ataupun ilmunya.

Apalagi, dengan adanya kabar mengenai jual beli TAK, menjadikan TAK yang seharusnya parameter menjadi formalitas. Menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi sebelum lulus dari Universitas Telkom, membuat TAK menjadi salah satu poin yang membuat mahasiswa harus mengikuti berbagai kegiatan penunjang untuk memperoleh TAK. Adista berpendapat tingkat partisipasi mahasiswa dalam suatu kegiatan akan berkurang jika TAK dihapuskan. “Masih banyak mahasiswa yang

berpikir untuk apa ikut kepanitiaan atau organisasi yang hanya mendapatkan sedikit poin TAK, tidak sebanding dengan lelah yang dikeluarkan. Yang akhirnya membuat mahasiswa itu bingung ketika ingin mengajukan sidang karena TAK nya tidak terpenuhi. Makanya muncul yang namanya jual beli TAK ya karena itu, mau darimana dia mendapatkan TAK secara instan? Kalau begitu kan, TAK hanya sebagai formalitas,� tegasnya.

TAK SEBAGAI

parameter

Berbeda dengan Azzavira Liyanshur, President UKM SEARCH 2018, yang menganggap bahwa TAK sendiri memang bisa dijadikan parameter keaktifan mahasiswa. Dengan adanya TAK, membuat mahasiswa termotivasi untuk lebih aktif lagi di luar kegiatan akademik. Menurutnya, jika di Telkom University tidak diterapkan TAK, maka mahasiswa akan lebih malas untuk mengikuti kegiatan. Walaupun mereka mengumpulkan poin TAK hanya karena ingin lulus, secara tidak langsung, mereka sudah meluangkan waktunya untuk mengikuti kegiatan. Memang terkadang mahasiswa sering melakukan sesuatu secara terpaksa. Tapi dalam hal ini, terpaksa yang positif. Jika di Telkom University sendiri tidak diterapkan sistem TAK, Azza tetap mau mengikuti kegiatan-kegiatan di luar akademik, namun tidak sesering sekarang saat diterapkannya sistem TAK. Mahasiswa Teknik Industri 2016 itu sendiri sudah mengumpulkan poin TAK sebanyak 186, yang kebanyakan ia dapat dari mengikuti kompetisi atau lomba. “Menurut aku nih ya, harusnya mahasiswa lebih sadar terhadap apa sih esensi dari TAK itu sendiri. Soalnya, dengan kita aktif organisasi, aktif ikut lomba, justru bukan kita yang mencari TAK.tapi

TAK yang mencari kita

Sayang kalau misalnya mereka sia-siain kesempatan buat ningkatin softskills di kampus. Oiya, mengenai adanya oknum jual beli TAK, menurutku kita juga gabisa langsung nyalahin sistemnya, jadi oknumnya yang harus dicari dan dimintai pertanggungjawaban,� tambahnya.

Pengumpulan poin TAK bagi mahasiswa memang memunculkan berbagai anggapan. Ada yang menganggap, melatih softskills di kampus merupakan hal yang wajib, sehingga TAK sendiri adalah sebuah bonus yang diberikan oleh kampus sebagai bentuk apresiasi. Namun, ada juga yang merasa sistem seperti ini menyusahkan mahasiswa karena kegiatan akademik saja sudah melelahkan tetapi pihak kampus menuntut mahasiswa untuk tetap melakukan kegiatan di luar akademik.

Jadi, bagaimana menurut sahabat Pena? Apakah TAK memang sebagai tolak ukur keaktifan mahasiswa, sesuai yang diharapkan oleh pihak kampus atau hanyalah sebuah angka tanpa esensi?

Lika-Liku Sebuah Digit |

21


Ekspektasi

TELKOM UN

Beberapa mahasiswa/i Telkom University pasti memiliki harapan te Namun, realita tentu akan berbeda dengan ekspektasi yang seharusny ini? Berikut ini adalah pendapat dari beberapa mahasiswa tentang e

Faiz Agustira

S1 Ilmu Komputasi 2015 ”Ekspektasi awal itu bakal dingin cuacanya, internet lancar, dan air bersih. Karena awalnya tinggal di asrama airnya kotor. Realitanya, ternyata penyebaran internet atau TUNE tidak merata dan masih sering terkendala dalam menyambung ke TUNE-nya, lalu di asrama banyak keluhan airnya kurang bersih, fasilitas lapangan futsal sebelah asrama kurang terawat. Syukurnya, sekarang SC sudah direnovasi. Kalau yang bagusnya sih, tenaga pengajarnya yang ahli pada bidangnya, banyak UKM dan komunitas yang dapat mengembangkan minat bakat saya, perpustakaannya juga bagus. Setiap mahasiswa baru pasti selalu berekspektasi tinggi mengenai kampus yang akan dimasukinya, jadi menurut saya masih ada beberapa ekspektasi yang belum tercapai atau yang sudah tercapai. Tapi intinya dengan dapatnya bersaing dengan universitasuniversitas lain di Indonesia sudah cukup bisa melebihi ekspektasi saya walaupun mesti ada beberapa hal yang harus ditingkatkan.”

Sasdalia Nova Dienna

Bayu Kurniawan Azlen S1 DKV 2014

“Ekspektasi awalnya saya sih, kuliahnya dapet banyak fasilitas, karena nama Telkom sudah besar. Realitanya, kurang fasilitasnya, bahkan lampu depan pintu masuk mobil saja enggak diganti-ganti, gelap banget kalau malam. Menurutku, dilihat dari realitanya sekarang nama Telkom terus naik ya, itu hal yang bagus mengingat Telkom merupakan kampus baru tapi nama dan predikatnya cepat berubah. Jujur saja waktu pertama masuk itu saya enggak tahu ada tawaran fasilitas apa saja, soalnya saya benar-benar fokus ke DKV dan enggak mikirin fasilitas yang ada, saya baru tahu dari guru BK waktu itu dan langsung daftar. Ekspektasi saya ingin kerja di Telkom tapi setelah masuk ternyata sudah enggak kayak yang diomongin orang-orang. Untuk menghadapi realita yang tidak sesuai ekpektasi adalah jalanin saja sih kuliahnya sebaik mungkin, karena kita ke depannya enggak ada yang tahu, mau sesuai ekspektasi apa enggak, itu enggak masalah.”

Reza Fadhil

S1 MBTI 2016

D3 Manajemen Informatika

“Masuk Telkom sih sebenernya gara-gara gak keterima PTN hehe. Kalau ekspektasi pas masuk Telkom sih gak ngeharepin yang gimana-gimana banget, bayangannya sama aja sama kampus lain. Realitnya pas udah masuk, ternyata sistem pembelajaran udah baik, silabus udah bagus, apalagi kan MBTI satu-satunya prodi di Indonesia. Cuman, Telkom di daerah FEB, FKB itu gersang banget, gaada tanaman. Beda deh sama teknik lebih adem, gak panas. Terus juga jajanan di Telkom banyak terus murah jadi seneng deh. Tapi Telkom macet dan sering banjir. Overall seneng sih kuliah di Telkom. Apalagi, di Telkom isinya gak cuma orang Bandung aja, jadi bisa kenal sama orang-orang dari berbagai daerah.”

“Sebelum tau Telkom University, pertama aku udah mau masuk ke poltek yang ada di Semarang, masuk kesana garagara salah satu dosennya temen deket ibu aku, terus juga ada temen aku yang kuliah di Telkom angkatan 2015. Terus tertarik masuk Telkom karena dari SMA udah berencana mau lintas jurusan jadi akhirnya ambil jurusan yang berbau komputer. Sebenernya yang di semarang juga bisa, tapi setelah dapet review dari temen aku, aku jadi tertarik. Kalau ekspektasi gak jauh dari realita jadi apa yang di sampein temen aku dan apa yang kejadian sekarang gak jauh. Overall, yang aku gak suka cuma perbedaan antara international class yang di terapin di GKU, kalau bisa bikin aja gedung sendiri buat international classnya.”

22 | Lika-Liku Sebuah Digit


vs Realita

NIVERSITY

ertentu ketika akan memasuki kampus untuk pertama kalinya. ya. Bagaimana menghadapi kenyataan sesungguhnya dari kampus ekspektasi dan realita saat memasuki kampus ini pertama kali.

Adi Aufarachman

Budi Laksono

“Ekspektasi saya kampus ini begitu terdepan dalam IT-nya, menjadi kampus yang tujuan utama bukan lagi cadangan dari SNMPTN atau SBMPTN. Karena karakteristik mahasiswa diukir oleh keadaan lingkungan alam sekitarnya. Realitanya, Alhamdulillah untuk IT banyak usaha yang dilakukan oleh para petinggi kampus untuk menjadi terdepan, hanya sumber daya yang akan memasuki dunia kerja lebih dirangkul lagi agar mereka dapat percaya diri dan siap untuk bisa struggle dan survive dalam dunia kerja kelak. Menurut saya pihak kampus masih tertuju pada akademik, saya kira para petinggi kampus harus memiliki sesi mengubah pemikiran mahasiswa dengan menjadikan kampus ini menjadi yang utama, karena saya percaya dalam kampus ini dari segi ilmunya, SDM, serta lainnya akan bisa menjadi tandingan yang kuat dengan perguruan tinggi lain di luar sana. Sebenarnya ada banyak realita yang nyatanya lebih bagus dari ekspektasi, tapi yang paling bagus adalah Telkom tidak hanya memberikan suatu bidang yang ituitu saja, tapi semua bidang pun dicakup oleh kampus ini.”

“Awalnya keinginan untuk kuliah di Telkom itu nggak ada sama sekali,karena niat aku di awal pengen kuliah di malang. lalu ada tes JPA 1 Telkom dan aku ikut, lalu keterima. Ekspektasi kuliah di Telkom sih sebenernya gaada ekspektasi kuliah di sini bakalan seperti apa karena jurusan yg aku ambil ini sebenernya bukan bidang yang aku idamkan. Dan ya realitanya seperti ini, kalo boleh di bilang Telkom itu buat aku seperti medan perang, banyak orang orang yg berpotensi menjadi orang hebat dikemudian hari disini, dan hawa disini sangat jauh berbeda dengan hawa lingkungan di kota asalku dan ya seperti yang aku bilang tadi kalau kalian nggak sungguh sungguh disini itu akan berat dikemudian hari setelah lulus dari sini.”

S1 Teknik Telekomunikasi 2014

S1 Teknik Industri 2015

Fitri Fidianti

S1 Ilmu Komunikasi 2016 “Mau masuk Telkom awalnya karena aku gak mau masuk negeri hehe aneh kan ya? Telkom itu udah termasuk swasta terbagus, dan dosen - dosennya pun semua berkualitas, bahkan lulusan telkom itu terjamin jadi ya aku merasa beruntung banget, ada kampus yang berkualitas deket sama rumah aku, jadi aku ga capek dijalan hehe. Ekspektasi awal masuk Telkom ngebayangin dosen-dosennya berkualitas juga terlatih dengan sangat baik, fasilitas yang bagus, teknologi yang sangat canggih, bertemu dengan teman teman yang hebat, pintar, dan pergaulan yang sangat tinggi. Kalau realitanya sesuai dengan ekspektasi awal aku masuk telkom, dosen dosen yg berbeda dengan dosen kampus lain, di kampus lain banyak banget yg jarang masuk dan membuat mahasiswa tidak mengikuti pelajaran dengan sia sia mereka datang ke kampus. Banyak dosen-dosen yang belajar atau lulusan luar negeri. Dan yang lebih aku banggakan bener bener di luar ekpetasi aku, aku suka banget sama perpustakaan di Telkom dan semua temen temen diluar kampus Telkom pada iri sama perpustakaan yang bener bener bagus banget juga nyaman dan bangunan yang sangat luas sehingga membuat mahasiswa lebih mudah untuk mengerjakan tugas dan belajar.” Sumber Gambar: Dok. Pribadi

Lika-Liku Sebuah Digit |

23


Upcoming Movies 2018 Tahun baru, film baru. Tak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun 2018 akan disuguh berbagai film menarik dengan genre yang beragam. Tak tanggung-tanggung, lebih dari 30 film siap tayang sepanjang tahun 2018. Apa saja sih film yang ditunggu-tunggu tahun ini?

Judul Sutradara Tanggal Rilis

: Ready Player One : Steven Spielberg : 29 Maret

Di masa depan, populasi dunia menghabiskan waktu mereka untuk bermain virtual reality bernama OASIS. Ketika sebuah permainan untuk mencari harta karun dan mendapatkan hak kepemilikan OASIS diumumkan, perseteruan terjadi antara seorang pemuda dan teman-temannya dengan korporat besar yang menginginkan kepemilikan OASIS untuk kepentingan mereka sendiri. Banyak sekali referensi pop culture yang akan hadir pada film ini, mulai dari mesin waktu DeLorean hingga Gundam!

Judul Sutradara Tanggal Rilis

: Avengers: Infinity War : Russo Bersaudara : 25 April

Pasukan Avengers berkumpul kembali untuk melindungi Bumi dari ancaman Thanos (Josh Brolin) yang ingin mengambil enam batu Infinity untuk sarung tangannya yang dipercaya dapat memunculkan kekuatan yang tak terhingga atas kemauannya sendiri. Film ini akan menampilkan banyak superhero dari film-film MCU (Marvel Cinematic Universe) sebelumnya, mulai dari Iron Man, Captain America, Black Panther, Spider-Man, hingga Guardians of The Galaxy!

Judul Sutradara Tanggal Rilis

: Incredibles 2 : Brad Bird : 15 Juni

Berlangsung tepat setelah akhir cerita pada film pertamanya, keluarga superhero ini kembali muncul setelah satu dekade berlalu. Bob Parr/Mr. Incredible (Craig T. Nelson) sibuk menjaga anakanaknya, sedangkan istrinya Helen Parr/Elastigirl (Holly Hunter) sibuk menyelamatkan dunia. Ditemani Frozone (Samuel L. Jackson) dan seorang superhero baru, keluarga Parr harus beraksi kembali untuk melawan penjahat baru dengan plot jahatnya.

24 | Lika-Liku Sebuah Digit


Judul Sutradara Tanggal Rilis

: Jurassic World: Fallen Kingdom : J.A. Bayona : 22 Juni

Empat tahun setelah taman hiburan Jurassic World ditutup di Isla Nublar, para dinosaurus berkeliaran bebas di pulau tersebut hingga sebuah erupsi gunung berapi mengancam kehidupan mereka. Owen Grady (Chris Pratt) ditugaskan kembali untuk menyelamatkan kehidupan para dinosaurus dari ancaman tersebut. Jeff Goldblum yang pernah hadir pada Jurassic Park dan sekuelnya sebagai Dr. Ian Malcolm akan hadir kembali pada film ini.

Judul Sutradara Tanggal Rilis

: Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald : David Yates : 16 November

Newt Scamander (Eddie Redmayne) dan mentornya Albus Dumbledore (Jude Law) harus menangkap Gellert Grindelwald (Johnny Depp), seorang penyihir gelap yang kabur. Permasalahan bertambah ketika loyalitas diuji karena dunia penyihir yang semakin terbagi. Film ini merupakan bagian kedua dari trilogi Fantastic Beasts yang naskahnya ditulis oleh J. K. Rowling.

FILM LAINnya :

Maret- JUNI

Juli-September JULI

Oktober- Desember

Red Sparrow (2 Maret)

The First Purge (4 Juli)

Venom (5 Oktober)

A Wrinkle in Time (9 Maret)

Ant-Man and The Wasp

Halloween (19 Oktober)

Tomb Raider (16 Maret)

Hotel Transylvania 3: Summer Vacation

X - Men: Dark Phoenix

Skyscraper (13 Juli)

The Nutcraccker and The Four Realms

Alita: Battle Angle (20 Juli)

The Grinch (9 November)

Mission: Impossible - Fallout

Creed 2 (21 November)

Pacific Rim Uprising (23 Maret)

Isle of Dogs (23 Maret) Rampage (20 April)

(6 Juli)

(13 Juli)

(27 Juli)

(2 November)

(2 November)

Deadpool 2 (18 Mei)

Christoper Robin

Ralph Breaks The Internet: Wreck-It-Ralph 2

Solo: A Star Wars Story

The Predator

Spider-Man: Into The Spider Verse

(25 Mei)

(3 Agustus)

(3 Agustus)

(21 November)

(21 Desember)

Action Point (1 Juni)

Slender Man (24 Agustus)

Aquaman (21 Desember)

Hereditary (8 Juni)

Johnny English 3

Bumblebee: The Movie

Robin Hood

Mary Poppins Returns

First Reformed (22Juni)

(20 September)

(21 September)

(21 Desember)

(25 Desember)

Lika-Liku Sebuah Digit |

25


qna:

Jika Besok kamu jadi rektor Tel-U

APA YANG AKAN KAMU LAKUKAN? Ibrahim Ikhsan Aditya S1 Sistem Komputer 2017

“Meringankan tugas-tugas di semua mata kuliah, membuat atap untuk parkiran mobil dan motor, menguras air asrama setiap hari agar bersih dan higienis.”

Erika Wahas S1 Desain Komunikasi Visual 2016

“Kalau aku jadi rektor, aku mau gedein Telkom, perluas wilayahnya. Terus bagian FIK, FKB, FEB, FTE dikasih pohon. Karena mengusung green campus gak boleh ada kendaraan yang masuk, jadi semuanya pake sepeda.”

Wardatul Faizah S1 Teknik Industri 2017

“Kalau aku jadi rektor di setiap jadwal kuliah harus ada waktu buat nonton drama soalnya selama aku kuliah, waktu aku untuk nonton drama kepotong-potong gitu sama jadwal kuliah. Terus kalau aku jadi rektor, aku mau keliling telkom harus dianter pake mobil patroli/motor telkom biar ga cape aku kan orangnya lemes.”

Devi Savitri Wirawan S1 Kriya Tekstil dan Mode 2016

“Aku bakal iseng dateng ke salah satu mahasiswa terus tanya apa yang harus dibenahi dari universitas, dan semampunya buat ngasih fasilitas terbaik buat mahasiswanya, terus ngebenerin sistem asrama atau juga sistem kuliah yang kadang bikin kecewa.”

I Made Arinata Candradeva S1 Desain Produk 2016

“TERKEJOED, serta memperbaiki dan menambah fasilitas sarana prasarana agar mahasiswa semakin nyaman dengan kampus tercinta ini. ”

26 | Lika-Liku Sebuah Digit


Meta Septyowati S1 International ICT Business 2016

“Mengubah mindset mahasiswa agar menganggap suatu pendidikan adalah suatu yang menarik dan penuh tantangan yang harus dicapai dan bukan hal yang membosankan.”

Fandi Al Hafizh S1 Administrasi Bisnis 2016

“Mau bikin kawasan rokok dan bikin fakultas kedokteran.”

Syilma Nur Sholiha S1 Kriya Tekstil dan Mode 2017

“Aku pengen ketemu semua Ketua UKM di kampus. Sharing sama mereka, pengen tau masing-masing kendala dalam UKM nya seperti apa, bagaimana mendorong dan membantu mereka jika ada kegiatan yang mereka lakukan, khususnya yang mewakili Tel-U sendiri. Mengecek kelengkapan kampus, karena aku pengen punya kampus yang bisa membuat mahasiswa nyaman belajar. Terus aku pengen juga memperbaiki diri supaya bisa lebih maksimal bekerja untuk membuat nama baik Tel-U. Mengusahakan semua jurusan bisa mendapat akreditasi bagus dan diakui. Intinya, saya tidak mau menjadi rektor pasif di kampus tapi aktif di luar. Membuat kampus dikenal di luar itu kewajiban, tapi membuat mahasiswa nyaman di kampus itu prioritas.”

Dema Adzkia S1 Ilmu Komunikasi 2015

“Yang pasti bakal memperbaiki semua fasilitas terlebih dahulu, bikin kebijakan semua mahasiswa masing-masing membawa tanaman, habis itu ditanam di tempat yang gersang. Dan membatasi kendaraan mahasiswa biar gak macet.”

Masagus Muhammad Kemal Fauzan S1 Ilmu Komunikasi (International Class) 2017

“Saya akan memperbaiki fasilitas-fasilitas di Telkom University yang sudah tidak layak pakai agar mahasiswa yang baru masuk merasa nyaman. Misalnya ruang kelas di GKU yang panas saya kasih AC, masalah dana gampanglah, Telkom University masa gak punya dana.” Sumber Gambar: Dok. Pribadi

Lika-Liku Sebuah Digit |

27


ORGANISASI / IPK?

kalau AKU pilih KEDUANYA!

Dok. Pribadi


Kuliah bukan sekedar untuk mencari IPK tinggi saja, mahasiswa juga harus memiliki softskill yang dapat dilatih dengan mengikuti organisasi, kepanitiaan, maupun lomba. Terlebih lagi, di Universitas Telkom sendiri diberikan kewajiban kepada mahasiswanya untuk melatih softskill dengan reward dari kampus berupa poin TAK. Tentu kalian sering mendengar kalimat “pilih organisasi atau IPK”, dimana kalimat ini sering muncul ketika keaktifan mahasiswa dalam organisasi tidak berbanding lurus dengan nilai IPK. Lulusan terbaik Universitas Telkom saat ini tidak hanya ditentukan melalui tingginya nilai IPK, tetapi dinilai juga dari banyaknya poin TAK yang mahasiswa dapatkan selama berkuliah di Universitas Telkom.

S

eperti Budi Setiawan, ia disebut sebagai lulusan terbaik pada wisuda periode Agustus 2017 dengan IPK 3,75 dan TAK 563. Dengan poin TAK sebanyak itu, ia mengikuti beberapa organisasi di kampus, di antaranya UKM SEARCH, BEM Fakultas Komunikasi dan Bisnis, UKM KPM, Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi, dan UKM Embun. Selain itu, ia juga mengikuti beberapa kepanitiaan di Kampus dan menjadi juara dalam beberapa lomba, di antaranya juara 1 Management Brainstroming di Universitas Bakrie, juara 2 PMDC di Perbanas Institute, juara 2 JBC di Universitas Telkom, juara 3 Public Relation Day di Universitas Ahmad Dahlan, dan juara 1 Championship Regeneration di Universitas Telkom. Berdasarkan tema Podium kali ini, tim Pena menanyakan pendapat dari Budi Setiawan mengenai TAK. Menurutnya, TAK merupakan bentuk apresiasi sekaligus penyemangat, karena sebenarnya tujuannya bukan hanya untuk mendapatkan TAK yang banyak saja, tetapi juga melakukan proses yang maksimal untuk mendapatkan TAK tersebut. Jika hanya sekedar untuk memperbanyak jumlah TAK, belum tentu orang tersebut benar-benar layak disebut “master TAK”.

Saya tidak yakin kalau TAK jadi parameter untuk mahasiswa. Bisa jadi kan, ada mahasiswa yang sifatnya pemalu, terus tidak mau lapor ke kemahasiswaan atau memang dia aktif di luar kampus tapi tidak terhitung di sistem untuk poin TAK-nya. Tapi ya memang sih kalau di Telkom, TAK itu digunakan sebagai syarat kelulusan. Namun kembali lagi sih, tujuannya bukan untuk poinnya, tapi proses di dalamnya,

Ia menambahkan bahwa IPK dan organisasi merupakan kedua hal yang harus sama-sama baik. Dengan kualitas belajar

yang terus ditingkatkan dan mengatur waktu dengan baik, tentu keduanya akan sama-sama baik. Dalam lingkungan perkuliahan tentu kita sering mendengar julukan “mahasiswa kupukupu” yang ditujukan kepada mahasiswa yang hanya kuliah dan pulang saja. Menurutnya sendiri, mahasiswa kupu-kupu hanya labeling belaka, karena istilah tersebut turun temurun diberikan kepada mahasiswa yang “tidak terlihat” di organisasi kampus. Padahal, menurutnya tuduhan tersebut tidak memiliki alasan yang kuat, karena bisa jadi mahasiswa tersebut saat pulang kampus ia aktif berorganisasi di luar kampus atau bekerja sampingan. “Harus mau capek dan rela waktu tidurnya berkurang, harus rela memberi yang lebih. Karena nasi goreng sama kecap saja kurang sedap, harus mau mengiris ati ampelanya, harus mau menyuwir ayamnya, harus mau tabur berbagai bumbu, jangan lupa sambalnya, dan jangan lupa harus menunggu lebih lama agar rasanya mantap. Intinya, tidak ada yang instan,” ujarnya. Menurutnya, jika ingin mendapat TAK banyak dan tetap menjaga prestasi akademik harus berkorban lebih dan sabar karena tidak ada proses yang instan. Cara Budi membagi waktu yang baik agar seimbang antara kuliah dan organisasi adalah dengan membagi mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu, lalu mengetahui mana yang tanggung jawab kita lebih besar dan fokus dengan tujuan untuk apa kuliah dan untuk apa capek-capek di organisasi. Dengan mengetahui cara membagi waktu, seharusnya mahasiswa tidak lagi “menyalahkan” keaktifannya dalam berorganisasi ketika tidak mendapatkan nilai IPK yang tinggi, karena jika kita dapat mengatur waktu dengan baik tentu semua akan berjalan sesuai dengan tujuan kita. Lika-Liku Sebuah Digit |

29


Membagi Waktu Antara

AKSARA/Agisti Dea

Kuliah Dengan Kegiatan Kampus Berbicara mengenai kehidupan kampus, pasti tidak jauh dari dilema antara kuliah dan kegiatan luar kampus, dimana kampus bukan hanya tempat untuk mencari ilmu sesuai jurusan yang telah dipilih. Namun, kampus juga berfungsi sebagai tempat untuk belajar hal baru seperti pendalaman softskill serta mengasah kemampuan berorganisasi. Karena, selama berada di perguruan tinggi kita tidak hanya membutuhkan ijazah saja, melainkan juga kemampuan organisasi dan bersosialisasi. Saat menjadi mahasiswa, tentu mereka akan dihadapkan pada dua pilihan, yaitu menjadi mahasiswa yang orientasinya hanya pada kuliah saja atau yang biasa dikenal sebagai kuliah pulang-kuliah pulang (kupu-kupu), dan menjadi mahasiswa yang memiliki aktivitas penunjang diluar kegiatan perkuliahan. Pada akhirnya, pilihan ini hanya dapat diputuskan oleh masing-masing individu, apakah akan berorientasi pada kuliah saja atau juga akan aktif pada aktivitas penunjang diluar perkuliahan. Namun, ada hal penting yang tidak boleh dilupakan bahwa selepas lulus dari perguruan tinggi tidak hanya ijazah saja yang dibutuhkan. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki adalah bagaimana berkomunikasi dan berorganisasi dengan baik. Hal tersebut dapat ditemukan saat mengikuti kegiatan penunjang di luar kampus. Seperti halnya di Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mempunyai kegiatan ekstrakurikuler, di tingkat universitas pun terdapat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) atau komunitas yang fokus pada salah satu bidang. Dengan adanya hal ini tentu dapat menjadi pengisi waktu luang bagi mahasiswa, selain itu dapat menjadi sarana pengembangan diri dalam hal komunikasi. Namun, karena kurangnya kemampuan untuk mengatur waktu, sering kali mahasiswa terlalu asyik dengan kegiatan di luar aktivitas perkuliahan sehingga mengesampingkan tugas kuliah yang sudah seharusnya menjadi prioritas. Untuk menyiasati permasalahan ini, tim Pena menyajikan beberapa tips untuk mengatur waktu antara kuliah dan mengikuti kegiatan di luar perkuliahan, diantaranya:

30 | Lika-Liku Sebuah Digit


01

KOMITMEN Komitmen adalah hal penting yang hendaknya disertakan dalam setiap kegiatan. Berkomitmen sejak awal akan lebih baik dalam melakukan setiap kegiatan, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi rasa bosan atau lelah di tengah kegiatan. Komitmen harus menjadi salah satu dasar kuat pada saat kuliah dan mengikuti kegiatan lain di luar perkuliahan, hal ini dilakukan agar kehidupan berjalan seimbang. Dengan adanya komitmen, diharapkan dalam melakukan suatu kegiatan dapat dengan maksimal.

03

DAPAT MEMBAGI

WAKTU

Salah satu kunci pada saat menjalankan komitmen dan prioritas adalah menjadi pribadi yang pandai mengatur waktu. Dapat mengatur waktu berarti mampu bekerja dengan maksimal tanpa perlu tergesa-gesa. Dengan demikian, dalam setiap melaksanakan aktivitas tentu tidak akan tergesa-gesa, sehingga hasil yang diperoleh pun akan maksimal. Oleh karena itu, dalam kuliah dan melakukan aktivitas di luar perkuliahan harus seimbang dan pandai untuk mengatur waktu.

02

TEPAT DALAM MENARUH

PRIORITAS

Selain komitmen, hal lain yang perlu diperhatikan ialah tepat dalam membagi dan menaruh prioritas. Sebagai seorang anak yang diberi amanah orang tua untuk menyelesaikan pendidikannya, tentu kuliah merupakan prioritas utama yang harus dilaksanakan. Namun, saat mengikuti suatu kegiatan perkuliahan, ada prioritas lain yang menjadi tanggung jawabnya. Misalkan, dalam satu hari terdapat dua kepentingan yang bersamaan maka dapat dilihat tingkat kepentingan dari hal tersebut yang memang mendesak untuk dilaksanakan. Dan hal mendesak itu dapat didahulukan, namun bukan berarti menyepelekan hal lain, hanya saja prioritas mana yang seharusnya bisa didahulukan.

04

TIDAK MENUNDA

PEKERJAAN

Pada saat kuliah, tentu setiap dosen akan memberikan tugas kepada mahasiswanya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa tersebut akan materi perkuliahan yang diajarkan. Sama halnya seperti kuliah, apabila mengikuti organisasi tentu akan mendapat amanah yang harus dikerjakan sesuai dengan bagiannya. Oleh karena itu, apabila telah mendapat pekerjaan yang telah diamanahkan harus segera diselesaikan dan tidak menunda pekerjaan tersebut. Hal ini bertujuan agar pekerjaan tersebut tidak menumpuk di kemudian hari, sehingga waktu yang ada dapat dimanfaatkan untuk mengerjakan hal lain.

Lika-Liku Sebuah Digit |

31



Dok. Net

Bunderan Telkom Ketika masuk ke area kampus, kita pasti melihat tulisan ‘Telkom University’ di tempat yang sering kita sebut ‘Bunderan Telkom’. Dahulu, di tempat ini tertulis ‘Institut Teknologi Telkom’ tetapi karena terjadi penggabungan beberapa institusi di bawah naungan Yayasan Pendidikan Telkom (YPT) maka diubah menjadi Telkom University.

01

AKSARA/ Dick Archandana

Lika-Liku Sebuah Digit |

33


02 Gedung L

Dok. Net

AKSARA/ Dick Archandana

Gedung ini merupakan Kantor Badan Kemahasiswaan Telkom University, selain itu gedung ini dikenal sebagai tempat tinggal mahasiswa internasional yang berasal dari luar negeri dan juga poliklinik bagi mahasiswa Telkom University.

Gedung IM Telkom (FEB)

Dok. Net

03

AKSARA/ Dick Archandana

Dahulu, gedung ini merupakan bagian dari Institut Manajemen Telkom (IM Telkom) dan pada saat itu belum dibangun gedung dekanat yang menghubungkan kedua gedung yang ‘terpisah’. Saat ini, gedung ini berfungsi sebagai gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).

04

Dok. Net

AKSARA/ Dick Archandana

Gedung Politeknik Telkom (FIT) Sebelumnya, gedung ini merupakan bagian dari Politeknik Telkom yang kini berubah menjadi Fakultas Ilmu Terapan (FIT). Tidak banyak perubahan dari gedung ini selain perubahan nama.

Gedung STISI Telkom (FIK)

Dok. Net

AKSARA/ Dick Archandana

05

Gedung ini digunakan sebagai gedung dari Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia Telkom (STISI Telkom) yang kini berubah menjadi Fakultas Industri Kreatif (FIK). Sama seperti gedung FIT, tidak banyak perubahan besar yang terjadi pada gedung ini.

34 | Lika-Liku Sebuah Digit


06 Gedung P (FTE)

Dok. Net

AKSARA/ Dick Archandana

Awalnya, gedung ini merupakan bagian dari Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) yang kini dilebur menjadi beberapa fakultas di wilayah teknik. Saat ini, gedung ini merupakan bagian dari Fakultas Teknik Elektro (FTE).

07

Dok. Net

Learning Centre

AKSARA/ Dick Archandana

Dahulu, gedung ini memiliki perpustakaan dan tangga yang biasanya digunakan untuk kebutuhan fotografi. Namun, sekarang perpustakaan dipindahkan di gedung dekanat dan tangga dibongkar untuk membangun lobby baru.

08

Dok. Net

AKSARA/ Dick Archandana

Lapangan Futsal Teknik Lapangan futsal yang terletak di antara gedung E dan F di wilayah teknik ini sempat dipasang jaring pagar dan sering digunakan untuk keperluan olahraga dan lain sebagainya. Namun, sekarang tidak ada kelanjutan pasti mengenai nasib lapangan ini.

Lika-Liku Sebuah Digit |

35


POIN TAK

EFEKTIvITAS PENGUMPULAN Mahasiswa merupakan insan-insan yang dididik serta diharapkan menjadi calon–calon intelektual. Untuk dapat bersaing di dunia kerja, tidak hanya hardskill atau yang berkenaan dengan kemampuan menyerap ilmu, namun juga softskill. Dimana, softskill tersebut menyangkut karakter pribadi seseorang yang dapat meningkatkan interaksi individu, kinerja pekerjaan serta prospek karir juga menjadi bekal wajib yang harus dimiliki oleh bakal calon sarjana.

Sebagian besar mahasiswa Telkom University memahami fungsi, tujuan serta pentingnya TAK untuk mengasah kemampuan softskill mereka, sehingga media untuk mendapatkan TAK seperti seminar, mengikuti kepanitiaan dan organisasi mahasiswa menjadi incaran. Namun, apakah TAK benar-benar digunakan sebagai parameter keaktifan mahasiswa atau hanya sekedar formalitas untuk memenuhi tuntutan kampus terhadap TAK yang disyaratkan kepada mahasiswa? Berdasarkan riset yang dilakukan melalui kuisioner online selama periode 5 Januari 2018 sampai dengan 20 Januari 2018, terkumpul data sebanyak 378 responden. Riset kali ini mengangkat tema mengenai TAK. Dimana, riset ini bertujuan untuk mengetahui pendapat mahasiswa Telkom University mengenai TAK.

36 | Lika-Liku Sebuah Digit


Apakah Anda Mengetahui fungsi dantujuan adanya TAK?

91,8% tahu

8,2%

Tidak tahu

TAK

Pandangan Mahasiswa

TERHADAP

Dari responden yang mengisi, masih ada yang belum mengetahui apa fungsi dari TAK. Beberapa mahasiswa menganggap bahwa TAK adalah parameter untuk kemampuan softskill mereka. Namun, ada juga yang menganggap bahwa TAK sebagai formalitas dikarenakan TAK juga merupakan syarat kelulusan. Dari hal tersebut, mahasiswa merasa terpaksa atau harus mengikuti kegiatan kampus demi mendapatkan TAK, walaupun tidak mengetahui esensi dari kegiatan yang diikuti ataupun tidak memberikan kontribusi penuh kepada kegiatan tersebut.

Apakah penerapan tak memotivasi mahasiswa dalam mengikuti kegiatan kampus?

77,2% Memotivasi

22,8%

Tidak memotivasi

TAK

PERAN TERHADAP

Tidak sedikit mahasiswa yang merasa termotivasi dengan diterapkannya sistem TAK. Dengan diterapkannya TAK, kesadaran mahasiswa untuk ikut andil dalam kegiatan kampus dan event tertentu mengalami peningkatan. Namun, ada beberapa diantaranya merasa bahwa TAK tidak memotivasi dan tidak memberikan dampak khusus bagi perkembangan softskill mereka. Responden berpendapat bahwa untuk mendapatkan kemampuan sofskill tidak hanya dapat diukur menggunakan poin TAK, namun bisa juga didapatkan melalui kegiatan lain yang esensinya tidak dapat diukur menggunakan digit angka.

TAK

keefektifan penerapan Apakah penerapan tak sudah efektif?

38,1%

sudah efektif

60,6%

Tidak efektif

lainnya

Tidak sedikit mahasiswa yang merasa termotivasi dengan diterapkannya sistem TAK. Dengan diterapkannya TAK, kesadaran mahasiswa untuk ikut andil dalam kegiatan kampus dan event tertentu mengalami peningkatan. Namun, ada beberapa diantaranya merasa bahwa TAK tidak memotivasi dan tidak memberikan dampak khusus bagi perkembangan softskill mereka. Responden berpendapat bahwa untuk mendapatkan kemampuan sofskill tidak hanya dapat diukur menggunakan poin TAK, namun bisa juga didapatkan melalui kegiatan lain yang esensinya tidak dapat diukur menggunakan digit angka.

Setelah melaksanakan riset ini, kami berharap agar dapat membuka pola pikir mahasiswa Telkom University menjadi lebih baik dan terbuka agar pelaksanaan kegiatan dalam kaitannya mendapatkan poin TAK bukan hanya sebagai formalitas, demi melengkapi salah satu syarat kelulusan.

Lika-Liku Sebuah Digit |

37


Review Buku :

Into The Water

Penulis ISBN Penerbit Penerjemah

: : : :

Paula Hawkins 978-602-385-336-6 PT MizanPublika Ingrid Nimpoeno

Penyunting Cetakan I Harga Halaman

: : : :

Yuli Pritania September 2017 Rp89.900,00 480 Halaman

Into The Water adalah novel thriller kedua yang ditulis oleh Paula Hawkins. Novel yang terbit di Indonesia pada September 2017 ini merupakan novel yang menceritakan tentang misteri tenggelamnya seorang penulis bernama Nel Abbot yang ditemukan tenggelam di sungai yang berada di Kota Beckford. Pada mulanya sungai itu adalah sungai yang indah, namun pada kenyataannya sungai tersebut merupakan sungai yang mematikan. Selama berabad-abad di sungai tersebut menjadi tempat yang menyeramkan. Hal ini dikarenakan banyak korban yang seluruhnya mati tenggelam di tempat itu. Beberapa bulan sebelum Nel Abbot ditemukan tewas, sahabat anaknya yang bernama Katie juga ditemukan tewas di tempat itu. Tempat ditemukannya Nel Abbot pun dikenal sebagai Kolam Penenggelaman. Hal ini dikarenakan banyak misteri yng tersimpan di tempat itu. Beberapa waktu sebelumnya ada seorang wanita yang ditemukan mati di tempat itu, ada pula kabar mengenai seorang wanita yang diduga penyihir tenggelam di tempat yang sama. Seperti halnya novel Paula Hawkins sebelumnya yaitu The Girl On The Train, novel Into The Water ini mengambil sebelas sudut pandang dari setiap tokoh yang terlibat didalamnya. Dengan banyaknya sudut pandang ini menyebabkan kebingungan bagi pembaca, sehingga kesan tegang yang ada terkesan tidak konsisten. Selain itu, dengan banyaknya sudut pandang yang ada konsentrasi pembaca akan terpecah antara sudut pandang yang satu dengan sudut pandang yang lain. Hal yang harus diperhatikan pembaca pada saat membaca novel ini adalah konsentrasi yang cukup tinggi untuk membacanya. Konsentrasi ini diperlukan untuk memahami setiap sudut pandang yang ada dari beberapa sudut pandang di novel ini. Bagi pembaca yang menyukai genre novel misteri seperti ini, Redaksi menyarankan novel Into The Water sebagai salah satu referensi yang cocok untuk mengisi waktu luang pembaca.

38 | Lika-Liku Sebuah Digit


Review Film :

Blade Runner 2049

Pada tahun 1982, Blade Runner yang disutradarai oleh Ridley Scott dan dibintangi oleh Harrison Ford, Rutger Hauer, serta Sean Young, dirilis. Meski tidak sukses menduduki box office dengan baik dan mendapatkan respon dari kritikus yang bermacam-macam pada masa awal penayangan di bioskop, film ini dipuji karena kompleksitas tema, visual, dan soundtrack yang menarik. Film ini pun menjadi contoh pelopor film neo-noir (drama-drama kriminal) dan estetikanya sangat mempengaruhi film, serial TV, video game, dan anime bertema sci-fi di tahuntahun selanjutnya. Setelah 35 tahun berlalu dihujani desas-desus, akhirnya sekuel yang ditunggu-tunggu ini pun dirilis pada tahun 2017 berjudul Blade Runner 2049, yang disutradarai oleh Denis Villeneuve dan dibintangi oleh Ryan Gosling, Harrison Ford, dan Jared Leto. Blade Runner 2049 sendiri menceritakan tentang 30 tahun setelah peristiwa di film pertama Blade Runner. K (Ryan Gosling), seorang replicant (android biologis) bekerja sebagai blade runner (pemburu replicant yang memberontak untuk ‘dipensiunkan’) untuk Departemen Kepolisian Los Angeles. Suatu ketika, dia menemukan rahasia yang telah dikubur dalamdalam yang dapat menimbulkan kekacauan besar antara manusia dengan replicant. Hal ini semakin diperumit dengan ingatan masa lalunya

yang berhubungan dengan rahasia ini. Akhirnya, dari penemuan ini K memutuskan untuk mencari Rick Deckard (Harrison Ford), seorang eks-blade runner yang menghilang 30 tahun yang lalu. Blade Runner 2049 berhasil mempertahankan tema dan estetika dari film pertama dengan baik, ditambah dengan sentuhan dan twist masa kini. Visual yang ditawarkan sangat menawan dengan nuansa cyberpunk yang kelam dan eksotis, menariknya lagi kebanyakan adegan dilakukan tanpa menggunakan CGI. Desain audionya semakin menguatkan nuansa cyberpunk, dan berusaha untuk mengemulasikan karya Vangelis dari film pertama Blade Runner. Narasi dan pacing dari film ini pun dilakukan dengan sangat baik, setara atau bahkan mungkin lebih baik dari film pertamanya. Satu-satunya kekurangan dari film ini adalah nasibnya yang sama dengan film sebelumnya: kesulitan untuk mencapai box office sesuai dengan ekspektasi yang disebabkan oleh banyak hal contohnya karena ketidaktahuan masyarakat terhadap film pertamanya dan banyaknya film menarik lain yang ditayangkan pada waktu yang berdekatan. Terlepas dari hal tersebut, film ini direkomendasikan oleh redaksi, terutama bagi penyuka film neo-noir dan yang pernah menonton Blade Runner bahkan hingga menonton seluruh versinya.

Lika-Liku Sebuah Digit |

39



Karya: Nadhira Saffana

Ilustrasi : Faradiba Maharani Lika-Liku Sebuah Digit |41


Sudah jam 4 sore, saatnya membuatkan bapak makanan untuk nanti malam. Ia mulai membiasakan diri ke pasar setiap malam sehabis pulang kerja untuk membeli beberapa bahan makanan. Kadang juga saya membelikan beberapa alat untuk di dapur, itu juga jika sempat. Seringnya, setiap akhir pekan merupakan waktu bagi kami untuk belanja peralatan dan bahan masakan di rumah, atau hal yang kadang menjadi angan-angan. Rumah kecil kami, menjadi pintu dari segala keterbukaan yang baru. Melahirkan banyak sekali hal yang tidak kuketahui sebelumnya. Tentang bapak yang dari sorot matanya, masih merindukan ‘rumah lama’, tentang kakak yang ternyata lebih sering mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari bapak. Tentang setiap sudut rumah yang baru ini, penuh dengan cerita. Penuh dengan cinta yang hampir mati, penuh dengan rindu yang menyesakkan. dengan dapur yang dibuat lorong memanjang, tidak banyak yang bisa kami lakukan di sana. Melewati dapur cukup sesak untuk manusia besar seperti kami. Bermodalkan sebuah jendela kecil yang susah untuk dibuka, dan sebuah pintu yang tak pernah dibuka. Mungkin bapak seperti itu sekarang, tidak pernah membiarkan siapa pun menghalau kesendiriannya. Saya juga membiasakan diri untuk menghidangkan beberapa lauk-pauk untuk bapak, menurut saya itu sebagai hadiah setelah seharian bekerja. Sering kali rasanya terlalu manis, terlalu asin, hambar, entahlah. Saya suka menggerutu saat mendengar komentarnya, karena menurut saya rasanya baik-baik saja. Tapi nyatanya, lidah orang berbeda-beda, bukan? Andai ibu di sini, mungkin saya akan bertanya kepadanya. Tapi jika ibu di sini, saya tidak akan mau repot-repot belanja dan masak untuk bapak; semua sudah menjadi tugas ibu. Saya terpaksa berguru pada Youtube, cara memotong sayuran yang memanjang, cara menyimpan bawang yang baik dan benar, belajar berbagai resep masakan yang mudah dan dapat dihidangkan dengan cepat. Bapak juga demikian, biasanya di akhir pekan - atau pagi hari yang senggang - dapur menjadi ramai sekali dengan suara gesekan teflon dan spatula kayu. Sautan bapak memanggil kakak untuk meminta bantuan, aroma bumbu nasi goreng instan kesukaannya, karena itu yang paling mudah. Menu masakan bapak dan kakak sama - sebagai manusia laki-laki yang jarang sekali memasak sebelumnya - hanya ada nasi goreng, sayuran rebus seperti wortel, kacang panjang, buncis, atau terung. Seringnya lagi mereka memasak telur dadar yang tipis, lengkap dengan daun bawang yang terlalu banyak. Selalu dipotong empat bagian, dan menyisakan satu bagian untuk dimakan sukarela. Mungkin bapak seperti itu sekarang, kehidupan memaksanya untuk belajar hal yang tidak pernah ia temui sebelumnya. Dengan cekatan saya berpikir resep ala kadarnya, dengan bahan-bahan yang bapak belikan tanpa sepengetahuan saya. Biasanya saya mengolah dua menu masakan pada kompor, panci, dan wajan yang berbeda. Berharap bapak akan suka pada makanan yang saya buat kali ini. Pada akhirnya, saya menyeduh segelas teh andalan bapak. Teh dari Tegal yang mbah bawa banyak-banyak agar bapak tidak kehabisan teh. Menambahkan tiga sendok makan gula setelah agak hangat. Saya sempat bertanya, kenapa harus tiga sendok gula? Bapak suka teh yang manis dan kental, katanya. Mungkin bapak seperti itu sekarang, mencoba mencari hal yang manis meskipun dari segelas teh yang mulai dingin. Pukul 6 petang, saatnya menunggu bapak pulang. Biasanya bapak pulang pukul 8 malam. Seringnya saya melanjutkan tontonan TV yang mulai membosankan, atau berdiskusi tentang

42 | Lika-Liku Sebuah Digit


hidup dengan kakak. Atau mulai merangkai kata demi kata, mencoba mensyukuri yang ada, dan menyalinnya ke laptop saya. Setelah bapak sampai rumah, saya akan menawarinya makan malam yang sudah dingin. Lalu saya mulai makan malam sederhana bersama bapak. Bapak sudah berumur, topik yang biasa kita bicarakan hanya kehidupan sehari-hari, menanyakan kondisi jalanan di ibu kota, bertukar pikiran tentang hal terkini di acara berita yang kami tonton di TV. Kami - saya - tidak pernah membicarakan hal berkaitan dengan hati. Dan bapak, juga tidak pernah memulainya. Biasanya saya duluan berbaring sambil main smartphone. Dan sebagai penutup hari, “Kamu masih nonton, gak? Bapak ngantuk nih mau tidur.” Ketika saya bilang tidak, bapak matikan TV dan tidur di kamar sebelah. Di rumah kami yang baru ini, banyak hal baru juga yang saya pelajari. Minggu pagi itu, saya mencoba bermain sepeda. Sekian lama saya tidak pernah menyentuh sepeda yang saya impikan itu, akhirnya saya memainkannya lagi. Sepedanya tinggi sekali, tapi entah mengapa saya selalu menceritakan mimpi saya untuk punya sepeda ke bapak, hingga akhirnya bapak membelikannya untuk saya. Berhubung komplek ini baru kami yang menempati, saya bisa leluasa tanpa malu jikalau saya jatuh nanti. Begitu saya menginjak pedalnya, saya hampir terjatuh. Persis seperti pertama kali bapak mengajarkan saya bermain sepeda, kemudian bapak datang menghampiri saya bermain sepeda. Sesekali ia berteriak dari depan rumah agar berhatihati, yang selalu saya jawab, “Iya pak!” dengan malas. Minggu pagi itu, sepertinya hanya bapak dan saya yang menguasainya. Kami menikmati kebersamaan, bermain sepeda, walau hanya saya yang menaikinya. Mungkin bapak seperti itu sekarang, cintanya yang terkadang besar seringkali saya remehkan. Hari itu kepulangan saya menuju Tanah Pasundan setelah pulang ke rumah baru kami untuk kedua kalinya. Kali ini, saya memilih kereta karena tidak ingin menghadapi rentetan mobil berjam-jam lamanya di sekitar Cikampek-Cawang. Bapak mengantarkan saya ke Stasiun Gambir, jauh sekali dari rumah kami. Kami tidak memiliki mobil, mobilnya sudah bapak sewakan untuk transportasi umum online. Hitung-hitung tambahan uang, katanya. Aku berpisah dengan kakak, setelah melewati banyak tatap muka, kesabaran, berbagi cerita, berbagi hati. Bapak banyak berbincang dengan supir transportasi umum online yang kami tumpangi, banyak sekali. Hobi saya hanya memandang sekitar dari salah satu sudut kaca mobil, sesekali tertawa mendengar logat Jawa bapak yang berubah menjadi Betawi. “Saya kira bapak orang asli sini, soalnya logatnya mirip banget,” kata supir itu. Kami berdua hanya terkekeh mendengarnya. Di stasiun, kami lebih banyak diam dengan kesibukan masing-masing. Bapak bermain Facebook, sesekali mengambil swafoto dengan saya. Dan saya membaca novel pemberian temanteman terbaik saya. Tak lama bapak izin untuk mengambil uang di ATM, ada harapan kecil saya akan dibekali untuk sekedar makan di tanah perantauan nanti; ternyata ATM-nya sedang rusak. Saya tidak berkecil hati, mengingat hanya selang beberapa menit sebelum keberangkatan Argo Parahyangan dipanggil. Kami berpisah di pintu masuk, bapak memastikan sekali barang-barang yang saya bawa tidak ada yang tertinggal. Setelah melambaikan tangan, bapak menutup mulutnya, seperti menahan tangis. Itu biasanya. Tapi, tidak biasanya saya menangis malam ini. Sembari menunggu bapak pulang di rumah baru kami, ternyata saya rindu kehadiran ibu di sini.

Lika-Liku Sebuah Digit |

43


Teka Tek

Nama : _____

2. 5. 8. 9. 10. 13. 14. 15.

Kota kelahiran Soekarno Writer (Indonesia) Ketua UKM Aksara Gunung tertinggi di Jepang Layanan streaming musik Kebebasan (Inggris) Nama lain Gedung Rektorat Tema umum majalah Podium Aksara edisi ini

44 | Lika-Liku Sebuah Digit


ki Silang

__________

1. Gedung Kuliah Umum 3. Permintaan terakhir yang menimbukan perang jika tak dipenuhi 4. Ibu kota dari Thailand 6. Tak terhingga (Inggris) 7. Penemu vaksin rabies pertama 11. ... Adhi Suryo 12. Olahan ikan khas Palembang

Lika-Liku Sebuah Digit |

45


Resep

Murah Meriah Anak Kost Halo sahabat Pena, pada rubrik kali ini tim Pena akan memberikan resep murah meriah yang terjangkau dan mudah dimasak untuk anak kost. Kehabisan uang bulanan karena terlalu boros? Malas untuk makan nasi kecap? Atau sengaja ingin menabung untuk memenuhi hobi tercinta? Bukan masalah lagi! Tidak memiliki kompor gas? Tidak perlu khawatir, sahabat Pena kini dapat melakukannya di rice cooker! Yuk, simak resep berikut.

Orak-Arik Telur Ala Si ProfesionAL Bahan: Telur Ayam, Mentega, Garam

Oles wajan atau rice cooker dengan mentega dan panaskan

Masukkan satu buah telur ayam ke mangkuk untuk diaduk bersama taburan garam.

Cara:

Setelah diaduk, telur dimasak dan diaduk hingga matang dan siap disajikan dengan mie goreng atau nasi hangat!

Nasi kecap premium Bahan: Nasi, Telur, Kecap, Bumbu, Mentega

Oles wajan atau rice cooker dengan mentega dan panaskan kemudian tumis bahan apa pun sesuai selera

Kemudian, masak sepiring nasi putih, kecap dan bumbu penyedap.

Cara:

Setelah dimasak dan diaduk hingga merata, nasi kecap premium siap untuk disajikan!

Mie Goreng Asli Bahan: Nasi, Telur, Kecap, Bumbu, Mentega

Rebus Mie instan, kemudian tiriskan

46| Lika-Liku Sebuah Digit

Lalu panaskan mentega ke dalam wajan atau rice cooker, kemudian masukan juga mie yang sudah ditiriskan

Cara:

Setelah itu, masukan juga bumbu mie, aduk hingga matang. Kemudian Mie Instan Asli siap disajikan! Sumber Gambar: AKSARA/Agisti Dea



100.000


Visit now!

To get the latest news or information about Telkom University

www.aksarapers.com

@vcs8693b

aksaratelkom

aksara_tu

@aksara_tu


SOLUSI TEPAT KEBUTUHAN PRODUK CETAK ANDA CONTACT : EMAIL idzharpercetakan@gmail.com Telpon / WA 022 7307584 WA : 0813 2020 4540 KANTOR

INSTAGRAM

https://www.instagram.com/idzharbandung/

GOOGLE MAP

https://goo.gl/maps/EqoiZ1AWcmJ2

Jl. Banteng Kecil 15 s Lengkong - Turangga Kota Bandung

FACEBOOK www.facebook.com/idzhar.percetakan

WEBSITE http://percetakanidzharbandung.com

COMPANY PROFILE https://goo.gl/TZHhY4

4610 7310 9700 7020

Design GraямБs

Printing Offset

KBLI


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.