DAPUR REDAKSI M. Yovinanda
Ketua UKM Aksara
Hartika Imanniar
Koor. Redaksi
Fathan Abdul S
Moch Fachruddin
Angg. Redaksi
Hesti Sitaresmi
Adinda Anugerah
Pimpinan Redaksi
Milati Hanifah
Angg. Redaksi
Fidya Rahmawati
Dennis Retno
Editor
Annisa Nisrina
Angg. Redaksi
Koor. Reporter
Yasmin Shabrina
Angg. Reporter
Angg. Reporter
Teguh Muflih
Faradiba Maharani
Alifia Tresiana
Ridha Rizkia
Yasinta Darin
Amelia Anggraini
Muhammad Dinnur
Safitri Dwi R
Angg. Marketing
M. Aji Pangestu
Angg. Marketing
| Sendi-Sendi Transisi
Angg. Iklan
Yohana Yuniati
Angg. Marketing
Annisa Fitria
Angg. Redaksi
Angg. Reporter
Koor. Iklan
Ethan Mahesa
Dina Fadillah
Redaktur Pelaksana
Angg. Reporter
Angg. Layout
2
Putu Santy
PJ Redaksi Umum
Angg. Iklan
Agisti Dea S
Koor. Fotografi
Koor. Layout
Angg. Iklan
Syifa Carpella
Angg. Fotografi
Angg. Layout
Syavira Nur
Angg. Iklan
Aditya Alfahri
Angg. Fotografi
DAFTAR ISI 02 03 06 08 10
12 14 16
Dapur Redaksi Daftar Isi AksaraMedia di Pandangan Peran Terhadap Agent of Change Lain Mahasiswa: Pelaku Perubahan Agent Of Change di
Mata Mahasiswa Mahasiswa: Kepanitiaan Mahasiswa = atau Agen Perubahan Agent Of Change? Agen Kepanitiaan? BEM: BEM Penggerak Utama Penggerak Utama Perubahan atau Hanya Perubahan? Fasilitator? ‘Perubahan’ di Kampus Lain
18 20 22 24
26 28 30
Mahasiswa Dulu VS Mahasiswa Sekarang Mahasiswa dan Apatisme Sudahkah Kamu Melakukan Perubahan? Q&A: Apa yang Akan
Terjadi dengan Indonesia 7 Tahun ke Depan Agent Of of Change Change: Agent Perubahan Itu Harus Ada Hasil Selagi Muda, Yuk Yuk Bergerak Produktif! Campus Campus Lens Lens
34 36 38 39 40 43
44 45
Peran dan Fungsi Mahasiswa Kalender Akademik Review Buku Review Film Cerpen do List List To do
Alur Media Media Partner Partner Aksara Alur Iklan Aksara
Sendi-Sendi Transisi |
3
SALAM REDAKSI Hai, Sahabat Pena! Akhirnya Podium hadir kembali di edisi ke-9 ini dengan mengangkat tema Sendi-Sendi Transisi. Podium edisi ke-9 ini membahas salah satu dari 5 peran dan fungsi mahasiswa, yaitu sebagai agent of change. Sendi yang dimaksud dalam tema ialah sebagai penggerak dan transisi sebagai perubahan. Dimana, mahasiswa diharapkan sebagai penggerak untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Kali ini, Podium menyajikan artikel-artikel informatif seputar bagaimana peran mahasiswa sebagai agent of change, agent of change di mata mahasiswa, sekaligus siapa yang seharusnya menjadi penggerak utama perubahan. Selain informasi dalam bentuk artikel, Podium juga menyajikan sebuah riset yakni peran mahasiswa Telkom University dalam aspek agent of change. Wah, menarik sekali ya? Tentunya, masih banyak artikel-artikel menarik dan informatif yang wajib Pena baca di Podium edisi ke-9: Sendi-Sendi Transisi ini. Selamat membaca!
Sendi-Sendi Transisi |
5
INI KITA:
PERAN MEDIA TERHADAP AGENT OF CHANGE Aksara merupakan salah satu media informasi bagi mahasiswa Telkom University. Sebagai UKM yang bergerak di bidang jurnalistik, telah menjadi tanggung jawab Aksara untuk menyebarkan informasi yang akurat, aktual dan bermanfaat. Dalam kaitannya menjadi agent of change, Aksara mewadahi mahasiswa Telkom University yang berorientasi menjadi penggerak perubahan dengan menyebarkan informasi yang mengembangkan pengetahuan serta pola pikir mahasiswa.
6
| Sendi-Sendi Transisi
Tak hanya itu, dalam perkembangannya Aksara tak hanya fokus dalam dunia jurnalistik, berbagai kegiatan kemanusiaan seperti pengabdian masyarakat, juga tak luput dilakukan Aksara dengan tujuan pengembangan kepekaan sosial. “Hal yang bisa saya gambarkan tentang Aksara yaitu saat saya mendengar kata media kampus maka yang saya ingat adalah Aksara,” kata Darwis sebagai Kepala Public Relation Telkom University. Media memiliki peran yang besar untuk menyebarkan informasi, berita, bahkan opini atau pendapat beragam orang. Sayangnya, kemudahan mengakses media dapat menjadi sarana untuk mempengaruhi atau merubah pola pikir masyarakat jika informasi yang disampaikan tidak berdasarkan fakta atau hanya sebatas opini tanpa dasar. Media seharusnya dapat menyaring berita atau info yang benar-benar sesuai fakta agar dapat membawa perubahan yang baik. Dalam hal ini, Aksara sebagai wadah yang menaungi mahasiswa di bidang jurnalistik, harus bisa menempatkan diri sesuai dengan proporsi dan aturan agar dapat memberikan dampak positif.
harus dikembangkan lagi agar menjadi media kampus ternama dan bermanfaat bagi orang banyak baik di dalam maupun di luar kampus. Kalau untuk di dalam kampus, perbedaannya Aksara dengan media lain yaitu Aksara lebih dikenal oleh mahasiswa Telkom University,” kata Ketua Himpunan Teknik Fisika, Luthfi Wiggi. Luthfi juga mengakui bahwa Aksara telah menjadi bagian dari agen perubahan karena Aksara telah memberitakan informasi yang bermanfaat khususnya untuk mahasiswa Telkom University. Meskipun dalam perkembangannya Aksara juga harus tetap mengembangkan pencapaiannya dan tidak mudah berpuas diri agar terus menjadi lebih baik. “Saya kurang tahu netral atau tidaknya Aksara, sejauh ini informasi yang disajikan oleh Aksara tidak berat sebelah. Satu kata untuk Aksara “spektakuler”. Semakin konsisten dalam menyajikan informasi khususnya pergerakan, pola pikir, dan prestasi mahasiswa. Sukses selalu untuk Aksara menjadi media nomor satu dan terpercaya!,” kata Ketua BEM FEB, Teuku Verbi AlFarabi.
“We are one, we are Journalist” - Aksara
Saat ini, Aksara berusaha menjadi media kampus dengan informasi yang kritis dan positif untuk membangun gairah semangat perjuangan mahasiswa. Dengan mempunyai fungsi kebebasan dalam memberikan informasi, media pun harus menjaga keutuhan informasi, memberikan informasi sesuai fakta dan data yang didapatkan, dan tidak menggiring pola pikir orang untuk kepentingan sendiri atau kelompok. “Saya sering melihat Aksara di beberapa pemberitaan Telkom University dan Aksara juga sering hadir dalam berbagai acara yang ada di kampus ini. Aksara merupakan media kampus yang masih berkembang, secara kualitas bacaan dan tulisannya sudah bagus. Saya bisa katakan bahwa UKM Aksara merupakan media kampus yang representatif,” ungkap Darwis. “Aktual merupakan kata yang tepat untuk Aksara. Sejauh ini Aksara menjadi media yang teraktual di kampus, namun tetap
Selain terjun dalam pemberitaan, Aksara juga melakukan kegiatan seperti pengabdian masyarakat, pelatihan jurnalistik di sesama mahasiswa Telkom University, dan membangun relasi baik di dalam kampus, kampus lain dan beberapa perusahaan yang bergerak di bidang komunikasi. Kegiatan-kegiatan tersebut banyak mendapat respon baik dari pihak eksternal UKM Aksara. “Harapannya buat Aksara, semoga bisa lebih memotivasi orang dengan berita-beritanya, bukan hanya dari isu-isunya yang kritis, terus juga bisa bersinergi dengan media lain, saling support dengan universitas, harus bisa netral dalam pemberitaannya yang bervariasi, share knowledge juga buat mahasiswa lain karena di Telkom University ini memiliki beragam latar belakang bukan cuma orang Bandung saja,” tutup Darwis.
Sendi-Sendi Transisi |
7
MAHASISWA:
PELAKU PERUBAHAN
8
| Sendi-Sendi Transisi
Mahasiswa, sebuah status dengan potensi dan paradigma unik di tengah masyarakat. Sering kali status mahasiswa ini dianggap spesial, karena kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya masih luas dan masih bisa berkembang. Sejatinya mahasiswa mampu memahami perubahan dan kemunculan isu yang terus bertumbuh di era post-modern ini. Oleh karena itu, mahasiswa seharusnya memiliki idealisme. Idealisme sendiri merupakan suatu kebenaran yang diyakini oleh seseorang dan tidak terpengaruh oleh apapun yang dapat menggeser keyakinan tersebut. Namun, apakah hal-hal tersebut akan menjadi anggapan semata tanpa aksi nyata? Sudahkah kalangan yang disebut mahasiswa ini mengetahui peran dan fungsinya didalam tatanan masyarakat? Perlu diketahui, bahwa ada lima peranan dan fungsi mahasiswa. Pertama, Iron Stock, artinya mahasiswa diharapkan menjadi manusia baik dan tangguh yang dapat menggantikan generasi sebelumnya. Mahasiswa tentunya akan mengalami regenerasi. Kedua, Guardian of Value, artinya mahasiswa sebagai penjaga nilai kebenaran. Karena mahasiswa dinilai memiliki pemikiran ilmiah dan selalu mencari kebenaran. Ketiga, Moral Force atau kumpulan orang yang memiliki moral yang baik, keempat, Social Control atau pengontrol kehidupan sosial. Kelima, agent of change atau mahasiswa sebagai agen perubahan. Mahasiswa sebagai agen perubahan inilah yang akan menjadi fokus
bahasan. Disini mahasiswa bukan hanya dituntut mengeluarkan gagasan perubahan, tetapi juga dituntut untuk turun langsung menjadi pelaku perubahan. Tentunya, untuk merubah suatu negeri, perlu sekali untuk merubah diri sendiri. Sadar atau tidak sadar, pikiran kritis dari seorang mahasiswa mampu mendobrak perubahan yang besar. Mahasiswa merupakan suplai agen perubahan utama. Bukan karena kemampuannya yang melek teknologi atau paham ilmuilmu sosial, tetapi karena intelektualnya yang seharusnya bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Apalagi peristiwa akhir-akhir ini, membuat bangsa semakin kehilangan pegangan untuk mencari solusi. Kasus pembodohan dan ketidakadilan yang dilakukan oleh pemimpin bangsa, hukum yang mengaum di depan rakyat kecil namun mengeong di depan orang-orang yang memiliki kekuasaan, dan masih banyak lagi. Kita sebagai mahasiswa, haruslah mempunyai keinginan untuk merubah dan mengembalikan keadilan yang direnggut paksa dari tangan rakyat. Dalam artian, perubahan yang diharapkan adalah perubahan yang positif tanpa menghilangkan kepribadian bangsa Indonesia. Untuk itu, bangsa ini sangat menaruh harapan kepada mahasiswa. Di diri kitalah, mahasiswa, yang harus memiliki lima peran dan fungsi yang telah disebutkan tadi. Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa, yang memiliki intelektual tinggi, nilai dan moral yang terpuji. Di tangan kitalah, mahasiswa, bangsa ini bisa berubah ke arah yang lebih baik lagi.
Sendi-Sendi Transisi |
9
AGENT OF CHANGE
DI MATA MAHASISWA
Setiap mahasiswa memiliki cara masing-masing untuk merealisasikan perannya sebagai agent of change. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai macam pemikiran serta pengetahuan yang didapatkan mahasiswa di bangku perkuliahan. Atas pembelajaran dan pengamatannya terhadap kehidupan di masyarakat, mahasiswa akan membentuk tujuan dan fungsinya di lingkungan sosial. Dari keberagaman pemaknaan agent of change itulah keberadaan mahasiswa jadi dinantikan dan diharapkan oleh masyarakat karena setiap mahasiswa punya cara tersendiri untuk mengimplementasikan tanggungjawabnya terhadap masyarakat. Alif, salah satu mahasiswa Sistem Informasi 2016, mengatakan, “Dari sudut pandang aku pribadi. Agent of change itu orang yang bisa tanggap untuk bikin sebuah perubahan kearah yang lebih baik. Sebagai mahasiswa yang memiliki intelektual yang lebih, harusnya mahasiswa ini harus bisa jadi agent of change ke arah yang positif.” Menurut Fadhil Lobma, S1 Ilmu Komputasi 2015, sebagai agent of change kehadiran mahasiswa memang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan saat ini mahasiswa berada pada masa untuk berpikir secara krusial dan kritis. Selain itu, mahasiswa pun lebih terbuka pikirannya sehingga benar-benar dibutuhkan sebagai agent of change, terutama dalam ilmu pengetahuan. Sebagai agent of change tentu saja mahasiswa juga identik dengan kata perubahan. Riyanda Nuryadin, ketua BEM FKB 2018, berpendapat bahwa perubahan tidaklah selalu menciptakan sesuatu yang baru, namun apabila kita bisa memberikan suatu manfaat kepada masyarakat sekitar, itu pun bisa disebut sebagai perubahan.
“Jadi menurut saya, perubahan itu ketika kamu bisa memberikan sesuatu yang lebih bermanfaat daripada yang sudah-sudah, misalnya mengembangkan sesuatu di tempat kecil.” ungkap Riyanda Peranan mahasiswa sebagai agent of change tentu saja sangat penting dan krusial. Mahasiswa sebagai pemuda dan pemudi beruntung yang dapat merasakan hangatnya bangku perkuliahan diharapkan bisa mengimplementasikan ilmu yang didapatnya di kelas
10
| Sendi-Sendi Transisi
agar bisa bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya dan juga masyarakat Indonesia secara umum. Muhammad Fathan, presiden HMTT 2018, mengatakan, “Peranan mahasiswa sebagai agent of change itu sangat penting. Karena kita sebagai mahasiswa berkewajiban untuk benar-benar 100% harus melakukan agent of change, perubahan. Karena bagaimanapun dari sekian juta orang di Indonesia, hanya sedikit orang yang belajar menjadi mahasiswa. Ketika yang sedikit ini tidak melakukan suatu perubahan, maka siapa yang akan merubah Indonesia menjadi lebih baik?” Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, mahasiswa sebagai agent of change pun dituntut untuk berfikir secara kritis dan kreatif agar bisa memecahkan masalah yang terdapat di lingkungan sekitarnya. Fathan mengatakan,
“Ini bukan lagi saatnya kita melihat suatu masalah itu dari luarnya saja. Tapi, kita coba mencari akar dari masalah itu apa, kemudian kita bungkus solusi dengan cara yang kreatif. Karena kalau secara kreatif, itu mungkin akan lebih gampang diterima oleh masyarakat.� Hal serupa juga disampaikan oleh Haris Pratama Putra, D3 Manajemen Informatika 2016, ia mengatakan, dengan predikatnya sebagai agent of change, mahasiswa harus dapat memanfaatkan teknologi yang ada. Cara ini dapat dilakukan jika kita ingin menyuarakan pendapat atau aksi, meskipun dapat melakukan hal tersebut sehingga mahasiwa tidak harus berteriak saat akan menyampaikan aspirasinya. Mahasiswa pun seharusnya dapat memantau perkembangan yang ada dan melakukannya dengan bijak.
Namun yang paling penting, mahasiswa harus mengenal jati dirinya sebagai penggerak perubahan agar dapat memaknai peran sebagai agent of change dengan baik. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan kontribusi kita di masyarakat, karena bagaimanapun juga, peran mahasiswa sebagai agent of change sangatlah penting. Teuku Verbi alfarabi, ketua BEM FEB 2018, berpesan, “Ada dua hal yang harus dilakukan tementemen. Pertama, kita harus sadar akan fungsi diri kita itu seperti apa. Ketika kita udah sadar, kita baru peduli terhadap hal-hal yang berbau polemik, problematika yang terjadi di masyarakat. Ketika kita sudah menyadari dan peduli, yang kita harus lakukan adalah responsif terhadap isuisu, khususnya isu-isu yang cepat berkembang. Ketika sudah menghasilkan kajian, responsi, kita harus konsisten terhadap hal-hal seperti itu.� Sendi-Sendi Transisi |
11
=
KEPANITIAAN AGENT OF Menjadi mahasiswa berarti memiliki peran baru sebagai agen perubahan, dimana mahasiswa dituntut untuk dapat menjadi inisiator dalam melakukan suatu pergerakan. Namun, tak sedikit pula mahasiswa di Telkom University yang tertarik untuk andil sebagai panitia sebuah acara. Mahasiswa berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk terlibat dalam kepanitiaan di berbagai acara. Selain untuk menambah poin TAK sebagai salah satu syarat kelulusan, pendaftar juga ingin mendapatkan pengalaman baru saat terlibat dalam berbagai kegiatan kepanitiaan yang diikutinya. Tetapi, apakah menjadi agen kepanitiaan akan membuat mahasiswa terlena dengan kesibukannya sehingga melupakan perannya sebagai penggerak perubahan? Ataukah dengan mengikuti kepanitaan justru sudah memenuhi peran mahasiswa sebagai agent of change? Wahyu Azhar Manurung, Kepala Departemen Hubungan Eksternal Kabinet Setara FEB angkatan 2018, berpendapat bahwa kewajiban kita pertama kali adalah melakukan perubahan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Sebelum bergabung dalam organisasi, awalnya ia mengikuti kepanitiaan dan mengalami perubahan dalam dirinya menjadi yang lebih baik. Tetapi, ia menilai bahwa dari semua anggota kepanitiaan, hanya 20% yang benar-benar mengikuti untuk melakukan perubahan, sisanya ingin ikut-ikutan saja atau hanya menginginkan TAK. Menurutnya, sekarang mahasiswa sendiri kebanyakan mendaftarkan dirinya sebagai anggota kepanitiaan acara hura-hura yang tidak memiliki banyak manfaat. Berbeda dengan Ilham Adhi, mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2015, menganggap agen perubahan ialah seseorang yang ingin berubah dengan berbagai cara. Di saat kita menjadi seorang anggota panitia, kita bisa memberikan ide-ide terbaik untuk acara tersebut, bahkan
=
N MAHASISWA F CHANGE? memberikan inovasi untuk ke depannya. Tak masalah apapun bentuk acara yang diikuti, walaupun misalnya kita mengikuti kepanitian acara hiburan, kita tetap dapat menjadi bagian dari agen perubahan. Karena di dalam acara manapun, seorang agen perubahan dapat mengubah apapun dan dalam bentuk apapun. Pria yang pernah menjadi salah satu panitia inti International Photography and Short Movie Festival Ilmu Komunikasi Telkom University ini tertarik mengikuti berbagai kegiatan untuk mengasah ide kreatifnya. Menurutnya, jika kita serius mengikuti sebuah kepanitiaan, dapat dipastikan kita mendapatkan esensi dari acara tersebut. Ia mengaku setelah mengikuti berbagai kegiatan kepanitiaan, ia sangat merasakan nilai dari agen perubahan itu sendiri, terutama mengubah dirinya sendiri. “Semenjak saya mengikuti berbagai kepanitiaan, banyak teman-teman saya yang meminta bantuan ide ke saya karena dipercaya memahami dan mengetahui cara mengelola suatu acara dengan baik, serta sering dipercaya memegang acaraacara prodi,� tambahnya. Ada yang menilai bahwa dengan mengikuti kegiatan kepanitiaan, hanya sedikit esensi yang didapat dari acara tersebut dan tidak bisa dikatakan sebagai bentuk perubahan. Di sisi lain, ada juga yang beranggapan dengan mengikuti kegiatan kepanitiaan sudah dapat dikatakan sebagai agent of change, karena sudah melakukan suatu perubahan terutama untuk dirinya sendiri. Hal ini menimbulkan berbagai sudut pandang di kalangan mahasiswa, terutama mereka yang aktif sebagai penggerak perubahan atau mereka yang aktif dalam kegiatan kepanitiaan. Nah, bagaimana menurut Sahabat Pena?
BEM:
PENGGERAK UTAMA PERUBAHAN? Ketika suatu peraturan dianggap merugikan salah satu pihak, khususnya masyarakat, seharusnya posisi mahasiswa adalah sebagai penggerak perubahan, karena posisi mahasiswa dekat dengan masyarakat maupun pemerintah. Tetapi, ada beberapa mahasiswa yang enggan melakukan suatu perubahan karena tidak ada yang memulainya lebih dulu, atau mereka enggan menjadi ‘penggerak utama’. Lantas, siapakah seharusnya yang menjadi penggerak utama dalam melakukan perubahan?
14
| Sendi-Sendi Transisi
Wahyu Yusran selaku Presiden Mahasiswa Telkom University periode 2018/2019 mengatakan bahwa semua mahasiswa lah yang menjadi penggerak utama perubahan. “Semua mahasiswa menjadi penggerak utama untuk melakukan perubahan, tidak harus dari BEM. Fungsi BEM adalah mewadahi setiap tuntutan dan aspirasi dari mahasiswa. Percuma kalau hanya BEM yang bergerak, karena disini kita harus bergerak samasama. BEM itu sebagai fasilitator, ketika temanteman mahasiswa ingin melakukan penggerakan, apapun tuntutannya, keluhannya, ide-ide mahasiswa, selagi itu untuk kepentingan bersama, kami selalu siap untuk memfasilitasi,� ujarnya. Peran BEM KEMA Telkom University dalam agen perubahan menurut Wahyu Yusran adalah sebagai penjamin bahwa alur antara masyarakat, mahasiswa, dan pemerintah bisa berjalan dengan baik. BEM sebagai pemimpin teman-teman mahasiswa untuk melaksanakan tugas dan fungsi mahasiswa sendiri sebagai agen perubahan dalam masyarakat, sekaligus mengawal dan mengkaji permasalahanpermasalahan yang pernah atau sedang terjadi. Membahas permasalahan yang pernah terjadi di kampus, salah satunya seperti naiknya biaya penggantian Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) ketika hilang atau rusak. Jika
sahabat pena ingat, pada kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa Telkom University periode 2016/2017 lalu, ada Aksi Damai 293 Menggugat SK Rektor 493. Dalam aksi ini, mahasiswa Telkom University merasa keberatan dengan dikeluarkannya SK Rektor tersebut, terlebih tidak dilibatkannya mahasiswa ataupun ormawa, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dalam pengambilan keputusan tersebut. Dalam aksi ini, selain menuntut pencabutan SK Rektor nomor 493, KEMA Telkom University juga menuntut adanya keterlibatan mahasiswa dalam pengambilan keputusan dan juga adanya transparansi dana. Namun, dalam aksi damai 293 Menggugat SK Rektor 493 tidak juga menemukan titik temu karena dalam hasil konsolidasi tidak ada satupun tuntutan yang dipenuhi oleh pihak kampus. BEM KEMA Telkom University menjanjikan aksi berikutnya pada Selasa, 4 April 2017 namun aksi juga tidak kembali dilakukan. Untuk kelanjutan Aksi Damai 293 Menggugat SK Rektor 493, Wahyu Yusran akan mengkaji kembali dan menyebar kuesioner ke KEMA Telkom University apakah teman-teman KEMA Telkom University masih ingin memperjuangkan menggugat SK Rektor 493 ini, karena kekuatan BEM KEMA Telkom University sendiri ada di teman-teman mahasiswa, bukan BEM
sendiri. Jika KEMA Telkom University sudah samasama mendukung dan saling percaya maka segala kebijakan kampus yang meresahkan mahasiswa akan dikawal bersama. BEM KEMA Telkom University akan melakukan pengawalan dalam audiensi dengan pihak kampus. Harapannya, jika dalam kepengurusannya permasalahan-permasalahan kampus ini belum tuntas, setidaknya kepengurusan selanjutnya tidak harus memulai dari awal untuk mencari data maupun mengkaji permasalahanpermasalahan di kampus ini. Tugas mahasiswa bahwasanya bukan hanya untuk mengenyam pendidikan saja, tetapi mahasiswa seharusnya dapat mengimplentasikan kemampuan dan ilmunya ke dalam perubahan masyarakat sekaligus menerapkan fungsinya sebagai agen perubahan. Menjadi agen perubahan merupakan fungsi dan tugas yang dimiliki semua mahasiswa. BEM berfungsi sebagai fasilitator untuk mahasiswa yang memiliki keresahan ataupun tuntutan terhadap kampus. Sehingga, untuk menjadi penggerak utama pun dapat dilakukan oleh seluruh mahasiswa, tidak hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu.
Sendi-Sendi Transisi | 15
‘PERUBAHAN’ di Kampus Lain Dikenal dengan salah satu perannya sebagai agent of change, mahasiswa hendaknya dapat memahami berbagai permasalahan yang ada di sekitarnya. Menjadi salah satu harapan akan keberlangsungan negara ini, mahasiswa dapat memulainya dengan melaksanakan suatu perubahan terhadap lingkungan sekitar. Mahasiswa harus sadar sekaligus paham apa yang terjadi di sekitarnya dan melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Dengan adanya perubahan yang dilakukan diharapkan dapat mewujudkan peran dari mahasiswa itu sendiri. Beberapa mahasiswa di berbagai kampus punya cara tersendiri untuk melakukan perubahan terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya.
Program Bina Desa di Universitas Sebelas Maret (UNS)
Desa binaan merupakan salah satu bentuk perubahan yang dilakukan oleh Universitas Sebelas Maret bagi lingkungan sekitarnya. Baik ditingkat fakultas, himpunan mahasiswa maupun unit kegiatan mahasiswa (UKM) memiliki desa binaan. Apabila organisasi mahasiswa tersebut belum memiliki desa binaan, mereka dapat menggantikannya dengan membentuk kelompok belajar dan melakukan pengabdian ke panti asuhan. Program desa binaan ini dapat ditemui hampir diseluruh wilayah karesidenan Surakarta. Awalnya program ini tercetus karena adanya keresahan mahasiswa UNS terhadap fenomena yang terjadi di desa tersebut. Dimana masyarakatnya kebanyakan hanya memikirkan urusan perut saja, sedangkan untuk mengembangkan dirinya dirasa masih kurang. Sebelum menjalankan kegiatan tersebut, mahasiswa UNS akan membuat susunan rencana kerja sekitar 3 – 5 tahun ke depan. Rencana kerja ini berisi berbagai program yang akan dilakukan, kemudian pembuatan kurikulum dan yang terakhir masuk dalam Program Hibah Bina Desa (PHBD).
16
| Sendi-Sendi Transisi
Peran Green Force Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
Green Force merupakan sistem pendukung yang menjadi bagian dari Departemen Sosial Politik Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNJ, green force ini menjadi pelaksana aksi yang dilakukan mahasiswa UNJ. Memiliki misi “menjadi wadah pembelajaran dan pergerakan mahasiswa dengan karakteristik intelektualitas
dan moralitas dalam mewujudkan Indonesia yang berintegritas�, Green Force mampu mengajak mahasiswa UNJ untuk peduli dengan permasalahan kampus serta menyuarakan suaranya dalam setiap aksi yang ada baik dalam lingkungan universitas maupun pemerintahan. Selain itu, Green Force juga memiliki berbagai program kerja diantaranya diskusi publik,
dengan cara mengangkat sejumlah anggota keluarganya sebagai dosen dan pegawai di lingkungan universitas. Selain itu, Rektor UNJ juga mengeluarkan izin bagi mahasiswa bimbingannya yang sedang menyelesaikan tugas akhir S3 untuk melakukan plagiarisme. Untuk menyelesaikan kasus ini, Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) membentuk Tim Evaluasi Kinerja Akademik untuk melakukan kajian mengenai kasus yang menjerat Rektor UNJ.
Pasundan Mengajar (Universitas Pasundan)
bengkel kajian, mentoring politik, kalender keliling, pembuatan buletin dan lain sebagainya. Salah satu hal yang pernah dilakukan dalam Green Force ialah melakukan aksi dalam kasus terjadinya nepotisme yang dilakukan oleh Rektor UNJ. Erfan Kurniawan selaku Komandan Green Force 2017-2018 menjelaskan bahwa pada bulan September 2017 ditemukan sejumlah data bahwa Rektor UNJ melakukan tindakan nepotisme
Pasundan Mengajar merupakan program kerja yang dimiliki oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Sosial Politik Universitas Pasundan. Program kerja ini dimulai sejak tahun 2012, dalam pelaksanaannya mereka melakukannya di panti asuhan yang ada di Kota Bandung. Namun, sebelum melakukan kegiatan ini, mereka akan melakukan survei terlebih dahulu. Survei ini bertujuan untuk mengetahui jumlah anak serta tingkat pendidikannya. Berbagai kegiatan yang dilakukan pun berbeda-beda sesuai periode kepengurusan yang ada. Contoh kegiatan yang dilakukan adalah pada saat periode kepengurusan BEM FISIP 2017, mereka mengajak anak-anak panti asuhan ke Museum Sri Baduga untuk mengenalkan budaya di tanah sunda melalui museum. Lutfi Nuralif selaku staff Ahli Pasundan Mengajar, mengatakan bahwa Pasundan mengajar dilakukan bukan untuk memberikan pendidikan formal bagi anak-anak, tetapi juga membantu membentuk karakter dan memperkenalkan pendidikan informal yaitu belajar mengembangkan kreativitas mereka.
Sendi-Sendi Transisi |
17
MAHASISWA DULU VS MAHASISWA SEKARANG
Sejak dulu, mahasiswa memegang peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai seorang agent of change. Mulai dari peristiwa sumpah pemuda pada tahun 1928, demonstrasi mahasiswa pada tahun 1966 yang berhasil melengserkan Soekarno, hingga pada demonstrasi mahasiswa pada tahun 1998 yang berhasil meruntuhkan tirani pemerintahan rezim orde baru dan mengantarkan Indonesia kepada gerbang reformasi. Adanya perbedaan generasi dan era dari mahasiswa setiap zamannya tentu menimbulkan perbedaan dari segala sisi, termasuk dalam hal pergerakan mahasiswa. Lalu, apakah perbedaan mahasiswa dulu dengan sekarang dalam sisi agent of change?
mahasiswa dulu
Disaat dahulu apabila pemerintah atau siapapun yang berkuasa mengeluarkan ketetapan yang kurang menguntungkan bagi rakyat, maka mahasiswa pada zaman itu langsung bereaksi keras atas ketetapan tersebut. Namun saat ini, memang masih ada sebagian kecil mahasiswa yang bereaksi menentang ketetapan yang merugikan rakyat tersebut, tetapi mahasiswa begitu dengan mudahnya dibuat patuh oleh sang yang berkuasa. Catur Nugroho, dosen ilmu komunikasi, yang juga merupakan salah satu aktivis pada tahun 1998, mengungkapkan bahwa meskipun pergerakan mahasiswa pada tahun-tahun menjelang runtuhnya rezim orde baru sangat dibatasi, namun justru hal inilah yang menjadi semangat untuk mahasiswa pada zaman itu. “Sebelum 98 kita dibatasi, ada yang namanya NKK/BKK. Itu adalah kebijakan orde baru bahwa ada normalisasi kegiatan kampus. Steriliasi kampus dari politik, sehingga pada saat sebelum 98 pergerakan kita lebih banyak underground. Membaca buku pun harus sembunyi-sembunyi. Tapi itu justru menjadi semangat buat kita, menjadi sesuatu yang
18
| Sendi-Sendi Transisi
butuh perjuangan. Hal tersebut juga yang membuat mahasiswamahasiswa dulu erat satu sama lain,” ungkap Catur.
mahasiswa sekarang Bahkan banyak saat ini dari kalangan mahasiswa yang terkesan hanya seperti seorang ‘yes man’, mahasiswa yang hanya menerima dan bahkan bersikap tak acuh atas apapun ketetapan yang dibuat oleh yang berkuasa tanpa menimbang-nimbang dan mengkritisi baik dan buruknya ketetapan tersebut. Padahal bisa jadi ketetapan tersebut hanya menguntungkan bagi sebagian kecil pihak dan merugikan sebagian besar yang lain. Sekalipun ada sebagian kecil yang bereaksi, mereka lagi-lagi dengan mudahnya dibuat jadi patuh. Mirisnya, masih banyak kawan-kawan berpikir negatif dan memandang buruk mahasiswa lain yang sedang menyuarakan protes dan keberpihakannya pada rakyat, baik ia seorang mahasiswa demonstran maupun mahasiswa yang berjuang dengan cara lainlainnya. Madnur Syahrihasibuan, salah satu mahasiswa MBTI 2016, mengatakan bahwa seharusnya
kita sebagai mahasiswa tidak boleh begitu saja menilai sesuatu. “Seharusnya kita sebagai mahasiswa itu tidak boleh berpikir negatif duluan. Karena kebanyakan mahasiswa menganggap bahwa demo itu adalah sesuatu yang tidak baik. Dan stereotip itulah yang akan mempengaruhi pola pikir mahasiswa lain. Orang indonesia ini memang sangat stereotip, oleh streotip itulah jadi agak sulit untuk mengubah bagaimana pola pikir masyarakat khususnya mahasiswa. Karena sebenarnya salah satu langkah untuk agent of change itu adalah demo, tapi demonstrasi yang memiliki cara yang benar dan sesuai dengan aturan,”
Apa yang Disayangkan dari Mahasiswa Sekarang? Selain itu, derasnya arus globalisasi yang merajang kalangan anak muda turut memengaruhi mahasiswa zaman sekarang dari sisi pergerakan dan perilaku
perorangannya. Dimana banyaknya media sosial dan orang-orang yang menggunakannya, membuat mindset dari kawan-kawan mahasiswa menjadi berubah. Banyak dari kawan-kawan mahasiswa yang rajin mengutarakan pemikiran dan kritiknya atas sesuatu hanya sebatas di media sosial, tetapi tidak mengambil langkah lebih jauh di dalam kehidupan nyatanya. Menurut Catur, perkembangan teknologi yang terjadi pada saat ini justru melemahkan pergerakan mahasiswa. “Seharusnya sosial media itu bisa jadi media penghubung melalui BEM seluruh Indonesia. Seharusnya dengan adanya teknologi informasi ini menjadi menguatkan. Tinggal bagaimana aksi nyatanya. Ketika hanya bersuara di medsos, pemerintah mungkin dengar tapi ketika gerakannya tidak masif mungkin seolah dianggap angin lalu saja.
Seharusnya BEM seluruh Indonesia bisa memasifkan gerakan mahasiswa. Namun, kelihatannya dengan adanya internet dan sosial media malah sedikit melemahkan,” ungkap Catur.
”
Madnur pun tidak menyangkal pernyataan dari
Catur yang menyebutkan bahwa kemajuan teknologi informasi yang terjadi saat ini menjadi melemahkan pergerakan mahasiswa. Karena menurutnya sosial media saat ini hanya digunakan sebagai ajang untuk mencari ketenaran. “Kebanyakan sih sosmed itu digunakan sebagai ajang untuk mencari ketenaran, untuk mengkomen sebagai netizen. Jadi untuk agent of changenya itu masih sangat kurang,” ungkap Madnur. Namun, bukan berarti peran mahasiswa sebagai agent of change itu benar-benar hilang. Aksi “Kartu Kuning Jokowi” yang dilakukan oleh Zaadit beberapa waktu kebelakang merupakan salah satu contoh bahwa mahasiswa masih ingin eksis sebagai agent of change. “Selagi aksi itu murni, tanpa ditunggangi suatu kepentingan, itu tidak masalah untuk menyampaikan kritik. Selama itu dari hati nurani mereka, itu justru bagus, tidak ada salahnya. Cara seperti itu untuk mengingatkan pemerintah, tidak masalah. Selama datanya kuat, agar tidak diserang balik oleh terutama netizen,” ungkap Catur. Catur juga berpesan bahwa, “Jangan sampai idealisme itu hilang dari kampus. Kalau dulu dibilang bahwa idealisme hanya ada di dalam kampus, jangan sampai saat ini bahkan di dalam kampus pun idealisme itu hilang.”
Sendi-Sendi Transisi |
19
MAHASISWa DAN APATISMe
Mahasiswa sebagai agen perubahan diharapkan mampu berkontribusi dalam kemajuan di kehidupan sosialnya. Terlebih, ia mengembang tanggung jawab besar untuk dapat berpartisipasi menjadi agen perubahan di masyarakat. Namun, tak semua mahasiswa menyadari fungsi tersebut. Ada banyak hal yang membentuk sikap masa bodoh di kalangan mahasiswa, sehingga terbentuk sikap apatis. Ahnaf Rifqi Saputra, Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi, berpendapat bahwa mahasiswa apatis berarti belum adanya kepekaan terhadap kondisi sekitar. Mahasiswa apatis bergerak berdasarkan kepentingan pribadi, sehingga pemenuhan kebutuhan diupayakan hanya untuk dirinya. Bersikap apatis akan membentuk karakter individualis yang berarti tidak memiliki kepekaan terhadap isu-isu di sekelilingnya, apalagi masalah yang terjadi dalam masyarakat. Padahal, persoalan yang terjadi di masyarakat turut menjadi urgensi mahasiswa sebagai agen perubahan. Ditanya siapa yang bertanggung jawab atas sikap apatis mahasiswa, Ahnaf mengungkapkan, “Tergantung individunya.� Mahasiswa dianggap terlena dengan kehidupan pribadi, apalagi ditunjang dengan kemajuan teknologi. Kenyamanan yang dinikmati oleh mahasiswa membuat mereka enggan keluar dari zona nyaman, sehingga terlalu fokus mengejar apa yang menjadi tujuan perseorangan. Padahal, masyarakat masih sangat membutuhkan mahasiswa untuk dapat menyampaikan aspirasi dan mewujudkan perubahan nyata di lingkungan sosial. Menambahkan dari keterangan Ahnaf, Ahmad Adli, mahasiswa Fakultas Ilmu Terapan, menganggap BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) sebagai penggerak utama
20
| Sendi-Sendi Transisi
agen perubahan di kampus. BEM diharapkan mampu menyadarkan mahasiswa akan tugas dan kewajibannya untuk membangun kemajuan bangsa Indonesia. Apatis tidak hanya dilihat dari kepedulian terhadap masyarakat, namun juga terjadi pada lingkungan kampus. Kepekaan mahasiswa terhadap gerakan dan isu-isu yang terjadi di kampus dapat menjadi tolak ukur seberapa besar sikap masa bodoh seseorang terhadap institusi yang menaunginya. Namun, Adli menganggap sikap tidak bisa dinilai oleh satu indikator saja, dengan kata lain, apatis memiliki makna yang subyektif atau tidak memiliki ukuran pasti. Jika membahas dalam sisi politik kampus, beberapa mahasiswa menganggap kurang teraturnya sistem politik dan demokrasi menyebabkan mereka enggan untuk terlibat lebih jauh dengan politik kampus dan memilih menjadi apatis. Seperti pada beberapa waktu kebelakang, sempat terjadi kericuhan politik di Telkom University pada saat Pemira 2017 kemarin, sehingga membuat pemilihan Presiden Mahasiswa (Presma) dan Wakil Presiden Mahasiswa (Wapresma) dilakukan melalui kongres. Kongres tersebut dianggap berlangsung terlalu lama. Setelah diadakan kongres selama 13 kali, barulah terpilih Presma dan Wapresma Telkom University yang baru. “Anak zaman sekarang kalau terlalu ribet, terlalu panjang, mereka tidak tertarik. Apalagi ada beda pandangan, saling beragumen, orang yang tidak mengerti (politik) akan mengantuk.� Ungkap Wahyu sebagai Presiden Mahasiswa Telkom University. Meskipun Wahyu menegaskan faktor tersebut bukan satu-satunya alasan atas sepinya minat mahasiswa dalam partisipasi politik di Telkom University. Wahyu juga mengatakan, ini menjadi tugas berat bagi BEM untuk mengembalikan kepercayaan mahasiswa terhadap BEM KEMA Telkom University. Mahasiswa Teknik Industri tahun 2014 ini juga mengharapkan mahasiswa bisa menerapkan Tri Dharma perguruan tinggi. Pendidikan, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian harus diterapkan agar mahasiswa bisa kembali kepada masyarakat. Sebagai Ketua BEM, Wahyu berharap organisasi yang dipimpinnya bisa menyampaikan informasi mengenai apa saja yang terjadi di masyarakat maupun di lingkungan kampus. Menjadi alur atau penghubung informasi adalah salah satu cara BEM agar mahasiswa juga dapat berperan melakukan perubahan, setidaknya mengetahui fenomena apa saja yang sedang terjadi di negara, wilayah, maupun kampus. Hal ini membukakan kepedulian mahasiswa agar mau ikut campur terhadap permasalahan-permasalahan yang membutuhkan keterlibatannya sebagai agen perubahan. BEM juga akan melakukan inovasi untuk mewadahi keinginan mahasiswa, agar mahasiswa apatis di Telkom University hanya mitos belaka.
Sendi-Sendi Transisi |
21
3 2
Kamu sedang mengerjakan tugas berkelompok. Kamu memiliki ide yang d iharapkan dapat m emberikan hasil y ang s angat baik, namun kemampuanmu dalam tugas ini tidak terlalu besar dan ada kemungkinan rekan kelompokmu tidak menerima idemu. Apa yang akan kamu lakukan?
A
Memilih ‘menumpang nama’ dalam kelompok, yang penting mendapatkan nilai.
B
Tetap berkontribusi dalam tugas, namun tidak mengeluarkan idemu.
C
Berdiskusi dengan rekan kelompok mengenai idemu dan berkontribusi dalam tugas.
Kamu dipercaya menjadi koordinator divisi dalam kepanitiaan karena k inerjamu yang baik. D ivisimu sudah m emiliki pakem dan program kerja pada tahun sebelumnya untuk dijadikan panduan dan kamu memiliki kesempatan untuk keluar dari zona nyaman agar berkontribusi lebih baik lagi. Apa pilihanmu untuk ke depannya?
A
Tetap bermain aman; melanjutkan pakem dan program kerja yang sudah ada.
B
Mencoba melakukan terobosan baru, namun masih selaras dengan pakem yang ada.
C
Keluar dari zona nyaman; melakukan terobosan total yang beresiko namun menghasilkan kontribusi yang lebih baik lagi.
Sudahka Melakukan P 1
Pada malam hari, kamu sedang dalam perjalanan pulang menuju kamar kost sembari membawa dua porsi m akanan yang sebagian akan disisakan untuk esok harinya. Di tengah perjalanan, kamu melihat seorang kakek yang terlihat kelaparan duduk di pinggir jalan. Apa yang akan kamu lakukan?
22
| Sendi-Sendi Transisi
A
Membiarkannya, bukan urusan yang perlu dipermasalahkan.
B
Memberikan sepeser uang sisa pada kakek tersebut.
C
Memberikan seporsi makanan yang rencananya akan disisakan untuk esok harinya kepada kakek tersebut.
dimana ham?
4
KAMI INGIN keADILan!
Kamu sedang pergi menuju kota, diperjalanan kamu melihat sebuah aksi massa yang dilakukan oleh mahasiswa mengenai perjuangan hak asasi manusia. Dalam hatimu ada sedikit rasa urgensi untuk mengeluarkan aspirasimu. Apa yang akan kamu lakukan ? Membiarkannya;melakukan melakukankegiatan kegiatanlain lain AA Membiarkannya; yanglebih lebihberguna bergunauntukmu. untukmu. yang
B
Hanya menyaksikan untuk mendengar aspirasi dari mahasiswa lainnya.
C
Mencoba berorasi untuk menyampaikan aspirasimu apabila diizinkan oleh penanggung jawab dari aksi massa tersebut.
ah Kamu Perubahan? Jumlahkan total poin dari jawabann mu!
A = 5 poin B = 10 poin C = 20 poin
5
Kamu b aru s aja lulus dengan I PK y ang baik. Kamu menemukan sebuah l owongan pekerjaan d i perusah aan dengan prospek dan jaminan yang tetap. Namun, kamu diajak oleh temanmu untuk bersama m embangun startup produk inovatif, namun beresiko tinggi. Apa pilihanmu?
A B C
Melamar pekerjaan dari perusahaan tersebut; tidak ingin beresiko ke depannya. Melamar pekerjaan dari perusahaan tersebut, namun mempertimbangkan membangun startup dengan temanmu apabila pekerjaan yang kamu terima tidak sesuai dengan ekspektasi. Menerima tawaran membangun startup dengan teman.
Range 1-30 poin:
Kamu masih bermain aman dan tidak ingin beresiko banyak serta masih belum mampu memberi peng aruh yang positif ke lingkungan sekitarmu. Mulailah mencoba meng gerakkan hati untuk melakukan hal di luar zona nyamanmu.
Range 31-60 poin:
Kamu sudah mulai tergerak untu k melakukan perubahan, namun masih belum berani untuk melakuka n hal yang benar-benar beresiko. Cobalah untuk mencoba menerima resiko yang lebih besar.
Range 61-100 poin
: Kamu sudah termasuk sebagai agen perubahan dan sudah berani menerima resiko sebesar apapun demi memberi pengaruh positif yang kuat pada lingkungan sekit armu. Pertahankan gerakan perubahanmu untuk ke depannya !
Sendi-Sendi Transisi |
23
APA YANG AKAN TERJADI DENGAN
INDONESIA 7 TAHUN KEDEPAN?
“““I
ndonesia di 7 tahun yang akan datang berada di posisi yang lebih baik dari sekarang. Saya optimis pembangunan akan meningkat dan merata. Seharusnya bidang ekonomi juga menjadi lebih maju dibandingkan dengan ekonomi saat ini. Demikian juga dengan pendidikan yang saya rasa dapat berkembang dengan baik. Namun, dalam 7 tahun yang akan datang saya mengkhawatirkan hilangnya kebudayaan dan kearifan lokal yang ada. Saat ini saja sudah cukup menghilang sedikit demi sedikit, mungkin untuk 7 tahun yang akan datang kebudayaan kita akan semakin tergerus atau bahkan hilang.”
Rizky Ilhamsyah, S1 Ilmu Komputasi 2017
“M
enurut saya tidak ada yang bisa memastikan hal apa saja yang akan terjadi, hal ini dikarenakan adanya parameter yang harus dihitung tiap 1 sampai 3 tahun untuk menentukan kemajuan suatu negara. Namun, kita juga harus melihat salah satu indikator kemajuan yaitu Indeks Daya Saing Global dimana Indonesia menduduki peringkat ke 36. Selain itu, terdapat pemikiran besar terkait teknologi yaitu pada 7 tahun yang akan datang diprediksi akan digunakan teknologi nirkabel 5G. Pada tahun 2025 Indonesia akan menikmati teknologi telekomunikasi yang memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan teknologi yang ada pada saat ini, dengan adanya hal tersebut dapat memberikan perubahan dalam berbagai sektor. Dan, hal tersebut dapat mengubah wajah Indonesia dalam 7 tahun ke depan.”
Aldo Trypolita, S1 Teknik Telekomunikasi 2015
24
| Sendi-Sendi Transisi
“D
ibandingkan dengan negara yang saat ini dikatakan maju, Indonesia dalam 7 tahun yang akan datang memiliki jumlah usia produktif yang lebih besar. Hal ini membuat Indonesia sangat potensial untuk menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di dunia. Tidak hanya dalam sektor ekonomi saja, sektor lain seperti penanggulangan bencana pun sudah dipikirkan lebih baik oleh pemerintah. Sayangnya, arah pemikiran untuk menekuni bidang perminyakan dan pertambangan pun mulai meredup. Dalam 7 tahun yang akan datang Indonesia akan terjebak dalam situasi kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan serta budaya konsumtif yang masih terus berjalan.�
Langgeng Setyo Hari Laksono, S1 Teknik Industri 2017
“S
ebagai pekerja dalam industri kreatif, kami berharap dalam 7 tahun yang akan datang pemerintah dapat lebih memperhatikan para pekerja kreatif. Hal ini dikarenakan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) saat ini lebih memprioritaskan pengembangan usaha dan penanaman modal asing di industri kreatif tanpa memberikan perhatian terhadap kesejahteraan pekerjanya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari hasil sensus yang sama yaitu sekitar 31,9 % pekerja kreatif menghabiskan lebih dari 48 jam kerja setiap minggunya. Hal ini lebih tinggi dari ambang batas kerja yang telah ditentukan.�
Amril Wardiyanto, S1 DKV 2015 Sendi-Sendi Transisi |
25
“I
ndonesia dalam 7 tahun mendatang yang pasti akan berganti presidennya. Otomatis akan mengubah berbagai hal yang ada seperti sistem pemerintahan, perkembangan ekonomi, sosial, budaya dan berbagai aspek yang lain. Saya akan berbicara dalam sudut pandang saya sebagai orang ekonomi, dalam 7 tahun mendatang akan diterapkan ekonomi yang lebih maju. Saat ini, perekonomian sudah berkembang dengan pesat dengan teknologi yang ada seperti e-money, startup, dan lain sebagainya. Dengan demikian, diperkirakan dalam jangka waktu 7 tahun yang akan datang perekonomian Indonesia akan meningkat, tidak hanya dalam bidang ekonomi saja, peningkatan ini diharapkan juga menyasar bidang yang lain. Dan, semoga saja untuk perkembangan sosial, budaya bahkan sistem pemerintahan pun dapat lebih ditingkatkan lagi.�
Abrar Ramadhan, S1 MBTI 2016
Ferdy Aldyansyah, S1 Ilmu Komunikasi 2016
26
| Sendi-Sendi Transisi
“M
enurut saya dalam 7 tahun yang akan datang Indonesia akan berada dalam tingkat pengangguran yang semakin meningkat. Hal ini dilihat dari masalah pengangguran yang dari tahun ke tahun tak kunjung terselesaikan. Terlebih dengan terbatasnya lapangan kerja yang ada. Yang lebih dikhawatirkan perihal toleransi beragama yang akan hilang melihat kondisi Indonesia saat ini. Hal ini juga dipengaruhi oleh beberapa media yang tidak netral dengan hanya memihak ke salah satu pihak, yang membuat keadaan semakin memanas, bukan meredam. Dengan adanya berbagai peristiwa yang ada saat ini, dikhawatirkan Indonesia dalam 7 tahun yang akan datang akan kehilangan kedamaiannya. “
“P
andangan saya dalam 7 tahun ke depan Indonesiaakan menjadi negara yang maju dengan teknologi dan kehidupan digitalnya. Namun, budaya luar pun diperkirakan akan semakin mudah masuk di Indonesia. Hal ini dikhawatirkan akan menggerus budaya daerah yang sudah ada. Terlebih bagi masyarakat yang hidup di kota besar, sedikit demi sedikit budaya daerahnya akan terkikis dengan budaya luar. Selain itu, hilangnya batasan dalam toleransi beragama akan membuat Indonesia menjadi kacau. Sikap rasis pun menjadi sebuah permasalahan yang dapat membuat Indonesia menjadi tidak stabil, padahal Indonesia merupakan negara yang beraneka ragam karena terdiri dari suku, ras, budaya yang berbeda-beda. “
Sepriman Maupajar, D3 Perhotelan 2016
SEKIAN QnA MENGENAI APA YANG AKAN TERJADI DENGAN INDONESIA 7 TAHUN KEDEPAN? Sendi-Sendi Transisi |
27
FIGURE:
AGENT OF
PERUBAHAN ITU H
“Agent of change tidak hanya dilandasi oleh perubahannya saja namun juga berorientasi pada agennya itu sendiri� Ardhi Rasy Wardhana
(Presiden KM ITB 2017/2018)
Mahasiswa adalah kaum intelektual terdidik, dimana berada dijenjang pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya membuat mahasiswa dikenal sebagai agent of change. Agent of change merupakan salah satu dari lima peran dan fungsi mahasiswa. Dengan predikat tersebut mahasiswa dapat membuat suatu perubahan. Perubahanperubahan yang dilakukan
28
| Sendi-Sendi Transisi
diharapkan menjadi hal positif bagi lingkungan sekitarnya. Seperti halnya Ardhi Rasy Wardhana selaku Presiden KM ITB periode 2017/2018, sosoknya dikenal setelah ia menjadi salah satu perwakilan mahasiswa yang diundang dalam acara Mata Najwa Episode Kartu Kuning Jokowi beberapa waktu silam. Pria kelahiran 8 Mei 1995 ini diketahui sudah
melakukan beberapa aksi semasa ia menjabat sebagai Presiden Mahasiswa. Diantaranya aksi massa untuk memprotes dan meminta penjelasan tentang Panitia Khusus (Pansus) Angket KPK, aksi unjuk rasa menolak pengabulan gugatan praperadilan yang menjerat Setya Novanto, aksi Indonesia Tetap Bersatu pada 31 Mei 2017, aksi anti serampangan kolaborasi KM ITB
F CHANGE:
HARUS ADA HASIL dengan IKM UI di depan Gedung MPR pada 19 Mei 2017, dan lain sebagainya. Dengan adanya berbagai aksi yang telah dilakukan diharapkan dapat menimbulkan suatu perubahan bagi sekitarnya. Berdasarkan hal ini, Tim Pena memiliki kesempatan untuk mewawancarai Ardhi dan menanyakan pandangannya perihal agent of change. Menurut mahasiswa Teknik Pertambangan angkatan 2013 ini, agent of change merupakan sesuatu yang dilematis, lantaran hal ini digaungkan pasca reformasi beberapa tahun silam dan seakan-akan digunakan untuk mempolitisasi kegiatan mahasiswa. Hal ini diduga dilakukan untuk mempertahankan metode pergerakan dari mahasiswa tersebut. Ia menilai agent of change merupakan suatu hal yang baik, namun ia berharap agar tidak hanya melihat agent of change dimasa lampau. “Apabila kita membayangkan agent of change adalah perubahanperubahan revolusioner, maka saat ini kita tidak dapat melihat hal itu lagi. Karena zaman serta tatanannya yang sudah berbeda, demikian juga dengan apa yang kita hadapi saat ini berbeda dengan apa yang kita hadapi pada masa lampau. Agent of change tidak hanya berorientasi pada hasil-hasil besar, namun juga berorientasi pada hasil-hasil kecil. Agent of change tidak hanya dilandasi oleh perubahannya saja namun juga berorientasi pada agennya itu sendiri,� jelas Ardhi.
Sementara itu, ia memaknai peran mahasiswa sebagai agent of change adalah perubahan yang menciptakan suatu hasil. Apabila tidak ada hasil maka perubahan itu tidak berarti. Sebesar
apapun usaha tidak akan lepas dari suatu proses yang ada. Oleh karena itu ia menilai, sebagai mahasiswa perlu adanya peran sebagai agent of change, yang berarti mahasiswa bukan hanya sebagai generasi penerus tetapi sebagai generasi pembaharu.
Dengan menjadi generasi pembaharu mahasiswa harus mengkritik kebijakankebijakan yang ada pada generasi sebelumnya, hal ini dimaksudkan agar tercipta peradaban atau tatanan sosial yang lebih baik dari sebelumnya. Saat memilih untuk menjadi seorang Presiden Mahasiswa, Ardhi memiliki beberapa alasan seperti ia melihat bahwa dulu mahasiswa ITB tidak terlalu mempedulikan lingkungan sekitarnya, mahasiswa ITB yang anti akan adanya sebuah gerakan. Ia pun mulai mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya di kampus ini. Dan, dengan posisinya yang pernah menjabat sebagai Presiden KM ITB sebelumnya, ia menjelaskan bahwa sudah dilakukan berbagai kajian yang berasal dari berbagai sudut pandang dengan mengundang tokoh, pakar maupun politisi untuk melihat permasalahan dari berbagai perspektif serta merumuskan keadaannya baik dalam segi positif maupun negatif. “Peranan mahasiswa dalam tatanan sosial tidak berubah, hal ini dikarenakan pemuda yang seharusnya berada ditengahtengah masyarakat. Kita seharusnya tidak menjadi generasi penerus bangsa, karena kondisi bangsa kita saat ini belum baik. Jika kita memilih untuk menjadi generasi penerus maka pola pikir pemuda saat ini dapat dikatakan salah serta merupakan suatu kemunduran dalam berpikir. Seharusnya mahasiswa tidak menempatkan dirinya sebagai generasi penerus bangsa melainkan generasi pembaharu, dimana mahasiswa yang akan menjadi bagian dari peserta yang berperan untuk mengawal kehidupan berbangsa dan bernegara ini.� ujarnya.
Sendi-Sendi Transisi |
29
SELAGI MUDA
YUK,
BERGERAK PRODUKTIF! “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia!� begitu kalimat Soekarno yang terkenal. Kepercayaan Soekarno yang begitu besar pada kita, pemuda Indonesia, harusnya dapat menjadi kekuatan untuk terus produktif dan bermanfaat. Masa muda adalah waktu yang tepat bagi kita untuk memupuk sebanyak mungkin pengalaman, mengisinya dengan mencari banyak teman, serta membangun masa depan yang gemilang. Meskipun begitu, banyak anak muda zaman sekarang yang mengabaikan masa emas mereka dan menyia-nyiakannya dengan melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat. Mereka hidup tanpa mengoptimalkan potensi yang mereka miliki dan tak merasa sia-sia atas waktu yang dibuang percuma dengan kesenangan semu. Aktif dimasa muda membuat kita bisa mengerti permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat sehingga dapat ikut memikirkan solusi apa yang tepat untuk mengatasinya.Dengan demikian, kita telah mengupayakan sebuah perubahan positif. Nah, Jika ingin mengisi masa mudamu dengan banyak hal bermanfaat, mulailah dengan mengoptimalkan potensi dalam diri. Berikut deretan hal yang bisa meningkatkan produktifitasmu:
Tekuni Hal yang Kamu Suka
Satu langkah pertama yang akan mengiringi perubahanmu adalah dengan mengetahui dengan baik apa yang dirimu suka. Suka disini berarti kegiatan yang berjangka waktu panjang dan tidak berhenti begitu saja. Dengan mengetahui apa yang kamu suka, kamu dapat lebih mengenali diri sendiri, kemudian menyalurkan potensi tersebut untuk menolong orang lain. Di Telkom Univesity, kamu dapat menyalurkan apapun yang kamu sukai dengan mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang sesuai dengan kegemaranmu. Jika belum ada, kamu bisa jadi pionir penggerak jika hobi yang kamu sukai dapat menarik minat mahasiswa lain. Melakukan hal yang kamu sukai dapat jadi langkah awal yang baik untuk bisa produktif diusia muda. Apalagi jika kita terus aktif dibidang yang kita sukai, pastinya tidak akan terasa lelah sama sekali.
Mulailah Bergerak Aktif!
Sebagai mahasiswa, kamu dituntut untuk peka terhadap isu di sekitarmu. Peka berarti berlaku dan berpikir kritis terhadap hal-hal yang terjadi mulai dari dirimu sendiri, ke lingkungan sekitarmu. Kepekaanmu terhadap lingkungan sekitar dapat direalisasikan dengan mengikuti LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Organisasi tersebut dibuat bukan tanpa sebab, LSM bisa menjadi wadah yang tepat bagi kamu yang ingin mulai aktif memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Mengikuti LSM juga dapat melatih public speaking-mu agar lancar dan tak malu untuk bertemu orang baru. Tidak hanya itu, LSM bisa menjadi tempat yang pas bagi kamu yang ingin mendalami seperti apa pelayanan untuk masyarakat kita. Ikut LSM juga dapat memberi banyak pengalaman berharga yang akan memperluas pemikiranmu terhadap sikap produktif.
Bergabung dalam ORMAWA Ingin menjadi penggerak perubahan dan untuk menjadi pribadi yang lebih baik? Kamu harus berada di lingkungan orang-orang baik pula! Dengan bergabung dalam suatu organisasi, kamu bisa dengan leluasa bertukar pikiran, pengetahuan dan visi masa depan dengan banyak orang. Perkaya pemikiranmu dengan banyak hal bermanfaat yang kamu dapat dari orangorang hebat pula. Belum lagi, kamu dapat terus produktif dengan terlibat dalam program pengabdian masyarakat yang telah dirancang dalam organisasi yang kamu ikuti. Kamu bisa memastikan dirimu terus aktif tidak hanya dalam lingkup mahasiswa, tapi juga saat berada dikhalayak luas.
Jaga Hati, Jaga Niat. Sebaik apapun niatmu, sehebat apapun tindakanmu, akan terasa kurang jika tidak konsisten dalam menjalankannya. Menjaga suatu hal yang telah kamu lakukan agar terus berkesinambungan, dapat memberi dampak nyata dan meningkatkan sisi kemanusiaanmu. Dengan terus memantau dan memberi dukungan pada masyarakat yang telah kamu bantu, sama saja kamu sedang melakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja dimasa mendatang.
Jadi, bagi kamu yang baru berniat mengubah produktifitas, jangan batasi pemikiranmu hanya untuk satu tujuan saja, berpikirlah jika satu tujuan baik akan berkembang jadi ratusan, bahkan ribuan hal baik bagi orang disekitarmu. Seperti yang dikatakan Yasa Singgih, Presiden Men’s Republic, “Masa tua yang nyaman tidak lahir dari masa muda yang leha-leha, jauh lebih baik kita kehilangan masa muda daripada kehilangan masa depan.� Sendi-Sendi Transisi |
31
Makna dibalik nama gedung
telkom University
Gedung Bangkit
(Gedung Rektorat)
Gedung Bangkit merupakan salah satu gedung yang ada di Telkom University. Nama gedung ini diambil dari nama sebuah pulau yang berada di perbatasan Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Gorontalo. Pulau Bangkit atau Bongkil ini memiliki keindahan alam yang eksotis seperti hamparan terumbu karang yang luas dan pasir putih yang indah.
Gedung Tokong Nanas (Gedung Kuliah Umum/GKU)
Gedung 10 lantai ini diberi nama Tokong Nanas yang diambil dari nama salah satu pulau di Kabupaten Natuna. Pulau Tokong Nanas berbentuk seperti tumpukan batu-batu besar dan diatasnya terdapat mercusuar. Kondisi perairan di pulau ini relatif bergelombang karena letaknya berada di tengah lautan lepas.
32
| Sendi-Sendi Transisi
Gedung Benggala
Telkom University Convention Hall (TUCH)
TUCH merupakan salah satu gedung yang digunakan untuk berbagai kegiatan yang ada di Telkom University. Nama gedung ini diambil dari nama Pulau Benggala yang terletak di Kota Sabang. Pulau ini juga disebut Pulau Batutigabelas oleh masyarakat sekitar.
Gedung Sebatik
Fakultas Industri Kreatif
Fakultas Industri Kreatif ini diberi nama Sebatik, nama salah satu pulau kecil yang berbatasan darat dengan negara Malaysia. Pulau Sebatik terletak di Kabupaten Nunukan. Pulau ini merupakan salah satu pulau terluar yang menjadi prioritas pembangunan, hal ini dikarenakan Pulau Sebatik berbatasan langsung dengan negara tetangga.
Gedung Selaru Fakultas ilmu terapan
Gedung Fakultas Ilmu Terapan memiliki nama Selaru, diambil dari nama sebuah pulau yang terletak di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Secara geografis Pulau Selaru terletak di perairan Laut Arafura. Pulau Selaru merupakan salah satu kecamatan yang terdiri dari tujuh desa yaitu Adaut, Namtabung, Kandar, Lingat, Werain, Fursuy, dan Eliasa. Sendi-Sendi Transisi |
33
Gedung Deli
Fakultas teknik elektro
Salah satu fakultas yang ada di Telkom University ini dikenal dengan nama Deli. Nama ini diambil dari nama salah satu pulau terluar yang terletak di Samudera Hindia dan berbatasan langsung dengan negara Australia. Pulau Deli terletak di Kabupaten Pandeglang dan saat ini digunakan sebagai lokasi penangkaran monyet ekor panjang
Gedung Miossu
Fakultas EKONOMI dan bisnis
Fakultas Ekonomi dan Bisnis memiliki nama Miossu, nama yang diambil dari salah satu pulau terluar yang terletak di Kabupaten Sorong. Pulau ini merupakan pulau yang tidak berpenghuni dan berbatasan dengan negara Palau. Pulau Miossu memiliki bentuk pantai yang bertebing dengan batu karang sebagai batuan pembentuknya.
34
| Sendi-Sendi Transisi
Gedung Intata
Fakultas Komunikasi dan bisnis
Intata merupakan nama dari Gedung Fakultas Komunikasi dan Bisnis. Nama ini berasal dari salah satu pulau kecil terluar yang berada di Kabupaten Kepulauan Talaud dan berbatasan langsung dengan negara Filipina. Pulau Intata merupakan pulau yang tidak berpenghuni yang terbentuk akibat gempa bumi serta gelombang besar yang terjadi di Pulau Kakarotan pada tahun 1628.
Gedung Karang
Fakultas rekayasa industri
Fakultas Rekayasa Industri memiliki nama Karang, yang merupakan salah satu dari 8 pulau kecil terluar yang ada di Kabupaten Kepulauan Aru. Pulau Karang merupakan salah satu pulau yang masuk dalam Cagar Alam Laut Aru Tenggara. Pulau ini menjadi tempat yang digemari penyu untuk bertelur dan merupakan daerah migrasi bagi lumba-lumba.
Gedung Panambulai
Fakultas informatika
Nama gedung dari Fakultas Informatika ini merupakan nama salah satu pulau terluar yang berpenghuni di Kabupaten Kepulauan Aru. Pulau Panambulai saat ini dihuni oleh masyarakat desa Warabal. Pulau ini memiliki potensi wisata yang patut dikembangkan untuk pariwisata bahari. Hal ini ditunjang dengan pantai keringnya yang berpasir putih panjang serta dasar perairan berpasir dan berkarang yang relatif baik untuk kegiatan selam maupun renang.
Gedung Enggano
asrama putri gedung c
Pulau Enggano merupakan pulau terluar Indonesia yang terletak di Kabupaten Bengkulu Utara dan menjadi salah satu fokus pembangunan Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam membangun sentra perikanan terpadu pulau-pulau terluar Indonesia. Pulau Enggano memiliki sungai besar dan kecil seperti Sungai Air Kinono, Sungai Air Kianopo, dan Sungai Air Kuala Kikin, hal ini tentu berpengaruh terhadap keanekaragaman hayati di Pulau Enggano.
Gedung Karaweira
student center telkom university
Student Center Telkom University memiliki nama Karaweira, nama ini diambil dari nama pulau kecil terluar yang berada di Kabupaten Kepulauan Aru. Pulau ini disebut juga dengan nama Pulau Karerei oleh masyarakat sekitar. Wilayah pulau ini merupakan kelompok gugusan yang terbagi atas dua bagian yaitu Karerei Besar dan Karerei Kecil.
Gedung
Leti
asrama putra gedung tiga
Salah satu gedung asrama putra ini bernama Leti yang merupakan nama salah satu pulau di Kabupaten Maluku Barat Daya. Secara topografi Pulau Leti terbagi menjadi dua kelas yaitu daerah rendah dan daerah tengah. Untuk menuju pulau ini dapat menggunkan jalur laut dan udara.
Sendi-Sendi Transisi |
35
RISET:
Mahasiswa Telkom University sebagai Agen Perubahan Mahasiswa adalah subjek penggerak yang sudah memiliki kedudukan yang tidak dapat dipandang sebelah mata. “Maha” pada gabungan kata yang artinya besar menandakan bahwa mahasiswa adalah sosok pelajar yang sudah bertransformasi dan berkembang, baik perilaku, pemikiran serta mampu mempergunakan ilmu yang dimiliki untuk membentuk sebuah alternatif yang dapat memberikan pengaruh pada lingkungannya. Salah satu peran utama yang dilakukan oleh mahasiswa adalah sebagai agen perubahan. Agen Perubahan (Agent of Change) adalah individu atau seseorang yang bertugas mempengaruhi target atau sasaran perubahan agar mereka mengambil keputusan sesuai dengan arah yang dikehendakinya. Agen Perubahan menghubungkan antara sumber perubahan (inovasi, kebijakan publik, dan lain-lain) dengan sistem masyarakat yang menjadi target perubahan.
KESADARAN MAHASISWA TELKOM UNIVERSITY DALAM PERANNYA SEBAGAI AGENT OF CHANGE
36
84.4%
54.8%
57.8%
responden mengetahui peran mahasiswa sebagai “Agent of Change”
responden belum merasa menjadi “Agent of Change”
responden tidak merasa perilaku mahasiswa Telkom University mewakili peran mahasiswa “Agent of Change”
| Sendi-Sendi Transisi
Beberapa mahasiswa Telkom University berpendapat bahwa mereka belum termasuk sebagai agen perubahan. Lalu, perilaku mahasiswa Telkom University juga dianggap masih apatis oleh sebagian kalangan. Membangun kesadaran bahwa mereka memerlukan perubahan adalah langkah utama untuk membangun rasa percaya diri mereka bahwa mereka pantas menjadi agen perubahan. Mahasiswa sebagai agen perubahan diharapkan mempunyai kesadaran dalam bentuk keyakinan bahwa untuk hal yang lebih baik mereka harus melakukan perubahan bagi mereka sendiri dan orang lain. Tanggapan beberapa responden:
“Saya merasa belum termasuk sebagai Agent of Change karena saya belum mengerti peran sesungguhnya sebagai mahasiswa dengan peran Agent of Change itu seperti apa”
“Saya merasa sudah termasuk ke dalam Agent of Change, walaupun belum banyak yang saya lakukan tetapi saya aktif berorganisasi, mengikuti pemilu kampus maupun nasional, mengikuti lomba untuk membuat gagasan baru serta bersikap positif dan bermanfaat untuk lingkungan sekitar saya”
“Menurut saya, mahasiswa Telkom University belum cukup memiliki rasa ‘Agent of Change’, karena yang saya lihat, masih banyak mahasiswa yang hanya memetingkan dirinya sendiri, bahkan tidak peduli terhadap apa yang sedang terjadi di lingkungannya.”
PERWUJUDAN SIKAP MAHASISWA
14.1%
72.6% responden mengetahui peristiwa naiknya tarif pembuatan KTM pada tahun 2016 lalu. Banyak mahasiswa tidak setuju karena tidak adanya campur tangan mahasiswa dalam penetapan pada peraturan SK.
15.6%
27.4%
11.1%
cara yang tepat untuk menyikapi permasalahan tersebut menurut 24,7% responden adalah dengan melalui kajian, 15,6% responden memilih tidak peduli, 14,6% dengan demonstrasi, 11,1% dengan membuat artikel/essay mengenai permasalahan tersebut, dan sisanya menjawab lainnya, seperti akan tetep menyetujui kebijakan tersebut, mencari tahu inti permasalahan, dan lain-lain.
JUMLAH RESPONDEN : 137 Orang
Diambil salah satu contoh kasus untuk mengetahui kepekaan mahasiswa Telkom University terhadap permasalahan yang ada ataupun yang pernah terjadi. Sekaligus untuk mengetahui bagaimana cara mahasiswa menyikapi permasalahan pada lingkungannya. Presentase tertinggi yaitu kajian yang dianggap sebagai pemecah masalah. Kajian dinilai cukup ampuh untuk melahirkan buah pemikiran dan solusi yang cukup bersifat konstrukif bagi lingkungan. Terakhir, survei yang masih berkaitan dengan perwujudan sikap mahasiswa menyatakan bahwa 34,8% menjawab tidak serta 65,2% menjawab iya terkait dengan keefektifan solusi yang dipilih pada pertanyaan sebelumnya. Masing-masing mahasiswa berpendapat bahwa solusi yang disediakan dapat memberikan dampak positif bagi masalah sosial dan lingkungan yang dihadapi. Sendi-Sendi Transisi |
37
38
| Sendi-Sendi Transisi
sumber: baa.telkomuniversity.ac.id/kalender-akademik-2/
Sendi-Sendi Transisi |
39
REVIEW BUKU:
WIJI THUKUL TEKA-TEKI ORANG HILANG
Judul : WIJI THUKUL: TEKA-TEKI ORANG HILANG Penulis : TEMPO Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) Halaman : 194 Tahun : 2017 Novel Wiji Thukul: Teka-teki Orang Hilang, merupakan jilid pertama dari seri buku “Prahara-Prahara Orde Baru� yang ditulis oleh Tim Buku TEMPO. Buku yang terbit pada Mei 2017, menceritakan tentang kisah hidup, perjuangan, penculikan, serta pelarian para aktivis ketika masa “pemburuan�, hingga sosok Thukul yang masih tidak diketahui rimbanya sampai saat ini. Tak banyak yang mengenal Thukul, lelaki yang merupakan penyair dan aktivis ini dianggap berbahaya oleh pemerintahan Orde Baru karena berhasil menggerakan semangat perlawanan dikalangan buruh dan petani. Melalui puisi-puisi, poster, selembaran dan propaganda yang Ia sebarkan, Thukul diburu karena dianggap sebagai penghasut untuk membenci pemerintah Orde Baru. Novel ini dibagi dalam tiga bab, Dari Kota ke Kota yang menceritakan perjalanan persembunyian Thukul dari kejaran jenderaljenderal di Jakarta, yang dimulai dari tempat tinggalnya, Solo. Thukul melarikan diri ke Salatiga, Yogyakarta, Magelang, Jakarta, serta Kalimantan. Dalam persembunyiannya Thukul tetap aktif mengikuti aksi menantang Orde Baru. Dilanjutkan dengan bab Hilang dalam Prahara yang mengkisahkan penangkapan aktivis-aktivis oleh tim yang dibentuk tentara. Sejumlah aktivis ditangkap dan diinterogasi. Wiji Thukul adalah nama yang paling sering disebut dalam pertanyaan interogasi tersebut. Hal ini membuat Nezar Patria, salah satu aktivis yang ditangkap dan diinterogasi, menarik kesimpulan bahwa Thukul merupakan target operasi. Jenazah-jenazah juga ditemukan di perairan Pulau Untung dan Kepulauan Seribu. Jenazah-jenazah tersebut diduga merupakan jenazah para aktivis korban penculikan. Buku ini ditutup dengan Biji Tumbuh Perlawanan Buruh. Dalam bab terakhir, kita akan mengetahui kehidupan Thukul ketika remaja hingga perjalannya menulis puisi serta pandangannya terhadap puisi dan kesenian. Pada bab inilah pembaca seakan diajak untuk mengenal sosok Thukul lebih dalam. Urutan kejadian yang tersusun rapih dan detail membuat cerita di dalam buku ini terasa mengalir. Alur cerita yang maju-mundur tidak lantas membuat pembaca bingung karena penyusunannya yang rapih dan mudah dipahami. Sementara keurangan dari buku ini adalah banyaknya tokoh dalam satu kejadian, membuat pembaca harus teliti dalam mengingat-ingat tokoh yang ada di setiap peristiwa. Untuk kalian yang ingin tahu lebih dalam mengenai perjalanan persembunyian Thukul dan prahara-prahara Orde Baru, redaksi sangat menyarankan untuk membaca buku ini. Banyak fakta dan informasi baru yang akan kalian dapatkan dalam buku ini. Selamat membaca!
40
| Sendi-Sendi Transisi
REVIEW FILM:
Film The Post tayang perdana di Indonesia pada 21 Februari 2018. Film garapan Steven Spielberg ini berdurasi selama 116 menit. Film yang dibintangi oleh beberapa aktor dan aktris diantaranya Meryl Streep, Tom Hanks, Sarah Paulson, Bob Odenkirk dan Matthew Rhys ini diawali dengan adegan peperangan yang terjadi di Provinsi Shaun Nghia, Vietnam pada tahun 1966. Saat itu, pemerintah Amerika Serikat mengirim pasukan tentara mereka untuk membantu Vietnam. Nahasnya, banyak pasukan tentara yang gugur dalam perang tersebut. Film ini menceritakan Daniel Ellsberg yang diperankan oleh Matthew Rhys seorang analis militer yang melaporkan bahwa pengiriman bantuan tentara ke Vietnam tidak membawa perubahan yang berarti dan hal ini disetujui oleh sekretaris negara yaitu Robert McNamara yang diperankan oleh Bruce Greenwood. Namun, McNamara malah memberikan informasi kepada pers bahwasanya ada kemajuan di bidang kemiliteran selama 12 bulan terakhir yang disebabkan oleh bantuan militer ke Vietnam. Daniel Ellsberg merasa tindakan tersebut tidak benar dan memutuskan membawa dokumen perang yang berisi hubungan Amerika Serikat dengan Vietnam pada tahun 1945 – 1967 dari Pentagon. Ia membawa dokumen tersebut ke sebuah tempat bersama dua rekannya. Pada saat itu muncul adegan ketika dokumen tersebut dipindai dan dicetak ulang, dan mereka pun memotong beberapa bagian kertas yang bertuliskan “Tingkatan Rahasia : Sangat Rahasia”. Isi dokumen perang ini memuat tentang laporan Presiden Amerika Serikat (AS) yaitu Truman, Eisenhower, Kennedy, dan Johnson. Setelah disuguhi adegan tersebut, film ini juga menyajikan konflik internal suatu perusahaan surat kabar The Washington Post. Kay Graham yang diperankan oleh Meryl Streep berusaha mempertahankan harga saham perusahaan kepada banker. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan perusahaan milik suaminya Phill Graham yang meninggal karena bunuh diri. Alur dari film ini juga ditambah dengan adanya konflik internal yang terjadi di kantor The Washington Post, konflik yang
THE POST
disebabkan perdebatan antara beberapa reporter terkait cara peliputan pernikahan putri Presiden Richard Nixon. Hal ini dikarenakan The Washington Post dilarang meliput ke Gedung Putih. Rentetan kejadian selanjutnya pun terjadi ketika salah satu surat kabar yaitu The New York Times menerbitkan sebuah berita yang mengejutkan masyarakat. Berita yang diterbitkan berjudul “Vietnam Archieve : Pentagon Study Traces 3 Decades of Growing U.S. Involvement”, berita ini memuat kebohongan yang dilakukan oleh Pemerintah Amerika Serikat selama 30 tahun terakhir mengenai perang Vietnam. Dengan adanya hal ini, membuat Ben Bradlee yang diperankan Tom Hanks ingin meningkatkan persaingan dengan cara memutuskan meneliti lebih lanjut serta mencari narasumber terkait tentang hal ini. Ia pun mendapati Daniel Ellsberg sebagai narasumbernya, dan ia pun menemukan 47 jilid penelitian yang disimpan serta informasi yang diterimanya dari Daniel bahwa Presiden telah melanggar Perjanjian Jenewa dan membohongi kongres. Hal ini dilakukan karena pemerintah sadar bahwa pers tidak akan menang. Berbagai hambatan dan tantangan pun dihadapi The Post dalam menerbitkan berita ini, film ini menyajikan kebebasan pers melawan pemerintah. Film ini berhasil mencuri perhatian penonton berdasarkan konflik yang terjadi didalamnya. Penonton pun disuguhi konflik yang ada didalam perusahaan surat kabar tersebut. Meskipun berlatar tahun 1970-an namun makna yang disampaikan dalam film ini relevan dengan kehidupan yang terjadi pada masa ini. Dimana pemerintah tidak segan melakukan pembredelan bagi media yang dianggap terlalu kritis dengan kebijakan pemerintah. Maka dari itu, film ini dipilih menjadi Film Terbaik 2017 oleh National Board of Review.
Sendi-Sendi Transisi |
41
Post Script Karya: Inas Muthia
“Nak, jangan lupa bekal makanannya dibawa ya. Ibu taruh di atas meja makan,”ujar Ibu ketika aku memasang sepatu di pintu ruang tamu. “Iya, Bu,”ucapku. Ibu kemudian bersiap-siap dan seperti rutinitas biasanya. Sebelum berangkat kerja, Ibu selalu memeriksa bunga anggrek di halaman rumah. Memeriksa bagian mana yang perlu ditangani lebih atau sekedar dibersihkan dari tanamantanaman kecil yang memungkinkan mengganggu anggrek miliknya. Usiaku sudah menginjak tujuh belas tahun dan duduk di bangku SMA kelas dua. Kebiasaanku dibawakan makan bekal terbilang masih agak ‘manja’ menurut teman-teman sekelas. Lebih tepatnya, karena sticky notes itu selalu tak lupa Ibu tempel di kotak makan yang kubawa. Sejak aku duduk di bangku taman kanak-kanak, notes itu selalu ada dengan kata-kata yang berganti, seperti, “Anak Ibu kuat seperti superhero”, “Dimakan ya. Supaya pelajaran hari ini cepat masuk. Makanan Ibu manjur untuk mengingat pelajaran”, dan bervariasi setiap harinya sejak aku SMP bahkan hingga SMA. Sejauh ini aku biasa-biasa saja untuk menanggapi omongan temanku karena tidak hanya aku yang Ibu bawakan bekal seperti itu. Ayah dan adikku pun begitu, tak lupa ditempelkan notes kecil di kotak makan mereka. “Ibu sayang sekali sama kalian. Makanya Ibu tempel catatan biar kalian semangat sekolah. Biar kalau kalian berprestasi bisa ingat Ibu, kalau mau jadi anak nakal bisa malu sama Ibu,” kata Ayah suatu hari. Aku dan adikku pun tersenyum mengerti. *** Hari terakhir menyandang predikat siswa SMA. Aku sudah menerima hasil ujian nasional. Hasilnya memuaskan. Aku juga diterima berkuliah di jurusan kedokteran salah satu universitas di Jerman, jauh dari tempat tinggalku di Yogyakarta. Ketika menyiapkan barang-barang yang akan kubawa, Ibu memberikan sebuah kado dengan kartu ucapan sederhana. ‘Terima kasih sudah menjadi anak yang hebat. Ayah dan Ibu bangga. Ps: Tolong kado ini dibuka begitu kamu sampai di Jerman.’ Begitulah tulisan di kartu ucapan itu. “Bu, kenapa nggak boleh dibuka sekarang? Kan aku penasaran,” protesku. “Biar surprise dong. Udah, sekarang lanjutin packing-nya,”kata Ibu kemudian. *** Atmosfer berbeda menyambutku ketika sampai di bandara Jerman. Aku mengeluarkan kado pemberian Ayah dan Ibu dari tasku. Perlahan-lahan kubuka kado yang berisi buku jurnal tersebut. Di sela-sela lembarnya ada sebuah kartu ucapan (lagi) terselip. ‘Halo, Randu. Bagaimana kesan pertama sampai di Jerman? Randu, di negeri orang terkadang banyak hal yang lebih baik dari negeri sendiri. Tempat tinggalmu di sana juga bisa jadi lebih baik daripada rumah di Yogyakarta. Tapi, ingatlah, Nak. Kamu harus mengingat satu kata: Pulang. Kamu pergi untuk kembali. Tulislah apa saja di jurnal ini. Keluarga di rumah kecilmu menunggu bukumu terisi. Kami akan menunggumu untuk makan bersama-sama lagi dalam satu meja makan. Ps: Tempel ini di tempat tinggalmu ya, Nak. Ibu, Ayah, dan Dik Rani selalu mendoakan kesuksesanmu dari sini.”
42
| Sendi-Sendi Transisi
Aku tersenyum. Nggak perlu diingetin juga akan kutempel kartu ini, Bu. Pengganti catatan dari Ibu di kotak makanku. Ibu memang selalu punya cara sendiri untuk terus diingat. *** Hari-hari di Jerman kulalui dengan sebaik mungkin. Ibu senang mengirimiku kartu pos berisi kata-kata penyemangat beserta coretan di sana-sini dan tambahan postscript di bagian bawah pesan. Ayah yang tak lupa minimal sebulan sekali meneleponku diikuti dengan suara tak sabar dari Ibu dan Dik Rani di tengah telepon. Tugas laboratorium dan mahalnya tiket pesawat dari Jerman ke Indonesia membuatku baru sempat pulang di tahun ketiga kuliah. Kepulanganku disambut dengan perayaan sederhana ulang tahun Ibu dan Ayah yang ke-47. Melihat Ayah dan Ibu semakin menua, membuatku bertekad untuk terus memberikan yang terbaik bagi mereka. *** Tahun kelima di Jerman, aku menerbitkan jurnal tentang Alzheimer bersama dua orang temanku. Penyakit yang penderitanya biasa berumur delapan puluh tahun. pada beberapa kasus penderita bisa dalam umur yang masih terbilang muda. Kondisi tersebut ditandai dengan penurunan daya ingat, kemampuan berbicara, dan perubahan perilaku akibat gangguan dalam otak yang sifatnya perlahan-lahan. Penerbitan jurnal tersebut membantuku saat melamar kerja di salah satu perusahaan kesehatan di Jerman. Aku mengabarkan hal tersebut kepada Ibu melalui telepon dan disambut dengan gembira oleh Ibu yang diikuti dengan keluhan tentang kepalanya yang sering sakit akhir-akhir ini. “Nanti kalau aku pulang, aku yang periksa Ibu,”candaku. *** Setahun berlalu. Ibu mulai jarang mengirimiku kartu pos dan sesekali tidak membalas pesan singkat yang kukirim. Kata Dik Rani, sakit kepala Ibu semakin parah. Menyebabkan Ibu memutuskan untuk resign dari pekerjaannya. Ibu juga sudah tidak pernah lagi menempelkan catatan pada kotak makan keluarga di rumah. Beberapa minggu kemudian, Ayah yang menelepon. Mengabarkan bahwa sakit kepala yang Ibu alami akibat Alzheimer dini. Kondisi tersebut yang menyebabkan Ibu jarang mengirimiku kartu pos. Ibu menganggap bulan ini sudah mengirim kartu pos, padahal belum.
Ibu merasa sudah membalas pesanku, ternyata ia hanya membacanya. Suatu pagi, kabar buruk mengejutkanku. Ayah meninggal setelah tertabrak pengendara motor tak bertanggung jawab. Kepergian Ayah memperparah daya ingat Ibu. Aku pun segera meminta izin cuti kepada atasanku untuk pulang ke Indonesia. *** 2014 Bu, aku pulang untuk yang kesekian kali. Aku lihat Ibu sedang menyapu di halaman. Ketika melihat ke arahku, kata yang pertama kali Ibu ucapkan adalah, “Maaf. Siapa?” Tak terasa air mataku langsung menetes begitu derasnya. “Ini Randu, Bu,” jawabku sambil memeluk Ibu. Dik Rani keluar, menghampiriku dan Ibu, lalu mengajak kami masuk ke dalam rumah. *** “Sudah separah ini, Mas. Kadang juga lupa sama Dik Rani,” kata Rani sambil menyiapkan makan malam. “Bu, besok pagi temani Randu ke pemakaman Ayah, ya,” kataku. Ibu hanya mengangguk tanpa memberikan respon apa-apa lagi. *** Sepulang dari pemakaman, aku menemani Ibu duduk di teras rumah. Sedih rasanya ketika Ibu yang ketika aku kecil mengajakku bergurau kini seperti orang asing. Anggreknya sudah beralih ke Rani karena Ibu sudah tidak pernah menyentuhnya. “Ibu, ingat ketika Ibu bilang Randu kuat seperti superhero?”. “Tidak. Randu siapa?”. “Menurut Ibu, Randu siapa? Teman? Saudara mungkin?”. “Aku tidak tahu. Apa ada di album foto?”. Kukeluarkan buku jurnalku. “Ini hadiah Ayah dan Ibu untuk anak Ibu ketika berangkat ke Jerman. Semuanya Randu tulis di sini.” “Ibu tahu Rani. Kalau Randu yang mana?” “Randu yang ini, anak Ibu,” jawabku sambil memeluknya. Ibu selalu mempunyai cara untuk terus diingat sebelum akhirnya Alzheimer yang membuat lupa. Mengingat kartu pos ketika di Jerman beserta postscript yang Ibu cantumkan mungkin karena lupa ditulis di bagian isi suratnya, kini aku kembali mencoba merawat Ibu sebaik Ibu merawatku. (IM) Sendi-Sendi Transisi |
43
44
| Sendi-Sendi Transisi
Visit now!
To get the latest news or information about Telkom University
www.aksarapers.com
@vcs8693b
aksaratelkom
aksara_tu
@aksara_tu