4 minute read

Tradisi Buruk yang Terus Berulang

SEOLAH sudah menjadi tradisi harga sejumlah komoditas bahan pangan pokok naik seperti cabai, minyak goreng, gula pasir kualitas premium, dan daging ayam ras segar.

Kenaikan tersebut terjadi 20 hari jelang bulan puasa atau

Ramadan.

Berdasarkan data Pusat

Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, rata-rata harga cabai merah besar secara nasional mencapai Rp 42.200 per kilogram, pada Jumat (3/2).

Angka tersebut naik dibandingkan pada bulan lalu yang mencapai Rp 36.250 per kg. (Katadata.co.id)

Salah satu faktor penyebab kenaikan harga ini adalah adanya peningkatan permintaan di masyarakat menjelang ramadhan. Padahal dengan adanya kenaikan harga menjelang ramadhan akan membuat rakyat kesusahan untuk mendapatkan bahan kebutuhan pokok. Inilah sebuah tradisi buruk yang terus berulang di setiap tahunnya.

Negara harusnya mampu melakukan upaya antisipasif agar tidak ada gejolak harga dan rakyat mudah mendapatkan kebutuhannya. Disisi lain, ada

Lindungi Remaja

dari Perilaku Self Harm

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor (0251) 8312292

RS Azra (0251) 8318456

RS Hermina Mekarsari (021) 29232525

RS Medika Dramaga (0251) 8308900/081319310610

Bogor Medical Center (BMC) (0251) 8390435

RS Karya Bhakti Pratiwi (0251) 8626868

Rumah Sakit Dr H Marzoeki Mahdi (0251) 8324024

Rumah Sakit Islam Bogor (0251) 8316822

Rumah Sakit Daerah (Rsud) Cibinong 021-875348, 8753360

Rumah Sakit Lanud Atang Sandjaja (0251) 7535976

RS Annisa Citeureup (021)8756780, Fax. (021)8752628

RS Harapan Sehati Cibinong (021)87972380, 081296019016

Rumah Sakit Salak (0251) 8344609/834-5222

RSUD Ciawi (0251) 8240797

Klinik Utama Geriatri Wijayakusuma (0251) 7568397

Rumah Sakit Bina Husada (021) 875-8441

Rumah Sakit ibu dan anak Nuraida(0251) 8368107, (0251) 368866

Yayasan Bina Husada Cibinong (021) 875-8440

Rumah Sakit Bersalin Assalam Cibinong (021) 875-3724

Rumah Sakit Bersalin Tunas Jaya Cibinong (021) 875-2396

Rumah sakit Bina Husada Cibinong (021) 8790-3000

Rumah sakit Ibu dan Anak Trimitra Cibinong (021) 8756-3055

Rumah Bersalin & Klinik Insani Cibinong (021) 875-7567

RS Sentosa Bogor, Kemang (0251)-7541900

RS Ibu dan Anak

Kedua Kalinya Tersandung Narkoba!

BARUBARU ini hangat diperbincangkan kasus narkoba dari artis ternama papan atas Ammar Zoni. Ammar Zoni menyampaikan permintaan maafnya kepada sang istri, Irish Bella, setelah mengenakan pakaian oranye dan ditahan karena tersandung kasus narkoba jenis sabu.

“Pertama-tama, saya mau minta maaf kepada istri saya. Maafkan saya. Saya minta maaf kepada keluarga saya,” kata Ammar di Polres Selatan, Jumat (10/3) malam. (cnnindonesia.com)

Ammar Zoni sudah tersandung narkoba kedua kalinya. Tentu kasus narkoba yang menimpa kalangan artis bukanlah kali yang pertama, sudah berulang kali dan banyak para artis yang lainnya juga tersandung narkoba. Hal ini membuktikan maraknya penyalahgunaan narkoba di kalangan artis dan juga menjadi cermin maraknya peredaran barang haram di tengah masyarakat.

Sangat disayangkan mayoritas penduduk negeri ini adalah muslim, namun Indonesia justru menjadi pasar peredaran narkoba. Seperti inilah potret sistem sekuler yang serba bebas, tidak menjadikan halal dan haram sebagai tolak ukur.

Hal ini juga membuktikan bahwa penyelesaian terhadap masalah narkoba oleh Negara tidaklah menyentuh akar persoalan, Negara mengabaikan peredaran narkoba bebas beredar masif di tengah masyarakat. Kemudian sanksi yang diberlakukan negara juga tidak efektif dan tidak membuat pelakunya jera. Sehingga kasus narkoba ini tak heran jika terus berulang.

Seharusnya, Negara mampu memberikan sanksi yang berat kepada para pengguna narkoba karena mereka adalah para pelaku kejahatan dan layak diberikan hukuman yang berat. Namun ironisnya, di negeri ini pengguna narkoba hanya diberikan rehabilitasi medis. Sehingga akhirnya tidak membuat pengguna narkoba kapok, karena sanksinya hanya direhabilitasi.

Lia Suliawati Menteng, Bogor

BEBERAPA waktu terakhir, kasus self harm kembali merebak ke permukaan. Media mulai ramai memberitakannya. Bahkan di Bengkulu, puluhan pelajar putih biru menyayat tangannya dengan silet. Hal ini bisa saja menimpa remaja di berbagai tempat.

Fenomena ini disebut sebagai self harm, menyakiti diri sendiri. Diduga kasus ini banyak menyasar kaum muda. Bahkan bisa jadi layaknya gunung es, artinya hanya sedikit sekali kasus yang tampak dan ter laporkan, padahal faktanya banyak.

Faktor penyebab self harm ini adalah, adanya keinginan untuk me ngak hiri hidup, menarik perhatian seseorang atau orang lain untuk men dapat kan pertolongan, melepaskan diri dari kondisi emosional yang sangat berat, atau untuk me nghukum diri sendiri. Orang tua adalah pi hak pertama yang harus peka terhadap kondisi kejiwaan putra putrinya. Karenan ya orang tualah yang perlu memberi perhatian dan kasih sayang yang besar kepada anak-anak. Akan tetapi penjagaan melalui masyarakat dan negara pun tak kalah pentingnya. Masyarakat seyogianya membentuk lingkungan yang kondusif untuk tumbuh kembang anakanak, dengan cara saling menyayangi dan membantu terhadap siapapun yang membutuhkannya. Sedangkan negara, memiliki peran penting dalam regulasi kebijakan agar tidak menggiring generasi pada pola hidup yang penuh dengan gesekan dan tekanan.

Sebab bisa saja persaingan yang tidak sehat muncul di kalangan remaja, sehingga ada pihak yang mendominasi menindas yang lemah. Dorongan gaya hidup konsumtif, serba boleh atau hedonisme pun membuat generasi lemah dan mudah stres.

Karenanya negara bertang gung jawab menghilangkan konten merusak yang banyak berkelindan di media sosial serta menjaga seluruh hak warga ter hadap kebutuhan pokoknya. Negara juga wajib memberi edukasi, menanamkan nilai agama agar keimanan menjadi kuat, sehingga anak-anak bangsa menjadi generasi tangguh yang siap memegang tongkat estafet kepemimpinan umat.

Lulu Nugroho

pihak yang bermain curang dengan menimbun atau memonopoli perdagangan barang tertentu. Meskipun Negara sering melakukan operasi pasar namun nyatanya belum mampu mengurai masalah kenaikan harga. Lagilagi Negara gagal untuk menumpas kelompok-kelompok yang bermain curang tersebut.

Seperti inilah Fenomena yang terus terjadi, sejatinya sudah menunjukkan kegagalan Negara dalam menjaga stabilitas harga dan menyediakan pasokan yang cukup sesuai dengan kebutuhan rakyat.

Lia Suliawati Menteng Bogor

Tikus Berdasi Diburu, Ilusi Memberantas Korupsi

JEJAK digital gaya hidup para pejabat dan keluarganya dengan hoby _flexing_ menjadi jalan untuk membongkar kerusakan orang orang yang ada dalam lingkaran kekuasaan. Dalam lembaga keuangan negeri ini, rekam digital menjadi sorotan masyarakat darimana kekayaan yang mereka dapat? Kasus mencuatnya pejabat keuangan Rafael Alun Trisambodo(RAT), Semakin membuat Kementerian Keuangan kerepotan termasuk dua lembaga didalamnya.

Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai, terungkap oleh Menteri PolHukam Machfud MD, negara dirugikan hingga mencapai Rp 300 Triliun dari transaksi mencurigakan yang melibatkan ratusan pegawai keuangan. Jumlah tersebut hasil dari akumulasi sejak tahun 2009- 2023, dengan keterlibatan terbanyak dari Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai yakni dari 460 pegawai. Ketidakseriusan terlihat dari panjangnya masa pelaporan tanpa disertai tindakan, padahal data sudah ditangan. ini menunjukkan keterliban organi- sadi besar alias jaringan mafia yang saling membantu kecurangan disetiap jenjang. Sulitnya memberantas perilaku koruptif inilah akibat sistem sekuler liberal yang menjauhkan kehidupan dari agama atau menampikkan halal haram. Paham individualisme liberalisme salah satu yang membuat kerusakan makin marak dan sulit diberantas. Berbeda ketika agama menjadi landasan berperilaku, akan mampu menjaga ketakwaan individu, budaya amar ma’ruf melekat hingga tidak terjadi pelanggaran hukum agama, berikutnya andil terbesar adalah negara yang memberlakukan sanksi tegas dengan takzir sesuai kejahatannya. Ini merupakan konsistensi negara dalam menjalankan fungsinya sebagai penjaga dan pengurus rakyat. Korupsi adalah sedikit gambaran kehidupan yang bobrok tanpa tuntunan agama, menjauhkan pejabat dari kepentingan pribadi untuk meraih manfaat.

Nur Arofah Muslimah Jagakarsa

This article is from: