1 minute read

Rp500 Ribu per Jam

Sambungan dari Hal 12

“Kalau lapangan kan memang tahun pertama kondisinya bagus. Tapi, tahun kedua dan ketiga, kalau revenue gak balik, yang rugi masyarakatnya. Rumput kering, kurang enak. Nah, kami coba dengan Rp500 ribu, biar revenue balik lagi ke lapangan,” beber Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga

(Dispora) Kota Bogor, Herry Karnadi. Herry mengatakan, tarif yang dibebankan juga untuk memberi rasa tanggung jawab bagi para penyewa. Menurut dia, tarif itu sudah lebih murah jika dibandingkan sewa lapangan rumput sintetis di kawasan Sentul atau Jakarta. “Bahkan harganya jauh,” kata dia.

Sementara terkait dengan keluhan warga, Herry memastikan itu menjadi pertimbangan mengkaji tarif yang akan diterapkan. Kajian itu dilakukan dengan menyebar kuisioner kepada klub bola yang ada di Kota Bogor. “Kuisioner ini untuk menambahkan variabel kemampuan klub lokal untuk menyewa lapangan. Nanti hasilnya kami analisis,” kata

Herry. Setelah variabel itu rampung, pemkot baru akan menganalisis dengan menggabungkan variabel pemeliharaan lapangan dan perbandingan dengan stadion lain.

“Setelah dilakukan kajian dengan penambahan satu variabel, maka pemkot akan menghitung seberapa besar tarif idealnya,” beber dia.(ded/c)

Jalur Pedestrian Alun-Alun Rusak

Sambungan dari Hal 12

Atas kejadian itu, Dedie mengultimatum para kontraktor calon pelaksana proyek di 2023, agar meningkatkan kualitas pekerjaan.

“Dengan dana yang terbatas.

Jadi jangan disalahgunakan atau diselewengkan, jangan kemudian hasil pekerjaan itu asal-asalan dan tidak memenuhi persyaratan,” tukas dia.

Sekertaris Dinas PUPR Kota Bogor, Rena Da Frina, mengaku telah memeriksa kondisi pedestrian Alun-Alun Kota Bogor. Hasilnya, ditemukan sejumlah kerusakan. Termasuk genangan air karena drainase yang buruk. Tak hanya itu, Rena menyebut granit di jalur pedestrian sudah ada yang copot.

“Mumpung masih dalam tahap pemeliharaan, kami minta tolong diperbaiki dan mereka (kontraktor) menyanggupi, tetapi melihat dahulu mana yang lebih awal diperbaiki. Apakah tanaman atau yang copot dahulu,” katanya.

This article is from: