2 minute read
Dulu Berpolemik, Sekarang Jadi Lapangan Minisoccer
Sambungan dari Hal 12
“Sudah koordinasi dengan kami juga,” kata Dicky kepada Radar Bogor.
Menurut dia, tak hanya kelurahan, PT DII juga sudah menemui warga yang tinggal di kawasan Sempur.
“Mungkin mereka menceritakan kronologisnya, karena lahan tersebut tidak produktif sebelumnya. Maka mereka berinisiatif mengubah fungsi menjadi sarana olahraga,” terang dia. Dicky menyebut, mereka telah melakukan pertemuan, antar PT DII dengan tokoh dan warga di sana. “Mereka menyetujui akan dibangunnya sarana olahraga, dengan catatan setelah terbangun, ada pula lahan parkir yang disediakan,” sambung Dicky. Sebab, dijelaskan Dicky, masalah lahan parkir menjadi masalah lama yang membuat warga sekitar geram. “Warga sekarang tak memper- masalahkan, dan fasilitas parkiran ini juga disediakan untuk umum,” ungkap dia. Sebelumnya, Warga Kelurahan Sempur terus melakukan aksi penolakan terhadap rencana pembangunan apartemen PT DII. Selain aktif menyebarkan selebaran ke masyarakat yang tengah menikmati keindahan taman di kawasan itu, mereka juga beberapa kali menyampaikan petisi ke DPRD Kota Bogor. Mereka yang menolak rencana pembangunan apartemen itu, adalah warga RW 001 dan RW 002 Kelurahan Sempur, termasuk kedua Ketua RW masing-masing.
Apartemen dengan tiga tower itu rencana awalnya, akan dibangun PT DII di bekas lahan Sempur Park Hotel. Warga menolak, karena menurut mereka, apartemen itu dapat menimbulkan dampak negatif. Di antaranya kemacetan, prostitusi, dan peredaran narkoba.(ded/c)
Diserbu Ibu-Ibu di Hari Pertama Puasa
tidak terlantar,” papar dia. Terpisah, Lurah Empang, Muhamad Al Farhan menambahkan, setelah beberapa hari menjalani perawatan di RS PMI Bogor pasca tertimbun longsor, Kosasih sebenarnya sudah diizinkan pulang.
Hanya saja, dari hasil pemantauan Puskesmas Empang, kondisi kesehatan Kosasih terus menutun selama dua hari terakhir.
“Lalu dirujuk karena diare parah, dan Kosasih meninggal dunia di RSUD,” ucap dia. (ded/c)
Sambungan dari Hal 12
“Awal puasa sudah beli karena lebih murah. Saat pertengahan ramadan biasanya harga mulai naik,” tuturnya saat ditemui Radar Bogor.
Sejumlah pakaian muslim dan pernak-pernik, jadi incaran para pembeli. Terlebih alat-alat salat, seperti sarung, mukena, peci, dan sajadah yang akan digunakan saat salat tarawih.
Nasti mengungkapkan, dirinya lebih memilih berbelanja di Blok
F, karena lebih nyaman. Bahkan, dirinya sudah menjadi langganan salah satu toko sejak 2012 lalu. “Selain ramadan, saya belanjanya di sini juga, supaya silaturahminya jalan terus,” imbuhnya. Dia yang juga pelaku usaha di bisnis online mengakui, tren belanja di awal ramadan kini banyak dilakukan oleh para pembeli. Ia menilai, hal itu karena pengaruh harga dan ketersediaan ragam barang. Salah seorang pedagang baju muslim, Una membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan, jumlah pengunjung tokonya meningkat secara signifikan di awal ramadan tahun ini. “Alhamdulillah pengunjungnya ramai, bertambah sekitar 70 persen. Ini terjadi mulai dari minggu kemarin,” tuturnya. Una menyebut, barang yang paling dicari ialah kerudung segi empat. Disusul dengan sejadah, dan mukena. “Biasanya yang beli minggu awal untuk tarawih atau oleh-oleh seperti parsel,” tutur Una.
Ia mengakui, harga yang ditawarkan toko pada awal ramadan tidak setinggi di pertengahan bulan. Selisihnya sekira 10 persen. Hal itu disebabkan, meningkatnya permintaan menjelang Idul Fitri. Atas itu Una berharap, tahun ini dirinya bisa menjual barang lebih banyak dari tahun sebelumnya. Sehingga bisa meraih keuntungan yang lebih banyak. “Mudah-mudahan tidak ada pandemi bisa lebih ramai,” harapnya. (fat/c)