6 minute read

Hamil Massal, Salah Siapa?

Next Article
Siap Cetak Sejarah

Siap Cetak Sejarah

MIRIS, 346 remaja di Bogor nikah dini yang didominasi hamil di luar nikah (Radar Bogor, edisi 27 Januari 2023). Setelah sebelumnya ribuan pelajar di Jawa Timur meminta dispensasi nikah karena hamil duluan.

Fenomena hamil masal yang menimpa pelajar Indonesia di berbagai daerah merupakan sebuah hal yang sangat mengerikan, jika kecelakaan ini yang disalahkan hanya

Demi Konten

Nyawa Melayang

Umum Daerah Kota Bogor (0251) 8312292

Azra (0251) 8318456

Hermina Mekarsari (021) 29232525

Medika Dramaga (0251) 8308900/081319310610

Medical Center (BMC) (0251) 8390435

Karya Bhakti Pratiwi (0251) 8626868 Rumah Sakit Dr H Marzoeki Mahdi (0251) 350658, (0251) 8320467

Rumah Sakit Islam Bogor (0251) 8316822

Rumah Sakit Daerah (Rsud) Cibinong 021-875348, 8753360

Rumah Sakit Lanud Atang Sandjaja (0251) 7535976

RS Annisa Citeureup (021)8756780, Fax. (021)8752628

RS Harapan Sehati Cibinong (021)87972380, 081296019016

Rumah Sakit Salak (0251) 8344609/834-5222

RSUD Ciawi (0251) 8240797

Klinik Utama Geriatri Wijayakusuma (0251) 7568397

Rumah Sakit Bina Husada (021) 875-8441

Rumah Sakit ibu dan anak Nuraida(0251) 8368107, (0251) 368866

Yayasan Bina Husada Cibinong (021) 875-8440

Rumah Sakit Bersalin Assalam Cibinong (021) 875-3724

Rumah Sakit Bersalin Tunas Jaya Cibinong (021) 875-2396

Rumah sakit Bina Husada Cibinong (021) 8790-3000

Rumah sakit Ibu dan Anak Trimitra Cibinong (021) 8756-3055

Rumah Bersalin & Klinik Insani Cibinong (021) 875-7567

RS Sentosa Bogor, Kemang (0251)-7541900

RS Ibu dan Anak Juliana, Bogor (0251) 8339593, Fax. (0251)-8339591

RSIA Bunda Suryatni (0251) 7543891,(0251)

MIRIS mendengar aksi pemuda menghentikan paksa sebuah truk yang sedang melaju dari exit Tol Gunung Putri, Kabupaten Bogor, untuk membuat konten di media sosial. Aksi ini menewaskan satu remaja berinisial M yang terlindas truk.

Buntutnya, akun Facebook Allgunputpoesat yang menjadi wadah bagi para konten kreator setop truk di Gunung Putri ditutup permanen. Demi sebuah eksistensi sekawanan remaja menantang maut. Tidak dapat uang, nyawa pun melayang. Kejadian ini sudah terjadi kesekian kalinya. Hal ini terjadi karena pemuda bertindak hanya mengikuti hawa nafsu, bukan berpikir yang benar. Mereka sibuk mengejar eksistensi diri, hiburan, popularitas, dan nilainilai materialistik lainnya.

Padahal, pemuda memiliki kontribusi yang penting dalam berbangsa dan bernegara.

Karena itu, semua pihak seharusnya bertanggung jawab dalam mendidik pemuda, dimulai dari orang tua hingga pemerintah.

Pemuda yang paham agama tidak akan menyia-nyiakan waktunya untuk membuat konten yang tidak bermanfaat dan berbahaya. Mereka akan berlomba berkarya.

Dwi, cileungsi individu pelaku perzinahan saja, maka hal ini tidak adil. Pasalnya, keseragaman atas penyimpangan itu terlampau sistematik jika hanya dipandang sebagai kesalahan individu semata. Mengabaikan peran masyarakat dan negara yang seharusnya melindungi remaja dari kerusakan ini.

Ini adalah bencana besar di kalangan generasi muda. Kasus seperti ini terjadi akibat dari pergaulan bebas di kalangan remaja. Kita menyaksikan bagaimana perzinaan memang semakin vulgar. Di medsos ada publik figur sudah tidak malu bercerita kalau dia hidup serumah tanpa nikah. Setiap habis zina dia mandi wajib karena mau salat. Kita amat prihatin dengan kondisi ini. Hal yang relevan untuk melindungi masyarakat dari perzinahan bisa dilakukan mulai dari individu, keluarga, masyarakat dan tentu saja negara karena ini sudah masalah sistemik. Dalam keluarga, mulai dari mendidik anak-anak laki-laki agar belajar menundukkan pandangan terhadap lawan jenis, mendidik anak-anak perempuan agar menutup auratnya dengan sempurna, memisahkan pergaulan anakanak laki-laki dan anak-anak perempuan. Tugas pemerintah adalah menutup pintu-pintu maksiat dengan memerangi pornografi/ pornoaksi, menutup pelacuran, menetapkan UU dengan sanksi yang berat terhadap pelaku perzinaan dan perkosaan, hingga mensanksi public figure yang memberi contoh tidak baik di ruang publik. kaysanajwa66@gmail.com

Kriminalisasi Anak, Bukti Bobroknya Sekularisme

MIRIS , kita dikejutkan dengan tindakan tak senonoh dan sangat memprihatinkan di awal tahun 2023. Kriminalisasi anak yang menimpa siswi TK yang menjadi korban pemerkosaan oleh 3 orang anak SD yang merupakan teman dan tetangganya sendiri di Mojokerto. (20/1)

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkapkan sebanyak 4.683 aduan masuk ke pengaduan sepanjang 2022. Kasus tertinggi adalah jenis kasus anak menjadi korban kejahatan seksual dengan jumlah 834 kasus. (22/1)

Hal ini tentu menjadi lampu merah bagi kita semua. Bagaimana bisa anak-anak sekecil itu sudah bisa melakukan hal kriminal seperti itu kepada temannya? Tentu ini yang harus sama-sama kita titik fokuskan, tidak mungkin hal itu terjadi secara alamiah begitu saja. Tentu ada faktor eksternal bahkan sistemis yang membuat generasi sampai menjadi bobrok. Hilangnya pola asuh yang benar dari peran orang tua yang

Jangan Mempersulit Ibadah

Wacana kenaikan biaya haji banyak mendapat kritikan dari masyarakat. Pasalnya, kenaikan biaya ibadah tersebut menembus hingga 100 persen.

Urusan ibadah haji harus mendapat perhatian serius. Hal ini mengingat masalahnya tidak hanya pada masa tunggu hingga bertahun-tahun lamanya, namun juga pada masalah biaya yang selalu mengalami peningkatan.

Ibadah haji merupakan impian setiap kaum muslimin. Pelaksanaan rukun kelima tersebut seyogyanya dipermudah. Baik dari segi pengelolaan dana, hingga pelaksanaannya.

Jangan sampai aturan yang dibuat, malah menghalangi kaum muslim dalam menunaikan ibadah yang terbilang tidak sedikit menguras kantong para jamaahnya.

Cinta yang Maha Kuasa, Tidak Butuh Kata-kata

CINTA dan kasih sayang nampaknya sudah tidak asing lagi terdengar di telinga. Sebab, setiap manusia terus berlomba lomba, mencari serta mengulik kepada siapa cintanya akan bermuara. Bahkan, sampai tidak lagi menghiraukan berapa banyak waktu yang diluangkan.

Semuanya seakan larut dengan euphoria pencarian, sampai lupa, bahwa dirinya diciptakan atas dasar cinta dan kasih sayang. Setiap insan memiliki makna cinta dengan versinya sendiri. Akan tetapi, melihat realita yang terjadi, sepasang kekasih pun bingung apa dan bagaimana makna cinta yang sebenarnya. Karena cinta hadir dari sebuah perasaan dan ironinya logika seakan tak kuasa untuk menjalankan peran. Namun, satu hal yang perlu digarisbawahi, cinta tidak bisa diselebrasikan hanya dengan satu kata, tanpa mampu dirasakan secara nyata.

Cinta dianologikan seperti halnya piasu bermata dua yang masing-masing mata pisau itu memiliki peranan ber be da. Artinya, cinta mampu memberikan dua efek berbeda dalam satu waktu yang bersamaan. Perasaan se na n g dan sedih memliki kekuatan yang sama untuk naik ke permukaan secara beriringan. Banyak manusia mengejar cintanya untuk mendapatkan sebuah kebahagian, sehingga mereka tidak sadar bahwasanya kekecewaan terbesar justru hadir dari apa yang mereka cintai. Namun, konsep itu akan berubah jika perasaan cinta, tepat pada posisi di mana ia ditempatkan. Untuk menjawab pertanyaan di balik pernyataan tersebut, tidak lain hanya menempatkan cinta pada yang menciptakan rasa cinta, yaitu Ia yang Maha Cinta, Allah Swt.

Cinta merupakan konsekuensi keimanan. Ketika manusia mampu menghadirkan rasa cinta kepada Tuhan, maka akan sangat mudah untuk melahirkan konsep keikhlasan. Bahkan, boleh jadi segala macam bentuk perintah dan larangan yang sudah diatur dan termaktub didalam kitab suci (Alquran), akan sangat senang hati untuk melaksanakannya.

Sudah menjadi suatu keniscayaan apabila setiap manusia menaruh rasa cintanya kepada Tuhan. Maka kekecewaan nampaknya tidak akan pernah mampu untuk naik pada permukaan, sebab Allah

Swt adalah satu satunya zat yang mengetahui apa yang paling terbaik untuk stabilitas kehidupan mahluk-Nya dan jangkaun-Nya pun bukan hanya di dunia, melainkan sampai pada kehidupan yang abadi, yaitu alam akhirat. Jika sepasang kekasih berani mendeklarasikan bahwa cinta mereka merupakan perasaan yang hadir secara tulus, sungguh itu hanya sekadar ungkapan yang dikeluarkan dari lidah tak bertulang. Perasaan itu seketika akan berubah apabila terdapat satu tindakan yang tidak dikehendaki satu sama lain. Kondisi itu justru jauh dari kesucian makna dan substansi cinta itu sendiri. Satu hal yang perlu dicatat pada hakikatnya tidak ada cinta sejati, melainkan cintanya sang pencipta pada setiap mahluknya Namun massifnya perkembangan pola kehidupan yang sistematis, berdampak pada ketidakmampuan manusia untuk melihat bukti kecintaan sang pencipta kepada setiap mahluknya. Hal itu disebabkan kedua mata yang diciptakan oleh Tuhan seakan tidak kuasa untuk melaksanakan job desk-nya karena tertutup oleh tirai gemerlap kemewahan yang justru hanya akan menyengsarakan. Kondisi itu akan berbalik 180 derajat apabila keinginan setiap insan tidak sesuai dengan realita yang terjadi. Dengan mudahnya manusia menganggap bahwa Tuhan sudah tidak lagi cinta, Tuhan tidak lagi sayang, Tuhan telah tega, semua menganggap bahwa kesengsaraan bersumber dari konsep kehidupan yang dibuat oleh Tuhan. Padahal tuhan adalah sebaik-baiknya pembuat skenario.

Kalaupun hadir pristiwa bencana alam di tengah tengah kehidupan merupakan sebuah konsep yang diciptakan oleh Tuhan untuk mengembalikan manusia pada rules of the game kehidupan sebagai mahluk-Nya. Hal yang perlu digarisbawahi, setiap skenario dan konsep yang bersumber dari Tuhan, mus- tahil melahirkan kesia-siaan. Semuanya pasti mengandung hikmah. Setiap ujian yang mewarnai pola kehidupan umat manusia merupakan sebagai bentuk manifestasi rasa cinta dan kasih sayang terhadap seluruh mahluk. Tuhan tidak membutuhkan kata-kata untuk membuktikan kecintaanya. Kata kunci yang harus dipahami oleh umat manusia untuk dapat merasakan rasa cinta sejati, manusia diharuskan untuk berpikir,bersabar, dan ikhlas. (*) didukung dengan kondisi lingkungan yang serba bebas juga suguhan tontonan yang tidak mendidik menjadi poros yang berputar mengelilingi kehidupan generasi saat ini.

Inilah yang menjadi celah-celah yang terbuka lebar untuk melakukan kemaksiatan bahkan oleh anak sekecil itu. Tak hanya itu, hilangnya peran negara dalam menjamin pendidikan dan keamanan pada rakyatnya menjadi pintu gerbang yang bisa melahirkan kebobrokan ini.

Pemerintah juga seharusnya mengelola tata media dengan baik. Hari ini banyak tontonan yang tak mendidik, bahkan bisa menjerumuskan kepada kemaksiatan dan aksesnya sangat mudah. Ini tentu tidak aman bagi generasi, bagaimana mungkin pemerintah berharap melahirkan generasi penerus yang hebat namun terus saja menjauhkan generasi dari adab yang baik?

Dinda Pramesti Utami Cianjur

This article is from: