2 minute read
Manfaatkan Teknologi, Sehari Bisa Panen hingga 12 Kg
Jamur tiram merupakan salah satu bahan makanan favorit masyarakat. Tingginya permintaan pasar menjadikan peluang usaha itu cukup menjanjikan. Memanfaatkan lahan/bangunan kosong, Dwi Sabdo dan Buchari pun melakukan budi daya jamur tiram tersebut.
“BARU jalan tiga bulan. Mulai akhir 2022,’’ kata Dwi Sabdo saat ditemui Jawa Pos (Grup Radar Bogor) di bilangan Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (9/2). Semula, bangunan kosong seluas 600 meter persegi itu hanya digunakan sebagai tempat penyimpanan barang bekas. Berbagai ide sempat terlintas di pikiran Dwi dan Buchari. Mulai budi daya jangkrik, kroto, hingga jamur tiram. Semua usaha itu memang perlu modal. Hanya, mereka sepakat untuk budi daya jamur tiram. Sembari terus belajar serta mempraktikkan teknik mengembangbiakkan yang baik dan benar. Sebab, keduanya tak memiliki latar belakang pendidikan pertanian. Dwi seorang sarjana elektro, sedangkan Buchari lulusan sarjana ekonomi.
Selain itu, kondisi bangunan yang dingin dan lembap menjadi salah satu pertimbangan. Jamur akan mampu tumbuh dan berkembang baik di situasi tersebut. ’’Karena memang suhu optimal jamur tumbuh di rentang 22 sampai 28 derajat Celsius dengan kelembapan 60 hingga 90 persen,’’ ucapnya.
Kebetulan, di dalam bangunan tua itu, terdapat sejumlah rak besi dan papan kayu. Mereka lantas membersihkan, menata, dan mengecat ulang barang-barang tak terpakai tersebut. ’’Gudang itu nganggur sejak 1980-an,’’ imbuh Dwi.
Selain itu, mereka menyediakan mesin penyemprot air yang bisa mengubah menjadi kabut. Hal tersebut bertujuan mendinginkan temperatur ruangan saat siang. Sebab, ketika cuaca terik, suhu ruangan bisa di atas 29 derajat Celsius. Setiap hari lantai ruangan juga disiram dengan air.
’’Mesin pembuat kabut saya rakit sendiri.
Kami set pakai timer, setiap sejam nyala selama 15 menit. Pakai adaptor komputer atau laptop bekas, dinamo mesin bekas yang masih bagus,’’ paparnya. Setelah persiapan rampung, Buchari membeli 3.000 baglog atau media tanam jamur tiram. Dibutuhkan waktu 35–40 hari sampai media tanam itu penuh dengan miselium. Ditambah 5–10 hari sampai tumbuh pinhead alias jamur kecil.
’’Persiapannya sebulan lebih sendiri. Memang proses awalnya agak lama. Tapi, setelah tumbuh, ada pinhead muncul, lalu jadi jamur. Waah, itu panennya setiap hari,’’ bebernya. Setiap baglog memiliki kemampuan tumbuh yang berbeda-beda. Jika dirata-rata, setiap panen ada 5 sampai 12 kg jamur tiram per hari. Terutama saat musim hujan. ’’Saat seminggu jelang tahun baru lalu hujan terus. Itu bisa panen sampai 12 kg jamur tiram,’’ celetuk Buchari. Sejak masyarakat sekitar tahu ada budi daya jamur tiram, Dwi dan Buchari mengaku kewalahan. Mereka belum bisa memenuhi permintaan yang ada sampai 24 kg per hari.
SEMPAT DIREMEHKAN: Buchari menunjukkan baglog jamur tiram yang siap panen di kawasan Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan (6/2).
Permintaan datang dari warteg dan masyarakat yang mencoba berdagang jamur krispi. Di pasaran, harga jamur tiram mencapai Rp28 ribu sampai Rp30 ribu per kg. Sementara itu, keduanya menjual hasil tanaman fresh seharga Rp20 ribu per kg. Ada pula yang dikemas per 250 gram dibanderol Rp10 ribu. Biasanya itu yang dijual eceran ke masyarakat. ’’Kami sekarang memilih fokus ke pedagang kecil dulu. Memang bukan profit oriented. Semangatnya memberdayakan masyarakat sekitar. Budi daya terus jalan, orang yang baru berdagang juga terbantu,’’ terang Dwi. Menurut dia, ketika sudah ada konsumen yang loyal, tentu produksi perlahan diperbanyak. Dengan kapasitas ruangan itu, setidaknya bisa sampai 10 ribu baglog jamur tiram. Syukursyukur bisa bermanfaat bagi orang lain yang sama-sama ingin belajar budi daya maupun buka usaha jamur tiram. Semangat itu muncul ketika Buce, sapaan Buchari, mendapat tantangan dari pihak Kecamatan Tebet. Dia mengatakan percuma budi daya jamur tiram. Tidak akan tumbuh di Jakarta. Nyatanya, anggapan pejabat itu terpatahkan. ’’Hanya, memang sedikit membutuhkan rekayasa kondisi udara di dalam ruangan,’’ katanya.(jp)