3 minute read
Mengerucut Tiga Nama Bau Sampah Bikin Susah Belajar
Sambungan dari Hal 12
“Menimbulkan bau tidak sedap, terlebih di musim hujan seperti sekarang,” kata Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan DLH Kota Bogor, Asep Faizal Rahman.
Menurut Asep, TPS itu awalnya tidak berada di depan sekolah. Namun kemudian berpindah ke sana, dan terus digunakan selama bertahuntahun. DLH kemudian meng- geser lokasi TPS sekira 30 meter, menjauhi sekolah. Harapannya, dapat memberikan kenyamanan bagi siswa dan guru, saat proses belajar mengajar. Selain itu, DLH juga akan berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), untuk merapikan kembali bekas bangunan TPS, menggunakan alat berat. “Mereka ingin TPS barunya berbentuk bak kontainer yang bisa disimpan dan diangkat.
Tapi itu butuh membangun landasan terlebih dahulu. Kami membutuhkan izin dari pihak
PT KAI sebagai pemilik lahan,” jelas Asep. DLH saat ini sudah menempatkan dua sampah berukuran besar sebagai TPS di lokasi yang baru. Nantinya, DLH akan menetapkan jam pembuangan dan pengangkutan sampah seragam se-Kota Bogor. Sehingga di waktu siang hari tidak ada sampah di dalam TPS.
“Masyarakat baru boleh membuang sampah mulai pukul enam sore, dan sampah itu akan diangkut pada pukul enam pagi,” terang dia.
Asep menyebut, pihak aparatur wilayah setempat juga berencana membentuk satgas untuk melakukan pengawasan pada TPS tersebut. Sebab menurut mereka, banyak pihak tidak bertanggung jawab yang ikut membuang sampah di lokasi itu dengan jumlah banyak. (fat/c)
Warga Pilih Beralih Transportasi
Sambungan dari Hal 12
(Pemkot) Bogor melalui Badan
Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda), menggandeng Fakultas Teknik dan Sains
Universitas Ibn Khaldun (UIKA), melakukan penyusunan kajian antisipasi dampak so sial ekonomi, terhadap pergerakan lalulintas dan pelayanan angkutan umum orang, barang dan jasa.
Kepala Bappeda Kota Bogor Rudy Mashudi mengatakan, focus group discussion (FGD) yang berupa diskusi publik ini, bertujuan untuk mengkaji rencana revitalisasi jembatan Otista.
“(FGD) termasuk pembahasan rencana kegiatan, integrasi infrastruktur, skema manajemen lalu-lintas, dan rencana aksi penanganannya,” kata Rudy. Ketua Tim Peneliti, Muhammad Nanang Prayudyanto memaparkan hasil penelitian dampak pembangunan jembatan Otista, yang akan dilakukan beberapa bulan mendatang.
Diketahui, Fakultas Teknik dan Sains UIKA telah melakukan survei dengan fokus capaian, untuk mengetahui respon publik terhadap pembangunan Jembatan Otista.
Selain itu, dilanjutkan Muhammad Nanang, survei juga untuk mengetahui karakteristik perjalanan masyarakat, serta presepsi terhadap pergerakan barang dan jasa.
“Ini merupakan survei permulaan, agar kita minimal punya data jelas terkait kebijakan apa yang harus diambil nantinya,” ucap dia.
Menurut dia, hasil survei yang dilakukannya adalah rata-rata trafik di jalan-jalan Kota Bogor sebelum dilakukan pembangunan, berdasarkan traffic counting sudah mendekati VCR di level 1,00.
Artinya, jalan-jalan yang ada di Kota Bogor trafiknya terbilang cukup padat. Apalagi ditambah dengan adanya penutupan Jalan Otista. “Tentunya akan sangat berpengaruh terhadap sebaran lalulintas di jalan sekitarnya,” jelas dia. Namun demikian, Dekan Fakultas Teknik dan Sain UIKA itu menyebut, langkah pembangunan jembatan Otista memang sangat diperlukan. Sebab, secara struktur jembatan, memang tidak ada yang salah, namun ketika melihat lebar jembatan diperlukan adanya tambahan pelebaran.
“Hal ini berdasarkan data travel time yang ada, Jalan Otista merupakan jalan yang selalu punya warna merah, hampir disetiap harinya. Itu diakibatkan bottleneck/ penyempitan di jempatan itu,” paparnya. Sedangkan, hasil survei karakteristik perjalanan masyarakat Kota Bogor, didapat data 75 persen perjalanan warga keperluannya untuk bekerja dan sekolah.
“Yang dilakukan setiap hari rata-rata pada jam yang sama, di mana moda transportasi yang digunakan hampir 50 persen menggunakan sepeda motor, 23 persen menggunakan mobil pribadi, dan secara spesifik penggunaan BisKita sebesar 8 persen,” ungkap Nanang. Lalu, rata-rata panjang perjalanan masyarakat, adalah 5-10 KM dengan jarak tempuh 15 hingga 30 Menit. Melihat data itu, diyakini Nanang, didapat juga data bahwa masyarakat di sekitar cenderung tidak akan mengubah pola perjalanan selama pembangunan.
Namun, masyarakat cenderung akan mengganti moda transportasi dan jalur lain yang tidak terdampak. Rata-rata masyarakat tahu, bahwa kegiatan pembangunan akan menghambat mobilitas mereka.
“Mayoritas masyarakat setuju pembangunan dilakukan, karena mereka tau akan dampak pembangunan jembatan kedepannya yang penting untuk kemajuan masa depan bersama,” jelasnya. Sehingga, lanjut Nanang, survei ini dapat memberikan gambaran yang nantinya menjadi pertimbangan pemkot, untuk menetapkan rekayasa lalin. “Utamanya untuk meminimalisir kepadatan-kepadatan yang dikhawatirkan masyarakat,” tutup dia. (ded/c)
Sambungan dari Hal 12
Rena Da Frina, dan Yadi Cahyadi. Sedangkan untuk calon pengisi kursi Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan, yaitu Lia Kania Dewi, Rudiyana, dan Tyas Ajeng Fitriani Prihandari. Selain lolos administrasi, para kandidat harus melalui tahap uji kompetensi, pemaparan visi dan misi, serta wawancara langsung oleh Wali Kota Bogor, Bima Arya. “Kemudian penulisan makalah, dan terakhir dinilai berdasarkan rekam jejak,” beber Syarifah. Menurut Sekretaris Daerah Kota Bogor ini, seluruh tahapan tersebut bertujuan untuk mengetahui rencana kerja, kompetensi manajerial, kompetensi teknis dan kompetensi sosiokultural. Adapun tahapan rekam jejak, menilai pendidikan, riwayat pekerjaan, pelaksanaan tugas dan diklat yang telah dimiliki oleh peserta. Selanjutnya, pansel akan melaporkan hasil seleksi ke Wali Kota Bogor, Bima Arya, sekaligus mengajukan rekomendasi penetapan calon terpilih. Lalu, melaporkan hasil tersebut ke Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN). “Tahapan keempat, wali kota memilih satu orang untuk masing-masing jabatan lowong dan menetapkan dalam Keputusan Wali Kota paling lambat 10 Maret 2023, setelah mendapatkan rekomendasi dari KASN, dan terakhir melakukan pelantikan calon terpilih,” papar dia. Untuk pelantikan, Syarifah menyebut, jadwalnya akan menyesuaikan dengan jadwal Wali Kota Bogor. (ded/c)
Dulu Prestasi, Sekarang Chemistry
Sambungan dari Hal 12
Selagi muda, Asep acap kali mengikuti berbagai kejuara an terbuka, mewakili sekolahnya. Namanya bahkan sempat menjadi empat teratas di tingkat Kota Bogor. Hingga kini, badminton tetap menjadi olahraga favoritnya. Bukan hanya sekadar membakar kalori, badminton juga jadi caranya membangun chemistry. Ia rutin bermain bersama kawan sejawat di DLH. “Kami main setiap Senin jam 5 sore di GOR Pajajaran. Selain membuat bugar, komunikasi kami juga menjadi lebih lan- car. Ini membawa dampak ba ik bagi psikologi ketika bekerja,” tuturnya.
Di dunia tepok bulu, Asep mengidolakan pasangan ganda campuran, yang pernah meraih medali emas Olimpiade 1996, dan Juara Dunia 1995, Ricky Subagja dan Rexy Mainaky. (fat/c)