3 minute read
Carut Marut Pengaturan Ibadah Haji
BIAYA perjalanan ibadah haji tahun ini resmi naik. Komisi VIII DPR RI dan Kementerian Agama (Kemenag) menyepakati besaran rata-rata Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) atau biaya yang dibayar langsung oleh jemaah haji tahun 2023 menjadi Rp49.8 juta. Bipih ini lebih rendah yang diusulkan oleh kementerian Agama sebesar Rp69,2 juta (sumber: cnbcindonesia.com). Walaupun pada akhirnya Bipih yang ditetapkan lebih rendah dibanding usulan kemenag, akan tetapi biaya tersebut dinilai cukup mem- beratkan jemaah. Apalagi jika dibandingkan dengan biaya tahun sebelumnya yang sebesar Rp39.8 juta, itu artinya ada kenaikan kurang lebih Rp10 juta. Kita juga tahu bahwa tidak semua jemaah yang ingin menunaikan ibadah haji adalah kalangan mampu. Ada banyak dari mereka yang harus menabung hingga belasan tahun hanya untuk bisa menunaikan ibadah haji. Seharusnya hal tersebut bisa dijadikan motivasi bagi pemerintah agar berupaya maksimal dalam mengefesiensikan biaya ibadah haji. Jangan sampai ibadah haji yang merupakan bagian dari tanggung jawab negara justru di kapitalisasi. Mengingat jumlah biaya yang diusulkan dari kemenag terbilang fantastis karena nyaris 2 kali lipat dari biaya haji tahun sebelumnya. Semakin mahalnya ongkos atau biaya ibadah yang harus dikeluarkan jemaah menandakan bahwa negara belum mampu menjalankan fugsinya dengan benar terutama dalam pengaturan ibadah yang seharusnya menjadi prioritas. Ammah Laili Bogor
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor (0251) 8312292
RS Azra (0251) 8318456
RS Hermina Mekarsari (021) 29232525
RS Medika Dramaga (0251) 8308900/081319310610
Bogor Medical Center (BMC) (0251) 8390435
RS Karya Bhakti Pratiwi (0251) 8626868
Rumah Sakit Dr H Marzoeki Mahdi (0251) 350658, (0251) 8320467
Rumah Sakit Islam Bogor (0251) 8316822
Rumah Sakit Daerah (Rsud) Cibinong 021-875348, 8753360
Rumah Sakit Lanud Atang Sandjaja (0251) 7535976
RS Annisa Citeureup (021)8756780, Fax. (021)8752628
RS Harapan Sehati Cibinong (021)87972380, 081296019016
Rumah Sakit Salak (0251) 8344609/834-5222
RSUD Ciawi (0251) 8240797
Klinik Utama Geriatri Wijayakusuma (0251) 7568397
Rumah Sakit Bina Husada (021) 875-8441
Rumah Sakit ibu dan anak Nuraida(0251) 8368107, (0251) 368866
Yayasan Bina Husada Cibinong (021) 875-8440
Rumah Sakit Bersalin Assalam Cibinong (021) 875-3724
Rumah Sakit Bersalin Tunas Jaya Cibinong (021) 875-2396
Rumah sakit Bina Husada Cibinong (021) 8790-3000
Rumah sakit Ibu dan Anak Trimitra Cibinong (021) 8756-3055
Rumah Bersalin & Klinik Insani Cibinong (021) 875-7567
RS Sentosa Bogor, Kemang (0251)-7541900
Sistem kehidupan saat ini telah menyeret pemuda jauh dari tuntunan agama. Dan kebebasan perilaku telah dijadikan sebagai pedoman pemuda dalam bertingkah laku.
Hal ini makin diperparah dengan lemahnya peran keluarga dalam meletakkan dasar perilaku terpuji dan tidak adanya kontrol dari masyarakat. Sistem telah menjadikan masyarakat kian individualis.
Dan, negara pun abai akan hal tersebut. Miris, saat ini nasib generasi ada di ujung tanduk.
Sejatinya, pemuda adalah calon pembangun dan pemimpin peradaban. Oleh karena itu, sudah saatnya pemuda kembali pada tugas dan fungsinya sesuai panduan syariat. Jadilah pemuda yang memiliki akidah Islam yang kokoh, dan memiliki visi yang jelas dalam kehidupan. Jadilah pemuda terbaik menurut standar Allah Swt. sang Pencipta seluruh alam semesta. Yakni, dengan selalu terikat dengan aturan Islam. Sehingga, akan terwujud generasi berkualitas pembangun dan pemimpin peradaban. Itulah generasi terbaik.
Eni Hartuti Cianjur
Razia Miras Jelang Ramadan!
MENJELANG Ramadan, aparat kepolisian melakukan razia miras di sejumlah daerah misalnya, warung-warung di Jawa Timur Situbondo dan lainnya. Namun sayang, penggerebekan tersebut hanya berlaku di warung-warung yang tidak memiliki izin untuk menjual miras. Sedangkan di perusahaan besar seperti bar dan diskotik nyaris tidak ada razia. Padahal, di sana sudah pasti ada miras yang sepaket dengan perjudian, pelacuran, dan narkoba. Razia miras seharusnya tidak hanya berlaku pada momen tertentu saja. Sebab, miras hukumnya haram baik di bulan Ramadan maupun di bulan lainnya jika dikonsumsi dan menjualnya. Jelas, ini membuk- tikan bahwa sekularisme masih menjadi platform sistem kehidupan negeri ini. Banyak peneliti dan pakar menjelaskan kemudaratan miras baik dari segi kesehatan maupun sosial masyarakat. Tak dimungkiri banyak kejahatan berawal dari barang haram ini. Akibat miras, pelaku mabuk-mabukan hingga tak sadarkan diri lantas berbuat semaunya. Penganiayaan, pemerkosaan hingga pembunuhan menjadi rentetan kasus yang kerap diawali dengan miras. Pemerintah sepertinya tidak serius memberantas miras. Sebab, dengan adanya UU Minol, miras masih diperbolehkan di tempattempat tertentu seperti tempat pariwisata yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara. Terlebih, miras menyumbang Rp250 miliar pada kas negara. Dengan demikian selama kehidupan sekuler masih diterapkan maka akan melahirkan masyarakat yang liberal, yaitu masyarakat dengan pemahaman kebebasan bertingkah laku. Apalagi budaya Barat terus masuk ke negeri ini tanpa filter menjadikan mabuk sebagai gaya hidup. Sehingga, meningkatkan permintaan terhadap miras sekaligus menaikkan angka penawaran. Alhasil, miras akan tetap ada selama ada pemintaan dan penawaran.
Nining Sarimanah