6 minute read

Berantas Miras Sampai Tuntas

TIDAK lama lagi bulan suci

Ramadhan akan tiba. Salah satu pemandangan yang sering dijumpai saat menjelang pu asa adalah razia miras.

Seperti yang dilakukan di Polres Situbondo-Jawa Ti mur (26/2/23) yakni melakukan penggrebekkan ke kios-kios yang menjual berbagai jenis minuman keras (miras) seca ra bebas. Petugas pun berhasil mengamankan 20 botol miras. Menurut keterangan Kasat Samapta Polres Situbondo

Layanan Pengaduan Pungli

Utamakan Keselamatan Warga

DEPO Pertamina Plumpang, Jakarta Utara terbakar pada Jumat malam, 3 Maret 2023, pukul 20.11 WIB.

Kejadian bermula dari terbakarnya pipa bahan bakar minyak (BBM) di kompleks tersebut hingga api meluas ke rumah-rumah warga di Jalan Tanah Merah Bawah

RT 12 RW 09 Kelurahan Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Korban meninggal sebanyak 17 orang, sedangkan 59 korban luka dan 3 orang dinyatakan hilang, 1300 orang mengungsi karena tempat tinggal mereka terdampak. Rumah-rumah dan beberapa mobil yang ada di lokasi kejadian pun ikut terbakar.

Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang atau Depo

Pertamina Plumpang beroperasi mulai tahun 1974. Saat itu di sekitar depo hanya terdapat rawa-rawa. Namun kini, perumahan padat telah mengepung depo. Batas area penduduk dengan depo sangat sempit dan tidak aman. Bahkan ada tembok rumah warga yang menempel dengan tembok depo.

Beberapa pakar ekonomi menilai bahwa pemindahan

Depo Pertamina Plumpang dinilai menjadi solusi terbaik dibanding merelokasi warga yang bermukim di kawasan dekat depo, untuk mencegah tragedi kebakaran berulang di kemudian hari. Warga pun keberatan jika mereka harus pindah.

Lulu Nugroho

AKP Sudpendi razia tersebut sebagai tindak lanjut adanya laporan dari warga masyarakat ya ng merasa resah dengan adanya warung-warung yang menjual miras. Hal ini tentu saja patut diapresiasi. Sebab keberadaan miras jelas sekali membawa dampak negatif selain memang dalam agama Islam diharamkan. Apalagi dijual secara bebas. Tidak menutup kemungkinan generasi muda akan terpengaruh. Lebih baik lagi jika razia dilakukan tanpa menunggu adanya laporan dari masyarakat. Tindakan preventif dan pencegahan secara tuntas sampai ke akar-akarnya patut dilakukan. Semisal razia tidak hanya kepada pelaku penjualnya atau distributornya saja tapi juga razia ke pihak pembuat miras. Melakukan edukasi kepada masyarakat akan bahaya miras, bahkan ada upaya teknis membuka lapangan kerja. Tidak dipungkiri penjual miras terpaksa tersebab tidak ada lagi pekerjaan lainnya.

Razia Miras Jelang Ramadan

MENJELANG masuknya bulan suci mulia, bulan Ramadhan, Kepolisian di berbagai daerah melakukan razia minuman keras di wilayah setempat.

Seperti yang dilakukan Satuan

Samapta Kepolisian Resor Situbondo, Jawa Timur merazia warung-warung yang menjual minuman teler tersebut.

Operasi dilakukan berdasarkan pengaduan masyarakat yang merasa resah dengan adanya warung-warung tersebut.

Aparat bukan hanya menyita semua miras, tetapi juga memberikan sanksi tindak pidana ringan kepada pemilik dan penjual minuman haram tersebut. Polisi juga mengimbau masyarakat agar tidak lagi memperjual belikan atau mengonsumsi miras sebab dapat membahayakan kesehatan dan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Mabuk memang dianggap mampu menyelesaikan permasalahan masyarakat yang kian pelik mereka dihadapi. Walau sebentar, mereka yang mabuk seakan mampu melupakan persoalan hidup yang begitu berat. Inilah yang meningkatkan permintaan terhadap miras sekaligus akan menaikkan angka penawarannya. Razia miras menjelang Ramadan jelas membuktikan bahwa sekularisme masih menjadi platform sistem kehidupan negeri ini. Lalu, Kenapa hanya momen-momen tertentu saja ada razia?

Seolah-olah miras dianggap haram hanya pada saat bulan ramadhan saja, padahal miras akan tetap haram mau itu bulan ramadhan atau bulan-bulan lainnya. Oleh karena itu, razia miras menjelang Ramadan sejatinya hanya menjadi peredam keresahan masyarakat atas kemu-

Demi Eksistensi

Nyawa Melayang Pergi

SAAT ini eksistensi diri menjadi hal yang diprioritaskan. Kemajuan media membuat hal tersebut seolah menjadi sebuah tuntutan. Akhirnya munculah unjuk eksistensi diri dengan berbagai konten, bahkan ada yang sampai nyawanya melayang pergi.

Sebagaimana yang terjadi belum lama ini di Kabupaten Bogor, seorang perempuan telah ditemukan tewas dengan posisi leher menggantung di tali.

Menurut salah seorang teman korban, perempuan tersebut tewas saat hendak melakukan konten candaan adegan gantung diri dengan video call temannya.

Namun, tanpa sengaja ia terpeleset sehingga nyawanya tidak tertolong (3/3).

Perilaku ini sejatinya tidak dibenarkan, dan seharusnya tidak boleh terjadi. Perilaku ini muncul dari rendahnya taraf berpikir. Hal ini menunjukkan ada yang salah dalam kehidupan ini. Namun, inilah fakta yang terjadi saat ini. Kejadian yang serupa sebenarnya banyak. Karena saat ini, popularitas telah menjadi salah satu tujuan yang ingin diraih dalam kehidupan.

Mirisnya, popularitas membuat seseorang abai akan halhal yang harus dijaga, termasuk keselamatan nyawa. Dorongan eksistensi diri terkadang bisa menjadi hal yang lebih utama. Inilah hasil dari sistem kehidupan yang diyakini masyarakat dalam seluruh aspeknya, yakni kapitalis sekuler. Sistem yang hari ini gagal menunjukkan kemuliaan manusia melalui ketinggian taraf berpikirnya.

Sebagaimana yang kita tahu, eksistensi diri dalam arus kapitalisme nyaris dijadikan tujuan bagi sebagian masyarakat. Paham kapitalisme yang berkembang di masyarakat, menjadikan materi sebagai tujuan hidup, dan menciptakan banyak peluang untuk melakukan hal yang mendatangkan pundi-pundi uang. Popularitas dan ketenaran dijadikan tolak ukur kesuksesan seseorang.

Maka tidak mengherankan jika makin hari, makin banyak muncul Youtuber dan para pembuat konten baru. Asal kontennya banyak yaang menonton, maka pundi-pundi uang akan terkumpul. Apabila kondisi ini dibiarkan, maka akan banyak bermunculan konten-konten yang kurang memberi manfaat. Bahkan, bisa membahayakan pelakunya sendiri dan orang lain.

Belum lagi apabila konten tersebut dijadikan acuan gaya hidup penontonnya. Maka yang terjadi pergeseran nilai kehidupan akan makin nyata. Sehingga perlu adanya kesadaran dari seorang pembuat konten, untuk lebih bijak bermedia. Karena setiap konten yang dibuat harus bisa di dipertang- gungjawabkan. Baik secara individu maupun kepada masyarakat luas. Terlebih tanggung jawabnya kepada Allah yang Maha Esa. Perlu sebuah filter yang harus dijadikan standar sebelum konten itu dikonsumsi masyarakat luas. Baik filter individu yang berupa keimanan, maupun filter dari sebuah tatanan kehidupan. Peran negara dalam menyiapkan sistem terbaik untuk rakyatnya juga sangat dibutuhkan. Oleh karena itu perlu sebuah sistem yang mempunyai terobosan strategi mumpuni, yang bisa mengurai permasalahan umat. Sehingga tercipta kesadaran masyarakat dalam bermedia. Sebuah sistem yang bisa membentuk manusia yang tinggi taraf berpikirnya, dan bisa melahirkan sosok individu berilmu tinggi. Sehingga tidak akan ada pengabaian nyawa, hanya demi sebuah konten dan eksistensi diri.

Isty Da’iyah daratan yang terjadi akibat miras. Terlebih yang digerebek hanya warung-warung warga yang dianggap sebagai tempat yang tidak mendapatkan izin untuk menjual miras. Sedangkan, di tempat milik pengusaha besar, seperti bar dan diskotik, kenapa tidak ada razia di sana?

Padahal, di sana sudah pasti ada miras. Bahkan, biasanya sepaket dengan perjudian, narkoba, dan pelacuran. Lagi pula, jika benar-benar serius memberantas miras, kenapa bukan pabrik mirasnya saja yang digerebek? Atau keran impor miras ditutup? Bukankah

Oleh karenanya persoalan miras ini harus diberantas tuntas sampai ke akar-akarnya. DIlakukan secara serius tidak hanya saat menjelang ramadhan saja.

Dhevy Hakim ini yang namanya kebijakan setengah hati dan hukum yang tebang pilih. Ya, Miras akan tetap ada selama permintaan dan penawarannya tinggi. Permintaan miras tinggi karena gaya hidup yang liberal dan penawaran tinggi karena didukung pemerintah dalam rangka turut membiayai negara. Jangan pernah berharap peredaran miras hilang di tengah umat selama sistem kehidupan sekuler kapitalistik masih menjadi platform utama.

Usi Gunung Putri

Kendaraan Mewah Pejabat, Kepentingan Rakyat Terhambat

PEMERINTAH Provinsi DKI Jakarta menetapkan anggaran fantastis untuk pengadaan kendaraan dinas Plt. DKI Jakarta dan Ketua DPRD DKI Jakarta. Anggaran kendaraan tersebut mencapai 4,7 milyar. Diketahui kendaraan yang dipesan adalah mobil Jeep mewah. Fantastis.

Di tengah kehidupan Jakarta yang kian memprihatinkan. Angka kemiskinan dan pengangguran kian melesat tak karuan. Masalah banjir pun masih menjadi PR yang belum juga tuntas tersolusikan. Kriminalitas yang kian memburuk. Semua masalah ini seharusnya menjadi fokus penanganan para pemimpin. Namun, nyatanya tidak demikian adanya. Ide pengadaan kendaraan dinas mewah bagi para pejabat ini tentu saja ide yang konyol. Nirempati.

Sungguh, pemimpin adalah pelayan rakyat. Saat rakyat terhimpit begitu banyak masalah, pemimpin selayaknya mengurai masalah dengan kecerdasan dan kekuatannya. Bukannya malah memikirkan kesenangan pribadi dengan pengadaan “suatu barang mewah” yang jelas-jelas akan menelantarkan kebutuhan rakyat.

Inilah sosok pemimpin yang dibentuk dalam paradigma kapitalisme. Segala kekuasaan dan kewenangan yang kini dalam gengaman, dimanfaatkan demi keuntungan pribadi dan kelompoknya. Tanpa peduli perasaan rakyat, menanggung beban yang begitu berat. Tanpa peduli standar benar suatu perbuatan. Yang penting untung. Tak peduli nasib rakyat yang “buntung”

Yuke Octavianty Forum Literasi Muslimah Bogor

Puluhan Pelajar Bawa

Celurit dan Samurai

PARUNG PANJANG– Satuan Petugas (satgas) Parung Panjang membawa puluhan siswa SMK asal Tangerang Selatan, yang diduga akan tawuran di wilayah Parung Panjang, Kabupaten Bogor.

Hal itu terciduk dengan didapati sejumlah senjata tajam berupa celurit dan samurai.

”Jadi kronologinya kami dari satgas mendapat informasi dari guru ada perkumpulan siswa di warung, khawatir terindikasi tawuran antar sekolah dari wilayah Tangerang Selatan,” kata Satgas Pelajar Parung Panjang Aden Prawiro, ketika dikonfirmasi wartawan, Senin (6/3).

Ia mengatakan, pihaknya langsung berkoordinasi dengan Satpol PP dan polsek setempat, mengamankan puluhan siswa asal Tangerang Selatan.

”Kemudian setelah diperiksa, para siswa membawa senjata tajam berupa dua celurit dan samurai, yang akhirnya diangkut Satpol PP ke Polsek Parung Panjang,” jelas Aden.

Total ada 22 siswa, yang diangkut dan sudah menghubungi pihak sekolah dari Tangerang untuk mendatangi polsek setempat. ”Imbauan kami agar melakukan aksi positif saja dan menjalankan sebagai mana seorang pelajar,” jelasnya.

Kasi Trantib Pol PP Parung Panjang Acep Sutisna mengungkapkan telah membawa puluhan pelajar, Yang diduga akan melakukan tawuran di wilayah Parung Panjang.

”Penangkapan tadi sore pukul 16.30 tepatnya di sebuah warung di Kampung Cikabon Desa Cibunar,” ungkap dia.

Acep menuturkan, sejumlah senjata tajam diamankan seperti dua buah celurit dan satu samurai.

”Saat petugas melakukan pemeriksaan, barang bukti berupa senjata tajam disembunyikan di semak-semak belakang warung,” kata Acep.(Abi/c)

This article is from: