7 minute read

Kemendag Awasi 40 Perusahaan Baja

JAKARTA–Industri baja dalam negeri mengapresiasi langkah pemerintah dalam pemusnahan produk baja yang tidak memenuhi standar SNI. Langkah tersebut dinilai cukup efektif dalam melindungi industri baja nasional dari serbuan impor yang tidak memenuhi standar nasional.

"Ke depan, sidak itu perlu dilakukan secara reguler untuk melindungi pelaku usaha yang beritikad baik dan tunduk terhadap peraturan perundang-undangan, sebagaimana pelaku usaha yang memproduksi baja sesuai SNI,” ujar Corporate

Anggota Komisi IX DPR RI

Fraksi PKS Kurniasih Mufidayati menyebut munculnya kembali dua kasus GGAPA setelah nihil sejak November 2022 adalah alarm keras bagi semua pihak. Dia menagih keseriusan yang dijanjikan pemerintah untuk menangani kasus ini agar kembali tidak terulang.

“Menurut laporan pasien demam tanggal 25 Januari diberikan obat sirop penurun panas yang masuk merk aman oleh BPOM lalu tanggal 1 Februari pasien meninggal dunia. Gejalanya sangat mirip dengan kasus-kasus sebelumnya dan berlangsung cepat. Harus segera diinvestigasi,” ungkap Kurniasih dalam keterangannya.

Dia juga meminta BPOM benar-benar serius untuk melakukan investigasi jika memang ternyata benar pasien mengkonsumsi obat-obatan sirop yang sudah masuk daftar aman oleh BPOM. “Kami minta pertanggungjawaban dari BPOM untuk kembali memastikan apakah semua

Secretary PT Krakatau Steel Pria Utama kemarin (7/2)

Menurut Pria, penyidikan yang dilakukan Kementerian Perdagangan (Kemendag) sangat membantu PT Krakatau Steel dan industri baja nasional pada umumnya untuk terus meningkatkan kinerjan. Pasar domestik bakal lebih kondusif dan sehat, sehingga memberikan dampak positif terhadap peningkatan ekonomi nasional.

"Kami berharap pengawasan dan penindakan terhadap segala bentuk pelanggaran hukum seperti yang dilakukan Kemendag dapat berlangsung lebih intens dan reguler untuk semua jenis produk baja dari hulu hingga hilir. Serta, penerapan sanksi pidana bagi pihak yang memproduksi, mengimpor, dan atau mengedarkan barang yang tidak sesuai SNI sebagaimana peraturan perundangan yang berlaku demi kemajuan dan keberlangsungan industri baja nasional," tegasnya.

Kemendag tengah mengawasi 40 perusahaan besi dan baja yang membuat produk tidak sesuai SNI. Itu sebagai respons atas informasi bahwa terdapat produk yang beredar dan diperdagangkan dengan harga murah tetapi tidak memenuhi standar yang dipersyaratkan secara teknis.

”Ini akan menimbulkan persaingan tidak sehat karena dapat mematikan industri dalam negeri untuk produk sejenis. Selain itu, ketidaksesuaian produk baja terhadap persyaratan mutu SNI mengakibatkan konstruksi bangunan tidak kokoh sehingga berpotensi membahayakan keamanan dan keselamatan konsumen,” beber Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Veri Anggrijono.(agf/dio)

”Kami sedang berupaya untuk melakukan pengecekan apakah ada sabotase oleh pihak-pihak tertentu yang melakukan perusakan,” beber dia.

Namun demikian, yang terpenting bagi Susi Air saat ini adalah menemukan pilot dan penumpang. ”Yang sampai dengan hari ini dan sampai jam ini (kemarin, Red) kami belum bisa memastikan secara tepat lokasinya, termasuk juga dengan para penumpang yang menaiki pesawat tersebut,” jelas Donal. Untuk itu, pihaknya juga berkoordinasi dan berkomunikasi secara intens dengan otoritas di Papua untuk mencari dan menemukan mereka.

Juru Bicara Tentara Pembebasan

Nasional Papua Barat - Operasi

Papua Merdeka (TPNPB - OPM)

Sebby Sambom mengonfirmasi peristiwa tersebut. Dia mengakui bahwa pembakaran pesawat Susi Air itu dilakukan oleh Egianus Kogoya. ”Dan pilotnya menjadi sandera kami,” ungkap dia melalui keterangan tertulis kemarin. Sementara lima penumpang dalam pesawat itu dipastikan olehnya dalam keadaan aman. Kepada pemerintah, TPNPB - OPM menuntut beberapa hal. Diantaranya menutup seluruh jalur penerbangan ke Nduga. Dan mengkritik penunjukkan Pj bupati di Nduga. ”Segala jenis pembangunan di tanah Ndugama kami sudah tolak resmi,” imbuhnya. Tidak hanya itu Sebby mengancam tidak akan menyerahkan pilot Susi Air yang mereka sandera jika pemerintah tidak memenuhi tuntutan mereka. Termasuk diantaranya tuntutan untuk lepas dari Indonesia. (gih/idr/syn)

Lima WNI Hilang Kontak

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, jumlah korban jiwa kemungkinan bisa tembus hingga 20 ribu nyawa. Gempa berkekuatan 7,8 magnitudo tersebut termasuk kategori gempa besar. Terlebih, disusul gempa kedua 7,6 magnitudo. Total ada 243 gempa susulan dengan ratarata berkekuatan 4 magnitudo. Kepala Institut Pengurangan Risiko dan Bencana di University College London Prof Joanna Faure Walker mengungkapkan, hanya ada dua gempa selama 10 tahun terakhir yang memiliki kekuatan sama. ’’Gempa ini terjadi pada dini hari ketika orang-orang sedang berada di dalam rumah dan tidur,’’ ujar Walker seperti dikutip BBC. Bukan hanya kekuatan getaran yang menimbulkan kehancuran besar. Kekuatan dan kekokohan bangunan juga menjadi salah satu faktornya. Pembaca vulkanologi dan komunikasi risiko di University of Portsmouth Dr Carmen Solana menyebut, infrastruktur bangunan yang bertahan di wilayah selatan Turki dan Syria tidak merata. Kini, proses penyelamatan korban bergantung sepenuhnya pada respons tim evakuasi. ’’Pada 24 jam pertama sangat penting untuk menemukan penyintas. Setelah 48 jam, jumlah yang selamat akan berkurang drastis,’’ ujarnya. Di wilayah yang terdampak, tidak pernah terjadi gempa besar selama lebih dari 200 tahun. Tidak ada pula tanda peringatan apa pun. Karena itu, tingkat kesiapsiagaan penduduk lebih rendah dibandingkan wilayah yang sudah terbiasa menghadapi gempa. Gempa di Turki terjadi karena lempeng Arab yang bergerak ke utara. Bergesekan dengan lempeng Anatolia. Gesekan antarlempeng itu menjadi penyebab gempa bumi yang sangat besar dan merusak. Misalnya, gempa 7,4 magnitudo pada 13 Agustus 1822. Saat itu, kerusakan besar juga terjadi pada kota-kota Turki dan Syria. Tercatat sebanyak 7 ribu orang tewas di Aleppo saja. Gempa susulan yang merusak berlanjut hingga hampir satu tahun. Karena itu, para pakar pun memperkirakan, gempa susulan yang terjadi di Turki saat ini mungkin juga berlangsung selama beberapa bulan ke depan, Sementara itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Ankara masih mencari sejumlah warga negara Indonesia (WNI) yang hilang kontak di Turki setelah kejadian gempa bumi Magnitudo (M) 7,8 yang mengguncang wilayah Turki dan Suriah pada Senin (6/2).

Duta Besar RI untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal menuturkan bahwa KBRI Ankara telah mengidentifikasi 10 WNI yang mengalami lukaluka, empat di antaranya sudah mendapat perawatan di rumah sakit setempat, enam lainnya harus dievakuasi ke Ankara dan lima orang masih hilang kontak. ”Di luar itu ada seorang ibu dengan dua anak yang

BPOM Harus Tanggung Jawab

obat yang beredar di pasaran itu benar-benar aman? Tolong, ini menyangkut nyawa anakanak, bukan main-main,” tegas dia. Terkait kasus baru ini, BPOM pun telah menghentikan sementara produksi dan distribusi obat sirop yang diduga sebagai penyebab kasus baru gagal ginjal akut. Tak kurang ada tiga obat sirop merk Praxion yang ditarik dari pasaran. "BPOM sudah mengeluarkan perintah penghentian sementara produksi dan distribusi obat yang dikonsumsi pasien hingga investigasi selesai dilaksanakan," tulis BPOM dalam laman resminya seperti dikutip, Selasa (7/2). BPOM memastikan pihak perusahaan pemegang izin edar obat tersebut telah melakukan penarikan secara sukarela. Sementara, PT Pharos Indonesia melakukan voluntary recall atau penarikan produk secara sukarela terhadap produk praxion dari batch, usai dikabarkan menyebabkan Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA).

Director of Corporate Communication PT Pharos Indonesia, Ida Nurtika mengatakan, penarikan produk ini untuk memastikan keamanan konsumen. Selain itu, sebagai tanggung jawab perusahaan dalam industri farmasi.

“PT Pharos Indonesia melakukan pemeriksaan ulang keamanan produk di laboratorium internal. Pengujian dilakukan sesuai dengan aturan

Farmakope Indonesia edisi VI suplemen II. Hasil pemeriksaan internal ini menunjukkan produk masih memenuhi spesifikasi Farmakope Indonesia,” kata Ida kepada wartawan, Selasa (7/2).

PT Pharos Indonesia juga telah meminta seluruh mitra distribusi dan penjualan untuk sementara waktu menghentikan penjualan praxion sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Perusahaan melakukan pemeriksaan pada 3 laboratorium eksternal yang terakreditasi. Hasil pemeriksaan ini akan diperoleh dalam beberapa hari yang akan datang. “Untuk memperkuat data, secara aktif PT Pharos Indonesia juga mengumpulkan sampel produk dari apotek-apotek untuk diperiksa mutu dan keamanannya secara intensif, dimana praxion telah diproduksi sesuai standar CPOB,” imbuhnya. Sebelum kasus baru ini, belasan orang tua yang anaknya menderita gagal ginjal akut mengadu ke DPR belum lama ini (26/1). Mereka menceritakan bagaimana tubuh anak-anak mereka bengkak dan dilubangi di beberapa bagian untuk memerangi gerogotan gagal ginjal akut. Seperti yang diungkapkan Desi Permatasari. ’’Anak saya sampai saat ini masih dirawat di RSCM, sudah lima bulan di sana,” kata Desi dengan air mata yang tidak bisa terbendung lagi di hadapan pimpinan dan anggota Komisi IX DPR RI. Desi datang bersama belasan keluarga korban gagal ginjal akut pada anak dari sekitar Jabodetabek. Kepada para wakil rakyat, dia bertutur bagaimana Sheena Almaera Maryam, sang anak, dirujuk ke rumah sakit nasional karena tidak bisa buang air kecil. Setelah masuk RSCM, si kecil Sheena yang baru berusia 5 tahun koma dan mengalami pendarahan di beberapa bagian: hidung dan lambung di antaranya. ’’Dia tidak bisa bergerak sama sekali,” tuturnya. Saat ini, kata dia, Sheena sudah tidak menjalani cuci darah lagi dan dipindahkan ke ruang perawatan. Tapi, dia tidak lagi bisa merespons apaapa. Dokter pun tidak memberikan obat antidotum lagi. Sudah terlambat, kata si dokter seperti ditirukan Desi, karena racun sudah menjalar ke seluruh tubuh Sheena, bahkan sampai otak. Beberapa bagian tubuh Sheena juga terpaksa harus dilubangi karena organ tubuhnya tidak berfungsi lagi. Upik sekecil itu betul-betul berjuang untuk hidup dalam arti yang seharfiah mungkin. ’’Sekarang Sheena bertahan sendiri, Ibu-Bapak. Sheena sendiri yang bisa bertahan, dia sendirian sekarang,” tangis Desi semakin kencang. Mereka yang duduk di kanan-kirinya memberinya tisu untuk mengusap air mata. Kisah yang dituturkan Safitri Puspa Rani, ibu korban GGAPA lain, tak kalah merobek hati. Buah hatinya, Pang Hegar, yang baru berusia 8 tahun malah sudah berpulang dihajar gagal ginjal akut pada 15 Oktober tahun lalu.’’Batang otak anak saya sudah mati, paru-parunya sudah tidak bekerja,” kata Safitri di sela sesenggukan mengenang sang anak. Ratusan anak jadi korban gagal ginjal akut yang memuncak pada akhir tahun lalu. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut penyebabnya adalah cemaran EG (etilen glikol) dan DEG (dietilen glikol) di obat sirup. Kinerja Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) pun menjadi sorotan luas. Seperti yang dialami Sheena dan Pang, penderitaan Umar Abu Bakar, putra Siti Suhardianti, juga dimulai dengan demam pada 10 September 2022. Setelah tiga hari, dia pun membawa bocah 2 tahun itu ke klinik terdekat karena demamnya semakin tinggi. sampai saat ini belum berhasil kami hubungi,” ungkap Iqbal dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa (7/2).

Selain itu, KBRI juga masih berusaha untuk mencari dua orang pekerja spa terapis di Dyarbakir, yang hingga saat ini belum memberikan respons saat dihubungi.

KBRI, kata dia, terus berkoordinasi dengan otoritas setempat didukung dengan pencarian melalui simpulsimpul masyarakat Indonesia dan Satgas Perlindungan WNI setempat guna mencari keberadaan mereka. Pihaknya bersama tim KBRI sedang dalam perjalanan ke Gaziantep untuk memberikan bantuan kemanusiaan sekaligus mengevakuasi 104 WNI yang berada di lima wilayah terdampak gempa untuk kemudian dibawa ke Ankara. Sebanyak 104 WNI itu terdiri atas 40 orang dari Gaziantep, 40 orang dari Kahramanmaras, 14 dari Dyarbakir, 9 dari Hatay, serta 1 WNI dari Adana. Para WNI tersebut dievakuasi karena tempat tinggal maupun asrama mereka telah hancur, sementara penampungan yang disediakan otoritas setempat sudah melebihi kapasitas. (sha/ c7/hud)

Pulang dari sana, dia pun meminumkan obat resep dokter. Esoknya, dia mulai merasa ada yang aneh dari anaknya karena tak kunjung buang air kecil. Khawatir, Umar pun dibawanya ke rumah sakit di Jatih Asih, Bekasi. Tiga hari di rumah sakit itu, tidak ada diagnosis apa pun yang dikeluarkan dokter. Sedangkan kondisi Umar mulai memprihatinkan. Tubuhnya membengkak. ’’Mata, wajah, kaki, semuanya bengkak. Tiga hari anak saya tidak pipis,” mata Siti langsung berkaca-kaca ketika ditemui seusai audiensi di kompleks parlemen.

Ketika dibawa ke RSCM, Siti demikian terpukul saat dokter langsung menyatakan bahwa dia harus menerima apa pun yang akan terjadi. Sebab, semua anak yang mempunyai gejala sama, tidak ada yang bisa bertahan. Mereka semua meninggal.’’Saya langsung down,” katanya. Sejak saat itu, dia hanya mendengar penurunan kondisi kesehatan anaknya. Sampai akhirnya Umar meninggal pada 24 September. (ind/jpg)

This article is from: