22
kronik
identitas
NO 827| TAHUN XL | EDISI KHUSUS DESEMBER 2014
Guru Besar ‘Ajarkan’ Berperilaku PERISTIWA pemukulan yang dilakukan guru besar Fakultas Farmasi Prof Dr M Natsir Djide MS Apt terhadap mahasiswi Fakultas Pertanian, Kamis (27/11) dibantah olehnya. Menurut keterangan guru besar, yang juga Ketua Jurusan S2 Farmasi ini dirinya tidak pernah merasa memukul. “Saya tidak memukul anak itu, saya hanya membentaknya untuk menyuruh minggir karena ia menutup jalan. Lagian, jika memang ada pemukulan berarti ada luka yang dihasilkan,” ujarnya. Meski demikian, seusai kejadian ini sang korban yang berinisial AKH mengaku bahwa dosen yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi Disiplin (Komdis) Fakultas Farmasi tersebut telah meminta
maaf kepada dirinya melalui Dekan Fakultas Farmasi. Permintaan maaf disampaikan Dekan Fakultas Farmasi melalui Wakil Dekan III Fakultas Pertanian Prof Dr Ir Kaimuddin MSi. “Setelah itu, WD III Pertanian datang kehimpunan menyampaikan maaf dari Dekan Farmasi kepada saya,” ujar AKH saat diwawancara, Selasa (9/12). Wakil Dekan III Fakultas Pertanian juga menegaskan bahwa sudah ada permintaan maaf dari sang guru besar. “Masalah ini sudah selesai, tidak ada apa-apa lagi karena sang dosen juga sudah meminta maaf dan kedua belah pihak telah saling memahami,” kata Kaimuddin, Jumat (28/11). Namun Sang Guru Besar
mengelak pernah meminta maaf melalui sejawatnya di Fakultas Farmasi tersebut. “Saya dari minggu lalu ada di luar kota bersama mahasiswa-mahasiswa, saya tak pernah merasa meminta maaf kalau ada yang bilang begitu mungkin ada orang lain yang mengatas namakan saya,” ungkapnya saat diwawancarai melalui telepon selulernya, Selasa (9/12). Pemberitaan terhadap kasus pemukulan ini juga menurutnya tidak apa-apa sebab dia hanya ingin mengajarkan etika. “Saya tidak pernah memukul, saya hanya mengajarkan anak itu berperilaku, jadi jika saya yang dikatakan memukuli itu tak apa. Saya berniat mendidik,” katanya menutup perbincangan.n
Mahasiswa Lain Rusuh Unhas kena ‘Getah’nya
KEBIJAKAN pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), mendapat penolakan keras dari mahasiswa. Ini terbukti dengan banyaknya mahasiswa yang melakukan unjuk rasa. Tak terkecuali mahasiswa Unhas. Mereka melakukan aksi damai, Jumat ( 14/11) yang berakhir di pintu satu Unhas. Dalam unjuk rasa mereka menuntut enam aspek salah satunya tidak menaikkan harga BBM yang semakin menyengsarakan rakyat miskin. Tak puas hari itu, mereka pun kembali melakukan aksi, Senin (17/11) dan Selasa (18/11). Aksi yang dilakukan hari Selasa tersebut lah yang berujung tawuran. Aksi ini ditengarai bukan diinisiasi oleh mahasiwa Unhas namun oleh gabungan mahasiswa yang kampusnya terletak di sekitar Kampus Me-
rah dan beberapa mahasiswa Unhas. “Kami tidak pernah konsolidasi untuk aksi pada hari tersebut,” ujar Derry perdana munsil, ketua Senat mahasiwa Fakultas Teknik, yang juga bagian dari lembaga mahasiwa yang kerap melakukan aksi atas nama Mahasiswa Unhas. Rusuh yang terjadi antara warga dan mahasiswa. membuat mahasiswa menyelamatkan diri dengan berlari memasuki kampus. Atas aksi rusuh ini, 26 unit sepeda santai, 15 buah motor, 2 buah mobil, dan pos Satpam pintu 1 dibakar. Tak hanya itu, kampus pun diliburkan terhitung sejak Rabu hingga Jumat (1921/11). “Kami siap berjaga 1x24 jam di sini, mencegah tawuran kembali terjadi dan berbagai kemungkinan,” tegas Nurdin SE Kepala Satpam Unhas.n
puisi Sesal
Oleh: Fadly Asri
Sekarang buh-buih itu lebih sering menetes Melembabkan jalurnya Alam pun terlihat sembab Awan hitam akan memulai kunjungannya Salah apa pohon yang mulai tumbuh Semut yang membangun istananya Kupu-kupu yang memulai petualangannya Nada yang memainkan melodinya Deedaunan sedang menari bersama angin Membawa benih pada peraduannya Mahasiswa Teknik Arsitektur Angkatan 2010
Kegelisahan
Oleh: Sahara Zahra
cerpen
Ketika Cinta Berbicara Adat Oleh : Dian Fatmasari
HARI mulai gelap, hangatnya senja kini berganti dingin malam yang mencekam. Semilir angin timur yang kian berhembus memecah sepi di daerah perkampungan yang merupakan salah satu daerah pesisir di kota kuda ini. Bintanggemintang mulai bermunculan menghias langit bertemankan sang rembulan yang ikut menggantung memancarkan sinar hangatnya, dan tentu saja suara ombak yang terdengar begitu merdu mengiang di telinga, mengingatkan kenangan di masa lalu. Kenangan yang jika diingat atau lebih tepatnya kenangan itu selalu memaksa untuk tidak dilupakan mungkin akan membuat perempuan paruh baya yang sedang terlihat sendu menatap ke laut luas dalam remang dari beranda rumahnya itu tidak akan menjatuhkan hatinya pada laki-laki yang membuatnya tak bisa mencintai suaminya hingga saat usia pernikahan mereka sudah memasuki 10 dan melahirkan seorang buah hati mereka dari cinta yang palsu. Dia sudah menunggu dari kemarin, kemarin dan kemarinnya lagi. Dan mungkin besok, besok, dan besoknya lagi hingga laki-laki itu datang padanya. Bukan karena sebuah janji, melainkan laki-laki itu telah membawa sepotong hatinya yang membuatnya tetap merindukannya dan mencintainya. Perempuan itu namanya Nurung, dan aku tahu kisahnya. Mungkin aku tak pernah dia hiraukan padahal aku selalu ada di dekatnya, menemaninya dan menjadi saksi penantiannya. Aku tahu jelas, laki-laki itu tidak akan pernah datang. Aku mengetahuinya beberapa hari yang lalu saat aku berkelana di belahan bumi lainnya. Aku ingin menyampaikannya pada Nurung, tapi tak bisa. Tidak mungkin. Lewat masa, Nurung tahu dari sahabatnya, lelaki tempo hari yang menjadi malaikat penyelamatnya di sore hari itu saat ia berenang di pantai dan akhirnya tenggelam adalah seseorang bernama Baso. Baso anak salah satu ata Kaengnya. Seorang ata di perkampungan itu adalah mereka yang nenek moyangnya seorang budak yang dibeli harga dirinya dari bangsawan terdahulu dan mendapatkan strata sosial paling
rendah di masyarakat. Tidak peduli seberapa tinggi pendidikannya, seberapa kayanya keturunan ata saat ini, mereka tetaplah keturunan budak yang hina tak pantas bersanding dengan keturunan bangsawan, seperti Nurung anak Patta Jarre yang merupakan satu-satunya keturunan penguasa di perkampungan itu. Mungkin karena selama ini Baso bukanlah sesuatu yang penting baginya, maka ia tak sempat memperhatikannya. Nurung tak menyia-nyiakan kesempatan untuk berterima kasih kepada Baso ketika suatu hari mereka bertemu di halaman rumah Patta Jarre. Baso bekerja sebagai tukang kebun di rumah kaengnya itu. Nurung jadi sering duduk di beranda rumah panggungnya saat Baso membersihkan halaman rumahnya. Baso heran dengan putri majikannya itu. Nurung memang tak melakukan apaapa, hanya duduk dan memperhatikan dirinya sedang menyapu daun-daun kering atau memotong rumput sambil sesekali tersenyum-senyum. Namun lambat laun Baso jadi terbiasa, malahan menikmatinya. Nurung bagai dewi penyemangat yang memberikan energi untuk bekerja. Singkat kata, mereka mulai saling menyukai. Nurung menganggap Baso pria paling gagah yang pernah ia lihat di kampung itu, sementara Baso melihat Nurung sebagai sosok dewi yang cantik jelita dan periang. Mereka mengikrarkan cinta mereka di hamparan ladang Patta Jarre tempat mereka biasa bertemu dan mencumbu cinta mereka, disaksikan oleh hamparan padi yang mulai menguning dan burung-burung berterbangan seolah ikut bersuka cita akan jalinan kasih cinta dari Baso dan Nurung. “Aku akan selalu hidup dalam cintamu. Karena sepotong hatiku telah ku berikan padamu.” Kata Nurung kepada Baso sambil tersenyum “Kau adalah wanitaku. Bidadari surgaku kelak. Sepotong hatimu ini, kan kubawa kemanapun aku pergi dan tentu saja tetap bersamamu agar kau utuh. Kan kujaga kau, karena kau wanita yang paling kucinta.” Balas Baso sambil
tersenyum kepada Nurung. Mata mereka bersentuhan di udara. Menepis angin yang tak terlihat, membentuk jalinan yang berkelindan. Mereka kemudian mengikat diri dalam pelukan dan saling jatuh, hanyut di kedalaman hati yang lain. “Apa maksudmu, Nurung? Apa kau tidak mengetahui bagaimana silsilah keluarganya? Dia itu adalah keturunan ata yang begitu hina. Bahkan lelaki itu hanyalah budak Kaeng yang bekerja sebagai tukang kebun di halaman kita. Dan kau? Kau putri satu-satunya kaeng. Putri dari satu-satunya keturunan bangsawan di kampung ini. Mana pantas kau mencintai dia dan malah meminta kaeng untuk merestui hubungan kalian!” Tapi, Kaeng. Cinta tidak melihat dia anak siapa, keturunan siapa, atau apa pekerjaannya.” Nurung terisak. “Tapi kau harus tahu dirimu, stratamu sebagai apa di kampung ini. Dan Kaeng sudah memperingatimu sejak kau mulai tumbuh remaja bahwa kau tidak boleh jatuh cinta kepada lelaki sembarangan apalagi keturunan ata seperti dia!” “Ayah, ini masalah hati.” “Masalah hati? Baiklah, terserah kau Nurung. Kau pilih budak hina itu atau kau kubuang dan kukeluarkan kau dari silsilah keluarga. Kau bukan lagi anak Kaeng. Tapi harus selalu kau ingat, kaeng tidak akan pernah membuatmu untuk memilih dia.” Patta Jarre, Kaengnya Nurung, beranjak dari ruang tamu dan masuk ke kamar sambil membanting pintu. Nurung tahu kaengnya kesal. Ia juga kesal. Bukankah cinta hanya perihal hati dan perasaan? Kenapa harus melihat Baso keturunan siapa dan apa pekerjaannya? Nurung menangis sambil menahan amarah dalam dadanya.’ “Sudahlah, Nur. Kau pantas mendapatkan lelaki yang lebih baik, hanya itu yang kaengmu inginkan untukmu.” Kata perempuan yang melahirkannya itu seraya memeluknya. Keesokan harinya Nurung bertandang ke ladang kaengnya, menemui Baso yang biasa ikut membantu ayahnya bekerja. Aneh, Baso tak ada di sana. Pak Marsuki, ayah Baso pun tak terlihat
di ladang, mungkin Baso sedang ada urusan, Nurung membatin. Maka ia pun menunggu. Berhari-hari lewat, Nurung tak mendapat kabar dari Baso. Hampir setiap saat dia ke ladang, tapi tak pernah bertemu dengan Baso. Yang membersihkan halaman rumahnya pun bukan lagi Baso melainkan Jamal, pekerja baru kaengnya. Ia harus meminta penjelasan dari Baso, sesegera mungkin. Ia ingin mendengar sendiri dari lelaki yang menjadi malaikat bagi hatinya itu. Hingga tibalah petaka itu, berita tak sedap yang datang dari mulut kaengnya sendiri. Dia dijodohkan. Perkampungan itu sepi saat senja tepat menenggelamkan ronanya dan berganti gelap malam. Setelah bekerja di ladang dan salat magrib di surau, penduduknya akan merangkul malam dengan istirahat di rumah masing-masing. Namun malam ini terlihat berbeda, perkampungan itu tampak begitu ramai dengan suara bunyi gong beradu dengan suara pukulan gendang beriramakan musik tradisional yang ternyata berasal dari rumah Patta Jarre. Malam ini merupakan malam perayaan mapacci Nurung, putri Patta Jarre yang merupakan satu-satunya keturunan bangsawan di kampung itu, seseorang yang dengan menghormati Patta Jarre, keluarga dan keturunannya merupakan kewajiban setiap penduduk. Besok adalah hari pernikahannya, dengan seseorang yang tentunya berasal dari keluarga bangsawan juga seperti dirinya. Seseorang yang tidak pernah dicintainya. Bisa aku lihat, perempuan itu benarbenar tidak bahagia. Lihatlah, wajah jelitanya dengan busana pengantin paling mewah yang pernah dikenakan gadis yang telah menikah di kampung itu tetap tidak bisa menyembunyikan betapa pahit kenyataan yang harus dia telan. Dia tersenyum getir dan butiran air mata itu akhirnya luruh. Kekuatan cinta rupanya tak mampu mengalahkan sakrarnya adat.n Penulis adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Koordinator Humas Forum Lingkar Pena Unhas
Aku takut Aku begitu takut sekarang Tempat ini sudah tak nyaman lagi Sudah tak aman lagi Dan tak indah lagi buatku Pemuda-pemudanya sudah tak punya akal lagi Dan masyarakatnya begitu mengerikan Teriak sana sini Lempar sana sini Demo ini…. Demo itu Bakar ini… bakar itu Apalagi yang kalian pikirkan Kalian hanya buang waktu saja Tetesan keringat yang kalian keluarkan, tak membawa hasil Pejabat yang hanya duduk santai disana, tak mendengarkan kalian Tapi hanya sakit hati yang kalian dapatkan Percuma kawan Tidak ada perbahan lagi Tapi hanya kerusakan saja yang kalian buat Orang yang tanpa dosa jadi korban Darah dan tetesan air mata jadi saksi mu Berhentilah kawan
Bagi pembaca identitas yang ingin memasukkan Cerpen untuk memenuhi syarat penulisan: l Panjang Naskah 2 Halaman l Spasi satu l Ukuran font 12 l Font tipe: Times New Roman Tulisan anda boleh dikirim melalui e-mail resmi identitas Dengan syarat : Melampirkan foto diri dan kartu identitas
Alamat:
LT1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin. Email: bukuidentitas@gmail.com