lipsus
identitas
NO 827| TAHUN XL | EDISI KHUSUS DESEMBER 2014
7
bundel nEdisi Awal Desember 1989
Bila Tak Dipelihara, Kampus Bisa Jadi Ancaman
IDENTITAS/SITI ATIRAH
Saling Silang Saat Demo Mahasiswa Makassar kerap berunjuk rasa untuk menyampaikan aspirasinya terkait kebijakan pemerintah. Di sisi lain, wartawan tak pernah luput memberitakan aksi yang biasa ricuh.
S
atu persatu wartawan mendatangi lokasi mahasiswa yang tengah berunjuk rasa. Mereka mengamati lalu menuangkan hasil pandangan matanya lewat pena, tombol ponsel, juga lensa kamera yang jadi ‘senjata’ para wartawan. Mereka lalu bergegas wawancara pada siapa saja yang dianggap cakap untuk itu. Setelah melalui proses redaksi, kabar aksi itu lantas menyebar luas. Kehadiran mereka seakan tak ada habisnya. Apalagi bila itu terjadi di Makassar. Demo sedikit, berita terkait itu akan jadi santapan bagi para konsumen media. Maka apatah lagi bila citra Makassar melulu soal demo dan aksi anarkis. Media lokal maupun nasional telah menjadi saksi sejarah demo mahasiswa. PK. identitas Unhas merangkum data hasil pemberitaan dari media Fajar dan Kompas. com yang mengulas isu terkait aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa Makassar. fajaronline.co.id adalah portal berita online dari harian Fajar. Pada Oktober lalu, media ini memberitakan aksi anarkis mahasiswa yang menolak kebijakan kenaikan harga BBM. Lima berita yang dihimpun dari 23 Oktober hingga 18 November, menggambarkan aksi anarkis itu dilakukan dengan semena-mena. Seperti berita yang berjudul “Demonstran Tutup Jalan di Makassar, Mahasiswa Demo Jokowi di Istana, TNI Membubarkan Demo Mahasiswa, Mahasiswa Unismuh Bentrok dengan Warga dan Demo Mahasiswa Buat Makassar Macet Total”. Selama 18 hingga 27 November, media ini kembali memberitakan mahasiswa lewat
lima berita yang juga menyangkut aksi demo anarkis. Sementara kompas.com, portal berita online dibawah payung Perusahaan Kompas Gramedia ini terbilang intens memberitakan aksi mahasiswa Makassar. Berita itu terakumulasi dalam kanal liputan khusus, yang mengambil tema”Harga BBM Naik”. Isu tersebut memang menjadi isu yang hangat dibalik aksi demo mahasiswa. Ada yang melakukan aksi damai, namun tak sedikit yang memilih untuk anarkis. Tepat di hari penetapan kebijakan kenaikan harga BBM pada 18 November 2014 lalu, kompas.com memuat empat berita sekaligus dalam sehari terkait aksi mahasiswa. Kesemuanya datang dari aksi mahasiswa Makassar yang terkesan anarkis. Tengok saja berita tentang Demo BBM-Mahasiswa Bentrok dengan Warga Makassar, Bentrok Pascademo BBM di Makassar, Satu Mahasiswa Kena Panah-Mahasiswa dan Warga Bentrok, TNI Turun Tangan-Demo BBM di Makassar, Mahasiswa dan Warga Bentok di empat Lokasi. Tema berita itu kembali berulang sehari kemudian, yakni 19 November. Meski tak berjuang sendiri, aksi mahasiswa Makassar lebih menonjol dengan aksi anarkisnya. Hal itu terlihat dari judul berita kompas.com. Yakni, Mahasiswa Unhas vs Warga, 5 Motor, puluhan sepeda dan pos satpam dibakar. Lalu, Mahasiswa makassar lempari mobil polisi pakai bom molotov, mahasiswa Makassar minta polisi mundur sebelum bernegosiasi. Juga berita yang berjudul demo kenaikan harga BBM di Makassar, 16 motor, 26 sepeda dibakar.
Tengok saja berita tentang Demo BBM-Mahasiswa Bentrok dengan Warga Makassar, Bentrok Pasca-demo BBM di Makassar, Satu Mahasiswa Kena Panah-Mahasiswa dan Warga Bentrok, TNI Turun Tangan-Demo BBM di Makassar, Mahasiswa dan Warga Bentok di empat Lokasi. Lepas itu, masih banyak lagi pemberitaan mahasiswa yang mengulas aspirasi mahasiswa Makassar ini. Seperti halnya ketika aspirasi itu mencuat pada kebijakan-kebijakan pemerintah terdahulu. Boleh jadi akan terus terjadi, sebab aksi demo mahasiswa Makassar selalu menonjol dengan intrik anarkisnya.n Tim Lipsus
Koord Lipsus:
Rasdiana Sinala Waode Asnini Rahayoe
Anggota:
Akhmad Dani Ermi Ulia Utami Risky Wulandari Nur Alfianita Fransiska Sabuwolor Asmaul Husna Radiah Annisa Nur Sari Syamsir Annisa Senja Ayu Amriani Marhawanti Suriadi Khusnul Fadilla Nur Rismawanti
PELETAKAN batu pertama untuk pembangunan kampus baru Unhas (Kampus Tamalanrea) dilakukan oleh Mendikbud Syarief Thayeb. Pembangunan Kampus baru Unhas Tamalanrea akan diawali dari pembangun Gedung Pertemuan Ilmiah (GPI), yang selanjutnya akan disusul dengan pembangunan gedung dalam jajaran fakultas ilmu-ilmu sosial dan hukum. Perancang bangunan kampus Tamalanrea adalah Paddock-Upton dari Amerika Serikat. Pembangunan Kampus terus menjadi sorotan sehingga untuk pemeliharaan kampus masih belum dibahas dalam rapat kerja pada Februari 1987 di Pare-pare. Namun, ketika pembangunan kampus baru direncanakan hampir 14 tahun silam, perkiraan hanya mampu menampung sebanyak 15.000 orang tetapi, setelah pembangunan tahap I usai. Kampus baru dapat menampung 18.000 orang. Di balik usainya pembangunan kampus tahap I, masih terdapat sejumlah kelemahan termasuk kerusakan sebelum pemanfaatan. Salah satunya persoalan air, listrik, atap, lantai sampai pada pintu dan jendela yang belum dibenahi. Adanya persoalan ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni desain yang tidak terperinci, pengawasan kurang ketat, dan setelah bangunan diserahkan tidak segera dipelihara. Banyak fasilitas Unhas yang belum terpelihara dengan baik seperti lapangan parkir yang penuh sesak di satu tempat, sementara lapangan parkir lainnya kosong, halaman dan taman di dalam ring road kurang memberi gairah untuk berimajinasi, kamar mandi dan WC yang entah bagaimana pemanfaatannya, ruangan kelas kadang kurang menimbulkan gairah untuk betah mengajar dan belajar di dalamnya. Bila kita berada di PKM lantas menoleh ke belakang, yang kelihatan adalah lapangan sepakbola yang gundul serta lapangan tenis dan basket yang minta dikasihani. Gambaran seperti ini bukan untuk menggambarkan kondisi Unhas yang sudah parah. Melihat kondisi ini, Dirjen Direktorat Pendidikan Tinggi sudah sangat prihatin melihat kampus megah ini. Tetapi meskipun demikian, Unhas sudah mampu berkompetisi dengan universitas lain. Dirjen Dikti telah menyiapkan dana operasi dan pemeliharaan untuk Unhas sebesar 4,7 miliar dan yang direalisasikan sebesar 1,4 Miliar. Ada kecemasan dari angka realisasi ini karena Dirjen Dikti pada 21 Oktober 1989, mengatakan dana yang tidak terpakai akan hangus. Untuk tahun depan, dana operasional memang masih ada tetapi dalam jumlah yang kecil. Diharapkan dana sebesar 4 miliar dapat menanggulangi berbagai masalah ini sehingga dana yang akan diperoleh tahun depannya dapat digunakan dalam aktivitas operasional dan pemeliharaan yang tidak serius. n
nEdisi Awal Desember 1999
Pengabdian dengan KKN Sudah Usang
PENGABDIAN ke masyarakat adalah keharusan bagi kalangan kampus dan merupakan salah satu tridharma perguruan tinggi. Kampus sebagai lumbung kaum intelektual, jangan sampai menjadi menara gading hingga melupakan kewajibannya, sebagai pentransfer ilmu bagi kehidupan sosial sekitar. Akan tetapi, Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat yang selama ini dilakukan dianggap sudah usang dan tidak menyentuh lagi aspek pengabdian. Pada 29 tahun silam, dimana kondisi sosial masyarakat desa masih banyak yang belum tersentuh dengan pembangunan, kehadiran KKN ini memang sangat dibutuhkan. Dalam KKN, mahasiswa sebagai agen pembangunan yang menjadi jembatan ilmu dan teknologi baru ke masyarakat. Tetapi, di penghujung abad ini, kondisi desa dan kota sudah tak tampak lagi perbedaannya. Maka fungsi KKN pun menuai tanya, masih perlukah KKN bagi masyarakat. Mengenai pengabdian masyarakat memang bukan monopoli KKN. Himpunan dan mahasiswa di Kampus Merah rutin mengadakan bakti sosial ke masyarakat. Namun, cenderung nampak di permukaan saja karena setelah kegiatan bakti sosial yang tampak sisa bangunan fisiknya. Melihat hal ini, semestinya dengan bekal ilmu spesifik yang dimiliki seharusnya mahasiswa memiliki konsep pengabdian yang bukan hanya terlihat permukaan saja namun dapat menjangkau aspek perubahan pola pikir masyarakat hingga berubah bagi kehidupannya. “Dengan sebelumnya mengetahui kondisi dan profil suatu masyarakat dibuatkan lah sebuah analisa penyebab dan solusinya. Berangkat dari sini, barulah kita tentukan program bagaimana yang mesti kita tentukan program bagaimana yang mesti kita lakukan,” ujar salah satu mahasiswa Unhas, Aslan Abidin. Ketua Senat Mahasiswa FISIP Adnan Nasution, sepakat jika format KKN dan bakti sosial yang ada sekarang sudah tidak efektif lagi. Bagi mahasiswa fakultas ilmu pasti, mungkin tidak ada masalah, karena mereka bisa menerapkan langsung ilmu yang diperolehnya ke lapangan namun mahasiswa ilmu sosial kurang dapat menerapkannya. Sementara itu pihak universitas sendiri sudah menyadari kelemahan ini. “Format KKN yang ada sekarang memang sudah usang, karena itu mesti diubah sesuai tuntutan zaman,” ujar Prof Dr Natsir Nessa sebagai Pembantu Rektor I. Jika kalau pengabdian diubah menjadi pelayanan tetapi secara konsep, sarana dan prasarana sema seperti pengabdian, maka yang terjadi adalah pemborosan uang sementara hasilnya tetap, setali tiga uang. n