lipsus
identitas
NO 827| TAHUN XL | EDISI KHUSUS DESEMBER 2014
Demonstrasi Mahasiswa (tak) Harus Diberitakan
Terkadang, demo yang dilakukan secara damai bisa berujung bentrok. Pemberitaan media pun selama ini juga selalu menyudutkan mahasiswa. Apakah mahasiswa ingin aksinya diberitakan?
P
residen yang baru beberapa bulan terpilih, Joko Widodo resmi mengumumkan kenaikan BBM pada tanggal 18 November 2014. Sebelum tanggal ini ditetapkan sebagai pengumuman resmi, aksi mahasiswa menolak kenaikan BBM telah terjadi di beberapa kampus di Makassar. Seperti UNM, Unismuh, UMI, Universitas Bosowa, UIN, Unhas dan sebagainya. Dalam aksinya ini mereka menuntut agar BBM tidak dinaikkan, karena hal tersebut akan semakin membuat rakyat menjadi miskin. Tetapi, tuntutan mereka tidak dipedulikan sehingga BBM tetap dinaikkan. Selain itu, aksi yang dilakukan pun akan berunjuk anarkis. Sehingga terkadang tuntutan mereka tidak dilirik lagi oleh pemerintah, melainkan unjuk rasa yang anarkis yang akan selalu menjadi headline di koran-koran
lokal seperti Fajar, Tribun Timur dan sebagainya. Selain itu, awak media pun memiliki bahan pemberitaan mengenai demonstrasi tolak kenaikan BBM ini. Demonstrasi yang awalnya direncanakan hanya aksi damai akan selalu berujung bentrok. Hal ini terjadi akibat adanya provokator dari luar dan itu bukan mahasiswa.“Sebenarnya setiap kami turun aksi, kami selalu menginginkan aksi damai tapi terkadang kondisi lapangan dan adanya provokator yang membuat kami harus bentrok,” jelas Hendra mahasiswa UNM angkatan 2010. Selain itu, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Makassar (BEM UNM) juga menyesalkan ke beberapa media yang hanya mengambil berita dari satu sisi saja dan tidak pernah mengonfirmasi langsung dari mahasiswa yang turun aksi.
Menurutnya awak media hanya mengambil pernyataan sikap dari satu sumber saja. Sehingga selalu menyudutkan mahasiswa. “Media tidak pernah konfirmasi ke teman-teman yang turun aksi hanya mengambil pernyataan sikap di lapangan,” jelas Zul Senin, (8/12). Zul pun menambahkan para demonstran yang berasal dari UNM tidak pernah sekalipun memanggil media jika ingin melakukan aksi. Demonstrasi ini mudah untuk langsung diketahui oleh beberapa media. Zul juga mengakui walaupun aksinya tidak diliput tidak menjadikan sebuah masalah. Menurutnya yang pasti apa yang menjadi aspirasi demontrasi seperti menolak kenaikan BBM itu tersampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Begitupun dengan mahasiswa Universitas Muslim Indonesia, Ayi Asrawi yang juga beranggapan demikian. Saat ini media hanya mengambil apa yang terjadi di lapangan tanpa melakukan konfirmasi telebih dahulu. Media juga hanya mengambil dari segi
negatifnya, sehingga mahasiswa terkadang disalahkan. “Dari aksiaksi yang telah dilakukan media hanya mengambil di lapangan sehingga merugikan mahasiswa,” ujar Ai, Selasa, (9/12). Mahasiswa Fakultas Hukum ini pun menjelaskan bahwa mahasiswa terkadang lengah dengan pemberitaan media-media yang menyalahkan mahasiswa, tetapi tidak pernah mengonfirmasi ke media bahwa apa yang dibuat itu salah. “Seharusnya ada penanggungjawab untuk selalu memberikan informasi ke media agar berita yang disajikan tidak salah,”ujarnya. Namun beda UMI beda UNM, di UMI terkadang mahasiswa dan media saling tukar informasi jika ada aksi yang dingin dilakukan. Namun, yang disesalkan mahasiswa mengapa jika aksi yang dilakukan itu merupakan aksi damai hanya dijadikan berita sudut. Namun, jika berita tersebut rusuh atau heboh akan dijadikan timeline pada halaman awal berita. Berbeda hal dengan Universi-
9
IDENTITAS/SITI ATIRAH
tas Muhammadiyah Makassar (UMM), Ketua BEM UMM Muniruddin mengatakan akan memberitahukan ke media bahwa mereka akan melakukan aksi. Selain itu, mahasiswa UMM juga tidak pernah ingin ada aksi anarkis saat menyampaikan aspirasi. Tetapi terkadang kondisi lapangan yang menyuruh kami. Ia pula menambahkan bahwa media adalah jalan untuk menyampaikan aspirasi kami. Apabila tidak ada media maka aspirasi kami hanya dilihat oleh orang yang lewat saja. Tetapi dengan media pihak pemerintah dapat melihat. “Setiap akan aksi kami selalu menghubungi media. Ini bertujuan agar aspirasi kami dapat dilihat oleh pusat maupun pemerintah,” jelasnya. Mungkin segalanya membutuhkan media untuk menyampaikan aspirasi kepada pemerintah. Sehingga, mari terus berkawan dengan media.n Tim Lipsus