lintas
identitas
NO 827| TAHUN XL | EDISI KHUSUS DESEMBER 2014
Pusat Pembibitan Sapi Lokal hingga Koperasi Susu
24
Oleh: Hardianti
PENERBANGAN bersama maskapai Lion Air Alhamdulillah berlangsung dengan selamat. Perjalanan dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar ke Bandara Internasional Soekarno Hatta, hanya memerlukan waktu selama 2 jam. Sekira pukul 07.20 waktu setempat pesawat mendarat dengan lembut. Saya beserta rombongan studi banding program Pascasarjana Universitas Hasanuddin (Unhas) Jurusan Ilmu dan Teknologi Peternakan, segera mengemasi barang dan mengambil tas ransel di ruang pengambilan barang. Selanjutnya kami menunggu jemputan, beberapa menit kemudian bergegas menuju Bus Pariwisata, siap mengantar kami ke tempat yang telah direncanakan. Studi banding berlangsung selama dua hari, didampingi oleh Prof Dr Ir Sudirman Baco MSc sebagai Dekan Fakultas Peternakan, Prof Dr Drh Ratmawati Malaka MSc, Prof Dr Ir Ambo Ako MSc, Prof Dr Ir Asmuddin Natsir MSc, Dr Muhammad Yusuf SPt Ph D, Serta Ir Hastang Msc. Sebanyak 23 Mahasiswa Program Pascasarjana dan ikut pula beberapa pegawai di Fakultas Peternakan Unhas. Kegiatan ini berlangsung pada Kamis-Jumat (21-22/11) dengan mengunjungi tiga tempat dihari yang berbeda. Bus yang akan membawa kami terus melaju, melewati beberapa tol di kota megapolitan, Jakarta. Tol salah satu cara untuk menghindari kemacetan di kotakota besar. Sampai di Bogor kami dihadapkan pada jalan sempit, disamping kiri dan kanan berjejer rumah penduduk, sesekali mendapatkan jalanan yang rusak. Berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh temanteman hendak dibawa kemana. Selama empat jam perjalanan kami pun sampai dan bergegas turun dari bus. Kesan pertama yakni menghirup aroma yang menyengat. Kemudian memasuki pekarangan hingga disambut baik di perusahaan tersebut. Inilah kunjungan pertama kami, yakni PT Karya Anugrah Rumpin, Bogor. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan pertama yang digandeng Menteri Riset dan Teknologi (Kemenristek) yang memiliki laboratorium dengan teknologi IB, Sexing dan Embrio Transfer di industri peternakan sapi. Berfungsi
untuk meneliti bibit-bibit sapi lokal yang ada di tanah air. Kemenristek juga melakukan tinjauan peternakan untuk kesiapan menggunakan teknologi hasil karya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk meningkatkan produksi daging sapi. LIPI menjalin kerja sama dengan PT KAR untuk mewujudkan program swasembada daging di Indonesia. Melalui teknologi Inseminasi Buantan (IB), Sexing dan Embrio Transfer, diharapkan bisa meningkatkan produksi daging dan susu di Indonesia. PT KAR memiliki laboratorium pembibitan sapi unggul yang pertama di Indonesia. Jadi jangan heran ketika berkunjung di PT KAR mendapatkan berbagai jenis sapi lokal, sapi impor hasil persilangan, dan sapi-sapi ini jarang didapatkan di Sulawesi Selatan. Dengan menggunakan teknologi IB, Sexing, dan transfer embrio menghasilkan 250 anak sapi setiap tahunnya. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1998 mengalami perkembangan pesat. Awalnya hanya memiliki dua ekor sapi hingga menjadi 3000 sapi. perusahaan itu juga bergerak dalam pengolahan pupuk kompos dan sapi perah. Perencanaan, manajemen yang baik serta pengetahuan yang mendukung disertai dengan usaha perusahaan ini berkembang sampai sekarang. Berbagai jenis sapi impor dan hasil persilangan di perusahaan tersebut, dari harga sapi mulai puluhan juta hingga ratusan juta rupiah. Pukul 15.00 WIB kami melanjutkan perjalanan ke Bandung. Adapun kunjungan kedua, Jumat (22/11) yakni koperasi peternakan sapi di Bandung Utara merupakan peternakan sapi perah dan usaha susu di Lembang. Kami disuguhkan dengan susu murni lembang dalam bentuk kemasan yang sudah dipasteurisasi. Tahun 2014 di koperasi ini, populasi sapi perah mencapai 18 ribu ekor, produksi susunya meningkat hingga 132 ton per hari. Pemilik dan penggunaan koperasi ini adalah anggota yang semuanya adalah para peternak sekaligus pelanggannya. Layanan pinjaman uang diberikan kepada para anggota dan
peternak maksimal lima juta rupiah tanpa memberikan bunga. Kebijakan ini sudah berlangsung selama delapan tahun. Kesejahteraan para peternak sangat diperhatikan, dengan pengadaan layanan antar sembako, karena peternak butuh beras untuk kelangsungan hidup. Selain itu yang paling penting pelayanan kesehatan ternak. Koperasi ini juga memberikan pendidikan dan pelatihan penyuluhan karena bekerja sama dengan orang banyak tidak gampang jadi harus menyamakan presepsi lewat pendidikan dan pelatihan. Semua itu berkat bantuan yang diberikan oleh pemerintah Belanda sebanyak 70 miliar rupiah. Menerapkan program energi terbaru yakni membangun sekitar 1000 biogas rumah. Kunjungan ketiga yakni di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, pertama di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1976. BIB memproduksi semen beku ternak
sapi perah dan sapi potong dalam rangka memenuhi kebutuhan pelaksanaan Inseminasi Buatan di Indonesia, agar tidak tergantung pada semen beku impor. Pengalaman, guru yang paling berharga. Kita harus punya pengetahuan peternakan untuk pengembangan peternakan di Indonesia. Banyak belajar dan berpikir, langkah kita sebagai peternak mulai dari mengawal ternak itu, dari pagi sampai malam, mulai dari makan hingga mengeluarkan kotoran. Indikator keberhasilan dan kesuksesan dalam berbisnis sangat diharapkan oleh banyak pihak. Oleh karena itu, sebelum mendapat teori di kelas, mahasiswa seharusnya diperkenalkan seperti apa seorang peternak di lapangan, bagaimana memperkenalkan sebenarnya peternak itu.n Penulis adalah Mahasiswa Program Pascasarjana Unhas Ilmu dan Teknologi Peternakan