Rifka media No 43 "Perselingkuhan"

Page 1

No. 43 Edisi September 2010

Rifka

m e d i a

Peduli Terhadap Perempuan Korban Kekerasan Berjuang Untuk Terciptanya Dunia Damai dan Adil Bagi Semuanya

Jendela Membangun Hubungan Pasca Perselingkuhan

Beranda Perselingkuhan; Ketika Rujuk Menjadi Pilihan

Pendapa Si Cerdas yang Setia

Pilar Korps Militer; Eksistensi Emansipasi

Bilik Kisah Itu...

Jagongan Apa Kata Mereka?

Selasar Tips Membangun Hubungan yang Intim Pasca Perselingkuhan

Perselingkuhan

K e t i k a R u j u k M e n j a d i P i l i h a n

RIFKA ANNISA PUSAT PEMGEMBANGAN SUMBERDAYA

UNTUK PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

Global Fund for Women


Rifka

Penanggung Jawab: Mei Sofia Romas Pimpinan Umum: Muhammad Saeroni Pimpinan Redaksi: Any Sundari Redaksi: Ambar, Mukhsin Ahmad, Nurul Kodrati, Faiz Layouter: Ramdan Taufiq, Ulin Ni’am Diterbitkan Oleh: Rifka Annisa atas dukungan Global Fund for Women Alamat Redaksi: Rifka Annisa, jl. Jambon IV, Komplek Jatimulyo Indah, Yogyakarta, 55242 Telp./Fax: 0274-552904, Hot Line: 0274-553333 Email: rifka@indosat.net Home page: http//www.rifka-annisa.or.id

m e d i a

Peduli Terhadap Perempuan Korban Kekerasan Berjuang Untuk terciptanya Dunia Damai dan Adil Bagi Semuanya

Regol

P

emulihan trauma, pemulihan harga diri, dan membangun kembali keintiman adalah permasalahan yang banyak di temui diruang konseling dengan klien laki-laki maupun perempuan pasca perselingkuhan. Dalam psikologi, trauma dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu Exposure Traumatic dan Bipolar Traumatic. Exposure Traumatic merupakan trauma yang tidak harus individu mengalami sendiri peristiwa traumatic tersebut namun hal tersebut dapat berdampak traumatik terhadap dirinya. Sedangkan Bipolar Traumatic merupakan pola-pola yang mengarah kepada abnormalitas psikologi. Pada dasarnya membangun hubungan intim pasca perselingkuhan dapat berlangsung dengan saling menghargai atau dapat berjalan dengan baik ketika kedua individu mampu berada dalam kondisi yang independent. Kondisi independent merupakan keadaan pada masing-masing individu yang mampu menjadi dirinya sendiri dan tidak menggantungkan dirinya (dependent) kepada orang lain atau pasangannya. Ketika ada salah satu pihak yang masih dependent, maka hubungan yang dimaksudkan tadi tidak dapat terwujud. Jadi, langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan membangun landasan agar terlebih dahulu individu yaitu suami dan istri menjadi independent. Landasan tersebut adalah kesediaan memaafkan dan harga diri (self esteem). Dua aspek tersebut merupakan komponen penting untuk mewujudkan individu sebagai pribadi yang independent. Setelah masingmasing individu telah dependent, maka langkah selanjutnya baru dapat diupayakan strategi-strategi modifikasi perilaku guna membangun kembali hubungan intim pasca perselingkuhan. Salam Redaksi

Surat Pembaca Data Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan (KTP) Di Rifka Annisa September – Desember 2010

KONSULTASI PERTAMA KATEGORI KASUS

JUMLAH OUTREACH

TATAP MUKA

TLP

EMAIL

44

9

3

13

2

KTI KDP

1

PERKOSAAN

8

16

1 1

PEL-SEK

56

9 1

KDK

TRAFFIKING TOTAL KTI KDP PEL-SEK

9 : Kekerasan Terhadap Istri : Kekerasan Dalam Pacaran : Pelecehan Seksual

58

11

Kapan Rifka melakukan kampanye lagi ke beberapa sekolah SMA yang ada di sekitar Yogyakakarta? Karena saya pikir hal itu sangat berguna untuk mencegah para remaja agar mengetahui tentang kesadaran gender dan tindak kekerasan dalam pacaran Mitha, Sleman, Yogyakarta

4

KDK : Kekerasan Dalam Keluarga TRAFFIKING : Perdagangan Orang

82

Redaksi Terima kasih Mitha, beberapa kali Rifka pernah melakukan roadshow ke sekolahsekolah untuk melakukan penyuluhan kepada remaja usia SMA. Kami kedepan akan secara kontinyu melakukan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan kepada para remaja. Terima kasih atas masukannya


Pringgitan Bersiap Menjadi Resource Center dan Trendsetter

B

ertempat di Wisma Mawar Asri, Kaliurang, tanggal 5-7 Januari 2010, Rifka Annisa menggelar forum evaluasi tahunan Rencana Strategis (renstra) Tahun 2009-2011. Selain mengevaluasi pelaksanaan Renstra tahun 2009, forum yang diikuti oleh semua staff dan perkumpulan Rifka Annisa ini juga menguatkan berbagai rumusan prioritas yang hendak dicapai Rifka Annisa di tahun 2010. Salah satunya, wacana Rifka Annisa sebagai resource center penghapusan kekerasan terhadap perempuan serta trendsetter WCC di Indonesia.

Rifka Annisa Gabung CATW Asia-Pasific

P

ada tanggal 20 - 27 Mei 2010 salah satu staff Rifka Annisa mengikuti training of trainer tentang gender, seksualitas dan trafficking di kalangan remaja di Sagada Province, Filipina. Kerjasama ini juga ditindaklanjuti dalam bentuk research tentang gender, sexualitas dan trafficking di kalangan remaja di Indonesia, serta kampanye dan pembentukan komunitas perubahan di kalangan remaja. Rifka Annisa bergabung dengan CATW (Coalition Against Trafficking in Women) Asia Pasific untuk memerangi perdagangan terhadap perempuan.

Bergabungnya Rifka dalam koalisini ini salah satunya adalah untuk meningkatkan hubungan dan kerjasam regional dengan elemen masyarakat di Asia-Pasific untuk memerangi perdagangan perempuan dan prostitusi. Kerjasama ini diantaranya dilakukan dalam bentuk sharing dan peningkatan kapasitas dalam pencegahan dan penghapusan tar fficking dan prostitusi.

Rifka

m e d i a

3


Jendela

Membangun Hubungan Pasca Kasus perselingkuhan merupakab kasus yang cukup banyak dialami dilaporkan sebagai masalah yang menyebabkan kekerasan dan retaknya hubungan rumah tangga. Berdasarkan data kasus kekerasan terhadap istri (KTI) yang mengadukan masalahnya ke Rifka Annisa sejak tahun 2000 hingga Juli 2010 sedikitnya terdapat 1570 kasus KTI, dimana 25,7% (405 kasus) diantaranya teridentifikasi karena adanya perselingkuhan. Kasus perselingkuhan merupakan salah satu jenis kasus yang cukup pelik penyelesaianya. Tak banyak pasangan yang dapat melewati masalah ini dengan baik, juga bagi para pendamping atau konselor untuk membantu pasangan tersebut. Terutama karena sulitnya membangun kembali kepercayaan pasangan yang telah terlukai. Meskipun beberapa pasangan tetap bisa dan memilih untuk bertahan dalam rumah tangga, namun tidaklah mudah untuk melakukannya. Dinamika Psikologis Korban Perselingkuhan Dalam pengalaman Rifka Annisa, terdapat dinamika psikologis yang berbeda antara lakilaki dan perempuan yang pasangannya berselingkuh. Perempuan yang ditinggal berselingkuh suaminya cenderung menyalahkan diri sendiri dan menganggap dirinya telah gagal dalam membangun dan memelihara hubungan dengan suaminya. Seolah-olah istrilah bertanggung jawab sepenuhnya untuk menjaga hubungan, termasuk menjaga agar suaminya agar tidak berselingkuh. Ia akan berusaha menilai apa yang kurang adalam dirinya sehingga suami berselingkuh.

4

Rifka

m e d i a

Begitupun ketika perempuan menjadi pelaku perselingkuhan ia akan lebih jujur mengungkapkan perasaanya dan bersedia mengakui perbuatannya. Berbeda halnya dengan laki-laki atau suami yang melakukan perselingkuhan. Ia akan cenderung menyalahkan orang lain dan mencari pembenaran atas perselingkuhan yang dilakukannya. Apalagi jika laki-laki atau suami yang ditinggal selingkuh pasangannya, ia akan cenderung menyalahkan pasangannya. Merasa harga dirinya sebagai laki-laki telah dilecehkan, tidak dihargai, terhina, merasa kehilangan perannya sebagai laki-laki serta merasa bahwa jati dirinya sebagai laki-laki terpukul dan terhempaskan. Reaksi terhadap situasi itu pun berbeda antara laki-laki dan perempuan. Dalam proses mediasi, suami dengan istri yang berselingkuh memiliki intesitas dan frekuensi berhubungan seksual yang lebih meningkat dibanding sebelumnya. Padahal, istri benar-benar menjadi tidak berhasrat sama sekali untuk berhubungan seksual pada waktu-waktu seperti itu. Suami juga menuntut bukti kepada istrinya, bahwa si istri sudah tidak lagi mencintai pasangannya. Suami yang istrinya berselingkuh ingin istrinya menunjukkan apa saja yang sudah dilakukan dengan pasangan selingkuhannya, kemudian membandingkan dengan dirinya. Satu hal persamaan antara laki-laki maupun perempuan yang ditinggal selingkuh pasanganya, ia akan mengalami situasi krisis, bahkan “krisis identitas�, karena hilangnya ke p e rc a y a a n d i r i a t a u p u n h i l a n g n y a kepercayaan pada pasangan.


Perselingkuhan Beberapa pendekatan Dalam kondisi klien mengalami depresi atau stress akibat peristiwa traumatic yang dialaminya, yaitu perselingkuhan yang dilakukan oleh pasangan, maka pendekatan treatment apapun untuk membantu klien mengurangi stress yang dialaminya. Support social juga sangat diperlukan oleh klien untuk membantu memulihkan kondisi traumatisnya. Mereka yang masuk dalam Social Support adalah teman, keluarga, atau konselor, bahkan dengan bersedia mendengarkan, maka apa yang dilakukan itu merupakan salah satu bentuk Social Support. Perasaan marah dan dendam terhadap perselingkuhan pasangan, tentu bukan hal yang mudah untuk diatasi. Membantu klian untuk menerima kenyataan atas kejadian merupakan satu langkah wal untuk meletakkan pondasi dalam hubungan selanjutnya. Mungkin sulit bagi klien untuk diajak memaafkan pasangannya, tetapi klien bisa diajak untuk mengambil pilihan-pilihan yang lebih positif bagi dirinya. Apakah dengan tidak memaafkan itu kondisinya akan lebih baik? Ataukah kondisinya justru akan lebih baik bila ia bisa memaafkan? Mengajak untuk memandang kedepan, menetapkan tujuan hidup mungkin bisa membantu klien untuk menerima keadaan. Ajaklah klien untuk berfikir bahwa menerima kenyataan itu akan membuat kondisinya lebih baik. Fakta perselingkuhan itu tidak bisa dirubah, tetapi sikap kita terhadap kejadia itu bisa berbeda-beda. Tindakan positif bisa dipilih sebagai respon terhadap situasi kurang mengenakkan tadi.

Problem harga diri yang seringkali dialami korban perselingkuhan bisa diatasi dengan mengajak klien untuk memiliki konsep harga diri yang otentik. Seringnya dijumpai individu merasa memiliki harga diri apabila orang lain melakukan sesuatu kepadanya. Individu yang seperti ini bisa disebut tidak memiliki intrinsik self esteem. Harga diri mestinya dapat dibangun

suami dengan istri yang berselingkuh memiliki intesitas dan frekuensi berhubungan seksual yang lebih meningkat dibanding sebelumnya

melalui penghargaan terhadap diri sendiri bukan karena apa yang dilakukan oleh orang lain, tetapi dengan apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri. Misalnya dengan menunjukkan bahwa “kamu tetap memiliki harga diri sebagai suami/istri, karena kamu mampu bertanggung jawab terhadap keluargamu�. Kiranya itu beberapa pendekatan yang bisa dilakukan sebagai pondasi awal untuk membangun atau memperbaiki hubungan kembali pasca peselingkuhan. Semua itu tentu tidak akan bisa bekerja keculi masing-masing pasangan saling menginginkannya. Jika hanya salah satu saja yang menginginkan, tentu akan sulit dilakukan.

Rifka

m e d i a

5


BERANDA

Perselingkuhan ; Ketika Rujuk Menjadi Pilihan Masih nyata dalam kepala kita beberapa acara gosip selebriti di layar kaca seringkali mengetengahkan berita perselingkuhan artis. Beberapa selebritis bahkan terlihat dengan santai mengumbar perselingkuhan mereka di depan kamera. Perselingkuhan seolah-olah hal yang lumrah dalam kehidupan di dunia artis. Bukan hanya di dunia gemerlap. Perselingkuhan juga marak dalam keluarga biasa di Indonesia. Data dari Direktorat Jenderal Pembinaan Peradilan Agama (daarut-tauhiid@yahoogroups.com, 2 April 2007) menunjukan bahwa pada tahun 2005, ada 13.779 kasus perceraian yang bisa dikategorikan akibat perselingkuhan, yaitu : 9.071 karena adanya orang ketiga dan 4.708 karena cemburu. Persentasenya mencapai 9,16%. Jadi bisa dilihat bahwa pada tahun 2005, setiap dua jam, ada tiga pasang suami istri yang bercerai akibat perselingkuhan. Data ini diprediksi naik pada tahun-tahun selanjutnya karena banyak tokoh yang melakukan perselingkuhan, misalnya para bintang di atas. Banyaknya kasus perselingkuhan dalam masyarakat membuat kita bertanya-tanya, lalu bagaimana dengan kesakrakalan lembaga pernikahan. Pernikahan seyogyanya merupakan ikatan lahir batin antara suami dan istri, bersifat kekal dengan tujuan untuk meraih kebahagiaan. Kebahagiaan ini harus diartikan sebagai kebahagiaan dua orang, bukan hanya kebahagiaan pihak tertentu semata. Salah satu tindakan mengorbankan kebahagiaan pasangan adalah perselingkuhan. Perselingkuhan merupakan pengingkaran terhadap janji setia yang telah dilafalkan dalam upacara pernikahan yang disaksikan oleh banyak orang. Pengingkaran janji tersebut jika dirasa merugikan pasangan merupakan salah satu bentuk kejahatan. Dalam hal ini merupakan kejahatan dalam pernikahan.

6

Rifka

m e d i a


Sayangnya, pelaku kejahatan perselingkuhan ini kerapkali tidak mendapatkan hukuman yang sepadan dengan kerugian yang dirasakan korban. Berdasarkan data dari Rifka Annsisa Women Crisis Center, sebagian besar kasus perselingkuhan yang ditangani oleh konselor diakhiri dengan rujuk. Rujuk menjadi pilihan dengan banyak pertimbangan, diantaranya anak, usia pernikahan, cinta, dan ketulusan pelaku. Hal ini tentu saja sangat menggembirakan jika pelaku perselingkuhan memang benar-benar berniat untuk membangun kembali ikatan pernikahannya yang sempat kendur.

Salah satu usaha terberat dalam membangun kembali pernikahan ialah mengobati rasa sakit akibat perselingkuhan

Salah satu usaha terberat dalam membangun kembali pernikahan ialah mengobati rasa sakit akibat perselingkuhan. “Sakit hati merupakan permasalahan pertama yang dihadapi oleh pasangan suami istri dalam kasus perselingkuhan,” kata Siswa Widyatmoko, dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanatha Dharma. Sakit hati ini dapat berpengaruh pada hal-hal lain baik di dalam maupun luar kehidupan perkawinan, misalnya hubungan dengan anggota keluarga lain, reputasi sosial, produktivitas kerja, dan kondisi kesehatan. “Tidak ada perbedaan reaksi atas perselingkuhan berdasarkan jenis kelamin. Perselingkuhan baik bagi laki-laki maupun perempuan tetap akan menyebabkan sakit hati, kecewa, dan kehilangan kepercayaan,” kata Siswa Widyatmoko yang juga merupakan seorang psikolog klinis ini. Semua orang, tanpa pandang bulu bisa terluka karena perselingkuhan. “Meski demikian, perilaku tiap orang berbeda dalam menanggapi sakit hati dan kecewanya. Pengaruh ini bersifat relatif, berbeda pada tiap-tiap pasangan, tergantung pada kebiasaan dan karakter,” tutur Siswa Widyatmoko melanjutkan.

Perilaku yang biasanya muncul dalam menanggapi sakit hati dan kecewa adalah perilakuperilaku impulsif, yaitu perilaku yang disebabkan oleh dorongan sangat kuat dan harus dipenuhi saat itu juga. Beberapa perilaku impulsif untuk melampiaskan rasa sakit akibat perselingkuhan antara lain adalah ngemil, berbelanja, merokok, mengonsumsi zat adiktif, d a n a l ko h o l . S i s w a Widyatmoko menjelaskan bahwa proses berbaikan pasca-perselingkuhan merupakan proses yang melelahkan

bagi kedua belah pihak. Fase ini akan ditandai dengan banyak konflik yang akan berpengaruh baik terhadap fisik maupun psikis. “Ketidaknyamanan, stres, bahkan depresi mungkin akan mereka alami. Psikosomatis atau gangguan fisik yang berasal dari psikis mungkin ditemui selama proses ini. Hal ini tidak berlaku untuk setiap orang, namun lebih bersifat individualistik,“ lanjut Siswa Widyatmoko. Mengingat banyaknya konflik yang kemungkinan besar terjadi dalam proses ini, pasangan sebaiknya mengahindari tindakan-tindakan impulsif di atas. Hal ini disebabkan karena perilaku-perilaku tersebut dapat menimbulkan kecanduan. Perilaku impulsif tersebut membuat seseorang merasa bahwa permasalahannya seolah-olah terpecahkan, padahal yang dia lakukan justru sebaliknya, lari dari masalah. Perasaan tertekan dan tidak nyaman lah yang mendorong individu untuk berusaha mencari cara nyaman. Perilaku impulsif memang menimbulkan rasa nyaman dalam diri seseorang. Namun perilaku impulsif hanya akan membuat penyelesaian semu, bukan menyelesaikan masalah yang sebenarnya.

Rifka

m e d i a

7


Salah satu bentuk penyelesaian masalah yang bisa diambil oleh pasangan yang berselingkuh adalah terus-menerus meminta maaf kepada pasangannya dengan tulus. Ini adalah pekerjaan rumahnya untuk membuat pasangannya memaafkan dengan ikhlas atas perselingkuhan yang telah terjadi. Hal ini membutuhkan kesabaran kedua belah pihak. Pasangan yang diselingkuhi belum tentu bisa sepenuhnya memaafkan pelaku perselingkuhan. Tidak perlu memaksakan diri. Memaafkan bisa dilakukan secara pelan-pelan. Pasangan yang tersakiti juga harus menerima keadaan dirinya yang belum mampu memaafkan tersebut. Begitu juga dengan pasangannya. “Meski demikian perlu disadari bahwa meminta maaf berkali-kali belum tentu akan segera mendapatkan maaf yang diharapkan,” kata Siswa Widyatmoko. Usaha keras dan tak kenal putus asa dari pelaku perselingkuhan sangat diperlukan dalam proses ini.

Hal penting lainnya yang diperlukan dalam membangun kembali hubungan pernikahan pasca-perselingkuhan adalah mewujudkan kemandirian. “Kemandirian hanya dapat dicapai ketika masing-masing pihak memiliki kesempatan di dalam perkawinannya untuk menjadi dirinya sendiri,” tutur Siswa Widyatmoko. Hubungan yang mandiri yaitu hubungan sehat ketika satu pihak tidak bergantung pada pihak lainnya. Mewujudkan kemandirian ini memang sulit, namun bukan berarti tidak mungkin. Contohnya saja, dalam beberapa perkawinan, banyak istri yang bergantung secara finansial pada suaminya. Para istri tersebut tidak bekerja dan tidak berpenghasilan. Kondisi itu menyebabkan para istri sulit mengambil keputusan atau untuk berbeda pendapat dengan suaminya. Salah satu cara membina kemandirian dalam pernikahan ialah melalui komunikasi dua arah diantara pasangan. Pihak yang bergantung pada pasangannya kebanyakan mengalami kesulitan menyampaikan pendapat. Mereka cenderung sepakat dengan pasangan, bahkan dalam beberapa hal yang dirasa merugikannya. Hal ini tentu saja mengingkari komitmen awal rujuk, yaitu untuk mewujudkan kebahagiaan bersama, bukan

8

Rifka

m e d i a

hanya kebahagiaan pihak tertentu yang dominan semata. Kebahagiaan tersebut hanya bisa dicapai jika ada keinginan kuat kedua pihak untuk saling percaya. Setelah sebelumnya gagal, pasangan yang berniat membangun hubungan kembali setelah adanya perselingkuhan sebaiknya belajar kembali mengenai hakekat pernikahan yang sesungguhnya. Siswa Widyatmoko menegaskan,” Pasangan suami istri seharusnya menyadari bahwa perkawinan merupakan suatu hal yang contractual. Tiap orang harus mampu menerima kondisi dirinya sendiri dan kondisi pasangan apa adanya.” Pernyataan di atas mengandung arti bahwa pernikahan merupakan sebuah kontrak. Salah satu isi kontrak tersebut adalah penerimaan penuh terhadap diri sendiri dan pasangan. “Apabila seseorang tidak dapat menerima kekurangan yang ada pada dirinya, harapannya, dia akan mencari hal tersebut pada pasangannya. Jika seseorang melihat kekurangan pada pasangannya, maka kekurangan tersebut ada dalam kelebihan dirinya,” tambah Siswa Widyatmoko. Pasangan merupakan sosok yang melengkapi diri kita. Tiap orang harus ingat bahwa perkawinan bukan saja agar dirinya dapat diterima pasangannya, namun dia juga mampu menerima pasangan apa adanya. Penerimaan penuh terhadap diri dan pasangan ini dapat mengantarkan keluarga menuju kepada penemuan makna hidup yang sebenarnya. Perselingkuhan dan proses berbaikan kembali ini akan mengantarkan pasangan pada kebahagiaan yang bisa jadi melebihi kebahagiaan awal pernikahan. “Ketika pasangan suami istri dapat menjalani itu, maka mereka akan mampu membangun kembali hubungan yang intim pasca perselingkuhan dan menemukan kembali bangunan baru perkawinan mereka yang lebih kokoh dari sebelumnya. Perselingkuhan dapat memberikan pelajaran kepada pasangan suami istri untuk dapat menjadi lebih baik dan lebih bahagia dari sebelumnya,” tutur Siswa Widyatmoko di akhir wawancara.


PENDAPA

Si Cerdas yang Setia Say, jangan telepon dulu yah. Istriku sedang ada di rumah. Love you, Hendra. Sepenggal kalimat itu bisa mewakili satu isu yang paling krusial dalam sebuah pernikahan, yakni perselingkuhan. Fenomena perselingkuhan dalam sebuah pernikahan merupakan fase terterjal yang mungkin dialami oleh banyak pasangan suami-istri di desa maupun kota. Belakangan, kalangan intelektual terdidik pun disebut tidak lepas dari virus perselingkuhan. Maraknya fenomena perselingkuhan di kalangan terdidik misalnya dapat disimak dari data yang dihimpun LBH APIK tahun 2008. Disebutkan, 50% pelaku kasus kejahatan perkawinan (perselingkuhan) adalah kalangan ini. Fenomena Channel TV Perselingkuhan, khususnya di kalangan terdidik, yang mulai marak di masyarakat urban, bagi penulis, tidak ubahnya seperti fenomena channel TV. Analogi sederhananya, jika hari ini Anda menyukai

sinetron, besok bisa saja Anda akan menyukai reality show. Artinya, Anda bisa mengubah channel setiap saat Anda suka. Semudah mengganti channel TV , bila sudah bosan dengan pasangan Anda, Anda pun bisa berganti sesuka hati dengan yang lain. Fenomena perselingkuhan seperti channel TV ini bukan muncul secara tiba-tiba, melainkan bagian dari perubahan sosial yang berkembang di masyarakat. Perubahan sosial yang dimaksud, misalnya, tampak dari adanya trend atau gaya hidup instan yang menjamur dalam semua sisi kehidupan, tidak terkecuali dalam relasi hubungan dengan pasangan. Selain perubahan sosial yang ditandai dengan gaya hidup instan, fenomena perselingkuhan di masyarakat urban yang berpendidikan juga didorong oleh tingkat mobilitas dan intensitas gerak dinamis yang memungkinkan mereka melakukan interaksi dan komunikasi dengan berbagai kalangan,

Rifka

m e d i a

9


termasuk dengan lawan jenis. Implikasinya, baik laki-laki dan perempuan, tidak canggung, misalnya untuk berkenalan di cafe dan memulai pembicaraan yang intim atau bahkan melakukan hubungan gelap setelahnya. Selingkuh = Korupsi Cinta Ketertarikan yang muncul diantara laki-laki dan perempuan yang melakukan tindak perselingkuhan muncul karena beberapa faktor. Antara lain, implikasi pergeseran norma dan tuntutan ukuran ideal pasangan. Terjangan arus modernisasi dan globalisasi mengantar semua orang pada tuntutan yang besifat material dan kesamaan tipe ideal terhadap suatu hal. Akibatnya, relasi sosial didalam hubungan antar pasangan kemudian diukur dari tingkat keidealan normatif, yaitu diukur berdasarkan konstruksi struktur sosial masyarakat modern yang cenderung monoistik (materi) dan eksklusif (fisik). Akhirnya, tingkat keidealan terhadap pasangan hanya tergambarkan dalam ukuran kesuksesan materi dan fisik yang wajib dimiliki oleh pasangan. Hal ini pada akhirnya menguatkan pada tesis bahwa orang berpendidikan tinggi memiliki kerentanan yang lebih tinggi untuk melakukan perselingkuhan dalam sebuah pernikahan. Tuntutan orang yang terdidik terhadap pasangan lebih banyak digiring oleh perubahan budaya urban itu sendiri. Dampaknya, relasi sosial antarpasangan sering terganggu akibat dari ketidaksesuaian relasi personal antara suami dan istri dengan harapan-harapan ideal yang ada dalam budaya dan struktur sosial masyarakat. Harapan suami terhadap istri maupun sebaliknya sering terganggu akibat dari tuntutan sosial yang harus dikejar. Seperti istri dituntut memiliki wawasan yang luas untuk mengimbangi suaminya yang berpendidikan tinggi atau sebaliknya. Demi tuntutan sosial dan gaya hidup yang diidamkan, tidak jarang orang melakukan hal-hal yang berdampak buruk kepada dirinya, pasangan maupun keluarganya yaitu dengan berselingkuh. Perselingkuhan merupakan salah satu muara dari akumulasi tuntutan sosial dan gaya hidup tersebut. Keharmonisan yang harusnya didapatkan dalam diri pasangan dan keluarga, sebaliknya malah diperoleh dari pasangan selingkuh. Walaupun, tidak jarang pula munculnya hasrat berselingkuh disebabkan faktor keisengan dan akhirnya malah terjebak. Ditambah, orang berpendidikan juga memiliki kapasitas untuk melakukan akumulasi kebohongan dengan menyembunyikan hubungan gelap. Boleh dikata, perselingkuhan adalah korupsi sistematis

10

Rifka

m e d i a

yang menggerogoti jalinan cinta dan menghacurkan pernikahan. Perempuan dan Peselingkuhan Tidak bisa dipungkiri bahwa perselingkuhan akan membawa dampak buruk kepada pernikahan. Jika tidak bisa ditangani dengan baik, pernikahan bisa berujung perceraian. Walaupun, banyak pula pasangan berhasil memulihkan kondisi pernikahan dengan melewati fase tersulit untuk menerima pasangan seperti sedia kala. Namun, fakta yang menarik adalah banyak perempuan yang melakukan pembiaran atas hubungan yang tidak sehat walaupun perselingkuhan sudah diketahui. Banyak hal yang membuat perempuan memutuskan untuk tetap bertahan di dalam ruang pernikahan, walaupun hal tersebut tidak sehat bagi psikis atau bahkan fisiknya. Pertimbangan tersebut dipengaruhi beberapa faktor seperti faktor ekonomi. Bagi perempuan yang tidak bekerja, posisi tawar dirinya terhadap perselingkuhan yang dilakukan oleh suami menjadi sangat rendah. Apabila dia memberontak kepada suami maka sumber daya ekonomi yang selama ini menjadi ruang hidup akan terhenti. Namun, banyak pula kasus perempuan yang mandiri secara ekonomi tetapi tetap bertahan dalam pernikahan yang tidak sehat demi status sosial yang disandang.. Budaya masyarakat kita yang masih bias patriarki membuat ruang aktualisasi bagi perempuan untuk mandiri masih terbatas. Ditambah, kebanyakan perempuan tidak menginginkan perceraian. Di sisi lain, perselingkuhan juga menimbulkan double violence. Selain kekerasan psikologis yang pasti terjadi, perempuan juga rentan untuk mengalami kekerasan fisik. Kerentanan itu semakin terbuka lebar karena kekesalan yang memuncak antara kedua belah pihak. Akumulasi kekecewaan terhadap pasangan membuncah dan menimbulkan rasa marah yang tidak terkontrol. Lemahnya fisik perempuan berakibat pada kerentanan pada tindak kekerasan dalam rumah tangga. Artinya, diperlukan langkah preventif untuk mencegah tindak perselingkuhan sebelum berakibat fatal terhadap pernikahan. Hal yang paling utama adalah komunikasi yang sehat dengan pasangan, kejujuran terhadap pasangan, serta menjaga sikap percaya kepada pasangan. Terakhir, kecerdasan intelektual dan pendidikan tidak ada maknanya bila tidak dibarengi dengan keinginan setia membina komitmen untuk kebahagiaan pasangan dan keluarga. Any Sundari


LONGKANGAN

Puisi

IBU Saat langkah sampai di tebing berbatu tak ada lagi yang kau tuju pada ibu kau mengadu Ketika hati letih dan sepi Sayap luka dan perih Ibu tempatmu kembali Ibu saat ada dan tak ada Tetaplah mata air asal doa terpancar dan mengaliri nadimu matahari bagi bumi suburmu saat kenangan adalah pisau yang menikam saat cinta terkoyak dusta pada ibu kau tumpahkan cerita Ramses

Rifka

m e d i a

11 13


PILAR

Korps Militer; Eksistensi Emansipasi

T

idak saja sebagai “kunci� aksi unjuk rasa, konflik politik, kekerasan, perang saudara, dan intervensi militer koalisi Sekutu di Libya, Moammar Khadafy, pimpinan Libya, belakangan ini pun menjadi buah bibir sehubungan dengan puluhan perempuan bersenjata Kalsahnikov, yang senantiasa ketat mengawalnya. Amazonian Guard, begitulah nama korps militer perempuan pengawal Khadafi. Korps yang juga disebut al-rahibat althawariyat (revolutionary nuns) ini, terdiri dari gadisgadis terpilih yang telah menuntaskan tiga tahun pendidikan militer. Korps militer pengawal Khadafi—yang semuanya perempuan, sesungguhnya bukanlah hal hal asing. Terutama, jika diteropong dari posisi perempuan dalam pentas sejarah Indonesia. Tercatat, beberapa kerajaan di Indonesia pernah memiliki korps militer khusus yang terdiri atas para perempuan.

12

Rifka

m e d i a

Militer dan Perempuan Adalah Ann Kumar, Sejarawan dari Australian National University (ANU), yang pertama menggali keberadaan pasukan militer perempuan di Kadipaten Mangkunegaran. Prajurit Estri, demikian ia menyebutnya, merupakan Korps perempuan yang dibentuk oleh Mangkunenegara I (Mas Said). Korps Prajurit Estri Mangkunegaran bukanlah kesatuan yang hanya berfungsi sebagai pelengkap atau genep-genep, melainkan juga termasuk dalam jajaran kesatuan tempur elit. Selain itu, juga piawai menari, bermain musik, tata tulis, serta administrasi politik lainnya. Setidaknya, selama empat puluh tahun (1757-1797), Korps ini terkenal hingga ke luar Surakarta. Selain di Mangkunegaran, Korps Prajurit Estri juga dapat dijumpai dalam kemiliteran Kasultanan Yogyakarta. Korps ini sudah dikenal semenjak Sultan


Agung berkuasa. Salah seorang pelancong yang memberikan laporan menarik korps perempuan di Yogyakarta adalah Riklof van Goens, duta VOC untuk Mataram, yang datang ke Mataram pertengahan abad ke-17. Menurut Goens, Korps Prajurit Estri Mataram terdiri atas kira-kira 150 perempuan muda. Tiga puluh diantaranya senantiasa mengawal raja, ketika muncul dihadapan orang banyak. Ketigapuluh prajurit tersebut memiliki nama khusus. Yakni, Korps Trinisat Kenya (bahasa Jawa: tri=tiga, sat=sepuluh, kenya=perempuan). Korps Prajurit Estri Mataram memang memegang posisi istimewa di zamannya. Pasalnya, mengutip Goens, tidak semua korps militer yang dimiliki Mataram memiliki ataupun dibekali kemampuan menggunakan senjata api dan berkuda. Selain itu, korps ini merupakan bukti nyata merosotnya kepercayaan Sultan akan laki-laki, terutama dalam menjalankan tugas militer dan kenegaraan.

pemandu utama ekspedisi pertama Belanda ke Sumatera ini menulis Sultan Aceh memiliki prajurit perempuan. Bahkan, laksanamanya pun juga perempuan.Menurut Davis, para prajurit perempuan di Aceh bersenjatakan khusus. Yakni, busur, anak panah, lembing, dan perisai kecil. “Mereka tidak punya baju zirah, tetapi bertarung dengan bertelanjang dada�, ungkapnya kagum. Armada Inong Bale merupakan salah satu korps prajurit perempuan Aceh. Korps ini dibentuk oleh Laksamana Keumalahayati. Berbeda dengan umumnya korps perempuan yang terdiri atas perempuan muda yang belum menikah, anggota yang tergabung dalam Armada Inong Bale seluruhnya adalah janda. Tepatnya janda-janda dari para prajurit Aceh yang gugur dalam pertempuran Aceh-Portugis. Sejarah Terbalik

Menyimak korps perempuan yang dimiliki Libya, Korps militer yang beranggotakan perempuan juga juga beberapa kerajaan di Indonesia, jelaslah bahwa dapat dijumpai dalah sejarah Kasultanan Aceh. Terpe-rempuan juga tidak kalah dengan laki-laki, catat, sejumlah pelancong pernah menorehkan dalam karier militer. Bahkan, sejarah nyatanya telah rekam jejak institusi tersebut. Laksamana Prancis, mencatat bahwa perempuan lebih dapat dipercaya, Augustin de Belaulieu yang berada di Aceh tahun piawai, dan tangguh dibanding laki-laki. 1620-1621, misalnya, melaporkan Sultan Aceh meDi masa sekarang, karier militer untuk perempuan miliki prajurit perempuan yang bertugas mengawal memang telah mendapat istana. Jumlahnya 3.000 tempat. Tercatat, ada empat prajurit. Tujuh belas tahun korps militer perempuan, sebelumnya, tahun 1603, hal yang sama dilaporkan Korps Prajurit Estri yakni: KOWAD, WARA , Laksamana Wybrant van Mangkunegaran bukanlah KOWAL, dan POLWAN. Sayangnya, sudah bukan Waswijk juga. Waswijk mekesatuan yang hanya menjadi rahasia lagi, partisinyatakan ia bertemu dengan sekumpulan besar peberfungsi sebagai pelengkap pasi perempuan di dunia ngawal raja yang bersenatau genep-genep, melainkan militer cenderung minim. Diakui maupun tidak, majatakan tulup, tombak panjuga termasuk dalam jajaran syarakat masih menabukan jang, pedang, dan perisai kesatuan tempur elit p e re m p u a n m e m a s u k i (Ann Kumar, 2008:7). Tidak berbagai kesatuan militer. ketinggalan, keberadaan Persoalan tentang karier korps prajurit perempuan perempuan di dunia militer kiranya seharusnya Aceh juga dilaporkan oleh Peter Mundy, pelancong selesai pada tataran perempuan yang akan Inggris yang datang ke Aceh tahun 1637. Ketika menitinya. Cukuplah kiranya selesai pada tataran menonton pertunjukan Adu Gajah dalam rangka mau atau tidak serta benar berkompeten atau tidak. memeriahkan hari raya Idul Adha, Mundy Selama perempuan mau dan nyata-nyata memiliki mengutarakan ia melihat sepasukan perempuan kompetensi yang disyaratkan, kiranya tidak ada dengan busur dan anak panah di tangan mereka, alasan larangan bagi perempuan berkarier di dunia berjalan di belakang raja. “Mereka duduk di dekat yang senantiasa diindetikkan maskulin. Sebab, pada dan sekitar raja, sepanjang pertunjukkan, tanpa jildasarnya, dunia militer sendiri tidak mengenal bab, dan rambut mereka dicukur tak ubahnya perbedaan jenis kelamin. Terpenting, militer kebanyakan perempuan lain di kota�, tulisnya. merupakan prospek yang bagus bagi perempuan Potongan catatan tentang korps prajurit peremuntuk berkarier. puan Aceh juga dapat ditemukan dalam tulisan John Davis. Navigator asal inggris yang menjadi

Rifka

m e d i a

13


BILIK

N

amaku Nani, umurku saat ini 51 tahun, aku sekarang bekerja di salah satu perusahaan percetakan di Jogja. Alasanku bekerja sebenarnya bukan karena penghasilan suamiku tidak cukup sebagai kepala bagian perusahaan yang bergerak di pembangungan daerah di sebuah kabupaten di Jawa Tengah, tetapi karena penghasilan dari suamiku yang tidak pernah ku pegang utuh setiap bulannya. Hanya alasan kebutuhan sekolah anak saja, suami mau memberikan penghasilannya kepadaku.

Kisah Itu...

Aku memiliki tiga buah hati dan aku telah menikah 26 tahun yang lalu. Anak pertamaku laki-laki berusia 25 tahun, kini dia mengalami depresi karena skripsinya tidak lolos saat pendadaran, anak keduaku juga laki-laki, sekarang telah menikah dan memiliki seorang anak 1 tahun, pernikahannya terjadi akibat anakku menghamili pacarnya terlebih dahulu, dan anak ketigaku perempuan yang sekarang baru memasuki bangku kuliah. Mahligai pernikahanku banyak sekali mengalami cobaan, enam tahun yang lalu suamiku meminta izin untuk memiliki istri lagi, karena aku tak punya daya dan kuasa, aku pun

14

Rifka

m e d i a


mengizinkannya. Mereka melangsungkan pernikahan pada tahun 2005. Sejak saat itu dan sampai sekarang aku dengan istri kedua suamiku sangatlah akrab, sebut saja namanya Tia, dia berusia 30 tahun sehingga dia memanggilku mama, dia selalu meminta izin kepadaku setiap dia mau pergi berkencang dengan suamiku. Bila aku tidak mengizinkan, maka Tia dan suami mengurunkan niat untuk pergi. Walau diluar aku terlihat biasa saja tetapi dalam hati kecilku sangatlah perih. Tak kuasa aku menahan tangis perihku, betapa berat cobaan yang sedang ku alami. Apalagi saat tahun 1995 rahim dalam kandunganku harus diangkat, ini membuatku serasa menjadi perempuan yang tak berharga. Belum usia masalah kepedihan dalam hatiku, masalah datang kembali, suamiku sering memukulku hingga kelingkingku patah dan gigi depan atas patah. Setiap bertemu dengan suami, suamiku selalu marah dan selalu menyalahkanku. Sejak saat itu aku mulai curiga lagi terhadap suami, tanpa sepengetahuan suami aku membuka HPnya dan ku temukan beberapa pesan singkat yang intinya perempuan yang menghubunginya itu ingin sekali bertemu dengan suamiku di salah satu pantai dan akan menginap di sana. Dari beberapa pesan itu pesan terakhir membuatku sakit hati, karena di sana perempuan itu mengatakan bahwa aku adalah perempuan yang sudah bolong tidak pantas lagi untuk melakukan hubungan intim dengan suami. Perempuan itu masih saja mencoba menghubungi suamiku melalui telepon sampai beberapa kali, tetapi karena suamiku sedang mandi maka tidak ku angkat. Aku pun menghapus lima pesan yang disampaikan perempuan itu dan kotak panggilan yang tak terjawab. Beberapa menit setelah suami selesai mandi, suamiku itu rupanya tahu bahwa aku telah menghapus pesan dan kotak telepon dari perempuan itu, sehingga suamiku naik pitam dan segera memarahiku. Ditamparlah aku. Perih dan sakit hati yang ku bawa hingga aku bertengkar dengan suamiku sampai saat ini.

Mahligai pernikahanku banyak sekali mengalami cobaan, enam tahun yang lalu suamiku meminta izin untuk memiliki istri lagi, karena aku tak punya daya dan kuasa, aku pun mengizinkannya mengadapi hidup ini, suamiku sekarang jelasjelas jalan dengan perempuan ini, yang akhirnya aku ketahui bahwa dia adalah orang yang berpengaruh di kota tempat suamiku bertugas. Tak lepas dari pikiranku bahwa dia adalah perempuan yang sudah memiliki cucu, tapi begitu teganya dia mengadu domba aku dengan suamiku. Sampai akhirnya Tia memutuskan untuk tidak lagi berhubugan dengan suamiku lagi. Tia juga berpesan kepadaku bahwa perempuan yang sedang dekat dengan suamiku adalah orang yang nekat dan tak tahu malu. Saat ini aku tak tahu harus bagaimana, beberapa hari yang lalu aku diberi tahu oleh bawahan suamiku bahwa suamiku sudah tidak jalan dengan perempuan itu tapi karena suatu hal suamiku masih memper tahankan hubungannya dengan perempuan itu. Sampai ku dengar alasan bahwa suamiku telah berjanji akan membelikan rumah pada perempuan itu. Memang kuakui beberapa hari yang lalu suamiku meminta untuk menjual salah satu rumah kami yang berada di luar kota, dia mengiming-imingi bahwa harga rumah itu sampai 2 milyar, tetapi karena alasan anak-anak aku tetep kekeh untuk masa depan anak-anak. Akhirnya, suamiku tambah memarahiku dan sering memukulku hingga kedua tanganku patah. Tuhan, rasanya aku tak mampu bekerja lagi dan aku merasa tak berdaya. Seperti yang di tuturkan kepada Wulan (Konselor Divisi Pendampingan Rifka Annisa)

Tak kuasa lagi aku harus bagaimana aku harus

Rifka

m e d i a

15


JAGONGAN Apa kata mereka?

Dieka W. Mardheni Perselingkuhan terjadi karena ketidakharmonisan keluarga. Bukan dari sudut materi tapi non materi. Dari suami kurang bisa memimpin, istri terlalu mendominasi, sering cek cok, bahkan bisa juga karena lama tidak mempunyai anak. Intinya karena dalam keluarga tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kalau ada pendapat, (salah satu) orangtua selingkuh, anaknya juga mengalami hal yang sama—selingkuh atau diselingkuhi—, menurut saya, itu bukan bagian dari karma sih. Jika anak selingkuh, lebih karena dendam. Karena, apa yang dilihat anak, biasanya terbawa sampai dewasa. Karena rasa sakit akibat perselingkuhan orangtuanya. Tidak bisa digeneralisasi juga sih. Tapi itu yang biasanya terjadi.

Devy L. Rachmawati Seorang yang selingkuh itu perlu disadarkan supaya kembali lagi ke keluarganya. Karena, menurut saya, seorang yang selingkuh itu seperti melakukan perilaku menyimpang. Melakukan perselingkuhan karena kurang diperhatikan oleh keluarganya atau kecewa dengan pasangannyasehingga cari hiburan yang lain untuk meredam sakit hatiatau kekecewaan.

Ika Selingkuh itu perbuatan yang sangat merugikan, tidak ada untungnya sedikitpun. Selingkuh hanya akan menghancurkan diri sendiri dan pasangan.

Virna Septiana S. Selingkuh itu itu adalah ketika kita mencurangi komitmen yang sudah kita buat bersama pasangan. Perempuan mana tho yang tidak takut suaminya selingkuh? Pasti takut lah..tapi bismillah aja..yang penting aku sudah memberikan yang terbaik. Kalau dia (suami—Red) masih selingkuh berarti kebangetan. Sebagai istri kita pasti tau kok kesukaan suami itu. Jadi hindari suami yang kurang suka dan lakukan hal yang bisa membuat suami selalu senang.

16

Rifka

m e d i a


Andreas Nugroho Cat: Kanon=Hukum Gereja. Dalam hukum Gereja, salah satu bagian yang dibahas adalah soal perkawinan. Galuh, Gereja selalu mengharapkan agar pasangan suami-istri hidup dalam kasih, saling mengasihi satu sama lain agar terciptalah kesatuan utuh antar suami-istri. Perkawinan katolik bercirikan Unitas (kesatuan) dan indissolubilitas (tak dapat diputuskan) dan bersifat sakramen (Kanon. 1056). Jika memang dalam perjalanan bahtera keluarga ada masalah misalnya: perselingkuhan, baik oleh pihak suami atau istri, Gereja selalu membantu supaya mereka bersatu kembali. â€œâ€ŚDan bila ada perzinahan/perselingkuhan, sangat dianjurkan agar pasangan tergerak oleh cinta-kasih Kristiani tidak menolak mengampuni (rekonsiliasi) pihak yang berzinah dan tidak memutuskan kehidupan perkawinanâ€? (Kanon 1152).

Umi Latifathul Ch. Setiap perempuan pasti ga suka diselingkuhi, karena itu bentuk penghianatan‌ketakutan untuk diselingkuhi pasti ada karena sadar bahwa kita tak sempurna dan ketidaksempurnaan itu yang biasanya dijadikan alasan untuk berselingkuh.

Reni Kartiningsih Perselingkuhan itu sama saja dia tidak mengemban amanah sebagai seorang ayah dan suami atau seorang ibu dan istri, dan tidak ddapat dipercaya. Itu adalah salah satu ciri orang munafik. Suatu kekejian yang amat besar. Bahkan, sebenarnya, dia sedang membohongi dirinya sendiri dan Tuhan. Dosa berzinah orang yang sudah menikah jauh lebih berat daripada orang yang belum menikah. Karena lebih banyak pihak yang dizalimi. Hukuman fisik orang berzinah yang belum menikah adalah dicam,buk, sedangkan orang yang sudah menikah adalah dirajam (ditanam di dalam tanah, kecuali kepala, dan dilempari batu sampai mati) sedangkan bagi perempuan pezinah yang hamil, hukuman dilakukan setelah anaknya lahir. Namun, hukuman ini hanya boleh dilakukan jika pemerintahannya berlandaskan pada syariat Islam.

Kristianto Nugroho Selingkuh tuh berarti ketika orang melakukan suatu perbuatan yg tidak sesuai dengan komitmen yang telah dibuatnya. Kalau dalam pernikahan berarti komitmen yang telah dibuat dengan pasangannya, yang harus dilakukan sesorang ketika pasangannya ternyata selingkuh adalah mengajaknya berbicara; menanyakan pada pasangannya apa yang menjadi dia selingkuh. Memang ga mudah tapi daripada berantem justru ga menyelesaikan masalah�.

Rifka

m e d i a

17


Selasar Tips Membangun Hubungan yang Intim Pasca Perselingkuhan

P

erselingkuhan merupakan pengalaman menyakitkan bagi setiap pasangan suami istri, terutama pihak yang diselingkuhi. Walau tidak sedikit pasangan yang mengakhiri hubungan mereka, banyak pasangan yang pada akhirnya memilih untuk tetap melanjutkan perkawinannya dengan berbagai pertimbangan. Bagi mereka yang ingin menata kembali bangunan perkawinan yang mungkin hampir roboh karena perselingkuhan menjadi lebih kokoh, ada beberapa hal yang perlu diupayakan, yaitu:

Menerima kenyataan Hal pertama yang harus disadari adalah menerima kenyataan bahwa perselingkuhan memang pernah terjadi dalam hubungan pasangan suami istri tersebut. Fakta ini tidak dapat dihapus. Menerima kenyataan bahwa perselingkuhan menjadi bagian dari kehidupan perkawinan akan dapat membuat keadaan menjadi lebih baik. Menyangkal perselingkuhan yang pernah ada justru akan menghabiskan energi yang seharusnya dapat difokuskan untuk hal lain yang lebih bermanfaat.

Memberikan maaf Memberi maaf memang tidak semudah yang dibayangkan. Perselingkuhan merupakan sebuah bentuk kekerasan dan pengkhianatan terhadap komitmen perkawinan. Sebelum memaafkan, masing-masing pihak perlu menyadari keadaan yang dialami pasangannya. Mungkin pihak yang tersakiti memerlukan waktu yang cukup lama untuk mampu memberi maaf kepada pasangan. Dia harus juga memaklumi dirinya jika memang belum mampu memberi maaf tanpa menyalahkan diri sendiri. Bagi papasangan, perlu dipahami bahwa upaya memohon berkali-kali belum tentu akan mendapatkan maaf yang diharapkan.

Berkomitmen Perselingkuhan merupakan salah satu bentuk pengingkaran terhadap komitmen. Pasca perselingkuhan, pasangan harus mampu berkomitmen dengan sungguh-sungguh untuk setia. Penting sekali adanya komitmen korban untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Bagi korban, perlu sekali adanya komitmen untuk berusaha keras mengobati luka akibat perselingkuhan pasangannya agar mampu berjalan ke masa depan yang lebih indah.

18

Rifka

m e d i a


Belajar berkomunikasi yang lancar Kebanyakan perselingkuhan terjadi karena buruknya pola komunikasi yang dijalin oleh pasangan suami istri. Asertif terhadap pasangan merupakan hal yang harus diupayakan oleh pasangan suami istri. Komunikasi tersebut bersifat dua arah, sehingga masing-masing pihak dapat memahami apa yang diinginkan dan dipikirkan oleh pasangannya. Pasangan dapat bergantian berperan menjadi pendengar yang baik. Tiap pihak harus mampu mengomunikasikan apa yang diinginkannya untuk kebaikan bersama.

Masing-masing pihak berusaha untuk mandiri Ketergantungan terhadap pasangan dapat menghambat laju komunikasi dua arah di keluarga. Komunikasi berguna agar masing-masing pihak mendapatkan hak serta melaksanakan kewajibannya untuk membantu pasangan secara seimbang. Hal ini juga berguna untuk mengurangi kesalahpahaman yang dapat menimbulkan perpecahan dalam pernikahan. Kelima poin tersebut merupakan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk membangun kembali hubungan mesra pasca perselingkuhan. Meski demikian, perlu disadari bahwa sewaktuwaktu dapat muncul “Recall Effect� yaitu ingatan akan kejadian perselingkuhan tersebut, terutama pada pihak yang tersakiti. Pernikahan merupakan proses yang berkelanjutan, maka perlu dihindari adanya perilaku yang berdasarkan dorongan emosi sesaat terhadap pasangan pada saat kondisi perkawinan kurang baik. Setiap proses bagaikan roda, kadang di atas, kadang di bawah, begitu juga dengan perkawinan.

Rifka

m e d i a

19



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.