BAGIAN
II Tabrani Rab
Tempias 2004-2006
Amok Melayu
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
i
ii
Tabrani Rab
Tabrani Rab
Tempias 2004-2006
AMOK
MELAYU Tempias 2004-2006: Amok Melayu
iii
iv
Tabrani Rab
Tabrani Rab
Tempias 2004-2006
Amok Melayu
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
v
TEMPIAS 2004-2006: AMOK MELAYU @Tabrani Rab Penulis: Tabrani Rab Pelaksana Penerbitan: Armawi KH Desain Sampul: Tugas Suprianto Visualisasi Isi: Andi SP Ilustrasi Karikatur: Furqon LW (Telah Dimuat di Harian Riau Pos) Gambar Sampul: www.pekanbaru.co.id ISBN 978-602-9137-48-4 Penerbit Yayasan Sagang Komplek Riau Pos Group Jalan HR. Soebrantas, KM 10,5 Pekanbaru, Riau Sanksi pelanggaran pasal 44 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta 1. Barang siapa dengan sengaja atau tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyebarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelaggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
vi
Tabrani Rab
Pengantar Penerbit
T
EMPIAS. Inilah rubrik yang menjadi trade mark Prof. dr. Tabrani Rab pada harian Riau Pos yang terbit pada tiap edisi minggunya. Ingat Tempias pembaca langsung ingat tokoh Riau yang nyentrik ini, walaupun dia menulis dalam berbagai ragam tulisan, mulai dari tulisan ilmiah, opini, ulasan seni, sampai pada menulis puisi. Umur tulisan Tempias ini pun sudah cukup lama, beriringan dengan tahun-tahun awal Harian Riau Pos hingga kini (2013, Red.). Tulisan yang terbit setiap minggu ini sudah terhimpun dalam beberapa buku —yang diterbitkan oleh Riau Institute Culture— yang langsung oleh dikelola Tabrani Rab. Topik yang dibahas din dalam Tempias beragam masalah, dan selalu saja menyangkut hal-hal yang up to date. Mulai masalah sosial dan problem masyarakat kecil, sampai masalah politik, ekonomi, lingkungan hidup dan lain sebagainya. Semua masalah diamatinya dengan cermat, diserapnya, lalu dia tumpah-luahkannya kembali ke dalam Tempias; menjadi sebuah tulisan yang menarik; tajam dan menukik. Mulai dari caranya mendedahkan, mengurai dan mengorak masalah sampai memaparkan dan membentangkan berbagai alternatif solusi yang bisa ditempuh. Banyak hal yang menjadi daya tarik tulisan Tabrani Rab. Utama sekali Tempias. Antaranya, selain memaparkan persoalan langsung dari akar-akarnya sampai pada pemaparan dengan menggunakan bahasa yang menggelitik dan menggelegak. Sangat khas Melayu. Pelik, berat, tajam, malah menggeram. Tempias 2004-2006: Amok Melayu
vii
Namun apa pun persoalannya selalu diungkainya dengan untaiuntaian kalimat demi kalimat yang berkelakar. Menohok tetapi bercampur mencuil hati pembaca. Hanya saja sudah semakin lanjut usia, Tabrani semakin agak meredup pula daya selorohnya. Namun begitu, semangat menulisnya dalam mengritisi berbagai persoalan dalam msyarakat, tidak pernah luntur. Sempena Anugerah Sastra Sagang 2013, Yayasan Sagang, Pekanbaru, menaja menerbitkan “setimbun” Tempias Trabrani Rab, yang sudah diterbitkan Harian Riau Pos pada edisi minggunya, yaitu yang mulai terbit tahun 2007 sampai 2012. Penerbitan ini berseri, yaitu dibagi dalam tiga jilid. Jilid 1 Tempias berjudul Amok Melayu yang diterbitkan 2004-2006; Jilid 2 berjudul Menuai Hujan adalah Tempias yang diterbitkan tahun 2007-2009; dan jilid 3 berjudul Menepuk Air di Dulang merupakan Tempias yang diterbitkan 2010-2012. Penerbitan tiga judul bersiri buku Tabrani Rab ini diharapkan, paling kurang menjadi bahan dokumentasi, sehingga suatu ketika diperlukan, buah pikiran serta data-data yang terdokumentasi dalam buku-buku ini dapat “diselak” lagi atau menjadi bahan rujukan. Namun begitu, lebih daripada itu, harapan kami, segala buah pikiran yang bernas, pandangan yang berpihak kepada kepentingan orang banyak, serta sikap dan tekad dari Tabrani yang kuat dalam membela daerah dan negerinya dapat menjadi suluh, semangat, teraju dan pedoman bagi pembaca, utama sekali generasi Riau kini dan ke depan. Oleh karena itu, kita sangat berharap, bukubuku ini tersebar luas ke tengah-tengah pembaca, mulai dari orang awam, pelajar-mahasiswa, sampai kepada pejabat atau pengambil kebijakan, serta “orang luar” yang sedang atau akan mulai beraktivitas di Riau dengan berbagai usaha mereka. Sebagaimana dimaklumi, hanya segelintir tokoh-tokoh Riau, yang dari dulu hingga kini yang “lantang bersorak” jauh sampai ke pusat dan ke langit-langit global untuk membela hak-hak orang Riau. Lebih dari itu, Tabrani bukan sekadar bersorak, dia
viii
Tabrani Rab
juga mendedahkan fakta, data, serta segala dampak yang diterima Riau. Mulai dari sumber daya alamnya yang terkuras, kulit bumi yang terkelopak dengan pengeksploitasian hutan rimba. Rakyat dan pribumi yang dimiskinkan terus menerus secara tersistematis sementara “pemburu� —entah itu investor atau oknum-oknum pejabat tangan-tangan kotor, semakin melesat kaya raya. Demikian, sekadar pengantar dari kami. Semoga bermanfaat. Pekanbaru, November 2013
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
ix
x
Tabrani Rab
Daftar Isi Pengantar Penerbit
iii
•
Besememeh
301
•
Besungut
305
•
Dari Bekalaha ke Baleho
309
•
Minal Aidin Walfaizin
313
•
Menolak Tuah
318
•
Koang Ngah
323
•
Mak Ngah Munah
327
•
Kemaroookkk.....
332
•
Selenyak-Lenyak Tido
337
•
Muke Bacin
343
•
Pesan untuk Pak Kapolda Baru
348
TEMPIAS 2006 •
Menjemput 2006
355
•
Riau 2020, “Entah Iye Entah Tidak”
360
•
Liau Airline
365
•
Cilog atau Ilog
370
•
Bupati Abi Besok
375
•
Lesap
380
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
xi
•
Santun? 50 Juta
385
•
Nasib Kampe
389
•
Enggg…..alah, Tudung Periuk
393
•
Mabuukkk…
397
•
Permentu
401
•
Pil Kadal
407
•
Wajah Partai Politik Kita
412
•
Pusat Gatal
416
•
Biar Sakit Gigi, Ohhh….
421
•
Ala Mak Telepon Tak Tebayo
425
•
Batam yang Makin Kelam
429
•
Naik Kereta Api, Tut…tut…tuttt…
433
•
Mala yang Ria
438
•
Kabag atau Kopak
442
•
Ganja di Penjara
447
•
Hak Paten Masakan Bagan
451
•
Kapal Nabi Nuh
456
•
Laksamana Mati di Darat
461
•
Sudah Kajut Baru Nak Long Sut
466
•
Suscatin
471
•
Angguk-angguk, Geleng-geleng
476
•
Bauk... Bauk...
480
•
Yayasan Ancoa
484
•
Jaksa Mandul
488
•
Penyamun di Sarang Perawan
492
•
Ayam Berbulu Musang
496
•
Hutan Gundul
501
•
Bingungjolog
505
•
Membagi puun… Tak Telap
510
xii
Tabrani Rab
•
Kimteng
515
•
Betul-Betul Bedebah!
520
•
Pengungsi Lapindo
525
•
Pencuri di UNRI
529
•
Ajjamiatul Assapiah
533
•
Kuli Sawit
538
•
Lembaga Kajian atau Lembaga Calo
543
•
Teka-Teki Makin Miskin atau Makin Kaya
547
•
Kadis atau Kudis
551
•
Antri Minyak
555
•
Minyak dan Beras Naik
560
•
Ayam Berbulu Musang
565
•
Lengkung Lengkang
569
•
Sampan Nabi Nuh
573
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
xiii
xiv
Tabrani Rab
Besememeh
M
inggu lalu saya menonton Cinemax, Judulnya accused. Ceritanya ya..... kisah seorang pria yang mengganggu dan melecehkan si wanita. Sampai disini tentulah normal-normal saja. Tapi ketika hakim meminta tertuduh Jasen kenapa dia melakukan pelecehan ini. Maka Jasen-pun menjawab dengan tenang “Saya dibesarkan di Indonesia, negara yang tak ada hukum”. Berkali-kali Jasen mengatakan ini. Lalu sang juripun mengatakan “Guilty” sehingga Jasen-pun harus tinggal di hotel prodeo. Yang menarik bukan ceritanya tapi kisah di Indonesia yang tak ada hukum. Apa betul memang di Indonesia ini tak ada hukum? Dikali yang lain saya ketemu Apek Kongkong yang telah belasan tahun tinggal di Pekanbaru. Entah kasus apa sayapun tak mengerti. Tapi sudah berkali-kali didatangi petugas polisi. Lalu si Apek-pun bicara dengan saya “tak atak hukum la... ancuaa..”. Dulu Apek ini juga bilang sama saya “Tak atak bulu aa...” ketika saya memasukkan pasir yang diambilnya dari Teratak Buluh. Adalah keinginan baik pemerintah. BBM dinaikkan lalu dikasih subsidi pada orang miskin. Tentu saja yang begini tak ada dalam buku ekonomi. Sebab birokrasi ditambah dengan duit dikurangi dengan pengawasan hukum tentulah buahnya korupsi. Dengan demikian dapatlah kita katakan duit ini entah
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
301
berapa lama entah berapa pula diambil kalau ndak RT ya RW seperti Jaringan Pengaman Sosial yang dulu tak tentu ujung pangkalnya. Khusus untuk Riau pemerintah memberikan berbagai penghargaan pada walikota dan gubernur, entah apa bukan bahasa Melayu do, Sangsekerta sehingga di depan toko buku Gramedia hampir saja saya melanggar sepeda motor karena membaca Anugerah Penghargaan Aditya Karya Mahatvia Yodha Utama I. Entah apa artinya sayapun tak mengerti. Pokoknya hebat sajalah, apalagi dapatnya dari Menteri Sosial alias Menteri yang hampir tak ada anggaran. Lalu dana kompensasi inipun singgah jugalah di Riau. Nah, mulailah bersememeh kata orang Melayu. Artinya makanan yang dimakan ini bukan masuk ke perut tapi ke bibir sebagai remah. Mukapun bersememeh. Apa pasal? Puluhan warga RW 017/RT 004 jalan Kampungbaru, Kelurahan Rejosari, Kecamatan Tenayan Raya Pekanbaru mengeluh karena dana kompensasi BBM yang mereka terima harus dipotong oleh oknum RT/RW sebesar Rp. 150.000. Bagaimana pula kata RT/RW? Diapun membuat undang-undang baru. Alasannya memberi warga yang tak kebagian di Rejosari. Entah darimana diambilnya peraturan ini tak tahulah kita. Lalu yang hebatnya lagi dilakukan Coklit (bukan coklat do) alias Cocok dan Lihat. Di Jawa Barat juga ada pemotongan begini tapi taklah sampai 150 ribu. Paling 10 ribu, itupun diadukan ke polisi. Disini Walikotanya diam-diam saja, tak atak hukumlah, hay..ancua... Dulu ketika menyusun Undang-Undang Otonomi sayapun mengusulkan kepada kelompok penyusun undang-undang ini agar pemerintah di daerah pergunakan saja sistem parlementer. Artinya ada koalisi partai yang menang yang memimpin dan koalisi partai yang kalah sebagai oposisi. Oposisi ini sama peranannya dengan koalisi pemerintah. Disinilah letaknya kasus-kasus korupsi di India dibuka sebelum diserahkan 302
Tabrani Rab
kepada polisi maupun kejaksaan. Akan tetapi karena usul saya ini ditolak dalam diskusi dengan Emil Salim maka satusatunya yang dapat diharapkan dari DPRD maupun DPR adalah Hak Interpelasi. Artinya hak dari DPR maupun DPRD untuk meminta keterangan sejelas-jelasnya mengenai suatu kasus yang mungkin terdapat korupsi didalamnya. Tapi karena kita menganut azas praduga tak bersalah maka substansi interpelasi inilah yang dipergunakan oleh DPRD untuk menyatakan ada atau tidaknya korupsi. Tentu saja hak subtansi yang begini memerlukan audit. Sekalipun 4 fraksi sudah meminta supaya mengajukan interpelasi kepada pemerintah daerah Riau namun sang Ketua masih juga berkelit. Apa kata Pak Ketua DPRD? “Tidak semudah itu, tidak semudah itu”. Itu ke itu juga. Pak Ketua ini kan salah satu anggota DPRD juga. Lalu sesusah mana? Artinya Pak Ketua kalau memang tak setuju tak usahlah menyusahkan. Sebab itu memang hak DPRD. Jadi subjektivitas Pak Ketua tidak mempengaruhi mekanisme jalannya DPRD. Sebab masa ini rakyat mulai tak percaya kepada partai-partai politik, sebaliknya partai-partai politik mulai tak percaya kepada wakilnya di DPRD. Kan susah ni. Ketika konvensi partai Golkar untuk menjadi Presiden RI sayapun masuk. Saya sangat terpengaruh pemikiran Lee Kuan Yew “From The Third To First” dimana Lee menyatakan bahwa korupsi tidak akan dapat diberantas memakai sistem-sistem kejutan. Akan tetapi harus dipantau secara terus-menerus dan tentu saja sesudah gaji pegawai dinaikkan. Satu kali saya ketemu dengan SBYdan memberikan program “Seandainya Saya Menjadi Presiden” maka yang pertama-tama adalah pemberantasan korupsi yang terus-menerus (Law Enforcement). Yang kedua, barulah Political Recovery dengan menyelamatkan negara ini melalui sistem dua kamar (Bikameral) dan yang ketiga, barulah kita bicara mengenai Economy Recovery sebab negara ini tak Tempias 2004-2006: Amok Melayu
303
mungkin dibangun dalam kebocoran korupsi dan barulah yang terakhir Prosperity alias kesejahteraan bangsa Indonesia. Dinegara ini begitu hebatnya korupsi sampai Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan teman saya dulu di HMI terlibat dalam kasus korupsi 500 ribu dolar. Padahal saya tahu betul teman saya ini jujur dan hidup sederhana. Namun tindakannya untuk menggnati semua Hansip, memasang proyektor disegala sudut Mahkamah Agung bukannya menambah orang percaya kepada sang ketua tapi makin tak percaya apalagi pertemuannya dengan mantan anggota Hakim Agung, Harini. Disangkutsangkutkan pula nama Probo Sutejo sang pendekar koruptor. Sayapun dulu pernah diporot oleh Mahkamah Agung diminta 50 juta untuk memenangkan perkara. Maka transkrip permintaan orang yang bernama Faozatulo Hendrato sang hakim agung saya berikan kepada Teten Masduki dari ICW. Berita inipun merebak ke Kompas, 20 Juni 2000 “Prof. Dr. Tabrani Rab Adukan Tawaran KKN” dan di Riau Pos tanggal 10 Mei 2000 “Putusan Kasasi MA diduga sarat KKN”. Apa keputusan pengadilan? “Hakim Agung Diadili di PN Jakpus. Didakwa terima suap” (Media Indonesia, 13/9/01). Transkip inilah dijadikan ICW untuk menggusur Hakim Agung Faozatulo Hendrato. Salahnya hanya dipindahkan ke Pengadilan di Jakarta Utara. Sudahlah Pak Ketua DPRD, jangan dimasukkan juga subjektivitas kita dengan menolak hak interpelasi DPRD. Tak usahlah takut pada sistem recall merecall. Kita inikan puasa, alangkah bagusnya bulan puasa ini dibuat bulan penegakan hukum. Manalah bisa Riau ini maju kalau tak atak bulu dan tak atak hukum...
Riau Pos, 9 Oktober 2005
304
Tabrani Rab
Besungut
B
esungut itu dalam bahasa Melayu artinya dua, pertama berkumis, yang kedua artinya merepek. Apa artinya? Tak ada do dalam bahasa Indonesia, cuma orang Melayu yang tahu. Maka Tempias kali inipun saya nak besungutlah. Tiba-tiba saya menerima SMS “Ngah... kami lapar, dah tekelepok dah Ngah”. SMS ini bukan sekali dua kali masuk ke hp saya bahkan mungkin juga masuk ke Pak Gubernur dengan SMS online 0761.7029999. Karena Gubernur dan Presiden sudah membuka SMS online maka sebaiknyalah negara ini disebut Idol karena hanya Idol ini yang mengumpul SMS dan Nyanyah dari Riau harus pula mengumpulkan SMS maka dapat pula Riau ini disebut dengan Propinsi Nyanyah. Yang jelas saya sudah lama membuka SMS dari fukaha dan masikin ini. Sayapun membalas SMS ini, kalau dari Bagan saya langsung bilang “Kalau tuan-tuan dah lapo betul mencaguk lah” dan kalau SMS itu dari Bengkalis saya balas “Ya menggendenglah”. Sebab orang Bengkalis tak mengerti mencaguk dan orang Bagan tak mengerti menggendeng. Kedua istilah ini taklah ada dalam kamus bahasa Indonesia. Sayapun mengikuti pula berita Metro TV bahwa di Sungai Pagar orang enggan menoreh getah karena harimau lupa puasa sehingga orang ini pluggg ditangkapnya. Pastilah harimau ini tak puasa. Harimau ini tak dapat dibunuh oleh aparat karena termasuk suaka margasatwa sementara banyak sudah orang Tempias 2004-2006: Amok Melayu
305
Sungai Pagar ini kebelaian karena tak makan. Dikatakan pula oleh Metro TV sebagian warga yang menoreh getah ini sudah kelaparan sebab tak ada perhatian pemerintah. Pemerintah lebih memperhatikan harimau ketimbang warga Sungai Pagar. Nah, bagaimana kalau ada perusahaan asing di Riau? Ambillah misalnya Caltex. Entah bagaimana ceritanya Republik inipun kehilangan kedaulatannya. Rombongan Wakil Gubernur yang akan menuju Dumai yang terdiri dari 15 mobil Dinas plat merah diberhentikan oleh Satpam Caltex. Begitu hebatnya Caltex tak ada lagi wibawa kepala daerah ini. Mentang-mentang dibelakangnya Amerika Serikat yang presidennya George Bush maka kejadian begini berulang-ulang kali, aneh macam tanah Caltex itu tanah nenek moyang Amerika. Dulu terjadi pada Imam Munandar, terpaksalah Harun Alrasyid bersama bini mudanya dari Solo minta maaf kepada Gubernur. Sudah itu kena lagi R. Aziz, wakil Gubernur, bukan main engkik Caltex ini. Harusnya semua minyak Caltex ini di CPP Blok-kan atau di BSP-kan. Kontraknya kan sudah habis juga, kontrak dengan daerah tak ada. Sementara kewenangan pusat itu hanya lima; politik luar negeri, moneter, keamanan, hukum, dan agama. Apa pula perduli kita dengan Caltex, paling jembatan penyeberangan dikasihnya, itu paling harga seangguk minyak, sudah itu merk Caltexnya besar-besar. Dulu lebih kurang ajar lagi dari Duri ke Dumai dibuatnya pengumuman besar-besar “Caltex adalah penyumbang devisa negara terbesar�, sudah itu dibuatnya Politeknik sebiji, dilantaknya duit mahasiswa yang akan masuk berjuta-juta. Padahal Politeknik ini bukannya Caltex punya tapi Pemda punya. Sebab segala biaya yang dikeluarkan Caltex dimasukkan ke 85 persen dari bagian negara termasuk Politeknik Caltex, sudah dipotongnya 85 persen dikatakannya Politeknik milik Caltex, masyaAllah. Kapan pula Caltex ini menyumbang? Bagusnya didemo lagi ramai-ramai karena kurang ajarnya di daerah ini. 306
Tabrani Rab
Satu kali saya menerima telpon. Bunyinya aneh “Ngah..Ngah... saya tengok di TV ada anggota DPR yang akan di nonaktifkan oleh Presiden SBY karena pengaduan dengan perbuatan yang tidak menyenangkan. Ongah dulu kan calon Presiden RI dalam Konvensi Partai Golkar. Apalagi saya tahu Ongah pendukung berat SBY-JK. Boleh ndak Ngah kami mengadukan SBY dan JK bukan lagi perbuatan tak menyenangkan tapi membuat orang kebelai (Kebelai ini dalam bahasa Melayu artinya lapar berat karena tak ada yang dimasak, beras habis, minyak tanah mahal)�. Teringatlah saya pada anak yang di Duri meminum Baygon yang membuat saya tak tidur malam. Belum lagi anak yang kuburannya saya kunjungi di Duri juga mati karena makan ubi manggalo. “Ada ndak undang-undang kebelai Ngah?�. Lalu terbayanglah oleh saya kalau orang miskin seluruh Indonesia ini mengadu entah kepada Kapolsek, entah Kapolres, entah Kapolda, entah Kapolri bahwa kehidupan mereka sangat sangat menyedihkan akibat kenaikan bahan bakar minyak lalu diadukan sebagai perbuatan tidak menyenangkan, dapat atau tidak?. Lama saya bermenung sambil membalik-balik buku KUHP. Di koranpun saya baca Gubernur Banten diberhentikan sementara, begitu pula beberapa Bupati. Tapi saya berkunjung di Jakarta ke daerah-daerah miskin dan ke kelompok-kelompok pengangguran yang menunggu nasi sedekah di tengah malam. Tak tahulah saya negara ini seharusnya bagaimana. Semula DPR RI yang akan menggunakan hak interpelasi mengenai kenaikan harga minyak yang mencekik rakyat kecil ini gagal dalam rapat pimpinan alias Rapim. Bukan Arbi Sanit saja berpendapat bahwa kegagalan ini sudah dapat ditebak karena pimpinan DPR lebih berpihak kepada pemerintah daripada kepada rakyat. Karena tersumbat jalan politik apa salahnya pemerintah diajukan kepada Kapolsek seluruh Indonesia oleh orang-orang yang miskin akibat kebijaksanaan pemerintah. Tempias 2004-2006: Amok Melayu
307
Bila Amerika Serikat dianggap sebagai pendekar demokrasi boleh-boleh saja rakyat Amerika mengajukan Presiden ke Sherrif sebab kongres diam-diam saja walaupun sudah 2.500 tentara Amerika terpongkeng tegak di Irak dan berderak. Dalam perenungan saya ini kalau sudah politik bilang ya, sah-sah saja rakyat ini dimiskinkan. Padahal entah namanya Firman Tuhan walayahuddu ala toalmilmiskin (membohongi agama karena tidak memperhatikan si miskin), entah namanya filosofis, bahkan entah namanya komunis, yang mereka bela pertama-tama adalah rakyat miskin. “Tak terjangkau kami do Ngah, harga ini bukan lagi meninggi tapi membumbung sementara kami makin miskin juga. Ada pula yang tak kebagian duit kompensasi BBM. Bahkan di TV mati karena menunggu antri untuk mendapatkan duit 100 ribu sebulan ini. Dibaca pula Riau Pos, selama kenaikan BBM rumah sakit jiwa bertambah 100 persen. Luar negeripun menyatakan negara kita ini travel warning artinya jangan datang ke Indonesia karena tak aman. Maka lengkaplah sudah penderitaan rakyat. Sayapun ingat kampanye SBY-JK “Bersama kita bisa” ternyata “Semua kita tak bisa”. Maka berbagai lembagapun menilai menteri-menteri SBY ada Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan nilainya E jadi mesti digantilah. Menteri Hukum dan HAM juga E, yang hebatnya Mahkamah Agung sebagai Supreme Court atau pengadilan tertinggi terjebak pula dalam korupsi Probo Sutejo 16 miliar. Bagaimana tenaga-tenaga begini bisa dipakai. Maka ketika dalam sebuah diskusi sayapun menyatakan menteri-menteri begini dan Ketua Mahkamah Agung ini mundur sajalah. Tapi tak akan mundur karena mereka tak punya kemaluan alias rasa malu. Selamat berpuasa Ramadhan, semoga celoteh ini tidak membatalkan puasa saya. Riau Pos, 16 Oktober 2005
308
Tabrani Rab
Dari Bekalaha ke Baleho
A
pa itu baleho? Dulu saya pun tak tau. Yang saya tahu Bakalaha, ciptakan Rio Astar. Artinya bakawan lalu hamil. Tapi ketika sebagai Tim SBY-JK barulah saya tahu gambar besar. Sayapun menanya diseputar jalan Rupat, “Berapa gambar saya sebesar kulkas?” Langsung dijawab “100 juta Ngah”. “Kalau sebesar Dang Merdu?” “Ohh... itu milyar-milyar Ngah”. Tapi jangan Ngah lupa masih ada pejabat tinggi yang tak membayar hutangnya kepada saya, gambarnya dah banyak dipampang, tapi kalau Ngah mau harus bayar dulu. Mulai dari sebesar kulkas sampai sebesar gedung bertinggkat. Adalah buku sastra yang ditulis oleh George Orwell. Nama bukunya Nineteen eighty four alias 1984. Dahulu kala kalau buku-buku yang begini bagus maka pustaka Jembatan pun menerbitkan buku ini dalam bahasa Indonesia yang diterjemahkan oleh Barus paling lambat 2 bulan, kitapun sudah menerima edisi bahasa Indonesia. Begitu pula buku Dr. Zhivago yang ditulis oleh seorang dokter di Rusia yang namanya Boris Pasternark. Borispun mendapat hadiah Nobel untuk bukunya ini. Hanya karena Rusia masih diambang kekuasaan komunis maka Borispun ditangkap pula lagi. Kata orang Melayu modal habis untung lesap alias dagang buluh kasap. Balik ke cerita semula yakni mengenai baleho, kata buku George Orwell “Nanti pada tahun 1984 dimana pemimpin-
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
309
pemimpin kehilangan kharisma karena dunia sudah di dominasi oleh teknologi tinggi dan orang tak mau lagi mendengar pidato Presiden, Gubernur, Bupati dan Camat maka supaya dikenal oleh masyarakat dipasanglah baleho besar-besar. Baleho alias gambar raksasa ini ada yang bagus, ada juga yang buruk dan ada juga yang tak dapat dimengerti“, kata George Orwell. Saya selalu menghindar dari jalan Sudirman di depan Balai Dang Merdu karena ada saja baleho besar, sebesar gedung bertingkat dan mungkin ini baleho terbesar di dunia. Entah bayar pajak iklan entah tidak sayapun tak tahu, yang jelas di jembatan di depan Gramedia ada tulisan keharusan membayar pajak iklan. Apa lagi kata Orwell dalam bukunya ini? Orang dipaksa berfikir menurut alur yang telah ditetapkan oleh petinggi. Tidak boleh mengkritisi dan tak boleh juga mencari bentukbentuk yang lain kecuali baleho yang besar-besar ini. Baleho ini begitu banyaknya sehingga “setiap kita melihatnya dari sudut manapun mata baleho ini tetap mengawasi kita. Maka ramalan George Orwell tersebut untuk kita yang hidup di Riau ini sudah terlambat. Sebab baleho-baleho ini dari sini ke Bagan saya hitung ada 21 baleho. Di Pekanbaru tempatnya selalu di air mancur dan di Balai Dang Merdu. Ada pula yang letaknya di depan Badan Infokom. Tapi disini gambarnya buruk. Sayapun bertanya, ini gambar siapa? Mula-mula gambar calon anggota DPD, ini agak bagus jugalah. Tapi yang sekarang ya... buruk betul. Baleho yang agak bagus dan tampaklah pemimpin ini lebih muda yaitu Baleho di depan kantor Golkar. Hampir saja saya menabrak anak SMA yang naik honda laju sementara saya asyiiikkk menengok baleho yang didepan kantor Golkar. Baleho yang didepan Balai Dang Merdu, saya betul-betul tak dapat membacanya. Dulu agak pendek, nampaklah sekilas 2020, sayapun mengertilah artinya Riau 2020. Ada pula lampu berjalan yang kata orang namanya rotari. Sebetulnya inipun ketinggalan zaman. Yang bagusnya di depan HI Jakarta, ini 310
Tabrani Rab
yang seharusnya kita pasang di depan Balai Dang Merdu, yang konon akan dibangun 7 tingkat, dimana gambar yang muncul kejab ade, kejab tak ade dan gambarnya jelas, entah baleho apa namanya sayapun tak tahu. Saya inipun sering jugalah keliling. Di Beijing dulu waktu zaman Mao Tse Tung seluruh kota ini penuh dengan balehobaleho. Yang hebatnya lagi Bagdad waktu dibawah Saddam Husein kota ini penuh dengan patung-patung Saddam. Konon menurut majalah News Week lebih dari 40 ribu baleho gambar Saddam. Ada yang pakai kumis, ada yang sedang mengangkat tangannya. Sekarang gambar-gambar Saddam ini sudah ditumbangkan begitu pula patung-patung Saddam, kalau tidak oleh Amerika ya... oleh Kurdi dan Syiah. Kalau kita datang ke kuburan di Taheran maka makam yang paling besar dengan baleho yang besar adalah makam Khoumeni. Ke makam manapun kita pergi maka makam-makam inipun penuh pula diatas pusaranya gambar-gambar yang meninggal. Begitu pula kalau ada demo maka penuh pula baleho-baleho dari imamimam besar dibawa oleh demonstran. Yang anehnya Cina yang dulu penuh dengan baleho-baleho Mao Tse Tung kini gambar-gambar Mao Tse Tung ini hanya terdapat satu gambar yang besar yakni Tien Amien Square. Sisanya saya coba berjalan berkeliling Beijing jam 4 subuh maka lengkung-lengkang asyik membangun gedung-gedung bertingkat. Begitu juga Shanghai dengan Pudong (baca: Putong) bukan pusong dooo... Maka Shanghai yang dikenal dengan kota satu gedung berpuluh tingkat bertambah setiap hari, gambar Deng Xiou Peng sebagai arsitek dari Shanghai tak lagi tampak. Begitu pula di Kennedy Airport di New York tak nampak satu gambar mantan Presiden Amerika ini. Begitu pula di Changi Airport, berkeliling kita tak akan pernah nampak baleho Lee Kuan Yew maupun baleho B.G. Lee. Baru di Airport KLIA alias Kuala Lumpur International Airport nampaklah Tempias 2004-2006: Amok Melayu
311
kita gambar baleho yang besar dari 4 pemimpin Malaysia yakni Tengku Abdurrahman, Tun Abdurrazak, Husen Onn dan Mahattir. Baleho ini tidaklah sampai sebesar baleho di Balai Dang Merdu. Artinya ada rasa malu jugalah sedikit. Ini visinya ada programnya tak jelas. Satu kali orang pun bertanya kepada saya “Ngah..Ngah... apa kesan Ongah mengenai baleho yang besar-besar ini?” Sayapun menjawab “Banjir baleho ini kalau anda ingin tahu, bacalah buku George Orwell 1984” menyatakan anda sedang dihadang oleh pemimpin yang dinegara komunis justru untuk menggiring anda berfikir kepada paham komunis saja. Di Syiah baleho ini menunjukkan ketaatan kepada sang imam. Di Malaysia yang mengklaim KLIA adalah lapangan terbang yang terbesar di Asia justru baleho ini menyatakan entah iya entah tidak sebab rasa-rasanya kalau dari Kaitak lapangan terbang Hongkong dulu memanglah lebih besar Kuala Lumpur tapi kalau lapangan terbang Hongkong sekarang maupun Changi rasa-rasanya jauh lebih besar ketimbang KLIA. Jadi kata orang Melayu bual sajalah. “Nah, Ngah... apa pasal banyak balehobaleho ini di Pekanbaru sekarang?”. Sayapun menyatakan ini bukannya di Pekanbaru saja dengan gambar Pak Gubernur, di Jakartapun penuhlah dengan baleho SBY-JK yang kini dikritisi oleh masyarakat Susah Bensin Ya, Jalan Kaki saja. Bagaimana di Pekanbaru? Sayapun rada takut dan segan juga sebab saya ini sudah dicap sebagai kerja bagus salah juga, kerja baik salah juga. Tapi saya kira baleho-baleho ini fenomena Rusa Liar Kakinya Diranjau. Tak bejalan die Ncik... tehengkang-hengkang ajee... Maka baleho yang terbesar inipun saya kirim ke agen Guinness Book di Singapura supaya dicantumkan sebagai baleho yang terbesar di dunia. Riau Pos, 23 Oktober 2005
312
Tabrani Rab
Minal Aidin Walfaizin
K
alau ada jarum yang patah, jangan disimpan dalam peti. Kalau ada kata tempias yang salah, jangan simpan didalam hati. Karena tempias ini singgung kanan, singgung kiri, kamipun sadar menyinggung hati tuan-tuan dan puan-puan. Akan tetapi sejak semula tempias yang sudah masuk tahun 1993 menyadari betul misi yang dihadapinya hanyalah how to minimize misrule of government. Tempias hanya bermaksud supaya kesalahan pemerintahan itu sekecil mungkin. Apabila misalnya “Presiden terkejut anggarannya naik dalam RAPBN 57 persen. Seperti dikabarkan sebelumnya dalam RAPBN 2006 yang telah diajukan pemerintah ke DPR, anggaran untuk kepresidenan naik sekitar 57 persen. Dari sekitar Rp. 727 miliar pada 2005, menjadi Rp. 1.147 triliun pada 2006”. Lalu kepala Menteri Keuangan, Yusuf Anwar bilang “Sudah dikonsultasikan beberapa kali ke Presiden”. Lalu juru bicara Presiden Andi Malarangeng “SBY batal revisi anggaran lembaga kepresidenan”, aah.... ini kan namanya terkejut pembengak. Yang begini-begini berita biasabiasa saja di Riau, seperti perkara kayu ilegal (illegal logging). Berita-berita begini kadang-kadang membingungkan. Ambillah misalnya berita-berita koran sungguh membuat kita pening. Dulu ada foto di koran Sekda memberi penghargaan pada Arara Abadi. Setahu saya PT Arara Abadi ini perusahaan yang meluluhlantakkan hutan Riau dengan segala cara. Belum Tempias 2004-2006: Amok Melayu
313
lagi dipelantaknya orang Pelalawan, maka Zulmizanpun menulis buku “Prahara Abadi?”. Belum lagi perampokan hutan Sakai di Pebatinan Lapan. Habislah hutan Sakai ini, dan tak sampai disitu, Sakaipun bengkak-bengkak. Ini betul yang dapat hadiah dari pemerintah daerah ini. Belum lagi itu kering dibaca datang lagi Kopertis Wilayah X memuji sekolah Dharma Husada. Barulah datang petinggi mengadakan peninjauan pula. “Kita perlu bersyukur, orang lain mau membuka sekolah di Riau”. Kalau Dinas Kesehatan saya tanya “Bang, saya tak kasih dia praktek di semua instansi kesehatan pemerintah di Riau sebab izinnya belum ada”. Saya dengar pula dari jauh bahwa istri Dr. Roesmawi yang waktu itu menjabat Kepala Kanwil Kesehatan Sumatera Utara disogok oleh Prima Husada sebesar Rp. 50 juta dan kemudian dibuka boroknya di koran. Jadilah sang Kanwil pindah ke Jakarta menjabat staf ahli menteri. Staf ahli ini kedengarannya bagus tapi kenyataannya masuk karung karena tak ada pekerjaan yang jelas. Lalu saya menanyakan apa bendanya Dharma Husada ini? Ternyata sekolah ini yang tadi dibangga-banggakan oleh Kopertis Wilayah X dan oleh petinggi daerah ini waktu ditinjau oleh DPRD Riau ya Rabbi, komentarnya macam tempat penampungan TKI ilegal. Dulu begitu intensifnya sekolah Dharma Husada ini sam-paisampai dicantumkan “Menerima siswa baru, sesuai dengan SK Mendiknas RI no. 184/4/2001 maka Akbid/Akper Dharma Husada tidak perlu lagi melaksanakan ujian negara, diperlakukan sama dengan perguruan tinggi negeri”. Brosur inipun saya bawa kepada Menteri Kesehatan dan Menteri Pendidikan. Sebab setahu saya yang sudah memimpin sekolah perawat selama 8 tahun ijazah itu dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan Kesehatan Nasional. Manalah mungkin Mendiknas membetulkan cara-cara yang tak betul ini, sebab ijazah itu dari Menteri Kesehatan. Pening pula saya memikirkan kenapalah dibawa pimpinan daerah ini untuk meninjau sekolah ilegal ini. 314
Tabrani Rab
Kenapa sampai ke DPRD Riau? Rupanya ada mahasiswa yang mengadu ke DPRD Riau pada tanggal 19 Oktober 2005. Adalah mahasiswa ini sekitar 20 orang. Akibatnya 20 orang mahasiswa tingkat tiga ini tidak boleh mengisi KRS. Apa kata Riau Pos (27/10)? “Pada hari berikutnya tepatnya pada 21 Oktober, mahasiswa lantas ke kampus untuk mengurus KRS dan administrasi. Namun keterangan yang didapat dari wali siswa yang menghadap Direktur bahwa mahasiswa tidak dapat mengikuti perkuliahan selama 1 tahun ini atau pihak akademi memberikan surat pindah kepada mahasiswa terutama yang mengadukan masalah ke DPRD Riau pada 20 Oktober lalu”. Bukan itu saja, akan di DO alias dikeluarkan. Dan bolapun bergulir ke DPRD Riau. “Sedikitnya 20 mahasiswa Akper Dharma Husada terancam drop out (DO). Ini merupakan buntut dari aksi penyampaian aspirasi yang dilakukan oleh mahasiswa ke komisi E DPRD Riau yang lantas melakukan Sidak ke lokasi beberapa waktu lalu”. Sebetulnya masalah ini tidaklah payah. Datang saja baik-baik ke Kepala Dinas Kesehatan lalu hubungi saya. Sayapun akan mengundang Tim Visitasi dari Departemen Kesehatan. Hasil visitasi ini dibawakan ke Prof. Bambang di ITB Bandung. Lalu bawa lagi ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, dah keluarlah izin tu, sehari nyo. Saya jadi heran juga, entah polisi, entah pemerintah daerah, nampak dimuka hidungnya itu bahwa ada perusahaan menyalah seperti MLM BMA (Bos Medan mencari Apam). Dikasih dulu orang Riau ini rugi bermilyar-milyar, kesudahannya berbaris di kantor Poltabes. Yang anehnya keterangan dari kantor Poltabes (Yang dulu Polresta) “Kalian kalau untung diam, kalau rugi baru ngadu kesini”. Masalahnya substansi hukumnya bahwa cara begini adalah cara yang memelaratkan masyarakat. Lalu begitu MLM ini ditutup disebelah kantor Poltabes, lalu dibuka MLM yang namanya JRS, entah apa kepanjangannya, mungkin Jantung Tempias 2004-2006: Amok Melayu
315
Resah Selalu. Bermilyar-milyar pula habis dan berpuluh orang pula datang ke saya minta bantuan. Bagaimana pula caranya kedua perusahaan Medan ini yang sudah terkenal di Riau ini menipu masyarakat. Harusnyakan Pak polisi ini melindungi masyarakat. Begitu pula sekolah baru ini yang bersembunyi di belakang rumah sakit tentara. Yang menjalankan rodanya ya Akong Medan juga. Bukannya Assalamualaikum dengan Dinas Kesehatan, tapi pakai lantak. Nah, bagaimana nasib enamratusan anak-anak disini? Saya sudah letih menulis surat kepada Kapolda, Kapolri, Kapoltabes, Kapolsek, entah Kapol apa lagi. Tapi tak juga kena gubris. Lalu disuruh pula menulis surat ke angkatan darat mulai dari Panglima sampai Pangenam, tak juga dibalas-balas. Ya.. sudahlah.... Yang mengherankan lagi tugas baru Wagub menangkap kayu. Wagub yang satu ini memang kreatiflah menangkap kayu. Saya lihat dalam kamus tugas ini mengalahkan Presiden Amerika sebab tak ada tugas Wakil Gubernur tu doo..... Nah, akhirnya diserahkan juga kepada polisi. Lucunya surat kabar menulis “Kayu inipun diserahkan kembali kepada pabrik papan�. Artinya dari itu ke itu juga. Walaupun Ketua DPRD Riau mengatakan pemerintah jangan ragu tertibkan pencuri kayu alias ilegal logging, kitapun bertanya-tanya dimana polisi? Apa tugasnya polisi? Bahkan Chaidir selaku Ketua DPRD Riau menyatakan “Pihaknya siap memberikan dukungan moral dan materi supaya dalam melakukan penertiban pemerintah tak ragu-ragu dan tak pandang bulu�. Memang bulu tak dilihat cuma polisi yang besar-besar ini apa lagi tugasnya? Padahal jelas dalam KUHP tugas penyidikan dan penyelidikan itu ya polisi lah. Tapi wakil Gubernur lebih pintar dari polisi. Dulu waktu Menteri Kehutanan datang kesini saya menyatakan ada anak petingi polisi yang terlibat ilegal logging maka bertubi-tubi telepon datang kepada saya dari petinggi polisi ini. Memang 316
Tabrani Rab
terlibat, kalau tidak bagaimana pula petinggi polisi ini sanggup menyumbang 1,2 milyar untuk almamater PTIK. Sayangnya polisi ini tidak dimasukkan kedalam polisi yang mempunyai rekening miliaran rupiah. Padahal tentulah 1,2 milyar ini keciiiillll dibandingkan dengan duitnya yang sekelambu ini. Masyaallahh. Masa polisi dikalahkan oleh Wagub. Apa lagi jawabnya kalau tak terlibat. Allahualambisawab. Dalam menyambut hari raya Idul Fitri ini marilah kita menyanyikan “Minal Aidin Walfaizin, maafkan lahir dan batin, selamat para pemimpin, rakyatnya hidup miskin melampin�
Riau Pos, 30 Oktober 2005
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
317
Menolak Tuah
W
aktu saya masih kecil perang Baganpun meletus. Sehingga saya digendongan Mak saya sampailah ke Kota Pinang dengan berjalan kaki. Bayangkan jaraknya hampir 120 kilometer. Karena saya sering menonton kuda kepang maka cerita Mak sayapun saya seperti bermain kuda kepang “ketak kentung...tak kentungg...�. Sesudah aman Mak dan Ayah sayapun baliklah ke Bagan. Ya.. biasalah saya diantar oleh adik Mak saya masuk sekolah dasar di muka kantor Bupati sekarang yang namanya dulu kantor conteleur Belanda. Conteleur Belanda ini ada yang namanya Barkey dan begitu dekatnya sang conteleur dengan masyarakat sehingga disebutlah pulau yang berada di muara sungai Rokan ini dengan pulau Barkey. Di sekolah saya masih ingat betul gedung sekolahnya buatan Belanda, kukuh, tiang-tiangnya dicor. Artinya pemerintah Belanda menaruh perhatian pada pendidikan bumi putera. Saya ingat betul ketika kelas satu, Pak Idris selaku Kepala Sekolah memakai dasi dan bajunya putih-putih. Adalagi guru namanya Menir Suko. Pokoknya pendidikan di Bagan itu rapilah. Bayangkan pada tahun 1938 ayah saya dan rekanrekannya telah membuka Holland Indische School (HIS) di Bagan. Padahal sekolah begini hanya ada di Tanjung Pinang karena Tanjung Pinang daerah Keresidenan dan di Siak karena
318
Tabrani Rab
ada Sultan Siak dan tak ada di Pekanbaru karena Pekanbaru cuma hutan belantara ketika itu. Bahasa pengantar di HIS bahasa Belanda dan murid-muridnya antara lain Muiz sebagai pedagang besar dan ada juga beberapa diantaranya Jali Ahimsa yang pernah menjadi Direktur Badan Tenaga Atom Nasional. Bagaimana pelajaran waktu saya di Sekolah Rakyat? Pelajaran yang paling saya sukai berhitung atau dulu disebut dengan sepren dan dibuku tulis tak ada do gambar Rhoma Irama apalagi Peterpan, yang ada kali-kali, satu kali satu sampai 10 kali 10. Dan disudut kanan bawah buku tulis ada tulisan bahasa Inggris “Don’t wait until tomorrow what you can do today� (Jangan tunggu besok apa yang dapat dikerjakan sekarang). Dan ini saya hafal betul walaupun saya baru kelas satu. Sorenya saya masuk sekolah Kutab sesudah pulang sekolah negeri. Maka guru mengaji mengajarkan alif duo diateh an, alif duo dibawah in, alif duo didapan un, an in un. Pada malam hari untuk lebih lancar mengaji didatangkan pula Kang Karsan. Dan diapun mengajarkan alif tak ada tetek, ba dibawah satu tetek, ta diatas dua tetek. Karena Kang Karsan menyebut titik itu tetek dan sampai sekarang tetek ini jugalah yang saya ingat. Tapi yang saya ingat sesudah tua ini alif memang tak ada tetek. Waw seperti alif bengkok, nun diatas satu tetek tapi bengkoknya sama dengan waw dan sedikit lagi tentulah lam alif, amzah, ya alias ina ile wainna ile, kata orang Uthar Paradesh yang maknanya innalillahi wainnailaihi rojiun. Nah, disekolah Mak saya ini pula saya mendapatkan gambar guru-guru yang pakai dasi dan gambar Mak saya ketika kelas 4 Sekolah Rakyat. Ketika saya di Leiden nampaklah saya betapa hebatnya Bagan dengan pendidikannya ketika menjelang berakhirnya kekuasaan Belanda. Nah, bagaimana sekarang? Tempat sekolah saya, Mak saya, dan guru Mak saya Datuk Harunsyah telah ditebang tiangnya dan diganti seperti SD Tempias 2004-2006: Amok Melayu
319
Inpres. Dulu sekolah inilah yang paling beken. Sekali-sekala lewat pula mobil sedan merah didepan sekolah ini yang dipakai oleh pengantin Cina. Kamipun bersorak ria. Nah, bagaimana Bagan kini? Dihitung-hitung dengan dana bagi hasil dan dana alokasi umum, Bagan telah menghabiskan lebih dari 5 triliun dengan APBD yang selalu berkisar diatas 850 miliar. Pendidikan kejuruan sesudah era otonomi ini apakan haram tak bertambah. Saya masih menemukan anak sekolah di Tanah Merah bejalan kaki telanjang walaupun tetap memakai seragam SD. Lalu saya kerumahnya dan melihat masyaallah kemiskinan yang sangat-sangat ekstrim. Pemandangan kemiskinan ini disegala pojoklah. Bahkan di Bagan Punak saya menemukan banyak anak-anak yang masih berak di parit dan penduduknya berjubel. Ketika saya balik ke Bagan 10 tahun yang lalu semua temanteman saya jadi pengayuh beca. Saya teringat ketika Pak Subrantas membawa saya ke Bagan dan yang menjadi Camat waktu itu Aswin Yacob masyaallah beca berebut untuk dapat penumpang dan hampir semua wajahnya kawan saya sekolah. Seandainya saya tak meninggalkan Bagan tentu saya menarik beca juga dan mungkin sudah lama mati. Ketika pelantikan Bupati Bagan saya tanya dengan almarhum Tambah “Bah, mana yang lain Bah?�. Maka Tambah bercerita pada saya “Si anu sudah meninggal, si anu jatuh sakit dan muntah darah�. Tiba-tiba saya mendapat telepon pagi-pagi dari pengurus mesjid bahwa ada garin mesjid di Pekanbaru yang meninggal dan disakunya ada kartu nama saya, masyaallah ketika saya datang rupanya teman sekelas saya dulu di Bagan. Satu-satunya kawan tidur saya kalau saya balik ke Bagan, Syarif Kanso yang membawa gerobak dari muda sampai tua renta sekarang ini. Sayapun menyuruh Syarif Kanso berkisah-kisah di Riau Pos sehingga turun tulisan Balada Syarif Kanso yang membayangkan 320
Tabrani Rab
bila tak ada pendidikan di Bagan maka tamatlah riwayat rakyat Bagan ini. Tiba-tiba saja Bagan menolak tuah. Berita Riau Pos “Sekolah di Rohil Tolak Dana BOS” (11/11/05) sangat tidak mengenakkan. Apa kata beritanya? “Pemberian dana kompensasi BBM bidang pendidikan berupa Bantuan Operasional Sekolah (BOS) oleh pemerintah pusat, tak selamanya disambut positif oleh sekolah. Buktinya dua sekolah di Rokan Hilir menolak menerima dana tersebut. Sekolah dimaksud adalah SD swasta 037 Wahidin, Kecamatan Bangko dan SMP Wahidin. Untuk SD 037 Wahidin, Kecamatan Bangko, dikatakan Khairil jumlah muridnya mencapai 1.009 orang”. Apalah ditolak pula, macam pendidikan di Bagan itu elok betul. Aneh tapi nyata. Satu-satunya sekolah yang menolak BOS hanya di Bagan. Di daerah lain seluruh Indonesia berebut. Saya mengikuti pula acara penggunaan dana BOS di sekolah. “Bukannya dana ini untuk dibagi-bagikan kepada murid”, kata Antoni sang bos dan BOS. Saya berani menyatakan diantara kabupaten-kabupaten di Riau ini Baganlah yang paling tertinggal pendidikannya. Cerita ini masih bersambung “Sebanyak 1.360 siswa dari Rohil tidak menerima bantuan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi (PKPS-BBM) bidang pendidikan jenis Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tahap I. Karena adanya penolakan dari sekolah itu, maka untuk pemberian bantuan BOS tahap II yakni periode Januari-Juni, Satker Kabupaten Rohil tidak memasukkan sekolah tersebut dalam daftar penerima BOS” (Riau Mandiri,12/11). Nampak pula saya gambar Bupati dan Ketua DPRD Rohil tersenyum ria saat tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Bagansiapi-api. Yang menjadi masalah bila dulu Bagansiapi-api menyelamatkan generasinya melalui pendidikan sementara sekolah-sekolah kejuruan baru Tempias 2004-2006: Amok Melayu
321
nak – nak saja, mau dikemanakan masa depan Bagansiapi-api ini? Tema yang selalu saya pakai Selamatkan generasi melalui pendidikan, bidang pendidikan ini betullah yang tak tersentuh oleh pemerintah daerah Rokan Hilir. Tentulah yang akan dihasilkan lagi bukan lagi tukang beca mungkin Amrozi dan Azhari. Sebab saya tahu betul orang Bagan ini pandai-pandai sebab makan belacan. Ketika saya melihat arsip di University Leiden saya bangga karena saya orang Bagan. Tetapi kalau kini saya balik ke Bagan saya malu karena tak ada lapangan pendidikan kejuruan. Sekolah bidan, sekolah perawatan yang saya tawarkan tak mendapat sambutan. Hanya saja kalau tak ada kerja yang dulu bisa membeca sekarang tak ada lagi beca dan mobil dinas pun sudah plat merah semua, kan tinggal satu lagi lapangan pekerjaan, teroris. Semogalah Baganku sayang tidak menghasilkan teroris walaupun saya tak tahu apa nak dikerjakan lagi. Bak kata orang Bagan Batu Tonggolam dah Ngah......Lagu Bagan klasikpun saya kenang “Ikannya bawal tambak, sayurnya sayur lobak, dimakan dek amat copak, buahhh sentul diujung galah, semua tak betul, jadilah salah. Katak si katak lompat, lompat kedalam sawah, duit kena gulipat, sekolah tak tentu arah dan menolak tuah�.
Riau Pos, 13 November 2005
322
Tabrani Rab
Koang Ngah
D
i Bagan makanan yang paling saya sukai kerang, kata orang Bagan koang. Inipun yang enak kalau direndang, sehingga jadilah dia ondang koang. Ketika anak dan menantu saya menjadi dokter rajin jugalah saya ke Taluk Kuantan. Dekat simpang tak jauh dari gedung Batobo saya melihat sebuah plang Fakultas Sospol UNRI. Saya pikir bagus jugalah UNRI turun ke desa. Sesudah saya makan saya kembali lagi ketempat ini sebab saya pikir tentulah ada kawan-kawan dari UNRI. Eeee.. papan sebesar gambar Mou Tse Tung ini sudah dibuka. Begitu juga ketika saya ke Bagan dan ke Duri ada juga plang dari satu universitas swasta, plang ini kejab ade kejab tak ade. Di Bagan kampung kelahiran saya ada 120 mahasiswa nak menjadi sarjana. “Ngah, aku tinggal sikik lai nyo Ngah, jadilah aku sarjana�. Artinya dengan perkataan lain di kampung-kampungpun beramai-ramai menaburkan gendrang sarjana untuk mengikuti universitas global, yang dulu untuk menjadi doktor harus membayar 10 juta lalu turun menjadi 7 juta lalu turun lagi 1,5 juta lalu dapatlah doktor honoris kausa. Maka bertaburan pula doktor-doktor universitas global alias universitas gombal di Riau ini mulai dari Tembilahan sampai Bagan. Sayapun menyebut doktor ini doktor kucing sebab tak pandai mengeong do. Pokoknya bayar entah sejuta dua juta, dilantik di hotel Tempias 2004-2006: Amok Melayu
323
berbintang di Jakarta jeprett...jeprettt maka tak mengherankan seorang teman saya yang membaca saja susah menjadi doktor kucing ala universitas global yang tak ada do di Amerika. Maka diterbitkan pula pengumuman dari pemerintah bahwa doktordoktor kucing ini tak boleh pula dipakai untuk kenaikan pangkat dan doktor-doktor inipun malu-malu kucing mencantumkan gelar doktor ini didepan namanya, ada yang jadi pengacara, tapi meletakkan titel ini kejab letak, kejab tidak. Ada teman saya dari Dumai yang perjalanannya hanya sampai ke Rupat mungkin juga ke Pekanbaru menjadi doktor kucing untuk jurusan internasional. Nah, sekarang ini ada lagi penyakit yang susah dipantau pemerintah yakni fakultas-fakultas yang kejab ade kejab tak ade. Teman tarawih saya yang tak muncul-muncul terawih “Saya tak dapat datang karena mengajar di Ujung Batu”. “Mana ada Pak fakultas di Ujung Batu”. “Ada, fakultas jarak jauh UNRI”. Lama saya bermenung, sebab saya tahu betul, entah perguruan tinggi swasta, entah perguruan tinggi negeri banyak membuka cabang-cabang di kabupaten-kabupaten bahkan sampai di kampung-kampung seperti di Ujung Batu. Yang begini betulbetul cuma mencari duit. Ilmunya tak ada do. Dikampung saya Bagan ada 2-3 universitas dari Sumatera Utara membuka cabang di kampung saya Bagan dan memberi angin surga 2 tahun dapat menjadi sarjana. Ini tentulah sama juga dengan sarjana kucing. Pusat terpekik-pekik melarang jangan dibuka juga universitas jarak jauh ni. Surat selebaranpun dicampakkan dari udara oleh Dirjen Pendidikan Tinggi. Yang anehnya Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta yang juga merupakan alat dari perguruan tinggi negeri mengajarkan ilmu dua tiga patah ke kampung-kampung lalu melantiknya jadi sarjana. Karena Dikti sakit otak maka ditulislah surat edaran pada tahun 2000 kepada seluruh Rektor Institut/Universitas Negeri, Ketua Sekolah Tinggi Negeri, Koordinator Kopertis Wilayah I 324
Tabrani Rab
s/d XII yang intinya “Kelas jauh dalam bentuk apapun tidak dapat dibenarkan. Penyelenggaraan pendidikan jarak jauh (bukan kelas jauh) selama ini ditangani oleh Universitas Terbuka dan dalam waktu mendatang PTN lain dan PTS dapat melakukan pendidikan jarak jauh dengan menggunakan pola seperti Universitas Terbuka atau menggunakan media teknologi informasi yang saat ini sudah sangat berkembang”. Menggeliting karena kepanasan maka APTISI Wilayah X menulis surat edaran kepada anggota-anggotanya “Sehubungan dengan surat dari Dirjen Dikti nomor; 2360/D/T/2004 tanggal 6 September 2004 tentang pembukaan program studi tanpa izin di Universitas Riau, maka kami merasa perlu untuk memberitahukan serta menyampaikan secara resmi kepala seluruh anggota APTISI Wilayah X-B Riau tentang hal tersebut diatas”. Melihat gelagat ini Menteri Pendidikan pun naik darah lalu memberi surat tegas kepada Universitas Riau. Apa katanya? “Sehubungan dengan surat Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah X B Riau dan Kepri Nomor 167/APTISI X-B Riau/IX/2005 tanggal 1 September 2005, dengan hormat kami mohon penjelasan Saudara mengenai kelas ekstensi dan kelas jauh yang diselenggarakan oleh Universitas Riau sebagaimana dilaporkan oleh Ketua APTISI. Apabila informasi tersebut benar kami mohon Saudara segera menghentikannya karena penyelenggaraannya tidak sesuai dengan norma dan kaidah penyelenggaraan pendidikan tinggi”. Belum lagi Undang-Undang Badan Hukum Perguruan Tinggi disahkan antara swasta dan negeripun sudah berebut kapling mahasiswa. Di Jawa Timur misalnya 14 persen perguruan tinggi swasta sudah terkulai layu, hanya 2,91 persen anggaran pendidikan nasional, inipun akan dihapus. Ambillah misalnya Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2002 sebesar 19.941 triliun yang terdiri dari anggaran rutin Rp. 5.796 triliun pembangunan Rp. 14. 145 triliun (rupiah murni Rp. 10.114 triliun Tempias 2004-2006: Amok Melayu
325
dan pinjaman luar negeri Rp. 4.031 triliun)�. Sementara negeri membuka macam-macam jurusan termasuk jurusan koang. Tak juga puas diikuti pula langkah ABRI masuk desa, maka entah UNRI, entah Lancang Kuning, entah UIR rajin jugalah membuka kelas jauh alias universitas masuk desa. Bagaimanakah nasib perguruan tinggi di Indonesia? Sama dengan bidang kesehatan. Menurut data PB IDI selama 50 tahun sejak Indonesia merdeka, anggaran pembangunan kesehatan masyarakat dalam APBN tidak pernah lebih dari empat persen, hanya 2,5–3,5 persen. Begitu jugalah nasib pendidikan yang anggarannya 2,91 persen menghasilkan kualitas sumber daya manusia kita berada pada posisi yang memprihatinkan pada peringkat 102 dari 174 negara. Kalau dihitung di Bagan dan Tembilahan dimana ada sekolah jarak jauh maka sumber daya manusianya ini kira-kira peringkat 175, ya paling corotlah. Berapa pula di Bagan Batu? Lebih suram lagi. Di Indonesia terdapat lebih kurang 100 perguruan tinggi dan 2300 perguruan tinggi swasta di kota-kota besar. Bila ditambah dengan Taluk Kuantan dan Bagan dimana 2 tahun bisa jadi doktorandus sospol dan doktorandus ekonomi bergantung pada amplop, yang papan pengumumannya kejab ade kejab tak ade mungkin ada 5000 perguruan tinggi gelap dan terang, ditambah lagi dengan tingkah laku negeri untuk membuka macam-macam jurusan termasuk jurusan wisata di Sospol maka menjadi patahlah kaki Engku Hamidah. Nah, bagaimana prospek pendidikan di Riau 2020 yang melahirkan manusia-manusia jempolan ternyata yang terlahir adalah manusia kerang-kerangan karena pada kerang-kerangan tak terdapat otak. Maka lengkaplah sudah visi 2020 ditambah dengan K2I menjadi K3I yakni kemiskinan, kebodohan, kekerangan dan infrastruktur. Apa kata orang Bagan “Koang Ngah�, he...he... Riau Pos, 20 November 2005
326
Tabrani Rab
Mak Ngah Munah
M
ak Ngah Munah tinggal di Penampi. Satu kali saya jumpa “Oooppp.. Mak Ngahh...”. “Apa ikan ai ini?”. Persis seperti 10 tahun yang lalu, 2 helai bayam dan kepala ikan masin kembung, mengertilah kita belum otonom. Padahal anggaran Bengkalis itu naik lagi menjadi hampir 2 triliun. Itu belum lagi PAD dan duit kayu. Nasib Mak Ngah Munah tak ada beda do walaupun spanduk sepanjang Bengkalis Otonomi Membawa Sejahtera. 10 Pilkadapun dibuat hasilnya seperti Pil Kadal juga. Apa pasal? Sebab tak tahu akan dibuat dengan duit banyak ini. Mak Ngah Munah nasibnya tak akan pernah bagus sebab teori ekonomipun mengatakan tak ada do hubungan antara Bupati yang APBDnya 2 triliun ini dengan nasib Mak Ngah Munah, yang ada hanyalah hubungan antara otonomi dengan Bupati, DPRD dan bekicot-bekicotnya. Satu kali saya dapat lagi SMS “Ngah... Ngah... kata Ongah anggaran propinsi dan kabupaten lebih 10 triliun sesudah otonomi, tapi rakyat miskinnya makin bertambah, acam mana tu Ngah”. Pikiran sayapun balik ketika pintu otonomi dibuka. Maka bertriliun-triliunlah duit mengalir ke daerah entah kabupaten, entah propinsi, yaaa.. begitulah. Orang inipun mengSMS saya lagi “Acam mana bisa begitu Ngah?. Duit 10 triliun, orang miskin makin banyak”. Sayapun pening
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
327
menjawabnya. Ada PT. PER, ada PT. PIR, ada PT. POR, Ventura, sedekah langsung yang masuk koran seperti Bupati Bagan mengasih duit pada rakyat miskin, tentu ajudannya bilang “Tunggu...tungguuu... kodak dulu”. Jeprettt... masuk Riau Pos. Ada pula sedekah langsung dari mesjid ke mesjid tiap Ramadhan dan dimesjidpun dipasanglah spanduk “Selamat Datang Bapak Walikota”, “Selamat Datang Bapak Bupati”, “Selamat Datang Bapak Gubernur” dan entah apa lagi pokoknya mesjidpun dapat angpau. Tapi kemiskinan begitu-begitu juga. Waktu penerbangan ke Bali baru-baru ini saya membaca koran tenaga kerja yang terserap 20 juta dengan pembukaan jalan baru. Sayapun ingat kepada makalah Asparaini akan menyerap tenaga 500 ribu orang dengan pembukaan PT. PIR, tapi orangnya miskin-miskin juga. Maka supaya masyarakat tahu dicanangkanlah Riau 2020 dan K2I supaya makin jelas apa yang ingin dituju. Hanya saja makin tak jelas apa yang nak dicapai sementara orang yang miskin makin membengkak juga. Kadang-kadang saya berpikir yang membuat miskin rakyat ini pemerintah, dinaikkan minyak, sehingga bertambah angka kemiskinan sampai 12 juta, diberi dana kompensasi BBM bersebunuhan, angka kemiskinan tak juga menurun. Yang naik hanya biaya Presiden, hampir 2,1 triliun supaya DPR tak berdesis dikasih pula anggaran tambahan 10 juta, artinya negara ini cuma terdiri dari DPR dan Presiden sajalah, kalau didaerah tentulah antara DPRD dan Gubernur saja. Sisanya tak tahu apa nak dibuat, sankinkan tak tahunya Gubernur Saleh Djasit kemana dana ini akan disalurkan sampai-sampai dipakai Bank Bukopin untuk menyalurkan dana miskin dan dipakai Kepala Dinas untuk menyalurkan dana miskin. Belum juga lagi habis duit pakai pula lagi koperasi entah apo-apo. Nampaknya dana Bukopin ini Pemda diam-diam saja. Serba tak jelas. Yang menjadi 328
Tabrani Rab
pertanyaan sekarang bisa ndak kalau pemerintah itu banyak duit membuat rakyatnya sejahtera. Teka-teki ini bukannya berlangsung 100-200 tahun tapi mungkin beratus tahun. Dalam Islam dikenal dengan lembaga zakat. Tapi itulah, dapatlah 2-3 juta untuk di Riau ini. Bagaimana pula nak menaikkan nasib rakyat bila zakat itu tidak wajib oleh pemerintah sementara wajibnya dalam agama. Entah mengerti entah tidak, petinggi-petinggi daerah ini cerita untuk mensejahterakan rakyat dari duit yang dimiliki pemerintah sama umurnya dengan sejarah dunia ini. Hanya sayangnya petinggi-petinggi disini tak baca buku walaupun sekolah yaa... sebatas diktatlah. Satu-satunya ilmu yang susah dimengerti hubungan antara duit bupati dengan kesejahteraan rakyat. Tak ada hubungan do antara APBD dan kesejahteraan rakyat. Saya sangat setuju dengan pemikiran yang mudah-mudah saja. Kalau pemerintah ada duit bangun kantor Bupati, perbaiki kantor Gubernur, ganti atap merah, perbanyak sedekah langsung dan jangan lupa undang surat kabar, jeptrettt duit sedekah inipun Insyallah besoknya jadi kuning, bukan Golkar do...he..he... Kalau Presiden sudah memberikan contoh gajinya naik 57 persen saya sangat setuju, naikkan pula tunjangan Gubernur dan Bupati 57 persen, dan kalau DPR RI naik 10 juta, naikkan pula 10 juta untuk DPRD tingkat I, II dan III. Tak ada teori menunjukkan do kalau pemerintah banyak duit angka kemiskinan menjadi menurun. Kalau tak percaya datanglah kerumah saya. Saya kasih bepuluh-puluh buku ekonomi, entah itu namanya Kapitalis, entah namanya teori pasar Adam Smith, Ricardo, entah namanya penduduk yang membludak ala Malthus, entah namanya ekonomi sosialis ala Marx. Sedang Cinapun yang dulu miskin sesudah melaksanakan dua sistem yakni ekonomi yang kapitalis dan pemerintah yang sosialis aaa... jadi kaya pemerintah. Bahkan teori-teori ekonomi modernpun Tempias 2004-2006: Amok Melayu
329
tak ada menyatakan hubungan antara duit pemerintah dengan kekayaan rakyat. Yang ada hanya hubungan kekayaan pemerintah dengan kekayaan pejabat. Pokok eee... apa yang dilaksanakan pemerintah itulah yang terbaik. Buktinya, Syaukani yang anggota DPOD dan Bupati Kutai memberi duit 2 milyar untuk setiap desa. Maka pemerintah pusatpun berang, tapi Syaukani ingin menunjukkan bahwa dia adalah bupati pilihan dan menang dalam Pilkada. Tapi karena pusat tak suka Syaukani dicarilah dalih korupsi. Maka terduduk jugalah kawan ini. Bagaimana pula nasib Puteh? Ditangkap karena korupsi pembelian helikopter, terpaksa sang istri minjam duit di bank, sudahlah masuk penjara, tak juga puas pengacaranyapun dimasukkan ke penjara. Itulah sebabnya saya sangat setuju dengan petinggi-petinggi daerah ini, tak usahlah pening lagi, sebab tak ada teori ekonomi dooo untuk mengangkat harkat rakyat ini dengan duit pemerintah. Nak dipengapakan duit ini? Yang saya anjurkan pandai sajalah bersilat lidah dan mengampu ke pusat. Teori ekonominya namanya ‘Teori Ampu’. Komunisme yang begitu dahsyat untuk membela kaum proletar tak sampai 50 tahun ambruk. Nak menjadi Umar Bin Khattab sekarang ini berkeliling kampung jumpalah pada ibu yang merebus batu, lalu Umarpun balik membawa beras dan minta ampun kepada Allah, itu tak bisa lagi dooo.... Sebab 700 ribu rumah nak diintip oleh Walikota dan memikul beras. Baru saja memikul belum sampai ke rumah miskin temasuk kedalam lubang, akhirnya ke rumah sakit. Ilmu ekonomi itu sama juga dengan ilmu mensholatkan jenazah, sudah habis sholat jenazah imampun bertanya 3 kali “Baik jenazah ini, baikkkk, baik jenazah ini, baikkkk, baik jenazah ini, baikkkk� padahal ketika hidupnya jenazah ini merampok, kerja neraka dan main betina. Malaikat Israil tepingkil-pingkil ketawa. Sesudah diantar ke kubur barulah 330
Tabrani Rab
dipelupuh oleh malaikat Nungkar Nangkir. Kalaupun jenazah ini diangkat lagi dan disembahyangkan lagi “Baik jenazah ini, baikkkk, baik jenazah ini, baikkkk, baik jenazah ini, baikkkk”. Sayapun teringat lagu joget hutan Bontek di Bengkalis “Dang... dang... kung.... Tinggi-tinggi si matahari, anak kerbau mati tertambat, walau banyak duit Bupati, Mak Ngah Munah tetap melarat, dang....dang kungg.....dang...dang...kunggg....”
Riau Pos, 27 November 2005
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
331
Kemaroookkk.....
I
stilah kemarok dalam bahasa Indonesia disebut dengan rakus. Khusus untuk kampung saya Labuhan Tangga disebut dengan “Katak lalu, bengkarung lalu”. Kalau di Bagan namanya “Soyang limbek mato jalai”. Sedangkan dikampung saya namanya “Lahami”. Satu kali digantilah susu yang dia minum dengan air santan dan dua genggam garam. Apa katanya? “Biasonyo aku minum susu Inggris, kali ini susu Perancis”, artinya dia tak dapat membedakan susu dengan santan do, samo sodapnyo. Begitu juga Dinas Kesehatan, katak lalu, bengkarung lalu, lahami lalu, soyang-pun lalu. Bagaimana contohnya? Adalah pengumuman lelang di Riau Pos begitu kecilnya dengan mikroskopun tak nampak. Apa kata pengumumannya sesudah saya memakai elektron mikroskop dan stetoskop dan kop-kop lainnya barulah dapat saya baca. Bunyinya begini “Pengumuman Prakualifikasi Nomor 1/PAN/2005. Panitia Pengadaan Barang dan Jasa dilingkungan Dinas Kesehatan Propinsi Riau Bersumber Dana APBD dan APBN Propinsi Riau Tahun Anggaran 2005, akan melaksanakan Prakualifikasi Calon Penyedia barang dan jasa. Untuk informasi lebih lanjut mengenai Paket Pekerjaan dapat dilihat pada papan pengumuman yang telah disediakan Panitia atau Asosiasi bersangkutan pada setiap jam kerja. Demikianlah 332
Tabrani Rab
disampaikan, atas partisipasinya kami ucapkan terimakasih. Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Proyek-proyek APBD dan APBN dilingkungan Dinas Kesehatan Propinsi Riau Tahun Anggaran 2005�. Pengumuman ini tidak ada tanggalnya, aneh bin ajaib tapi dimuat di Riau Pos pada tanggal 29 April 2005. Jadi termasuk April Mob alias April Pembengak. Besok paginya saya datang ke Dinas Kesehatan, tampaklah saya begayut kontraktor-kontraktor mulai dari yang besar sampai yang kecilll... Banyak pula yang bertanya “Ngah, mana papan pengumumannya?�. Dipapan pengumuman cuma ada iklan demam berdarah, dah itu ada lagi gambar ibu sedang menyusui bayi yang susunya sebesar kelapa cupak. Semua papan tulis di kantor dinas ini saya jelajahi, sebiji haram tak ada pengumuman lelang pengadaan barang dan jasa. Tahulah saya yang memasukkan kedalam Riau Pos adalah Tuti alias tukang tipu. Apa pasal? Semua proyek entah APBD, entah APBN sama sekali tak ada di kantor Dinas Kesehatan. Karena saya tak mengerti-mengerti juga sayapun melihat buku Lintang Pukang tahun 2005. Maka tersebutlah alokasi dana untuk bidang kesehatan 01. Dinas Kesehatan 02. Rumah Sakit Umum Daerah dan 03. Rumah sakit jiwa. Berapa itemnya? Rupanya dibagi atas 3 item. Dalam Dinas Kesehatan terdapat Belanja Operasional dan Pemeliharaan sebesar Rp. 28.171.107.083, Belanja Modal Rp. 40.630.824.333. Berapa pula untuk Rumah Sakit Umum? Terdapat Belanja Operasional dan Pemeliharaan sebesar Rp. 22.362.959.100, Belanja Administrasi Umum Rp. 7.923.131.250 sedangkan Belanja Operasi dan Pemeliharaan Rp. 33.126.809.786 sedangkan Belanja Modal Rp. 41.049.941.036. Yang mencengangkan Rumah Sakit Jiwa, betul-betul sakit jiwa kita membacanya. Apa pasal? Untuk biaya makanan dan minuman kantor anggaran yang disediakan Rp. 667.950.000, ditambah lagi dengan alat laboratorium 5 juta dan biaya alat Tempias 2004-2006: Amok Melayu
333
kedokteran 60 juta, apanya yang mau dilaboratoriumkan. Untuk Rumah Sakit Jiwa yang tak ada do untuk pembangunannya menghabiskan biaya Rp. 8.818.698.000. Yang tertinggi top of the top bukannya untuk pasien tapi makanan dan minuman karyawan kantor yang buncit-buncit begini dan kalau dibeli dapat 200 ton pisang goreng dan 300 ton kopi ginseng. Patutlah saya lihat pegawai rumah sakit ini hitam-hitam dan loyoloyo karena kebanyakan makan pisang. Berapa dihabiskan oleh Rumah Sakit Jiwa diluar dari orang yang berpenyakit jiwa didalam buku Lintang Pukang ini? Dana ini sebesar Rp. 3.434.912.000. Sayapun menterjemahkan anggaran belanja ini kedalam bahasa Inggris yang kebetulan teman saya bule dari Medan datang, yang paling membuat dia tercengang yakni Biaya Jasa Kantor sebesar Rp. 174.500.000. Balik dia bertanya “Is this State Hospital?”. Sayapun menjawab “Yessss....”. Saya tunjukkan pula biaya pakaian dinas 126 juta “Oohh.... my god”. Termasuklah biaya alat studio dan komunikasi sebesar 10 juta. Berdesak-desak menengok ke papan tulis mencari manalah kira-kira pengumuman lelang ini, yang nampak susu ke susu ibu yang sedang menyusui. Lalu diantara kontraktorkontraktor yang berdasi itu bilang “Tak ade...tak ade, sebab yang menang bukan tuan-tuan” kemudian sayapun menyanyi sambil menengok susu ibu “Jut...jut.. tung..kelampai Mak Nari, susu Mak Betung dua jengkal tiga jari”. Subuh itu agen Mosad saya melaporkan “Ongah, rincian anggaran pendapatan untuk Rumah Sakit Umum Daerah dicuri Rp. 1.448.565.237”. Angka ini hilang oleh karena pemenangnya anak petinggi putra mahkota tersayang Wan Abut yang Insyaallah telah saya laporkan pula pada polisi supaya anak petinggi di kantor Gubernur ini ditangkap. Pada tahun 2004pun angka Dinas Kesehatan menghilang “Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan Propinsi Riau” hampir 18 miliar. Yang anehnya lagi 334
Tabrani Rab
yang masuk APBN tak dimasukkan dalam daftar. APBN ini artinya Anggaran Pejabat Buat Petinggi Negeri. Pada 2005 dana APBN lebih dari Rp. 40 milyar hilang. Dana APBD lebih dari 20 milyar tak nampak dalam daftar, hilang disapu dek anak pejabat dan mafia-mafia tender. Bagaimana mafia bambu kuning bermain? Kelompok ini telah menggulung Dinas Kesehatan Propinsi Riau sejak tahun 2001 dengan modus operandi seolah – olah semua telah diumumkan secara luas. Sementara standard umum pengumuman yang diatur dalam Keppres 80 th 2003 memuat nama paket pekerjaan, kemudian nilai pagu dana, tempat pendaftaran peserta lelang dan sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa Dinas Kesehatan Propinsi Riau sebagaimana diatur oleh Keppres 80 th 2003 tentang pedoman pengadaan / jasa pemerintah. Nah, siapa yang mengatur kontrak ini? Yang mengatur adalah SY dengan mafia bambu kuning Erick Chang dengan Kepala Dinas Ksehatan pura-pura tak tahu tapi sudah berangan-angan untuk masuk sekian milyar. Jadi ini namanya dalam bahasa Melayu toncoi alias pura-pura bodoh tapi 4 saku dibuka juga. Sekalipun 300 perusahaan yang mau masuk, tapi tak mau dekat. Dia memasukkan sejumlah CV. Riau Medical Center, CV. Jaga Rimba Abadi Hijau, PT. Dian Melayu Riau, CV. Mitra Langgeng, perusahaan lainnya yang ditunggangi Erick Chang sang mafia bambu kuning dibelakangnya. Dimana tender ini dilaksanakan? Di Hotel, kalau tidak di Pekanbaru ya di Jakarta, begitu kata laporan Mosad kepada saya. Pada hari Jumat lalu, sayapun berbincang dengan Kapolda. Polda memanggil Reskrim “Selesaikan, ganti dengan polisipolisi yang baru, jangan yang sudah ketularan�. Hebat juga ni Pak Kapolda. Pejabat yang terlibat korupsi yang berjamaah ini dilibas. Oleh karena KPK sudah hadir di Riau maka undang jugalah saya ke sholat Istiqasah ini supaya saya dapat menunjuk Tempias 2004-2006: Amok Melayu
335
hidung-hidung mafia bambu kuning dan mafia sawo matang serta mafia lainnya yang merugikan rakyat banyak, sikat...!!!. Dalam saya menguraikan korupsi berjamaah di Dinas Kesehatan ini sayapun memberi contoh korupsi di Dinas Pendidikan, masak alat olahraga 200 juta menjadi anggaran APBD Rp. 1,6 milyar dan dimenangkan pula oleh kelompok bambu kuning Erick Chang yang dulu dikawal oleh Comel CS yang mengamankan jamiatul korupsiah ini. Yang paling parah lagi block grant multimedia SD sebesar 8 miliar, dibeli CD 15 ribu dimasukkan dalam anggaran sekitar sejuta. Kalau begini tak ada gunanya Pataka do, malapetaka yang ada he....he... he... Pokoknya Pak Kapolda semua kepala, waka, kasubdin, yang terlibat dalam hal ini tindak, kita berada didepan Pak Kapolda. Apa guna duit sebanyak ini? Eee... untuk ikut Pilkada...... hancurrlah sudah negara ini...
Riau Pos, 4 Desember 2005
336
Tabrani Rab
Selenyak-Lenyak Tido
A
neh bin ajaib, Jakarta selenyak-lenyak tido sesudah minyak Angso Duo diletakkan koruptor ke pundak mahasiswa. “Selenyak-lenyak tido Ngah. Tak ade do Ngah gejolak nak memperingati hari anti korupsi dunia tanggal 9 Desember 2005 walaupun Indonesia ini masuk negara korupsi tertinggi di dunia dan akhirat. Korupsi itu Ngah, sudah ibarat selimut, kita pakai tiap hari, macam mana pula kita nak telanjang, negara ini dah hancur dah Ngah dek korupsi. Kalau Jusuf Kalla jadi Ketua Golkar sehingga Senayan tak lagi dapat bergoyang maka disini same juga Ngah, Gubernur kita ini mulai dari Kepala Golkar, Kepala Mandah, Kepala Alumni Unri, Kepala Koriah, entah segala kepale Ngah, kepala belukang saja yang tidak”. “Ngah, dah bace belum Keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia? Cobalah Ngah balik halaman dua, bunyinya begini ‘Adanya seorang yang mengaku kerabat Gubernur Propinsi Riau menghubungi salah satu peserta prakualifikasi untuk meminjam perusahaan tersebut untuk digunakan mengikuti tender ini. Untuk itu perusahaan tersebut memperoleh imbalan berupa fee’ Itu baru satu kalimat Ngah, kalau nak balik lagi halaman 18 tendernya bengakbengak saja Ngah, bahasa Inggrisnya shame competition. Ngah bace lagi acara pemeriksaan halaman 88 terdapatnya
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
337
persekongkolan antara berbagai terlapor untuk memenangkan tender, Ngah kenal nggak dengan LE? Bukan Los Angeles doo... Bahkan dihalaman 89 dinyatakan begini “Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor X, Terlapor XI secara sah dan meyakinkan melanggar pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999”. Cobalah Ngah pikir-pikir ada namanya PT. Anisa Putri Ragil, apakan tidak tahu saja Ngah, bisa menang tu. Jadi bukan di Pekanbaru ngatur tu Ngah tapi di Jakarta, pandailah sikit Ngah, Ngah kan dah profesor. Yang lucunya lagi Ngah, pada hal 136 disebutkan PT baru, namanya PT. Modern Widya Technical JO PT. Anisa Putri Ragil menjadi PT. Anisa Putri Ragil Jo PT. Modern Widya Technical padahal ini pembengakpembengak saja Ngah. Memang di Jawa Timur pada peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia, apa katanya Ngah? Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi (GNPK) Jawa Tengah selama dua hari, Rabu dan Kamis (7/12-8/12) menggelar diklat khusus pemberantasan tindak korupsi di Kota Pekalongan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan anggota dalam mengungkap suatu kasus. Bagaimana di Riau Ngah? Selenyak-lenyak nya tido, sebab dah disapukan ke hotak mahasiswa tu minyak Angso Duo, kasihannn aku nengok mahasiswa Riau, paling cuma ngasih ayam betina pada Kejati udah itu selenyak-lenyak nya tido Ngah. Paling surat kabar Riau Tribune (9/12) menulis “Nampaknya kue yang bernama uang rakyat alias APBN dan APBD, sangat rentan dijadikan alat pemuas oleh pejabat di daerah ini. Hebatnya, semakin gencar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengkampanyekan gerakan anti korupsi, semakin gencar pula tindak korupsi di Negeri Lancang Kuning ini” Ini Ngah beraninya cume dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan saja. Padahal bos besar 1,6 triliun Ngahhh... Satu haram tak ade 338
Tabrani Rab
perusahaan di Pekanbaru. Cubelah Ngah cari dalam laporan tu, dari 1 sampai 11 satupun tak ada perusahaan dari daerah do Ngah, yang ade yang dekat-dekat nama Melayu dan orangpun tahu siapa dibelakangnya, tapi alamatnya bukan di Pekanbaru tapi di Cibubur Indah. Memang laporan KPPU RI dah sampai ke KPK dah, bawalah duit segoni Ngah, apakan tidak ajo do. Padahal letak pembangunan ini semua di Riau, ada jembatan Perawang, ade jalan Sungai Akar Bagan Jaya, ada pembangunan Dalu-Dalu Mahato, bertriliun Ngah, menang juge orang Jakarta, apelah Gubernur tak ndak membela orang kite. Ngah tahu ndak kesimpulannya? Pertama, Menyatakan Terlapor X Ir. S.F. Hariyanto (Ketua Panitia Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah Di Lingkungan Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (bidang prasarana jalan) Program multi years Sumber Dana APBD Propinsi Riau Tahun 2004) secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999; Kedua, Menyatakan Terlapor I PT Waskita Karya (Persero), Terlapor II PT Hutama Karya (Persero), Terlapor III PT Wijaya Karya (Persero), Terlapor IV PT Pembangunan Perumahan (Persero), Terlapor V PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Terlapor VI PT Istaka Karya (Persero) Tbk, Terlapor VII PT Harap Panjang, Terlapor VIII PT Modern Widya Technical, Terlapor IX PT Anisa Putri Ragil dan Terlapor XI PT Duta Graha Indah secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999; Ketiga, Menghukum Terlapor II PT Hutama Karya (Persero) dan Terlapor XI PT Duta Graha Indah untuk menghentikan kegiatan pembangunan jalan Sei Akar – Bagan Jaya selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) sejak diterimanya petikan putusan ini; Keempat, Mengukur Terlapor VIII PT. Modern Widya Technical dan Terlapor IX PT Anisa Putri Ragil untuk menghentikan pembangunan jalan Sei Pakning – Teluk Mesjid – Sp. Pusako selambat-lambatnya Tempias 2004-2006: Amok Melayu
339
30 (tiga puluh hari) sejak diterimanya petikan putusan ini; Kelima, Menghukum Terlapor I PT Waskita Karya (Persero) untuk membayar denda sebesar Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) sejak diterimanya petikan putusan lni; Keenam, Menghukum Terlapor III PT Wijaya Karya (Persero) untuk membayar denda sebesar Rp 1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus juta Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) sejak diterimanya petikan putusan ini; Ketujuh, Menghukum Terlapor IV PT Pembangunan Perumahan (Persero) untuk membayar denda sebesar Rp 2.000.000.000,(dua milyar Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negura sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di A. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) sejak diterimanya petikan putusan ini; Kedelapan, Menghukum Terlapor V PT Adhi Karya (Persero) Tbk untuk membayar denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) 340
Tabrani Rab
Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No 19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) sejak diterimanya petikan putusan ini; Kesembilan, Menghukum Terlapor VI PT Istaka Karya (Persero) Tbk untuk membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di JI. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) sejak diterimanya petikan putusan ini; Kesepuluh, Menghukum Terlapor VII PT. Harap Panjang untuk membayar denda sebesar Rp 2.000.000.000,- (dua milyar Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di JI. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) sejak diterimanya petikan putusan ini; Kesebelas, Melarang Terlapor II PT Hutama Karya (Persero) untuk mengikuti tender pada proyek pembangunan jalan/jembatan tahun jamak (multi years) di Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Propinsi Riau sebagaimana dimaksud dalam Putusan ini baik secara sendiri maupun melalui kerjasama operasi dengan pihak manapun; Keduabelas, Melarang Terlapor VIII PT Modern Widya Technical untuk mengikuti tender pada proyek pembangunan jalan/jembatan tahu jamak (multi years) di Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Propinsi Riau sebagaimana dimaksud dalam Putusan ini baik secara sendiri maupun melalui kerjasama operasi dengan pihak manapun; Ketigabelas, Melarang Terlapor IX PT Anisa Putri Ragil untuk Tempias 2004-2006: Amok Melayu
341
mengikuti tender pada proyek pembangunan jalan/jembatan tahun jamak (multi years) di Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Propinsi Riau sebagaimana dimaksud dalam Putusan ini baik secara sendiri maupun melalui kerjasama operasi dengan pihak manapun; Keempatbelas, Melarang Terlapor XI PT Duta Graha Indah untuk mengikuti tender pada proyek pembangunan jalan/jembatan tahun jamak (multi years) di Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Propinsi Riau sebagaimana dimaksud dalam Putusan ini baik secara sendiri maupun melalui kerjasama operasi dengan pihak manapun. Hancurlah daerah ni Ngah, bile nak bangun lagi. 1,6 triliun Ngah, sedapppp saje diaturnya di Jakarta dengan pemain LE dan EC. Sementara daerah ini selenyak-lenyaknya tidooo..... Kami percaya pada Ngah untuk mengadukan hal ini pada Presiden, Tipikor, Jaksa Agung, Polisi. Betullah Ngah cakap, daerah ini dipimpin orang sasau.
Riau Pos, 11 Desember 2005
342
Tabrani Rab
Muke Bacin
P
“
erjalanan ini terasa sangat menyedihkan, sayang engkau tak duduk disampingku kawan, banyak cerita yang mestinya kau lakukan, di tanah kering bebatuan, he…he….” Entah dari mana awal ceritanya tiba-tiba Pemda Riau mengirim delegasi ke Afrika Selatan. Kalau mau mengunjungi Mandela bolehboleh sajalah. Saya sudah entah berapa kali ke kota yang sama, tapi rasanya tak ada yang nak didagangkan di kedua kota ini do, baik di Cepetown maupun di Johanesberg tak ada yang nak dipromosikan do. Ambillah misalnya Cepetown paling kita ke makam Syech Yusuf. Makam beginipun ada juga di Goa Sulawesi, ada juga di Banten. Ada juga kelompok kaum muslimin yang berasal dari Indonesia namanya Ismail Peterson, kalau nak tinggal perai dan bejual kacang putih biasanya kesinilah kita menginap. Ada lagi keturunan raja Flores namanya Syech Moh. Hamdan yang dulu pernah saya antar ke Flores. Selebihnya Capetown itu yaa…. Pemandanganlah. Tak ada yang nak dipedagangkan do. Okelah kita ke Johanesberg, kota itu kota metropolit cukuplah kalau kita nak bedagang melalui konsulat, itupun cukup. Jarak Johanesberg dengan Cepetown seperti jarak Jakarta Pekanbaru juga, di Johanesberg ini tak mungkin do embikin konsensi perdagangan, apanya nak diperdagangkan. Tempias 2004-2006: Amok Melayu
343
Belum lagi habis duit maka rombongan eksekutif inipun diganti pula dengan rombongan legislatif. Maka Ketua DPRDpun bilang “Keberangkatan tiga wakil ketua DPRD Riau, masing-masing Djuharman Arifin, Suryadi Khusaini dan Sofyan Hamzah ke luar negeri bukan studi banding atau jalanjalan melainkan membantu Badan Promosi dan Investasi (BPI) Riau promosi dagang dan peluang investasi. Mereka ke Cina, Korea Selatan dan Afrika Selatan atas undangan BPI, bukan jalan-jalan atau studi banding, tapi untuk promosi dagang dan peluang investasi. Anggarannya di dukung APBD”. Sebenarnya yang paling berhak untuk dikirim tentulah saya. Yang pertama saya sudah beberapa kali ke Cepetown dan Johanesberg, kedua waktu saya sekolah dasar dulu saya selalu menjajakan apam dan pisang “apam..apam…pisang..pisang…”, yang ketiga kalau ke Cina saya lebih ahli lagi sebab sejak kecil saya menjual Yucake “Yu…cakeee…eee...celiap cekak boluii…bocak…(yucake sebiji seketip, tak ada duit tak dapat makan)”. Bagaimana dengan Korea Selatan? Waktu Pak Ketua DPRD pertama sekali ke Korea diapun memberi ceramah di HMI UNRI. Sayapun hadir mendengarkan dengan mulut ternganga, ooh… hebatnya. Padahal sekitar tahun 70-an ketika saya tak beduit dan menelpon Kaharudin Nasution maka sayapun diantar ke Kwang Ju melihat bukannya puluhan tapi ratusan mahasiswa digantung oleh rezim militer Kim Il Sung dan kini paling menonton tiap tahun petani Korea menolak impor beras dari Vietnam dan ini tak tanggung-tanggung sampai menembak sang Presiden. Kesinilah saya diantar Kaharudin Nasution mantan Gubernur Riau yang ketika itu menjadi Dubes di Korea Selatan. Jadi jalan-jalan lebar itu bukanlah menjadi cerita, yang menjadi cerita ratusan mahasiswa digantung oleh Kim Il Sung. Ide Chaidir untuk memberangkatkan tim ke Afrika Selatan ini tentulah bermuara dari pikiran Mahatir yang membuka 344
Tabrani Rab
arah perdagangan south to south alias selatan ke selatan dan kebetulan selatan itu kere. Ide Mahatirpun tenggelam di laut kere. Kalau Afrika Selatanlah yang menjadi tujuan betul-betul kita tak habis mengerti. Bukannya neraca perdagangannya surplus sementara orang-orang bule balik kampung apa yang nak dipelajari di Afrika Selatan hanyalah istilah populer pada tahun 90-an Destino Colombia. Kalau inilah istilahnya lebih baik Pak DPRD datang ketempat saya, sebab dulupun Kepala BIN Hendropriyono belajar pada saya mengenai Destino Colombia, memakai istilah Amerika Latin “Sudah masanya peradaban dunia mengganti senjata dengan pena, medan perang dengan ruang perundingan dan suara senjata diganti dengan dialog”. Inilah yang dilakukan Mandela. Tapi daripada anggota DPRD nak menjual tapai ke Johanesberg lebih baik pinjam buku saya mengenai Destino Colombia dimana hampir tak ada korban kekuasaan apharteit digantikan dengan demokrasi. Berhentilah Ocu dengan membengak-bengak rakyat dengan studi banding segala. Tak bisa Ocu sakojab disitu dooo… lalu Pak Ketua DPRD tak masuk akal cakapnya do. Makin lama makin janggal. Apalagi sudah menerima Terrano King Cross hanya King Forest alias singa yang dapat dilihat di Afrika Selatan. Mahatir dulu mau memboikot Amerika, tangkai jeringpun tak laku dijual ke Afrika Selatan, suasana Cepetown yang agamis berbeda dengan Johanesberg yang hiruk-pikuk, tak ada yang mau dijual disitu do kecuali apam. Kalau sayalah yang menjadi pemerintah maka saya akan mempromosikan bolu kemojo ke Kamboja, harinana kacang putih ke Malaysia dengan berpantun “leng..geleng sapi… bebulu.. telinganya, dimana keling mati, disitu kubur Cina”. Saya mengusulkan yang tidak ada di Afrika Selatan adalah jamu gendong, jengkol, petai, yang belum dirubah oleh Thailand menjadi ukuran kecil atau mini. Kalau durian, kelapa, Tempias 2004-2006: Amok Melayu
345
Riau Pos, 7 Desember 2005
buah manggis, sudah dirubah oleh Thailand menjadi ukuran mini sehingga kita menemukan kompetitor yang dahsyat. Sedangkan Gubernur Jambi sudah berkunjung ke Thailand buah durian Jambi besar-besar juga sehingga payah diekspor apalagi kalau naik Mandala terjadilah malapetaka Mandala 2 yang disebut juga dengan lempuk durian. Yang banyak di Bengkalis dan tak ada di Afrika Selatan adalah cencaluk dan tempoyak. Yang saya usulkan cencaluk karena membangkitkan kembali ingatan generasi Melayu yang hilang di Afrika Selatan dan boleh pula dijual ke Colombo sebab orang Melayu masih banyak di Colombo. Jangan dijual ke Tamil, bengkak kepala kita dek peluru. Tak banyak yang dapat dipromosikan oleh Djuharman Arifin, Suryadi Khusaini dan Sofyan Hamzah sebab bahasa Inggrisnyapun belepotan, bagaimana pula mau mempromosikan paling yes..no‌yes. no... tempoyak. Saya pernah pula diundang oleh Konsul Singapura bersama Chaidir dan Bupati Bengkalis di Hotel Aryaduta dihadapan manager346
Tabrani Rab
manager senior Singapura mempromosikan Riau, ada 50 investor yang datang. Saya pantau setahun kemudian setahu saya satu haram investor tak ada menanam modal di Riau. Karena itu perlulah dipikirkan pengulangan sejarah kepada orang-orang yang di Cepetown akan cencaluk yang pernah dimakan nenek moyang mereka waktu di Banten. Insyaallah promosi begini lebih berhasil daripada tercengang-cengang macam ayam masuk kampung. Orang sekarang tak bodoh lagi do, sekalipun DPRD sudah dikirim ke seantero dunia tak banyak yang dapat dibuat do. Sistem perdagangan pusat dan daerahpun tak jelas. Kalau nak berangkat juga ya… berangkatlah tapi lebih baik dikenalkan masam-macam jamu, ada namanya jamu air mancur sebelum dimakanpun dah memancut, ada tongkat Saidina Ali woww…enak betul…asikkk…., sayangnya jamu-jamu ini kepunyaan Madura. Nah, apa yang kepunyaan Melayu yakni babak, ikan lomek, ikan buntal cuma untuk perhiasan, dimakan orang Afrika mati tegak, bedak sejuk, param (baca paem) tambah lagi dengan anti polong made in Nana Gaus di Bengkalis dan jangan lupa adonan mie keling dan tambi bakar. King of the king dengan satu pertanyaan bungkus, makan sini, bawa balik, hay…aaa… Selamat jalan misi ke Afrika Selatan, habisss..lahhh duitt…miskinnnlah dikau rakyat. Tibatiba orang Afrika bilang “Miee… begini pandai kami lagi”. Bacin… lah muke. “Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan, banyak cerita yang meski kulakukan ditanah kering berbatuan……”
Riau Pos, 18 Desember 2005
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
347
Pesan untuk Pak Kapolda Baru
O
rang Riau ini baik-baik dan teramat baik sehingga pemimpin-pemimpin nasionalnyapun tak ada orang Melayu. Sebut saja Raja Haji asalnya dari Bugis dan menyerang Malaka, wafat di Malaka ditembak Portugis. Siapa lagi pahlawannya? Namanya Tuanku Tambusai yang diberi nama jalan oleh Walikota dari jalan Nangka supaya enak menjadi Nangka Tambusai. Pemimpin Melayu ini dari Rao – Sumatera Barat yang bergabung dengan Sentot Alibasa karena dibuang Belanda ke Padang (Perang Diponegoro 1925-1830, Perang Tambusai 1830-1832), jadi jelas dari Minang. Begitu pula Sultan Syarif Qasim yang menjadi nama lapangan terbang pada masa ini berasal dari Handramaut, Saudi Arabia namun begitu toleransinya orang-orang Melayu disini gelar-gelar pahlawan inipun menjadi gelar pahlawan Melayu. Yang sulitnya dalam budaya Melayu perasaan jauh lebih tinggi diatas logika. Dan disinilah payahnya karena kejahatan sering bersembunyi dibelakang budaya. Bagaimana Pak Kapolda mau mengadili, katakanlah entah seorang Bupati, entah seorang Gubernur yang sudah diraikan menjadi Datuk Setia Amanah. Di Malaysia akibatnya hukum terpecah menjadi dua, yakni hukum positif yang berasal dari hukum Barat juga, jadi tertuang dalam KUHP. Yang kedua di Malaysia diperlukan suatu
348
Tabrani Rab
peradilan yang lain yang disebut dengan Mahkamah Syariah. Saya yang ketika itu tinggal di Holiday In di Selangor tiba-tiba tertangkap bintang film Sarah dan pemain bola Sandy, saya kira dikamar saya rupanya disebelah. Karena rasa keingintahuan saya, sayapun ikut ke Mahkamah Syariah mengadili laki dan perempuan dalam satu kamar yang menurut Islam pasti ada iblis ditengah, itulah sebabnya dalam Melayu ada disebut dengan Pak Pung Pak Mustafa, Pak Dolah dirumahnya, ada tepung ada kelapa, ada gula ditengahnya, yang ini tentulah gula pahit. Hampir disemua perbatasan orang-orang Melayu itu toleransi terhadap suku-suku lainnya. Kalaupun mereka dipinggirkan itu tentu saja ada batas-batasnya, kalau sudah tecampak betul maka timbullah amuk yang tak ada dalam kamus bahasa Inggris tapi dapat dilihat kejadiaannya seperti peristiwa Sampit. Saya terperangah melihat gambar ini dimajalah Time, tengkoraktengkorak diatas pagar. Jadi Pak Kapolda di tanah Melayu ini orang tak suka ributribut bahkan sampai korupsipun yang terjadi pada Dinas Kesehatan, Pak Kepala Dinasnya menyatakan “Jangan ramairamai laa… apa salahnya saya mencuri”. Kapolda yang sepanjang pengetahuan saya sangat bergaul dengan masyarakat adalah Hudioro, ketika tenggelam di laut Cina Selatan dan selamat dimana-mana orang mengucapkan syukur dengan selamatan alias bahasa disini kenduri “lapanggg.. dada kami Ngah”. Sayangnya Pak Hudioro telah meninggalkan kita semua. Ada pula Kapolda yang anaknya jelas-jelas sebagai tukang beking mafia, begitu mahasiswa akan demo sorenya Pak Deddy S Komarudin datang ke rumah pondok saya untuk membikin pernyataan untuk menyatakan beliau tidak pernah menghina Melayu walaupun dalam pidatonya ada jugalah sedikit. Sebagai teman baik sayapun melaksanakan tugas saya walaupun ada anggota DPR RI orang Melayu mencerca saya habis-habisan, tak ape lahhh…. Tempias 2004-2006: Amok Melayu
349
Saya tinggal di Pekanbaru ini sejak tahun 1952 jadi boleh sebagai yang dituakan. Tentu pula dalam usia yang tua ini terngiang-ngiang pula dari Sumatera Utara Kapolda Sutanto bisa dimainkan preman sehingga pindah ke Jakarta, sedikit banyaknya tahu jugalah saya dengan Pak Sutanto. Saya merasa bersyukur dia dapat menebas Azhari sehingga rakyat tidak lagi ditakuti oleh teroris. Sayapun membaca berbagai koran asing, pujian yang disampaikan dari luar negeri karena keberhasilan Indonesia dalam melumpuhkan teroris yang lebih hebat dari melumpuhkan mafia. Sebab Alcapon pun hanya dihukum 11 tahun penjara padahal berpuluh mafia dan mafioso dan rakyat rakyat biasa mati, Alcapon hanya dituntut karena menggelapkan pajak. Saya baca di surat kabar Bapak Kapolri yang baru ini tegas terhadap preman dan korupsi dan tak tanggung-tanggung “Mantan Kabareskrim Mabes Polri Komjen Pol Suyitno Landung akhirnya ditahan. Jenderal bintang tiga lulusan Akpol 72 yang sudah ditetapkan sebagai tersangka kasus BNI sejak pekan lalu itu ditahan setelah menjalani pemeriksaan maraton di Bareskrim Mabes Polriâ€?. Saya dengar pula sejumlah preman Medan telah angkat kaki ke Kuala Lumpur sebab ulah preman Medan inilah menyebabkan Sutanto balik ke Jakarta dari Kapolda Medan. Oleh karena itu sebuah angin baru berhembus dari Kapolri yang ingin memberantas preman, korupsi dan illegal logging. Berkali-kali saya telah menulis bagaimana Kapolda-Kapolda sebelumnya membiarkan anaknya membeking preman yang namanya Erick Chang dan sesudah itu menyumbang kepada PTIK Rp. 1,2 milyar. Ketika Kapolda Damanhuri datang ke Pekanbaru maka tak tanggung-tanggung membentuk Tim untuk mengembalikan hak-hak masyarakat Ampaian Rotan bahkan mempertemukan saya dengan perampok tanah rakyat yang namanya Letkol Anumerta eehh‌ salah Purnawirawan Timbang Sianipar. Karena itu sayapun menulis surat kepada 350
Tabrani Rab
Kapolri bahwa dalam kasus Ampaian Rotan saya telah ditunjuk oleh Gubernur dan disahkan oleh DPRD tiba-tiba saja dibentuk Tim oleh Kapolda. Kenapa pekerjaan saya ini diambil-alih bahkan dicampakkan lagi saya. Saya mengharapkan kepada Pak Kapolda baru ada tiga permasalahan yang utama di Riau ini. Pertama, masalah yang sifatnya sudah berpuluh tahun, tanah rakyat dirampok oleh mafia preman Medan dengan senjata api dan membakarnya lagi akan tetapi pengadilan membebaskannya. Padahal perintah SBY sudah jelas disampaikan pada saya “Tangkap Timbang Sianipar�. Ini tidak, yang mengeluarkan sertifikat palsu di Ampaian Rotan yang masih famili saya bernama Khairul Rasyid dihukum 6 bulan penjara. Sang pembeli sertifikat palsu ini Santoso alias Bokim menjualnya pada Timbang Sianipar dengan harga 200 juta rupiah. Hanya dengan duit segini mereka merampok tanah penduduk Ampaian Rotan dan menyebabkan matinya karena tidak makan Herman (45 th), Yakim (50 th), Oloan Mangunsong (60 th), Ibu Mangunsong (56 th) dan Abdullah Harahap (54 th). Kedua, masalah korupsi di Riau, harapan saya pada Pak Kapolda seperti buku yang ditulis Socrates juga “there is no man above law, one man in law is majority� (tak ada orang diatas hukum, dan seorang saja memegang hukum itulah mayoritas). Dan yang Ketiga, masalah illegal loging, tak mungkin polisi tidak terlibat. Saya sendiri ketika pulang kampung melihat dengan mata kepala sendiri polisi berteleging membeking illegal loging. Masa Pak Deddy S Komarudin sebagai Kapolda anaknya Rinto sebagai pembeking illegal loging dan pembeking Erick Chang, siapa yang berani mendekat? Saya saja ditelpon bepuluh kali. Masa Pak Damanhuri, wakil Gubernurnya lebih pintar menangkap illegal loging ketimbang Kapolda, masya Allah, ada apa denganmu. Karena pelantikan Kapolda Riau diberikan Tempias 2004-2006: Amok Melayu
351
misi utama meluluhlantakkan korupsi dan harus diingat Riau ini nomor 4 di Indonesia dan nomor 5 seluruh dunia adalah Indonesia jadi artinya Riau sarang korupsi ke 9 diseluruh dunia. Lembaga yang saya pimpin sejak tahun 1978 Riau Cultural Institute mempunyai arsip korupsi setinggi rumah. Tak ada jalan lain, sikat korupsi Pak Kapolda, bila perlu data teleponlah saya. Sekali lagi saya menyampaikan ta’niyah dan selamat bertugas di Riau namun sebuah contoh yang telah diberikan oleh Kapolri tak pandang bulu, Kabareskrim Mabes Polri disikat dan sedikit lagi dipanggil pula Da’I Bachtiar sang mantan Kapolri. Di Riau masalah preman termasuk masalah bom molotov yang kemampuan polisi hanya dapat menangkap pelaku ikan teri nya dan kakapnya tetap bergentayangan, begitu pula illegal loging sang wakil Gubernur lebih aktif dari sang Kapolda, tentulah ini keajaiban dunia yang kedelapan. Harapan saya semoga dengan kedatangan Pak Kapolda All out semua penjahat-penjahat di Riau ini termasuk koruptorkoruptor yang menghisap darah rakyat. Karangan ini saya tutup dengan surat Kapolri tanggal 17 Oktober 2005 “Oleh Tim Independen Legal Audit diputuskan bahwa tanah tersebut milik masyarakat, namun dalam perkembangannya masalah tersebut diambil alih oleh Polda Riau hingga masalah tidak selesai dan lahan tetap dikuasai oleh Letkol Purn. Timbang Sianipar”. Tolonglah Pak rakyat-rakyat yang telah dihancurkan kehidupannya oleh preman-preman sebagai pergajul bayaran. Sebagai orang tua tak pula lupa saya menyampaikan sebuah hadist Nabi “Bila Fatimah Zahrah mencuri maka Aku sendiri yang akan memotong tangannya”. Simbol hukum yang luar biasa Pak Kapolda. Selamat bertugas Pak Kapolda, sehingga tidak mengecewakan kami di Riau ini. Riau Pos, 25 Desember 2005
352
Tabrani Rab
Tempias 2006
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
353
354
Tabrani Rab
Menjemput 2006
B
idang yang paling merosot dari zaman dahulu kala sampai akhir 2005 adalah penegakan hukum. Dalam bidang penegakan hukum inipun yang paling tak berjalan adalah pemberantasan korupsi. Berbagai koran asing maupun koran nasional memuat korupsi di Indonesia bukannya makin mmebaik tapi makin memburuk. Bila di Cina lebih dari 350 ribu setahun diadili karena korupsi dan seperempatnya menghadapi tembak maka di Riau aneh tapi nyata hanya seekor yang tertangkap, Nader Thaher. Indonesia dulu digolongkan nomor 3 sebab yang teratas adalah Cina, dibawahnya adalah Vietnam. Akan tetapi karena Cina dan Vietnam aktif memerangi korupsi dan tak kepalangtanggung dengan hukuman tembak karena sang koruptor dianggap pembunuh dari kesejahteraan rakyat maka negara ini pun berdalih dari ocehan berbagai negara maju tidak berprikemanusiaan toh balik Cina menuduh negaranegara maju bersekongkol dengan koruptor membunuh rakyat Cina. Di Riau lebih aneh lagi. Propinsi Riau termasuk korupsi nomor 4 di Indonesia, sementara Indonesia sendiri nomor 5 dari dunia. Toh begitu-begitu juga. Sekali waktu saya membaca koran Riau Mandiri “Pak Kapolda yang baru yakni Pak Ito Sumardi Akui Kasus Molotov Mandek�. Rasanya hampir setengah dari Tempias 2004-2006: Amok Melayu
355
waktu saya mempelajari hubungan antara mafia korupsi di dua dinas yang paling bergengsi yakni Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan yang senantiasa dibayang-bayangi mafia entah bambu kuning entah sawo matang, yang jelas disini bukan diadakan tender tapi pembantaian. Sayapun memberikan sebuah nama pada Pak Kapolda Ito Sumardi ada anggota polisi yang bertugas di Polsek Limapuluh, seorang yang mempunyai dua jabatan yakni jabatan bendahara disebuah organisasi yang terlibat dalam kasus bom molotov dan sekaligus juga anggota polisi yang pernah ditahan di Brimob. Bagaimana saya bisa yakin bahwa polisi yang sudah ketularan virus korupsi bisa memeriksa anggotanya yang terlibat dalam kasus organisasi bom molotov. Sayapun datang ke mess Pak Kapolda membawa nama kunci ini. Sayangnya Pak Kapolda masih istirahat, sementara saya tak pernah dapat tidur sesudah membaca surat kabar Asian World Street Journal bahwa negara ini terpuruk dalam kemiskinan yang dahsyat dan dihantam semua malapetaka mulai dari Tsunami sampai bahaya kelaparan di Papua, penyebabnya adalah korupsi. Dan dengan sangat menyesal saya mengatakan pada Pak Kapolda bila tidak ditindak saya akan menyampaikan langsung pada Pak Kapolri. Sebab ditangan sayalah 3 anak yang mati dimolotov sementara sang ibu belum sampai ke rumah sakit saya sudah mati, apakah cukup kita menyatakan “Kasus Bom Molotov Mandek�? Berkali-kali saya menyatakan dengan mantan Kapolda Damanhuri tak mungkin anak-anak ingusan begini membakar rumah Lia dan John di gang Bahana, pasti ada pemegang dana. Kepercayaan saya pada pihak kepolisian ambruk ketika mobil bodong yang entah darimana didapat oleh JH sang Briptu sudah hilang dari Poltabes satu per satu. Berkali-kali saya membaca koran “Dia sudah ditangkap di Brimob, lha kok dibebaskan�. Apalagi kalau bukan untuk menyetor dana pada bos-bos Polda. Saya menjadi aneh kasus Ampaian Rotan tak juga selesai-selesai sekalipun saya sudah 356
Tabrani Rab
membawanya pada Komisi Hak Azasi Manusia di New York dan di Geneva. Untuk kasus mahasiswa Riau yang akan digantung di Kairo kedua lembaga ini dapat menyelamatkannya. Tapi untuk kasus Timbang Sianipar sudahlah mantan Kepala Desanya, Khairul Rasyid ditangkap dan dibenamkan dalam penjara 6 bulan karena membuat 312 SKGR palsu kemudian sang Bokim yang termasuk mafia bambu kuning membelinya dan dijualnya pada Timbang Sianipar sang eksekutor sehingga tanah rakyat ini dirampok habis oleh Timbang Sianipar. Lalu ada usaha mantan Kapolda Damanhuri untuk menemukan saya dengan Timbang Sianipar, bahkan membentuk tim baru lagi sehingga puluhan polisi harus makan ikan masin dengan nasi. Nah, salah siapa? Padahal kunci persoalannya tinggal menangkap Timbang Sianipar. Ada kata-kata yang lebih baik yang diciptakan oleh anggota DPR RI “Ustad di sarang maling�. Bagaimana mungkin entah namanya Kapolda, entah namanya Kajati harus bertindak demi hukum dalam lingkungan yang jorok dan banjir dengan korupsi ini. Yang anehnya lagi dalam menyambut tahun baru ini saya mmeberikan kepada Kapolda buku Keprigate yang mengantarkan Huzrin Hood ke Sukamiskin. Ketika saya menulis Bengkalisgate maka Jaksa Agung datang ke Bengkalis meresmikan kantor Jaksa Bengkalis yang dibangun oleh Bupati Syamsurizal. Tentulah dengan sekepuk buruk duit dan menyebabkan Kejaksaan Bengkalis aneh tapi nyata yakni menunggu dulu hasil dari DPRD. Kalau kita mau membuka mata melihat pada negara lain. Ambillah misalnya Jepang. Adalah namanya Tanaka yang menjadi politik kawakan di Jepang. Begitu hebatnya anak Tanaka inipun diangkat menjadi Menlu Jepang. Apa sekolah Tanaka ini? SD kelas empat. Satu kali diapun menelepon Pangeran Berhard dari Belanda sebab Jepang mau membeli pesawat angkut Tristart Lockhed, padahal ini bukan wewenang Tanaka. Baru saja ditelepon Tempias 2004-2006: Amok Melayu
357
terbongkarlah kasus ini. Apa akibatnya? Tanaka terpelanting dari kursi Perdana Menteri dan bukan itu saja, dikurung 5 tahun penjara. Ratu Welhelmina langsung turun tahta. Pangeran Berhard mengakui kesalahannya pada publik. Kenapa perkara ini terbongkar? Karena Jaksa dari sebuah kecamatan mencium kasus tak beres ini maka terpelantinglah Tanaka. Begitu pula kasus Nixon, sudah jelas-jelas dia menang tibatiba polisi menemukan pita tape di Partai Republik sehingga diterpelantingkan dari Gedung Putih walaupun menang tapi jelas mencuri data itu tindakan kriminal. Timbullah istilah watergate. Berani tidak negara ini mengadili Soeharto yang jelas-jelas sebagai Raja Koruptor terbesar sepanjang abad. Karena itulah meninggalkan tahun 2005 dan masuk pada tahun 2006 tak akan banyak perubahan yang akan dialami oleh negara ini. Bahkan di Riau saja hanya satu kasus korupsi Nader Thaher yang diangkat, itupun sudah digolongkan nomor 4. Saya sangat setuju dengan yang ditulis koran Tribune (9/12) “Kasus korupsi di Riau termasuk KLB alias Keadaan Luar Bisa”. Lalu koran ini menambahkan “Nampaknya kue yang bernama uang rakyat alias APBN dan APBD sangat rentan dijadikan alat pemuas oleh pejabat di daerah ini. Hebatnya semakin gencar Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono mengkampanyekan gerakan anti korupsi, semakin gencar pula tindak kourpsi di Negeri Lancang Kuning ini. Hal ini bisa dilihat dari semakin banyaknya pemberitaan di media massa yang memberitakan dugaan korupsi yang sedang diperiksa oleh aparat hukum, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi, kepolisian, kejaksaan serta Tim Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Namun khusus untuk aparat penegak hukum di Riau, tak banyak yang bisa dilakukan dalam memberantas korupsi. Kasus korupsi di Riau sudah masuk dalam kategori Keadaan Luar Biasa. Sebab di Riau ini justru ‘maling teriak maling”. Pada tahun 2005 358
Tabrani Rab
PBB merayakannya sebagai Annus Mirabilis Einstein (Tahun Kejayaan Einstein) dimana kejayaannya dengan penemuan foton sehingga kita dapat menikmatinya dengan ATM. Seandainya gedung PBB berada di Pekanbaru maka tahun 2006 dapatlah kita sebut “Annus mirabilis corruptibilis� Tahun Kejayaan Koruptor alias Tahun Kehancuran Negara sebab dalam bahasa Latin corruptibilis dapat berarti korupsi, dapat pula berarti hancurnya keluarga. Selamat Tahun Baru 2006.
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
359
Riau 2020, “Entah Iye Entah Tidak�
B
erbicara tentang tahun 2020, ingatan kita selalu tertuju pada Visi Riau 2020 dan Wawasan 2020 Malaysia.Bila Wawasan 2020 Malaysia memfokuskan perjuangan pada sembilan cabaran maka Visi Riau 2020 lebih menitikberatkan pada lima pilar. Visi Riau 2020 memang telah diketahui oleh hampir seluruh masyarakat Riau namun apa salahnya kita mundur ke belakang untuk melihat apakah memang sudah terdapat langkah menuju ke arah sebagaimana diharapkan. Gubernur Riau Rusli Zainal meletakkan dasar pembangunan Riau 2020 adalah melalui pengentasan kemiskinan, kebodohan dan infrastruktur (K2I). Dasar pembangunan Gubernur Riau melebihi dasar yang diletakkan oleh badan PBB United Nation Development Programme (UNDP) yakni hanya ingnorence and poverty. Tidak salah juga bila kita menoleh ke buku yang ditulis oleh Ahmad Sarji dari Universiti Teknologi MARA ‘Wawasan 2020 Malaysia Memahami Konsep Implikasi dan Cabaran’. Dalam program K2I Provinsi Riau secara makro sangat terasa bahwa sektor anggaran untuk pendidikan dan kesehatan naik. Dan kalau kita kaji-kaji juga pembangunan infrastruktur maka tema apapun yang kita buat arah dari Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan Dinas Kimpraswil betul-betul tidak kenamengena dengan tema K2I bahkan sebaliknya Riau dengan anggaran yang begitu besar efisiensi nol besar.Ironisnya seolah-
360
Tabrani Rab
olah K2I hanyalah sebuah slogan untuk menutupi korupsi yang begitu besar pada Dinas Kimpraswil, Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan. Tidak dapat dinafikan bahwa Visi Riau 2020 sampai saat ini belum tampak agenda ke arah 2020 tetapi sebaliknya yang timbul persentase korupsi yang mempunyai aselerasi yang meningkat. Sebagai contoh dua dinas yang menyangkut publik yakni Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan, angka-angka mark-up maupun kerugian negara akibat tender yang tidak terbuka dan jatuhnya kontrak ke kelompok yang sama maka dapatlah disebut kedua kejadian ini sebagai mafia yang akan mematahkan Riau 2020 maupun K2I. Walaupun anggarannya diatas 20% bahkan anggaran ini lebih tinggi karena kabupaten menaikkan pula angka pendidikan, kita tetap risau karena Pertama; Dalam buku anggaran Lintang Rancangan Peraturan Daerah Propinsi Riau Nomor: Tahun 2005 Tentang Rencana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Propinsi Riau Tahun Anggaran 2005 dapat kita lihat secara kualifikasi hampir tidak dapat diverifikasi. Akibatnya anggaran yang begitu besar tidak diketahui dari mana kita mulai, di titik mana kita berakhir dan apa yang telah dicapai. Memakai istilah Dewey “Unverified�. Kedua; kontraktor pelaksana yang pada tahun 2003 dan 2004 hampir di monopoli oleh mafia pendidikan sehingga kita meragukan dapatkah mafia ini digulung. Ambillah misalnya kegiatan Block Grant Multi Media Sistem Pembelajaran IPA SD/MI di dinas pendidikan Riau dengan pagu anggaran Rp 8 milyar. Negara dirugikan karena dana ini di mark-up 400 persen. Anggaran pendidikan 2005 sebesar Rp. 373.624.808.227 dengan kasus kebocoran yang hampir sama. Anggaran ini sebenarnya lebih kecil dari 2004 sebesar Rp. 406.576.930.200.Apa yang dinyatakan dalam buku lintang sangat besar bila dibandingkan dengan jumlah siswa sekolah aktif yang terdapat di propinsi Riau. Sayangnya dari dana yang begini besar pada tahun 2005 termasuk 47 paket Tempias 2004-2006: Amok Melayu
361
block grant, imbal swadaya dan pola kerjasama operasional (KSO) lebih dari Rp. 190 milyar tertuang dalam SK Gubernur Riau Nomor: KPTS.314/VI/2005. Namun anggaran 2004 ini tidak terpakai semua, dialihkan kepada Kimpraswil. Sisa dana ini dimasukkan kedalam ABT ternyata tak juga habis. Maka Gubernurpun berinisiatif merenovasi kantor Gubernur, yang tak melalui pelelangan konon Rp. 17 miliar, cash flow dicairkan semuanya pada akhir 2004 sekalipun pekerjaan ini belum selesai, masyaallah. Harusnya yang dicontoh tentulah Pak Gubernur bak kata orang Melayu guru kencing berdiri, murid kencing terbang. Bagi perusahaan yang tak dapat tender berlaku pula pepatah Melayu sudah jatuh tertimpa rumah. Penyalahgunaan wewenang melalui korupsi berjamaah di Dinas Pendidikan Riau ini melibatkan Kepala Dinas, Wakil Kepala Dinas, Kepala Sub Dinas Pengembangan SD, pemimpin kegiatan, tim sukses pelaksana dan pengisi barang. Disamping itu patut diduga keterlibatan Bawasda Propinsi Riau dan BPK di Propinsi Riau yang tidak menganggap kasus ini sebagai temuan mereka, konseptor block grant, Panggar DPRD Riau lama, konseptor Bappeda yang sekarang pegawai bagian pengawasan Dinas Pendidikan. Anggaran sektor kesehatan sebesar Rp. 55,8 milyar diluar anggaran APBN menjadi hiruk pikuk akibat pembelian alat kateter jantung buatan Siemens. Kepala Dinas seolah-olah tidak tahu dan selambe atas terjadinya penggelembungan lelang lebih dari 200%, dengan kualitas barang sangat rendah dibanding anggarannya. Untuk menyelamatkan diri oknum dinas kesehatan meminta perlindungan hukum melalui rekanan tertentu kepada aparat hukum Bila terjadi pemeriksaan terhadap para oknum dinas kesehatan selalu hilang ditengah jalan karena dana anggaran sebagai biaya menjaga keselamatan dari jerat hukum melampaui setengah anggaran belanja modal dinas tersebut. Banyaknya pos-pos anggaran. Hal ini terjadi karena sangat rendahnya mentalitas 362
Tabrani Rab
pejabat terkait dan aparat penegak hukum di propinsi Riau.. Akibatnya terjadi penggelembungan anggaran menjadi lebih 250% dari harga sebenarnya dan kerugian negara mencapai Rp 20 milyar mengingat sejak dahulu Dinas Kesehatan Riau sudah menjadi sarang korupsi. Nah, bagaimana pula infrastruktur? Alokasi untuk infrastruktur tahun jama (multi years) Riau sangat mencengangkan, sebesar Rp. 1,7 triliun. Pemerintah pusat akan menggelar dana infrastruktur sebesar Rp. 975 triliun. Untuk tahun 2005 ditawarkan 91 proyek senilai Rp. 225 triliun. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) mulai khawatir dengan duit Rp. 1,7 triliun di Riau ini. Menurut koran Tempo (6/12/05)? “ Nilai proyek selalu menggelembung 20-30 persen dari yang seharusnya dikeluarkan. Misalnya untuk proyek senilai Rp 100 miliar, kontraktornya sebenarnya bisa bekerja dengan optimal dan meraih keuntungan yang layak dengan pengajuan angka proyek Rp 70 miliar. Jadi bisa dibayangkan, kalau dalam setahun ada proyek infrastruktur Rp. 100 triliun ada Rp. 20-30 triliun uang negara yang menguap�. KPPU kesimpulan Rp. 700 milyar dari proyek sebesar Rp 1,7 ini menguap dalam aljamiatul korupsiah. Enam kontraktor memprotes putusan KPPU tentang proyek pembangunan jalan di Riau. Selembar surat berkop Komisi Pengawas Persaingan Usaha dilayangkan ke Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan. Isinya bukan pengaduan melainkan memohon penetapan Komisi ini menghadapi gugatan atas putusan yang dikeluarkannya. “Kami yang akan menghadiri gugatan mereka�, kata Muhammad Iqbal, seorang anggota KPPU. Komisi Pengawas menuai gugatan setelah mengeluarkan putusan tentang proyek pembangunan jembatan dan jalan di Riau senilai Rp. 1,7 triliun. Putusan pada akhir September lalu ini dikeluarkan oleh Majelis Komisi yang beranggotakan M. Iqbal, Syamsul Maarif dan Erwin Syahril. Dalam putusan dinyatakan 6 perusahaan kontraktor plat merah dan rekannya Tempias 2004-2006: Amok Melayu
363
terbukti melakukan praktek persekongkolan tender. Mereka adalah PT. Waskita Karya, PT. Hutama Karya, PT Wijaya Karya, PT. Pembangunan Perumahan, PT. Adhi Karya, PT. Istaka Karya. Adapun kontraktor yang diajak bekerja sama adalah PT. Harap Panjang, PT. Modern Wijaya Technical, PT. Anisa Putri Ragil, PT. Duta Graha Indah. Sangsipun telah dijatuhkan. Ada perusahaan yang mendapat denda miliaran rupiah, diperintahkan menghentikan pekerjaan, ada juga yang dilarang mengikuti tender ulang proyek. Majelis komisi juga meminta KPK turun tangan untuk memeriksa panitia pengadaan barang dan jasa di Dinas Kimpraswil Riau. Tak hanya ketuanya yang perlu diusut tapi juga panitia dan atasan. Keanehan lain dicatat oleh Mukti Sanjaya, anggota DPRD Riau dari fraksi PKS ternyata proyek pembangunan jalan itu tanpa melalui prosedur baku pelaksanaannya hanya berdasarkan persetujuan DPRD dan pemerintah Propinsi Riau “Mestinya harus dituangkan dalam peraturan daerah”, ujarnya. Dilapangan fraksi PKS juga menemukan banyak keganjilan misalnya saja proyek itu bukannya membuka jalan baru melainkan hanya mengeraskan atau menimbun jalan-jalan yang sudah ada. Temuan lain ada jalan yang mestinya dibangun sepanjang 65 km, tapi hanya 35 km yang dikerjakan. “Dan diberikan acara dinyatakan selesai”, ujar Mukti. LSM Riau Mandiri juga mencium hal serupa. “Menggelembungkan dana yang luar biasa yang terjadi dihampir semua ruas jalan dan jembatan dalam item proyek”, kata Ribut Susanto. Lembaga ini menemukan pula adanya aliran dana proyek masuk ke kantong orang-orang yang tak berhubungan dengan proyek. Semua temuan itu telah diserahkan pada KPK. Akankah Visi Riau 2020 menjadi kenyataan? Melihat kebocoran di semua dinas di Riau lebih dari 50 persen dan 18 tahun lagi minyak akan licin tandas, saya sangat pesimis Riau mampu bertahan seperti saat ini, apalagi untuk lebih maju dan sangat mungkin akan lebih sengsara. 364
Tabrani Rab
Liau Airline
K
alau bahasa Cina Liau itu artinya punah. Tapi Riau Airline yang anggarannya sebesar 12 miliar yang diajukan oleh Pemda, ditolak oleh DPRD. Ini baru namanya DPRD. Karena pesawat Riau Airline itu dua biji dan kalau saya ke Malaka harus menunggu paling sedikit 5 jam baru pesawat ini muncul maka saya sangat bersyukur ketika DPRD menolak anggaran 12 milyar kepada Riau Airline. Dengan perkataan lain Riau Airline ini menjadi Liau Airline. Apa pula kita takut sedang Garuda saja US$ 50 juta dibayar oleh republik ini. Saya menganjurkan kepada RAL ehhh LAL, tunjuk saya sebagai pelobi di DPR Pusat supaya mendampingi hutang Garuda yang US$ 50 juta ditambah lagi dengan hutang RAL supaya tak menjadi Liau Airline. Yang lalu-lalunya sekalipun surat kabar Tempo telah menurunkan tiga tulisan berturut-turut ditambah dengan kepala hangat kuku “Persekongkolan tender infrastruktur (bagian pertama), uang negara menguap” (Tempo, 6/12/05). Tambah lagi dengan hari berikutnya “Persekongkolan tender infrastruktur (bagian kedua), tersengat tahun jamak”. Belum juga lagi cukup Tempo menembak langsung “Persekongkolan tender infrastruktur (bagian ketiga), semerbak aroma korupsi”. Dan buku setebal 214 halaman salinan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia, Putusan Perkara Nomor: 06/KPPU-I/2005 yang telah melayang pula ke DPRD Tempias 2004-2006: Amok Melayu
365
Riau. Pokoknya Riau mendapat tuduhan 700 miliar dari proyek 1,7 triliun menguap. Perusahaan-perusahaan yang terlibat PT. Waskita Karya, PT. Hutama Karya, PT Wijaya Karya, PT. Pembangunan Perumahan, PT. Adhi Karya, PT. Istaka Karya, PT. Harap Panjang, PT. Modern Wijaya Technical, PT. Anisa Putri Ragil, PT. Duta Graha Indah. Ditambah pula dalam keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia yang menyakitkan hati PT Anisa Putri Ragil JO PT Modem Widya Technical seharusnya hanya lulus prakualifikasi untuk 3 (tiga) paket karena Kemampuan Dasarnya hanya sebesar Rp. 169.022.000.000,00 (seratus enam puluh sembilan milyar dua puluh dua juta Rupiah). Namun Panitia tetap meluluskan PT Anisa Putri Ragil JO PT Modem Widya Technical untuk paket pembangunan jalan Sorek - Teluk Meranti - Guntung meskipun nilai proyek paket tersebut lebih kurang sebesar Rp 183.260.000.000,00 (seratus delapan puluh tiga milyar dua ratus enam puluh juta Rupiah) dan orang awampun tahu siapa pemiliknya. Tampaknya DPRD tidak meminta penjelasan dari Pemda Riau walaupun nilai sebesar 700 miliar ini yang berhak sebenarnya fakir miskin di Riau ini yang jumlahnya 43 persen, belum lagi termasuk kekurangan gizi. Seandainya pemerintah membagi 300 miliar ini kepada SD, SMP dan SMA saya hitunghitung barulah Pemda Riau ini dapat meniru Sumatera Barat. Begitu hebatnya Sumatera Barat selain anggaran propinsi dapat lebih dari 8 triliun dan Riau setengahnya walaupun minyak Riau penopang utama negara ini kita harus melihat petinggipetinggi daerah ini memang harus dimandikan dengan mandi ala kampung saya Bagansiapi-api, namanya mandi tolak bala. Apa maksudnya? Supaya rezeki yang dihambur-hamburkan ini dapat bermanfaat untuk masyarakat banyak. Pada hari Minggu yang lalu saya didatangi dua tamu. Yang pertama bekas mahasiswa saya di Sekolah Perawat yang menjadi pegawai tidak tetap di desa Penyengat sambil terengah-engah 366
Tabrani Rab
membilangkan “Pak Ngah, tak makan orang desa Penyengat tu do Ngah. Kebetulan pula Metro TV menayangkan kemiskinan di Penyengat sehingga sejumlah anak kurang darah”, kata bekas siswa saya ini. “Bantulah sama Ongah semampu Ongah”. Maka sayapun membeli beras dan mengirim ke Penyengat serta mengirim sedikit uang untuk honor guru mengaji. Jauhnya Penyengat ini kira-kira 70 km dari Siak Sri Indrapura. Didalam Metro TV pun tampak tanahnya masih merah dan tak beraspal do. Apa kata wawancara Metro TV ini setelah ditunjukkan latar belakang rumah tak pakai pintu dan tiang ada 3 batang? “Kami disini Pak makan, kadang-kadang sekali, kadang-kadang dua kali, macam manalah kami nak hidup”. Lalu diakhir tayangan nampaklah penduduk sedang mandi di sungai Siak sambil mencuci yang sekitarnya bertebar kotoran manusia. Bagaimana kita bisa dapat mengerti dengan negeri ini yang sejak tahun 1952 minyaknya sudah disedot Caltex dan penyedotan ini diresmikan oleh Menteri Perdagangan yang namanya Anang di Sungai Pakning dan kemudian kapal Caltex bolak-balik antara Perawang dan Pakning. Sejak itu habislah penghasilan orang Siak lantaran limbah minyak dan ketika Caltex membuka jalan pula ke Dumai maka tak tanggungtanggung Pebatinan Lima Sakai tunggang-langgang lari. Saya ingat betul pidato Anang yang diikuti pula oleh Julius Tahija “Dalam 10 tahun yang akan datang teknologi minyak ini akan diganti oleh putra-putra Indonesia”. Itu artinya tahun 1962. Sampai tahun sekarang inipun minyak cepu masih juga diperasikan oleh Exxon sementara menurut Kwik Gian Gie secara ekonomis Indonesia itu tetap masih negara pengekspor minyak tetapi karena penyulingannya dilakukan di Singapura dan sebagian diekspor di Jepang terpaksalah diimpor minyak dengan kualitas busuk menggantikan minyak Minas minyak nomor satu di dunia diekspor ke Jepang, sementara minyak busuk diimpor dari Iran. Artinya cukuplah Indonesia itu yang Tempias 2004-2006: Amok Melayu
367
busuk-busuk dan buruk-buruk saja. Orang yang kedua, tak mau disebut namanya. Tapi ceritanya begini “Pak Ongah…. proyek pembukaan jalan yang terletak di daerah Plintung Sei Pakning, Namanya PT Ara Panjang dikerjakan oleh PT. Teknik Daya Abadi dengan Ketentuan; a. Batu atau base b. Batu atau base, c. Batu atau base. Base c baru dibentang 19 km, ketebalan 8 atau 9 cm sudah padat. Seharusnya ketebalan 15 cm. Ketebalan ini sudah diterima PU atau konsultan. Sedangkan base b belum dihampar atau belum ada, inipun sudah diakui oleh PU dan konsultan, para boss Jonson Ramli dan Adi”. Aneh tapi nyata. Disatu pihak kita perlu K2I untuk Riau 2020 tapi dilain pihak duit ini menguap 700 miliar. Penghubung jalan antara Siak dengan Penyengat masih jalan tanah itupun terputus-putus. “Sebetulnya kalau dibuat jalan darat dari Penyengat sampai ke Buton terpecahkanlah isolasi penyengat ini. Ini Ngah, nak mengambil ikan, ikan lah habis disapu dek dedak kayu alias klorin ditambah lagi dengan segala jenis kapal secepat buraq melewati sungai Siak, habis Ngah ikan terapungapung. Ditempat kami Ngah, tak usahkan ikan formalin, ikan klorinpun tak ada”, kata mantan siswa saya dengan bahasa Jawanya yang medok. Kita seolah-olah kehilangan akal yang sehat, kelaparan yang terpongkeng di desa Pneyengat tak masuk dalam agenda Pemda. Yang masuk dalam anggaran Pemda nak memberatkan APBD dengan Riau Airline. Sudah sajalah, dikayuh sajalah dua pesawat ini. Dulupun Saleh Djasit mengatakan selama ada PSPS yang entah berapa puluh milyar pula habis, anak-anak yang nakal tak ada lagi yang ada anak-anak bom molotov, sisanya pergilah ke stadion Rumbai untuk menonton PSPS, itupun kalah pula padahal sudah disewa orang asing entah berapa belas, pemain dari Bandung entah Jakarta dan entah berapa belas pula. Lalu papan PSPS inipun setinggi Ka’bah 368
Tabrani Rab
di jalan Ronggowarsito. Berhamburan duit Riau ini entah kemana. Maka saya sangat setuju pada pendapat anggota DPRD “Dana pesawat RAL ditolak”. Kalau maulah DPRD dan Gubernur menunjuk saya sebagai manager Liau Airline maka saya akan meniru Sriwijaya Air sampai operasinya dari Makasar ke Surabayapun ada. Walaupun pesawatnya boing 737200 yang sudah tak terpakai hapak lagi di Amerika. Paling resikonya seperti Mandala, bila membawa durian dicampur dengan penumpang menjadi lempuk durian….he..he…
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
369
Cilog atau Ilog
T
ak ada ujung pangkalnya tiba-tiba saja beberapa koran menyebut illegal logging itu dengan Ilog. Tentu dalam tata bahasa salah, yang betul Cilog alias mencuri logging. Kalau tak juga kena lebih baik disebut Cikayu alias mencuri kayu. Yang anehnya pencurian kayu ini dimulai dari tahun 1960-an. saya pernah menengok balok-balok besar ini hanyut di sungai Siak. Tetapi pencurian secara besar-besaran dimulai pada tahun 1968 ketika Riau mempunyai 9,2 juta hektar hutan dibagi 66 HPH dan dilantakluluhkan pula oleh toke-toke kayu ini Bank Indonesia maka dua kenen keuntungannya. Dari Jakarta dia dapat duit, dari menjual kayu ke Taiwan, inilah pandainya republik ini. Kalau ditanya betul ada nggak pemimin-pemimpin di Riau ini yang tidak terlibat pencurian kayu? Maka jawabnya tak ada do. Semuanya ternoda tangannya dengan mencuri kayu. Sederetan nama-nama mulai dari DPRD sampai ke DPR pusat lewat tangan-tangan Akong sampai pula kependudukpenduduk asli yang tadinya didalam kayu ini bersembunyi tuhan-tuhannya dan hantu-hantunya, sekarang tuhan-tuhan dan hantu-hantunyapun dijual kepada Akau, yang paling terkenal diantara Akau-Akau ini namanya Abi Besok karena tiap orang menangih dibilangnya ‘besok bayar’. Yang lucunya ada teka-teki konon ada beberapa bupati yang sudah tertangkap tangan terlibat dalam illegal logging alias 370
Tabrani Rab
Cilog. Nah, terjadilah saling silang pendapat. Kata Wagubri “Bupati illegal logging Gubri belum terima laporan. Gubernur Riau HM Rusli Zainal, SE mengaku belum menerima laporan adanya bupati yang terlibat pembalakan liar. Sementara Wagubri Drs. H. Wan Abubakar, MS, Msi yang sejak awal menemukan adanya bupati yang mengeluarkan izin pemanfaatan kayu (IPK) hingga kini masih enggan membeberkan siapa bupati dimaksud”. Padahal Gubri dan Wagubri kantornya satu lantai juga. Kalau saya jadi Wagubri tentu saya bilang “Ooo… Pak Gub, ini bupati Labuhan Tangga terlibat nampaknya sebab saya sudah lama juga mendengar kampung nenek saya Kubu habis dibahut oleh PT. Diamond Raya dan Sindorasraya”. Inilah pandainya orang Melayu Riau ini, dulu ada konsensus Soebrantas dengan PTPN V dipihak pertama Gubernur mengasih tanah tahun 1978 dan dipihak yang lain direktur PTPN V membangun Fakultas Pertanian. Dimaksudkan oleh Gubernur Soebrantas supaya tenaga-tenaga ahli di PTPN V itu tamat fakultas pertanian UNRI. Ini tidak, sudah habis PTPN V ini terisi entah tenaga darimana barulah diberi izin untuk Fakultas Pertanian tahun 1985, jadi artinya 7 tahun, sampai kepada satuan apam alias Satpam diisi entah tenaga darimana. Yang jelas PT-PT seperti Arara Abadi mengambil tenaga dari Nias, tinggal lagi membentuk Pamswakarsa untuk mencungkil mata budak Melayu di Mahato sampai pula pada kantor Polseknya dibakar dituduh pula Melayu, Melayu lagi masuk kerangkeng. Lain lagi zaman Imam Munandar, pokoknya investor yang mau menanam modal pada kelapa sawit paling lama seminggu sudah dapat izin, entah dimana areal hutannya maka tinggallah lagi orang-orang yang didatangkan untuk mencekik leher Melayu, tepelanting biji matanya. Hampir semua pengaduan ke LSM saya mengadukan tanah ulayatnya dijadikan HGU ditambah dengan Satpam berbaju hijau maka lengkaplah tanah Riau ini menjadi Palestina kedua. Orang Melayunya Tempias 2004-2006: Amok Melayu
371
ada, tanahnya tak ada. Apa hak ulayat diakui? Kata UndangUndang Pokok Agraria yang tiap tahun diperingati itu ada, kata pemerintah yang mengeluarkan HGU itu tak ada, yang diakui cuma di Sumbar dan di Bali. Inilah kerja saya tiap hari, dari kebun satu ke kebun lainnya. Pidato menyatakan hak ini adalah hak rakyat tapi kalau sudah datang baju hijau pembeking entah tentara entah tidak menangkap penduduk setempat, sekali lagi pula ke kantor polisi untuk membebaskan orang Melayu yang kena tangkap. Saya kira paling sedikit 10 kali saya datang ke Pengadilan Bangkinang untuk menyatakan tanah itu adalah tanah ulayat tapi Hakim nya ketuk palu “takkk…”. Tak ada milik Melayu lagi do, habislah sudah. Kalau berhadapan dengan PT Arara Abadi lain lagi. Tiap hari Darus, mantan Pebatinan Lapan yang pernah saya kirim ke India untuk melanjutkan hakhak suku asli dalam pertemuan di New Delhi sebagai lanjutan pertemuan Hari Bumi di Rio de Jenairo supaya penduduk asli ini diakui hak miliknya tapi realitasnya tiap hari Arara Abadi mengancam penduduk Sakai di Mandiangin karena HGUnya telah diizinkan oleh Jakarta. Bagaimana dengan perusahaan Amerika sebagai penunjang demokrasi yang terkuat di dunia? Diapun menjual kuburan Datuk Tukin “Duo bungkus rokok nyo Ngah”, habislah kuburan Sakai ini. Dulu ada namanya Mr. Jensen Ko yang kerjanya mengorganisir Pamswakarsa bersama aparat serta bengkak-bengkaklah kepala Sakai di Mandiangin dan 7 orang Sakai harus menginap di rumah sakit saya dan PT Arara Abadi ini pula yang mendapat penghargaan, entah apa namanya tapi yang jelas dari Gubernur yang disampaikan oleh Sekda, Mambang Mit. Dulu ada juga ajudan Soeripto dari Indah Kiat etnis Tionghoa yang matanya bular dan kepalanya putih karena saya tak tahu namanya saya sebut Mr. Bular alias Mr. Cemeh. Macam mana hutan Riau ini tak habis. Kalau saya Kapolda maka saya berangkat dari legal logging dengan dua induknya yang terbesar di Riau yakni Indah Kiat dan RAPP. 372
Tabrani Rab
Dalam pemusnahan suku-suku asli dan orang-orang Melayu maka bertiup pula angin segar dari kantor Gubernur, akan diberikan hak entah 2 hektar entah 5 hektar untuk memajukan anak negeri sebab tak kan hilang Melayu di bumi, sekarang memang tak hilang tapi tergelepai Melayu di atas bumi. Maka Malaysiapun memberi tahu tak akanhilang Melayu di dunia tapi telah banyaklah Melayu yang meninggalkan dunia ini dalam kampung akhirat mesti pula dihitung pahala dan dosa dan dicuci pula dosa ini selama 3000 tahun barulah merasakan surga, enggalah Melayu, kasihannn‌lah dikau. Penat aku ngajo dah, jangan tengok zaman dulu lagi, sebab itu untuk orang dulu, tengok sajalah kedepan supaya kita tak tertelungkup. Ini yang dikaji yang duluuuu aja, maka orang lain dah menari diatas kuburan kita, ‘sedeh’ kata P Ramli. Saya dengan beberapa tokoh LSM sudah mencoba menghitung-hitung berapa pendapatan suku asli bila hutannya terjaga dengan rapi. Maka jawabnya 350 ribu sebulan. Bagaimana kalau diganti dengan kayu akasia? Maka jawabnya 350 ribu setahun. Ahh.. ini pulalah yang disebut di Kuansing penyertaan rakyat dalam koperasi perkayuan, katanya orang ini bodoh. Saya mendukung sepenuhnya inisiatif Gubernur untuk memberikan 5 hektar perkebunan rakyat per KK tapi apa nak dikate tanah lah tak ade. Saya pernah ke Israel dan celah Gaza itu sebesar Meranti Pandak dan lebih besar sedikit dari Teleju tapi sudah beratus ribu yang mati untuk mempertahankan tanah Palestina yang tersisa. Jangan-jangan kita inipun akan menjadi warga negara kelas dua dikampung sendiri yang namanya Melayu Riau. Baalah ko Pak, tak kan Melayu hilang di bumi tapi semua Melayu ditelan bumi... Sekalipun berita di surat kabar dengan gencar Kapolda dan Gubernur serta Wakil Gubernur menindak Ilog tapi illegal logging tetap marak, dalam bahasa Melayu ini namanya Tempias 2004-2006: Amok Melayu
373
‘menganto ajal’. Bayangkan dibawah angin ribut pemberantasan illegal logging yang begitu parah 9.663 tual kayu disita di Rohul, tentu saja ini pintu masuk Ito Sumardi. Apa kata Ito? “Kita telah menyelidiki siapa yang ada dibalik penebangan liar hingga menghasilkan ribuan tual kayu, baik pejabat maupun orang biasa tetap akan dimintai pertanggungjawaban”. Maka sebagai tanda setuju saya sayapun mengantarkan buku ‘Pembangunan dan Kerusakan Alam Riau jilid I dan II’ hasil pemantauan saya selama 20 tahun dan dibantu LSM luar negeri. Hanya saja baik Gubri maupun Wagubri tak mau menunjuk langsung bupati siapakah yang mencilog? Tak mudah menjadi bupati tu dooo… sehingga ada bupati yang diberhentikan tegak, ada pula yang ditangkap, dan bau-bau penangkapan ini makin dekat ke Riau...
374
Tabrani Rab
Bupati Abi Besok
“
T
rengg... teng... teng... Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan, sayang engkau tak duduk disampingku kawan, banyak cerita yang mestinya engkau saksikan di tanah kering bebatuan, ohh…ohhh….tubuhku terguncang dihempas batu jalanan, tapi tergetar menambah kering rerumputan, perjalanan inipun serti jadi saksi, gembala kecil menangis sedih, oh…ohh… kawan coba dengar apa jawabnya ketika ia kutanya mengapa, bapak ibunya telah lama mati, ditelan bencana tanah ini. Sesampainya dilaut kukabarkan semua kepada karang, kepada ombak, kepada matahari, tetapi semua diam, tetapi semua bisu tinggallah kusendiri terpaku menatap langit…. Barangkali disana ada jawabnya, kenapa ditanah ku terjadi bencana, mungkin tuhan mulai bosan, melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang”. Kenapa karangan ini dinamakan Bupati Abi Besok? Karena Abi Besoklah yang menghancurkan hutan Riau di kampung saya Rokan Hilir sana dan antara Gubernur dan Wakil Gubernur masih oper-mengoper sang bupati yang terlibat dan Bambang selaku polisi sudah menyatakan 3 – 5 bupati yang terlibat, maka saya tambahkan satu namanya lagi Bupati Abi Besok, tinggal di Tanjung Balai dan sudah menaikhajikan orang-orang alim di Tempias 2004-2006: Amok Melayu
375
Tanjung Balai Asahan dan saya menambahkan Abi Besok ini musang berbulu ayam. Alangkah sedihnya laporan IPB dan Universitas Gajah Mada bahwa negeri ini akan dilanda oleh banjir-banjir hebat. Kabupaten Indragiri Hilir dan Pulau Rangsang, Kabupaten Bengkalis diperkirakan akan tenggelam sebagai akibat illegal logging seperti diketahui Inhil merupakan pusat kegiatan pembalakan liar. Selain itu Inhil juga merupakan daerah yang berdomisili lahan gambut. Bagaimana nasib Bengkalis? Tak pula kalah, tenggelam juga. “Tampaknya akan tenggelam juga rumah kita�, begitu ujar teman sekampung pada saya beberapa waktu lalu. Bagaimana tidak, jika ia merasa laut yang telah disetubuhi sedari kecil di Negeri Junjungan itupun akhirnya sampai juga ke telapak kaki. Memakan tanah tempat tumpah darah kelahiran dan tempat bermain di masa kecil itu. Bakau yang semestinya jadi benteng penahan hantaman gelombang, mereka tebangi untuk dijadikan arang. Sementara sebagian lagi batangan pohon yang kini bisa dikatakan langka itu, ramai-ramai mereka angkat ke negeri seberang, karena memang batang pohon langka itu cukup tinggi nilai jualnya di negeri orang. Belum sempat anak-anak bakau di wilayah pesisir pantai itu tumbuh, bakaubakau lain yang beranjak dewasapun habis ditebang dan rubuh. Padahal sejatinya ketika satu saja batang pohon bakau itu ditebang, sepuluh batang pohon bakau yang baru harus segera ditanam. Karena bakau yang baru ditanam sebagai pengganti yang ditebang itu, disamping belum tentu dapat semuanya tumbuh, juga memerlukan waktu panjang, hingga ia bisa menahan gelombang yang datang disepanjang bibir pantai itu. Lalu, apakah kita serta merta akan menyalahkan penduduk yang melakukan aktivitas penebangan bakau sebagai sumber ekonomi mereka itu? Tentu jawabnya tidak. 376
Tabrani Rab
Karena kenyataannya, sebagian mereka yang tak biasa melaut memang hanya bisa mengandalkan kebun kelapa yang tak seberapa harga dan jumlahnya. Sementara sebagian lagi yang sudah biasa melaut juga kadang melakukan aktivitas serupa. Hal ini kita mafhumi, karena sampai saat ini mereka juga masih diselimuti persoalan jaring batu yang sempat menyulut konflik hingga mempertaruhkan nyawa dan darah itu (Riau Tribune, 19/1). Dulu kalau saya bermain di pantai Bengkalis sambil mengumpul batu dan menjualnya kepada Aling yang merupakan bos batu sekaligus bos es krim yang pertama di Bengkalis sekitar tahun 1952 maka disepanjang pantai ini saya menemukan ikan temakul, ada dua jenis ikan temakul, yang pertama kepalanya besar dari badannya, kedua kecil-kecil. Yang kecil-kecil inilah menjadi umpan menangkap ikan. Waktu saya dulu tinggal di Selatpanjang tahun 1954 di Meranti Bunting adalah pabrik arang. Sisanya pantai-pantai bukan main cantik karena ditumbuhi oleh bakau dan buah bakau ini disebut dengan buah berembang, buahnya kelat, begitu cantiknya Tuhan memberikan perlindungan kepada Pulau Bengkalis, Pulang Rangsang dan dipagari pula oleh hutan Bakau maka kalau mau sembahyang terawih di Kedabu Rapat dengan kepala desanya bernama Mapik maka pemandangan alam ini tak ada lagi bandingannya diatas dunia Allah taala ini. Didepan Pulau Rangsang yang berhadapan dengan Malaysia terdapat pula alat penangkap ikan kelong kepunyaan Swibi maka lengkaplah sudah dalam angin sepoi-sepoi basah makan belanak goreng ditambah dengan sambal belacan, lengkaplah sudah surga Bagan. Sekali waktu sayapun ke Selatpanjang bersama Otto von Mitten dari Green Peace Finlandia tak ada lagi nampak kayu bakau, buah berembangpun kering kerontang, monyet dalam perjalanan sepanjang Selat Rengit tak lagi nampak, yang Tempias 2004-2006: Amok Melayu
377
nampak justru pecitan kedai dengan wc yang dulu dizaman Belanda dilarang membangun ke laut. Nah, Pulau Rangsang inilah sekarang yang akan tenggelam kata lembaga bergengsi IPB ditambah dengan cerita sedih Sobirin Zaini ‘Tampaknya akan tenggelam juga rumah kita” mukanya nampak tergelepai bak kata orang Melayu, kata P Ramli ‘muke sedeh’. Dizaman serba terbuka ini Pak Gub dan Pak Wagub tak usah lagi kenen mengkenen bola, siapa kiranya bupati-bupati ini yang boleh kita sebut dengan Bilog alias Bupati Illegal Logging atau Bucilog, kan dapat tu dipelajari dari SK SHH. Tiap hari saya membaca koran maka terbaca pula nama AKBP Bambang Rudi yang mengatakan bukan satu bupati, jumlah bupati yang terlibat ini bertambah dari tiga bahkan sampai lima, alamak…. Yang saya tanyakan pada Pak Bambang bagaimana cerita bupati bambu kuning seperti Abi Besok di Tanjung Balai Asahan, Ahok dan Aan di Kisaran yang sudah puluhan tahun beroperasi di daerah Pasir Lima Kapas, Sungai Daun, Kubu, Simpang Kanan dan saat ini dibuat kanal-kanal bekas HPH PT. Silva Bina Timber, kayu-kayu gergajian dibawa ke Malaysia melalui Tanjung Balai Asahan dan Negeri Lama Labuhan Bilik Kabupaten Labuhan Batu. Tiap kali toke-toke ini menyatakan bahwa ia kebal hukum bahkan rumahnya dikawal oleh oknum polisi dan semua pejabat di Riau terutama Dinas Kehutanan sudah mengetahui keberadaan Ahok, Aan dan Abi Besok. Sampai saat ini tak ada yang mengambil tindakan tapi semua ini masih menjadi barang bukti. Kayu-kayu yang bergelimpangan baik di kanal, sungai dan daratan sudah banyak dicuri rakyat. Di Pekanbaru Edy Suryanto, keponakan Martias beroperasi mengambil kayu terutama kayu chip yang dibawa ke Indah Kiat dengan menggunakan IPK dari Rokan Hulu, Indragiri Hulu, Siak. Nah, kenapa tidak diperiksa bupati kayu ini. Ketika saya berkunjung ke Meskom Bengkalis waktu dulu ada namanya Penghulu Muchtar dan saya membawa rombongan 378
Tabrani Rab
mahasiswa untuk membuat tepung ikan alangkah terkejutnya saya melihat ujung pulau Bengkalis ada tiga galian. Ketiga galian ini mempunyai tujuan yang berbeda. Galian pertama berisi balok-balok yang akan dibawa ke Malaysia atau ke Singapura, ujung kedua untuk dibawa ke Indah Kiat dan ujung ketiga dibawa ke sawmill yang sudah bertebaran di Riau ini. Alangkah bagusnya kalau Pak Polisi naik helikopter melihat ujung pulau Bengkalis ini dimana dulu pernah dihebohkan oleh DPR RI karena dana SK SHH tidak dimasukkan ke rekening daerah. Akan tetapi Lembaga Adat Bengkalis dibawah pimpinan M. Nur Yaman menghardik DPR RI karena merugikan nama baik bupati Bengkalis. Manalah bisa melantak illegal logging kalau rumah mafia bambu kuning ini masih dijaga oleh oknum-oknum aparat. Maka kalau Bambang menyatakan lima bupati, saya menyatakan enam bupati, yang terakhir Bupati Abi Besok.
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
379
Lesap
A
dalah kayu yang hilang setahun yang lalu di Kabupaten Kampar. Ditaksir merugikan negara 33 milyar. Dan kayu ini jumlahnya tak tanggung-tanggung. “Sebanyak 15 ribu tual kayu balok serta 5 ribu meter kubik kayu olahan siap ekspor tersebut sudah 6 kali bolak-balik antara Polda dan Kejati. Sementara kegiatan tersangka yang sempat mendekam di sel Polda, penahanannya ditangguhkan Polda dengan jaminan pihak keluarga dengan uang Rp. 500 juta alias sepertujuh harga kayu yang dititipkan di Pengadilan Negeri Bangkinang, Kabupaten Kampar�, begitu kata Riau Mandiri (1/2/06). Yang anehnya kata Humas Polda “Pihaknya saat ini hanya memperoleh petunjuk dari Jaksa (P19) sedangkan berkas perkara ada di Kejaksaan. Petunjuk Jaksa yang saat ini diupayakan untuk dipenuhi, ungkap Amien, adalah melelang barang bukti. Artinya Jaksa menggantikan hakim untuk memerintah polisi. Anehnya lagi barang bukti tersebut belum dapat dilelang karena Direktur PT Tenaga Kampar, Budi Artiful belum bersedia menandatangani persetujuan lelang. Sekali lagi Pak Amien kan hukum itu mempunyai kekuatan paksa. Namun demikian bukan berarti barang bukti tersebut tidak bisa kita lelang, penyidik telah meminta alasan Budi Artiful secara tertulis yang menyatakan dirinya tidak setuju barang bukti tersebut dilelang. Ini namanya betul-betul menyanyah. Kemudian kita 380
Tabrani Rab
sampaikan ke kejaksaan, sementara untuk lelangnya ini kita akan minta persetujuan pengadilan�, kata koran yang sama. Entah bagaimana menaksirkan hukum sekejab Direktur PT Tenaga Kampar, sekejab hakim, entah mana yang betul yang jelas kayu ini licin tandas. Beginilah contoh illegal logging di Riau. Ujung-ujungnya duit juga dan kayu inipun terbang kalau tak ke Malaysia ya ke Singapura. Berapa lama perkara ini berjalan? Sudah setahun, sementara cukong kayu inipun dengan kongkalingkong sudah buyar. Inilah contoh bagaimana usaha membasmi illegal logging di Riau, bertele-tele dan akhirnya cukong hilang, kayu hilang, duit masuk. Yang terjadi di Rumbai misalnya, bukan kayunya saja yang hilang tapi police line nya juga hilang. Lain lagi cerita di Perawang, kayunya hanyut sesudah ditangkap Kapolda Damanhuri. Beberap ahari kemudian ditangkap pula oleh angkatan laut Dumai di muara Siak diserahkan lagi kepada polisi. Cerita kayunyapun hilang lesap. Yang dipakai oleh toketoke kayu ini yaa.. rakyat setempatlah sebagai pendemo ke kantor Gubernur. Manalah terkejar pencuri kayu yang berjalan macam kilat sementara undang-undang berjalan seperti siput. Manalah bisa diproses usaha illegal logging yang berjalan seperti kilat ini. Apalagi keberadaan cukong kayu ini bukannya disini tapi di Singapura kalau tidak di Malaysia. Macam kilat duit ini bisa dikirim. Dan celakanya lagi penduduk kampung yang boleh dulu dikasih duit, perhitungan upah tebang belakang. Maka berduyun-duyun pulalah mereka datang ke kantor gubernur. Tentu ada yang menggerakkan. Sebab mereka ini hidupnya dari illegal logging. Akibat penebangan liar ini tiap hari di tv dari Sabang sampai Merauke disiarkan banjir bandang dan longsor yang menyebabkan ratusan jiwa mati dan rubuhnya rumah. Sementara di Pantai Utara belasan kilometer kendaraan macet akibat banjir. Orang-orang yang Tempias 2004-2006: Amok Melayu
381
diperalat ini tak tahu do dengan banjir bandang, longsor ala di Jember. Tak kurang Kapolri, Sutanto yang mengeluhkan antara lambatnya proses hukum dengan cepatnya toke kayu ini bergerak. Karena itu sebaiknya dibentuk saja pengadilan Ad Hock alias pengadilan kilat tau pengadilan yang ada dikilatkan, begitu hakim mengetok palu, langsung dilelung, kata orang Malaysia dan dilelang. Negeri ini tinggal sejemput lagi yang bersifat alamiah. Dari Siak sampai ke Bukit Batu nampak jalan tembus membawa kayu oleh PT Arara Abadi. Belum lagi di ujung Bengkalis sudah pipil kayu-kayu ini. Di Rupat 5 ribu hektar diberikan Bupati Bengkalis kepada Al Zaytuni, ketika ditunjuk kelingking bupati-bupati yang mengeluarkan IPK maka Bupati Rokan Hulupun tak tahu lagi berapa IPK yang telah dikeluarkan tapi tahu berapa duit yang masuk ke kantong. Sebaiknya illegal logging ini diberantas seperti narkoba juga, yang dipersalahkan itu bupatinya dan pengedar. Dan pengedar ini kan tahu dari IPKnya. Nah, bupati mana yang mengeluarkan IPK? Inilah bupati yang menyebabkan terjadinya pengedaran dadah‌ ehh.. salah pengedaran kayu. Walaupun bupati-bupati yang tak asing lagi seperti Rohul, Rohil, Bengkalis dan entah bupati mana lagi yang menyebabkan terjadinya illegal logging ini kan mudah ditindak kalau ikhtiar ke arah itu ada. Akan tetapi bak kata pepatah “Beli tali di toserba, elang keluit di udara. Ada bupati mengeluarkan ipeka, dapat duit tentulah adaâ€?. Entah Gubernur, entah Wakil Gubernur selaku kepala pemberanatsan illegal logging menyatakan “Hasil tangkapan tim illegal logging segera dilelang. Gubernur Riau HM Rusli Zainal kembali menegaskan bahwa hasil sitaan tim pemberantasan illegal logging Pemprov Riau akan segera dilelang. Meski waktu pelaksanaan lelang belum disebutkan, tetapi seluruh illegal logging hasil sitaan tim dipastikan dilelang dan untuk 382
Tabrani Rab
melaksanakan lelang, tim dinilai masih melakukan langkah persiapan”. Gubernur boleh saja berpendapat begini tapi yang ditangkap ini bukannya manusia tapi hantu. Gubernurpun menambahkan “Untuk pelaksanaan lelang, sebutnya, harus dilakukan secara transparan atau sesuai dengan mekanisme dan perundangan berlaku. Apabila pelaksanaan lelang dilakukan secara terbuka otomatis peserta lelang juga dapat diikuti secara umum, oleh siapapun atau perusahaan manapun”. Inikan harapan, tak begitu do kenyataan. Tapi pasukan illegal logging mulai duit dari Malaysia dan dari Singapura dan para bupati Abi Besok, Ahok dan Aan sudah mensubsidi kepada orang kampung untuk mensinsau kayu lalu kayu ini dilonggok, tinggal lagi datang truk dan truk inipun mengangkut ke muara-muara sungai lalu siapa saja yang menghalang akan diterjang dan aparat yang mendukung dapat uang lebihlebih putra-putra aparat yang tinggi-tinggi seperti Rinto ikut membeking macam angin ribut kayu ini terbang kalau tak ke Singapura ke Malaysia. Manalah bisa ditahan kalau tidak dengan langkah-langkah ala FBI dan komitmen yang tinggi dari pejabat untuk memerangi illegal logging, demikian pula aparat tidak mendukung toke-toke kayu ini dan rasanya lebih sedap menerima duit ketimbang merambah hutan. Belum lagi dipatok ular, dibantai malaria, dan digigit lintah, kan lebih enak menerima duit. Dan kalaupun sampai ke Pengadilan hukum percobaan alias denda, tentu naik pitam Kapolri Sutanto. Apa kata Kapolri? “Kapolri tuntut hakim illegal logging ke Komisi Yudisial”. “Pemerintah tahun ini menyiapkan lebih dari Rp. 3 triliun untuk gerakan penghijauan”. Berapa triliunpun disiapkan pemerintah akan berubah menjadi jamiatul korupsiah entah oleh staf bupati entah di Kuansing, Bagan, Bengkalis, semuanya dirubah menjadi dana korupsi. Jadi dana reboisasi itu menjadi dana yang dibagi-bagi. Inipun tak juga mampu pengadilan dan penegak hukum untuk menghukum para koruptor ini. Tempias 2004-2006: Amok Melayu
383
Alhasil bilal husal tak mudah do berpidato dengan illegal logging, negeri ini makin tandus juga, bila hujan dibantai banjir bandang dan longsor, musim panas menjadi debu, ditambah lagi dengan program-program yang konon operasi terpadu. Belum juga cukup lagi Indah Kiat dengan 350 ribu hektar toh Arara Abadinya masih juga melantak penduduk Sakai yang telah beribu tahun hidup dalam hutan terutama Pebatinan Lapan Mandiangin, delapan orang kepala Sakai belubang dibawa ke rumah sakit saya sesudah dipangkah oleh Jensen Ko. Terpekik pula Sakai di Pebatinan Lima, tempat tersuci Sakai Datuk Berdarah Putih-pun dilantak oleh PT Adei. Beribu tahun Sakai menjaga hutan bagus terpeliharanya, kita katakan mereka tak beradab tapi dengan enak saja tanahnya dibagi-bagi pada perkebunan besar dan koruptor-koruptornya sehingga pipil segala hutan yang sebetulnya bukan lagi beradab tapi biadab. Hutanpun menjadi mangsa, harimaupun memakan belasan orang di Senepis. Rakyat Jepang yang sekarang penduduknya 130 juta, luasnya kira-kira dari Aceh sampai ke Jambi mereka mau berdesak-desakan di kota asal saja hutannya terpelihara, airnya bening, dan diperindah oleh sakura. Kapan kita menjadi Jepang, seribu kalipun illegal logging ini diseminarkan tak ada gunanya do, kalau mau ditembak dan dibakar kayu ala tindakan FBI Hoover di Amerika. Aparat harus lebih cepat dong bergerak ketimbang setan-setan illegal logging ini‌..Ini toke kayu yang terlibat bukannya ditembak tapi dilepas seperti yang dimuat Riau Pos (27/1) “Dilepasnya cukong kayu asal Sungaipakning Riau Ae yang ditangkap Desember 2005 lalu dalam operasi yang dipimpin Ketua Tim Pemberantasan Illegal Logging Riau Wan Abu Bakar bersama Danbrimobda Polda Riauâ€?.
384
Tabrani Rab
Santun? 50 Juta
C
obalah bayangkan pada tahun 1967 saya dipindahkan dari Bandung ke Jakarta. Tahun 1967 ini dapat dibayangkan bahwa harimau masih bergentayangan di kantor Gubernur. Suatu kali saya didatangi petugas agraria yang kedengarannya aneh, kantor Gubernur yang sudah ada diberi kepada PT Anu. Itu pun pakai jempol. Ini untuk membayangkan semua bahwa Pekanbaru itu baru ramai sesudah Kaharudin Nasution memindahkan ibu kota Riau dari Tanjung Pinang ke Pekanbaru. Sejak itulah Rumah Sakit sekarang yang tadinya terletak di Jalan Melur dipindah ke Jalan Diponegoro, adalah satusatunya rumah sakit umum di Pekanbaru. Dokter bedahnya pun dipinjam dari Caltex, namanya dokter Sumarsudi, ahli kebidanan belum ada apalagi ahli penyakit dalam. Baru tahun 1970 rumah sakit umum daerah yang sekarang bernama RS Arifin Ahmad mulai diisi oleh dokter-dokter spesialis. Dapat dibayangkan bahwa dokter-dokter spesialis, antara lain Dr. Zaimi Zet, Dr. Andi Zainal mulai membangun rumah sakit umum daerah. Ada Peraturan Pemerintah RI No. 40 tahun 1994 tentang Rumah Negara. Para pegawai negeri yang telah 10 tahun menghuni boleh mengajukan membeli rumah negara asal dia mempunyai surat izin penghunian yang sah. Dari per-
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
385
aturan yang begini, 24 rumah negara yang diperuntukan untuk karyawan rumah sakit ini dijual kepada penghuninya. Termasuklah rumah saya di Jalan Patimura No. 1 yang sekarang berubah menjadi perpustakaan milik saya sendiri. Yang menjadi aneh dokter-dokter yang tadinya membaktikan dirinya pada pembangunan rumah sakit tersebut, bukannya dibolehkan seperti teman-temannya yang lain, tetapi akan diganti dengan 50 juta. Persoalannya bukan masalah 50 juta itu, tetapi kenapa yang 24 orang boleh sementara yang lainnya tak boleh. Apa alasannya. Kalau alasannya untuk membuka pengobatan radioterapi, tentunya ada survey lebih dahulu bahwa di rumah para dokter ini memang terdapat radiasi. Dan kenapa pula dibangun radioterapi diantara celah-celahan rumah dokter yang telah puluhan tahun tinggal di situ. Kalau memang mau dibangun juga itu namanya membom nagasaki dan hirosima. Tetapi para dokter ini bukanlah pernah mengebom Pearl Harbour yang dapat dilihat dari film Tora Tora. Jadi dengan perkataan lain, azas ketidakadilan inilah yang menjadi masalah utama. Kenapa ke-24 dokter ini mau digusur? Yang paling untung dokter Sayoga, sang Kakanwil Kesehatan, hanya beberapa tahun di Pekanbaru menggantikan dokter Tomas, berdasarkan peraturan daerah, dia boleh memiliki rumah tersebut di Jalan Sumatera. Maka tentu saja seperti durian runtuh. Tetapi bagi dokter-dokter yang lain yang bukan saja belasan tahun tetapi puluhan tahun membangun rumah sakit daerah, masa senja beliau ini harus terkucil dan tersingkir dari tempat kediaman mereka. Yang anehnya DPRD dan kepala RSUD menetapkan uang tolak sebesar 50 juta, tentu saja dipertanyakan oleh dokter-dokter yang membaktikan dirinya membesarkan RSUD ini. Kenapa dokter-dokter lain yang rumahnya di jalan protokol lagi boleh membeli, sementara mereka tidak dibolehkan. Rumah mereka bukan pula di jalan 386
Tabrani Rab
protokol. Kalau Pemda objektif, tentu yang di jalan protokol ini yang tidak boleh dibeli. Tapi rumah yang di jalan protokol dijual, yang di sudut-sudut rumah sakit tidak. Kalaupun alasannya radiasi, tentu satu juta rad mempengaruhi, ini paling 7000 rad. Kalau pun mau diambil juga, bukan 50 juta ini yang jadi masalah. Saya kenal betul Dr. Andi Zainal yang mengabdikan dirinya belasan tahun di rumah sakit. Apalagi Dr. Zaimi Zet yang merintis bagian anak di RSUD serta Dr. Siagian, apalagi Rafless, yang belum lagi dokter anestesi ada, dia telah memecahkan rekor anestesi di RSUD. Sudah sepantasnyalah mereka diberikan hak untuk membeli rumah-rumah ini, kalau pun tidak, diberikan tempat yang strategis kepada jasa-jasa kemanusiaan yang telah mereka sumbangkan lebih dari 30 tahun. Apalagi tindakan etis ini betul yang tak pandai. Ketika saya diminta komentar mengenai kawan-kawan lama saya ini, pemerintah ini semuanya pandai kecuali “berterimakasih”. Saya jadi malu kadang-kadang dengan rekan-rekan dari Sumatera Barat betapa mereka menghormati yang dituakan. Suatu kali saya bersama Harun Zain menghadiri Lemhanas di Bukittinggi, tak ada bedanya sambutan masyarakat Sumatera Barat ketika Harun Zain menjadi Gubernur dan ketika sudah pensiun dari gubernur. Di sini seperti habis manis sepah dibuang. Padahal tanpa jasa-jasa mereka, RSUD sama saja dengan seonggok batu. Sebaliknya ketika Arifin Ahmad tak lagi menjadi gubernur, di pemakamannya saya hanya bertemu Lukman Ja’far, Ali Sadikin dan Atar Sibero. Kalau beliau datang ke Pekanbaru semasa hidupnya, kucing pun tak datang menyambutnya. Sudah masanyalah Riau menghargai dokter-dokter RSUD, apa yang telah mereka rintis pada masa lalu betul-betul merupakan dasar perkembangan RSUD Arifin Ahmad. Katakata yang bagus dari Mc Arthur “The All Soldier Never Die” Tempias 2004-2006: Amok Melayu
387
prajurit-prajurit tua itu tak pernah mati, lalu kenapa kita lupakan jasa-jasa mereka. Lebih-lebih sesudah undang-undang otonomi daerah diberlakukan, kebijaksanaan ini terletak pada gubernur bukan pada mentri kesehatan sebab semua milik pusat diserahkan kepada daerah. Kalau anggaran organisasi politik yang tak jelas juntrungannya sampai 100 milyar, masa untuk 15 dokter begini cuma dikasih 750 juta. Membaca APBN 2006 kepala saya lebih sakit lagi, tak ada korelasi pertumbuhan ekonomi daerah Riau dengan anggaran yang tersedia bahkan bidang kesehatan yang merupakan bidang primadona disamping pendidikan menjadi bidang amburadul. Sehingga aneh bin ajaib, komisi pakar meminta dinas kesehatan mundur sajalah. Belum lagi kateter jantung yang dibenarkan oleh Setda merk Siemen, ketua DPRD-nya jadi terheran-heran. Nak dibawa kemana Riau ini, saya pun tak mengerti. Tak mengerti doo.. Balik kepada jasa-jasa dokter RSUD ini, tolonglah dipikirkan yang terhormat untuk mereka. Saya pun telah menulis surat kepada Komnas HAM dan Mentri Pendidikan bagaimana mungkin mereka dipinggirkan begitu saja dari rumahnya. Saya tetap menyarankan agar diberi mereka balas jasa, bukan hanya sekedar 50 juta lalu dicampakkan. Kalau profesi kedokteran saja sudah begini dibuat oleh pemerintah daerah, apalagi profesi-profesi lainnya? Tentunya kita balik kepada Datuk Setia Amanah, janganlah digusur pahlawan-pahlawan tua ini begitu saja. Saya yakin seyakin-yakinnya bukan 50 juta lalu ketuk palu DPRD menutupnya, dalam istilah Melayunya ada yang disebut santun dalam istilah bahasa Indonesianya kewajaran. Tak wajar mereka diperlakukan begitu, apalagi pilih kasih, ada yang boleh dan ada yang tidak. Semoga lah kita menjadi masyarakat yang tahu berterimakasih.
388
Tabrani Rab
Nasib Kampe
J
eruji di Kapolda itu sekarang letaknya ditingkat atas. Ini dibangun karena Deddy S Komarudin memang pandai mencari duit sehingga disamping Kapolda ini bertambah besar juga belasan Terrano menghiasai pejabat-pejabat tinggi Polda. Sebuah LSM memberikan daftar konon menurut polisi penyalahan anggaran kabupaten Kampar. Setumpuk kwitansi inipun dapat dibaca yakni Depdagri (Rp. 3.536.166.200), DPR RI (Rp. 820.350.000), Mahkamah Agung (Rp. 525.000.000), Mahkamah Konstitusi (Rp. 437.610.000), Kejaksaan Agung (Rp. 350.000.000), Departemen Keuangan (Rp. 1.004.000.000), Bappenas (Rp. 485.000.000), Departemen Kimpraswil (Rp. 150.000.000), Departemen Energi dan SDM (Rp. 675.000.000), DPRD Kampar (Rp. 1.407.500.000), Pemrov Riau (Rp. 681.000.000), Kodam I Bukit Barisan (Rp. 723.000.000), Polda Riau dan Polres Kampar (Tidak jelas mana yang mendapat lebih besar Rp. 830.215.000), Dandim Kampar (bukan Kodim, Rp. 517.872.000), Kepolisian RI (Rp. 335.000.000), Dephan RI (Rp 270.000.000), Kejari Bangkinang (Rp. 639.000.000), PN Bangkinang (Rp. 75.000.000), Pengadilan Tinggi Riau (Rp. 10.000.000), Lanud Pekanbaru (Rp. 210.000.000), Kejaksaan Tinggi Riau (Rp. 110.000.000) dan pihak tertentu di Jakarta (Rp. 508.350.000). Total seluruhnya Rp. 14.334.143.200. Tempias 2004-2006: Amok Melayu
389
Saya yang ikut dulu menyusun rencana Undang-Undang Otonomi Daerah yang dibiayai oleh Stiftung dari Jerman dan Yayasan Pariba dari PAN maka ditekankan sekali tidak diperkenankan adanya dana-dana yang sifatnya tidak boleh diberikan kepada organisasi vertikal. Begitu pula dalam undangundang yang ditekankan adalah Bupati dan bukan Sekda. Dinyatakan pada Paragraf kesembilan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD pasal pasal 184 ayat 1 ”Kepala daerah menyampaikan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir”. Oleh karena Bupati Kampar Jefri Noer didemo oleh masyarakat Kampar maka bupati inipun dikirimlah untuk mengikuti Sekbup alias sekolah bupati dengan guru tunggal Dirjen Otda yang bernama Sindung Mawardi yang juga menjabat Sekretaris DPOD dan saya sendiri ketika itu menjabat anggota DPOD. Syahibul hikayat Bapak Bupati Jefri Noer diajar seperti bayi berjalan ”teng...kenteng....kenteng......ta.. tatih.. sebulan lagi..”. Rupanya sampai beberapa bulan, zamanpun berganti Megawatipun diganti dengan SBY dan Mendagripun diganti dari Hari Sabarno kepada Ma’ruf, Ketua Tim Kampanye SBY. Nah, dalam ta tatih beberapa bulan lagi itulah terjadilah kebocoran APBD Kampar dan bukannya bocor, jelas dana itu dari mana, ditujukan kepada siapa dan jumlahnya berapa? Timbul pertanyaan yang bertanggung jawab bupati kah yang ketika itu dijabat oleh Gubernur atau Zulher. Zulher inipun sering juga bertanya dengan saya. Sekali waktu saya diajak Kapolda bersembahyang Istiqasah di Bangkinang sayapun berbual dengan Zulher ”Her, awak kalau tak jelas betanye sama saya sebab saya ini bukan saja ahli otonomi tapi ikut lagi menyusun undang-undang otonomi bersama Afan Gafar dan Ryas Rasyid”. Tak adalah Zulher bertanya sampailah saya 390
Tabrani Rab
ketempat kerangkeng besi di ruangan Kapolda yang rasarasanya lebih buruk dari Guantanamo maupun Alcatraz, dua penjara yang paling ditakuti orang di Amerika. Balik ke soal pokok, Gubernur menyatakan dia tidak bertanggung jawab terhadap kebocoran anggaran Kampar. Dengan perkataan lain ini adalah pertanggungjawaban Zulher, tapi undang-undang pula menyatakan ini adalah tanggung jawab Bupati yang ketika itu dirangkap oleh Gubernur. Beteking ini tak kepalang tanggung, yakni kepada Departemen Dalam Negeri Rp. 3.536.166.200, kepada DPR RI Rp. 820.350.000, kepada Mahkamah Agung Rp. 525.000.000), tentu tak sebandinglah dengan yang dikasih oleh Probo Sutejo. Entah apa pasal Mahkamah Konstitusi pun mendapat duit Rp. 437.610.000), Kejaksaan Agung Rp. 350.000.000. Kepada DPRD Kampar Rp. 1,5 milyar bolehlah disebut dengan kongkalingkong. Angkatan Daratpun tak mau ketinggalan mulai dari Panglima Kodam Bukit Barisan Rp. 723.000.000, dan untuk kepolisian ditambah juga lagi Rp. 335.000.000, Pengadilan Negeri Bangkinang Rp. 75.000.000, Kejaksaan Tinggi Riau yang disebut-sebut sebagai record tertinggi ketika dipegang oleh Zainudin Jahisa Rp. 110.000.000 dan yang lucunya pihak tertentu di Jakarta Rp. 508.350.000. Sehingga pantaslah orang Kampar diancam bahaya kelaparan ditambah dengan segala penyakit kurang gizi sebab duit yang dikasih pusat dirampok oleh pusat sampai 14 miliar. Nah, Zulher yang kini dalam kerangkeng Polda tak juga tahu harus bagaimana memeriksanya sebab dalam UndangUndang korupsi bukannya mengasih saja, yang menerimapun harus juga diperiksa, begitu kata Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 dan Undnag-Undang No. 20 Tahun 2001. Bagaimana Polda memeriksa Polda? Mau diadukanpun ke kepala KPK tentu pening, sebab entah mana yang iya, didasarkan pada undangTempias 2004-2006: Amok Melayu
391
undang tentulah terkait Gubernur yang merangkap Bupati Kampar sebab tak ada do pemberian jabatan tanpa disertai pembebanan tanggung jawab. Saya mengusulkan dibentuk saja Tim Independen dan kalau ditunjuk sebagai Ketua saya mau juga asal saja sebagai anggota diangkat Smekot dan Fahmi Nyanyah pasti makin tak beres. Mula-mula tentulah saksi-saksi orang yang mengerti hukum saya panggil Kapolda, Ketua Mahkamah Agung, Ketua Mahkamah Konstitusi, Jaksa Agung, Kapolres Kampar, Kejari Bangkinang, Kejati Riau, lalu saya tanya dengan mereka ”Apakah kamu sekalian menerima dana ini?”, ”betulllll”. ”Apakah sudah membaca undang-undang otonomi?”, ”sudahhhhh”. ”Mengapa anda ambil duit untuk rakyat Kampar dan tuan sepah?”. Sepah itu rupanya dia tak tahu, sebab maklumlah ini pengadilan rakyat. ”Smekot saya perintahkan untuk terangkan apa itu sepah!”. Smekotpun dengan garangnya menerangkan ”Sopah tu kalau bahaso Taluak artinyo dilulua kedalam muluik lalu menjadi cirik”. ”Fahmi, bagaimana kalau kamu yang melulur duit ini?”. ”Tinggi ambo ndak semeter kotor lei Pak, duo meter lobiah”. Karena ada pula Panglima dan Pangenam bahkan Departemen Dalam Negeri ikut pula melulur duit ini ”Kenapa diambil duit rakyat Bangkinang yang miskin dan papa ini bahkan gajinya 15 ribu per hari menanam kelapa sawit ditanah nenek moyang mereka karena tanahnya sudah dibeli oleh pengusaha-pengusaha dari Sumatera Utara. Tahu ndak kalian di Padang Mutung dua anak tenggelam mencari batu untuk menafkahi hidup orang tuanya, apakah sampai hati tuantuan mengambil duit ini?”. Maka dijawab ”Sampaiiii...”. Maka Tempias itupun sampailah disini...
392
Tabrani Rab
Enggg…..alah, Tudung Periuk
B
elasan tahun yang lalu saya diundang Khalifah Yusuf melihat makam Datuk Tukin. Beberapa bulan kemudian disekitar kuburan ini entah minyak, entah harus dari pipa Caltex yang kini sudah dibeli oleh Chevron harus dipindahkan. Entah kemana. Berapa ongkos pemindahan yang dikasih Caltex ditambah dengan sergahan polisi dua bungkus rokok Dji Sam Soe. Ketika Caltex beroperasi pertama kali melalui kapal bolak-balik antara Perawang dan Sungai Pakning yang diresmikan oleh Menteri Anang maka habislah pencarian ikan di sungai Siak termasuk ayah saya tak dapat lagi menyekolahkan adiknya. Berapa ganti ruginya? Sumpah bumi tujuh lapis se sen haram. Dalam buku Julius Tahija ‘Melintas Cakrawala’ dia menggambarkan dua orang hitam legam dan bercawat bermain dibelakang rumahnya bersama anaknya. Lalu di memanggil anaknya, sekilas itulah Tahija menggambarkan Sakai pemilik ladang minyak yang telah menyumbangkan kepada republik ini selama berpuluh-puluh tahun lebih dari 60 persen APBN. Bagaimana Caltex kalau membebaskan tanah untuk membuat pipa atau jalan yang kebetulan melewati perumahan Sakai? Sangat mudah, panggil Camat atau polisi Sakai inipun terbiritbirit lari ke hutan. Padahal dalam buku yang ditulis Moszkowski ”Uber Zwei Nicht-malayiche Stamme van Oost-Sumatera, Auf Neusen Wegen Durch Sumatera” menggambarkan betapa Tempias 2004-2006: Amok Melayu
393
tingginya kebudayaan Sakai pada 100 tahun yang lalu dan justru digambarkan oleh Moszkowski bukannya suku Batak tapi orang Melayu mengancam kehidupan Sakai ini. Belum juga Sakai ini tumpur lebur maka tahun 1970 dikeluarkan 66 HPH dan izin perkebunan yang meluluhlantakkan hutan Riau dan lupa kepada pendidikan beribu tahun suku Sakai sebagai suku asli yang menjaga hutan dan minyak Riau. Ketika Caltex mengambil jalan pintas antara Duri dan Dumai maka sekali lagi tanah Sakai dirampok. Dan anehnya bukan tanah Sakai saja, tanah rakyat termasuk suku hambaraja dengan enak saja digusur oleh Caltex kalau tidak oleh yang diberi perkebunan sawit. Negara ini ikut mendeklarasikan penyelamatan bumi, perlindungan terhadap suku asli. Tapi tak pernah didengar bahwa Caltex akan menyumbang kepada Sakai walaupun dalam deklarasi Kranak pada Earth Summit Rio de Jenairo 1992 jelas menyatakan bukan mereka yang tidak beradab tapi orang-orang yang mengaku modern ini yang biadab. Tibatiba muncul sebuah berita kecil �Bantuan tiga lokal gedung SD 009 kelas jauh dari Chevron Pacific Indonesia di Kecamatan Kandis, selain gedung sekolah, Chevron juga memberi bantuan kepada putra-putri Sakai yang tergabung didalam Himpunan Pemuda, Pelajar dan Mahasiswa Sakai Riau�. Sesudah pompa gas dialirkan dari Sumatera Selatan ke Caltex maka temperatur air rata-rata di daerah Sakai 40 derajat celsius, tak ada lagi ikan yang dapat menghidupkan Sakai. Lalu dari jalan Duri ke Dumai dipasanglah sepanjang jalan �Minyak ini sebagai penyumbang devisa utama untuk Indonesia� tanpa sedikitpun menyinggung orang Riau apalagi Sakai. Belum juga lagi puas sejemput hutan di Mandiangin disapu oleh Arara Abadi dan orang Sakai ini dipukuli lagi. Entah Riau ini terlalu bodoh, entah terlalu bebal, tak ada reaksi apapun ketika tanah moyang mereka digali untuk republik ini yang dulu sebelum otonomi sumbangannya kepada propinsi ini tak lebih dari 250 milyar, itupun masih ada sisa 394
Tabrani Rab
anggaran yang harus dikembalikan ke pusat 50 milyar. Ketika Soeharto datang ke Dumai belasan milyar dikeluarkan oleh Pertamina termasuk menyiapkan tempat tidur sang paduka raja dan lapangan golf. Padahal Soeharto membawa aqua sendiri, pidato beberapa menit balik lagi ke Jakarta. Penghinaan ini lah yang terus-menerus dirasakan oleh masyarakat Riau ketika Exxon perusahaan Amerika ingin mengambil minyak dari Aceh maka rentangan jalan bypass Aceh – Medan telah dibuka terlebih dahulu, baru minyak ini boleh mengalir ke Jakarta dan ke Exxon. Berapa produksi minyak Aceh? 100 ribu barel per hari, 10 persen dari minyak Caltex. Tapi untuk Riau jalan by pass antara Dumai dan Pekanbaru yang lebih dari 60 tahun disumbangkan Riau kepada pusat tetap merasakan melengkang-lengkok jalan ini dengan beribu lubang, tak ada by pass do. Nah, tiba-tiba saja kita terkejut mendengar majelis Papua dengan tegas menyatakan �Indonesia dan Freeport adalah penghalang kemajuan Papua�. Apalah artinya Freeport dibandingkan dengan Caltex. Tak ketinggalan mahasiswa Papua di Jakarta demo dengan menghancurkan kantor Freeport di Jakarta. Untuk pengobat duka lara diberikanlah otonomi pada daerah. Tapi bagaimana mau menghitung dana bagi hasil sementara setumpuk undang-undang dan peraturan pemerintah tak lagi mempunyai hubungan antara pusat dan daerah. Pada tahap pertama dari otonomi ada Asosiasi-asosiasi daerah, asosiasi kabupaten, asosiasi propinsi, asosisasi DPRD dan entah asosisasi apa lagi semuanya mempunyai perwakilan di DPOD yang merundingkan semua langkah pemerintah bukan saja untuk menghitung bagi-bagi duit, tapi juga membahas semua peraturan pemerintah yang meliputi daerah. Sekarang sirna, asosiasi ini telah bermatian. Sekalipun ada Pilkada Menteri Dalam Negeri ada hak untuk memecat bupati. Artinya merendahkan demokrasi daerah begitu juga terhadap Gubernur sekalipun tak ada prilaku pidana. Dari Tempias 2004-2006: Amok Melayu
395
hari ke hari resentralisasi ini makin menggurita. Seandainya minyak Riau ini berada di Aceh maka pastilah jalan Pekanbaru – Dumai akan berdelau. Akan tetapi untuk menutup anggaran negara ini dikenakan minyak Sakai. Bukannya Indonesia tidak meratifikasi Convenant of Human Right dimana hak-hak suku asli itu diakui dan dilindungi setelah Caltex menjarah minyak Riau hampir 50 tahun, barulah Chevron membangun sebuah SD yang diserahkan Bupati Siak. Nah, universitas mana yang dibantu oleh Caltex dahulu kala? Sebelas Maret di Solo, hampir seluruh biaya universitas ini dibiayai oleh Caltex karena sang nyonya dan binmud alias bini muda dari Haroen Al Rasyid, pelukis yang kebetulan dari Solo waktu saya menanya ”Kenapa tak dibangun Unri atau UIR dengan fakultas minyaknya yang terkenal itu”. Jawabnya ”Kontrak kami kan dengan pusat”. Memang Gubernur pernah mengajukan ”Harusnya Riau itu dapat 60 persen kalau rekening pemerintah 502 sudah kempis, itukan bukan soal kita”. Saya bangga dengan mahasiswa Papua ini maupun Lembaga Adat Papua dengan tegas menyatakan ”Tutup Freeport”. Kalau disini Lembaga Adat kita sibuk mendapatkan APBD asal saja Gubernur dapat gelar Setia Amanah. Kenapa tak dikayuh lagi supaya Riau mendapatkan persentasi yang lebih tinggi. Dulu ketika masyarakat papua di zaman Soeharto meminta bagian Freeport maka dengan tangan kiri Soeharto ”Aaa... satu” artinya satu persen. Maka sudah saatnya rakyat Riau mengangkat tangan dan kaki kiri dan kanan 3 kali supaya dapat 60 persen. Itu betul yang tak ada. Tak usahlah lagi kesiangan Chevron, sudah muak kami nengok kamu tu dah. Hutan dihabisi pusat, minyak dilantak habis, yang tinggal kami disini hanya kemiskinan dan pencemaran. Tinggal orang Melayu menyanyi ”Tudung Periuk”. ”Tudung periuk-tudung periuk pandailah menari, kain yang buruk-kain yang buruk berikan kami untuk mengelap si air mata”. 396
Tabrani Rab
Mabuukkk‌
K
alau dulu ada namanya mabuk laut, mabuk darat, mabuk udara, biasanya tanda-tandanya mual-mual, sakit kepala dan terjeluek alias muntah. Sekarang mabuk ini dikenal kembali di kalangan publik berkat adanya acara Republik Betul-Betul Mabuk. Beda dengan mabuk yang dulu, mabuk yang ini tak pakai muntah do dan juga tak pakai mual dan tak pakai pening tapi makin ketawa. Betul-betul mabuk. Taufik Savalas sang tokoh presiden dalam Republik BBM memang pemeran utama, sang wakil presiden saya pun tak tahu namanya tapi kata orang Yusuf Kelik. Acara apapun juga yang saya hadiri saya tinggalkan termasuk hari ulang tahun PWI ke 60 hanya karena menonton acara Republik BBM, tak peduli siapun yang dilantik menjadi anggota PWI, bagi saya yang penting acara Republik BBM. Sebuah undanganpun melenceng ke meja saya dari Jakarta untuk memaparkan pengalaman saya selama menjadi anggota DPOD dan memperkuat hak-hak DPD. Karena istilah Dewan Perwakilan Daerah itu pertama-tama dari buku yang saya kucurkan kepada anggota MPR lewat Usman Sapta, sang anggota inipun menumbuk Ketua DPR RI di depan tv lagi karena tak dapat fraksi dan didominasi oleh partai politik maka sayapun membawa makalah dengan kepala Senator BBM. Apa pasal? Sebab tiap hari peraturan berubah, tiap hari ada saja masalah yang timbul, tiap hari ada saja yang kena tangkap Tempias 2004-2006: Amok Melayu
397
atas tuduhan korupsi maka jantungpun berdegub-degub kalau Ketua KPK berkunjung ke Riau dengan baju ala preman, sekarang pemeriksaan terbalik. Diperiksa dulu di Kejaksaan Agung lalu ditangkap ala Walikota Dumai. Karena Pak Jaksa Tingginya mengikuti acara di Kejagung maka terkebil-kebillah mata sang mantan Walikota Dumai karena Kejati sedang mendapat pengarahan dari Kejagung dan KPK sementara berkas perkara tak dapat dilimpah ke Dumai. Satu kali saya kedatangan tamu dari Belanda, keahliannya dalam hukum tata negara, diapun menanyakan saya bagaimana otonomi sekarang? Saya menjelaskan hampir 20 kali Indonesia itu nak otonomi sesudah itu DPRD dan pemerintah memutuskan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 ganti dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 akibatnya ada asosiasi Gubernur, asosiasi Walikota, asosiasi Bupati, asosiasi DPRD tingkat I danII bergelimpangan sebab Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 DPOD adalah badan yang ditunjuk oleh Presiden bila dianggap perlu dan hanya sekedar memberi nasehat. Lalu orang melihat apa guna lembaga DPD, tak kurang DPD akan mengadakan pertemuan di Quality hotel yang konon dihadiri 400 anggota entah iya entah tidak dan kepada sayapun diberikan tugas �Peran Strategi Lembaga DPD Diantara Kewenangan Pusat dan Daerah� dan tema inipun saya ganti dengan Senator BBM. Kenapa begitu? Bila setahun ada 365 hari maka zaman dahulu pertemuan Gubernur di Jakarta 600 kali setahun, artinya dua kali sehari. Begitu pula Bupati, Walikota sampai Camat, entah urusan apa asal ke Jakarta. Di Amerika hanya ketika Thomas Jeferson menjadi presiden di Amerika Serikat diadakanlah pertemuan Gubernur se Amerika waktu itu 13 negara bagian, sedangkan sekarang telah menjadi 50 negara bagian. Bukannya Amerika itu memekarkan propinsi Papua ehh salah, Propinsi Aceh ehh salah, negara bagian menjadi dua kali tapi memang 398
Tabrani Rab
banyak negara yang bergabung dengan Amerika, Hawai ke 50 bergabung dengan Amerika tahun 1949, Alaska dibeli Rusia dan Riaupun dulu mendaftar untuk menjadi negara bagian Amerika sehingga saya dipanggil Gus Dur ke istana. Sayapun menjelaskan ”Sebatas wacana kan boleh, sebab Amerika kekurangan minyak dan Riau kelebihan minyak”. Teman inipun bertanya kepada saya ”Apa lagi perkembangan di Indonesia?”. Sayapun menjelaskan waktu era otonomi semua daerah membentuk undang-undang dan sekarangpun Kabupaten Tangerang membentuk Undang-Undang Pornoaksi dan Pornografi sementara ditingkat Nasional masih tarik ulur. Begitu hebatnya undang-undang Bupati Bengkalis membuat undang-undang dimana UUD 1945 dan Pancasila dapat jatuh karena Peraturan Daerah No. 19 Tahun 2001. Sekali waktu saya ke Jakarta, ketemu pula rombongan bupati yang akan ke Beijing membawa tim dagang Bengkalis hanya tak termasuk Go Si Cau dan Aling. Saya jelaskan di Indonesia itu ada undang-undang otonomi daerah tapi begitu Mahkamah Agung mengeluarkan Fatwa untuk bupati Tanjung Pinang (entah pakai duit entah tidak) maka Fatwapun keluar ”Bahwa pemerintah pusat dan DPR RI dapat membuat undang-undang tanpa melibatkan daerah” maka duitpun mengalir ke Komisi II dan daerahdaerah di Indonesiapun terpelanting-terpelanting oleh pemekaran. Saya jelaskan kepada teman ini bahwa undangundang di Indonesia 500 kali lebih cepat perkembangannya dari pada undang-undang di Amerika karena di Amerika untuk mengamandemen suatu konstitusi harus diputuskan 2/3 dari kongres atau melalui konvensi nasional, untuk merativikasi sebuah undang-undang harus sekurang-kurangnya disetujui ¾ dari anggota DPR dan untuk mengesahkan suatu undangundang harus disetujui oleh DPR dan Senat dan dapat diveto oleh Presiden dan veto ini dapat dipatahkan oleh 2/3 anggota kongres. Oleh karena itu membuat suatu undang-undang Tempias 2004-2006: Amok Melayu
399
sangat sulit di Amerika tapi sangat mudah di Sibauk dan Kelapapati Bengkalis, bantainyalah... Waktu Undang-Undang Otonomi Daerah ada lagi namanya Petunjuk Undang-Undang Otonomi yang konon belum lagi diuraikan 1770 petunjuk undang-undang. Dan begitu hebatnya demokrasi di Indonesia ribuan Lurah berdemonstrasi di depan istana dan di depan DPR RI padahal di Amerika kalau di kampung hanya terdapat sheriff yang berasal dari Sarif dialah kepala desa, kepala polisi, kepala hukum yang dapat dibayangkan kalau sheriff di Amerika demo dimuka gedung putih dan melepaskan bajunya sehingga menciptakan pornografi dan pornoaksi maka keajaiban dunia hanya ada di Indonesia dimana baju kepala desa alias pengulu ini menggunung dimuka istana negara. Lalu teman inipun bertanya �Apakah makalah Bapak di Senator Republik BBM?�. �Saya akan mengambarkan Kapolda dapat menangkap preman dan mengajukannya ke Pengadilan serta menyatakan tidak ada aktor intelektual dibelakangnya, artinya polisi sudah menjadi hakim dan tak lagi perlu perkara ini dikembangkan begitu hebatnya hukum di Indonesia. Saya akan melancurkan buku Bom Molotov dan meminta kepada Kapolda untuk membedah buku ini�, he...he.....
400
Tabrani Rab
Permentu
P
ermentu artinya Pemilihan Mencari Menantu sebab negara ini begitu demokrasinya sehingga semuanya harus dipilih mulai dari presiden sampai menantu alias Permentu. Zaman dulu di Bengkalis ada namanya Pengulu Tani, kalau di Bagan ada namanya Pengulu Budin, kalau kita telanjang empat segi dan melompat di parit-parit maka Pengulu Budinpun datang melemparkan rokoknya ke kepala dengan berteriak “Oooiii… apo kalian ko”. Sankinkan takutnya dengan Pengulu Budin begitu kawan berteriak “Pengulu Budin lewat….” maka kitapun lari lintang pukang, tak dihitung do baju entah dimana. Mungkin waktu itu belum ada hak azasi manusia, Menteri HAM (HAM ini kalau dalam bahasa Bagan artinya kerang. Jadi Menteri Kerang), yang ada hanya Menteri Gemang. Lain lagi di Sakai, pengulu ini 20 keturunan, ketika pengulu di Sakai disamakan dengan semua lurah di Jawa dan bukan partai pengulu di Kutai dan di Bombai sehingga 13 pengulu Sakai inipun lari kedalam hutan dan tiap hari pengulu Sakai ini memaki camat kepala Cibai. Jadi anehlah kita bagaimana Pengulu Budin begitu berkuasa sehingga anak-anak seperti saya ketika itu lari lintang pukang bukan dengan telanjang empat segi lagi tapi dengan telanjang bujur telur. Artinya sudahlah telanjang, telurpun
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
401
terbujur. Telur itu tergantung-gantung ditambah pula badan menjadi bulat, orangpun menyebut telanjang bulat padahal yang betul telanjang bujur telur. Kawan-kawan yang lain banyak juga yang usil, tak ada do Pengulu Budin tu lewat �Pengulu Budinnn....�, lari tunggang langgang, sudah itu duduk dalam semak dan benda tu dah digigit semut ujungnya bengkak eee... rupanya kawan ini bergurau saja. Nah, yang menjadi masalah dari mana Pengulu Budin ini dapat menjadi Pengulu seperti Pengulu Tani juga?. Rupanya ayah Pengulu Budin ini Pengulu juga di Bagan Hulu dan aki Pengulu Budin inipunnamanya Pengulu Kitin mungkin sampai tujuh atau sembilan keturunan sudah menjadi pengulu, begitu juga dengan Pengulu Tani dengan sepeda kecilnya yang paling cantik di Bengkalis, ayah Pengulu Tani itu pengulu juga namanya pnegulu Leso. Sedangkan tukang mie Tambi Bakar sajapun pakai keturunan juga, ayah Tambi Bakar itu tukang mie juga dan konon anak Tambi Bakar itu tukang mie juga sekarang. Nah, sekarang bagaimana? Memang presiden dipilih, kalau dulu sampai terbungkuk-bungkuk jadi presiden seperti Pengulu Budin dan Pengulu Tani juga. Begitu hebatnya nanti gubernurpun bukan lagi DPR yang milih tapi dipilih langsung, sudah itu tiap hari kita membaca Pilkadal alias Pilkada, pemilihan bupati dan sikit lagi pemilihan walikota. Sudah itu nanti turun lagi ke pemilihan kepala desa alias pemilihan Pengulu. Walaupun baju kepala desa alias pengulu ini sudah setinggi gunung di muka istana negara yang kemudian dibagibagikan pula pada hansip dan pemulung sehingga tampaklah di tv baju ini ada yang sempit, ada yang lapang, pokoknya pakai pakaian pengulu lah semuanya, termasuk pemulung sehingga lebih tepat dikatakan Pengulu Pengulung. Apa yang dituntut Pengulu? Masa jabatan 10 tahun, ada gaji tetap, ada tanah bengkok dan tanah lurus sehingga nampaklah di TV pengulu ini ada yang buncit, ada yang kurus seperti Romusa. 402
Tabrani Rab
Dulu kalau ayah saya mengayuh sampan dari Kubu ke Bagan maka diapun selalu menyanyi “Yalin…yalinn….”. Oleh adik Mak saya Ucu Man dicampurnya pula dengan lagu Melodi Arab “Hasan Husin berlayar sampan tembuk, belacan dimakan kucing besok pagi tak belauk”. Sekali waktu saya betul-betul ingin ke Kerbala karena Mak sayapun pada tanggal 10 Muharam selalu membuat bubur asyura artinya pengaruh syiah masih sangat kuat di tanah air ini apalagi kalau kita pergi ke Pariaman dilihat pula acara Tabuik yang sesudahnya dilemparkan ke laut. Nah, bagaimana pengulu syiah ini? Pada umumnya juga seperti Pengulu Budin dan Pengulu Tani. Balik ke soal pokok sampan Hasan Husin berlayar sampan tembuk, sayapun bertemulah dengan beberapa kawan yang akan menjadi bupati Rokan Hilir. Lalu dicarilah perahuperahu mulai dari perahu Nabi Nuh sampai ke perahu Hasan Husin. Entah bagaimana cerita sampai pula ke Jakarta ke pimpinan pusat partai lalu ke pimpinan daerah partai dan barulah ke pimpinan cabang partai. Saya pikir Pilkada ini tentulah seirama dengan pemerintah ingin menciptakan pemerintahan yang bersih alias Keep Clean the Government kata orang Inggris. Banyaklah calon-calon yang mengajak saya makan. Masyaallah, seorang calo menceritakan kepada saya berapa setoran ke perahu tembuk tingkat pertama, berapa pula setoran upah perahu tembuk tingkat propinsi sampai duit sehabis-habisnya seperti sampan tembuk. Yang menyakitkan justru setoran kepimpinan pusat partai di Jakarta setambau duit mesti dibawa dalam negara yang sedang memerangi korupsi ini. Pecat-memecatpun terjadilah, pimpinan pusat memecat pimpinan cabang, sementara pimpinan daerah setengah hati dan takut di takik pimpinan cabang, pimpinan cabangpun bukannya bodoh, sesudah negosiasi cepat-cepat memasukkan nama calon ini ke KPU sebab dia tahu sedikit lagi keluar surat pemecatan. Oleh karena itu negosiasi cepat Tempias 2004-2006: Amok Melayu
403
dan pendaftaran calonpun harus cepat sebelum pat gulipat dengan pimpinan pusat. Berlaku pula pat gulipat cuci beras dalam bakul, lihat anak lihat kepala Pilkada sudah gundul. “Cobalah Ongah pikir, di pimpinan cabang minta duit segini, pimpinan daerah okelah bisa kita lewatkan, pimpinan pusat partai Ngah mati kita dibuatnya, tak tolok do Ngah, bukan 10 – 20 juta tapi beratus juta Ngah”. Tentu akan dikaji duit balik kalau dia menang nak membalikkan duit ini. Teman saya ini masih melanjutkan “Cobalah Ongah pikir, mula-mula diminta 200 datang calon lain dimintanya pula 300. Kebun kelapa sawit saya dah saya jual dah Ngah, belum juga duit tu cukup. Macam mana kalau saya pinjam sama Ongah”. Tentu saja saya bingung sebab dia masih menambah kata-kata “Kalau saya menang duit Ongah saya bayar dua kali”. “Kalau kalah?”, kata saya. “Cincai lah Ngah. Yaa… itu nasib lah “Arang habis besi binasa”. Dipikirpikir pemilihan gaya dulu dibandingkan dengan sekarang ini lebih demokratis pemilihan masa kini tapi membuat orang gila, habis duit terkuras seperti sampan tembuk, karam, bini dan anakpun mati seperti dulu yang pernah dilarikan ke rumah sakit Awal Bross dari Bangkinang. Di zaman sekarang ini kalau roda Pilkada mau diputar, yang pertama proses tangkap menangkap yang lebih nampak dulu. Angin tangkap-menangkap ini bukan berhenti disini saja sampai sesudahnyapun sudahlah dilantik orang lain, kita pula kena tangkap. Ini namanya nangkap balas dendam. Sesudah itu barulah fase kedua beli membeli perahu. Saya pikir murah, eee… sampai belasan juta bahkan bepuluh juta, sekali pula lagi menyetor ke Jakarta. Perahu inipun nasib-nasib-pan sebab dia cuma mengantarkan kita sampai ke ujung jambat. Sesudah itu meloncat aaa.. bersekuat lah tu sebab partai hantu belau segala tak ditengok orang do. Sesudah itu masuk pula masa kampanye, gambar kitapun diaraklah berkeliling. Pokoknya 404
Tabrani Rab
tak kalah dengan bakalaha eh salah baleho Pak Gubernur dan Pak Kapolda, he..he... Pilkada ini sudah menggila betullah. Di kampung saya, ada yang ditangkap, ada yang berebut satu partai dua calon, sampai bengkak-bengkak juga dibuatnya. Belum lagi mendaftar kedudukanpun hilang diganti orang lain. Masih berunding dengan atasan begitu kalah balik macam ngonggoi, tempat sebagai kepala dinas dah hilang. Ada pula lagi dikumpul-kumpullah duit tu entah melalui markup, entah meallui korupsi, dapatlah duit untuk ikut Pilkada, ehhh… kalah. Sudah kalah datang pula Jaksa mengais-ngais besi dua batang di Teluk Mesjid. Lalu Jaksa menengok dalam buku Lintang Pukang. Harga besi ini dua sen sementara dalam buku Lintang 20 milyar, jantungpun tak aman nak tidur. Duit pembuat jalan di Teluk Mesjid ini dah habis. Sekejab-sekejab datang pula KPK yang membuat jantung berdebar-debar. Ada pula entah polisi, entah jaksa, baru saja kita mendaftarkan diri di Pilkada dia sudah mengais-ngais proyek karena kepada polisi dan kepada jaksa yang memang sudah ditargetkan entah satu entah dua perkara setiap bulan maka buku filsafat hukumpun terendamlah dibawah kelambu. Yang berlaku kata polisi hukum sehingga tak sempat lagi mendaftar. Nah, dimana letaknya praduga tak bersalah? Tak ada, yang jelas masuk kerangkeng Guan Tanamo. Kalau sudah sebagai tersangka sudah samalah nasibnya dengan Saddam Husein dan bukan waktu Saddam Hussein berkuasa, tapi waktu nasib Saddam didalam sumur persembunyian. Waktu saya balik kampung ke Labuhan Tangga famili sayapun bertanya ”Ngah, kini pengulu dipilih, atuk Ongah kan dulu pengulu namanya Pengulu Menthol, ondak atau tidak Ongah jadi pengulu di Labuhan Tangga?”. Sayapun bilang ”Ahh.. tak mainlah sebab di Labuhan Tangga tak ada selebriti”. Sayapun menjelaskan kepada orang kampung saya dalam masjid yang saya bangun sendiri ”Tuan-tuan isuk bukan lagi pengulu dipilih, DPR sedang menyiapkan undangTempias 2004-2006: Amok Melayu
405
undang Pemlak dan Pembin”. ”Apa tu Ngah?”. ”Undang-Undang Pemilihan Laki dan Pemilihan Bini, semuanya harus dipilih termasuk menantu-menantu, mentuo-mentuo, namanya akan dimasukkan kedalam Pertu alias Peraturan Pemilihan Untuk Mendapatkan Menantu”. ”Iyo tu Ngah....Ooii..... matilah Ngah”. Itu lebih baik, di Cina diatur beranak seekor seorang, kalau lebih harus digugurkan. Hayya... lu siii...la....
406
Tabrani Rab
Pil Kadal
N
egara ini bolehlah disebut dengan negara kulit biawak. Tak ada lagi perasaan halus do, yang ada macam kulit biawak. Diharap KPK memberantas korupsi, KPKnya juga ikut korupsi. Diharap Komisi Yudisial dapat menindak hakim yang koruptor, tak selesai-selesai perselisihan antara Komisi Yudisial dengan Mahkamah Agung. Kalau Komisi Yudisial ini main dengan hakim maka dibentuk lagi Komisi-Komisi Yudisial artinya Komisi yang mengawasi Komisi Yudisial. Kini ada pula Komisi Kejaksaan, kalau Komisi Kejaksaannya ini main dengan Jaksa maka dibentuk pula Komisi Komisi Kejaksaan. Kalaulah hidup Montesque tentu tergeleng-geleng kepalanya melihat trias politika disini. Akan tetapi untunglah kepala Montesque kena guillotine sehingga tak dapat melihat lagi ada apa denganmu negara ini. Bukannya lagi trias politika tapi ribu politika atau mentibang politika, bergelung-gelung dengan kaki seribu. Baru-baru ini saya pulang kampung saya Bagansiapi-api karena saya mendengar ada arus demonstrasi 2000 orang. Bayangan saya tentulah kepada adik ibu saya yang tua renta yang tinggal didepan mesjid Bagansiapi-api, maksud saya membawanya ke Pekanbaru. Rupanya kenyataannya tidaklah seburuk yang saya bayangkan. Saya langsung menuju kantor KPU? Apa pasal keadaan begini? Saya diterima baik oleh Tempias 2004-2006: Amok Melayu
407
Ketua KPU Bagan yang masih keponakan saya juga. Hanya aneh, ada calon yang namanya Johar Firdaus rekan saya di UNRI berebut kursi Partai Buruh Sosial Demokrat yang samasama sekampung dengan Zainudin. Johar Firdaus yang konon mendapat 15,9 persen kemudian PKS menarik diri ditambah dengan PPDI memecat Ginting sang ketua, Partai Indonesia Bersatu tidak mau meneken, PBSD pengurus pusatnya mendukung Zainudin, tinggallah dukungan pada Firdaus 12,5 persen. Kata tim Johar Firdaus “Kami dah mendaftar lebih dulu Ngah“ dan ini dibela pula oleh anggota KPU yang namanya Wardaningsih.Lalu sayapun melihat sebeban kertas adalah tulisannya KPU perihal Hasil Rakor KPU Kab/Kota yang akan melaksanakan Pilkada. Apa kata keputusan KPU propinsi itu? Pada nomor 6 dikatakan “Dalam hal pengajuan pasangan calon yang telah didaftar ke KPU oleh pengurus DPC Partai Politik, kemudian DPC tersebut dibekukan oleh DPD/DPW Propinsi, maka pencalonan tetap sah. Dasar hukumnya pasal 42 ayat 1 dan pasa 42 ayat 2 huruf b Peraturan Pemerintah No. 06 Tahun 2005 tentang pemilihan, Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah”. Padahal pasal-pasal lain tak dilihatnya misalnya pasal 32 tahun 2004 dan pasal 36 Peraturan Presiden Tahun 2005 yang jelasjelas menyatakan yang punya partai itu ya pimpinan partai politiknya di Jakarta sono. Dalam pada itu organisasi Lembaga IPSP-K3 Independen Pembawa Suara Pemberantas Korupsi-Kolusi-Kriminal Ekonomi menyampaikan kepada saya bahwa “Johar Firdaus berpasangan dengan Subroto dicalonkan oleh 12 partai politik termasuk Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI). Pencalonan oleh PPDI tersebut ditandatangani oleh Ketua PPDI Cabang Rokan Hilir yaitu Thomas Ginting, bertindak sebagai Ketua PPDI Cabang Kabupaten rokan Hilir pada tanggal 11 Februari 2006 di KPU Kabupaten Rokan Hilir. Namun berdasarkan SK. DPD 408
Tabrani Rab
PPDI Propinsi Riau tanggal 7 Februari 2006 No. 017/PPDI/ II/2006 bahwa Partai PPDI Cabang Kabupaten Rokan Hilir telah dibekukan. Bila pembekuan ini sah, maka Johar Firdaus berpasangan dengan Subroto tidak lagi mencukupi 15% atau sudah tentu gugur. Namun oleh KPUD Kabupaten Rokan Hilir Johar Firdaus berpasangan dengan Subroto telah ditetapkan sebagai Calon nomor urut 3, berarti Surat Keputusan PPDI Propinsi Riau Tidak Berlaku”. Konon Wardaningsih adikberadik dengan Subroto, masya Allah. Pecat memecatpun terjadilah. Begitu saya datang PKS pun tahu karena saya pernah antusias dengan PKS. Apa pula pernyataan PKS? “Ketua DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kabupaten Rokan Hilir tidak tahu menahu dan tidak pernah menandatangani Surat Kesepakatan untuk berkoalisi dengan salah satu kandidat Calon Bupati dan Wakil Bupati Rokan Hilir (pasangan Johar Firdaus dan Subroto) pada Pilkada Kabupaten Rokan Hilir yang akan dilaksanakan bulan April 2006 ini, untuk itu saya tidak bertanggung jawab terhadap konsekwensi yang terjadi akibat koalisi tersebut diatas”. Tak lama kemudian sayapun menerima fax yang bunyinya “Suhu politik Pilkada yang dilaksanakan di negeri tercinta Rokan Hilir, sudah mulai memanas sejak dikeluarkannya Surat Keputusan KPUD No. 18 prihal Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati yang lulus seleksi pada tanggal 15 Maret 2006. Ditambah lagi ribuan simpatisan dari pasangan Remon Zaimurdin dan Sudarno Haji Yusman melakukan demonstrasi sebagai upaya protes terhadap keputusan KPUD yang dinilai bahwa keputusan tersebut mengada-ada dan cacat hukum. Melihat fenomena diatas, maka kami dari LSM Peduli Masyarakat Miskin (PERMIS) yang berada di Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir menegaskan agar Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir dalam hal Bupati dan DPRD supaya segera mengambil langkah-langkah konkrit untuk memperjelas Tempias 2004-2006: Amok Melayu
409
duduk permasalahan yang sebenarnya. Bilamana isi gugatan orang tua kami Prof. Dr. Tabrani Rab, benar adanya, maka seluruh program Pilkada Segera Ditunda untuk Menyelamatkan Uang Rakyat. Saudara-saudaraku, mari kita bersama menahan diri (Cooling Down) dalam menyikapi setiap isu yang dapat memancing emosi yang bisa menimbulkan Tindakan Anarkis, tetapi kita tetap bergandengan tangan untuk menuntut agar kebenaran selalu diatas segala-galanya”. Inilah mekanisme Pilkadal di Indonesia ini betul-betul ala republik BBM, Betul-Betul Mabuk. Coba anda bayangkan, begitu ada Pemilu segala kepala-kepala PU, Sekda-Sekda, termasuk mantan-mantan Walkot dipanggil Kejaksaan, ditahan oleh pilisi. Padahal selama ini duit yang masuk kekantong mereka cicing-cicing wae alias di diam-diamkan saja. Artinya kalaupun ada korupsi ya cincai-cincai sajalah. Satu kali Yusuf Kalla berbincang kosong dengan saya “Pak Tabrani, memang susah memberantas korupsi ini, kalau diperiksa polisi, polisi kaya, kalau diperiksa Jaksa, Jaksa kaya, kalau sampai ke Hakim, Hakim kaya”. Nah kalau masuk penjara, dinding penjarapun tembuk ala Edi Tansil dengan 1,3 triliun dinding penjara itu berlobang. Ketika perkara Naloe yang betul-betul koruptor itu diadili toh dibebaskan juga oleh hakim. Cariii..lah lagi pasal lain. Negara ini memang sudah karam dek korupsi. Cobalah anda bayangkan, kalau tingkat DPC bisalah jutaan, cincaicincai la..boyokin. Sekarang kalau tingkat DPD aaa… ini pakai luh… luhh… dan las... las, jut… juttt. Kalau sudah sampai tingkat DPP aaa... Ini tingkat emm... eemmm... alias Marlyn Monroe, tak bisa ketek do, godang bendo tu segodang kelapo cupak. Lomehhh awak de... eee... Negeri yang konon demokrasi ini kalau sudah Pilkada nampak demokrasi duit termasuklah kampung saya Bagansiapi-api. Sudah lama saya tulis yang memegang Pimpro itu 410
Tabrani Rab
mengumpul duit untuk Pilkada. Sudah itu mulailah sewa menyewa perahu mulai dari perahu Nabi Nuh sampai ke sampan kolek. Sudahlah korupsi diperbanyak dibantai lagi dengan tipu-menipu serta sogok-menyogok BPK. Dibawalah duit sekeranjang ini ke partai, inipun dengan hitungan. Kalau sampai ke PP alias pimpinan pusat partai tanah nenek moyangpun dijual, sudah itu kepala dijual. Di Global TV masya Allah, untuk menjadi pengurus partai binipun dijual 10 juta. Manalah bisa dilakukan demokrasi di negara yang pendidikannya rendah dan menghalalkan semua cara untuk mencapai tujuan. Saya membanding-banding juga pemilihan bupati dan gubernur di Sumbar, memang bersih dan tidak terasa money politic, maka siapapun yang masuk dalam sistem politik begini entah namanya Cagububar, entah namanya Cabup Pasaman habis pula duit seorang anggota DPR yang selama ini bedagang IPK, sampannyapun tembuk dan tergapai-gapai. Tak tahulah kita arah negara ini yang memang sudah tak ada moral. Apalagi yang mau didemokrasikan, tiap sore kita menengok sibuk Pilkada dan anehnya Mendagri boleh memecat Bupati yang dipilih oleh rakyat sehingga Adnan Buyung Nasution yang duduk disebelah kanan saya dalam beraudiensi pada Komisi III “Kita ini dalam turbulen hukum yang tak pernah selesaiselesai�. Hayyaaa... ancua... Pilkadal, tak temakan lagi oleh obat kurap do.
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
411
Wajah Partai Politik Kita
S
aya ini memang sudah tua jugalah. Cuma bak kata Pak Soeman Hs, tua-tua kelapa, makin tua makin berminyak. Tiap hari kerja saya menengok surat kabar Cabup dan Cawakot, apalagi dekat-dekat Pilkada ini. Maklumlah akan ada tempat khusus, jadi wajah-wajah ini perlu jugalah direnung-renung apalagi kita tahu kalau kita akan mencoblosnya. Maka tiap hari belum lagi mandi saya merenung-renunglah wajah cabup dan cawakot ini. Gambar ini begitu banyaknya, dijejerpun dari ujung ke ujung nampaknya penuh. Ada Pilkada Kuantan Singingi dengan 8 gambar dan keterangan 29 hari lagi akan melahirkan ee.. salah akan dipilih, ada pula gambar Rokan Hilir walaupun rata-rata gambarnya berkopiah tapi nampak juga terselip tak berkopiah yakni Saiman wakil Herman Sani tapi selebihnya berkumis. Ada pula 40 hari lagi baru Pilkada sepertinya menunggu masa nifas barulah bisa ditusuk. Dulupun waktu pemilihan DPD saya memasukkan iklan di Riaupos dari 5 calon DPD, 4 bisa ditusuk, 1 menusuk. Dan alhamdulillah 4 yang ditusuk ini jadi anggota, sayangnya yang menusuk cuma terpilih satu, padahal gambarnya sudah merangkak-rangkak sampai depan Dang Merdu. Saya ni cakap lurus-lurus saje, tak adalah maksud pornografi dan pornoaksi tapi 4 tu memang bisa ditusuk. Waktu saya ke DPD baru-baru ini saya mendengar berita sas sus pula, entah iya entah tidak, yang sudah ditusuk di 412
Tabrani Rab
daerah, ditusuk pula dikantor DPD. Maklumlah kantor DPD ini seperti kantor DPR juga, ada sekretaris, ada kamar tersendiri, telepon tersendiri, jadi kalau nak buat apapun asal bisa nyogok Nungkar Nangkir, amannnn... Direnung-renung lagi gambar ini, yang paling ganteng dari Kuansing. Rasa-rasanya payah dihubungkan dengan berita 3000 peserta tes CPNS di Kuansing tak diperiksa, artinya dipebengaknya. Kalau sayalah memilih di Kuansing, kelima calon ini saya tusuk semua sankinkan sakit hati saya, tak ada perhatian calon bupati terhadap guru, dipetipunya semua. Padahal dah berpuluh tahun menjadi tenaga pengajar honor. BKD alias Badan Kepegawaian Daerah yang lebih sedap disebut dengan Badan Kadal menyampakkan 3000 peserta tes CPNS ini bukannya diperiksa tetapi mungkin dijualnya sekilo 7 ribu. Lalu Badan Kadal inipun akan diadukan ke Polres Kuansing dan Kejari Taluk Kuantan. DPRD pun yang biasanya selalu dibarisan paling belakang Komisi A-nya menulis surat pada Bupati Kuansing ”Untuk itu Kapolres Kuansing dan Kejari Teluk Kuantan perlu mengusut kasus ini. Jika memang nantinya ditemukan adanya kecurangan, maka penerimaan CPNS tahun ini bisa dibatalkan”. Kalau mau melihat sistem kepartaian di Indonesia, Pilkada inilah waktunya. Saya punya pengalaman di kampung kelahiran saya di Bagansiapi-api. Begitu buka pendaftaran datanglah DPC Partai Buruh Sosial Demokrat, anak daripada sahabat saya Bachid, belum lagi sampai 4 hari keluarlah surat pemecatan dari Dewan Partai Daerah di Riau. Belum juga lagi puas datang pula surat pemecatan yang dibawa oleh Sekjen partai dan rombongan, langsung menuju Bagansiapi-api. Saya bertanya kepada Dewan Pimpinan Daerah ”Kenapa dipecat keponakan saya di Bagan tu?”. Diapun menyatakan yang dicalonkannya tidak sesuai dengan kebijaksanaan partai. Yang Tempias 2004-2006: Amok Melayu
413
dicalonkan itu asalnya dari kampung saya juga ”Dimana anda kenal dengan calon ini?”. Lalu diapun tak menjawab. Selang dua hari kemudian datang lagi surat, langsung diteken Muchtar Pakpahan, langsung menuju KPU Bagansiapi-api. Lalu sang DPDpun saya tanya kembali ”Kenapa bukan anda saja yang ke Bagan. Kok Sekjen partai betul?”. ”Takut saya ditumbuk oleh orang Bagan Punak, Pak”. Rupanya ada juga rasa takut partai politik ini terhadap preman Bagan Punak. Bagaimana hubungan antara perahu dengan Balongub? Ini betul-betul seperti tender proyek. Kalau duit tipis tak usahlah. Lebih baik mimpi jadi bupati, tak mungkin do sekalipun pendidikan anda dari Harvard, pengalaman anda terhadap suatu daerah selangit, tahu bagaimana mengadakan pendekatan terhadap masyarakat, tapi diatas segala-galanya pitih alias hepeng. Inilah yang paling menentukan ibarat tender. Yang paling mahal bukannya partai yang paling besar, akan tetapi partai yang paling menentukan. Sekalipun KPU tidak berpihak dan sebagai fasilitator tapi siapapun anda, dari partai manapun anda, siapapun yang akan anda angkat menjadi bupati sangat bergantung kepada ise nu mangatur negara on. Kalau tingkat cabang bisalah jut... jutt..., kalau sudah sampai tingkat daerah ini pakai u...jutt alias puluhan juta dan bisa juga rajut. Kalau tingkat pusat maka tampak betullah partai ini em..emm alias milyar-milyar. Sebab faktor pembaginya besar, walaupun bagian yang terbesar adalah Pak Ketua. Bila dalam partai politik yang menentukan itu adalah pimpinan pusat maka kalau diturunkan kebawah sampai ke KPU cabang maupun KPU daerah bukannya boleh masuk begitu saja, rupanya KPUD dan KPU Cabang sudah membuat suatu konsensus yang mempunyai hak untuk menentukan cagub dan cakot adalah dewan pimpinan cabang yang pertama mendaftar, sesudah itu pimpinan pusat dan pimpinan langit tak punya hak lagi, paling tidak inilah yang 414
Tabrani Rab
dikatakan oleh seorang wanita anggota KPU di Bagan. Anehnya lagi saya menelepon Panwaslih yang kebetulan hadir ketika saya menemui Ketua KPU Bagan mengenai pencalonan Zaimurdin, ketika saya sembahyang diapun menelepon Zaimurdin ”Nanti malam saja kita berjumpa jam 8”. Ketika saya bertemu dengan ketua KPUD, Raja Samad maka diapun bilang ”Ya.. begitulah dengan Panwaslih”. Untuk mendudukkan calon ini lagi sayapun menghadap Hakim Tinggi yang selalu bilang ”Aku tak salahin situ, aku tak salahin sini, yang aku bilang hati-hati” akan tetapi tetap saja Pak Hakim bilang ”Kekuasaan Pengadilan Tinggi itu kecillll...”. itupun kalau ada persengketaan hasil pungutan suara Pilkada. Dalam hal beginilah kita memilih calon-calon bupati, calon-calon walikota, apa mau KPU lantak, apa mau partai politik pelupuh, yang penting duit masuk. Melihat fenomena diatas maka diusulkan pula pemilihan Pilkacam alias pemilihan camat, kalau perlu sampai ke pemilihan pengulu untuk menunjukkan kita ini negara demokrasi yang paling hebat di seantero dunia ini. Gimana sandainya kita berpendapat minta pertolongan ulama, maka iapun akan menyatakan ”Tolonglah berdoa kepada Allah”, amin...
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
415
Pusat Gatal
D
i Riau ini ada dua penyakit yang merakyat. Yang pertama ‘Panau’ dan yang kedua ‘Kurap’. Kalau panau dibelakang, kadang di muka, kadang-kadang gatal tapi jarang di pusat. Yang paling payah kalau pusat gatal. Sebetulnya pusat ini diperlukan kalau dalam kandungan. Kalau sudah diluar kandungan pusat ini kalau tidak tempat daki, kalau tidak tempat kurap yang kadang-kadang gatal juga. Entah siapa toke ikan datang ke pusat sana tiba-tiba saja keluar Keputusan Mendagri yang mengintruksikan kepada Bupati Bengkalis dan Gubernur Riau supaya mencabut larangan operasional jaring batu di perairan Bengkalis. Dimana pula dia tahu ada jaring batu ada di Bengkalis. Saya saja tinggal di Bengkalis entah bentuk apa jaring batu tu tak tahu do. Aaa… ini namanya baru otonom. Mendagri mengeluarkan instruksi mencabut larangan jaring batu. Untuk tak dilarangnya pengerih, ambai, gumbang, lukah, tangguk, lukah gilo di Sakai, mancing dan kalau ada SK Mendagri yang lain ’dilarang menangkap ikan buntal’. Aaa... ini kan lebih baik, sebab ikan buntal ini beracun, yang bisa makan ikan buntal ini cuma Jepang karena bisa menghilangkan racunnya. Dulu ada namanya pukat harimau, pukat harimau ini melantak Bagansiapi-api oleh Akong dari Tanjung Balai Asahan. Maka segala ikan termasuk temakul tak dapat lagi oleh nelayan Bagan. Sayangnya belum ada Akong yang ke Mendagri supaya 416
Tabrani Rab
Bupati Bagan membenarkan pukat harimau melantak Bagan. Akibat dari pada jaring batu tersebut nelayan Bengkalis kalau mau makan ikan ya ketempat Mendagrilah. Begitu kerasnya nelayan Bengkalis diapun mensomasi Gubernur Riau dan Bupati Bengkalis ’harus menyelesaikan masalah tersebut’. Bendera Chaidirpun berkibar ”Kalau diizinkan jaring batu, bibit ikan akan habis, nanti alamat nasibnya akan sama dengan ikan terubuk yang sudah kian sulit didapatkan saat ini”. Pendapat Chaidir ini entahiya entah tidak, tapi karena saya ini pernah konvensi untuk menjadi Presiden RI dari partai Golkar, ya betul jugalah. Padahal konon kaki Datuk Laksamana Raja Dilaut sudah tak pernah lagi terendam di Bukit Batu. Dulu konon menurut cucu Datuk Laksamana Raja Dilaut, Munir Umar kalau Laksamana itu mencemplungkan kakinya ikan terubuk akan berkumpul mulai dari Meskom sampai ke Skodi dan tak ketinggalan pula yang dari Singapura berlari mencari kaki Datuk Laksamana Raja Dilaut. Kini orang tak lagi tahu hubungan antara kaki Datuk Laksamana dengan ikan terubuk, yang diketahui orang cuma ”Laksamana Raja Dilaut” yang dinyanyikan Iyeeettt Bustami, bukan main sedap, penyanyi Melayu yang punya suara sopran kalau istilah Mozart. Balik ke soal pokok, sampai jaring batu diurus Mendagri tentulah karena Asiong menghadap Menteri ke Jakarta ”Pak Menteli lu kasih gua jaling batu lah menteli, gua kasih lu angpau...aaa”. Tapi ini baru sampai tingkat nak, KPK pun tak bisa bertindak. Kalaupun sampai tingkat sudah yaa... seperti perkara Tak Sudi Disalahi, perkara itu menguap sekalipun Tempo memuat ada surat dari Sudi ke Perusahaan Korea. Pokok e tebang pilih, bak kata Hamzah Has. Kalau kira-kira lawan, pipil, kalau kira-kira kawan, cincaii... aa... Oleh karena itu undang-undang No. 22 tahun 1999 yang sudah direvisi menjadi undnag-undang no. 32 tahun 2004 bertambahlah Tempias 2004-2006: Amok Melayu
417
tugas pusat menjadi 6 yakni; pertahanan dan keamanan, luar negeri, moneter, hukum, agama ditambah lagi dengan jaring batu. Tapi oleh karena pusat itu sekarang mengurus semuanya termasuk tanah, IPK, kuburan, pengangkatan Bupati Depok, dan sebagainya sehingga tugas pusat itu menjadi tak terhingga sementara daerah Riau hanya menjadi 700 milyar walaupun harga minyak 70 ribu dolar per barel yang dulu 700 milyar ini disedekahkan saja kepada Kepri kini gaspun tanggal dari kantong Daeng di Natuna. Dulu Hasan Tiro bilang kepada saya ”If you choice outonomy, it’s mean you give to central government any right” dalam bahasa Indonesianya kira-kira “Kalau anda kasih otonomi, maka dipelantak pusatlah semua hak-hak yang lain, tinggallah hak ikan buntal pada anda, misalnya jaring batu pun menjadi urusan pusat”. Saya balik-balik buku dan saya bicara dengan Mendagri, Suryadi Sudirja otonomi ini sudah 12 kali dilakukan di Indonesia, sekali haram tak pernah dilaksanakan, kalaupun dilaksanakan sumbing urusan tanah-menanah tetap dipegang Badan Pertanahan Nasional alias BPN, sampai mengangkat PNSpun pusat dan dari jauh terdengar juga sogok menyogok di Menteri PAN entah iya entah tidak. Yang lucunya lagi di Manado sebentar guru honor diangkat menjadi PNS, sebentar lagi dianulir dinyatakan tak lulus maka tampaklah didepan Gubernur guru-guru yang kesurupan mengganti murid-murid yang kesurupan. Dikali waktu yang lain timbul keinginan pusat untuk memecah Riau menjadi dua propinsi. Sayapun bicara dengan Presiden bahwa itu adalah hak Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah dan bukan hak Menteri Dalam Negeri, begitu kata undang-undang. Sayangnya Gus Dur cuma manggut-manggut dan minta agar Huzrin Hood dilantik oleh Gubernur, Saleh Djasit. Akhirnya sayapun dapat membawa Huzrin Hood ke 418
Tabrani Rab
Perwakilan Pemda Riau dan bertemulah dengan Saleh Djasit dan Tengku Muchtarudin, tak diminta becakap tiba-tiba Huzrin bilang ”Saya akan mundur dari BP3R”. Selang beberapa bulan kemudian patung Saleh Djasit, Chaidir dan saya dicampakkan dari Pulau Bintan supaya dapat dimakan oleh ikan hiu di Laut Cina Selatan. Ketika Daeng yang sekarang menjadi Bupati Natuna dilantik menjadi Ketua DPRD Natuna maka saya bersama Saleh Djasit dan Chaidir ditambah Wakapolda ketika itu Bahrul Alam yang kini menjadi juru bicara Kapolri. Terbanglah kami ke Natuna dengan RAL, nampak jugalah ikan hiu meloncat sekali-sekala lalu sayapun bilang dengan Saleh Djasit ”Biasanya kita makan ikan, sekali ini kita dimakan ikan, jadi Nabi Yunus”. Tampaknya doa Huzrin Hood akan terkabul juga. Pak Bahrul Alam pun saya lihat sembahyang dengan khusuk didalam pesawat yang seperti gasing. Ternyata saya selamat juga sampai ke Pekanbaru dan balik menulis buku ”Bersatulah Riau”, jangan bercerai-berai. Dibuku itu saya menulis ”500 tahun sesudah kejatuhan Malaka tepatnya tahun 1954 diadakan Kongres Rakyat Riau yang menyatukan Lingga, Indragiri dan Siak dan bernamalah Propinsi Riau. Adakah lintasan sejarah yang lebih dari 500 tahun ini akan dipecah menjadi Propinsi Riau Daratan. Terkutuklah oleh para Sultan Riau orang-orang yang memecah-belah Riau. Sekali lagi Riau adalah Riau yang satu bukan dipecah”. 5 tahun saya di DPOD terasalah denyut otonomi karena ada Asosiasi Bupati, Asosiasi Gubernur, Asosiasi DPRD Tingkat I dan II, konsultan asing, dan hampir saja otonomisasi itu betulbetul diterapkan. Sesudah keluar undang-undang no. 32 tahun 2004 yang DPODnya boleh dibentuk boleh tidak oleh Presiden yang sifatnya fardu kifayah, maka Menteri Dalam Negerinyapun mengeluarkan instruksi mencabut larangan operasional jaring batu kepada Bupati Bengkalis. Sehingga betullah kata-kata Tempias 2004-2006: Amok Melayu
419
Hasan Tiro yang bunyi bahasa Acehnya saya tak mengerti dan bunyi bahasa Minangnya kira-kira Indak waang yang menentukan otonomi tu do, pusek, kuroookkk dan kerja pusat menggaru-garu saja, walaupun yang digaru itu kacang tojin, ikan lomek, ikan buntal, dan sedikit lagi ada undang-undang yang melarang menjual lempuk durian di Bandara SSQ dan harus diganti dengan dodol garut. Lalu keluarlah UUIB alias Undang-undang Ikan Buntal, UUIL alias Undang-Undang Ikan Lomek dan yang terakhir UUIT alias Undang-Undang Ikan Temakul. Undang-undang ini sah dilaksanakan bila pemerintah menetapkannya bersama DPR RI sehingga daerah hanyalah mentimun bungkuk saja dan negara inipun berubah menjadi RMB alias Republik Mentimun Bungkuk yang negara tetangganya adalah Republik BBM alias Republik Betul-Betul Mabuk.
420
Tabrani Rab
Biar Sakit Gigi, Ohhh‌.
D
ulu waktu saya masih menyusun Undang-Undang Otonomi Daerah bersama Affan Gafar (alm) dicarilah padanan otonomi itu seperti bentuk negara-negara federal. Bagaimana dengan negara federal seperti di Amerika maupun di India? Di Amerika kalau ada korupsi disekretariat presiden maka ini jelas bukan urusan presiden tapi urusan FBI alias Federal Bureau of Investigation. Kalau ini terjadi di negara bagian maka ini adalah urusan jaksa dan urusan polisi. Tetapi presiden tidak dapat ditumbangkan oleh karena perkara korupsi di sekretariat negara ini. Orang bertanggung jawab langsung terhadap hukum. Nah, siapa yang mengaudit? Boleh lembaga mana saja, boleh lembaga negara, boleh lembaga swasta, boleh juga diaudit badan-badan pengaudit yang profesional seperti Morgan. Jadi badan auditnya siapa saja, hasil auditnya pasti sama sebab dihitung dari angka yang sama. Di negara India justru terbalik. Isu korupsi yang pertama diketahui dari parlemen, kalau korupsi ini melibatkan orang banyak biasanya negara bagian minta ke federal. Nah, bergantung pada federal itulah. Siapa yang berhak untuk meminta audit dari penyalahgunaan anggaran negara? Bisa polisi, bisa jaksa, tidak seperti disini polisi yang memeriksa disampaikannya pada jaksa. Bahkan kalau polisi negara bagian mengalami kesulitan boleh minta kepada polisi federal. Di India isu untuk Tempias 2004-2006: Amok Melayu
421
korupsi pertama antara Partai Kongres dan BJP yang bersiteru maka korupsi yang pertama-tama diketahui oleh partai oposisi, bukannya oleh polisi dan bukan pula oleh jaksa dan tak ada badan semacam BPKP tu dooo... toh badan-badan begini kena sogok juga, sedang KPK kena sogok. Isu korupsi inipun menjadi isu publik. Lalu selanjutnya parlemen bersidang dan dapat mengajukan mosi tidak percaya kepada pemerintah. Kalau ini sudah terjadi oleh mayoritas parlemen maka kabinetpun jatuh dan harus dilakukan kembali pemilihan anggota DPR. Oleh karena itu pemerintah di India sangat dan sangat bersih sekalipun mereka dalam kemiskinan. Ketika model ini saya ajukan kepada Affan terasalah pada permulaan otonomisasi bahwa DPRD lebih kuat kekuasaannya ketimbang kekuasaan pemerintah. Disamping itu oleh karena tidak terdapat hubungan antara gubernur dan bupati maka sang gubernurpun menjadi sakit gigi, padahal lebih payah dari sakit hati. Ambillah misalnya gubernur Rusli Zainal meminta datang kepada semua bupati yang sembilan orang agar memberikan dukungan mereka terhadap PON 2012, logopun sudah dibuat, sayang diantara sembilan kepala daerah tingkat dua yang berada di Riau ini hanya yang datang walikota seorang. Tentu saja suasana menjadi loyo. Sekali waktu Nuriana sebagai gubernur Jawa Barat dan anggota DPOD mengundang saya ke Bandung untuk sosialisasi otonomi. Tapi sayangnya seorang bupatipun tak datang, paling asisten III kalau tidak kepala dinas, itu tadi karena pasal 4 undang-undang otonomi. Sekalipun dirubah menjadi undang-undang 32 dimana gubernur punya gigi terhadap bupati, tak juga mau datang. Padahal yang mau dipresentasikan ini fasilitas apa yang ada pada kita, bagaimana meningkat oleh raga agar dapat melaksanakan PON walaupun banyak anak-anak yang perutnya buncit seperti kelepon alias buah melaka. 422
Tabrani Rab
Yang lucunya lagi saya dihubungi dari Jakarta oleh Pak Lubis yang dulu menjadi Sekda di Riau ini yang sekarang menjadi sekretaris asosiasi seluruh bupati di Indonesia ”Pak Tabrani, kita mau berkunjung ni ke Pekanbaru, datang ya...”, kata Pak Lubis. Bagaimana pula mau datang, undangan tak ada. Dan yang menyakitkan serta menyebalkan hati cuma bupati Indra dari Tembilahan yang datang, ini mungkin karena sekampung dengan Pak Rusli, sisanya tak datang. Untunglah Pak Rusli kita ini berbesar hati ”Mungkin karena bupatinya sibuk Pilkada”, kata Pak Rusli. Melihat keadaan begini sebetulnya kalau sayalah gubernur, saya pastilah menyanyi ”Putus lagi cintaku, putus lagi jalinan kasih, sayangku padamu, cuma karena rupiah, lalu engkau berpaling muka, tak mau menatap lagi, kecewa, kecewa hatiku, merana karena cinta, dari pada sakit hati, lebih baik sakit gigi ini, biar tak mengapa, rela-rela aku rela....” Balik ke pangkal kaji yang menjadi soal boleh ndak anggota DPRD memeriksa sekretariat DPRD? Siapa bilang tak boleh. Yang wakil rakyat itu kan DPRD, bukan sekretariatnya. Apa saja boleh diperiksa DPRD, asal menyangkut keuangan yang dapat melicintandaskan negara ini. Sebenarnya pemeriksaan yang harus diminta izin dulu dengan presiden, dengan gubernur itu betul-betul melanggar hukum. Sebab dalam filsafat hukum semua orang itu sama dimata hukum. Bahkan sang anggota DPRD yang mengetahui ada hal yang tidak beres di sekretariat DPRD tapi dia diam saja maka ini disebut dengan subhat alias persekongkolan. Karena PKS saya mengikutinya betul sejak terbentuknya dan merupakan harapan satu-satunya partai yang mendasarkan keIslaman dan amanah. Kalau PKS mulai ikut terlibat maka lebih baik kita sebut Partai Keadilan Subhat. Gejala-gejala kesitu memang sudah ada, menerima amplop, menerima mobil dinas, walaupun dengan berbagai alasan. Tempias 2004-2006: Amok Melayu
423
Namun kali ini tunjukkanlah bahwa engkau membela rakyat PKS. Apa yang telah dicontohkan nabi dengan kata-kata yang sangat tegas �Bila Fatimah mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya� maka melihat ada yang tidak beres di sekretariat, undang-undang mana yang menetapkan bahwa anggota DPRD tidak boleh melakukan audit. Tak usah lagi menutup-nutup hal yang sifatnya haram. Sebab kalau ditutup maka andapun menjadi subhat. Saya menjadi pening tinggal di Riau ini. Ditengok korupsi disetiap sudut, tiap hari suara melengking juga, mari kita tegakkan hukum. Disatu pihak hilangnya mekanisme kerja daerah, dilain pihak hukum yang tidak ditegakkan. Saya kadangkadang merasa heran, Pak Kapoldanya mengurus olahraga, illegal logging menjadi-jadi juga, kalaupun jadi penyanyi yang berbakat, itu memang pembawaanlah. Karena simpang-siur ini begini-begini juga, maka sebaiknyalah kalaupun menyanyi tak usah lagi menyanyi yang susah seperti Born Free, lebih baik lagu sakit hati. Cuma supaya cocok dengan Riau kita rubah bait-bait lagu sakit hati ini �Putus lagi cintaku, putus lagi jalinan bupati, sayangku padamu, cuma karena lima miliar lalu engkau berpaling muka, tak mau menatap lagi, kecewa, kecewa hatiku karena sekretariat uangnya menggeliat, dibilangnya pula saya plagiat, dari pada hilang gigi lebih baik sakit hati, biar tak mengapa, rela-rela aku rela...
424
Tabrani Rab
Ala Mak Telepon Tak Tebayo
A
neh bin ajaib, anggaran yang lebih dari 1,5 triliun ternyata kantor Bupati Bengkalis tak terbayar telepon. Berapa besarnya biaya telepon ini? Bulan Februari hingga Maret berkisar 40 juta lebih. Jumlah tagihan setiap ruang bagian dilingkungan sekretariat daerah memang bervariasi, ada yang menunggak 10 juta, 9 juta, 3 juta, namun ada ruang bagiannya yang jumlah tunggakan hanya sebesar 50 ribu. Padahal anggaran 1,5 triliun. Coba saja lihat anggaran tahun per tahun yakni 2001 sebesar Rp. 1.019.610.018.167,76 tahun Anggaran 2002 Rp. 1.434.831.306.493,16 untuk tahun anggaran 2003 sebesar Rp. 1.433.679.947.844,43 dan untuk tahun anggaran 2004 sebesar Rp. 1.325.272.958.586,36. Bukan itu saja telepon rumah pejabatnyapun tak terbayar. Ternyata nak cincai-cincai saja dengan bagian telepon tak dapat do. Sebab mengatur hidup dan mematikan itu bukan di Bengkalis tapi di Duri dan di Pekanbaru. Kalau telepon nunggak 2 bulan otomatis mati. Kalau nak pakai rumus matematika yang diproyekkan dalam anggaran tahun 2003 SPBU rp. 3.451.295.000, Gudang Airputih rp 1.279.255.250, Kapal Laksamana 01 rp 2.500.000.000, Rice Processing Complex rp. 33.621.364.800, PT. LIAT rp. 1.600.000.000, Bandara S. Selari rp. 2.400.000.000, Pasar Sandang Pangan rp. 2.400.000.000, Mobil Pemadam Kebakaran rp. 1.600.000.000, Jaringan Listrik rp. 19.585.891.300,-
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
425
Sekali saya ke Bagansiapi-api untuk mengikuti Pilkada di Bagan bukannya 5 jam tapi 10 jam. Apa pasal? �Pak, kita mesti menengok lubang, gelombang, kalau tak mau lintang pukang lalu tekangkang dan dibantai pula oleh fuso (hati-hati membacanya jangan pakai ’ng’), 5 jam maju tak dapat mundur tak dapat ditengah malam buta�. Akan halnya jalan Hang Tuah ini yang sudah kusut masai barulah nak diperbaiki jalan ini menjadi 36 miliar. Itupun nak bekongsi pula. Belum lagi jalan Hang Tuah Duri yang tak bisa ditempuh, pokoknya cukuplah kalau mau dinaikkan berapa triliunpun anggaran Bengkalis, jalan Hang Tuah ini tetap saja belubang. Suasana Bengkalis akhir-akhir ini memang menghangat. Sudahlah proyek genset di PLTD oleh Pemkab Bengkalis pada tahun 2003 dan 2004, barulah nak di hearing oleh DPRD. Sedangkan pihak yang dipanggil antara lain Pemkab Bengkalis, PT. Bumi Laksamana Jaya dan mantan Pimpro pengadaan mesin tersebut. Dikatakan, pimpinan dewan sudah memberikan sinyal supaya hearing itu bisa digelar secepatnya. Menurutnya, hearing tersebut sangat diperlukan untuk mengetahui duduk persoalan soal mesin genset tersebut. Ia juga mengungkapkan bahwa dengan diadakannya hearing tersebut Pemkab Bengkalis akan diminta untuk transparan kepada publik, apalagi mengingat pengadaan mesin genset tersebut sudah disorot banyak kalangan. Terutama yang berkenaan dengan status mesin ketika saat dibeli, karena saat ini sudah berkembang penilaian bahwa mesin itu dibeli dalam kondisi bekas atau tidak baru lagi. Berapa harga genset itu? Tak tanggung-tanggung 92 milyar. Untuk perbandingan saya membeli cartepilar 250 KVA hanya 300 juta. Kalau betullah kas daerah masih ada 4 miliar sebagaimana dikatakan untuk ganti rugi tanah yang besarnya 4 miliar untuk Politeknik Bengkalis hingga kini dana untuk ganti rugi lahan untuk sejumlah proyek pembangunan di Bengkalis 426
Tabrani Rab
masih tertahan di Setdakab Bengkalis. Hingga kini dana itu belum pernah dicairkan dan masih berada di kas daerah. Yang enaknya lagi ekonomi Bengkalis yang disebut dengan ekonomi ketuk palu sehingga menyebabkan saat ini masyarakat Bengkalis kota maupun seluruh pelosok desa di kabupaten Bengkalis setiap hari tak luput dari cerita soal ketok palu. Cerita tersebut di warung-warung, pasar, jalan dan tempat-tempat keramaian. Belum lagi perang di laut bukan Laksamana Raja Dilaut tapi antara nelayan tradisional yang tergabung dalam Solidaritas Nelayan Kecamatan Bantan (SNKB) dengan nelayan Jaring Batu kembali terulang. Sebuah kapal pompong milik nelayan rawai pecah ditabrak oleh kapal jaring batu. Sampai kini pompong tersebut tidak ditemukan, sedangkan tiga penumpangnya selamat. Sementara Mendagri tak kepalangtanggung mengeluarkan Permen Ikan Buntal. Cobalah dibayangkan tiga nelayan yang berada di pompong tersebut adalah Necik Jakfar, Liyas dan Burhan, warga Dusun Parit Tiga, Desa Teluk Pambang. Mereka berangkat ke laut bermaksud menjaring ikan untuk umpan. Tanpa diduganya tiba-tiba pompong kecil yang mereka naiki ditabrak kapal jaring batu yang ukurannya jauh lebih besar dan cepat. Akibatnya pompong nelayan rawai pecah sedangkan tiga penumpangnya diangkut ke atas kapal jaring batu. Diceritakan Abu Samah, ketiga nelayan naas tersebut mengaku mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan, dibuktikan dengan bekas luka dan memar disekujur tubuh mereka. Ketiganya kemudian diserahkan ke sebuah pompong yang kebetulan menjaring malam hari. Menurut korban, yang memukul mereka berinisial Hmn. Kondisi korban menyedihkan, sekujur badannya memar disebabkan bekas pukulan. Sampai kini pompong milik nelayan rawai tersebut belum ditemukan, kendati sejumlah rekan nelayan yang lain berusaha mencarinya ke tengah laut. Tempias 2004-2006: Amok Melayu
427
Tidak hanya pompong yang pecah setidaknya 30 keping jaring talang milik nelayan tersebut dirampas nelayan jaring batu. Bengkalis yang begitu hebat yang untuk Al-Zaytun berani mengeluarkan biaya 140 miliar, pembangunan listrik 90 miliar, rice processing complex 36 miliar, pelabuhan Bandar Sri Laksamana 28 miliar, kapal fery penumpang 37 miliar, lapangan golf 4 triliun, mobil pemadam kebakaran 1 miliar, Duri Islamic Center 5 miliar, RSUD 20 miliar, pesantren terpadu Pematang Duku 640 juta, pelabuhan Sungai Pakning 1,7 miliar, bibit sapi 3 miliar, pabrik mini kelapa sawit 1,5 miliar. Masa membayar telepon segitu saja tak dapat, itu kan tandanya proyek-proyek yang dijalankan tak menghasilkan duit kecuali laporan BUMDnya untung. Berapa besar untungnya? Dilaporkan 16,5 miliar anggaran 2001 sampai 2004, belum dihitung lagi anganangan bupati yang melunaskan duit 5 miliar untuk Bengkalis Airline. Ini tandanya semua proyek tak menghasilkan dan berubah menjadi besi buruk. Bengkak lah dikau Bengkalis. Baliklah kita ke Sibauk...
428
Tabrani Rab
Batam yang Makin Kelam
S
eingat saya 10 tahun yang lalu berkunjunglah ke Goh Choh Tong yang ketika itu Wakil Perdana Menteri Singapura ke Pekanbaru. Dalam perjalanannya ke Batam beliau didampingi oleh Sekda, Firdaus Malik. Dan entah apa pasal sayapun diajak turut. Diselang-seling waktu di Batam sayapun menanyakan kepada Goh “Mungkinkan Batam sebagai saingan?”. “Impossible”. “Lha kenapa?”, tanya saya. “We have experience and very strict budgeting”. Sementara itu Habibie berkoakkoak pula di Jakarta dan saya ikut pula mendengar teori balon Habibie. Apa katanya? Katanya kalau Singapura itu membesar maka otomatis Batam akan membesar ibarat dua balon yang saling berhubungan. Dalam hati saya “iyee… lah”. Ketika forum diskusi dibuka sayapun menunjuk tangan “Kalau teori ekonomi ini begitu maka mungkin lebih pandai cucu saya sebab makin kenyang dia, makin dirampoknya adiknya punya”. Artinya makin kenyang dia, makin kuat dia merampok kue adiknya. Begitu pula ketika anak saya masih kecil dan berebut kelepon, yang satu anak saya Dian “Pa menang Pa, ini piringnya”, sedangkan si kecil Susi diam saja disudut sebab kelepon sudah masuk semua keperutnya. Nah, bagaimana Batam sekarang? Kebetulan dalam undangan pela ntikan Daeng menjadi bupati Natuna saya harus Tempias 2004-2006: Amok Melayu
429
ke Batam terlebih dahulu baru dari Batam ke Natuna. Maka kesempatan saya pula begadang di Batam bersama supir taxi. “Pak, lapeh ajo makan lah untuang di Batam ko Pak”. Sayapun minta disinggahi di diskotik Ozon. Walaupun sudah hampir jam 10 tak ada lagi cewek-cewek yang dulu banjir. “Kenapa”. ”Tak tahan razia Pak”. Rumah makan pada sepi, tentu saja tidak melewatkan rumah makan Pak Ndut, tak juga nampak bergeming. Empat hari sebelumnya saya juga ke Batam menghadiri pertemuan Kopertis Wilayah X, aneh bin ajaib walaupun saya membeli tiket city link Garuda pp “Pak, tiket pulang Bapak belum terdaftar”. Padahal jelas-jelas saya mengambil kapan berangkat, kapan balik. Itu masih untung ketika saya akan ke Pekanbaru walaupun tiket city link sudah ditangan tiba-tiba saja Garuda mengumumkan “City link canceled”. Dan tak tanggung-tanggung sampai 3 hari dicancelnya. Untuk menyenangkan hati Garuda menambah 25 ribu per tiket. Lalu dengan 25 ribu ditambah dengan uang tiket berambuslah tuan-tuan dan pandailah mencari tiket sendiri. Mampuslah tuan-tuan. Waktu di Batam saya sempat juga kerumah saudara saya dari Bagan. “Mati nyo ko Ngah, gula sudah 6 ribu padahal kalau dimasukkan dari Singapura cuma 2 ribu. Harga barang-barang elektronik naik tak beda dengan Pekanbaru”. Celakanya lagi taksi kehilangan pelanggan berupa Akong-Akong Singapura dan nenggelis-nenggelis dari Indramayu. Batam betul-betul redup. Dulu seperti gunung merapilah. 10 hari nak meledak lalu dikasih sesajen ditambah dengan bacaan-bacaan ahliahli gunung merapi sehingga buku yang pernah ditulis oleh Wimpi sang Dirjen Pertambangan berupa Otonomi Gunung Merapi akhirnya berubah otonomi gunung merapi dirampok oleh dukun-dukun. Batam kini betul-betul kelam. ”Judi sudah ditindak polisi Pak disini, manalah orang Singapura mau datang lagi”. 430
Tabrani Rab
Dalam kebingungan dan senja di Batam ini disiarkan pula di TV diskusi antara Gubernur Kepri dengan KADIN Batam dan dapat diikuti lagi pada siaran ulangnya. Paginya saya membaca berita gubernurpun tak mengerti dengan SEZ alias Special Economic Zone. Apa barangnya itu tak tahu sehingga diskusi ini berubah menjadi pagelaran menyanyah. Apa yang nak dicapai Barelang, Bintan dan Karimun kedepannya tak jelas. Yang nampak dari pembicaraan ini supaya birokrasi dipangkas, kalau perlu gundul karena menimbulkan biaya tinggi. Lalu Ketua Himpunan Kawasan Industri Batam alias HKI John Sulistiawan meminta pengurusan perizinan penggunaan tenaga kerja asing jangan dipersulit dan harusnya bisa diurus di daerah. Tapi hebatnya apa yang disebut dengan Special Economic Zone ini kalaupun ditanya apa barangnya ini karena tak ada dalam kamus seperti otonomi khusus juga alias Otsus atau otonomi usus tak ada yang tahu do. Sisanya berbicara pula dari toke-toke Batam yang menyatakan pengurusan IMTA dan RPTKA yang biasanya butuh waktu empat hari ternyata sekarang berminggu-minggu. Apa barangnya IMTA dan RPTKA ini sayapun tak ngerti. Yang jelas untuk tenaga kerja asing harus merogoh kocek 1000 dolar Amerika untuk setahun yang disetor kepada Departemen Tenaga Kerja yang membungkusnya dalam Pelatihan Keterampilan Tenaga Kerja Asing. Karena tak dapat jalan keluar akhirnya sang Gubernur Ismethpun menyatakan �Nanti akan dibentuk tim�. Dalam hati saya tak usahkan tim, calung atau drumpun tak dapat. Angka kriminalitas meninggi sehingga terdapat pula di Batam apa yang disebut dengan spesialis pembobol handphone. Nah, bagaimana kalau ke airport Hang Nadim? Dulu Habibie juga menyatakan untuk mendampingi Changi. Akan tetapi besi-besi yang diatas lapangan terbang ini telah dibungkus dalam kaleng yang baik. Ketika saya akan meninggalkan Batam tiba-tiba saja listrik mati. Ruang yang disebut VIP berubah Tempias 2004-2006: Amok Melayu
431
menjadi ruangan sauna. Ketika saya sampai di ruangan VIP ini walaupun angka sudah pukul 9 ”Belum buka Pak”. Lalu saya menuju ke kamar mandi, masya Allah betul-betul menyaingi Changi. Sudahlah ledah, airpun bertebar kemana-mana di wc VIP. ”Pak, kalau mau kencing disini jangan diinjak Pak”. Artinya kencing terbang dari pintu ”Suuurrr... menuju ke lubang wc”. Tentu saja bertambah ledah. Saya yang pindah ke pesawat Lion air dilihat pada board keberangkatan ceck in di counter 4 sementara di tv nya counter 6 masuk kedalam tampak Lion di counter 12. Lalu ditanya ”Untuk ke Pekanbaru?”. ”Disana Pak, counter 7”. Walaupun pesawat Lion terlambat sementara city link dicancel, untung juga dapat pulang ke Pekanbaru. Membayang-bayang pula apa yang disebut Goh Choh Tong 10 tahun yang lalu “You have no experience and discipline” maka nampaklah kini Hang Nadim yang ledah, tembok-temboknya tak lagi bercat bersih, makin kelabu warna Batam dan makin tak menentu apa ini Special Economic Zone. Sang Konsul Singapura yang berangkat pula bersama rombongan saya hanya mengangkat bahu. Entah apalah artinya asal jangan angguk keling saja. Sebab mengangguk artinya tidak.
432
Tabrani Rab
Naik Kereta Api, Tut…tut…tuttt…
W
aktu masih taman kanak-kanak tentulah kita masih ingat lagu ”Naik kereta api...tut..tut...tut... siapa hendak turut ke Bandung Surabaya, ayo kawanku lekas naik keretaku tak berhenti lama”. Lagu ini sekarang sudah berubah bukan di TK tapi di TD alias di taman datuk-datuk. Bagaimana bunyinya? ”Naik kereta api tot..tot..tott.. siapa hendak tibo, Dumai Pekanbaru ke Muaro, ayo kawanku lambat-lambat kereta sedang betambat”. Ini betul-betul sebuah kejutan besar untuk Riau. Bukannya presentasi ini diberikan oleh Gubri yang dulu hendak membeli heli, untung tak jadi sebab kalau tidak menjadi gubernur aci, he...he... Tapi ini dipresentasikan oleh Dirjen Perkeretaapian Soemino Eko Saputro kepada wartawan disela-sela lokakarya rencana pembangunan jaringan kereta api di Gedung Multi Media, Kantor Gubernur Riau mengatakan bahwa Riau sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai propinsi prioritas untuk pembangunan jaringan kereta api. Untuk mendukung langkah itu, maka program pembuatan disain sudah akan dikerjakan dalam 2007 yang dibiayai APBN. Sehabis mendengar ceramah begini pikiran sayapun balik ke pembuatan kereta api Muara Sijunjung Pekanbaru (19431945) sepanjang 200 kilometer. Berapa korban yang mati dari Romusha dan tawanan perang Jepang? 285 ribu jiwa alias 0,4
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
433
persen dari 70 juta penduduk Indonesia ditahun 1945. Artinya 1 kilometer 1270 jiwa. Padahal yang mati akibat bom atom Hirosima dan Nagasaki hanya 200 ribu orang sahaja. Berapa Romusha yang mati? Sekalipun tema kereta api tersebut adalah �Kisha no michi wa Indonesia notameni tsukuru� (Jalan kereta api ini dibangun untuk bangsa Indonesia) akan tetapi jumlah Romusha yang mati ratusan ribu. Berapa wanita yang diperkosa? Ratusan. Berapa yang mati karena dinamid? 8400 jiwa. Berapa mati karena longsor? 50 orang. Berapa tawanan perang Belanda, Australia dan Inggris yang mati dalam mmebuat rel kereta api ini? Dikerahkan 10 ribu, mati 5 ribu. Disimpang tiga Romusha ini yang disebut dengan korban loge 1500 dikuburkan dalam satu lubang. Kalau anda ke Bangkok diajaklah anda berjalan selama 5 jam menuju The Bridge of Tokori. Berapa yang mati? Hanya 7 ribu. Tapi aneh bin ajaib batu besar yang sudah dibuat oleh Subrantas tempat dikuburnya ratusan Romusha kalau ditanya dengan Dinas Pariwisata �Dimanee... Ngah�, artinya mereka tak tahu, yang tahu anggarannya berapa, bezapin berapa. Salahnya Pak Walikota Pekanbaru meletakkan nama gang Hassan Basri sang purnawirawan Giyu Gun yang ikut dalam penderitaan Romusha dan meninggal diterowongan Mina dibandingkan dengan nama jalan musuh bebuyutan Imam Munandar. Ketika saya menggantikan Baharudin Yusuf menjadi Ketua Mahasiswa Riau se Jawa dan bersama teman-teman yang ditahan di TPU termasuk Thamrin Nasution dan Nazar Mahmud (TPU = Tempat Penahanan Umum) di Citra Plaza sekarang ini berhasil mendudukkan Arifin Ahmad menggantikan Kaharudin Nasution yang dituduh oleh mahasiswa terlibat PKI. Pada suatu hari sayapun pergilah dengan Arifin Ahmad menengok rel yang masih bagus. Dan ditengok pula kelapa kereta api ini di Tanjung Rhu. Saya tak kenal dengan kontraktor yang dibawa Arifin Ahmad, kalau tidak salah saya namanya Mr. 434
Tabrani Rab
Hak yang akan mengaktifkan kereta api ini kembali menuju ke Logas yang dibangun oleh Jepang pada tahun 1943. Untuk pembangunan kereta api beribu Romusha mati dan yang akan matipun dimatikan juga oleh Jepang, dorr.... Apa tujuan Jepang membangun jalan kereta api ini? Pertama, karena di Logas banyak terdapat emas tapi waktu itu belum lagi terdapat rumah makan Padang. Kedua, hubungan dengan Sumatera Barat menjadi cepat sehingga mobilisasi tentara mudah dan yang ketiga, tentu saja mengangkut bahan bakar dari Pekanbaru ke Logas dan langsung ke Padang. Bukannya Nur Bahri saja yang menulis walaupun namanya kini diabadikan sebagai gedung PWI di jalan Sumatera, dan begitu intimnya saya dengan Nur Bahri selain wartawan Genta, dia selalu datang kalau saya habis praktek. Selalu dengan maksud yang sama kalau tidak makan bersama, ya pitih lah. Lain lagi yang ditulis oleh H. Syafei Abdullah, tokoh PSII dia menulis tragedi Tragedi Pembangunan Rel Kereta Api Muara Sijunjung – Pekanbaru (1943-1945). Didalam kulit bukunya ditulis ”Jumlah korban setara dengan jumlah bantalan rel kereta api yang dibangun”, ”Para Romusha pembangunan rel kereta api Muara Sijunjung – Pekanbaru”, ”Monumen pembuktian dari kejahatan dari kejahatan perang bala tentara Jepang”, ”Jalan kereta api Muara Sijunjung – Pekanbaru kini tiada berbekas lagi”. Apa kata Syafei dengan buku yang mempunyai sambutan yang terbanyak mulai dari Soeman HS, Hasan Basri yang sekarang namanya jadi gang di muka rumah saya, Hidayat Marzuki sebagai Kakanwil? Kata Syafei ”Meskipun pembangunan jalan kereta api Muara Sijunjung – Pekanbaru itu lokasinya di sebagian wilayah Sumatera Barat dan negeri Riau, namun tenaga-tenaga manusia yang dikerahkan berasal dari Pulau Jawa dan Sumatera serta daerah-daerah lainnya di Kepulauan Indonesia ini. Sebahagian besar dari tenaga yang dikerahkan Tempias 2004-2006: Amok Melayu
435
itu menemui ajal yang tidak diketahui dengan pasti dimana kuburan mereka. Jalan Kereta api Muara Sijunjung – Pekanbaru itu telah lama tiada bekas-bekasnya pun tidak kelihatan lagi. Namun, tragedi ini tetap menjadi monumen kejahatan perang bala tentara Jepang. Karena selain dari banyaknya jiwa manusia yang direnggutnya juga telah tercatat dalam sejarah perkeretaapian yang terpendek umurnya”. Nah, bagaimana jalan kereta api yang dijanjikan angin surga ini? Sekalipun kereta api dibangun oleh Belanda pada 17 Juni 1864 dan total panjangnya diseluruh Indonesia di Jawa 2.761 kilometer, di Sumatera Barat 263 kilometer, di Sumatera Selatan 661 kilometer, di Aceh 512 kilometer, di Sumatera Utara 554 kilometer dan didaerah lainnya lebih kurang 600 kilometer namun kereta api tinggallah sejarah. Sekarang sepertiganyapun relnyapun tak sampai dan tak pernah diganti-ganti. Dulu terkenal De Java Nacht-Expres Batavia – Soerabaia dan kereta api dunia berubah menjadi kereta magnetik alias sinkanzen dengan kecepatan 250 kilometer per jam, Perancis membeli dari Jepang, Cina membeli dari Jerman, namun kereta api di Indonesia dikenal dengan rail way accident daily alias setiap hari ada kecelakaan. Di Jawa kini tinggallah jalan kereta api ini 5042 kilometer alias 30 persen. Bukannya relnya lagi dicuri, kawatnyapun dilantak padahal bersetrum. Entah darimana mimpi ada pula kereta api Dumai, Rantau Prapat, Sumatera Utara sekitar 200 kilometer. Dulu ketika ayah saya lari ke Rantau Prapat maka sayapun menjual air teh dan nasi bungkus diatas kereta api ”Air teh...air tehh...”. Yang hebatnya ditangan kiri mesti bawa pispot. Kereta api Rantau Perapat inipun belantak, penyok. Begitu minum langsung kencing, tentu bagi yang laki. Yang perempuan yaaa.. pandai sendirilah.... sebab bebunyi ”Puss...”. Bila Exxon dulu mau mengambil minyak Aceh harus dibuat jalan dari Kuta Raja sampai ke Medan maka Riau yang 436
Tabrani Rab
begitu baik mimpi kesiangan sebab perusahaan Perancis entah Siemens, entah SNCF pokoknya 2007 dimulailah pembangunan ini 2008 dibuat jaringan 2020 selesai dan mungkin 2050 besinya hilang kembali. Entah iya, entah tidak..... �Naik kereta api...tut.. tut...tut... siapa hendak turut dari Dumai ke Muara, bermimpi dengan dewa, rel dan semuanya dicilok jua�.
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
437
Mala yang Ria
B
iasanya dalam bahasa Indonesia ria ini menunjukkan gembira seperti gembira ria. Pokoknya hati yang berbungabungalah, gembira ria, euforia, ATM ria, SMS ria. Tapi yang satu ini malaria mungkin berasal dari malaikat sebab di Dumai telah tercabut satu nyawa karena malaria. Belum lagi di Tembilahan. Penyakit ini sudah kuno tapi seperti digali dari kubur ketika hutan-hutan dibabat, bakau-bakau ditebang, bahkan semaksemakpun digunduli maka air tergenang, jentik-jentik nyamuk. Kalau diobati sembuh jugalah, cuma kalau tak diobati angka kematian sampai 10 persen. Tentu saja penyakit begini sudah sangat jarang di Amerika. Tiba-tiba banjir di Dumai karena dibuangnya Senepis dan didalam RTV nampaklah mahasiswa meminta supaya Dr. Agus mundur dari Dinas Kesehatan Kotamadya dan tampak pula M. Hasbi selaku pimpinan LSM di Dumai, mantan mahasiswa saya ini “Kalau tak sanggup mundur�.
Begitu tuanya penyakit ini mula-mula nampak di Cina 5 abad sebelum Masehi walaupun di ekspor dari Cina ke Amerika tapi penyakit ini tak lama singgah di Eropa do. Jangan anda sangka negara Eropa itu tak banyak nyamuk, di Finlandia misalnya tak ada bedanya dengan Labuhan Tangga kampung saya “iuuuungggg�. Apa sebab namanya malaria? Mala berarti buruk, sama dengan bala bahasa Bagannya sedangkan aria 438
Tabrani Rab
berarti udara. Jadi penyakit ini dinamakan dalam bahasa Latin penyakit udara buruk dan udara busuk. Pokoknya kalau jorok dapatlah malaria. Baru pada abad ke 19 orang tahu penyebab penyakit ini sebetulnya bukanlah udara buruk tapi penyakit ini dipindahkan oleh nyamuk. Inipun karena serdadu-serdadu Inggris yang dikirim ke Timur Tengah dan India menderita penyakit menggigil, lalu panas. Tentu mudah saja untuk membasminya. Sebab nyamuk ini juga mendatangkan penyakit demam berdarah, yaa.. bunuh saja nyamuknya “Nyamuk ini cuma takut tiga roda, treng.. teng‌tengg‌â€?. Padahal kalau menghisap asap tiga roda nyamuk yang masuk ke bulu hidung dan paru-parupun bengkak oleh asap tigaroda. Tak semua nyamuk memindahkan penyakit malaria ini, nyamuk jantan, kurus dan bertengger saja kerjanya, sementara nyamuk betina karena perlu bertelur maka unsur telur inipun dibuat dari darah manusia. Rentang hidup nyamuk ini tidaklah lama paling lima bulan sebab dibandingkan dengan kecoa satu tahun, ayam sampai 14 tahun, kucing 30 tahun dan manusia bisa sampai 116 tahun, mukanya pun lisut, keriput dan kemput, put..put‌ Karena malaria ini suka daerah-daerah air yang tergenang maka banyaklah di Tembilahan dan di Bagan yang sebetulnya mesti dibuat persatuan anopeles alias PAN yang ditarik dari Tembilahan sampai ke Bagan. Kalau Mak saya menyebut nyamuk anopeles ini nyamuk sikunjam karena kalau mengingit ekornya ke atas persis seperti striptease tapi di Labuhan Tangga ada pula nyamuk yang bernama nyamuk untut karena memindahkan cacing kecil yang bernama filaria dari orang ke orang sehingga orang kampung saya ini kalau sembahyang tarawih tampaklah antara kaki yang besar dengan kaki yang kecil sehingga kalau saya sembahyang dikampung yang biasanya 23 rakaat maka terasalah kaki saya tidak sesuai dengan sunnah rasul karena kaki saya lebih cocok dengan disco yang menolak-nolak nyamuk ini. Tempias 2004-2006: Amok Melayu
439
Kenapa daerah Tembilahan dan daerah Bagan banyak nyamuk? Ini adalah akibat air yang tergenang. Kalau air yang tergenang, jentik-jentikpun datang maka timbullah kalau tidak malaria, demam berdarah, kalau tidak penyakit untut. Bagaimana kalau malaria ini menyerang kita? Pertama-tama kita merasa dingin sehingga tak lenyak-lenyaknya tido, ini karena organ yang mengatur panas badan menaik sehingga terjadilah menginggil “ooouuuu…oouuu”. Akibat menggigil ini badanpun menjadi panas, karena menggigil ini mengeluarkan energi yang tinggi lalu diapun berkeringat yang banyak. Waktu saya kena malaria di Bagan sayapun minta selimutkan dengan Mak saya “Oo… mak ooiii… matilah ko Mak”. Lalu Mak sayapun mengambil selimut, tak sampai setengah jam keringat buntal keluar menjadi-jadi ”Oooiiii.. Mak oii.. angek nyo”. Maka Mak sayapun mengipas-ngipas kain sarung supaya panasnya turun. Kalau panas ini 3 hari sekali namanya tertiana tapi kalau panas dingin ini sekejab datang sekejab hilang namanya malaria tropika, inilah yang berbahaya dan kalau sampai ke otak jadilah seperti pasien di Dumai, mati. Malaria ini banyak terjadi di Bagan, Tembilahan dan Riau umumnya. Ini karena air yang tergenang tak lagi dapat ditentukan. Di Bagan 2 daerah yang paling terserang yakni Sinaboi dan Dumai bahkan Pesisir, Rokan Hilir diminta waspada terhadap malaria, begitu kata Riau Pos (20/5). Disamping itu kata DPRD Rohil “Mengingatkan Pemkab dan instansi terkait khususnya Dinas Kesehatan untuk dapat mencermati kondisi dan gejala dini munculnya penyakit malaria. Tindakan perlu segera diambil, bisa diatasi dengan cepat”. Untungnya DPRD ini tidak menganjurkan Istiqasah. Seandainya Bagan dan Tembilahan berada di Malaysia atau di Singapur dimana tiap petugas yang datang mendenda tiap rumah 100 ringgit tiap terdapat air tergenang maka habislah APBD Inhil dan Rohil dan kita sebut keduanya Kabupaten ROHIN. Berapa warga Bagan 440
Tabrani Rab
yang terkena malaria? Di Sinaboi saja 119 orang, entah dah diperiksa darah entah tidak, itu cerita lainlah. Padahal tahun lalu cuma 67 orang dan sang Kadispun tak pula ketinggalan dengan berapi-api menyatakan ”Setiap tahun kasus malaria selalu ditemukan di kecamatan Sinaboi. Makanya mengambil pengalaman tahun lalu kita sudah mengintensifkan pengawasan dan pemantauan secara langsung di lapangan. Hal ini sangat perlu dilakukan guna mengambil kebijakan langsung sebagai wujud pencegahan dan penanggulangannya”. Biasanya kalau kawan-kawan saya bule akan ke hutan maka selain daripada disapunya minyak di badannya, kalau nyamuk ini menggigit langsung mati, tapi kalau cewek menggigit langsung hidup, entah apanya yang hidup kitapun tak tahu. Temanteman bule ini menelan dua tablet atabrin, tahanlah seminggu untuk mencegah malaria maka sayapun menelepon kepala dinas kesehatan supaya diberikan saja atabrin pada penduduk yang beresiko tinggi dan dicocokkan dosisnya pada anak-anak. Pokoknya saya mengusullah dari pada mati dek malaria. Tapi anggota DPRD Rohil berpendapat lain “Yang paling penting lagi adalah perlunya melakukan sosialisasi ke tengah-tengah masyarakat tentang malaria. Sehingga masyarakat mengerti dan memahami penyakit malaria itu”. Dari pengalaman saya yang penting adalah sosialisasi terhadap nyamuk. Dulu ketika rumah saya sudah disemprot, bayar 15 ribu, tetangga saya tak mau menyemprot dengan DDT. Terpaksalah saya buat pengumuman “Nyamuk-nyamuk dilarang masuk rumah saya karena sudah disemprot”. Eee.. terbalik, berduyun-duyun dia datang dari rumah tetangga. Tahulah saya nyamuk ini buta aksara. Seandainya saya jadi Bupati maka saya naikkan pangkat Kepala Dinas ini dan ditambah tugasnya menyadarkan nyamuk-nyamuk ini “Hai nyamuk-nyamuk hendaklah engkau tahu warga Rohil ini masuk surga seluruhnya dan janganlah engkau menggigit mereka dan orangnya baik-baik semua”, he..he…. Tempias 2004-2006: Amok Melayu
441
Kabag atau Kopak
D
i Jepang ijazah anda setinggi apapun tidaklah menentukan posisi. Sebaliknya di Amerika kalau saja anda tamatan profesor, insinyur, msc, msi, dan entah apalagi biasanya mendapat kedudukanlah. Aliran Jepang ini disebut empirisme. Dulu waktu Gubernur Atar Sibero yang mengenyam pendidikan di Amerika dan banyak membawa buku dan disedekahkannyalah buku ini kepada saya. Lama saya berfikir harusnya aliran pengalamankah yang kita anut atau aliran pendidikan dengan sebeban profesor, insinyur, msc, mm dan hantu belau segalanya. Arena Atar Sibero ini bidangnya Government Planning alias perencanaan pemerintah banyaklah dia bertukar pikiran dengan saya bagaimana seharusnya Bapeda. Ini tidak mungkin dirotasi sebab jabatan begini sangat-sangat profesional pada pengalamannya masa lalu, kerjanya masa kini dan proyek ini kerjanya dimasa depan. Bukunya ini saya simpan diantara puluhan buku yang dihibahkannya kepada saya. Satu kali saya menelepon satu kepala dinas yang baru diangkat. Karena universitas saya ini 16 program studi dan satu program studi nilainya 500 juta dan harus pula dibayar untuk 6 tahun maka sayapun menghadap Gubernur sebab tak ada duit dan Gubernurpun mengasihlah disposisi kepada Bapeda. Kepala Bapedapun bilang �Ngah, kalau garansi 31 milyar ini tak ada duit kami do Ngah dan BI pun akan menolak�. Alhasil bilal
442
Tabrani Rab
husal tujuh keliling saya mencari dana kemanalah kira-kira jaminan bank ini akan didapat. Akhirnya izin universitas ini keluar juga, ya pandai-pandai sayalah, cuma kuburan Mak dan Ayah saja yang tak terjual. Balik ke cerita pokok, kawan yang kepala dinas ini saya menjelaskan bahwa universitas saya ini bernaung dibawah DIKTI, macam mana surat-suratnya. Maka dijawabnyalah ”Saya belum tahu lagi Ngah”. Karena itu saya telepon pula kepala dinas lama. Maka seperti halilintar ”Saya yang menguasai bidang ini dicampakkan begitu saja”. Maka setengah jam pula gagang telepon saya tecangkuk di kuping serta resah, marah dan geli-geli basah alias gelisah. Akhirnya tak juga saya temukan jawaban. Dilain waktu saya ditanya pula oleh rombongan Lemhanas ”Pak Tabrani kan sudah berkecimpung di politik, sekarang akhirnya ke dunia akademi, bagaimana pemerintah memandang Pak Tabrani”. Sayapun mengisahkan dulu saya sebagai mantan aktivis mahasiswa sering berdiskusi dengan gubernur yang namanya Kaharudin Nasution sesudah itu banyak pula saya bekerjasama dengan gubernur Arifin Ahmad karena Arifin Ahmad mengambil pendidikannya di Bandung. Dan karena desakan daerah supaya Gubernur Riau itu anak daerah, kalau dapat bupatinyapun orang daerah tentulah akan lebih baik membangun daerah. Dengan kata lain saya menantang Imam Munandar dan Soeripto karena tak dapat membaca aspirasi daerah. Gubernur-gubernur beginipun tak banyak diingat oleh daerah bahkan kucingpun tak tahu kuburannya. Saya pikir kalau gubernurnya anak daerah tentulah dia tahu anak daerah. Karena segudang duit sudah habis untuk izin saja ditambah pula lagi dengan membangun gedung baru yang habis 29 milyar dan saya sangat sedeh ketika anggaran saya dicoret oleh anggota DPRD Zanzibar Nong, keponakan saya lagi yang khusus datang untuk mencoret anggaran. Rupanya Tempias 2004-2006: Amok Melayu
443
ada perbedaan antara gubernur anak daerah dengan gubernur Jenderal Jawa ini. Kalau Gubernur Jenderal Jawa tak pernah berdendam sehingga walaupun Soeripto saya kritik saya dapat juga duit 300 dolar ketika ke Sidney. Kalau Gubernurnya anak daerah alamat budaya nenek moyang Melayu seperti dendam Jebat dan Tuah akan muncul juga. Sayapun merasa berdosa terhadap walikota sekarang, ketika saya bertemu dengan Mendagri di Jakarta dan dia menyinggung mengenai walikota yang baru ”Yang lama sajalah ”, kata saya maksud saya Oesman Effendy Apan maka jadilah Jondul dan penyumbatan sungai Sail sementara pompa airnya sebesar kelingking. Balik ke pokok cerita Kabag, entah namanya Kudis, entah namanya Kadis, sebaiknya yang diangkat yang berpengalaman, yang sekolah tinggi atau diputar-putar apa nak hati. Jawabnya yang terakhir ini tentulah pening. Sayapun ingat lagi buku Atar Sibero bahkan teringat pula kepada pabrik motor yang terbesar Honda bagaimana dia mengangkat sang direktur bukannya sang anak kandung dengan titel yang sekepuk buruk. Pokoknya dia lebih menitikberatkan pengalaman walaupun anaknya sekolah di Havard. Ini nampak jelas juga ketika B.G Lee kampanye untuk merebut kursi PAP terpaksa sang ayah turun tangan dan yang hebatnya lagi kelompok oposisi di Singapura bukan saja dikucilkan tapi ditangkap lagi. Kita masih ingat ketua partai buruh Singapura Raja Ratnam yang diterpelantingkan oleh Lee dan mantan presidennya terpaksa dituduh tukang mabuk. Rupanya dendam Melayu ada juga pada Akong ini. Dikali yang lain saya dipanggil oleh Asisten I yang dulu, tak usahlah disebut namanya. Tiba-tiba saya dia bicara ”Ongah punya adik, bekerja di pemerintah daerah, walaupun saya tahu adik-beradik Ongah otaknya encer, janganlah Ongah menulis macam-macam mengenai kepala kami, kan adik Ongah tu perlu juga jabatan”. Dalam hati saya ”Astagfirullah” 444
Tabrani Rab
rupanya dendam Tuah terhadap Jebat tak mau juga berhenti. Belum lagi cerita itu habis muncul lagi cerita baru ”Ngah, Ongah kan punya rencana sesudah olimpiade fisika asia pasifik dimana Ongah menulis buku Annus Mirabilis Einstein (100 tahun kejayaan Einstein) dan Ongah menulis buku pula Pendidikan di Singapura yang Ongah berikan pada Pak Dirjen dan Pak Gubernur, bagaimana Ongah nak menjalankannya kalau tak ada duit?”. Untuk museum daerah dan merupakan museum yang terbesar di dunia menghabiskan duit 905 juta hampir satu milyar. Pembebasan lahan di Panam 9 milyar, perluasan kampus Unri 9 milyar lagi, peningkatan sarana dan prasarana Unri 15 milyar, bahkan pengadaan batu nisan 1,6 milyar, Lembaga Adat Melayu Riau 1,8 milyar, Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran 1,5 milyar, bantuan pada partai politik 1.127.500.000, untuk tertib hukum 750 juta, ketertiban keamanan 6,5 milyar, koordinasi penyelenggaraan pemerintah 4 milyar, olah raga kemasyarakatan 2,5 milyar, pelayanan sosial 4 milyar, pembinaan kesadaran hukum masyarakat 2 milyar, Laskar Melayu Bersatu 1,5 milyar, Rumpun Melayu Bersatu 1 milyar, fakultas kedokteran Unri 3 milyar, KPU Propinsi Riau 3 milyar, ilmu keperawatan Unri 3 milyar, bantuan pendamping UIN 5 milyar, Tenas Effendi Foundation 1 milyar, alhasil pelayanan publik 622 milyar. ”Berapa sekolah Ngah dapat bantuan?” Allahualam bisawab, kata kepala dinas Wardan 600 juta ditambah lagi untuk SMK yang tahun lalu diselewengkan 200 juta, dapatlah 800 juta, entah iya entah tidak. ”Bagaimana supaya Ngah dibantu jumlah besar?”. ”Angkat lampa”, kata orang Bagan. ”Angkat Telo”, kata orang Bengkalis. ”Berapa duit yang sudah Ongah keluarkan untuk sekolah Ongah”. ”29 milyar”. ”Untuk apa duit ini?”. ”Untuk membangun rumah sakit Zainab dan rumah sakit pendidikan Abdurrab. ”Berapa biayanya?” ”35,5 milyar”. Berapa persen? 1,69 persen. Masyallah........“Berapa yang sudah habis untuk gedung dan alat laboratorium“? “29,2 milyar“. Tempias 2004-2006: Amok Melayu
445
“Berapa dibantu?“. 2 milyar alias 6,84 persen. Trend penurunan inilah yang disebut dengan ketidakadilan dan penyebabnya adalah sifat kritisi saya bukannya untuk menumbangkan Gubernur akan tetapi meminimalisir pemerintahan propinsi. Dengan tidak membusungkan dada sayalah membidani lahirnya otonomi dan 5 tahun memelihara otonomi di DPOD. Patutkah begini? Jawablah dengan akal sehat dan bukan dendam Melayu.
446
Tabrani Rab
Ganja di Penjara
D
ulu penjara ini disebut dengan jail. Nak diperhalus juga kata-kata ini diganti dengan Lembaga Permasyarakatan. Belum juga lagi halus disebut juga dengan Lapas. Isinya perampok-perampok juga. Samalah dengan pelacur. Dikampung saya disebut lonte. Tapi dalam bahasa Indonesia disebutlah PSK, padahal salah sebut dapat menyinggung partai yang begitu kental dengan agama. Sebelum PSK ada lagi namanya tuna susila, barangnya itu juga. Apa yang nak dicapai dengan mengganti jail dengan LP ini? Supaya Lembaga Permasyarakatan ini dapat kembali ke masyarakat. Tiba-tiba saja di penjara Pekanbaru ditemukan 58 amplop ganja kering. Entah bagaimana caranya sayapun tak tahu. Tapi saya ingat katakata Yusuf Kalla �Kalau di zaman korupsi ini perkara di polisi ya polisi yang kaya, kalau sampai ke jaksa, jaksa pula yang kaya, kalau sampai ke hakim, hakim pula yang kaya. Nah, bagaimana kalau sampai di penjara? Maka penjarapun berlobang. Baru-baru ini seorang penjahat yang seharusnya dihukum mati karena membunuh bosnya, enam pintu bekunci dapat dilewati oleh Gunawan. Tak kepalangtanggung taqabalallahuminkum ehh salah Menkum dan HAM (HAM ini kalau dalam bahasa hokkian = kerang dalam Republik BBM disebutnya Menker alias Menteri Kerang) alias Menteri Hukum Tempias 2004-2006: Amok Melayu
447
dan Hak Azasi Manusia berkali-kali menunjukkan bagaimana si Gunawan keluar dari penjara dengan menggunakan kunci palsu dan dibantu oleh sipir yang menjadi supir menyetir Gunawan keluar. Saya berkali-kali melihat saudara saya didalam penjara ini. Auzubillah kamar yang seharusnya diisi 2 orang menjadi berbelas dan nampaklah angka 200 narapidana di kamar kepala penjara. Keluar masuk gampang saja. Asal ada amplop kecil sikit, beres. Maka tiba-tiba saja diberbagai koran 58 amplop ganja diperdagangkan dalam penjara yang letaknya didalam penjara. Jadi artinya penjara ikut berkomplot dalam menyebarkan ganja ini. Kalau di negara-negara Eropa tahulah kita bahwa kepala penjara harus bertanggung jawab, begitu pula Menkum dan HAM terhadap bebasnya Gunawan yang sudah divonis mati. Tapi disini yaaa biasalah, dicari sebab musabab, asal-muasal sampai perkara ini dihembus oleh angin lalu. Dan biasa pula dibentuk tim, kalau perkaranya lebih besar lagi tentulah dibentuk drum, kurang juga besar dibentuk tangki dan kalau perkaranya kecil cukuplah dibentuk calung. Sesudah kuyup makan ganja di jail barulah tim khusus insidentil. �Sekitar pukul 17.45 Wib, tim khusus insidentil yang terdiri dari Kanwil Departemen Hukum dan HAM (Dephum dan HAM) Riau dan pihak Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) melakukan razia penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang (Narkoba) di Lapas Kelas II Pekanbaru. Hasilnya, 58 amp ganja ditemukan dari tangan seorang napi berinisial MS (24) yang disimpan di WC�. Gertak sambalpun keluar �Saya tidak mainmain dengan hal in, saya akan segera beri tindakan tegas kalau ada pihak Lapas yang bermain. Dugaan kuat saya ada orang dalam yang bermain, namun hingga saat ini karena pemeriksaan masih berlanjut maka belum didapat kabar siapa orangnya�. Hanya saja kalau fungsi Lapas memang sudah berubah dari 448
Tabrani Rab
Lembaga Pemasyarakatan menjadi ”Laja” alias Ladang Ganja seperti Rutan Pekanbaru, Poso, Salemba, seandainya saya yang masuk penjara maka saya akan mengajak Kanwil untuk melinting ganja. Ujung cerita diajukanlah ke polisi sang narapidana, tentu polisi menanya begini ”Apa saudara pernah membuat kesalahan sebelum ini?”. ”Lha, saya ini kan dalam penjara Pak”. Masyaallah. Pak Kanwilpun mengadukan ke Polsekta entah apa ceritanya belum tahu. Hanya saja dapatkah narapidana diperkarakan sementara perkara pertama belum habis? Konon sang narapidana MS ini menjatahi anak-anak dengan klinting. Rupanya ada pula organisasi yang bernama Anap alias Asosiasi Narapidana yang mempunyai hubungan kuat antara pengedar ganja dengan narapidana didalam penjara. Walaupun ganja ini sudah jelas-jelas beredar dalam penjara pihak Kasibinkam alias Kepala Seksi Pembinaan dan Keamanan akan melakukan razia lagi lalu nama sang narapidana masih saja disembunyikan. Apa kata Kasibinkam? ”Mengenai kapan akan dilakukan razia lagi, masih dirahasiakan dan sifatnya sangat insidentil dan spontanitas”. Bagaimana sebetulnya narkoba ini di Riau? Memang disegala sudut ada pamflet dan stiker polisi dan terbaca pula sponsor mulai dari Tanara dan entah apa lagi. Disemua sudut konon di Kampar ketika saya memberikan ceramah perangi narkoba di SMA 1 Kampar saya mendengar pula bisikan ”Ngah, paling sedikit 30 persen anak-anak ini dah tertular Ngah selama ada film lucah yang beredar”. Karena narkoba itu lebih berbahaya putus obat (withdrawal) ketimbang kelebihan dosis karena itulah dapat dimengerti kenapa ganja masuk penjara. Yang tak dapat dimengerti cuma satu bagaimana narapidana ini lepas ala Gunawan di Jakarta dimana sipir ikut membuatkan kunci palsu supaya Gunawan dapat lari. Maka tampaknya Lembaga Pemasyarakatan lebih baiklah disebut penjara. Sebab kalau sudah sekaliber Nader Thaher dan Gunawan yang lari sementara Tempias 2004-2006: Amok Melayu
449
konon pada Nader Thaher karena penegak hukumnya yang bloon kitapun perlu mempertanyakan apa sih manfaat penjara ini yang menambah-nambah beban negara saja. Ganja di penjara pepatah Melayunya �Ayam mati dilumbung padi, tikus mati di tong sampah� agaknya Lembaga Pemasyarakatan lebih baiklah disebut dengan tong sampah sebab tikus yang masuk didalamnya juga dapat mengisap ganja. Di Riau ini memang kalau narkobanya tak kalah dengan Jakarta. Sedangkan pelarian narapidananya tak kalah dengan Poso. Sementara hantu-hantu yang lain illegal logging, perampokan, pencurian makin lama makin dahsyat. Korupsi yang paling ngetop di Riau, Jaksa Tingginya mati suri, paling tidak inilah kata masyarakat. Sehingga tak satu perkara korupsipun yang diangkat ke pengadilan. Lalu bagaimana baiknya? Sudahlah mencari penjahat susah, kalaupun ada kelompok penjahat termasuk dalam kasus narkoba membuat gang mafia termasuk pula kasus korupsi maka marilah kita setuju jajaran kepolisian tembak dulu baru ditangkap. Sayangnya di tv nampak pula anggota polisi yang membawa tidur pelacur kedalam kamar prostitusi. Apa komentar sang polisi ini? “Pak, saya mencari anggota polisi yang mendapat Pekat alias penyakit masyarakat�. Sayangnya di tv digambarkan sang polisi sendiri bukannya mendapat Pekat tapi penyakit melekat, he...he....
450
Tabrani Rab
Hak Paten Masakan Bagan
M
embaca Riau Pos (8/6) “Delapan makanan khas kota (Pekanbaru) dipatenkan”. Apa saja makanan yang dipatenkan itu? Nasi lemak pekanbaru, soto pekanbaru, rujak buah campur maharaja, jus maharani, rujak buah maharatu, bolu kemojo, bubur ayam pekanbaru dan sate senapelan. Diceritakan pula delapan jenis makanan khas asli Pekanbaru dipatenkan oleh Asosiasi Chef Profesional (ACP) di hotel Aryaduta. Dikatakan lagi lebih lanjut “Ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pembajakan terhadap produk makanan dan minuman lokal yang selama ini menjadi ciri khas kota bertuah”. Rasanya lamalah saya sudah tinggal di Pekanbaru, bolu kemojo yang dulu saya sebut dengan bulu kamboja alias bulu sihanok bukan Pekanbaru saja di Baganpun ini juga. Menyeberang kita ke Malaysia bolu kemojo juga. Macam mana pula nak dipatenkan bolu kemojo walaupun yang ahli bolu kemojo Dinawati yang saya kampanyekan bisa ditusuk dan kini duduk di Dewan Perwakilan Daerah. Apa pula Sarbaini menyatakan “Hal ini adalah keinginan pemerintah kota dan tim penggerak PKK Pekanbaru untuk tetap menjadikan seluruh jenis makanan ini menjadi ciri khas kota yang hanya bisa ditemui di kota Pekanbaru. Karena itulah supaya tidak sampai potensi tersebut diambil oleh daerah lain, maka pemerintah kota mempatenkannya”.
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
451
Nah, bolu kemojo ini didapat hampir disemua kampung saya Labuhan Tangga, Tanah Putih, Bangko, Kubu. Di Bengkalis sampai ke Pedekik, Meranti Bunting, Teluk Lecah, Terkul alias terkukul. Bagaimana pula kita nak mengklaim bolu kembojo ini cuma ada di Pekanbaru. Dulu kalau nak makan bolu kembojo yang enak pergilah ke kantor Bapeda dan cari Ali Ambar yang paling pandai di Riau membuat bolu kemojo. Bolu kemojo ini dibuatnya dulu di Selat Panjang zaman Wan Sulung dan ayah saya. Bagaimana pula mau mengklaimnya. Sepanjang jalan Coket di Kuala Lumpur bolu kemojo ini belambak, setambun, betimbun hayak, tak tekemaghau, acam mana pula Sarbaini nak mengklaimnya. Begitu saya membaca Riau Pos sayapun menulis surat kepada Bupati Bagan yang baru dilantik, Anas Maamun �Saya tak dapat hadir dipelantikan karena sudah membuat janji dengan Wapres, Bapak Jusuf Kalla di Jakarta� tapi tidaklah mematahkan semangat saya untuk mematenkan khas masakan Bagan yang memang tak ada di Pekanbaru. Bahkan saya mengusulkan agar nama ini tidak didaftarkan pada Asosiasi Chef Profesional (ACP) akan tetapi langsung ke Swiss, kalau tak dapat ke Swiss ya ke Swey. Dulupun begitu juga hak Ampaian Rotan saya adukan ke Human Right United Nation karena orang ini tak dapat berbahasa Inggris terpaksalah saya kirim ke jalan Pepaya sebab disini ada PBB alias Pajak Bumi dan Bangunan yang sekarang sudah dipindah ke satu pintu, pemindahan ini mengejutkan Taufiqurrahman, Ketua KPK sehingga Pak Kepala KPK ini dikira mau memeriksa pejabat, sehingga tunggang-langgang petinggi-petinggi daerah ini lari ke Simpang Tiga mengantar balik ke Jakarta. Kalau susah ke Pajak Bumi dan Bagunan ke Pasukan Baris Berbaris saja. Apa saja masakan Bagan yang perlu dihakpatenkan dan tak ada di daerah lain? Pertama, jeruk maman, makanan ini khas di daerah Tanah Putih untuk memanggil anggau. Banyak orang yang tidak mengerti apakah anggau bukan artinya anggota tapi 452
Tabrani Rab
semacam hantu yang hidungnya sebesar jantung pisang, seperti karikatur saya yang dibuat oleh grup Riau Pos, berjalan terbalik. Pengalaman saya dengan anggau pernah ketika mengaji sore hari sekitar jam 3 anggau ini tiba-tiba masuk ketempat Kutab alias tempat mengaji dan diapun menanyakan ”Ahoo... ahiii... ohookkk?” (Ada nasi sejuk?). Ketika anggau ini masuk Kutab, kamipun berhamburan lari. Ketika ayah saya menanyakan langsung kepada saya ”Jumpa betul dengan anggau”. ”Sumpah Bah, aku jumpo”. Padahal tahupun tidak saya, tapi ketika anakanak mengaji menghambur keluar, sayapun ikut keluar dan cerita anggau erat hubungannya dengan jeruk maman dan nasi sejuk. Pokoknya kalau ingin jumpa anggau taroklah dibelakang rumah, maka tengah malam anggaupun datang. Dapatlah ditengok hidungnya sebesar jantung pisang. Kedua, gulai kincung. Sayangnya Bupati Bagan dulu tidak mempatenkannya sehingga gulai kincung ini mudah saya dapat dijalan Kuantan V dan inilah menjadi pola makanan dengan juru masaknya tak kepalang tanggung Direktur BPD. Nampak saya sang direktur ini memang hobinya memasak dan profesinya BPD dan mencalonkan pula menjadi Walikota Batam dan nama rumah makannya Young Mude. Sekarang ini sudah terdapat pula rumah makan Melayu di ujung jalan ke Simpang Tiga, hanya tentu saja yang paling pandai memasak menurut kita adalah mak kita masing-masing karena dialah yang membentuk selera kita sejak kecil. Yang dapat dipatenkan adalah kincung obung, ini memang tak ada di daerah lain cuma ada di Bagan. Sehingga muka orang Bagan sanger-sanger tak jauh dari muka orang Papua, kecuali saya yang memang cocok dengan selebriti, he... he... Ketiga, makanan sang ketusang. Makanan ini betul-betul cuma ada di Bagan. Sebelum meminum air sang ketusang lebih dahulu kita mengundang jin sang ketusang dan kalau sudah kesurupan ”Sang ketusang.. sang ketusang... ketusang jadi Tempias 2004-2006: Amok Melayu
453
musang..�. Sesudah kesurupan ini kitapun biasanya memanjat pohon kelapa yang lebih hebat dari monyet dan tupai. Sesudah kesurupan ini barulah diminumkan air sang ketusang yang sebenarnya air tembakau saja, tapi karena tembakau ini oleh sang ketusang diminum sementara di dunia ini dibuat rokok maka minuman sang ketusang ini perlu pula dipatenkan dan dilestarikan apalagi kalau majalah pariwisata dipimpin oleh orang Bentaian mantan Bupati Bengkalis Fadlah Sulaiman maka dia tahu betul minuman sang ketusang ini apalagi majalah pariwisatanya sudah saya baca menengok Cina sembahyang bakar tongkang (sang hong) di Bagan. Oleh karena dipatenkannya Nasi lemak pekanbaru, soto pekanbaru, rujak buah campur maharaja, jus maharani, rujak buah maharatu, bolu kemojo, bubur ayam pekanbaru dan sate senapelan, maka lebih baiklah ini dipatenkan atas nama Melayu. Tak banyak bedanya antara nasi lemak Pekanbaru dengan nasi lemak Malaysia, soto yang paling terkenal di Pekanbaru ini soto bude bukan soto Pekanbaru. Rujak buah campur maharaja sebaiknya ditambah dengan laksamana mengamuk yang merupakan menu utama di Haji Yunus. Yang hebatnya laksamana mengamuk, waktu Sudomo menaikkan pangkat Subrantas menaikkan Brigjen dalam sakitnya Sudomopun bilang �Saya ini Laksamana, hebatlah�. Lalu saya menimpa cakap �Pak Domo, di Riau ini laksamana mengamukpun diminum orang�. Masih saya ingat tampak muka Sudomo menyeringai. Untunglah saya dibela oleh Haji Lahamid yang menjelaskan laksamana mengamuk ini makanan dari buah ambacang ditambah dengan santan dan kalau diminum langsung mengamuk dalam perut dan lebih baik memakai kain sarung karena kain sarung ini sangat mudah multifungsi, kalau mencret diangkat keatas bagian belakangnya, kalau kedinginan dibalut ke leher, kalau nak tidur dipakai selimut, kalau nak yang satu 454
Tabrani Rab
tu.... ehem...ehem... pornoaksi diangkatlah keatas. Di Thailand Selatan ada namanya sungai Golok yang terkenal dengan pijit pimpongnya. Kalau orang Kelantan mau sholat Jumat ramailah yang menyeberang sebab mejid di sungai Golok besar-besar. Yang anehnya tak hari Jumatpun banyak juga datang ke sungai Golok pakai kain sarung, tahulah saya ini bakal menembak. Kain sarung tidak juga dapat dipatenkan karena di Khatmandu ketika senjata tak lagi berbunyi maka merekapun menembak rajanya dengan senjata masing-masing dan mengangkat kain sarungnya “Dooorr…”, rajapun menyerah kalah karena tongkat Ali ini, hee…..tak usahlah dipatenkan lagi lebih baik dipatinkan di pondok patin Yunus, he…he…Banyak lagi masakan Bagan yang perlu dipatenkan antara lain pisau lipat, rendang kerang, cencaluk hak paten Bagan dan Bengkalis, tempoyak hak paten Bengkalis, tetemas (pengobatan khas Bagan) dan yang terakhir tentulah kerang bebulu betul seperti kerang he..he….
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
455
Kapal Nabi Nuh
K
itab suci Al Quranulkarim berkisah mengenai perahu Nabi Nuh. Tafsir bebasnya kira-kira begini “Apa yang kau bangun hai Nuh, membuat perahu diatas gunung”. Maka Nabi Nuh pun menjawab “Sedikit lagi Allah akan menimpakan azabnya kepada kita berupa banjir besar. Karena itulah akan aku menyelamatkan manusia yang masih beriman kepada Allah demikian pula sepasang dari setiap hewan yang berada di muka bumi ini”. Orang yang menyepelekan Nabi Nuh ini bertanya lagi “Bagaimana pula bisa banjir, kan kita ini diatas gunung”. Balik Nabi Nuh mengatakan “Dunia ini akan tenggelam dan saya akan menyelamatkan hewan-hewan yang kini hidup”. Anehnya bini Nabi Nuhpun tak percaya pada lakinya. Ketika Allah mendatangkan bencana banjir maka bini Nabi Nuhpun ikut dibawa arus “Hai Nuh, tuluang lah aku dari azab banjir ini”. Namun Allah telah menetapkan janjinya, artinya cinta Nabi Nuhpun terhadap istrinya tidaklah dapat dikabulkan Allah sebagaimana Ibrahim menyembelih Ismail, karena perintah Allah untunglah Ismail diganti dengan domba sementara bini Nabi Nuh mati tenggelam, masuk neraka lagi. Didalam Al Quran surat Asy Syuara (117) “Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku. (118) maka itu adakanlah suatu keputusan antaraku dan antara 456
Tabrani Rab
mereka, dan selamatkanlah aku dan orang-orang mukmin besertaku”. (119) Maka kami selamatkan Nuh dan orangorang yang besertanya dalam kapal yang penuh muatan. (120) Kemudian sesudah itu kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal. (121) Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dalam surat Al Anbiya ayat 76 “Dan ingatlah kisah Nuh, sebelum itu ketika ia berdoa dan Kami memperkenankan doanya, lalu kami selamatkan dia beserta pengikutnya dari bencana yang besar. Dan kami telah menolongnya dari kaum yang telah mendustakan ayat-ayat kami sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang jahat, maka kami tenggelamkan mereka semuanya”. Satu kali sayapun datang ke Selat Baru, berjumpalah dengan Helmi, mantan anggota DPRD Bengkalis yang sedang memacing di sungai Leong “Hai Helmi, apakah kiranya Bupati Ijal (Syamsurizal) membuat kapal Nabi Nuh di Selat Baru sementara tak usahkan kapal, sampanpun payah merapat. Bukankah orang Bengkalis telah lama berpantun “Hasan Husen berlayar sampan tembuk, belacan dimakan kucing besok pagi tak belauk”. Bukankah telah 60 miliar duit habis padahal proyek tersebut telah 99,99 persen selesai, kapal tak ada juga. Kapankah Syamsurizal bermimpi akan ada banjir besar di Bengkalis dan dibuatlah pelabuhan Selat Baru sepanjang orang Bengkalis bisa menumpang. Cobalah engkau perhatikan hai Helmi, tengoklah pancang-pancang jeti maupun ponton yang terletak di kiri dan kanan pelabuhan sepertinya berdiri kokoh layaknya diatas daratan bukan diatas air, karena memang tak sedikitpun ada air sebagaimana layaknya pelabuhan yang seharusnya berada di laut yang dalam. Bukankah ini bertentangan dengan Lancang Kuning berlayar malam menuju ke laut dalam. Apakah Syamsurizal akan berternak temakul Tempias 2004-2006: Amok Melayu
457
disini? Maklumlah hanya temakul yang bisa hidup di air dan bisa pula hidup di darat. Yang meniru temakul ini adalah kapal ampibi, jadi pakai saja penyeberangan kesini memakai kapal ampibi. Menyingkapi kondisi ini anggota DPRD Bengkalis Azmi R Fatwa mengatakan pula jika pelabuhan internasional Selat Baru telah menjadi kesalahan terbesar dalam pembangunan di Kabupaten Bengkalis. Ini terjadi kata Azmi tak hanya karena pelabuhan itu dibangun tanpa studi kelayakan namun juga dibangun tanpa izin dari Menteri. Dalam pembangunannya, pelabuhan ini juga tidak mengkaji azas manfaat bagi masyarakat. Anggota DPRD yang satu ini memang bersemangat menceritakan saya memijit kaki Gus Dur dan akan menggunakan hak interpelasi tapi ‘acam manalah Panggar membenarkan 6,3 miliar untuk mendalamkannya’. Satu-satunya jalan undang Mbah Marijan supaya diletupkan pantai-pantai Bengkalis seperti gunung merapi, jadi dalamlah dia tapi kalau salah baca maka lumpurpun akan naik ke Bengkalis seperti di Sidoarjo. Sesudah saya mensurvei pembangunan Bengkalis pada pasangan Syamsurizal-Normansyah Wahab maka sayapun menulis Bengkalisgate jilid II. Apa saja proyek yang gagal di Bengkalis? Kalau di jilid I korupsi pertama terjadi di DPRD Bengkalis, yang diajukan oleh Dr. Iskandar kepada Kejaksaan Tinggi maka Jaksa Tinggi yang namanya saya lupa tapi sudah menjadi Kajati di Jawa Timur maka dalam Bab I saya tulis “Persekongkolan korupsi antara Bupati dengan DPRD mengganti Peraturan Pemerintah No. 110 Tahun 2000 dengan Peraturan Daerah bengkalis No. 19 Tahun 2001”. Sekali ini bab I nya saya tulis “Bupati Bengkalis melanggar hukum RI yaitu PP No. 69 tahun 2001”. Ini pembuka lagu. Sayapun masuk ke Bab II “Persekongkolan Wakil Bupati Bengkalis menjual tanah Sakai ke Arara Abadi 1750 hektar”. Sudah saya ambil foto-foto kerjasama 458
Tabrani Rab
antara Syamsurizal Al Rupati dengan Ma’had Al Zaytuni yang gagal dan menghabiskan duit 30 miliar dan disinipun DPRD Bengkalis terlibat Ma’had Al Zaytuni yang kini menjadi Angkor Watt, borobudurnya Kamboja yang sudah melapuk. Baru buku jilid II ini membuka pula BUMD yang kerjanya pembengakpembengak saja termasuk listrik second hand yang dibeli Bupati dan dicat baru hampir semua proyek-proyek yang ditanamkan oleh Syamsurizal yakni meliputi Pembangunan Listrik, Proyek Rice Processing Complex, Pelabuhan Bandar Sri Laksamana, Kapal/Ferry Penumpang, Main Kasti atau Main Golf, Pabrik Rakitan Sepeda Motor dan Alat-Alat Pertanian, Mobil Pemadam Kebakaran, Tumbal Korupsi Dari Duri Islamic Center di Duri, Rumah Sakit Umum Daerah, Pesantren Terpadu Pematang Duku, Pelabuhan Sungai Pakning, Rumah Bupati Bengkalis, Korupsi Proyek Pengadaan Bibit Sapi, Tapos Ala Bupati Bengkalis, Penipuan Publik Laba BUMD PT. Bumi Laksamana Jaya, Proyek Pabrik Mini Kelapa Sawit di Desa Pinggir dan Desa Sebangar. Kesemuanya menjadi barang rongsokan sementara di jalan Hang Tuah Duri dimana lebih banyak lubang dariapda jalan saya membuat foto masyarakat menanam ubi. Ini karena Syamsurizal dan istri pandai pula berTor-Tor dan lupa pada Zapin Melayu. Alhasil bilal husal jumlah proyek yang menjadi tapai masam 762 miliar ditambah dengan kapal Nabi Nuh sebesar 60 miliar ditambah pula hasil lobinya dan dikorupsi Panitia Anggaran. Pokoknya dalam buku Bengkalisgate II akan keluarlah angka-angka pasti dan bagaimanapun DPRD yang lama dan baru telibat, mungkin Azmi tak begitu terlibatlah, he…he… dan gambar kulit mukanya sudah saya cetak yakni gambar Syamsurizal dengan Normansyah Wahab. Gambar duet ini melalui informatika saya rubah sedang menyanyikan lagu Iyet Bustami yang wajah anaknya belum juga saya nampak, sebab Tempias 2004-2006: Amok Melayu
459
dulu kalau dia berjambang alamatlah saya kena tuduh, he..hee.. “Laksamana raja di laut, bersemayam di bukit batu, muka siapa tak akan cemberut, melihat bupati betingkah laku”. Sekaligus juga lagu Riau merdeka dinyanyikan pula “Lancang kuning... lancang kuning berlayar condong, haluan menuju…haluan menuju ke Tanjung Kongkong, kalau nahkoda...kalau nahkoda sudahlah pesong, alamatlah kapal...alamat terkandas di sungai Leong…” he..he…. Pesan sekarang jilid II, nanti habis persiapan, harga 20 ribu, kirim uang ke rekening BNI 46 No. 0077734432 dan bukti difax ke 0761.859839 dan Buku Bengkalisgate II akan kami antar ke alamat.
460
Tabrani Rab
Laksamana Mati di Darat
“
P
ak…Pak.. sudah 23 tahun dah Pak jaring batu ini melantak kami. Cobalah Bapak bandingkan, beratus banyaknya jaring batu ini dilaut. Kali ini Pak, jatuh korban. DPRD Bengkalis nak..nak.. aje Pak, bupati bukannya bertindak, kata orang die punya juga jaring batu. Sampai ke dasar-dasar laut tu Pak, disapunya habis. Tentu dapur kami tak berasap. Polisi membeking jaring batu tu Pak, sebut polisi dia marah nak sebut oknum polisilah Pak, tentara gitu juge, mati kami di darat Pak”, kata Abu Samah, Ketua Serikat Nelayan Bengkalis. Pertemuan ini dihadiri oleh Chairil Syah, SH, LBHI Jakarta, belasan LSM termasuk dedengkot LSM Ribut Susanto dan Mundung dari Walhi. Lalu Abu Samah menarik nafas panjang ”Sepuluh hari saya di Jakarta Pak, nak jumpa presiden tak dapat, Komisi I DPR, tapi kami jumpa Makbul Pak dari Mabes Polri. Sudah itu Pak, jumpa lagi dengan HAM (bukan Ham Cine Pak, sebab Ham Cine = kerang), jumpa lagi wartawan, Mendagri. Apa kata Mendagri Pak ’Disposisi dari Gubernur untuk dipelajari’ padahal kami ini dilaut kena cencang, di darat dapur tak beasap, mati”, kata Abu Samah dari Pambang. Sayapun memerintahkan staf saya untuk mempelajari apa masalahnya. Tercatatlah 139 kapal Semi Trawl yang menggasak ikan di Bantan ini. Dan sayapun meminta bagian inteligen saya untuk mempelajari dimana kapal-kapal ini berlabuh, lalu saya cakap dengan Abu Samah ”Abu Samah,
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
461
bagaimana kalau saya suruh Laskar Melayu membakar kapalkapal jaring batu ini? Sebab menurut info yang saya dapatkan kapal ini ada juga yang mangkal di Bengkalis, ada juga dari Karimun, maka lengkaplah sudah Riau ini menjadi Liau�. Di darat namanya HGU alias Hak Guna Usaha biasanya sesudah Bupati mengeluarkan Izin Pengolahan Kayu, di laut dirampok pula. Siang itu mimpilah saya alangkah indahnya kalau Riau ini merdeka. Tentu corak pemerintahannya kepada kerakyatan dan demokrasi alias sosialis. Bukan itu saja, kalau sudah berkumpul konglomerat yang kerjanya merampok duit bank seperti Eka Cipta Wijaya, Tanoto Sutanto maka pipillah daratan Riau ini dilantaknya ditambah dengan Martias yang melantak hutan dari Bukit Batu sampai pinggir sungai Siak. Sudah itu barulah dibincangkan DAS Siak alias Daerah Aliran Sungai Siak. Yang hebatnya lagi RAPP maka diangkatlah tokoh masyarakat Prof. Suwardi dan digantilah semua tanaman dengan akasia. Dan proyek ini tak tanggung-tanggung diresmikan oleh Presiden Megawati untuk mengganti semua hutan yang terdapat di Kuantan Singingi dengan akasia. Padahal kalau dihitung-hitung kalau hutan itu hutan perawan paling sedikit pendapat petani itu 300 ribu sebulan. Kalau hutan itu diganti dengan akasia dimana Universitas Riau memakai akasia ini sebagai simbol tanaman kampus, paling banyak pendapatan anak negeri ini 300 ribu setahun alias sebulan dapatlah 25 ribu. Dikatakanlah ini koperasi dan turun tangannya Tanoto Sutanto di bumi Riau ini. Arara Abadi sebagai front terdepan Indah Kiat lain lagi ceritanya, dipelantaknya hutan Sakai, dipaksanya Sakai ini pindah dan bagi Sakai yang melawan ditocoknya dengan Pamswakarsa dan termasuk si Alam melantak Sakai sendiri walaupun si Alam ini orang Sakai juga. Balik ke pokok cerita, sayapun becakap pada Abu Samah �Bu, bagaimana kalau kita kerjasama membakar kapal pukat 462
Tabrani Rab
ini bukan ditengah laut sebab bisa jatuh korban tapi ditempat dia bersandar. Kita anggap saja bakar tongkang ala Bagan”. Hanya gerilya macam inilah yang dapat menolong para nelayan laksamana mati di darat. Dari berunding di rumah yang memakan waktu berjamjam maka kamipun bergerak ke Polda, minta supaya nelayan tradisional ini dilindungi. Sebab Syamsurizal tak dapat diharap, adapun Perda paling baru tingkat ”nak”. Kalaupun ada Perda paling Satpol PP yang disuruh melantak jaring batu ini. Sudah lama saya membuat definisi kalau sudah ada konglomerat yang melantakkan duit negara ditambah dengan birokrat yang menggunakan tanah rakyat dan laut 4 mil untuk nelayan tradisional maka tinggal duit ini mengalir dari bank ke kantong-kantong oknum polisi, itupun cuma sebagian kecil dari yang dirampok konglomerat ini. Maka oknum polisi dan oknum tentara inipun bersedialah menjadi tentara dan polisi Akong yang melindungi kapal jaring batu ini. Lagu Laksamana Raja di Laut telah dinyanyikan oleh toke-toke pemilik kapal jaring batu sehingga merekapun memekik ”Laksamana laja di laut, bersemayam di Bantan tua, bagaimana polisi-tentala tak ikut, kalau melihat angpao waa”. Di tahanan Polda berjumpalah saya dengan Edi Nilawati alias Ujang (bunyi nama cewek Sunda, padahal jantan hitam). Dengan ramah Pak polisi penjaga menyilakan saya menunggu dan menjemput si Edi kedalam. ”Di, awak sini kena pukul?”. ”Tak Pak, sikitpun tidak, aman kalau sini Pak”. Padahal di jalan sudah dibisikkan orang kuping kiri dan kanan dipukul oleh polisi. Tak ada do, Edi ini sehat walafiat. ”Pak, tolong Pak, bini saya besok nak datang, tolong Bapak minta permisikan dengan polisi”. Sayapun mengangguk. Tetap saja aneh tapi nyata kalau pemerintah tak mampu lagi untuk melindungi warganya apalah yang terjadi di negara ini. Saya pikir-pikir Tempias 2004-2006: Amok Melayu
463
langkah saya dulu memang benar, Riau Merdeka. Hanya bagaimana menempuhnya supaya jalan damai, pergipun saya ke Washington DC berjumpa dengan beberapa orang senator supaya Riau ini menjadi negara ke 51 Amerika sesudah Hawai sebab minyak Caltex begitu banyak, sang senatorpun bilang ”Big Joker” (lelucon besar). Pergipun saya ke kedutaan Inggris dan Amerika, kedua negara ini masih menyatakan mendukung integrasi Indonesia. Masalah Riau ini memang runyam. Mau membikin undang-undang kepolisian agar kepolisian dibawah Pemda ya payah juga. Sedang lembaga adat sajapun mengangkat semua Bupati dan Gubernur menjadi Setia Amanah, entah iya entah tidak setia amanah. Bagaimana pula kata Riau Pos (23/6)? “Puluhan warga Parit I Selatbaru terdiri dari ibu-ibu dan anak-anak mendatangai Polres Bengkalis. Kedatangan warga yang kebanyakan adalah sanak keluarga dari Ujang, ingin menjenguk Ujang, nelayan jaring rawai yang ditahan Polres Bengkalis pada Selasa lalu karena diduga terlibat konflik antara nelayan rawai dan nelayan jaring. Kedatangan puluhan ibu-ibu dan anak-anak dari keluarga nelayan rawai ini sempat menarik perhatian, pasalnya pada saat bersamaan di Polres Bengkalis tengah dilangsungkan acara perpisahan murid TK Bhayangkari”. Rupanya kelakuan Pak polisi Bengkalis yang lebih mementingkan Taman Kanak-Kanak Bhayangkari ketimbang melindungi penduduk Bengkalis dari perampok-perampok jaring batu ini. Nah, bagaimana pula dengan bupatinya? Bebisik-bisik pula orang “jangan-jangan bupati ada pula memiliki kapal jaring batu”. Bagaimana pula DPRDnya? Lebih banyak mengkaji permintaan tambahan anggaran dari sungai Leong dimana kapal Nabi Nuh tesakat ketimbang kehidupan orang Bantan. Tak ada jalan lain kecuali memberikan bom molotov kepada Laskar Melayu untuk membakar dimana saja kapal jaring batu ini bersandar. 464
Tabrani Rab
Tindakan begini lebih efektif ketimbang pidato. Nasib mike.. lah…. “Laksamana raja dilaut, bersemayam di bukit batu, kalau ke darat diapun maut, di laut nelayan mati kutu…” Sang oknum polisi dan sang oknum tentarapun menyanyikan lagu “Maju tak gentar, membela yang bayar…, maju serentak, nelayan kita hempak….pak…pak…”
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
465
Sudah Kajut Baru Nak Long Sut
S
atu kali saya mengikuti sebuah forum di Hotel Novotel Kuala Lumpur. Berbicaralah sang petinggi Riau. Apa katanya? “I would like to konsaide”. Maka orang Malaysia disebelah sayapun mencolek-colek jarinya ke perut saya yang buncit ini. Maksudnya tentu “I would like to consider” artinya saya ingin mempertimbangkan, consider ini tak bisa dibaca konsaide dooo… memang sang bos tak menguasai bahasa Inggris. Entah darimana datang mimpi, tiba-tiba saja Riau Pos menulis “Pentingnya penguasaan bahasa Inggris”. Lalu kalimat selanjutnya “Suasana belajar bahasa Inggris pejabat”. Saya masih ingat ketika delegasi senior manajer dari Singapura datang ke Hotel Riau dan berbicara dengan antara lain Syamsurizal sang bupati Bengkalis, Chaidir sang Ketua DPRD, bahasa Inggrisnya berderak-derak, tapi jadilah. Nampaklah gambar Erik Sitompul, nampak pula para pengajar dari Wide School; Wide, Widi, Nathan dan Hilda. Dulu kalau saya menulis dalam bahasa Inggris, dia bilang sok, kenapa tak pakai bahasa Indonesia saja. Dikali yang lain baru dua hari disini kosa kata ‘canggih’ maka ketika saya ke Sabah sudah pula digunakan kosa kata ‘canggih’ sebagai pengganti sophisticated padahal alur bahasa dari Indonesia – Malaysia dan Brunai ada namanya MABBIM tapi lebih banyak bahasa ini melalui hubungan langsung. Nah, apa yang diajarkan ke pejabat-pejabat ini? Dipapan tulis barulah 466
Tabrani Rab
nampak, rupanya yang dipelajari pejabat-pejabat tinggi ini baru tingkat abjad, masyaallah. Nah, siapa saja yang ikut belajar abjad ini? Kepala Badan Administrasi dan Pendidikan Pelatihan Pegawai (BADP) Propinsi Riau, Ramli Wahid dan juga Wakadis Kesehatan Zulfan Heri. Sayapun teringat ketika 60 tahun lalu saya belajar abjad, maka guru Idris sebagai guru kepala (Dulu kalau guru kepala mengajar dikelas satu sebab disinilah yang paling dianggap krusial antara pergaulan di rumah dan pendidikan di bangku sekolah), sekarang terbalik yang mengajar kelas enam justru guru kepala. Sebab yaa.. dapatlah duit dari orang tua yang bangga karena anak-anaknya sudah tamat sekolah, pokoknya angpau..lahh. Nah, apa kata guru Idris kalau dia mengajar huruf ‘a’? Diapun bernyanyi dengan suaranya yang serak dan kepala yang botak “anak pelahap buncit perutnya, memakan banyak buah rambutan. Apa namanya anak-anak….? ‘aaaaaa’. Lain lagi belajar mengaji dengan Ibu Tukiem, apa katanya? “Alif tak ada tetek, ba dibawah satu tetek. Ta diatas dua tetek, sa diatas tiga tetek (maksudnya tetek ini adalah titik). Kalau saya sedang memeriksa pasien maka selalu pula saya ingat dengan guru saya Tukiem, semua wanita masuk ba alias dua tetek. Dan semua laki-laki yang saya periksa saya pun ingat huruf alif, lurusss saja. Tapi ada juga yang mengeluh dengan saya minta obat viagra. “Untuk apee…”, kata saya. “Aaa…ini lah, barang ini dah waw, sikit lagi nun, udahlah bengkok, betitik pula lagi”. Tentu sikit lagi lam alif hamzah ya, innalillahi wainnailaihirojiun. Ya.. mau tak mau saya buat jugalah tablet, cuma saya nasehatkan hati-hati. Satu kali saya di Inggris, pergilah saya ke toko sepatu, maka bahasa penunggu sepatu inipun saya tak mengerti “Do you want alie one”. Karena saya tak mengerti sayapun bertanya pada teman saya yang dokter juga, “apa maksudnya ini?”. “Ohh.. sorry Tempias 2004-2006: Amok Melayu
467
Mr. Rab, this is London dialect”. Teman inipun menterjemahkan “Do you want a little one?” Tahulah saya bahasa Inggris inipun seperti bahasa Ocu Deyen juga. Ketika saya ke Bangkinang saya membawa tim lingkungan hidup, ditengah jalan jumpalah saya dengan teman saya ujang “Ane ang”. Teman saya dari Inggris yang sudah fasih berbahasa Indonesia tak bisa mengerti “What is the meaning, Mr Rab?”. Sayapun menjelaskan “Where are you going to?”. Maka sayapun terbayanglah tukang sepatu “Do you want alie one”. Artinya bahasa Inggris ini kalau sudah bahasa dialect, mati yang Inggris standar. Bahasa Inggris bukannya susah. Hanya kalau umur sudah akan pensiun baru belajar bahasa Inggris alamat dalam kuburpun tak dapat juga becakap Inggris dengan Nungkar-Nangkir. Kadang-kadang kepala saya ini pening juga. Ditengoklah semua jalan, semua kantor, ada bahasa Arab gundul sehingga timbul pertanyaan, kita ini maju atau mundur? Memang Ayah sayapun begitu menjadi Camat tahun 1949 tulisannya dari kanan ke kiri sehingga buku-bukunyapun terpaksa saya mencari orang-orang tua yang sudah hampir pergi yang bisa membaca tulisan begini, paling kalau dalam Arab gundul saya dapat membaca “min yak ka yu puteh” alias minyak kayu putih, karena obat ini yang dipakai Mak saya dulu baik untuk masuk angin atau tolak bala. Yang membaca siapa? Kalaupun orang Arab, tak juga dia mengerti Indonesianya. Dan kalau nak dibaca oleh orang Indonesia tinggallah beberapa ekor yang tua-tua, taroklah dulu tamat MAN sebab UIN sekarang sudah English, paling tahu fatiha. Sedang jurusan Tarbiyah pecah pula menjadi Informatika dan entah apa-apa lagi. Jurusan Dakwah adalah mahasiswanya dua orang. Di UIR paling lima orang sehingga ada buku “Murtadnya IAIN”. Kepalanya IAIN yang diajari ilmuilmu barat dengan kekagum-kaguman lagi. Bagaimanapun belajar bahasa sesudah rambut putih tak mau dapat do, dia harus dimulai dari usia muda, kalau mau 468
Tabrani Rab
mengembangkan daerah lalu dimintalah Kepala Litbang alias sulit berkembang, belajar bahasa Inggris tak mau dapat do, otak tu dah tumpul. Paling tidak sebuah kesadaran baru diperintahkan Walikota belajar bahasa Inggris sejak Sekolah Dasar. Dan dari Gubernur belajar dari usia senja, tentu bolehboleh saja. Cuma karena bahasa Indonesia ini penuh dengan pengaruh bahasa Jawa sebagai penutur mayoritas ditambah dengan arkhais alias kota kata nenek moyang ditambah lagi dengan prokem alias bahasa anak-anak muda, dibubuhi lagi dengan akronim sehingga Bapak menjadi Bokap, yaaa.. tentu macam ikan kelakap ujung mulut tu. Ada pula nyanyi begini bunyinya ”One tulisannya wan baconyo, ciek artinyo, kakak dalam bahaso awak”. Artinya lidah tu dah kelu. Belum lagi membaca buku bahasa Inggris dimana semua ilmu terkumpul disini maka makin bebal sajalah kita rasanya. Jadilah daripada tidak. “Anak pelahap buncit perutnya, memakan banyak buah rambutan. Apa namanya anak-anak….? ‘aaaaa…..’. Kata orang Inggris pula ‘eeeee…..’. Sudahlah Pak, daripada pening belajar, sikit lagi pensiun juga. Lebih baik kita sebut “Good morning selamat pagi, baju kuning bukan Golkar tapi menarik hati)”. Lebih baik kita bercerita Wan Dolah yang artinya Satu Dolah, sudah 20 tahun sejak 1982 Dewan Bahasa dan Pustaka mengeluarkan bermilyar ringgit untuk menjadikan bahasa Melayu menjadi bahasa Sains tapi tahun 2002 Mahatir mengambil kesimpulan bahwa bahasa Melayu tak dapat do dipakai sebagai bahasa ilmu, oleh karena itu mulai dari TK sampai Universitas bahasa pengantar digunakan bahasa Inggris, kalau tidak ya makin beballah Melayu. Nah, bagaimana dengan kita dengan menggunakan bahasa Belanda pada SD Belanda yang lebih dikenal dengan Holland Indishe School dan MULO dan generasi ini telah pula koit, kemana kita nak lari. Bahasa Inggris di Melaysia sampai ke kampung-kampung, nah kita kemana? Jawabnya adalah di Litbang alias Pusat Sulit Tempias 2004-2006: Amok Melayu
469
dan Tak Berkembang. Dilain pihak tulisan Arab Melayu, entah kemana-mana, lantak dikaulah... “No what... what...”, entah apa-apa. Selamatlah dikau memakai bahasa Tarzan. “Sikal”, kata orang Bengkalis, sepeda kata orang Indonesia. “Long sut” alias tembak langsung (Long Shoot).
470
Tabrani Rab
Suscatin
R
asanya sudah lama saya hidup, begitu pula Mak dan Ayah saya dengan kesepuluh anaknya tak pernahlah menunjukkan surat nikah. Secara agama tentu saja sah. Entah bagaimana pemerintah memasukkan ruang lingkup kawin harus pakai surat dan berceraipun harus pakai surat. Tentu saja bukan suratnya yang kawin, orangnya nyooo‌ Akibatnya belambaklah nikah dibawah tangan, diatas tangan dan diujung tangan dan orang Bugis yang datang ke Kepri berbaur sang Bugis membawa tiga ujung (ujung lidah, ujung badik dan ujung yang satu tu, he‌he..). Inipun dalam silsilah Melayu Bugis tak ada disebut do KUA, lembaga dan sebagainya. Yang ada saksisaksi kalaupun minta surat dikasih surat, kalaupun tidak ya tak apa. Berbelas tahun ayah saya menjadi juru tulis Kadi besar Imam Zakaria di Siak. Tentu saja surat yang keluar ditulis ayah saya dengan tangan dan dengan huruf Arab gundul yang kirakira bunyinya telah berkahwin. Sekali ayah saya memetik buah kelapa, tecampak bedopak, tegelepak, maka patahlah tangan kanan ayah saya. Aneh bin ajaib seminggu saja dia menulis dengan tangan kiri sama cantiknya dengan tulisan tangan kanan. Jadi yakinlah saya ayah saya itu pandai dan kalau beliau masih hidup tentulah menjadi Jurtul alias Juru Tulis Gubernur Riau dalam memberi Arab gundul ke nama semua kantor. Tempias 2004-2006: Amok Melayu
471
Zamanpun berganti. Kalau ada undangan nikah kahwin maka segala gelarpun keluar termasuk gelar Datuk Maringgih, sisanya tentulah insinyur, doktor, doktorandus, MA, MM, yang tak ada cuma gelar DLA alias Datuk Lamak Diateh. Entah apalah sebabnya entah pandai entah karena bodoh maka diadakan pula kawin massal. Anehnya yang kawin ini bukannya anak-anak muda dengan band dan sebagaimana tapi orang-orang yang dikawinkan yang hencut, berut, penyot, kempot, kajut, lisut, hanya saja tak beruntut dan berburut. Tapi jadilah. Yang menarik ada istilah baru yang tak ada dalam kamus sayapun memanggil sekretaris saya Pak Asrial ”Pak, apa artinya Suscatin Pak?”. Beliaupun melongo, padahal umurnya hampir sama dengan umur saya. Terkumpullah yang golongan hencut, berut, penyot tadi yang tertua 63 tahun dan yang muda 20 tahun. Tapi yang tertua 63 tahun ini sayangnya tak bisa dimasukkan kedalam MURI atau Museum Rekord Indonesia yang pimpinannya Jaya Suprana sebab seandainya dimasukkannya maka saya akan protes, saya kawin umur 65 tentu saja dengan selebriti, di Aryaduta hotel lagi. Saleh Djasit yang ketika itu jadi gubernur diminta oleh panitia untuk memberikan nasehat perkawinan langsung bilang ”Tak tolok do Ngah”. Begitu pula Soeman HS yang diminta memberikan nasehat perkawinan kepada saya yang ketika itu saya berumur 65 tahun, apa kata Pak Soeman? ”Ini terbalik ni, yang mestinya memberi nasehat perkawinan itu Pak doktor ni lah sebab saye ini apelah. Pengalaman dengan istri saye seumur hidup, itu ajeee.. lah die. Sedang yang nak dinasehati ini lebih banyak pengalaman dari saye. Acam mane pula saye nak kasi nasehat”. Terdengar pula bisik dari bawah agaknye ni tande-tande Ngah 40 hari lagi hilanglah die”. Ternyata sudah empat tahun alias 4 kali 365 hari = 1460 hari masih juga hidup bahkan makin sehat dan makin ceria, he..he.... 472
Tabrani Rab
Balik ke pangkal cerita, tampaklah di Riau wajah yang duduk diatas tikar sembahyang. Ini merupakan kerja Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Propinsi Riau 127 pasangan yang termasuk hencut, berut, penyot, kempot, kajut, lisut. Barulah saya tahu Suscatin itu artinya Kursus Calon Pengantin. Yang membingungkan lagi Azwar Aziz walaupun sebagai Wakil Ketua Panitia Harganaas ehh.. salah Harganas macam mana pula dia nak menasehati pasangan hencut, berut ini. Tentulah pidatonya bunyinya begini “Het lola kutang barendo, tampurung sayak babulu, pangantin sudahlah tuo, bagandeng baduo, kok iyo kecekkan iyo, kok indak kecekkan iyo jugo”. Sekalipun pengantin-pengantin ini usianya sudah senja tak lupa pula nasehat perkawinan diberikan. Bunyinya begini “Bujang-bujang dan godih-godih, nan hari ko ndak udahlah sodih, sebab macam manopun jadi pengantin baru tak usahlai takuik podih”. Kepada pengantin laki-laki diberi pula nasehat yang bunyi begini “Ujang-ujang hari ko adelah hari nan paling bahagia, sebab pemerintah tahu akan tanggung jawabnya yang akan menikahkan ujang-ujang supaya bahagia, hanya saja yang dipegang satu, jangan didepan cucu-cucu, tutuplah pintu. Walaupun saya mengetahui bahwa ujang-ujang udah tuo tapi mustilah menengok kepada Nabi kita Ayub yang lebih tuo dari ujang-ujang. Pokoknya haruslah disadari dalam umur yang makin senja ini maka tingkat alifpun berubah kepada perjuangan hidup lah lotiah-lotiah ndak juga mau hidup, pada pandangan hidup lah lotiah memandang tak juga mau hidup, kenangan hidup, dikonang yang dulu-dulu ndak jua hiduik-hiduik. Kalau ada kesulitan maka pemerintah daerah telah menunjuk Prof. Tabrani Rab untuk menolong anda menggantikan pekerjaan Hj. Mak Erot. Dapat juga anda minta bantuan Hj. Mak Erot. Tak usah anda takut di kota ini telah dapat merawat kejantanan laki-laki secara alami (tanpa efek samping), datanglah anda pada H. Abdul Latif Putra Abah Ilyas (Banten) (MX, 4/7/06). Tempias 2004-2006: Amok Melayu
473
Disamping itu pula kalau ingin mencoba obat sinse sebagai sentral jamu dan obat kuat Lie-Cheng terutama bagi bapakbapak yang suka nonton bola maka Lie Cheng ini terdiri dari long time, blue fizer, breast-up, tientchi tablet, potensol, easy slim, sword, cobra, lover ring”. Saya tengok pengantin laki-laki sangat antusias, matanya membelalak melihat saya. Ada juga yang baik untuk anda ketahui disamping pemain bola Caracas maka perlu pula dicoba Jamaika Oil, satu menit dioles langsung jadi 12,7 begitu bagusnya iklan. Tapi yang paling top bukannya India tapi minyak Arab alias Arabian Oil. Ini betul-betul seperti martabak mesir yang tak ada di Mesir tapi ada di Cikapundung. Begitu juga minyak Arab, orang Arab tak mempan dia mesti orang Bagan, boleh jugalah ini dicoba. Minyak Arab inipun macam-macam, ada yang namanya vacum, ada yang namanya blue fizer bin Laden ehhh salah blue fizer, ada namanya cialis. Tiba-tiba seorang pengantin pria tunjuk tangan ”Pak, Apaklah pernah mancubo nyo?”. Memang dulu saya ada mencoba pengobatan Chin Cia Tiongkok tapi tak manjur, karena itu saya pergi ke Pak Tabrani digantinya dengan Vivi agar dia ria, kata Pak Tabrani dipendekkan namanya viagra. Nampaknya pengantin yang sudah berumur 60 tahun ini serius sampai lidahnya terjulur dan air liurnya menjeje, tiba-tiba belasan sang pengantin wanita tunjuk tangan ”Pak, baapo ka si ujang jo Pak agiah, kami ko ndak Bapak tunjuak an do”. Sambil menggaruk kepala sayapun bilang ”Di Riau ini hanya ada lagu Sayang Serawak sungainya sempit hendak kubawa perahuku sempit, padahal dia tak pernah makan jamu sarirapat do, begitu juga siujang tak pernah minum jamu air mancur. Bagaimana pula saya ngasih nasehat. Tapi sesudah dapat honor seratus ribu sayapun lari lewat belakang, eeenggg alah ada juga kawankawan saya nak jadi Nabi Ayub. Entah darimana ide Suscatin ini asalnya tapi kalau pengantin ini sudah peyot dan kempot tak usahlah dikasih nasehat lagi, 474
Tabrani Rab
mereka lebih pandai nyo dari yang mengasih nasehat. Nak ditutup dengan nasehat agar tuan-tuan menjadi sakinah, mawadah, warahmah, saya sebut pula Rasulullah berkali-kali menyebut baiti jannati, rumah itu surgaku dan diambil pula kata-kata filsafat perwakinan adalah mesra ketika muda, lawan bicara waktu setengah baya, dan merawat ketika usia tua. Sayangnya pengantin ini cuma sepasang yang berumur 20 tahun, sisanya hencut, penyot. Lalu saya memberi ceramah ditanya oleh mak-mak yang sudah tua ”Ngah, Ongah dah nikah?”. Maka muka sayapun hencut ”Belum”. Lalu Kabag Humas Sekdaprov Riau, Surya Maulana memimpikan desa sakinah, mawadah dan rahmah. Karena itu yang paling tepat sayalah jadi pengulunya, amin... Suscatin...Suscatin..... Dalam menulis ceramah ini sayapun menerima surat dari Badan Perpustakaan dan Arsip Pemrov Riau untuk mengadakan Lomba Pemilihan Bujang dan Dara Perpustakaan. Sayapun memanggil semua karyawan perpustakaan saya. Semuanya buruk-buruk, kecuali yang agak lumayan sekretaris saya ya Nora...he...he....
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
475
Angguk-angguk, Geleng-geleng
A
”
ngguk-angguk, geleng-geleng, tunduk-tunduk, iye-iye, saye-saye, kiri kanan ikut saje, halapaphah..halapaphah…. maju mundur, tinggi rendah, berapa jumlah nilai bangsa”, dinyanyikan oleh Mia G Femininz. Lagu-lagu anak muda Malaysia sekarang tak sama dengan dulu. Yang sekarang lebih banyak rock seperti lagu Angguk-angguk, geleng-geleng. Kalau dulu yang memberi warna Malaysia adalah P Ramli, orang Aceh seperti lagunya ”Puk...pukk... bujang lapuk, ada mancis, tak ada rokok, jalan-jalan teangguk-angguk, jalan lurus banyak belokbelok”. Itu sudah tak lagi terdengar apalagi di KL Sisih. Orang Melayu di Malaysia lebih takut hantu daripada orang Indonesia. Sehingga sempat pula saya menengok museum hantu. Memang bentuknya bentuk hantu, matanya tejegil, giginya besar-besar dan sudah menjadi tengkorak, di museum negare lagi, kan hebat tu. Lalu kalau didengar baik-baik lagu Angguk-angguk, gelenggeleng, tunduk-tunduk, iye-iye, saye-saye, kiri kanan ikut saje pokoknya ikut saye, saye punye kuase, daulattt.. tuanku. Tuanku nak cakap, ikut saje. Nak buat olimpiade matematik sedunie, buatlah. Nak buat olimpiade fisika internasional, bantailah. Nak Datuk Setia Amanah, bantailah. Ketua IKA, Ketua Paskibraka, Ketua Qoriah, Ketua Koni, bantailah. Nak buat zapin se Asia, lantaklah. Nak buat lagi Melayu Baru Indonesia (Mabin) disamping gelar yang sudah sekepuk, lantaknyalah, yang
476
Tabrani Rab
mengucap selamat sebagai Ketua Dewan Pembina Pengurus Pusat Perhimpunan Masyarakat Melayu Baru Indonesia (Mabin) ya Bupati Indragiri Hilir, Wakil Bupati, Sekda dan Ketua DPRD Inhil. Pokoknye sekepuk buruk, macam mane nak mikul die. Kata Bah saya dulu batang padi tecuek, telu tegantung, apa nak hati dibuek, badan menanggung. Yang tak dapat dimengerti apa guna gelar sebanyak ini? Sayapun pernah dikasih gelar ayah saya Datuk Lamak Diateh, ya satu itu sajalah. Sisanya Pak Ngah Balik, hari dah petang. Nah, ketika saya balik dari Kuala Lumpur sayapun lewat dimuka Balai Dang Merdu, nampaklah saya gambar entah 9 entah 10 bupati, dua walikota lalu ada tulisan besar ”Menyambut PON 2012”. Negara ini memang perlu olahraga. Tapi yang lebih diperlukan lagi tentulah mencangkul ubi. Dulu ada lagu ”Dari Barat sampai ke Timur berjejer pulau-pulau, sambungmenyambung menjadi satu, itulah Indonesia”, nyanyi ini kini telah berubah ”Dari Sabang sampai Merauke berjejer bencana alam”. Macam mana pula kita nak merencanakan PON. Lebih baik direncanakan membagi-bagi kelepon alias buah malaka, itu tidak pula tanggung-tanggung sampai pada tahun 2012. Entah tinggal bingkai, entah bangkai, tak dapatlah dibayangkan. Kadang-kadang latah ini berterusan. Apa kata Menkes? Tahun 2010 tak ada lagi orang Indonesia ini yang sakit. Maksudnya tentulah langsung mati. Tahun 2020 Pekanbaru menjadi pusat ekonomi, pusat budaya, ya segala pusat kecuali pusat India ketika menyanyikan Kuch-Kuch Hotahe. Bupati Kerincipun tak mau ketinggalan buat pula 2010 entah tahun apa ditambah lagi Walikota Pekanbaru 2010, begitu banyaknya sayapun lupa. Lantaknyalah.. entah apa dasar dibuat prediksi begini kitapun tak tahu. Sekali saya bawakan juga makalah pada kelompok studi ekonomi di Alostar dimana Malaysia mengoperasikan North University dikampung Mahatir ini. Merekapun menanya ”What Tempias 2004-2006: Amok Melayu
477
is the reason on 2020 like Malaysia too?� (Apa alasan anda 2020 tiba-tiba saja menjadi pusat Asia Tenggara). Malaysiapun tak jauh beda dengan negeri Melayu kita di Riau ini. Tak ada do dengan senang hati melepaskan jabatan lalu memberikan kepada generasi baru walaupun Pak Lah (Abdullah Badawi) sudah melebih kepala tujuh juga. Mahatir tak tanggungtanggung menyeruduk langsung Abdullah Badawi bahkan dari kubu PAS di Kedah lawan bebuyutan Mahatir. Tak pelak lagi walaupun susah dicari saya membaca koran bagaimana Mahatir menghantam Pak Lah mulai dari jembatan penyeberangan Singapura sampai kepada kedekatan menantu Pak Lah dengan Singapura, jangan-jangan Malaysia terjual dengan Singapura. Lalu terdengar pula isu menantu Pak Lah yang tamatan Cambridge dekat dengan toke-toke Singapura. Apa isu yang hangat? Kata Mahatir kita punya duit banyak, biliun-biliun ringgit. Tapi Pak Lah tak mau membalas kritik Mahatir ini, yang jelas proyek-proyek pusat pemerintah di Putra Jaya ditunda entah sampai kapan. Ya.. pokoknya begitulah kalau Melayu naik ada saja salah sang pemimpin. Padahal yang membesarkan Pak Lah, Mahatir juga. Lalu koran PAS pun menyalahkan pula Dato’ Sri Mohd Najib Tun Abdul Razak. Sekalipun keberhasilan Felda tak diragukan dalam convension 2006 tapi PAS tetap saja menyalahkan. Lalu terdengar pula isu diadakannya pemilihan umum (suruhanjaya Diraja tak perlu ditubuh). Koran berita harian yang dekat dengan UMNO menyatakan Menteri Luar Negeri Syed Hamid meminta Dr. Mahatir memikirkan kritiknya terhadap kerajaan. Ini gambaran Malaysia yang telah begitu mapan ekonominya. Nah, apatah lagi kita disini infrastruktur centang-prenang, jalan Hang Tuah di Duri telah ditanam ubi dan gelede, lubang berjalan dan lubang dijalan sama banyaknya, angka AIDSpun di Pekanbaru mencapai rekor tertinggi 37 sampai teleju terbakar kuman HIVnya tetap saja hidup. Banyak yang saya tak mengerti 478
Tabrani Rab
apalah yang nak dicapai oleh Pak Gubernur sekarang ini. Ketika saya ke Jakarta sayapun diledek oleh orang Sekneg “Sebaiknya Gubernur anda tahu bahwa mengundang Presiden Singapura ada protokoler tertentu di Departemen Luar Negeri”. Kata saya “Apa salahnya, sedang Duta Besar Norwegia saja datang ke Tembilahan nak buka lapangan terbang Tempuling”. Ikut lagi pusat lebih bingung lagi, defisit anggaran diprediksi untuk tahun 2007 sampai 38 triliun, yang dapat digenjot pajak. Dalam keadaan centang-prenang ini pula kekeringan yang melantak berbagai daerah di Indonesia terutama di Jawa karena iklim yang tak menentu menyebabkan ratusan ribu korban yang harus dipikirkan. Sedang perut saja tak terpikir, macam mana pula nak mikir PON. Lebih baiklah memikir kelepon, karena itu susah dipercaya bagaimana Gubernur sebagai simbol daerah masih sempat memikirkan PON sementara jalan-jalan telah ditumbuhi ubi dan keladi sebagai simbol dari K2I. Lantaknyalah…. Yang jelas yang nak ditempuh K2I, yang nak diraup PON, sementara disekeliling Pak Gubernur orang menyanyi “Angguk-angguk, geleng-geleng, tunduk-tunduk, iye-iye, saye-saye, kiri kanan ikut saje, halapaphah..halapaphah….maju mundur, tinggi rendah, berapa jumlah nilai bangsa”. Kalau kita ke India maka mengangguk berarti ”tidak”, kalau menggeleng berarti ”iya”. Ini tidak “Anggukangguk, geleng-geleng, iyokan nan diurang, lalukan nan diawak”. Sudahlah Pak, berhentilah kita ini dari politik mercusuar begini, dulu Soekarnopun membuat Ganefo (Games of New Force) menggantikan Asian Games yang dimakan bukannya nasi, tapi bulgur. Jangan-jangan kita merancang PON yang mampu sebatas kelepon. Kapanlah prestasi dapat ditingkatkan melalui PON sementara makan saja tak dapat. Udahlah Pak, berhentilah Pak ”Angguk-angguk, geleng-geleng, tunduk-tunduk, iye-iye, saye-saye, kiri kanan ikut saje, halapaphah... halapaphah... maju mundur, tinggi rendah, berapa jumlah nilai bangsa”. Tempias 2004-2006: Amok Melayu
479
Bauk... Bauk...
S
aya baru saja balik dari Bengkalis untuk membela hak-hak rakyat Pambang. Berhentilah sejenak saya di bom lama dan mengenang 50 tahun yang lalu. Dalam bayang-bayang saya alangkah indahnya Pak Bangau yang dapat memikul beras 2 goni. Dari kejauhan tampak pula Pakih Gani membawa koper besinya. Begitu keramatnya Pakih Gani kalau dia masuk kedai langsung dia membuka laci toke dan kalau mau ambil duit berapa saja akan direlakan oleh toke karena konon Pakih Gani keramat, makin banyak duit diambil makin besar pula pintu rezeki dibuka. Hanya kata-katanya yang paling saya ingat sampai sekarang ”Nambah-nambah kerje, hamput mak kerje”. Dan kata-kata ini diulangnya terus. Sesudah itu tokoh yang ketiga di Bengkalis tampail pula Mak Bauk. Bauk adalah anak satu-satunya sementara rumah Mak Bauk terletak di jalan ke Selat Baru. Kalau Bauk ini hilang maka dicarinyalah Bauk ini sepanjang jalan sambil berteriak ”Bauk....Baukkk”. Rupanya Pak Almarhum Subrantas ingat juga pekik Mak Mauk ini sehingga ketika saya membawa anak saya Ivan bersalaman dengan Pak Subrantas maka sambil senyum Pak Subrantas membisikkan kepada saya ”Pak Bauk”. Bertitik tolak dari cerita Pakih Gani ”Tak ada kerje, hamput mak kerje” bangga jugalah saya dengan pembangunan 480
Tabrani Rab
Bengkalis. Begitu hebatnya Bengkalis sampai jalan-jalan kedalampun beraspal licin. Lain padang lain belalang, tentulah jalan Hangtuah di Duri ditanam orang pisang dengan geledek, terpaksalah saya membuat foto. Di pelabuhan Bandar Sri Laksamana saya ketemu pula kapal yang akan berangkat ke Moar. Sayapun bertanya ”Kenapa tidak dari pelabuhan Internasional Sungai Leong?”. ”Kapal ini takut kandas Ngah, sebab Ongah dah menulis mengenai kisah Nabi Lud”. Jadi artinya baliklah kepada Pakih Gani ”Hamput mak kerje, tak ada kerje cari kerje”, apa pula nak buat pelabuhan ke Sungai Leong. Ketika saya di Bengkalis mendarat pula heli yang saya kira kedatangan Gubernur, rupanya tidak. Tim official untuk meninjau stadion Bengkalis yang kata orang-orang seperti gladiator. Malamnya saya mengikuti pula perbincangan mengenai hari ulang tahun Bengkalis di TV Bengkalis. Penampilannya jauh lebih bersih dari TV Tembilahan. Yang diperbincangkanpun hari ulang tahun Bengkalis yang ke 494. Enam tahun lagi tentu ulang tahun yang ke 500. Nampak wawancara dengan Ketua Panitia Hari Ulang Tahun Bengkalis ke 494, ya boleh jugalah sebab Bengkalis itu berasal dari kata entah apa sayapun tak ingat lagi. Jadi artinya Bengkalis ini dimulai tahun 1512. Sementara Malaka jatuh ke tangan Portugis pada bulan Juni 1511. Padahal dalam buku ”The History of East Sumatera” yang ditulis oleh Neuman. Bukanlah Bengkalis yang memisahkan diri dari kerajaan Siak akan tetapi residen yang mulanya ditarok di Bengkalis menyebabkan Bengkalis lepas dari Siak bahkan dikisahkan mengenai perang laut antara Siak dengan Belanda dalam memperebutkan Bengkalis sehingga yang menang adalah Kapten William yang kemudian bercokol di Bengkalis. Sekalipun wawancara TV malam itu mengisahkan asal dari kata Bengkalis adalah kayu bengal dan ikan bilis namun Tempias 2004-2006: Amok Melayu
481
Neuman menulis ketika kejatuhan Malaka banyak orangorang Benggali yang lari ke Bengkalis. Sementara itu Singapura masih hutan lebat lagi karena hampir 100 tahun kemudian barulah Raffles datang membesarkan Singapura. Jadi berbeda perkembangan Singapura yang lebih banyak didatangi migran dari Cina termasuk juga yang ke Bagan, maka di Bengkalis lebih banyak Benggali. Pada tahun 50-an saya masih juga sempat berbincang dengan Nana Gaus, Tambi Yahya, Tambi Mahidin, Tambi Bakar entah apa pasal Gaus memakai nama Nana tapi yang jelas adik saya Syaiful yang sekarang menjadi Kepala Dinas Kesehatan Kota tengah malam buta dihantam oleh kejang maka Nana Gauspun datanglah membawa kain hitam mengipas Syaiful dan tiap kipasannya menyebabkan saya bersin. Mungkin berkat Nana Gaus ini pulalah adik saya dapat menjadi Kudis.. eh salah Kadis alias Kepala Dinas Kesehatan Pekanbaru. Bengkalis memang memberikan arti yang luas dalam perkembangan ekonomi Riau. Hanya yang tadi itu �tak ade kerje, nak cari kerje, hamput mak kerje�. Sampai ke Pambangpun saya berjumpa dengan kambing Malaysia selain dari gemuk-gemuk dan tinggi-tinggi dibandingkan dengan kamping Indonesia kurus kerempeng dan mengembeknyapun macam tak tedaye. �Kambing ini kami suntik Ngah, 6 bulan sekali�, kata tuan rumah ini. Saya bersama Purboyo, anggota DPRD Bengkalis yang memang sudah lama tinggal dekat Pambang ditambah dengan Azmi dan pemuda anggota DPRD, Bagus Santoso membawa saya makan di Air Putih, memang luar biasa. Terdapat pula kesempatan saya berkunjung ke Politeknik Bengkalis menemui Bapak Ir. Muhamad Milchan, MT, kami sempat berbicang panjang lebar mengenai prospek pendidikan di Bengkalis ini. Dulu saya membayangkan Bengkalis ini bisa menjadi Heidelberg di Jerman sebagai 482
Tabrani Rab
pusat intelektual, Silicon Valley di Amerika, Tron di Tokyo atau lembah silikon di dekat Putra Jaya dan masa depan Arab yang terletak pada Aman – Yordan dengan bangkit melalui AlAzhar tapi paling tidak inilah sebuah obsesi dan mungkin sama dengan obsesi Pak Bupati mengenai Al-Zaituni al Bupati yang tak lagi terdengar. Tapi tetap saja seorang pemimpin bukannya berjalan dahulu sehingga massanya terletak dibelakang dan bukan pula di belakang sehingga ia terpisah dari massanya tapi harus ditengah-tengah massanya. Inilah yang tak saya lihat di Bengkalis. Bengkalis yaa... Bengkalis, Benggali ataupun kayu bengal dan ikan bilis, lepas dari semuanya Pak Bupati haruslah berada di tengah masyarakat dan ini betullah yang tak tampak. Saya tinggalkan Bengkalis dan mampir sesaat di Sepotong melihat sekolah Muhammadiyah yang dibangun oleh ayah saya dulu yang kini disana telah ada pula Rice Processing. Ketika saya tanyakan ”Dari mana padinya?’. ”Beberapa tahun lalu didatangkan dari Bukittinggi”. Sebuah teori ekonomi baru dimana pemerintah sebagai sentral pembangunan tampaknya tak tumbuh di Bengkalis. Namun dari kejauhan masih juga sayup- sayup terdengar ”Bauk...Bauk.... Tak ade kerje nak cari kerje, hamput mak kerje”, bantailah..... Saya hanya mengusulkan seandainya stadion Bengkalis turut dalam PON 2012 maka lebih baiklah ditanam pohon pisang yang sekarang ditanam masyarakat di jalan Hangtuah Duri. Hidup Pak Bupati.... lantaklah........
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
483
Yayasan Ancoa
T
iga kali Pak Gubernur menyebutkan pentingnya pendidikan ketika Riau Airlines menambah tiga armada pesawat. Sayapun teringat hadist Nabi “Kalau hendak dunia pendidikan, kalau nak akhiratpun pendidikan, kalau hendak keduanyapun pendidikan”, pokoknya pendidikan, pendidikan dan pendidikan. Rasanya saya mengajar sejak kelas dua SD dipindahkan ke SD Sungai Pinang karena ayah saya camat disana. Dan sayapun diatas kursi mengajar kelas satu sementara guru Rauf yang dari Palembang mengajar dikelas dua. Bukannya mengajar itu mudah, sebab murid ketika itu umurnya 13-14 tahun. Pak Saleh Djasitpun cerita dia masuk sekolah baru umur 13 tahun. Sementara saya masuk sekolah umur 5 tahun. Pokoknya dalam kelas kalau sudah tidak ada guru Rauf di Sungai Pinang – Kubu maka sayapun didukung oleh murid-murid yang lebih besar dari saya. Ketimbang dilawan lebih baik bekawan, jadi bengkakpun berkurang. Saya masih ingat di rumah saya di Bagan dekat dengan rumah Amat Gobuk, perutnya buncit besar, dialah yang mengajar saya pantun “Apa guna kita bertumbuk, berpukul-pukulan gedebak-gedebuk. Sakit pula pada tengkuk, tentulah kita dimarah Pak Amat Gobuk”. Begitulah pendidikan, sulit tapi itu pula yang harus ditempuh kalau mau jadi orang, kalau tidak ya jadi kucinglah. Namun teori pendidikan sebanyak bulu dibadan. Agama 484
Tabrani Rab
mengajarkan manusia itu seperti kertas putih, bergantunglah pada orang tuanya, nak coklatkah die, nak merahkan die, nak jadi Siti Nurhalizakah die, nak Cindaikah die, orang tuanyalah yang mengajarkan. Ini didalam pendidikan disebut dengan aliran Pavlov. Apa kata Pavlov? Tak usahkan anak-anak, kucing dan anjingpun bisa diajar dengan cara membunyikan lonceng atau memberikan warna. Maka nantinya yang menentukan adalah keterlatihan hewan-hewan ini pada bunyi lonceng dan warna-warna yang diberikan. Pendapat ini dibantah oleh Freud, kata Freud kepandaian itu keturunan, kalau bah die bebal, macam mana pula anaknya pandai. Karena itu apa yang dikemukakan oleh Freud sangatlah bersifat rasis. Artinya orang Yahudi mungkin lebih pandai dari orang Arab, orang Cina pula mungkin lebih pandai pula dari orang Melayu, tapi iye tak iye pula. Lalu dibantah pula teori Freud ini. Akhirnya Lee Kuan Yew jadi bingung sendiri dan mengangkat Purnawirman menjadi warga negara, eee... bohong-bohong saja, padahal Gubernur dah berkutak menyesalkan. Purnawirmanpun mengeluarkan pernyataan ’Tak adee... de Ngah�. Di Riau ini ada dua pabrik kertas, yang satu asik menghitung untuk saja, tak mau rugi padahal tiangnya dah bekarat, yang matipun dah berbelas. Dipakainya pula PT Arara Abadi untuk melanghut semua kayu di Riau, Bukit Batu licin tandas. Dilanjutkan pula oleh Martias dengan PT. Surya Dumai merebak jalan sampai bermuara di sungai Siak. Yang minum air beracun konon mengandung sianida dibawalah ke Bengkalis dan bermatian pula di Bengkalis, dua dikubur di Bengkalis dan dua dibawa ke Nias. Habis ceritanya, mungkin famili dapat sejuta, jadilah mumpung undang-undang di Indonesia ini apakan tidak aja. Dibandingkan dengan Indah Kiat, maka RAPP lebih manusiawilah. Paling tidak inilah kata Buya Karim, tapi lain pula Tempias 2004-2006: Amok Melayu
485
kata Ketua DPRDnya, menyeringai saja dia menengok RAPP. Tanoto Foundation telah lama kita kenal. Satu kali saya makan dengan Saleh Djasit dan Tanoto Sutanto, diapun menawarkan sekolah ke Singapura untuk kedua anak saya yang dokter. Lalu saya bilang dengan Tanoto ”Pak Tanoto, alhamdulillah” dan sampai sekarang tak jadi-jadi, tapi angin surgapun jadilah. Nah, tiba-tiba saja muncul realisasi dari Tanoto Foundation Program Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas/Sekolah dan Penyusuanan strategi Pembelajaran/Pengelolaan Sekolah. Apa kata Riau Pos (26/7)? ”36 guru dari empat propinsi dilatih tingkatkan kualitas”. Jadilah, dan yang mengajarnyapun ahliahli pendidikan. Apa kata koran ini selanjutnya? ”Sejumlah 36 guru dari empat provinsi di Sumatera, mengikuti Program Pelaltihan Guru yang dilaksanakan Tanoto Foundation (TF) di Grand Jatra Hotel, Pekanbaru, 24-29 Juli 2006. Ke-36 guru dan kepala sekolah ini terdiri dari 16 guru dari Riau, 4 dari Meulaboh (NAD), 16 dari Sumut terdiri dari 2 guru dari Nias, dan 14 dari daerah Kisaran dan sekitarnya”. Siapa pendidiknya? Tak tanggung-tanggung. ”Pelatihan secara holistik dan komprehensif ini menghadirkan fasilitator Dr. Anita Lie, Dr Takim Andriono dan timnya. Anita Lie adalah doktor pendidikan yang juga Sekjen Dewan Pendidikan Jawa Timur, penulis buku-buku dan artikel-artikel pendidikan serta narasumber pada berbagai pelatihan guru. Ketua Yayasan Tanoto Dr. Ibrahim Hasan didampingi Direktur Eksekutif Ratih SA Loekito mengatakan, besarnya peran pendidik sebagai salah satu komponen penting dari rangkaian pencapaian kualitas pendidikan yang lebih baik di Indonesia. Melihat betapa pentingnya peran mereka, maka TF pun berupaya turut serta meningkatkan hal tersebut dengan melakukan berbagai program pelatihan, termasuk pelatihan bagi para pendidik”. Inilah yang mengherankan. Pendidikannya beberapa hari, alang-alang. Padahal bangsa ini dah gelap-gulita. Entah Diknas, 486
Tabrani Rab
entah Dikti, tak tahu lagi do yang mana mesti mendidik. Sekarang diajarkan pula KBK alias Kurok Berbasis Kompetensi ehhh.. salah Kurikulum Berbasis Kompetensi. Sang pelajar atau mahasiswa disuruh cari bahan sendiri, pokoknya sang guru atau sang profesor hanya sekali berpidato, kemudian dicari modulnya lalu mahasiswalah yang mencari dalam buku pokoknya belajar sendiri dalam kelompok yang disebut tutoring. Padahal tak usahkan buku, listrik saja di Jakarta mati dan sang kodok ehhh sang kodok, kata PLN aye-aye mati karena tak ade minyak, ohh.. minyak oh.. minyak... kenapa aye tidak.. tidak datang.... aye tidak datang karena Pertamina tak bawa aku. Oh... Pertamina oh.. Pertamina... kenapa aye tidak suplai PLN, aku tidak suplai PLN karena tak ada duit. Oh.. duit.. oh duit.... kenapa aye tidak bayar Pertamina.... karena Menteri Tambang tak perintah aku. Oh Menteri Tambang.... oh Menteri Tambang kenapa tak perintah Menteri Duit bayar Pertamina, karena duit memang tak ada. Maka jadilah Jakarta seperti Beirut gelap gulita. Satu-satunya keajaiban dunia dimana ibukota negara tak ada minyak. Inilah keadaan, tak usahkan membaca buku, listrik sajapun tak dapat membayar. Kenapa tak dapat membayar? Karena sumber daya alam di Indonesia termasuk kayu memang sudah punah-ranah. Sekalipun macam-macam teori digunakan, akan digunakan batu bara, gas alam dan entah apa lagi. Yang jelas listrik dirumah saya asal magrib matilah dia, macam mana nak masuk surga, nak mengajipun tak dapat. Yaa... Yayasan Tanoto boleh-boleh saja, cuma rasanya titik singgungnya setetes dengan pendidikan. Paling tidak jadilah seperti angin surga. Sama masalahnya dengan anak saya Dr. Ivan dan Dr. Santi paling tidak Tanoto pernah berjanji kepada saya nak dikirim ke Singapura, entah iya, entah tidak...
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
487
Jaksa Mandul
D
okternya memang cantik, itu harus saya akui karena saya telah banyak pengalaman. Tiba-tiba saja surat kabar berita harian di Malaysia (10/7) menurunkan tulisan mengenai bayi tabung. Nah, sang dokter Tunku Azizah Aminah mempunyai sebuah yayasan yang bernama Yayasan Tunku Azizah Aminah untuk para lelaki mandul atau bini mandul kebanjiran 266 permohonan supaya laki mandul atau bini mandul ini beranak. Tak ketinggalan sayapun mengirimkan pula ‘Lima Kejari di Riau Mandul’ jadi berjumlah 271. Tak juga cukup saya tambah lagi ‘Kejati Mandul’. Apa kata surat kabar Riau Mandiri (24/7) “Lima Kejaksaan Negeri (Kejari) yang ada dibawah naungan Kejaksaan Tinggi (Kejati) Riau hingga saat ini masih mandul alias belum memproduksi satupun kasus korupsi. Kelima Kejari tersebut, serta Kasi Pidsus dan Kasi Intelijen akan dilaporkan ke Kejaksaan Agung (Kejagung) untuk dipertimbangkan lagi”. Kejari mana saja yang mandul yang akan saya kirim ke dokter Tunku Azizah Aminah untuk diambil spermanya? Maka balik lagi koran ini becakap “Kejari yang mandul itu adalah Kejari Pekanbaru yang dipimpin Syafril Yahya, SH, Kejaksaan Negeri Pangkalan Kerinci dikepalai N Adyansyah, SH, Kejaksaan Negeri Taluk Kuantan dikepalai Sukmawati, SH, Kejaksaan Negeri Siak Sri Indrapura dikepalai Abu Bakar, SH dan Kejaksaan Negeri Ranai”. Ini kata Kejati alias Kejaksaan Tinggi. 488
Tabrani Rab
Sementara dilingkungan Kejatipun tak juga ada perkara. Koran inipun menambahkan “Saya sudah meminta Aspidus Wirzal Yanuar mengevaluasi Kejari yang belum berproduksi tersebut, karena sesuai dengan perintah Jaksa Agung, masing-masing Kejari dan Kacabjari sudah ada targetnya untuk mengungkap kasus korupsi. Dan hasilnya ada beberapa yang saat ini belum berproduksi”. Satu kali wartawan menanya dengan saya “Pak, kenapa PP 110 yang menyebabkan 20 orang DPRD Padang masuk kerangkeng, disini PP 1000pun tak ada petinggi yang masuk kerangkeng?. Padahal Riau ini dikenal anggaran paling tinggi di dunia, korupsi sebentar nomor 5 sebentar nomor 3. Sama pula dengan nasib negaranya, sebentar diatas Bangladesh, sebentar dibawah Bangladesh, sebentar nomor 3, sebentar nomor 5 dan sebentar nomor 11. Bagaimana menurut Bapak seandainya Jaksa Tinggi, Anshori Anhar dipindahkan ke Riau sementara Jaksa Tinggi Riau dipindahkan ke Padang?”. Saya pun menjawab ”Anshori akan menjadi Kejati Riau, dan Kejati Riau tak akan berubah menjadi Kajati Padang karena tak ada Tomy Soeharto yang pernah diperiksanya, sekalipun peluru tertancap dikepala Hakim Agung sehingga Tata minta cerai, balik Tomy menuntut Tata minta 100 milyar dan hak atas pemeliharaan kedua anaknya”. Artinya duit yang dirampok Tomy dari seluruh Indonesia ini mulai dari Simpati dan akhirnya sempat juga mati ditambah dengan duit lima goni dari Bob Hasan masih juga menuntut Tata 100 milyar. Seandainya Tata ini Siti Nurhaliza maka saya jamin dia tidak akan mendapat Datuk Ke tapi mendapat Profesor T, he..he... Balik ke cerita bangsa ini dimana hukum serba tak jelas maka dalam film Agencies dijelaskan bahwa negara Indonesia ini tak ada hukum do, karena itu muka si Ujang dari Pambang di Polres Bengkalis segi 12 dek kena tumbuk. Tak ada muka Tempias 2004-2006: Amok Melayu
489
tahanan yang bulat. Ini karena azas pembuktian yang sangat lemah dan bergantilah dengan azas pelupuhan apalagi kalau menyangkut barang bukti berupa visum et repertum paling tingkat keterangan saksi. Sekali berurusan dengan polisi, kiamatlah dunia. Apakah dari kepolisian ada perkara yang muncrat ke Kejaksaan? Baik polisi maupun Jaksa berebut kalau sudah soal korupsi tapi kalau sudah sampai tingkat pembuktian dua-duanya meleleh. Adalah mungkin satu kasus membakar 10 rumah, kan itu namanya orang gila kalau tak ada duit dibekalangnya. Karena polisi tak tegas dalam menegakkan hukum maka terjadilah hakim main hakim sendiri. Dismaping itu tak pula sedikit polisi yang main duit antara lain Landung, orang tinggi di Polri tersandung korupsi 1,7 triliun. Belum lagi Dai Bachtiar yang diserempet-serempet kasus korupsi, namun untunglah mantan Kapolda Riau, Dedy S Komarudin kini telah menjadi Mayor Jenderal. Dan teman saya satu inipun saya bangga karena berlaku hukum Boyle, makin besar ruangan korupsi makin kecil tekanannya...kuak...kuakk... Balik ke cerita korupsi di Riau, Jaksa Agung pula kini memberikan fatwanya satu Kejati di Indonesia sekurangkurangnya harus dapat mengangkat satu kasus korupsi. Sementara SBY dalam kuliah kepresidenan bicara �Sulit untuk memberantas korupsi di Indonesia karena seperti gurita, semua tangan-tangan yang harusnya membersihkan korupsi terlibat pula dalam memberantas korupsi�. Apa alasan SBY? �Memberantas korupsi adalah tugas berat, tetapi kita bisa melakukannya. Sebab praktik penyelewenangan keuangan negara itu telah merambah lembaga eksekutif, legislatif dan juga yudikatif�. Balik ke cerita Jaksa mandul yang saya kirim ke Malaysia. Sayapun mendapatkan hasil sperma mereka tak bergerak oleh karena bahan pemeriksaan tercampur dengan air duit 490
Tabrani Rab
yang jumlahnya tak kepalangtanggung, ratusan juta sampai miliaran tergantung pada kasus dan tingginya pangkat. Karena itu pemerintah mengambil jalan ada namanya Komisi Pemberantasan Korupsi, Timtastipikor. Badan inipun gertak sambalnya bukan main besar sampai ada KPK yang membongkar laci Mahkamah Agung. Aneh bin ajaib, Presiden mencoba menengahi antara KPK dan Mahkamah Agung lalu Mahkamah Agungnyapun rapat dimana Bagir Manan memperpanjang masa jabatannya selama 2 tahun, tak ada proper test dari DPR doo.... sebab DPRpun masing-masing telah menerima duit amplop 25 juta. Begitulah Komisi DPR mendapat lagi komisi, jadilah Komisi Komisi DPR. Jaksa mandul ini adalah cermin dimana hukum di negara ini memang mandul. Yang dapat diadilinya Curanmor, itupun sudah ditembak kakinya. Kalau cerita penjara di Jakarta 7 kunci seperti 7 tingkat langit juga dapat dibuka oleh Adrian yang seharusnya dihukum mati maka penjara Pekanbarupun dapat dibobol oleh Jufri Tanjung, sedap saja bilang ”Ahhh.. didalam kurang enak” sekalipun polisi menggertak tembak ditempat tapi bagaimana kalau mental penegak hukum memang sudah roksak. Lebih baik dengar cerita Yusuf Kalla ”Bila koruptor diperiksa polisi, polisi kaya, bila diperiksa Jaksa, Jaksa kaya, bila diperiksa Hakim, hakim kaya, dimasukkan ke penjara, penjara berlubang”. Maka diperiksa oranglah lubang yang dibobol Edi Tansil yang sebesar Tarzan, ternyata lubangnya 1,5 kali tubuhnya. Artinya Sipir menyediakan lubang Edi Tansil sambil bersiul dan menyanyikan ”Kudaku lari gagah berani, ayo lari... wahai kudaku lari, kudaku lari kencang, hatiku rasa senang, penegak hukum jadi riang karena larinya maliang dan rakyatnya terkangkang”.
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
491
Penyamun di Sarang Perawan
M
embaca buku Sutan Takdir Alisyahbana memang terasa bait-bait yang mendebarkan. Apalagi judulnya ‘Anak Perawan Disarang Penyamun’. Artinya penyamunnya banyak, anak perawannya satu. Lain lagi ceritanya ‘Mencari Pencuri Anak Perawan’, karangan Soeman HS yang sudah diangkat ke sinetron sebab berputar-putar mencari barulah dapat sang anak perawan, rupanya dikelonin oleh pacarnya, yaa.. biasalah. Kedua cerita itu terapung keatas sesudah Sutanto menjadi Kapolri. Dia bukannya menegakkan hukum seperti kuntau tapi juga menindak anak buahnya yang terlibat hukum. Libasan pertama pada Landung yang konon terlibat korupsi BNI 1,7 triliun kemudian tercium pula Da’I Bachtiar polisi yang memegang kendali dizaman Megawati ini. Belum lagi tindakan keras dari Kapolda. Di Riau waktu Damanhuri memegang Kapolda maka sangat terasa nafas Sutanto, polisi-polisi yang melanggar tugas, yang kawin, yang gatalpun kena, termasuk polisi yang menembak sipil, belum lagi dihitung-hitung yang menipu rental mobil tidak sedikit polisi yang ditindak sehingga masyarakatpun merasa lega. Lalu kalau anda rajin menonton televisi selama Sutanto menjabat Kapolri maka rajinlah polisi mencari tempat-tempat mesum. Lalu ada yang gambar perempuannya lari, ada yang
492
Tabrani Rab
melompat kedalam selokan, tapi tak sedikit yang tertangkap kering dan basah. Hanya mukanya ditutup-tutuplah, biasanya dengan dompet. Ada juga dengan handuk, entah handuk apa kitapun tak tahu. Yang celakanya lagi ada pula berita polisi merazia, eeehhh… yang tertangkap juga polisi. Polisi yang tertangkap ini menyatakan pula kalau dia sedang merazia. Dapatlah diterka ceritanya ini tentulah tak berujung, paling ceweknya dikasih peringatan, yaa… sekedar peringatanlah. Zaman dimana mencari pekerjaan susah, nak ikut laki sudah hengkang, balik kampung tanah sudah bongkah-bongkah, mau tak mau balik lagi menjadi wanita PSK alias Pekerja Seks Komersil. Pekerjaan ini mudah, resikonya paling dapat AIDS, kalau ditangkap polisipun paling semalam. Balai latihan kerja dah tutup dah dimana-mana. Dizaman dimana pengangguran meningkat maka pekerjaan yang paling mudah tinggallah sebagai PSK, kata orang Bagan menjual apam. Ketika barubaru ini saya ke Batam tempat-tempat disco sunyi sepi sendiri, taksi mengeluh, apek-apek Singapura tak lagi datang, dengan sendirinya tingkat kriminalpun meningkat. Ya… begitulah aspek penyakit masyarakat yang Kapolda dulu rajin membuat pertemuan dengan pemuka masyarakat dalam mengatasi penyakit masyarakat. Tiba-tiba seperti disambar halilintar, Kapolda Sulawesi Tenggara yang seharusnya mengikuti langkah Kapolri tiba-tiba ditangkap dalam hal yang sangat tidak terhormat yakni bermain mesum dengan Polwan. Kapolda Sulawesi Tenggara yang namanya Brigjen Pol Edhi Susilo kini dihadapkan pada dugaan pelecehan seksual di Polda Sultra. Kebetulan sang Kapolda ini seangkatan dengan Sutanto sang Kapolri sekarang. Tentulah dalam hatinya kalau dia ini orang Bagan ’aaa... boyokin aaaa.. tampok-tampok..aaaa, kan tak apa-apa paling-paling Pegput aaa... (pegang puting)’. Ketika saya duduk disalah satu bank Tempias 2004-2006: Amok Melayu
493
sambil menengok-nengok berita Metro TV eee... keluar tulisan dibawah sebentar 12 sebentar lagi 14 persis seperti pasar bursa. Lalu provos tak tanggung-tanggung memeriksa sekitar 15 dari Polwan dan PNS yang digerogoti. Tentulah pertanyaannya kira-kira begini ”Berapa lama anda diruang Kapolda?. Apa saja yang dilakukannya? Kenapa ajudan bilang lama betul anda didalam. Apakah anda pernah diajak keluar kantor, atau ke villa Toronipa. Kalau pernah apa saja yang dilakukannya di villa itu dengan anda?”. Kalau kebetulan wanitanya orang sini tentulah dijawabnya begini ”Mulo-mulo diosoknyo den dek e, lah itu dipanjek e, ndak jo nyo pueh aaa.. ditembak nyo ambo lei”. Dalam pemeriksaan ini sang wakil Kapolda menambahkan ”Wahh... susah iki, lokasi kejadian berpindah-pindah”. Padahal kasus yang paling sulit ditangani kepolisian adalah kejahatan seksual, kan tak ada saksi kecuali malaikat ditambah dengan setan-setan. Kalau sampai terjadi esek-mengesek susah. Tapi kalau sampai terjadi tembak-menembak mudah sekali dengan tes DNA. Kasus ini kalau ditinjau dari ilmu kedokteran termasuk dalam kasus hiperseksualiti. Maklumlah Kapolda ini bentuknya macam Ken Arok bukannya seperti Arnold, jadi tertutuplah kemungkinan untuk menjadi Gubernur California. Dan senyum yang dimuat di Riau Pospun senyum kuda. Surat kabar ini menambahkan lubang-lubang dan kaca-kaca ditempel supaya pemeriksaan tak bocor. Pokoknya Polwan cantik kalau antar surat pasti lama di ruangan Kapolda. Hanya karena ini ruangan Kapolda, takutlah Kadit Intel memasang kamera. Sang pemeriksapun menyatakan ”Mereka yang menjadi korban itu cantik-cantik. Kebanyakan Polwan yang menjadi korban berpangkat bintara, ada juga yang berpangkat perwira pertama. Yah, itu alah satu diantaranya”. Aneh bin ajaib tentulah Kapolda ini tidak akan dipelasah seperti Ujang, nelayan jaring rawai di Pambang tapi sang Kapolri menyatakan ”Edhi yang juga rekan seangkatannya di Akpol 73 itu sudah 494
Tabrani Rab
mengakui perbuatannya”. Tahu-tahu angka bursa menaik lagi menjadi 20 orang korban. Mulanya 12, 14 eee.... tahu-tahu jadi 20 orang. Selaku dokter saya tentu saja menganjurkan lebih baik diperiksa hormon jantan Pak Kapolda ini. Mungkin ada kanker kalau kadarnya terlalu tinggi. Dan celakanya lagi bukan hanya lagi sekedar kode etik tapi diancam pula dengan KUHP pasal 289 tentang pencabulan ”Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun”. Jadi hukumannya bertambah, korbannya juga bertambah. Nah, langkah Pak Kapolda Sulawesi Tenggara ini dikaitkaitkan pula dengan illegal logging mungkin hasil illegal logging ini dipakai pula untuk indehoi...he..he... Ya hukum di Indonesialah boleh ditimbang-timbang, boleh naik, boleh turun, maka kata surat kabar berikutnya ”Pemecatan mantan Kapolda Sultra dipercepat”. Bekutak pula koran ”Pemberhentian tidak dengan hormat (PTDH) bagi mantan Kapolda Sulawesi Tenggara Bigjen Pol Edhi Susilo bisa dipercepat tanpa harus menunggu proses pemidanaan dan proses di pengadilan umum kelak”. Kenapa bisa terjadi? Rupanya ada bisik-bisik antara Polwan. Dan kata koran ada pula Polwan yang mengadu entah kemana sebab kalau di daerah sesudah Kapolda ya Jibrillah. Ya.. Kapolda yang lain takut-takutlah sikit, kurang-kurangilah menyanyi.... he..he... Orangpun mulailah berpantun-pantun, kalau ingin berjanji molor jangan mau dibuat sumpah, kalau ada sapu yang kotor jangan dibuat pembersih sampah.
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
495
Ayam Berbulu Musang
K
etika detik detik proklamasi dibacakan dengan dentuman meriam maka bulu kudu sayapun berdiri, walaupun peci saya salah pasang sehingga wajah lebih banyak seperti tukang sate. Tapi jadi jugalah sebab disebelah tempat duduk sayapun pimpinan Chevron sang Amerika yang pake kopiah dan pakaian lengkap. Suasananya memang syahdu. Di depan saya ada barisan tentara dan polisi yang satu mempertahankan negara yang satu mempertahankan isi..eh salah melindungi rakyat. Entah terlindung entah tidak ceritanya tentulah lain. Kenangan sayapun jauh pada tahun 1959 ketika masih ada lagi rumah proklamator dan Bung Karno diarak di depan lapangan IKADA lebih dari sejuta orang mengelu-elukannya. Namun entah apalah nasib negara ini ujung-ujungnya Sukarno tinggal di Wisma Yasa. Ketika Bung Karno diumumkan meninggal agar di lapangan terbang Kemayoran untuk membawa jenazah beliau ke Blitar copot dan comot karna serbuan massa yang melampiaskan rasa cinta dan haru kepada sang proklamator. Setelah 61 tahun merdeka tentulah apa yang diamanati oleh Pembukaan UUD 1945 “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,“ nah bagaimana kenyata-
496
Tabrani Rab
annya? Bukannya musang berbulu ayam tapi ayam berbulu musang. Dalam penegakan hukum Indonesia termasuk negara yang paling buruk melaksanakan hukum. Penegak hukum bukannya alat negara tapi muncul musang berbulu ayam. Warga negara tak lagi merasa terlindungi, ambilah misalnya peristiwa masalah pencurian kayu. Apa kata koran ”Setelah hampir sebulan penuh melakukan operasi di Kuala Gaung, Inhil, tim pemberantasan terpadu (Timtas) illegal logging Riau mulai kehabisan ’amunisi’. Akibatnya, selain tak bisa bergerak lebih jauh, kini 50 % anggota Timtasdu yang berkekuatan 300 personil itu sebagian ditarik pulang”. Apa pula kata Kapolda ”Berhubung anggarannya habis, kita terpaksa menarik separuh anggota,” menurut Kapolda, untuk pemberantasan pembakaran liar di Riau, pihaknya mengajukan anggaran ke Pemprov Riau sebesar Rp. 3 Milyar. Namun yang disetujui Pemprov hanya Rp. 600 juta. Artinya kalo balik ke Preambule UUD 1945 ” Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia akan tetapi karena duit tak ada terpaksalah tidak seluruh tumpah darah Indonesia ”. Pokoknya duit barulah Preambule itu terpenuhi. Lama saya merenung menangisi nasib masa depan negara ini di mana yang seumur saya akan pergi yang baru lahir gamang menghadapi hutan sudah gundul, tanah bongkah-bongkah, listrik lebih banyak mati daripada hidup, sungai-sungai telah teracuni, tanah-tanah rakyat telah berganti dengan Hak Guna Usaha yang diatur oleh Jakarta, dan bukan Jakarta saja bupati-bupatipun termasuk yang menggundulkan hutannya sendiri asal duit masuk. Apalagi yang hendak diharapkan dari kemerdekaan ini. Berkali-kali saya membaca pemikiran Bung Hatta dan Bung Karno, kedua-duanya berfikir fondasi kemerdekaan supaya rakyat terlindungi. Ini terbalik. Waktu saya ditunjuk oleh pemerintah daerah untuk membela hak-hak rakyat Ampaian Tempias 2004-2006: Amok Melayu
497
Rotan sebab ini hak mereka. Dibuatlah sidang fiktif antara Santoso alias Kwan Pok King dengan perampok tanah yang tak asing lagi Timbang Sianipar di Rokan Hilir dan DL Sitorus di Rokan Hulu. DL Sitorus bukannya masuk penjara karena merampok tanah rakyat di Pasir tapi oleh Gubernur Sumut Rodolf membela hak rakyat setempat sehingga terpongkinglah DL Sitorus diancam 12 tahun. Sekali waktu saya pun berbual dengan DL Sitorus, saya pun bilang ”Apalah gunanya duit, kalo hati kita memang diwarnai oleh rampok”. Lain lagi Timbang Sianipar kalo saya tanya mulai dari Kapolsek, Kapolres, Kapolda, Kapolri......”Wah itu kan sudah diputuskan oleh pengadilan negeri Dumai”. Padahal ketika saya diadili oleh pengadilan tinggi di sini sebagai pihak pemerintah maka Hakim Tinggi Abbas yang kini menjadi Hakim Agung ”Wah...inikan sekedar Declatoar”. Walaupun saya bilang ”Tolonglah berikan satu keterangan tertulis. Hakim Abbas pun diganti dengan Hakim Tinggi lainnya yang saya sebut dengan hakim ”Tak salahi sini tak salahi situ” sampai disinilah kepandaian Pak Hakim. Nasib Ampaian Rotan tak sebatas rakyat. Hak-hak yang sudah diakui oleh Pemerintahpu dirampok oleh Timbang Sianipar dengan dekingan Oknum Polisi dan anggota Pengadilan Negeri Dumai yang bernama Anwar. Maka kenalah PT. Okta Hedron dimana kepemilikannya sudah disertifikat atas nama Republik Indonesia dan tanah ini terpisah dengan tanah yang disengketakan oleh rakyat Ampaian Rotan dengan PT. Hedron oleh karena digalinya parit. A…disinilah polis yang normalpun jadi tak normal. Apa pasal? Karena PT. Hedron ini sekali lagi punya sertifikat lalu oleh perampok Timbang Sianipar tanah Amin Harjani yang luasnya 212,68 Ha dirampok oleh Timbang Sianipar. Perampokan ini begitu hebatnya. Oleh karena disiang hari bolong kantor dan rumah karyawan PT. Okta Hedron dikapak oleh preman Timbang Sianipar rata dengan tanah di 498
Tabrani Rab
depan oknum polisi. Bagaimana kisahnya? Tanggal 18 Januari 2006 serombongan preman yang terdiri dari karyawan PT. Rama Salomo dipimpin oleh Timbang Sianipar dan Santoso serta diikuti oleh lebih kurang 50 personil pasukan pengamanan dari Kepolisian Polres dan Polsek Bagan Sinembah, beserta 3 orang Panitera Pengadilan Negeri Dumai memasuki areal kebun Amin Harjani tanpa pemberitahuan dan tanpa permisi langsung membacakan berita acara eksekusi perkara antara Timbang Sianipar dan Santoso yang diperintahkan oleh Ketua Pengadilan Negeri Dumai (menurut pengakuannya). Apalagi peristiwa selanjutnya? Maka preman inipun mengusir semua karyawan PT. Hedron dan memblokir areal kebun 212 walaupun kebun ini punya hak milik dan SKGR tanpa perlawanan karena di kawal aparat Kepolisian sekitar 100 orang setelah penambahan personil kemudian. Padahal dalam perkara dulu dimana Timbang Sianipar merampok tanah rakyat dan saya mengadukan hal ini kepada Komisi Hak Azasi Manusia PBB dengan tembusan kepada Presiden Susilo Bambang Yudoyono maka dalam dialog antara Presiden dengan Kapolda Riau Dedi S. Komaruddin dan Jaksa Tinggi tanggal 13 November 2004 terbata bata mengatakan �Saya sudah menangkapnya pak 40 hari, tapi sidang pengadilan Dumai dinyatakan bebas secara murni�. Padahal dari insiden itu terbakarlah seorang bayi yang bernama Indah Pratiwi. Aneh tapi nyata ada yang namanya Anwar juru jagal Pengadilan Negeri Dumai mengeksekusi tanah PT. Hedron. Sayapun mempertemukan juru jagal ini dnegan ketua Pengadilan Tinggi dan langsung bilang „Aku tak salahi sini, aku tak salahi sana“ padahal jelas jelas juru jagal ini merampok. Karena tak terpenuhinya syarat-syarat eksekusi. Sudah jelas jelas Anwar bawahannya ini tukang jagal. Sekali waktu saya tulis surat keapda Kapolri utnuk menanyakan jabatan Kapolda Tempias 2004-2006: Amok Melayu
499
Riau ini sebagai alat negara atau engara sebagai alat polisi waktu itu Kapoldanya bernama Damanhuri. Sayapun diundang oleh Kapolda ke kantornya. Belum lagi habis bicaranya caya potong „yang Profesor itu saya, jadi saya yang harus kasih kuliah pada pak Kapolda bukan tebalek“. Suasana kembali mencair sesudah dia bilang „ Aku itu mengangap Pak Tabrani itu orang tua dan tak sampai seminggu kemudian pindah lah balek ke Jakarta. Apa yang dikehendaki Timbang Sianipar itulah yang dieksekusi. Kalau cara-cara ini masih juga dibenarkan untuk apa kita datang keacara 17 Agusuts, lalu kita nyanyikan „Padamu negeri kami berjanji, Padamu negeri kami mengabdi, padamu negeri kami berbakti, Bagimu negeri jiwa raga kami....“. Lalu semua orang pun bernyanyi termasuklah musang berbulu ayam dan ayam berbulu musang dan ayam yang tak berbulu dan musang yang tak berbulu. Dari kejauhan saya merenung juga Preambule UUD 1945 „Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa“. Dan sebagainya dan sebagainya...habih.
500
Tabrani Rab
Hutan Gundul
D
ulu namanya hutan lindung tapi kini namanya hutan gundul, sehingga enaklah pepatah Melayu “Pat gulipat, cuci beras dalam bakul, lihat anak lihat, hutan Riau sudah gundul”. Satu kali saya kedatangan Walikota Dumai yang dulu untuk menyumbang mesjid dikampung kelahiran saya Labuhan Tangga. ”Ngah...Ngah, kan Ongah lagi membangun mesjid, inilah dia toke PT. Diamond Timber, Ongah cakap saja bahan yang Ongah perlukan dan uang yang Ongah perlukan”. Sayangnya saya bukannya tak berduit tapi tak perlu sumbangan dari PT. Diamond karena kubur Aki saya hampir tenggelam karena dibabatnya hutan di kampung saya Labuhan Tangga pipil, gundul. Untunglah saya melihat sarang tabuhan begayut di Panca Eka jalan Sutomo. Apa pasal? Karena pohon sialang sebagai simbol milik hutan Melayu sudah berganti dengan milik Ancoa. Entah apa nama perusahaan kayu di Riau ini mulai dari Panca Eka, Surya Dumai, Arara Abadi, Indah Kiat, RAPP, muntah saya melihatnya. Tak ada tangan pejabat kehutanan bahkan tangan bupati yang luput dari dosa hancurnya hutan di Riau. Maka sayapun menurunkan dua buah buku Pembangunan dan Kerusakan Alam Riau setebal 800 halaman. Buku ini pertama diterima oleh Menteri Kehutanan, Ka’ban dan tak lupa pula Tempias 2004-2006: Amok Melayu
501
saya mengirim kepada Kapolda Riau, Ito Sumardi. Tentulah berharap agar kerusakan hutan Riau ini dapat dibendung oleh kedua pejabat teras ini. Eeee.. tak lama kemudian kepada saya dikirimi pula surat oleh LSM lengkap dengan tanah kampung Datuk saya di Kubu diberikan oleh Bupati Bagan yang ketika itu dijabat oleh Wan Thamrin Hasyim. Alamat hutan Kubu menjadi kelapa sawit. Kelapa sawit yang konon menjadi 1,7 juta hektar ditambah dengan luas RAPP dan Indah Kiat yang sudah mendekati 1 juta hektar dengan tanaman akasianya maka lengkaplah sudah tanaman kepala sawit dan akasia ini ditinjau dari lingkungan hidup adalah tanaman jahanam yang cocoknya hidup di padang pasir Irak atau Sahara. Ketika dengan Gubernur Saleh Djasit saya naik helikopter ke Bagansiapi-api, diapun bertanya �Berapa sih luas hutan kelapa sawit di Riau yang paling ideal?� Lalu pikiran sayapun terbang ke Juni 1992 dimana republik ini ikut meneken Pertemuan Bumi Sedunia di Rio de Jenairo bahwa hutan tropis harus ditinggalkan sebagai penyangga air supaya tak banjir paling sedikit 40 persen. Apa yang terjadi pada tahun 2002 sesudah 10 tahun lebih dari 100 kepala negara menandatangani konsensus bumi sedunia ini? Di Indonesia penghancuran hutan menyisakan kurang dari 30 persen. Sebagai konsensus internasional agar daerah aliran sungai sekurang-kurangnya satu kilometer tidak ditebang hutannya maka ternyata hutan ini cakuk dan bopengbopeng sehingga satelit udara yang dikeluarkan pada tahun 70-an dibandingkan pada tahun 90-an dapat diperhitungkan hampir 2 juta hektar setahun punah-ranah. Tiap hari kita kini dibanjiri dengan debu dan asap yang telah menyebabkan ribuan warga terserang infeksi saluran nafas dan mata pedih serta infeksi kerongkongan. Dan bukan itu saja, diperhitungkan dalam masa 10 tahun yang akan datang angka kanker paru akan menaik oleh karena parulah yang paling menderita disebabkan 502
Tabrani Rab
oleh debu-debu yang halus. Karena ukuran debu yang halus ini hanya beberapa mikron maka jenis apapun masker yang digunakan tetap saja paru tak terlindung. Yang hebatnya lagi di musim hujan tak ada lagi fungsi hutan yang dapat menahan cadangan air, abrasi hampir menghantam seluruh sungai di Indonesia. Iklim tak lagi menentu, awan sebagai cadangan air sehingga dikenal dua musim di Indonesia yakni musim hujan dan musim kemarau sudah campur-aduk. Akan ceritanya hutan lindung mata sayapun terkebil-kebil ketika saya masuk hutan lindung Taman Hutan Raya Sultan Syarif Kasim yang tak jauh dari simpang bingung, siapapun masuk kehutan ini tampaklah kulitnya tebal, masuk sedikit ompong, hutan lindung persis seperti hutan tak berbedung alias telanjang. Sehari setelah Menteri Kehutanan berkemah dengan Gubernur Riau di Teso Nilo yang luasnya 6.172 hektar (kini tinggal 800 hektar) maka LSM yang menemani sayapun berkisah ”Ngah, tak lama lagi do, hutan ini terpangganglah dia berganti dengan kelapa sawit”. Modus operandi ini yang harusnya menjadi titik tolak dari Kapolda sebab kalau sudah musim kemarau hutan lindung yang sudah terdedah ke langit, tinggal menambah puntung rokok saja maka lumatlah hutan lindung ini menjadi hutan botak dan tak lama kemudian ditanami dengan kelapa sawit. Ketika Menteri Kehutanan mengkampanyekan ”Gerakan Menanam” maka tak pula ketinggalan mantan-mantan mahasiswa saya di RAPP Fachrunnas dan keponakan saya Rudi Fajar berteriak ”Kami telah lama mengkampanyekan gerakan menanam”. Yang setahu saya memang ada, tapi menggantikan hutan di Kuansing dengan HTI alias Hutan Tanaman Industri alias akasia yaa.. sama sajalah dengan bengak. Begitu pula Arara Abadi dengan mata kepala saya melihat mereka melantak hutan belukar (rain forest) sementara kayunya dijual dan hutannya ditanami dengan HTI oleh Arara Abadi yang dulu pertama Tempias 2004-2006: Amok Melayu
503
kali membeli tanah dari Arifin Ahmad. Sehingga ketika saya terbang dengan Pak Gubernur Rusli Zainal ke kampung saya Bagan beliau berkisah ”PT. Indah Kiatnya sih rugi terus tapi anak perusahaannya untung terus”. Yang enaknya lagi melihat kampanye Menanam dari Presiden SBY dan diikuti pula oleh Menteri Kehutanan, Ka’ban eee... tahu-tahu sponsornya Sinar Mas padahal perusahaan inilah yang melantak hutan Indonesia dengan hutangnya yang sekepuk buruk yang termasuk kedalam Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Melihat asap sekarang ini dengan ribuan anak-anak mendapat infeksi saluran pernafasan, PLTA Koto Panjang yang selalu kekurangan air ditambah dengan danau Singkarak, Maninjau maka kitapun bertanya-tanya apalah jadinya negeri ini. Biasanya negara lain cepat-cepat meningkatkan sumber daya manusia sebelum sumber daya alamnya punah-ranah. Akan tetapi di negara yang tercinta ini sudahlah sumber daya alamnya punah-ranah, pendidikannya carut-marut sehingga menghasilkan penganggur yang pandainya cuma sementung, maka angka kriminalpun menaik karena perut memang tak bisa menunggu dan KUHPpun berganti dengan TKHP alias Tembak Kaki Habis Perkara. Menengok pula kepada hutan Taman Nasional Bukit Tigapuluh dengan luas 138.000 hektar (kini tinggal 60.000 hektar) di Indragiri Hulu, Hutan Lindung Bukit Betabuh dengan luas 38.000 hektar (kini tinggal 300 hektar) dan Taman Satwa Kerumutan dengan luas 30.000 hektar (kini tinggal 7.000 hektar). Apa kata Metro TV? Sudah 2.400 hektar terbakar hutan lindung Teso Nilo namun tak ada tindakan yang diambil dan di TV ini nampak pulalah timba kecil dan wanita tua nak memadamkan api. ”Pat gulipat, cuci beras dalam bakul, lihat anak lihat, hutan Riau sudah gundul”.
504
Tabrani Rab
Bingungjolog
D
alam bahasa Latin logos artinya Ilmu. Jadi kalau disebut Bingungolog sama dengan ilmu bingung. Tetapi karena dalam bahasa Melayu sudah ada kata-kata bingungjolog maka kalau diterjemahkan kedalam bahasa Latin artinya Ilmu Bingunglo, kalau dalam bahasa Jawa Bingung lho.
“Anak-anak semua, marilah kita menyanyikan Gelang sipaku gelang”. Maka anak-anak serentak menyanyikan “Gelang sipaku gelang, gelang sirama-rama, mari pulang, marilah pulang, marilah pulang bersama-sama”. “Sekarang mari pula kita menyanyi Korupsi”. Masih dengan nada yang sama anakanak kelas V ini menyanyi ”Basi si nasi basi, nasi basi dikasih angsa, jangan korupsi, jangan korupsi, kalau korupsi merusak bangsa”, horeeee….. Entah darimana idenya tiba-tiba saja Mendiknas dan Rektor UIN Hidayatullah akan menambah mata pelajaran mengenai korupsi. Ini tentulah menarik. Sebab di negara manapun di dunia korupsi dianggap sebagai musuh masyarakat dan benalu sehingga negara punah-ranah. Tiba-tiba saja korupsi ini menjadi suatu mata pelajaran konon mulai dari kelas 5 sampai ke universitas dan sampai ketingkat es teler dan es tiga. Dengan demikian terbukalah korupsiologi alias ilmu korupsi. Dan kalau diperpanjang lagi seandainya kita mempelajari ilmu Tempias 2004-2006: Amok Melayu
505
hayat tentulah agar supaya kita paham akan biologi, belajar ilmu bumi supaya kita paham mengenai benua-benua dan pulau-pulau. Belajar mengenai korupsi tentulah kita paham mengenai korupsi. Nah, lahirlah suatu ilmu yang bersisi dua, disatu pihak ilmu ini mengajarkan supaya kita pandaipandailah korupsi dan orang tak tahu termasuk KPK, Tipikor, Polisi, Jaksa dan sebagainya, di pihak yang lain ilmu korupsi ini dipelajari tentulah untuk anak-anak yang nantinya jadi pejabat bagaimana supaya korupsi sebanyak-banyaknya dan orang tak tahu. Bila yang dimaksudkan Ilmu Korupsi supaya pandai korupsi maka ilmu korupsi terdiri dari dua sisi. Sisi yang pertama, segala pelajaran sekolah polisi, sekolah jaksa, sekolah hakim, sekolah KPK dan sekolah Tipikor harus menjadi pelajaran utama dan menjadi pelajaran yang kedua bagaimana pula supaya polisi tak tahu, jaksa bungkem, hakim apakan tidak aje, jaksa tinggi adem ayem dan jagung menjadi jagung benaran. Oleh karena kasus korupsi itu di Riau digolongkan nomor 5 di Indonesia, entah dari mana dihitungnya, jangan-jangan entah pejabat, entah polisi, entah jaksa, entah hakim, entah pengadilan tinggi, sudah mempelajari ilmu korupsi ini. Tandanya Jaksa Tinggi tiap hari menggertak orang saja. Yang kena gertak ada anggota DPR Komisi III, ada korupsi reboisasi Kuansing, ada pula mengenai korupsi yang terjadi di Rokan Hulu, belum lagi di Bengkalis secupak. Bahkan ada jelas-jelas anggaran untuk sekolah, kaki sekolahnyapun tak ada. Samalah kira-kira 6 atau 7 tahun yang lalu pembangunan gedung teater tertutup, waktu itu Ketua Panggarnya Nurbayus. Maka sayapun gatal jugalah menengok DPRD turun ke proyek, kata buku anggaran 7 milyar. Terpaksalah saya turunkan Tempias “Kepala pakupun tak nampak�. Ada pula untuk ekonomi kerakyatan via Bank Bukopin, sampai sekarang ujung pangkalnya tak nampak. Waktu itu banyak orang UNRI terlibat sebagai ekonomi 506
Tabrani Rab
kerakyatan. Yang jelas bukan rumah rakyat yang terbangun, tapi rumah dosen UNRInya. Karena belum ditemukan cara untuk menyalurkan ekonomi kerakyatan ini maka diangkatlah Kepala Dinas menjadi Pimpro. Nampak pula oleh saya nama anggota Dharma Wanita. Tentu yang begini namanya bukan ekonomi kerakyatan, akan tetapi ekonomi kebapakan dan bukan itu saja mungkin saja ekonomi kekinian dan kebinian. Pokoknya nanti ilmu korupsi alias korupsiolog akan terbentang dimata murid-murid SD, SMP, SMA sampai ke universitas dan mungkin ada tesis yang berjudul begini “Keep silent corruption” alias bagaimana korupsi yang tak berbunyi sebab dulu memang kita akui pemerintah konsekuen untuk melaksanakan tindakan anti korupsi, tetapi sesudah Hamzah Has menyatakan ‘Tebang Pilih’ ditambah pula dengan Nader sampai sekarang tak jumpa-jumpa sudah dilepaskan oleh Wilkom sebagai bawahan Minkom maka makin jauhlah dia dari takabalallahu minkum minna waminkum takabal ya karimmm… Pernah Indonesia menjadi nomor dua sesudah Bangladesh akhirnya turun ke peringkat lima dan kini mulai yang dicurigai koruptor ini telah dibebaskan satu per satu, pokoknya kuatlah hubungan antara jabatan dengan korupsi, makin tinggi jabatan makin mudah korupsi. Sayangnya pemerintah bukannya setengah tapi seperdelapan hati “kejab ade, kejab tak ade”, kata orang Malaysia. Di sekolah-sekolah luar negeri terutama untuk sekolah pamong praja yang diajarkan adalah bagaimana memberantas korupsi lalu berbagai negara membuat satu mata rantai untuk memberantas korupsi. Ada yang memulai dari pembuktian yang terbalik yakni apabila kekayaan seseorang melebihi gajinya yang resmi maka sudah merupakan alasan untuk diajukan ke mahkamah alias ke pengadilan. Begitu pentingnya ilmu anti korupsi ini maka beberapa negara menjalin suatu kerjasama Tempias 2004-2006: Amok Melayu
507
untuk membasmi korupsi. Namun yang paling tinggi dapat mengetahui korupsi adalah partai oposisi di parlemen. Lalu jaringan pemerintah dengan berbagai negara dan termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa terjalin diseluruh dunia dibawah suatu National Corruption Watch. Yang paling diperlukan harus ada hubungan bilateral dan kerjasama dalam memerangi korupsi. Sepanjang kita tahu dengan Swiss oke..oke saja, pemerintahpun meminta keterangan dengan Bank Central Swiss berapa duit Nalu sang mantan Direktur Bank Mandiri di Swiss. Begitu pula korupsi di BNI 1,7 triliun mengendap ketika perjanjian bilateral ini tidak ada dengan Singapura. Sekalipun PBB menganjurkan kepada semua negara tidak menerima money laundry. Yang harus diketahui 380 triliun Bantuan Likuidasi Bank Indonesia (BLBI) tak dapat dikejar oleh pemerintah sekalipun baunya banyak di Singapura. Kisah Bank Harapan Sentosa masih hangat di benak kita, sampai mati di Australiapun sang direktur tak dapat dipanggil oleh Kejaksaan Agung. Tentu saja kita masih ingat ketika Edi Tansil melubangi penjara Salemba, besar lubangnya ini dua kali badannya, bisa tu lolos. Bagaimana mau menangkap koruptor? Belum lagi cerita Gunawan sudah dibunuhnya mertuanya, dihukum mati eehhh... 7 lubang kunci sel eee... lolos juga. Dulu di Barat berkembang pula yang namanya Chaostologi alias keoslogi bukan ilmu mengenai kios pasar kodim, sebab Chaos dalam bahasa Inggris artinya bingung, kacau. Maka dibuatlah Chaostologi ini semacam fakultas. Anehnya yang masuk fakultas ini pandai-pandai tapi yaa.. sudah keluar jadi bingung, maka sayapun menurunkan pula tulisan di Riau Pos mengenai ilmu bingung alias bingungjolog alias bebalogi atau ilmu bebal, dunguolog alias ilmu dungu. Karena Kaisar Ming tak mau dibilang bodoh maka cepatcepat dia mengatakan yang bodoh itu adalah orang Mongol. 508
Tabrani Rab
Maka berkembang pula didalam ilmu kedokteran Mongoloid, lidah tejulu, ai liu tejuai, mata terpendil, hidung tejonget, rambut tecacak. Selamatlah bagi siswa kelas V SD, SMP, SMA dan Universitas, bertambahlah pelajaran satu lagi selain daripada Pancasila, Kewiraan, Ilmu Sejarah Kebangsaan, Baris-berbaris dan sesudah itu pelajaran Korupsiolog alias ilmu korupsi. Dan hasilnya nanti tidak usah takut, pasti seperti Chaostolog alias ilmu bingung. Maka Pakih Ganipun di Bengkalis sambil besungut ’tak ade kerje menambah kerje, hamput mak kerje.....’
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
509
Membagi puun… Tak Telap
Z
aman dahulu kala banyaklah tuan tanah. Kalau di Jawa namanya Tuan Tanah Kedawung. Tapi kalau disini atas Grant Sultan, tuan tanah Kedawung ini namanya ada Pak H. Jaafar, yaaa... banyaklah antara lain yang punya bioskop Lativa yang seharusnya Latifah kemudian berganti Lavita (tenaga hidup) karena Soekarno tak suka bahasa asing. Yang terakhir tentulah yang termasuk kedalam Asmaul Husna. Tapi soal membagi harta ini bukannya mudah. Adikberadik saja bisa bekapak-kapak padahal ayahnya baru saja dikebumikan dan tanahnya belum lagi kering. Maka Ali bin Abi Thalib pun berpesan “Kalau aku beri engkau harta, engkau menjadi hamba sahaya (asik menjaga harta ini saja), tapi apabila aku beri engkau ilmu maka engkaulah menjadi raja“ dan makin dibagi makin kaya. Apa kata Adam Smith? “Kalau aku nak kaya apa pula tuan campur-campur, pokoknya pandai akulah cari duit“. Soal membagi harta ini bukannya soal mudah. Di abad ke 17 begitu hebatnya perkembangan industri di Eropa sesudah James Watt menemukan mesin uap maka anak-anak dan perempuan-perempuanpun menjadi buruh. Manusia diperas habis-habisan oleh kapitalis. Maka timbullah kapitalisme Eropa yang begitu dahsyat. Ini tentu saja didahului oleh penemuan
510
Tabrani Rab
Magelhain mengelilingi dunia ditambah dengan Colombus menemukan Amerika sehingga ada buku yang ditulis yang sebetulnya disebut keturunan Adam dan Hawa adalah manusiamanusia dimana Tuhan mengirimkan Rasulnya di Palestina. Maka diluar dari manusia-manusia ini pada umumnya berlaku teori Darwin dengan “Survival of the Fittest�. Artinya manusiamanusia diluar Palestina dan Eropa ini terutama di Afrika dan di Asia termasuklah Indonesia adalah manusia Picantropus erektus mojokertoensis kira-kira mendekati Sidoarjosis yang sekarang tenggelam oleh lumpur panas. Maka datanglah ke Sunda Kelapa Cornelis de Hotman pokoknya ketemulah dengan orang hitam-hitam dan pesek-pesek. Yang konon termasuk kedalam teori Darwin. Disamping itu telah banyak pula orang-orang dari Yunan datang ke Batavia. Melihat banyaknya penduduk Sunda Kelapa yang ketika itu dibawah raja Banten sehingga Mojokertoensis tak mungkin dihabisi, ditangkap Belandalah yang sipit-sipit kedalam goni lalu dibuang kedalam laut sementara sultan-sultan yang memerintah ditangkap oleh Belanda. Sultan Yusuf dibuang dari Sulawesi Selatan ke Banten dan dari Banten dibuang lagi ke Captown Afrika Selatan. Akan tetapi Mojokertoensis yang rakyatnya sudah begitu banyak dan jutaan tidaklah mungkin dicampakkan kedalam goni. Lain dengan Amerika, begitu Colombus mendarat disangkanya sampai ke India rupanya ke kampung Indian. Mudah saja, kulit putihpun menghabisi Indian tinggal seupil yang menjadi pemanis film cowboy. Untuk mengerjakan ladang yang begitu luas maka Amerikapun bebas saja mengangkut orang-orang Sahara Afrika dimasukkan kedalam dok kapal sebab juga dianggap keturunan Mojokertoensis diangkut ke Amerika dimulai dari Virginia. Walaupun pecah perang saudara di Amerika karena sudut pandang yang berbeda antara aparteit di Afrika Selatan dengan Lincoln yang tak setuju dengan aparteit maka pecahlah perang saudara yang harus ditebus dengan Tempias 2004-2006: Amok Melayu
511
nyawa Lincoln sementara Amerika yang di Selatan mulai pindah ke Amerika bagian Utara dimana aparteit ini kurang. Baru pada tahun 1960 berkat perjuangan Martin Luther hakhak yang mereka dapatkan dan tidaklah mengherankan bahwa Menteri Luar Negeri Amerika sekarang ini Rice calon berat Presiden dari Partai Republik. Sementara Powell pernah pula menjadi Menteri Luar Negeri. Artinya jabatan-jabatan tinggi ini telah mereka dapatkan di Amerika baru kira-kira 10 – 15 tahun yang lalu. Balik ke kisah menumpuk kekayaan yakni merampok ke negara jajahan di Asia dan di Afrika bangsa-bangsa Barat inipun tumbuh menjadi kapitalis yang begitu dahsyat. Lalu lahirlah sang pemikir Yahudi Karl Marx harusnya eksploitasi kepada buruh anak-anak dan wanita-wanita ini maka Karl Marxpun menanggap sudah masanay kapitalis ini ditumbangkan. Maka perang kaum buruh terhadap tuan tanah Kedawungpun dimulailah di Eropa. Marx ternyata salah strategi. Dikira oleh Marx, Jerman dan Perancis yang saling bercebau ini akan memudahkan kaum buruh untuk menggulingkan pemerintahan Perancis yang memerintah di istana Versailes rupanya orang Jerman dipimpin oleh Otto von Bismarck yang menyatakan ”Nach Jakarta wirgehen nich”, kita tidak akan pergi ke Jakarta....(sebagai sajak Ediruslan) eeh salah... ”Nach ganosa wirgehen nich” kita tidak akan pergi ke Roma ketika partai Katolik di Jerman mau menumbangkan kekuasaan William. Rupanya terbalik, Otto von Bismarck lebih melihat Karl Marx sebagai musuh ketimbang Perancis yang diambang revolusi. Maka kekuatan militer di Perancis didukung oleh kekuatan militer Persia ehhh...salah.... Prusia maka berpuluh ribu buruh mati di pinggir-pinggir jalan dibunuh oleh tentara Jerman dan Perancis dan Karl Marx lari ke Inggris dalam kemiskinan yang sangat dan mati dalam menulis bukunya Das Kapital III. 512
Tabrani Rab
Akibat dari Karl Marx ini dua per tiga dunia ini menjadi merah alias komunis. Tinggal sepertiga dunia ini dengan induknya Amerika tetap mempertahankan kapitalis Adam Smith, kira-kira seperenam dibawah hijau alias militer. Akan tetapi Eropa mulai mengawinkan antara aliran kapitalis yang menyerap pasar Kodim dengan aliran Marxis yang mempertahankan pasar Cik Puan, terbentuklah aksis Helmut Smith (Jerman), Golda Meier (Israel) yang mengambil ekonomi sistem kapitalis dan membagi hasilnya dengan sistem sosialis sehingga Cinapun terpaksa mengunakan dalil gado-gado ini mencari duit sistem kapitalis dan mengatur sosial dengan tembak ditempak alias sistem komunis. Nah, kalau duit ini banyak bagaimana membaginya? Satu-satunya jalan harus diciptakan kelas menengah mayoritas. Ape keh ni? Orangpun belajar dari Jepang dengan Reformasi Meiji “Kunci dari semua masalah adalah pendidikan”. Maka semua sekolah digratiskan dan anak-anak kampung diberi keleluasaan yang lebih besar. Artinya Eropa itu meniru K2I Riau yakni memerangi kemiskinan, kebodohan dan membangun infrastruktur. Untuk yang sakit diberilah berobat gratis. Lahir pula satu orang lagi yang bernama Ricardo, katanya begini ”Kalau pemerintah duitnya banyak betul karena pajak yang dikumpul dari kapitalis maka lalu lintas ekonomi ini harus diatur oleh pemerintah. Walaupun Ricardo tidak mengatakan otonomi akan tetapi Ricardo bertanya ”Bagaimana kalau duit pemerintah itu banyak, oleh karena didapat melalui otonomi?”. Ricardo tak terpikir bagaimana di Indonesia, kalau duit pemerintah itu banyak, bisa disedekahkan pada rakyat, misalnya Bupati Siak atau yang lebih dikenal lagi Bupati Kutai, satu milyar dia kasih satu desa. Sesudah 5 tahun sang bupati bicara di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan ditanya oleh wartawan di PBB jawabnya singkat ”Masuk campur-campur, Tempias 2004-2006: Amok Melayu
513
katak lalu bengkarung lalu, keluarnya kuning”, persis sama dengan pengentasan kemiskinan membagi 300 ribu untuk 3 bulan ternyata angka kemiskinan bukannya menurun tapi malah bertambah 4 juta. Tak usahkan orang nak menanamkan duit, orang melarikan duit. Apa kata bank dunia dan International Finance Corporation (IFC)? ”Doing business 2007”, Indonesia anjlok dari urutan ke 131 menjadi 135 dari 175 negara. SBYpun pidato, apa katanya? Kemiskinan di Indonesia turun dari 23,4 persen pada 1999 menjadi 16 persen pada tahun 2005. Data ini dianggap basi. Ternyata BPS mengeluarkan pula angka kemiskinan dari 35,10 juta jiwa pada Februari 2006 menjadi 39, 05 pada Maret 2006. Bagaimana kita di Riau dan apa pula kata Metro Riau (9/9)? “Wajar Riau tak mendapat dana Bantuan Langsung Tunai (BLT)”. Yang miskin bertambah banyak juga. Kata Metro lagi, di Riau pengentasan kemiskinan baru sebatas mimpi sementara BLT tak dapat. Artinya yang banyak duit itu pemerintah. Nah, membaginyapun tak telap…..
514
Tabrani Rab
Kimteng
Oemar Bakrie... Oemar Bakrie... Pegawai Negeri Oemar Bakrie... Oemar Bakrie... 40 tahun mengabdi Jadi guru jujur berbakti memang makan hati Oemar Bakrie... Oemar Bakri... banyak ciptakan menteri Menteri... tak tau diri Disuruh bekerja tak naik gaji Bahkan disuruh berhenti Oleh menteri- PAN yang sakit hati Oemar Bakrie... Oemar Bakrie... Satu kali saya sedang memeriksa pasien. Hari kira-kira jam 9 pagi tiba-tiba muncul Habib panggilan intim saya pada Said Abdullah. ”Tab, ayolah ke Kim Teng mencari kopi dulu” maka sayapun menghambur lari ke mobil Said Dollah. Waktu itu belum ada Handphone, baru dua jam saya teringat pasien saya belum saya periksa. Di kali yang lain datanglah Adlan Adham mengeluh jantungnya berdebar-debar. Saya perintahkan perawat pasang ECG (alat pemeriksa jantung). Sayapun ke kamar mandi dan dari kamar mandi terdengan azan Isya saya langsung ke mesjid. Maka sumpah Adlan pun segunung ”Katab tuh sudah dipasangnya alat periksa jantung, dia pun menghambur tarawih”. Waktu saya ingat alat periksa jantung Tempias 2004-2006: Amok Melayu
515
sudah dipasang, habis tarawih saya pun lari ke tempat praktek, Adhlan pun dah ilang. Kalau di hitung masuk surga dengan masuk neraka tentu bandinglah saya. Sebab kedai kopi Kim Teng sama menariknya bagi saya dengan azan mesjid kalau sudah sampai Hayyalassholah...Adhlan pun ditinggal. Begitu kata Imam Bukhari. Tentu surga jawabannya hayya... artinya saya lebih mengutamakan Allah dari pada pasien walaupun sebenarnya telupo... Kim Tengisasi ini memang sudah merupakan gejala yang umum pada pegawai negeri dengan mata kepala saya melihat satpol PP yang harusnya menangkap pegawai di deretan kedai kopi nikmat, kedai kopi radar dan ntah apa namanya lagi, yang jelas tak usah kan Oemar Bakri Satpol PP pun ikut. Maka tiba-tiba datanglah men-PAN Taufik Effendi menggertak pegawai negeri. Apa katanya? dari 3,7 juta Pegawai Negeri Sipil (PNS) saat ini, hanya sekitar 2 juta orang saja yang dinilai bertugas secara efektif untuk negara. Sisanya sekitar 1,7 juta hanya menjadi beban negara untuk menggajinya (Riau Mandiri, 14/9 2006). Lalu dengan gertaknya yang pedas dilanjutkannya �Makanya kita hanya menerima PNS untuk tenaga teknis saja, yang benar-benar teknis. Kita tak perlu tenaga administrasi dan tata usaha�. Menteri yang mukanya seram ini didampingi oleh Wagub dan Ketua DPR menyatakan �sebenarnya dari kinerja yang ditunjukkan para PNS di lingkungan kerja masing-masing, mereka sama sekali tidak optimal dalam kinerja nya. Jika merujuk idealnya, pemerintah bisa saja melakukan pemecatan terhadap PNS yang tidak produktif dan seolah memakan gaji buta.�. Bahkan mengancam lagi apa kata Men-PAN yang bermuka seram ini? pemerintah bisa saja melakukan pemecatan terhadap PNS yang tidak produktif dan seolah memakan gaji buta. Namun, dengan banyaknya jumlah mereka, yang mencapai 1,7 juta orang, 516
Tabrani Rab
tentunya sangat sulit melakukannya”. Ditambahkannya lagi setiap tahun sebanyak 120 ribu PNS memasuki masa pensiun. Tentunya ini secara alami akan mengurangi PNS yang tidak produktif itu. Hanya saja, bagi PNS yang tak produktif, akan dipikirkan apakah masih perlu memberikan dana pensiun setiap bulan atau tidak. Masalah lainnya adalah saat ini untuk masingmasing instasi ada batasan umur yang berbeda, ada yang 58, 60 bahkan jaksa bisa 62 tahun. ”Nantinya perlu penyeragaman”. Pihaknya juga berjanji akan lebih tegas lagi menindak PNS yang tidak disiplin dan sanksi pemecatan bisa dilakukan. Sejauh ini pihaknya sudah melakukan pemecatan terhadap 500 orang PNS yang tidak disiplin dalam menjalankan tugas. Namun untuk memecat sampai jutaan orang, tentu tidak mungkin. Mengenai terus diterimanya PNS di lingkungan masing-masing daerah, menurutnya itu merupakan tenaga teknis yang memang benar-benar diperlukan, misalnya penjaga lampu mercusuar, penjaga kamar mayat, guru di pedesaan, tenaga perawat dan sebagainya. Bahkan SK untuk penjaga mercusuar itu saya yang mengantarnya,” jelas Taufiq didampingi Wagub Riau Wan Abu Bakar dan Ketua DPRD Riau Drh. H. Chaidir, MM. Begitu hebatnya sang Men-PAN diapun menegaskan ” Saya sudah mengajukan beberapa RUU dan akan segera disahkan. RUU itu adalah mengenai administrasi pemerintahan, UU pelayanan publik, UU Kementrian Negara, UU etika penyelenggaraan negara, UU pengawasan penyelenggaraan negara”. Masih juga Men-PAN ini nyinyir dia pun bicara lagi sebagaimana dikutip oleh Riau Mandiri 14/9 2006 ” menyinggung pendataan atau administrasi PNS di Indonesia ini ada 190 ribu data PNS khusunya guru bantu yang berbeda sehingga sulit untuknya menerbitkan SK.”Sehingga diindikasikan ada sebanyak 650 ribu meningkat menjadi 950 ribu data yang dipalsukan saat ini”. Ketika Menteri ini bicara begitu sayapun tunjuk tangan ”Pak, ada gak rencana Undang-Undang menaikkan gaji Oemar Tempias 2004-2006: Amok Melayu
517
Bakrie?”. Sambil menyanyi Oemar Bakrie... Oemar Bakrie... Oemar Bakrie... Oemar Bakrie... Pegawai Negeri Oemar Bakrie... Oemar Bakrie... 40 tahun mengabdi Jadi guru jujur berbakti memang makan hati...Oemar Bakrie... Oemar Bakri... banyak ciptakan menteri... menteri tak tau diri... Disuruh bekerja tak naik gaji... Bahkan disuruh berhenti... Oleh menteri- PAN yang sakit hati... Oemar Bakrie... Oemar Bakrie... Di depan menteri ini saya membacakan sajak ”wahai pak Mentri sudah beratus supirku berhenti karena tak tahan hati dan tak cukup gaji. Wahai Pak menteri sudah berpuluh istriku pergi karnaku tak ada waktu untuk berbincang dengan mereka mereka itu. Wahai Pak menteri bukan saja supirku berhenti tapi Pak Gubernur Saleh Djasid pun cakap tak tolok karena ketika saya bersanding dengan selebriti Alicy, umurku 65 dekat nak mati. Dalam hidup ini Pak menteri dua tak ku miliki yakni waktu dan istri kalau tak percaya tanyalah dengan Kazzaini. Karena aku tak mau berbagi waktu sekalipun dalam mimpi. Dan bukan itu saja Pak menteri Chairil Anwar berkalikali mengajarkan kepadaku ”dengan cermin pun aku tak mau berbagi.”. Wahai Pak menteri dalam peringatan 100 tahun Perserikatan Bangsa-Bangsa aku disuruh pidato di depan ratusan audien kukatakan tema kita ”Add life to years dan bukannya add years to life” artinya memadatkan karya dengan umur yang terbatas dan bukannya menambah nambah umur sehingga berak kencing pun di celana seperti jompo. Kenapalah Pak menteri tidak mengambil contoh kepada diriku ini sebab aku tak berbini karena takut kehilangan waktu bini’. Pak menteri kutantang ”mana diantara ktia yang sibuk?”. Pernahkah Pak menteri mendengar lagu Opick ’Walaupun hidup seribu tahun...kalau tak sembahyang apa gunanya.”. Pak menteri sembahyang tak? Tentu sembahyang sebab dari PAN karena itu menteri PAN. Satu harapan saya Pak menteri. 518
Tabrani Rab
Jangan digeneralisir semua pegawai negeri lebih baik Pak menteri bincang-bincang mengenai gaji Oemar Bakrie suapya hidupnya bisa seribu tahun lagi. Oemar Bakrie... Oemar Bakrie... Oemar Bakrie... Pegawai Negeri Oemar Bakrie... Oemar Bakrie... 40 tahun mengabdi Jadi guru jujur berbakti memang makan hati... Oemar Bakrie... Oemar Bakri... banyak ciptakan menteri... menteri tak tau diri... Disuruh bekerja tak naik gaji... Bahkan disuruh berhenti... Oleh menteri PAN yang sakit hati... Oemar Bakrie... Oemar Bakrie... selamat mengobral janji Pak menteri dan selamat menakut-nakuti pegawai negeri... Amien Ya Robbal alamin...
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
519
Betul-Betul Bedebah!
K
etika saya merancang otonomi daerah bersama Affan Gaffar, Ryas Yasid dan Andi Malarangeng dibiayai oleh Yayasan Stiftung Jerman maka hampir seluruh daerah di Indonesia Provinsi, Kabupaten, Kota merasa optimis bahwa Undang-Undang Otonomi Daerah ini akan dapat memecut pembangunan daerah. Apalagi Riau hampir 15 triliun duit terakumulasi di Kabupaten, Kota dan Provinsi tentulah membawa rezeki yang banyak untuk daerahnya. Ketika hari ulang tahun Bengkalis saya membaca spanduk di muka kantor Bupati “Berkat otonomi Bengkalis akan jaya�. Tidak lupa pula saya ke Kalimantan, Sulawesi bahkan sampai ke Jayapura bersama mantan Walikota Jayapura yang juga menjadi anggota DPOD Eliazer Mayor ditambah dengan mantan Gubernur Sualwesi Selatan H.M Parawangsa dan Bupati Kutai Syaukani, HR Sangat optimis mengenai dana bagi hasil. Nah bagaimana kenyataannya? Nasib SMAK saya, pada anggaran 2005, maka sepotong surat saya temui di Kantor Diknas Pendidikan bunyinya begini: Pemerintah Riau Dinas Pendidikan, Keputusan Tentang Penetapan Sekolah Menengah Kejuruan sebagai Penerima School Grant Dana Dekonsentrasi/ APBN Provinsi Riau 2005. Lalu adalah daftar yang menerima SMAK (Sekolah Menengah Analis Kesehatan) Yayasan Abdurrab item (11) 520
Tabrani Rab
dan ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau, Drs. HM Wardan MP, mendapat Rp. 35 juta. Ketika saya konfirmasikan ke Diknas, uang ini telah didrop kepada Taufik Muda. Tapi lain pula cerita Mentari, 29/1/2006, apa dikatakan oleh Dinas; “Namun, untuk lebih jelas ia menyarankan menemui kepala Kasi Perlengkapan Dinas Pendidikan, Drs. Makrum”. Maka rumpun berkisah: Mengenai Proyek Block Grant, Makrum menerangkan bahwa dalam pelaksanaannya diserahkan kepada pihak sekolah masing-masing, seperti membeli berbagai keperluan sekolah. Proses dan mekanismenya, pihak sekolah mengajukan anggaran dan dananya akan ditransfer ke rekening. “Dana Block Grant ini adalah imbal swadaya dan bukan tender. Tapi sebagai pihak yang menerima bantuan tetap harus bertanggung jawab kemana saja dana itu diarahkan atau dibelanjakan. Yang jelas laporan dari masing-masing sekolah tetap ada “. Paparnya Sayapun melapor kepada polisi. Bagaimana komentar Diknas? “Adapun persengkokolan atau kongkalingkong di Diknas Riau yang dilaporkan oleh Ongah tersebut terjadi dalam sejumlah proyek anggaran 2004. Padahal jelas-jelas anggaran 2005. Nah bagaimana dengan 2006? Sayapun datang menghadap Taufik Muda dan dia meminta rekening saya. Saya tunjukkanlah rekening mulai dari American Bank, OCBC Bank, Shanghai Bank, BCA, BNI dan hantu blau lagi yang jumlah totalnya di atas Rp. 100 miliar, sementara yang diminta Cuma Rp. 35 juta, tapi kan hak! Maka dianjurkanlah nomor rekening SMAK di BPD Riau, saya buatlah nomor rekening 002.01.000818-5 dan saya masukkan dengan modal Rp. 1 juta saja. Saya telepon kembali Taufik Muda, tapi dia jawab “Saya mau dipindahkan pak”, itu urusan kamulah! Di lain pihaknya lagi, duit Rp. 35 juta ini akan disumbangkan berupa alat. Padahal jelas-jelas bantuan itu berupa imbal Tempias 2004-2006: Amok Melayu
521
swadaya dan kalau disumbangkan ke alat, kenapa pula saya harus disuruh membikin rekening kepada bank, sekecil ini kalau untuk ditransfer? Kemanalah duit sebanyak itu perginya? Pembangunan nak dipercepat. Dari jam 8 sampai dengan jam 12 menunggu duit 800 juta. MOU ke MOU juga lah...tak ada tuh do... Baru terbuka rahasianya, rupanya duit tuh disimpan di Bank Pembangunan Daerah. Apa kata Metro Riau 20/9/2006 “Bank Riau menjadi Bank Pembangunan Daerah (BPD) terbesar di Indonesia dalam mengendapkan dana yang dikucurkan pusat untuk investasi dan dana bagi hasil (DBH) di Riau. Pengendapan dana itu ditempatkan dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang jumlahnya mencapai Rp. 8 triliun. “Data BI per 25 Agustus 2006, dana pemda yang disimpan di SBI mencapai Rp. 45 triliun, dengan SBI terendah Rp. 25 miliar dan yang tertinggi Rp. 8 triliun” kata Deputi Gubernur BI, Siti Fadjrijah, dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR di Gedung DPR, Senayan Jakarta. Dikatakannya lagi, diantara seluruh Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang ada di Indonesia, BPD Riau adalah yang paling besar menempatkan dananya di Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Ini berdasarkan data BI per 25 Agustus 2006. “BPD Riau menempatkan Rp. 8 triliun dananya di SBI,” Apa pula kata Metro Riau 19/9/2006 “Skenario APBD diungkap, skandal pengutak-atikan anggaran itu diungkap Kadiknas Pemprov Riau, Drs. Wardan, usai mengikuti hearing di kantor DPRD Riau. Sebab seperti diberitakan sebelumnya, pengalihan pos anggaran Dinas Pendidikan pada APBD 2006 dilakukan tanpa sepengetahuan dewan. Baik pengurangan anggaran maupun penambahan pos anggaran baru. Padahal, hal itu jelas melanggar aturan. “Kegiatan yang dimunculkan itu adalah kegiatan yang sebelumnya pernah dianggarkan pada tahun 2005. Cuma kan tidak terlasana. Nah, mengingat ini sudah dimasukkan, cuma belum terlaksana, maka kita masukkan lagi pada 2006” aku Wardan. 522
Tabrani Rab
Lalu saya pun bertanyalah dengan Zainal Zein yang mendapat Rp. 300 juta dana hibah “Oh….Pak Zainal udah cair dana tu?” “belum lagi Pak Tab”. Saya tanyakan pula ke Sekolah Menengah Analis Kesehatan yang mendapat dana APBN. Maka ada lima yang belum menerima yakni 1. SMK Perbankan 2. SMF Ikasari 3. SMAK Yayasan Abdurrab 4. SMK Masmur 5. SMK Patra Nusa. Saya pun membawa rapat LSN di Walhi dengan Ribut Santoso, Mundung dan sebagainya. Saya tanya dengan mundung “Itu duit pemerintah kan mengendap di BPD. Dulu SBI 12 % nah kemana bunga duit tu? Sementara dana APBD tak nampak? Dalam buku lintang pungkang ada tak nampa bahwa bunga SBI dimasukkan dalam APBD?” maka Mundung pun menjawab “Tak ada do Ngah”. “Ada atau tidak nampak sewa tanah Hotel Aryaduta seperti sewa tanah Hilton di Jakarta” . “Tak ada do Ngah” “Jadi kemana sewa aset tanah pemerintah sementara Aryaduta sedap-sedap saja mengentam duit”. Memang otonomi ini membawa berkahlah tapi tak sedikit pula yang membawa musibah. Ditaro oleh BPD duit pemerintah daerah di Bank sehingga bantuan untuk sekolah kejuruan saya, sampai detik ini tak dapat dapat. Nanti kalo sudah November, sedap saja Dinasnya menyebut dimasukkan ke anggaran 2007, sedang di anggaran tahun 2006 pun tak ada. Mata jaksa tinggi ini mungkin sudah bular dan bagusnya dilempar dengan telur itik busuk seperti Jampidsus di Jakarta. Karena tak dapat juga menuntaskan korupsi. Padahal Direktur Bank Dunia, Paul sudah mengatakan “Korupsi ini tugas kita bersama untuk mengatasinya”. Toh kenyataannya tak dapat juga. Seandainya Allen Gren Spain sang penentu Sertifikat Bank Amerika maka kepalanya pun akan tergeleng geleng “Apalah duit pemerintah di APBD” lalu BPDnya menyebutnya untung tentu saja untung sebesar bunga sertifikat Bank Indonesia yang tak nampak di buku lintang. Sementara Dinasnya dari bulan Januari sudah diputuskan DPRD sampai sekarang tak juga cair. Sampai nanti Tempias 2004-2006: Amok Melayu
523
dimasukkan ke anggaran 2007 lalu sirna. Apalagi jawabnya kalau bukan korupsi? Sudahlah sumpah serapah masyarakat sudah penuh dah…tak usah lah membuat jalan kereta api ke Duri buat saja foto sepanjang simpang…..tak usah lagi pidato orang dah muak dah…otonomi ini bukannya sengsara membawa nikmat tapi nikmat membawa sengsara….abis tuh duit letak lagi di BPD kemudian letak lagi di BI lantaklah…makin lama dicairkan makin banyak duit masuk. Cara ini disebut dengan jual cendol ala Dharma Wanita
524
Tabrani Rab
Pengungsi Lapindo
S
ebetulnya cerita minyak ini bukan hanya pada waktu Belanda. Berkali-kali Cheng Ho (1368 – 1644) menceritakan dalam bukunya bagaimana mereka mengambil minyak di Riau dan anehnya dapat dipasangkan pada lampu yang diberi sumbu. Cheng Ho tak tahu bahan bakar ini. “Hayya‌ata api ya?â€?. Sejak itu banyak lah pelaut yang lain memakai bahan hitam ini menjadi bahan bakar. Padahal sebelumnya suku asli Sakai menggunakan Damar. Sehingga kalau digunakan Damar lebih dulu kita menggosok hidung dari pada goso gigi karena lubang hidung hitam semuanya. Entah darimana Belanda tahu mungkin dari Cheng Ho mungkin juga dari Rockevelt di Amerika yang ketika itu sudah ditemukan mesin gas dan mobil. Belanda pun mencoba menggali minyak ini pada tahun 1918 tapi gagal. Namun tidaklah keluar lumpur seperti Sidoarjo. Tapi angin pun tak keluar juga berupa gas atau kentut. Baru 6 tahun kemudian sesudah Belanda tahun 1924 dicoba lagi oleh Chevron yang kini melantak tanah rakyat di Bangko Bakti. Baru pada tahun 1930 Belanda mengulang kembali menggali minyak ini dan dibentuklah NV. Nederlandche Pacipic Petroleum Maatschappij (NPPM). Bagaimana sesudah kemerdekaan? Saya masih ingat betul ketika mentri Anang meluncurkan minyak yang pertama dari Sungai Pakning dibawa ke Singapore pada tanggal 10 Mei Tempias 2004-2006: Amok Melayu
525
1952. Pidatonya tak panjang dan disebelah kanannya tampak seorang bekas KNIL hitam yang membawa istrinya yang putih namanya Tahiya. Ada dua kejadian di Sungai Pakning dimana saya masuk sekolah dasar. Pertama pada tahun 1948 pesawat Belanda tecampak diketapel oleh pejuang Indonesia. Lalu yang mengetapel itu berbusung dada ”Saya yang mengetapel”. Tiba-tiba muncul pula seorang berbaju hijau ”Saya yang menembaknya dengan peluru senapan angin”. Pokoknya bedebat jadi pahlawan dan pasukan Belanda mendarat dari Bengkalis, maka orang-orang ini pun lintang pukang lari. Tapi akhirnya dapat bintang veteran juga. Pokonya habis jugalah duit negara untuk veteran-veteran ini. Antara lain teman saya satu sekolah yang sering kami panggil Jhon Back Adamson yang dikebumikan di Kalibata Jakarta artinya kalau dia lahir tahun 1941, umur 4 tahun dia sudah jadi Askar begayut entah dibuayan pokoknya dapat bintang gerilya Kejadian kedua tahun 1952 ketika minyak dikumpul di Sungai Pakning dalam tangki-tangki yang besar dan diekspor ke Singapore dengan kapal yang namanya Ontario. Apa pidato Tahiya maupun Anang? ”Dalam 10 tahun yang akan datang yang bekerja di sini segenap bangsa Indonesia” artinya tak ada lagi orang Amerika. Pidato ini picisan. Sebab minyak di Riau ini 40 % habis, 12,5 % untuk bagi hasil sebegitu lagi untuk penyulingan di Singapore, 15 % ongkos operasional, 60 % punah ranah. Pada tahun 1960 minyak yang diserahkan oleh Belanda kepada Indonesia karena orang Indonesia itu pandanya Cuma pidato minyak ini pun terpaksa di serahkan pada PT. Caltex Pasific Indonesia ( PT. CPI). Karena kapal Caltex ini dari Perawang ke Sungai Pakning bolak balik maka ayah dan kakek saya yang kerjanya menangkap ikan di Sungai Siak dan mengirim adik-adiknya sekolah ke Padang Panjang. Sejak kapal Caltex ini bolak balik tak ada lagi yang dapat ditangkap. Dulu 526
Tabrani Rab
begitu teberak di Sungai Siak, belum lagi berak tuh sampai ke air, ikan juara sudah meloncat menangkap mentimun kita. Sekarang tujuh hari tujuh malam di Sungai Siak yang dapat cuma enceng gondok. Nah belajar dari Belanda dan Amerika ini adalah yang namanya PT. Lapindo. Dia tengoklah pada seismograf ada aliran yagn begitu besar di bawah Sidoarjo maka dipasanglah alat penyedot seperti yang dibikin Belanda dan Amerika dulu. Sudahlah semua tanah yang pada mulanya hanya berjumlah 9.898 km persegi yang meliputi Rokan I dan III. Pada tahun 1968 ditambahkan 4 daerah baru (Sebangsa, Minas tenggara, Libo tenggara dengan Libo Baratlaut). Ternyata minyak ini mengarah ke utara sampai ke daerah Balam. Sehingga tanah rakyat pula dirampok dengan harga Rp. 2500,- permeter. Pokoknya kalau sudah ada birokrat bilang tanah itu tanah milik Timbang Sianipar... eh salah... tanah negara. Ditambah dengan konglomerat alias Chevron dan Timbang Sianipar maka bermainlah oknum aparat yang menyebabkan rampok tanah rakyat dan rakyat pun menjadi melarat. Balik ke cerita Lapindo tadi maka keluarlah lumpur bukannya minyak seperti di Riau yang menenggelamkan rumah rakyat. Berapa banyak korban? 2700 korban. Berapa luas? 400 hektar. Lumpur ini tidak bisa dihentikan, maka sekitar 10 ribu kepala keluarga (KK) harus dipindahkan, tol ditutup, lumpur digiring ke timur menuju laut secara pelan-pelan, sampai lumpur ditaruh di dekat hutan bakau. Maka timbullah ide mentransmigrasikan korban Lapindo ini. Celakanya di bawah Sidoarjo ini terdapat gunung......masyaalllah, sehingga diperhitungkan semburan lumpur tidak akan berhenti sampai tiga tahun mendatang. Maka Sidoarjo pun menjadi lautan lumpur. Bahkan dari pengalamandi Venezuela 10 tahun lumpur ini tak juga berhenti dan terjadilah kawah dan tanah makin runtuh. Sekalipun Bupati Sidoarjo menolak ide Tempias 2004-2006: Amok Melayu
527
transmigrasi dan Gubernur Riau masih menunggu arah angin bertiup sementara wakil Gubernur Riau betelegah dengan DPRD lalu Wan Abu Bakar pun pidato „orang yagn datang ini adalah hijrah atau muhajirin yang menunggu ini adalah anshor“. Jadi kalau diikut pikiran wan, ketika Nabi hijrah maka ada pula yang memberikan istrinya ke kaum muhajirin. Alamat kehilangan binilah kita. Wan memang belum mengalami bengkak atau tak tau bengkak. Sakai tergusur, hutan punah ranah, asap 10 hari sekejap, banjir akibat kayu diberi oleh pusat sampai ke lubang hidung, ikan juara tak lagi menangkap telur yang teberak....wan...wan...tiba tiba becakap pula bupati Bengkalis yang APBD nya paling tinggi sedunia begitu pula korupsinya. Tahun 2001 sebesar Rp. 1.019.610.018.167,76 tahun anggaran 2002 Rp. 1.434.831.306.493,16 untuk tahun anggaran 2003 sebesar 1.433.679.947.844,43 dan untuk tahun anggaran 2004 sebesar Rp. 1.325.272.958.586,36. Berapa dikeluarkan oleh Bupati ini untuk Ma’ahad Al Zaytuni Al Rupati Al Syamsurizali sehingga terpaksa dikibuli untuk menarik duit Rp. 37 miliar dengan macam-macam pembengak. Belum lagi 5.000 hektar kayu ditebang oleh Al Zaytuni. Tak usahlah nak ngangkat telo lagi. Riau ini dah habis dah..... pupus liau. Kalau mau betul dibuat pipa panjang-panjang dari Sidoarjo sampai ke Rupat untung-untung yang keluar bukan lumpur yang menyebabkan kita tumpur tapi minyak Cheng Ho kalau tidak minyak Angsa Duo. Selenyak lenyaklah tidooooo... tak usah lah lagi nak ngangkat lampa sehingga menjadi al muahjirin dan anshor sementara Riau sudah disosor. Bupati Sidoarjo saja menolak, apa pula Bupati Bengkalis nak ngangkat muke. Sedang Presiden saja pening kecuali pak Wan. Anshor dan al muhajirin. Kalau perlu kita kasih bini. Untunglah aku tak bebini. Tarjo ya tarjo. Marlis ya marlis. Sidoarjo ya Sidoarjo. Bengkalis ya Bengkalis. Amiin... 528
Tabrani Rab
Pencuri di UNRI
P
lato berkisah sebuah negara baru aman dan damai kalau dia dipimpin oleh Filosophia. Apa maknanya filosofi? Maka Plato pun berkata lagi kaki filsafat itu ada tiga, jadi antara 2 dengan 4 alias antara manusia dan binatang. Dengan filosofi kaki 4 berubah menjadi kaki 2 artinya nilai-nilai kemanusiaan itu tampilah ke depan mengalahkan nilai-nilai kehewanan. Apa kaki filsafat itu? Pertama Logos alias ilmu, artinya filsafat itu berarti pendidikan yang kedua Etis, alias adab dan yang ketiga Estetis, tau mereka akan keindahan. Pada tahun 1978 ketika Subrantas menjadi Gubernur maka saya tariklah si Be.....orang dari UNRI agar Bapeda yang syarat akan korupsi jadi lebih terpelihara. 20 tahun kemudian bukannya UNRI itu merubah Bapeda tetapi Bapeda lah yang merubah UNRI sehingga Suripto pun berkisah dengan saya „Ada dosen-dosen UNRI yang minta proyek. Piye iki?“. Akhirnya berboyong-boyong dosen UNRI balek kampuang dan segitiga proyek antara Bapeda, DPR dan Eksekutif berjalan lancar. Alangkah terkejutnya saya ketika surat kabar memberitakan UNRI mencilok duit DPRD. Apa kata surat kabar itu? „UNRI nikmati dana Panleg“ (Metro Riau 5/10). Tiba-tiba saja DPRD kehilangan dana Rp. 2 miliar. Sang ketua pun kelenger karena duit ni nak dibagi-bagi diantara anggota fraksi. Sebelumnya diberitakan pula ”Sekdaprov segera diperiksa Polda” (Metro
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
529
Riau 3/10). Lalu berita ini diikuti pula ”Semua Fraksi-Komisi dilibatkan. DPRD bahas raibnya Rp. 2 miliar dana Panleg”. (Metro Riau 4/10). Artinya habis lah duit rakyat ini. Melopeh hau....yang menarik bagi kita bagaimana pula DPRD yang mengawasi keuangan duitnya raib? Lalu dicari-carilah duit ni. Kemana lah pergi duit ni raib. Kata sekwan yang baru itu dicairkan oleh bakwan….eh salah.... sekwan yang lama. Tapi sang ketua Chaidir yang sangat hati-hati bicara secara diplomatis sehingga ndak jale do Pak. Nah kemana duit ini perginya? Ternyata ke UNRI. Nah bagaimana kata surat kabar lagi? ” Teka-teki ”raibnya” dana Panitia Legislasi (Panleg) akhirnya terkuak. Dalam rapat pimpinan DPRD Riau bersama seluruh Ketua Fraksi dan Komisi terungkap bahwa anggaran sebesar Rp 3 miliar (bukan Rp. 2,5 miliar) itu, telah dicairkan. Dananya digunakan oleh sejumlah lembaga di Universitas Riau (UNRI) (Metro Riau 5/10). Rupanya Peraturan daerah tak lagi mampu disusun oleh DPRD karena mobil Terrano ditambah dengan honor yang begitu tinggi maka DPRD in tak lagi mampu membuat Perda. Terpaksalah Perdanya dikontrakkan kepada UNRI. Bukannya otak UNR itu pintar untuk Perda-Perda paling untuk bidangnya lah. UNRI pun mempermainkan sisi yayasannya maka terjadilah kontrak-kontrak busuk menguapkan duit Rp. 3 miliar. Yang anehnya yang mengontrak UNRI, duit masuk kantong yayasan. Masuklah ke kantong masing-masing. Nah apa yang dibuat UNRI? Yang mengurus tanah aja tak beres? Untuk pornografi dan pornoaksi termasuk ayam kampus. Habislah biaya Rp. 480 juta lebih. Kedua, kegiatan pengkajian dan penelaahan Ranperda tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) biayanya sekitar Rp 395 juta. Ketiga pekerjaan pengkajian dan penelaahan Perda yang ada dan tidak efektif dalam konteks perubahan sistem pemerintahan dan kemasyarakatan. Keempat, kegiatan pengkajian dan 530
Tabrani Rab
penelaahan Ranperda tentang ketenagakerjaan. Keliama, pekerjaan pengkajian dan penelaahan Ranperda tentang Tanah Hutan Rakyat Sultan Syarif Qasim. Dan keenam adalah pengkajian Ranperda traficking. Nah bagaimana reaksi sekwan yang lama? Dulu memang tekanan darahnya pernah jatuh dan dibawa ke Awal Bros ketika diperlakukan semena-mena tapi kali ini sekwan Ruskin Har bangkit. �Ruskin bantah cairkan dana. Merasa dijadikan sasaran kesalahan pencairan dana pengkajan dan penelahaan 6 ranperda inisiatif dewan senilai Rp. 3 miliar yang dianggap kalangan dewan menyimpang dan di luar prosedural, Mantan sekretaris DPRD Riau Drs. H Ruskin Har balik mempertanyakan tudingan itu. Ia juga membantah keras semua tuduhan yang seakan menjadikan dirinya tertuduh. Menurut Ruskin lagi pihaknya tidak pernah melakukan pencairan dana Rp. 3 miliar sebagaimana diberitakan. Kecuali, katanya pencairan dana untuk program pengkajian dan penelaahan ranperda pornografi dan pornoaksi yang dananya justru diambil langsung oelh pihak lembaga UNRI ke bagian keuangan. Sedangkan perannya dalam hal ini melainkan hanya seba-tas melakukan proses penandatanganan kontrak atau memorandum of understanding (MOU) dengan sejumlah lembaga di Universitas di riau. Hal itupun masih dalam sebatas tugasnya sebagai sekwan, sebagaimana bentuk pelaksanaan kegi-atan yang telah ditetapkan di dalam Perda APBD Riau 2006 tentang penelaahan dan pengkajan Ranperda inisiatif dewan. Untuk dana ranperda pornografi dan pornoaksi, katanya lagi, bukan dicairkan pada April 2006 melainkan pada Juni 2006 atau seminggu menjelang berakhirnya masa jabatan sekwan atau dialihkan ke pejabat baru. Dana itupun diambil langsung oelh lembaga terkait ke bagian keuangan tanpa melalui sekwan seniali Rp. 400 juta. Soal penandatanganan pencairan dana selain ranperda itu, pihaknya mengaku tidak dalam amsa tugasnya.�Boleh di cek Tempias 2004-2006: Amok Melayu
531
langsung ke bagian keuangan dan pihak yang mencairkannya. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan saya sebagai sekwan waktu itu”. Kata Ruskin Har yang sedikit merasa tidak nyaman dengan pemberitaan itu dan siap memenuhi panggilan dewan untuk membeberkan semua data keberadaan dana tersebut agar semuanya menjadi jelas. (Riau Mandiri. 6/10). Dulu pun saya menulis ada korupsi di UNRI adalah Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak dinyatakan dalam pasal 4 ”Seluruh penerimaan negara bukan pajak wajib disetor langsung secepatnya ke kas negara”. Apa saja jenis penerimaan negara bukan pajak itu? Maka dinyatakanlah dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3687 antara lain dinyatakan dalam pasal 14, ”Penerimaan dari penyelenggaraan pendidikan”. Maka dari undang-undang tersebut di atas dapatlah diteliti UNRI dari tahun 1997 menerima 12.128 mahasiswa, tahun 1998 menerima 12.601, tahun 1999 menerima 13.537, tahun 2000 menerima 12.702, tahun 2001 menerima 13.468 mahasiswa. Jadi total mahasiswa yang diterima dalam masa 5 tahun adalah 64.436 mahasiswa. Karena SPP mahasiswa itu adalah 180 ribu tentulah satu tahun 2 semester adalah sama dengan 64.436 x 180 ribu x 2 = Rp. 23.196.960.000,- alias 23 miliar lebih. Ternyata yang disetor di UNRI yang Rp. 3.284.435.000 artinya kurang sebesar Rp. 1.081.645.000. Pada tahun 1998 yang disetor ke kas UNRI Rp. 3.700.897.000 artinya kurang Rp. 835.463.000, tahun 1999 yang disetor Rp. 4.248.370.000 artinya kurang Rp. 624.950.000, tahun 2000 yang disetor Rp. 3.008.745.000, artinya kurang Rp. 1.563.975.000 dan tahun 2001 yang disetor Rp. 3.231.737.000 jadi selama 5 tahun menguaplah duit di UNRI sebesar Rp. 5.722.770.000,- alias lima milyar tujuh ratus dua puluh dua juta tujuh ratus tujuh puluh tujuh ribu rupiah.
532
Tabrani Rab
Ajjamiatul Assapiah
K
ehancuran hutan Riau memang luar biasa lebih hebat dari Amazon. Pada tahun 1970 Riau memberikan luas hutan 6.293.500 hektar untuk 69 unit HPH dari 9.456.160 hektar hutan.Hutan tersebut diperuntukkan bagi pulp & paper 1 unit dengan kapasitas 300.000 ton/th, kayu lapis 13 unit dengan kapasitas 1.879.632 M3/th, dan sawmill 146 unit dengan kapasitas 2.705.404 M3/th. Di Riau dalam pelita kelima saja telah dibuka hutan seluas kira-kira 4 juta hektar. Khusus untuk kelapa sawit saja telah dibuka 1 juta hektar dalam pelita kelima. Pada periode yang sama untuk perkebunan besar swasta untuk karet, kelapa, kelapa sawit, kakao telah diberikan izin 350.000 hektar. Di Kabupaten Bengkalis tahun 1991dibuka perkebunan seluas 94.245 ribu hektar. Dalam buku Riau Dalam Angka 1992 untuk kelapa sawit saja di kabupaten Bengkalis dibuka 70.760 hektar sementara untuk karet 96.884 hektar. Tak ada tangan petinggi-petinggi Riau ini terbebas dari dosa menebang hutan dan menjual surat izin menebang hutan. Hutan ditebang ntah dimana, izin ntah dimana yang jelas antara konglomerat Akong yang meminjam duit Bank ditambah dengan birokrat dari Dinas Kehutanan ditambah dengan oknum aparat yagn menghalau rakyat, maka pipilah hutan di Riau ini. Kemudian dilantak oleh banjir, kini sudah dua kali setahun sikit lagi lima kali setahun dan banjir serta sungai yang sudah punah ranah oleh pencuripencuri kayu yang kini menjadi petinggi-petinggi Riau.
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
533
Setelah debu turun maka komentar menteri Ka’ban tinggal bedo’a minta hujan. Supaya do’a ini dikabulkan, maka beramairamai lah pengumuman bersembahyang Istighasah. Lama lah saya tinggal di Timur Tengah dan 10 tahun pula saya duduk di majelis Tarjih Muhammadiyah tidaklah saya mendapatkan sembahyang Istighasah ini untuk turun hujan atau bebas dari bencana banjir. Pokoknya tak ada Ajjamiatul Assapiah itu. Tentu kalau malaikat Jibril menengok akan tercengangcengang. Ini yang sembahyang orang Islam atau bukan. Sudah dipelantaknya semua hutan di Riau, debu pun masuk sampai ke dubur lewat hidung dan menyelaputi paru-paru, barulah kita meminta hujan. Apa pula modelnya begini?.Padahal Nabi bilang “Ikat dulu Untamu baru berdo’a”. Lebih baiklah kita ubah kebiasaan ini menjadi kebiasaan keling mengangguk artinya tidak menggeleng artinya iya. kalau tidak marilah kita menyanyi…angguk-angguk gelenggeleng, tunduk-tunduk, iye-iye, saye-saye, kiri kanan ikut saje, halapaphah…halapaphah…maju mundur, tinggi rendah, berapa jumlah nilai bangsa. Sudah jelas-jelas pada bulan Juni tahun 1992 diadakan pertemuan di Rio de jeneiro supaya ditinggalkan 30 % hutan di daerah aliran sungai supaya tidak dilantak abrasi. Ini ndak dibiarkan pipil pengusaha-pengusaha kayu dengan kepala kudinya Martias dan di ujung pulau Bengkalis hutan dibabat dan dibuat pula sungai untuk menyalurkan kayu ini ada yang dikirim ke Somil, Malaysia, Singapore, Indah Kiat, RAPP.…Pipil hutan bengkalis. Apa nya lagi nak di Istighasah kan. Unta dah lepas, macam mana pula berdo’a supaya Unta tuh balek? Sudah diketahui secara umum kalau hutan itu dibakar oleh ladang berpindah masih ada pepohonan yang melindungi gambut ini. Tetapi kalau diberikan HGU maka dibabatnya pipil hutan ini. Maka bertemulah sinar matahari dengan gambut. Ambilah misalnya Kalimantan. Sesudah lima tahun hutannya 534
Tabrani Rab
dihabisi maka terjadilah 3,5 juta hektar hutan terbakar. Kenapa? Karena sinar matahari yang langsung ke tanah gambut dalam keadaan kering, ya terbakarlah dia. Dan apinya bukannya nampak. Itu hukum alam, Siapa pula nak di hukum? Ini betul-betul stupid Summit alias Summit bebal. Tentu saja LSM seperti WALHI, Forum masyarakat Teso Nilo WWF, KBH Raiu, LBH Riau, Kaliptra, Yayasan Elang, Yayasan Bunga Bangsa meramalkan negara ini akan tenggelam oleh kerusakan alamnya. Begitu pentingnya dianggap pertemuan ini Kapolda langsung menyatakan siaga satu. Lalu menyiapkan snipper di atap Arya Duta. Lalu seorang polisi menelpon saya �Ngah, ini kayaknya timah hitam masuk nih ke pengacau-pengacau ni� padahal perusak alam itu siapa?. Ada Bupati yagn memberikan izin tebang. Alasanya nak buat kebun rakyat. Yang jelasnya duit didapat untuk kampanye supaya jadi Bupati lagi supaya menebang hutan lagi. Ini betul-betu kerja bebal sebab kalau hutan itu ditebang maka gambut pun berhubungan dengan sinar matahari maka sisanya tunggu saya musim kemarau Maret dan Oktober. Akhirnya pemerintah menyampaikan juga dana Rp. 100 miliar. Untuk apa? Untuk menyewa pesawat. Entah pesawat Ilyushin keh? Entah helikopter keh?. Apa dengan menyiram ini selesai? Seperti makan panadol sekejap sakit kepala ilang dah itu balek lagi terbakar. dulu waktu Zaman Suharto, Suripto sesumbar akan memberikan 500 ribu hektar untuk kelapa sawit Lim Siu Liong termasuk tanah kuburan-kuburan nenek moyangnya. Pokoknya kalau sudah tak ada lagi penapis antara cahaya matahari dengan gambut maka terbakarlah rumput. Hampir tiap malam saya berbuka puasa di Arya Duta maka malam ketika Summit itu dilakukan tampaklah oleh saya orang-orang berpakaian pengantin musik Dang Dang Kung dan suasana sekitar kolam Arya Duta penuh dengan undangan. Apa hasil Summit ini? Paling minta sedekah toh yang menyelesaikan kita juga. Tempias 2004-2006: Amok Melayu
535
Begitu gawatnya asap tampak pagi itu tampak suasana rapat kabinet mendadak. Ya biasalah para menteri yang berkaitan dengan lingkungan hidup bercerita sesama mereka dengan diiringi tertawa terbahak bahak. Tiba-tiba Presiden SBY muncul dengan muka yang serius langsung menuju meja.’ Tak.’...mik pun berbunyi keras. Selang beberapa jam kemudian saya membaca berita Gubernur Riau dipanggil segera ke Jakarta. Barulah dapat diikuti kisah ini rupanya mentri lingkungan hidup dari lima negara Singapore, Malaysia, Thailand, Brunei, Indonesia bertemu di Pekanbaru, tepatnya di ruang Gubernuran. Di Riau kerusakan hutan dibagi atas beberapa fase.Fase pertama, kerusakan akibat dari pembukaan jalan Caltex yang merentas daratan Riau ke pelabuhan Dumai sepanjang 200 km dan dimulailah musibah pada suku asli dimana pusat budaya Sakai di Buluh Kasap Duri dijadikan pusat kediaman Caltex tanpa adanya kompensasi dan cukup dengan peraturan pemerintah saja. Fase kedua, pada tahun 1970 – 1974 ketika harga log membumbung naik dimulailah penghancuran hutan. Fase ketiga, pada tahun 1980 ketika dimulainya perkebunan secara besar-besaran di daerah Riau sehingga tak ada lagi hutan yang tersisa untuk masyarakat setempat. Dan dimulailah penghancuran hutan secara sangat dahsyat. Tak kurang dari 78 perusahaan raksasa yang meliputi 115.994 tenaga kerja. Fase keempat, pada tahun 1983 kerusakan hutan secara besar-besaran terjadi ketika diberikannya 66 izin HPH. Diperhitungkan Riau kehilangan 1,5 juta M3 kayu pertahun belum termasuk IPK dan penebang liar. Fase kelima, ketika izin perkebunan diberikan pada 78 perusahaan di Riau yang meliputi 115.994 tenaga kerja. Untuk mengatasi masalah ini provinsi Riau mendatangkan transmigrasi dari Jawa. Sisanya tenagatenaga pekerja bebas dan provinsi lainnya. Fase keenam, ketika dibukanya pabrik pulp and paper PT. Indah Kiat dan PT. RAPP di Riau. Fase ketujuh, penghancuran ketika terjadi kebakaran 536
Tabrani Rab
hutan secara besar-besaran yang diperkirakan 156.000 hektar akibat kebijaksanaan bakar setengah jadi untuk menghemat biaya pengolahan tanah. Sekalipun saya tidak mendapat undangan tidaklah saya berkecil hati, sebab CNN pernah mewancarai saya ketika kirakira 10 tahun yang lalu karena asap tebal ini menyebabkan jarak pandang hampir nol. Ketika saya memandang ke jendela rumah saya, kantor Statistik di depan pun tak nampak. Sejak tahun 1967 saya telah menjadi Dokter di Pekanbaru, nampaklah oleh saya kayu ribuan tual yang oleh seorang pegawai Dinas Kehutanan entah akan diekspor kemana. Yang jelas setahun kemudian kayu inipun membusuk dan akhirnya punah ranah. Setelah Arifin Achmad menjadi Gubernur maka di Riau pun terdapat 66 HPH yang meliputi 660 ribu Ha, termasuk HPH Arifin Achmad yang kemudian menjadi PT. Arara Abadi. Apa hasil dari Ajjamiatul assapiah ini? Sekalipun ada Protocol Kyoto dimana rakyat yang mempunyai kebun dan hutan diberi subsidi agar jangan merusak hutan maka dikira keputusan Ajamiatul Assapiah dikembalikan kepada ha-hak rakyat dan dicabut hak-hak penguasaan hutan secara massal. Rupanya keputusannya berbunyi “ tujuh kesepakatan” ketujuhtujuh nya ape kan tidak aje dan dana reboisasi tetap aja di korupsi. Tak pun di Kuansing dimanapun juga. Alhasil bilal husal ya tambah tambah lah duit mematikan asap ni. Namun selama penghancuran hutan tetap berlanjut pertemuan ini hanyalah sebatas mengurangkan bacin dan kalau dapat bantubantu lah…cingcai…ha….tolonglah ncik….kepada Brunei dan Malaysia…sudah tuh asaaaap lagi…..ini lah kerja sampai mati… hayya ancuaaa….malam tuh Taraweh pun tertinggal karena lagu dang dang kung di pinggir kolam Arya Duta…dang dang kung... dang dang kung...
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
537
Kuli Sawit
K
ira-kira 20 tahun yang lalu saya didatangi oleh serombongan dokter-dokter di Medan. Saya menjadi sangat heran, hampir 20 dokter memesan tanah untuk tanaman sawit dengan saya. Karena saya tak mengerti saya kira ada apa di Riau. Ketika Kakanwil Kehutanan Riau yang bernama Thomas menawarkan kepada saya untuk mengambil tanah 100 Ha di Sekijang Mati untuk ditanami sawit barulah saya mengerti bahwa bumi Riau itu emas. Dua puluh tahun kemudian terjadilah peristiwa Mahato yang mengakibatkan jatuh korban dipihak masyarakat tempatan akibat kena dodos kelapa sawit D.L Sitorus. Belum lagi di Sungai Rokan dimana Timbang Sianipar merampok tanah masyarakat di desa Simpang Kanan maju terus menghantam lagi Ampaian Rotan dan terus menyikat tanah milik Amin dari PT. Hedron dengan menghancurkan bangunan konon di bawah kawalan oknum polisi. Dan celakanya kepala dusun yang terdepan yang bernama Dartam yang tadinya bertahan pada dusunnya kini balik pada memihak Timbang Sianipar. Saya menjadi semakin tahu bahwa Riau ini diberikan Tuhan minyak di bawah buminya yang pernah membiayai 65 % dari APBN selama Orde Baru dan produksinya sampai 1.1 juta Ha serta ditambah dengan minyak sawit diatasnya hanya membuat orang Melayu harus puas setakat menjadi kuli. Sementara kontraktor kalau tidak dari Medan ya dari Jakarta 538
Tabrani Rab
Ketika sejumlah Sakai dibawa oleh WALHI kepada saya karena tanah mereka dirampok oleh PT.Arara Abadi sayapun langsung menyampaikan keluhan ini kepada Menteri Kehutanan Ka’ban. Ka’ban meminta kepada saya supaya memberikan laporan lengkap. Sakai dengan hutannya adalah merupakan satu kesatuan hidup sebagaimana digambarkan oleh Plos seorang antropolog Jerman yang kemudian oleh Sigmund Freud ditulis dalam buku ke 24nya On Sexuality. Anehnya peneliti Jerman tak henti-hentinya meneliti Sakai. Seorang peneliti yang terkenal Moszkowski tinggal di Sakai antara tahun 1900 – 1910 dan menerbitkan buku ”Sakai” sehingga tampaklah kekuasaan Sakai begitu besar di desa Pinggir. Moszkowski telah menggambarkan ketika populasi bangsa ini bertambah maka Sakai akan terjerumus dan hilanglah kebudayaan yang begitu cantik. Seorang peneliti Sakai lainnya yang juga turut ambil bagianm Prof. Hans Kalipke meneliti Sakai tahun 1968 – 1998 dan berhasil membuat kamus Sakai-IndonesiaJerman serta mengadopsi Muhammad Agar,anak Sakai yang kini sedang mengambil S3 di Hamburg University. Tiba-tiba saja koran di New York dibanjiri oleh tulisan Nathan ”When Bird Flying” maknanya tari Olang Olang yang dibawa oleh Nathan dari Leiden ke New York. Buku ini menggambarkan pengobatan yang disebut dengan ”Dhike” dan berbagai LSM internasional mencatat bahwa hasil Earth Summit (KTT Bumi Sedunia) Rio de Jeneiro menyatakan perlunya kebudayaan Sakai ini dipertahankan. Namun pagi itu Mundung Kepala WALHI datang kepada saya membawakan 20 Sakai yang bukan kebudayaan mereka saja yang dirampok tapi juga tanah mereka juga dirampok oleh PT. Arara Abadi atas dasar izin hutan tanam industri yang diberikan pemerintah yang mensuplai Indah Kiat dan PT. Garuda Emas. Saya mengkhawatirkan harga Pulp 400 dollar per ton telah menyebabkan PT. Arara Abadi mabok untuk menggantikan hutan alam dengan hutan tanam industri. Ketika Tempias 2004-2006: Amok Melayu
539
di Canada akan diadakan pertemuan bulan depan mengenai suhu bumi maka tampaknya organisasi internasional akan menuding Indonesia disamping Brazil sebagai perusak hutan yang utama dan menyebabkan naiknya suhu bumi sehingga daratan makin sedikit dan iklim tidak teratur. Balik ke cerita semula teman-teman saya pun sejak 20 tahun yang lalu telah menjadi toke-toke besar kelapa sawit. Kesuksesan teman-teman saya ini berada diantara perampokan tanah rakyat, izin HGU yang diberikan oleh pemerintah yang mencabut penduduk Melayu dari akar-akar budayanya dan tanah yang mereka miliki. Sekalipun belum terlambat Gubernur Riau dan Bupati/Walikota se Riau mengusahakan proyek sawit lewat APBD. Akan tetapi biasanya bila birokrat menjalankan uang maka ujung-ujungnya pastilah korupsi dan bersama oknum aparat mengusir penduduk-penduduk asli. Walaupun pemerintah daerah mempunyai keinginan untuk membuat proyek sawit ini namun realisasinya tidaklah semudah membalik telapak tangan. Maka DPRD pun angkat bicara. “Ketua DPRD, drh Chaidir MM menilai proyek tersebut harus dilanjutkan dengan tetap mengacu kepada ketentuan yang berlaku. Menurut Chaidir, program yang dirancang oleh Dinas Peternakan dan Perkebunan tersebut sangat bagus dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dan kurang mampu. Karenanya ia tidak sependapat jika anggaran tersebut dialihkan, meskipun pada tahun anggaran 2006 kedua program itu belum terlaksana dengan baik “mengingat waktu tersisa tinggal beberapa bulan lagi, kegiatan fisik ini diperkirakan tidak selesai. Tapi pekerjaan-pekerjaan persiapan, kan masih bisa� kata Chaidir, Program pengadaan sapi dan kebun sawit bagi masyarakat miskin. Menurut Chaidir lagi “ kalau ada kendala-kendala untuk melaksanakan kegiatan tersebut, ya harus dicarikan solusi dan pemecahan masalah yang menjadi 540
Tabrani Rab
kendalanya. Jangan programnya dihapuskan. Kegiatan itu bagus sekali dalam mendukung K2I. Ia berpendapat, bisa saja komisi dan dinas terkait mengadakan rapat. Bila perlu lakukan rapat koordinasi lintas dinas untuk mencari solusi dan pemecahan masalah supaya program itu bisa dilaksanakan. Seperti rapat antara Dinas Perkebunan, BPN dan instansi terkait lainnya (Metro Riau, 3/11). Lalu sesudah hutan ini diberi HGU oleh orang Jakarta maka tumpur-leburlah Riau. Kita bisa melihat di Kampar ibu-ibu pagi-pagi sudah berkumpul untuk bekerja pada perkebunan milik entah orang dari mana, yang jelas di luar kota dapatlah gaji 15 ribu sehari. Bapak-bapaknya pula minum minuman keras dari duit upah siangnya. Di Duri daerah-daerah Sakai yang dulu dikenal sebagai daerah Pebatinan dirampok oleh Arara Abadi. Foto Rokan Staaten yang menggambarkan tanah Sakai tahun 1900 sudah berganti dengan telepap milik PT. Arara Abadi. Sisanya kalau Sakai ini melawan maka Pamswakarsanyapun dikerahkan oleh yang dulu terkenal Jensen Ko. “Tak dapek kami bernafas do Ngah, rumah kami dibakar dan dibalikkan oleh Pamswakarsa”. Sayapun mengadu kepada Ka’ban bagaimana perlakuan PT Arara Abadi terhadap penduduk asli Sakai. Sayapun menanyakan “manalah bisa kambing disatukan dengan harimau”?. Di Bagan tanah di Kubu diberi oleh Bupati Wan Thamrin pupus keinginan masyarakat untuk memiliki kebun seperti Felda di Malaysia. Indragiri Hilir dan Indragiri Hulu nasibnya sama saja. Yang lucunya di Bengkalis, hutan Rupat kopak dibantai oleh Aljamiatul Al Zaituni diberi 5 ribu hektar. PT. Duta Palma kuburan masyarakatpun dibuatnya kebun sawit. Apa lagi yang tinggal untuk rakyat Riau? Impian alias obsesi yang tak akan pernah menjadi kenyataan. Banyak sudah masyarakat kampung mengidap halusinasi alias penyakit orang gila. Riau persis seperti Palestina yang penduduk aslinya Tempias 2004-2006: Amok Melayu
541
disembelih setelah perusahaan perkebunan pendatang. Apa yang tinggal untuk Riau? Ampas. Inilah yang mesti dimakan beramai-ramai. Anehnya pemerintah daerah tidak melihat bahwa tanah penduduk asli Riau telah dirampok oleh pendatang sehingga tak ada lagi tersisa kecuali banjir dan asap. Inilah Riau alias Liau.
542
Tabrani Rab
Lembaga Kajian atau Lembaga Calo
R
asanya sudah lamalah saya di UNRI dan sudah pensiun lagi. Kenapa begitu komitmen dengan lembaga pendidikan ini? Karena lembaga ini didukung oleh tiga pilar yang utama. Kelurusan cara berfikir dan ini masih juga dikawal oleh dua barisan yang utama yakni etika atau moral dan buah dari segalanya dalam istilah Latin disebut dengan estetika. Sehingga orang Latinpun menyebut �Art Longa Vita Brevis�. Lembagalembaga pendidikan begini masa kini didominasi oleh Amerika Serikat. Ketika tahun yang lalu saya melihat ke Boston, tahulah saya kenapa Amerika mendominasi semua cabang ilmu pengetahuan dan merenggut hampir semua hadiah nobel karena subsidi pemerintah yang hampir tak terbatas pada Institut Teknologi Massachusetts. Nah, ketika dapat diketahui dengan pasti bahwa sinar laser mempunyai kecepatan yang jauh lebih tinggi dari kecepatan senjata dan mempunyai kekuatan fisik untuk membimbing ketepatan senjata dalam menembak sebuah �target�, maka trias pesawat terbang supersonic bidik dengan laser dan diikuti dengan penembakan peluru yang dikendalikan oleh laser menjadi senjata utama Amerika Serikat dalam penghancuran objek perang Irak, Afganistan dan penghancuran Libanon terutama anak-anak dan wanita. Toer menyatakan bahwa perang bintang (Star War) adalah merupakan salah satu dari tanda modernisasi negara selain dari pada energi alternatif, komputerisasi dan bioteknologi. Tempias 2004-2006: Amok Melayu
543
Nah, bagaimana perasaan ahli-ahli fisika, ahli-ahli matematika dan lembaga-lembaga riset Institut Teknologi Massachusetts? Bukannya mereka bangga dengan hadiah nobel untuk bidang-bidang fisika dan matematika ini. Tapi ketika perang Irak meledak lebih dari 380 ahli-ahli sains dari lembaga penelitian di institut teknologi ini mundur. Kenapa? Karena mereka tidak hanya bekerja sekeder menghitung ketepatanketepatan matematika dan percobaan-percobaan fisika akan tetapi mereka juga membaca penyalahgunaan oleh Bush hasilhasil penelitian mereka untuk membinasakan umat manusia. Pengaruh gerakan medan listrik pada magnet telah lama diketahui bahkan sejak abad ke 17 dan abad-abad berikutnya panjang gelombang berbagai sinar ini telah menjadi penelitian di berbagai universitas yang tertua di Eropa. Baru ketika Max Planck (1858-1947) berhasil menghitung pengaruh ini dan disempurnakan oleh Einstein, Bill Gate dapat menterjemahkannya dalam keseharian sehingga manusia dapat memecahkan masalah dengan perhitungan-perhitungan yang cepat, yang paling banyak digunakan ATM, nak mengambil kah, nak mengirim kah, nak menambah yang tak dapat. Bagaimana dengan UNRI? Universitas yang tertua ini dibentuk bersama Universitas Islam Riau dan IAIN pada tahun 1962 diharapkan oleh pemerintah daerah dapat membantu tugas-tugas pemerintah daerah walaupun tidak terlepas dari kegiatan induknya sebagai lembaga universalia. Nah, ketika harus berhadapan dengan legislatif tentu sebagai lembaga pendidikan UNRI mengetahui lembaga legislatif ini adalah lembaga yang membuat undang-undang dan lembaga yang mengawasi pemerintah daerah. Untuk inilah adanya undang-undang Susduk dan undang-undang mengenai otonomisasi daerah yang diatur dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 yang menyusun Peraturan Daerah pasal 140 544
Tabrani Rab
ayat 1 ”Rancangan Perda dapat berasal dari DPRD, Gubernur, atau Bupati/Walikota” tapi tidak dapat berasal dari Lembaga Kajian UNRI. Begitu pula pasal 141 ayat 1 ”Rancangan Perda disampaikan oleh anggota komisi, gabungan komisi atau alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang legislasi” tak juga termasuk Lembaga Kajian UNRI. Bagaimana pasal 142 ayat 1? ”Penyebarluasan rancangan Perda yang berasal dari DPRD dilaksanakan oleh sekretariat DPRD”, hanya seginilah batas tugas Sekwan dan Bakwan. Tidak ada satu pasalpun kewenangan dari Sekretaris DPRD Propinsi Riau untuk membuat satu kontrak dengan pusat kajian manapun apalagi Lembaga Kajian Universitas Riau bertindak sebagai lembaga sewaan yang hanya dibayar 10 juta. Serendah inikah UNRI? Sebagaimana dijelaskan Emilda Firdaus, SH, MH (Riau Pos, 11/11) ”Dua dari lima Lembaga Kajian Universitas Riau sebagai pihak ketiga yang diajak bekerjasama mengerjakan enam kegiatan Penelaahan dan Pengkajian Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Inisiatif Dewan, dengan dana sebesar Rp. 3 miliar, adalah lembaga sewaan yang hanya dibayar 10 juta”. Sementara nilai kontrak 3 miliar, UNRI hanya dapat 50 juta alias 1,66 persen. Yang anehnya Pak Ketua DPRD Riau, Chaidir dan Pak Rektor UNRIpun tak tahu mengenai proyek ini. Padahal dalam perjanjian 45 hari telah diserahkan kepada Ketua DPRD. ”Untuk pertanggungjawaban pengerjaan dan penggunaan keuangan kegiatan penelaahan dan pengkajian tersebut dalam pasal 5 ayat 2 perjanjian tersebut juga dibunyikan bahwa pihak pertama hanya bertanggung jawab terhadap penggunaan dana fee lembaga sebesar Rp. 10 juta kepada pihak kedua dan tidak bertanggung jawab terhadap segala tuntutan dari pada pihak yang berkepentingan, yang timbul akibat tidak dilaksanakannya pekerjaan oleh pihak kedua sesuai dengan ketentuan yang berlaku, baik secara pidana maupun perdata. Selaku pihak kedua yang menyewa dua Lembaga Kajian di Universitas Riau untuk ikut dalam pengerjaan kegiatan Penelaahan dan Pengkajian Ranperda Inisiatif Dewan, Ihksan, Tempias 2004-2006: Amok Melayu
545
SH, MH menyebutkan sudah lazim adanya memakai lembaga dan bayar fee. Ikhsan tidak membantah bahwa dirinya memang menyewa dua lembaga dibawah pimpinan Emilda Firdaus dan Dodi Haryono. Dikatakannya, bila fee sudah dibayar, timnya langsung bekerja dan habis bekerja hasilnya langsung dilaporkan ke Sekretaris Dewan”. Jadi jelas lembaga ini bukan Lembaga Kajian tapi Lembaga Calo-Menyalo. Sayang sekali UNRI yang telah berusia 44 tahun masih juga bermain oknum didalamnya merubah Lembaga Kajian menjadi Lembaga Calo. Seharusnya UNRI menjadi lembaga idealis yang dapat mengontrol jalannya pemerintahan yang penuh dengan bopeng-bopeng korupsi. Memakai kata-kata istilah Subrantas ”Saya tidak perlu lembaga pengampu, yang saya perlukan lembaga yang menunjukkan bopeng-bopeng di muka saya sehingga saya dapat bekerja lebih optimal dan mengabdikan diri kepada masyarakat”. Ketika Socrates memberikan ceramah kepada murid-muridnya di pinggir jalan dan karena tak balikbalik ke rumah bininyapun datang memaki-makinya. Tak juga mau dia berhenti memberikan kuliahnya kepada Plato dan murid-muridnya maka bininyapun datang lagi membawa seember air lalu disiramnya kepala Socrates. Apa kata Socrates? ”Kan tadi sudah saya berikan kuliah bahwa kilat dan petir itu diikuti oleh hujan”, sambil menyapu rambutnya yang basah. Muridnya bukannya tertawa tapi kasihan melihat sang guru diperlakukan secara rendah. Rupanya ada yang lebih rendah daripada bini Socrates yakni Lembaga Kajian UNRI yang merubahnya menjadi Lembaga Calo. Maka makin tenggelamlah Riau, ini bukannya lagi disiram air tapi ditimpa langit runtuh. Kasihan UNRI ku sayang, UNRI ku malang. Maka pagi itu sayapun menerima SMS ”Kate Dosen UNRI semalam, bisa tak elv, kau hubungi Tabrani agar tutup mulut kasus Rp 3 miliar penelitian kita. Nanti kita bantulah ide pengembangan Rab University”. Serendah inikah saya? 546
Tabrani Rab
Teka-Teki Makin Miskin atau Makin Kaya
K
ita ini aneh tapi nyata. Tak tahu makin kaya tau makin miskin. Yang jelas di televisi pasca gempa bumi di Jogyakarta penduduk masih banyak yang makan aking alias kerak, lalu dikasih garam. Dana subsidi 300 ribu untuk tiga bulan sudah tak terdengar lagi. Tiap sore tv menampilkan kemiskinan pemulung. Nah, bagaimana dengan kita di Pekanbaru? Terdengar pula berita RSUD menerima pasien di gang sebab kamar penuh dan kelas III pula yang tak bayar, cukup dengan surat miskin. Lubang di jalan dan lubang berjalan makin banyak juga, bahkan 2 truk dibawah umur lagi diangkut ke Tenayan. Nak ditangkap polisi makanan selama ditahanan tak cukup. Mau dititip di penjara, penjaranya sudah meluak penuh. Sekali saya ke penjara Bagan, 40 orang sekamar. Itupun mesti ditambah lagi. Kalau berita perampok dan penodong tiap hari, jenazah tak dikenal makin banyak, pengadilan antara ada dan tiada. Berita tiap hari perampok dan copet di dor, artinya polisi jadi hakim. Lalu balik kita bertanya makin kaya atau makin miskin? Duit yang didapat Pemda entah tingkat I entah tingkat II makin tinggi sampai propinsi menerima 3,2 triliun, tapi bagaimana nak membaginya tak tahu sebab tak ada dalam buku. Kalaupun kita nak berilmiah-ilmiah dengan peranan pemerintah yang disebut dalam teori Keynes yakni inflasi yang konon hanya dibawah satu digit, penganguran telanjang naik Tempias 2004-2006: Amok Melayu
547
dari 10 juta menjadi 11,2 juta, perdagangan antara bangsa kita terus juga merosot walaupun devisa menaik jugalah. Tapi yang terasa sehari-hari hidup ini makin mencekik leher. Walaupun pendapatan sekarang ini diatas satu juta, sewa rumah sudah 350 ribu sebulan, transpor sekolah anak-anak sebesar itu pula, duit belanja untunglah dapat bantuan raskin. Mau kreasi ke restoran-restoran, restoran mana saja kita pergi sepi dan ditiap jalan paling sedikit 40 restoran sementara yang beli tak ada. Syahdan Syahibul Hikayat badan yang disebut dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Riau yang telah menerima hasil Sensus Ekonomi Nasional (Susenas) terbaru untuk wilayah Riau. Sayangnya lembaga ini menolak membeberkan angka kemiskinan dengan alasan belum dilaporkan ke gubernur. Lha, kenapa badan yang begini terbuka menjadi begini? “Maaf ya, kami belum bisa publikasikan hasil Susenas 2006. Soalnya hasil olahan data BPS pusat itu baru diambil kemarin dan belum kami melaporkannya ke Gubernur”. Tentu saja orang beranggapan lain. Jangan-jangan minta restu dari Gubernur, kalau Gubernur bilang naik, ya bilang naiklah walaupun kenyataannya turun. Jadi nama badan ini seharusnya bukan BPS tapi BPR alias Badan Peminta Restu. Karena saya ini sudah tua sayapun ingat dulu sewaktu gubernur Iman Munandar berpidato pada 17 Agustus sore di jalan Gajah Mada, maka diapun bilang begini “Angka Pendapatan Perkapita Riau ini meninggi yakni te tek te tek dolar”. Karena saya duduk dibelakang Gubernur langsung, sayapun tercengang mendengarnya. Kebetulan Sucipto, ahli statistik nasional hadir, sayapun langsung membisikkan “Income perkapita naik dan celana turun”. “Lha, kok turun?”, katanya. Sayapun bilang “Karena suap-pun tak dapat lagi masuk ke mulut”. Inipun begitu juga sebab angin-anginnya karena banyak pendatang. Lalu gayungpun bersambut, pernyataan Gubernur ini terlalu tendensius. Di pihak lain Pak Syarwan 548
Tabrani Rab
Hamidpun membela ”Ya memang betullah, kecuali kalau yang datang ini Arab-Arab yang membawa Rial atau membawa dinar alias emas. Laju pertumbuhan penduduk di Riau inipun memang luar biasa, tertinggi di Indonesia. Bayangkan, Riau 4,3 persen setahun, Jawa Barat 1,81 persen, Jawa Timur 0,45 persen, Jawa Tengah 0,42 persen, Sumatera Utara 1,35 persen, Sumatera Barat 0,71 persen dan DKI Jakarta 0,80 persen. Maka secara diplomatispun Sekda bilang ”Mereka menyebutkan tidak ada peningkatan”. Sekda mendapatkan angka ini dari Balitbang. Entah bagaimana pula caranya menghitung sekalipun Sertifikat Bank Indonesia turun hampir 10 persen toh peminjaman untuk sektor ril alias pedagang tak juga menaik. Semua orang tahu kalau tinggal di kampung mati sebab 80 persen kemiskinan itu dikampung. Nah, balik ke soal pokok di zaman otonomi ini yang tak dapat itu menambah dan membagi. Hampir semua daerah pendapatan aslinya rendah kecuali DKI. Sekalipun walikota memasang papan spanduk besar-besar ”Pajak anda untuk kesejahteraan publik” tapi semua berprediksi target pajak tak akan terpenuhi. Sebab yang mau dipajak inipun sudah compang-camping. Tak dapat dinafikan bahwa sektor ekonomi Indonesia ini pada pemerintah, khususnya pada APBD. Nah, ini yang tak ada dalam buku. Kalaupun orang beranggapan bahwa ekonomi berpihak pada kemiskinan itu adalah ekonomi kerakyatan. Umur ekonomi kerakyatan inipun tak lama. Dari tahun 1917 sampai 1980 tumbang. Cina menempuh jalan ekonomi sistem kapitalis, pemerintahan sistem sosialis. Ide inilah yang saya sampaikan kepada Gus Dur, asal tahu saja jumlah koruptor di Cina tak pernah dibawah 450 ribu setahun, seperdelapannya di dor. Kalaupun dipakai angka-angka pengangguran bukannya Tempias 2004-2006: Amok Melayu
549
mengurang tapi menaik, bahkan diatas 11 juta pengangguran telanjang. Untuk menengahi antara orang-orang kaya dan orang miskin maka dibuat pulalah jargon sosialis, ini banyak dianut oleh Eropa dan Amerika Latin sesudah belantak antara kaum militer ultra kanan dengan kiri yang komunis. Apa kesimpulannya? Kita in tambah kaya atau tambah miskin? Ya, tebaklah sendiri. Yang jelas menarik nafaspun berat. Minyak tanah antriannya semakin panjang, sebentar memakai gas, sebentar memakai tunggu batu bara, padahal apakan tidak saja. Sekolah dan buku nak diperaikan baru sebatas nak. Nah, balik ke pertanyaan semula “Kita ini makin kaya atau makin miskin?”. Maka jawabannya mudah ditebak. Kalau APBD menaik, honor DPRD menaik juga, dan macam-macam saja lagi yang dibangun ada mesjid kantor Gubernur yang 4 miliar, sebentar lagi 14 milyar, sesudah itu 40 miliar, entah mana yang betul tak tahu. Ada pula pagar kantor Gubernur mula-mula sekian miliar sesudah itu sekian miliar. Dari jauh terdengar pula UNRI dan Sekwan yang digertak oleh Jaksa Tinggi, ya sebatas gertaklah, duit tiga milyarnya menguap juga. Nah, ape nak kate tambah kaye atau tambah miskin? Yang tambah miskin selaut, disemua penduduk kampung. Lha, mana yang kaya? Yang hidup dari APBDlah. Ya... bantailah.. pokoknya iyo kan nan diurang, lalukan nan diawak. Yang jelas kata Amat Lepuk ”Ngah, pinjamlah duit, 50 ribu saje Ngah, budak tak dapat makan di rumah”. Tiga hari datang lagi ”Duit semalam habisss dah Ngah”. Kalau begini kantongpun sikit lagi koyak, maka jantung si Amatpun berhenti. Maka berkurang satu penduduk dunia, lahir seribu orang. Ya.. tentulah miskinnya melaut........
550
Tabrani Rab
Kadis atau Kudis
S
atu kali saya ke kantor sebuah dinas. Tak salah dulu kepala dinas ini adalah Kepala Dinas Kehutanan. Di kali yang lain saya datang lagi ke kantor dinas yang lain jumpa dengan keponakan saya ini. Rupanya telah jadi kepala dinas sosial. Beberapa bulan kemudian saya datang lagi, e…sudah jadi kepala dinas Tenagakerja. Dengan jabatan yang bermacam-macam ini tentulah saya bertanya-tanya kepala dinas ini harusnya orang yang memang menguasai bidangnya atau jabatan politis? Maka sayapun teringat akan buku Atar Sibero yang diberinya kepada saya Satu kali Atar Sibero sebagai Care Taker Gubernur Suripto memberi sebuah buku kenang-kenangan kepada saya. Hebatnya buku ini diterbitkan oleh East West Center lembaga yang begitu bergengsi di Hawai. Sebab ada dua pusat kajian East West Center pertama di Roma yang lebih banyak mengkaji mengenai Timur Tengah dan Eropa dan kedua East West Center di Hawai yang mengkaji kajian Timur Jauh dengan Eropa. Sedangkan lembaga yang mencari penyelesaian antara Timur dan Barat adalah Asian Society. Lembaga keren ini mengadakan pertemuan tiga atau empat bulan Sekali di Tokyo, Taipeh, Beijing, Singapore untuk mencari hambatanhambatan budaya dalam perdagangan. Apa kata buku Atar Sibero ini? Untuk menjadi suatu perencana yang baik harus Tempias 2004-2006: Amok Melayu
551
mempunyai latar belakang pendidikan perencanaan yang lebih dikenal dengan Planologi. Berbelas tahun pengalaman di lembaga ini barulah dapat ke tingkat Kabir bukan Kafir do‌.. alias kepala biro. Sesudah tulang belakang mulai bungkuk barulah menjadi Kadis alias kepala dinas. Kepala dinas ini mengetahui semua yang ada di otak Kabir. Pokoknya kalau ada duit sekian yang akan dibangun infrastruktur sekian, K2I sekian, untuk pendidikan sekian, untuk kemiskinan sekian, pokoknya sumua ini disebut dengan “Total Planningâ€? kata buku Atar. Jadi tak usah lagi lah dibuat debat di DPRD, tak usah lagi didebat-debat di Mendagri atau kantor Gubernur. Pokoknya Planning Board alias Bapeda ini sudah tahu dengan anggaran sekian apa yang dikerjakan. Atar memberikan pula dalam buku ini contoh bagaimana anak Honda perusahaan mobil terbesar di Jepang tak dapat menggantikan ayahnya karena sang pengganti Susumo Samoto yang dulu menjadi tukang sapu pada tahun 1945 lebih mempunyai hak untuk mengganti direktur perusahaan ini. Dengan kata lain Jepang lebih menilai orang dari pengalamannya dan bukan pendidikannya, nak S1 dikau, S2 dikau, S7 dikau, nak S teller lantaklah‌.Karena itu pembangunan Jepang sangat mantap. Sudah bom atom jatuh di Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945, maka pada tahun 1950 Jepang memberikan rampasan perang kepada mahasiswa Indonesia termasuk Habibi dan Ginanjar. Tentu saja termasuk pula kepada Dewi Soekarno yang dihebohkan oleh mahasiswa karena Dewi tinggal di rumah yang sangat mentereng tak jauh dari istana Presiden Prancis. Hal begini terjadi pula di Eropa. Walaupun Eropa lebih menitikberatkan kepada pikiran alias rasio ketimbang pengalaman namun Eropa bangkit hanya dengan 11 miliar dollar dari pinjaman Marshall. Bandingkan dengan kita sudah Rp. 150 miliar makin terpuruk seperti lumpur Sidoarjo. Maka 552
Tabrani Rab
pada tahun 1949 pun berdedai dedailah dokter dari Jerman dan Austria masuk ke Indonesia antara lain termasuk ke Bagan dan Taluk Kuantan. Apa yang dapat kita petik dari buku Atar ini? Bahwa Kadis tidak dapat diangkat dari kepala umum berbagai-bagai dinas yang lebih sedap disebut Kudis sebab harus mempunyai latar belakang pendidikan, latar belakang pengetahuan, pengalaman sebagai guru yang terbaik dan yang lebih terpenting lagi cemerlang dalam membuat perencanaan. Ini bagaimanalah anggaran nak efisien perencanaan saja dihoyak hoyak, datang pula DPR buat studi banding ke Berlin. Begitu pula Bappenas entah siapa siapa yang duduk bantailah. Nah kalo dia jadi Menteri memang jabatan politislah tapi kalo jadi kepala dinas tentu punya latar belakang dan pendidikan yang meyakinkan. Satu kali saya melihat kepala perpustakaan entah kapan dia tahu buku, entah kapan dia tau klasifikasi Dewey. Bahkan ada yang sebelumnya dari biro umum, ada yang sebelumnya dari tenagakerja. Pokoknya entah apa apa tahu tahu diangkat jadi kepala perpustakaan. Ada pula kepala ikan menjadi kepala pendidikan. Waktu Gusdur ditengoknya dinas penerangan dan dinas sosial tidak ada gunanya maka dibubarkannyalah kedua dinas ini. Sehabis Gusdur dinas ini hidup lagi dan jadilah namanya Badan Kesejahteraan Sosial alias BKS, entah siaapa siapa ketuanya. Bahkan merangkap lagi Badan Promosi Daerah. Padahal dipromosikan pun tak laku-laku. Lain lagi dikampung saya baru saja disosialisasikan yang namanya Biro Pariwisata maka ditinjaulah pulau yang paling utara yaitu pulau Jemur dimana penyu bertelur dan dipromosikan supaya pariwisata datang menengok penyu bertelur. Dulu dipromosikan pula Bono yakni gelombang pasang besar, Anggau alias hantu yang hidungnya sebesar jantung pisang dan kakinya tebalek ntah iya ntah tidak. Lalu ada pula Bagartongkang walaupun di Tempias 2004-2006: Amok Melayu
553
Bagan hanya ada dua hotel yaitu hotel Bagan dan hotel Kades alias kepala desa maka hotel ini pun penuh oleh pengunjungpengunjung wisata dari Singapore. Pokoknya hebatlah, kalah Bali kalau sudah musim Bagartongkang. Itu baru sebatas Kadis dan Kudis nah bagaimana pula sebatas otonomi? Karena saya selalu bertamu ke kantor Elvi Nujir ketika saya datang lagi e‌ kawan ni sudah pindah tak tanggung-tanggung ke NTT alias Kupang. Tentulah kopak sebab beliau nih pandai berbual macam mie keleng Tambibakar Bengkalis. Pergi pula saya ke kantor Agraria Kota maka kepala kantornya yang saya kenal dekat rupanya sudah pindah. Walikota tak lagi begigi, sebab penggantinya kepala agraria Bukit Tinggi. Walaupun otonomi itu bilang urusan pusat itu cuma lima tapi sekarang semua urusan pusat dan urusan sejengkal di bawah pusat dan sejengkal di atas pusat semua diambil oleh pusat. Sikit lagi Sekcam alias sekretaris camat pun mesti diteken oleh Presiden. Kampar yang sudah mengadakan Pilkada dan dimenangkan oleh pengadilan tinggi dan Bupati yang tak jadipun sudah memukul pula wakil Bupati Temelang tapi tetap saja menunggu keputusan Presiden sehingga pengadilan hakekatnya di bawah Presiden. Bantai dikaulah... Balek ke soal pokok apakah Kadis ini harusnya profesional atau boleh juga dari kepala umum dinas alias Kudis? Maka tak ada jawaban yang tepat sebab kita memang bukan Eropa dan bukan pula Jepang tapi hantu belau. Family masuk, orang sekampung masuk, yang mendukung masuk, yang angkat lampa masuk, koneh krang masuk, kawan lama pun jadi juga. Jadilah Kadis bukan lagi Kudis tapi Pekung alias Bubul he... he...he
554
Tabrani Rab
Antri Minyak
S
etiap hari televisi menayangkan antri minyak. Kalau dihitung-hitung sepanjang tembok Cina. Sejak tahun 1960 ketika nasionalisme Arab bangkit maka mereka mulai berpikir adakah minyak yang begitu banyak di bumi Arab harus diserahkan pada bos-bos perusahaan minyak Amerika dalam apa yang disebut dengan Aremko. Maka perusahaanperusahaan minyak Amerika dan Inggris yang tergabung dalam Seven Sister mulai resah dan gelisah dan geli-geli basah, adakah mereka akan ditendang oleh Arab. Sebelumnya perusahaan minyak Iran waktu dibawah Pahlevi mengangguk-ngangguk saja pada perusahaan Amerika. Akan tetapi ketika Mosadeq mulai membangkitkan bahwa minyak Iran adalah untuk Iran. Maka Iranpun berdiri diatas kaki sendiri untuk mengelola lapangan minyak di lautan Iran. Entah apalah sebabnya di negara-negara Islam Tuhan mencurahkan minyak begitu banyak sehingga terdengar pula minyak di Karzakhtan. Hal ini menyebabkan Petronas selaku perusahaan minyak nasional Malaysia yang mengelola minyak Trenggano dan Trenggano mendapat 5 persen mulai melebarkan sayapnya. Bukannya hanya menara kembar Kuala Lumpur tapi Petronas mengirimkan ahli-ahli minyaknya sampai ke Libia dan negara-negara Timur Tengah lainnya termasuk Qatar, Dubai, Kuwait. Hasil minyak mereka ini bukannya ditabung di bank-bank Eropa ataupun bankTempias 2004-2006: Amok Melayu
555
bank Amerika tapi diinvestasikan ke berbagai perusahaanperusahaan raksasa. Tentu anda masih ingat calon mertua Lady Di yang memiliki hotel Reitz di Paris, demikian pula di London. Pokoknya terjadi multiplayer effect minyak ini ditanam ke berbagai perusahaan raksasa antara lain Qatar Airline, Saudi Arabia Airline. Demikian pula Iran sebagai negara yang dikenal sekolah dan rumah sakit perai ini mempergunakan air sen minyak ini untuk kepentingan nasional mereka. Gejala pada tahun 60-an di Arab Saudi inipun menjalar pula ke Amerika Latin terutama ke Bolivia dan jauh sebelumnya diikuti oleh Venezuela. Apa yang terjadi? Satu-satunya pemandangan antri minyak tanah yang terpanjang di dunia termasuk di Jakarta sepanjang tembok Cina dengan jatah 3 liter adalah merupakan satu-satunya pemandangan yang aneh di dunia. Apa pasal? Masak kita punya minyak dulu di Riau pernah mencapai 1,1 juta barel, belum lagi di Natuna. Seorang pegawai Exxon memberi tahu kepada saya ketika di Natuna “Minyak tu dibantai inyo inyo Ngah, macam mana kita tak makan hati”. Ketika dilaporkan kepada Yusuf Kalla bagi hasil Exxon di Natuna itu apakan tidak saja, maka Yusuf Kallapun jadi terheran-heran. Yang anehnya lagi ketika diresmikan pipa gas terpanjang yang menghubungkan Natuna dengan Kuala Lumpur dan Singapura yang ikut bukannya Gubernur Riau tapi Gubernur Bali. Karena kedudukan saya di Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah dan gas ini dijanjikan 30 persen untuk Natuna sementara minyak 12,5 persen, saya menghitung-hitung dengan Daeng Rusnadi yang dulu Ketua DPRD yang kini menjadi Bupati paling tidak Natuna mendapat satu triliun. Maka dalam rapat DPOD saya bagikan buku saya Penjarahan Migas Natuna. Maka Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Machfud Sidik-pun bilang “Wah, kalau penduduk Natuna 20 ribu dapatnya satu triliun tentu semua penduduknya kebagian satu Mercy dan satu BMW”. Lalu saya intrupsi “Lha ini yang mau kita bincangkan 556
Tabrani Rab
undang-undang atau kekayaan?�. Maka saya bawa pula Daeng ke Machfud Sidik, waktu itu begitu banyaknya minyak di Riau konstribusi Riau Daratan kepada Riau Kepulauan adalah 700 miliar rupiah setahun. Sehingga sekolah-sekolah dan puskesmas di Karimunpun perai, sedangkan Batam saja kebagian rejeki 100 miliar walaupun daerah otorita. Pada tahun 1952 saya ingat betul Menteri Perdagangan Anang didampingi Ibnu Sutowo pidato di Sungai Pakning dalam peluncuran minyak Caltex dengan kapal Vancover ke Jepang maka pidatolah Anang dan Ibnu Sutowo “10 tahun yang akan datang semua minyak di tanah air ini akan dilaksanakan oleh putra-putra bangsa Indonesia�. Kenyataannya sesudah 3 fase mulai dari Aremko dibawah bayang-bayang nasionalisasi terusan Suez oleh Naser menyebabkan porak-porandanya Mesir dibantai oleh Israel dan Perancis namun tekad untuk mengambil-alih minyak Aremko ini tak pernah pudar. Nah, bagaimana kita dengan Caltex yang kini menjadi Chevron? Sudah hampir 200 tahun minyak ini diambil alih oleh perusahaan Belanda diserahkan kepada Chevron, akhirnya jatuh lagi kepada Caltex. Begitu bodohnya kita mulamula 40 persen dari minyak ini dilantak Caltex. Ketika harga minyak mulai naik pada tahun 1974 karena perang Yom Kipur, Soeharto justru menjual minyak lebih murah kepada Jepang. Ketika kemerdekaan dimana harga minyak masih rendah satu dolar per barel kita melihat minyak ini lewat begitu saja. Entah berapa kerusakan dibuat Caltex di sungai Siak karena bolakbalik membawa minyak dari Perawang ke Sungai Pakning untuk akhirnya di ekspor tak pernah dikaji tapi yang jelas ikan juara di sungai Siak tak lagi menangkap kalempong begitu kita berak. Jalan minyakpun dibuka Pekanbaru-Dumai, Caltex hanya mamp sebatas membuat jalan berminyak sehingga jatuh ratusan korban akibat tabrakan dijalan. Tahun demi tahun Tempias 2004-2006: Amok Melayu
557
berlangsung, kontrak ini terus diperpanjang oleh Menteri Pertambangan sementara dibelakangnya perusahaan koruptor Pertamina yang kini telah mengganti lambang kuda laut menjadi lambang tiga keping segi empat menyebabkan Pertamina mengikuti langkah Pelni. Pertamina hanya dikenal dari TV MNC dan rumah sakit Pertamina persis seperti Pelni, yang dikenal oleh hanya rumah sakit pertamburan. Jefri Winterpun menulis �Satu milyar dolar diambil oleh Ali Murtopo dari Ibnu Sutowo untuk mendudukkan 32 tahun Soeharto melalui partai Golkar�. Begitu ambisinya Caltex pada tahun 2000 direncanakan produksi 2 juta barel per hari. Dan minyak ini akan kering kerontang pada tahun 2020. Pertamina yang terkenal dengan koruptor bukan lagi menghitung duit tapi menimbang. Berapa dapat pemerintah pusat? Pada 1998 minyak yang diserahkan kepada pemerintah sebesar 157.604.000 barel, berdasarkan harga minyak yang ditentukan Pemerintah Indonesia ditambah dengan pembayaran pajak kepada pemerintah Indonesia maka total penerimaan pemerintah adalah sebesar $ 2,067 milyar. Berapa di Karzakhtan untuk dapat bagian minyak? Ternyata negara ini cuma memberikan 4 persen. Ini sudahlah Caltex 12,5 persen maka tipunyapun masuk pula, dihitung oleh BPK ; Authorization for Expenditur Politeknik Caltex Riau 6,56 juta US dollar, biaya operasional school cost tahun 2004 dan 2005 6,29 juta US dollar, sumbangan untuk sekolah internasional 5,94 juta US dollar, biaya community development 1,5 juta US dollar, biaya community relationship 1,47 juta US dollar, biaya inferest recovery well 4,97 juta US dollar, material kontrak kerjasama dengan PT National Oil 133.357 US dollar, proyek modifikasi stasiun pengumpul 33,98 juta US dollar, pengadaan material yang tidak menguntungkan 18,92 juta US dollar, biaya listrik dan steam yang diminta kembali kepada pemerintah, kerjasama PT CPI dengan PT Mandau Cipta Tenaga Nusantara 210 juta US dollar (merugikan pemerintah) 1,23 miliar US dollar, 558
Tabrani Rab
transaksi pertukaran Duri Crude (minyak terbaik di dunia) 5,6 juta US dollar PT CPI 4,22 juta US dollar PT ConocoPhilips. Bagaimana dengan kelakuan pusat? Kalau Caltex paku bengkokpun dimasukkannya kedalam biaya pemerintah maka pusat tak pernah memberitahu do berapa sebetulnya produksi Riau. Dihitung-hitung 12,5 persen minyak ini untuk Caltex ditambah dengan kepala paku bengkok, 12,5 persen untuk daerah, 10 persen untuk operating cost, 5 sampai 10 persen untuk pengilangan. Dihitung-hitung paling banyak 50-60 persen untuk ibu-ibu yang membawa pompa minyak tanah. Maka Boliviapun mengajarkan kepada negara-negara penghasil minyak nasionalisasikan sajalah minyak ini. Nasionalisasi masa kini bukan merampok tapi diganti rugi berapa nilai yang ditanamkan Caltex di Riau. Masak lebih dari 50 tahun minyak ini disedot terus oleh Caltex. Apa kata Evo Morales sang bintang dari Bolivia ini? ”Tiba saatnya hari yang dinanti-nantikan, hari ketika Bolivia mengambil kembali kekuasaan atas sumber daya alam kita” sambil memasang spanduk besar untuk proyek nasionalisasi ini dengan kata-kata tajam ”Dinasionalisasi: Milik Rakyat Bolivia”. Bagaimana pula pendapat Hugo Chaves sang Presiden Venezuela? ”Kita tak ingin menjadi negara yang menindas hak hidup buruh, anak dan melukai martabat manusia. Kita tak mau jadi negara yang hanya berpikir untuk menaikkan pendapatan, kita mesti jadi negara yang memprioritaskan kehidupan rakyat”. Akan teruskah Chevron mengibuli kita sementara Pertamina yang sejarahnya koruptor dan menteri sumber minyak yang tidak kompeten menyebabkan ibu-ibu harus antri sepanjang tembok Cina di negara penghasil minyak ini? Jawablah oleh anda sendiri..... Norak. . . . . . . . . . . . Minyak dan Beras Naik?????
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
559
Minyak dan Beras Naik
M
etro Riau “Minyak tanah di Riau melambung bahkan harga di Pelalawan mencapai 10 ribu per liter”. Selain mahal, minyak juga sulit didapat. Umumnya warga terpaksa mencari minyak di ibukota Kabupaten Pelalawan, Pangkalan Kerinci. Sehari sesudah itu Media Indonesia juga menulis “Stok di daerah menipis, harga beras naik tajam. Harga beras di Jakarta dan berbagai daerah naik tajam, antara 4000 hingga 6000 per kilogram. Kenaikan terjadi karena persediaan beras di daerahdaerah pemasok menipis”. “Kalau begini tanda-tanda apa ni Ngah?”. Negara ini tak lagi pernah becus mengurus rakyatnya. Di luar negeri 3 saja kriteria yang dipakai, bukannya harga beras tapi pendidikan yang gratis, rumah sakit tak usah dibayar sebab negara yang membayar dan yang terpenting lagi janda-janda bukannya dicari Aaa… tapi disubsidi oleh pemerintah. Inilah yang terjadi di Bolivia dan Venezuela mengikuti Argentina dan Brazil serta Mexico yang memotong sepihak hutang luar negerinya dengan bank dunia. Ada dua berita yang menarik dibaca minggu ini. Pertama, audit BPKP pada perusahaan minyak kontrak sharing yang merugikan negara Rp. 18 triliun. Kedua, menangnya Chavez dalam pemilihan presiden Venezuela. Kenapa berita itu begitu penting? Masa sudah 60 tahun negara ini merdeka memproses
560
Tabrani Rab
hasil bumi minyaknya saja tak mampu. Padahal dulu dianggarkan 10 tahun Caltex mengoperasikan minyak-minyak di Riau. Tapi sudah 60 tahun minyak ini dioperasikan oleh Caltex dan hampir 200 tahun dioperasikan oleh perusahaan asing sampai kering-kerontang pada tahun 2020 yang akan datang pemerintah tak juga berani menasionalisasikan sumber daya alam minyak dan tetap masih menyusu pada perusahaan Amerika. Ada beberapa kejadian seperti nasionalisasi terusan Suez yang menyebabkan Israel, Inggris dan Perancis menyerang Mesir 1952 akan tetapi hal ini tidaklah mengurangkan keinginan nasionalis Arab untuk keluar dari jepitan perusahaan-perusahaan Amerika di tahun 60-an. Pada tahun yang bersamaan Mosadeq dari Iran dengan lantangnya menyatakan nasionalisasi minyak Iran yang bekerjasama Amerika karena setelah Rockeveler menemukan minyak di Amerika pada tahun 30-an maka perusahaan-perusahaan Amerika dan Inggris merajai teknik Know how dari minyak. Ketika harga minyak masih 1 dolar per barel gejala nasionalisasi ini berjalan dengan lamban. Tapi ketika perang Yom Kipur pecah pada tahun 1974 harga minyak melambung menjadi 34 dolar per barel. Maka di berbagai negara Timur Tengah bahkan negara Asia Tengah mulai bangkit keinginan untuk menasionalisasikan perusahaan-perusahaan minyak ini dari perusahaan Seven sister. Geliat nasionalisasi minyak ini mulai tampak dengan derasnya di negara-negara Amerika Latin sesudah krisis minyak pada dua tahun terakhir ini sampai sempat mencapai 75 dolar per barel. Kejutan-kejutan yang diberikan oleh nasionalisasi minyak Arab, nasionalisasi minyak Iran hampir tak berpengaruh pada perusahaan minyak kontrak sharing dengan perusahaan-perusahaan minyak Amerika seperti CPI/ Chevron. Yang anehnya ketika harga minyak membumbung sampai 75 ribu per barel pada pertengahan 2006 dan di Amerika Tempias 2004-2006: Amok Melayu
561
Latin Hugo Chaves dan Evo Morales menasionalisasikan perusahaan pertambangan di Amerika Latin. Negara kita tak juga terkejut untuk mengambil-alih perusahaan-perusahaan Amerika di Indonesia. Memang Venezuela maupun Bolivia tidaklah sehebat Argentina maupun Brazilia akan tetapi jelas negara ini memberikan pelayanan yang gratis untuk sekolah, gratis untuk pengobatan dan yang dahsyatnya lagi anak yatim piatu dan janda-janda yang suaminya meninggal mendapat subsidi dari negara. Persis seperti digambarkan oleh UndangUndang Dasar 1945 bahwa negara mempunyai tanggung jawab terhadap orang miskin dan anak terlantar dan tidak menciptakan kemiskinan. Memang harus diakui Venezuela dan Bolivia bukanlah negara wah tapi harus diakui setelah Castro diusia senja telah membuahkan hasil pendidikan untuk orang-orang miskin dan rumah sakit gratis serta anak-anak terlantar. Eko Prasetyo dalam bukunya ”Inilah Presiden Radikal!” menulis ”Mau tahu negeri mana yang menggaji ibu rumah tangga? Ingin tahu negeri mana yang menggratiskan pendidikan dan kesehatan? Itulah yang kini sedang berjalan di Amerika Latin. Presidennya dengan keberanian yang memukau, menasionalisasi puluhan perusahaan asing dan dengan nekad membagi susu sekaligus beras gratis untuk penduduk miskin. Disana seorang dokter harus bertanggung jawab pada puluhan keluarga miskin. Rakyat benar-benar diurus dan mereka yang miskin mendapat prioritas pelayanan. Iran melakukan kegiatan yang sama. Presidennya hidup sederhana dan tidak pernah merasa gentar dengan Amerika. Ini kisah tentang Presiden radikal yang tidak hanya memenangkan pemilu tapi juga memenuhi harapan rakyat kecil. Mereka seolah diciptakan khusus oleh Tuhan:untuk menjadi Presiden rakyat! Ini baru benar-benar Presiden”. Kompas (5/12) memberitakan ”Bahkan sebelum pemilu ditutup, para pendukung 562
Tabrani Rab
Chavez merayakannya di jalan-jalan, memasang kembang api, berkeliling Caracas dengan mobil, membunyikan klakson, dan berteriak ”Chavez tidak pergi kemanapun”. Sejak dia pertama kali menang tahun 1998, Chaves semakin mendominasi semua cabang pemerintahan dan sekutu-sekutunya kini menguasai Kongres, lembaga-lembaga negara dan pengadilan”. Kenapa Chavez dicintai rakyatnya? ”Hubungan dengan massa miskin yang begitu erat dan intim telah membuat Hugo Chavez seperti penjelmaan dewa keadilan. Para barrios (penduduk pemukiman miskin Venezuela) adalah pendukung utama Chavez. Untuk mereka Chavez punya kebijakan pendidikan gratis sampai pasar murah untuk para barrios. Ibu-ibu Barrio 23 de Ennero, slah satu barrios paling miskin tapi terorganisasi di Karakas, menangis bahagia menuturkan perubahan kehidupannya saat ini: bisa baca tulis, mengoperasikan komputer, berobat gratis, mendapatkan makanan dan susu. ”Rakyat juga menjadi lebih berani karena mengerti hak mereka dilindungi oleh Undang-Undang”, kata Juan Contreas, pimpinan Cordinadora Simon Bolivar (salah satu organisasi rakyat) ditempat itu. Prestasi ini bukan hanya dipuji oleh rakyatnya yang miskin, tetapi UNICEF menyatakan kalau Venezuela bebas dari buta huruf. Lagi-lagi jangan dibandingkan ini dengan Indonesia, karena anda bisa jadi kecewa atau maklum. Pada tahun 2003 di Venezuela untuk membenahi sektor pendidikan maka dibangunlah 700 gedung sekolah, 2000 dalam rekonstruksi dan 36 ribu guru dipekerjakan. Tak kurang dari 30 ribu dokter Kuba dipekerjakan dalam program Barrio Adentro. Setiap dokter bertanggung jawab pada 200 keluarga miskin. Pada akhir 2004 Chavez menyatakan kalau misi-misinya selama ini adalah untuk membebaskan rakyat yang selama ini dimiskinkan, tidak produktif dan disingkirkan dari proses produksi. Inilah yang kemudian disebut oleh Chavez sebagai Tempias 2004-2006: Amok Melayu
563
landasan pembangunan sosialisme abad 21. Kecintaan rakyat pada Chavez memang luar biasa. Pada Februari 2005 survei data analisis (lembaga jejak pendapat yang berafiliasi dengan kaum oposisi) menunjukkan dukungan untuk Chavez naik menjadi 70,5% dari 60% pada referendum Agustus. Dukungan yang meningkat ini seiring dengan kebijakan-kebijakan progresif Chavez untuk kaum miskin�. Berani ndak pemerintah untuk menyelamatkan negara ini hanya dengan dua jalan; menasionalisasikan minyak Amerika sehingga terjangkau oleh rakyat dan mensubsidi pendidikan dan poliklinik sampai gratis. Emangnya kita ini budak Amerika. Sekali lagi motto Bersama Kita Bisa ternyata sudah bersama tak bisa-bisa.
564
Tabrani Rab
Ayam Berbulu Musang
K
alau musang berbulu ayam dalam bahasa Melayunya disebut menyamar, sebab kalau bulu ayam yang dipakai musang maka orangpun tidak menyangka bahwa didalam bulu ini ada musang yang memakan paku, semen, pokoknya semua yang bisa dijual termasuk apam. Akan tetapi kalau ayam berbulu musang maka tetap saja ayamnya mudah kena flu, orang sekarang menyebutnya flu burung. Tapi dalam tindak pidana korupsi flu burung ini jauh lebih berbahaya ketimbang kepiawaian musang berbulu ayam. Apa kata Survei Global Corruption Barometer sebagaimana dimuat Media Indonesia (10/12)? “DPR, Peradilan (pengadilan dan kejaksaan), kepolisian dan partai politik merupakan lembaga terkorup di Indonesia pada 2006. Demikian hasil survei Global Corruption Barometer (GCB) yang dilansir Transparency International Indonesia (TII). Survei itu dilakukan Transparency bersama Gallup International di 62 negara termasuk Indonesia dengan melibatkan 62 ribu responden atau seribu responden disetiap negara, mulai pertengahan 2006. Survei dilakukan setiap tahun dan negara yang baru dimasukkan dalam survei tahun ini diantaranya Swedia, Gabon dan Kongo. Ketua Dewan Pengurus TII mengatakan indeks dalam jajak pendapat itu menggunakan skala 1-5. Artinya semakin besar nilainya semakin korup lembaga itu. Pada tahun 2005 hasil survei serupa menunjukkan partai Tempias 2004-2006: Amok Melayu
565
politik merupakan lembaga dengan indeks korupsi tertinggi. Ini menunjukkan pemerintah tidak serius dan efektif dalam pemberantasan korupsi. Survei ini secara tegas menunjukkan belum ada langkah signifikan yang dilakukan pemerintah untuk memberantas korupsi”. Celakanya menurut lembaga ini 69 persen tak percaya pada SBY-JK untuk membasmi korupsi. Walaupun pendapat lain menyatakan selama SBY-JK memegang pemerintahan maka ekonomi makro tampak perbaikan yang dapat dibaca dari kurs dolar stabil dalam posisi 9.150 per dolar. Tapi ada juga yang menyatakan karena dolar terpuruk dan dunia sudah memakai euro disamping defisit perdagangan Amerika dan belanja untuk perang Irak betabur. Jadi bukan rupiahnya yang kuat tapi dolarnya yang melemah. Devisa cukup besar US$ 40 milyar, bursa saham menjulang naik lebih dari 300 persen namun investasi masih juga nol ditambah dengan angka pengangguran telanjang hampir 11 juta. Sekalipun BI menurunkan rate-nya menjadi 10,25 persen maka Bank Riau yang menanamkan modalnya sebesar 8,9 triliun dan bank BUMN lainnya sampai mendapat ancaman dari Wakil Presiden, ‘bank ini mau cari untung atau untuk memutar roda ekonomi’. Tapi tak usahkan Bank Riau sedang Bank Central Asia yang begitu mapan menarok duitnya di Sertifikat Bank Indonesia, artinya mengharapkan untung dari perbedaan bunga, dibayar ke nasabah kecil dan didapat dari Bank Indonesia besar. Maka bank-bank BUMN inipun diancam oleh pemerintah untuk menggerakkan roda ekonomi sehingga daya beli masyarakat menaik (consumen index menaik). Tapi bank mana yang mau jadi buluh kasap, untung tak dapat modal lesap. Sehingga ada pula istilah ekonomi poco-poco “Melenggang patah-patah, Bergoyang pica-pica, Aduhai poco-poco”. Nah, balik ke ayam berbulu musang. Apa kata lembaga Tranparency International Indonesia ini? Lembaga yang 566
Tabrani Rab
paling korup adalah lembaga legislatif dengan skoring 4,2 menggantikan pada angka tahun 2005 korupsi yang lebih tinggi daripada partai politik. Legislatif naik dari 4 menjadi 4,2. Begitu pula peradilan dan polisi sama besarnya korupsi lembaga ini 4,2. Polisi mengalahkan korupsi partai politik pada tahun 2006 dimana partai politik hanya 4,1. Yang diharapkan adalah pajak yang dianggap oleh pemerintah sebagai primadona APBN angka korupsinya turun dari 3,8 menjadi 3,4. Yang naik yakni militer dari 2,9 menjadi 3,3. Begitu pula dengan pendidikan naik dari 3,0 menjadi 3,3. Nah, bagaimana dengan kesehatan yang dulu disibukkan dengan alat kateterisasi jantung. Kesehatan tak mau ketinggalan dengan pendidikan. Bila 5 dianggap angka yang terbesar artinya perbelanjaan licin tandas maka angka korupsi pada Dinas Kesehatan dari 2,7 menjadi 3 pokoknya naiklah mungkin termasuk kateter jantung. Bagaimana dengan TNI? Tak mau ketinggalan walaupun sikit dari skoring 2,9 menjadi 3,0. Karena itulah banyak tindakan-tindakan ayam berbulu musang sehingga dari luar nampaknya enak, mudah bergaul, lincah alias licin-licin basah, dan kadang-kadang menjadi gelisah alias geli-geli basah. Dalam peluncuran buku �Saya Pegawai Rakyat� dari fraksi PKS maka diapun menguraikan sewa rumah 7, 2 juta perbulan. Mobil bukannya avanza tapi terrano, honor berkisar 4 juta, rumah wakil walikota ditolak oleh DPRD sebesar 700 juta tapi muncul dalam buku lintang 1,5 miliar, entah bagaimana tak tahulah kita. Ketika saya ikut menghadiri barang-barang museum maka terdengar pula usul supaya budayawan juga diikut sertakan disamping 10 anggota DPRD. Kemana diberangkatkan? Ke Rotterdam-Netherland. Apa yang mau ditengok di Rotterdam? Kalau dia bilang Leiden University masuk akal jugalah sebab banyak sejarah-sejarah Indonesia termasuk sejarah Riau dapat dipelajari dari perpustakaannya. Tempias 2004-2006: Amok Melayu
567
Sementara Rotterdam diperebutkan oleh Dubai dan Singapura untuk pengelolaannya, paling nengok kapal tambah dengan galangan kapal. Balik ke pangkal cerita kalau ayam sudah berbulu musang mudahlah ia masuk kedalam lapangan mana saja. Entah lapangan legislatif, entah lapangan peradilan, entah jadi hakim, entah jadi polisi, yang jelas angka korupsi disini naik. Begitu pula lapangan pendidikan dari 3,0 menjadi 3,3 artinya peristiwa pembakaran di jalan Bahana bukannya berkurang tapi bertambah. Kalaupun Kajati Riau berjanji untuk menindak para koruptor, ya sebatas janji itulah. Paling Pak Jaksa Tingginya menggertak koruptor, ujungnya tahulah kita. Bahkan konon ada oknum kejaksaan yang mengatur tender di Siak. Artinya kalau anak buah saja tak dapat diatasi bagaimana bapak buah masuk ke bidang penanganan korupsi dibidang yang lain. Angka-angka korupsi di legislatif peradilan dan polisi dianggap tertinggi padahal polisi dan jaksalah yang diharapkan untuk membasmi korupsi. Justru hakimpun tak mau ketinggalan menaikkan skoring dari 4,0 menjadi 4,2 sehingga jangan heran ada Jaksa yang ditinju oleh Akong karena Pak hakim membebaskan Akong yang illegal logging ini. Kalau DPR, peradilan (pengadilan dan kejaksaan), kepolisian dan partai politik angka korupsinya paling tinggi di Indonesia, meraunglah dikau, korupsi makin tambah besar juga. Kakap senohong, gulama ikan duri, cakap pembohong sudah lama tetap saja korupsi. Bahasa Melayu paling sedap bila polisi, jaksa, hakim, dan DPR sebagai lembaga pengatasan korupsi dan mereka korupsi paling besar maka ini disebut dengan tombak tekelepok.......
568
Tabrani Rab
Lengkung Lengkang
T
iap hari makin dibaca koran makin bingung. Cobalah misalnya perkara kebun K2I dibaca koran hari ini tak ditender, dibaca pula pernyataan AB Purba �Baru bisa dimiliki warga miskin Riau setelah 25 tahun. Proyek kebun K2I hanya topeng. Keberadaan proyek kebun sawit K2I dinilai hanya topeng serta akal-akalan Pemprov dan pengusaha untuk menguras APBD Riau. Salah satu yang sangat janggal menurut kalangan anggota DPRD Riau, dalam kontrak proyek yang murni didanai APBD Riau itu justru kebunnya baru bisa dinikmati warga miskin setelah 25 tahun dikelola PT Gerbang Ekapalma, pemenang tender ulang baru-baru ini�. Dibaca pula koran besoknya katanya 5 tahun, perusahaannya itu juga, entah mana yang betul. Padahal biaya cukup besar 126 miliar. Baru saja saya dari Malaysia ikut dalam peringatan 50 Felda alias perkebunan rakyat. Pendapatan petaninya sampai 4 atau 5 kali pegawai kerajaan alias pegawai negeri. Sesudah itu baca pula lagi Metro Riau, mengutip katakata Syamsul Hidayah �PT. RAL paling bermasalah. BUMD hanya jadi beban Pemrov. Enam BUMD itu yakni Bank Riau, PT permodalan Investasi Riau (PIR), Permodalan Ekonomi Rakyat (PER), PT. Riau Petroleum, Sarana Pembangunan Riau (SPR), Riau Airline (RAL). Masing-masing BUMD mempunyai Tempias 2004-2006: Amok Melayu
569
masalah. Permasalahan terbesar ada di RAL. Manajemen RAL dinilai tidak matang. Salah satunya terlihat dari tindakan RAL meminjam uang senilai Rp. 82 miliar lebih kepada Bank Artha Graha tanpa koordinasi dengan komisi C DPRD Riau selaku salah satu mitra kerjanya. Padahal melalui APBD 2006 Pemprov Riau telah mensubsidi perusahaan ini. Artinya PT. RAL sudah ditunjang dana Rp. 94 miliar. Tindakan PT. RAL meminjam uang tersebut dinilai Syamsul tergolong sangat berani. Berapa sih pendapatan RAL dengan lima pesawat?, dengan dua pesawat saja dia masih merugi. Jadi bagaimana mereka mau membayar hutang-hutangnya. Kita tidak ingin mereka membebani APBD kita lagi�. Padahal baru saja saya menghadiri datangnya 2 pesawat RAL yang baru foker 50, sang direktur menyatakan untungnya 3,2 miliar. Dalam hati saya mestinya Garuda yang defisitnya US$ 50 juta sementara tak pula ketinggalan MAS, perusahaan penerbangan Malaysia licin tandas 50 juta ringgit setahun. Tiba-tiba saja sang anggota DPRD Syamsul Hidayah �Pesawat ini ditunjang dana Rp. 94 miliar, tepongkeng pula dana sebesar Rp. 82 miliar�. Mana sih yang betul nich. Nak tahu lapangan pendidikan? Berguru pulalah pada Kasmianto, Kasubdin Pengembangan Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Propinsi Riau. Apa katanya dalam opini yang ditulisnya? �Ketakutan dalam pendidikan. Disisi yang berbeda, kurikulum merupakan elemen paling esensial dalam pendidikan formal, ternyata selalu berubah, kadangkala belum didukung oleh kesiapan tenaga operasional di lapangan. Konsekuensinya kurikulum dengan metode SAS (Struktur Analisa Sintesa) kemudian pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) jangan diplesetkan Catat Buku Sampai Habis belum dipahami sepenuhnya oleh guru, muncul lagi KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) jangan diplesetkan Kurikulum Berbasis Kebingungan, belum berumur setahun jagung muncul 570
Tabrani Rab
lagi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) jangan diplesetkan Kate Siape. Banyak guru yang takut (gamang) menerapkan kurikulum tersebut, sehingga kata-kata ’lantaklah’ terdengar pilu dari kepasrahan guru ditengah implementasi proses belajar-mengajar. Wajar ketakutan itu muncul sebagai dampak dari rendahnya kualifikasi pendidikan, kurang bisa memanfaatkan pustaka, referensi lainnya, termasuk kelambanan menerima informasi media, tentunya semakin menghantui untuk menerima pembaharuan”. Entah bagaimana untuk mendapatkan K2I padahal baru saja Ketua Bapenas berkisah di Aryaduta Hotel ”Mempertegas ucapan Presiden SBY bahwa tugas pusat itu hanya 5 (padahal 6) politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional dan agama”. Tak ada pendidikan do, pendidikan itu tugas daerah. Apa pula pening-pening. Batang padi tecuat, telu tergantung, apa nak hati buat, badan menanggung. Tampaknya tokoh pendidikan yang satu ini sependapat juga dengan saya, lantaknyalah. Satu kali saya mendapat undangan dari Komit SBY untuk mendengar ceramah dalam rangka sosialisasi korupsi. Diberilah satu buku merah ”Memahami Untuk Membasmi. Buku Saku Untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi”. Begitu dia selesai bicara sayapun tunjuk tangan ”Pak, tahu ndak Bapak kalau KPK ini mau dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi?”. Rupanya dia belum tahu, padahal saya sudah dengar kabar angin sesudah dibekukan Komisi Yudisial oleh Mahkamah Konstitusi maka KPKlah yang akan dibubarkan. Lebih tinggi antene saya lagi, padahal dia mau mensosialisasikan. Nah, ketika Mahkamah Konstitusi dibekukan dengan pasang masa surut sekali lagi pula menjadi masalah. Apa pula berlaku surut. Kalau bubar, bubar sajalah. Apa kata surat kabar Kompas (20/12)? ”MK beri batas waktu tiga tahun. Pemerintah – DPR harus buat UU pengadilan Tempias 2004-2006: Amok Melayu
571
Tipikor. Mahkamah Konstitusi menyatakan, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi bertentangan dengan UUD 1945. Namun MK menangguhkan putusannya selama tiga tahun hingga terbentuknya undang-undang yang memperbaiki keberadaan Pengadilan Tipikor serta menyatukan sistem peradilan tindak pidana korupsi�. Siapa nak korupsi sekarang ini lantaknyalah. Bagaimana pendapat pemerintah? Mula-mula diperlukan Perppu alias Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang termasuk pendapat Buyung Nasution. Sehari kemudian keluar pula berita “Perppu tidak diperlukan. Pemerintah, DPR siapkan UU pengadilan Korupsi. Pemerintah tidak akan menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perppu) setelah Mahkamah Konstitusi membatalkan dasar hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Sebaliknya pemerintah mengajak DPR segera membuat UU baru sebagai dasar pembentukan pengadilan tersebut�. Dalam waktu bersamaan Andi Malarangeng sebagai Jubir Presiden sekarang menjadi dosen. Pembubaran KPK harusnya menjadi pelajaran bagi pemerintah dan DPR. Apa pula dia becakap.... Daripada pening dan lengkung lengkang, lebih baik baca Riau Pos. Harga cabe sebelum putusnya jalan Riau-Sumbar Rp 10.000,- sesudah putus Rp 26.000,-, bawang prai yang seharusnya tak bayar, sebelum putus jalan Rp 6.000,- sesudah jalan putus Rp 10.000,-, angkutan Dumai-Bukittinggi sebelum jalan putus Rp 30.000,sesudah putus jadi Rp 90.000,-,... bantai kau la.
572
Tabrani Rab
Sampan Nabi Nuh
R
asanya telah letihlah saya berteriak supaya illegal logging ini ditembak mati saja, supaya Indah Kiat dan RAPP betul-betul memenuhi jatah Hutan Tanaman Industri dan tak usahlah diluas-luaskan lagi dengan perampok Arara Abadi atau yang lebih halus dengan mengundang Megawati untuk meresmikan hutan Kuansing menjadi hutan tanaman rakyat. Toh hasilnya itu ke itu juga. Hutan perawan diganti bukan dengan hutan janda beranak ampek den nanti juo tapi ini diganti dengan hutan PSK (jangan dibaca PKS) alias Pekerja Seks Komersil. Dalam menjelang hari raya Idul Adha ini ya.. biasalah puasa 3 hari untuk mengingat-ingat hari tasyrik, pelemparan jumrah. Yang hebatnya yang kelaparan bukan yang banjir saja sampai ke Mekah pun orang Indonesia itu kelaparan dan tak pula tanggung-tanggung lebih dari 50 orang pingsan dek kebelaian alias tak makan. Yang ditanah air dengan yang di Arab Saudi serupa saja, masyaAllah. Apa kata Media Indonesia (30/12)? “Jemaah haji asal Indonesia yang berjumlah hampir 200 ribu orang kelaparan saat wukuf di Padang Arafah, Arab Saudi kemarin. Mereka tidak mendapat ransum makanan sejak berangkat menuju Arafah pada kamis siang�, dan terpantau pula oleh Aljazira. Padahal ibukota Somali Mogadishu yang direbut oleh pemerintah dibantu oleh tentara Ethiopia mengepung pasukan Islam, memang yang mati banyak tapi yang lapar Tempias 2004-2006: Amok Melayu
573
tak ada do. Sampai ke tanah suci bebalnya orang Indonesia mengurus jemaah sekalipun Amirul Haj-nya teman saya Tarmizi Taher yang doktor itu bebal ini tak juga berkesudahan. Apa pula kata Riau Pos (30/12)? “Kelaparan jemaah haji Indonesia, penyebab; diduga sabotase oleh muasasah yang kecewa karena Depag mengalihkan kontrak katering Rp. 118 miliar ke Ana Enterprises and Services (AES). AES adalah perusahaan milik pangeran Kerajaan Arab Saudi. Indikasi sabotase; Muasasah tidak mengizinkan AES membuka dapur di Arafah. Ini berbeda dengan musim haji tahun lalu. Upaya Depag; memesan 600 ribu mi gelas indomie dari pabriknya di Jeddah, pemerintah Arab Saudi mendistribusikan paket makanan melalui helikopter dan PPIH kembali mengalihkan kontrak katering me muasasah saat jamaah berada di Mina”. Dalam musim banjir yang begini karena diperhitungkan puluhan ribu orang kelaparan ditambah pula lagi dengan diberbagai daerah di Riau maka apa kata surat kabar Riau Mandiri (28/12)? ”Ribuan Warga Terancam Kelaparan. Ancaman kelaparan kini membayangi ribuan warga korban banjir di Riau, sebagai akibat lambannya pergerakan tim penanggulangan bencana banjir mendistribusikan bantuan. Di Dusun Tanjung Kudu Desa Kualu Kecamatan Tambang, Kampar, misalnya sebagian besar dari 500 KK disana, kini hanya makan ikan yang ditangkap disekitar dusun, sekedar menghilangkan rasa lapar. Di Kampar tercatat 69 desa dengan 11.868 rumah masyarakat terendam banjir. Dari 14 kecamatan di Rokan Hulu tiga kecamatan masih digenangi air. Masing-masing kecamatan Bonai Darussalam, Kunto Darussalam dan Kecamatan Kepenuhan. Diperkirakan sekitar 2.085 KK rumah warga masih terendam air”. Apa lagi kata Riau Pos (29/12)? “Dari data posko banjir per tanggal 28 Desember 2006 hingga pukul 14.00 Wib tercatat sebanyak 38.170 KK di 134 desa dan kelurahan, 37 kecamatan di 9 kabupaten dan kota di Riau telah tertimpa bencana banjir”. 574
Tabrani Rab
Melihat keadaan Riau yang begini sayapun menjadi risau sehingga UNRI menjadi Universitas Risau, UIR menjadi Universitas Ikut Risau. Maka timbullah keinginan saya untuk membuat sebuah perahu Nabi Nuh di jalan Gajah Mada Pekanbaru, tempat yang biasa digunakan untuk herak dan bangun, duit lagi duit lagi tiap ada acara, paling sedikit acara Dorce. Pokoknya habislah duit, yang penting menyanyi termasuk nyanyi Pantai Solop dan Kutang Barendo apalagi dinyanyikan oleh Pak Walikota. Maka saya akan membangun perahu Nabi Nuh ini yang isinya 5 Melayu, 2 Batak, 2 Jawa, 2 Cina, 2 Bugis diwakili oleh anak saya Ivan dan Irma, 2 Sakai, 2 Bonai, 2 Talang Mamak, 2 Akik, 2 Suku Laut, sebagaimana juga Nabi Nuh menyelamatkan 2 angsa, 2 harimau, 2 kambing dan 2 kucing. Supaya ketika Riau ini tenggelam nampaklah oleh penduduk dunia bahwa orang Riau itu terdiri dari orang Melayu, Bugis, Batak, Minang, Sakai, Talang Mamak, Akik. Perahu Nabi Nuh yang berkali-kali diputar oleh Aljazira dan Discovery ini terletak di Mount Everes di negara Nepal. Hanya saja perahu Nabi Nuh terbuat dari kayu, karena kayu di Riau sudah punah terpaksa dibuat dari batang kelapa sawit. Sayapun membalik-balik Al-quranulkarim pada surat Asy Syu’ara’ (para penyair) yang artinya kira-kira begini “Kaum Nuh telah mendustakan para Rasul. Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak bertaqwa?”. Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu. Maka bertaqwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak meminta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Maka bertaqwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Mereka berkata: “Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?”. Nuh menjawab “Bagaimana aku mengetahui apa yang telah mereka kerjakan? Tempias 2004-2006: Amok Melayu
575
Perhitungan (amal perbuatan) mereka tidak lain hanyalah kepada Tuhanku, kalau kamu menyadari. Dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang beriman. Aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang beriman. Aku ini tidak lain melainkan pemberi peringatan yang menjelaskan”. Mereka berkata: ”Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam. Nuh berkata: ”Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku; maka itu adakanlah suatu keputusan antara aku dan antara mereka, dan selamatkanlah aku dan orang-orang yang mukmin besertaku”. Maka kami selamatkanlah Nuh dan orang-orang yang besertanya dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang”. Lewatlah beberapa kawan saya lalu bertanya kepada saya “Hai Tabrani, untuk apakah perahu yang sebesar begini engkau buat yang terdiri dari batang kelapa sawit?”. “Untuk menyelamatkan bangsa Riau ini dari kepunahan walaupun sekarang sudah punah ranah juga”. “Apa pasal?”, kata Dahaman sumbing dengan sengaunya. “Karena Riau itu kaya minyak dan minyak didalam tanah akan punah-ranah lalu presidenpun akan mengganti bensin ini dengan biofuel dan hancurlah hutan di Riau, segala hutan dan kebun karet akan diganti dengan kelapa sawit ditambah dengan dua pabrik kertas ini RAPP dan Indah Kiat asik menebang hutan perawan dan menggantinya dengan hutan janda alias Hutan Tanaman Industri. Belum lagi kebun K2I yang tak pernah ditender-tender, entah iya entah tidak. Maka punah-ranahlah Riau, karena itu aku akan hanyut dengan perahu ini mungkin sampai ke perahu Nabi Nuh di 576
Tabrani Rab
Mount Everes di Nepal supaya kelak menjelang hari kiamat orang masih melihat wajah orang Batak, Minang, Cina, Sokup, Sakai dan entah suku apalagi. Dan ketika Riau dihantam oleh banjir karena hutannya sudah punah-ranah yang dimulai dari kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai tidak juga menjadi pelajaran bagi engkau bahwa Riau ini akan punah-ranah. Setiap Kapolda datang setiap pula illegal logging akan dibasmi dan setiap ini pula kayu menjadi sulap. Maka untunglah saya menyelamatkan Sakai, Sokup, Talang Mamak, Akik, Bonai, rupanya orang ini lebih tahan hidup yang Melayu habis tunggang-langgang, mati sebelum sampai ke perahu Nabi Nuh di Mount Everes Himalaya, Nepal... he... he... he... .�
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
577
578
Tabrani Rab
Tentang Penulis
P
rof. Dr. Tabrani Rab, dilahirkan di Bagansiapiapi, Riau, 30 September 1941. Menyelesaikan kedokterannya pada Fakultas Kedokteran Universitas Pejajaran, Bandung tahun 1967, yang kemudian dia lanjutkan dengan mengikuti Kursus Penggunaan Radio Isotop pada Ilmu Kedokteran yang diselenggarakan Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), Bandung. Enam tahun kemudian, tepatnya 1974 dia menyelesaikan specialis paru-paru pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dengan memperdalam bagian jantung dan perawatan gawat darurat di universitas yang sama. Pada tahun 1977 Tabrani diterima menjadi anggota British Thoracis Association (MBTA) London dan mendapat kesempatan meninjau beberapa pusat gawat darurat di Eropa. Tahun 1978 Tabrani mendirikan Ruma Sakit Pelayanan Gawat Darurat di Pekanbaru. Rumah sakit ini sekarang dikelola putrinya, dokter Diana Tabrani, yang kemudian mendirikan pula Rumah Sakit Bersalin di Jalan Ronggowarsito, Gobah. Tabrani —yang pensiunan PNS, mantan dosen Fakultas Perikanan Unri — sangat peduli dengan daerah tumpah darahnya, Riau. Untuk Riau, bukan saja pusat pelayanan medis yang dia didirikan, tetapi juga berbagai kegiatan dan lembaga sosial kemasyarakatan lainnya. Dalam bidang akademis, dia pernah memegang beberapa posisi penting di Unri maupun di universitas swasta lainnya di Riau. Di Unri sendiri, sejak 1967 sampai pension dia menjabat Lektor Kepala Fisiologi dan Biokimia. Tahun 1968 dia dia diangkat menjadi Direktur Laboratarium Unri. Selain itu juga merupakan Lektor Kepala Biologi Universitas Lancang Kuning (Unilak) serta Lektor Kepala Ilmu Kedokteran Kehakiman pada Islam Riau (UIR) Khusus di bidang akademis ini, Tabrani Rab menyatukan profesi kedokterannya dengan bidang pendidikan, sehingga kemudian berdirilah beberapa lembaga pendidikan yang saling kait-mengait, yang induknya Universitas Tabrani Rab, di bawah Yayasan Abdurrab di Jalan Riau ujung, Pekanbaru. Komplek pendidikan ini begitu megah. Di sini berdiri mulai dari
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
579
sekolah menegah asisten apoteker sampai universitas. Tak kurang dari tujuh lembaga pendidikan medica. Peminatnya pun cukup besar, datang dari berbagai daerah, khususnya Riau. Di bidang sosial kemasyarakatan banyak sekali yang dibuat Tabrani Rab. Mulai dari yang terlembaga sampai pada kegiatan incidental atau spontanitas. Kegiatan sosial terlembvaga saja dia sudah beraktivitas sejak 1968, di antaranya dengan mendirikan dan memimpin Surat Kabar Sempena, mendirikan Yayasan Dana Mahasiswa Riau yang memberikan beasiswa pada pelajar-eplajar Melayu Riau, mendirikan Lembaga Studi Sosial Budaya yang menerbitkan Surat Kabar Mingguan Genta di Pekanbaru. Kemudian menjadi anggota Persatuan Linguistik Malaysia, anggota Sejarawan Indonesia, anggota Kajian Melayu Riau, anggota Penulis Melayu Riau, dan anggota Kelompok Bina Mulia Bahasa Melayu. Lain dengan sepak terjangnya, mulai dari membantu orang-orang terlantar karena dizalimi berbagai pihak sampai pelajar-mahasiswa yang perlu dana sekolah. Sepertinya tidak ada yang tidak bisa dia lakukan. Ini tokoh “paling garang� di Riau melawan kezaliman pusat yang menguras Riau. Peran Tabrani untuk Riau dan republik ini semakin tercuat masa bangkitnya reformasi, jatuhnya rezim Soeharto. Khusus di Riau Tabrani ikut membidani lahirnya beberapa cabang partai baru, utama sekali partai berbasis Islam. Kemudian gerakan paling monumental adalah dilakukan Tabrani Rab bersama tokoh Riau lainnya, ketika dilakukan referendum yang berakhir pada Riau Tuntut Merdeka dari Republik Indonesia pada masa Presiden Abdurrahman Wahid. Yang lain, adalah perjuangan merebut kilang minyak Blok Siak dari pusat. Pada era Megawati Tabrani Rab “dijinakkan� dengan menjadikan dia sebagai anggota Komite Otonomi Daerah RI. Sekarang Tabrani banyak berada di Komplek Lembaga Pendidikan Universitas Tabrani Rab, Jalan Riau, Pekanbaru, mengawasi hasil jerih payahnya selamai seraya menikmati hari tuanya yang, ternyata berjaya, paling kurang untuk Riau
580
Tabrani Rab
Tempias 2004-2006: Amok Melayu
581
Tempias adalah Tabrani Rab. Topik yang dibahas dalam Tempias beragam masalah, dan selalu saja menyangkut hal-hal yang up to date. Mulai masalah sosial dan problem masyarakat kecil, sampai masalah politik, ekonomi, lingkungan hidup dan lain sebagainya. Semua masalah diamatinya dengan cermat, diserapnya, lalu dia tumpah-luahkannya kembali ke dalam Tempias; menjadi sebuah tulisan yang menarik; tajam dan menukik. Mulai dari caranya mendedahkan, mengurai dan mengorak masalah sampai memaparkan dan membentangkan berbagai alternatif solusi yang bisa ditempuh. Melalui Tempias, Tabrani Rab memaparkan persoalan langsung dari akar-akarnya sampai pada pemaparan dengan menggunakan bahasa yang menggelitik dan menggelegak. Sangat khas Melayu. Pelik, berat, tajam, malah menggeram. Namun apa pun persoalannya selalu diungkainya dengan untai-untaian kalimat demi kalimat yang berkelakar. Menohok tetapi bercampur mencuil hati pembaca. Tabrani merupakan segelintir tokoh Riau, yang dari dulu hingga kini yang “lantang bersorak� jauh sampai ke pusat dan ke langit-langit global untuk membela hak-hak orang Riau. Lebih dari itu, Tabrani bukan sekadar bersorak, dia juga mendedahkan fakta, data, serta segala dampak yang diterima Riau. Mulai dari sumber daya alamnya yang terkuras, kulit bumi yang terkelopak dengan pengeksploitasian hutan rimba. Rakyat dan pribumi yang dimiskinkan terus menerus secara tersistematis sementara “pemburu� —entah itu investor atau oknum-oknum pejabat tangantangan kotor, semakin melesat kaya raya.
582
Tabrani Rab