BAGIAN
I Tabrani Rab
Tempias 2007-2009
Menuai Hujan Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
i
ii
Tabrani Rab
Tabrani Rab
Tempias 2007-2009
MENUAI HUJAN Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
iii
iv
Tabrani Rab
Tabrani Rab Tempias 2007-2009
Menuai Hujan
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
v
TEMPIAS 2007-2009: MENUAI HUJAN @Tabrani Rab Penulis: Tabrani Rab Pelaksana Penerbitan: Armawi KH Desain Sampul: Tugas Suprianto Visualisasi Isi: Andi SP Ilustrasi Karikatur: Furqon LW (Telah Dimuat di Harian Riau Pos) Gambar Sampul: www.riaupos.co ISBN 978-602-9137-50-7 Penerbit Yayasan Sagang Komplek Riau Pos Group Jalan HR. Soebrantas, KM 10,5 Pekanbaru, Riau
Sanksi pelanggaran pasal 44 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta 1. Barang siapa dengan sengaja atau tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyebarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelaggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
vi
Tabrani Rab
Pengantar Penerbit
T
EMPIAS. Inilah rubrik yang menjadi trade mark Prof. dr. Tabrani Rab pada harian Riau Pos yang terbit pada tiap edisi minggunya. Ingat Tempias pembaca langsung ingat tokoh Riau yang nyentrik ini, walaupun dia menulis dalam berbagai ragam tulisan, mulai dari tulisan ilmiah, opini, ulasan seni, sampai pada menulis puisi. Umur tulisan Tempias ini pun sudah cukup lama, beriringan dengan tahun-tahun awal Harian Riau Pos hingga kini (2013, Red.). Tulisan yang terbit setiap minggu ini sudah terhimpun dalam beberapa buku —yang diterbitkan oleh Riau Institute Culture— yang langsung oleh dikelola Tabrani Rab. Topik yang dibahas din dalam Tempias beragam masalah, dan selalu saja menyangkut hal-hal yang up to date. Mulai masalah sosial dan problem masyarakat kecil, sampai masalah politik, ekonomi, lingkungan hidup dan lain sebagainya. Semua masalah diamatinya dengan cermat, diserapnya, lalu dia tumpah-luahkannya kembali ke dalam Tempias; menjadi sebuah tulisan yang menarik; tajam dan menukik. Mulai dari caranya mendedahkan, mengurai dan mengorak masalah sampai memaparkan dan membentangkan berbagai alternatif solusi yang bisa ditempuh. Banyak hal yang menjadi daya tarik tulisan Tabrani Rab. Utama sekali Tempias. Utama sekali Tempias. Antaranya, selain memaparkan persoalan langsung dari akar-akarnya sampai pada pemaparan dengan menggunakan bahasa yang menggelitik dan menggelegak. Sangat khas Melayu. Pelik, berat, tajam, malah Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
vii
menggeram. Namun apa pun persoalannya selalu diungkainya dengan untai-untaian kalimat demi kalimat yang berkelakar. Menohok tetapi bercampur mencuil hati pembaca. Hanya saja sudah semakin lanjut usia, Tabrani semakin agak meredup pula daya selorohnya. Namun begitu, semangat menulisnya dalam mengritisi berbagai persoalan dalam msyarakat, tidak pernah luntur. Sempena Anugerah Sastra Sagang 2013, Yayasan Sagang, Pekanbaru, menaja menerbitkan “setimbun” Tempias Trabrani Rab, yang sudah diterbitkan Harian Riau Pos pada edisi minggunya, yaitu yang mulai terbit tahun 2007 sampai 2012. Penerbitan ini berseri, yaitu dibagi dalam tiga jilid. Jilid 1 Tempias berjudul Amok Melayu yang diterbitkan 2004-2006; Jilid 2 berjudul Menuai Hujan adalah Tempias yang diterbitkan tahun 2007-2009; dan jilid 3 berjudul Menepuk Air di Dulang merupakan Tempias yang diterbitkan 2010-2012. Penerbitan tiga judul bersiri buku Tabrani Rab ini diharapkan, paling kurang menjadi bahan dokumentasi, sehingga suatu ketika diperlukan, buah pikiran serta data-data yang terdokumentasi dalam buku-buku ini dapat “diselak” lagi atau menjadi bahan rujukan. Namun begitu, lebih daripada itu, harapan kami, segala buah pikiran yang bernas, pandangan yang berpihak kepada kepentingan orang banyak, serta sikap dan tekad dari Tabrani yang kuat dalam membela daerah dan negerinya dapat menjadi suluh, semangat, teraju dan pedoman bagi pembaca, utama sekali generasi Riau kini dan ke depan. Oleh karena itu, kita sangat berharap, bukubuku ini tersebar luas ke tengah-tengah pembaca, mulai dari orang awam, pelajar-mahasiswa, sampai kepada pejabat atau pengambil kebijakan, serta “orang luar” yang sedang atau akan mulai beraktivitas di Riau dengan berbagai usaha mereka. Sebagaimana dimaklumi, hanya segelintir tokoh-tokoh Riau, yang dari dulu hingga kini yang “lantang bersorak” jauh sampai
viii
Tabrani Rab
ke pusat dan ke langit-langit global untuk membela hak-hak orang Riau. Lebih dari itu, Tabrani bukan sekadar bersorak, dia juga mendedahkan fakta, data, serta segala dampak yang diterima Riau. Mulai dari sumber daya alamnya yang terkuras, kulit bumi yang terkelopak dengan pengeksploitasian hutan rimba. Rakyat dan pribumi yang dimiskinkan terus menerus secara tersistematis sementara “pemburu� —entah itu investor atau oknum-oknum pejabat tangan-tangan kotor, semakin melesat kaya raya. Demikian, sekadar pengantar dari kami. Semoga bermanfaat. Pekanbaru, November 2013
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
ix
x
Tabrani Rab
Daftar Isi Pengantar Penerbit
Tempias 2007 • Harapan pada Kapolda Baru • Bangkruuuttt..... • Bagaimana • Tuanku Raja Muda Indragiri • Burung Pejabat • LAM • Bahasa Ikan Belukang • 7 Atuk-Atuk • Antara • Cagubri dan Cakopi • Hormat • Pak Kapolda Riau • Umak-umak Sedunia • Menjual Tanah Air • Nak 2020, Nak 2027, Nak 3000 Lantaklah Aking...Aking… • Berita Manarik Dari Riau • Kotak • Engkek • Melengo Café Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
iii
3 7 11 11 17 22 27 31 35 35 40 40 46 51 57 61 65 70 74
xi
•
Kaca Mata Kuda
78
•
MENHANNGAN
82
•
Nyi Roro Kidul
87
•
2010, 2020, 2030, atau 3020?
91
•
Dari Jalan Terbitlah Lubang
95
•
Makin Bebal
99
•
Pusat Sajalah yang Bubar
103
•
Hukum dan Marwah
107
•
Kakue dan Kaban
111
•
Negara “Umar Bakri”
115
•
Cagubri dan Cak Kopi
119
•
Amanah Jadi Aminah
123
•
Antara Ultah dan Muntah
128
•
Nasib PT Besepai Alias BSP
133
•
Sukarmis
138
•
Hukum Kelabu
140
•
Rusli- Thamsir
145
•
Kebun Kelapa-sawit Icak-icak (K2I)
148
•
Minal Aidin Wal Faizin
152
•
Tepongkeng
156
•
Korupsi di Riau
159
•
November Kelabu
163
•
Bacin dan Kepunan
167
•
Sengsara
171
•
Membawa Nikmat
171
•
Sekolah Anti Korupsi
175
•
Nasib Minyak Riau
179
xii
Tabrani Rab
•
201 Pak Kapolda
183
•
Anggaran Beasiswa Nol
188
•
Menuai Hujan
191
•
Perginya Bhutto
195
Tempias 2008 • Haji Terbaik atau Terburuk • Heli Pak Gubri • Susahnya Menembus Berita Koran • Duta Besar • Sekolah Melarat • Penyeeekkk….. • BLBI dan Ilog • Besi Tua Dumai • Mau Kaya??? • Banjir Heli • Gambar Cagub dengan Sejuta Masalah • Polisi dan Satuan Polisi • Sehari Operasi Mati (One Day Surgery/ODS) • Dada Pak Kapolda • Pemimpin Melayu • Nasib Minyak Riau • BBM dan KPK • Kok Seumur Hidup • KKN Pejabat atau Penjahat • Kebal Hukum • Makin Tambah Miskin • Calon Tunggal Tinggal Tunggul
296
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
xiii
201 205 209 213 217 221 230 234 238 242 247 251 256 262 266 271 277 280 284 289 292
•
Nasib Riaulah
298
•
Listrik Bangkrut
301
•
Kelakuan Korupsi DPR Kita
305
•
PT RAL atau PT KAL
309
•
Tertangkapnya Nasionalis Karadzic
314
•
Kejab Ade, Kejab Tak Ade
318
•
Persatuan Menyanyah
322
•
Salah Polisi
326
•
Melepas Hawa
330
•
Pilkada ohhh... Pilkado
334
•
Temu Lawak
338
•
Minal Aidin Wal Faidzin
342
•
Tergelincirnya Gunung Ekonomi Amerik (The Fall of Amerika, Inc)
347
•
Takaruit
351
•
Beras Kunyit untuk Kapolda
355
•
Gedung Hitam Amerika
359
•
Rohhh Obama
363
•
Pak Ngah Baleeekk
367
•
Pidato Petinggi
371
•
Leng Geleng Sapi
375
•
Kabupaten Sungai Juling
379
•
Dokter dan Wartawan
383
•
Duit Buta
389
xiv
Tabrani Rab
Tempias 2009 • Musim Semi Sesaat • Hayyaa Neng Pak Tiau Haaaa • Gonggongan Anjing Yahudi • Lampu Hijau Obama • Matinya Ketua DPRD • Makin Kacau • Partai Tumbang • Korupsi Ooohh di Pekanbaru • Pak Bupati Jalinus • Negara Maju atau Negara Loyo • Lagi-lagi Tsunami • Tol Riau Siap Dibangun • Bapak Presiden Yang Saya Hormati • Pemilu yang Pilu • Simpan di Uncang • Ini Baru Berita, Ini Berita Baru • Dana PON • RAL, Rugi dek Bebal • Musibah AURI • Goldem alias Golkar Demokrat • “Assalamualaikum”.... Obama • Top.... Gubernur Riau • KPK atau Polisi? • Cawapres yang Menarik Hati • Selamat Jalan Mikhael Jackson • SBY, Masa Depan Indonesia • Noordin Top? Penyelidikan Ala Polri
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
395 399 403 411 415 420 424 428 432 436 440 444 448 452 456 460 464 468 472 476 480 484 488 493 497 501 510
xv
•
Listrik.... Gila
514
•
Riau Kelabu
519
•
Amerika Menggali Abu
523
•
Anggaran Menyanyah
528
•
Visum et Doctorum
531
•
Dari Gempa ke Gempa
538
•
Di KPK lagi ...
542
•
Gempa di Pariaman
547
•
Tak Usahkan Anak, Binipun Tak Datang
551
•
Air Tembakau
556
•
Untung Bukan Menteri Sakit
560
•
Bibit - Chandra
565
•
Entah Buaya, Entah Cicak
570
•
Hati-Hati dengan Polisi
575
•
Centurygate
580
•
Centurygate2
584
•
Akhirnya ke Interpelasi juga
589
•
Gerong-gerong Mak Doik
594
•
Nasib Duit
598
•
Negara dan Hutan Riau
598
Tentang Penulis
xvi
Ditangkap
603
Tabrani Rab
Tempias 2007
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
1
2
Tabrani Rab
Harapan pada Kapolda Baru
S
etiap Kapolda diganti, masyarakat pun punya harapan baru. Tiap Kapolda pergi harapan ini pun hilang ditelan malam. Sayapun ikut diundang Pisah Sambut Kapolda Baru Pak Sutjiptadi dengan Kapolda Lama Pak Ito Sumardi. Terasa suasana itu baik sambutan Gubernur maupun sambutan kapolda lama dan baru bersahabat dan intim. Namun penegasan Pak Kapolda baru, dia datang untuk menegakkan hukum maka hukum itu betullah yang tekelepok di tanah air tercinta ini. Illegal logging yang menjadi tumpuan bagi masa depan negeri yang dihajar banjir ini tak banyak terungkap. Yang banyak terungkap justru kayu gelondongan yang hilang. Ada pula kabar angin mungkin lelang hasil illegal logging ini sudah direkayasa. Entah mana yang betul allahualam bisawab, semua kita tak bisa menjawab. Masyarakat boleh saja punya harapan dan Pak Kapolda boleh saja punya janji. Namun bagaimanapun penegakan hukum sekarang ini memang sedang ditimpa awan gelap bukan puting beliung. Katakanlah lembaga yang terkorup di Indonesia yang dikeluarkan oleh lembaga survei Transparency International Indonesia, angka korupsi di kepolisian meningkat dari 4 tahun 2005 menjadi 4,2 tahun 2006. Artinya makin ke ujung ini polisi makin korup dimana angka tertinggi adalah 5. Artinya kalau sudah sampai 5 habislah semua duit itu dikorupsi polisi. Pemberantasan korupsi di Indonesia bukannya menaik menurut lembaga Tranparency ini. Pada tahun 2005 masih bagus jugalah. Pada tahun 2003 optimisme pemberantasan korupsi adalah 55 persen. Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
3
Pada tahun 2004 naik lagi menjadi 66 persen bahkan pada 2005 tertinggi yakni 81 persen. Kemudian optimisme publik terkelepai. Apa kata lembaga Tranparency International Indonesia? Bahwa koruptor ini terlindung dan masih menerima perlindungan politik dan hukum dari kekuasaan. Timbul pula apa yang disebut dengan corruption fightback yang membungkamkan KPK. Dan publik pun menyatakan pemberantasan korupsi dan illegal logging pakai tebang pilih, kalau kira-kira pitih masuak, tak jadi ditebang tapi dipilih. Apalagi kata lembaga Transparency ini? Yang paling banyak korupsi justru DPR dan DPRD, tak ketulungan angka yang diduduki lembaga terhormat ini 4,2 pada tahun 2006. Yang kedua mempunyai skor sama dengan DPR dan DPRD adalah penegak hukum mulai dari polisi 4,2, peradilan termasuk hakim dan jasa 4,2. Kalau trias ini ibarat sapu kotor mau menyapu lantai bersih, macam mana pula nak memberantas korupsi. Yang anehnya partai politik sami-mawon dengan penegak hukum ini yakni 4,1. Apa dunia pendidikan dimana UIR, Lancang Kuning dan UNRI ikut mengkampanyekan pencegahan asap bebas korupsi? Ooo tidak, korupsi dunia pendidikan justru tahun 2006 lebih tinggi dari 2005. Tahun 2006 angkanya 3 dan tahun sekarang 3,3. Tak usahkan lembaga-lembaga penegak hukum, lembaga yang paling dekat dengan Tuhan pun yakni lembaga keagamaan korupsinya berkisar 2,3 sampai 2,4. Dulu pernah dituduh bahwa korupsi yang paling tinggi justru terjadi pada lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan. Tak mudah Pak memberantas illegal logging maupun korupsi di bumi lancang kuning ini. Kalau penegak hukum saja sudah terkelepok, bagaimana pula hukum nak ditegakkan. Di daerah Sakai misalnya 5 desa Sakai disapu oleh PT Arara Abadi. Sayapun mengadu langsung pada Menteri Kehutanan Kaban di airport dan DPRD menyurati langsung Pak Gubernur. Banyak orang yang mengganti nama PT Arara Abadi ini dengan PT Mesin ATM. Apa kata Kaban? “Daerah Riau ini belum mempunyai Rencana Tata Ruang Wilayah�. Akhirnya Kaban bilang dengan saya “Bisa ndak
4
Tabrani Rab
suku Sakai ini dipekerjakan dengan PT Arara Abadi, masyaallah. Bagaimanakah perasaan kita kalau di rumah kita datang perampok, lalu kita mengadu ke polisi dan polisipun bilang “Ooo... status quo dulu”. Lalu dibawa pula ke pengadilan, menunggu pula sampai kasasi, sementara hak-hak kita dirampok oleh Arara Abadi. PT Arara Abadi ini adalah anak dari Sinar Mas Group yang memiliki PT Indah Kiat yang merupakan pabrik pulp yang terbesar di dunia. Sampai ke Beijing pun saya lihat kantor pusatnya 16 tingkat. Kalau menonton Metro TV maka keluarlah sang putra Eka Tjipta Wijaya “Telah 50 tahun kita mengabdi pada tanah air ini, dst.....”. Berikutnya baru bicara Presiden SBY “Jagalah lingkungan”.... ee... dibelakangnya sponsor PT Sinar Mas Group. Apa negara ini memang tak punya duit lagi. Untuk iklan yang begini harus disponsori oleh Sinar Mas Group. Kalau Pak SBY mau, sayapun bisa menyumbang uang saya kalau hanya sekedar tayangan ini untuk Pak Presiden. Dulu mula-mula pidato Pak Presiden, kemudian diikuti Menhut, baru dibelakangnya ada sponsor dari Sinar Mas Group, astagfirullahalazim. Sesaat saya duduk di Minas, datang Batin Lapan “Ngah, hutan kami dilantak dek Arara Abadi”. Duduk pula saya di Bangkinang, datang pula penduduk Tapung “Ngah, hutan kami disapu Arara Abadi”. Dulu sayapun ikut diundang pemberian 1.750 hektar tanah Sakai oleh Ikatan Besar Keluarga Melayu Riau kepada PT Arara Abadi. Di kali yang lain datang pula penduduk Pelalawan yang mengadu kepada saya, Jenderal Taiwan Jensen Kho mempelupuh penduduk setempat untuk memperluas tanaman industri oleh PT Arara Abadi. Kalau ditanya pada orang Jakarta “Kenapa lah kalian begitu kejam terhadap rakyat setempat?”. Maka diceritakannyalah Pulp dan Paper harganya sedang dipuncak 5 ribu dolar per barel. Padahal waktu saya duduk di DPOD berkali-kali saya meminta agar hutang Eka Tjipta Wijaya dibayar untuk APBN. Kenapa saya begitu memusuhi perusahaan-perusahaan kayu di Riau ini? Pertama, hancurnya hutan perawan di Riau walaupun yang disyaratkan pemerintah bahwa hutan yang boleh digunakan adalah Hutan Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
5
Tanaman Industri (HTI). Kedua, limbah yang meluluh-lantakkan kehidupan rakyat karena hancurnya fauna dan flora, selain dari berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh klorin. Ketiga, hasil dari buah penghancuran hutan di Riau menyebabkan pemerintah pusat harus mengucurkan dana yang besar untuk menutup dana BLBI dan Unibank. Unibank akhirnya dilikuidasi sementara BLBI menjadi beban yang terus-menerus bagi pemerintah selain dari utang dari Eka Widjaja kepada BLBI sebesar Rp 13,3 triliun dan US$ 12,4 miliar pada kelompok bank Export Credit Agency (ECA). Keempat, dikerjakannya pekerja asing secara besar-besaran oleh PT IKPP dan PT RAPP disamping konflik-konflik internal dalam tataran buruh dan perusahaan. Selamat Datang Pak Sutjiptadi dan selamat jalan Pak Ito Sumardi. Selamat pulalah devisa negara karena pulp dan paper menempati ranking kedua sesudah minyak Riau licin tandas...
6
Tabrani Rab
Bangkruuuttt.....
T
iba-tiba ditempat takziah saya ditanya “Ngah, mana sedap jadi kepala atau jadi wakil?”. Saya pun menjawab ringan saja. “Kalau menjadi gubernur tentu lebih sedap dari pada menjadi wakil gubernur”. Sebab menurut Rivaie Rahman Wagublah yang salah. Apalagi Gubernur ini masih sayang dengan Wan Darlis, entah dari mana Wan nya. Ketika seorang wartawan bertanya pada saya “Pak, ada dua we yang mengganjal di Riau. Pertama Wan Darlis, yang kedua Wan Abu Bakar”. Saya langsung bantah kata saya bukan dua we tapi tiga we. We yang satu lagi tentulah bukan mengganjal tapi mendorong RAL ke depan yakni Bapak Wan Ghalib. Sehingga kalau diperpendek tulis WWW (World Wide Web) artinya secara ilmu komputer seluruh dunia bisa mengakses ke Wan Darlis dan We we yang lainnya. Satu kali Wan Ghalib berkisah kepada saya “Saya ikut mendirikan propinsi ini, tak pernah diajak-ajak do”. Bayangkan dalam mengutang entah berapa miliar dari bank, Riau Airline masih dapat membagi keuntungan. Kan hebat tu komisaris Riau Airline. Lain lagi dengan kwek..kwekk… yaa hampir sama dengan kotek.. kotek...kotek... Nah, kalau jadi rakyat, maka menjadi rakyatlah yang tak sedap. Minyak tanah 18 ribu sebotol begitu pula Aqua sebotol kecil 18 ribu. Sebab jadi rakyat mangidok, jadi wakil rakyat tersandar. Dulu ada PP 110 tahun 2000 maka ditetapkanlah gaji DPRD tidaklah boleh lebih dari gaji kepala daerah. Kemudian diganti dengan PP 37 tahun 2006 tentang Kedudukan Protokoler Keuangan Pimpinan dan anggota DPRD. Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
7
Atas dasar penyalah-gunaan anggaran yang didasarkan pada PP Nomor 110 Tahun 2000 menyebabkan jajaran pemerintah Sumatera Barat antara lain 45 anggota DPRD diajukan ke Pengadilan oleh pihak Kejaksaan Sumatera Barat. Entah dari mana presiden menemukan ide dan mungkin juga dari bupati Bengkalis yang mengganti PP 110 tahun 2000 menjadi Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis nomor 19 Tahun 2001 dalam pasal 23 menyatakan “Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka semua ketentuan yang mengatur dan bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku�. Tentulah dalam konsideran ini termasuk penghapusan Undang-Undang Dasar bila dianggap bertentangan dengan Perda Bengkalis Nomor 19 Tahun 2001. Lalu presidenpun mengganti PP 37 tahun 2005, penghasilan Ketua DPRD hanya sekitar Rp 8,8 juta perbulan, tapi jika menggunakan PP 37 tahun 2006 penghasilan itu melambung 306 persen menjadi 35,8 juta per bulan. Kalau PP ini diterapkan maka alokasi ini akan sangat menyedot APBD setempat. Kabupaten Malang misalnya, alokasi penyerapan gaji untuk anggota dewan yang terhormat itu menjadi 5,7 persen dari PAD, Gresik 3,5 persen, Bima 15,2 persen, Sumbawa 14,0 persen dan Polmas hingga 30,1 persen. Sudah dikeluarkan PP tadi, maka dicopkan alias direvisi balik. Apa kata revisi ini? Daerah masuk kelompok pertama, jika selisih antara total pendapatan dan belanja pegawai mencapai Rp 1,5 triliun untuk provinsi dan Rp 500 miliar untuk kabupaten/ kota. Dalam kelompok ini, DPRD dibolehkan mengambil batas tunjangan maksimal. Kelompok daerah sedang, bila kapasitas keuangannya Rp 600 miliar-Rp 1 triliun untuk provinsi dan Rp 200 miliar-Rp 500 miliar untuk kabupaten/kota. Sedangkan kelompok ketiga, kapasitas keuangannya kurang dari Rp 600 miliar untuk provinsi dan kurang dari Rp 200 miliar untuk kabupaten/kota. Begitu hebatnya PP ini walaupun dikeluarkan November 2006 tapi berlaku surut mulai Januari 2006. Maka dihitunghitunglah daerah-daerah yang karam akibat PP ini, pendapatan asli daerah (PAD) minus setelah membayar DPRD. Ada 15 ribu
8
Tabrani Rab
anggota DPRD. Jika setiap anggota mendapat Rp 80 juta, daerah harus mengeluarkan Rp 12,5 triliun. PP 37 tahun 2006 mengatur penghasilan pimpinan dan anggota DPRD. Pendapatan itu terdiri atas uang representasi, tunjangan keluarga, tunjangan beras, uang paket, tunjangan jabatan, tunjangan panitia musyawarah, tunjangan komunikasi dan tunjangan panitia anggaran. Apa lagi didapat dari PP ini? Sebagaimana dikutip dari Media Indonesia (6/1) “Diluar itu mereka masih mendapat tunjangan kesejahteraan berupa pemberian jaminan pemeliharaan kesehatan, pakaian dinas (kancing baju dan celana kolor), dan biaya yang ditimbulkan dari perjalanan dinas. Pendapatan yang diterima DPRD jauh melebihi gubernur yang hanya mendapat Rp 8,4 juta, bupati Rp 5,8 juta, guru besar golongan IV/e dengan masa kerja 32 tahun yang hanya mendapat Rp 6,3 juta�. Sementara gaji saya menjadi guru besar UNRI dengan masa kerja 40 tahun hanya mendapat Rp 2,2 juta rupiah. Kan lebih sedap jadi wakil rakyat daripada jadi rakyat. Sesudah PP tersebut didemo yang disebutkan cara legal untuk merampok uang rakyat maka PP inipun dicopkan pula, makin semerawutlah. Tak ada do namanya Otsus. Pokoknya gaji anggota DPRD yang akan datang begitu hebatnya mengalahkan gaji semuanya mulai dari gaji Presiden, gaji Gubernur, gaji Bupati, gaji profesor. Maka marilah berlomba-lomba menjadi anggota DPRD, sebab pitmas alias pitih masuak pasti lebih hebat dari pitkel alias pitih keluar. Artinya aturan ini aturan dicop. Balik ke pertanyaan semula mana enak jadi bos atau wakil? Kalau itu rakyat lebih baiklah jadi wakil rakyat. Kalau rakyat mendapatkan pekerjaan susah, dapat duit payah. Banyak daerah yang mengalami defisit anggaran. Jika berbagai permintaan tambahan tunjangan seperti yang diatur dalam PP itu dipenuhi, berapa banyak lagi anggaran belanja yang seharusnya digunakan diserap. Ini cara paling cepat untuk meningkatkan angka kemiskinan.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
9
Apa kata wakil bupati Deli Serdang? “Manalah mungkin PPnya tahun 2006, keluarnya tahun 2007, pemerintah disuruh membayar untuk DPRD. Kan nggak mungkin tahun anggarannya 2007 harus membayar untuk tunjangan tahun 2006. Kecuali kalau daerahnya kaya dan memiliki banyak sisa anggaran�. Dari hampir 430-an daerah hanya sekitar 37 yang mampu memenuhi pagu maksimal PP 37 tahun 2006. Direktur Eksekutif Indonesia Corruption Watch (ICW) mengambil ilustrasi kabupaten Pakpak Barat, daerah pemekaran baru di Sumatera Utara yang memiliki PAD sekitar Rp 287 juta. Namun harus mengeluarkan anggaran untuk memenuhi PP 37 tahun 2006 lebih kurang Rp 5 miliar. Kalau diakumulasi untuk seluruh daerah maka anggaran yang harus dikeluarkan hanya untuk membayar gaji anggota Dewan sesuai PP 37 tahun 2006 adalah sekitar Rp 17 triliun. Ini jelas bukan hanya suatu bentuk ketidak-adilan tapi merupakan perampokan uang rakyat yang dijustifikasi melalui PP dan didiamkan terus-menerus. Bangkruuutttt...
10
Tabrani Rab
Bagaimana Tuanku Raja Muda Indragiri
A
dalah Bupati Kuansing Sukarmis. Apa katanya? Pencanangan penanaman kelapa sawit pola pekarangan yang dipusatkan di Desa Pesikaian, Kecamatan Cerenti, rencananya penanaman sawit pola pekarangan dilakukan sebanyak 26.000 batang se-Kuansing. Menurut Sukarmis lagi, pencanangan tanaman sawit pola pekarangan se-Kuansing merupakan wujud kepedulian Pemkab pada masyarakat, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Dengan momentum ini dapat dijadikan sebagai penggalangan kebersamaan, sehingga dengan kemampuan dan kekuatan yang dimiliki akan semakin besar dan terarah dalam melaksanakan berbagai program strategis perkebunan ke depan. Bupati mengimbau, khusus petani yang menerima bantuan bibit kelapa sawit pola pekarangan ini, hendaknya ditanam, dirawat dan dipelihara secara benar. Sehingga nantinya dapat menambah penghasilan keluarga. Kebiasaan menanam di lingkungan pekarangan telah dimulai sejak lama oleh nenek moyang, karenanya senantiasa perlu digalakkan. Para petani disarankan hendaknya selalu berkonsultasi dan meminta petunjuk pada para petugas penyuluh di lapangan, sebaliknya para petugas penyuluh lapangan harus memberikan bimbingan pada petani (Riau Pos 20/1). Himbauan ini tentulah mengingatkan saya kepada rencana Bupati Bengkalis memberikan bibit kelapa sawit kepada Dompas. Tak mudah do, kelapa sawit ini layu dan tak berkembang entah pupuknya entah tanahnya, berapalah akan dapat penduduk kalo Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
11
ditanam 2 batang kelapa sawit?. Betul nenek moyang kita dulu betanam di halaman rumahnya, tapi ada jambu bol, rambutan, sekedar untuk makan sendirilah. Kalau kelapa sawit haruslah dalam skala besar. Sedang dalam skala besarpun Malaysia mengeluh, sudah 20 tahun dengan sawit, biaya tanam kembali menaik. Sementara di Papua New Guinea konon merupakan bibit terbaik, kini berutang dengan Australia. Punah ranah dah Riau ini kalau tak dengan kelapa sawit oleh hutan tanam industri. Konon karena Bupati ini merupakan Raja Muda Indragiri yang sama dengan anak Sultan Malaka jadi Raja Indragiri yang dijemput dengan Rakit Kulim maka sang Bupati pun dijemput dengan Rakit Partai Demokrat . yang menjadi masalah di Indragiri kemana tanah Riau sebanyak ini sementara rakyat disuruh betanam, jangankan tidak aje... Apalagi sesudah Bupati Indragiri Hulu Thamsir Rahman diangkat menjadi Raja Muda Indragiri yang membawahi Inhil, Inhu, Kuansing, maka dikeluarkanlah izin untuk perusahaanperusahaan raksasa di Indragiri yakni PT Bukit Betabuh Sei Indah di Kecamatan Batang Cenaku, Kecamatan Rakit Kulim (14.600 hektar), PT Sei Pahang, PT Artelindo Wiratama di Kecamatan Peranap, Kecamatan Rakit Kulim (60.000 hektar), PT Cita Sumber Sejahtera di Kecamatan Rakit Kulim dan Kecamatan Peranap serta Kecamatan Kelayang, PT Sei Pahang (19.000 hektar). Kenapa tanah yang luas ini dikasihkan ke pendatang?. Ya akibatnya tengoklah Talang Mamak. Padi yang sedang ranum pun di lantak oleh PT Bukit Betabuh Sei Indah alias PT BBSI. Entah bagaimana nasib orang Melayu di kampungnya, yang jelas tanah mereka banyak dirampok. Bisa saja hak rampokan terhadap tanah masyarakat itu atas dasar HGU yang dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan. Dikira oleh Menteri Kehutanan, Riau ini tak bertuan, maka diberilah ratusan ribu hektar HGU kepada Jenderal- jenderal yang mempunyai perusahaan di Jakarta. Dalam realisasinya perusahaan ini tidak saja menebang hutan, tapi
12
Tabrani Rab
menebang semua penduduk asli yang berada di Riau. Kalaupun HGU itu tidak diberikan, bisa juga izin diberi oleh Bupati dalam bentuk IUPHHK-HT (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan KayuHutan Tanaman) kalau Gubernur memberikan izin dalam bentuk RKT alias Rencana Kerja Tahunan, 3 bulan kemudian dapatlah izin HTI (Hutan Tanam Industri) dari Menteri Kehutanan. Kalau PT itu di bawah PT Indah Kiat maka disumbanglah UIN Susqa sebuah gedung kuliah seharga kulit kayu. Ditambah lagi dengan pidato Pak Presiden dan Menteri Kehutanan dengan sponsor Sinar Mas Group “Mari kita atasi Ilegal Loggingâ€?. Kalau PT itu PT RAPP maka dapat pula sumbangan banjir di kampung saya Bagan Siapi-Api. Ditambah dengan Yayasan Tanoto Sutanto, dan sisanya banjir di musim hujan dan asap. Pokoknya begitu dikeluarkan Bupati dan Gubernur habislah kebun rakyat. Tak usahkan K2I, tapi pelicin tandasan kebun rakyat. Baru-baru ini datanglah belasan suku Talang Mamak kepada saya. Jangan tanya kenapa?. PT Betabuh Sei Indah (BBSI) yang merupakan anak usaha RAPP juga mempelasah kebun rakyat. Diajaklah PT Bukit Betabuh Sei Indah ini seperti PT Arara Abadi juga sebagai ujung tombak PT Indah Kiat dimana dibelakangnya terdapat jenderal-jenderal dari Jakarta, aparat polisi dari daerah termasuk PAM Swakarsa untuk melicintandaskan tanaman orang desa yang dimobilisir oleh perusahaan untuk berunding dengan orang-orang desa. Sisanya tentu mudah ditebak, orang desa ini seperti kambing sementara perusahaan dengan dekingan oknum ini seperti singa. Maka dipelantaknyalah suku-suku asli yang telah ribuan tahun menunggu hutan-hutan Talang Mamak. PT BBSI mendapatkan hak untuk mengelola lahan pada akhir tahun 2004 di wilayah administrasi Desa Talang Durian Cacar seluas Âą 3.500 hektar. Dikarenakan tidak adanya pengukuran tapal batas yang jelas oleh PT BBSI mengenai luasan lahan di desa Talang Durian Cacar sehingga selama proses berjalan ada perluasan wilayah operasional kerja dari PT BBSI tersebut sampai dengan Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
13
wilayah administrasi Desa Talang Tujuh Buah Tangga (lahan ulayat). Berdasarkan hal tersebut, pihak Desa Talang Tujuh Buah Tangga meminta pihak PT BBSI untuk mengadakan pertemuan dengan masyarakat Desa Talang Durian Cacar, masyarakat Talang Tujuh Buah Tangga dengan PT BBSI untuk membahas tentang penggunaan lahan di kedua desa tersebut. Pertemuan antara masyarakat Talang Tujuh Buah Tangga dan Talang Durian Cacar dilaksanakan pada tanggal 3 April 2005 di Pekanbaru. Pihak masyarakat diwakili oleh 5 orang diantara Kepala Desa, Kepala Dusun, Tokoh Masyarakat (Jafri, Lihi, Mijo, Sulan, Syamsiar) dari Desa Talang Tujuh Buah Tangga dan 5 orang perwakilan dari Desa Talang Durian Cacar (Batin Laman, Saril, Hutal, Jenawar dan Patih Gading). Untuk Desa Talang Tujuh Buah Tangga didapatkan keputusan bahwa lahan PT BBSI yang berada di wilayah administrasi seluas Âą 6.600 hektar . Dan di dalam pertemuan tersebut terdapat 3 poin penting yang menjadi kesepakatan bersama yaitu : 1. PT BBSI akan memberikan fee hasil kayu alam (chip) sebanyak Rp 5.000/ton. 2. PT BBSI akan memberikan fee hasil kayu alam (log) sebanyak Rp 20.000/m3. 3. Apabila PT BBSI melaksanakan panen dari kebun HTI (akasia) akan memberikan hasil panen sebesar Rp 600/ton untuk kepentingan Desa Talang Tujuh Buah Tangga. Sesudah perjanjian itu diteken, anginpun tak dapat. PT BBSI telah lama beroperasi di atas lahan ulayat adat masyarakat desa Talang Tujuh Buah Tangga, akan tetapi pada Agusuts 2006 barulah PT BBSI membuat tapal batas menggunakan patok merah tanpa melibatkan masyarakat . Namun hanya dilakukan pengukuran sepihak dan tidak adanya keterlibatan aparat pemerintahan desa. Sehingga sampai saat ini wilayah kerja PT BBSI telah sampai pada kebun sawit masyarakat Talang Tujuh Buah Tangga, mengambil kayu (ditebang) kemudian melakukan land clearing lahan dan langsung ditanami akasia. Dan juga sampai menggusur/membabat kebun sawit masyarakat yang siap tanam Âą 250 hektar dan Âą 15 hektar yang telah berbuah pasir (pemilik
14
Tabrani Rab
Amran), 1 batang pohon sialang ”kedundung” di Sungai Catur Naga dan 15 batang pohon Durian. Untuk aksi kedua masyarakat mendatangi Basecamp PT BBSI untuk mempertanyakan kebun sawit yang digusur oelh perusahaan digantikan dengan akasia sekaligus untuk menghentikan operasional dari PT.BBSI di dalam kebun sawit yang sudah berbuah pasir tersebut. Masyarakat ingin bertemu dengan pimpinan masyarakat namun alasan merekan pimpinan sedang tidak berada di tempat sehingga masyarakat diterima oleh Samosir (Pengawas Lapangan) yang bekerja pada PT BBSI tersebut memberikan informasi kepada masyarakat bahwa PT BBSI beroperasional di daerah atas izin yang diberikan oleh Pemerintah dan sudah mendapat persetujuan oleh Bupati Indragiri Hulu No. 331 tahun 2002 tanggal 6 November 2002 dan SK Gubernur Provinsi Riau dengann izin RKT No. KPTS 235/III/2004 tanggal 26 Maret 2004. Yang menjadi pertanyaan bagi kita ”Jangan tanya kenapa” Raja Muda Indragiri sampai hati memberikan izin perusahaan jin ini merampok tanah Talang Mamak, harusnya kan di lindungi? Sekali lagi ”Jangan tanya kenapa” tentu duit. Berselang 10 hari setelah penangkapan kepala desa dan 2 orang warga desa Talang Tujuh Buah Tangga terjadi kembali penahanan Irwan (Pembantu Aparat Desa Talang Tujuh Buah Tangga) dengan tuduhan pemalsuan surat keterangan tanah oleh Kapolres Indragiri Hulu selama 20 hari terhitung mulai tanggal 16 November–5 Desember 2006 di Rutan Mapolres INHU. Dan kembali diperpanjang penahanan kepada Irwan selama 40 hari terhitung mulai tanggal 6 Desember 2006 s.d. 14 Januari 2007 di Rutan Kejaksanaan Negeri Rengat. Inilah nasib rakyat Riau, di Sakai dibabat oleh Arara Abadi dapatlah kulit kayunya dinikmati oleh UIN Susqa, di Talang Mamak dibabat oleh PT Betabuh Sei Indah (BBSI) sebagai anak PT RAPP. ”Jangan tanya kenapa?” Hepeng do mangatur negara on
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
15
ditambah dengan orang-orang Jakarta. Maka licin tandaslah suku Talang Mamak dan Sakai. �Jangan tanya kenapa?� tentulah duit... tentulah duit...habislah dikau Sakai...habislah Talang Mamak ...
16
Tabrani Rab
Burung Pejabat
B
ahasa Indonesia ini memang cantiklah. Paling tidak inilah kata Pak Soeman HS. Cobalah seandainya kita punya keponakan maka yang sulung dipanggil Ulung, yang bungsu dipanggil Ucu dan yang ditengah dipanggil Pak Ngah. Coba bandingkan dengan bahasa Inggris, tak ada do. Adik beradik dipanggil brother (untuk laki-laki) dan sister (untuk perempuan) dan abang yang ditengah tak ada, kalau bahasa Indonesia ada seperti saya dipanggil Pak Ongah ada lagunya lagi Pak Ngah Balik. Kalau abang older brother, younger brother dan seterusnya. Sankinkan bingungnya orang Inggris burung kakak tua pun disebutnya cockatoo, kan mencuri bahasa kita tu. Yang sedapnya lagi bahasa Indonesia susu, mulai dari yang diminum sampai yang menonjol hee...he..., disebut susu sehingga orang Melayu yang sudah tua betul mengenal pula nyanyi Jut jut tung kelampai Mak Nari, susu Mak Betung dua jengkal tiga jari (alamak panjangnya dekat sedepa). Balik dari hal yang begini bahasa Inggris bagus, susu yang didada disebut breast, susu kental cream, puting susu nipple, menyusu wet dan yang diminum milk. Begitu bagusnya bahasa Indonesia tak bisa membedakan antara burung yang disangkar dan burung yang di..... Kalau ada anak kecil �itu� nya disebut burung juga. Tanya kenapa? Karena kebiasaan bahasa saja, tak ada sayapnya do, batukpun tak pernah tapi tetap saja burung. Kalau sudah tua tentu bukan burung lagi yaa.. macam-macamlah namanya. Kalau masih muda namanya alif, kalau sudah tua namanya waw, kalau betul-betul sudah tua nama burung inipun berganti nun artinya
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
17
sudahlah bengkok bertitik pula lagi ditengahnya persis seperti ulat mentibang. Biasanya kalau sudah begini yaaa..., namanya qatam alias tamat. Saya masih ingat pada tahun 80-an terjadilah wabah flu diberbagai negara Asia. Biasalah kalau sudah penyakit orang Shanghai menyebutnya flu Hongkong sementara orang Hongkong menyebutnya flu Shanghai. Yang tak pernah saya dengar flu Melayu. Banyak yang kena flu dan banyak pula yang mati. Dalam wabah flu yang begini hebat, ayam tak kena. Kalau ayam itu tahu bahwa flu itu dapat menular pada ayam tentulah semua burung membilangkan ”Kita bunuh saja semua manusia supaya kita tak dapat flu”. Nah, bagaimana kalau ada masalah baru? Kira-kira 10 tahun yang lalu di panti pijat di jalan Tengku Umar adalah dua orang penderita AIDS. Berkali-kali darahnya diperiksa tetap saja positif. Waktu itu AIDS masih sesuatu yang baru. Karena tak tahu jalan keluar sayapun mengirim kedua perempuan ini ke kantor sosial dan saya sendiri yang menyupir supaya penderita AIDS ini tidak lagi beroperasi sebagai PSK alias pelacur. Di kantor sosial bukannya kedua penderita ini diisolir tapi balik petugas kantor sosial memberi saya ceramah, kebetulan pula beliau ini dari Bagan. “Ngah, kalau sekali tak apa do Ngah, tak menular do kalau berkalikali aa.. barulah bisa kena“. Saya yang sudah membaca AIDS dan telah menengok ke Thailand dikasih pula ceramah, dalam hati saya citanlah. Lalu disuruh bawa ke kantor polisi, dikantor polisi adalah dua jam saya menunggu entah apalah yang mau dilakukan dengan perempuan ini. Lalu Pak Polisi memanggil saya “Sebagusnya mau diapakan“. Rupanya polisi ini tak pula tahu bahkan saya kira mendengarnya pun baru sekali. Alhasil bilal husal saya disuruh pula membawa ke Kodim, waktu itu untunglah yang menjadi Dandim adinda saya Agus Ramadhan yang waktu itu ditolak oleh Soeripto menjadi Bupati Kampar. Akhirnya ditahanlah selama 2 hari. Ujung-ujungnya saya ditelepon lagi oleh petugas Dandim untuk mengambil kedua perempuan ini. Tentu berbahaya, apalagi kalau tinggal di rumah sementara saya bujang lapuk, astagfirullah.
18
Tabrani Rab
Karena tak ada jalan keluar lagi sayapun mengasih duit, rupanya tinggal di Padang. Saya kirimlah ongkos ke Padang, tambah uang makan walaupun demi Tuhan tak ada do apa-apa sebab saya takut menengok penderita AIDS di kuil-kuil Budha di Bangkok. Sekarang timbul lagi masalah baru bukan AIDS tapi flu burung alias Avian Flu. Sebentar terdengar ayam mati karena virus H5N1 . Tak tanggung-tanggung di Armenia sampai ke Australi dan terdengar pula di Scandinavia, macam manalah virus ini terbang. Sudah itu terdengar pula ayam ini mati bukan karena virus H5N1 saja tapi ada pula virus lain, ayam mati manusia tak mati. Sudah itu digambarkan pula virus ini melalui babi, untunglah saya tak makan babi. Karena ketua WHO sekarang yang namanya lupa dari Cina ketika ditemukannya strain baru di Cina maka sang Direktur WHO ini dengan tegas mengatakan nonsen. Yang menarik bagi kita di Indonesia seperti AIDS dulu juga, simpang siur. Sebentar keluar di peta bahwa Riau tak masuk tapi Sumatera Utara dan Sumatera Barat masuk walaupun ayam bermatian disemua sungai Rokan, Indragiri, Kampar dan dinyatakan positif flu burung. Pak Walikotapun bilang Pekanbaru harus bebas burung, entah burung yang mana tak dibilang. Bagaimana reaksi Sutioso di Jakarta? Dengan tegas dia menyatakan “Mau dibunuh atau mau membunuh (ayam)“. Kemudian di Jawa Barat melimpah ayam ini dicampakkan ke sungai-sungai karena tak sempat dibakar. Ayampun menjadi tak laku bahkan perai pun orang tak mau makan. Kemudian menonton TV tiap hari korban di rumah sakit Persahabatan dan rumah sakit Sulianti Saroso penuh oleh flu burung dari Bekasi. Wakil Presiden memberi pula Fatwa �Ayam ini perlu dibasmi di daerah-daerah yang terjangkit flu burung saja�. Tak ketinggalan pula menyuntik ayam ini dengan vaksin dan membersihkan kandang dengan desinfektan. Terdengar pula laporan ayam yang disuntik vaksin ini mati. Gubernur Riau ragu. Boleh memelihara ayam tapi harus bersih dan memberikan vaksin. Sementara Walikota kebijaksanaan zero ayam. Kalau ditanya duit pengganti Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
19
ayam yang dimatikan ”Ooo.. itu soal belakang”, pokoknya iklan Sutioso laku ”Mau dibunuh atau mau membunuh”. Tiba-tiba saja Metro Riau (27/1) ”Burung pejabat Riau wajib disemprot” (entah burung yang mana) tapi yang jelas ditujukan pada pejabat maupun PNS di Riau. Rupanya yang rentan ini cuma PNS, kalau tak PNS matilah dikau. Tak ketinggalan pula Kepala Dinas Peternakan mengaku ”Gubernur Riau sudah menginstruksikan pelarangan pemeliharaan unggas kepada seluruh pejabat dan PNS se propinsi Riau. Namun kalaupun ingin tetap memeliharanya pejabat maupun PNS wajib mengantongi sertifikat dari Komisi Daerah Penanggulangan flu burung”. Rupanya menurut Pak Gub dan Kepala Dinas Peternakan burung, PNS yang harus diperhatikan bahkan tak tanggung-tanggung untuk menekan mata rantai penyebaran flu burung pihaknya telah melakukan penyemprotan, tak hanya dipemukiman warga, unggas pejabatpun telah disemprot desinfektan. Walaupun sudah 1.261 ayam yang mati mendadak di Pekanbaru tampaknya Dinas Peternakan Kasi Kesehatan Hewan, Firdaus bersama Rumah Tangga Kantor Gubernur telah mengadakan penyemprotan desinfektan, minimal bisa menekan penyebaran flu burung. Seperti penyebaran AIDS juga TNI pun dikerahkan bukan di Poso saja. Apa kata Presiden? ”Lawan unggas, TNI dikerahkan. Presiden memerintahkan Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto agar TNI melakukan operasi bakti pemberantasan flu burung”. Kalau ada yang lebih tinggi dari Presiden mungkin dikerahkan peluru nuklir Iran yang belum jadi-jadi itu dan Korea Utara. Tanya Kenapa? Karena flu burung ini memang jahat. Maka keluar pula disamping Banpres untuk Mandau keluar pula 6 Inpres kepada semua pejabat ”Kemajuan semua kegiatan yang dikoordinasikan oleh Menko Kesra ini agar dilaporkan tiap bulan pada Presiden dan Wapres”. Rapat sore itu diikuti oleh Menko Kesra Aburizal Bakrie, Menko Perekonomian Boediono, Menko Polhukam Widodo AS, Mendagri M. Ma’ruf, Menkeu Sri Mulyani, Menkes
20
Tabrani Rab
Siti Fadilah Supari, Mentan Anton Apriantono dan Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto. Karena laporan itu tiap bulan dan Indonesia sudah merupakan angka tertinggi di dunia kena flu burung maka laporan itu kira-kira begini ”Bapak Presiden yang terhormat. Laporan; Berdasarkan 6 Inpres yang dikeluarkan oleh Bapak Presiden semua burung telah dimusnahkan termasuk semua burung PNS dan burung Gubernur Riau yang hanya dikasih desinfektan sebab menurut Kadis Peternakan Riau telah sesuai dengan prosedur. Laporan selesai”. Lalu Presidenpun mengatakan ”Kembali ketempat”. Sayapun membalik-balik buku karena saya juga pernah menulis buku Virus dan Bakteri. Apa kata buku ini? Desinfektan bukan untuk membunuh virus do....Bahkan virus penyakit hati sampai 250 derajat pun tak mati-mati. Jadi Pak Kadis, bunuh sajalah semua burung pejabat supaya tak lagi berkokok ”ku ...kukk...ku....kukk....” Sebab pejabat pun tak boleh memainkan burungnya terlalu banyak ”Turr..kutuur..kutuur...” dan tak boleh berpoligami. Sedikit lagi kita tak lagi mendengar lagu ”Ku ku ku ruyuk begitulah bunyinya, kakinya bertanduk, hewan apa namanya”.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
21
LAM
S
atu kali saya kedatangan tamu dari Dubai. Konon dia ingin bertukar-pikiran dengan Islam di Indonesia. Tentu saja tidak ada kesulitan sebab sedikit banyaknya saya tahu jugalah mengenai agama suci yang saya anut ini. Kamipun lewat jalan Gajah Mada-Diponegoro, yaa.. biasalah jalan protokol. Tiba-tiba matanya terbelalak karena disimpang jalan Pattimura rumah saya ada tulisan Arab. Karena saya tak lancar mengaji maka kalau Arab itu berambut dapat jugalah dibaca dan tahu jugalah kita entah jantan entah betina. Tapi kalau tulisan Arab gundul ini kerjaan yang paling besar. Saya minta dia membaca tulisan Arab nama jalan ini. Karena saya tahu jalan ini “Diponegoro” maka diapun membaca “Dipuniguru”. Diapun bertanya “What this the meaning Dipuniguru?”. Sayapun menjelaskan bukan Dipuniguru tapi Diponegoro “He is our hero against the Ducth colonialism”. Nampak saya dia makin tak mengerti. Dalam hati saya matilah dikau. Maka teringatlah saya ketika datang ke Al-Azhar bersama pelajar mahasiswa Riau di Mesir “Ngah, disini ada fakultas H”. “Apa barangnya tu”, kata saya. “Ya bagaimana kita membaca H digabung dengan huruf lain. Walaupun kawan di Kairo ini menjelaskan hubungan H secara tajwid sedikitpun tak ada perhatian saya. Yang saya pertanyakan dapat ndak dengan H ini mencari makan ha.. haa..hu..hu..hiii. Balik ke kawan ini, dia balik bertanya “If only you understand what for the Arabic letter”. Sayapun menjelaskan hanya untuk mengingatkan bahwa Melayu ini identik dengan Islam dan huruf Melayu itu simbol dari Islam. Walaupun saya tahu betul Injil
22
Tabrani Rab
Koptik dalam tulisan Arab dan bahasa Arab juga. Sebab 10 persen dari penduduk Mesir Kristen Koptik. Jadi artinya huruf Arab itu tidaklah identik dengan Islam. Tapi kenapa kawan ini betanyatanya betul. Sayapun ke Dubai tak pernah nanya-nanya, kenapa ada orang Amerika telanjang sepanjang jalan. Dikali yang lain saya ke Cina. Pergilah saya ke mesjid Ibnu Waqas, sahabat yang dikirim Nabi untuk menyebarkan Islam ke Cina. Artinya nabi menyadari betul walaupun hadisnya membilangkan “Tuntutlah ilmu kalau perlu ke negeri Cina”. Namun Rasulullah tetap mengirim sahabatnya Waqas ke Xian. Saya tak menengok bentuk mesjid, memang ada lima bangunan baru sampai ke mesjid. Bangunan mesjidnya persis toapekong. Artinya Ibnu Waqas dalam menyebarkan Islam tidaklah merusak budaya Cina. Hanya dalam dinding mesjid ini dinukilkanlah dengan cantiknya ayat Al Quran. Tapi karena sudah berumur hampir seribu tahun ayat-ayat yang timbul ini masih mudah dibaca. Kebetulan ada pula seorang Iran yang datang dari Taheran ke mesjid ini. Payahnya dia tak bisa bahasa Inggris dan saya tak bisa bahasa Iran. Kesudahannya bahasa Tarzanlah dipakai. Untunglah dia mengerti bahwa yang saya maksudkan sembahyang tahyatulmesjid. Nah, dengan pengurus mesjid yang kebetulan tua renta dapat pula berbahasa Hokkian dan saya sedikit banyaknya dapat menguasai bahasa ini. Yang anehnya kalau kita memberikan salam ”Assalamualaikum” maka dijawabnyalah “Lam”. Sama dengan Uttarparadesh kalau ada yang meninggal dengan malas dia menyatakan “Innale wa inna le”. Lama saya baru mengerti “Innalillahi wainna ilaihi rojiun”. Ketika MUI tiga tahun yang lalu mengajukan proposal ke Gubernur di bulan Desember saya menjadi bertanya kepada ketua MUI nya “Apa dasar anda ke Beijing?” dijelaskannyalah hadist ”Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina...Masyaallah...hadist ini bukannya hadist Qudsi. Sepulangnya rombongan MUI dari Beijing saya pun bertanya pada ustadz Sulaiman yang ikut rombongan “Mati
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
23
kami nak..., tak bisa keluar hotel do..., menggelatuk. ngambil air sembahyang pun bukan main sejuk”. Inilah MUI dulu mudahmudahan sekarang bagus. Balik ke pangkal cerita dengan LAM maka kalau di Cina ini artinya Assalamualaikum. Kalau dalam bahasa Arab banyak diteruskan dengan lamyalid walamyulad dalam surat Al-Ikhlas. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Apalagi Lam entah macam mana ceritanya Ekmal Rusdi pun menulis “Saran dan harapan buat LAM Riau”. Apa kata Ekmal? Penempatan para Rektor (UNRI, UIN, UIR, UNILAK) sementara Rab University tak diikutkan, disamping keadilan dan pemerataan masyarakat Adat dari Kabupaten/Kota perlu dipertimbangkan (Riau Mandiri, 31/1). Berdasarkan pendapat Pak Ekmal ini mungkin masih disangsikan saya ini orang Melayu. Asliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii betul, Sakai lagi. Kenapa Universitas saya tidak didudukkan? Padahal satu kali saya mendapat telpon dari Menristek bahwa dia ke Pekanbaru untuk melihat titik api dan bertemulah dengan beliau di rumah makan Melayu timbullah gagasan saya supaya mahasiswa diaktifkan untuk kampanye anti illegal logging. Kalau Universitas saya tidak didudukkan, iyalah...tak apa do. Sebab saya pun tidak sependapat dengan Ekmal, begitu Kepri terpisah Dun Usul tak boleh duduk di LAM Riau. Ah janganlah begitu pula. Hanya kalau sampai Melayu tersentuh saya menuding muka Imam Munandar “kalau tak ibu saya dulu yang mati ibu kamu yang mati”. Rupanya jalan Harapan Raya itu digantinya dengan jalan Imam Munandar mungkin Walikota yang satu ini tak tau politik Riau. Yang hebatnya lagi, saya yang menuntut pusat supaya mencurahkan minyak untuk Riau kalau tidak Riau merdeka maka anggaran Riau itupun melejit dari 250 miliar sampai ke 18 triliun. Saya pun percaya pada buku yang ditulis Moszkowski ”Orang Melayu itu tak pandai berterimakasih” lebih pandai orang Melayu asli alias Sakai. Memang terasa betul bagi saya tak ada perhatian pemerintah do…, pada saya. Padahal saya dedengkot gerakan
24
Tabrani Rab
Melayu Merdeka. Tapi sudahlah.... Tentulah maksud Ekmal Rusdi ini bukannya Assalamualaikum bukan pula lamyalid tapi Lembaga Adat Melayu Riau. Tampaknya LAM yang satu ini bursanya memanas. Pertama Kakanda saya yang Ayah saya dengan Ayah beliau sangat-sangat dekat yakni Tenas Effendi mengundurkan diri. Padahal dialah inti dari LAM. Apalah pasalnya mundur? Yang setahu saya mungkin merajuk mungkin juga tak cocok. Saya berani bertaruh 90 % dari otak Kakanda ini budaya Melayulah isinya. Dan ini diakui dunia internasional sampai mendapat gelar Doktor dari UKM. Tak lama kemudian gempa pula lagi. Apakata surat kabar Metro Riau “Pak Wan mundur”. Begitu membaca saya pikir Wan Darlis rupanya Wan Ghalib tokoh pendiri provinsi ini. Dari mudanya saya kenal kadang-kadang saya kagum dengan penguasaan politiknya. Kenapa Wan Ghalib mundur? Menurut dokter, katanya kondisi kesehatan sudah tidak memungkinkan untuk banyak beraktivitas. ”Saya juga sudah tidak boleh emosi, biarlah yang muda untuk maju”. Tuturnya. Wan Ghalib mengatakan, kalau mau dipersoalkan, di tubuh LAMR memang banyak yang harus dipersoalkan. Namun dia lebih memilih untuk tidak mempersoalkannya. (Metro Riau, 3/2). Satu kali dalam peringatan hari ulang tahun provinsi saya pun melihat muka Wan Ghalib, matanya membasah apa katanya? ”Saya lah yang masih hidup sesudah Daeng Yannur meninggal mendirikan Provinsi Riau ini tak pernah saya diminta sambutan do”. Yah begitulah Riau 5 tahun saya berendam di DPOD sesen haram tak menetes duit otonomi ini. Ya makanlah pecel lele dipinggir jalan di Jakarta. Balik ke soal pokok, apa komentar Wan Ghalib? lagi ”Seakan akan kita ini tak pandai meretas diri. Yang sedikit-sedikit itu ya sudah biasa. Tak perlu di buka. Biarpun saya merasa tersinggung, namun saya rela saja. Saya cukup tolerir walaupun saya sebagai pendiri, seharusnya duduk di dewan terhormat. Tapi saya Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
25
disamakan dengan orang banyak. Sebagai salah satu ketua pun saya tidak. Tapi saya mengundurkan diri tidak karena itu. Tapi lebih pada kesehatan saya� jelasnya (Metro Riau, 3/2). Untunglah dalam usia tua ini saya tak tau banyak dengan LAM tapi lebih banyak tau mengenai Waw dan Nun, sebab Alif dah lama ilang..... Ada jugalah yang menghibur saya Pasha dari grup Ungu �Andai ku tahu, kapan tiba ajalku. Ku akan memohon Tuhan tolong panjangkan umurku. Andai ku tahu, kapan tiba masaku. Ku akan memohon Tuhan jangan Kau ambil nyawaku. Aku takut akan semua dosa-dosaku. Aku takut, dosa yang terus membayangiku.�
26
Tabrani Rab
Bahasa Ikan Belukang
G
ebrakan “Mari Membaca” begitu hebatnya. Sampai-sampai ada baleho Tantowi dimuka Badan Arsip Propinsi. Boleh jugalah gambarnya berdiri, menyaingi gambar-gambar Rusli Zainal, Herman Abdullah, Aburizal Bakri dan entah gambar siapa lagi. Tentu saja kita mendukung usaha yang begini. Hanya saja kalau asap dan air sudah masuk lubang hidung dan lubang telinga sementara perut kosong dilantak dek banjir, bagaimana kita mau membaca. Gerakan ‘Sejuta Buku’ tentu saja kita dukung hanya bagaimana membangkitkan “habit reading” alias budaya membaca. Pada tahun 1990 saya ke Tokyo bersama anak saya Susiana, oleh karena pembukaan museum yang baru yakni Edo Museum yang begitu megah. Lalu saya ceritakanlah dengan teman saya, ada museum yang lebih besar dari museum Edo ini di Pekanbaru yakni museum Riau yang sudah menjadi museum. Tentu saja didalam museum ini tergambarkan restorasi Meiji alias kekuasaan raja-raja kecil memberi kuasanya kepada Meiji karena takut penjajahan Barat telah sampai ke Formosa. Disamping itu pula Meiji memasukkan ribuan guru-guru dari Eropa dan Amerika untuk melatih anak-anak membaca. Bukan setakat ini saja, anak-anak balik sekolahpun ditangkap oleh Meiji untuk dikirim ke Amerika dan Eropa. Tentu saja untuk sekolah. Yang hebatnya dicelah-celah gambar Teluk Tokyo yang terbakar tampaklah gambar seorang guru yang sedang memeriksa rapor anak-anak. Siapakah gerangan? Masyaallah inilah Meiji. Persis kalau anda
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
27
berkunjung ke Istambul maka tampaklah gambar Kemal Attartuk Pasya yang sedang mengajar murid-murid di desa. Sebenarnya tidak pula kita kalah dengan zaman dulu. Saya masih melihat gambar meneer Suko, ayah saya, dan guru-guru dari Jawa yang mengajar di Holland Indische School. Nenek saya yang sedang membawa bakul belanja berkali-kali ditangkap oleh Datuk Harun yang ketika itu menjadi guru “Ooo… Kiah, iko huruf apo ko Kiah?”. Karena nenek saya tak pandai membaca maka Datuk Harunpun menyanyi “Anak pelahap, buncit perutnya, memakan banyak buah rambutan. Apo tu namonyo Kiah?”. Nenek sayapun tercengangcengang. “Ikuik aku Kiah. Aaa….”. Tak disangka tak dinyana Soekarno pun pada tahun 1970 mendengungkan bahwa negra Indonesia 100 persen telah melek huruf kecuali nenek saya. Padahal kalau kita rajin menonton Al Jazeera nampaklah angka-angka buta huruf sangat tinggi di Arab Saudi dan mulai melangkah di negara-negara Teluk seperti Dubai, Abudabi, Qatar, Emirat Arab. Inikan namanya pembengak. Yang menjadi soal bukan bukunya tapi membangkitkan kebiasaan alias habit reading. Ini bukan soal mudah. Apalagi di negara Indonesia ini dimana birokrasi berbelit-belit. Cobalah akui pada diri sendiri, pernah ndak membaca lebih dari 3 jam. Paling 10 menit dah itu tecampak. Yang dibacapun bermacam-macam anak-anak dan orang tua buku komik, wanita-wanita membaca majalah nova, para laki-laki lebih sedap bebual kasih ubi tambah kopi sampai subuh bebual. Untunglah kota ini sudah punya Gramedia. Itupun banyak yang membalik-balik ketimbang membeli. Tahunya dia agama perintah Tuhan yang utama Iqra ‘Baca’. Tapi sekitar pidatolah. Sisanya ngorok. Tentu saja kita menguji gerakan pemerintah “Gerakan Sejuta Buku” bahwa buku ‘The library congress’ Amerika jumlahnya satu milyar dan dapat diakses melalui komputer. Lalu kita bangga dengan anggaran lebih dari 20 persen untuk pendidikan, tapi sekolah bayar juga dan buku tak juga gratis. Padahal dulu waktu saya masuk SD semua buku gratis. Mulai dari buku “Ini si Didi”. Sepuluh tahun berkembang lagi “Ini Bapak
28
Tabrani Rab
Budi�. Zaman kini lain lagi, lain menteri lain buku, lain tahun lain buku. Pokoknya tender, hepeng. Manalah bisa gerakan begini menciptakan hobi membaca. Kalau saya pulang kampung saya di Bagan teringatlah saya kepada pengurus Muhamadiyah yang harus meletakkan beras secanting didepan pintu. Dan beras secanting inipun terkumpul menjadi gaji guru. Kelakuan ini persis ditiru oleh Korea ketika perang Korea 1952 selesai maka ditirulah Bagan kampung saya, masing-masing murid meletakkan beras secanting didepan pintu untuk gaji guru. Gerakan ini disebut dengan gerakan membaca dan tak sampai 20 tahun maka gerakan raksasa seperti Hyundai bangkitlah di Korea dan kini dengan LG nya yang terkenal mendinginkan kamar-kamar rumah anda, membuat kulkas sebelah hangat sebelah dingin walaupun sewaktu-waktu terancam oleh nuklir Korea Selatan. Begitu pula Eropa bukannya bangkit begitu saja tapi melalui media terjemahan karya-karya Islam oleh Bocacio dan Petrarca dan Martin Luther tidak lagi menguasai Paus maka bahasa Latin inipun masuk merambah Eropa. Bahasa Inggris tinggal 20 persen kosa kata Anglo Saction sisanya kosa kata Latin. Nah, bagaimana dengan kita? Sudahlah bahasa ini dibangun oleh Raja Ali Haji dengan gramatika dan kosa kata Arab bahasa inipun masuk ke Malaysia dan Indonesia dan mereka malu menyebut bahasa Melayu. Pada tahun 1957 dengan Deklarasi Razak ditetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional tapi kemudian waktu Datuk On, bahasa Melayu ini diganti dengan bahasa Malaysia. Begitu pula di Indonesia, walaupun Sumpah Pemuda tahun 1928 menyebutkan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar tapi kemudian juga malu bahasa Melayu disebut sebagai bahasa Indonesia. Ketika bahasa ini dirusak dengan akronim terutama oleh TNI dan Polri sehingga ada istilah Kelompencapir oleh Harmoko yakni �Kelompok Pendengar, Pembaca dan Pemirsa�. Yang ditengok adalah cerita Unyil, muntah melihatnya. Ketika negara lain bangkit dengan TV Global ala CNN, CNBC, BBC dan Al Jazeera lalu kita menonton TV kita yang ditayangkan itu ke itu juga, cerita banjir, cerita pemulung, ada juga selebriti, dan sisanya Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
29
konyol. Ketika saya diminta komentar oleh teman-teman kenapa tidak menonton TV nasional. Maka sayapun menjawab “Tayangan TV Indonesia itu hanya pembodohan saja�. Apalagi yang merusak bahasa ini? Anak-anak muda yang memasukkan akronim sehingga bapak menjadi bokap, ibu menjadi nyokap, duit menjadi doku. Pokoknya habislah bahasa Indonesia ini. Belum juga lagi punahranah maka datang pula ahli-ahli penggalian bahasa yang disebut dengan bahasa archais bahasa nenek moyangnya dulu sehingga kita bukannya maju ke depan tapi mundur ke belakang. Istilahistilah yang seharusnya diganti dengan bahasa Inggris dibuat pula kosa kata tersendiri seperti sophisticated diubah menjadi ngaceng dan gigih. Waktu Mulyono menjadi penyusun kamus besar bahasa Indonesia maka kata-kata standarpun harus diganti dengan katakata Soeharto; kan menjadi ken, untung ndak pakai cing alias kencing; makin menjadi mangkin. Sesudah 20 tahun saya diturutkan dalam berbagai pertemuan bahasa di Malaysia untuk mendorong bahasa ini menjadi bahasa sains dengan memasukkan kosa kata Latin, katakanlah hati yang mempunyai sedikitnya mempunyai 20 hati; hati-hati, makan hati, sakit hati, panas hati dan sebagainya sementara bahasa Latin hanya ada hepar. Sayangnya sesudah 20 tahun Malaysia mengambil kesimpulan balik ke bahasa Inggris. Maka dari taman kanak-kanak sampai universitas digunakan bahasa Inggris. Bila tidak mau ketinggalan lebih jauh dengan Singapura maka tinggallah bahasa Indonesia satu-satunya bahasa diantara 300 bahasa daerah namun bahasa ini hanyalah sebagai lingua franka, tak dapat dibebani dengan sains. Maka K2I pun menjadi Ka Ki Ku Ke Ko. Kita harus mengaku bahasa Melayu alias bahasa Indonesia ini hanya bahasa yang bergerak dalam bidang sajak menyajak. Kalau sudah menjadi bahasa ilmiah maka kemampuannya pun hilang. Alamatkan kita semua jadi bebal. Saya mendukung usaha pengumpulan sejuta buku tapi tidak yakin bahasa usaha ini akan menciptakan masyarakat sains. Istilah Bagannya bahasa ikan belukang, kepala besar isi tak ada ...
30
Tabrani Rab
7 Atuk-Atuk
B
agi orang Siak kalau kita becakap banyak dan pembengak maka orang Siak pun menyebut Labu Menjalo (Labu menjalar). Entah darimana istilah labu ini saya pun tak tahu. Waktu saya masih kecil ayah saya paling suka membawa saya ke Padang. Sebab ketika itu ibukota Sumatera Tengah memang di Padang. Hotel yang terkenal pun namanya Hotel Machudum. Kadangkadang kami menginap di hotel Selekta dekat stasiun kereta api Bukittinggi. Dua hal yang sangat menarik bagi saya 50 tahun yang lalu, di hotel ini ada dansa. Nak ditengok takut dimarahi ayah, tak ditengok keinginan besar. Saya ingat betul waktu itu kami menyewa mobil 250 ribu rupiah dari Pekanbaru ke Bukittinggi. Pagi-pagi berjalanlah kami di Benteng Fort de Kock. Maka pemandangan sangat kontras dengan di hotel Selekta. Di sini masih nampak penduduk memakai baju hitam, celana hitam dan pakai kopiah. Dari kejauhan masih terdengar saluang. Sesudah saya dewasa saya menapak tilas lagi jalan yang ditempuh ayah saya dahulu dan tentu saja dengan kenangan yang sangat indah sebab berkereta api dari Bukittinggi lewat Padangpanjang sampailah ke Padang. Sayangnya pemandangan yang begini kini sudah tak nampak lagi, sawah-sawah sudah berganti dengan rumah. Di bawah jam gadang pun kita anak-anak laki-laki perempuan sudah memakai jeans dan anehnya kalau didengar dari dekat bahasa bahasa Jakarta ‘lu dan gua’ ditambah dengan sepeda dan sepeda motor. Ada juga bahasa yang bercampur minang “Panek gua”. Kalau bicara dengan anak-anak muda lebih hati-hati lagi mendengarnya “saya capek”.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
31
Kalau dia berlari artinya “saya cepat”. Tapi kalau dia terduduk artinya “saya letih”. Begitu juga kalau “galak”, kalau tertawa artinya “ketawa”, kalau sedang marah artinya “galak” (bahasa Jawa). Dulu Hamka mengatakan bahasa Indonesia itu asalnya dari Riau tetapi disebarkan oleh pedagang-pedagang Minang. Tapi sekarang di Minangkabau pun generasi mudanya pakai lu dan gue. Sehingga teori Hamka ini tak lagi berlaku untuk masa depan bahkan namanama orang Minang pun sudah berubah-ubah Syarli Susanto asli betul orang Pariaman, begitu pula nama-nama Jean, Mack sudah menggantikan nama Buyuang. Ada pula namanya Rosmanidar tapi dipanggil ”Roeihhh”, ada lagi Dahniar dipanggil ”Nia” sehingga hati-hati kalau mendengar ”duta besar” bisa jadi ”pembohong besar”. Balik ke cerita semula sayapun berumah tanggalah di Sumatera Barat. Memang akan diberi gelar adat tapi karena saya keberatan lalu saya bawalah istri saya menghadap orang tua saya. Lalu ayah sayapun membisikkan kepada saya sebuah gelar yang tak pernah ada ”Datuak Lamak Diateh”. Berkali-kali ayah saya berkunjung ke Sumbar dan saya sangat senang dipanggil ”Rang Kayo Gadang” padahal duit saya tak ada do. Saya tentu saja manggut-manggut. Rupanya sesudah zaman otonomi ini pemberian gelar datukdatuk inipun muncrat di Riau. Ada yang namanya Datuk Setia Amanah untuk para bupati, begitu hebatnya Bupati Bengkalis yang mendapat gelar ini listrik pun mati. Seorang teman saya yang menanam modal dan membuka supermarket di Bengkalis mengeluh kepada saya karena listrik mati sehingga supermarketnya tak dapat dibuka. Dia pun menyenandungkan Laksamana Raja di Laut sampai di darat mati. Listrik inipun menjalar makin luas sampai Duri–Dumai dan Ujung Batu walaupun Setia Amanah membeli second hand. Kita ini entah maju entah mundur, entah meniru Malaysia dan semua serba tanggung dihidupkan pulalah Lembaga Adat Melayu Riau. Apa kata Sultan Siak mengenai hukum adat ketika ditanya di Aceh? Maka beliaupun menyatakan ”Hukum adat itu
32
Tabrani Rab
’ni ha’ (sambil menunjuk lidahnya)”. Artinya hukum adat itu cuma ada di lidah saja. Tanah Sakai dirampok Arara Abadi juga kalau tidak Menteri ya Gubernur kalau tidak ya Bupati, dikasihlah izin. Sehingga gelar raja muda untuk Bupati Inhu sesudah dari Rakit Kulim Partai Demokrat dari Batavia membandingkan dengan Rakit Kulim yang membawa Raja Narasinga dari anak Sultan Malaka untuk duduk jadi raja di Inhu. Sayapun banyak ditanya wartawan ”mengapa tak hadir?”. Sayapun menjawab ”Kita ni mau kedepan atau ke belakang?”. Sebab kalau kedepan apa yang dikatakan Toffler dengan energi alternatif, bioteknologi, komputerisasi dan perang bintang harus menjadi corak negara ini kalau memang mau sebagai negara maju. Tapi kalau memberi Datuk begitu terpilih menjadi bupati seperti Bupati Kuansing ”Setia Amanah Simambang Rajo Nan Putih”, Bupati Rokan Hulu ”Setia Amanah Malin Botuah”. Bukan itu saja Gubernur Riaupun diberi gelar ”Syekh Syaidin Panotogomo” dan Bupati Indragiri Hilir diberi gelar ”Kyai Ageng Indragiri” oleh masyarakat Jawa Inhil. Padahal sejak dulu orang Melayu bilang dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Sekarang lain dimana bumi dipijak disitu tanah dikapling. Apa pertimbangan pemberian gelar Syekh Syaidin Panotogomo ini? ”Atas kepemimpinannya yang dinilai mampu melingkupi seluruh bidang kehidupan, tidak saja bidang ekonomi, politik, sosial budaya, tetapi juga dapat berperan dalam bidang keagamaan, Gubernur Riau HM Rusli Zainal dianugrahi gelar oleh warga keturunan Jawa yang terhimpun dalam Persatuan Masyarakat Jawa Indragiri Hilir (PAMAJI) (Riaupos, 12/2)”. Sultan Hamengkubuwono diberi gelar ”Sri Amanah Dwi Wangsa”, tak mengertilah saya adat istiadat Melayu diberikan pula kepada petinggi adat yang lain hanya gara-gara anak-anak banyak menyambung sekolah ke Yogya termasuk Pak Ketua DPRD. Balik kepada gelar saya yang diberi oleh ayah saya ”Datuak Lamak Diateh” selalu membayang-bayangi saya kalau pemimpinpemimpin di Riau ini diberikan gelar. Nah sekarang masalahnya Ketua Lembaga Adat Riau dipegang Azaly Djohan sementara Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
33
Azaly Djohan dalam pengadilan tingkat pertama dinyatakan bersalah dan tingkat pengadilan tinggi bebas. Bebas ini belum tentu bebas sebab bergantung pada Mahmakah Agung. DL Sitorus misalnya dihukum 12 tahun pada pengadilan tingkat pertama, bebas murni pada pengadilan tinggi sebab pengadilan tinggi ini banyak pakai duit termasuk di Riau. Nah, oleh Mahkamah Agung dijatuhkan hukuman 12 tahun, masuk lagi kerangkeng bukan karena merampok tanah Riau tapi karena merampok tanah Sumatera Utara. Nah, kalau nanti oleh Mahmakah Agung ternyata Ketua Lembaga Adat Riau bersalah maka lebih baiklah dibuat, Lembaga Adat Datuk Kerangkeng. Sudahlah berhentilah kita dengan kebodohan-kebodohan, lebih baiklah berfikir secara pragmatis, artinya esensi diatas eksistensi sebab di Jerman pun sekarang tak ada lagi wisuda-wisuda do. Memang satu kali saya berkunjung ke Rektor USU, diapun bercerita ”Pak Tabrani aku mendapat gelar Datuk di Malaysia dan karena gelar Datuk itu aku menerima seribu ringgit setiap bulan”. Nah, bagaimana kalau Datuk Setia Amanah? Paling selama dia memegang jabatan, sesudah itu gelar ini menguap bersama angin lalu. Banyak lagi yang dikerjakan oleh bangsa ini ke depan. Sudahlah bangsa ini tekerunyak, pemimpin-pemimpinnya saling memberi gelar mulai dari Setia Amanah Simambang Rajo Nan Putih, Setia Amanah Malin Botuah, Syekh Syaidin Panotogomo, Kyai Ageng Indragiri. Maka sayapun teringat lagi pada ayah saya. “Batang padi tecuat, labu tegantung, apa nak hati dibuat, badan menanggung”. Tak usah lagi ditampilkan kebodohan di zaman modern ini sebab orang dah muaaakk, he...he...he... Saya pikir betul, rupanya jadi Datuk Maringgih sambil menyanyi ”Tak tontong kalamai jagung, tagunda-gunda sicambuang basi, dahulu balaki aguang kini balaki tukang padati”.
34
Tabrani Rab
Antara Cagubri dan Cakopi
S
ebenarnya tak ada hubungan. Sebab yang satu jadi Gubernur sedangkan yang lainnya minum kopi sambil berbualbual. Akan tetapi setiap saya masuk warung kopi orang selalu membincangkan Cagubri “Siapo menurut Ongah..Ngah…”. Sayapun menjawab “Siapo yang elok sajalah”. Sekali saya minum kopi di Kimteng, itu juga omongan orang, sekali lagi minum kopi di kedai kopi Siak itu juga cerita orang. Maka lama-lama jadi enak juga mendengarnya walaupun bosan. Sekali saya ditanya oleh organisasi mahasiswa “Ngah, mencalonkan diri jadi Gubernur?”. Sayapun menggeleng “Oii.. Indak…. Sedang jadi RT saja aku tak terpilih. Padahal pemilihan RT itu di rumah saya dan diundanglah tetangga. Rupanya tak terpilih juga walaupun Narkoba eehh salah Nasi Ramas Kota Buana sudah mereka santap”. Manalah mau saya turun pangkat. Dulu begini-begini memproklamirkan Riau Merdeka lalu diadakan Kongres Rakyat Riau, eee... dipilih Opsi Merdeka. Tak sampai disitu saja sayapun membawa Viator, Kapitra Ampera untuk datang ke Kedutaan Besar Amerika di Inggris. Tentu saja dengan negosiasi dalam kekeruhan politik begini saya bilang dengan Asisten Bidang Politik Kedutaan Amerika ”Anda boleh menghitung bahwa minyak yang 85:15 persen ini anda boleh ambil 50 persen. Syaratnya satu saja, kapal induk Eisen Hower atau kapal induk Ronald Reagen. Berlabuh di Selat Malaka. Sayapun terpaksa menemui pemerintah Malaysia dan Singapura “Anda akan selamat kalau Riau jadi republik yang memisahkan diri dari Indonesia, tak akan lagi terjadi Ganyang Malaysia”. Tak pula ketinggalan saya
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
35
ketemu Tiro dan Theys di rumah sakit Cikini untuk mengadakan pertemuan antara Aceh dan Irian Jaya serta Riau dalam trias propinsi yang ingin merdeka. Apalagi sesudah Kongres Rakyat Riau memilih opsi Merdeka dengan suara mayoritas. Sayapun melapor kepada Megawati yang ketika itu jadi Wapres dan Hendropriyono yang banyak belajar dengan saya mengenai Destino Columbia di Singapura. Saya tahu betul bahwa instrumen pemekaran propinsi adalah alat ampuh bagi pusat untuk meredam suara merdeka. Ya..., jadilah Hendropriyono menjadi BIN dan melalui saya Huzrin Hood menyuntik propinsi Kepri. Sayangnya dari berbagai pihak tetap saja menyatakan kepada saya politik Amerika masih menganggap negara Indonesia sebagai negara kesatuan dan bukan seperti Bosnia dan Herzegovina bahkan Kosovo begitu lama ingin bebas dari Yugoslavia harus menunggu 10 tahun dan belum juga lepaslepas. Merancang kemerdekaan dengan Hasan Tiro lebih banyak menyisakan sejarah Aceh masa lalu dan melupakan pertentangan antara Tengku, yang keturunan raja dan Teuku, alim ulama, entah berapa belas kali perang. Kebanggaan Hasan Tiro matinya Kohler dimesjid Baiturrahmah �Ooo. ... aku tertembak�, kata Kohler. Lalu tersungkurlah dia dan mati. Sebab pemerintah Belanda sama saja dengan Indonesia sekarang ini. Kalau agak-agak minta merdeka maka dibuat propinsi seberapa bisa. Lebih baik terjadi konflik horizontal. Maluku lebih baik Islam dengan Kristen belantak, ketimbang RMS minta merdeka. Padahal kepala RMS ini namanya Soleh, Islam. Kenapa Riau harus merdeka? Sebab negara ini dipimpin oleh politikus alias banyak tikus yang semuanya hampir mencuri. Negara yang begini kaya dengan sumber alam yang tak terbatas, hidup dengan kemelaratan yang lebih buruk dari Liberia. Bila pendidikan diandalkan untuk mendapatkan generasi yang lebih baik justru pendidikan inilah sarang korupsi yang lebih besar. Bila moral yang terkandung dalam agama untuk menyelamatkan negara ini jsutru Departemen Agama menempati urutan koruptor
36
Tabrani Rab
nomor dua terbesar dengan segala yang serba fiktif sehingga kita harus puas Said Agil sang Menteri Agama ketika Megawati kini menghuni Salemba. Nah, tak merdeka melalui perjuangan separatisme bersama Hasan Tiro dan Theys saya masih untung ikut lagi konvensi partai Golkar, berkeliling mulai dari Aceh sampai ke Jayapura dapat nomor 11 ditambah dengan selebriti. Tak dapat kursi presiden yaaa.. datuk lamak diateh. Masa calon presiden mau dijadikan pula Calon Gubri, puah sisih...Maka Riau Tribune pun menulis ”Aroma Pilgub Riau Memanas, pendukung perang spanduk. Pemilihan Gubernur Riau baru akan berlangsung sekitar satu tahun lagi. Namun panasnya persaingan sudah mulai terasa saat ini. Berbagai bentuk promosi dan provokasi bermuncullah, diantaranya spanduk dukungan tanpa identitas pendukung”. Padahal level saya ini sudah Letnan Jenderal, tak sesuai lagi dengan Gubernur Riau, kata Syarwan ketika berpidato didepan masyarakat Siak didepan hotel Indrapura. Maka di kedai kopi Kimteng sayapun mengulang kata-kata Syarwan Hamid, ”level saya ini sudah level presiden, tak cocok jadi Gubernur lagi do...”. Sayapun membaca otobiografi Thomas Jeferson yang saya beli di Philadelphia Amerika. Apa kata Thomas Jeferson? “Satu kali saya mengundang 13 gubernur untuk hadir di Philadelphia yang ketika itu menjadi ibukota Amerika sebelum New York. Ehh..., yang datang hanya 3 gubernur”. Tanya kenapa? Karena di Amerika semua undang-undang jelas yang mana hak federal dan yang mana hak negara bagian. Itulah pertemuan satu-satunya dalam sejarah Amerika ditaja pertemuan antara Presiden dengan Gubernur. Nah, bagaimana dengan negara kita? Membuat undang-undang seperti mencret. Sebentar keluar undang-undang otonomi ini, sebentar keluar undang-undang otonomi itu. Itu baru sebatas undangundang, ada pula lagi namanya Kepres, Banpres, Inpres, sikit lagi Kompres. Kalau ditanya di Kantor Gubernur “Gubernur kemana Pak?”. “Ya..., ke Jakarta dipanggil Presiden untuk membicarakan Baking alias Beras Aking”. Sebentar pertemuan presiden dengan Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
37
gubernur, sebentar pertemuan presiden dengan Sekda, entah apaapa. Selama saya duduk 5 tahun di DPOD pada tahun pertama saja 5 kali pasal 115 itu bertukar-tukar sebentar begini, sebentar begitu. “Aku begini, engkau begitu, sama saja dan sama gila”. Sesudah itu ada lagi namanya Perpu alias Peraturan Presiden Pengganti Undang-Undang tentunya mesti ada Sampu alias Susunan Administrasi Presiden tapi Sampu untunglah banyak karena menganggur, kakipun melepo. Balik pada pokok karangan Cagubri dan Cakopi, Riau Tribune pun menambahkan “Tak jelas siapa yang memasang, bulan lalu spanduk yang menyatakan dukungan kepada Rusli Zainal untuk tampil sebagai calon Gubernur Riau 2008-2013. Sudah itu muncul pula spanduk Saleh Djasit di jalan Sudirman, Arifin Ahmad, entah disimpang mana lagi” Tentu saja saya marah, masa spanduk saya tak ada. Padahal warna Riau ini sayalah yang menentukan. Kalau saya pidato didepan mahasiswa “Mari kita putuskan dengan demo, hore…”. Aaa.. jadilah tuu…. Tapi sebagai muslim yang sejati saya tahu betul kearifan jauh lebih tinggi daripada pengetahuan dan kegilaan. 3 kali Rasul ditanya masih menjawab kearifan. Baru kali keempat dia bilang ilmu. Dalam bahasa Melayunya ‘santun’. Sudah lama dah Tenas bilang “Tak usah lagi perang spanduk, pilih sajalah dengan hati nurani masing-masing”. Mana tahu ada yang milih calon presiden tak jadi ini. Toh baju saya tetap putih-putih juga. Artinya anggaran oeprasional Gubernur saya berikan pada rumah yatim piatu dan sayapun akan mengikuti politik Chaves di Venezuela. Yang pertama-tama saya ambil tentulah minyak entah namanya Caltex, entah namanya Chevron, lantaknyalah. Minyak ini harus untuk orang Riau. Sebab Riau sudah terlalu dizalimi mau otonomi khusus, mau otonomi usus, lantaknyalah. Barulah orang melihat Ooo… Tabrani ini sebetulnya memang cocok untuk Gubernur Riau, hanya saja belum ada yang milih. Karena itu pilihlah saya jadi Gubernur Riau. Program pertama yang saya laksanakan, semua orang yang berbicara politik dikedai kopi alias
38
Tabrani Rab
Cakopi gratis. Lalu orang pun memanggil saya Gubri Cakopi, hayy…aaa… Gong Xi Fat Chai… Seandainya saya jadi Gubernur semua urusan saya serahkan pada Wagub sebab spesialis saya hanya membaca buku dan menulis. Tak tahu aku dooo… apalagi korupsi, lantaknyalah. Sekali lagi pilihlah aku.. putra Riau yang terbaik, ha…he..he….
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
39
Hormat Pak Kapolda Riau
T
iba-tiba telepon berdering dan diikuti dengan suara “Pak Tabrani buku yang Bapak kirim sudah saya terima, saya mohon kita dapat berbincang di rumah saya�. Sejenak saya terduduk, jangan-jangan masalah Ampaian Rotan juga yang tak selesai-selesai. Masyaallah, Kapolda menampilkan peranan illegal loging PT Indah Kiat dan RAPP. Sejak tahun 1980 belum lagi Indah Kiat terbangun ribuan tual kayu ini yang dikoordinir oleh Dinas Kehutanan diangkut oleh sungai Siak. Saya tak dapat berbuat banyak kecuali mengambil gambar hancurnya hutan Riau oleh Dinas Kehutanan di Riau. Dan dinas ini pulalah dengan korporatkorporat berkongsi meluluh-lantakkan hutan Riau. Pada tahun 1983 ketika izin diberikan kepada Indah Kiat sayapun menangisi bakal hancurnya hutan Riau. Tanya kenapa? Karena Riau dengan perampok hutan dari Singapura dan Kuala Lumpur jaraknya sejengkal. Begitu Bupati Bengkalis menebang hutan Meskom seminggu kemudian saya datang, luluh-lantak hutan Meskom. Dari 10 tahun sesudah Indah Kiat beroperasi luluh-lantak hutan Riau 350 ribu hektar yang diberi izin oleh pusat. Ternyata dalam operasinya 20 tahun tak juga cukup hutan yang seluas ini. Dan yang paling menyedihkan bos Indah Kiat menjadi ajudan Gubernur Soeripto, kebetulan keturunan Tionghoa dan matanya ceme sebelah, persis mata dajal walaupun saya belum pernah menengok dajal. Maka makin luluh- lantaklah hutan Riau ini, itu engkek pula tu. Satu kali Arifin Ahmad yang sudah pensiun dari Gubernur Riau menjual HPH PT Meranti. Entah bagaimana
40
Tabrani Rab
ceritanya perusahaan yang membeli ini pun bernamalah Arara Abadi agaknya untuk menipu rakyat bahwa Arara Abadi ini yang sebetulnya perusahaan dajal dan menjadi perusahaan baik dimata Rusli Zainal sehingga dihadiahkan pula sabuk perusahaan terbaik dalam menyelesaikan masalah biparteit. Arara Abadi ini betulbetul penjahat perang ala Bosnia Holocaust alias pembantaian terhadap suku Sakai karena tanahnya dirampok dan mendapat beking pula dari oknum tentara yang telah pensiun maupun yang belum pensiun mungkin ada juga polisi sehingga anak angkat saya Darus, Kepala Desa Mandiangin didepan mata saya mereka mempelupuh puluhan Sakai dan dimata saya pula mereka meluluhlantakkan rain forest di desa Mandiangin. Sampai sekarang Darus anak angkat saya yang mengambil kuliah di Lancang Kuning harus puas ditahanan di Siak sampai dia mengirimkan SMS �Tak tolok lei Ngah�. Untunglah Riau Pos besoknya memuat gambargambar orang Sakai ini yang dirawat dirumah sakit saya. Berapa tanah yang dirampok oleh Arara Abadi di desa Mandiangin? 2.500 meter kubik. Siapa panglima perang yang melantak Sakai? Jensen Ko (warga negara Taiwan) yang membawahi segala preman dari Medan. Padahal Darus sudah saya kirim ke India sebagai lanjutan dari Pertemuan Bumi Sedunia di Rio de Jenairo akan hak-hak suku asli terhadap hutan, tapi ini semua tak terungkap. Lain dengan perang Israel dengan Libanon dan Israel dengan Palestina yang selalu diliput oleh Al-Jazeera bahwa hati kecil Rizkan yang dulu di CNN melihat pembantaian teroris Amerika ini di Irak maka masuklah tangisan anak-anak di Al-Jazeera dalam acara Witness. Sakai ini tersepit dan terjepit sayang tak ada CNN dan Al-Jazeera sehingga saya terpaksa membawa Hans Kalipke, Nathan sang antropolog yang dapat mengikuti hancurnya kehidupan Sakai dan pembunuhan secara massal terhadap Sakai karena tanah mereka dirampok oleh Arara Abadi. Bagaimana kehancuran hutan Riau karena PT Indah Kiat ini? Perhitungannya dapat dibuat sebagai berikut: satu hektar hutan perawan menghasilkan 80 ton bubur kertas untuk satu ton bubur Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
41
kertas. Satu hektar hutan alam menghasilkan 80 ton bubur kertas. Produksi bubur kertas dari Indah Kiat adalah 24 ribu ton bubur kertas per hari. Jadi diperlukan 24 ribu hektar bubur kertas dibagi dengan 80 ton bubur kertas adalah sama dengan 300 hektar hutan per hari. Produksi ini berasal dari 30 persen HTI dan 70 persen adalah hutan alam. Dengan demikian kehancuran hutan alam yang ditimbulkan oleh pabrik bubur kertas adalah sama dengan 70 persen kali 300 hektar yakni 200 hektar hutan alam per hari. Ini baru dari sektor Indah Kiat. Bagaimana pula dengan RAPP? Semula 20 ribu hektar lahan diberi oleh Gubernur Soeripto kepada Sukanto Tanoto. Penduduk suku Petalangan dianggap hantu dan dibiarkan begitu saja. Saya minta waktu untuk bicara di Parlemen Finlandia yang jelasjelas membantu RAPP yang di Singapura lebih dikenal APRIL dan menyatakan bahwa standar lingkungan yang dihasilkan RAPP sama dengan standar Eropa. Saya tahu betul bahwa di tepi kota Helsinki ada pabrik kertas tapi biaya untuk memperbaiki lingkungan habis dari setengah untung. Dan hasilnya di Helsinki termasuk di komplek kedutaan persis seperti kampung saya di Labuhan Tangga dimana nyamuk bergentayangan. Andai kata diestimasi produksi dari PT RAPP adalah 1,3 juta ton dan 70 persen adalah hutan alam maka PT RAPP menghancurkan hutan alam sebesar 1,3 juta ton dibagi dengan 80 ton dan dikali dengan 70 persen adalah sama dengan 113 hektar hutan alam. Total kerusakan hutan Riau akibat pabrik kertas PT IKPP dan PT RAPP adalah sama dengan 200 hektar sehari (kerusakan yang disebabkan Indah Kiat) dan 113 hektar sehari (kerusakan yang disebabkan PT RAPP) maka total kerusakan hutan Riau sehari lebih dari 300 hektar per hari. Untuk setahun adalah sama dengan 365 dikali dengan 300 hektar sama dengan 109.500 hektar. Sedangkan total hutan Riau di luar HTI terdiri dari HPH seluas 3.481.868 hektar dan pemukiman dan hutan lindung seluas 3.481.868 hektar maka dapat dikalkulasi bahwa HPH ditambah dengan pemukiman dan hutan lindung yakni sebesar 6.963.736 hektar. Realokasi untuk
42
Tabrani Rab
kedua pabrik bubur kertas dan kertas PT IKPP dan PT RAPP yang diberikan pemerintah HPH seluas 3.481.868 hektar, HTI 1.621.693 hektar, perkebunan 1.316.762 hektar sementara pemukiman dan hutan lindung seluas sama dengan HPH. Bila jumlah ini ditotal maka keseluruhan luas HPH, HTI dan perkebunan mencapai 6.420.323 hektar. Jumlah keseluruhan HPH, HTI dan perkebunan itu sendiri sudah melebihi 70 persen dari luas daratan Riau, 9.456.120 hektar. “Sejak itu sampai sekarang IKPP terus menerus dengan leluasa membuang limbah di sungai Siak, sehingga terjadi kematian ikan dan air sampai tidak dapat digunakan lagi oleh masyarakat karena sudah terkontaminasi bau limbah IKPP yang persis sama dengan bau air sewaktu matinya ribuan ikan beberapa waktu lalu�, ujarnya. Para nelayan itu berharap agar Pemerintah Kabupaten Siak tidak berpura-pura dalam persoalan ini. Mereka menilai selama ini, suara rakyat kecil selalu dilecehkan dan kurang mendapat perhatian pejabat pemerintah bahkan anggota dewannya. Keberpihakan pemerintah daerah pada rakyat di era otonomi saat ini perlu dibuktikan, karena selama ini pemerintah selalu berfikir untung rugi masalah investasi dan pendapatan daerah, sehingga masyarakatnya terabaikan. Warga berharap Pemkab Siak hendaknya transparan menginformasikan sebab musabab terjadinya pencemaran sungai Siak ini. Menyikapi hal ini, Senior Director IKPP, Hasanuddin The, tidak memberikan komentar tentang keberatan masyarakat yang sudah lama tentang pembuangan limbah IKPP di sungai Siak. Berapa kebutuhan kayu untuk kedua perusahaan ini? Tahun 1967 sejumlah 4 juta m3, Tahun 1977 sejumlah 28 juta m3, Tahun 1987 sejumlah 40 juta m3, Tahun 1997 sejumlah 55 juta m3, Tahun 2001 sejumlah 70 juta m3 (angka perkiraan). Walaupun Sinar Mas Group yang memiliki Indah Kiat menghadapi bangkrut sebesar US$ 1,2 miliar yang dibantu oleh pemerintah Indonesia dan termasuk kedalam perusahaan yang Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
43
harus direstrukturisasi Indonesian Bank Restructuring Agency (IBRA) diluar dari US$ 12 miliar yang merupakan utang dari PT Indah Kiat, namun demikian ECA tidak pernah mengeluarkan satu pernyataanpun yang menyatakan bahwa kredit sebesar ini merupakan tanggung jawab ECA. Bank-bank perkreditan ECA ini tidak pernah memperhatikan lingkungan hidup yang buruk, etika perdagangan namun tetap mendapat dukungan dari bank yang tergabung dalam ECA.. Kegagalan pemerintahan provinsi maupun kabupaten untuk mengawasi kayu ilegal yang digunakan oleh pabrik PT RAPP dan PT IKPP menyebabkan pabrik ini bebas untuk memproduksi pulp dan paper berapa saja dan dapat menyuplai kayu ilegal sekehendak hati mereka. ECA sebagai perusahaan milik negara-negara kaya yang menanamkan modal pada PT RAPP maupun PT IKPP tidak bertangung jawab terhadap kerusakan hutan dan kredibilitas dari dampak lingkungan akibat operasi dari pabrik yang mendapat modal dari ECA ini. Lama saya bermenung dengan Kapitra Ampera, bagaimana PT Indahkiat yang di Jakarta bernama Sinar Mas Group yang semula menjual saham 10 dolar per saham di New York Stock Exchange akhirnya tak laku, tinggallah 10 sen. Namun hutang Eka Cipta Wijaya kepada BLBI sebesar Rp 13,3 triliun dan US$ 12,4 miliar pada kelompok bank Export Credit Agency (ECA) hanya atas alasan perusahaan tak pernah untung tapi buntung sementara anak perusahaan Arara Abadi melantak segala hutan yang berada di Riau. Jangan dibiarkan kedua pabrik ini menjadi pabrik tekstil Sinivisan meninggalkan hutang 36 triliun ditambah dengan besi buruk. Saya sangat terharu akan film yang ditayangkan oleh Pak Kapolda Sutjiptadi. Bukan itu saja tamu saya Benjamin Singer dari Forest Resources and Public Pilicies langsung menanya “Apa tidak ada hukum yang melindungi suku asli?�. Karena pada malam itu juga saya mengundang BEM makan malam dirumah saya. Saya tertegun mendengar pertanyaan yang begini dan tak dapat lagi berpidato pada 60 BEM yang datang ke rumah saya malam itu.
44
Tabrani Rab
Hampir 40 tahun saya tinggal di Pekanbaru dan baru kali ini saya menemukan Kapolda yang benar-benar menyuarakan hati rakyat. Ketika saya bicara pada Ka’ban bahwa putra Dedi S Komarudin ikut terlibat dalam illegal loging sehingga dapat menyumbang Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian satu milyar. Bagaimana tak banyak duit kalau Kapolda berpihak pada cukong. Babat Pak Kapolda. Bapak dipihak yang benar dan ada ribuan mahasiswa yang berakal sehat mendukung Bapak. Selamat bertindak Pak. Inilah perubahan yang diinginkan Riau. Sekali lagi selamat Pak Sutjiptadi untuk memberantas illegal loging dalam perusahaan legal loging.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
45
Umak-umak Sedunia
S
eminggu sekali pastilah saya makan enak di Aryaduta. Jangan heran American sirleon steak 350 ribu sekali duduk. Tanya kenapa? Karena memang enak. Itu sekarang. Tapi kalau dulu tak ada sirleon steak tu do. Kalau makan dengan Mak saya sudahlah makannya perai, masakan Mak saya masakan paling enak sedunia, lebih-lebih kalau belacannya sekilo sekali makan dan kalau sudah udang kering ditumbuk pakai lesung batu dan diperasnya pula limau nipis makannya pun tetungging. Artinya mertua lewat bukan saja tak nampak tapi tetumbuk. Ada lagi yang paling enak dan sangat nyaman kedengarannya dibandingkan dengan lagu-lagu klasik “Katab, makan si ko aaa... (Tabrani, makan kesini)”. Tikarpun dibentang, alamak sirleon steak itu sekuku enaknya dibandingkan masakah Mak saya. Hampir tiap selesai sembahyang saya mendoakan ”Allahumma firlaha, warhamha, waafihi wafuanha” untuk Mak saya dan untuk ayah saya ”Allahumma firlahu, warhamhu, waafihi wafuanhu” dan berkalikali saya membisikkan dengan Allah dalam tahajud saya ditengah malam seandainya Mak saya dihadapkan oleh Allah kepada saya sejam saja maka ambillah gelar profesor saya, ambillah semua kekayaan saya dan ambillah semua bekas-bekas bini (bagi yang mau). Begitulah cinta saya kepada Mak saya. Sesudah ayah saya meninggal Mak saya pun patah arang sehingga bertambah pula kewajiban saya mencium Mak saya pada pagi dan petang. Sekali waktu oleh karena penyakit kencing manisnya dia tak dapat lagi berjalan “katarak” kata dokter. Maka habislah kebiasaan Mak saya
46
Tabrani Rab
qatam Quran setiap minggu. Saya bukannya tak terpukul tiap hari. Tiap saya makan siang di restoran harus saya bungkuskan dulu untuk Mak saya barulah saya dapat makan. Di zaman modern ini ada yang namanya gender, ada yang namanya hari wanita sedunia, sedikit lagi ada hari jantan sedunia. Ada pula hari hidung belang sedunia. Sehingga terpaksalah kita mengecat hidung kita menjadi kuning dan merah sebab kedua warna inilah yang laku sekarang ini. Ada hari “Cuia” alias hari cucu sedunia dan tak pula ketinggalan “Akiua” alias hari aki-aki sedunia. Nah, kalau ditanya Bapak masuk yang mana tentulah saya pilih hari hidung belang dan hari aki sedunia. Entah bila mulainya tapi macam-macam saja sedunia. Saya pernah pula dapat undangan dengan Soeman HS “Lansia” kalau dibaca lancia. Ini sangat bahaya kalau di Bagan sebab di Bagan ini kalau sudah disebut lan-lan alamat bengkaklah kepala. Ketika itu diperingati di Semarang. Tapi sekarang sudah tak terdengar lagi. Hampir tiap pagi saya sarapan pagi di Pangeran Hotel karena enaknya dan sayapun ngobrol dengan teman saya Hans Kalipke. Hans menjadi tercengang ketika saya katakan tokoh yang saya kagumi di dunia ini adalah Hitler bukan karena sifat pembunuhnya terhadap Yahudi tapi bagaimana dia mengangkat marwah Jerman yang terpuruk sesudah perang dunia pertama 1911-1912 dan perjanjian Versailes membuat Jerman negara yang paling terhina di Eropa. Hitler hanya memerlukan 20 tahun untuk mengangkat wajah Jerman dari yang paling terpuruk yang lebih dahsyat dari terpuruknya kita menjadi negara super power di Eropa. Hanspun menjelaskan kepada saya bagaimana Adenawer membangun kembali seluruh Eropa dan terasalah pada tahun 1948 dokter-dokter Jerman sudah masuk Taluk Kuantan, ke Bagan namanya dr. Wedinger dan mau saja dipanggil ke rumah. Saya masih ingat jam 3 pagi dia dijemput oleh Abah saya karena panas saya yang tinggi. Padahal rumah kami di Bengkalis dapat digolongkan “KKM” alias Kandang Kambing Melayu. Untunglah dr. Wedinger ini masih sempat saya temui di Wina. Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
47
Hari wanita sedunia ini ada yang menamakannya Hari Wanita Antar Bangsa yang bertepatan dengan 18 Februari. Tak pula ketinggalan Avon, produk kosmetik. Apa kata pabrik kosmetik ini? ”Sinonim dengan aspirasi dan kejayaan wanita, syarikat kecantikan jualan langsung Avon membawa satu lagi dimensi serta semangat baru apabila melancarkan kempen pemasaran ke peringkat global ’Hello Tomorrow’ disemua rangkaian perniagaan di seluruh pelosok dunia”. Laporan dari Kuching di Serawak menamakan hari Pertubuhan Pertolongan Wanita (WAO) dan All Women’s Action Society (AWAM). Lebih separuh (54%) dari penduduk negara kita terdiri dari-pada wanita akan tetapi wujud situasi dimana Malaysia hanya ada 9% wanita dalam Kabinet (3 menteri wanita daripada 32) dan hanya 7% wanita dalam dewan rakyat. Data ini semua menunjukkan bahwa wanita Malaysia belum lagi memainkan peranan yang kritikal dan strategik dalam proses membuat keputusan di berbagai sektor dan disemua peringkat. Tak pula ketinggalan Aceh, Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) bersama dengan BRR dan UNIFEM memperingati Hari Perempuan Sedunia dengan tema mempromosikan contoh teladan bagi perempuan pengusaha dan memastikan pengurus-utamaan gender dalam seluruh prakarsa rekonstruksi dan rehabilitasi di Aceh dan Nias. Lebih dari 100 perempuan pengusaha, perwakilan dari lembaga-lembaga donor dan badan-badan PBB serta pemerintah daerah menghadiri peringatan Hari Perempuan Sedunia. Menurut Sylvia Agustina koordinator UNIFEM di Aceh, Hari Perempuan Sedunia kali ini menindaklanjuti Kongres Perempuan Aceh tahun lalu dimana kaum perempuan bersama-sama merekomendasikan tindakantindakan yang harus dilakukan untuk memastikan ketanggapan gender dalam rekonstruksi Aceh. Meskipun demikian di luar dari kebutuhan yang mendesak untuk memperoleh pendapatan, kaum perempuan menghadapi kesulitan dalam mencari pekerjaan yang layak dalam situasi pasca tsunami di Aceh karena kurangnya keterampilan dan pengalaman kerja. Sebagai bagian dari upaya
48
Tabrani Rab
ILO penting untuk mempromosikan kewirausahaan bagi kaum perempuan dan untuk melengkapi kaum perempuan dengan ketrampilan-ketrampilan kejuruan serta manajemen usaha, yang dapat membantu mereka memperoleh kemudahan akses pasar dan kembaga-lembaga keuangan. Dizaman yang serba modern ini maka urusan gendermengender alias urusan jantan betina menjadi begitu penting. Sehingga dipaksakan wakil wanita dari PAN harus 30 persen. Ada lagi kesamaan hak untuk memasuki lapangan kerja. Artinya apa yang ada dahulu kala yakni kalbun alias cinta mencintai yang tumbuh antara seorang anak dan mak, antara ayah dan mak kini harus terbagi dalam gender-gender. Padahal tak dituliskanpun semua orang tahu Golda Meyer menjadi wanita yang paling kuat waktu perang Yomkipur dan peletak pemikir sosialis antara Adam Smith dari Jerman, Golda Meyer dari Israel dan Lee Kuan Yew dari Singapura adalah peletak garis sosialis yang sangat kuat pengaruhnya di Asia kini Perdana Menteri Jerman juga seorang wanita. Siapa bilang Perdana Menteri Inggris Margaret Teacher siperempuan besi yang tak terkalahkan oleh pria manapun. Seandainya Mak saya jadi anggota DPRD entah tingkat satu, entah tingkat dua, entah tingkat tiga maka tak ada lagi kalimat “Katabbb… makan”. Kenapa sih mesti dipaksakan ciptaan Allah harus mempunyai hak yang sama. Bukankah nabi seluruhnya pria. Yang jadi masalah kini eksploitasi atau pengisapan wanita, kalau sudah sampai disini memanglah perlu. Bagaimana kedudukan laki-laki dan perempuan? Sebagaimana Allah SWT berfirman “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya”. (Al-Baqarah 228) “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (lakilaki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
49
diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)… (An-Nisaa 34)”. Nah, siapa yang berani menantang Allah? Hallo Darma Wanita, PKK, PAN, he…he.. Ketika Rasullullah ditanya siapa yang paling disayang Rasullullah dan Rasulullah menjawab pertama “Mak-mu”, yang kedua “Mak-mu”, yang ketiga “Mak-mu” dan yang keempat barulah Rasulullah menjawab “Abah”. Sekali ditanya apa yang paling penting dalam hidup ini ya Rasulullah, Rasulullah menjawab pertama “Kearifan”, kedua “Kearifan” dan yang ketiga “Kearifan” dan barulah yang keempat Rasullullah menjawab “Ilmu”. Nah, bukankah Mak lebih penting dari Abah, bukankah kearifan lebih penting dari ilmu….Sudahlah… “Kataaabbb.. makan”, kata Mak saya. Sayapun luluhlahhh ...
50
Tabrani Rab
Menjual Tanah Air
B
agaimana sejarah Singapura? “Mula-mula Singapura itu milik Sultan Johor. Akan tetapi menurut syarat-syarat dalam perjanjian yang ditandatangani dengan Sultan dan Temenggong, Kompeni India Timor bersetuju membayar kepada mereka uang masing-masing sebanyak $ 5,000 dan sebanyak $ 3,000 setiap tahun karena hak untuk memiliki koloni perdagangan di pulau tersebut. Selanjutnya sebagai balasannya Sultan Johor dibayar $ 33,200 dan pensiun sebesar $ 1,300 setiap bulan untuk seumur hidupnya, sedangkan Temenggong menerima uang sebesar $ 26,800 dan pensiun sebesar $ 700 sebulan, untuk seumur hidupnya” (Sejarah Menanjong Tanah Melayu, N.J. Ryan). Maka Lee Kuan Yew pun menggali sejarah Singapura mulai dari Raffles bukan dari raja-raja Melayu. Ketika Ganyang Malaysia tahun 1963 maka Singapura dan Brunai bergabung dengan Malaya memerangi Indonesia. Akan tetapi ketika terjadi kerusuhan antara Cina dan ras Melayu maka Tungku Abdurrahman melepaskan Singapura supaya Melayu menjadi mayoritas di Malaysia. Satu kali saya diundang oleh Habibie untuk ikut acara Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia atau ICMI. Dihadapan saya Habibie pun membentangkan teori balonnya. “Kalau Singapura itu besar tentu Batam akan menjadi besar juga”. Waktu itu Habibie menjadi Wakil Presiden RI. Lalu diusulkan oleh Habibie agar rumah sakit di Batam diberinama istrinya, padahal bininya masih hidup. Sesudah ceramah ini maka saya menunjuk tangan, waktu itu yang memimpin rapat Adi Sasono ”Pak Habibie, saya
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
51
mohon maaf cucu saya lebih pandai dari Pak Habibie mengenai teori ekonomi”. Maka sejak itu nama saya dicoret dari ICMI dan tak pernah lagi diundang sekalipun ketuanya telah bertukar dari Dadang kepada Prof. DR. Ir. T. Dahril, MSc yang kerjanya membuat berita ’nak’. Termasuk nak membuat pengalengan ikan dan entah apa lagi. Sama dengan gurunya Muchtar Ahmad membuat ilmu kelautan dibelilah melalui pinjaman negara belasan miliar alatalat laboratorium canggih di Purnama Dumai. Sekarang alat laboratoriumnya hancur lebur, kapalnya senget, duit menguap dan ada pula yang becakap kalau dia ke Dumai langsung ke Kuala Lumpur untuk resek eehhh riset. Siapa yang mencopot tanah air ini yang paling berdosa? Maka jawabnya Habibie. Sumarlin pun bilang kalau sudah menghadap Pak Harto dengan Habibie usul Sumarlin diiyakan oleh Soeharto dan diangguk pula usul Habibie, yang tahu angguk Jawa ini hanya Habibie. Puncak karir Habibie adalah terbang dengan Tetuko bersama Soeharto tapi pesawatnya belum lagi terbang persis waktu saya kecil naik mobil di Bagan dikodak oleh Teisang, naik mobil menyetir dengan adik saya Rasidah dan kakak saya Azizah. Apa dosa Habibie? Ketika Maknya dirawat di Mount Elizabeth saya datang mengunjungi dan tak banyak yang saya dengar pembicaraan dengan adik kandungnya tapi dengan orang yang dibelakang saya dia cerita jual pasir Kepri ke Singapura. Sehari ibundanya dirawat koran Singapura pun menurunkan gambar ”Our best friend” sisanya ya semua tanah Kepri dilantak oleh Singapura. Dosa Habibie yang lain tentulah melepaskan Timor-Timur, padahal itu betul-betul Indonesia punya, hanya dengan rapat kabinet, masyaallah tanpa persetujuan MPR. Sekarang ini terdapat lagi konspirasi entah partai mana yang menyatakan harus S1 untuk menjadi Presiden, kan bebal betul ini. Dia tak tahu Tanaka kelas II SD pun tak tamat tapi dapat membangkitkan ekonomi Jepang yang begitu dahsyat.
52
Tabrani Rab
Sekali saya menginap di Pan Pacific Hotel Singapura. Belum ada lagi Marina Mandarin Hotel. Orang Singapura inipun heran melihat saya bernyanyi “Indonesia air air ku”. Begitu pula sesudah saya sampai di Karimun saya balik bernyanyi “Indonesia air air ku”. Untuk dapat tahu cara penjualan pasir sayapun bergabung dengan Setiawan Djodi. Kantor pusat penjualan ini letaknya di Robinson Street konon kantor ini pula yang membayar Abi Besok dan Ali Jambi mempunah-ranahkan hutan Riau. Apa yang terjadi 20 tahun kemudian? Masyaallah… yang terjadi kemudian cobalah anda lihat dari tahun ke tahun ”1966-2005 : diekspor ke Singapura untuk reklamasi 1,88 miliar m3. 1966-2005 : wilayah Singapura bertambah mencapai 117,5 km2. Data statistik Singapura 2006, pada 1966 total luas daratan negara tetangga tersebut 581,5 km2 kemudian pada 1995 telah meluas menjadi 647,5 km2 dan pada 2005 bertambah menjadi 699 km2 atau selama 40 tahun meningkat seluas 117,5 km2. sementara itu jumlah pasir yang digunakan untuk reklamasi wilayah Singapura pada 1970 baru 78,40 juta m3, namun tahun 1995 meningkat menjadi 1,05 miliar m3 dan tahun 2005 naik menjadi 1,88 miliar m2 (Riau Pos, 14/3)”. Apa lagi kata Riau Pos? ”Pulau Nipah terletak diantara Selat Philip dan selat utama (main strait), yang berbatasan langsung dengan Singapura. Secara administratif termasuk wilayah Desa Pemping, Kecamatan Belakangpadang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Nama lain Pulau Nipah adalah Pulau Nipa (Peta dishidros TNI-AL), oleh penduduk setempat disebut Pulau Angup. Di Pulau Nipah ini terdapat titik referensi dan titik dasar yang dipergunakan dalam penarikan batas Indonesia-Singapura yang ternyata telah disepakati dalam perjanjian perbatasan kedua negara pada tanggal 25 Mei 1973. Namun disinyalir, titik referensi dan titik dasar ini telah hilang. Isu hilangnya titik-titik tersebut telah menimbulkan kekhawatiran akan berubahnya posisi median line antara Indonesia dengan Singapura, apalagi jika dikaitkan dengan reklamasi di Singapura yang telah dan akan menambah luas daratan Singapura dan perubahan atas majunya garis pantai Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
53
di Singapura”. Masih menurut Riau Pos (14/3) ”Berdasar data Kementrian Kelautan, akibat impor pasir laut, terjadi penambahan wilayah Singapura sekitar 20 persen pada 2001. luas daratan negara berpenduduk 4 juta jiwa itu bertambah dari 633 menjadi 760 kilometer persegi. Bahkan tujuh pulau kecil di Singapura yang dulu terpisah sudah tersambung menjadi satu daratan. ”Marina Bay City dan Suntec City ini dulu lautan semua” lanjut Basir yang ayah ibunya campuran Kendal (Jawa Tengah-Singapura) tersebut”. Bagaimana ketika Kepri berpisah dengan Riau Daratan? Maka sayapun menulis pasti Lee Kuan Yew dibelakangnya. Sebab ketika saya di Singapura dan ketemu dengan Huzrin Hood di Hilton Hotel sedang bersama pedagang pasir Singapura. Masih juga pemerintah Singapura menyatakan yang salah bukan Singapura sebab dia telah membuka tender pada perusahaan Belanda, dimana perusahaan Belanda mengeruk itu urusan perusahaan Belanda. Ketika seorang pengimpor pasir meminta pendapat saya, langsung saya menyatakan ”Singapura mengimpor pasir illegal sama dengan penjarah kayu illegal, tokenya itu ke itu juga dan dibelakangnya pemerintah Singapura”. Walaupun Menteri kita berteriak-teriak mulai dari Menlu, Hassan Wirajuda ”Pelarangan ekspor pasir murni karena kepedulian kita terhadap kelestarian lingkungan. Pelarangan tersebut layak dilakukan negara yang berdaulat.
“We are beginning to think we are writing the new chapter of history to demand our right, take our duties and defend our identity and our traditions” Tapi sejauh ini pemerintah belum akan melarang ekspor granit”; KSAL, Laks. Slamet Soebijanto ”Pokoknya semuanya yang keluar dari situ akan saya tangkap. Kalau memang tetap diizinkan ekspor granit itu, mestinya diambil dari luar, jangan dari Riau, ambillah dari Sulawesi atau mana saja, kalau Riau harus
54
Tabrani Rab
dihentikan”; Ketua Lemhanas, Muladi ”Sudah menjadi rahasia umum, tidak mungkin ada kejadian tanpa ada oknum aparat yang bermain, kalau terbukti secara yuridis terlibat, pecat saja”; Ketua DPRD Karimun, Adnan Daud ”Guna mengatasi permasalahan itu, baik pengangguran maupun masalah sosial, ekonomi, mau tak mau pemerintah pusat harus secepat mungkin mengeluarkan Undang-Undang Special Economic Zone”. Sudahlah tanah di darat dilantak oleh pusat menjadi HTI, HGU, HPH entah H setan yang jelas Sakai terjepit, segala hutan diraup oleh Arara Abadi sebagai bagian perusahaan Indah Kiat dan RAPP. Lautpun mau dijual, sungai Kampar pun mau dijual dengan 10 sen per tong sebagai negosiasi dari Singapura untuk menakut-nakuti Melayu di Malaysia. Apalagi yang tersisa untuk Riau ini kalau tidak sampah dan limbah. Kalau diteruskan juga penjualan Kepri ini lebih baiklah Riau ini merdeka sebab otak pemimpinnya tak ada do kecuali bejual. TKW jual lendir di Batam, macam Riau ini tak ada tuan, tak salah do kalau saya bilang Riau Merdeka sebuah harga mati. Tinggal lagi bagaimana merealisirnya. Inilah yang saya sampaikan pada hari ulang tahun Riau Merdeka pada 15 Maret 2007 yang disahkan oleh mayoritas delegasi Kongres Rakyat Riau II yang dihadiri 666 utusan se Riau. Salahkah saya? Asal tuan-tuan tahu saja, hanya Traktat London, 1824 yang memisahkan Riau dengan Malaysia, siapa takut. Maka sayapun berteriak ” We are beginning to think we are writing the new chapter of history to demand our right, take our duties and defend our identity and our traditions”, dan Akan Berpisah Jua Akhirnya Kita Jakarta (Sajak Ediruslan Pe Amanriza), “Akan berpisah jua akhirnya kita Jakarta, Akan berpisah jua akhirnya kita Jakarta, Karena sejak hari ini kami tak lagi percaya pada janji janjimu yang penuh dusta, Dan kami tuntut Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
55
hasil kandungan perut bunda tanah induk rakyat kami yang kau tambang, Dalam rentang waktu sejarah yang panjang agar kau kembalikan bahagian yang menjadi hak rakyat kami, Akan berpisah jua akhirnya kita Jakarta, Bila kau tak bertimbang rasa atas ribuan jenis kayu yang ranap kau tebang, Dari hutan belantara kami yang rindang, Dan meninggalkan lingkungan yang lintang pukang, Akan berpisah jua akhirnya kita Jakarta, Sebab puluhan juta hektar tanah peladangan, kebun karet, rimba sialang, tanah ulayat dan pandam perkuburan yang kau petakan dari Bina Graha akan kami rampas kembali oleh suku Sakai, Kami yang tak kuat menyimpan dendam dan hamparan permadani kebun sawit yang hijau terbentang yang kalian tanam di tanah rampasan, Akan kami bakar dengan api dendam yang marah oleh penindasan, Akan berpisah jua akhirnya kita Jakarta, Tatkala semangat Hang Jebat di jiwa kami membara.
56
Tabrani Rab
Nak 2020, Nak 2027, Nak 3000 Lantaklah Aking...Aking…
S
atu kali saya mengadakan seminar, bertanyalah Kepala Hubungan Internasional ”Pak, ada ndak hubungan Riau 2020 dengan kenyataan (realitas) sekarang ini?”. Lalu sang penanya inipun mengemukakan serba takarunyak. Mulai dari nasi aking sampai dengan angka busung lapar di Riau. Rasanya kita ini tak maju Pak, tapi mundur walaupun anggaran besar. Lalu saya rajin pula pergi ke Kerinci tampak pula 2027, begitu pula di kotamadya. Presidenpun bilang “Kita akan menjadi singa Asia tahun 2030”. Maka dalam hati saya ini nak 2020, nak 2027, nak 3000 lantaklah. Lain di kota lain pula di propinsi jika K2I (Kebodohan, Kemiskinan dan Infrastruktur) sedangkan yang diumumkan oleh UNESCO hanya ignoren (kebodohan) dan poverty (kemiskinan) apa salahnya ditambah satu i yakni infrastruktur. Maka dalam perjalanan saya kekota kelahiran saya Bagansiapiapi tampaklah lubang sepanjang jalan entah di jalan propinsi, entah di jalan kabupaten maka satu-satunya jalan untuk menghibur diri saya hanya bisa menyanyi ‘Layang-layang selayang pandang, di mana-mana jalan berlubang’. Mengulangi kata Zainudin MZ yang kini sudah tak ngetop lagi karena sudah masuk politik dan sama pula reputasinya dengan AA Gym yang rubuh sesudah poligami maka sayapun jadi terheran-heran dengan K2I sebab jalan bukannya bagus tapi malah tambah berlubang. Ada pula istilah K3 (Kebersihan, Keindahan, Ketertiban) sayapun membayangkan kota Pekanbaru yang tumbuh pesat dengan istilah Kotaku, Kotamu, Kotako (Kota Ruko) dan Kotajir (Kota Banjir). Dilihat pula peta Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
57
sungai yang ingin mengatasi banjir. Bagaimana tak banjir, sungai Sail disumbat oleh perumahan Jondul, sungai Sail ini tak menjadi perhatian do. Nak menutup remiling getah yang letaknya nampak dari jembatan sungai Siak dah bepuluh-puluh tahun remiling ini berdiri dengan gagahnya dan dibelakangnya konon ada setumpuk jenderal. Apa yang nak dibuat dalam keadaan begini. Simbol masyarakat Melayu betul-betul tergambar ditepian sungai Siak, tak aman do pondok-pondok Melayu berdiri disini, dilantak pula oleh abrasi karena hutan yang menangkap air di Daerah Aliran Sungai bukan dari illegal loging tapi juga legal loging. Beberapa hari yang lalu penduduk Pulau Rangsang menelpon saya “Ngah, nampaknya PT Arara Abadi nak mengganti kebun kelapa kami, dah diukur dah Ngah, nak diganti dengan akasia”. Macam manalah Riau ini tak hancur. Bila di dunia mikahe ini tidak ada satu perusahaan asingpun yang dibenarkan untuk mencaplok tanahnya maka kerja Bupati melalui entah menyatakan dirinya sebagai teman mertua Gubernur tertaih-tatih datang ke Bagan minta sekian ribu hektar. Sekali saya ke PT Diamond entah kapan HPHnya dilepas akan tetapi Pemda mengajukan permohonan kepada Asiong untuk mohon membuat jalan ke Dumai maka sayapun membawa pentolan wartawan Bagansiapi-api menghadap Kapolda “Cobalah Pak, Bapak baca surat kabar ini, Bupati memohon kesediaan PT Diamond untuk dilalui jalan raya dari Bagan ke Dumai”. Padahal Pak Kapolda sudah menunjukkan kepada saya bagaimana hutan kayu ini diangkut oleh PT Diamond melalui jalan kereta api. Sekarang Bupatinya pula memberikan izin kepada HPH PT Diamond di bawah Panca Eka untuk menggasak kayu di Bagan. Kebetulan kuburan nenek moyang saya terletak di Labuhan Tangga pupus oleh banjir, disapu oleh PT Diamond. Satu kali Walikota Dumai yang dulu membawa anak kecil Cina menghadap saya untuk membantu pembangunan mesjid atas nama PT Diamond maka terus terang saya bilang ”Saya tak perlu lu punya bantuan, duit saya banyak”. Yang anehnya jalan kereta
58
Tabrani Rab
api ini justru melewati jalan di desa Bentaian, lalu saya bilang pada masyarakat setempat yang mengajar tindakan diskriminasi terhadap Cina ini sementara Cina ini diberi kekuasaan melantak hutan diberi pula kredit BLBI. Sudah luluh lantak hutan timbullah asap. Maka sayapun pidato didepan 14 negara yang meminjamkan kredit yang terkenal dengan ECA (Export Credit Agency). Apa kata yang mewakili pemerintahan pusat? Kami baru memenuhi 45 persen HTI ini dan mudah-mudahan dalam 2 atau 3 tahun yang akan datang telah mencapai 90 persen. Enakkk saja dia pidato. Padahal sekarang saja Arara Abadi ini merampok hutan rakyat dengan bekingan oknum. Kalau sudah sampai disini cobalah tunjukkan hidungnya, orang Riau mana yang tak mau merdeka. Bagaimana nak menyusun Riau 2020, 2027, 3000 sementara tanahnya diludeskan oleh Akong-Akong yang mendapat kredit dari pemerintah? Sudah hutannya dihancurkan, dikasih lagi duit. Persis apa yang dikatakan Yusuf Kalla ’Kalau konglomerat ini ditahan polisinya kaya, kalau ditahan oleh Jaksa, Jaksanya kaya, kalau dibawa ke pengadilan hakimnya kaya, kalau dibawa ke penjara maka penjaranya berlubang’. Contohnya Edi Tansil 1,3 triliun hancur, BNI bobol, Bank Mandiri berlubang, nak dipengapakan. Kalau kita bicara juga hari esok, sedang hari ini saja makan aking. Tak ada lagi doooo... Hancur. Di mana letak hak-hak suku asli yang sering didengung-dengungkan sebagai penjaga hutan? Maka televisi geografis menunjukkan betapa hancurnya suku Kubu di Jambi, betapa hancurnya hutan-hutan Sakai dirampok oleh Arara Abadi dan dibenarkan oleh aparat, pokoknya asal sudah dipancang oleh Arara Abadi tinggal mencabut hutan rakyat, mencabut kelapa sawit rakyat lalu menggantinya akasia. Ini masih juga dibela oleh negara. Dah itu dengan penuh khayalan PON, SEA Games, ASIAN Games mungkin juga olimpiade akan dilaksanakan di Riau. Tentu saja tak lupa Festival Film Indonesia. Sudah habis duit dengan bangganya bilang ’kita tidak takut diaudit’. Kalau dibaca-bacalah pimpinan daerah dan dibaca pula pimpinan nasional bisa dihitung dengan jari orang yang Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
59
memperjuangkan hak rakyat. Sisanya perampok, koruptor. Bagaimana negeri yang begini indah tak dicuri Singapura tanahnya. Sehingga lagu kebangsaan menjadi ”Indonesia air..air.. ku”. Bagaimana hutannya tak dicuri sementara Sakai mula-mula dikasih perusahaan ini honda dan dapatlah Sakai ini 5 hari naik honda dan hari keenam honda naik Sakai. Kalau Sakai naik honda bisalah sendiri tapi kalau honda naik Sakai paling sikit 4 – 5 orang memikulnya. Granit Riau dipelantak, minyak di Natuna dibantai Exxon setetespun tak ada masuk kas negara. Gas Natuna yang terbesar di dunia dialirkan ke Singapura dan ke Kuala Lumpur. Siapa yang meresmikan lapangan minyak Hangtuah ini? Gubernur Bali. Entah kemana-mana ujungnya. Dulu Batam yang begitu hebat dibangun menjadi tempat dagang lendir oleh Akong-Akong dari Singapura sebab di Singapura sekali naik kuda paling sedikit 100 dolar alias 600 ribu. Itupun dari Thailand yang sudah tertular AIDS. Negara ini betul-betul dipimpin oleh orang bebal yang sedikitpun tak tahu hak-haknya. Disatu sisi dinyatakan Gubernur adalah Perwakilan Pemerintah Pusat di daerah. Nah, kalau Arara Abadi merampok desa Sakai lalu Sakai pun demonstrasi maka dituduhlah orang-orang kiri. Kalau koruptor tebang pilih, kalau namanya Zulfan Heri langsung dinyatakan tidak bersalah oleh pengadilan sekalipun jelas terbukti plagiat, kalau namanya Hamis Selamat, lebih baik namanya Hamid Selamat. Alamat negara ini akan telungkup. Nah, selamatlah. Nak 2020 bantai, nak 2027 lantak, nak 3000 pelupuh kalau perlu sampai kita jadi mumi..... Yang penting USDRAK ’Untuk Saya Dahulu Rakyat Kemudian’.
60
Tabrani Rab
Berita Manarik Dari Riau
Cerita Audit KPK yang salah
A
sparaini menuding BPK tidak punya standar audit. Apa pasal? Karena PT PER alias Pengembangan Ekonomi Rakyat yang dipimpin Asparaini dinyatakan oleh BPK menyimpang 873,5 juta. Perusahaan ini milik BUMD Riau. Dan bukan itu saja Asparaini menyatakan pula PT PER telah diaudit oleh akuntan publik. Jadi standar yang digunakan antara BPK dan PT PER jauh berbeda. Anehnya dari sekian banyak temuan BPK terhadap audit PT PER hanya satu yang diakui Asparaini yakni adanya kelebihan penghasilan komisaris dari ketentuan perusahaan, namun menurutnya tidak sampai Rp 15.854.822 seperti temuan BPK, melainkan hanya Rp 12 juta. Tidak dijelaskan apakah badan audit yang ditunjuknya juga berpendapat sama. Yang lucunya lagi terjadi perbedaan jumlah karena BPK menilai tunjangan hari raya yang diberikan kepada komisaris merupakan temuan, padahal itu adalah bonus yang diberikan sesuai dengan Rapat Umum Pemegang Saham. Sementara yang 12 juta itu menurutnya sudah dikembalikan oleh komisaris. Adanya kelebihan itu karena adanya kesalahan administrasi. Artinya kalau sudah bonus yang diberikan pada hari raya jangan lagi diaudit. Apalagi kalau bonus ini berupa parsel yang dilarang oleh SBY. Dan pada saya tetap juga mengalir tiap tahun, apa pula peduli saya. Kok parsel diurus, yang besarbesar kebablasan. Patutlah selama ini banyak koruptor-koruptor dan pelaknat uang negara BLBI lepas begitu saja karena BPK memang tidak Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
61
menggunakan standar internasional. Paling tidak inilah menurut Asparaini. Sayapun menjadi ingat ketika peristiwa pembocoran audit KPK terhadap KPU. Yang anehnya justru angka KPK dipercaya. Sehingga bergulirlah kasus KPU mulai dari sang Ketua Nazarudin sampai dengan Mulyana. Entah mana yang benar kitapun tak tahu, ya sudahlah.
Cerita Musra Golkar di Penjara Pasir Pangaraian Entah bagaimana cerita akhirnya Ramlan Zas, mantan Bupati Rokan Hulu berpindah tempat dari kantor Bupati ke lapas Pasir. Tak cukup disitu saja, diadakan pula Musra alias Musyawarah Penjara. Maka datanglah DPD Partai Golkar terhadap sang mantan Bupati di penjara Pasir. Musra ini dihadiri oleh Ketua DPD Partai Golkar Rohul, Suparman, S.Sos. Apa katanya? �Kami merasa prihatin terhadap nasib yang kini dihadapi Ramlan. Bagaimanapun dia adalah orang yang pernah membesarkan partai di Riau maupun Rohul. Karena itu mudah-mudahan beliau tabah karena ini adalah ujian dari Allah SWT�. Yang anehnya yang dicalonkan Partai Golkar di Rohul tentulah Ahmad. Makin pening kepala memikirkan bagaimana partai yang dijunjung Golkar menyebabkan Ahmad menang, Ramlan masuk penjara. Dan diadakan pula Musyawarah Penjara. Bahkan Suparman yang datang bersama pengurus lainnya sempat terkejut mendengar ditahannya Ramlan beberapa waktu lalu. Saat itu juga dia minta pengurus yang ada bermusyawarah untuk melakukan kunjungan. Seandainya ini terjadi di Palestina mengertilah kita, ada garis keras yakni Hamas dan ada garis lunak yakni Fatah. Ini tidak, dua-duanya lunak. Bagaimana satu partai bisa memenangkan pimpinan yang lainnya.
Cerita Nasib Pasar Kosong Tentu anda masih ingat ada daun nipah, ada bangku, ada jagung di dekat jembatan leighton. Sudah itu tak ada yang
62
Tabrani Rab
menyewa, orang lebih suka duduk mencangkung ditepi sungai Siak sambil makan jagung. Akibatnya pasar kosong inipun lapuk dan untung ada satu – dua ekor kambing yang datang sebagai peminat pariwisata ke pasar jagung di jembatan leighton. Keadaan inipun berulang lagi seperti yang terjadi pada pasar pujasera Arifin Ahmad yang sebelumnya sudah ada beberapa pedagang namun kemudian tidak ditempati lagi. Pasar Pagi Palapa dan Pasar Simpang Baru, Panam juga demikian, sebagian tempatnya juga tidak diisi para pedagang. Para pedagang tersebut diminta untuk pindah ke Pasar Pujasera Arifin Ahmad. ”Kita minta kepada mereka untuk segera pindah ke Pasar Puja Sera Arifin Ahmad”, kata Marpel. Setakat ini di Pekanbaru terdapat enam pasar yang dikelola oleh pemerintah, empat pasar sebelumnya dikelola pemerintah kemudian dialihkan kepada investor dan empat pasar lainnya dikelola swasta/masyarakat. Apa saja pasar yang banyak kosong yang dikelola Pemda? Pasar Cik Puan dikelola oleh Pemko, Pasar Lima Puluh dikelola Pemko, Pasar Rumbai dikelola Pemko, Pasar Labuh Baru dikelola Pemko, Pasar Simpang Baru dikelola Pemko, Pasar Agus Salim dikelola Pemko, Pasar Sukamarai dikelola Pemko dan dialihkan ke investor, Pasar Senapelan dikelola Pemko dan dialihkan ke investor, Pasar Bawah dikelola Pemko dan dialihkan ke investor, Pasar Sail dikelola Pemko dan dialihkan ke investor, Pasar Dupa Kencana dikelola swasta, Pasar Arengka dikelola swasta, Pasar Pepaya dikelola swasta dan Pasar Simpang Tangor Kulim dikelola swasta. Yang menjadi pertanyaan dapatkah pasar dibentuk? Di Cina pasar dibiarkan menurut selera pembeli dan penjual. Memang ada dua supermarket untuk 20 juta penduduk Beijing. Yang lucunya lagi di Bangkok, pasar yang ramai justru diatas perahu. Tentulah pasar begini turun-temurun. Ketika saya ke Pasar Bawah menemani seorang rekan ”Oo.. Pak Tab, rasanya ada yang hilang”. Artinya pasar yang dulu ramai dan ada tawar-menawar itu yang disukai pariwisata. Baik tamu dari Jakarta yang mencari keramik dan mencari barang-barang lain dari Singapura. Tapi pasar ini Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
63
sekarang sudah dibuat menjadi pasar wisata. Wisatawannya tak adanya. Ada yang hilang yakni suasana hiruk pikuk pasar itu sendiri. Jadi biarkanlah tumbuh dari bawah, tak usahlah diatur dari atas lagi. Satu hal yang tak dapat dipungkiri bahwa kita tak dapat meniru gaya Singapura dengan segala kemewahannya. Yang lebih cocok dengan Melayu Coket di Kuala Lumpur sehingga Mahatir pun tak berani memindahkan Kampung Baru yang merupakan simbol Melayu di Semenanjung. Bagaimana dengan Singapura membuat Kampong Melayu di jalan Mesjid? Bangunan ini terdiri dari dua lantai semuanya dari papan dan atapnya pun nipah serta lampu-lampu kecil. Saya duduk di Kampong Melayu ini sambil minum kopi dan sepanjang malam itu meja saya itulah yang berisi. Masyaallah tak dapat dipoles kampung itu do..., kalau kampung ya kampung lah. Biarkanlah dia tumbuh .....baru ada nilai ekonominya. Kalau dipoles matiiii ...
64
Tabrani Rab
Kotak
K
ira-kira 20 tahun yang lalu wawancara saya di Kompas dimuat. Apa kata saya? Ketika itu hampir tiap daerah mempunyai Pusat Kajian tersendiri. Ada yang namanya Balilog alias Pusat Kajian Budaya mengenai Bali. Ada lagi yang namanya Javanolog alias Pusat Studi Kajian Jawa. Yang anehnya justru ada Melayulog alias Pusat Kajian Melayu yang diketuai oleh Prof. Budi Santoso yang dulu Ketua Partai Demokrat yang sekarang menjadi Dewan Penasehat Presiden. Maka sayapun mengatakan dibentuknya pusat-pusat kajian ini bertentangan dengan “Sumpah Pemuda� yang menyatakan Satu bangsa bangsa Indonesia, satu tanah air tanah air Indonesia, satu bahasa bahasa Indonesia yang pada mulanya dinyatakan pada tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa Melayu kemudian diganti menjadi satu bahasa bahasa Indonesia. Melihat gelagat begini Malaysiapun menyatakan bahasa Malaysia walaupun rumpun bahasanya bahasa Melayu juga. Tak tanggung-tanggung pernyataan saya ini ditanggapi oleh Dirjen Kebudayaan yang dikirim pula dua orang yang menyampaikan kepada saya supaya saya tidak usah dulu mengajar di UNRI yakni Prof. Budi Santoso dan Prof. Harsa Bachtiar (Alm). Sambil makan-makan di Hotel Indrapura dia pun menyampaikan pesan lisan dari Dirjen Kebudayaan. Bagi saya mengajar ataupun tidak sama saja. Waktu itu Rektor Bapak Muchtar Lutfi (Alm) sebab kalau diberhentikan sementara dari UNRI ya praktek sajalah, duit masuk juga, apa pula risau. Anehnya ini pemberitahuan. Nah, ketika Prof. Harsa Bachtiar mengungkit mengenai kepahlawanan Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
65
Kartini maka sang bos republik Soeharto marah besar “Untuk apa dikaji-kaji yang sudah mapan”. Akibatnya tak lagi didengar Harsa Bachtiar yang penolakannya sangat argumentatif mengenai kepahlawanan Kartini. Bahkan koran ketika itu menulis “Dapatkah Kartini dijadikan pahlawan hanya dengan surat-menyurat antara Kartini dengan temannya yang di Belanda” yang diterbitkan dalam buku “Habis gelap terbitlah terang”. Begitu reformasi selesai maka balik fenomena kesukuan ini muncul terutama di Riau. Ada organisasi ini, ada organisasi itu, ada organisasi yang menyebutkan budaya, ada pula organisasi yang menyebutkan daerah, Sumatera Utara misalnya. Sebelum itu berbagai organisasi Melayu muncul, bukan saja itu tapi juga muncul Ikatan Pemuda Selat Panjang bahkan di Selatpanjang pun ketika saya datang kesana ada pula organisasi Kampung Borot dan Sungai Juling. Begitu pula di kampung saya Bagan, ada organisasi Kuba ehhh.. Kubu, ada pula organisasi Tanah Putih yaaa..., macammacamlah. Persis apa yang dikatakan Karl Marx dalam bukunya Das Capital ”kecendrungan untuk muncul membentuk unit-unit yang lebih kecil”.Akibatnya tentu saja mudah terjadi gesekangesekan sosial sebagaimana saya lihat ketika sekali waktu saya ke Pangkalan Kerinci, maka disebelah kiri akan masuk ke sana rumahrumah dan kantor-kantor desa tumbang-tumbang. Demikian pula ketika empat desa diperebutkan antara Kampar dan Siak. Hal yang sama juga terjadi antara Siak dan Bengkalis sehingga nampak pula gesekan-gesekan sosial. Ketika adik saya diangkat menjadi Ketua Pemuda Siak terdengar pula kabar “Bile die di Siak...?”. Kebetulan adik saya ini memang lahir di Selatpanjang dan tak pernah tinggal di Siak. Ketika saya ke Siak beberapa tahun yang lalu orang Siakpun menyebut saya orang Bagan. Ketika saya ke Bagan, orang Baganpun menyebut saya orang Siak karena Mak saya orang Bagan dan Bah saya orang Siak. Kalau begitu nampaknya tak mungkinlah saya menjadi Bupati Siak atau menjadi Bupati Rohil kecuali kalau Siak dan Bagan disatukan seperti di era Sultan Syarif Qasim. Balik ke cerita Kotak, kotak ini dapat menjadi kotak besar
66
Tabrani Rab
lagi. Ada kotak keturunan Jawa sehingga Nafsiah orang Yogya yang membesarkan keempat anak saya dan dalam masa tuanya ini tinggal dirumah saya dan digeledek oleh cucu saya “Mbah orang Jawa atau orang Melayu”. “Waahhh.... Aku nggak ngerti”. Sebab hampir 75 tahun Nafsiah mengasuh anak saya dan pada hari tuanya ini, anak saya membuatkan rumah untuk beliau dengan dijaga oleh perawat khusus karena umurnya sudah terlalu tua. Gejala kotak mengotak ini bukannya berhenti, tapi makin meluas dalam sebuah diskusi yang dilaksanakan oleh Sakai dalam mempertahankan tanahnya dari Arara Abadi maka yang ikutpun bertanya kepada saya “Pak, kami ini orang Sakai, orang Melayu apa orang Jawa?”. Sayapun menjelaskan dulu waktu ada Kongres Rakyat Riau I tahun 1957 maka telah diputuskan semua orang yang di Riau ini orang Riau. Dan begitu cantiknya Riau ini tak satupun pahlawan nasional dari Riau orang Melayu. Katakanlah Raja Haji, adalah orang Bugis di Kepulauan Riau yang datang dari Goa- Sulawesi dan berani menyerang Belanda dan tewas di Malaka. Namanyapun diabadikan menjadi pahlawan nasional. Begitu pula Raja Ali Haji yang menyusun menyusun kamus Bahasa Melayu dan berhasil menyusun Tata Bahasa dari pengaruh bahasa Arab. Maka nama beliau inipun diabadikan menjadi Yayasan Raja Ali Haji. Bahasa Indonesia yang disebut bahasa Riau adalah atas jasa beliau dalam menyusunan kamus (Lexsikografi) dan tata bahasa yang sesuai dengan bahasa Arab. Di Riau, pada tahun 1906 dibentuk sebuah syarikat dagang di Midai, Kepulauan Natuna, yang diberi nama Syarikat Dagang Ahmadi dengan tokohnya Raja Ali Pulau. Menurut beberapa catatan, inilah syarikat dagang pertama yang dibentuk oleh bangsa pribumi Indonesia. Syarikat dagang penunjang perekonomian kerajaan Riau-Lingga ini pada masa ini cukup maju pesat diantaranya dengan usaha perkebunan kelapa di Midai, bahkan membuka cabang di Singapura. Baru pada tanggal 1 Mei 1939 di Penyengat terbit sebuah majalah yang bernama ”Peringatan” yang diterbitkan kursus Islam dengan Raja Haji Muhammad Yunus Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
67
Ahmad seorang guru agama di Pulau Penyengat bertindak sebagai penanggung jawab dan pemimpin redaksi. Majalah ”Peringatan” ini menyajikan kembali karya sejumlah cendikiawan, baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup ketika itu. Di samping itu majalah ini memberikan keterangan mengenai kegiatan pendidikan dan pengajaran khususnya di pulau Penyengat. Sayangnya majalah ini tidak mampu bertahan lama. Kehadiran Jepang di Indonesia tahun 1942 niscaya telah menyulitkannya. Yang cukup menarik sebagaimana dicatat UU Hamidy dalam bukunya Bahasa Melayu dan Kreativitas Sastra di Daerah Riau (Unri Press, 1994) di masa itu pihak perseorangan juga telah bertindak sebagai penerbit. Hal ini diperlihatkan oleh Hasyim bin Haji Abdullah yang beralamat 1027 Gelang Serai Singapura 14 atau 134 Arab Street Singapura yang menerbitkan kitab ”Kisah Iblis Menghadap Nabi Muhammad” karya Muhammad bin Haji Muhammad Said. Namun, sebenarnya sejak akhir abad ke-19 di Pulau Penyengat sudah ada percetakan yang bernama Mathabatul Riauwiyah. Percetakan ini semula berada di Daik Lingga yang kemudian dipindahkan di Pulau Penyengat. Sementara itu di Kerajaan Siak Sri Indrapura dalam masa yang sama menurut UU Hamidy lagi juga ada sebuah percetakan milik kerajaan yang antara lain telah menerbitkan Babul Kawaid yakni undang-undang kerajaan tersebut. Namun UU Hamidy tidak menyebutkan secara pasti tahun berdirinya percetakan tersebut. Perkembangan penerbitan dan dunia pers pada masa ini memang tidak dapat melepaskan diri dari rasa kebangsaan dan keIslaman. Rusydiah Club, suatu wadah sosial politik bagi kaum intelektual Melayu Riau yang dibentuk sejak akhir abad ke-19 dan berpusat di Penyengat. Salah satu contoh. Pelopor organisasi ini antara lain Raja Ali Kelana yang amat dikenal dengan laporan jurnalistiknya ”Pohon Perhimpunan”, Raja Hitam dan Raja Abdullah. Organisasi ini telah mempunyai program yang mantap untuk menanamkan rasa harga diri yang wajar antara lain dengan mengembangkan ilmu. Hadirnya percetakan Mathabatul
68
Tabrani Rab
Riauwiyah yang juga dikenal dengan nama lain Mathabatul Ahmadiyah adalah salah satu usaha organisasi ini yang banyak menerbitkan kitab-kitab. Ide-ide dan gagasan yang dicetuskan Rusydiah Club berpengaruh besar dikalangan intelektual Melayu di Riau, Johor, Pahang dan Selangor. Dalam upaya membangkitkan rasa kesadaran nasional dalam salah satu penerbitan jurnalnya Rusydiah Club mengungkapkan tentang kekalahan Rusia oleh Jepang pada peperangan laut tahun 1905. Sebab kekalahan Rusia oleh Jepang ini sangat besar pengaruhnya dalam melipatgandakan semangat nasionalisme di Asia umumnya dan di nusantara khususnya. Sebab kemenangan itu telah membuktikan bahwa bangsa Asia juga mampu mengalahkan bangsa Barat. Nah, kenapa kita tidak menuju disini saja? Artinya tak usah lagi dibangkitkan kampung halaman lagi, pikul sajalah Riau ini, sebab kita semua pun orang Riau. Sebagaimana yang dicontohkan Raja Haji, Tuanku Tambusai yang berasal dari Rao dan berperang bersama Sentot Alibasa yang dibuang oleh Belanda dari Jawa dalam perang Diponegoro (1830). Makam Sentot Alibasa inipun dapat dengan jelas dilihat di Bengkulu. Begitu pula Sultan Syarif Qasim sebagai pahlawan yang namanya diabadikan menjadi Bandara Simpang Tiga Pekanbaru berasal dari Hejaz. Telah banyak contohcontoh yang diberikan pahlawan zaman dahulu bahwa Riau akan maju bila semua unsur etnis mengatakan mereka adalah orang Riau. Dan ini pulalah yang disuarakan oleh Kongres Rakyat Riau I tahun 1957 bahwa semua orang yang berdomisili di Riau, besar di Riau adalah orang Riau ...
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
69
Engkek
E
ngkek adalah istilah Melayu. Istilah ini tidaklah sama dengan istilah bahasa Inggris arogan. Karena arogan lebih menyangkut pada rasis alias sombong. Tiap orang yang ke Perancis kalau punya duit sedikit dan membeli kacang atau rimbang dengan berbahasa Inggris maka si Perancis ini membuang muka, tapi kalau membeli Airbus maka bahasa Inggrisnya pun lebih lancar dari orang kampung di Inggris. Karena itu kalau membeli barang di Perancis jangan dikatain penjualnya sok sebab kita mengguman dalam bahasa Inggris dia mengerti, kalau mau mengguman juga lebih baik dengan bahasa Kampar. Apa bedanya dengan “engkek�? Yakni perubahan kejiwaan begitu orang mendapat jabatan. Mungkin dapat disamakan dengan sombong tapi selama jabatan itulah. Satu kali pada tahun 60-an sebagai Ketua Mahasiswa Riau di Bandung saya ketemu Pak Arifin Ahmad di Bengkulu. Sayapun menyampaikan aspirasi mahasiswa Riau yang ingin Gubernur Riau adalah anak jati Melayu. Tampaknya beliau termenung sejenak, entah kabar ini luar biasa, entah memang tak bersedia, tapi pokoknya beliau yang menjabat Dandim ketika itu langsung bilang “Sebaiknya kita ketemu saja di Bandung�. Saya sudah lama kenal dengan keluarga Pak Arifin sebab ayahnya Pak Ahmad pegawai bea cukai teman ayah saya dan beliaupun lahir di Bagansiapi-api. Ketika beliau mengikuti Seskoad maka rajinlah saya ke rumahnya. Tentu saja numpang makan dan beliaupun soresore selalu ke rumah sakit Hasan Sadikin kalau saya habis
70
Tabrani Rab
praktek kedokteran. Pokoknya intimlah. Ketika beliau menjabat Gubernur Riau maka ada pula teman mengeluh “lebih mudah ketemu Kaharudin Nasution ketimbang Arifin Ahmad”. Sayapun menganggap biasalah, kalau Gubernur Riau itu orang Melayu maka banyak pulalah orang Melayu lain merajuk. Satu kali saya mendapat surat pribadi. Bunyi suratnya ringkas saja ‘kalau ada keinginan balik sajalah ke Pekanbaru’. Tentu saja saya ingin, pertama karena ayah saya pensiun di Selatpanjang. Yang kedua dicaripun makan di Bandung suap tu ke samping dan gulai ubi lagi untuk mengisi perut. Yang paling menentukan karena susu anak tak terbeli disamping harus jalan kaki 2 kilo pagi dan 2 kilo sore. Cocok betul disebut P4, ‘pulang pergi pendapatan paspasan’ dan boleh juga P7 ‘pergi pagi pulang petang penghasilan pas-pasan’ atau P8 ‘pergi pagi pulang petang penghasilan paspasan, poniang’. Lantaknyalah nak P4, P7, P8 asal jangan satu P saja sebab selalu diplesetkan PSK. Akhirnya sayapun sampailah ke Pekanbaru dan timbul masalah, mau diletakkan dimana. Mau diletakkan di Depkes nomor induk 13, mau diletakkan di UNRI tak ada fakultas kedokteran. Akhirnya diletakkan di Poliklinik UNRI dengan sebuah ambulan bekas Caltex. Sekali hidup tak bisa dimatikan, kecuali dicabut tali akinya. Ada jugalah pasien dua orang, lama-lama dipindahkan ke fakultas perikanan, tentu saja jurusan ikan duyung untuk urusan dari pusat ke atas sebab saya tak ngerti dengan ikan. Setelah itu saya ambil keputusan untuk balik ke Jakarta. Balik ke soal pokok saya cuma melihat Arifin memakai tongkat komando dan memang gagah. Bicarapun seperlunya. Kalau kita menunggu ya berjam-jamlah. Pokoknya penampilannya prima tidak lagi seperti ketika saya temukan di Bengkulu. Kalaupun menunggu berjam-jam dan itupun belum tentu bisa ketemu, paling ajudannya keluar dan bilang ‘Besok lagi Pak sebab Bapak mau pergi pidato ke RRI, kalau mau tinggalkan surat boleh juga Pak’, entah iya entah tidak sayapun tak tahulah. Balik dari pendidikan spesialis saya pun praktek sendiri dan kedudukan di Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
71
UNRI dosen luar biasa, eh dosen biasa diluar sampai pensiun. Kerja saya di Riau membaca, mengajar sekali dua kali dan menulis, ya itu sajalah. Ketika Pak Arifin bertemu dengan mahasiswa Riau se Jawa di Puncak saya hadir juga. Kawan-kawan yang dulu aktif di mahasiswa nampaknya biasa-biasa saja. Tapi yang lebih memegang peranan penting staf-stafnya yang dari Pekanbaru, sangat susah untuk bicara dengan Pak Arifin kecuali sebagai pendengar. Ketika dia pensiun dan bermaksud menghadap Gubernur Imam Munandar, keadaan terbalik. Saya sebagai kurir 2–3 kali mohon waktu agar Pak Arifin dapat bertemua Imam Munandar tapi tak pernah dapat. Akhirnya sayapun menulis di kolom Pembaca Menulis Kompas “Susah menemui Gubernur Riau”. Berbeda dengan di Sumatera Barat, ketika saya diundang oleh Lemhanas bersama Harun Zen, Gubernur Sumbar Azwar Anas, menerima kunjungan orang-orang tua dan ninik mamak sampai tengah malam sambil bercerita dengan Harun Zen. Tapi ketika saya bertemu dengan Gubernur Arifin Ahmad di bandara Simpang Tiga, ketika tidak lagi menjabat gubernur yang menjemput tinggal saya dengan Tengku Saleh yang pas betul menirukan action Pak Arifin. Saya menulis pula di Riau Pos “Apa Melayu itu begitu betul kalau kekuasaan sudah lepas dari tangan, tak usahkan orang kucingpun tak ndak menyambut”. Setelah tidak lagi menjadi gubernur beberapa kali saya bertemu Pak Arifin di pasar pusat hingga saya tawarkan untuk mengantarnya. Episode yang beginilah yang membuat pemimpin-pemimpin Riau ini terkucil dari rakyatnya dan yang kurang mengenakkan antara jabatan dengan orangorang pengampu menjadikan elit yang terpisah dari rakyat banyak. Matapun tak lagi melihat ke bawah tapi lubang hidung pun dah ke atas. Pemerintahan begini mungkin hanya di dunia Melayu dan di Indonesia pada umumnya. Antara jabatan dan keengkekan nampaknya satu kata. Sehingga segala kesempatan yang terbaik ya dalam masa jabatan inilah. Hari raya Idul Fitri misalnya, entah apa hubungan openhouse dengan silaturahmi, allahualam bisawab.
72
Tabrani Rab
Sebab dalam Islam hanya taqwa yang mendekatkan orang kepada penciptanya. Penelitian kenapa orang congkak alias engkek juga terjadi begitu banyak ketika di era Mussolini dan Hitler. Ternyata rutinitas pekerjaan menyebabkan mereka terlepas dari sistem kemasyarakatan. Lalu sesudah perang dunia II berlalu, apa yang dikatakan oleh Lenin, seorang pemimpin tidaklah mesti berada di depan barisan rakyat karena ia meninggalkan rakyatnya dan tidak pula berada dibelakang sehingga ia kececeran dari rakyatnya. Sehingga menjadi teori dasar pula antara masyarakat dan pemimpin, namun 1300 sebelumnya Nabi Muhammad telah memberikan contoh ketika berbagai pemimpin ingin menemuinya, dipunggungnya nampak goresan daun kurma menunjukkan dia tidaklah tidur diatas permadani yang mahal. Begitu pula Umar bin Khattab ketika masuk ke Yarussalem, mereka tak menemukan Umar bin Khattab, rupanya dia turut memukul rebana. Nah, bagaimana mencari pemimpin yang begini? Jawabnya bantailah pidato apa maunya ...
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
73
Melengo Café
W
aktu saya pulang dari Maroco, saya pun meniru rumah Doktor Mansur dan saya rombaklah rumah saya di Patimura. Maka biasalah, sang Melayu inipun mencemeeh. “Ngah, rumah Ongah ini persis Taj Mahal tapi karena pasirnya dari Teratak Buluh maka lebih baiklah Ongah sebut Taj Murah”. “Iyee…lah”, kata saya. Masih dicemeeh juga “Untung tak jadi lapan keajaiban dunia Ngah”. Tentu saja beda Taj Mahal itu dibangun atas cintanya Raja Shah Jahan kepada istrinya Mumtaz Mahal dan dibawah bangunan dom Taj Mahal terdapat kuburan istrinya Mumtaz Mahal. Lalu kalau istri saya yang mana mesti dikubur??!! Dan tak kepalang tanggung meninggal pada kelahiran anaknya yang ke 12. Kalau Taj Mahal warnanya putih maka disamping Taj Mahal ingin pula dibangun oleh Shah Jahan Taj Mahal kedua yang berwarna hitam. Tapi karena kerajaan sudah bangkrut maka Sah Jahan dipurukkan oleh anaknya yang bernama Aurangzeb kedalam penjara yang tak jauh dari Taj Mahal. Ketika saya berkunjung ke Agra memang Taj Mahal menjadi salah satu keajaiban dunia. Ada jalan yang menuju Taj Mahal, ada taman, ada mesjid di sampingnya. Yang anehnya ada bahasa Indonesia lagi namanya Jawab artinya juga menjawab. Hampir tiap tahun diadakan konser internasional seperti juga di Sphinx Mesir. Apa lagi tujuh keajaiban dunia? Ya menara Pisa dengan kemiringannya, ada piramid dari Mesir tak jauh dari Cairo, sampai sekarang ini tak terpecahkan oleh ahli matematik Jepang bagaimana meletakkan batu dipuncaknya. Keajaiban dunia lain,
74
Tabrani Rab
candi Borobudur yang tentu saja menjadi pertanyaan bagaimana membawa batunya untuk membangun candi sebesar itu. Ada menara Eifel, tembok Cina yang sudah habis dan nampak oleh astronot dan air terjun Niagara yang jauh lebih cantik dari objek pariwisata lembah Anai. Yang lucunya patung yang terdapat di Niagara adalah patung orang Yugoslavia yang berhasil membuat pembangkit listrik ditambah dengan korban-korban yang bunuh diri di Niagara ini. Tiba-tiba saja jembatan Siak menjadi perhatian dunia, paling tidak kata Riau Pos. Apa pasal? “Karena Insya Allah dalam peresmian jembatan Siak nanti akan ikut dihadiri oleh perwakilan PBB yang membidangi kebudayaan. Selain itu Prof. Dr. Mahatir Muhammad bersama sejumlah pengusaha Malaysia juga dijadwalkan akan ikut hadir. Ini merupakan suatu kehormatan bagi Kabupaten Siak dan menjadi satu nilai positif bagi kebijakan pelaksanaan pembangunan. Untuk itu proses finishing pembangunan jembatan Siak terus digesa, akhir April ini harus sudah selesai semuanya”, ujar Bupati Siak. Masih menurut Bupati Siak “Jembatan Siak ini tidak hanya menjadi aset daerah, tapi sudah menjadi aset bersama penduduk bumi ini”. Posisi letak jembatan Siak yang dibangun diatas alur pelayaran internasional, menjadikan Jembatan Siak ini sebagai salah satu produk pembangunan yang sangat prestisius. Kontruksinya yang tetap memberikan keleluasaan pada aktivitas olah gerak kapal-kapal berbendera internasional untuk berlayar, membuktikan pembangunan jembatan Siak ini ramah terhadap lingkungan. Untuk itu sangat wajar bila momen peresmian jembatan Siak ini menjadi perhatian dunia internasional. Hal ini tentunya menjadi satu garansi pada Pemkab Siak, bahwa konsep dan kebijakan pembangunan yang digulirkan tetap tidak merubah nilai keseimbangan dan kelestarian lingkungan”. Saya memang pernah mengikuti presentasi di Hotel Mutiara Merdeka mengenai jembatan Siak ini. Hebattt….. Bahkan kita bisa menggunakan lift dan diatas ada restoran tempat berleha-leha Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
75
sambil minum kopi tentu saja dengan musik-musik lunak atau musik Melayu. Bupati Siak inipun menambahkan “Untuk itu kita meminta kepada warga Kota Siak lama yang berada dipinggiran sungai Siak tidak akan dirubuhkan, melainkan tetap dipelihara keasliannya. Dengan langkah itu masyarakat akan dapat melihat perpaduan dua produk pembangunan antar masa lalu dan masa modern�. Bagi saya yang pernah tinggal di Siak sulitlah rasanya untuk hadir di coffee house, sebab jelas ubi rebus ditambah gula merah dan kelapa yang diparut bebual sampai subuh tak bayo (bayar) do. Saya berharap penampilan budaya Siak lama yang minum kopi dengan ubi rebus tetap dipertahankan sementara di coffee house di puncak menara jembatan Siak dengan iringan Mozart atau musik Melayu tentu akan dihidangkan pula blackforest. Bahkan saya kira kalau kita sudah lama di luar negeri mencari teman pun tak dapat, mau masuk ke club tak pula cocok dalam budaya, maka di London dibuka pula namanya Pusat Omong-Omong. Mulanya saya pikir perai, masyaAllah satu jam bayar 15 pound alias Rp 270.000,- dan seperti taksi juga, minimal harus ambil dua jam alias Rp 540.000,-. Kalau di coffee house tak biasalah kita menung sendiri dan harus pula dengan kawan bebual. Di Jakarta pun tak kalah pula dengan di London nengpakcing alias dua ratus ribu satu jam hanya untuk bebual kosong. Maka untuk menjadikan jembatan Siak ini lapan keajaiban dunia maka perlulah dibuat kebiasaan yang dulu ada di Melengo yang sekarang sudah terkikis habis bersama kuburan Aki saya. Maka kebudayaan Melengo ini perlu diangkat sebagai kebiasaan tradisi jembatan Siak. Baru Mahatir tahu bahwa Kampung Baru di Kuala Lumpur menampilkan budaya Melayu dan salahnya bukannya asam pedas yang ditampilkan tapi Tongyamkun. Dulu tahun 60-an kita ke Malaysia maka makanan yang mendominasi adalah masakan Minang. Menurut Buya Hamka kalau orang Indonesia sampai ke bulan masakan Minang inilah yang ada di bulan.
76
Tabrani Rab
Tapi ternyata di Kampung Baru Malaysia didominasi oleh Tongyam Thailand. Maka kalau kita ke Putra Jaya ibukota Malaysia tak juga kita jumpai masakan Melayu. Maka untuk menjadi lapan keajaiban dunia bukanlah membiarkan kampung-kampung ditepi sungai Siak tetap bertahan tapi kita buat minum kopi ala Melengo di coffee house dipuncak menara jembatan sungai Siak. Dan sebaiknya kita pakai kain sarung dan pakai celana dalam supaya tak nampak burung tu dari bawah. Oleh karena jembatan Ampera di Palembang yang dulu dibanggakan Soekarno sekrupnya pun kena curi maka perlu jugalah kita membuat Laskar Hulu Balang Melayu agar apa yang terjadi pada jembatan Ampera tak terjadi pada jembatan Siak. Pokoknya keajaiban dunia bertambah satu terdapatnya Melengo Cafe mengantikan Hugo’s Cafe di menara jembatan Siak disamping tujuh keajaiban dunia lainnya Taj Mahal, menara Pisa, Piramid dari Mesir, candi Borobudur, menara Eifel, tembok Cina, air terjun Niagara dan plus kedelapan Melengo Cafe.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
77
Kaca Mata Kuda
S
ekali waktu naik bendilah saya dari ”Jam Gadang” ke Ngarai di Bukittinggi, ikut bersama saya cucu saya Syuhada. Sayapun nanya “Bara Pak”. “Alahh..lah, bara jo lah”. Tentu dalam pikiran saya bertanya berapa yang bagusnya dikasih. Tapi sudahlah. Dalam perjalanan yang hanya memakan waktu tak sampai setengah jam ini jantung saya comot dan copot, sebentar dari kiri sebentar dari kanan honda dan oplet lomba-melomba bendi. Menengok kegusaran saya ini sang kusirpun bicara “Ndak usah takuik lei Pak, kudonyo bakacomato nyo, ndak nampak nyo kiri kanan do Pak”. Bertambah diterangkannya sayapun bertambah takut. Sebab 50 tahun lalupun saya berbendi-bendi juga, ya di Payakumbuh, ya di Bukittingi. Ketika itu alam Sumbar memang alamiah, ada rumah gadang, mesjid, perbukitan di belakangnya, sungguh alam Sumatera Barat pindah. Kalau dulu yang lalu lalang penduduk-penduduk yang memakai khas Minang, pakai peci dan kain sarung. Dari kejauhan masih terdengar salung dan pemandangan orang membajak persis seperti buku yang ditulis oleh AA Nafis “Alam terkembang jadi guru”. Zaman sekarang pemuda-pemudinya sudah memakai jean. Tak lagi tampak tengkuluk. Kalau dulu ibu-ibu dari pengajian berbaris panjang, pemandangan begini tak lagi nampak. Ada yang bilang Minang modern. Tapi yang jelas budaya minang terlepas. Dulu kalau saya ke Limbukan ada saja yang bermain randai yang terkenal cerita Siti Baheran, kini tak lagi nampak. Kalaupun ada
78
Tabrani Rab
harus tanya dulu dengan Novotel, ada ndak tari randai malam ini. Maka jawabnya ringan saja “Kini duo kali saminggu Pak”. Balik ke cerita semula kaca mata kuda, maka bagi sang kuda dan sang penumpang sangat berbeda. Sang kuda larinya kencang saja, tak lihat kiri dan kanan. Kata orang Jawa “lempeng”. Tapi bagi penumpang menengok ke kiri dan ke kanan tiap hari was-was. Begitulah keadaan sekarang. Waktu saya di Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) RI maka dapatlah dibaca dengan mudah hutang luar negeri Indonesia. Pada tahun 2001 hutang dalam negeri ini telah melampuai 100 miliar yakni 63,438 miliar dolar utang swasta dan 74,164 miliar dolar utang pemerintah. Bagaimana dengan sekarang? Begitu reshuffle kabinet akan diumumkan maka Ketua Bapenas pun terkejut besar. Kepala Bappenas Paskah Suzetta menyatakan “Defisit APBN 2007 ditetapkan sebesar 1,1 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) atau sekitar Rp 40,6 triliun. Jika defisit tetap 1,1 persen, kebutuhan pinjaman luar negeri mencapai 1,75 miliar dollar AS” (Kompas, 21/4). Itu belum lagi dihitung obligasi negara. Sekalipun pemerintah melakukan penghematan 20-30 persen sementara jumlah dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi selama tahun 2007 sudah mencapai 46 triliun. Dengan demikian sebenarnya defisit 1,1 persen atas PDB sudah dapat ditutup. Akan tetapi pemerintah sedang mengantisipasi kemungkinan pembengkakan defisit anggaran hingga mencapai 1,5-2 persen. Oleh karena itu diperlukan dukungan utang luar negeri. Bila semula Ketua Bappenas memprediksi 1,1 persen inipun tak pasti, mungkin menjadi 1,5 – 2 persen. Kalau ini sampai membengkak maka untuk menambah rekening 502 pemerintah di Bank Indonesia terpaksalah ditempuh dengan dua cara. Pertama, dengan menaikkan pinjaman luar negeri tentu akan melebihi 1,75 miliar dollar AS (walaupun ini kecil dibandingkan dengan anggaran Bush untuk mempertahankan prajurit Amerika di Irak 125 miliar dollar AS atau dibandingkan dengan anggaran Cina 1.250 miliar dollar) nampaklah betapa miskinnya kita. Kedua, kalau luar negeri Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
79
tak dapat yaa..., balik melalui obligasi yang melebihi 240 triliun. Padahal dana ini sudah ditarik pada 2007 sebesar 46 triliun. Beban obligasi inilah berupa Surat Utang Negara (SUN). Dibandingkan obligasi dengan utang luar negeri tahun 2006 sebesar 566 triliun lalu tahun 2007 menjadi 500 triliun, sementara defisit dianggap nol tentulah itu ke itu juga. Hanya yang satu ditarik dari dalam negeri dan yang satu dari luar negeri. Bunga utang dalam negeri jauh lebih tinggi dari luar negeri. Kalau luar negeri 5 persen maka dalam negeri 9 persen kalau dianggap kurs stabil. Apa akibatnya bagi Riau? Karena pemerintah menghadapi kesulitan anggaran dampaknya tentu ke Riau juga. Bila tahun 2007 triwulan pertama 375,750 miliar maka tampaknya target yang dicapai 2007 akan mengalami defisit 500 miliar. Kita memang bangga dengan pembicaraan pusat dan daerah dimana Riau akan melaksanakan PON 2012 dan membangun infrastruktur diatas 20 triliun. Hanya bisakah kita melihatnya dengan kacamata kuda? Walaupun Darlis menyatakan �Persiapan PON sudah 2 triliun� (Tribun). Yang lucunya Darlis mengatakan �Untuk 2008 beban anggaran kita sangat besar. Sekarang saja persiapan PON sudah menelan dana sekitar Rp 2 triliun, terus dari komunikasi awal dengan KPU mereka memperkirakan anggaran Pil Gub sekitar Rp 300-400 miliar. Dan saya yakin ini masih bertambah. Belum lagi beban politik untuk mengalokasikan dana pendidikan sebesar 20 persen�. Nah, bagaimana dengan Kalimantan Timur yang akan menyiapkan 2008? Okelah menurut Darlis kita sudah 2 triliun dibandingkan dengan Pemkab Kutai Timur baru dalam tahap pra kualifikasi diperkirakan akan menelan biaya sekitar 60 miliar, padahal PON sudah diujung hidung. Sekalipun 20 triliun untuk infrastruktur bukanlah jumlah yang besar tapi bagi negara yang sedang kere ini tentulah jumlah ini sama dengan 50 persen defisit total RAPBN. Pokoknya yang paling tidak mengenakkan memang dalam posisi anggaran yang terjepit yang dimulai dari ketidak-wajaran saluran dana BLBI ekspos BPK Agustus 2000
80
Tabrani Rab
Rp 144,5 triliun disalurkan ke 48 bank swasta, penyimpangan penggunaan BLBI sebesar Rp 84,5 triliun. Lalu terjadilah daftar utang Indonesia pada tahun 2000; utang luar negeri pemerintah 62 miliar dolar AS, utang dalam negeri pemerintah 72 miliar dolar AS, utang luar negeri bank sentra 11 miliar dolar AS, utang luar negeri swasta 62 miliar dolar AS, utang dalam negeri swasta 42 miliar dolar AS dengan total utang 249 miliar dolar AS. Demikian pula dengan utang dalam negeri yang dapat digambarkan dalam surat utang negara (obligasi) Rp 694,1 triliun; tahun jatuh tempo 2004 Rp 76 triliun, 2005 Rp 80 triliun, 2006 Rp 84 triliun, 2007 Rp 95 triliun, 2008 Rp 86 triliun dan 2009 Rp 84 triliun. Satu satunya yang menyelamatkan kita tinggallah kaca mata kuda. Tak usahlah melihat utang luar negeri, tak usah melihat obligasi, pokoknya infrastruktur dalam proyek K2I dan PON. Asal kita memahami kaca mata kuda, bukan saja dipakai kuda bendi tapi dipakai juga oleh Kamikaze Jepang yang melantakkan pesawatnya ke kapal tempur Amerika. Antara kacamata kuda dan Kamikaze inilah kita berada ...
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
81
MENHANNGAN
K
arena bahasa Indonesia itu perkembangannya berputarputar dan makin tak jelas maka Menhanngan dapat pula berarti Menteri Pertahanan Pangan. Entah bagaimana ceritanya pertahanan pangan ini termasuk hal yang pokok dalam revisi kabinet. Tiap hari televisi manampilkan Wijarnako, anaknya, menantunya, adiknya karena dituduh korupsi dalam pengadaan perut bangsa Indonesia ini alias beras. Dari beras ke beras inilah pembicaraan koran, pembicaraan TV, pembicaraan orang kampung. Hari ini gula naik besok minyak makan, besoknya lagi gas dapur, dari itu ke itu juga. Kalaupun ada soal lain bicara mengenai duit sekolah, pemulung. Padahal kita ini merdeka sudah lebih dari 60 tahun artinya di usia yang 60 tahun inipun masih bicara seperti zaman Jepang. Kain goni, makan, kelaparan, ya itu ke itu juga. Maka sekarang keluar pula istilah Pertahanan Pangan. Kalau menteri yang menanganinya tentulah Menpangan alias Menteri Pertahanan Pangan. Kalau dinas yang menanganinya tentulah Dinpangan alias Dinas Pertahanan Pangan. Lalu putri Ruslan Abdul Gani pun menulis buku Soeharto yang boleh juga dibaca, sebab tujuannya juga untuk �Swasembada pangan�. Tapi inipun bertahan sebentar. Sebab memang yang datang Perdana Menteri Prancis Miterrand. Inipun sekejap entah karena tak yakin entah karena Paris terbakar hari kedua beliau pulang. Nah apakah sebelum Soeharto pangan itu cukup? Ketika Soekarno pidato berdetup-detup, rakyat pun makan bubur. Konon digunakan
82
Tabrani Rab
sebagai makanan hewan tapi kalorinya tinggi dan harganya murah. Pidato berletup-letup juga ”Go to hell Amerika, keluar dari PBB, new emerging forces ” dan tidak ketinggalan pula Ganefo. Hubungan dengan China yang tadinya buruk dengan PP 10 sekarang berbalik dan saya sempat juga melihat Ganefo ini di Jakarta dimana Soekarno menyalami puluhan puteri-puteri cantik dengan dada-dada terbuka dan tertutup tapi jelas tak berjilbab. Sekali waktu untuk Menpangan ini saya pun balik ke BagansiapiApi berjumpa dengan kawan-kawan saya yang membawa becak dan saya pun menunggu di kedai kopi. ”Ngah hari ko aku dapat cuma sekilo beras, padahal jam sudah menunjukkan jam 1 siang”. Kata Bung Hatta paling sedikit 2 kilo setengah sehari sebagai batas kemiskinan. Pada zaman modern ini diambil pula angka 2 dollar per hari alias paling sedikit Rp.20.000,- per hari sebagai batas angka kemiskinan. Bandung yang dulu terkenal sebagai lautan api dan kini menjadi lautan sampah ditambah dengan lautan pemulung. Makin merdeka makin miskin. Kalau di dengar pidato semuanya menaik. Angka kekayaan menaik, angka daya beli menaik yang menurun cuma satu celana sebab perut kosong. Di Bagan pun saya temui ”Ngah sekalinya, kami makan sehari Ngah”. Begitu ekstrimnya keadaan saya temukan pula bapak Datuk yang pensiun penghulu ”Dulu zaman Belanda kami minum susu Nona kini susu nenek pun tak ado”. Maka teringat pula saya pada pantun orang Bagan ”Tak tung tung kelampai Mak Nari. Susu Mak Betung dua jengkal tiga jari”. Tapi susunya sudah tak ada. Dalam perjalanan saya ke Bagansiapi-api sayapun mampir di Rimba Melintang dengan beberapa orang dari Taiwan. Diapun mengisahkan bahwa kalau persawahan ini irigasinya bagus dan cukup pupuk maka akan dihasilkan 10 ton besar per hektar karena tanahnya sangat subur. Maka sayapun teringat pada tahun 1978 ketika pemerintah merencanakan untuk membuat persawahan pasang surut ala di Taiwan, artinya ketika pasang air laut ditahan di muara sungai Rokan dan waktu surut dibiarkan, proyek inipun memakan 22 miliar rupiah. Harus anda bayangkan Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
83
waktu itu hanya 200 rupiah satu dolar. Sayapun menerangkan pada Gubernur Subrantas, betul ada proyek-proyek begini di Thailand akan tetapi termasuk kedalam proyek teknologi tepat guna dan harus ditangani secara profesional. Gubernur Subrantas pun menyampaikan kepada Amir Mahmud bahwa sebaiknya proyek yang 22 miliar ini direalokasikan ke proyek irigasi lainnya. Sesudah itu Sinar Harapan pun memuat ”Gubernur Riau dimarahi oleh Amir Mahmud, jangan neko-neko”, karena itu proyek ini jalan juga. Digalilah parit-parit sebagai irigasi, ada yang namanya sekunder, ada yang namanya tersier. Setahun proyek ini persis seperti tank perang Vietnam. Puluhan alat berat bergelimpangan di muara sungai Rokan untuk membuat proyek pasang surut ini. Firdaus yang ketika itu Kepala PU menjadi takut ketika kontraktor menggunakan oknum aparat untuk menggertak pencairan dana dengan pistol. Tak sampai setahun proyek ini pun luluh lantak. Excavator ini masih dapat dilihat tebelengkang dalam hutan. Ketika saya ke Rimba Melintang baru-baru ini alangkah kagetnya karena air laut masuk ke kanal-kanal dan sampai ke darat. Akibatnya 800 hektar lahan dimasuki oleh air laut. Apa kata pers? ”Sedikitnya 800 hektar lahan pertanian penduduk di Kepenghuluan Mukti Jaya, Kecamatan Rimba Melintang terancam rusak, akibat banjir pasang laut yang menyapu seluruh kawasan, baik pertanian maupun pemukiman di wilayah itu”. Panen yang dikatakan orang Taiwan 10 ton ternyata disapu air laut. Soalnya selain menerjang pemukiman, banjir juga merusak areal pertanian dimana 800 hektar lahan pertanian masa itu yang menunggu musim panen tiba rusak akibat disergap pasang laut yang membawa lumpur akibat gerusan abrasi. Sehingga puncak panen hanya tersisa ¼ hasil dari total panen mencapai 3,5 ton untuk tiap hektarnya. Kalau begini bukan Menhanngan namanya, tapi Menkinra alias Menteri Kemiskinan Rakyat. Banyak pemandangan yang tak dapat dilihat dengan mata sangkingkan sedihnya kita. Anak saya Darus dari Batin Lima Minas ditangkap oleh Polisi dan diteruskan ke Jaksa yang
84
Tabrani Rab
Jaksanya orang Siak. Tanah yang sudah dikasih oleh Bupati Siak 50 hektar ditanamnya lah dengan bibit sawit. Datanglah Arara Abadi mencabut sawit ini kembali dan seorang petugas Indah Kiat mengadu ke Polisi. Tanah Arara Abadi diserobot oleh Sakai. Padahal dari ribuan tahun Sakai ini memelihara hutan perawan di daerah Mandau. Akibatnya ketika saya minta dia berpidato di depan kelompok investor di Arya Duta dia tak tahan lagi menahan tangisnya begitu pula Loceng sang penghulu Sakai habis suaranya oleh karena demonstrasi didepan Kantor Gubernur. Tanah ini tak juga dikembalikan. Bagaimana lah orang ini untuk dapat hidup? Karena tanah nenek moyang mereka dirampok oleh Arara Abadi. Apa pasal Arara Abadi merampok? Karena pusat memang mengklaim itu tanah Arara Abadi. Sekali saya tanya dengan Presiden �Kenapa tanah Badui tak dirampok, tanah Sakai di rampok?� nampak saya tak terjawab. Kalau sampai terjadi seperti di Kalimantan dimana kepala-kepala pendatang diletakkan di halaman-halaman karena Dayak dan Melayu mengamuk. Barulah ada perhatian pemerintah. Balek cerita Menhanngan dan Dishanngan atau Menteri Pertahanan Pangan dan Dinas Pertahanan Pangan. Keterpurukan semua sektor di Indonesia ini tak tertolong lagi do...sekali kali meletup juga Marasmus dan Kwasiorkor di kota besar lagi. Itu baru gunung-gunung es yang keluar dari puncaknya. Suatu laporan menyatakan jutaan bayi kekurangan asam amino, triptopan. Sekalipun asam amino ini adanya pada kulit beras. Jadi artinya bukan jenis makanan yang dulu dipidatokan 4 sehat 5 sempurna dan termasuk lah yang kelima ini susu Mak Betung. Tak ada lagi do...dari kampung saya Penimpahan terdengar pula kabar bahwa puluhan tenglang alias orang-orang Tionghoa Penimpahan pindah ke Tanjung Balai Asahan. Karena lautnya diperbudak oleh kapal-kapal Thailand dan kapal-kapal dari China. Di darat pun mereka bertanam sawit dirampok juga oleh Timbang Sianipar. Masalahnya lebih aneh lagi ketika PT yang mempunyai sertifikat PT Okta Hedron, oleh Timbang Sianipar dihancurkannya rumah Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
85
lalu dirampoknya kelapa sawit, sehingga Komisi Yudisial minta pula keterangan dari saya mengenai perampokan tanah PT Hedron padahal perkaranya sudah diputus oleh pengadilan Dumai untuk eksekusi, digencot lagi Amin minta 150 juta. Inilah keadaan negeri yang tak punya undang-undang. Yang ada hanya duit suap. Ketahanan pangan ini agaknya sudah menjadi titik akhir dari masalah sosial di Indonesia. Sesudah itu timbullah masalahmasalah kelaparan di Ethiopia, Somalia, Sahara karena toleransi alam terhadap kehidupan manusia memang sudah habis. Hujan datang banjir sedikit saja kering asap pun mulai dan silih berganti. Longsor turun, lumpur Sidoarjo pun muncul. Belum lagi hantaman Tsunami di Aceh, di Pangandaran, Sulawesi, Pesawat terbang hilang dan tunggang-langgang. Yang tinggal hanyalah anak negeri yang sudah mati-suri. Lagu-lagu lama hanya untuk masa lalu. Seperti lagu tanah airku Indonesia dengan nyiurnya yang melambai-lambai dan lagu sepasang mata bola kini telah berganti dengan sepasang mata kuyu, maju tak gentar pun sudah bertukar bukannya membela yang benar tapi membela yang bayar. Lalu apa yang tersisa bagi kita untuk Republik ini? Tinggallah menunggu banjir, asap, gempa bumi, tsunami, letusan gunung merapi sehingga Menpanngan pun tak sanggup lagi mengatasi keadaan ini karena dilantak pula oleh korupsi. Lebih baiklah banyak berdzikir walaupun doa kita makin banyak yang tak terkabul. Wassalamu’alaikum warahmatullahiwabarokatuh.
86
Tabrani Rab
Nyi Roro Kidul
K
ita ini entah maju entah mundur. Ketika saya berumahtangga dengan orang Minang, mengertilah saya karena ayah saya memanggil saya Datuak Lamak Diateh, bahasa Jawanya Ngenyek. Tapi ketika saya di Kuala Lumpur tiba-tiba ada undangan dari Lembaga Adat memberikan gelar Datuk Setia Amanah kepada petinggi daerah tentulah saya bertanya apa pasal. Dulu, saya kawin dulu baru dapat gelar, jadi tentulah bekerja dulu, baru dapat Setia Amanah. Ketika saya ke Jawa dan dipesankan oleh ayah saya untuk menghadap dengan takzim kepada Sultan Siak. Saya tentu menyalaminya dengan biasa-biasa saja. Tidak sebagaimana diajarkan ayah saya patik tuanku. Konon patik ini artinya anak anjing yang belum terbuka mata, sedangkan saya bukan lagi anak anjing tapi raja singa ehhh salah raja harimau. Sekarang ini rasanya aneh dinas-dinas yang tak mau bekerja asal mau menundukkan kepala mohon patik tuanku aaa... selamatlah tu, walaupun Dispenda dari jauh sudah dibuka sedikit-dikit oleh Kejaksaan Tinggi, kalau Jaksa Tinggi mau betul aaa... saya beri angka-angka, kalau mau berubah menjadi ATM tak usalah. Ini belum lagi bekerja sudah dapat Setia Amanah, entah mana yang setia entah mana yang amanah.. engggg.. alah.... Dulu saya ikut juga konvensi untuk menjadi presiden RI dari partai Golkar. Maka sayapun ditanya oleh audiensi partai Golkar di Yogyakarta, kenapa saya tidak hadir waktu Sultan Hamengku Buwono mendapatkan gelar Sri Amanah Dwi Wangsa. Sayapun menjawab gelar-menggelar ini saya tak tahu dooo...., sebab itu Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
87
untuk orang dulu dan untuk masa depan gelar PhD, doktor, MSc. Tapi anehnya tak ada orang menyebut Prof. Einstein sang raja matematika dengan teori foton dan relativitasnya. Begitu pula pulang dari Mekah diberi gelar H (haji), nabi Muhammad saja tak pakai gelar Haji, yang ada doktor dua minggu ada yang bupati, ada yang pengacara, lama-lama hilang sendiri. Saya mempunyai beberapa teman yang guru besar juga di negara Eropa. Apa katanya? Sekarang ini seremonial dengan memakai toga dan sambil menangis-nangis dan hidungpun keluar air, tak ada lagi di Jerman atau di Amerika sebab seremonial ini membuat orang hanyut dalam perasaan, sementara ilmunya entah ada entah tidak. Dimasa dimana pelajaran diberikan dalam bentuk komputer jarak jauh maka dapatlah dibayangkan antara sang profesor dan mahasiswa tak ada lagi komunikasi temu muka. Kalau mendapat S3 yaa... biasa-biasa sajalah, begitu juga Politeknik Bengkalis yang terletak di Sungai Alam, Politeknik Pasir Pangaraian yang letaknya di Rambah, sedikit lagi ada Unbang alias Universitas Bangkinang, Unker alias Universitas Kerinci, Pondok Pesantren Teknologi, dan di Bagan kini ada Unri jarak jauh dan sikit lagi menjadi Unggan alias Universitas Segan eeehh... Universitas Bagan. Di zaman sekarang ini tak ada kesempatan mundur ke belakang dooo... Satu kali tidurlah saya di Hotel Samudera Beach Hotel Pelabuhan Ratu. Kebetulan malam Jumat. Walaupun penghuni hotel tak begitu ramai tapi si Mamang menjelaskan kepada saya, yang ini kamar Soekarno, yang ini kamar Nyi Roro Kidul. Dan kepada saya dibukakan kamar Nyi Roro Kidul, nampaklah oleh saya tempat tidur dengan dupa-dupa puji-pujian dan orang Bengkalis menyebutnya hiasan-hiasan keramat Pakih Gani. Ketika saya di Jakarta saya pikir Pak Gubernur langsung dengan pesawat Mandala ke Jogyakarta, rupanya pelantikan itu besoknya dan itupun oleh wakilnya, engg....alahhh... Sudah letihletih datang dari jauh, eeee... wakil pula yang melantik. Bagi saya tak ada yang luar biasa, hanya permadani di depan
88
Tabrani Rab
tempat tidur sang Nyi Roro Kidul. Tampak agak seram tapi tidak menakutkan. Saya minta pindah kamar disebelah kamar Nyi Roro Kidul, mana tahu kalau Nyi Roro Kidul dapat berkunjung ke kamar saya sehingga adalah instrupsi terhadap jomblo ini. Sampai tengah malam tak ada tanda-tanda sehingga akhirnya masuklah saya ke kamar Nyi Roro Kidul walaupun malam Jumat. Dianjurkan oleh Mamang untuk sungkem (dalam hati saya pekerjaan bebal betul) dan tentu saja saya menolak. Dan alhamdulillah sesudah sembahyang subuh tertidur lagi dan tak pula bermimpi dengan Nyi Roro Kidul. Aneh tapi nyata, begitulah kenyataan sekarang ini. Ada petinggi Jogya yang mendapat gelar di Riau hanya karena Ketua DPRD Riau kebetulan sekolah di Jogya dan bukannya tak bayar makan. Pokoknya Jogya ikut membentuk intelektual Riau, apa nak hati bantai la... Begitu bersemangatnya petinggi Riau diberikan pula gelar di Jogyakarta dan saya yang akan berangkat pagi itu untuk menghadiri pertemuan seribu profesor dengan Presiden dan ternyata pertemuan inipun pertemuan bebal pula, tak kebagian seat Mandala. Lalu sang petinggi Riau inipun diberi gelar ”Kanjeng Raden Temenggung HM Rusli Mangku Projo”. Kebetulan saya satu pesawat dengan Suryadi Kusaini yang baru pula mendapat gelar kebangsawanan dari Solo. Sayapun bertanya pada Suryadi? ”Kenapa tak ikut?”. Lalu ringan saja dia bilang ”Tak diundang”. Dan bukan itu saja dapat pulalah Bupati Indragiri Hilir gelar ”Kanjeng Mas Temenggung H Muklis Indra Praja dari Sri Sultan Hamengku Buwono X. Salahnya tak pula sempat Sri Sultan Hamengku Buwono X sehingga diwakilkan pula kepada GBPH Joyo Kesumo. Ketika saya di Jakarta saya pikir Pak Gubernur langsung dengan pesawat Mandala ke Jogyakarta, rupanya pelantikan itu besoknya dan itupun oleh wakilnya, engg....alahhh... Sudah letihletih datang dari jauh, eeee... wakil pula yang melantik. Saya pikir lebih baiklah dalam gelar-gelar Lembaga Alat dan Lembaga Adat di Riau ini ada yang namanya Datuk Raja Diraja yang diberikan pada saya, ada pula Datuk Singo dan diantara Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
89
itu tentu ada Datuk Raja Singa, ada Datuk Panglima Laskar, Datuk Panglima Undan, apa nak hati lantak, ada pula Jenderal Purnawirawan dilantik oleh Datuk Panglima Kampar, pokoknya paling hebat di Riaulah, nak dua kilo, nak tiga kilo datuk di Riau bantai, raja sudah tak ada. Satu kali saya mendapat telepon dari Dr. Ekmal bahwa pertemuan raja-raja Melayu dengan raja Indragiri terjadinya pada generasi ke 25 padahal raja Indragiri ini berasal dari Putra Raja Malaka yang dijemput dengan Rakit Kulim. Sementara Raja Malaka berasal dari Palembang yang bernama Parameswara datang ke Singapura menjadi Raja Tumasik yang konon menjadi Raja Malaka. Entah darimana keturunannya rajaraja Malaka inipun bertandang ke Gajah Mada sehingga ketika Kolonial Belanda datang orang Malaka pun bilang �Bila roboh kota Malaka, papan di Jawa kami tegakkan, bila begitu nak dikata, nyawa dan badan kami serahkan�.
90
Tabrani Rab
2010, 2020, 2030, atau 3020?
T
ema 2010 dipakai oleh Walikota Pekanbaru sebagai kota bersih dan oleh Menteri Kesehatan sebagai tahun bebas penyakit nasional termasuk AIDS. Tema 2020 sudah lama ditancapkan oleh Saleh Djasit dan kemudian dilanjutkan oleh Rusli Zainal. Tak pula mau ketinggalan SBY pun membuat tema 2030. Jadi artinya Riau itu lebih dulu mati 10 tahun ketimbang daerah lainnya. Hanya saja dalam kenyataan kelaparan di Riau makin tinggi, angka kebebalan makin banyak dan infrastruktur berubah menjadi suprastruktur artinya, jalan berdelau menjadi jalan berlubang dan timbul pula ide bukannya membangun jalan alias infrastruktur tapi menutup lubang. Lumpur Lapindo di Sidoarjo mencari pinjaman duit pula ke Jepang. Jadi lebih baiklah ikuti Republik Mimpi, Indonesia baru makmur 3020. Artinya dimana kita? Sudah dialam barzah dan di alam surga.
Satu kali saya diajak oleh kelompok petani Taiwan ke daerah Rimbo Melintang Bagansiapi-api. Berkisahlah sang petani Taiwan ini bahwa didaerah Rimbo Melintang bila dibuat irigasi yang cocok dan pemberian pupuk yang cocok maka akan menghasilkan 10 ton per hektar dan bisa panen 3 kali setahun. Dalam hati saya yee‌ lahhh‌. Tak lama kemudian rekan saya Fachri Yasin menulis, katanya begini “Mampukan Riau berswasembada beras tahun 2007? Jawabannya adalah Riau tidak mampu mencapai swasembada beras sampai tahun 2010. Bagaimanakah usaha untuk mencapai swasembada beras? Suatu pernyataan yang harus dijawab. Salah satunya melalui Operasi Pangan Riau Makmur (OPMR) dengan dengungan seratus ribu hektar sawah. Kenapa kata P pada Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
91
OPMR tidak menggunakan kata B (Beras), karena beras bagian dari pangan sedangkan pada OPMR hanya meng-operasi-kan peningkatan produksi beras saja. Karena itu kenapa penanaman operasi ini tidak diubah saja menjadi Operasi Beras Riau Makmur (OBRM) atau Operasi Riau Makmur Beras (ORMB)?. Jikalau tidak diubah dengan pertimbangan apalah arti sebuah kata atau alasan lainnya, tidak apalah. Namun yang ditakutkan adalah masyarakat beranggapan bahwa pengambil kebijakan pembangunan daerah Riau tidak memahami arti pangan dan beras”. Saya membaca pula di Metro Riau (22/5) “Riau terancam krisis beras. Dari hasil perhitungan tahun 2006, diperkirakan tahun ini Riau akan mengalami kekurangan pasokan beras 307.594 ton. Defisit ini akan mengancam ketahanan pangan di propinsi Riau. Kepala Dinas Tanaman Pangan Propinsi Riau, melalui Kasubag Perencanaan, Suryani Sp,MM mengatakan dengan kondisi kekurangan beras itu, maka secara politis Riau terpaksa menjadi ketergantungan terhadap negara importir beras. Sedangkan secara sosial ya kekurangan bahan pangan. Ia akui angka tersebut mengalami peningkatan, namun lanjutnya angka itu sebenarnya tidak signifikan bila dibandingkan tahun 2005 yang berjumlah 301.209 ton. Dia juga memprediksi defisit bahan pangan ini diperkirakan akan terus berlanjut, karena beberapa faktor yang sulit dicegah”. Memang swasembada beras ini lagu lama. Ketika rekan saya Rivai Rahman duduk disebelah saya ”Tab, kekurangan beras ini membengkak. Dulu tak sampai segitu do, setengahnya pun tidak. Makin lama makin bengkak”. Sayapun bertukar pikiran dengan bupati Anas Ma’mun. Apa pasal kekurangan beras kita ini makin lama makin parah. Padahal secara teoritis petani beras ini kalau bolehlah pendapatannya 10 ton per hektar ditambah dengan panen 3 kali setahun maka K2I pun yang merupakan idola Pak Gubernur tentu mudah dicapai. Dan saya lihat pula mencabut batang padi pun mulai memakai mekanisasi mesin ”Tak ada do Ngah, uang (orang) tu digantinya beras dengan kelapa sawit sebab kelapa sawit bisa disimpan lama sementara beras tak cocok”.
92
Tabrani Rab
Kekurangan beras ini bukan saja terjadi di Riau, di Sumatera Barat pun saya sering mampir ke Limbukan, 50 tahun yang lalu Mak Uniang yang merupakan saudara angkat ayah saya bilang �Baalah Rab, manuai dakek lei, lumbuang panuah, kama bareh tu ka dilatakkan (Bagaimana ini Rab, menuai sudah dekat sementara lumbung padi penuh, kemana beras mau diletakkan)�. 50 tahun sesudahnya sayapun datang. Apa kata Mak Uniang �Baalah Tab, lumbuang lah kosong, manuai lamo lei� (Bagaimana ini Tab, lumbung masih kosong sementara menuai masih lama). Saya lihat daerah Sumbar yang sebagai sumber beras berpotensi untuk menderita mal nutrisi. Maka Zaili Asril, sang pimpinan redaksi Padang Express mengutarakan kepada saya, telah terjadi kasuskasus mal nutrisi di Sumatera Barat. Apa pasal? Karena penduduk bertambah tapi yang lebih melemahkan lagi sebagian sawah telah ditanam dengan bangunan. Padahal kalau di Jepang karena beras 8 dolar per kilo orang yang membangun rumah diatas sawah dapat didedah sementara pemerintah sangat dilarang untuk mengimpor beras dari Vietnam sehingga petani dikenal dengan petani berdasi karena duitnya banyak. Akibatnya dua kali pemerintah mau memperluas lapangan terbang Narita Tokyo, dua kali pula disapu oleh demonstran sehingga Narita tetaplah merupakan lapangan terbang tunggal. Bagaimana dengan Singapura? Sudah mempunyai dua lapangan terbang berkat tanah dari Kepri. Sekarang Changi sedang membangun lapangan terbang baru dan hampir selesai untuk penumpang Air Bus yang baru. Balik ke cerita beras dan dunia Melayu, sayapun pergi ke daerah Langkat dan Serdang Bedagai masyaallah rakyatnya telah pula menggantikan sawah yang begitu cantik dengan sawit ditambah pula lagi dengan proyek Thames maka lengkaplah kebodohan Melayu ini. Tradisi beladang telah berganti dengan tradisi sawit padahal kalau sudah ditanam sawit jangan harap tanah ini dapat lagi ditanam dengan padi. Apa pula yang terjadi dengan padi di Rimbo Melintang? Tahu-tahu air masin masuk sehingga tak usahkan panen tapi bencana. Dulu pun tahun 1978 pemerintah menghabiskan duit 22 miliar untuk meniru panen pasang surut Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
93
ala Thailand. Apa hasilnya yang dapat ditengok sekarang kecuali selokan-selokan panjang yang disebut orang dengan sekunder sisanya alat-alat berat ini persis seperti perang Vietnam. Sisanya alat-alat ini dijual besi ke Sumatera Utara persis dengan rel kereta api dari Pekanbaru ke Sumatera Barat yang dicabut orang jadi besi bangunan. Itulah sebabnya tak lagi dapat dipercaya pembukaan jalan kereta api di Riau, paling kena curi. Memang di Rokan Hilir seperti lembu punya susu, sapi punya nama. Berpuluh truk pisang diangkut ke Medan yang disebut orang Bagan dengan pisang barangan (boleh juga disebut dengan sembarang pisang) lalu namanya pun berubah menjadi pisang Medan. Berpuluh truk juga padi diangkut dari Rokan Hilir ke Medan, bergantilah dengan beras Medan. Nah, beras Medan dan pisang Medan ini jugalah yang membanjiri pasar di Riau. Tetapi melihat gelagatnya entah mesin penggiling padi (rice milling) dipasang di Bengkalis konon bantuan Korea dan di kabupaten lainnya yang dimasukkan justru beras Payakumbuh. Tapi lucunya di Bengkalis orang tetap menyebutnya beras Payakumbuh. Sudah ditanam beras barulah Bupati berencana membuat sawah Sungai Pakning, itupun tak jadi karena humusnya tak memungkinkan. Alamat harga berbagai bahan pertanian turun, harga beras melejit naik termasuk minyak makan. Orang Riau ini selain dari gemuk gedempong tak lagi berminyak karena minyak naik. Kalau bahasa Melayunya GGK alias Gemuk Gedempong Kesing. Makin lama makin jauh K2I ini, lebih baiklah bukan untuk mencegah K2I sebab serba tak mengena. Nak dicakap mengurangi kebodohan, banyak sekolah terburai alias rusak sekalipun anggaran sudah sampai 20 persen. Nak disebut dengan kemiskinan dimana menurut definisi WHO gaji kurang dari 2 dolar sehari alias kurang dari 40 ribu sehari. Berapa sih jumlah pegawai yang gajinya 1,2 juta? Gaji saya 4e selama 16 tahun dan guru besar lagi dapatlah pensiun 852 ribu dan konon pajak akan meninjau saya walaupun baju dua keping. Nak disebut infrastruktur yang lebih baik disebut dengan suprastruktur sebab diatas jalan ada air yang tergenang dan ada pula longkang. Yang tinggal hanya pidato sambil menunggu PON.
94
Tabrani Rab
Dari Jalan Terbitlah Lubang
A
da yang menarik dari proyek K2I. Kalau panjang pulau Sumatera itu 1.750 km maka jalan yang rusak di Riau panjangnya 1.129,95 km jadi hampir sepanjang jalan dari Sabang sampai ke Lampung. Betullah pemerintah daerah meletakkan prioritas pertama pada infrastruktur disamping dari kebodohan dan kemiskinan. Tapi celakanya anggaran Riau yang banyak akan tersedot oleh proyek nasional PON dan pemberian gelar segala bentuk maka angka untuk infrastruktur inipun berkurang. Yang muncul tentulah kebodohan dan kemiskinan. Mulut saya tentu saja ternganga mendengar Riau ini nanti akan terdapat jalan lingkar mulai dari Bagan daerah Riau yang paling selatan akan menembus Dumai dan lewat Dumai terus menuju ke Sungai Pakning dan dari Sungai Pakning jalan ini terus melingkar lagi melewati jalan yang paling utara melalui jalan Lintas Timur sampai ke Tembilahan dan dari Tembilahan masuk ke Ibukota Pekanbaru lewat Kerinci. Sayapun teringat buku yang ditulis oleh penulis terkenal Percy Cradock dalam bukunya “Experiences of China� bagaimana jalan dari Beijing masuk ke Shanghai lewat Shanghai terus ke Macao dan diujungnya terus masuk ke Guangdong dari dari Guangdong buka lagi ke Shanghai. Kalau orang tidak dapat tiket Cathay Airlines di Hongkong dengan mudahnya orang ke Guangdong untuk membeli tiket di pelabuhan internasional ini. Kalau gagal juga di Guangdong lewat ke Shanghai, gagal lagi di Shanghai beli di Macao. Orang tak lagi perlu berteriak-teriak Down with Soviet Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
95
Revisionism yang dulu diteriakkan waktu revolusi kebudayaan, langsung dimodifikasi oleh Deng Xiaoping sehingga buku ini menulis pula Bab X “Deng’s China” sebab Deng lah otak jalan lingkar Timur ini. Dari tahun ke tahun saya menunggu jalan kapan lah jalan dari Bagan dapat ke Dumai maka saya bawa pula sekelompok pemuda dan tokoh masyarakat Bagan bertemu dengan Pak Kapolda karena tanah HPH yang entah kapan dibawanya dari Tiongkok tiba-tiba Bupati Bagan tak dapat membuka jalan ke Dumai karena harus lewat HPH PT Diamond anak perusahaan Panca Eka. Bahwa foto yang ditayangkan Kapolda bagaimana mengangkut kayu dengan kereta api itu terjadi di kampung saya Bagan dimana hutannya dipelasah sementara rel kereta api dibentang di tengah jalan. Masa pemerintah membuat jalan, tapi karena pusat memberi HPH kepada warga keturunan ini yang telah membangun rel kereta api untuk menghancurkan hutan Bagan sehingga yang kebagian untuk kuburan Aki saya hanyalah banjir. Itu baru cerita pertama. Bagaimana cerita selanjutnya? Maka Metro Riau pun menulis “Jalan propinsi dan jalan nasional di Riau yang rusak panjangnya mencapai 1.129,95 KM. Kerusakan terjadi akibat umur jalan sudah tua dan beban kendaraan yang melebihi tonase. Menurut data yang diekspos Dinas Kimpraswil dalam hearing tersebut, dari 1.126,26 km ruas jalan nasional di Riau, hanya 39,50 persen dalam kondisi baik atau sekitar 444,75 km. Selebihnya sepanjang 154,90 km atau 13,75 persen mengalami kerusakan dengan kategori rusak ringan. Sedangkan rusak berat mencapai 49,44 km atau 04,37 persen. Dan 477,17 km atau sekitar 42,37 persen dalam keadaan sedang. Sementara itu jalan propinsi mengalami kerusakan yang lebih parah lagi. Dari 2.162,68 km, kondisi jalan yang baik hanya 28,02 persen atau sekitar 606,11 km. Sementara dalam keadaan sedang sepanjang 630,96 km atau 29,17 persen. ”Selebihnya dalam kondisi rusak. Kategori rusak berat sepanjang 281,26 km atau sekitar 13,01 persen. Dan rusak ringan 29,79 persen atau sekitar 644,35 km”.
96
Tabrani Rab
Nah, bagaimana realisasi jalan ini? Apa kata Komisi C DPRD? ”Deviasi 74 persen ini negatif dan mengecewakan. Saya minta perhatian khusus dinas untuk masalah ini. Pembangunan jalan dari Pelintung – Sepahat – Sungai Pakning yang memakan anggaran Rp 111 miliar terealisasi 47 persen dari rencana 55,9 persen atau deviasi minus 8,8 persen. Berikutnya pembangunan jalan dari sungai Pakning – Teluk Mesjid – Simpang Pusako mengalami deviasi minus 7 persen dengan realisasi 55 persen dari rencana 63 persen. Jalan tersebut sepanjang 60 KM dan kemudian dibangun secara sharing anggaran bersama Kabupaten Bengkalis. Lebih lanjut diungkapkan Firdaus, MT untuk pembangunan jalan Sorek – Teluk Meranti – Guntung dari rencana 49 persen hanya terealisasi 32 persen atau deviasi minus mencapai 14 persen. Jalan ini sepanjang 220 km dan bagian Pemprov Riau hanya 178 km. Kondisi lebih parah terdapat para proyek pembangunan jalan dari Simpang Kumu – Sontang Duri yang mengalami deviasi negatif mencapai 31 persen. Dari target selesai 60 km dan proyek ini sempat stagnan setahun atau terbengkalai”. Karena jalan lingkar tak terbangun sementara di Singapura begitu licinnya jalan akan dilaksanakan really, sementara di Jogya Garuda Indonesia terpelanting. Timbullah ide untuk memperbaiki lubang. Bagaimana sebetulnya jalan di Riau? Panjang jalan propinsi 2.162,82 kilometer, kondisi baik 606,11 kilometer, kondisi sedang 630,96 kilometer, kondisi rusak ringan 644,39 kilometer, kondisi rusak berat 281,36 kilometer. Panjang jalan nasional 1.126,11 kilometer, kondisi baik 444,79 kilometer, kondisi sedang 477,17 kilometer, kondisi rusak ringan 154,90 kilometer dan kondisi rusak berat 49,25 kilometer. Karena buku Kartini ”Dari gelap terbitlah terang” maka di Riau pun ”Dari jalan lingkar terbitlah menutup lubang”. Sebab inilah yang dapat sisanya untuk PON dan FFI ditambah pula dengan kotbah Zainudin MZ ”lubang di jalan dan lubang berjalan” maka Komisi C nampaknya menitik beratkan lubang di jalan. Maka dianggarkanlah 1,7 triliun untuk empat tahun, diambillah dana 650 miliar untuk menutup lubang Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
97
di jalan. �Kita khawatir jika peningkatan jalan di kawasan industri ini tidak dilakukan maka investor akan lari. Jika investor lari, kita yang akan rugi�. Karena begitu tak adanya duit kecuali untuk PON maka lebih baiklah diterbitkan buku “Bukanlah dari gelap terbitlah terang, tapi dari melingkar tertutuplah lubang�. Pada masa kini di manapun kita menghadap Riau ini sangat menyedihkan. Yang ada hanya bual. Ke kampung janda saya di Sumatera Barat jalannya licin dan listriknya terang. Di Sumatera Utara kebetulan saya sempat melihat Deli Serdang dan Serdang Bedagai tampaklah jalannya berdelau walaupun padi yang begitu subur telah berganti dengan sawit dan air pasang menggenang ke atas. Dibuka pula hotel Thames. Berapa semalam? 480 ribu untuk menginap di hotel yang berdaun nipah. Orang kampung berdedai-dedai datang tapi bukannya masuk melainkan dipinggiran saja karena masuk harus bayar tiket 60 ribu. Betul-betul proyek ini proyek bebal. Manalah terjangkau oleh rakyat kalau tiket masuk saja 60 ribu. ...
98
Tabrani Rab
Makin Bebal
T
iba-tiba saja Riau Mandiri (15/6) menurunkan headline yang mengejutkan. Apa katanya? Tiga ribu siswa Riau tak lulus. Hari ini (Sabtu) hasil Ujian Nasional tahun 2007 untuk SMA sederajat di seluruh kabupaten/kota di Riau diumumkan. Sebanyak 3.010 siswa (SM/MA/SMK) di Riau dinyatakan tidak lulus Ujian Nasional. Data yang diperoleh Riau Mandiri dari Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Riau H.M. Wardan, Jumat (15/6) dari 36.738 siswa SMA/MA peserta Ujian Nasional di Riau sebanyak 2.230 atau 6,07 persen tak lulus UN. Dengan demikian persentase kelulusan mencapai 93,03 persen. Namun angka ketidaklulusan alias kebebalan tahun ini mengalami peningkatan dari sebelumnya (2006) yakni dari 34.300 peserta Ujian Nasional SMA/MA jumlah siswa tak lulus 1.356 orang atau 3,95 persen. Lulus 96,05 persen atau 32.944 siswa. Sementara pada jenjang SMK dari 10.479 peserta yang mengikuti Ujian Nasional tahun ini sebanyak 780 orang tak lulus atau 7,44 persen. Dengan demikian angka kelulusan mencapai 92,66 persen.
Sayapun memanggil direktur SMK Analis Kesehatan Abdurrab yang telah 13 kali diwisuda. “Berapa yang tak lulus�, tanya saya pada Irham Siregar. Lalu diapun menjawab sambil ketakutan “Pak, untuk SMK Analis Kesehatan kita lulus 100 persen dengan nilai rata-rata 7,5. Saya kira untuk matematika dan bahasa Inggris kita paling tinggi Pak dibandingkan dengan SMK lainnya. Untuk bahasa Inggris rata-rata 7,62. Untuk matematika rata-rata 7,2 dan nilai tertinggi 9 yang dicapai oleh 3 siswa. Untuk bahasa Indonesia Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
99
7,2. Untuk nilai produktif atau nilai skill tak ada yang dibawah 7 dan yang paling tinggi 9 yang dicapai oleh 5 siswa”. Memang pada semester kedua akhir saya memberikan insentif kepada tenaga pengajar dan diberikan pula terobosan oleh jurusan matematika serta bahasa Inggris. Mana saja daerah yang paling bebal? Kuansing tingkat kebebalan paling tinggi untuk SMA/MA 26.98%, SMK 29.80%; Dumai untuk SMA/MA kebebalan 16,71%, SMK 11,56%; Inhu untuk SMA/MA kebebalan 6,12%, SMK 4,67%; Rohil untuk SMA/MA kebebalan 6.10%, SMK 3,69%; Pekanbaru untuk SMA/ MA kebebalan 4,95%, SMK 6,45%, Bengkalis untuk SMA/MA kebebalan 4,57%, SMK 6,51%; Kampar untuk SMA/MA kebebalan 3,79%, SMK 1,50%; Inhil untuk SMA/MA kebebalan 3,05%, SMK 1,65%, Pelalawan untuk SMA/MA kebebalan 2,30%, SMK 1,71%, Rohul untuk SMA/MA kebebalan 1,74%, SMK 1,27% dan Siak untuk SMA/MA kebebalan 1,41%, SMK1,07%. Tapi tunggu dulu untuk dikatakan bebal sebab Riau Pos (15/6) menulis “Wisuda master profesional untuk Gubri HM Rusli Zainal. Bekerja secara profesional dengan kejujuran. Bertempat di gedung Graha Widya Wisuda Institut Pertanian Bogor (IPB) Kampus Darmaga, Bogor, Rabu (13/6) Gubernur Riau H.M Rusli Zainal, SE, MP diwisuda pada program master studi pembangunan daerah dengan gelar Magister Profesional (MP). Gubri Rusli mengikuti proses wisuda bersama 1.031 wisudawan dan wisudawati lainnya yang langsung dipimpin Rektor IPB. Dalam menyelesaikan masternya Gubri mengambil tesis dengan judul “Pengembangan Kawasan Strategis Nasional dalam Pembangunan Propinsi Riau”, menjalani masa pendidikan selama 56 bulan (Patutlah saya selama ini sulit menemui Gubernur karena berada di Bogor). Tidak hanya pihak keluarga seperti Ismail Suko, HM Akil dan Ny. Septina Primawati Rusli MM yang turut mendampingi Gubernur pada acara wisuda ini. Hampir semua pejabat teras di lingkungan propinsi Riau seperti Ketua DPRD Riau Drh. Chaidir MM, Asisten II Herliyan Saleh, Asisten III Mardjohan Yusuf, Kabiro Keuangan
100
Tabrani Rab
Tengku Razmara, Kabiro Pemerintahan dan Humas T Khalil Jafar, Kepala BADP Ramli Walid, Kepala Bappeda Emrizal Pakis dan lainnya. Pada kesempatan itu Gubri juga mendapat kehormatan mewakili pada wisudawan/wisudawati menyampaikan pidato tentang urgensi pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi Indonesia”. Jadi tampaknya dari peningkatan anggaran diatas 20 persen untuk Riau yang perlu dibanggakan adalah lulusnya Gubernur Riau dari S2 setelah 56 bulan mengikuti kuliah di IPB. Kalau ini mau dibagi dengan 9 bulan 10 hari artinya sesudah sesudah beranak ketujuh. Tentu kalah lagu Minang ”Baranak ampek den nanti juo”. Dan rekor ini dimenangkan oleh Shah Jahan yang beranak 14 dan istrinya Mumtaz meninggal. Lalu Shah Jahan pun bersumpah tak kawin lagi alias jomblo, yaa seperti saya inilah. Hasilnya Shah Jahan dapat membangun Taj Mahal dengan bahan bangunannya permata dan intan dari 14 negara dan Taj Mahal ini termasuk kedalam 7 keajaiban dunia. Sementara saya dapat pula membangun Taj Murah karena pasirnya dari Teratak Buluh dan batu batanya dari Kulim, he...he..... Sayapun tanya dengan dosen saya yang dari S2 IPB ”Kamu mengambil S2 dulu berapa lama?”. ”18 bulan Pak dan paling lama 24 bulan”. Lalu kenapa Pak Gubernur sampai 56 bulan, yaa.... jawablah sendiri... Nah, harusnya bagaimana? Yang penting bukan 20 persennya. Sebab di Indonesia ini, korupsi yang terbesar terjadi di Departemen Agama sehingga Said Agil masuk penjara dan yang naik haji pun mengutuk sepanjang perjalanan Arafah karena tak kebagian makan. Korupsi kedua justru di departemen Pendidikan kecuali Dinas Pendidikan Riau. Ada juga akibat tender proyek di Diknas yang menyebabkan 4 orang bayi mati dan saya menulis buku ”Menyibak Tabir Bom Molotov di Riau”. Sementara Kepala Disdikpora Pekanbaru ditikam oleh mafia dengan latar belakang tender. Baik bom molotov maupun peristiwa penikaman Ka Disdikpora Pekanbaru yang menikam preman dan belakangnya adalah, bersembunyi tokek-tokek. Untuk membantu pihak Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
101
kepolisian saya pun mengirimkan buku saya ini kepada Bapak Kapolda. Selama ini perhatian pemerintah hanyalah pada target pendidikan yang 20 persen tanpa memikirkan substansi pendidikan. Pemerintah pusat baru kecele matanya pada kurikulum negara-negara maju yang sebenarnya sudah 30 tahun yang lalu baik Singapura, India dan Amerika sama saja dengan meletakkan Matematika, Sains dan English sebagai inti dari pelajaran. Ini terus juga diberondong dengan Pancasila, Kewiraan, Bahasa Indonesia. Waktu saya di Cina sayapun ketemu dengan tokoh-tokoh pendidikan Cina yang telah mengakomodir pendidikan standar yang menyatakan di Cina perasaan cinta kebangsaan, menjadi nomor satu (dalam hati saya di Indonesia korupsi menjadi nomor satu). Sehingga negeri Indonesia yang kaya raya dengan hutan, minyak, hasil pertambangan lainnya nomor satu di dunia tapi semuanya telah dicuri oleh negara-negara maju terutama negara tetangga. Pepatah Minangnya �Urang amuah basadaro, pitih indak�. Maka terjadilah pengrusakan hutan, pencurian minyak yang tak dapat dinasionalisasikan dan anehnya lagi jumlah pengangguran telanjang bulat 11 juta, pengangguran setengah telanjang alias picak 48 juta dan jumlah ini terus makin merebak. Nampaknya pemerintah tak mampu mulai dari lumpur Lapindo sampai pada naiknya minyak goreng diatas 10 ribu. Apa yang dapat disimpulkan dari program K2 I alias Kebebalan, Kemiskinan dan Infrastruktur? Siswa SMA/MA dan SMK menaik dan Pak Gubernur mendapat gelar S2 setelah kuliah 56 bulan dari IPB yang artinya sekelas jugalah dengan SBY yang mendapat doktor dari IPB. Kesamaannya adalah minyak goreng telah melambung 10.500, lumpur Lapindo menyeluak juga. Untunglah Riau Gubernurnya lulus S2 sementara siswa SMA/MA dan SMK nya semakin banyak yang tak lulusnya. Selamat para pemimpin, rakyatnya hidup melampin....
102
Tabrani Rab
Pusat Sajalah yang Bubar
K
alau pemerintah sudah kepepet anggaran maka Riau lah yang menjadi sasaran. Dulu ketika Soeharto memegang kekuasaan paling tidak ada tiga kepepet. Pertama, kepepet untuk melestarikan kekuasaannya. Maka diambillah duit minyak Riau satu miliar US menurut Winter. Didudukkanlah bersama Ibnu Sutowo, Ali Murtopo dan Soeharto. Dibentuklah partai Gokkar alias entah partai entah tidak tapi tentara masuk ke dalamnya. Semua guru, seluruh pegawai negeri, entah semua apa lagi harus masuk menjadi anggota. Yang terkenal meneken di Riau, namanya Pak Ahmad Bebas dan meneken kartu Golkar saya walaupun saya PPP. Tapi daripada berhenti jadi jugalah. Untungnya waktu konvensi partai Golkar untuk menjadi Presiden RI kartu inipun saya tunjukkan jugalah. Pokoknya partai beringin tumbuh rindang sementara PDI dan PPP kurus kering ibarat kerakap tumbuh dibatu hidup segan mati mau. Maka berkuasalah Soeharto 33 tahun lamanya, entah melalui partai apa namanya ini, pokoknya partai seperti Golkar ini tak ada dalam buku. Kepepet kedua, waktu itu direktur Caltex, Harun Al Rasyid yang pernah lama tinggal di Selat Panjang dan berbini muda orang Solo dan kebetulan menjadi pelukis. Ketika itu Soeharto ingin membentuk Universitas Sebelas Maret yang lengkap dengan fakultas kedokterannya. Waktu saya berjumpa Harun Al Rasyid di Balai Adat sayapun menegur �Tolong jugalah dibantu UNRI tu�, maka saya tengok dia melengos saja walaupun orang ini lama di Selat Panjang. Ketika saya mendirikan fakultas kedokteran dan seTempias 2007-2009: Menuai Hujan
103
sen haram dari Caltex, sedap saja pusat sekejab bilang ya, sekejab bilang tidak. Untuk Universitas Sebelas Maret ini menghabiskan belasan miliar dari minyak Caltex. Nah, ketika gas dari Palembang akan dialirkan ke Duri maka rapatlah Pertamina di Dumai. Salah satu kontraktornya bernama Johanes. Disiapkanlah lengkap kamar tidur Soeharto, lapangan golf, kolam renang (entah kapan Soeharto pandai berenang), habislah duit 4 miliar. Soeharto datang langsung ke Duri. Sedikit pidato, minum air yang dibawanya sendiri lalu berangkat lagi dari Dumai ke Jakarta. Habis acara, duit pun amblas 4 miliar. Dapat Sakai 50 juta dimasukkan pula oleh Gubernur Soeripto ke Bank Summa. Bank ini pun kena likuidasi, duit pun menguap. Kepepet ketiga, ketika Condro membuka praktek antekantek Soeharto di Pertamina. Dulu ada tulisan dari Duri sampai ke Dumai �Minyak ini penghasil devisa negara�. Memang benar, selama lebih dari 10 tahun 65 persen anggaran republik ini dari minyak Riau. Sehingga terbit pula keinginan saya Seandainya Riau Merdeka maka saya akan membuat lapangan terbang seperti Abu Dhabi dan mengembangkan teknologi sehingga sekarang Dubai hanya bergantung pada 10 persen minyak, sisanya pada penerbangan Emirat 12 penerbangan sehari ke Jerman. Ditambah pula dengan stasiun yang terbesar disamping CNN, BBC, maka Al Jazeera lah kini menjadi pemancar tiga terbesar di dunia, sikit lagi mengalahkan CNN dan BBC. Nah, entah apa ujung pangkalnya tiba-tiba pusat mau membubarkan Kabupaten Rokan Hilir, Kuantan Singingi, Pelalawan, Rokan Hulu. Padahal waktu saya di DPOD RI dulu 20 kabupaten dibentuk di Irian Jaya, jaraknya 20 meter. Begitu pula di Aceh. Nah, dari-mana duit pemekaran ini, balik lagi ke minyak Riau. Walaupun harga minyak waktu perang Yom Kipur tahun 1974 dalam duit minyak Riau yang begitu banyak tibatiba saja Soeharto meminjam duit dari Bank Dunia, IMF, Bank Asia, sehingga hutang pemerintah di sektor swasta berjumlah 110 miliar US. Untuk apa? Untuk mengikuti nasehat IMF supaya
104
Tabrani Rab
bank yang ambruk disubsidi dengan BLBI. Apa akibatnya? Akibatnya sekarang inilah, tekangkang. Jadi kalau ada ide untuk membubarkan kabupaten di Riau, lebih baiklah pusat bubar saja. Masa sudah 60 tahun merdeka masih macam ini juga. Harga minyak makan saja tak mampu mengaturnya. Listrik sepuluh kali sebentar mati, lumpur Lapindo entah kemana nak mencari duit lagi, konon sudah hampir mencapai 39 triliun. Belum lagi beras yang kejab ada kejab tak ade. Dari pada membubarkan kabupaten di Riau lebih baik kita bubarkan saja pusat dan diganti tempatnya sejengkal diatas pusat dan sejengkal dibawah pusat. Kata Mendagri ad interin ”Kabupaten Rohil, Rohul, Kuansing dan Pelalawan tidak bisa mengurus pemerintahan sendiri dan terancam digabung kembali dengan kabupaten induk”. Apa kata Bupati Rohil? ”Saya geram, kecewa dan keberatan Rohil disebut tidak becus dalam mengurus pemerintahan, datang ke Bagan, tengok dan jangan cakap dari jauh”. Apa kata Sekkab Pelalawan? ”Penilaian pemerintah pusat tidak fair karena dasarnya tidak jelas. Tim evaluasi Depdagri hanya datang membawa kuisioner ke Pelalawan, lalu menyatakan kabupaten tidak layak”. Apa pula kata Bupati Siak? ”Tidak sepatutnya pejabat Depdagri menggunakan kata-kata pembangkang, terkait keterlambatan 4 kabupaten pemekaran mengembalikan kuisioner yang disebar. Bahasa itu tidak benar, apalagi keluar dari seorang pejabat”. Sudah muak daerah kita ini digonjang-ganjing politik oleh Pusat ini dah. Diusul Otsus alias Otonomi Khusus yang didapat justru burus alias berak. Sudahlah Pusat, sudah muak kami sama kamu dah, sekejab ke sini sekejab kesana. Dari dulu lagi sudah saya sebut, merdeka sajalah, tapi tak percaya. Saya sudah berkeliling dunia ini entah berapa kali tak ada negara yang lebih bebal yang mengurus minyak makan, gula, beras kecuali yang namanya Indonesia ini, inilah dia. Mungkin yang menandingi Indonesia ini tinggal Sahara. Disamping dari pada kesejahteraan yang melorot kebawah dan perang saudara yang tak usai-usai maka HIV–AIDS pun meningkat, samalah dengan disini. Tiap hari Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
105
pidato peningkatan.....peningkatan... padahal celana bertambah kebawah juga. Pengangguran telanjang bulat 10 juta, telanjang empat persegi 110 juta, kekurangan gizi 100 juta, aaaa...80 persen orang Indonesia ini stress, sikit lagi mungkin gila. Lebih baiklah Bupati Rohil, Bupati Rohul, Bupati Pelalawan dan Bupati Kuansing diangkat menjadi penasehat Presiden ”Sebab daerah mereka ini betul-betul sekarang cantik dan tertata dengan baik”. Ini tak pernah ditengok dikuadran-kuadrankan saja lalu diambil kesimpulan nak digabungkan dengan kabupaten induk. Mestinya “think what do you say and do not say what do you think” (jangan mengecek saja apa yang terpikir tapi pikirkan apa yang dikecekkan itu). Sudahlah Pak Mendagri ad interin, mundur sajalah. Mentangmentang Pak Ma’ruf sakit diambil kesempatan mengecek. Kalau begini terus yaaa sebaiknya pusat bubar, DPR RI bubar, ganti saja dengan DPD, mereka lebih tahu mengenai daerahnya. Tak usah dipolitisir negara yang kaya dengan penduduknya yang miskin ini lagi. Cakap saja anggaran tak cukup, yang dapat dilantak Riau. Tengoklah orang-orang Melayu memimpin Malaysia dalam etnis yang berbeda lagi, tak ada pembantu Malaysia do yang terjun dari tingkat 15. Setiap saya ke Malaysia kemaluan saya bertambah besar karena dipanggil ”Indon”. Sudahlah lebih baik pusat bubar ketimbang dibubarkan kabupaten di Riau. Kami ini orang Melayu jadi lebih pandailah mengatur daerah kami, jangan diperbodoh dan dihisap juga lagi.
106
Tabrani Rab
Hukum dan Marwah
K
ata Pak Kapolda tugasnya semata-mata menegakkan hukum, tak ada hal-hal yang lain apa-lagi sogok yang sudah menjadi budaya di Indonesia ini. Kata Pak Ketua DPRD pula kalau ditangkap mulai dari Camat sampai Gubernur tentulah Riau ini tak bermarwah. Nah, antara gonjang-ganjing penegakan hukum dan marwah inilah rakyat terbuai-buai dan terburai-burai. Dalam filsafat hukum, ketika Socrates mengatakan raja tu sama saja dengan kita semua, raja pun marah besar. Sebab marwahnya hilang. Padahal yang dinyatakan raja pada rakyat bahwa raja itu adalah titisan dewa entah melalui apa dari langit turunnya, mungkin juga dewa ini sambil kencing tecampak kebawah dan jadi raja. Bahasa Bagannya eee...tekencuik...kencuikk...mana rumah tuk dewa raja, sebab kodok ini sesudah minum kencing raja jadi bunting, diapun mencari rumah datuk raja. Di India raja diatas raja adalah Brahmana, dibawahnya dewa pembangun Krisna dan dewa perusak Shiwa dan tak ketinggalan ITB pun memasang dewa Ganesa yang hidungnya besar dan bentuk belalai gajah. Balik ke pangkal kaji, ketika Socrates diperintahkan oleh raja untuk mencabut kata-katanya kembali. Dengan tegas Socrates menolak “Itu adalah keyakinan saya yang tak dapat ditawar�. Sekalipun muridnya Plato ingin menyelamatkannya akan tetapi Socrates tetap menolak. Kematian Socrates sesudah meneguk racun dipelukan muridnya Plato digambarkan di National Museum New York dengan sangat indahnya. Plato terkenal sebagai filosof yang tak pernah marah. Dia memberikan kuliah ditepi jalan, Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
107
persis seperti tukang obat. Karena ruangnya terbuka disebutlah Studium Generale alias pelajaran terbuka. Entah salah entah tidak UNRI pun menulis Stadium Generale. Tentu saja artinya berubah, sebab stadium sama dengan lapangan jadi lapangan bola terbuka. Tapi jadilah biar keren. Karena tak balik-balik sampai sore, bini Socrates pun datang memaki-maki Socrates, kira-kira bahasa Bengkalisnya begini ”Laki tak tahu untung, sudah bebini dan beranak tak balik-balik ke rumah, asik dek bajak kopi, becakap saja kerja”. Plato megun alias macam ayam kena sampar tapi bukan flu burung. Dia melanjutkan juga ceramahnya dan tak juga dia balik. Istrinya naik pitam. Diambilnyalah air seember penuh, dituangkannya ke kepala Socrates didepan murid-muridnya termasuk Plato. Apa komentar Socrates? “Murid-murid ku bukankah sudah kukatakan, kalau sudah ada halilintar dan kilat (maksudnya marah bininya) maka akan turunlah hujan lebat yang mengguyur kepala saya ini”, kata Socrates sambil menggaruk-garuk kepalanya. Lalu muridmuridnya pun tertawa terbahak-bahak. Begitulah caranya Socrates merubah suasana tegang menjadi humor. Karena Socrates ini tak pernah menulis buku maka ketika dihadapkan ke pengadilan pembelaan Socrates inipun ditulis oleh muridnya Plato dengan tema “Apologia” (pembelaan) yang diterjemahkan oleh Fuad Hasan (mantan Mendiknas) kedalam bahasa Indonesia. Hanya saja karena kita ini malas membaca dan rajin membangun perpustakaan berbelas tingkat. Kalaupun membaca lebih senang membaca cerita gosip selebriti sebab manusia Indonesia itu terkenal malas berpikir, maunya dapat duit saja alias korupsi. Apa pula artinya Plato? Dalam bahasa Latin, Plato itu artinya dataran seperti landasan pesawat. Karena Plato itu rambutnya di kiri kanan saja sejembut dan ditengahnya rata alias botak maka dipanggil oleh teman-temannya dia Plateu dan Plato inilah yang menjadi dasar pemikiran dari semua filsafat alias penegak ilmu filsafat dan dia mengarang 12 jilid buku Republika. Walaupun hidupnya 500 tahun sebelum Masehi akan tetapi
108
Tabrani Rab
pemikirannya menjadi dasar revolusi Perancis (1789) dan Deklarasi hak azasi manusia oleh Thomas Jeferson (1776). Murid dari Plato adalah Aristoteles. Aristoteles tidak lagi diburu raja akan tetapi jadi penasehat Iskandar Zulkarnaen yang menguasai dari Benua Eropa lewat Mesopotamia sampai ke India sehingga raja-raja Melayu bangga bila mereka dikatakan keturunan Iskandar Zulkarnaen atau Alexander DeGreek. Bila Socrates meninggal dalam usia 32 tahun maka Iskandar Zulkarnaen pun meninggal dalam umur yang sama. Nah, pemikiran Aristoteles mengenai hukum inilah yang perlu menyimak kata-kata Ketua DPRD Riau, Chaidir bahwa tindakan Kapolda dapat menjatuhkan marwah Riau. Apa kata Aristoteles? Hukum itu harus merata. Tak perduli dia Bupati, tak perduli dia Gubernur, Camat, tak perduli Kepala Kehutanan, tak perduli Akong dan Aking. Melanggar hukum, plaakkkk, tangkap. Tak ada marwah-marwah do. Yang kedua apa lagi kata Aristoteles? There is no man above law. Tak ada orang diatas hukum nak anggota DPRD, nak ketua DPRD, nak tingkat satu, nak tingkat dua kalau melanggar hukum, plaakkkk. Itulah alat negara, menangkap yang melanggar hukum. Sebab kalau tidak ada hukum yang menangkap mereka-mereka ini semua maka makin kacaulah negara. Lee Kuan Yew membangun badan khusus untuk memberantas korupsi yakni Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB). Badan inipun lumpuh karena terbukti juga terlibat korupsi dengan menerima 400 ribu dolar. Maka tak ada jalan lain bagi Lee, gantuung‌.Tak ada pakai marwah-marwah do. Begitu pula Menteri Pembangunan Teh Cheang Wan, gantung dan kasih sianida. Mana ada marwah. Yang ada muka tu jadi biru. Kan yang ada cuma Marwah Daud. Apa lagi kata Aristoteles? Yang menarik satu �One man in law is majority� satu orang saja yang berpegang dengan hukum itulah mayoritas. Oleh sebab itu Pak Kapolda Sutjiptadi itulah mayoritas. Karena itu teruslah berpegang pada hukum. Bahkan negara yang tak berpegang pada hukum tumpur-lebur akibat korupsi, Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
109
kesalahan menjalankan kekuasaan termasuk menebang hutan “going on Pak”. Yang paling bagus tentulah contoh yang diberikan Rasulullah. “Seandainya putriku Fatimah Zahrah mencuri, aku yang memotong tangannya”. Siapa bilang Fatimah tak ada marwah, sudahlah anak dari Khadijah yang paling dicintai nabi, istri Ali bin Abi Thalib sang pedang Rasulullah ya kalau mencuri tetap saja Rasulullah memotong tangannya. Tak ada hubungan marwah termasuk Marwah Daud dengan hukum do. Tapi oleh karena budaya kita ini budaya feodal, dulu yang terkenal dengan pribahasa “Raja alim raja disembah, raja zalim raja disanggah”. Kini semua hidup bergantung kepada sedekah Gubernur, maka ”Raja alim raja disembah, raja zalim raja disembah juga” apa saja nak dibikin raja tu lantaknyalah tu. Entah berapa ratus gaji guru SD tak dibayar, tongkang dibakar juga dikampung saya di Bagan. Di Pekanbaru masuk sekolah SMA 3 juta, masuk SMP 2 juta, masuk SD sejuta, aaa… yang nak dituju visi Riau 2020, bebas dari kemiskinan dan kebodohan padahal Mak nya tak telap bayar uang sekolah, bila pula kan bebas dari kebodohan dan kemiskinan. Kalau dulu ada Bapak Pembangunan, kalau sekarang ada Datuk Setia Amanah, entah amanah yang mana. Sikit lagi Bapak dari manusia-manusia, jin-jin dan setan alias wakil Leman bukan nabi Sulaiman do. Balik ke pangkal kaji tak ada hubungan marwah dengan hukum, maju terus Pak Kapolda, pantang mundur akibat Menhut-Menhut, Dishut-Dishut, Langhut-Langhut hancurlah hutan Riau dan sekarang mereka tak boleh pula diganggu. Selamatkanlah hutan Riau tidak dengan kata tapi dengan hukum. Kata Pak Gubernur harus praduga tak bersalah, kalau tak diduga mana pula tahu salahnya. Praduga tak bersalah itu hak hakim bukan hak polisi. Polisi dan jaksa ya praduga bersalah, ya barulah dapat buktinya, tak usah dibalikbalik hukum ni lagi do. Terusssss Pak Kapolda, selamatkah Riau dari illegal logging….Tak perlu marwah tu do……kalau perlu pipil Riau ini dari pemimpin-pemimpinnya.
110
Tabrani Rab
Kakue dan Kaban
A
dalah Perdana Menteri Jepang. Namanya sangat berkibar ketika peristiwa Malari tahun 1974. Ketika itu dihembuskan anti Jepang mulai dari Thailand, Malaysia dan Indonesia sehingga Kakue Tanaka yang ketika itu menjadi Perdana Menteri Jepang harus diberangkatkan dari lapangan terbang Halim Perdana Kusuma ke istana negara. Itupun hanya dalam pertemuan beberapa jam. Sebab arus anti Jepang berkibar dengan kuatnya. Maksud dari tulisan ini bukanlah untuk menggambarkan peristiwa Malari akan tetapi sang Perdana Menteri Jepang yang sangat kuat ketika itu mendorong industrialisasi Jepang sehingga ada pula yang menyebutnya Meiji Tanaka. Siapakah Kakue Tanaka? Kakue Tanaka adalah seorang yang betul-betul berpihak kepada pengalaman sehingga kelas 2 SD pun tak tamat. Tapi pengalamannya yang membangkitkan kembali industrialisasi Jepang sesudah hancur oleh bom atom di Hirosima dan Nagasaki menyebabkan era Tanaka disebut pula dengan era reformasi Meiji kedua. Kalau didasarkan pada Menteri PAN, Taufik Efendi yang katanya SMA tak boleh diterima menjadi pegawai negeri, maka tentulah Kakue Tanaka termasuk golongan yang tak diterima menjadi pegawai negeri alias “Umar Bakri� di kecamatan Kampung Melayu yang selalu terendam banjir. Begitu kuatnya Kakue Tanaka dalam bidang politik sehingga putrinya pun yang tak pernah tamat dari SMA menjadi Menteri Luar Negeri Jepang. Satu kali Kakue Tanaka dilibatkan pada skandal pembelian pesawat terbang “lockhead�. Tak tanggung-tanggung, terlibat Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
111
pula pengeran Benhard, suami ratu Wilhelmina dari Belanda. Akibatnya terjadilah gonjang-ganjing dunia karena menyangkut pula pentolan-pentolan politik di Amerika. Apa akibatnya? Ratu Wilhelmina mengundurkan diri, Inggris ikut tergoyang. Beberapa politisi di Amerika dan Eropa langsung menyatakan mundur dari dunia politik karena negara-negara maju memang mempunyai kemaluan yang lebih besar ketimbang negara kita ini yang sudah hampir-hampir tak ada kemaluan, kalaupun ada kecilll‌. Apa yang menarik pada Kakue Tanaka? Pertama, dia mengundurkan diri, itu satu hal yang biasa. Yang kedua, perkaranya dilimpahkan oleh Jaksa ke sebuah pengadilan onderdistrict kecilll.... di Sinjuku. Pengadilan inilah yang menjatuhkan hukuman 12 tahun kepada Kakue Tanaka. Pengadilan ini setingkat kecamatan. Nah, bagaimana dengan kita? Adalah Menteri Kehutanan, namanya Kaban. Ada pula Gubernur Riau, namanya Rusli Zainal. Apa kata Kapolda Riau seratus kali tingkat prospektur Sinjuku alias setingkat propinsi? Padahal kitakan tahu Tanaka ini diadili setingkat Camat. Apa temuan Kapolda Riau mengenai Menteri Kaban ini? Mengeluarkan surat izin usaha IUPHHK-HT (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman) yang dikeluarkan oleh Bupati Pelalawan, Bupati Siak, Bupati Indragiri Hulu untuk anak perusahaan RAPP; PT Mitra Taninusa Sejati, PT Citra Sumber Sejahtera, PT Rimba Mutiara Permai, PT Nasional Timber & Forest Product, PT Bina Daya Bintara, PT Merbau Pelalawan Lestari, PT Mitra Kembang Selaras dan PT Bukit Batabuh Sei Indah. Apa pula kesalahan Rusli Zainal? Merekomendasikan kepada Kadishut untuk mengeluarkan IUPHHK-HT di kabupaten Rohul. Sayangnya hutan yang ditunjukkan pada hutan produksi terbatas padahal IUPHHK-HT hanya untuk semak belukar dan padang alang-alang. Jadi akibatnya terlibatlah petinggi kita ini pada illegal logging dan penduduk Rohul pun banjir. Pasir Pengarayan pun berubah menjadi Air Pengarayan. �Kapolda akan meminta keterangan kepada Gubernur Riau Rusli Zainal, tetapi masih
112
Tabrani Rab
harus menunggu perkembangan penyidikan. Yang pasti pihaknya sudah melayangkan surat izin pemanggilan lima bupati di Riau ke presiden untuk dimintai keterangan. Lima bupati itu masingmasing Bupati Pelalawan, Bupati Inhu, Bupati Kampar, Bupati Inhil dan Bupati Rohil. Memang sudah kita layangkan suratnya. Kita tunggu saja. Agenda pemeriksaan itu sudah kita siapkan. Pemeriksaannya terkait dengan pemberian IPK yang dikeluarkan kepada 22 perusahaan yang sedang diselidiki Polda Riau. Para bupati itu akan diperiksa secara bergilir. Status pemeriksaan para bupati itu sebagai saksi. Kita meminta keterangannya mulai dari penerbitan IPK. Mulai kini, kita akan terus langkah tegap dalam menangani kasus ilegal logging�. Bagaimana reaksi Komisi III DPR yang membidangi masalah hukum dan HAM? Meminta kepada Kaban untuk memberikan penjelasan secara terbuka kepada publik terkait pertemuan tertutup dengan Kapolri tersebut. Tetapi kalau pembicaraan itu untuk mencegah rencana Polda Riau memeriksa pejabat negara, itu namanya kejahatan. Sangat disesalkan. Artinya seorang pejabat setingkat menteri melakukan upaya penghalangan. Tapi saya tidak mau berburuk sangka. Apa pula kata Kaban? Tiga Kapolda ini dinilai Kaban sudah berlebihan dalam menangani kasus illegal loging, sampai diluar batas ketentuan. Sasaran ketiga Kapolda tersebut bukan lagi fokus pada praktek pembalakan liar, namun sudah merambah pada kesalahan administrasi di pemerintahan, terkait dengan terjadinya illegal logging. Inilah bedanya pengadilan di negara tercinta ini dengan di luar negeri. Di Jepang pengadilan tingkat tiga alias kecamatan dapat menghukum Perdana Menteri Kakue Tanaka. Di sini, Kapoldanya memanggil Kaban dan Rusli Zainal maka bergoncang-goncang negara ini karena harus atas persetujuan Presiden. Kapanlah hukum ini akan tegak. Mengambil kata-kata Lee Kuan Yew �Bila tidak ada law enforcement maka yang akan dibuahkan adalah kemiskinan dan kemelaratan (seperti yang kita alami Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
113
sekarang ini). Bila negara menegakkan law enforcement maka akan membuahkan pertumbuhan ekonomi dan bermuara pada kesejahteraan (prosperity)”. Luluh lantaklah dikau hukum.... Entah darimana hukum itu berasal sehingga Kapolda tak dapat memeriksa Kaban, tentulah akibat pengaruh dari Mbah Marijan alias pengaruh budaya. Cobalah anda bayangkan Nixon saja bisa terpelanting dari istana kepresidenan di Amerika, hanya oleh karena polisi pangkat prajurit-pahit menemukan tape recorder pembicaraan yang disadap dari partai Republik. Aneh, kalau hanya Kapolri yang boleh mengadili Kaban, siapa lagi yang mengadili Presiden? Jawabnya tentulah Jibril. Tak ada polisi tu dibawah presiden di dunia ini do. Semua polisi itu dibawah Menteri Dalam Negeri. Dan tak ada pula do mesti izin presiden baru boleh memeriksa bupati, camat, pengulu, RW, RT. Mana pula ada peraturan begini. Kalau tidak rubah betul KUHAP dan KUHP. Kalau sudah ada orang kebal hukum maka hancurlah negara ini. Sudahlah berhentilah kita dari 4 hantu yang menghancurkan republik ini; illegal logging, korupsi, narkoba dan judi, dan mafia peradilan. Bagaimana korupsi di Riau? Maka koran “Buser” pun bilang ”Orang-orang bermasalah disekitar Gubri” maka terpampanglah gambar Wan Darlis, Ruskin Har, Wardan, Marzuki Husein dan Sudirno. Dicari pula induknya maka terjadi pula dugaan korupsi di Bank Riau. Berapa besarnya? Dengan satu perusahaan PI saja sebesar 453.776.564, kata Buser. Bagaimana pula laporan BPK? Hancurlah daerah ini 439 milyar, sedapppp saje diaturnya di Jakarta dengan pemain LE dan EC, bile nak bangun lagi. Belum lagi duit 8 triliun terbenam di Bank Indonesia. Tenggelamlah dikau Riau. Sempuuutttt aku jadinya. Sayangnya Chaidir sang Ketua DPRD masih sempat bicara ”Kalau Gubernur, Bupati, Camat diperiksa maka Riau pun akan kehilangan Marwah Daud... ehhh salah marwah”. Padahal dengan diperiksanya pertinggi Riau ini justru marwah Riau makin tinggi. Terbalik Pak Chaidir. Janganlah dirubah nyanyi Maju Tak Gentar Membela Yang Bayar ...
114
Tabrani Rab
Negara “Umar Bakri”
S
etiap kita melihat pemuda yang tamat sekolah maka ujungujungnya dapat kita lihat antri untuk menjadi pegawai negeri. Begitu hebatnya keinginan untuk menjadi “Umar Bakri”. Di Kantor Dinas Pendidikan beberapa tahun yang lalu pernah diumumkan akan menerima 7 pegawai negeri. Maka berapa yang melamar? 7000 dan tempat testnya pun bukan disekolah tapi di lapangan olah raga. Begitu keluar dari test tak ada ujung tak ada pangkal maka ribuan dari tamatan sekolah ini bersicepat keluar sementara pintunya dibuka hanya sebesar kangkang kera. Apa akibatnya? 70 luka-luka dan 7 pula yang mati. Di semua daerah gambaran begini sama saja. Kalau dia sudah diterima ceritanya pun menjadi lain. Bagaimana dengan gaji dua sen bisa bertahan hidup. Maka jawabnya adalah korupsi. Nah, bagaimana di Riau? Tampaknya tunjangan pegawai akan meningkat hebat sekali pun rakyat Riaunya 40 persen kekurangan makan. Jadi dengan perkataan lain tugas Gubernur bukannya mengangkat harkat dan martabat rakyat tapi mengangkat harkat serta martabak “Umar Bakri”. Apa kata surat kabar? ”Tunjangan beban kerja (TNB) pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah propinsi Riau ternyata sangat besar. PNS golongan I menerima Rp 1,6 juta per orang setiap bulan, golongan II Rp 2,1 juta, golongan III Rp 3,1 juta dan golongan IV Rp 4,1 juta. Sesuai dengan petunjuk pemerintah pusat, setiap PNS setiap bulannya harus diberi tunjangan di luar gaji pokok. Pemerintah Pusat menetapkan tunjangan fungsional umum yang harus diberikan kepada PNS
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
115
setiap bulannya diluar gaji pokok senilai Rp 200 ribu. Tapi Pemrov Riau tidak membayarkan yang Rp 200 ribu tersebut, karena Pemprov. memberikan tunjangan yang lebih besar dari itu, namun tujuannya sama”. Pokoknya pemerintah itu diciptakan untuk pegawai pemerintah. Cobalah anda bayangkan buku lintang pukang. Semua proyek yang dibincangkan dulu ijazah untuk “Umar Bakri” dan anehnya jasanya lebih besar dari pada proyek. Sudah itu sang “Umar Bakri” ditakuttakutkan pula oleh KPK, Timtastipikor, Kejakung, Kekacang, polisi takut terlibat korupsi. ”Walaupun tak diangkat jadi Pimpro pun korupsi juga nya kerja orang tu”, ketika saya berbincang dengan seorang pegawai “Umar Bakri” di Medan. Kalau dibaca lagi berita selanjutnya maka tak dapat lagi dimengerti entah orang yang bikin peraturannya bingung, entah orang yang membacanya bingung atau disini bingung disana bingung. Cobalah diikut kata-kata ”Tunjangan ini diberikan sebagai bentuk penghargaan (reward). Namun demikian saat ini BADP juga tengah menggarap penyeimbangnya, yakni punishment. Pihaknya saat ini tengah menggarap Peraturan Gubernur mengenai pemotongan tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja bagi PNS di lingkungan Pemprov Riau”. Untuk mengikuti terus kegiatan “Umar Bakri” ini tentu harus pula diciptakan oleh Gubernur; Kiraman - Katibin alias Rakib – Atib supaya dapat memantau “Umar Bakri” ini kapan dia hilang dari kantor. Saya pernah pula melihat dengan mata kepala saya pegawai negeri ini pulang jam 8 masuk jam 9 jadi terbalik daripada masuk. Dan honor malaikat ini mesti pula dibayar, kalau tidak diadukannya pada Izrail maka dicabutnya nyawa Gubernur dan nyawa Sekda. Sudahlah pemimpin-pemimpin berhentilah pidato,
116
Tabrani Rab
siapkanlah barisan untuk dapat diperiksa karena telah menjual tanah rakyat kepada perusahaan-perusahaan Asiong di Jakarta. Yang tertinggal lagi Bengak. Dilain pihak ditampilkan pula gambar Tembilahan, katakatanya begini ”Dalam beberapa minggu ini oprit (pangkal jembatan) longsor akibat masyarakat di pangkal jembatan ini meningkat tajam. Pemkab Inhil diminta segera mengevaluasi hal ini”. Apa lagi kata berita ini ”Masyarakat miskin kecewa”. Apa pasal? ”Sejumlah masyarakat miskin di Indragiri Hilir merasa sedih dan kecewa setelah mendengar pernyataan yang dikeluarkan bupati Inhil H. Indra Muklis Adnan tentang penolakan beras untuk warga miskin (Raskin)”. Bagaimana komentar rakyat miskin? ”Keputusan itu sangat mencemaskan kami. Meskipun hanya sepuluh kilo sebulan namun raskin tersebut sangatlah bermanfaat bagi kami. Kecuali kami orang kaya seperti mereka, mungkin tak akan berpengaruh”. Seperti diberitakan sebelumnya Bupati Indragiri Hilir secara tegas menolak beras untuk penduduk miskin (raskin) sebab program raskin ini telah membebani pejabat daerah dalam pendistribusiannya. Karena tidak ada dana distribusi dari kecamatan ke desa-desa. Sekarang dua kepala desa diperiksa polisi gara-gara raskin ini. Jadi dengan perkataan lain karena biaya raskin ini membebani pejabat daerah untuk membagi-bagi beras miskin ini ke kampung dan ke desa-desa maka dibalikkanlah beras ini kepada bulog. Yang penting jangan terbebani pejabat. Apa pula gunanya rakyat. Ini buktinya publik itu tak penting, yang penting tunjangan pejabat. Padahal jumlah penduduk miskin di Inhil sebanyak 54.731 KK. Sedangkan bantuan dari pusat hanya untuk 48.035 KK. Sehingga terjadi kekurangan sebanyak 6.696 KK. Bagaimana pula secara nasional? Puluhan ribu guru yang tergabung dalam organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
117
(PGRI) dari puluhan kabupaten di seluruh Indonesia, sebagian besar dari Jawa Barat dan Banten berunjuk rasa mengepung Istana Negara di Jakarta. Puluhan ribu guru ini menyerbu istana negara menuntut pemerintah meningkatkan kesejahteraan guru. Bagaimana sebetulnya keadaan negara ini? Tahun depan pemerintah menjual semua perusahaannya sebab memang tak ada lagi duit. Garuda sedang diincar oleh Singapura, Dana Alokasi Umum untuk Kalimantan Timur dihapus tahun 2007 ini, Riau tahun 2008 juga dihapus jadi kere. Apa lagi nak dijual, hutan dah abih, minyak tinggal sikit lagi, anak dan cucu bejubal, kebun dah dirampok oleh orang Jakarta entah HTI, entah HGU, tanah Sakai dirampok oleh Arara Abadi. Yang jelas buka pintu belakang temasuk dalam kebun orang. Nak masukkan sekolah anak habis berjuta-juta, harga beras miskinpun dinaikkan dua kali. Sudahlah pemimpin-pemimpin berhentilah pidato, siapkanlah barisan untuk dapat diperiksa karena telah menjual tanah rakyat kepada perusahaan-perusahaan Asiong di Jakarta. Yang tertinggal lagi Bengak.
118
Tabrani Rab
Cagubri dan Cak Kopi
S
atu kali saya ke Thailand Selatan, tentu saja lewat Kelantan.. tan...tan. Terasalah suatu pemandangan yang aneh. Kenapa aneh? Sebab di lapangan terbang datang Mahattir. Sayapun bertanya dengan salah seorang protokolnya �Dimana Nik Aziz?�. Nik Aziz ini terkenal karena sangat kerakyatan. Dia tidak tinggal di rumah dinasnya tapi di rumah kecil. Disamping itu yang banyak dibantunya anak yatim maklumlah dia dari PAS. Lamalama barulah saya tahu rupanya Nik Aziz sangat sibuk, jadi tak ada waktu untuk menjemput Mahattir ke lapangan terbang. Apalagi nak membuat gelar datuk di lembaga adat. Ini sudah tak dikenal lagi di Kelantan. Sesudah saya balik dari Sungai Golok, saya pun mendengar kabar lagi bahwa Mahattir tak dapat diterima oleh Nik karena tak ada waktu. Setahu saya dua kali saya ketemu Nik Aziz kesibukannya cuma membaca Alquran, memelihara anak yatim dan menerima silaturahmi para sahabat-sahabatnya dan memberi ceramah agama. Bukannya karena perbedaan partai, tapi memang begitu betullah kehidupan itu jelas di Malaysia. Nah, bagaimana kalau disini? Belum lagi Presiden RI datang didahului pula oleh Paspampres, rapat persiapan anggaran, pemberian gelar adat, peresmian proyek, penghadiran, hari ulang tahun emas propinsi, meninjau mesjid Agung yang bocor, pokoknya hebatlah. Sebelum Presiden datang datang pula Paspampres. Lapangan terbang pun kalau dulu zaman Soeharto 8 jam ditutup di Semarang. Kalau disini 2 jam. Pokoknya habis duit untuk seremonial begini. Tampaknya ini pulalah yang menjadi Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
119
kesukaan Pak Gubernur kita yang sekarang ini. Sayapun menerima telepon ”Dimana gambar Pak Wan wakil Gubernur di depan Dang Merdu tu?”. Sayapun menjawab ”Mungkin baleho nya kurang tinggi sehingga gambar Pak Wan tak dapat dibikin diatas”. Kata yang lain pula ”Balehonya kurang panjang ke bawah, sehingga gambar Pak Wan yang berada dibawah gambar-gambar bupati tak pula tampak”. Pokoknya di kantor Gubernur cerita kedatangan Presiden ini berminggu-minggu rapatnya digelar dan di Siak pun berbulan-bulan. Padahal kita ini sudah di zaman modern. Tentu yang praktis-praktis sajalah. Nah, bagaimana seandainya saya jadi Gubernur Riau? Kalau datang kepala PU maka saya tugaskan PU Kerinci menjemputnya ke lapangan terbang. Kemudian saya berbincang beberapa menit di ruangan saya dengan gambar peta. Sebab yang mau ditengok jalan Kerinci. Sudah itu saya tunjukkan peta-peta dan anggaran. Tugas selanjutnya saya serahkan pada PU dan Bupati Kerinci. Bagaimana kalau Presiden datang? Yaa... saya buat biasa-biasa saja, menghormati Bapak Presiden, membincangkan keadaan Riau sekedarnya dan tidak akan saya berikan gelar adat, sebab itu untuk raja-raja zaman dahulu bukan untuk Presiden yang sekarang. Gusdur pun pernah saya undang ke Pulau Penyengat. Sesudah Gusdur melihat mesjid Pulau Penyengat dan makam raja-raja Bugis, helikopter itu pun balik ke Singapura, tak sampai 7 menit do. Lain pula lagi ceritanya waktu Soeharto datang ke Dumai untuk meresmikan proyek kilang minyak. Maka diadakanlah rapat di Pertamina. Diperbaiki lapangan golf, rumah-rumah dicat, kolam renang diperbaiki, pengamanan di lapangan terbang cukup ketat, alhasil Pertamina menghabiskan biaya 3,5 milyar, itu 10 tahun yang lalu. Pesawat Presiden pun turun langsung ketempat upacara. Tiba-tiba saja Presiden membuka botol kecil, menuangkannya kedalam gelas air minum lalu meminumnya. Sesudah itu Pak Presiden Soeharto langsung balik ke Jakarta.
120
Tabrani Rab
Adalah di Dumai kira-kira 20 menit. Saya puji Presiden Soeharto. Tapi Pertamina mengadakan persiapan 3,5 milyar. Nah, ketika SBY datang ke Pekanbaru untuk pertama kali dan Pak Gubernur pergi umroh, melalui salah seorang ajudannya membisikkan ingin ketemu dengan saya selaku Tim Sukses. Kebetulan hari pendek, bulan puasa, azan pun datang. Tiba-tiba SBY berdiri disebelah saya dan menyalami saya ”Bagaimana Pak Tabrani, sehat kan, keluarga bagaimana, anak-anak bagaimana, sehatkan”. Sayapun bersembahyang persis disebelah beliau ”Nanti akan saya kontak lagi Pak Tabrani”. Begitu pula ketika acara di Gubernuran, dia langsung menanya ”Pak Tabrani apa datang ?”. Sayapun menunjuk tangan. Sebab untuk berdiri dan menyalaminya terlalu lama. Ya segitu sajalah, kemudian saya bertemu lagi sebagai Tim Suksesi di Istana Presiden di Cisarua. Sayapun bicara pendek, ya habis. Kepada saya diberikan pula penghargaan selaku Tim Kamda Propinsi Riau. Ya segitu sajalah. Seandainya saya jadi Gubernur saya tak akan menyambutnya dengan payung secara feodal, tetapi secara praktis saja yang penting penghematan dan duit kelebihan ini tentu saja untuk sekolah dan pelayanan kesehatan. Tak akan ada do baleho-baleho sebesar itu. Kepada Fauzi Kadir selaku wakil Gubernur saya mintakan kepada SBY peresmian pabrik pupuk kandang yakni pupuk murah untuk rakyat. Rakyat cukup di kantor Gubernur saja, acara seremonial tak ada. Sudahlah berhentilah kita dari menghambur-hamburkan duit rakyat ini. Dibangun pula gedung-gedung besar, kantor yang ada saja kosong melompong. Berhentilah politik hura-hura ini. Kita ini menuju ke masa depan yang serba praktis. Satu kali saya di Jerman ketemu pula dengan Gubernur Jawa Barat Aang Kunaifi, waktu itu Bandung membuka Kota Kembar dengan Braunswig. Ketika Walikota Braunswig datang ke Bandung digelarlah tari jaipongan dan geulis-geulis Bandung membuat barisan sepanjang Gubernuran. Malamnya dibuat resepsi luar biasa. Nah, sekarang
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
121
Gubernur Bandung pula yang datang ke Braunswig, dikira oleh Pak Gubernur di stasiun kereta api dia akan disambut ala di Bandung juga, ditunggu-tunggu tak juga ada penjemputan, protokolpun tidak. Dan sankin dongkolnya Aang Kunaifi, dia tak jadi ke Braunswig dan balik lagi ke Munchen padahal orang sudah menunggu kedatangan Gubernur Aang Kunaifi di kantor Walikota. Kesalahan pengertian ini kultur kita yang dengan hura-hura berhadapan dengan kultur Jerman yang praktis dan pragmatis tampaknya tak bisa klop. Walaupun kerjasama itu terus berkelanjutan akan tetapi berkerenyut-kerenyut jugalah. Seandainya saya jadi Gubernur Riau dari calon Independen menggantikan calon Gubernur yang sekarang ini, seandainya datang menteri dari Jakarta dia diharuskan dulu mengisi apa maksud dan tujuan. Bila maksudnya untuk menambah duit untuk mengaspal jalan Kerinci, saya akan terima dan ditemani oleh Kepala PU Kerinci yang menjemput ke lapangan terbang. Selanjutnya ya pandai tuan-tuanlah. Tapi kalau hanya datang untuk memberi ceramah seperti Menteri PAN, aaa... balik sajalah ke Jakarta lagi. Yang kami perlukan di daerah ini duit. Gubernur Tabrani akan menghemat anggaran kedatangan pejabat-pejabat pusat ini sekecil mungkin. Sebab prioritas pertama adalah membebaskan uang sekolah dan menjaga kesehatan rakyat. Saya akan lebih sering datang ke Kuala Cinaku sebab disitu banyak rakyat miskin ketimbang ke Jakarta. Karena itu pilihlah saya jadi Gubernur dari calon Independen hai orang-orang Riau yang berdampingan dengan Fauzi Bowo ehhh salah Fauzi Kadir. Saya tidak akan melaksanakan K2RIL alias Kanan Kiri Rokan Hilir maupun K2I alias Kanan Kiri Indragiri. Yang saya laksanakan adalah K2OMIS alias Kanan Kiri Orang Miskin, bukan karena saya seorang sosialis. Tapi karena perintah Allah, wala yahuddu to’amilmiskin. Karena itu pilihlah saya jadi Gubernur Riau dengan tema Ingin Cak Kopi pilih Cagubri. Tema spanduk anda untuk memilih saya �Bila anda ingin memilih saya pasanglah spanduk : Ingin Cak Kopi Pilih Cagubri Tabrani -Fauzi�, he..he...
122
Tabrani Rab
Amanah Jadi Aminah
S
aya menjadi heran hidup di Riau ini. Ada petinggi Riau ini yang mengatakan “Tabrani itu cuma salah saya saja yang ditengoknya, pekerjaan yang baik tak tampak oleh dia do”. Saya pikir saya ini tidaklah menyalah. Apa sebab? Karena duit di kantong saya ini halal, tak ada korupsi do, apalagi menggantiganti APBD dan membikin kontrak-kontrak. Manalah korupsi ini bisa dibasmi kalau apa yang dikatakan pemimpin itu dijadikan amanah. Lalu tugas rakyat itu mengaminkan semuanya alias amin ah alias aminah. Dibuatnya Puslitbang alias Pusat Satelit dan Pembangunan menjadi tempat himpunan orang-orang yang kehilangan jabatan setumpuk buruk. Pokoknya kalau orang mengaku dia kerja Puslitbang aaa... itu orang buanganlah tu. Sudah itu dibikinnya pula baleho, hampir 20 biji besar-besar alias bekodak besar-besar disamping SBY. Memang di Cina dan di Bagdad dulu ada ratusan baleho besar-besar. Tetapi sesudah Saddam digantung dan Mo Tse Tung meninggal maka tinggallah satu foto Mo Tse Tung di muka Forbiden City alias kota terlarang di Cina. Tak ada model-model baleho ini do. Di Jakarta ini pun ada juga, tapi didepan istana lah, itu pun kalau datang tamu negara. Ini tidak, baleho ini disepanjang jalan. Saya pun bertanya kepada Ustad ”Ustad, apa hukumnya Ustad kalau membuat baleho di sepanjang jalan ini?”. Maka Ustad pun dengan tegas menjawab ”Mudarat, jauh dari manfaat”. Tapi begitupun mudaratnya bukannya orang berani menegur, apalagi bawahan petinggi ini,
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
123
macam cecunguk. Kalau istilah Bengkalis ’kukang’, terperesuk kepalanya kedalam kalau menengok sang bos. Di kali yang lain saya bertamu ke kantor Gubernur, sejam menunggu tak dapat bejumpa. Saya biasanya menunggu di ruangan yang ada kodaknya, sehingga pak Gubernur dapat melihat saya dari dalam. Tiba-tiba saja ajudannya menemui saya sesudah menunggu satu jam ”Pak, mohon maaf Pak, Pak Gubernur nak rapat”. Setahu saya baru sekali ini saya dibuat oleh ajudan Gubernur dalam rangka 50 tahun ulang tahun propinsi ini. Padahal sedikit banyaknya ada juga jasa saya ketika Kongres Rakyat Riau pertama dimana Ruslan Mulyoharjo sebagai Gubernur Sumatera Tengah berbicara di gedung YKWI sekarang ini. Saya kira panitianya lupa, gedung bersejarah inilah yang mestinya diukir dan dipelihara sebab kalau kita ke Philadelphia masih ditemukan kursi dimana George Washington duduk, Thomas Jeferson menulis, dan lonceng kemerdekaan Amerika masih dipelihara sampai sekarang. Ini tidak, yang dicat justru tugu perang didepan rumah Gubernur. Banyak pula orang membisikkan di telinga saya itu patung di sebelah tentara tu bentuk Wan Ghalib, tapi entah iya entah tidak saya pun tak tahu. Ada pula program Gubernur K2I alias Kebodohan, Kemiskinan dan Infrastruktur. Ada lagi program 2020 dimana Riau akan menjadi pusat kebudayaan Melayu, ekonomi di Asia Tenggara. Yang dilaporkan justru angka kekurangan makan di Riau 40 persen. Jalan berlubang-lubang. Kata orang yang dari Sumbar, Sumut maupun dari Jambi, kalau pakai bus dan bus itu terhentak-hentak itu tandanya kita sudah masuk Riau. Akan halnya pendidikan bukannya makin baik tapi makin bebal. Sekolah-sekolah di kampung-kampung masih seperti kandang kerbau. Bolak-balik saya antara Tembilahan dan Bagan gambarannya hampir sama. Seorang ibu yang meletakkan jualan gula merah dekat Tembilahan, saya tanya ”Berapa sekilo?”. ”1500 rupiah Pak”. Berapa kilo dapat terjual sehari?”. ” 4 sampai 5 kilo Pak”. Jadi artinya dapat duit keluarga itu sehari hanya 7500,- Tarok lah standar kemiskinan
124
Tabrani Rab
kotor, kalau pendapatan itu dibawah 2 dolar alias dibawah 18.500, itu sudah miskin papa tu dah, tak akan cukup untuk makannya do. Tiba-tiba saja Badan Pertahanan Pangan mengatakan ”Orang yang kurang makan di Riau ini sampai 40 persen”. Ledakanledakan mal nutrisi pada anak-anak dapat terjadi dimana saja. Sementara Gubernurnya lebih banyak ke Jakarta ketimbang ke Kuala Cinaku. Manalah bisa Riau ini diatur dengan sistem begini. Padahal anggaran Riau ini dulu hanya 250 milyar, itupun 50 milyar menjadi sisa anggaran pembangunan daerah alias SIAPDA. Kenapa? Karena duit itu dihambur-hamburkan untuk lembaga adat, untuk payung kuning, untuk menyambut tamu, untuk menyervis pejabat di Jakarta. Bak kata Pak Wan Abu Bakar, dah tumpur lebur dah, tak ada lagi do. Maka Pak Wan pun mencoba menulis buku pengalaman-pengalamannya selama menjadi wakil Gubernur dan kepada saya dimintanya untuk memberikan kata pengantar. Belum lagi kedudukan Mambang Mit, Mambang Mit ini kan tukang bagi duit, apa pula dia mewakili Gubernur, wakil Gubernur ini nak dipengapakan. Ini jangan ditegur, yang betul dia saja. Amin kan sajalah alias Amin ah. Kalaupun petinggi-petinggi begini mengerti dengan Islam. Sebab bahasa Arabnya fasih tentu dia ngerti yang mana yang ma’ruf dan yang mana yang munkar. Ma’ruf itu perkara yang boleh ditegakkan sampai wajib alias mesti dilakukan. Sedangkan munkar sebaliknya, perkara yang mesti dilawan kalau dapat dengan tangan alias tumbuk. Kalau tak dapat dengan tangan dengan lidah, tak dapat dengan lidah dengan hati. Tapi dengan hati inilah menunjukkan serendah-rendahnya iman.”Bagaimana kalau kepala suatu pemerintahan membuang-buang duit saja kerjanya dengan segala cara entah apo-apo sementara rakyatnya miskin dan tak lagi terurus?”. Dalam Islam dinyatakan oleh Allah; ”almubazirun ihwanul syaiton”. Payung-payung kuning, keris-keris, tepak-tepak, dangkung-dangkung, bukankah telah ditelan sejarah dan untuk masa lalu, apa pula dibangkitkan nenek moyang kita dari kubur, sesudah itu gelar-gelar nenek moyang ini dikasih pula dengan Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
125
yang lain. Kalau pekerjaan ini dilakukan pemimpin untuk angkat lampa sementara rakyatnya kelaparan maka cegahlah dengan tangan, lidah ataupun hati, kalau perlu dengan “Tempias”. Ketika menafsirkan ayat 110 surat Ali Imran, Imam AlQurthubi menjelaskan ”Allah memuji umat Islam sebagai umat terbaik selama mereka melakukan apa yang disebutkan didalam ayat tersebut; yaitu menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari munkar dan beriman kepada Allah. Apabila mereka tidak mau lagi melakukan perbaikan, lalu mereka tenggelam dalam munkarat maka lenyaplah pujian Allah dengan sendirinya, celaan Allah yang akan mereka terima, dan itu akan menjadi penyebab kebinasaan mereka”. Imam Gazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menyebutkan ”Amar ma’ruf nahi munkar merupakan perkara yang paling besar dalam agama, bahkan itulah sebenarnya misi para nabi. Seandainya kewajiban ini tidak dijalankan, ilmu tentangnya tidak didalami, pengalamannya tidak dilaksanakan, niscaya terhentilah tugas kenabian, lemahlah agama, merebaklah pelanggaran, mewabaklah kesesatan, meluaslah kebodohan, merajalelalah kerusakan, menjadi-jadilah kejahatan, rusaklah negara, binasalah bangsa dan mereka tidak menyadari kehancuran sehinggalah kiamat meluluhlantakkan mereka”. Sudah hilang dah kemampuan rasional orang Riau ini. Apa pasal? Karena mereka “Umar Bakri”. Kalau nak dipecat cobalah berani menegur Gubernur. Bagaimana pula DPRD? Samimawon. Cobalah kalau tak kena pelintir. Lebih baik aminkan saja apa yang dibuat Gubernur, nak ma’ruf, nak munkar, bantai situ. Yang penting bagi kita perut anak-anak kita selamat. Kalau beginilah cara pemikiran orang Riau cuma mengaminkan kata Gubernur alias meng Amin ah kan sekalipun Gubernurnya mengangkat pekerjaan syirik dengan mengeluarkan miliyaran alamat Riau ini hancur. Jadi bapak-bapak pemimpin tak usahlah membuat foto banyak-banyak di jalan sebab itu adalah almubazirun ihwanul syaiton, bawazir ehhh salah, mubazir tapi jalan berlubang juga. Pidato ka ki ku ke ko ehhh... salaah K2I, sankinkan banyaknya
126
Tabrani Rab
lubang kakipun bengkok, bukan kendaraan saja alias kakiku bengkok. Dibuatpun jembatan dari Rupat ke Malaka yang merupakan jembatan terpanjang di dunia, diatas pusat pun tak tahu, dibawah pusat pun tak tahu. Sudahlahhhh... Pakkk kasihlah kesempatan saya jadi Gubernur. Nampaklah nanti bagaimana Umar bin Khattab mematikan lampu anaknya yang sedang belajar karena minyaknya minyak negara. Bagaimana Umar bin Khattab mau membeli domba dari seorang anak pengembala. Lalu Umar pun bertanya ”Bukankah tuan mu sebagai pemiliknya tak tahu?”. Apa kata si anak? ”Allah dimana?”. Sudahlah berhentilah kita memberi gelar datuk-datuk, laksamana-laksamana mengamuk, cencaluk-cencaluk dan entah apa lagi gelarnya. Berilah gelar yang sama untuk semua pengantin baru ”Datuak Lamak Diateh”. Tak bisa kita memegang amanah do, yang bisa sudah jelasjelas salah roda perekonomian dimana 40 persen orang Riau itu kekurangan gizi dan anak-anak celananya tembuk, dipasang juga payung kuning tanda kebesaran. Ini bisa terjadi sebelum rakyat mengamuk, kalau sudah mengamuk polisi pun habis. Sudah masanya saya menggantikan estafet kepemimpinan di Riau ini. Insyaallah saya akan menyanyikan lagu Ungu ”Andai ku tahu kapan tiba ajalku, ku akan memohon Tuhan panjangkan umurku”, sisa umur inilah yang nak dibuat sebuah pengabdian agar pusat belajar dari Riau. Kakiskin alias kanan kiri orang miskin. Ini tidak, tak kita pegang pun amanah bawahan kita mengaminkan juga, nyawa tu kecut. Sehingga kenyataannya amanah telah berubah menjadi amin ah alias aminah.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
127
Antara Ultah dan Muntah
D
ulu ketika perang kemerdekaan disebut dengan orde transisi. Apa itu? Kata Soekarno “kemerdekaan indonesia itu adalah jalan politik yang dicapai oleh republik ini”. Sesudah kemerdekaan didapat maka banyaklah yang menjadi pahlawan termasuk kawan saya Baki Adam yang dikebumikan di Kalibata. Saya hitung-hitung tidaklah banyak beda umur saya dengan Baki Adam. Tapi oleh karena republik ini mengelu-elukan pahlawan perang ntah berapa juta diangkat menjadi pahlawan. Ada yang mengatakan dia membunuh Belanda dengan senapan angin, ada yang mengatakan dia membunuh Belanda dengan ilmu “gayung”, maka lengkaplah sudah kemerdekaan itu dengan ratusan ribu pahlawan. Masing-masing membawa bintangnya, bekodak. Bukan itu saja, dapat tanah veteran dan berbagai objek termasuk menjual pasir untuk membangun “Gedung Juang” dan dibuatlah dua tang wajah (tank baja) di pintu masuknya. Hebatlah. Apa kata ayah saya yang memimpin pasukan perang Kubu dan Tanah Putih. ”kan kewajiban, apa pula nak minta jasa?” maka nama ayah sayapun dicoret dari veteran. Tak jeleeeeee..., apa pula kata Mak saya yang menjual candu dalam kaleng untuk ditukar dengan senjata ”Tak jeleeeeeeeeee....”. orang pun banyak berbisik pada saya agar Mak dan Ayah saya jadi veteran. Sekali lagi saya katakan ”Tak jele....” Kenapa? Satu kali saya ke Pittesburg. Kota antara Berlin dan Moskwa. Sepuluh juta tentara di Pittesburg mati entah Jerman entah Rusia. Untuk memperingati ini dicacakkan lah sebuah batu ada secuil tulisan ”di sini dimakamkan sepuluh juta manusia”.
128
Tabrani Rab
Padahal ketika perang Napoleon Bonaparte memasuki Moskow di musim dingin sepatu pun dimakan tentara itu. Karena Moskow kosong melompong, sebab mereka lari ke bukit-bukit Ukraina. Nasi tak ada maka sepatu pun dimakan. Sisanya tentu mati. Begitu pula ketika Hitler menaklukkan Moskow penduduknya lari ke gununggunung, sekali lagi orang Jerman makan sepatu di Moskow. Saya terheran-heran ketika bintang perang dijual 10 sen kalo lengkap dengan topi tanda kehormatan jadi 50 sen, maka saya belilah lima kopiah dengan puluhan bintang untuk cucu saya. Maka cucu saya pun nampak gagah, kalo yang gemuk seperti Napoleon karena kumisnya belum tumbuh maka nampaklah seperti Hitler. Nah, bagaimana di Indonesia? Sudah jelas-jelas pemerintah Republik Indonesia ditelegramkan kepada Syafruddin Prawiranegara di Bukit Tinggi dan lari dari Bukit Tinggi sampai ke Bangkinang menuju Taluk, maka dikenallah Bangkinang sebagai ibukota Republik Indonesia. Orang Bangkinang sendiri tak tau do..., persis seperti orang di Lenningrad. �ndak ambo tontu do Bangkinang tuh ibukota Republik Indonesia� Nah, bagaimana zaman orde lama? Tahun 1949 diserahkan kedaulatan oleh Belanda kepada Republik Indonesia di Konfrensi Meja Bundar di Denhaag. Isinya republik ini dibagi menjadi negara kesatuan dan negara federal. Oleh Sukarno kurang dari 3 bulan disapunya menjadi negara kesatuan sehingga Sultan Hamid II pun ditangkap di Pontianak. Dan Sultan Syarif Kasim terkebilkebil matanya lari ke Aceh. Untung masih ada tanahnya di Simpang Tiga, digarap pula oleh pemerintah provinsi dengan tak dibayar alias dirampok. Dan begitulah nasib, akhirnya proyek ini berhenti sebab surat-suratnya sudah jelas kepada istri dan anakanak tirinya. Sekalipun presiden sudah diserahkan oleh Sukarno kepada Syafruddin di Bukit Tinggi maka Suharto pun angkat temberang dia berhasil mengalahkan Jogja 6 jam. Artinya inilah pertama kali militer tidak patuh pada pemerintah republik. Nasib republik ini tidak bertambah baik ketika Sukarno sudah menjadi presiden, kerja Sukarno adalah KKN, kiri kanan nona alias pagar Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
129
betis. Seolah-olah sejarah menukilkan era pertama kemerdekaan ini adalah pemberontakan Darul Islam Kartosuwiryo di Jawa Barat, Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dan tak ketinggalan pulah Daud Brueh di aceh membentuk Darul Islam dan Negara Islam Indonesia. Sebelumnya PKI pun bermain mata untuk menumbangkan republik ini menjadi komunis dibawah Musa. Maka tanpa tedeng aling-aling, Hatta membuat lautan api dan lautan darah di Madiun untuk menghancurkan pemberontakan PKI. Sisanya tentu saja Suharto mengulangi lagi sejarah dengan surat Supersemar. Entah dimana suratnya, konon dibawa oleh Jenderal Yusuf, Amir Mahmud dan Basuki Rahmat . Surat itu berisi untuk mengamankan republik ini tapi Suharto menginterpretasikannya sebagai Presiden Republik Indonesia. Padahal arsitek untuk menghantam PKI ini telah diatur sedemikian rupa kata Latif yang datang ke rumah sakit ketika Tomi Suharto dilahirkan. Menurut Winter diambilah duit dari Caltex sebesar satu miliar dollar atau sama dengan dua juta peci tentara Rusia dengan bintang-bintangnya. Kata Winter dalam bukunya, arsiteknya adalah Ali Murtopo, duitnya adalah duit minyak Riau untuk mendudukkan Suharto disinggasana kekuasaan selama 32 tahun. Selama 32 tahun ini partai politik PDI dan PPP tumbuh di dalam pot keciiiiiiiiiiiil, sementara Golkar membangun beringin yang luar biasa. Kalo ada konfrensi wilayah Golkar maka yang menentukan untuk menjadi pimpinan Golkar bukannya Floor tapi one team yakni Gubernur, Danrem. Ketika diadakan konfensi partai ini di Hotel Indrapura maka Suripto pun bersama Danrem dan David Napitupulu menunjuk Firdaus sebagai ketua Golkar. Inilah yang disebut Demokrasi ala Golkar. Harmoko pun mengumumkan tiap minggu harga cabe, bawang putih bawang merah, kedelai dan keledai. Itulah pengumuman rapat kabinet. Padahal negaranegara lain begitu perang selesai, mulai merancang senjata nuklir dan membangunkan kembali ekonominya. Hanya dengan duit 11 miliar dollar Eropa kembali dibangun dan tahun 1949 sudah ada doktor-doktor Austria dan Jerman di Taluk Kuantan dan di Bagan
130
Tabrani Rab
Siapiapi. Saya jumpa kembali dengan doktor ini di Wina namanya doktor Weedinger. Ketika saya di peluk hantu, Weedinger jam 3 malam datang ke rumah ayah saya yang seperti kandang kambing dan dia menyebut ”ohhh....malaria”. Lain lagi, adik saya Saiful ketika kejang, dipanggil Nanagaus ”ohh....polong”. Ini hanya untuk menggambarkan bagiamana majunya barat dan presiden kita masih juga menyanyi bersama Rini Idol. Suaranya entah kemana musiknya entah kemana, pokoknya laku. Bagaimana bunyi lagunya ”hidup tiada mungkin, tanpa perjuangan, tanpa pengorbanan, mulia adanya. Berpegangan tangan, satu dalam jiwa, demi masa depan, Indonesia jaya...” . Bagaimana nasib rakyat? Sebagaimana dikutip oleh “Kompas”, ”Bangsa ini telah menjadi bangsa pemulung, penuh sampahsampah yang dipikul.....kedua sakunya pun penuh bukan dengan duit tapi dengan sampah juga.” Pokoknya ada perpustakaan hebat, ada perpustkaan besar, ada kantor Gubernur besar, ada baleho gambar Gubernur dan Presiden bersama nyonya tak ketinggalan pula gambar beleho Walikota. Sementara Gubernur mengakui bahwa 46 % rakyat Riau ini kurang makan. Apa renungan kita dalam 17 Agustus ini? Jumlah penduduk bertambah sampai 240 juta yang dapat dihasilkan republik ini TKW itupun banyak mati begelimpangan kalo tak di Singapur, di Malaysia atau di Arab Saudi yang menunggukan hukuman mati. “Kompas” pun memuat gambar-gambar jendral dengan begitu gagah. Para veteran 45 yang kopiahnya berharga 50 sen dua biji di Moskow. Lalu apa lagi sisanya betanding bodoh. Lari dalam goni. “Kompas” pun balek lagi mengatakan Pooling, ternyata tidak bangga menjadi orang Indonesia makin besar . 34 % malu menjadi bangsa Indonesia, 39,8 % kecewa dengan pemimpin, malu dengan situasi politik 64,2 %, yang celakanya indeks manusia Indonesia paling corot di Asia. Sehingga kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi hanya 22,2 %. Dan celakanya 88,8 % kecewa terhadap pemimpin bangsa ini alias kemimpinan SBY dan JK. Oleh karena Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
131
itulah sekarang SBY sudah pandai menyanyi sebab sudah tak ada lagi yang dikerjakan. Lalu apa yang menjadi berita utama? Harga minyak goreng Rp 7.600,-/kg. Bahkan di Sumatera Rp.8.200,- sampai Rp 8.600,-/kg. Idul Fitri dan Natal nanti akan terjadi inflasi besar-besaran. Maka marilah kita menyanyikan �Orde lama dibawah Sukarno, Orde Baru dibawah Suharto, Orde Reformasi dibawah SBY, Orde Hantu Blau pun rakyat makin miskin dan tak tertampung lagi oleh bumi Indonesia ini sehingga terjadilah lumpur Lapindo, Tsunami di Aceh dan gempa bumi di Halmahera. Sedikit lagi negara inipun menjadi kiamat�. Selamat Ulang Tahun tahun ke-62 dan selamat menjadi pemulung. Hidup pemimpin rakyatnya melampin..., dan tinggal pidato-pidato kosong.
132
Tabrani Rab
Nasib PT Besepai Alias BSP
E
ntah masih dihargai entah masih disegani, pokoknya saya dapatlah undangan 17 Agustus di Istana Negara. Tentu saja pakai dasi dan stelan gagah tak pakai baju Melayu doh, saya hadir di sana. Tak lama kemudian saya mendapat pula telepon dari Sekretaris Wapres Yusuf Kalla, namanya Ahmad Sanusi yang mulanya akan datang ke Pekanbaru, menyelesaikan masalah korupsi di PT “Besepai� alias BSP dimana diperhitungkan korupsi sebesar Rp 1,6 triliun kalau harga minyak US$35 per barel. Akan tetapi harga minyak Brend saja sekarang sudah mencapai US$75 per barel, oleh karena itu korupsi ini diperhitungkan jauh lebih tinggi dari satu koma enam triliun, paling tidak dua koma enam triliun. Oleh karena itu untuk penyesuaiannya yang telah saya ajukan langsung kepada Yusuf Kalla, maka Yusuf Kalla mengatakan akan mengirim Sekretarisnya bernama Ahmad Sanusi yaitu Deputi Dukungan Pengawasan menemui Kapolda Riau dan Jaksa Tinggi di Pekanbaru. Akan tetapi oleh karena Kapolda meminta pertemuan tersebut di Jakarta, maka dirancanglah pertemuan tersebut di Jakarta. Saya dengan tegas mengatakan supaya Direktur BSP yang illegal ini ditangkap saja, sebab SK saya sebagi Komisaris diteken delapan Bupati pada tanggal 8 Mei 2003. Bupati yang meneken adalah Bupati Siak Sri Indrapura, Bupati Rokan Hilir, Wali Kota Dumai, Bupati Pelalawan, Bupati Kampar, Wali Kota Pekanblaru, Bupati Rokan Hilir, Bupati Rokan Hulu.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
133
Apa isi dari nota kesepakatan Bupati ini ialah : Pada hari ini Kamis tanggal 08 Mei 2003, kami yang bertanda tangan dibawah ini : Yakni Bupati Siak Sri Indrapura, Bupati Pelalawan, Bupati Bengkalis, Walikota Dumai, Bupati Rokan Hilir, Walikota Pekanbaru, Bupati Rokan Hulu dan Bupati Kampar atau yang mewakili yang tercakup dalam daerah CPP Block sepakat: Membentuk sebuah konsorsium daerah CPP Block. Untuk maksud tersebut maka tiap kabupaten/kota tersebut diatas mendudukkan seorang komisaris yang tercantum dalam akta notaris pengelola CPP Block. Besarnya kontribusi untuk pemerintah kabupaten/kota masing-masing didasarkan atas besarnya kontribusi tiap-tiap kabupaten/ kota, terhadap produksi CPP Block, disamping itu ditentukan pula oleh fluktasi produksi, fluktasi harga dan fluktasi kurs. Pendapatan masing-masing kabupaten/kota tersebut di atas disetorkan langsung ke kas daerah masing-masing kabupaten/ kota. Hal-hal yang lain dapat diatur dalam musyawarah. Dumai, tanggal 08 Mei 2003. Dan bukan itu saja, dalam surat Keterangan Nomor 03/ PS-PT.BPS/V/2003 dikatakan: Pemegang Saham PT Bumi Siak Pusako, menerangkan bahwa berdasarkan komitmen 8 (delapan) Kabupaten/Kota yang meliputi Wilayah Kerja Block CPP pada hari Kamis tanggal 8 Mei 2003 yaitu : Kabupaten Siak, Kabupaten Bengkali, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kota Dlumai Disepakati Kabupaten/Kota akan menempatkan 1 (satu) orang
134
Tabrani Rab
wakil sebagai komisaris di PT Bumi Siak Pusako. Sesuai dengan Surat Kuasa Buypati Rokan Hilir dan Ketua DPRD Kabupaten Rokan Hilir Nomor 180/HK-ORG/2003/3318 tanggal 5 Mei 2003 menunjuk : Nama Prof. TABRANI RAB Tempat /Tgl Lahir: Bagan Siapi-api, 30 September 1941 Jabatan: Tokoh Masyarakat Riau Alamat : Jl. Patimura No. 5 Pekanbaru-Riau Selaku Komisaris PT Bumi Siak Pusako mewakili Kabupaten Rokan Hilir. Demikian untuk dapat dipergunakan seperlunya, Pekanbaru, 9 Mei 2003 Pemegang Saham PT Bumi Siak Pusako, PD. Sarana Pembangunan Siak, Direktur Utama Drs. H. M. Safei Yusuf, Bupati Siak H. Arwin AS. SH. Bagaimana Kuasa Bupati Rokan Hilir kepada saya : Bupati Rokan Hilir, Surat Kuasa No. 180/HK-ORG/2003/3318 yang bertanda tangan dibawah ini 1.Nama H. Thamrin Hasyim, Jabatan Bupati Rokan Hilir, alamat Jl. Merdeka Nomor 58, Bagansiapi-api bertindak untuk dan atas nama Pemerintah kabupaten Rokan Hilir. Disebut Pihak Pertama atau Pemeri Kuasa, 2. Nama Prof. Dr. H. Tabrani, tokoh masyarakat Riau, Jl. Pattimura No.5 Pekanbaru-Riau telp. 076121596, disebut Pihak Kedua atau Penerima Kuasa. PIHAK PERTAMA memberikan kuasa kepada pihak kedua sebagai berikut : Mengadakan negosiasi/perundingan terhadap pembagian hasil minyak perolehan dari CPP Blok untuk Kabupaten Rokan Hilir. Mengambil kebijakan dan keputusan terhadap pembagian hasil dari CPP Blok untuk Kabupaten Rokan Hilir. Menghadap instansi Badan-badan yang berkepentingan dalam rangka perundingan pembagian hasil minyak perolahan dari hasil CPP Blok. Menandatangani segala surat-surat yang Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
135
berkaitan dengan bagi hasil minyak perolehan dari CPP Blok untuk Kabupaten Rokan Hilir setelah dikonsultasikan dengan Bupati Rokan Hilir. Memberikan Kuasa dan menunjuk kepada Pihak Kedua untuk duduk sebagai Komisari CPP Blok dari Kabupaten Rokan Hilir. Pihak Pertama memberi Kuasa kepada Pihak Kedua sejak mulai ditandatangani Surat ini dan berlaku sampai dengan tanggal 5 Mei 2004 dan dapat diperpanjang kembali. Apabila dianggap perlu untuk kelancaran perundingan bagi hasil minyaka CPP Blok ini maka Pihak Pertama berhaki mencabut Surat Kuasa ini secara sepihak. Demikian Surat Kuasa ini dibuat dan untuk dapat dipergunakan sperlunya. Bagasiapiapi, 5 Mei 2003, Pihak Kedua, Penerima Kuasa, Prof. Dr. H. Tabrani Rab, Pihak Pertama Pemberi Kuasa, Bupati Rokan Hilir H. Tlhamrin Hasyim. Mengetahui/Menyetujui DPRD KAB ROKAN HILIR, Ketua, H. Annas Maamun. Bagaimana pula surat Bupati Rokan Hilir yang baru (tanggal 30 Juli 2007) : Bahwa PT BSP adalah BUMD milik Propinsi Riau sesuai surat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 2590/20/ MEM.M/2002 tanggal 31 Juli 2002, sehingga PT BSP bukanlah milik salah satu Kabupaten di Riau, Meminta GM BOB PT BSP-PERTAMINA HULU mendukung kelancaran proses hukum guna mengusut tuntas pelaku Pemberian Keterangan Palsuy pada akte PT BSP Nomor 2/2002 tanggal 1 April 2002. Meminta GM BOB BOB PT BSP-PERTAMINA HULU untuk mengabaikan surat Sdr. Jusmady Jusuf yang mengatas namakan Direktur PT.BSP Nomor 072/DIR-BSP/VII/2007 tanggal 16 Juli. Untuk menarik Sdr. Ir. H. Nawasir Kadir, MM sebagai sekonde PT BSP di Bob PT Bsp Pertamina. Ditekan oleh H. Annas Maamun, sebagai Bupati Rokan Hilir.
136
Tabrani Rab
Inilah yang dibicarakan oleh Pak Kapolda dan Bapak Yusuf Kalla, mengenai PT Besepai. Langkah selanjutnya sama yang dialami Azali Johan dua tahun penjara dan Ramlan Comel dua tahun penjara pula. Selamat Besepailah PT BSP. Itu belum lagi kejahatan-kejahatan korupsi lainnya lagi.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
137
Sukarmis
D
isinggung calon independen, Bupati Kuansing Sukarmis yang menjadi salah satu pembicara pada Seminar Nasional di Gedung P2K2 Kampus UNRI Gobah, ia mengatakan “Suka tidak suka saya sendiri setuju saja dengan calon independen. Golkar tidak pernah takut, kita tidak anggap kehadiran calon independen akan menjadi masalah buat kita meski sebagian orang ada yang bilang independen akan menjadi ancaman”. Dikatakannya lagi “Karena yang terjadi, calon independen berani maju hanya berdasarkan kekecewaan dan kemauan kalangan tertentu saja. Karena itulah saya pikir independen ini adalah jalur politik anak TK, jalur politik ingusan. Mereka mengatakan maju hanya karena ada beberapa orang memuji tanpa pernah berpikir ketokohan mereka sudah mengakar atau belum” (Pekanbaru Pos, 4/9). Entah dari mana Sukarmis mendapat ide tiba-tiba keluarlah pernyataan begitu. Padahal saya baru saja hadir dalam seminar ”Jangan bunuh calon independen dalam Pilkada” yang digelar oleh Sierra Communications bekerjasama dengan Pusat Studi Jepang untuk Kemajuan Indonesia. Dalam seminar ini hadir pula Dr. Siti Nurbaya (Sekjen Dewan Perwakilan Daerah), Chris Siner Key Timu (Sekjen Petisi 50), DR. Anni Iwasaki (PUSJUKI). Jumlah media publikasi yang hadir dari media cetak: Suara Pembaruan, Sinar Harapan, Media Indonesia, Rakyat Merdeka, Seputar Indonesia, The Jakarta Post, Riau Pos, Riau Mandiri, Surabaya pos, Riau Tribune, Non-Stop, Media Pekerja, Majalah In-Promo, Koran
138
Tabrani Rab
Jurnas. Media Televisi antara lain : Metro TV, TVRI, Banten-TV, Jak-TV. Radio Elshinta dan RRI Pro-3 FM. Saya kira karena yang mengajukan makalah ini pakar-pakar alias ahli dalam calon independen dan diajak pula Sukarmis membentangkan makalahnya maka lebih baiklah diundang saya untuk memasangkan popok supaya tak tekencing-kencing dan kalau perlu tak teberak-berak. Pak Sukarmis yang jago kandang ini memang sudah lama saya kenal ketika anak saya Ivan dan Santi praktek di Taluk Kuantan, Sukarmis sebagai Ketua DPRD. Beliau ini sebetulnya tak pernah tau do dengan negara lain, paling sampai ke Sentajo. Sekali setahun dapatlah pak Sukarmis jumpa dengan Menteri dari Jakarta atau Gubernur Riau karena ada Pacu Jalur. Entah pandai entah bodoh Bupatinya maka acara tradisional ini diangkatlah menjadi acara darmawisata yang dirayakan seputar 17 Agustus sehingga APBD terhisap. Apa kata orang Toluk kepada saya �Potang Pak acara kok menyambut bulan suci Ramadhan. Kini ko acara ko menyambut 17 Agustus. Nda ado ke rakyat kini ko do. Gubernur pun datang Jo heli. Abih lah pitih rakyat�. Karena kayu asik di tebang maka yang membuat jalur ini pun bukan lagi rakyat tapi Pimpro. Abih lah pitih. Itu masih kurang hebat. Di Bagan, Bupatinya membakar tongkang. Sementara gaji guru honor tak dibayar.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
139
Hukum Kelabu
S
ekali waktu saya diterima Kaban di kantornya. Mula-mula pembicaraan enak. Begitu beliau dilantik menjadi Menteri Kehutanan saya pun mengirim buku Pembangunan dan Kerusakan Alam Riau jilid I dan II. Dibuku itu saya mengisahkan bagaimana ganasnya PT Indah Kiat dan PT RAPP merampok tanah rakyat. Buku ini saya berikan juga kepada setiap Kapolda yang datang ke Riau. Ketika beliau berkunjung atas nama PBB beliau pun mengisahkan isi buku saya ini dan tumpukan-tumpukan kayu yang meluluh-lantakkan negeri ini. Barulah Kapolda Sutjiptadi berani mengangkat kasus illegal logging ini yang telah meluluh-lantakkan Riau kalau tidak banjir yaa.. asap. Apa dasar hukum yang dipegang oleh beliau? UndangUndang RI No. 23/1997 pasal 41 ayat 1, �Barang siapa huma secara melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)� dan pasal 46 ayat 1 �Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam bab ini dilakukan oleh atau atas nama badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain, tuntutan pidana dilakukan dan sanksi pidana serta tindakan tata tertib sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 dijatuhkan baik terhadap badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain tersebut maupun terhadap mereka yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau yang bertindak
140
Tabrani Rab
sebagai pemimpin dalam perbuatan itu atau terhadap keduaduanya�. Waktu saya di DPOD ternyata bila hutan ini diserahkan pada Bupati dan Gubernur, licin tandas sebab hukum tak berjalan. Sementara sumber keuangan dari bos perusak hutan ini kalau tidak dana credit export maka dibantainyalah dana BLBI 650 triliun. Saya pun mencak-mencak di DPOD dan saya katakan kalau ada apek yang datang lalu sang apek pun menjadi konglomerat dan atas hal ini dikocok-kocoknya Bupati, Gubernur dan Menteri Kehutanan untuk mendapatkan izin tebang hutan licin tandas, yang dipakainya lagi oknum-oknum aparat. Maka lengkaplah sudah konglomerat ditambah oknum aparat yang menjadikan rakyat Riau melarat. Entah SBY lupa hukum, namun dibisik-bisikkan di Komisi III bahwa investasi RAPP dan Indah Kiat yang konstribusinya hanya 3 triliun untuk APBN akan tetapi akibatnya mereka menjadi raja hutan dan raja singa yang meluluh-lantakkan tanah rakyat di Riau ini. Sehingga saya berpikir lebih baiklah Riau ini mereka daripada berhadapan dengan hukum yang tidak pasti ini. Apa langkah SBY untuk menyelamatkan entah menenggelamkan Riau ini, apa lagi ada Kaban yang kata Riau Pos orang Riau dan menurut Kaban akan menyelamatkan hutan Riau? Eee... SBY membentuk Tim Ilog Riau dengan dipimpin Widodo AS. Tentu saja saya protes. Satu kali saya bertamu ke kantor Kaban. Sayapun mengeluh bahwa RAPP dan Indah Kiat ini meluluh-lantakkan hutan Riau tak kepalang tanggung, licin tandas. Maka Kaban pun bicara �Bagaimana pula dia menghancurkan hutan kan dia mempunyai izin�. Dalam hati saya menteri yang satu ini memang bodohlah, sekalipun saya mengirimkan dua buah buku mengenai Kehancuran Huran Riau. Apa pasal bodoh? Saya jelaskan kepada Kaban orang punya SIM tidaklah menjadi jaminan bahwa dia tidak akan menabrak orang atau tiang listrik kalau menabrak tentu ditangkap juga apa hubungan SIM dengan menabrak. Kalaupun RAPP dan Indah kiat itu diberi izin manapula jaminannya bahwa dia tidak Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
141
akan meluluh-lantakkan hutan Riau. Dari sudut pandang inilah Kapolda beranggapan yang didapatnya justru kedua perusahaan inilah yang meluluh-lantakkan hutan Riau. Kapolda pun menulis surat kepada Kaban. Bahwa illegal logging itu justru terdapat pada perusahan legal yakni Indah Kiat dan RAPP. Selama 20 tahun saya mengintip apa pula tak tahunya saya. Bagaimana bunyi surat Kapolda atas pernyataan Menhut MS Kaban? �Pemegang izin yang menyalahgunakan izinnya berpeluang besar untuk melakukan illegal logging. Dilihat dari fakta yang ada dan kejadian-kejadian sebelumnya, maka dapat diduga bahwa justru Pemegang Izin IUPHHK (HPH) sah dan oknum pejabat kehutanan dengan oknum perusahaan nakallah yang berperan besar dalam illegal logging. Perusahaan-perusahaan mana saja yang diduga terlibat Ilegal loging (Tribun Pekanbaru 5/9)? PT RAPP : PT Madukoro (Pelalawan), PT Persada Karya Sejati (Pelalawan), PT RAPP (TPK), PT Bukit Betabuh Sei Indah (Inhu), PT Nusa Prima Manungga (Pelalawan), PT Citra Sumber Sejahtera (Inhu), PT Mitra Kembang Selaras (Inhu), PT Merbau Pelalawan Lestari (Pelalawan). PT IKPP : CV. Wana Rokan Bonai Perkasa (Rohul), PT Satria Perkasa Agung, PT Bina Duta Laksana (Inhil), PT Arara Abadi (Kampar dan Minas), PT Suntara Gaja Pati (Rohil), PT Inhil Hutan Pratama (Inhil), PT Sutara Gaja Pati (Dumai), UD Rimba Karya Utama (Penadah Kayu), PT Ruas Utama Jaya (Rohil), PT Rimba Mandau Lestari (Siak), PT Anugrah Bumi Sentosa (Kuansing) dan perkebunan PT Marita Makmur Jaya (Bengkalis). Nah, satu kali saya membaca ucapan takniyah dari Kaban kepada Rusli Zainal yang mendapatkan S2 setelah kuliah 52 minggu di Universitas Gajah Mada tampaknya hanya iklan tunggal Menteri Kehutanan Kaban. Hati sayapun berdetak, apalah hubungan Kaban dengan Rusli Zainal. Hasil Analisis WALHI menemukan ada 34 IUPHHK dengan luas total 378.299,50 hektar yang dikeluarkan setelah izin tersebut berlaku. Izin tersebut masing-masing keluarkan oleh Gubernur Riau (era H.Saleh Djasit)
142
Tabrani Rab
sebanyak 1 izin dengan luas 12.270,50 hektar, Bupati Pelalawan (H.T.Azmun Jaafar) 21 izin dengan luas total 175.639 hektar, Bupati Indragiri Hulu (H.Raja Thamsir Rahman) 5 Izin dengan luas total 73.840 hektar, Bupati Siak (H.Arwin AS) 6 izin dengan luas total 82.425 hektar dan Bupati Indragiri Hilir (era H.M Rusli Zainal) 2 izin dengan luas 30.225 hektar. Rupanya ada cengkonek yang menghubungkan Kaban dengan Rusli Zainal. Berita ini menjadi lebih vulgar ”Kapolri, Jaksa Agung dan Ketua MA mendadak ke Riau (Riau Pos, 5/9)” dan ”SBY mendadak memanggil Rusli Zainal (Tribune Pekanbaru, 6/9). Mereka rapat 2 jam yang terdiri dari Jusuf Kalla, Widodo AS, Boediono, Rachmat Witoelar, Sudi Silalahi, Andi Mattalatta, Syamsir Siregar, Fahmi Idris, Sutanto, Hendarman Supandji, Malam Sabat Kaban dan Rusli Zainal dan dibentuklah tim alias calung yang terdiri dari Widodo AS, Boediono dan menteri-menteri terkait”. Ketika saya ke Komisi III di Jakarta terdengarlah bisik-bisik Kaban bertemu Sutanto Tanoto di Brazil. Yang anehnya Emil Salim ikut pula datang menyatakan perusahaan RAPP ini mengikuti sustainable development. Diturunkanlah tim khusus terjun ke lokasi ilog. Beranggotakan 16 orang meninjau lokasi barang bukti kayu tanpa izin menuju Pelalawan, Indragiri Hulu (PT Bukit Batabuh Sei Indah, Kec. Rakit Kulim) luas konsensi 13.720 Ha, Indragiri Hilir (PT Bina Duta Laksana, Gaunganakserka) luas konsensi 31.264 ha dan Rokan Hilir (PT Ruas Utama Jaya). Lalu kabar berikutnya ”Cukong ilog tebar uang di Jakara (Metro Riau, 11/9)”. Kunci dari semua permasalahan adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang dinyatakan pada pasal 27 ayat 1 ”Segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintah itu dengan tidak ada kecualinya”, ayat 2 ”Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” yang dijegal oleh Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 36 ayat 1 ”Tindakan penyelidikan dan penyidikan terhadap Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
143
kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah dilaksanakan setelah adanya persetujuan tertulis dari Presiden atas permintaan penyidik�. Manalah tinggi Undang-Undang Dasar 1945 dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Ditambah pula lagi dengan Presiden yang menyelesaikan hukum yang seharusnya hitam ya hitam, putih ya putih tapi diselesaikan dengan mencampuri hitam dan putih yang menjadi kelabu. Maka kasus illegal logging ini pun akan hilang bersama angin lalu. ...
144
Tabrani Rab
Rusli- Thamsir
S
udah lama saya tak mendengar bahwa Rusli ingin bertemu Thamsir. Apa kata surat kabar Riau Tribune (Sabtu, 22/9)? ”Rusli ingin jumpa Thamsir. Keinginan Gubernur Riau HM Rusli Zainal, SE,MP untuk bertemu Bupati Inhu Drs. HR. Tahmsir Rachman, MM agaknya belum kesampian. Ketika Rusli mengadakan safari Ramadhan ke Rengat, Thamsir justru menghadiri acara zikir bersama Presiden SBY di istana negara Jakarta”. Dulu waktu Thamsir Rachman ingin menjadi bupati saya pun ikut juga berpidato ”Pilihlah Thamsir Rachman”. Ini tak ada ujung tak ada pangkal Rusli ingin berjumpa Thamsir. Karena Thamsir ini leting anak Camat, seperti saya dan Rivai Rahman. Bahkan begitu antusiasnya keinginan untuk bertemu ini, Rusli Zainal dan pejabat lainnya foto bersama pengurus Masjid Al Munawarah, saat melakukan safari Ramadhan ke mesjid tersebut. Tentu saja Rusli Zainal seorang politikus yang penuh dengan perhitungan. Sebetulnya Indragiri Hilir dan Hulu ini dulu satu kabupaten, dipecah menjadi dua. Begitu pula pimpinan partainya. Yang satu Rusli Zainal, yang ketua Golkar dan satu lagi Thamsir Rachman. Mendempet ke SBY. Kalau inilah yang terjadi memang Rusli ingin mendekatkan jarak antara Rusli dan Thamsir. Dan kita lihat orang-orang yang masuk ke kubu SBY terlindung dari panas politik seperti Urba Ningrum sekalipun dicium-cium oleh pengadilan korupsi tapi karena lengketnya dengan SBY tak tolok dia dooo... Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
145
Tapi main politik yang mempermainkan instrumentasi Gubernur dengan Bupati belum pernah terjadi. Begitu pula dulu ketika saya kampanye untuk Thamsir Rachman saya tahu betul bahwa dia punya keyakinan terhadap dirinya sendiri. Berkali-kali ketika Thamsir datang ke Pekanbaru, Rusli tak ada, begitu pula ketika Rusli datang Thamsir tak ada. Ini namanya politik aaummm cakkk.... Kalau Pilkada ini nanti jadi, Indragiri Hulu ini merupakan resistensi bagi Rusli Zainal. Karena itulah jauh-jauh sebelumlah sudah dicari aummm cakkk. Akses ke SBY via Thamsir rupanya nilai koreksi Rusli Zainal tetap juga. Apa katanya (Riau Pos, 22/9)? ”Saat Guebrnur Riau HM Rusli Zainal, SE, MP menyerahkan bantuan untuk tim “Persires” di Gedung Sejuta Sungkai Rengat sebesar Rp 1 miliar, Gubri sempat mengungkapkan kekesalannya akibat tidak adanya pejabat di lingkungan Pemkab Inhu yang hadir untuk menerima bantuan. Kita harus membedakan mana kepentingan untuk masyarakat banyak, mana untuk kepentingan yang lain, saya hadir disini dan menyerahkan bantuan atas nama sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat dan ini sudah ada aturannya. Bahkan Gubri dalam acara penyerahan bantuan untuk tim “Askar Narasinga” yang baru saja menjadi juara satu devisi II PSSI ini, sempat menanyakan ke undangan yang hadir, mengapa Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Inhu tidak datang. Dalam beberapa kesempatan terdahulu, saat pemberian bantuan hanya Wakil Bupati yang hadir sedangkan dinas terkait seperti kepala dinasnya tidak datang. Nanti kalau tidak dikasih bantuan dikatakan Pemprov Riau berpihak dan diskriminatif terhadap daerah ini. Seharusnya kita dalam mengambil sebuah keputusan harus punya landasan utamanya adalah untuk kepentingan masyarakat. Dari undangan yang hadir dalam penyerahan bantuan tersebut, Gubri juga menyentil sedikitnya kehadiran manajemen dan pemain “Persires”. Bahkan ruangan “Gedung Sejuta Sungkai” yang berkapasitas 300 orang tersebut, hanya diisi puluhan orang saja. Dan undangan yang hadir lebih banyak berasal dari
146
Tabrani Rab
rombongan tim safari Ramadhan Gubri. Lebih baiklah mereka bermain ”Tam tam buku, beleret tangkap lima, mata pendil, mata paku, orang belakang tangkap satu”. Kalau Rusli mau ketemu tapi Thamsir tidak mau ketemu tentu ini igat namanya. Sudahlah berbaik-baik sajalah. Kalau perlu hasil pertemuan berdua ini nanti menunjuk saya jadi Cagubri. Kan hebat tu... Tak ada do, Bupati Inhil, watergate, Bupati Bagan Golkar jelas betul, Bupati Siak yaa…, adalah PDI nya tapi ada juga Golkarnya. Apalagi Walikota Dumai Golkar, Bupati Inhu memang bukan Golkar tapi satuse dengan kita walaupun dia PKB. Nah, apalagi ngapain mau jumpa Thamsir segala. Pokoknya sudahlah…. Pak Bupati Inhu dan Pak Gubernur Rusli Zainal “Tam tam buku, beleret tangkap lima, mata pendil, mata paku, orang belakang tangkap satu”.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
147
Kebun Kelapa-sawit Icak-icak (K2I)
N
asib Riau inilah. Sudah minyaknya disedot sehabis-habisnya tinggallah sisa kira-kira 10 tahun lagi. Satu kali saya pun bicara pada pemerintah pusat “Tak ada di dunia ini do minyak yang sudah diserahkan kepada Caltex sejak tahun 1952 alias sudah 57 tahun oleh Menteri Anang dan Tahija sampai sekarang licin tandas Riau tak juga diambil alih pusat. Padahal seorang Indian seperti Evo Moralez yang kebetulan presiden Bolivia dan Chaves sang Presiden Venezuela dengan mudahnya mengambil alih minyak-minyak Amerika ini. Bukan dinasionalisasi begitu saja tapi diganti pipapipa borok ini. Ini tidak. Ketika saya sampai di DPR RI kelompok Sakai mengadu tanah mereka bukan saja tidak diganti rugi tapi dicemari oleh Chevron. Sekali lagi kita harus berpuas hati karena Pak Presiden dan presiden siapapun karena ingin hubungan baik dengan Amerika walaupun rakyatnya bergelantungan membawa ember minyak kosong beratus meter panjangnya. Ketika Pak Presiden SBY berkunjung ke Burma nak menanyakan Aung San Su Ki dia tak berani kepada rezim milter, segan karena tak sesuai dengan budaya. Pada hari Kamis, (27/9) wartawan AFP Kenji Nagai terbaring dijalan setelah terkena peluru yang ditembakkan polisi dan anggota militer pada pengunjuk rasa di Yongan, Myanmar, seorang fotografer Jepang, tertembak saat tentara menggunakan senjatanya untuk membubarkan massa, Nagai kemudian tewas. Dulu waktu saya menjadi Tim Suksesi SBY saya yakin SBY mampu mengadakan perubahan fundamentalis dari ekonomi
148
Tabrani Rab
Indonesia dengan tiga langkah besar yakni tunda pembayaran hutang luar negeri yang sudah lebih dari 50 persen dari APBN terhadap bunga dan intinya, ganti rugi seluruh perusahaan minyak Amerika dan restrukturisasi pembayaran pipa gas Natuna dan iradikasi korupsi, kalau perlu tembak. Ternyata langkah-langkah SBY lamban (kata orang Melayu ‘leak’). Kalau sampai Gubernur Riau dan Kaban juga terlibat ala illegal loging maka langkah yang diambil aneh tapi nyata, disatukan antara Kaban–Rusli Zainal dengan Jaksa Agung dan Kapolri yang harusnya mengentaskan kasus hukum ini. Kenapa? Karena musyawarah mufakat mengalahkan Undang-Undang Dasar 1945, pasal 27 ayat 1 ”Segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintah itu dengan tidak ada kecualinya”. Yang anehnya lagi Mahkamah Agung sebagai institusi tak mau diaudit oleh BPK. Maka dipanggillah Ketua Mahkamah Agung dan Ketua BPK bersalam-salaman satu dengan yang lain. Padahal yang satu institusi Mahkamah Agungnya, bukan Ketua Mahkamah Agungnya. Kan penyelesaian ala begini ala kulonuhun atau ala Melayu. Nah, terjadilah untuk mengangkat perekonomian rakyat dengan dana 2,4 triliun ini antara lain dengan infrastruktur bukannya makin lama makin naik tapi makin lama makin berlubang. Bahkan menurut Kepala PUnya temukan jalan retakretak, empat titik rawan longsor, 3 rawan macet. Ternyata ketika saya ke Dhubai tiba-tiba saja udara menjadi turbulen maka pemandu sebelah sayapun bilang “Ahhh kita sudah masuk Riau”. Begitu juga bus-bus dari Sumatera Utara, kalau sudah terperosok ke danau di Bagan Sinembah maka inilah tanda batas Riau-Sumatera Utara. Dan batas ini makin lama makin terperosok. Kalau dari Sumbar ketemu jalan bergelombang maka tak salah lagi kita sudah masuk Riau. Apalagi masuk dari Jambi, yang paling bagus kendaraannya traktor. Sekali mobil saya terbalik masuk jurang dari memberi ceramah kepada mahasiswa di Jambi. Lalu orangpun bertanya kenapa? Maka sayapun menjawab “Mengelak lubang”. Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
149
Pada hari Minggu ini saya akan memberi ceramah di Pucuk Rantau Kuansing. Maka sayapun mendapat telepon dari masyarakat Kuansing “Pak, kito ko lah lobiah 60 tahun merdeka, jalan ko belubang-lubang jo. 18 ribu hektar tanah kami dirampok dek Asiong melalui pucuk adat, ndak ado sejongkal do kami dopek do Pak. Yang dapek tu petinggi-petinggi di Toluk, ditambah tokoh dan penokoh masyarakat. Sadonyo diagiah Asiong nan di pasar bawah tu. Telepon lah Pak Asiong tu”. Ini untuk menggambarkan kalau sudah memimpin tak lagi amanah dengan K2I alias KemiskinanKebodohan dan Infrastruktur sementara jalan ke Pucuk Rantau makin berlubang, sang Bupati hanya berani bilang didalam mesjid “Dengan darah saya akan saya perjuangkan tanah-tanah tuantuan yang diambil oleh koperasi”. Sehingga sejengkalpun mereka tak dapat tanah yang sudah dikasih kepada Asiong melalui tokoh masyarakat yang ternyata menokoh masyarakat. Apalah artinya begini. Dari Ketua Jikalahari yang saya undang ceramah di kampus saya ternyata orang Riau ini mempunyai tanah tinggal rata-rata seperempat hektar sementara di Jawa kalau setengah hektar sudah namanya petani gurem. Lalu sayapun angkat tangan sebaiknya di Riau disebut petani Geram (petani Gerakan Riau Aman atau Gerakan Riau Merdeka). Kalau ditanya Kaban sang Menteri Kehutanan kenapalah tanah Sakai dirampok juga oleh Arara Abadi sehingga hidup mereka 100 tahun yang lalu lebih bagus dari sekarang. Maka Kabanpun menjawab karena Riau belum menyusun tata ruang. Padahal dalam tiap keputusan baik Gubernur, Menhut untuk memberikan HTI ataupun HPH maka pusat cukup mencantumkan “Bila terdapat daerah tumpang tindih maka hendaknya dimusyawarahkan dengan masyarakat setempat. Padahal yang dibawa berunding dengan masyarakat adalah oknum kalau tidak oknum tentara ya oknum polisi. Manalah bisa singa sang konglomerat dapat dibuat berunding dengan kambing sang rakyat. Tentu dicebau-cebau nya. Nah, kalau Riau ini memang sudah diekploitasi oleh pusat sampai rakyatnya hidup hanya dari sampah dan limbah sementara
150
Tabrani Rab
tanah mereka dirampok oleh Akong yang dapat duit dari Bank Likuiditas Bank Indonesia alias BLBI yang menjadikan mereka konglomerat dan duit dibagi-bagi mulai dari jajaran pusat sampai jajaran daerah. Maka sayapun menyebut konglomerat ditambah dengan oknum aparat dan ditambah lagi dengan oknum birokrat inilah keparat-keparat yang menyebabkan rakyat Riau melarat. Kalau sudah tak ada lagi yang ditangan maka di di Riau inipun dikenal dengan amuk, tak tahu lagi siapa kawan dan siapa lawan, yang jelas merdeka untuk membunuh dan dibunuh. Ujungujungnya yaaa.... Riau Berdaulat saja sebagai bentuk penghalusan dari Riau Merdeka, semogalah ya Allah.... Timbul pula ide dari Pak Gubernur untuk membuat kebun K2I dari teori dan lapangan yang sangat berbeda. Apa akibatnya? Suhada Tasman terpelanting. Tak pula ketinggalan dari Kuansing sang Bupati menyatakan kebun K2I Kuansing gagal. Yang bagusnya K2I ini dikasih saja Asiong buat kontrak 30 tahun sesudah kelapa sawit ini tinggal akar tak bertulang maka baru diserahkan kepada rakyat. Maka K2I ini lebih tepat disebut Kebun Kelapasawit Icak-icak ...
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
151
Minal Aidin Wal Faizin
M
enjelang hari baik bulan baik ini perlu jugalah kita ”minal aidin wal faizin”. Kenapa? Transparency International (TI) Indonesia di Jakarta, Rabu (26/9), menyatakan Indonesia termasuk dalam 38 negara yang dipersepsikan terkorup di dunia (Metro Riau, 27/9). Dan berita yang memegahkan hati “Bank dunia tak akan memberi pinjaman murah lagi bagi Indonesia. Pasalnya, Indonesia telah berhasil masuk dalam jajaran negara berpenghasilan menengah”. “Itu refleksi kesuksesan Indonesia dalam manajemen ekonomi. Indonesia sekarang dianggap sebagai negara berpenghasilan menengah yang mature”, kata Joachim, Country Director Bank Dunia untuk Indonesia. Selain dari pada gunung Kelud yang terancam meletus dikabarkan pula PNS tak dapat THR sementara Kepala Dinas Tenaga Kerja menceta-ceta “Tidak ada bagi perusahaan untuk tak membayar Tunjangan Hari Raya (THR) karyawannya. THR wajib dibayarkan oleh perusahaan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku. Kalau tidak maka perusahaan bisa dikenakan hukuman pidana”. Di samping itu pula perpustakaan masih dipandang sebelah mata. Ironis, itulah penilaian yang patut diberikan terhadap keberadaan perpustakaan di tanah air. Bagaimana tidak, ditengahtengah komitmen pemerintah ingin mengentaskan kebodohan, tapi di sisi lain perpustakaan sebagai gudangnya ilmu masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Kenapa? Karena bukan perpustakaan saja yang menentukan SDM itu.
152
Tabrani Rab
Berita lain yang menarik ”Gagal jalankan Program Kebun K2I, Syuhada Tasman dicopot. Desakan sejumlah pihak agar Syuhada Tasman dicopot dari jabatannya selaku Kepala Dinas Perkebunan (Kadisbun) Propinsi Riau akhirnya terwujud. Mulai hari ini Syuhada resmi dilengserkan dari posisi orang nomor satu di dinas tersebut”. Berita yang tak kalah menariknya ”Pemilik kayu misterius. Ribuan log di kanal sepanjang 20 kilometer, Dishutbun Bengkalis siapkan proses lelang. Sampai kemarin siapa pemilik ribuan tual kayu yang ditemukan di kanal tiga, Dusun Tegar, Kelurahan Pematang Pudu, Mandau, Bengkalis, masih misterius. Meski begitu Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bengkalis sudah bersiap-siap untuk melelang kayu temuan tersebut. Lokasi temuan ribuan tual kayu berdiameter antara 40 hingga 60 centimeter dengan panjang 9 meter”. Dan tak kalah pula ”Syarwan Hamid curhat saat buka puasa. Saya siap tinggalkan Riau. Wajah mantan Menteri Dalam Negeri berubah tegang. Suasana berbuka puasa bersama yang diikuti sejumlah pengurus Forum Nasional Perjuangan Otonomi Khusus mendadak hening. Ketika menyaksikan kemarahan Syarwan atas perlakuan pemerintah propinsi Riau terhadap dirinya. Apa salah saya di Riau dan apa dosa saya. Sehingga saya diberlakukan seperti ini. Kalau memang saya tidak dibutuhkan lagi, saya siap meninggalkan Riau dan tak akan kembali lagi”. Bagaimana dengan pemanasan global yang kini ngetop jadi pembicaraan? Jika berbicara tentang pemanasan global, kata kunci untuk mempermalukan Indonesia di forum dunia adalah deforestasi. Negeri yang menjadi salah satu paru-paru dunia dengan luas hutan mencapai 88,5 juta hektar (2005) atau 48 persen dari luas daratannya ini belum lama mencetak rekor dunia sebagai penebang hutan tercepat. Tingkat penggundulan Indonesia adalah yang tertinggi di dunia yaitu mencapai 1,6 persen per tahunnya taua 1,8 juta hektar per tahun. Greenpeace Asia Tenggara menyebutkan Indonesia menghancurkan kira-kira 51 kilometer persegi hutan setiap harinya. Luas tersebut setara dengan luas 300 lapangan bola setiap jam. Tudingan pun semakin Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
153
memojokkan kita ketika Laporan Bank Dunia 2007 menyebutkan Indonesia sebagai negara penyumbang karbon dioksida (CO2) ketiga di dunia, akibat pembukaan hutan dengan cara dibakar dan pembalakan liar. Selama periode 2001-2005 nilai ekspor kayu lapis Indonesia mencapai lebih dari US$ 8,2 miliar atau 20% dari total nilai ekspor kayu lapis dunia. Selain diekspor mentah hutan Indonesia juga menjadi andalan untuk bahan baku industri pulp and paper. Apa pula makna minal aidin wal faizin? Kita ambil pula tulisan Andi Sukmono “Nicolaus Mills (Dissent, 2001) membedakan permintaan maaf yang tulus (genuine apology) dengan permintaan maaf yang palsu (phony apology). Permintaan yang palsu hanyalah lip service, tidak diikuti ikhtiar sungguh-sungguh untuk mengubah makna, peran, tindakan historis, dan aneka dampaknya pada masa kini dan masa depan. Hanya dengan ikhtiar nyata permintaan maaf dapat dikatakan tulus. Tanpa itu, permintaan maaf hanyalah basa-basi. Artinya, hikmah maaf lahir batin sebenarnya dapat menjadi trayek untuk hidup sebagai masyarakat bangsa yang lebih baik. Tapi bukanlah sekali setahun, dalam perayaan Idul Fitri kita melakukan mohon maaf lahir batin. Lantas kenapa kebaikan hidup bersama terus dipertanyakan? Bisa jadi, karena maaf kita hanyalah phony apology, bukan genuine apology�. Apalagi berita yang menarik? Sejumlah pengunjuk rasa dari Aliansi Rakyat Menggugat untuk BLBI mengangkat lilin mereka saat melakukan aksi di bundaran HI, Jakarta. Mereka meminta pemerintah untuk menangkap dan mengadili Anthony Salim (Salim Group) serta sejumlah konglomerat dan koruptor yang terlibat dalam skandal BLBI. Kenapa kita miskin? Karena utang tak terbayar. Anda bayangkanlah lebih dari 600 triliun semasa pemerintahan Soeharto duit ini dilahap oleh rezim Seoharto dan tak dapat dipertanggung-jawabkan. Untuk BLBI saja harus terkuras 650 triliun dengan kepala kudinya Anthony Salim. Disaat puncak utang dalam negeri tertinggi dalam bentuk obligasi rekap Rp 694,1 triliun, tahun 2004 Rp 76 triliun, 2005 Rp 80 triliun,
154
Tabrani Rab
2006 Rp.84 triliun, 2007 Rp 95 triliun, 2008 Rp 86 triliun dan 2009 Rp 84 triliun. Apa kata Edyanus? “Riau terima DBH Rp 364 miliar. Komponen penghitungan tak jelas, Pemprov akan ajukan keberatan. Analisis menarik diutarakan pengamat Ekonomi Unri ini menurutnya dalam kurun waktu 2001 hingga 2006, porsi Dana Bagi Hasil (DBH) Migas Riau selalu dicurangi oleh pemerintah pusat. Angkanya tak tanggung-tanggung. Dalam perhitungan Edyanus bisa mencapai Rp 15 triliun. Paling tidak Riau menerima antara 8 hingga 12,5 persen dari porsi pemerintah dalam setiap hasil Migas yang ditambang. Hal ini diatur dalam UU no. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah. Dalam UU ini disebutkan porsi pusat 85 persen sementara jatah daerah 15 persenâ€?. Apa akibatnya? Kata Sekda, Mambang Mit mobil dinas tak boleh dipakai oleh pegawai negeri dan anggota DPRD untuk pulang kampung, tapi kata Chaidir, Ketua DPRD boleh. Nah, bagaimana kata rakyat? Lantakkk dikaulah. Minal aidin wal faizin, yang jelas rakyat tambah miskin. Maka habislah semua dosa dunia akhirat dan keduanya‌.Aminnnn.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
155
Tepongkeng
B
elum lagi kering ludah mengkritik pemerintah supaya berhemat dengan dana, tahu-tahu di televisi Al Jazeera dan CNBC tampaklah harga minyak yang bermain disekitar 87 baik brand maupun US$. Semua meramal bahwa minyak akan meloncat ke 100 dolar Amerika per barel. Apa hubungannya dengan Riau? APBN 2008 akan defisit. Sebab minyak harus disubsidi. Kalau tidak disubsidi demo pun pecah, industripun gulung tikar. Apalagi PLN yang mati Senin Kamis sekarang tentu menjadi Senin Senin. Yang menjadi masalah utama lifting (minyak yang dijual) bukannya bertambah naik tapi melorot dibawah 1,2 juta barel. Memang pemerintah menargetkan tingkat produksi minyak 1,034 juta barel tapi sayangnya melorot lagi pada tahun 2007 tak sampai sejuta, hanya 950 ribu barel. Kemudian dibalik-balik lagi ehh tahunya tahun 1997 hanya 850 ribu barel. Angka terendah selama 30 tahun. Maka jebollah sang APBN. Tentu tak ada jalan lain menaikkan harga BBM. Kalau tidak yaaa alternatifnya subsidi ditambah. Baru saja disubsidi masih dalam kepala maka hilanglah DAU Kabupaten Bengkalis, Siak dan Rokan Hilir. Ujung-ujungnya karena DAU ini digunakan untuk membayar honor guru maka tak usahkan diangkat jadi CPNS, honor yang ada pun tak terbayar. Wakil Bupati Siakpun memberi komentar �DAU termasuk untuk pembayaran gaji guru. Jadi jika dana tersebut tidak lagi diterima, otomatis untuk pembayaran gaji mengambil dari APBD�. Bengkalis menjadi kabupaten yang paling menderita, DAU 2007 lenyap diganti dengan DP Murni yang jumlahnya hanya
156
Tabrani Rab
sekitar 25 persen, yaitu dari Rp 206,7 miliar menjadi Rp 51 miliar. Sementara kabupaten Siak dari DAU Rp 95,6 miliar menjadi DP Murni Rp 23,9 miliar. Sedangkan Rokan Hilir dari DAU 2007 Rp 91 miliar menjadi Rp 22,9 miliar. Ini betul-betul definitif sebab sudah final dibicarakan di DPR dan pemerintah pusat, dana Riau ini masuk dalam Undang-Undang APBN 2008 yang disahkan DPR 9 Oktober 2007. Provinsi Riau dan Kota Dumai tetap diproyeksi mendapatkan DAU, namun tetap saja jatahnya menurun. Jatah provinsi menurun dari Rp 277 miliar menjadi Rp 198 miliar, sedangkan kota Dumai dari Rp 124,4 miliar menjadi Rp 94,4 miliar (Tribun Pekanbaru, 19/10). Bagaimana dengan gas Natuna yang begitu kaya? Sama saja nasibnya dengan gas Papua. Kalau pasaran dunia harga gas juga melonjak 4,5 dolar sampai 5 dolar per MMBTU. Sayangnya pemerintah sudah membuat kontrak bagi hasil selama 25 tahun untuk menjual minyak ke Cina dengan 3,35 dolar per MMBTU. Sayangnya lagi selama delapan tahun kita ganti pemerintahan, kita tidak pernah memperoleh temuan sumur minyak baru. Sebaliknya produksi terus merosot. Bagaimana lagi kebijaksanaan pemerintah menurut Kompas (18/10)? �Ketika harga BBM naik tahun 2005, pemerintah mendorong penggunaan batu bara. Belum sampai setahun program itu berjalan, berubah lagi mencanangkan pemanfaatan biji jarak. Lalu ganti lagi dengan biobahan bakar (biofuel). Namun ketika banyak pelaku usaha masuk ke bisnis biobahan bakar, pemerintah tidak menyiapkan kebijakan harga yang mendukung bisnis di hilirnya. Inikan namanya kebijakan yang setengah-setengah. Berdasarkan catatan Kompas ada sejumlah kebijakan terkait pengurangan ketergantungan terhadap energi fosil yang dikeluarkan pemerintah. Peraturan itu antara lain Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Penghematan Energi, Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 dan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006 tertanggal 25 Januari 2006 tentang Kebijakan Energi. Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
157
Dalam ketiga peraturan itu Presiden menginstruksikan 13 menteri dalam Kabinet Indonesia Berdatu dan semua Gubernur untuk mengembangkan minyak jarak”. Nasib Riaulah. Persis yang diceritakan Rivai Rahman ”Bergantung kepada kehendak pusat”. Kalau pusat lagi kere maka Riau pun terpukul bukan saja dalam DAU akan tetapi juga dalam dana bagi hasil. Entah bagaimana perhitungannya simsalabim ditetapkanlah Riau mendapat sekian. Baru-baru ini saya mudik juga ke kampung saya di Bagansiapiapi. Terasa kini Bagan menjadi kota yang dirindukan, jalan-jalan bersih dan hotmix, jalan menuju Bagan pun licin. Pak Bupati pun menjelaskan kepada saya dimana rencana letak kantor bupati begitu pula museum yang akan dibangunnya. Bagan sekarang tak lagi sama dengan Bagan dulu, rasa bernafas lebih lega. Ditunjukkan pula kepada saya sekolah jarak jauh dari fakultas keguruan UNRI. Sekalipun saya tahu sekolah jarak jauh ini tak boleh, akan tetapi manalah ada ilmu yang dapat begitu saja kecuali dicuri. Terbayang pula oleh saya sekolah HIS Muhammadiyah yang dulu dibangun ayah saya dengan atap rumbia dan lantai kayu nibung tapi telah dapat mendatangkan guru Menir Suko dari Jawa dan Tarigan dari Medan. Murid-muridnya berbahasa Belanda di sekolah. Dari mana gaji guru? Dari kantong-kantong pandan yang diletakkan di semua rumah penduduk lalu kantong pandan inipun berisi beras yang dikumpulkan oleh Hizbul Watan, Kepanduan Muhammadiyah yang antara lain paman saya Karim Said. Tekad untuk maju inilah yang dulu lahir di Bagan. Ketika tekad ini dalam keadaan kere murid-murid ayah saya menjadi manusia-manusia besar persis seperti Korea. Sesudah perang Korea tahun 1952 Korea dibagun kembali atas sumbangan beras penduduk. Ketika anggaran Bagan melejit menjadi lebih dari satu triliun maka ditengah kota pun kita melihat bangunan Bacilica dan bangunan Cordova. Nah, bagaimana dalam tekad yang tinggi ini tiba-tiba pemerintah menghadapi anjloknya anggaran maka jawabnya cuma satu ”Tepongkeng”.
158
Tabrani Rab
Korupsi di Riau
A
dalah berita Riau Pos menyatakan anggota DPD asal Riau mengungkapkan data indikasi korupsi se-Riau dari tahun 2003 sampai 2006 sebesar Rp 13,16 triliun. Angka indikasi korupsi sebesar itu berdasarkan temuan BPK RI atas 283 kasus. Artinya bila anggaran untuk Riau ini selama setahun sekitar 19,2 triliun maka korupsinya satu tahun adalah 17 persen. Entah bagaimana cara menghitungnya indikasi korupsi antara 2003 sampai 2006 Rp 13,16 triliun. Padahal dijelaskan pula dalam temuan BPK di Riau; Temuan yang ditindaklanjuti 178 kasus (Rp 1,6 triliun) Temuan yang belum ditindaklanjuti 283 kasus (13,16 triliun) Total temuan 461 kasus (Rp 14,77 triliun) Membaca lagi berita ini selanjutnya persis kalau anda ke Colombo, kalau dia menggeleng itu ya, kalau mengangguk itu tidak. Harinana kacang putih. Apa pasal? Dari ratusan temuan itu, yang sudah ditindaklanjuti baru 178 temuan dengan total dana yang bisa diselamatkan Rp 1,60 triliun. Sementara 283 temuan BPK RI dengan indikasi korupsi sebesar Rp 13,16 triliun belum ditindaklanjuti pertanggung-jawabannya. Dan lebih memeningkan lagi kalimat berikut ini, �Temuan BPK soal indikasi korupsi se-Riau itu belum tentu korupsi. Tapi kalau temuan itu tidak bisa dipertanggung-jawabkan oleh daerah, ya berarti memang korupsi�, kata Dinawati. Sementara Soemardi Thaher membenarkan indikasi kerugian negara di Riau sebesar Rp 13,16 Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
159
triliun itu diperoleh dari hasil audit BPK untuk Riau sepanjang semester II Tahun 2006. Menurutnya ada 461 temuan untuk seluruh kabupaten/kota se Riau pada tahun anggaran tersebut sedangkan jumlah temuan yang sudah ditindaklanjuti baru 178 temuan dengan total dana Rp 1,60 triliun. Dengan demikian dana sebesar itu sudah berhasil diselematkan dan hal itu terkait kerja keras Bawasda”. Dikira sih temuan BPK murni, rupanya temuan Bawasda. Tentu kita bertanya pula siapa yang mengangkat Bawasda? Ya.. tentu Gubernur dan Bupati. Sekali lagi kepala pening membacanya. Saya pun jadi ingat kalau Mak saya menidurkan saya maka lagu Bagan nya pun keluar ”Leng geleng sapi, bebulu telinganya, dimana keling mati, disitu kubur Cina”. Selanjutnya DPD ini pun menilai Bawasda-Bawasda alias Badan Pengawasan Daerah. Apa katanya? ”Jika Bawasda lemah dan tidak menindaklanjuti petunjuk BPK, alamat kerugian negara akan sebesar angka Rp 13,16 triliun. Dan saat ini terbukti seluruh Bawasda yang ada di kabupaten/ kota memang tidak bekerja sebagaimana yang diharapkan. Kecuali Bawasda Siak yang sudah berbuat banyak untuk daerahnya. Sedangkan Bawasda terburuk menurut Sekjen BP PGRI itu adalah Bawasda Kabupaten Bengkalis. Di sini terjadi kerugian negara terbesar, salah satunya kasus genset. Tercatat sedikitnya Rp 13,10 miliar negara dirugikan untuk satu temuan saja. Belum lagi dengan temuan lainnya yang jumlahnya mencapai puluhan. Saya dan rekan-rekan akan turun ke kabupaten dan kota, salah satunya Bengkalis. Di sana kami akan melihat bagaimana kinerja Bawasda. Sejauh mana kinerja mereka menindaklanjuti petunjuk BPK”. Begitu hebatnya genset Bengkalis ini sehingga diciptakan pula lagu ”Laksamana Raja Dilaut” dan mati di darat. Karena PLN nya byar-pet ditambah lagi dengan sudah dibangun mall tak dapat dibuka karena listrik tak jalan, hebat ndak.... Sehingga Ribut Susanto bercerita panjang lebar dimuka KPK, Tipikor, Corruption Watch di Patra Hotel tapi sebagaimana illegal logging, habis makalah habis pulalah soal. Bukan dibentuk tim tapi drum yang
160
Tabrani Rab
sebetulnya bisa diselesaikan melalui hukum dengan calung pun bisa. Tapi karena pegawai-pegawai tinggi ini memang dilindungi oleh undang-undang kecuali pencuri ayam, maka perlulah tanda tangan presiden. Akibatnya letoi, hukum tak tegak. Bak kata orang menegakkan benang basah dalam air. Habis cerita kecuali mendapat penghargaan perusak alam utama di dunia. Hampir semua pemerintahan dibentuk secara mekanistis dan generalis. Di Amerika misalnya, tak ada kekebalan hukum para pejabat, tak dapat diselesaikan oleh polisi setempat maka turun FBI. Nah, siapa yang menentukan bersalah atau tidaknya? Yakni Dewan Juri. Jaksa mewakili pemerintah, sementara pengacara mewakili tersangka. Jawabnya tinggal satu �Guilty or not guilty�. Hakim lah yang menentukan beratnya hukuman, habis. Tak usah lagi pakai Perda, Perpu, Permen, Pergub, Perbup dan Perlu alias Peraturan Pengulu. Balik ke pangkal cerita. Bawasda diangkat oleh Gubernur, bagaimana pula dia mau menyalahkan Gubernur. Apalagi menuduh Gubernur koruptor. Tentu dapat ditebak, ada dua tempat pejabat Bawasda yang seperti begini. Kalau tidak di Balitbang alias Badan Pelit dan Tumbang, kalau tidak yaa..., masuklah non -job. Ditimbang-timbang daripada non job lebih baiklah Balitbang sebab masih ada juga dana ala Panleg UNRI alias diterima duit walaupun pekerjaan belum selesai. Untunglah DPD badan yang terkail, kebawah tak berakar dan keatas tak berpucuk. Badan begini tak bisa disebut non-job sebab mereka menerima gaji dan honor dari Pemda. Badan ini tak juga bisa bertindak sebab harus melalui DPR, itu pun sesudah UUD 1945 diamandemen. Jadi, tak usahlah lagi takut Pak Bupati, Pak Gubernur. Pada tahun 2006 dari 461 kasus yang ditindaklanjuti hanyalah 178 kasus dengan nilai Rp 1,6 triliun sedangkan yang belum ditindaklanjuti 283 kasus alias dua kali dengan nilai Rp 13,16 triliun itu bisa diatur. Kecil-kecil nyo semua, APBD propinsi
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
161
Riau 2006 Rp 8,53 miliar. Sesudah diperiksa terjadi kelebihan pembayaran 13,55 juta rupiah. Pupuk di Siak Rp 462,55 juta, pembayaran ganda Rp 2,31 miliar, kelebihan pembayaran Rp 2,7 miliar. Begitu pula Rokan Hulu dan Bengkalis, pengeluaran biaya rekening dan telepon Rp 520 juta, mesin listrik fiktif tak nampak. Indragiri Hulu terjadi kelebihan pembayaran Rp 463 juta. Yang tak termasuk adalah Rokan Hilir. Itupun karena saya orang Bagan, he...hee... Sudahlah cincai sajalah.... aminnn ...
162
Tabrani Rab
November Kelabu
E
ntah berapa lama investor khawatir untuk menanamkan modalnya, namun sebuah keberanian dari Riau akan memecahkan kesunyian dalam Riau Investment Summit yang digelar beberapa hari lagi. Kenapa investor takut menanamkan modalnya? Karena meningkatnya harga minyak yang telah menghampiri 100 dolar per barel. Kalau batas psikologi ini terjadi maka mau tak mau berbuahkan inflasi. Amerika saja untuk mempertahankan mata uangnya menyebabkan federal reserved menurunkan bunga investasi, the fed sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen. Dengan penurunan begini akan terjadi aliran dana ke bank-bank di Amerika. Dan menyebabkan terkoreksinya pasar saham menguat setelah pengumuman pemangkasan tingkat suku bunga. Tapi tak lama bertahan. Kenapa bursa saham di Amerika anjlok? Bermula saham real estate mengalami krisis subprime mortgage collaps. Lalu untuk menolongnya the fed menurunkan suku bunga dengan harapan saham akan naik. Ternyata tidak juga bertahan lama dan dihadang oleh kenaikan minyak per drum menghampiri 100 dolar sehingga investor sangat hati-hati sebab pasti diikuti oleh inflasi. Bayangkan saja Indonesia yang dihadang oleh kenaikan minyak bukan saja sekedar minyak akan tetapi ongkos angkut melonjak naik sehingga hantu inflasi muncul. Nah kalau terjadi inflasi tentu saja daya beli orang turun (konsumer indeks). Inilah yang paling ditakuti oleh investor yang sangat sensitif. Dalam ketakutan investor inilah Riau mengadakan Riau Investment Summit. Seandainya Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
163
pada bulan November ini memang minyak di atas 100 dolar maka sangat mudah dapat dibaca bank harus menaikkan suku bunga, kalau tidak mau ditabrak oleh kredit macet yang memang sudah menggunung. Karena itulah investor pada akhir tahun ini sangat berhatihati. Angin surga datang dari pasar saham Jakarta di mana laba emiten tambang naik, ini disebabkan karena hampir semua hasil pertambangan terutama minyak melonjak. Itu pun di pasar saham Jakarta laba perusahaan gas negara menurun (PGN). Keresahan pemerintah memang tampak. �Kalau harga minyak melambung sampai US$ 100 per barel, kami diminta menyiapkan program jaring pengaman sosial. Kami harus bersiap-siap, pemerintah sudah stand by�, kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta. Memang pada tahun 2005 dua kali pemerintah menaikkan subsidi untuk minyak. Yang menjadi persoalan kalau naiknya 100 dolar dapat atau tidak bertahan lagi dengan subsidi. Sebab sekarang saja terjadinya defisit pada neraca perdagangan minyak mentah Indonesia per September 2007 sebesar US$ 138,7 juta. Pada bulan tersebut, ekspor minyak mentah Indonesia tercatat sebesar US$ 824,3 juta, sedangkan impor minyak mentah adalah US$ 963 juta. Lalu pemerintah pun berangan-angan untuk mengurangi subsidi minyak dengan meningkatkan ekspor ditahun-tahun mendatang ini. Tapi bagaimana mau meningkatkannya. Yang dibor di Sidoarjo dikira minyak, tahu-tahunya eee..., lumpur sampai sekarang tak selesai-selesai. Sementara minyak yang adapun makin menurun. Sampai dengan 2008 aneh tapi nyata produksi minyak seluruh dunia menurun. Mungkin di Irak tidak. Kepala BP Migas, Kardaya mengatakan penurunan produksi Indonesia pada 2006 mencapai 30.000 barel per hari, sedangkan Inggris menurun 300.000 barel per hari dan Norwegia berkurang 250.000 barel per hari. Amerika stok minyak mentahnya turun hingga 3,9 juta dolar. Dalam pada itu energi alternatif kembang tapi tak tumbuh-tumbuh. Siapa yang mau menjual kelapa sawit
164
Tabrani Rab
yang katanya lagi ngetop diproses menjadi sumber energi harga jualnya menurun, ekspornya juga menurun. Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan mengatakan, ekspor CPO Indonesia keluar negeri pada September 2007 lalu mengalami penurunan yang cukup besar. Secara kuantitas penurunan sebesar 36 persen yaitu dari 960 ribu ton pada Agustus menjadi 618 ribu ton pada September. Sedangkan bila dihitung dengan nilai dolar, maka akan menurun sebesar 30 persen yaitu dari 684 juta dolar menjadi 479 juta dolar. Hepeng nu mangatur negara on. Pitih nan paralu. Kita tentu saja mendukung Summit ini supaya minyak Riau yang sudah menjadi tonggak ekonomi utama dapat meningkat. Tapi soalnya bukannya menaik tapi makin menurun dan pipanya pun sudah lapuk-lapuk. Dari minyak ini pula bagian Chevron 12,5 persen, bagian pemerintah daerah 12,5 persen. Lalu bagaimana dapat jumlahnya baru saja diaudit walaupun otonomi sudah berjalan 7 tahun. Tentu timbul pertanyaan kenapa pemerintah tidak mengambil alih saja Chevron. Tak usahkan mengambil alih untuk minyak Cepu saja teken kontrak dengan Exxon. Minyak Natuna langsung tak meleleh ke kas negara. Apa pasal? Karena biaya eksplorasi turut diperhitungkan kemudian yang menyedihkan lagi gas dibuat kontrak untuk mengganti pipa Exxon di Natuna sehingga tak ada lagi yang mesti disetorkan kepada negara. Kalau harga minyak US$ 85 per barel sampai akhir tahun, dengan asumsi produksi (lifting) minyak mentah pada kisaran 1,025 juta barel per hari, APBN 2007 diperkirakan tekor bersih hanya Rp 5 triliun. Bisalah ditutup, tapi rupanya lubang defisit ini makin menganga. Nah, bagaimana kalau harganya US$ 100 per barel? Diperhitungkan defisit APBN bila minyak sampai 100 dolar per barel diatas 38 triliun. Lalu bagaimana menutupinya? Minyak diharap, lumpur yang timbul. Minyak Caltex alias Chevron pipanya pun sudah lapuk. Mau menggali sumur baru tak mungkin. Sebab resiko kerugian meningkat. Tinggal satu-satunya jalan mengambil alih perusahaan-perusahaan minyak ini menjadi milik negara. Tapi sejak tahun 1952 Caltex beroperasi di Riau tak ada keinginan Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
165
untuk mengatasi know how, yang ada siau hao. Sedangkan 80 dolar saja sudah menyapu pendapatan Riau. Bengkalis menjadi kabupaten yang paling menderita, DAU 2007 lenyap diganti dengan DP Murni yang jumlahnya hanya sekitar 25 persen, yaitu dari Rp 206,7 miliar menjadi Rp 51 miliar. Sementara kabupaten Siak dari DAU Rp 95,6 miliar menjadi DP Murni Rp 23,9 miliar. Sedangkan Rokan Hilir dari DAU 2007 Rp 91 miliar menjadi Rp 22,9 miliar. Ini betul-betul definitif sebab sudah final dibicarakan di DPR dan pemerintah pusat, dana Riau ini masuk dalam UndangUndang APBN 2008 yang disahkan DPR 9 Oktober 2007. Provinsi Riau dan Kota Dumai tetap diproyeksi mendapatkan DAU, namun tetap saja jatahnya menurun. Jatah provinsi menurun dari Rp 277 miliar menjadi Rp 198 miliar, sedangkan kota Dumai dari Rp 124,4 miliar menjadi Rp 94,4 miliar (Tribun Pekanbaru, 19/10). Nah, dalam kondisi inilah kita akan mengadakan pertemuan tingkat tinggi investasi. Semoga November Kelabu ini tidak menjadi November Hitam.... Cinta dibulan September berubah menjadi lagu September Kelabu dan November Hitam.
166
Tabrani Rab
Bacin dan Kepunan
E
ntah darimana mimpinya tiba-tiba saja 20 anggota wakil rakyat Riau bermimpi ke Jedah kemudian berangkat pula ke Tokyo Jepang pada tanggal 23 November dan 18 anggota DPRD akan ke Roma – Itali. Saya pun membayangkan pertemuan di Roma ini mungkin ada kaitan dengan pertemuan antara Raja Faisal dengan Paus. Samalah masalahnya dengan Riau Investment Summit alias RIS. Rencana ini tergopoh-gopoh sementara saya telah memprediksi tak akan ada apa-apanya do. Sebab dunia mikahe ini sedang dihadang oleh iklim global dan lebih dari itu lagi harga minyak Brent dan minyak Light Amerika yang bermain diseputar sedikit dibawah 100 dolar semua investor menunggu dan menunggu entah sampai kapan. Jadilah RIS ini berbuah Memorandum of Understanding. Sayapun ketemu dengan delegasi Malaysia dan duta besar Malaysia ditempat roti cane di jalan Riau. Istilah study tour masuk ke kamus Indonesia kira-kira 20 tahun yang lalu tapi tetap saja tidak ada dalam kamus Purwadarminta sebab study tour ini semuanya tour dan study nya tak ada do... Anehnya lagi kalau memang ingin pandai anggota DPRD ini bukan ke Jedah. Apa yang mau dilihat di Jedah, sebetulnya mereka mau umroh. Itu saja sudah bengak. Manalah ada umroh dibiayai oleh rakyat. Karena umroh maupun haji ilaihi sabila alias bagi yang mampu kesehatan walaupun Pak Ketua semput yaaa... bolehbeloh sajalah dan mampu duit. Hal yang terakhir inilah yang akan ditanya oleh malaikat Nungkar-Nangkir. ”Darimana kamu dapat duit?”. ”Dari APBD Pak Nungkar”. ”Bukankah itu duit rakyat?”. Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
167
Maka Pak DPRD pun jawab ”Bukan kami saja yang makan Pak, yang lain juga”. Lalu kata Pak Nungkar lagi ”Kan itu uang untuk rakyat”. ”Kami ini wakil rakyat, jadi kalau kami menengok Jedah dan Tokyo itu artinya seluruh rakyat Riau sudah melihat Pak Nungkar, sebab kami mewakili mereka”. Tahu-tahu saja si Atan dari Tenayan bilang ”Iye... keee...”. Pokoknya habislah duit 3 milyar kunjungan wakil rakyat ini ditambah dengan dayang-dayang pendamping 2 staf, tak jadi berangkat. Apa yang nak ditengok di Jedah. Kalau benar mau melihat bagaimana negara Arab yang berhasil mengkonversikan ekspor minyaknya kepada jasa tentulah Dubai apalagi dengan hotel berbintang tujuhnya ada di Abu Dhabi. Sehingga dapat dibandingkan antara hotel bintang tujuh di Rengat dengan hotel bintang tujuh yang 2500 dolar di Dubai, kalau perlu bawa pula balsem bintang tujuh dan obat sakit kepala dan diperkuat dengan obat balpirik. Apa yang ada di Dubai? Bintangnya tentulah AlJazeera sehingga kita dapat melihat kenaikan suhu bumi dan dapat pula dinikmati kenaikan minyak light Amerika yang sudah sampai 97 dolar per tong (barel). Tinggal sekali sundak sampai 100 dolar, barulah rakyat takarunyak. Walaupun Presiden menjamin tidak akan ada kenaikan harga minyak pada 2008 namun mulai terdengar bisik-bisik bahwa untuk kendaraan pribadi dijatah sekian liter untuk seorang. Sementara mobil bertambah juga. Gabungan industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan mobil JanuariSeptember 2007 telah mencapai 318.220 unit. Penjualan mobil domestik pada periode itu naik lebih dari 36% jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Tahun ini Gaikindo menargetkan penjualan mobil sebanyak 500 ribu unit. Tak ketinggalan pula sepeda motor. Menurut Media Indonesia (23/10) “Penjualan sepeda motor selama periode Januari-September telah mencapai 3,74 juta unit. Padahal Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menargetkan penjualan kendaraan roda dua tahun ini sebanyak 5 juta unit”.
168
Tabrani Rab
Yang jelas sekarang negara ini lagi kere. Dalam kondisi sekarang saja defisit APBN lebih dari 3 triliun. Tentu saja Mendagri tak setuju, hanya untuk menyedap-nyedapkan hati disebutlah masyarakat secara luas mengkritik, padahal yang tak mengasih Mendagri. Begitu kerenya negara ini mulai terpikirkan penggabungan daerah-daerah yang telah dimekarkan oleh otonomi. Sehingga nasib undang-undang no. 22 tahun 1999 yang berganti dengan undang-undang no. 32 tahun 2004 sedikit lagi balik, otonomi pun hilang. Bukannya daerah diajak untuk bicara mengenai otonomi. Dewan Perwakilan Daerah yaaa.. seperti mentimun bungkuklah. Penyaluran mesti DPR, kalau sudah di DPR masalahnya jadi komplek lagi. Apa kata Ketua Mahkamah Agung dalam pembentukan Kepri? Sekalipun ada undang-undang No. 22 tahun 1999 akan tetapi bila pemerintah c.q Menteri Dalam Negeri dengan DPR RI mengesahkan suatu keputusan maka boleh-boleh saja itu menjadi undang-undang sekalipun melabrak undang-undang. Sekali lagi kata Rivai Rahman �Tengantung pada hati nurani pusatlah�. Jadi kunci permasalahan tak jadinya ke Tokyo, Jedah dan Roma karena Menteri Dalam Negeri melarang. Mana pula DPR pernah mendengar keluhan rakyat. Nak menungging, nak menunggang, nak menanggung, tak ada peduli do. Yang diperdulikan DPR baru sesudah Mendagri melarang. Inilah yang disebut dengan hutas alias hukum dari atas. Oleh karena wakil rakyat ini tak jadi ke Tokyo maka inginlah saya bercerita mengenai Tokyo. Lapangan terbangnya namanya Narita 60 km dari Tokyo dan bentuk arsiteknya bentuk gudang. Narita tidak dapat lagi menambah runway oleh karena petani tak setuju. Lain dengan Singapura, tinggal mengangkut tanah dari Kepri dan sekarang telah pula selesai runway ke 3 khusus untuk airbus 352 dengan kapasitas 700 penumpang yang penerbangan perdana justru dari Sidney ke Singapura. Di Nusa Tenggara Barat kalau mau membangun lapangan terbang ambil saja tanah rakyat, tak dibayar do. Kalau masalah Pekanbaru macet maka sebaiknya Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
169
DPRD meninjau pula Shinjuku, stasiun kereta api bawah tanah yang memutar 1,8 juta dari 10 juta penduduk Tokyo tiap hari dan jangan pula lupa di Shinjuku itu ada show yang tak dapat dibayangkan bagaimana seorang striptease mulanya memakai kimono sampai telanjang bulat dan empat persegi. Lalu dilanjutkan dengan adegan yang tak dapat diceritakan karena penonton boleh naik keatas panggung dan melakukan pekerjaan yang paling hina, auzubillahi minzalik. Di Shinjuku ini juga ada hotel sebesar keranda, begitu masuk langit-langitnya ada bintang-bintang, ini memang tak ada di dunia lain karena tanah di Tokyo sangat mahal. Daripada ke Jedah lebih baik ke Dubai, ada hotel di dalam laut, ada tempat berleha-leha untuk turis dan lapangan terbang Ar-Rasyid yang merupakan lapangan terbang yang lebih sibuk dari Frunkfurt Jerman. Ada 18 penerbangan pagi ke berbagai kota di Jerman. Qatar Airline boleh juga dibuat studi oleh RAL, bagaimana terdapat keuntungan yang lurus antara jarak penerbangan dan besarnya pesawat dengan keuntungan yang diperoleh. Di Roma ada mesjid baru yang dibangun oleh Raja Faisal yang tak jauh dari Vatican dan mengambil model Aya Sophia dan kalau rajin berdiri sajalah di pinggir jalan di dekat gladiator maka tampaklah gladiator abad 20 pakai baju tapi tak memakai celana. Nah, sebaiknya wakil-wakil rakyat ini membayangkan saja cerita saya ini sebab saya selalu ke luar negeri, tapi tak ada dana APBD dooo.... Yang akan datang jangan lupa study kelayakan ke Kashmir yang merupakan pemandangan alam terindah di dunia. Karena 2008 tidak dianggarkan lagi maka kepunannnn lahh..., sudah lah bacin tak disetujui Mendagri, kepunan pula lagi..., engg..., alahhhh ...
170
Tabrani Rab
Sengsara Membawa Nikmat
K
alau orang bertanya kepada saya karya sastra yang mana yang terbaik. Maka saya spontan menjawab Leo Tolstoy. Karya yang mana ? Leo Tolstoy menulis ribuan cerpen dan dua roman yang klasik yakni War and Peace dan Anna Karenina. Terus terang di lemari buku saya di samping bantal karya-karya Leo Tolstoy ini senantiasa menghibur selain musik klasik. Cerpen-cerpen Tolstoy telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Begitu terkenalnya Tolstoy sehingga di Rusia hanya dikenal gereja Katolik, Tsar dan Leo Tolstoy. Begitu banyaknya karya Tolstoy yang diterbitkan di Rusia pada 1928-58 terbit 90 volume. Dalam suatu kumpulan cerita Tolstoy mengatakan “Tuhan maha tahu tapi Dia menunggu�. Mengingat Festifal Film Indonesia hanya sekali dilaksanakan di luar kota Jakarta yakni di Bandung, itu pun sudah 22 tahun, apa salahnya dilaksanakan di Riau kan cuma Rp 8,9 miliar. Sekalipun banyak anggota DPRD yang berkoak-koak, apalah salahnya dilakukan disini. Apalagi bagi saya yang suka yang cantik-cantik. Seandainya saya Panitia Pelaksana tak usahkan 8 miliar, 8 triliun saya bayar. Puncak FFI 2007 sendiri berupa penyerahan 16 penghargaan bagi karya film terbaik. 13 merupakan penghargaan reguler untuk film cerita atau film bioskop, meliputi penghargaan bagi pemeran pria terbaik, pemeran wanita terbaik dan lainnya. Tiga penghargaan lainnya diberikan kepada film dokumenter terbaik, film cerita pendek terbaik dan penghargaan khusus bagi film dengan penggunaan Bahasa Indonesia terbaik. Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
171
Entah bagaimana ceritanya sepulangnya saya dari Singapura saya membaca tema-tema yang akan dibincangkan dalam festival ini. Rasanya saya memainkan peranan Tolstoy dengan mantan istri saya selebriti Alicia Johar dan film yang saya mainkan adalah karya Tolstoy ”Ilyas”. Tempat adegan Kute Bali. Waktu itu bom belum lagi meledak. Rasanya dalam mimpi itu saya memerankan Ilyas yang ditulis oleh Tolstoy. Katanya begini: ”Di daerah Ufa, hiduplah seorang petani bernama Ilyas. Ayahnya meninggal dunia ketika Ilyas baru setahun menikah, meninggalkan untuknya sedikit warisan. Tujuh ekor kuda betina, dua ekor sapi, dan dua puluh ekor kambing adalah seluruh kekayaannya. Namun Ilyas adalah seorang petani yang ulet. Lambat laun hartanya mulai bertambah. Ia dan istrinya bekerja dari fajar hingga senja hari, bangun lebih awal dan tidak lebih lambat dari orang lain. Setiap tahun ia bertambah kaya. Ilyas hidup makmur selama tiga puluh lima tahun dan mendapatkan banyak sekali keberuntungan. Kini ia telah memiliki 200 ekor kuda, 150 ekor sapi dan 1000 ekor kambing. Buruh-buruh lelaki menggembalakan ternaknya, sementara buruhburuh perempuan memerah susu kuda dan sapi untuk dibuat kumiss minuman yang dibuat dari susu kuda liar, mentega, dan keju. Singkatnya, Ilyas memiliki segalanya, dan itu membuat iri banyak orang. Mereka berkata, ”Ilyas adalah seorang lelaki yang beruntung, ia memiliki segalanya”. Ilyas mencoba bergaul dengan banyak orang. Banyak tamu datang mengunjunginya dari jauh. Ia menyambut mereka dengan baik serta menyuguhi makanan dan minuman. Berapa pun yang datang selalu ada kumiss, teh, dan gulai kambing bagi semuanya. Begitu para tamu tiba, satu atau dua ekor kambing disembelih. Dan jika yang datang cukup banyak, seekor kudalah yang disuguhkan”. Bagaimana lagi cerita selanjutnya? Tiba-tiba saja Ilyas menjadi miskin. Nah, Ilyaspun bercerita: ”Tapi, apa yang sesungguhnya membuatmu bahagia sekarang?”. ”Ketika kami kaya-raya, kami tak pernah merasakan kedamaian, tak ada waktu untuk bercakapcakap, berpikir tentang jiwa kami atau berdoa pada Tuhan. Kami
172
Tabrani Rab
punya banyak kecemasan. Jika kedatangan tamu, kami cemas tak bisa menjamu mereka dengan baik. Kami cemas tak memperlakukan para pekerja kami dengan benar. Kami takut berdosa. Jika henak tidur, kami cemas jangan-jangan ternak kami dimakan binatang buas. Tidur kami jadi tidak nyenyak. Kecemasan yang satu berganti dengan kecemasan yang lain. Kami jadi sering berselisilih paham. Suamiku berpendapat begini dan aku berpendapat begitu. Dan itu adalah dosa. Kami hidup dalam kecemasan dan dosa yang membuat kami tak pernah bahagia. ”Lalu sekarang?” ”Kini kami bangun pagi bersama dan berbicara dari hati ke hati dengan penuh cinta dan kedamaian. Kami tak pernah lagi bertengkar, tak ada lagi yang perlu dicemaskan. Kami hanya perlu melayani majikan kami dengan baik. Kami bekerja keras sebisa mungkin dan itu membuat majikan kami menyayangi kami. Setelah usai bekerja, tersedia makanan dan kumiss. Jika kami kedinginan, ada selimut dan pediangan yang akan menghangatkan tubuh kami. Ada banyak waktu untuk bercakap-cakap, berpikir tentang jiwa kami, dan berdoa pada Tuhan. Kami akhirnya menemukan kebahagiaan setelah lima puluh tahun mencarinya”. Nah, apalah artinya 8,9 miliar yang bersumber dari APBD 7,2 miliar dan APBN 1,7 miliar. Seandainya 9 triliunpun saya dukung. Sebab dalam buku Tolstoy kebahagiaan tidaklah identik dengan kekayaan bahkan jiwa Tolstoy yang begitu pemurah menyebabkan ia diusir oleh bininya dari rumah. Tiga hari dihantam hujan salju Tolstoy pun tumbang. Tak ada arti untuk uang kalau tidak mendatangkan kebahagiaan. Yang utama dalam hidup ini memang kebahagiaan. Teringat lagi saya cerita Ilyas ini ketika dia didatangi tamu tertawa melihat Ilyas maka Ilyaspun berkata ”Ini bukan lelucon, inilah kehidupan. Kami dulu begitu bodoh dan menangis ketika kehilangan kekayaan, tetapi Tuhan telah membukakan kebenaran bagi kami kini. Kami menceritakannya pada kalian bukan sebagai lelucon, melainkan untuk kebaikan kalian sendiri”. Tolstoy masih menambahkan dalam cerita Ilyas ”Dan sang mullah pun berkata, “Betapa bijaknya perkataan itu. Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
173
Semua yang dikatakan oleh Ilyas adalah benar adanya dan tertulis dalam kitab suci. Mereka berhenti tertawa dan mulai berpikir”. Sayapun terbangun ditengah malam itu, tak ada Alicia Johar, yang ada bantal, jadilah. Saya tidak setuju bila ada orang yang berkata ”Sedot uang rakyat Rp 7 miliar. Dana FFI rawan korupsi. Pelaksanaan Festifal Film Indonesia (FFI) di Riau yang menyedot uang rakyat (APBD) Riau sebesar Rp 7 miliar, terus menuai kritik. Selain tidak terlalu bermanfaat untuk kepentingan mayoritas masyarakat Riau, FFI ini dinilai rawan korupsi. Hal ini disampikan Direktur Riau Corruption Watch (RCW), menurutnya Riau selaku tuan rumah FFI pada 14 Desember 2007 terkesan memaksakan diri. Padahal FFI itu merupakan kegiatan nasional yang mestinya tidak membebankan pada keuangan rakyat Riau. Silakan Riau jadi tuan rumah, asal jangan uang rakyat yang dikorbankan. Inikan sangat aneh, kita menanggung dana dengan angka yang fantastis 7 miliar. Sedangkan panitia pusat menanggung dana 1,7 miliar. Tak ada untungnya FFI itu buat masyarakat Riau, yang ada malah rugi”. Yang berkata begini adalah tidak mengerti bahwa sengsara membawa nikmat. Cobalah anda ke Sumatera Barat mana enak menyetir dengan di Riau? Kalau di Sumbar supir tak perlu menengok jalan, kalau di Riau supir harus tajam melihat lubang di jalan dan lubang berjalan. Kan lebih indah, saya setuju dengan Festival Film Indonesia. Sebab saya tahu betul ”Sengsara membawa nikmat”. Karena itu marilah kita sengsara bersamasama supaya bahagia. Viva Festival Film Indonesia.
174
Tabrani Rab
Sekolah Anti Korupsi
S
epulangnya dari Bagan sayapun membolak-balik surat kabar. Terbacalah saya Riau Tribune (24/11) “KPK tinjau sekolah percontohan anti korupsi”. Tentu saja berita ini menarik. Sebab lembaga korupsi yang paling besar di Indonesia yang selalu di ranking satu Departemen Agama dan dinas pendidikan sebagai ranking kedua. Saya pikir KPK akan membuka sekolah anti korupsi. Dimana berbagai koran telah menulis kepala KPK tebang pilih terhadap kasus korupsi dan mulai berbau politik. Sehingga perlu pula KPK membuat sekolah korupsi dan politik. Yang menarik pula yang ditinjau oleh KPK bukannya sekolah anti korupsi tapi beberapa sekolah dimana korupsi nya tak tercium yakni SMAN I Pekanbaru. Syahrudin didampingi Asisten II kota Pekanbaru, Drs. Kastalani Rahman melakukan tinjaun kebeberapa ruas sekolah untuk melihat proses belajar dan penerapan sikap anti korupsi di sekolah. Syahrudin memberikan pesan kepada salah satu guru agama di SMAN I agar menanamkan jiwa anti korupsi pada diri anak yang tidak terlepas dari doktrin pendidikan agama. “Sebagai guru agama memiliki tugas berat untuk membentuk pribadi anak. Kendati tugas ini mulia yang merupakan berperan penting seorang guru agama”. Cobalah bayangkan yang diminta kepada guru agamanya dimana departemennya ngetop nomor satu korupsi, yang ditinjau pula sekolah. Apa yang ditinjau di SMA I ini? Rupanya kantinnya. Dulupun waktu saya sekolah di SMA ini tahun 1956 daerah ini masih disebut daerah Suma Hilang berlaku juga kantin Pak Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
175
Parto, hanya yang dimakan godok ubi tiga, dibayar dua. Rupanya sekarang sudah meningkat kejujurannya, minum dua teh botol bayar dua teh botol. Boleh jugalah dapat pujian. Hanya saja barubaru ini terbaca pula diberbagai berita SMA Plus berbau korupsi 3,5 miliar. Sebagai guru tua saya pernah pula menjadi guru dari sang kepala SMA ini. Saya lihat sekolah ini maju, tak tampak tanda-tanda korupsi do, yang lulusnyapun beken-beken. Tibatiba saja sekolahnya berbau korupsi 3,5 miliar dan ditanya orang pula kepada pendirinya. Walaupun cerita ini tak berujung tapi bau korupsi beginipun sangat mudah tercium entah kemana-mana. Korupsi ini pun susahlah nak didefisikan apa sebetulnya barangnya bahkan sampai-sampai Bank Indonesia juga terlibat berupa paket untuk anggota DPR RI yang kebetulan Ketua BPK sekarang menjadi Deputi Gubernur BI. Yang lucunya yang melaporkan anggota DPR RI menerima kiriman puluhan miliar ini justru dari BPK yang kini dijabat oleh Anwar Nasution. Jadi dengan perkataan lain kapak mengapak kepala sendiri. Angka korupsi bagaimanapun juga mekanismenya di pemerintahan tidaklah lepas dari bau-bau politik. Saya yang bolak-balik ke DPR RI berbincang mengenai calon independen dan memberikan pula makalah Tidak Loloskan Calon Independen Ancaman Terhadap Kesatuan Bangsa Indonesia yang dilaksanakan oleh Sierra Communications bersama Siti Nurbaya mantan Sekjen Depdagri. Ada anggota DPR yang bilang pemilihan calon independen itu tak ada di dunia. Padahal di Malaysia ada. Tak dapat juga DPR merumuskan calon independen begitu pula draftnya dari pemerintah, maka tentu saja saya yang ingin jadi calon gubernur Riau terkatung-katung. Ada yang bilang dibawah 1 juta penduduk cukup 3 persen, ada pula yang menyatakan 2-4 juta penduduk 15 persen. Inilah yang diparipurnakan oleh DPR RI berjam-jam sampai makan siang. Akhirnya sayapun berpikir-pikir kalau tak tahu ujung pangkalnya bagaimana pula nak menjadi calon gubernur padahal sudah prinsip saya �Daripada tak tak kerja lain lebih baiklah jadi Gubernur�. Jadi
176
Tabrani Rab
Presiden Riau Merdeka tak jadi, jadi Presiden RI melalui Konvensi Partai Golkar tak juga jadi. Apa salahnya nak jadi Gubernur. Maka iyang iyang lah mengiyang...isik-isik lah berisik...berita dah bendang ke langit, kabar lah merebak kebumi.. Terdengar pula berita bahwa saya ini kena sogok untuk mundur, padahal maju saja belum tentu. Lantaknyalah. Bagaimana pula KPK dapat memantau kalau saya ini sudah terima duit entah berapa milyar dari petinggi Riau sehingga saya mundur dari calon. Sayapun mengikuti pula diskusi RRI mengenai perfilman di Riau. Yang bicara tentulah tokoh budaya Yusmar Yusuf. Ketika audien bertanya bahwa dana FFI itu menghabis-habiskan duit saja tiba-tiba acara berhenti dan berganti dengan musik. Sayapun menelepon ”Kenapa acara berhenti?”. ”Yang diwawancara sudah balik Pak”. Ada pula koran yang menulis ”Ranum terhadap korupsi”. Korupsi ini memang susahlah untuk diberantas. Apalagi corruption watch selalu meletakkan Indonesia kalau tak nomor satu, nomor 3. Turunpun sebentar, naik lagi rankingnya. Memang yang paling ideal dibuatlah sekolah anti korupsi. Nah, bagaimana kurikulumnya? Tentulah yang pertama-tama Bagaimana ciri-ciri Nabi, mulai dari Adam yang sempat mengkorupsi buah quldi sampai junjungan kita Rasulullah dan tentulah tak termasuk Ahmad Mosadeq yang ngaku Nabi bagaimana kejujuran mereka dan motifasi hidup mereka sederhana sehari-hari. Pelajaran kedua bagaimana mau hidup sederhana dengan gaji yang tak cukup. Ketiga, kalau pegawai negeri tanpa posisi cukup untuk 10 hari makan, 20 hari pandai-pandailah kalau perlu puasa senin-kamis atau senin-senin. Keempat, kalau dia DPRD diajar bagaimana dia harus turun ke lapangan ke Meranti Bunting dan Tanjung Kongkong, tak usah studi banding ke Hongkong lagi ke Tanjung Kongkong sajalah. Pelajaran kelima yang sulit bagaimana untuk membeli mobil pemadam kebakaran sampai mantan Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno kecolongan sebab diteken
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
177
entah oleh Sekjen, entah Irjen, entah Jenjen pokoknya dia ke KPK. Pelajaran keenam tentulah diajar anak-anak Kapak Merah. Artinya kalau sudah masuk ke KPK tak perduli dia mantan putri sulut atau bupati masuk dulu 20 hari ke Polda Jaya. Lalu tentu saja komentar Voni tak percaya lagi pada manusia, sebab tak percaya lagi pada manusia, yang percaya pada kucing itupun kalau mengeong dan pada cicak kalau tidak mengecak. Maka habislah pelajaran anti korupsi pada sekolah korupsi dan tamatannya akan mendapat sertifikat, nama sertifikatnya Al Malaikatul Korupsiah. Artinya orang-orang yang berbadan manusia tapi berjiwa malaikat dan suci tidak lagi korupsi. Lulusan ini sayangnya dilantik oleh Bapak Badau sementara Bapak Badau ini kebetulan pula raja korupsi. Dipikir sih taubat, rupanya bila sempat babat. Dan sekolah inipun membentuk Ikatan Alumni yang bernama Al Jamiatul Korupsiah, rupanya keahliannya mencari celah.
178
Tabrani Rab
Nasib Minyak Riau
L
ebih dari 30 tahun minyak Riau ini sebagai penopang pertama dari APBN. Produksinya berkisar 1–1,2 juta barel per hari. Pada perang Yomkipur atau perang Ramadhan tahun 1974 dimana harga minyak meninggi maka produksi minyak Riau hampir memberikan konstribusi 65 persen dari APBN. Ketika UndangUndang No. 22 Tahun 1999 disahkan dimana daerah mendapat 12,5 persen dari hasil minyak lifting (minyak yang diekspor) maka propinsi Riau mendapatkan total pendapatan hampir 2 triliun. Dari 2 triliun ini dikonstribusikan untuk Kepulauan Riau 700 miliar rupiah termasuk Natuna yang walaupun memproduksi minyak sama dengan Aceh yakni berkisar antara 50–70 ribu barel per hari. Ternyata pemerintah sudah menandatangani harga tetap (fix price) dan diperhitungkan dengan instalasi yang ditanamkan Conoco sehingga minyak ini tak pernah menetes ke Natuna. Ketika Wapres mendapat pertanyaan kenapa minyak Natuna itu tidak menetes ke kas negara maka tampaknya Wakil Presidenpun terkejut. Pada 2002 tercatat dari minyak Riau; Bengkalis 105,038.02, Indragiri Hulu 1,090.44, Kampar 24,023.41, Rokan Hulu 859.76, Rokan Hilir 40,817.96, Siak 47,642.21, Pelalawan 637.69, Natuna 13,88.76. Pada tahun 2002 ketika otonomi baru ditancapkan lebih dari 2 triliun pembagian untuk Riau dan Kepulauan Riau dapat 700 miliar. Bagaimana dengan gas? Natuna adalah kabupaten paling Utara dari Indonesia yang berbatasan dengan Vietnam, Brunai Darussalam, yang lebih menakutkan batas propinsi Utara Natuna Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
179
yang disebut dengan pulau-pulau Paracel senantiasa menjadi rebutan antara berbagai negara. Tak jarang terjadi baku tembak antara Vietnam dan Cina untuk merebutkan pulau-pulau karang yang konon dibawahnya mengandung cadangan gas dan minyak yang besar. Bagaimana nasib gas Natuna ini? Mulanya gas Natuna dinyatakan diluar laut Natuna. Ketika saya duduk di Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) saya mencoba menghitung pembagian Natuna dengan Daeng yang kini Bupati Natuna dan dulu Ketua DPRD Natuna dan dibawakan pada rapat DPOD. Berdasarkan rapat DPOD tanggal 4 Juni 2003 ditetapkan bahwa Natuna mendapatkan 112.356,68 (ribu MMBTU) dan minyak sebesar 14.386,47 (ribu BBL). Dari perhitungan tersebut maka Natuna akan mendapat: Dana Bagi Hasil SDA yakni dari Propinsi Riau Rp 111.912.000.000, dana bagi hasil penjualan gas ke Singapura Rp 303.720.000.000, dana bagi hasil penjualan gas ke Malaysia Rp 208.723.846.077, dana Lifting minyak dari Natuna Rp 216.810.000.000 sama dengan Rp 841.165.846.077 (belum termasuk pajak) Gas dan minyak itu betullah yang dimiliki oleh Natuna bagian integral dari negara Kesatuan Republik Indonesia. Minyak sudah puluhan tahun diproduksi mencapai 100.000 barel per hari dan gasnya sudah terjual (dialirkan) ke Singapura dan Malaysia melalui pipa bawah laut sepanjang 656 km dari Natuna dengan kontrak selama 22 tahun dengan nilai 7 miliar dolar Amerika (dengan Singapura) dan 2,8 milyar dolar Amerika selama 20 tahun (dengan Malaysia). Kabarnya pemerintah pusat sudah mulai menerima pembayaran bagian dari kontrak tersebut melalui forward trading New York mencapai 1 milyar dolar Amerika, namun anehnya perhatian pemerintah terhadap Natuna belumlah memadai, terutama dari segi keadilan pembagian dana hasil migas sesuai dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
180
Tabrani Rab
Menurut SK Menteri Keuangan No. 237/KMK.06/2003 tanggal 3 Juni 2003 uang minyak seluruh Riau Rp 3.215.702.000.000, 6% dari itu hanya Rp 192.942.120.000. Nah, kenapa mereka terima sampai Rp 85.000.000.000? Daerah-daerah penghasil malah selisih cuma Rp 10 milyar, ini betul-betul penjarahan pusat terhadap Natuna. Sementara Natuna tetap menjadi corong ancaman tertular dari Utara (Cina, Vietnam dan sebagainya). Bahkan tidak tertutup kemungkinan akan tumbuh benih-benih kebencian/ketidakpercayaan daerah kepada pusat yang kini ibarat gunung es saja bentuknya. Kezaliman pusat terhadap Natuna semakin jelas ketika ekspor gas Natuna ke Singapura, pemerintah pusat menerima Rp 2.531 triliun, seharusnya hak Natuna (Sesuai UU 25/99) adalah 12% dari uang tersebut. 12% kabupaten/kota penghasil adalah kabupaten Natuna = Rp 2.531 triliun x 12%= Rp 303.720.000.000 (yang ke Singapura). Kenyataannya sesuai dengan SK Menteri Keuangan No. 237/KMK.06/2003 tanggal 3 Juni 2003= 0 atau nihil bin kosong. Sementara ekspor gas Natuna ke Malaysia sebesar 250 MMSFD atau sama dengan 280.769,230 dolar Amerika. Apa yang didapatkan Natuna yang waktu itu termasuk kedalam Propinsi Riau? Menetapkan Gerakan Nusantara Utuh (Gersantuh) yang menyatakan bahwa masyarakat Natuna hanyalah kebagian kambing. “Jenis ternak yang diserahkan kepada masyarakat adalah kambing PE dan ayam buras. Jumlah ternak kambing didistribusikan kepada masyarakat Kecamatan Bunguran Timur sebanyak 1.831 ekor yang terdiri atas 1.667 ekor betina dan 164 ekor jantan untuk 830 kk. Sampai tahun 1994 terdapat 978 ekor ternak pokok mati dan jumlah anak yang lahir cukup menggembirakan. Walaupun tidak begitu banyak masyarakat yang serius beternak kambing, namun hasil ternak tersebut telah mampu menggerakkan dinamika ekonomi masyarakat walaupun masih sangat kecil. Karena tahun 1994 saja ternak kambing telah bertambah 1.343 ekor�. Nah, bagaimana nasib minyak Riau kini? Ternyata dengan kenaikan BBM dan penurunan produksi ditambah dengan impor Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
181
yang makin meninggi telah dapat diperhitungkan peningkatan impor BBM baik untuk subsidi minyak Rp 87,65 triliun dan listrik Rp 43,47 triliun. Apa akibatnya untuk Riau? Pertama, yang seharusnya dana bagi hasil diterima Riau paling tinggi karena kenaikan BBM dan bagi hasil ini akan diterima dalam bentuk surat utang negara atau obligasi entah bila dapat dicairkan. Kedua, CPP Blok yang menjadi BSP karena dipimpin oleh orang-orang yang tak becus, uangnyapun tak tentu arah ujung pangkalnya. Blok ini akan diambil alih oleh Cina. Yang anehnya Gubernur yang meneken kontrak selama 20 tahun bupati pula yang menyetujui. Pertamina yang terkenal korup dalam BOB terkejut, paling tidak inilah yang dikatakan Ian Mahyar. Terjadi pula hal seperti cerita Pak Ande dimana Pertamina akan mengelola minyak di Caracas. Ketiga, Blok Langgak yang tadinya menjadi incaran Riau di Kampar akan diambil alih oleh pemerintah pusat. Selamat menderitalah hidup di Riau.
182
Tabrani Rab
201 Pak Kapolda
K
apolda Riau sebagaimana dikutip oleh Tribune Pekanbaru (5/12) “Polda telah menetapkan 200 tersangka dalam kasus illegal logging (illog).� Namun Sutjiptadi tidak menyebutkan siapa saja 200 tersangka itu. Saya kira ada satu kasus yang sudah bergulir, beberapa kali di Komisi II dan Komisi IV DPR RI yang dengan intens membincangkan kasus yang menyebabkan kerusakan hutan Riau yakni kasus PT Tri Bakti Sarimas yang menyebabkan kerusakan hutan Kuantan Singingi sekitar 25.800 ha. Secara resmi Ketua Komisi II DPR RI Bapak E.E Mangindaan menerima belasan delegasi dari masyarakat Pucuk Rantau Kuantan Singingi yang mengadukan sepak terjang tokoh masyarakatnya RR. Pertemuan ini begitu seru sehingga Mangindaan yang didampingi oleh Sayuti dari PAN dan Nasyir Jamil dari PKS menyatakan akan meninjau ke lapangan. Dilihat dari; peta yang ditulis oleh Tribune Pekanbaru (5/12) mengutip dari Polda Riau, Jikalahari dan Litbang Tribun 2007 secara rinci mengatakan kerusakan hutan antara lain di Rokan Hilir PT Suntara Gaja Pati (34.800 ha), PT Ruas Jaya Utama (15.600 ha), di Dumai dan Bengkalis PT Arara Abadi, PT Rimba Mandau Lestari, di Rokan Hulu CV. Wana Rokan Bonai Perkasa, PT Merbau Pelalawan Lestari, PT Madukoro (15.000 ha), PT Bina Duta Laksana (30.405 ha), di Inhil PT Inhil Hutan Pratama, PT Mitra Kembang Selaras (14.450 ha), PT Citra Sumber Sejahtera (16.500 ha), PT Anugrah Bumi Sentosa, PT Betabuh Sei Indah (13.450 ha). Tampaknya dari peta Jikalahari tersebut tidak mencantumkan PT Tri Bakti Sarimas yang meraup tanah rakyat . Jadi peta tersebut
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
183
adalah yang sedang berlangsung kini pada tahun 2007. Bagaimana ceritanya? Mulanya biasa saja diiming–iming dengan janji. Masyarakat akan terpaksa kaya, dan bila saat ini masyarakat jarang/kurang untuk menunaikan ibadah haji karena tidak ada biaya, maka dengan hasil kelapa sawit, kita akan berbondong-bondong menunaikan ibadah haji. Dengan demikian maka masyarakat Pucuk Rantau di 11 desa juga berbondongbondong untuk mendaftarkan diri sebagai angoota koperasi yang mengacu kepada Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Koperasi, Undang-Undang Koperasi dan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Riau tentang Pola KPPA. Maka masyarakat menyerahkan tanahnya kepada RR dan dibentuklah koperasi yang bernama Koperasi Unit Desa Prima Sehati pada tanggal 27 september 1995. Sebenarnya pada tahun 1995 saya telah mendapat telpon dari seorang wartawan Padang Express “Saya baru tau RR itu bukannya pemuka masyarakat, tapi diolok-olok oleh masyarakat karena ketika sholat jum’at dicuri sendalnya.” Pembicaraan ini saya pikir biasa saja, baru ketika beberapa anggota masyarakat Pucuk Rantau dari 11 desa yakni dari desa Koto Cengar, desa Seberang Cengar, desa Lubuk Ramo, desa Pantai, desa Air Buluh, desa Pangkalan, desa Muara Petai, desa Setiang, desa Ibul, desa Sungai Besar dan desa Perhentian Sungkai datang kepada saya. Yang lebih hebat lagi tokoh-tokoh yang mereka katakan Pendirian KUD Prima Sehati dipelopori oleh pemuka masyarakat ex. Kewedanaan Kuantan Tengah antara lain Bapak RR, H.M Y, SU (almarhum), IJ (almarhum), LH (almarhum), ST, N dan lain-lain RR . Dari pertemuan tersebut adapun maksud dan tujuan berdirinya KUD Prima Sehati adalah untuk meningkatkan kehidupan atau untuk mensejahterakan masyarakat 11 desa Kenegrian Pucuk Rantau. Sebagai penghargaan atas andil didalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, atau membantu pejuangpejuang, karena Kenegrian Pucuk Rantau yang terdiri dari 11 desa tidak pernah diduduki oleh penjajah. Berapa hektar tanah yang diberikan rakyat kepada PT Tri Bakti Sarimas yang saya
184
Tabrani Rab
kenal orangnya Atai di pasar bawah, tanah rakyat seluas 25.800 ha dengan rincian : untuk pembangunan kebun Plasma 12.500 ha (10.000 ha untuk kebun anggota dan 2.500 untuk sarana kebun), untuk pembangungan kebun inti 10.000 ha, untuk kebun kakau 3.000 ha, untuk peternakan 300 ha. Atas dasar penyerahan tanah rakyat tersebut maka diagunkanlah oleh Atai ke salah satu bank di Pekanbaru dana investasi sebesar Rp 133 miliar dan dicairkan pada tanggal 26 Mei 1997 sebanyak Rp 71 miliar. Tentu saja PT Tri Bakti Sarimas sudah membabat hutan keuntungan ini dimasukkannya ke kantong, kalau dihitung-hitung secara kasar Rp 10.000,- per meter kubik. Keuntungan kayu dari pembabatan hutan: Lahan Pembangunan Plasma 12.500 x 1.000 x Rp 10.000= Rp 125.000.000.000,-, Lahan Pembangunan Inti 10.000 x 1.000 x Rp 10.000= Rp 100.000.000.000,-, Lahan Kebun Kakau 3.000 x 1.000 x Rp 10.000= Rp 30.000.000.000,-, Lahan Peternakan 300 x 1.000 x Rp 10.000= Rp 3.000.000.000,-. Jadi keuntungan kayu ini mengalir ke kantong Toke Rp 258.000.000.000. Sebenarnya dengan membabat kayu saja dia sudah cukup membiayai kebun kelapa sawit akan tetapi dasar serakah dipinjam lagi uang ke bank. Padahal PT Tribakti Sarimas hanya sebagai Avalis dan pelasana pembangunan kebun, kenapa bisa menguasai tanah ulayat Pucuk Rantau seluas 25.800 ha? Salahnya pemuka masyarakat yang dipercayai oleh penduduk Kenegrian Pucuk Rantau tak menyebabkan dana ini menetes se sen pun ke penduduk 11 desa bahkan seperti dikatakan di atas Atai meminjam lagi duit dari Bank Bumi Daya sebesar Rp 133 miliar jadi dengan melenggang saya Atai membawa uang Rp 133 miliar ditambah dengan hasil penebangan kayu Rp 258 miliar dan tak se sen pun ke Pucuk Rantau. Walaupun ada ketetapan Gubernur pada tahun 2001 yang berhak menjadi anggota koperasi adalah masyarakat tempatan tetapi keluarga RR memasukkan anaknya, menantunya, cucunya bahkan mungkin cicitnya ke dalam anggota koperasi. Bahkan Anhar Anggota Komisi II DPR RI pada hearing menunjukkan tangan “Pak Tabrani saya ditawari 20 kapling Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
185
dengan harga satu kapling Rp 55 juta oleh rekan saya sesama DPR, untung saya tidak membelinya� kata Pak Anhar Oleh karena dalam pra pelaksanaan pembangunan rakyat 11 desa ini tak mendapat se sen pun maka bergulirlah masalahnya ke DPR komis II dengan mengajukan tuntutan: 1. Mencabut Hak Guna Usaha PT Tri Bakti Sarimas di atas tanah ulayat di Kenegrian Pucuk Rantau dan tanah ulayat yang dikelola PT Tribakti Sarimas dikembalikan kepada masyarakat sesegera mungkin. 2. bila point 1 di atas tidak terlaksana, jelas-jelas akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan semua pihak. Hampir semua pola perampasan tanah rakyat memakai cara di atas dengan mengemukakan pemuka masyarakat rakyat berharap banyak tetapi kalau sudah dapat pinjaman bank ditambah dengan penjualan kayu maka rakyatpun tertinggal. Ambilah misalnya yang terjadi di perkebunan Bunguran Barat, Natuna 40 ribu ha sebagaimana dikutip dari Natuna Pos (1/11) “ Perkebunan kelapa sawit berskala besar di Provinsi Kepri, ujung-ujungnya dikungkung masalah . Investor dan pemerintah daerah kerap berurusan dengan hukum hukum setelah tahap pembersihan lahan (land clearing). Pengusaha tersangkut pengelolaan kayu tebangan. Kayu tinggal tunggul, rencana sawitpun suram. Kasus sawit di Kepri yang paling menghangat terjadi di Kabupaten Lingga dan sudah menjalani sekian kali persidangan. Persoalan sawit di Natuna terdengar di pengadilan. Kalaupun cerita mengenai Natuna ini diteruskan untuk penanaman kelapa sawit izinnya pun oke, maka duit bankpun berhamburan (bayangkan untuk kasus BLBI saja Rp 650 triliun). Lalu rakyatpun memberikan kepercayaan kepada pemuka masyarakatnya dibentuklah koperasi. Koperasi ini pinjam duit di bank lalu si toke pun menanam sawit tapi nama-nama anggota koperasi ini bertukar dengan nama cicit cucu keluarga pemuka masyarakat. Inilah yang dibincangkan di Bali mengenai perubahan Iklim dan naiknya suhu udara yang menyebabkan tenggelammnya pulau-pulau. Untunglah Riau senantiasa menjadi sorotan Green
186
Tabrani Rab
Peace sehingga bangga juga jadi orang Riau. Jadi 201 Pak Kapolda, yang episode satu ini lupa dicatat oleh Jikalahari. Sehingga seharusnya ada Jilid I dan Jilid II. Jilid I temanya tebelengkangnya hutan Riau dan Jilid II hancurnya gambut di Riau berubah jadi asap. Sehingga bangga juga jadi orang Riau yang kebagian asap dan banjir sementara duitnya sudah menguap. Masih ada jilid III yakni kaburnya Adlin dan mafia pengadilan.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
187
Anggaran Beasiswa Nol
S
ebagaimana dikutip dari Riau Pos (14/12) “Beasiswa batal, marwah Pemko bisa buruk. Polemik beasiswa (1) Pertama kali dianggarkan dalam APBD –P 2007 sebesar Rp 700 juta. Diperuntukkan bagi mahasiswa umum yang menjalani pendidikan S1,S2, S3 (2). Anggota DPRD Pekanbaru mendapatkan buku APBD-P 2007 yang telah diverifikasi oleh Gubernur Riau. (3). Dalam buku APBD-P 2007 diketahui anggaran beasiswa sebesar Rp 700 juta dituliskan untuk beasiswa tenaga pendidik dan PNS pada pos Disdikpora. (4). Dalam buku APBD-P 2007 pada pos Disdikpora buku I halaman 135, dinomor rekening 1.01.01.1958.521, honorarium pegawai honorer non PNS. Disana disebutkan anggaran beasiswa tenaga pendidik dan PNS di Kota Pekanbaru dengan besar anggaran sebesar Rp 700 juta. Juga tertulis anggaran untuk S1 0 orang, S2 0 orang dan S3 0 orang. (5). Karena bermasalah, anggaran tidak dicairkan dan dikembalikan ke kas daerah. Beasiswa akan kembali dianggarkan dalam APBD-P 2008”. Kenapa beasiswa batal? Jakiman, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia menyayangkan sikap pemerintahan kota Pekanbaru yang membatalkan beasiswa S1 didalam APBD-P sebesar Rp 700 juta. Pembatalan itu akan dapat memperburuk marwah Pemko, karena dinilai asal-asalan. Seharusnya dari awal tidak dimasukkan. Ia berharap dalam menentukan anggaran pemerintah harus hatihati dan teliti. Jangan sampai seperti ini, anggaran beasiswa sudah ditentukan, kemudian malah dibatalkan. Tampak sekali jika penyusunan anggaran tidak serius, sehingga terjadi kesalahan yang seharusnya tidak terjadi”.
188
Tabrani Rab
Belum lagi sampai disini Herman Nazar, Asisten I Setko Pekanbaru menyatakan �Waktu yang disediakan sangat singkat. Untuk pengajuan hanya diberi waktu 30 hari, sehingga tanpa disadari bantuan beasiswa senilai 700 juta itu penanganan dan pencairannya diletakkan pada pos Disdikpora, padahal Disdikpora tidak mencairkan dana bantuan yang bisa hanya Sekretariat Pemko. Jika dana itu dipaksakan tetap dicairkan, tentu Badan Pemeriksa Keuangan yang akan turun tangan mengaudit kasus tersebut�. Hal ini membuat Ir Hendra Masdarta selaku anggota Komisi D DPRD Riau merasa prihatin. Pemprov Riau dan Dinas Pendidikan Riau hanya mengalokasikan di Satuan Kerja Bidang Pendidikan hanya Rp 422,22 miliar dari APBD sebesar Rp 4,358 triliun. Ini tentunya bertentangan dengan Undang-Undang. Karena kita berharap agar Pemprov Riau bisa mengalokasikan anggaran pendidikan di Dinas Pendidikan mencapai angka 20 persen. Untuk itulah kita minta agar anggaran pendidikan pendidikan di Dinas Pendidian Riau, mencapai angka 20 persen dan itu murni atau tidak tersebar ke satuan kerja lainnya. Apa pula kata tokoh pendidikan Prof. Dr. Muhammad Diah? �Pemahaman alokasi anggaran 20 persen di Dinas Pendidikan haruslah jelas, apakah di Dinas Pendidikan saja, atau sudah termasuk di dinas lainya (akumulasi dari beberapa dinas). Jika kenyataannya anggaran pendidikan di Riau tidak terpusat di Dinas Pendidikan Provinsi, maka tidak akan efektif dan maksimal hasil yang akan diperoleh. Semestinya anggaran pendidikan sebesar dua puluh persen tersebut berada atau hanya terkonsentrasi di Dinas Pendidikan saja, tidak terbagi-bagi pada dinas-dinas lain. Untuk itu pemerintah dan seluruh stakeholder serta satuan kerja harus memiliki pandangan yang sama. Bahwa anggaran pendidikan 20 persen dari total Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sepenuhnya di Dinas Pendidikan. Jika tidak selain tidak efektif, program-program akan berjalan dengan lambat sehingga pendidikan hanya akan berjalan ditempat�. Bagaimana komentar kota? Sampai hari ini pelamar Guru Bantu Daerah (GBD) masih banyak. Selain peminatnya banyak. Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
189
Selain peminatnya banyak, juga banyak berkas yang ditolak karena tidak sesuai kualifikasi yang dibutuhkan. Sedangkan pelamar GBD terbanyak berasal dari pendidikan DII Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Hari ini (Jumat) penerimaan tarakhir dan Senin depan (17/12) penerimaan GBD dibuka kembali sekaligus hari terakhir, ungkap Wakil Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Drs. Hermanius. Bagaimana dengan ratusan berkas yang ditolak? Hingga Jumat (14/12) siang, kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Pekanbaru masih dipadati masyarakat yang hendak mendaftarkan diri menjadi guru bantu daerah propinsi. Padahal panitia telah menolak ratusan berkas karena banyak yang tak memenuhi persyaratan. Tercatat hingga pukul 14.00 Wib untuk pelamar guru bantu tingkat sekolah dasar sebanyak 207 orang. Sedangkan untuk guru SMP sebanyak 46 orang. Sementara itu Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Pendidikan Propinsi Riau, Drs. Makrum mengatakan jadwal ujian penerimaan GBD direncanakan pada tanggal 28 Desember nanti. Ujian akan dilaksanakan di Dinas Pendidikan kabupaten/kota masing-masing. Namun soal-soal ujian akan disiapkan dan dibuat dinas pendidikan propinsi. Kita jadwalkan ujian tanggal 28 Desember dan pengumumannya pada bulan Januari. Dari perencanaan yang kita buat diharapkan pada bulan Februari pada guru bantu yang telah diterima sudah bisa ditempatkan. Mudah-mudahan semua berjalan dengan apa yang kita programkan. Jadi berapa sebetulnya yang disiapkan pemerintah daerah dan Pemko untuk biaya pendidikan melalui APBD kota? Beasiswa dalam dua versi. Hasil kesepakatan DPRD – Pemko beasiswa untuk umum Rp 700 juta dengan rincian mahasiswa S1 Rp 5 juta, mahasiswa S2 Rp 10 juta, mahasiswa S3 Rp 20 juta. Dalam buku APBD – Perubahan 2007 beasiswa untuk tenaga pendidik dan PNS Rp 700 juta dengan rincian S1 sebanyak 0 orang, S2 sebanyak 0 orang dan S3 sebanyak 0 orang. Berapa untuk FFI? Rp 7,5 miliar.
190
Tabrani Rab
Menuai Hujan
S
aat akan berangkat hari Senin itu dari Simpang Tiga ke Medan tiba-tiba saja hujan bergantungan, tapi karena nasib ini memang sial juga sampai di atas pesawat pun basah. Di langit masih ada awan hitam. Akan tetapi karena noda ini entah kemana-mana perginya sampai diatas pesawat barulah dikatakan basah. Pesawat ya biasa saja, walaupun 737 200 tapi hujan tak juga mau menetes. Karena itu sayapun mengambil tetes-tetes hujan yang jatuh dan menaiki terus pesawat takarunyak ini. Sampai di lapangan terbang Medan untunglah menantu datang menjemput. Tentu saja tujuanpun berubahlah dari baju yang basah ke restoran minang ABC. Sesampai di Pekanbaru maka dibaca pula di Tribun Pekanbaru. Apa kata Tribun ini? �Perjalanan kasus Genset Bengkalis. Tahun 2002 dan 2003 Bengkalis menghadapi krisis listrik. Pemkab Bengkalis merencanakan membeli enam unit genset yang akan disebarkan ke Selat Panjang, Rupat, Sei Pakning, Bengkalis, Bantan dan Merbau. Dianggarkan dana sebesar Rp 92,8 miliar untuk pembelian genset tersebut dengan kualifikasi baru (running). Sembilan bulan digunakan genset di Selat Panjang pun rusak. Disusul genset yang ditempatkan di daerah lainnya termasuk Bengkalis. Kerusakan ini menimbulkan dugaan bahwa genset tersebut bukan dibeli dalam keadaan baru, melainkan bekas. Kasus ini langsung diambil alih Polda Riau. Dalam proses penyidikan ditemukan dugaan kerugian negara sebesar Rp 58 miliar. Tiga tersangka ditetapkan yakni mantan Kabag Ekonomi M
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
191
Yusuf sebagai Pimpro, Atan sebagai Kontraktor dan Eddy sebagai pelaksana lapangan. Selain itu sebanyak 35 saksi diperiksa. Hanya saja selama pemeriksaan pejabat teras di Bengkalis tak pernah dipanggil�. Krisis listrik di Bengkalis masih berlanjut. Hampir setiap malam Kota Bengkalis gelap gulita. Hanya beberapa bangunan saja yang nampak diterangi lampu, seperti kantor bupati dan hotel-hotel. Kondisi gelap gulita di malam hari di Bengkalis sudah berlangsung sekitar setahun. Pasokan listrik di wilayah ini hanya cukup untuk beberapa tempat penting. Akibatnya, sebagian besar warga terpaksa membeli genset atau memakai lampu petromaks. Krisis listrik di Bengkalis terjadi karena pemerintah kabupaten hanya membeli tiga mesin genset bekas senilai Rp 103 miliar. Parahnya lagi dua dari tiga mesin genset bekas itu kini sudah tidak lagi dapat digunakan. Krisis listrik yang berkepanjangan ini mengakibatkan aktivitas warga di malam hari terganggu. Kondisi ini sangat kontras bila dibandingkan dengan angka APBD Bengkalis yang mencapai Rp 3 triliun atau kedua terbesar di Indonesia. Kondisi ini tentu saja memicu kemarahan warga. Baru-baru ini, sekitar 300 warga mendatangi Kantor Pemkab Bengkalis. Dalam orasinya, massa yang menamakan diri Aliansi Masyarakat Peduli Bengkalis ini menuntut pihak Pemkab Bengkalis segera mengatasi krisis listrik yang berkepanjangan. Seperti diketahui, pengusutan pihak penyidik Kepolisian Daerah Riau, menemukan dugaan penyimpangan dalam pembelian enam unit mesin genset untuk pembangkit listrik bagi Pulau Bengkalis dan Kota Selatpanjang. Sedangkan temuan tingkat kerugian negara akibat dugaan tindak pidana ini senilai Rp 58 miliar dari total anggaran proyek sebesar Rp 92,8 miliar. Apa lagi kata pemuka-pemuka Bengkalis yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Anti Corruption Indonesia? Supaya menindak Bupati Bengkalis Syamsurizal dan menyatakan �Lawan dan tumpas koruptor kebal hukum� dan tak pula kepalangtanggung
192
Tabrani Rab
mereka memakai slayer putih bertuliskan ”Tumpas koruptor” dan membentangkan 4 spanduk panjang bertuliskan ”Pejabat-pejabat teras Bengkalis harus segera diadili”. Sebelum saya berangkat ke Medan sayapun bertemu Azlaini Agus. Apa kata Azlaini? Gravitasi itu bukan dihadapkan pada masyarakat tapi diarahkan pada pejabat. Artinya pengentalan pejabat dengan membawa duit. Lalu dalam kasus ini yang membuat PL (Penunjukan Langsung) proyek genset adalah wakil bupati saat itu. Sedangkan menurut peraturannya, wewenang itu ada pada bupati atau walikota, kenapa orang-orang ini tidak dimintai keterangan. Bagaimana pula reaksi Bupati? ”Serahkan saja semuanya pada proses hukum. Karena yang berhak menentukan bersalah atau tidak bersalah adalah keputusan pengadilan. Bupati Bengkalis mendukung proses hukum tersebut”. Berteriak pula Azmi dari anggota DPRD ”Sudah saatnya aparat hukum terutama KPK menoleh ke Bengkalis. Di daerah lain dengan korupsi hanya ratusan juta bisa masuk penjara. Tapi di Bengkalis korupsi ratusan miliar tidak tersentuh hukum”. Bagaimana pula cerita daging sapi? Di Pasir Pengaraian satu ekor sapi jenis brahman cross tergeletak tak bernyawa dalam sebuah kandang di komplek pemeliharaan sapi K2I di Desa Sungai Salak, Kecamatan Rambah Samo. Kondisi sapi berkulit putih ini terlihat kurus. Tulang-tulang rusuknya terlihat jelas. Bau bangkai tercium jelas saat memasuki area peternakan ini. Bau tak sedap ini berasal dari ratusan ekor sapi yang telah mati. Informasi dari seorang pekerja ditempat itu sapi, yang mati itu tidak dikubur tapi dibiarkan membusuk dibelakang kandang. Sementara disekelilingnya terluhat puluhan ekor sapi dengan jenis sama, badannya kurus kering, hampir semua tulang rusuk sapi terlihat jelas. Mereka terlihat berebut makanan yang hanya sedikit tersedia pada sebuah kandang yang berisi lebih kurang 50 ekor sapi. Menurut penuturan Yarnis, penjaga peternakan ini, sapi-sapi yang mati sudah mencapai 104 dari 500 ekor sapi yang ada ditempat Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
193
ini. Ternak itu mati bukan karena penyakit tapi akibat kelaparan karena tidak mendapat pakan yang layak. “Bagaimana tidak mati, rumput susah dicari”, katanya. Kepala Desa Sungai Salak Bahari, sapi program K2I yang berasal dari Pemprov Riau dan Pemkab Rohul ini sudah 74 ekor yang mati. Hal ini dibuktikan dengan surat keterangan yang dibuat petugas yang ditandatanganinya. Kemarin mereka melapor sapi mati sebanyak 71 ekor. Baru-baru ini menyusul 3 ekor lagi. Rata-rata berat sapi ini diatas 200 kilogram per ekor. Tentunya porsi makanannya harus seimbang dengan berat badannya. Begitu juga dengan peternak yang terbatas, tidak sanggup merawat sapi dalam jumlah ratusan ekor ini. Ya begitulah. Dalam kalimat Melayu ’Kalau ada hujan cepatcepat, singgahlah di rumah janda’. Nah, bagaimana kalau daging dan listrik yang kerontang. Jawabnya satu saja ’Jalan cepat-cepat jangan singgah di rumah janda’ sebab akibatnya tak ada dooo.... Yang satu dagingnya tak dapat, yang kedua listriknya hilang dan yang ketiga ya jandanyalah yang kebagian, he....he ...
194
Tabrani Rab
Perginya Bhutto
K
etika ipar saya membawa buku Bhutto “The way out: Interviews, impressions, statements, and messages. Mahmood Publications�, saya membalik-balik buku ini dan sekali lagi saya menjadi heran karena dalam buku ini juga bercampur kemelut ya emosi, ya impresi, ya pernyataan dan pesan-pesannya selaku wanita dari negeri Islam. 10 tahun kemudian saya ke Pakistan dan buku ini terbit lagi dalam gambar-gambar yang jelas mengenai perpisahannya dengan ayahnya Zulfikar Ali Bhutto. Saya menjadi terheran-heran ketika perempuan yang dilahirkan 21 Juni 1953 ini memimpin negara Islam di Pakistan yakni 2 Desember 1988-6 Agustus 1990 dan 18 Juli 1993-5 November 1996. Peluru menembus leher Bhutto dan pukul 18:16 dia tewas, di Indonesia tercatat 20:16. Saya terus menyetel tv Al-Jazeera, kira-kira setengah jam sebelum kematiannya. Al Jazeera hanya mengambil kata-kata Wasif Ali Khan, Anggota Partai Rakyat Pakistan “Mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto (54) yang baru Oktober lalu kembali dari pengasingan itu, tewas ditembak sebelum bom bunuh diri penyerang meledak. Peluru menembus leher Bhutto. Tepat pukul 18:16 (20:16) dia tewas. Tak satupun berita pemerintah masuk dalam siaran ini. Bahkan berkali-kali digambarkan gedung presiden Musharraf tanpa ada pernyataan sedikitpun dari pemerintah. Bahkan diberitakan hanya beberapa menit saja Musharraf memimpin rapat kabinet mengenai kematian Benazir Bhutto. Baru beberapa jam kemudian komentator BBC Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
195
bermunculan. Begitu pula gambar ketika Bhutto menyelesaikan masalah-masalah di Rawalpindi tempat kelahirannya dan kedua adiknya yang tewas ditempat pengasingan diberitakan kembali secara lebar baik yang terjadi di Pakistan maupun di Paris. Baru pemerintah Pakistan menyatakan tidak menemukan peluru atau logam tajam di tubuh Bhutto. Padahal keterangan polisi menyebutkan Bhutto tewas tertembak lebih dahulu sebelum bom meledak. Sementara ketua tim dokter mengatakan mantan perdana menteri Pakistan itu datang dalam kondisi sudah tidak bernapas, denyut nadi, dan tekanan darahnya tak bisa direkam. Pemerintah Pakistan memiliki versi berbeda tentang penyebab kematian Benazir Bhutto. Kementerian dalam negeri Pakistan, Jumat (20/12), mengungkapkan, Bhutto tewas akibat kepalanya membentur sun roof mobil saat mencoba berlindung sewaktu terjadi serangan bom bunuh diri. Benturan keras itu menyebabkan tokoh oposisi tersebut menderita patah tulang rawan di dekat telinga sebelah kiri yang mengarah pada kerusakan otak. Habislah Bhutto. Padahal dengan tegas dia menyatakan dalam kutipannya “Ketika pertama kali saya terpilih, mereka mengatakan, ‘Perempuan telah merebut tempat laki-laki! Dia harus dibunuh, dia telah menyebarkan ajaran sesat!”. “Saya percaya akan diri saya sendiri. Saya selalu merasa bahwa saya dapat menjadi Perdana Menteri, kalau saja saya mau”. Bagaimana sebenarnya gambaran Pakistan masa kini? Ketika saya ke India 10 tahun yang lalu, maka keadaan India tak jauh berbeda dengan Pakistan terutama daerah Kashmir. Di Kashmir dimana terdapat danau seperti Singkarak pada bagian Pakistan hanya 2 persen dari penduduk Pakistan yang agamanya adalah Hindu. Kuil untuk pemujaan patung berada jauh diatas bukit. Anehnya sepanjang perjalanan menuju ke danau ini kita hanya menemukan tentara-tentara sepanjang jalan sampai ke perbatasan ujung dari Kashmir. “Kami disini Pak, hanya untuk 3 bulan gaji”. Pesawat Sahara yang dinaiki dari New Delhi sampai ke ibukota Kashmir hanya dalam hitungan jam dan sisanya kitapun terlibat
196
Tabrani Rab
di danau Kashmir. Siang malam dan pagi sore penduduk disini hanya azan dan membawa kita ke berbagai objek wisata. Begitu sampai di Kashmir bukannya kita dapat beristirahat begitu saja. Tapi harus ke ibukota terlebih dahulu untuk mendapatkan tumpangan hotel. Untuk penumpang dari Jakarta cukup bagi kita untuk menyewa kamar dari Jakarta selama 3 atau 4 malam di Kashmir. Sebaliknya bila kita ke Pakistan dan kita ingin pula ke Kashmir maka kita diharuskan untuk ke Islamabad. Dan dari sini baru dapat dibeli kamar hotel untuk menumpang dikawasan Kashmir. Jalan ke Kashmir baik dari Pakistan maupun dari India sama jauhnya dan akhirnya kita sampai ke Kashmir juga. Sebaliknya seperti Pyong Yang yang merupakan batas antara Korea Utara dengan Korea Selatan yang harus dijaga terus menerus oleh tentara dan termasuk pula tentara Amerika yang telah membuat perjanjian sejak kejatuhan Korea 1952 menjadi Korea Utara dan Korea Selatan. Hanya beberapa waktu yang diperlukan untuk menembak Seoul dari Pyong Yang dan sebaliknya diperlukan waktu berhari-hari untuk menembak peluru kendali dari Korea Utara ke Seoul. Keadaan ini tentu saja tidak bertahan begitu lama karena beberapa saat kemudian ketegangan inipun mulai terjadi kembali. Untunglah untuk India dan Pakistan penciptaan bom atom pada kedua negara ini tidak sedahyat Iran bahkan kini Iran harus menaikkan angka anggarannya menjadi lebih dari 20 persen karena minyak yang tak dapat diekspor dan banyak pula hal lain yang mesti menjadi hambatan impor. Oleh karena itu keadaan Pakistan dan India ya serupa saja. Tiap orangpun bercerita kala bom Pakistan meledak di New Delhi atau sebaliknya maka mulailah kembali perang antara Pakistan dan India seperti perang pada tahun 1949, lebih dari 2 juta orang mati. Nah, dalam menuai kembali sejarah Benazir Bhutto Pakistan terkalahkan. Begitu di Ceilon ketika Bandaranaike menang seperti terjamah oleh kebaikan dan sisanya kini tinggallah Tamil Nadu yang berperang untuk memisahkan Jaffna. Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
197
Sebagaimana Pakistan sebuah negara multietnis, agama dan kekuatan militer, timur dan barat yang tak pernah sama, begitu jugalah �Sesuai keputusan dari partai saya akan berkampanye dalam beberapa hari mendatang. Mulai dari Karachi, Lahore atau Larkana (daerah kelahiran Bhutto) ke Islamabad. Kami memakai cara jemput bola balon pemilih ke propinsi lain�, begitu alasan Bhutto sebelum tewas. Keputusan tetap kampanye keliling seakan tak memperdulikan ancaman serangan terhadap Bhutto. Surat ancaman berbahasa Urdu itu menyatakan akan membunuh Bhutto dimanapun dan kapanpun ada kesempatan. Surat itu diteken pemimpin serangan ledakan bom bunuh diri dan teman Al Qaeda dan Osama bin Laden. Ancaman bukan isapan jempol, Bhuttopun tewas. Oktober lalu, saat Bhutto kembali dari pengasingan, bom meledak dan merenggut 139 orang. Sejak awal tahun, negeri ini didera persoalan keamanan. Tak kurang 40 kali serangan bom bunuh diri terjadi. Paling tidak inilah menurut TribunPekanbaru.
198
Tabrani Rab
Tempias 2008
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
199
200
Tabrani Rab
Haji Terbaik atau Terburuk
A
pa kata Menteri Agama Maftuh Basyuni? “Penyelenggaraan haji 2007 paling sukses dalam 16 tahun terakhir. Secara umum waktu kami diterima Menteri Haji Arab Saudi, beliau mengatakan kegembiraannya. Tahun ini tersukses dalam 16 tahun terakhir. Khusus untuk Indonesia sangat terasa sekali perbedaannya dibanding tahun lalu”. Ini tentulah cerita sang menteri ketika sampai di tanah air. Padahal kita masih ingat ketika jemaah ini tak makan dua hari dua malam di Arafah maka berbagai fraksi partaipun ingin menggoyang Maftuh untuk mundur dari Menteri Agama. Namun kemudian menteri membantah “Meski menyatakan sukses, Maftuh menyatakan masih banyak kekurangan dalam penyelenggaraan haji kali ini. Terutama mengenai masalah pemondokan di Makkah”. Apa lagi kata Pak Menteri? Disamping ucapan yang menggunung itu, ucapannya tiba-tiba menyuram kebawah “Pemondokan masih jauh jaraknya dari Masjidil Haram”. Apa katanya lagi? “Kalaupun ada harganya sangat mahal dan tidak terjangkau. Sehingga pemondokan jamaah haji kita di Makkah jauh dari lingkungan Ka’bah. Sebagai solusi pemerintah RI dan pengembang Arab Saudi telah sepakat membuka pemondokan berkapasitas 50 ribu jamaah haji. Mereka juga berjanji kalau sudah menyelesaikan masalah tanah dengan keluarga pemondokan akan dibangun ditingkatkan kapasitasnya menjadi 90 ribu jemaah”. Yang anehnya apalagi kata Maftuh? ”MoU tersebut diharapkan dapat menggugah lebih banyak pemilik tanah yang akan membuka pemondokan disana”.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
201
Bagaimana pula dengan paspor hijau? ”Sementara ratusan ribu paspor hijau milik jamaah haji masih ditahan pemerintah Arab Saudi. Sebanyak 1.912 diantaranya merupakan paspor milik jamaah haji asal Indonesia. Paspor itu belum diberikan karena mereka belum membayar kewajiban-kewajiban, baik di Arafah maupun di Mina”. Begini cerita jemaah haji Riau; Menurut Anirai tak hanya soal penginapan kekesalan jamaah sudah mulai terlihat sejak pelayanan makan dan minum di Muzdalifah. Pelayanan makan tempat itu kacau balau. Begitupun saat jamaah berangkat dari Muzdalifah menuju Mina untuk lontar jumrah. Panitia mengatakan telah menyediakan tujuh unit mobil untuk membawa jamaah Maktab 64 menuju Mina. Namun kenyataannya hanya ada dua mobil yang beroperasi. Jamaah bertolak pukul 9 malam usai wukuf di Arafah menuju Muzdalifah mengambil batu. Sekitar pukul 10 malam, jamaah mulai antri menunggu mobil. Antrian mobil ini tak tanggung-tanggung mulai dari pukul 10 malam hingga pukul 11 pagi, barulah bisa berangkat. Hampir 27 jam kami diperjalanan. Panitia betul-betul tidak siap”, ini kata orang Riau yang masih masuk Republik Indonesia ini. Apa lagi kata Anirai? ”Akibat tidak bisa masuk ke maktab ratusan jamaah haji kloter 17 ini terpaksa tidur di kaki lima dan di emper-emper toko. Mereka tidur berpencar-pencar. Namun diantara jemaah ada juga yang menyewa sendiri penginapan penduduk. Namun kenyataannya penginapan yang ada hanya bisa menampung lima rombongan, sisanya tak tertampung dan jamaah dibiarkan terlantar. Panitia haji dan ketua kloter tak bisa berbuat apa-apa. Sehingga jamaah mengambil langkah sendiri-sendiri. Sisanya itu berserakan, ada yang tidur di kaki lima, jadi gelandanganlah. Padahal disini ada Kakandepag Pekanbaru, namun tak bisa berbuat dan tak bisa memberikan masukan kepada panitia haji di Madinah”. Bagaiman pula menurut Larashati (Pemred RTv)? ”Seharusnya berdasarkan kesepakatan pihak penyelengara di Arab Saudi, begitu tiba di Madinah langsung masuk maktab. Tapi seharian
202
Tabrani Rab
suntuk tidak juga mendapatkan kamar. Malahan kamar yang kami tuju sudah dipenuhi dengan jamaah dari daerah lain,’’ terang Laras.‘’Jangankan mandi, tukar pakaian mau istirahat saja sulit. Menjelang Maghrib mereka belum juga mendapatkan kejalasan dari pihak penyelenggara haji Arab Saudi dan Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia di Madinah. ‘’Sampai sekarang, (kemarin malam, red) kami belum mendapatkan kepastian dari pihak penyelenggara haji Arab Saudi dan pihak Indonesia di Madinah,’’ ujar Laras lagi. Ditambahkan Laras, Ketua Kloter 17 M Ali Yunus sudah berusaha mencari kepastian dimana maktab para jamaah di Madinah. ‘’Tapi tak bisa berbuat banyak dan tak dapat juga kepastian itu,’’ cerita Laras. Padahal semua jamaah haji sudah kelelahan. Tapi jamaah tak bisa berbuat apa-apa, kata Larashati, sehingga jamaah harus tetap bersabar dan menghilangkan kelelahan dengan istirahat dilingkungan perhotelan. Sementara itu, pejabat pengganti sementara Kabid Haji Drs H Syahrial Ali MAg menjelaskan. Hingga kemarin, pihaknya belum menerima laporan baik dari pihak Sistem Informasi Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat). ‘’Dari Madinah pun kita belum ada kabar tentang itu,’’ terang Syahrial Ali. ‘’Kita tak bisa menerima keterangan begitu saja dari Arab Saudi, jika tidak orang berkompeten dan pihak Siskohat yang memberikan informasi. Nah, bagaimana 50 tahun yang lalu? Rombongan haji hanya 45.112. Tak ada banyak cengkonek do. Hamka tiba-tiba berdiri dilapangan Arafah. Memberikan kotbah seperlunya lalu berdoa dan diikuti oleh jamaah haji. Diantara kelompok yang berdiri ini tampak pula saya guru saya Dr. Sumarno dari rumah sakit militer Cimahi Bandung. Tak banyak yang dibincangkan beliau kecuali doa-doa yang dikabulkan Allah SWT. Beberapa tahun kemudian kedua beliau ini berpulang ke Rahmatullah. Kenangan saya dalam kepada Hamka karena seingat saya sewaktu G30 S beliau dilarikan ke Bandung dan langsung ke Nagreg, begitu pula Bung Tomo dan Dr. Ramali. Kesan saya begitu dalam ketika Hamka menyalami saya di mesjid Al –Azhar Kebayoran. Tak banyak yang kami Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
203
bincangkan kecuali masa depan yang lebih gemilang dengan kerja yang lebih keras. Pulang dari jamaah haji maka kamipun disambut oleh Imam Munandar. Sangat terasa keintiman beliau dan sedikitpun tidak terasa kekenyangan politik. Lain dengan masa sekarang ini sedikit saja berbincang mengenai politik maka orangpun beramai-ramai menuding �Oooo......Pak Tabrani lagi, ooo Riau Merdeka�. Tak ada yang begitu tu do, politik ya politik. Dan tak ada rasa kekerasan do. Kalau sekarang tidak, sekali kita berpolitik maka terasalah bertubi-tubi cobaan itu datang termasuk nak mendirikan Universitas pun, agar orang Riau ini tak bodoh-bodoh makin dikebiri. Yaaa..., begitulah maunya massa habislah dikau.
204
Tabrani Rab
Heli Pak Gubri
K
ira-kira 5 tahun yang lalu sayapun bergembira-ria di Hotel Media Seraton di Jakarta bersama Abdullah Puteh. Saya masih ingat dia punya hutang, karena tiket saya belum dibayar untuk pulang. Maka dengan tiupan kecil sayapun membisikkan kepada Abdullah Puteh ”Tak usah lah dibeli helikopter, penyakit”. Akhirnya Abdullah Puteh menghuni penjara sekian tahun, belum lagi heli AURI yang tecampak dan teduduk. Sedangkan dalam pertemuan ini hadir antara lain Munir (tokoh HAM yang sudah menjadi almarhum), Widodo Adi Sucipto membentangkan mengenai gejolak Aceh Merdeka. Tentu saja saya punya bahan banyak sebab saya ambil semuanya dari Tiro, sementara penghubung saya dengan Malik, selaku wakil Tiro di Swedia dilaksanakan oleh Kapitra Ampera dan sebeban bahan yang dibawa oleh mahasiswa Riau dari Aceh. Maka lengkaplah geopolitik Aceh dibaca dari sejarah, pertentangan antara Tengku dan Teuku yang menghabiskan ustad dan tengku-tengku di Aceh. Pertentangan dari generasi ke generasi di Aceh dengan Belanda dan tidak pernah mau mengakui perjanjian antara Aceh dan Belanda termasuk kemerdekaan Indonesia. Penolakan Soekarno terhadap Daud Beureuh untuk mengakui Negara Islam Indonesia di Aceh, begitu pula pengakuan republik terhadap kerjasama antara Aceh dengan Kartosuwiryo di Jawa Barat dan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan. Pulangnya sesudah mengadakan pertemuan dengan mahasiswa sayapun menulis buku “Menuju Riau Merdeka”. Tentu saja bergulir ke Kongres Rakyat Riau II, maka opsipun memilih 270 Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
205
suara opsi Merdeka dibandingkan dengan opsi otonomi 199 suara dan opsi federal 146 suara. Pokoknya Riau merdeka. Sekalipun saya menghadap Megawati sebagai Wakil Presiden yang menguraikan langkah-langkah ayahnya mempersatukan tanah air, ide saya ini tidak juga bergeming. Kita ini sudah tahu dengan Riau, kata Pak Gubernur Riau ”Kemiskinan, Kebodohan dan Infrastruktur” senantiasa menjadi hantu bagi masyarakat. Tiba-tiba saja saya membaca berita Riau Pos (11/1) ”Gubernur Riau, HM Rusli Zainal mengatakan pemerintah propinsi Riau akan mempertimbangkan untuk membeli helikopter, hal ini dikarenakan sarana transportasi cepat seperti helikopter tersebut sangat diperlukan sekali, terlebih bila melihat kondisi geografis Riau yang berpulau-pulau. Menurutnya perusahaan swasta seperti RAPP saja mendirikan lapangan udara sendiri dan menyiapkan pesawat khusus, padahal jarak antara Pangkalan Kerinci dnegan Pekanbaru tidaklah terlalu jauh, akan tetapi mengingat waktu transportasi udara ini menjadi prioritas. Saya memandang sudah sepatutnya kita memiliki helikopter tersebut, kegunaannya sangat banyak berlebih bila melihat kondisi geografis Riau yang berpulaupulau sehingga helikopter tersebut adalah sarana yang tepat untuk digunakan. Dikatakannya lagi pertimbangan utamanya adalah waktu bukan yang lain-lainnya. Artinya pembelian helikopter bukanlah untuk gagah-gagahan dan sebagainya, akan tetapi untuk efisien waktu dan efektivitas kerja”. Pada zaman sekarang ini di mana 75-80 persen dari jalan-jalan di Riau berlandaskan tanah dan jauh dari kerikil sehingga apa yang dimaksud dengan pembangunan infrastruktur, apakan tidak saja. Belum lagi gedung yang super mewah dibangun berbatasan dengan kantor Gubernur dan menyebabkan orang di kampung saya Sinoboi tak dapat masuk ke Bagan karena lumpur sudah melantak Bagan. Maka sayapun menulis di Riau Pos (Des/2003) ”Helikopter Pak Gubernur. Tiba-tiba timbul keinginan Gubernur dan Wakil Gubernur untuk melihat festival perahu Baganduang. Karena anak saya dulu
206
Tabrani Rab
praktek di Taluk Kuantan, tahulah saya kalau acara ini taklah hebat, tidaklah macam pacu jalur. Entah apa pasal Gubernur ingin berfoto didepan gubuk buruk dengan payung raja-raja sebagaimana tampak di koran-koran. Yang baju Melayu adalah sekitar 7 orang termasuk Bupati, sisanya ya… pakaian Hansip dan Satpamlah alias Satuan Apam. Balik ke cerita helikopter ini. Entah apa pasal Ketua Harian Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR) yang usulnya berhasil agar Gubernur Melayu berbini orang Melayu Drs. Al-Azhar menyatakan “Riau perlu miliki helikopter sendiri. Dengan demikian kendala teknis seperti ini tidak terjadi lagi dikemudian hari”. Entah apa kaitan perusahaan perusak hutan Riau terbesar RAPP dan Indahkiat ditambah dengan perusahaan kayu gelap harus dihubungkan dengan helikopter ini ditambah dengan Ketua FKPMR Abbas Jamil dan Levna Erfan “Heli ini dapat berfungsi untuk transportasi seperti ini, untuk SAR, evakuasi, antisipasi wabah dan lainnya. Selain itu kendaraan udara ini dapat mempersingkat waktu, memutuskan isolasi. Kondisi geografis Riau yang masih relatif sulit terjangkau hingga ke pelosok memerlukan adanya kendaraan ini. Menyewa terus jelas tidak efisien. Lebih baik pemerintah propinsi memiliki sendiri. Jadi tidak karena heli ada kendala teknis, acara terlambat” (Riau Pos, 2/12). Sang Gubernur pun tersipu-sipulah menyatakan “Itu perlu kita kaji terlebih dahulu, bagaimana untung ruginya”. Sebab alasan Pak Gubernur ini “Riau memang memiliki geografis yang masih sulit terjangkau seluruhnya. Oleh sebab itu, gagasan perlunya heli milik Pemda Riau ini perlu dicermati juga”. FKPMR sebagai lembaga yang terkenal kritisi dan Al-Azhar sebagai Ketua Harian merangkap Presiden Riau Merdeka perlu jugalah saya mengusulkan agar Helikopter ini disertai pula dengan radar yang dapat memantau hutan Riau yang telah Liau disamping itu karena Riau akan menjadi padang pasir maka latihan Helikopter ini perlu pula dilengkapi dengan rudal dan yaa… seperti BELL helikopter yang di Irak itu. Apalagi dalam perang Vietnam ratusan helikopter tercebur ke laut dari Danang, perlu pula dibuat studi kelayakan kalau-kalau Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
207
helikopter ini masih dapat diangkat ke atas untuk digunakan oleh armada helikopter Gubernur Riau. Alhasil bilal husal, kalau zaman dahulu kala Kaharudin melarang Caltex menggunakan helikopter supaya Caltex dapat memecahkan terisolasinya desa-desa di Riau maka FKPMR mengusulkan kepada Gubernur Riau agar Gubernur Riau memakai helikopter agar acara tidak terlambat. Maka sang Gubernur pun tentulah lupa kepada parit-parit di Tembilahan yang menyebabkan saya berobat ke dokter bedah karena nyeri perut dan dada sebab polisi tidur di tiap jembatan dan Gubernur tentulah tak lagi melihat apa yang dikatakan Zainudin MZ kalau di Jakarta dan Batam lubang berjalan-jalan tapi kalau di Riau lubang di tiap jalan. Makin jauhlah Gubernur dengan rakyatnya seperti yang diusulkan FKPMR yang penting jangan telat hadir dalam acara seperti acara Baganduang alias perahu bergandeng yang sebenarnya Gubernur macam Kaharudin lah sikit, ahhh yang ini tak usahlah saya datang, cukup wakil saya saja�. Satu kali di zaman yang sudah normal-normal ini, sayapun dibisikkan oleh teman yang akan hadir dalam pertemuan di Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai pidato Bapak Syaukani yang 5 tahun berada dengan saya di DPOD RI yang akan menguraikan bentuk-bentuk negara otonom di Indonesia. Maka dengan segala kehalusan bahasa sayapun menolak, bukan tak pernah ke New York dan ke gedung PBB sebagaimana Calon Ketua KNPI tapi karena memang saya banyak duitlah. Nah, Pak Gubernur lebih baiklah ditunda membeli heli ini sebab ketika saya ke tahanan Mabes Polri maka sederetan nama-nama pun telah ada disana. Mana tahu kita entah di luar entah di dalam. Hati-hatilah membeli heli, enggg..alahhhh.... Lebih baiklah komit pada K2I alias Kemiskinan, Kebodohan dan Infrastruktur walaupun luar negeri hanya menyebutkan Ignorance and Poverty, wassalammualaikum Pak Gub ...
208
Tabrani Rab
Susahnya Menembus Berita Koran
S
aya ini orang yang lahlama tinggal di Pekanbaru. Masuk ke Pekanbaru tahun 1952. Ketika itu di pasar bawah cuma ada 8 toko dan satu pajak gadai. Nama toko besar ini Borsumi alias Borneo Sumatera, kepalanya namanya Nong Abdullah Syeh, abang sepupu saya. Hanya ada satu mobil di Pekanbaru, itupun kecil, pemiliknya Haji Karib dan sayapun duduk di SD no. 2 jalan Guru sambil menjual ice cream. Lapanglah hidup. Ketika saya akan melanjutkan sekolah dari SMA ke kedokteran di Bandung sayapun bolak-balik antara Bandung – Pekanbaru. Pekanbaru ketika itu sebesar siput babi. Di SMA 1 yang sekarang ada pula namanya Parto. Begitu jujurnya anak-anak Pekanbaru ketika itu setiap makan kue tiga biji, dihitung sebiji. Artinya dua biji ini namanya cilok alias curi. Beginilah kelakuan anak-anak SMA dulu dan ini namanya bukan shabu dan bukan ekstasi sebab perut yang bertambah buncit. Jangan dikira Pekanbaru ini penduduknya banyak, paling 10 ribu. Itupun yang paling banyak adalah bekas Heiho alias serdadu Jepang. Jangan dikira Pekanbaru ini aman. Kalau dari jauh kedengaran cangguriangg...(kacang goreng) dan kedengaran sesudah magrib, alamat sepatu didepan mesjid hilang. Saya masuk SMA pada tahun 1956. Di Lokal itu tidaklah banyak murid, paling 12. Anehnya semua yang 12 ini diterima, kalau tidak di ITB ya di UI. Tapi kalau permohonan datang dari Universitas Andalas ataupun Universitas Sumatera Utara alamat tolaakkkk. Tiap 6 bulan kerja saya naik kapal antara Tanjung Priok dengan Teluk Bayur. Singgahlah saya di Pekanbaru. Jangan dikira politik
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
209
di Pekanbaru itu stabil. Sesudah Kongres Rakyat Riau II maka Pekanbarupun mengusulkan supaya dibentuk propinsi Riau. Gejolak ini berkepanjangan. Pada tahun 1956 Undang-Undang No. 32 Tahun 1956 tentang Otonomi Daerah ternyata tidak dipenuhi oleh pusat sekalipun telah diteken oleh Soekarno dan Ketua Mahkamah Agung. Tahun 1957 daerah-daerah mulai mengangkat dirinya menjadi dewan-dewan daerah, di Sumatera Tengah dikenal dengan Dewan Banteng, di Sumatera Selatan dikenal dengan Dewan Cendrawasih, di Sulawesi Utara dikenal Dewan Permesta. Hampir semua daerah bangkit. Melihat kondisi yang demikian Hatta meminta supaya perselingkuhan antara pusat dan daerah diselesaikan dengan damai meniru bentuk-bentuk konstitusi di Amerika. Akan tetapi Nasution yang di belakangnya pernah terdapat oknum militer yang membeking Lubis yang ditunjuk oleh Presiden untuk menjadi komandan angkatan darat ditolak mentah-mentah. Saya masih ingat betul peristiwa 17 Oktober 1952 dimana Soekarno membukakan bajunya untuk menerima senjata dari TNI. Tahun-tahun berikutnya di Pekanbaru diadakanlah mobilisasi oleh Dewan Banteng untuk merekrut mahasiswa untuk dijadikan anggota Dewan Banteng. Termasuklah saya yang memang ganteng ini. Padang dan Bandung senantiasa menjadi pusat perkembangan masa depan saya. Pada tahun 1956 datanglah Mayor Syamsi Anwar yang meresmikan Gubernur Riau. Siapa yang dilantik menjadi Gubernur Riau? Saidina Ali. Pada tahun 1956 pusat memutuskan untuk mengirimkan legiun perang ke Tanjung Pinang dan Padang sesudah Dewan Cendrawasih di Sriwjiaya dan langsung membom lapangan terbang Pekanbaru. Saya masih ketemu belasan kali dengan komandan pelatih saya, bekas komandan pelatih di Rengat dan berputar-putar sepanjang simpang tiga dan akhirnya lepas juga ke Sumatera Barat. Di Bukittingilah saya melihat ratusan yang mati disepanjang jalan Padang-Bukittingi-PayakumbuhBatusangkar-Lintau dan sebagainya. Kembali ke Pekanbaru saya melihat lagi Detasemen yang dipimpin Kaharudin Nasution mendarat dari Tanjung Pinang
210
Tabrani Rab
sampai ke Pekanbaru. Dengan apa Pekanbaru itu dibangun? Tak ada dana Pepelrada yang ada dana dari pemerintah dengan mengerjakan buruh-buruh PKI dengan membangun mesjid AnNur. Di sepanjang pinggir jalan saya melihat Soebrantas selaku komandan Wirabima dan Kaharudin Nasution selaku Gubernur memasak semen sepanjang jalan. Lain dengan jalan yang dibangun Gubernur sekarang diatas gunung rel kereta api sampai ke Dumai, jalan-jalan yang menjadi putih oleh debu yang beterbangan dan lubang sepanjang jalan maupun lubang yang berjalan. Pekanbaru mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Sampailah kota ini menjadi kota kedua yang terbesar di Indonesia. Segala modal bertumpuk disini, mulai dari Commanwealth bank, Haga bank, DBS bank, OCBC bank, dan sedikit lagi mungkin dimasuki pula oleh Bank of America dan sedikit lagi FED berada di Pekanbaru artinya FED lah yang menentukan bunga bank di Indonesia sehingga Riau Airlines untung lebih dari 500 milyar dari deposito BI. Apa kata orang Malaysia kepada saya? �Inilah pesawat terbang yang paling mahal di dunia, 30 menit saja terbang boleh jadi 1.600.000. Tentu saja terangguk-angguk sebab memang saya tak berbakat naik RAL. Dikali yang lain pula di Pekanbaru akan dibangun 38 tingkat hotel, belum lagi akan dibangun super power dan di latarbelakangnya tampak foto Rusli sedang memegang bola PON 2012, alangkah indah dan mulianya. Di segala sudut dan segala tempat baleho-baleho besar bergentayangan di Pekanbaru, kecuali di depan Dang Merdu, putih bersih. Sehingga ingin pula saya meletakkan gambar saya �Mau Kawin? Kapan-Kapan Kawin Lagi�. Belum lagi Pekanbaru dengan airport yang tak dipindahpindah, sedikit lagi airport inipun terbakar. Seandainya anda lewat jalan besar di Pekanbaru, tampaklah baleho yang lebih besar dari rumah sampai-sampai waktu sholat pun sibuk dipasang oleh Walikota.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
211
Begitulah Pekanbaru, hebat, dahsyat. Tiap hari ada saja ekstasi yang ditangkap dan ada pula polisi yang berhenti. Keadaan inilah yang tak pernah berhenti dari gejolaknya Pekanbaru. Tiap hari ada saja pembunuhan, pembakaran, sodomi, dan istilah apalagi. Yang jelas disepanjang jalan Pekanbaru meruak dengan honda dan mobil, tak ada duit masuk APBD do. Apalagi yang akan diharapkan dari Pekanbaru ini? Sesudah hutannya licin tandas tinggallah berita serantau minang, serantau kabupaten, bisnis, nusantara ditambah pula dengan koran Metro ’cengkoa bola’. Pandai ang lah situ.....Viva Pekanbaru...Yaaa.. begitulah Pekanbaru. Tak ada politik yang jelas, tak ada audit yang nampak, nak menulis beritapun tak dapat, Masyaallah ...
212
Tabrani Rab
Duta Besar
S
atu kali saya masih aktif menjadi anggota DPOD RI. Maka Gubernur pun mengundang seluruh bupati di Riau untuk bertemu di gedung daerah membuat suatu konsensus bersama, kerjasama antara bupati dan gubernur. Muka bupati banyak yang datang. Ketika saya mengutarakan pasal 4 Undang-Undang 22 Tahun 1999 tidak terdapat hubungan kharisma dengan gubernur. Maka bupati inipun dengan ringan bicara “Saya tak tahu do Ngah, suruh teken ya teken, begitu kata undang-undang ya begitu”. Rapat yang bertele-tele inipun berkepanjangan sampailah jam 3 sore. Tempatnya tentu saja gedung daerah. Sehabis diteken bupati, gubernur pun angkat bicara “Saya merasa bangga dengan kerjasama yang diberikan dapat dioptimalisasikan”, dalam hati saya “iyeee….lah”. Lain waktu saya diundang pula oleh anggota DPOD yakni Gubernur Jawa Barat, namanya Nuriana. Dalam tunggu menunggu ini tak ada muka bupati yang tampak, yang tampak asisten III atau paling Sekda. Maka Nuriana pun mengeluh ”Beginilah nasib daerah sesudah otonomi daerah”. Tak ada lagi hubungan antara propinsi dan kabupaten, dalam hati saya bantainyalah. Tak ada yang ingin dan hendak dikemukakan oleh Pak Gubernur kepada Pak Bupati sehingga pertemuan menjadi sejuk dan keras, apakan tidak saja. Habis sembahyang subuh saya pun membaca koran Metro Riau, walaupun bukan bahasa Mandarin. Apa kata Metro Riau ini? ”Gubernur Riau, Rusli Zainal, tak bisa menutupi rasa kesalnya
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
213
dengan rapat optimalisasi perjuangan Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH). Pasalnya dari 11 bupati/walikota yang diundang, hanya dua yang bersedia hadir. ”Awalnya saya mengharapkan mereka (bupati/walikota) semua hadir dalam rapat tadi. Sebab rapat itu tak hanya membahas kepentingan propinsi saja, tapi juga kepentingan seluruh kabupaten/kota. Jadi, mereka harus hadir secara fisik”, kata Gubernur Riau kepada wartawan sesuai rapat tersebut di kantor Gubernur Riau, Pekanbaru. Dalam rapat yang dipimpin Gubernur Riau tersebut hanya dua kepala daerah yang tampak hadir yakni Bupati Kampar dan Walikota Pekanbaru. Sedangkan sembilan daerah lainnya hanya diwakili sekretaris daerahnya bahkan ada yang hanya mengutus Asisten III Sekda. Walikota Pekanbaru enggan berkomentar banyak soal kealpaan rekan-rekannya tersebut ”Mungkin mereka punya agenda yang lebih penting”, ujar Herman. Sudah empat minggu saya berturut-turut ke DPR RI dan ke Sekneg maka berjumpalah saya dengan anggota DPRD Bengkalis. Sayapun bertanya di cafetaria dengan anggota DPRD Bengkalis, Usman Effendi ”Haahh, apa cerita ni”. Maka terjadilah peluncuran cerita persis seperti buku komik. ”Coba Ongah pikir, pajak alat berat Caltex 831 milyar untuk Bengkalis sebagai pendapatan asli daerah, itu dibangun tu Bengkalis selebar dua jari”. Karena saya diundang untuk menonton batang pinang dan batang pisang di jalan Thamrin, sayapun kodak-mengodaklah dengan wartawan Jepang yang kebetulan saya undang teklek...teklekkk. Yang lucunya ketika saya memakamkan teman saya Jauhari jauh jugalah hati melihat Pembantu Rektor II UNRI berkunjung ke rumah almarhum. Maka diaog kabupaten Merantipun dimulai dengan Bupati Munir Umar, keturunan langsung dari Lancang Kuning. Sayapun bertanya ”Kenapa Bupati tak berani datang ke Selatpanjang?”. Kalau tak direndam orang Selatpanjang itu ramai-ramai cobelah datang. Sebab rumah sakit Selatpanjangpun terbengkalai macam dipimpin dokter Jerman dulu. Belum lagi rumah sakit Duri terbengkalai ditambah dengan pasar swalayan sebesar Gelora Bung Karno.
214
Tabrani Rab
Satu kali sayapun menulis buku, namanya Bengkalisgate. Aneh tapi nyata 5 ribu buku laku, tentulah jadi api. Fachrudin Bakar calon bupati kabupaten Meranti tak banyak lagi becakap. Apa pula kata Tribun Pekanbaru? ”Gubernur Riau, HM Rusli Zainal terkejut ketika mendengar DPR RI mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang pembentukan Kabupaten Rokan Darussalam, wilayah Rokan Hulu. Ia mengaku terkejut, karena selama ini ia tak pernah menerima surat permohonan terkait pemekaran wilayah itu. ”Saya memang mendengar ada itu (RUU Rokan Darussalam), tapi secara formal tidak pernah sampai ke saya. Makanya saya terkejut begitu RUU nya disahkan”, ujar Gubernur Riau di kantor Pemprov Riau. Tak hanya Rokan Darussalam, rencana pembentukan kabupaten Mandau dan Kepulauan Meranti, ia mengaku tak pernah menerima surat usulan pemekaran. ”Jujur saya katakan, tak ada satu surat pun ke saya. Oleh sebab itu kami belum bisa membahasnya”, kilah Rusli. Lalu apa sikap yang akan diambil Pemprov? ”Bagaimana saya bersikap? Saya belum baca datanya”, ujar Rusli. Boleh jadi Rusli berkilah belum menerima surat, fakta materialnya masyarakat telah mengajukan, tetapi tak pernah ditanggapi. Bahkan Sekretaris Badan Perjuangan Pembentukan Kabupaten Meranti (BP2KM), Falzan Surahman pernah mengajukan audiensi juga tak digubris. ”Waktu kami minta kesediaan Bapak Gubernur Riau menerima kami untuk audiensi dengan agenda usulan pembentukan Kabupaten Meranti. Tapi sampai sekarang tak ada respon dan jawaban”, tegas Falzan. Menghadapi ganjalan Bupati Bengkalis dan Gubri saat ini masyarakat kembali menggelar unjuk rasa di kantor Gubri dan DPRD Riau. ”Surat pemberitahuannya sudah kami masukkan ke Polda Riau”, tutur Fazlan. Satu kali pada pemilihan yang kedua datanglah Bupati Bengkalis, Syamsurizal ke Universitas saya. ”Bang, kalau nak menyelesaikan bangunan abang ni berapa milyar perlu”. Karena saya tak pandai berhitung saya menyuruh anak saya Dr. Susiana menjawab pertanyaan Syamsurizal di dalam ruangan rapat Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
215
Universitas. Kerut kening anak saya bertambah, mungkin menjadi 20. Sebab maklum sajalah satu rumah sakit saja dibangun untuk tempat tidur saja satu 20 juta, belum lagi oksigen. Tentu saja saya bicara ”Ooo... Pak Bupati, saya ini membangun dari kecik lagi, tak ada Mak dan Bah saya meninggalkan duit dooo....”. Dari duit yang terkumpul inilah saya bangun nak semen, nak batu, nak pasir, nak tukang. Lalu sayapun mengasih buku Bengkalisgate 10 biji. Celakanya dipesan di Jakarta 5 ribu buah. Begitu buku mau diambil, pemesan dari Jakartapun bilang ”Ooo.... sudah diambil orang Pak”. Dihitung-hitung dalam buku Bengkalisgate ini korupsi dari Syamsurizal Rp 762,1 milyar setahun. Tapi saya tahu Pendapatan Asli Daerah dari pajak Caltex saja 1 triliun, aaaa... inilah yang dibenamkan Syamsurizal dalam lapangan terbang sungai Pakning. Untuk menggiling beras habis pula belasan milyar sampai ke Duri, masuk pula saya kedalam proyek rumah sakit Duri, Bengkalis dan Selatpanjang entah berapa milyar, dokter yang bekerja dari Malakapun balik, rakyat tak bisa mengobat bubul. Belum lagi Al Zaytuni Assamyulbakri habis pula 9 milyar. Ditambah lagi dengan wakil bupati yang menjual tanah Sakai 1750 hektar lintang pukang. Karena Allahtaala mempunyai kekuasaan yang lebih besar maka derapun menimpa sang wakil bupati. Oleh karena itu Pak Gubernur marilah kita setujui panduto paling besar alias Duta Besar yang bernama Propinsi Pesisir dan semua kabupaten lainnya. Marilah kita jadikan Bengkalis Selatpanjang ini Kabupaten Kedutaan Besar Meranti sementara Riau Pesisir termasuk Dumai, Rokan Hilir, Sungai Apit kita buat pula propinsi yang bernama Propinsi Pesisir. Manatahu Mahkamah Agung menunjuk saya menjadi 2 Gubernur sekaligus yakni Gubernur Riau, Gubernur Riau Pesisir ditambah dengan jabatan Bupati Meranti. Beres Pak Gubernur, fulussss.. selesailah semuanya. Yang kata KPK FFI sudah dipelajari, kata surat kabar tak ada do. Bantai dikaulah semua. Amin....semoga Riau makin jahanam, wassalam.
216
Tabrani Rab
Sekolah Melarat
S
aya ini sudah tua lah. Sampai cucu murid saya pun memanggil saya Pak Ongah. Adalah teman saya kebetulan menjadi guru agama. Saya pun bertanya “Bagaimana sekolah anak-anaknya”. Dia pun menjelaskan “Yang satu masih sekolah, itu pun menumpang disekolah doktor, perai lagi. Sedangkan yang lainnya sudah tak sekolah lagi”. “Kenapa?”, kata saya. “Gimana pula mau sekolah, bayar duitnya berjuta-juta”. Dikali yang lain saya pun bertemu pula dengan teman saya Asmiati. Saya pun bertanya “Bagaimana anak-anak?”. “Yang pertama memang sudah tamat bidan, itupun dokter biayai, yang lain tak ada, berhenti sekolah dan jual kain. Beginilah nasib menghadapi kenyataan”. Nak belanja, gaji laki setinggi lutut, minyak makan 14 ribu sekilo, bagaimana pula tidak pincang. Lama-lama kalau nak dikaji, nak sekolah diteruskan alamat dapur tak berasap. Nak dapur diteruskan alamat sekolah anak tak berasap, kering kerontang. Sampai detik ini tak usahkan berjuta dibantu Pemda, air sen pun tak menetes ke sekolah saya ini. Padahal sekolah ini terdiri dari lingkup universitas yang meliputi 14 program studi. 10 persen siswa tak bayar sekolah do. Ya… begitulah nasib. Entah bagaimana cerita, satu kali sayapun menonton televisi. Kebetulan dalam acara dialog antara Presiden dengan Gubernur. Saya berdiri didepan televisi. Ketika pertanyaan pertama dari Presiden ”Berapa anggaran pendidikan untuk daerah?”. Pertanyaan ini langsung dijawab Rusli Zainal, ”23 persen”, dan tak ada sedikitpun keraguan.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
217
Adalah murid di kelas II dan IV SD 003. Yang kelas empat namanya Tiara Azhara (9) dan adiknya kelas dua Haikal Zelfi Padilla (7). Tiba-tiba sang kepala sekolah masuk ke lokal. ”Mana murid yang baru pindah yang namanya Tiara”. Anak inipun mengangguk. Lalu kepala sekolah inipun pindah ke kelas dua ”Mana yang namanya Haikal, suruh orang tuanya datang ke saya”, kata Pak kepala sekolah yang tak berkumis tapi garang. Rupanya ketika memasukkan anaknya ke SD 003 Marpoyan, Hilda diminta uang Rp 1.000.000 yang disebut-sebut untuk pembangunan WC sekolah, namun karena tidak memiliki uang, Hilda hanya memberi Rp 250.000 dengan janji akan melunasinya segera. Karena ekonomi keluarganya tak kunjung membaik ”utang” ke sekolah hingga enam bulan belum juga terbayar. Pada akhir Januari 2008, kepala sekolah SD 003 kerap mendatangi kelas Tiara dan kelas Haikal untuk menyampaikan pesan agar ibunya melunasi utang kepada sekolah. ”Bapak kepala sekolah bilang, kalau ibu saya tak mampu membayar hutang, cari saja sekolah lain. Empat kali Bapak kepala sekolah masuk ke kelas saya”, ujar Tiara yang kini mengalami trauma untuk bersekolah. Celakanya lagi tuduhan dimana dia harus membayar 1 juta, kepala sekolah SD 003, Zulkifli membantah telah memecat Tiara dan Haikal. Menurut dia Hildawati lah yang meminta agar anaknya berhenti dari sekolah itu. Zulkifli telah membantah uang Rp 1 juta dari Haikal bakal dipakai untuk perbaikan WC sekolah. Uang itu disebutnya sebagai ’uang lelah’ buat guru atau sebagai ’uang terimakasih’. ”Saya tidak memintanya. Kalau diberi, tentu kami terima”, kata Zulkifli. Entah darimana dia dapat cerita jumlah duit sejuta ini. Padahal yang lebih tepat namanya ’uang kencing guru’. Sayapun berbisik dalam hati, apalah sebetulnya yang terjadi pada SD ini. Apa kata Hildawati sang ibunda Haikal dan Tiara? ”Dengan suara bergetar ia kuatkan hati untuk menceritakan nasib yang menimpa dua anaknya, Haikal dan Tiara siswa SD Negeri 003 Sidomulyo yang dikeluarkan pihak sekolah karena terlambat membayar sumbangan sekolah. Meski sudah mengadu ke berbagai
218
Tabrani Rab
pihak namun Hildawati masih khawatir terhadap nasib pendidikan anaknya kedepan. Apalagi saat ini hampir setiap hari Tiara dan Haikal menyatakan kapan akan mulai bersekolah lagi”. Hildawati hanya seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari berkutat di rumah mengurusi anaknya. Sementara sang suami bekerja sebagai tukang ojek yang berpenghasilan pas-pasan. ”Saya menginginkan anak saya pindah ke sekolah yang dapat memberikan keringanan dalam soal biaya. Sebab bukan saya tak mau mengeluarkan uang untuk yang memaksa seperti ini. Kejadian kemarin pun bukan lantaran tak sanggup bayar, tapi saya minta tenggat waktu untuk mengumpulkan uang. Tapi gak tahunya jadi begini, saya sedih sekali”. Apa lagi langkah yang ditempuh oleh Hildawati? Dia langsung menghadap Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Kota Pekanbaru (KPAID). Tentulah soal yang tak selesai ini makin tak selesai. Kenapa? Ya... tahulah kita bagaimana Ekmal menyelesaikan soal, sedang dulu saja kusut, kepala dinas lagi. Apa katanya? ”Jika pihak sekolah terbukti melakukan tindakan yang jelas-jelas merugikan anak, berarti telah melanggar UndangUndang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002”. Apa pula kata Kabag Kepegawaian Setko Pekanbaru? ”Saya belum mendapatkan informasi dari Disdikpora. Tapi bila benar terbukti bersalah sesuai dengan informasi di lapangan, kepala sekolah bisa diberikan sanksi tegas diberhentikan dari jabatannya”. Bagaimana pula pendapat Walikota? ”Dalam waktu dekat kita akan melakukan rapat dengan anggota komisi lainnya untuk menentukan sikap atas kejadian ini. Bisa saja kita akan panggil Disdikpora dan pihak sekolah yang bersangkutan. Agar kejadian serupa tidak terulang kembali di masa datang. Ini sangat mempermalukan Pemko sendiri”. Angin segarpun datang dari Ketua Komisi III DPRD Pekanbaru, Muhammad Fadri dan Wakil Ketua Komisi III, Hj. Susi Herlinda. Apa katanya? ”Kasus ini dinilai telah mencoreng nama baik Walikota yang menyatakan komit soal pendidikan. Sudah jelasTempias 2007-2009: Menuai Hujan
219
jelas setiap sekolah negeri tidak boleh memungut biaya apapun, sebab semuanya telah ditanggung oleh APBD. Ini jelas-jelas mempermalukan kita, apalagi ini sudah menjadi kasus nasional. Semua warga mengutuk kelakuan yang diperbuat kepala sekolah itu. Jadi bukan walikota saja marah dan geram tapi masyarakat Indonesia. Jalan yang terbaik harus diambil yaitu memecat kepala sekolah bersangkutan. Sebab jelas-jelas tak sesuai dengan visi dan misi walikota Pekanbaru. Tak ada jalan lain selain memberhentikan kepala sekolah itu”. Persoalan ini tambah Gubernur sangat kasuistis dan harus dipelajari dengan seksama dan jangan sampai persoalan ini menjadi efek negatif dalam upaya Riau mengentaskan kebodohan di daerah ini. ”Jika memang kepala sekolahnya bertindak salah ia harus diberi sanksi dan saya sudah meminta kadisdik Riau untuk menindak-lanjuti hal ini dan menyelesaikannya sesegera mungkin”. Sementara Walikota Pekanbaru juga telah meminta kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga untuk mengecek kebenarannya. Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Riau, HM Wardan, MP menyayangkan adanya sekolah yang mengeluarkan murid dengan alasan tidak mampu membayar iuran yang dipungut sekolah. Sebab ini bertentangan dengan program pemerintah memberikan keringanan biaya pendidikan ke peserta didik. Wardan menyebutkan pemerintah propinsi Riau dan pemerintah kabupaten/kota di Riau sudah membuat komitmen untuk tidak memberatkan siswa dalam pendidikan. Karenanya iuran dan pungutan dalam bentuk apapun seharusnya tidak boleh diberlakukan pihak sekolah, apalagi sampai memberatkan siswa bahkan berujung pada pemberhentian siswa oleh pihak sekolah”. Pada zaman ini dimana sampan mudah tergelek dan kitapun tercebur maka sebaiknyalah pilih yang fardhu ain saja, yakni anak ini masuk sekolah, pecat kepala sekolahnya. Kalau tidak maka saya akan membawa LSM menghadap Presiden dan DPR RI. ”Berhentikan pemerintah sebab kamu telah melanggar UndangUndang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002”.
220
Tabrani Rab
Penyeeekkk‌..
A
dalah berita yang menarik yakni untuk perencanan FFI di Pekanbaru Rp.7,1 miliar, pendapat ini segera ini dibantah oleh artis di Jakarta. Maka DPRD pun begendang, pemerintah tidak relevan dengan perencanaan anggaran termasuk pembuatan jalanjalan. Padahal saya 2 tahun merancang dan pidato di berbagai universitas. Sudah itu datanglah Ryas Rasyid selaku menteri Otonomi Daerah, apa katanya? Ini harus di undang-udangkan dengan jelas sehingga jadilah undang-undang Otonomi Daerah. Sesudah Amien Rais menjadi Ketua MPR RI dipastikanlah undang-undang ini 1 Januari 2001. maka itu saja DPR mempunyai kekuasaan seperti Jibril menyambut nyawa orang lain. Maka banyaklah anggota DPR menjadi tampuk pemerintahan. Sesudah 5 tahun saya menjadi anggota DPOD Riau yang bertanggungjawab langsung ke Presiden maka tiba-tiba saja Menteri Dalam Negeri mengacak-ngacak Undang-undang ini. Berjumpa pula saya teman saya Bagir Manan, apa pula anda yang mengeluarkan fatwa bahwa kalau pemerintah pusat dengan DPR sudah bersatu maka sah-sah saja Provinsi Riau menjadi dua provinsi menjadi yaitu Provinsi Riau daratan dan Provinsi Riau Kepulauan. Ya kalau perlu cabut undang-undang itu dulu. Dipecah nya juga Provinsi Riau daratan dan kelautan. Tak diubah dan tak diganti UU Otonomi langsung saja putus menjadi Riau daratan dan kelautan. Kalau sampai disini enak-enak saja. Akan tetapi sudah Presiden menegok banyak kabupaten/kota dibentuk maka Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
221
keluarlah Inpres No. 36 tahun 2006 bahwa provinsi bisa digabung, kabupaten bisa digabung. Baru Koran Riau bercerita Rp.1,1 miliar dari Rp7,2 miliar yang diambil dari APBD maka anggota DPRD, Taufik Hidayatullah mengatakan “Mana tolak ukurnya kegiatan sukses. Kami minta diaudit, jika ditemukan penyimpangan, perlu ditindaklanjuti”. Joni Irawan selaku Kadis Pariwisata Riau mengatakan “Masih ada sisa Rp.1,1 miliar. Kegiatan FFI sukses dan mendapat pencitraan positif di masyarakat”. Nama Joni Irawan melambung keatas, tak ada audit dari BPK. Sementara muka ketua KPK bengkak menghadapi BPK. Pasalnya, Joni hanya menjelaskan secara global, tidak terinci. “Saya kurang puas atas laporan panitia FFI ini. Kami berharap penggunaan dana APBD ini sebaiknya diaudit.” Tegas Taufik. Apa kata PKS, “Kok bisa ada sisa, sepertinya perencanaan kegiatan ini tidak berjalan matang. Kita juga melihat ada beberapa item penggunaan yang patut kita ragukan. Untuk itu kita minta dilakukan audit oleh auditor independent,” tegas Taufik “Menyatakan Terlapor tak boleh lagi membangun yaitu Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor X, Terlapor XI secara sah dan meyakinkan melanggar pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999”. Cobalah Ngah pikir-pikir ada namanya PT Anisa Putri Ragil, apakan tidak tahu saja Ngah, bisa menang tu. Jadi bukan di Pekanbaru ngatur tu Ngah tapi di Jakarta, pandailah sikit Ngah, Ngah kan dah profesor. Yang lucunya lagi Ngah, pada hal 136 disebutkan PT baru, namanya PT Modern Widya Technical JO PT Anisa Putri Ragil menjadi PT Anisa Putri Ragil Jo PT Modern Widya Technical padahal ini pembengak-pembengak saja Ngah. Memang di Jawa Timur pada peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia, apa katanya Ngah? Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi (GNPK) Jawa Tengah selama dua hari, Rabu dan Kamis (7/12-8/12) menggelar diklat khusus pemberantasan tindak korupsi di Kota Pekalongan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan anggota dalam mengungkap suatu kasus.
222
Tabrani Rab
Ngah tahu ndak kesimpulannya? Pertama, Menyatakan Terlapor X Ir. S.F. Hariyanto (Ketua Panitia Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Di Lingkungan Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (bidang prasarana jalan) Program multi years Sumber Dana APBD Propinsi Riau Tahun 2004) secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 UndangUndang Nomor 5 Tahun 1999; Kedua, Menyatakan Terlapor I PT Waskita Karya (Persero), Terlapor II PT Hutama Karya (Persero), Terlapor III PT Wijaya Karya (Persero), Terlapor IV PT Pembangunan Perumahan (Persero), Terlapor V PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Terlapor VI PT Istaka Karya (Persero) Tbk, Terlapor VII PT Harap Panjang, Terlapor VIII PT Modern Widya Technical, Terlapor IX PT Anisa Putri Ragil dan Terlapor XI PT Duta Graha Indah secara sah; Ketiga, Menghukum Terlapor II PT Hutama Karya (Persero) dan Terlapor XI PT Duta Graha Indah untuk menghentikan kegiatan pembangunan jalan Sei Akar – Bagan Jaya; Keempat, Mengukur Terlapor VIII PT Modern Widya Technical dan Terlapor IX PT Anisa Putri Ragil untuk menghentikan pembangunan jalan Sei Pakning – Teluk Mesjid – Sp. Pusako; Kelima, Menghukum Terlapor I PT Waskita Karya (Persero) untuk membayar denda sebesar Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta; Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
223
Keenam, Menghukum Terlapor III PT Wijaya Karya (Persero) untuk membayar denda sebesar Rp 1.500.000.000, (satu milyar lima ratus juta Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta; Ketujuh, Menghukum Terlapor IV PT Pembangunan Perumahan (Persero) untuk membayar denda sebesar Rp 2.000.000.000, (dua milyar Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negura sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta; Kedelapan, Menghukum Terlapor V PT Adhi Karya (Persero) Tbk untuk membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000, (satu milyar Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta; Kesembilan, Menghukum Terlapor VI PT Istaka Karya (Persero) Tbk untuk membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000, (satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta;
224
Tabrani Rab
Kesepuluh, Menghukum Terlapor VII PT Harap Panjang untuk membayar denda sebesar Rp 2.000.000.000, (dua milyar Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta; Kesebelas, Melarang Terlapor II PT Hutama Karya (Persero) untuk mengikuti tender pada proyek pembangunan jalan/jembatan tahun jamak (multi years) di Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Propinsi Riau sebagaimana dimaksud dalam Putusan ini baik secara sendiri maupun melalui kerjasama operasi dengan pihak manapun; Keduabelas, Melarang Terlapor VIII PT Modern Widya Technical untuk mengikuti tender pada proyek pembangunan jalan/jembatan tahu jamak (multi years) di Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Propinsi Riau sebagaimana dimaksud dalam Putusan ini baik secara sendiri maupun melalui kerjasama operasi dengan pihak manapun; Ketigabelas, Melarang Terlapor IX PT Anisa Putri Ragil untuk mengikuti tender pada proyek pembangunan jalan/jembatan tahun jamak (multi years) di Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Propinsi Riau; Keempatbelas, Melarang Terlapor XI PT Duta Graha Indah untuk mengikuti tender pada proyek pembangunan jalan/jembatan tahun jamak (multi years) di Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Propinsi Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
225
Riau. Hancurlah daerah ni Ngah, bile nak bangun lagi. 1,6 triliun Ngah, sedapppp saje diaturnya di Jakarta dengan pemain LE dan EC. Sementara daerah ini selenyak-lenyaknya tidooo..... Kami percaya pada Ngah untuk mengadukan hal ini pada Presiden, Tipikor, Jaksa Agung, Polisi. Betullah Ngah cakap, daerah ini dipimpin orang sasau. Kira-kira 10 tahun yang lalu sayapun diundang oleh Soeripto ke Dumai. Ada juga dua orang Thailand, entah iya entah tidak sayapun tak tahu. Apa kata Soeripto selaku Gubernur? “Kita bangun disini belasan miliar gedung untuk penelitian laboratorium, kapal untuk survei ke pantai, Caltex yang belum memberikan air sungai Rokan”. Pokoknya panjanglah pidatonya. Macam-macam. Sayapun datanglah ke kapal ini dan melihat masyaAllah ujung kapal lebih tinggi dari kapten, kemana kapal ini nak terbang tak tahu do. 5 tahun sayapun berkunjung ke sekolah ini. Adalah 20 orang pakai baju kaus menghadap saya. “Tuan-tuan ini sekolah apa?”. “Sekolah perawat Pak”. “Kenapa bukan sekolah laut?”, tanya saya. “Gedung ini sudah diambil Pemda Pak untuk sekolah perawat, tinggallah kami beberapa ekor. Itupun sekolahnya tak jadi-jadi. Sebab guru ikan sudah tak dating lagi Pak, termasuk Bapak. Lama saya termenung. Kenapalah sekolah yang belasan miliar ini tak jadi-jadi. Sementara di Thailand sudah jadi. Saya langsung teringat pada pengalaman saya tahun 1968. Ketika itu di muara sungai Rokan dibangun proyek pasang surut. Berapa biayanya? 22 miliar. Untuk memotong langkah sayapun pergi ke Thailand. Lalu lapor dengan Soebrantas “Berhentikan sajalah Pak proyek tu, tak ada tenaga ahli untuk itu do”. Soebrantas, saya dan Himron Saheman melaju lewat Duri sampai juga ke Sungai Rokan dan dalam hati Soebrantas betul juga ni. Dalam waktu pendek Soebrantaspun terbang ke Jakarta. Tinggallah saya seorang diri. Tiba-tiba baca Sinar Harapan “Jangan neko-neko, kata Amir Mahmud kepada Soebrantas”. Akan tetapi Firdaus yang mendapat gelar brilian dari Gubernur Rusli Zainal tiap hari mengeluh dengan saya karena yang menagih duit ini adalah tentara yang memakai pistol. Mau
226
Tabrani Rab
dipengapakan. Sesudah 2 tahun proyek ini pun licin tandas dan di sepanjang jalan nampaklah bekas-bekas bulldozer Perancis, macam perang Vietnam. Inilah yang mendapat pujian dari Pak Gubernur, brilian. Sesudahnya proyek ini apakan tidak saja, padi Rokan pun tak jadi dan duit pun menguap ke udara 22 miliar sementara 1 dolar sama dengan 200 rupiah pada tahun 1968 itu. Sekali waktu saya pun diminta Soebrantas untuk merancang sekolah perikanan di Dumai. Perancang sekolah ini adalah Muchtar Ahmad. Dalam hati saya alamat duit ini licin tandas. Sekolah ini akhirnya dibangun juga, banyak yang jadi, antara lain tukang beca yang masuk sebab dapat beasiswa. Sudah sekolah ini berjalan 6 atau 7 tahun mulailah meredup. Apa pasal? Rupanya kapal nelayan tak ada, pengalaman kerja tukang beca, nak bawa kapal ikan tak pandai. Maka sekolah inipun sunyi sepi sendiri. UIR dengan segala kesibukannya membangun Fakultas Perminyakan. Waktu itu saya termasuk anggota Senat di UIR. Dimintalah saya bertemu dengan jagoan Caltex yang bernama Haroen Al Rasjid kebetulan pula saya kenal di Selat Panjang. Sesudah saya menghadap dia pun bercerita “Tak bisa, ini proyek pusat”. Dan dibangunlah Universitas Sebelas Maret. Berdelau 11 milyar. Kebetulan 3 bidan yang melahirkan partai Golkar yakni Soeharto, Ibnu Sutowo dan Ali Murtopo dengan mengambil biaya US$ 10 milyar. Sekali waktu saya dengan adik-adik saya pergilah makan ke Buluh Cina. Dari sini saya meneruskan perjalanan saya ke Kerinci. Sebelum masuk Kerinci berjumpalah saya dengan Pesantren Teknologi Islam. Lama sudah kenangan saya ketika Megawati datang ke sini dan saya tulisa pula di Koran. Ada dana fiktif yang dilaksanakan Ruslin Har memindahkan mesin listrik dari Tapung ke lokasi ini. Ruslin Har waktu itu dinas di Puslitbang “Assalamualaikum”, kata saya. Keluar 12 orang laki-laki. “Apa kerja kalian disini?”. “Sembahyang magrib Pak, nak ikut sembahyang boleh juga Pak”. Saya bertambah heran, universitas Islam ada 12 orang sembahyang. Rupanya sekolah ini apakan-tidak saja. “Teknik apa yang dipelajari disini? “Teknik sembahyang Pak”. Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
227
Saya makin heran kok teknik sembahyang saja habis bermilyarmilyar. Tahulah saya semua sekolah ini adalah sekolah cengkonek alias makin lisut. Tak usahlah becakap lagi, persis Jauzak Ahmad yang merancang museum Riau yang menjadi museum terbesar di dunia. Isinya apakan-tidak saja. Apa pula kata surat dari UIR yang terakhir saya terima? “Sebelumnya, kami perkenalkan bahwa kami adalah seorang staf pengajar di lingkungan Fakultas Teknik Universitas Islam Riau. Kami ingin menyampaikan kepada Bapak-bapak bahwa sudah terjadi suatu tindakan kriminal di Fakultas Teknik UIR. Tindakan kriminal yang dimaksud adalah tindakan penipuan dan penekanan serta ancaman yang dilakukan terhadap mahasiswa Teknik Perminyakan. Tindakan-tindakan ini dimulai dengan penipuan yang dilakukan oleh Ketua Jurusan Teknik Perminyakan, Dekan Fakultas Teknik, dan Rektor UIR dalam Borang Akreditasi yang terjadi pada tahun 2005 dengan tujuan untuk mempertahankan status nilai Akreditasi Jurusan Teknik Perminyakan. Untuk mempertahankan nilai akreditasi tersebut, Ketua Jurusan Teknik Perminyakan dan Dekan Fakultas Teknik melakukan penipuan dalam pengisian borang akreditasi. Penipuan-penipuan tersebut meliputi penipuan dalam hal jumlah dosen (baik dosen tetap maupun dosen luar biasa), kondisi serta jumlah peralatan laboratorium, serta proses belajar mengajar di lingkungan jurusan Teknik Perminyakan UIR.. Yang lebih tragis lagi adalah upaya pengusutan tindakan kriminal ini didiamkan oleh pihak Kejaksaan Tinggi Riau dan Polda Riau. Bapak-bapak yang terhormat, bantulah kami untuk memperbaiki kondisi Fakultas Teknik dan Jurusan Teknik Perminyakan UIR. Silakan bongkar semua penipuan publik yang terjadi di Jurusan Teknik Perminyakan dan tanganilah semua penipuan publik yang sangat merugikan masyarakat Riau dan dunia pendidikan nasional. Mulailah dengan menyelidiki borang akreditasi Jurusan Teknik Perminyakan UIR dan menyidik para pihak yang terkait;Ketua
228
Tabrani Rab
Jurusan Teknik Perminyakan (Bapak Muji Prayitno, STMT. – Dosen Tetap), Sekretaris Jurusan Teknik Perminyakan (Ibu Fitriwati, ST – Dosen Kontrak), Dekan Fakultas Teknik (Bapak Ir. Ali Musnal, MT – Dosen Kopertis X), Pembantu Dekan I Fakultas Teknik (Bapak Anas Puri, ST.MT. – Dosen Tetap), Rektor UIR (Bapak PROF. DR. IR. Hasan Basri Jumin – Dosen Kopertis X), Pembantu Rektor I UIR (Bapak DR. IR. Agusnimar — Dosen Tetap), Anggota Badan Akreditasi Nasional (Bapak DR. Ir. Untung S. — Dosen Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Jakarta)”. Selamat berjuang Pak, semoga semuanya dalam rencana, bencana, kencana, wacana dan na na yang lain.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
229
BLBI dan Ilog
S
ungguh menyayangkan Presiden tak muncul ketika dipanggil DPR RI. Apa pasal? Takuuut. Karena itu dikirimlah cengkonekcengkonek. Ketika saya merangkap Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah kamipun membuat perjanjian dengan Budiono selaku Menteri Keuangan mengenai standar pengembalian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Dari mana besarnya dana ini diterima. Dasarnya adalah lembaga yang dibentuk berdasar Keppres No 34/1998 dan kemudian diterbitkan PP RI No 17/ 1999 itu memiliki wewenang besar untuk melakukan pengembalian uang melalui restrukturisasi utang dan penjualan hak tagih yang ditempuh secara langsung yang jumlahnya sekitar Rp 650 triliun. Kenapa sampai terjadi BLBI? Karena itu memang harimau Asia berubah menjadi tikus Asia. Thailand langsung memesan 9 ahli keuangan dari berbagai negara dunia untuk menetapkan harga dolar. Ditetapkanlah satu kesatuan untuk membawa baht ke luar negeri dilarang dan begitu pula membawa dolar kedalam negeri dilarang. Bagaimana pula dengan Malaysia? Setiap pengunjung di Malaysia harus mengisi formulir jumlah uang dan tidak melebihi 2 ribu dolar dan melarang dengan keras membawa dolar ke luar negeri. Bagaimana pula dengan Indonesia? Soeharto dengan hidung kembangnya ini membiarkan keadaan di Indonesia persis seperti di Eropa. Duit boleh keluar masuk. Celakanya mulai terdengar demam di bank-bank Indonesia. Orangpun berjubel ke bank termasuk ke Bank Central Asia (BCA). Padahal ditiap kota ada tulisan “Bank anda dijamin Negara�, tak
230
Tabrani Rab
ada do begini diseluruh dunia kecuali Indonesia. Saya diberitahu Ali yang ketika itu memegang BCA “kurs sekarang 350 rupiah”. Maka saya berhenti membawa buku ke universitas tapi membawa bakul ke BCA. Memang kurs 350 tapi tak ada cash yang ada hanyalah travel cek, itupun hanya berbau merrylinch. Pulang kerumah sayapun membawa dua kambut duit sayangnya tak dapat diuangkan, dikuncilah dalam lemari. Di luar negeri keadaan lebih runyam lagi. Maka city bank card tidak diterima. Beberapa bulan kemudian barulah boleh dimasukkan ke bank dengan kurs yang tak tentu arah. Pokoknya ketika itu resesi, resesi manusia dan resesi barang. Padahal baru saja saya mengikuti konferensi dunia mengenai perkembangan Asia. Kemana? Pada tahun 1990 hadir dalam pertemuan Asia’s Role in The Changing World, International Conference, Taipe-Taiwan 1992, dan Tokyo- Japan, 1993 Waves of The Future-Asean, Vietnam and China, The Asia Society, Singapura, 1994 ; Member of Asia Society, Taipeh, Taiwan, 1982. Working Group ‘Future of the Pacific Rim’; Member of Asia Society, Tokyo, Japan, 1993. Working Group ‘Asia’s Role in The Changing World Order’; Member of Asia Society, Singapore, 1994. Working Group ‘Waves of The Future Asean, Vietnam and China’. Dalam konferensi ini dibakarlah semangat Asia Tenggara, bukan main hebat. Ee… tak tahu sebulan sesudah itu lapuk. Persis ibarat air didalam keladi, walaupun tergenang tetapi tidak meninggalkan bekas. Yang lucunya ketika di Singapura duduklah pakar ekonomi antara lain Thaksin, Aburizal Bakri dan disebelahnya saya. Kamipun sibuk berbincang bagaimana peranan militer di Thailand. Tak sampai 6 bulan kemudian, sayapun berkeliling Thailand dan melihat gambar Thaksin ini diseluruh ruas jalan. Thaksin pun kemudian menjadi Perdana Menteri dan berjualanlah dia dengan telkomsel Thailand US$ 2 miliar. Raja pun murka pada Thaksin lalu dipakainyalah jenderal yang muslim untuk membasmi kekerasan di Thailand. Apa yang terjadi? Thaksin kemudian terpelanting dari kekayaannya dan terjerembab kedalam lumpur dan sekarang sibuk didalam club sepak bola terkaya di dunia. Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
231
Balik ke cerita BLBI, bank pun terkumpul 650 triliun rupiah. Darimana duit sebanyak ini? Ada pinjaman dari bank dunia, ada pinjaman dari ADB, ada pinjaman dari IMF, ada gadaian pada tiaptiap bank. Pokoknya setiap direktur bank menjerit duit tak ada. Di BCA sampai ke jalan sudirman antri minta duit karena bank ini dipimpin Herman dari Selatpanjang. Kas BCA kosong, tinggal kas BPD duit 2 sen. Waktu itu tak ada korupsi seperti Bupati Bengkalis dan wakil masyarakat Riau sibuk menjual tanah Sakai. Tiba-tiba saja Mahathir menuduh Soros menggelapkan uang Malaysia. Sebab Soros ahli, kalau ada pergolakan politik, dibelakang itu ada pergolakan duit maka Sorospun membeli uang banyak sehingga Malaysia centang prenang. Bagaimana dengan Soeharto? Kepala tata negara yang terhormat tamatan Universitas Hayamwuruk memberikan pinjaman kepada bank. Bank-bank penerima BLBI; BDNI sebesar 37,039 trilyun dengan pemilik Syamsul Nursalim; BCA sebesar 26,596 trilyun dengan pemilik Liem Sioe Liong; Bank Danamon sebesar 23,049 trilyun dengan pemilik Usman Admadjaya; Bank Umum Nasional sebesar 12,067 trilyun dengan pemilik Bob Hasan dan Kaharudin Ongko; Bank Indonesia Raya (BIRA) sebesar 4,018 trilyun perusahaan publik; Bank Nusa Nasional sebesar 3,020 trilyun dengan pemilik Aburizal Bakrie; Bank Tiara Asia sebesar 2,978 perusahaan publik; Bank Modern sebesar 2,557 trilyun dengan pemilik Samadikun Hartono; Bank Utama sebesar 2,334 trilyun dengan pemilik Hutomo Mandala Putra dan Bank Asia Pacific sebesar 2,054 triliun. Daftar para obligor yang belum melunasi kewajibannya, Atang Latief (Menteri, Bank Indonesia Raya – hutang 325,46; James Januardy (Bank Namura Internasional–hutang123,04); Ulung Bursa (Bank Lautan Berlian-hutang 615); Lidia Mochtar (Bank Tamara – hutang 202,80); Omar Putirai (Bank Tamara – hutang 190,17); Marimutu Sinivasan (Bank Putera Multikarsa-hutang 1.130,61T); Kaharuddin Ongko (Bank Umum Nasional – 8.348,00 Trilyun); Samadikun (Bank Modern – hutang 2.663, 00 Trilyun). Sedangkan Daftar Banker yang dilimpahkan ke Tim Pemberantasan Korupsi;
232
Tabrani Rab
Atang Latief (Bank Indonesia Raya – hutang 325,46); James Januardy (Bank Namura Internasional–hutang123,04); Ulung Bursa (Bank Lautan Berlian-hutang 615); Lidia Mochtar (Bank Tamara – hutang 202,80); Omar Putirai (Bank Tamara – hutang 190,17); Marimutu Sinivasan (Bank Putera Multikarsa-hutang 1.130,61T); Daftar Banker yang diserahkan kekepolisian Baringin Panggabean (Bank Namura Internusa-APU- 158,93 ); Santosa Sumali (B.Metropolitan – APU – 46,55); Fadel Muhammad (Bank Intan – APU-93,28 ); Santosa Sumali (B. Bahari-APU-295,05); Trijono Gondokusumo (Bank PSP- APU – 3.3031,11 trilyun); Hengky Widjaya (Bank Tata-APU-461,99); I Gde Dermawan (Bank AkenAPU-680,89); Tarunojoyo Nusa (Bank Umum Servitia-APU-3.336, 44 trilyun); Kaharuddin Ongko (BUN – MRNIA-8.348,0 trilyun); Samadikun H. (Bank Modern – MRNIA-2.663,0 trilyun). Total BLBI yang dikucurkan sedikitnya Rp 320 triliun. Terdiri dari Rp l44,5 triliun yang diterima 48 bank umum swasta nasional dan Rp l75 triliun yang diterima bank BUMN. Dampak bagi seluruh rakyat amat besar. Karena dari kewajiban untuk melunasi obligasi BLBI sebesar Rp l44,5 triliun, nilai aset yang diserahkan pemegang saham mayoritas bank penerima BLBI hanya sekitar Rp 12 triliun atau 8,5 persen. Dari 33 proyek yang dipelajari, 10 proyek utama berasal dari ECA. Maka ada 10 proyek yang utama. 10 proyek utama ini memberikan konstribusi yang paling besar dari pinjaman ECA. Proyek ini mengkoordinir bank-bank atau pinjaman komersial dari sindikat. Tiga dari proyek ECA yang utama untuk Indonesia berasal dari JEXIM, US EXIM, dan Hermes. ECA Skandinavia yakni FGB dan EKN sebagaimana juga Canadian Export Development Corporation juga memegang peranan penting dalam pinjamannya ke Indonesia. Bank Swiss ECA, Export Risk Guarantee juga memegang peranan penting terutama dalam membiayai pembangkit tenaga listrik dan refineri.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
233
Besi Tua Dumai
E
ntah nasib Dumai lah. Puluhan miliar ditanam oleh Gubernur Rusli Zainal, bangkruttt. Datanglah Komisi B DPRD, Azwir Alimuddin meninjau, sesudah komisi B ini masuk diterminal agrobisnis dan keluar dari rumah potong hewan “Proyek Pemprov terancam jadi besi tua. Terminal agribisnis yang letaknya di dekat bibir pantai jantung Kota Dumai itu kondisinya masih kosong melompong. Tidak ada satupun mobiler mendukung operasional. Di bagian luar semak belukar cukup rimbun dan bahkan ada bagian dari gedung dibangun dengan dana puluhan miliar rupiah. Ini ditemukan dalam kondisi retak. Sementara di rumah potong hewan yang menyedot sedikitnya Rp 6 miliar dana APBD Riau dan Rp 4 miliar dana APBD kota Dumai itu juga sudah sejak tahun 2004 tak digunakan sejak selesai dibangun�. Komisi B pun beranggapan inilah akibat dari Gubernur tak tahu ujung pangkal proyek, bantai sementara walikota apakan tak tahu. Apa pula kata Azwir Alimuddin? Yang pasti gedung itu sendiri sejauh ini belum diserahterimakan oleh Pemerintah propinsi Riau. Alasan ini pula kemudian menyebabkan Pemko Dumai membiarkan asset ini tak beroperasi. Tidak beroperasinya rumah potong hewan ini sangat disesalkan. Padahal Pemrov terus mendesak adanya anggaran saat pembangunan. Tapi setelah dibangun justru ditelantarkan. Cara-cara seperti ini menurutnya tidak professional dan merugikan daerah. Dalam kunjungan lapangan komisi ini turut hadir Syamsul Hidayah Kahar, Nurdin, Azwir Alimuddin dan Arsyad Djuliandi Rachman disertai dengan
234
Tabrani Rab
pejabat dari dinas terkait. Kondisi tak kalah mengkhawatirkan terlihat dari aset rumah potong hewan yang sejak tahun 2004 lalu tak diperasionalkan. Peralatan pemotong ternak dibeli dari Belanda dengan dana miliaran rupiah masih parker di gesung berdiri diatas areal 20 hektar itu. Alat-alat mahal itu tanpa diawasi dengan sistem keamanan kecuali hanya menyiapkan petugas pemegang kunci jika sewaktu-waktu ada kunjungan perampok. Ira Fergiroto, Kasi Kesehatan Rumah Potong mengakui terlantarnya rumah potong hewan ini akibat belum adanya aliran listrik, sarana pengolahan limbah ternak dan air. Rumah potong hewan dengan kapasitas potong 50 ekor per hari ini pernah diuji coba pada Idul Adha tahun lalu tapi ternak dibawa masyarakat batal dipotong karena tak ada listrik dan air. Menurut Dr. Hewan Budiono secara fasilitas rumah potong hewan ini sudah layak dioperasikan untuk menggantikan tempat pemotongan hewan yang ada. Rencananya rumah potong hewan itu menjadi pusat seluruh pemotongan ternak. Pihaknya terkesan pasrah apa kata pemerintah, pokoknya pilih yang satu itu, bajkun asli baju kuning. Jangan disangka dengan membangun Riau makin baik, tapi malah penyok. Kalau ada kasus korupsi di Riau, sayalah yang duluan membukanya. Ceritanya begini; “Ngah, dah bace belum Keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia? Cobalah Ngah balik halaman dua, bunyinya begini ‘Adanya seorang yang mengaku kerabat Gubernur Propinsi Riau menghubungi salah satu peserta prakualifikasi untuk meminjam perusahaan tersebut untuk digunakan mengikuti tender ini. Untuk itu perusahaan tersebut memperoleh imbalan berupa fee’ Itu baru satu kalimat Ngah, kalau nak balik lagi halaman 18 tendernya bengak-bengak saja Ngah”. 5 tahun yang lalu sayapun berkunjung ke sekolah perikanan di Purnama -Dumai. Adalah 20 orang pakai baju kaus menghadap saya. “Tuan-tuan ini sekolah apa?”. “Sekolah perawat Pak”. “Kenapa bukan sekolah laut?”, tanya saya. “Gedung ini sudah diambil Pemda Pak untuk sekolah perawat, tinggallah kami beberapa ekor. Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
235
Itupun sekolahnya tak jadi-jadi. Sebab guru ikan sudah tak datang lagi Pak, termasuk Bapak. Lama saya termenung. Kenapalah sekolah yang menelan dana belasan miliar ini tak jadi-jadi. Sementara di Thailand sudah jadi. Saya langsung teringat pada pengalaman saya tahun 1968. Ketika itu di muara sungai Rokan dibangun proyek pasang surut. Berapa biayanya? Tak tanggungtangung Rp 22 miliar. Untuk memotong langkah saya pun pergi ke Thailand. Lalu lapor dengan Soebrantas, gubernur Riau saat itu “Berhentikan sajalah Pak proyek tu, tak ada tenaga ahli untuk itu do�.Selanjutnya Soebrantas, saya dan Himron Saheman melaju lewat Duri sampai juga ke Sungai Rokan dan dalam hati Soebrantas betul juga ni. Dalam waktu pendek Soebrantas pun terbang ke Jakarta. Tinggallah saya seorang diri. Tiba-tiba Sinar Harapan menurunkan berita, “Jangan neko-neko, kata Amir Mahmud kepada Soebrantas�. Akan tetapi Firdaus yang mendapat gelar brilian dari Gubernur Rusli Zainal tiap hari mengeluh dengan saya karena yang menagih duit ini adalah tentara yang memakai pistol. Mau dipengapakan. Sesudah 2 tahun berjalan proyek inipun licin tandas maka disepanjang jalan nampaklah bekas-bekas bulldozer Perancis, macam perang Vietnam. Inilah yang mendapat pujian dari Pak Gubernur, brilian. Sesudahnya proyek ini apakan-tidak saja dan padi Rokan pun tak jadi sementara Rp 22 milayar duit pun menguap ke udara dimana 1 dolar sama dengan 200 rupiah pada tahun 1968 itu. Nasib Dumai saat ini begitu jugalah.Zaman dahulu kala ketika ayah saya menjadi Camat yang kedua di Dumai menggantikan Wahid adalah ditengah kota Dumai itu kuburan putri tujuh. Kini kemana pun anda menanam modal di Dumai alamat akan tenggelam menjadi besi tua. Termasuklah di pelabuhan Dumai dan di desa Purnama. Muchtar Ahmad tinggal 20 biji baju kaus yang belubang-lubang persis bentuk akong-akong. Sehingga lebih sedap disebut dengan Institut Teknologi Merynscience Akong tinggal mendatangkan loya saja. Kisah lain ada pula niat kami adik beradik berkeinginan untuk membangun Dumai menjadi kota
236
Tabrani Rab
yang islami. Walaupun tidak seindah Malaka, maka diboboklah bangunan tiga lantai ini menjadi bangunan hotel bernuansa Mekah. Hasilnya masyaAllah bangunan runtuh dan kantongpun bocor.. Yang tinggal di Dumai hanyalah asap Itulah sebabnya saya tidak tertarik ketika ada orang yang bernama Awaludin menawarkan 100 hektar tanah di Pelintung kepada saya. Karena selain tak berduit juga karena tanah ini tak tahu batas dan ujungnya dimana “Dah lah Wal, aku tak ndak beli tanah di sini, takut terkubur di sini, kata saya”. Nah, bagaimana pula pendapat Walikota Dumai sesudah mendapat instruksi dari Gubernur Riau? Gubernur Riau HM Rusli Zainal SE MP langsung mengintruksikan Wali Kota Dumai Drs H Zulkifli AS agar mencegah kabut asap yang sudah mulai muncul di daerah Kota Dumai. “Saya minta untuk terus melakukan koordinasi, nanti saya juga akan menghubungi Dishut Provinsi agar bisa bersama-sama mengatasi masalah kebakaran lahan ini, tolong berikan informasi setiap ada perkembangan”, ujarnya di hadapan Wali Kota Drs H Zulkifli AS dan Wakil Wali Kota Dumai dr H Sunaryo. Instruksi ini disampaikan Rusli sesaat setelah menyaksikan kabut asap yang cukup tebal, dalam perjalanannya dari dari Pekanbaru ke Dumai. Mendapat instruksi dari Gubri, Wali Kota Dumai Drs H Zulkifli AS saat ditemui menyebutkan, akan segera melakukan koordinasi dengan instansi terkait, guna mengatasi masalah kabut asap yang mulai menyelimuti Kota Dumai. “Kita akan melakukan koordinasi untuk mengatasi permasalahan ini sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh Gubernur Riau”, tuturnya. Wako mengimbau agar seluruh masyarakat Kota Dumai tidak membakar lahan, apalagi larangan membakar lahan telah diatur dan sangsinya tegas. “Kita minta agar masyarakat tidak membakar lahan, agar kondisi tidak semakin parah,” tegasnya. Datanglah Untuk Membangun Akhirnya Innalillahi. Dumai.. Dumai ...
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
237
Mau Kaya???
S
atu kali saya datang ke Kapolda. “Pak, yang paling enak mencari duit ini memang tigalah Pak, kalau tak jadi polisi, jaksa atau hakim. Terima duit habis perkara�. Pak Kapolda membuka kisah, cobalah dibayangkan yang dicuri itu hutan, kalau hutan itu ditebang tentu tinggal tonggaknya, kalau tonggaknya tinggal tentu semuanya habis. Kalau semuanya sudah habis tentu ikanikan sudah habis semua. Kalau ini semua sudah habis tentu tak dapat lagi menanam pokok. Kalau pokok ini habis kita pun habis, begitu cerita Pak Kapolda. Nama saya ini memang hebatlah. Hebat betuulll.... Coba bayangkan. Pensiun tanggal 27 Desember 2006, gaji pegawai 1.552.500. Karena keputusan pemerintah no. 13 tahun 2007 naiklah gaji sebanyak 200 ribu. Karena rumah saya ada tujuh, masing-masing listrik bayarnya 500 ribu, maka 10 persenpun tak sampai dari gaji listrik sementara listriknya membumbung naik. Inilah yang membuat marah Lee Kuan Yew. Satu kali dia ajar perdana menteri Malaysia, supaya tak ada korupsi naikkan gaji pegawai. Bagaimana mau menaikkan gaji pegawai? Kebetulan dalam acara ulang tahun Polda saya diundnag juga. Pidato lah saya di depan Konsul Jenderal Singapura yang namanya Sigh. Di Singapura tak ada polisi tapi undang-undang jalan. Di Malaysia banyak polisi, undang-undangnya jalan jugalah sikit, masuk kantong banyak. Di Indonesia semua polisi, duit tak masukmasuk. Kalau mau tanya, tanyalah sama Lee Kuan Yew. Bukannya sekali saya menyogok polisi. Kali yang pertama ketika Cina yang namanya Tan menyewa rumah saya di jalan
238
Tabrani Rab
Diponegoro. Polisi inipun memanggil saya dengan surat panggilan resmi, nama polisinya Hattarudin. “Ini menurut undang-undang Cina ini harus membayar pajak, kalau tidak yang tahu pun boleh ditangkap�. Artinya sayapun nak ditangkap polisi. Di kali yang lain lagi polisi tahu pula bahwa saya diberi duit oleh Cina. Dasarnya hanya ancua alias kenalan saja. Entah bagaimana cara polisi tak dapat minta duit saya. Di kali yang lain lagi siswa saya tertangkap kering di Hotel Ibis. Sayapun dipanggil polisi. Apa hubungan saya dengan polisi. Bantai dikau lah. Tapi yang menyakitkan hati ketika saya membeli mobil Volvo di Jakarta. Saya berilah nomor angka kelahiran saya, eeehhhh dipangkah juga sejuta. Alhasil bilalhusal kalau polisi ini menjadi imam dan dia terkentut, maka terkentutlah semua makmum. Akan halnya dengan polisi yang telah menjadi imam ini adalah polisi yang bernama Jaksa Urip Tri Gunawan, wahhh ini ceritanya tak kepalang tanggung. Dua kali mengadili Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Tertangkap menerima suap dari obligator Rp 6,1 miliar, pantas dihukum mati. Perbuatan jaksa kepercayaan Kejaksaan Agung dianggap mencemarkan pemerintah dan bangsa Indonesia. Ketika Jaksa Agung berdialog dengan DPR RI mata Jaksa Agung inipun meleleh-leleh dek sedeh. Padahal Jaksa Agung Urip ini sudah menjatuhkan hukuman mati pada Amrozi. Apa pasal Urip ditangkap? Jaksa Urip yang berkepentingan dalam penghentian kasus BLBI I dan II disergap petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di rumah konglomerat Sjamsul Nursalim, bos BDNI di jl Hang Lekir, Jakarta. Dari tangan Urip disita uang 660 ribu dolar AS atau sekitar Rp 6,1 miliar. Uang itu diserahkan Artalyta Suryani, perantara yang diduga keponakan istri Sjamsul Nursalim. Urip dan Artalyta pun dijebloskan tahanan malam itu juga. Foto Kapolri tampak mengenakan setelan jas warna coklat dan istrinya terbalut baju warna krem. Artalyta mengenakan baju putih dan coklat, serta Murdaya Po merah dan istrinya berbaju warna pink. Foto itu dibagi-bagikan seorang perempuan kepada wartawan dan anggota Komisi III DPR di gedung DPR Senayan, Jakarta. Artalyta adalah istri almarhum Surya Dharma, bos Gajah Tunggal. DPR Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
239
menyoroti bahwa kasus tertangkapnya jaksa Urip dalam kasus suap menjadi indikator bahwa institusi kejaksaan harus dibersihkan. Adapun kasus BLBI baru saja dihentikan penyidikannya pada 29 Februari lalu. Tim pengawas internal Kejaksaan, Kamis (6/3) pagi, memeriksa Urip Tri Gunawan di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta Pusat. Dia diperiksa berdasarkan aturan tindakan disiplin pegawai negeri sipil terkait jabatannya sebagai jaksa di Kejaksaan Agung. Urip diperiksa dengan didampingi tim penyidik KPK. Pemeriksaan dilakukan lantaran jaksa pengawas membutuhkan bukti tentang penangkapan serta penahanan Urip dalam kasus dugaan penyuapan skandal Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Hasil pemeriksaan nantinya dijadikan dasar untuk memberhentikan Urip sementara sebagai jaksa. Sejauh ini, KPK terus menelusuri keterkaitan pihak lain di luar Urip dan Artalyta Suryani, selain jaksa tim BLBI, KPK juga tengah menyelidiki keterlibatan salah seorang kuasa hukum Syamsul Nursalim yang saat itu berada di tempat kejadian perkara. Pada pemeriksaan kali ini, Artalyta belum bersedia diperiksa oleh jaksa pengawas dengan alasan sedang sakit. Ada cerita lain lagi Pak Kapolda. Di kampung saya Labuhan Tangga dipakai oleh Nurdin untuk mengangkut gula untuk mengongkosi PSSI. Dulu dipakai oleh Nurdin untuk menyeberang dari Portklang sekarang dipakai oleh Alam. Kenapa Portklang? Karena Portklang dengan Labuhan Tangga sangat dekat. Di mobil yang mengangkut Alam, diapit dua anggota Bareskrim Polri di bangku tengah. Tepat pukul 9.45 pria berusia 37 tahun ini dibawa ke Mapolsek Kota, bertemu dengan tersangka Niko, Mashudi, Eriyanto Rahman, Pasaribu dan Asiong. Pemindahan enam tersangka penyeludupan ini dilakukan dengan pengawalan ketat. Mereka semula tak diborgol, tapi begitu akan memasuki pesawat, tangan mereka tak bebas lagi. “Para tersangka ini akan kita sidik lebih lanjut di Mabes Polri dibawah Ketua Tim, Kombes (Pol) Drs. H. Raja Erisman. “Saya ke Jakarta hanya jalan-jalan. Liburan�, ujar Alam. Di akhir cerita sayapun mengisahkan Kapolsekta Tenayan Raya dan Kapolsekta Pekanbaru Kota yang diberhentikan. Tempat
240
Tabrani Rab
pneyimpanan barang ini adalah gudang yang terbut dari kayu. Satunya memiliki luas sekitar 20x15 meter, sedang satu gudang lagi berbentuk leter L dengan luas sekitar 30x30 meter. Di depan gudang nampak puluhan truk bermuatan barang masih berjejer parkir dan belum bisa dibongkar karena gudang dalam keadaan penuh. Sedikitnya ada 42 unit truk yang muatannya masih belum dibongkar, truk-truk itu menyebar, ada yang diparkir di depan gudang ada juga yang diparkir di samping dan depan Polsek Tenayanraya. Tim melihat dari dekat beberapa jenis barang hasil tangkapan, di mana di gudang yang pertama terdapat ribuan karung gula pasir serta velg mobil dan beberapa alat elektronik dan mobil-mobilan yang harganya jutaan rupiah per unit. Gudang tersebut penuh sesak meski telah ditata rapi. Sementara di gudang satunya lagi, tersusun rapi barang-barang, mulai dari barang eketronik, seperti DVD, tape, radio, catok (alat pelurus rambut), mikrofon dan lainnya, serta sepatu, tas, barang pecah belah dan makanan ringan dalam jumlah sangat banyak yang memenuhi gudang. Di tempat yang sama, Diah Maulida mengatakan, dirinya belum bisa berkomentar banyak atas pengungkapan penyeludupan itu. Sebab kasusnya masih dalam penyidikan pihak kepolisian. ‘’Nanti jika penyidikan sudah selesai dan semuanya jelas, saya baru bisa berkomentar tentang perindustrian dan perdagangan luar negeri, sesuai kapasitas jabatan saya saat ini,’’ sebut Diah. Meski demikian katanya, jika memang seluruh barang-barang yang ada ini diseludupkan dan tidak membayar pajak berarti para pelakunya memang harus ditindak sesuai undang-undang yang berlaku karena mereka telah melakukan pelanggaran. Selanjutnya rombongan melihat barang bukti di dalam truk-truk yang diparkir di depan Polsek Tenayan Raya. Kemudian informasi yang diperoleh, tim melihat langsung tiga kapal yang dijadikan alat pengangkut barang bukti sebelum kembali ke Jakarta. Beginilah kalau kita mau kaya. Pegang kalau tidak penguasa, polisi, jaksa dan hakim kalau tidak seperti Urip atau pakai saja jenis yang kedua Niko, Mashudi, Eriyanto Rahman, Pasaribu dan Asiong, maka kayalah kita.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
241
Banjir Heli
S
aya ini sekolah di Pekanbaru tahun 1952. Entah sudah lahir Gubernurnya sayapun tak tahu. Rasanya tak adalah banjir, kecuali setahun sekali. Banjir yang terjadi hampir sepekan di tiga kabupaten di Riau, Kampar, Rohul, dan Kuantansingingi telah merendam lebih 6.500 rumah Kepala Keluarga (KK). Rinciannya, di Kampar dan Rohul 3.245 KK, sedangkan di Kuansing 3.384 KK. Data untuk Kampar dan Rohul sesuai dengan pengaduan yang dibuat ke Badan Kesejahteraan Sosial (BKS) Provinsi Riau sebagai Sekretariat Satuan Koordinator Pelaksana (Satkorlak) penanganan dan penanggulangan bencana Provinsi Riau, Jumat (14/3). “Tadi kita baru menerima surat pengaduan dari dua kabupaten yang beberapa kawasannya sudah terendam banjir�, ungkap Kepala BKS Provinsi Riau melalui Kepala Sub Bidang Bantuan Sosial A Alius kepada wartawan di ruang kerjanya. Di Rohul, banjir sudah merendam lima desa di Kecamatan Bonai Darussalam, yaitu Desa Sontang sebanyak 669 KK, Teluk Sono 806 KK, Bonai 852 KK, Kasang Padang 200 KK, dan Kasang Muntai sebanyak 195 KK. Entah berapa uang yang telah disepah oleh Wan Darlis tak nampak ujung-ujungnya, ntah jaksanya, entah polisinya, entah hakimnya, pokoknya duit. Banjir di Kampar, menurut Kepala Kesbanglinmas Kampar Ranayus, bersumber dari hujan yang turun secara terusmenerus, dan akibat luapan air Sungai Kampar Kiri dan anak Sungai Lipai yang mengaliri empat desa. Begitu juga di Rohul, banjir disebabkan hujan terus menerus dan meluapnya air Sungai Rokan, yang sudah berlangsung sejak 5 Maret lalu.
242
Tabrani Rab
Sementara di Kuansing, data Badan Pemberdayaan Perlindungan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial (BPPMKS) Kabupaten Kuansing, dari sembilan kecamatan yang berada di sepanjang Sungai Kuantan yakni Kecamatan Kuantan Tengah, Gunung Toar, Kuantan Mudik, Hulu Kuantan, Benai, Pangean, Kuantan Hilir, Inuman dan Cerenti, telah menyebabkan 3.384 rumah warga terendam. Kepada Riau Pos, Kepala BPPMKS Kuansing Wariman DW SP didampingi Sekretaris BPPMKS Maifadal Muin S Sos dan Kabid Kesejahteraan Sosial Rukmi, Jumat (14/3) merinci kawasan-kawasan yang terendam banjir hingga Kamis (13/3) malam, antara lain di Kecamatan Kuantan Tengah sebanyak 223 KK, masing-masing Desa Pulau Baru Kopah 95 KK, Desa Munsalo 108 KK, Desa Pulau Kedundung 20 KK. Sedang di Kecamatan Pangean, rumah warga tergenang air hingga 50 Cm sebanyak 1.439 KK, masing-masing Desa Padang Kunyit 197 KK, Pulau Rengas 143 KK, Desa Teluk Pauh 90 KK, Desa Pulau Tengah 24 KK, Desa Sukaping 175 KK, Desa Pauh Angit 325 KK, Desa Padang Tanggung 75 KK, Desa Pembatang 30 KK, Desa Pulau Kumpai 230 KK, Desa Pulau Rengas 15 KK, Desa Tanah Bekali 120 KK, dan Desa Pasar Baru Pangean 15 KK. Sementara di Kecamatan Inuman, sebanyak 1.065 KK yang bermukim di Desa Pulau Busuk sebanyak 125 KK, Desa Seberang Pulau Busuk 120 KK, Desa Pulau Sipans 250 KK, Desa Pulau Panjang Hulu 130 KK, Desa Pulau Panjang Hilir 320 Kk dan Desa Banjar Nan Tigo 120 KK, pun ikut terendam. Di Kecamatan Kuantan Hilir, memang tidak separah Kecamatan Pangean, tetapi justru desa yang terendam banjir hampir merata. Banjir menyebabkan rumah-rumah yang berada di Desa Pulau Madinah yang ditempati 47 KK terendam. Desa Pulau Kijang 70 KK, Desa Tanjung Pisang 25 KK, Desa Pengalian 40 KK, Desa Tanjung Putus 40 KK, Desa Pulau Baru 40 KK, Desa Pulau Beralo 80 KK, Desa Pelukahan 56 KK, Desa Kampung Tengah 65 KK, Desa Danau 14 KK, Desa Lumbok 15 KK, Desa Kepala Pulau 15 KK, Desa Banuaran 5 KK, Desa Pulau Kulur 45 KK dan Desa Sei Soriak 65 KK. Sedangkan di Kecamatan Cerenti, kawasanTempias 2007-2009: Menuai Hujan
243
kawasan yang terendam antara lain, Desa Teluk Pauh sebanyak 15 KK, Desa Sikakak 10 KK, Desa Pulau Bayur 10 KK, Desa Pulau Panjang 15 KK dan Desa Pulau Jambu 25 KK. Sementara Bupati Kampar Drs H Burhanuddin Husin mengaku, Pemkab Kampar sudah menyedikan dana sebesar Rp3 miliar untuk bencana alam termasuk banjir. Sedang informasi terbaru dari Camat Gunung Sahilan Ismanto, Jumat (14/3) petang, banjir di empat desa di Gunung Sahilan sudah mulai surut. Namun masyarakat dan posko masih siaga, apalagi melihat kondisi banjir di Kampar Kiri Hulu bisa saja nantinya bermuara ke Gunung Sahilan. Dulu tak ada banjir begini do. Sesudah gubernur dijabat Soeripto, Imam Munadar, Saleh Djasit, Rusli Zainal habis Riau ini dikerjain gubernurnya. Konon Rusli Zainal membuat surat ke Bupati Indragiri Hilir yang bunyinya begini “1. Areal hutan dimohon untuk pembangunan hutan tanaman oleh PT Inhil HUtan Pratama terletak di daerah kec. Tempuling, Kab. Indragiri Hilir seluas 11.675 Ha. 2. Berdasarkan peta hasil tata batas kawasan hutan propinsi Riau areal yang dimohon untuk membangunan hutan tanaman PT Inhil Hutan Pratama seluas 11.675 ha tersebut seluruhnya berada diluar kawasan hutan. 3. Berdasarkan Perda nomor 10 tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) propinsi Riau areal seluas 11.675 ha tersebut berada pada arahan pengembangan kawasan kehutanan seluas 1.845 ha, arahan pengembangan kawasan perkebunan seluas 5.620 ha, arahan pengembangan transmigrasi seluas 4.210 ha. 4. Pembangunan hutan tanaman yang berada diluar kawasan hutan akan menambah luasan kawasan hutan produksi tetap, sebagai sumber bahan baku industri pengolahan kayu serta dilihat dari letak areal calon hutan tanaman diharapkan dapat menjadi buffer kawasan hutan yang berbatasan langsung dengan calon areal hutan tanaman PT Inhil Hutan Pratama. 5. Berdasarkan hal tersebut pad aprinsipnya kami menyetujui pembangunan hutan tanaman PT Inhil Hutan Pratama seluas 11.675 di Kab. Indragiri Hilir�. Bagaimana pula Pekanbaru ini tak hanyut, belum lagi surat
244
Tabrani Rab
dari bupati-bupati lain. Gubernur maupun bupati di Riau yang tidak menghiraukan adanya Keputusan Menteri Kehutanan dan Peraturan pemerintah (Kepmenhut 541/2002 dan PP 34/2002.) yang telah meniadakan kewenangan mereka (Gubernur dan Bupati). Hasil Analisis WALHI menemukan ada 34 IUPHHK dengan luas total 378.299,50 hektar yang dikeluarkan setelah izin tersebut berlaku. Izin tersebut masing-masing keluarkan oleh Gubernur Riau (era H.Saleh Djasit) sebanyak 1 izin dengan luas 12.270,50 hektar, Bupati Pelalawan (H.T.Azwun Jaafar) 21 izin dengan luas total 175.639 hektar, Bupati Indragiri Hulu (H.Raja Thamsir Rahman) 5 Izin dengan luas total 73.840 hektar, Bupati Siak (H.Arwin AS) 6 izin dengan luas total 82.425 hektar dan Bupati Indragiri Hilir (era H.M Rusli Zainal) 2 izin dengan luas 30.225 hektar. Belum lagi jika dilihat dari Kriteria lahan, seharusnya lahan yang diperbolehkan untuk HTI adalah lahan kosong, padang alang-alang maupun semak belukar BUKAN pada lahan Hutan Alam. Namun kenyataannya 34 IUPHHK-HT tersebut diberikan di atas Hutan Alam. Jadi jelas bahwa izin-izin tersebut Bupati telah melakukan tindakan melawan hukum. Kebijakan yang mengatur tentang Kriteria lahan yang boleh untuk HTI terbunyi jelas dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1990 Pasal 5 ayat 1-2, PP No.34 tahun 2002 Pasal 30 ayat 3, Keputusan Menteri Kehutanan No. 21/Kpts-II/2001, dan Keputusan Menteri Kehutanan No. 10.1 / Kpts-II/2000 Pasal 3 ayat 1-7. Untuk menindaklanjuti Kepmenhut 541/2002 dan PP No. 34 Tahun 2002 yang telah mencabut kewenangan Gubernur dan Bupati/Walikota dalam mengeluarkan IUPHHK-HT. Menteri Kehutanan M.S.Ka’ban telah melakukan langkah-langkah konkrit berupa Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-II/2005 tanggal 18 Januari 2005 tentang Pedoman Verifikasi IUPHHK pada Hutan Alam dan atau Hutan Tanaman yang diterbitkan oleh Gubernur atau Bupati / Walikota, kemudian dilanjutkan dengan membuat Surat edatan No. S.26 / Menhut--VII/2005 tanggal 25 Januari 2005 yang ditujukan untuk Gubernur dan Bupati/ Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
245
Walikota se-Indonesia yang isinya menegaskan kembali bahwa kewenangan mereka mengeluarkan izin IUPHHK-HT sudah dicabut sejak keluarnya Kepmenhut No.541/2002 dan PP No.34 tahun 2002. Untuk mengurus proses Verifikasi tersebut Menteri Kehutanan juga telah menunjuk Ketua Tim Verifikasi yaitu Ir. Listya Kusumawardhani, MSi., Direktur Bina Rencana Pemanfaatan Hutan Produksi Ditjen Bina Produksi Kehutanan Departemen. Namun yang cukup disesalkan adalah ternyata Tim verifikasi ini hanya akan melakukan verifikasi apabila ada Proposal permintaan Verifikasi dari Pejabat Berwenang di Daerah, dan apabila tidak ada maka otomatis tidak dilakukan verifikasi. Bagaimana pula tak enak jadi Gubernur, melihat bajir saja pakai heli. Eloknya tecampak heli tu, tenggelam heli tu, saya jadi gubernur. Kan sedap tu. Ini asyik berkeliling dengan heli, tecampaklahhhh dikau heli. Dulu berapa kali banjir dalam setahun. Paling dua kali. Itu pun sebatas berenang. Di jalan Siak, sekarang ini namanya Sudirman banjir paling dua kali, rambutnya pun tak kena air, ini namanya bukan mandi junub.
246
Tabrani Rab
Gambar Cagub dengan Sejuta Masalah
P
ada pemilihan Walikota Pekanbaru yang lalu sayapun hadir di Hotel Mutiara. Ada belasan partai yang hanya memilih satu pasangan calon. Sisanya tak adalah. Lagu pemilihan Walikota ini saya ikuti terus sampai hati kecil ini bilang “Ooo..tidak”. Sifat inipun dibaca oleh kawan-kawan saya yang lain. Apalah pasalnya Tabrani tak tunduk dengan pendapat semua partai kita. Bahkan disamping rumah saya ada partai politik dengan gambar yang amat besar “... Inilah pilihan anda”. Saya menjadi makin tak enak. Kok pemilihan ini saja begini? Puncaknya dua malam sebelum hari H. Saya telepon kawan-kawan saya yang besar-besar di Jakarta mulai dari mantan Ketua Partai yang menjadi pejabat tinggi negara, sekretaris partai, sampai-sampai bendahara partaipun saya telepon. Puncaknya ketika saya bilang ”Kok di Pekanbaru itu pemilihannya begini, bukan begitu?”. Walaupun saya tahu yang begini bukan begitu dan yang begitu bukan begini. Semua petugas partai ini bilang begini ”Pak Tabrani kita akan datang, kampanye dengan saya. Walaupun kita tidak jadi pemenang, yang disebut dengan Indonesia itu kan bukan Pekanbaru saja”. Saya mengikuti terus langkah kepala-kepala partai ini. Sayapun ikut berjoget dilapangan Awal Cros. Lagunya ”Walaupun hidup seribu tahun, jika tak sembahyang apa gunanya”. Lama-lama saya mikir yang menyanyi dan yang menonton yaaa sama saja, tapi jadi jugalah menang dengan 38 persen suara.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
247
Nah, bagaimana kalau anda kini berlang-lang buana dari Jakarta menuju Palembang menuju pula Lampung lalu ke Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, ehhhhh begitu juga yang nampak pemimpinpemimpinnya makin jelas. Di Riau tinggallah Wan Abu Bakar dengan sebiji lilin. Letaknya dekat mesjid Agung Annur. Memang ada juga disamping Gubernur, tapi dimuka kantor Gubernurlah. Sesudah itu Mambang Mit dengan Chaidir saling berebut, bantai dikaulah. Yang jelas angin berhembus kesitulah kita terbang. Pemilihanpun berlangsunglah. Berapa angka pemilih di Riau yang maksimum? Paling 77.03 persen. Itupun di Kuansing. Berapa angka terendah? 64 persen, itu di Kampar. Di negara besar lainnya seperti di Ukraina pemilih sampai 70 persen, tapi di negara ini karena ada 9001 proses maka yang memilih apa nak hati dia saja. Ada satu RW pemilihnya kruang dari 10 orang. Di Riau memang transmigrasi memang lebih penting dari penduduk setempat. Memang KPUD nya menyatakan �Tidak masuk akal pemilih hanya satu dua orang di satu RW/RT. Kami minta masyarakat ikut proaktif�. Tapi kalau itu yang didapat nak apa kamu. Yang penting bagi Cagubri bikin foto cantik-cantik, pasang ditiap simpang. Kalau tidak ditengok orang ya ditengok kucing, kambing, bing...bing. Dalam perjalanan saya berkeliling di daerah lampung maka hampir tiap 200 meter di ibukota kabupaten saya menemukan gambar Gubernur. Besar...besar.... Sama besarnya dengan gambar Rusli Zainal di lapangan terbang Sultan Syarif Qasim II. Di ibukota propinsi seperti di Medan saya menemukan 6 gambar mulai dari Golkar sampai dengan TNI dan entah gambar siapa-siapa lagi. Yang mengesankan justru di Pekanbaru. Gubernur menanamkan gambarnya pada tempat-tempat strategis termasuk induk jalan dari simpang tiga ke Pekanbaru. Ada juga gambar Gubernur yang besar sendiri dan hanya satu yang berpasangan dengan wakil gubernur Wan Abu Bakar, itupun kalau sudah dilihat dari dekat. Sisanya ada gambar dengan Chaidir, ada dengan Mambang Mit, dan belasan gambar dengan istri dan anak-anak sementara dibeberapa titik tampak pula gambar walikota, entah untuk jadi walikota ke berapa. Kemudian yang lucunya di daerah banjir gelap gulita saya
248
Tabrani Rab
memasuki posko Riau Pos termasuk pula posko penghancur hutan Riau yakni RAPP dan Indahkiat. Dan hanya beberapa polisi yang saya jumpa dalam kelabut manusia yang begitu ramai, walaupun korban berjatuhan. Yang digambarkan surat kabar termasuk Riau Mandiri justru pertolongan yang diberikan oleh satpam perusahaan ini. Apalagi gambar di Riau Pos. Apa saja kesalahan pemilu yang digambarkan oleh KPUD dengan 9001 persoalan? Antara lain Komisi Pemilihan Umum (KPU) Riau menemukan 9 ribu permasalahan dalam Data Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pilkada (DP4) Gubernur Riau 2008. Data DP4 itu sendiri merupakan hasil pendataan Dinas Transmigrasi dan Kependudukan (Distransduk) Riau selama setahun. Mulai pemilih ganda, tak cukup umur, satu RT/RW pemilihnya kurang dari 10 orang, pemilih fiktif, hingga nama, tanggal lahir sama, tapi nomor induk kependudukan berbeda. Kesalahan yang dilakukan oleh 10 kabupaten/kota dalam mencacah dan menyusun daftar pemilih saat Pilkada tidak jadi pembelajaran bagi mereka. Berbuat salah untuk ke sebelas kalinya terulang kembali. Setidaknya 9.500 permasalahan ada dalam daftar pemilih disusun Distranskep Riau. Kacau balaunya pendaftaran pemilih bukan kesalahan KPU, karena kita tidak memiliki kewenangan tentang itu. Ada apa sebenarnya ini. Kabupaten Kampar penduduk 591.870 jumlah pemilih 381.108 persentase pemilih 64.39. Kabupaten Indragiri Hulu penduduk 303.155 jumlah pemilih 202.968 persentase pemilih 66.96. Kabupaten Bengkalis penduduk 656.829 jumlah pemilih 429.556 persentase pemilih 65.40. Kabupaten Indragiri Hilir penduduk 668.815 jumlah pemilih 454.961 persentase pemilih 68.02. Kabupaten Pelalawan penduduk 237.131 jumlah pemilih 182.665 persentase pemilih 77.03. Kabupaten Rokan Hulu penduduk 365.232 jumlah pemilih 234.102 persentase pemilih 64.10. Kabupaten Rokan Hilir penduduk 481.570 jumlah pemilih 268.420 persentase pemilih 55.74. Kabupaten Siak penduduk 278.061 jumlah pemilih 178.139 persentase pemilih 64.06. Kabupaten Kuantan Singingi penduduk 317.842 jumlah pemilih 212.383 persentase pemilih 66.82. Pekanbaru 667.775 jumlah pemilih 495.383 persentase pemilih 74.18. Dumai Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
249
penduduk 226 jumlah pemilih 150.991 persentase pemilih 66.55. Total jumlah penduduk 4.794.761, pemilih 3.190.676 dan persentase pemilih 66.55. Yang anehnya tiap daerah pemilu saya pergi masalahnya bukan 9001 tapi sejuta. Ada satu daerah dengan pemilih tak ada, tapi kotak suara lengkap. Ada pula saya pergi kotak lengkap, pemilih tak ada. Ini namanya bukan 9001 tapi sejuta masalah. Tapi pemilu jalan terus. Apa yang digambarkan berbagai koran asing mengenai Indonesia dengan stabilitas politik nol besar anggaran terus defisit, struktur kenegaraan yang tak ada dalam peta dunia. Perebutan antara daerah dan pusat sampai-sampai keputusan pemilu ditangan Mahkamah Agung dan lucunya Presiden mengambil hak inisiatif untuk menunjuk tentara untuk menjadi gubernur walaupun sifatnya sementara. Dalam pada itu koran dunia mengisahkan Indonesia kalang kabut. Sampai-sampai Presiden SBY menulis surat kepada Sekjen PBB akan buruknya politik di tanah air tentu saja ditambah dengan jaminan ekonomi yang tak pantas untuk rakyat. Tenggelammmmmlahaa... dikau. Pokoknya bangun PON kalau perlu menyaingi Olimpiade Beijing 2010. He..he...he...
250
Tabrani Rab
Polisi dan Satuan Polisi
S
atu hari saya bertemu Ruslan Abdul Gani (Almarhum) dalam pertemuan yang dikelola oleh Dewan Bahasa di Kuala Lumpur. Saya pun teringat pada tahun 50-an ketika Ruslan Abdul Gani dipanggil polisi hanya karena mempunyai mata uang asing dan membelinya tanpa izin pemerintah. Begitu disiplinnya pemerintah, Ruslan lalu dipecat dari jabatan Menteri dan dikenakan denda. Itu dulu pada tahun 50-an alias 50 tahun yang lalu. Satu kali lagi saya diundang oleh Brimob pada acara ulang tahun polisi. Di sebelah kanan saya ada Kapolda Riau berikut Konsul Malaysia dan Konsul Singapura. Dalam makan siang bersama saya menjelaskan di Singapura tidak ada undang-undang tapi polisi bertindak tegas, seandainya kita memegang puntung rokok di dalam lift, di daerah rumah sakit kita boleh jadi di denda sampai 10 ribu dolar alias 70 juta. Lain lagi di Malaysia undang-undang ada, polisi juga banyak, tapi begitu anda melanggar undang-undang dan dapat cincai dengan polisi maka andapun harus menyogok supaya bebas dari tangkapan. Di Indonesia terbalik, undang-undang tiap hari. Dan anehnya lagi tidak usah pun undang-undang dicabut kalau pemerintah dengan DPR maka Propinsi Riau pun hilang lenyap berganti dengan Propinsi Kepri. Anehnya di dalam sidang tampak sekumpulan anggota DPR yang menerima duit dari partai-partai. Ini boleh-boleh saja dan propinsi Kepri pun terbentuk sehingga orang Riau sekarang di Kepulauan kaki kursi pun lepas.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
251
Begitu tidak bermaknanya undang-undang sehingga Kapolda Riau pening tujuh keliling untuk menangkap pencuri kayu sekalipun ada undang-undang yang jelas. Kata orang luar negeri, di Indonesia itu ada negara tapi tak ada hukum, kalau pun ada hukum bergoyang-goyang tak juga disahkan. Apalagi kalau urusan birokrasi maka kalau ada huruf u alias undang-undang ini adalah kebodohan pejabat pemerintah membuat undang-undang kabur arti sehingga sang pegawai negeri korupsinya selangit sementara cukong begitu juga. Begitu juga sang cukong yang mengatur undang-undang, tinggal hitung duit masuk. Celakanya Kapoldanya tak bisa bertindak. Pecahlah perkara, aparat polisi bertabrak dengan satuan polisi atau satpam alias “satuan apam� RAPP. Kalau polisi jelas ada undang-undang, kalau satuan polisi tak jelas undang-undangnya. Kalau sampai pada tingkat pencurian dimana polisi punya hak, satuan polisi paling sampai tingkat meraba-raba. Beginilah kejadiannya. Berdasarkan Undang-Undang No. 1 tahun 1980 yang menyatakan mengenai otorisasi kepolisian untuk menangkap dan menahan seseorang yang diduga melanggar pidana. Rupanya undangundang ini harus berubah di RAPP. Bunyinya begini; �Puluhan luka, 9 ditahan. Karyawan PT RAPP hadang ratusan polisi. Pengambilan kayu lelang berakhir rusuh. Polisi akhirnya berhasil masuk areal perusahaan, termasuk alat berat jenis eskavator, menuju Madu Koro, untuk mengambil kayu sitaan yang telah dimenangkan CV Gunung Mas lewat proses lelang. Namun, perlawanan pihak keamanan dan karyawan PT RAPP tak urung membuat Kapolres Pelalawan AKBP I Gusti K. Gunawan MM meradang. Dia menuduh pihak perusahaan telah mengkoordinir kekuatan untuk menghalangi tugas polisi. Pemblokiran jalan dan penghadangan aparat polisi telah dikoordinir. Jelas arogansi perusahaan dan pihak keamanan tak dapat ditolerir dan akan diusut. Humas PT RAPP Nandik Supriyono membantah perusahaannya menghalangi tugas polisi.
252
Tabrani Rab
Perusahaan mengizinkan aparat masuk, tapi tidak diperbolehkan membawa kendaraan dan alat berat. Dia beralasan, proses pengambilan kayu sitaan tidak transparan. Nandik menuding polisi memaksa masuk tanpa penjelasan memadai. Kami berhak menahan masuknya alat berat tersebut, sebab secara hukum ini merupakan kawasan kami (Tribun Pekanbaru, 4/4)�. Entah darimana Nandik ini mendapat penjelasan, baca buku atau tidak. Polisi boleh memeriksa anda, menangkap anda pun polisi boleh. Bagaimana kronologis ceritanya? Februari 2007 (1) Polres menangkap ribuan tual kayu milik PT Madukoro yang diduga hasil pembalakan liar. 17 Maret 2008 (2) Polres Pelalawan mengumumkan akan melelang kayu tangkapan di media massa nasional. Dalam iklan lelang disebutkan jumlah kayu yang akan dilelang terdiri dari kayu bulat meranti 16.607 tual (setara 15.081,85 meterkubik), kayu bulat campuran 7.933 tual (6.912,10m3). 24 Maret 2008 (3) Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) Pekanbaru atas permintaan Polres Pelalawan melelang 24.440 tual kayu (setara 21.993,95 m3). Lelang dimenangkan CV Gunung Mas seharga Rp 4,2 miliar. 3 April 2008 (4) Petugas Keamanan dan karyawan PT RAPP bentrok dengan aparat Polres Pelalawan yang mengawal alat berat CV Gunung Mas saat hendak masuk ke areal perusahaan untuk mengambil kayu lelang. Bagaimana cerita selanjutnya? Polisinya pula tak tahu undangundang. Berdasarkan berita Riau Pos (5/4)? “Polisi Lepaskan Karyawan RAPP. Sembilan orang yang diamankan Polres Pelalawan terkait bentrok antara polisi dan karyawan PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) di Pelalawan Estate Riaupulp, Kamis (3/4) lalu, pada pukul 11.00 WIB Jumat (4/4) dilepaskan. Tiga orang dari mereka adalah anggota Garuda Total Solution (GTS), perusahaan kontraktor keamanan PT RAPP. Enam lagi, merupakan karyawan PT RAPP dan karyawan beberapa perusahaan rekanan. Kuasa Hukum GTS dan RAPP, Daniel Panjaitan, kepada Riau Pos mengatakan, dirinya telah menghadap Kapolres dan Direktur Reskrim Polda, Kamis dinihari di Mapolres Pelalawan. Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
253
Entah darimana Daniel Panjaitan dapat putusan. Dalam pertemuan itu, dia meminta polisi melepaskan seluruh kliennya, dengan alasan tidak ada unsur tindak pidana dalam kericuhan di Pos Satu Pelalawan Estate. ”Saya mendampingi koordinator GTS. Pak Nasrul menghadap tadi malam. Saya sampaikan kasus ini tidak ada unsur pidananya. Pandangan saya dan Kapolres sama, dan pagi ini mereka dilepas”, ujar Daniel. Polisi memeriksa mereka sebagai saksi dalam kasus penggalangan dan provokasi massa hingga menyebabkan bentrokan. ”Perlu dijelaskan bahwa kita tidak menahan mereka ya. Kita hanya melakukan pemeriksaan dalam kapasitas saksi. Keterangan yang diperlukan dari mereka sudah kita rangkum, seterusnya akan diperdalam, dan kemungkinan pihak manajemen segera dipanggil untuk juga diperiksa”, terang Kasatreskrim Polres Pelalawan AKP Imam Seno kepada Riau Pos, Jumat (4/4). Imam nampak kurang bersedia membeberkan nama-nama pihak manajemen yang akan dipanggil berikutnya. Pasalnya, proses hukum selanjutnya akan ditangani Direktorat Reserse Kriminal Polda Riau. Kepala Direktorat Reskrim Polda Riau Kombes Khairul, melakukan kunjungan mendadak ke Polres Pelalawan di Pangkalan kerinci. Khairul menyempatkan diri menemui tahanan komandan Garuda Total Solution (GTS) Kolonel (Purn) Jon Pangau. Sementara itu, jalan Akses Pelalawan Estate menuju ke Pabrik Kertas RAPP di Pangkalankerinci, sejak Jumat pagi (4/3) kembali lancar. Arus transportasi bahan baku berjalan sebagaimana biasa”. Membaca berita selanjutnya tampaklah polisi ada main dengan satpol alias satuan polisi RAPP. ”Tribun mencoba masuk ke lokasi untuk melihat sendiri kondisi jembatan. Namun upaya itu gagal karena petugas keamanan perusahaan di pintu masuk Sektor I Pangkalan Kerinci, Pelalawan tidak mengizinkan masuk. Tribun lalu mengkomfirmasikan hal ini kepada Humas PT RAPP Nandik Sufaryono. Dia mengaku belum mendapat laporan mengenai putusnya jembatan, karena kemarin berada di Pekanbaru. Saya belum mendapat laporan soal jembatan itu”, ujarnya.
254
Tabrani Rab
Aparat Polres Pelalawan dibantu personel Brimob dua hari terlibat bentrok dengan ratusan petugas keamanan dan karyawan PT RAPP dipintu masuk Sektor I Pangkalan Kerinci. Polisi memaksa masuk ke areal perusahaan untuk mengawal alat berat CV Gunung Mas dalam upayanya mengambil kayu lelang. Puluhan orang lukaluka, umumnya dari pihak perusahaan, terluka dalam bentrokan itu akibat terkena pentungan dan popor senjata. Sembilan orang petugas keamanan dan karyawan PT RAPP ditahan. Setelah diperiksa secara maraton di Mapolres Pelalawan, kesembilan orang itu dilepaskan Jumat siang. Wakil Kepala Polres Pelalawan Kompol Dulfi mengatakan mereka sewaktu-waktu bisa dipanggil lagi untuk kepentiangan penyelidikan. �Status mereka baru saksi. Kita belum menetapkan tersangka dalam kasus ini meski penyidik sudah mengarahkan pemeriksaan ke situ. Yang jelas kita tetap komit menindaklanjuti peristiwa memalukan kemarin�, ujar Dulfi. Mantan Kapolsekta Pekanbaru tersebut menambahkan ada kemungkinan kasus ini akan diambil alih Polda Riau. Kasus ini kan skopnya besar. Kita bukannya tidak sanggup, tapi mengingat pengusutan sudah mengarahkan pada institusi jadi harus Polda yang menyelidiki�, ucap dia. Kayu lelang yang berada di areal hutan tanaman industri PT Madukoro, rekanan PT RAPP, berjumlah 24.440 tual. Rinciannya 16.607 tual kayu bulat meranti dan 7.933 tual kayu bulat campuran. Kayu-kayu yang diduga hasil pembalakan liar tersebut ditangkap Polres Pelalawan pada Februari 2007. Tanggal 24 Maret 2008 lalu kayu itu dilelang dan dimenangkan CV Gunung Mas seharga Rp 4,2 miliar�. Apa kesimpulannya? Negara ini memang negara hukum. Tapi hukum itu ditangan polisi sementara sang Satpol RAPP dan sebentar lagi Indah Kiat hanyalah alat yang bisa membuang polisi sambil berdiri. Disamping itu polisipun menjadi kagok. Nak ditolak duit hilang, kalau tak ditolak hukumpun mengambang ... He ... he ... he ...
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
255
Sehari Operasi Mati (One Day Surgery/ODS)
K
alau anda sekarang ini berlangganan Indovision maka yang klasik ada namanya Cinemax, HBO, HBO Signatura, Star World bahkan kini ditambah lagi dengan Korea yang menurunkan karangan Celestial. Ada lagi berita-berita rutin Discovery berupa penemuan-penemuan baru, ada lagi berita CNN, CNBC dan ada pula baru muncul Al Jazeera dan ini 24 jam. Entah dari-mana ceritanya adalah organisasi namanya POGI alias Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI). Kalau anggotanya bertemu, maka ditanyalah “Anda sudah punya rumah baru, berapa tabungan sekarang, berapa mobil�, pokoknya itu ke itu saja. Susunan organisasi POGI ini pun lengkap. Ada ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, seksi profesi dan pendidikan, seksi pengabdian masyarakat serta seksi kesenian dan olah raga. Tarifnyapun macam-macam; Tindakan medis operatif meliputi tindakan kecil Rp 1.000.000, tindakan sedang Rp 1.500.000, tindakan besar Rp 2.000.000,-, tindakan khusus Rp 4.000.000 belum juga lagi cukup, tambah lagi tindakan non operatif Rp 750.000,-. Pola tarif bedah digestif ; untuk operasi kecil Rp 1.100.000, operasi sedang Rp 2.500.000, operasi khusus Rp 3.500.000, operasi khusus I Rp 4.500.000, operasii khusus II Rp 6.000.000, operasi khusus III Rp 10.000.000. Pola tarif bedah onkologi; operasi khusus I Rp 3.500.000, operasi khusus II Rp 5.000.000, operasi khusus III Rp 15.000.000. Jenis dan golongan tindakan bedah saraf; operasi khusus I Rp 4.500.000, operasi khusus II Rp 6.500.000, operasi
256
Tabrani Rab
khusus III Rp 8.500.000. Jenis dan golongan tindakan medis orthopedi; operasi khusus I Rp 4.500.000, operasi khusus II Rp 6.200.000, operasi khusus III Rp 10.500.000. Pola tarif bedah anak dengan narkose; operasi khusus I Rp 3.500.000, operasi khusus II Rp 5.500.000, operasi khusus III Rp 10.000.000. Dia tak tahu bahwa hati manusia ini sudah mati tak makan karena miskin. POGI ini pun berpraktek pada perhimpunan rumah sakit seluruh cabang Riau. Di Pekanbaru saja terdapat 12 rumah sakit; rumah sakit Ahmad Yani, rumah sakit Awal Bros, rumah sakit Bhayangkara Tk. IV Polda Riau, rumah sakit Bina Kasih, rumah sakit Eria Bunda, rumah sakit Ibnu Sina, rumah sakit Lancang Kuning, rumah sakit PMC, rumah sakit Santa Maria, rumah sakit Tabrani, rumah sakit Zainab, rumah sakit Tentara, rumah sakit TNI AU.
One Day Surgery Ada pula kini modelnya lagi one day surgery (operasi satu hari). Artinya pagi masuk rumah sakit, pulang siang. Malam masuk rumah sakit, pulang subuh. Saya menyaksikan hal ini tak normal. Karena itu dinas kesehatan sebagai organ tertinggi pemerintah. Karena pemerintah itu mengatur maka terbit pulalah surat Dinas Kesehatan yang menyatakan bahwa one day surgery ini sangat berbahaya. Apa kata Dinas Kesehatan? �Meneruskan surat edaran tentang pelayanan Kesehatan di Sarana Kesehatan di Kota Pekanbaru (terlampir) dan upaya Dinas Kesehatan melaksanakan peningkatan pembinaan dan pengawasan yang terpadu dalam rangka penatalaksanaan dan mengantisipasi terjadi pelanggaran penerapan peraturan dan kewenangan pelayanan kesehatan di sarana kesehatan maka Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru menyampaikan sebagai berikut : (1) Menginstruksikan kepada seluruh rumah sakit yang ada di Kota Pekanbaru agar dokter yang bekerja di unit saudara memiliki surat izin praktek dan melaksanakan ketentuan sesuai dengan surat edaran (terlampir). Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
257
(2) Melapor kepada Kepala Dinas Kesehatan apabila ada pasien memaksa dilakukan ODS (one day surgery alias balik sehari). (3) Membuat data akurat tahun 2007 semua dokter yang bekerja rumah sakit saudara dengan surat izin tempat praktek, yang kami terima selambat-lambatnya pada 15 Februari 2007 (4) Diharapkan organisasi profesi dan PERSI dapat pro aktif dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terpadu�. Rupanya surat 25 Januari 2007 dari pemerintah ini adalah pegangan terhadap dokter kandungan. Ternyata dalam surat Dinas Kesehatan tanggal 22 Januari 2007 yang ditujukan pada dokter kandungan, bidan kandungan, POGI, IBI, menyatakan bahwa �Surat edaran yang dapat dipergunakan sebagai salah satu dasar pembinaan dan pengawasan perizinan di kota Pekanbaru secara terpadu sebagai berikut : (1) Mensepakati untuk melaksanakan UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. (2) Dokter/Dokter SPOG konsekwen agar tidak melaksanakan pelayanan kesehatan di RB/BPS tanpa memiliki SIP dan tidak melakukan tindakan patologis di RB/BPS diluar kewenangan RB/BPS dan Keputusan No. 664/Binkesmas/ DJ/V/87. (3) Diharapkan kedepan dibuat pengembangan rumah bersalin menjadi rumah sakit khusus dengan pertimbangan tenaga dan sarana/peralatan yang tersedia sudah memenuhi kriteria. (4) Setiap organisasi profesi melakukan pertemuan ke anggota untuk mengingatkan kembali peraturan bahwa setiap dokter/dokter spesialis yang bekerja di RB/BPS harus mempunyai SIP. Dokter/dokter spesialis diberikan SIP hanya pada 3 tempat praktik dan harus patuh pada ketentuan peraturan yang berlaku (5) Masing-masing organisasi POGI/IDI/IBI/Persatuan RB/ Persatuan BPS membuat sanksi kepada anggotanya yang melanggar peraturan yang berlaku
258
Tabrani Rab
(6) Ketua organisasi POGI/IDI/IBI/Persatuan RB/Persatuan BPS membuat laporan ke dinas kesehatan (tembusan instansi tempat ybs bekerja). Apabila ditemukan anggotanya yang melanggar peraturan. (7) Dinas kesehatan menginstruksikan agar seluruh rumah sakit di kota Pekanbaru tidak mengirim pasien pasca operatif ke rumah besalin atau BPS yang merujuk. (8) Ketentuan ini harus dilaksanakan dan dipatuhi. (9) Ketentuan ini dapat menjadi dasar dilakukannya pembinaan dan pengawasan terpadu yang diharapkan mendukung program di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru.
Nah, apa akibatnya? Adalah dokter-dokter yang terhimpun dalam POGI alias Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia mempunyai pula klinik bersalin dibawah bidan. Bidan yang mengirim pasien ke dokter spesialis kandungan ini mendapatkan jatah satu juta per bidan. Disamping itu ada juga dokter POGI ini yang membuka rumah bersalin dengan pekerja bidan. Salah satu rumah bersalin ini letaknya dimuka Awal Bros, namanya rumah bersalin Safira. Rumah bersalin Safira ini dimiliki seorang dokter ahli kandungan yang bernama dokter CN. Masuklah satu kali pasien Ny. Suryani, 40 tahun. Tinggal di jalan Ahmad Yani. Sudah diperiksa oleh dokter, rupanya jalan lahirnya tersumbat oleh ari-ari alias plasenta. Dikedokteran dikenal dengan placenta previa totalis alias tesumbat sepenuhnya. Kira-kira 6 bulan yang lalu, nyonya suryani ini menghadap ke dokter CN. Keluargapun minta kalau perlu di operasi tolonglah dioperasi. Rupanya di rumah bersalin Safira diminta biaya 10 juta. Sesudah 8 bulan dari kehamilan terjadilah perdarahan pada jam 11 malam. Dikontaklah dokter CN dan disuruh masuk ke rumah bersalin Safira. Rupanya rumah bersalin ini dua tingkat, sehingga pasien diangkat keatas dan darahpun bersimbah. Ditengah malam buta Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
259
pasien ini diturunkan pula dari rumah bersalin ini dan dibawa ke Ibnu Sina. Rumah Sakit meminta mengurus darah sebanyak 3 labu. Dilakukanlah operasi. Dalam suasana kacau balau ini perawat tak tentu lagi meminta darah berapa. ”Tapi tadi diberikan 3 labu”, kata keluarga. ”Yang dimasukkan cuma 2, sebab yang satu lagi masih ragu”, kata perawat. Akhirnya pasien dipindah ke ruangan khusus (recovery room). Dipanggil pula beberapa dokter dan pasien dibantu dengan alat bantuan nafas, jantung dicatat terus, lalu keluarga menyatakan ”Kan sudah saya beri darah yang satu tadi”. Anak pasienpun dibawa ke rumah bersalin Safira. Malang tak dapat ditolak pada jam 10 pagi Ny. Suryani meninggal dunia. Karena keluarga pasien ini mengadu kepada saya dan kami memang sudah sama-sama haji, ayahnya pun mengadu kepada saya bahwa istrinya kalap di rumah, tak dapat makan karena ingat anaknya Suryani. Masuk ke cerita kedua, one day surgery alias sesudah operasi mati. Namanya Ny. Ani Susanti, umur 18 tahun. Alamat jalan Garuda Sakti Panam. Ny. Ani Susanti ini datang ke rumah bersalin Safira dan ditangani oleh dokter yang sama yakni dokter CN. Sesudah dokter melihat ada gejala darah tinggi dan kejang. Dokterpun mengatakan ”Ooo... ini namanya eklamsi”, alias keracunan karena kehamilan. Akhirnya pasienpun dilarikanlah pasien ke Ibnu Sina. Di Ibnu Sina dokter CN mengatakan ”Ini bisa dihadapi dengan dua macam, bisa dibius final alias pembiusan melalui sum-sum tulang belakang sesudah 6 jam pulang, bisa pula bius umum 24 jam pulang”. Dilakukanlah operasi. Rupanya anaknya kembar. Anaknya kembar, satu beratnya 2.700 gram dan yang satu lagi 2.400 gram. Terjadilah naas pada Ani Susanti, sesudah kejangkejang maut tak dapat ditolak. Alat pembantu bunyi jantung kacau balau. Bayi pasien ini dibawa ke rumah bersalin Safira. Tapi karena keadaan payah Ny. Ani Susanti dipindah ke ICU Ibnu Sina. Maka pada tanggal 27 Maret 2008 jam 11 pasien meninggal dunia.
260
Tabrani Rab
Saya pun mendatangi kepala dinas kesehatan kotamadya. ”Kenapa dibenarkan rumah bersalin mempunyai alat-alat yang berbahaya seperti vacum, alat untuk mendeteksi anak USG, curetage alias alat pembuat abortus, bahkan alat ini dipimpin oleh dokter kandungan lagi. Ada pula dokter yang mempunyai alat rontgen di rumahnya. Kalau dikaji-kaji secara statistik, 80 persen dari pasien yang dirawat di rumah bersalin sudah bengkak apm nya, alias apam baru dikirim ke rumah sakit alias selalu terlambat. ”Kalau begini apa tugas dinas kesehatan ini”, bentak saya pada adik saya Saiful dengan membawa seberkas surat-surat. Saifulpun menolak tuduhan saya ”Tak ada orang melapor do Ngah”. Maka langsung saya teringat kepada sabda Rasulullah ”Seandainya Fatimah yang mencuri, Aku yang memotong tangannya”.”Bahkan mereka hidup disisi Tuhan mereka mendapatkan rezeki (QS. Ali Imran 169)”. ”Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupi kebutuhannya (Ath-Thalaq ayat 3)”. Apa pula POGI mencari rezeki melalui jalan haram ini alias melalui one day surgery. Tangkap Kapolda Dr. CN, saya menjadi saksi supaya masyarakat terlindung, jangan ragu lagi Pak Kapolda. Kalau tidak saya bawa kedua anaknya biar diketahui oleh Hak Azasi Manusia PBB bahwa di Riau sudah tidak ada lagi hati manusia. Yang ada hati Kaban.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
261
Dada Pak Kapolda
B
iasanya kalau Kapolda Riau ini diangkat, maka saya pun selalu diundang. Ingatlah saya, Kapolda Riau yang baru namanya Hudioro. Anak Hudioro ini kawin dengan anak Pak Rivai Rahman. Jadi artinya ada jugalah hubungan. Kemudian Hudioro pindah ke Dirjen Penjaga Penjara dan kemudian meninggal. Apalagi yang diperlukan Kapolda dengan saya? Kalau Kapolda perlu duit yang paling terkenal adalah Deddy S Komarudin, Damanhuri, Ito Sumardi dan Sutjiptadi. Kalau namanya Komarudin, ini saya menjemputnya dengan Almarhum Budiman. Bukan tanggung-tanggung, dihotel berbintang tujuh di Jakarta. Beberapa hari kemudian petugas BCA pun datang entah mengantar kartu kredit, entah kartu ATM saya pun tak ngerti. Pokoknya duit. Rajanya Deddy S Komarudin. Tak segan-segan dia memberikan satu miliar hanya untuk ulang tahun Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian. Sang putra mahkota menjadi agen di Batam. Inilah yang memperdagangkan kayu dengan Singapura. Ketika Kaban datang, saya melapor. Tahu-tahu laporan ini disampaikan pada Kapolda, sayapun bengkak. �Kok saya dilapor dengan Kaban�. Lain lagi dengan Damanhuri, ini memang polisi profesional. Belum apa-apa saya sudah dipanggil. Tahu-tahu ada laporan masuk ke Kapolri yang menyatakan Damanhuri melaksanakan operasi Kuansing dengan tidak disumbang oleh Gubernur dan anak buahnyapun makan tapai bersama ikan teri di Ampaian Rotan. Yang dapat saya dari penduduk setempat kalau rakyat mengadu kepada Kapolsek alias Kepala Polisi Sek alamat bengkak
262
Tabrani Rab
kepala dapat. Dan ini betullah yang diberi Rusli Zainal 100 juta per Kapolsek ditambah 100 juta untuk lurah supaya terpilih jadi Gubernur lagi. Dan Damanhuripun pindah, masih juga mendapat bintang penghargaan dari Basrizal Koto. Jadilah. Kemudian kepala polisipun berganti dengan Ito Sumardi. Ito ini memang seorang penyanyi. Apalagi mengundang bintang-bintang besar. Konon kata orang dia pandai mengatur duit. Pindahnya pun gagah dengan nyanyi-nyanyi ”hoouuuwww...”. Tak lama kemudian datanglah seorang wajah baru, tidak korupsi. Entah adik entah abang rektor UGM tapi yang jelas tegas menolak korupsi. Saya datang ke rumahnya malam-malam, sebelah rumahnya sudah menjadi kamar. Pekerjaannyapun sudah berubah dari ahli kepolisian menjadi ahli tumbuh-tumbuhan terutama batang kayu. Pekerjaan utama menangkap kayu gelondongan. Menurut prinsip Pak Kapolda yang mencuri kayu itu RAPP dan Indah Kiat, sebab merekalah yang punya alat berat. Ini sudah juga saya sampaikan pada Presiden SBY, tapi tak peduli berkat kerjasama dengan SBSI. Yang celakanya lagi ekspansi luas daerah ini sampai ke Kuantan Singingi dan tak tanggung-tanggung sampai pula ke Bukit Batu dan Bengkalis.
Bagaimana gambar hutan Riau dari Udara? Pipilll.. Apa pasal? Semua hutan ini oleh Bupati dimasukkan kedalam perkebunan rakyat yang sebetulnya menjual kayu ke Singapura, Malaysia dan ke Cina. Kenapa harus diserahkan ke KPK? Maka Sutjiptadipun bicara ”Kasus korupsi dalam ilegal loging akan kami serahkan KPK. Karena KPK tak perlu izin presiden memeriksa kepala daerah”. Bupati mana saja yang terlibat? ”Kapolda Sutjiptadi bersikeras untuk minta keterangan Bupati Pelalawan, Bupati Inhu, Bupati Kampar, Bupati Inhil dan Bupati Rohil terkait pemberian IPK yang dikeluarkan kepada perusahaan kayu di Riau. Perusahaan itu diantaranya PT BDL, PT AA, PT ABS, PT BBSI, PT SGP Dumai, PT IHP, PT NPM, PT CSS, PT MKS, PT Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
263
MPL, PT Madukoro, PT RML, PT WRBP dan PT RUJ. Beberapa pejabat Riau lain yang sudah diperiksa dalam kasus ini Fauzi Saleh, mantan Kadishut tahun 2002-2003 (saksi), Asral Rahman, mantan Kadishut 2004-2005 (tersangka), Ir. Sudirno, Plt Kadishut 2006 (tersangka) dan Ahmad Ibrahim-Staf Perencanaan Kadishut (saksi). Dari 200 tersangka yang ditetapkan enam diantaranya, dua mantan Kepala Dinas Kehutanan (Kadishut) Riau. Mereka adalah Drs. Asral Rahman dan Ir Sudirno, serta tiga direktur PT Arara Abadi, Ir. Subarjo (Direktur Utama), Jon Efandalagi (Direktur), Edi Haris (General Manager) dan Didi Harsal (Direktur)�. Kalau dinas-dinasnya sudah terlibat, bagaimana dengan Gubernurnya? Sebutlah surat PT Inhil Hutan Pratama nomor 01/HP-XI/2005 tanggal 30 Nopember 2005 perihal Permohonan pencadangan lahan hutan tanaman; surat Dinas Kehutanan dan Perkebunan Indragiri Hilir Nomor 522.2/PR/4305 tanggal 06 Desember 2005 perihal Rekomendasi permohonan pencadangan lahan hutan tanaman an. PT Inhil Hutan Pratama; surat Bupati Indragiri Hilir nomor 522.2/PR/4350 tanggal 12 Desember 2005 perihal Persetujuan pencadangan lahan hutan tanaman an. PT Inhil Hutan Pratama; surat Dinas Nomor. 522-1/PR/8342 tanggal 21 Desember 2005 yang ditujukan kepada Gubernur Riau perihal Pertimbangan Teknis Pembangunan Hutan Tanaman An. PT Inhil Hutan Pratama di Kabupaten Indragiri Hilir. Barulah terbongkar yang terakhir Surat Gubernur Riau Nomor 522.2/Dishut/88.27 tanggal 23 Desember 2005 yang ditujukan kepada Bupati Indragiri Hilir perihal Persetujuan Prinsip Pembangunan Hutan Tanaman An. Inhil Hutan Pratama di Kabupaten Indragiri Hilir yang menyatakan sehubungan dengan surat saudara No.522.2/PR/4350 tanggal 12 Desember 2005 perihal persetujuan pencadangan lahan hutan tanaman An. PT Inhil Hutan Pratama, serta memperhatikan surat Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Riau Nomor: 522.1/PR/8342 tanggal 21 Desember 2005 perihal Pertimbangan Teknis Pembangunan Hutan Tanaman An. PT Inhil Hutan Pratama di Kabupaten Indragiri Hilir dimana pada
264
Tabrani Rab
prinsipnya kami dapat menyetujui pembangunan hutan tanaman An. PT Inhil Hutan Pratama seluas + 11.675 Ha di Kabupaten Indragiri Hilir. Bagaimana Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990? Dinyatakan �bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi kehidupan dan perencanaan serta pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan juga mengandung fungsi pelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan serta nilai sejarah dan budaya bangsa, yang memerlukan pengaturan bagi pengelolaan dan perlindungan; bahwa dengan semakin terbatasnya ruang maka untuk menjamin terselenggaranya kehidupan dan pembangunan yang berkelanjutan dan terpeliharanya fungsi pelestarian, upaya pengaturan dan perlindungan diatas perlu dituangkan dalam kebijaksanaan pengembangan pola tata ruang; bahwa dalam rangka kebijaksanaan pengembangan pola tata ruang tersebut perlu ditetapkan adanya kawasan lindung dan pedoman pengelolaan kawasan lindung yang memberi arahan bagi badan hukum dan perseorangan dalam merencanakan dan melaksanakan program pembangunan�. Nah, siapa 5 bupati dan kepala daerah yang nak ditangkap Pak Kapolda dan Pak Kapolri? Terserahlah kepada anda. Jangan-jangan saya jadi Gubernur, he ... he ...
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
265
Pemimpin Melayu
Apa kata Tenas mengenai pemimpin dalam ungkapan Melayu? Yang diberikan kepercayaan, yang diberikan kekuasaan, yang diberikan beban berat, yang diberikan tanggung jawab, yang diikat janji dan sumpah, yang disimpai petua amanah. Tapi dalam kenyataannya ketika Bupati Pelalawan diadili maka pepatah inipun surut kebelakang. Yang diberikan kepercayaan, yang diberikan kekuasaan, yang diberikan beban berat, yang diberikan tanggung jawab, yang diikat janji dan sumpah, yang disimpai petua amanah ternyata tak amanah. Bupati mana saja yang akan diadili? Bupati Rohil, bupati Inhil, pokoknya segala hil, bupati Kampar, bupati Inhu. PT mana saja yang terlibat? PT BDL, PT AA, PT ABS, PT BBSI, PT SGP Dumai, PT IHP, PT NPM, PT CSS, PT MKS, PT MPL, PT Madukoro, PT RML, PT WRBP dan PT RUJ.
266
Tabrani Rab
Maka diangkatlah Tengku Azmun menjadi Bupati Kerinci. Apa akibatnya? Jaksa Penuntut Umum alias JPU dari Komisi Pemberantasan Korupsi menyebut sejumlah nama, mulai dari keluarga, pejabat dan perusahaan bubur kertas, ikut menerima uang hingga miliaran rupiah dalam kasus dugaan korupsi penerbitan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) di Pelalawan, Riau dengan terdakwa Bupati Pelalawan Tengku Azmun Jaafar. Terbentuklah kemudian PT Madukoro, CV alam Lestari, CV Harapan Jaya, CV Putri LIndung Bulan, CV. Tuah Negeri, CV Bhakti Praja Mulia, dan CV Mutiara Lestari. Menurut tim JPU, Azmun memerintahkan jajaran Dinas Kehutanan Kabupaten Pelalawan untuk menindaklanjuti permohonan IUPHHK-HT dari 7 perusahaan dadakan tersebut. “Padahal terdakwa mengetahui perusahaan tersebut tidak memenuhi persyaratan untuk mengajukan permohonan IUPHHK-HT”, ungkap tim JPU. Menurut JPU, dalam kurun waktu Desember 2002 hingga Januari 2003, Azmun menerbitkan IUPHHK-HT kepada 15 perusahaan, masing-masing PT Merbau Pelalawan Lestari (5.590 hektar), PT Selaras Abadi Utama (11.690 ha), PT Uniseraya (35.000 ha), CV Tuah Negeri (1.500 ha), CV Mutiara Lestari (4.000 ha), CV. Putri LIndung Bulan (2.500 ha), PT Mitra Tani Nusa Sejati (7.300 ha), PT Rimba Mutiara Permai (9.000 ha), CV. Bhakti Praja Mulia (5.800 ha) PT Triomas FDI ( 9.625 ha). PT Satria Perkasa Agung (12.000 ha), PT Mitra Hutani Jaya (10.000 ha) CV Alam Lestari (3.300 ha), PT Madukoro (15.000 ha) dan CV Harapan Jaya (4.800 ha). Sejak menerbitkan IUPHHKHT kepada 15 perusahaan tersebut, JPU menuduh Azmun menerima suap hingga Rp 19.832 miliar. ”Uang itu diantaranya sebagai kompensasi take over maupun kerjasama operasional”, demikian tim JPU. Tak hanya Azmun yangmenerima uang dalam kasus dugaan korupsi penerbitan IUPHHK-HT di Pelalawan, Tim JPU juga mengungkapkan uang sebesar Rp 8,25 miliar mengalir ke kakak Azmun, Tengku Lukman Jaafar sebagai kompensasi pengambilalihan CV Bhakti Praja Mulia. JPU juga menyebut nama Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
267
Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Riau saat itu, Asral Rachman menerima Rp 600 juta untuk pengesahan RKT PT Madukoro dan CV Harapan Jaya. JPU juga mengungkapkan keterlibatan sejumlah perusahaan. Uang sekitar Rp 121 miliar mengalir keenam perusahaan yang terafiliasi ke PT RAPP, sekitar Rp 182,1 miliar kedua perusahaan yang terafiliasi ke Sinar Mas Forestry Group, dan sekitar Rp 50,4 miliar masuk keempat perusahaan yang terafiliasi ke Panca Eka Group dan sekitar Rp 7,68 miliar ke Merbau Pelalawan Lestari. Kemudian PT Yos Seraya Timber menerima Rp 6 miliar sebagai hasil penerimaan upah kayu PT Madukoro. Sebelum sidang perdana di pengadilan Tipikor Azmun menyatakan ”Saya mau mempertegas lagi, saya bukan penjahat atau kalau dibalik bukan saya penjahatnya. Selain itu Azmun juga mengatakan masalah yang dialaminya tidak sesuai dengan rasa keadilan. Mudah-mudahan ibarat kisah Nabi Yusuf AS, saya bisa menjadi pemimpin besar walaupun sebelumnya mengalami pengalaman pahit seperti saat ini. Tidak ada yang bisa menutup kemungkinan, bahwa suatu saat saya akan menjadi pemimpin Riau masa mendatang’, ujar kepala daerah peraih 20 penghargaan tingkat nasional yang tengah menulis buku berjudul Aku Bukan Penjahat tersebut. Bupati Pelalawan akhirnya menghadapi sidang perdana dugaan korupsi dalam penyalahgunaan kewenangan pengeluaran izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHKHT) kepada 15 perusahaan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) dijalan Rasuna Said, Jakarta Pusat. Dalam sidang yang dimulai sekitar pukul 10.15 Wib dan berakhir pukul 15.00 Wib tersebut memunculkan sejumlah fakta baru. Salah satunya adalah pernyataan Jaksa Penuntut Umum bahwa terbuka kemungkinan para saksi kasus tersebut ditingkatkan statusnya menjadi terdakwa. “Kemungkinan ke arah tersebut (saksi menjadi terdakwa) bisa saja. Itu tergantung teknis penuntutan. Kasus ini tidak berdiri sendiri”, ujar anggota JPU Andi Suharlis usai sidang. Dalam dakwaannya tersebut JPU menilai tindakan Azmun bersama-
268
Tabrani Rab
sama para saksi telah menimbulkan kerugian sebesar Rp1,208 triliun dalam pengeluaran IUPHHK-HT untuk 15 perusahaan. Para saksi yang dimaksud JPU, sebagaimana dibacakan dalam dakwaan adalah Kadis Kehutanan Pelalawan BPS (2000-2002), Kadis Kehutanan Pelalawan TZ (2002-2003), Kadis Kehutanan Pelalawan ES (2004-sekarang), Kadis Kehutanan Riau ST (20032004), Kadis Kehutanan Riau AR (2004-2005), Kadis Kehutanan Riau BH (2005-2006), Kadis Kehutanan Riau Sdn (2004-2007) dan Gubernur Riau RZ. “Perbuatan terdakwa diancam pidana sebagaimana diatur dalam pasal 2 ayat 1 jo pasal 18 UU 31/1999 sebagaimana diubah UU 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 kesatu jo pasal 64 ayat 1 KUHP,” kata M Rum dalam persidangan yang dipimpin ketua majelis hakim Kresna Menon. Dakwaan primer itu membuat Azmun diduga telah menyalahgunakan wewenang secara melawan hukum sehingga menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Ancaman pidana maksimum adalah 20 tahun penjara dan minimum 4 tahun. Dakwaan subsider untuk Azmun adalah pasal 3 jo pasal 18 UU Tipikor jo Pasal 55 ayat 1 kesatu jo pasal 64 ayat 1 KUHP. Dengan dakwaan subsider, Azmun terancam penjara 20 tahun dan minimum 1 tahun. Nampak hadir sejumlah saudara Azmun seperti Tengku Lukman Jaafar, Tengku Fadil Jaafar, Tengku Khalil Jafaar. Tampak pula empat anggota DPRD Pelalawan, yakni Ketua DPRD Pelalawan HM Harris dan Mahardi (FPG), Zulmizan Assegaf (FPAN) dan Khairuddin (F-PPP) dan para simpatisan Azmun sekitar 30-an orang. Dalam wawancara Riau Pos (10/5) Azmun menyatakan ”Silakan nanti disimak saja. Apakah itu soal RKT, korporasi atau korupsi, silakan simak saja. Dakwaan pada saya itu, secara bersama-sama dengan saksi. Jadi, dengan saksi! (tegas, dengan nada tinggi)”. Tapi saksi saat ini tidak bersama-sama disidangkan, bagaimana menurut Anda? “Semua orang tahu, mana ada orang berjudi bisa main sendiri. Mana ada kebijakan bisa dibuat tanpa ada ketentuan berlanjut. Saya optimis, sama sekali tidak takut. Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
269
Kalau saya salah, saya pasti pucat. Saya tak mau jumpa adik wartawan. Tapi saya tidak pucat dan tidak takut, kan. Karena saya optimis hadapi semuanya. Yang saya lakukan, hanya menjalankan amanah�. Selama di tahanan, koordinasi ke Pelalawan bagaimana? �Meski saya di tahanan, saya tetap memantau setiap hari jalannya pemerintahan di sana. Bahkan kalau ada kerja kepala dinas tak betul, saya kirimkan teguran. Tiap hari, saya minta dikirimkan foto oleh humas. Saya tahu apa yang terjadi di daerah. Bahkan ada beberapa staf dan pegawai yang dipanggil jaksa atau polisi, saya tahu. Saat ini, saya juga lagi memantau pengerjaan multiyears jalan Bunut-Kuala Kampar. Namun meski saya pantau, saya tidak mau tandatangan. Hingga saat ini saya hanya koordinasi. Alhamdulillah, hingga saat ini tidak ada demo minta saya diganti atau dicopot. Saya terharu, masyarakat Pelalawan masih bersatu dan bekerja sama meski saya sedang tidak di sana�. Apa akibatnya? Tunggu sajalah giliranmu bupati-bupati dan gubernur...heee ... Semoga saya menjadi Gubernur pada Pilkada ini ...
270
Tabrani Rab
Nasib Minyak Riau
B
eberapa hari yang lalu Riau Pos menulis mahasiswa Riau akan mensabotir minyak Chevron. Jadi harga minyak bukannya ditentukan oleh jumlah ekspor, akan tetapi berapa jumlah minyak Chevron yang dicuri oleh mahasiswa. Keadaan ini berlanjut. Maka pada hari ini menurut Tribun Pekanbaru (17/5)? “Maling bor pipa Pertamina. Ada-ada saja ulah orang nakal menjelang kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak). Pipa minyak depot Pertamina UP II Dumai berdiameter 10 inchi setebal 1 sentimeter terbuat dari baja dibor, kemudian isinya dialirkan dengan selang plastik. Untuk melubangi pipa minyak solar bertekanan antara 200 hingga 250 kl ini bukanlah pekerjaan mudah, diperlukan keahlian khusus. Ulah pencuri solar yang diduga bernama Rudi Hartono ini terbongkar ketika solar yang dicurinya membludak dan membanjiri tanah sekitarnya. Spontan kejadian itu menarik perhatian warga yang langsung memadati empat rumah petak yang terletak di RT 6 Dumai. Halaman rumah petak milik Amir Sinaga ini dikelilingi police line untuk memudahkan aparat kepolisian mencari barnag bukti. Beberapa petugas lapangan dari Pertamina menciduk rembesan minyak solar yang menggenangi sumur-sumur kecil yang sengaja digali warga dan petugas, kemudian memasukkannya kedalam jerigen dan drum. Satu dari empat rumah petak milik Amir Sinaga baru seminggu di sewa Rudi Hartono. Dari dalam rumah ditemukan barang bukti berupa pompa air, selang, parang, alat bor dan cangkul yang kemudian disita oleh petugas Polsek Dumai Timur. Dari hasil penggeledahan oleh petugas kepolisian
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
271
ditemukan berpuluh-puluh jerigen yang sengaja disimpan dirumah-rumah warga sekitar, diantaranya rumah milik Zainal dan R Panggabean. Bagai mendapat durian runtuh suami istri inipun menciduk minyak solar yang merembes dihalaman rumah petak dan tergenang dalam lubang yang sengaja digali lalu memasukkan kedalam dirigen. Kapolsek Dumai Timur AKP Jusli kepada Tribun mengatakan masih melakukan penyelidikan terhadap kasus ini. Wargapun dimintai keterangan terkait kebocoran pipa milik PT Pertamina Dumai. Tampaknya pelaku sudah profesional. Kabag Pemasaran PT Pertamina Dumai Jamaris kepada Tribun mengatakan pipa berdiameter 10 inchi setebal 1 sentimeter ini bertekanan 200 hingga 250 kl. Jika pengeboran tidak dilakukan oleh ahli bisa akan muncrat. Bila terjadi kebocoran bisa dideteksi dari depot, namun pihaknya baru mengetahui ada kebocoran pipa Jumat (16/5) pagi pukul 7.00 Wib�. Menurut Al-Sowayegh keuntungan petro dolar ini dialirkan membawa hikmah kepada negara Arab; Dibandingkan perang Arab-Israel 1948 maka perang 1973 dimana Arab menggunakan instrumen politik minyaknya lebih memberikan konstribusi kemenangan Arab; Rezeki minyak 1973 ini digunakan sebagai nasionalisasi minyak asing di Arab dan menaikkan harga minyak; 3. Minyak ini merupakan akses dari petro dolar untuk masuk kedalam globalisasi perdagangan yang dapat didominasi oleh investor Arab baik di Amerika maupun di Eropa. Sampai dengan Oktober 1973 harga minyak ditentukan oleh Barat dan ini merupakan suatu ketidakadilan. Sampai pecah perang yang lebih dikenal dengan perang Arab-Israel atau perang Ramadan. Negara-negara OPEC bersatu untuk menetapkan embargo terhadap Barat yang menyebabkan terjadinya krisis minyak dan harga minyak jadi melambung. Pada bulan Oktober tahun 1973 negara-negara yang terhimpun dalam OAPEC sukses dilapangan politik internasional karena mengembargo minyak ini ke Amerika dan Eropa dan disamping itu sukses besar oleh negara-negara yang terhimpun dalam OAPEC oleh karena berhasil
272
Tabrani Rab
menginvestasikan uang mereka ke berbagai perusahaan multi nasional di Amerika dan Eropa disamping membangun Angkatan Bersenjata yang tangguh terutama Irak dalam menghadapi Israel. Periode pra minyak, Yang dapat dibagi atas periode Soekarno antara tahun 19521966 dimana pendapatan negara terutama dari sektor pajak dan produksi Caltex kurang dari 100 ribu barel per hari dengan harga minyak US$ 2 per barel. Pendapatan negara terutama ditentukan 60% dari sektor pajak. Corak politik negara ditandai dengan pemberontakan di daerah oleh karena 85% dari hasil daerah tersedot oleh pusat. Puncaknya adalah pemberontakan PRRI 1958 yang ditumpas oleh pemerintah pusat. Periode Soeharto, pra-boom minyak 1966-1973. Menurut Winter perubahan ekonomi arus kredit serta pinjaman bilateral dan multilateral meningkat. Peminjaman komersil mulai dilakukan Pertamina pada awal 1960-an. Untuk meredam daerah pada tahun 1968 pemerintah melakukan Alokasi Devisa Otomatis (ADO) berupa 10% dari devisa yang dieskpor dari suatu daerah dikembalikan kepada daerah yang mengekspor sehingga terdapat kemajuan pembangunan diberbagai daerah. Periode Soeharto, boom minyak 1974-1982. Menurut Winter puluhan milyar dolar diperoleh dari sektor minyak dan gas. Bantuan asing tetap memainkan peranan penting. Pinjaman-pinjaman komersil dilakukan oleh perusahaan-perusahaan negara. Secara politis budaya patronase tumbuh dengan pesat. Demobilisasi politik dimulai saat Soeharto menghancurkan gerakan mahasiswa, membredel koran, majalah dan memulai penggunaan ‘penembak misterius’ (petrus). Ketika rezeki minyak ini datang demokrasi muncul pemerintah menggunakan senjata untuk menumpas kemerdekaan dan mulai Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
273
mengadakan peminjaman luar negeri untuk meningkatkan posisi politik disamping korupsi. Periode pasca boom minyak 1983-1987. Ketika harga minyak menurun tajam. ‘Bantuan khusus’ dari Jepang dan sumber-sumber bilateral serta multilateral lainnya dalam bentuk injeksi bermilyar-milyar dana segar untuk kas negara untuk menopang Indonesia. Secara politis Soeharto terpaksa mengeluarkan berbagai kebijaksanaan yang menguntungkan transnational capital (TNC). Deregulasi dimulai, namun keluarga dan kroni Soeharto tetap terlindungi. Tak ada tanda-tanda kemajuan berarti dalam peningkatan keterbukaan politik. Rezeki minyak ini menumpuk seputar Cendana Periode Keterbukaan ekonomi 1988-1997. Menurut Winter dari faktor ekonomi Indonesia menjadi negara penghutang terbesar ketiga di dunia. Jumlah pinjaman swasta telah menjadi substansional. Kapitalisasi BEJ melebihi aset sektor perbankan (walaupun tidak berlangsung lama). Modal asing mengalir masuk dalam volume terbesar sepanjang sejarah. Krisis finansial besar-besaran dimulai pada pertengahan 1997. Secara politis setelah ketergantungan terhadap ekspor minyak dan gas menurun, laju deregulasi juga melambat. Kepentingan ekonomi Soeharto masih tidak tersentuh. Tetap tidak ada keterbukaan politik. Suara-suara kritik dibungkam. Soeharto bersama diktator Asia lainnya mengkritik dunia Barat karena mengangkat masalah hak asasi manusia. Pembantaian di Timor Timur terus berlanjut. Periode krisis politik dan ekonomi 1997 sampai sekarang. Masih menurut Winter Indonesia telah terseret kedalam krisis ekonomi regional bahkan menjadi korbannya yang terparah. Pelarian modal besar-besaran, tekanan luar biasa terhadap rupiah, tingkat pengangguran dan kemiskinan meningkat
274
Tabrani Rab
tajam. Ekonomi berkontraksi sebesar 15% dalam tahun 1998 dan inflasi mencapai 100%. Secara politis terjadi krisis dengan cepat menggoyahkan rezim Soeharto yang memang telah melemah. Andil faktor politis sebagai penyebab terjadinya krisis finansial lebih besar dibandingkan di negara-negara lain. Soeharto jatuh pada akhir Mei 1998 namun rezim orde barunya tetap utuh dibawah kepemimpinan mantan wakil presiden. Caltex masih harus menyerahkan sebagian dari bagiannya untuk kebutuhan bahan bakar domestik. Dari minyak yang dihasilkan dari ladang minyak lama, Caltex menerima 20 sen USD per barelnya dari Pemerintah. Minyak yang dihasilkan dari ladang-Iadang minyak lama tersebut jumlahnya mencapai 70%. Sehingga, total bagian yang diterima oleh Pemerintah rata-rata mencapai 90%. Pendapatan pemerintah dari Caltex adalah 78% dalam bentuk minyak (170,658,000 barel th. 1997 dan 157,604,000 barel th 1998) dan 12% dalam bentuk tunai sebagai pembayaran pajak kepada Departemen Keuangan ($ 425,349,000 th. 1997 dan $ 236,033,000 tahun 1998 ). Kalau dihitung menurut tahun anggaran (1 April sampai 31 Maret ), maka jumlah minyak yang diserahkan pada tahun anggaran 1997/1998 adalah sebesar 168,711,000 barel dan tahun anggaran 1998/1999 adalah sebesar 152,685,000 barel dan pembayaran pajak berdasarkan tahun anggaran kepada DePT Keuangan untuk tahun anggaran 1997/1998 adalah sebesar $ 377,837,000 dan tahun anggaran 1998/1999 adalah sebesar $ 226,616,000. Nampaknya minyak ini makin meresahkan juga. Ketika terjadi perdebatan antara Yusuf Kalla dengan Amin Rais maka Yusuf Kallapun bilang “Saya sudah biasa hitung-menghitungâ€?, lalu di skak oleh Amin Rais “Saya lebih biasa lagiâ€?. Tampaknya dalam harga distorsi minyak yang begitu tinggi keputusannya terletak ditangan mahasiswa juga. Bila minyak ini diambil alih oleh Hugo ChĂĄvez dan diganti kepada Amerika Serikat, apasih harga Amerika di Indonesia ini. Sudah disebarluaskan bagaimana flu burung oleh Pentagon di Amerika Serikat dengan tidak melibatkan Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
275
pemerintah Amerika. Maka tampaknya keputusan yang paling baik adalah mengambil alih semua minyak Amerika di Indonesia ke tangan negara republik Indonesia. Tahijapun bicara “Minyak ini hanya 10 tahun dilaksanakan Caltex, sampai sekarang kalau tidak Chevron yaa Caltex, itu ke ituuuu juga�. Terbukalah untuk SBY untuk memikirkan minyak Indonesia ini untuk orang Indonesia, minyak Natuna untuk orang Indonesia, kalau perlu Irian untuk orang Indonesia. Tak ada gunanya Amerika tu do... liberalisme yang telah menenggelamkan Indonesia. Mari melangkah untuk menetapkan masa depan Indonesia.
276
Tabrani Rab
BBM dan KPK
S
atu kali saya bertamu ke kantor Sekda. Bukan Sekda yang sekarang do tapi dulu. Berkisahlah Sekda bagaimana membeli mobil mahal. Dari kantor Sekda saya pun ke kantor DPRD, disana pun ceritanya sama. Beberapa orang anggota PAN yang saya kenal berkisah mengenai penjualan mobil pemadam kebakaran. Cerita ini rupanya berkisah panjang. Sampailah ke nama Hari Sabarno sang jenderal dengan bintang lima disamping Soeharto dan Hendropriyono. Apa kata surat kabar Tribune (15/5)? ”KPK bidik Hari Sabarno, kasus mobil pemadam kebakaran. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mulai membidik pejabat Departemen Dalam Negeri (Depdagri) era Presiden Megawati Soekarnoputri yang diduga terlibat korupsi pengadaan mobil pemadam kebakaran (damkar) tahun 2003. Dibidiknya pejabat Depdagri, setelah KPK berhasil mengembangkan penyidikan dari empat daerah yakni Kalimantan Timur, Makasar, Riau dan Medan. Untuk kasus damkar, persisnya sudah berkembang ke hulu (Depdagri). Yang jelas kasus ini menjadi perhatian kita. Dalam waktu dekat akan kita sampaikan status kasus damkar ini”, tegas Wakil Ketua KPK bidang Penindakan, Chandra Hamzah di gedung KPK”. Rupanya mobil ini memang permainan jenderal berbintang lima lah. Apa komentar Hari Sabarno pada pers ”Oooo... itu diluar tanggung jawab saya”, kata mantan Mendagri bebal ini. Apa lagi kata Chandra? ”Menurut Chandra saat ini KPK secara berhatihati tengah merumuskan kontruksi hukum dalam penyelidikan kasus damkar. Jadi kita memang merumuskan. Jadi yang di daerah Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
277
itu kan memang lebih mudah merumuskan posisi hukumnya. Kalau yang dihulu ini kita perlu merumuskan dengan hati-hati karena banyak aspek tindak pisana disana. Oleh karena itu proses perumusan ini kita perlu sedikit hati-hati bagaimana merumuskan konstruksi hukumnya. Tapi yang jelas dugaan tindak pidananya itu ada. Ketika ditanya apakah KPK hanya akan membidik Oentarto terkait radiogram perintah pengadaan damkar dan Hari Sabarno yang diduga menerima uang Rp 600 juta dari Dirut PT Istana Sarana Raya, Chandra hanya mengatakan hal itu sedang didalami oleh tim penyelidik. Yang jelas, hulu tetap berjalan tanpa menunggu hilir selesai�. Waktu saya dinas di Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) yang paling mengabaikan DPOD ini adalah Hari Sabarno. Sekalipun Oentarto yang sering saya panggil Untato diangkat oleg Hari Sabarno tapi dia secara enteng saja menganggap Oentarto. Yang lucunya lagi departemen dalam negeri saya selalu diminta untuk meneken kwitansi kosong, entah berapa isinya sayapun tak tahu. Karena itu saya sependapat dengan Tribun Pekanbaru �Meski kontraktor rekanan Depdagri, Direktur PT Istana Sarana Raya, Samuel Hengky Daud hingga saat ini kabur dan dinyatakan sebagai buronan, KPK tetap yakin bida mengusut kasus damkar. Tetap bisa, karena dugaan tindak pidana itu kan dilakukan (pejabat Depdagri) bersama-sama dengan HSD (Hengky Sulaiman Daud). Ada bagian yang hanya dilakukan oleh HSD, tapi kan karena dia masuk daftar pencarian orang. Tapi ada bagian-bagian Tipikor yang dilakukan oleh pejabat penyelenggara negara pada saat itu. Cerita hujan itupun makin lebat ketika Hari Sabarno disebutsebut menerima uang dari proyek pengadaan mobil damkar disejumlah daerah. Hal ini terungkap saat istri Hengky Daud, Chenny Kolondam dihadirkan sebagai saksi persidangan mantan Walikota Makassar, Amiruddin Baso Maula pada 14 Januari 2008. Didalam buku catatan keuangan warna biru milik Chenny tercantum, selama periode Januari 2004 sampai 26 April 2004, terjadi sebanyak 24 kali pengiriman uang. Berdasarkan berita acara pemeriksaan (BAP)
278
Tabrani Rab
Chenny tanggal 14 Mei 2007, tercantum pengiriman uang kepada Bupati Lampung Tengah Rp 100 juta, Biro Keuangan Jawa Tengah Rp 50 juta, Walikota Kendari Masnyur Masie Abunawas Rp 30 juta, Gubernur Sumatera Utara Rp 500 juta dan Kepala Biro Keuangan Jawa Barat berupa cek Rp 50 juta. Terdapat juga aliran dana dari Daud kepada sejumlah pejabat Depdagri tahun 2004. Antara lain pembayaran rumah Mendagri Rp 396 juta, Sekretaris pribadi Hari Sabarno, Soeroso Rp 21,6 juta, Indrawati Suryadi, tertulis istri HS Rp 1,2 juta, untuk kartu BNI HS Rp 14,9 juta, Sekjen Depdagri Rp 100 juta, Dirjen Otda Oentarto Sindung Mawardi Rp 50 juta. Ada pula catatan setoran tanggal 6 April ke Bank Mandiri untuk HS sebesar Rp 400 juta. Hengki Daud siram sejumlah pejabat untuk pembayaran rumah Mendagri Rp 396 juta; sekretaris pribadi Hari Sabarno Rp 21,6 juta; Indrawati Suryadi Rp 16,1 juta; Sekjen Depdagri Rp 100 juta; Dirjen Otda Sindung Mawardi Rp 50 juta; untuk HS sebesar Rp 400 juta; Bupati Lampung Tengah Rp.100 juta; Biro Keuangan Jawa Tengah Rp 50 juta; Walikota Kendari Rp 30 juta; Gubernur Sumatera Utara Rp 500 juta dan Kepala Biro Keuangan Jawa Barat Rp 50 juta. Apa akibat berita ini? Di Indonesia sedang hot-hotnya kenaikan BBM dan menurut Rusli Zainal �Data masyarakat miskin di Riau yang sesuai dengan sensus BPS tahun 2005-2006 sebanyak 293.707 jiwa akan kembali diverifikasi. Sesuai dengan Instruksi Presiden No. 3/2008 mengenai Pelaksanaan Program BLT tersebut, masyarakat yang berhak mendapatkan BLT adalah masyarakat Rumah Tangga Sasaran (RTS). Yaitu masyarakat miskin, mendekati miskin dan masyarakat miskin sekali yang memenuhi 14 kategori. Diantaranya kemampuan masyarakat mengkonsumsi daging setiap menggunya, kemampuan membeli pakaian setiap bulannya dan frekuensi makan setiap harinya. Mengapa yang digunakan data tahun 2005-2006? Dijelaskan tahun 2007-2008 BPS tidak mempunyai data terbaru hasil sensus penduduk. Begitulah bunyi cerita, kakinya bertanduk hewan apa namanya ...
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
279
Kok Seumur Hidup
S
aya mengenal Saleh Djasit bukannya belasan tahun, tapi puluhan tahun yang lalu. Ketika mengikuti pendidikan di Bandung, kami bersama. Lugas dan sangat baik. Ketika saya menyusun makalah saya mengenai jalan pernafasan di Jakarta diapun sangat membantu walaupun pakai honda. Ketika saya melapor untuk menjadi presiden RI melalui Konvensi Partai Golkar dia memberikan saya tiket untuk ke Jakarta. Jasa yang terbesar ketika saya diberitahu oleh Akbar Tanjung sebagusnya berumah tangga. Maka dengan senang hati Saleh Djasit mengantarkan saya berumah tangga di Hotel Aryaduta dengan Alicia. ”Tak tolok bedoa do Ngah, maklumlah saya sudah 65”. Tak ada yang tercela. Ketika koran mengumumkan ”Saleh Djasit Terancam Penjara Seumur Hidup” saya tak dapat makan. Ketika saya melihatnya di tahanan Kapolres Jakarta dengan tenang Saleh mengatakan ”Kalau ini suratan dari Allah, kenapa kita harus keberatan”, kata Saleh ringan. Saya tak dapat menafikan bahwa saya memang mencintai Saleh Djasit. Bagaimana menurut TribunPekanbaru (30/5)”Dengan menggunakan jas abu-abu yang juga dipakai saat pertama kali ditahan KPK, mantan Gubernur Riau 1998-2003 Saleh Djasit terlihat tegang saat memasuki ruang sidang dilantai dua gedung Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta. Dia didakwa telah merugikan negara Rp 4,719 miliar dalam kasus dugaan korupsi pengadaan 20 mobil pemadam kebakaran di Pemprov Riau. Setelah dipersilakan Hakim Ketua Moefri, Saleh lantas mengempaskan tubuhnya dikursi terdakwa yang berada persis
280
Tabrani Rab
ditengah ruang persidangan. Kepada hakim, Saleh mengatakan dirinya sehat dan siap mengikuti jalannya persidangan. Dari tas hitam yang ia bawa, Saleh mengeluarkan kacamata dan berkas diberi sampul merah yang tak lain surat dakwaan yang sebelumnya telah diberikan jaksa penuntut umum. Tak sabar menunggu di lobi, Magdalena kemudian mendatangi suaminya di ruang tunggu. Dia mengira Saleh langsung dibawa puling ke rumah tahan Polda Metro Java, tempat tokoh kelahiran Pujut, Rokan Hilir, 13 November 1943 itu ditahan sejak 19 Maret 2008 lalu. “Saya yakin bapak tidak bersalah. Apa yang dikerjakan bapak sesuai dengan radiogram yang dikirim dari Departemen Dalam Negeri�, ujar Magdalena kepada Persda Network. Penunjukan langsung. Kasus dugaan korupsi pengadaan 20 mobil pemadam kebakaran terjadi pada Desember 2002 -Oktober 2003. Saleh sebagai gubernur didakwa melanggar Keputusan Presiden RI Nomor 18 Tahun 2003 tentang pengadaan barang dan jasa instansi pemerintah, karena menunjuk langsung PT Istana Sarana Raya, pimpinan Hengki Samuel Daud yang kini boron, untuk mengadakan semua mobil pemadam kebakaran tipe V.80 ASM. Akibatnya terjadi penggelembungan harga (mark up) proyek sehingga dirugikan Rp 4.719.020.005. Berdasarkan dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU), Saleh pada Desember 2002 menyampaikan nota keuangan draft Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) tahun 2003 tentang penjabaran anggaran pendapatan, kegiatan dan proyek APBD tahun anggaran 2003. Nota keuangan tersebut mencantumkan pengadaan tiga unit mobil pemadam kebakaran dengan harga Rp 725 juta per unit, tanpa menyebut merk. Ketiga unit mobil tersebut dialokasikan untuk kabupaten Indragiri Hilir, Indragiri Hulu dan Rokan Hilir dengan total anggaran sebesar Rp 2,175 miliar. Kemudian, rencana itu berubah dan Saleh memutuskan menambah pengadaan mobil pemadam kebakaran menjadi 26 unit untuk 16 kabupaten dan kota di Riau. Ke-26 unit itu terdiri dari 13 unit tipe Forcer TLF 8/30 seharga Rp Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
281
800 juta per unit dengan anggaran Rp 10,4 miliar dan 13 tipe V80 seharga Rp 750 juta per unit dengan anggaran Rp 9,88 miliar. Dengan demikian, total anggaran pengadaan 26 unit mobil pemadam kebakaran tersebut menjadi Rp 20,28 miliar. Tidak ajukan eksepsi. JPU dalam dakwaan juga menyatakan telah terjadi aliran uang ke sejumlah orang yang terlibat dalam pengadaan tersebut, yaitu kepada Azwar Wahab sebesar Rp20 juta, Sudirman Ade sebesar Rp 45 juta, Chaidir MM sebesar Rp 25 juta, dan Hengki Samuel Daud sebesar Rp4,63 miliar. Atas perbuatannya, Saleh dijerat dengan pasal 2 ayat 1 jo pasal 18 UU nomor 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat (1) ke 61 KUHP dalam dakwaan primair. Saleh juga dijerat dengan pasal 3 jo pasal 18 UU nomor 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat (1) ke 61 KUHP dalam dakwaan subsidiair. Saat ditanya Ketua Majelis Hakim Moefri, Saleh Djasit mengaku sudah mengerti dengan dakwaan jaksa. Setelah berkonsultasi dengan tim kuasa hukumnya yang terdiri dari depan pengacara, Saleh tidak mengajukan eksepsi atau keberatan atas dakwaan. Saat ditemui usai persidangan, Saleh mengatakan tak mengajukan eksepsi dengan alasan kepraktisan. ”Biar lebih praktis saja”, ujar Saleh. Mantan Direktur Jenderal Otonomi Daerah Departemen Dalam Negeri Oentarto Sindung Mawardi akan menjadi saksi pertama Saleh Djasit. ”Pada persidangan berikutnya kami akan menghadirkan tiga saksi yakni Oentarto Sindung Mawardi, Suroso dan Sigit Santoso”, kata Jaksa Penuntut Rudi Margono dalam persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta. Oentarto akan bersaksi pertama untuk Saleh Djasit, telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi pengadaan mobil pemadam kebakaran di berbagai daerah oleh KPK sejak 12 Mei 2008. Saat bersaksi untuk pimpinan proyek pengadaan mobil damkar di Pemprov Kaltim Ismet Rusdandy, Oentarto mengaku
282
Tabrani Rab
penerbitan radiogram kepada kepada daerah untuk pengadaan mobil pemadam kebakaran berdasarkan perintah Menteri Dalam Negeri saat itu, Hari Sabarno. Saya kenal betul dengan Oentarto selama saya bertugas di Dewan Pertimbagan Otonomi daerah, orang yang tak pernah dapat bertindak dan melaksanakan tugas kecuali atas perintah Menteri. Alangkah mualnya saya melihat Hari Sabarno yang menyatakan di TV ”Ooo.... ini bukan kalimat saya”. Lalu kalimat siapa? Sementara itu, kolega dan orang dekat Saleh Djasit memberi dukungan kepada mantan Gubernur Riau itu agar terlepas dari jeratan hukum. Ketua DPRD Riau drh. Chaidir mengatakan kasus dugaan korupsi dalam pengadaan 20 mobil pemadaman kebakaran di Pemprov Riau, 2003, itu lebih pada kesalahan administrasi. Di mata Chaidir, yang sudah menjadi anggota DPRD saat Saleh memerintah di Riau, tokoh asal Rokan Hilir sebagai orang baik, jujur dan penyayang. ”Saya tahu betul sosok beliau dan menurut hemat saya, beliau akan bisa lepas dari jeratan hukum yang saat ini sedang berproses di pengadilan. Mudah-mudahan ini bisa menjadi kenyataan,” kata Chaidir. Chaidir pun paham betul keterlibatan Saleh dalam proyek damkar senilai Rp 15,6 miliar tersebut, karena pada saat itu ia sebagai anggota DPRD Riau ikut mengesahkan anggaran untuk pengadaan proyek itu. ”Kalau pun ada kesalahan, menurut hemat saya hanya kesalahan administrasi. Oleh sebab itu saya yakin beliau (Saleh Djasit) mampu keluar dari jeratan hukum dan membuktikan kepada hakim ia tidak bersalah”, kata Chaidir. Tak logis, masa 4,7 miliar harus dituntut dengan hukuman seumur hidup oleh Jaksa. Miliaran yang dipermainkan oleh Gubernur Aceh Abdullah Puteh kok lepas begitu saja. Karena itulah tak ada sedikitpun keinginan saya duduk menjadi eksekutif lalu dimusuhi begitu saja. Biarlah Allah yang menetapkan hukum. Dan semoga Saleh tidak dijadikan tumbal oleh pusat. Kami senantiasa mendoakan supaya Saleh bebas dari hukum. Tak usah pakai eksepsi segala ...
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
283
KKN Pejabat atau Penjahat
T
ak disangka dan tak dinyana KPK akhirnya memanggil menteri yang paling rentan terhadap hukum. Hal ini terungkap dalam pengumuman harta kekayaan Mendagri Mardiyanto, Menteri Hukum dan HAM Andi Mattalatta dan Jaksa Agung Hendarman Supandji di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dipimpin Antasari Ashar. Dalam 17 bulan harta Mendagri naik Rp 3 miliar. Harta kekayaan Menteri Dalam Negeri Mardiyanto bertambah Rp 3,048 miliar dalam kurun waktu 17 bulan, terhitung sejak 26 Juni 2006 hingga 12 November 2007. Kita tertarik pada kata-kata Antasari �Kekayaan pejabat melejit hingga miliaran rupiah. Sebagian kekayaan disebutkan sebagai tabungan istri�. Kekayaan Menteri Dalam Negeri Mardiyanto bertambah sekitar Rp 3 miliar dan 50.000 dollar Amerika Serikat dalam waktu sekitar 17 bulan. Sementara itu, Jaksa Agung Hendarman Supandji memiliki 14 rumah yang tersebar di Jakarta, Yogyakarta, Depok, Bogor, dan Subang, Jawa Barat. Harta kekayaan pejabat tersebut diketahui saat Komisi Pemberantasan Korupsi, Selasa (3/6) di Jakarta, mengumumkan harta kekayaan kedua pejabat tersebut. Kekayaan penyelenggara negara lain yang kemarin juga diumumkan adalah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Andi Mattalatta. Dalam laporannya pada 12 November 2007, Mardiyanto menyatakan memiliki kekayaan Rp 10,309 miliar dan 50.000 dollar AS. Jumlah itu melejit dibandingkan dengan laporan pada 26 Juni 2006, kekayaan Mardiyanto sebesar Rp 7,26 miliar. Adapun Andi Mattalatta melaporkan, pada 18 Juni 2007 ia
284
Tabrani Rab
memiliki kekayaan Rp 7,411 miliar dan 92.252 dollar AS. Ini berarti naik sekitar Rp 700 juta dibandingkan dengan kekayaannya pada 31 Oktober 2006 atau delapan bulan sebelumnya, dengan data yang dilaporkan Rp 6,676 miliar dan 91.000 dollar AS. Sementara itu, berdasarkan laporan pada 10 Juli 2007, Hendarman memiliki kekayaan Rp 3,476 miliar atau naik sekitar Rp 1,1 miliar dibandingkan dengan kekayaannya pada 18 Mei 2001 yang besarnya Rp 2,308 miliar. ”Kenaikan kekayaan saya terutama dari harta tidak bergerak dan alat transportasi,” katanya. Dibandingkan dengan kekayaannya pada tahun 2001, di pelaporan Juli 2007 Hendarman tercatat membeli sebuah mobil Mercedes Benz seri A 140 tahun 2000 seharga Rp 210 juta dan Toyota Vios tahun 2005 seharga Rp 110 juta. Namun, sumbangan kekayaan terbesar Hendarman berasal dari tanah dan bangunan. Dia tercatat memiliki 19 kapling tanah dengan 14 di antaranya terdapat bangunan yang nilai totalnya Rp 2,625 miliar. ”Tanah dan bangunan di Subang itu milik istri saya. Kebetulan dia sering ke sana,” kata Hendarman tentang delapan lokasi tanah di Subang. Tujuh lokasi tanah di antaranya terdapat bangunan yang baru muncul di laporan 2007. Mardiyanto juga mengatakan, uang 50.000 dollar AS yang dilaporkannya merupakan tabungan istrinya. ”Pertambahan nilai kekayaan saya lebih karena naiknya nilai jual obyek pajak harta tidak bergerak (tanah dan bangunan),” ucapnya. Mardiyanto juga mengaku, hampir semua kekayaan yang dimilikinya merupakan harta bawaan sejak sebelum menjadi Menteri Dalam Negeri, misalnya ketika menjadi Gubernur Jawa Tengah yang dimulai pada 1998. Mau tahu mobil apa saja yang dimiliki Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Mardiyanto, Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Andi Mattalata dan Jaksa Agung Hendarman Supandji? Ada Jaguar Daimler, Toyota Alphard, Mercedes Benz hingga Ford Escape. Mobil milik Pak Menteri dan Jaksa Agung ini, turut dilaporkan dalam laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN) yang diumumkan mereka sendiri dengan Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
285
didampingi Ketua KPK Antasari Ashar di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (3/6). Mardiyanto yang memiliki harta kekayaan paling besar yakni Rp 10,3 miliar, tercatat memiliki empat mobil senilai Rp 1,229 miliar. Yakni, Honda Accord tahun pembuatan 1999 dengan harga Rp 178 juta yang diperoleh dengan cara hibah. Ada lagi Toyota Crown buatan tahun 2004 yang dibeli sendiri seharga Rp 700 juta, Ford Escape tahun 2004 seharga Rp 150 juta dan Mitsubishi Galant buatan tahun 1998 seharga Rp 201,735 juta yang kini telah dihibahkan. Andi Mattalata yang menggantikan Hamid Awaluddin, tercatat memiliki tiga mobil senilai Rp 1,055 miliar. Total kekayaan Andi sebesar Rp 7,411 miliar. Tiga mobil tersebut adalah Opel Ophitra tahun pembuatan 2004 seharga Rp 155 juta, Jaguan Daimler buatan tahun 1997 dengan harga Rp 450 juta dan Toyota Alphard tahun pembuatan 2006 seharga Rp 450 juta. Hendarman Supandji yang total kekayaannya mencapai Rp 3,476 miliar, memiliki dua mobil seharga 320 juta. Yakni Mercedez Benz A140 seharga Rp 210 juta, Toyota Vios tahun pembuatan 2005 seharga Rp 110 juta. Dua mobil Hendarman sebelumnya yakni Suzuki Vitara tahun 1993 seharga Rp 50 juta dan Toyota Kijang SSG tahun pembuatan 1997 seharga Rp 90 juta telah dijual. Jaksa Agung Hendarman Supandji rupanya lebih suka menginvestasikan uangnya dalam bentuk tanah dan bangunan. Hal ini terlihat dari laporan harta kekayaannya yang diumumkan di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi. Tanah dan bangunan yag dimilikinya berjumlah 21 buah yang tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Subang, dan Yogyakarta. “Kebanyakan di Subang, tapi kecil-kecil. Sebenarnya ini gabungan punya saya dan istri. Kebetulan istri saya yang bekerja sebagai Direktur Utama RS Tarakan sering bepergian ke Subang, jadi dia yang beli. Kemudian yang di Depok itu juga istri saya yang beli secara kredit,� ujarnya saat mengumumkan laporan harta kekayaannya didampingi Ketua KPK Antasari Azhar, Mendagri Mardiyanto, dan Menhuk dan HAM Andi Mattalatta di
286
Tabrani Rab
Gedung KPK, Selasa (3/6). Menanggapi kekayaan para pejabat tinggi sedemikian besar itu, Emerson Yuntho dari Indonesia Corruption Watch menilai, kekayaan para pejabat tidak masuk akal jika dilihat dari penghasilan mereka sebagai aparat negara. �Kita tahu berapa gaji pegawai negeri. Untuk Andi Mattalatta, sebelum menjadi menteri, ia adalah politisi hingga kemungkinan juga pengusaha. Jadi, wajar jika kekayaannya hingga Rp 7 miliar,� ujarnya. Menurut Emerson, laporan kekayaan tersebut tidak sekadar berhenti pada mengumumkannya kepada publik. �Jika ada yang mencurigakan, seharusnya perlu segera diusut,� katanya. Bagaimana di Riau? Kejati Riau mengantongi sejumlah nama yang diduga bertanggungjawab atas tidak disalurkannya bantuan korban gempa di Sumbar oleh BKS Riau sebesar Rp 500 juta. Saat ini berkas perkara sedang ditelaah untuk ditingkatkan menjadi penyidikan. Ada petinggi daerah yang menelepon Kejati agar tidak dipublikasi kepada wartawan. Sayapun beranggapan kok tega banget. Lalu saya meneruskan laporan ini kepada KPK. Apa bunyi laporan ini? Pemeriksaan dilakukan atas laporan masyarakat tentang belum disalurkannya bantuan bencana gempa untuk Sumatera. Padahal bantuan itu diberikan oleh Pemerintah Propinsi Riau pada bulan September 2007 silam bersama dengan bantuan korban gempa di Bengkulu. Saat itu Pemprov menganggarkan dana sebesar Rp 1 miliar. Masing-masing propinsi mendapat 500 juta. Hanya bantuan untuk Bengkulu yang disalurkan sedangkan untuk Sumatera Barat tidak diketahui keberadaannya. Padahal saya melihat mantan Kepala Badan Kesejahteraan Sosial yang pernah menjadi walikota Payakumbuh tahu banyak rahasia petinggi daerah ini sedang berbelanja di Matahari. Entah bagaimana ceritanya namanya muncul menjadi Wan Darlis walaupun saya tahu ada orang kuat dibelakangnya. Laporan saya yang pertama kepada KPK adanya seseorang yang mengaku kerabat Gubernur Riau menghubungi salah satu peserta prakualifikasi untuk meminjam perusahaan untuk Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
287
digunakan sebagai tender. PT Anisa Putri Ragil JO PT Modem Widya Technical seharusnya hanya lulus prakualifikasi untuk 3 (tiga) paket karena Kemampuan Dasarnya hanya sebesar Rp 169.022.000.000,00 (seratus enam puluh sembilan milyar dua puluh dua juta Rupiah). Namun Panitia tetap meluluskan PT Anisa Putri Ragil JO PT Modem Widya Technical untuk paket pembangunan jalan Sorek Teluk Meranti Guntung meskipun nilai proyek paket tersebut lebih kurang sebesar Rp 183.260.000.000,00 (seratus delapan puluh tiga milyar dua ratus enam puluh juta Rupiah). Surat inipun mendapat jawaban dari KPK �Sehubungan dengan surat yang Saudara sampaikan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui surat tanggal 25 Maret 2006, Pimpinan KPK telah meminta kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk menindak-lanjuti pengaduan tersebut dengan surat No. R.1444/KPK/VI/2006 tanggal 12 Juni 2006. Berbagai buku juga telah saya kirimkan kepada KPK antara lain Bengkalisgate, Inhugate. Mungkin yang terakhir Riaugate. Apa yang membosankan tinggal di Pekanbaru? Sayapun menjawab �Semua instansi punya mesjid tapi tak ada yang sembahyang�. Di Turki sebaliknya. Dikampung-kampung tak banyak mesjid tapi semua orang sembahyang. Lama-lama orang bisa berharap mesjid yang sembahyang. Kerisauan saya yang lain gambar Gubernur dan Walikota hampir berkompetisi tiap hari dengan gambar baru. Yang terakhir ada gambar Riau Rice dan sebagainya. Yang jelas di Dang Merdu sekarang ini ada Malacca Strait Jazz dan disebelah bawah tampak foto monyet besar. Jangan-jangan inilah yang jadi Gubernur Riau. Semogalaaahhh. Saya dapat menyelesaikan buku Riaugate sebelum Pilgubri.
288
Tabrani Rab
Kebal Hukum
5
00 tahun sebelum kelahiran Isa adalah ahli filsafat yang bernama Plato. Plato pun menulis buku Apologia artinya pembelaan yang diterjemahkan oleh mantan Menteri Pendidikan Fuad Hasan. Darimana ide buku ini ditulis oleh Plato? Tak lebih dari pembelaan yang dilakukannya terhadap gurunya yang bernama Socrates. Socrates mengatakan raja dan manusia itu sama saja, dilahirkan sama, makan sama, matinya pun juga sama. Tentulah terdapat kesamaan di antara keduanya. Karena itulah Plato mulai merancang dalam bukunya Apologia ’seandainya ada pengadilan yang bisa mengadili siapa saja yang berbuat salah dalam suatu negara maka ia berhak untuk diadili’. Termasuk raja sendiri. Baru pada tahun 1789 ketika pecahnya Revolusi Perancis Montesque memutuskan terdapatnya tiga kekuatan dalam Republika yakni kekuatan pemerintah, kekuatan rakyat yang terwakili dalam DPR dan kekuatan pengadilan sebagai kekuatan formal dari kekuasaan. Pengadilanlah yang punya hak untuk menetapkan siapa yang salah dan siapa yang benar. Walaupun Amerika Serikat lebih dahulu mengutarakan pentingnya makna dari pengadilan namun teori Montesque masih tetap dipakai di negara-negara merdeka di mana tidak ada kekuasaan raja yang menentukan. Zaman pun beredar. Dengan demikian terdapat dua aliran pengadilan yang dapat menjatuhkan raja. Pertama pengadilan rakyat alias hak DPR untuk memanggil pimpinan negara yang disebut dengan interpelasi. Usul ini dengan canggihnya
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
289
menjatuhkan Gusdur dan mengangkat Mega menjadi Presiden. Kejatuhan presiden sebelumnya juga disebabkan oleh hak-hak interpelasi ini antara kejatuhan Soekarno dan Soeharto, walaupun Surat Perintah Sebelas Maret-nya belum jelas entah dimana. Oleh karena kenaikan BBM maka sebagaimana ditulis Riau Pos (11/6) ”Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mangkir (tidak hadir) disidang perdana gugatan class action terkait kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Begitupun Jaksa Pengacara Negara yang semestinya menjadi kuasa hukum Presiden, tak seorangpun tampak hadir. Persidangan perdana tersebut dibuka H Panusunan Harahap, SH selaku Ketua Majelis Hakim dan molor sekitar satu setengah jam dari jadwal pukul 10.00 Wib yang diagendakan. Sidang selanjutnya ditunda pada 19 Juni mendatang. Namun sebelum penundaan dilakukan Majelis Hakim, pihak penggugat yang diwakili Habiburokhman sempat memprotes dan mempertanyakan ketidakhadiran presiden. Panusunan kemudian menjelaskan surat pemanggilan kepada pihak tergugat yakni Presiden sudah disampaikan PN Jakarta Pusat dan sudah diterima staf kesekretariatan negara atas nama Lis Iskandari tertanggal 3 Juni, namun belum diketahui alasan mengapa presiden atau kuasa hukumnya tidak hadir”. ”Usai persidangan, pihak penggugat, diwakili Habiburokhman menyatakan kecewa dengan ketidakhadiran presiden ataupun kuasa hukumnya. Kepada wartawan Habiburokhman menyebutkan presiden mestinya hadir untuk menghormati hukum”. Ditegaskan apabila dalam sidang berikutnya presiden atau kuasa hukumnya tetap tidak hadir maka Serikat Pengacara Rakyat akan meminta majelis hakim untuk mengambil keputusan verstek (seluruh gugatan penggugat dikabulkan tanpa kehadiran tergugat). 19 Juni nanti pukul 10 SBY harus hadir disini, atau mengirimkan kuasanya. Kalau dua-duanya tidak hadir kita minta putusan verstek. Artinya kenaikan BBM dibatalkan kemudian Presiden SBY dihukum dengan meminta maaf kepada rakyat Indonesia dan mengganti kerugian immateriil”, tegas Habiburokhman.
290
Tabrani Rab
Sebelumnya Presiden juga menolak untuk datang ke DPR untuk menolak interpelasi dengan hanya mengirimkan wakil Hatarajasa, Mensesneg. Padahal hak interpelasi ini untuk presiden. Sehingga orang pun bertanya-tanya sebetulnya hukum ini mau dibawa kemana sih? Kalau hanya karena kenaikan BBM bukannya pemerintah tidak berusaha untuk mencari berbagai pinjaman. Akan tetapi untuk pinjam meminjam tak lagi berlangsung secara global. Hampir semua negara menarik cadangan devisanya di bank dunia (world bank), ADB, dan IMF. Hampir tiap negara sekarang ini sedang diamuk oleh masalah resesi. Di Malaysia kenaikan harga minyak tak banyak berbeda dengan Indonesia. Bahkan di pasar dunia terjadi perdebatan apakah kenaikan harga minyak ini diekploitir sehingga makin jauh dari kemampuan masyarakat atau memang terjadi menurut hukum permintaan dan pemasaran. Waktu karangan ini sedang ditulis kebetulan pula BBC London sedang memutar film ketika Goring diadili di Dendrof Jerman karena tertangkap oleh pihak Sekutu. Begitu pula BBC London memutar film perkara Carascao dibacakan hukuman mati dan ditembak oleh prajurit Cheko. Kenapa harus melalui hukum? Karena negara-negara maju memang sangat tersangkut dengan masalah hukum dalam mempertahankan negaranya. Ini betul yang perlu kita pelajari dalam menuju demokratisasi yang kacau balau ini. Perhatian petinggi terhadap tegaknya hukum adalah perhatian kita semua. Makin cuai mereka terhadap hukum, makin berserakanlah negara ini. Kita perlu menegakkan hukum. Tak ada seorang pun di atas hukum dan seorang saja memegang hukum itulah mayoritas. One man in law is majority.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
291
Makin Tambah Miskin
D
i Metro TV sesudah pelantikan Mbak Ani menjadi Menko Perekonomian maka diapun naik ke atas bus untuk ke airport menuju Amerika Serikat untuk yang tentu saja mencari pinjaman baru guna menutup APBN, kalaupun tidak meminta supaya tagihan kepada Bank Central (Bank Dunia) dapatlah ditunda. Entah mana yang betul kitapun tak tahu. Yang jelas bagi kita didalam badan-badan internasional yang namanya Bank Dunia, IMF, Asian Development Bank (ADB) dan entah badan apalagi yang bersifat pinjaman bikameral.
Dulu ketika terjadi krisis minyak pada tahun 1974 dimana harga minyak per barel sampai 34 dolar Amerika bukannya Soeharto tidak punya duit. Soeharto meminjam duit dari Bank Dunia dalam jumlah besar, sementara kita mempunyai cadangan minyak. Dari duit ini pulalah Soeharto membangun infrastuktur yang tak terabaikan oleh kita, yakni tiap kecamatan ada Puskesmas dan di desa dibangun pula SD Inpres. Kini sudahlah lembaga keuangan ini tak berduit dan masing-masing negara mengambil duitnya di bank-bank internasional untuk memperkuat anggaran negara masing-masing yang lebih dikenal dengan Grup-8 dan akan mengadakan seminar bulan depan di Tokyo. Hasilnya dapat dibaca, tak ada yang dapat dijanjikan oleh kelompok besar 8 negara maju ini kecuali masing-masing negara terkelepok karena keuangan yang memang parah. Ambillah misalnya Amerika Serikat, sudahlah patah oleh kredit rumah murah, ratusan miliar mengalir ke Irak dan Afganistan karena perang Amerika dan
292
Tabrani Rab
Irak. Duit masuk jauh lebih kecil ketimbang duit keluar sehingga dapat dilihat dalam nilai dolar hanya setengah daripada harga poundsterling, begitu juga dengan euro. Bagaimana pula dengan mata uang poundsterling dan euro? Dilihat perdagangan yang tak seimbang dengan Cina menyebabkan duit inipun makin rendah dibanding dengan Yuan (Cina). Lalu di masa yang serba resesi ini di mana dunia kekurangan pangan sementara harga minyak melambung naik. Lalu menurut Kompas (18/6) “Kecaman yang disampaikan dalam forum ekonomi dunia bagi Asia Timur awal pekan ini di Kuala Lumpur, Malaysia terdengar bergaung kuat di tengah krisis pangan, energi dan keuangan global yang sangat memukul kelompok negara berkembang. Dalam krisis pangan, energi dan keuangan global yang sangat menyesengsarakan kelompok negara miskin semakin merefleksikan kesenjangan tatanan ekonomi dunia, yang menguntungkan kelompok negara maju. Negara-negara maju praktis tetap tegar ketimbang kelompok negara miskin dalam menghadapi krisis Tiga-F, yang merupakan singkatan dalam bahasa Inggris untuk food (pangan), fuel (bahan bakar minyak) dan financial (keuangan). Lemahnya daya tahan kelompok negara miskin tidak hanya karena ulah mereka sendiri, tetapi juga karena prilaku tidak adil negara-negara maju. Kelompok negara maju hanya menjadikan negara berkembang sebagai pasar dan sumber daya alam bagi industrinya. Sampai sekarang tidak ada keseriusan di kalangan negara maju untuk memperkecil kesenjangan ekonomi dengan negara berkembang. Negara berkembang dibiarkan tetap saja rapuh menghadapi berbagai krisis. Negara-negara maju seperti yang bergabung dalam Grup-8, bisa saja ber-argumen, krisis Tiga-F sekarang ini menerjang negara manapun, tidak terkecuali negara maju�. Masih menurut Kompas (18/6) “Sebaliknya rakyat di negaranegara berkembang yang umumnya miskin benar-benar terancam oleh dampak krisis Tiga-F secara telak. Ratusan juta orang akan Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
293
terancam mati kelaparan dan kekurangan gizi. Stabilitas keamanan di negara-negara berkembang terganggu pula karena gelombang protes atas kenaikan harga pangan dan energi. Dalam menghadapi krisis Tiga-F yang begitu berat, kelompok negara maju terkesan kurang tergerak melakukan upaya penyelamatan. Persoalan semakin serius karena para pemimpin di negara berkembang tetap saja asik dengan kekuasaan, terus melakukan korupsi tanpa peduli rakyat yang sedang menderita�. Negara-negara maju yang termasuk kedalam Grup-8 setelah mengadakan rangkaian pertemuan kembali dikecam karena tidak serius mengatasi kesenjangan tatanan ekonomi global. Negara ini akan mengadakan pertemuan di Tokyo akan membahas anggaran tahunan. Kelompok negara kaya yang tergabung dalam Grup-8 perlu mengirimkan pesan kepada masyarakat internasional agar bersama-sama segera mengatasi melonjaknya harga minyak dan pangan. Namun masalah itu memang tidak dapat diselesaikan dengan cepat. Demikian dikatakan Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda di Tokyo, Selasa (17/6). Fukuda akan menjadi tuan rumah pertemuan para pemimpinGrup-8 di Hokkaido, 7-9 Juli. Grup-8 sudah dikritik hanya bisa menyerukan ajakan untuk menanggulangi krisis pangan dan minyak, tetapi tidak memberikan solusi secara nyata. Laju inflasi yang semakin hebat karena dipicu oleh kenaikan harga minyak semakin mengkhawatirkan. Laju inflasi di Inggris pada Mei lalu naik mencapai 3,3 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Inflasi itu merupakan yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir sehingga menimbulkan kekawatiran Inggris perlahanlahan menuju resesi. Tingginya inflasi ini juga mendesak bank sentral menaikkan tingkat suku bunganya. Walaupun angka makro ekonomi Inggris sebenarnya tidak terlalu menjadi indikator utama, tetapi keadaan di Inggris menambah kekawatiran akan perekonomian global. Krisis energi semakin buruk dan telah mencapai titik kritisnya. Harga telah melonjak sedemikian tinggi sehingga menyebabkan kekacauan pada perekonomian
294
Tabrani Rab
global. Dalam kemelut dunia yang begini Indonesia memang masuk negara pening. Cobalah anda bayangkan korupsi yang tiap hari menumbangkan kejaksaan sehingga ada ide bagaimana membongkar gedung bundar sehingga nampaknya lebih empat persegi. Belum lagi masalah Situbondo sang pemilik mempunyai kekayaan tertinggi di Asia Tenggara, listrik byarpet sebentar hidup-sebentar mati. Angka kemiskinan melonjak-lonjak, untuk menghibur hati maka disuntik 100 ribu sebulan, jalan lebih banyak lubang ketimbang aspal. Di atas jalan ini pula demo Pilkada menjadi-jadi sehingga di Flores pun tak tahu siapa gubernurnya. Pemilihan presiden akan dilaksanakan sebelum peraturannya selesai. Tanah-tanah menjadi bongkah karena kekurangan air. Walaupun air banyak, ini adalah banjir kiriman. Ya... bagaimanalah negara ini dengan Grup-8. Lebih baik GL sajalah....
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
295
Calon Tunggal Tinggal Tunggul
P
emilihan Gubernur Aceh memang lain dari yang lain. Calon tunggal ini hanya dipilih oleh 300 ribu orang dan sah lah sudah. Lama-lama pemerintah mulai pasang kuda-kuda. Dikeluarkanlah Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 pasal 5a butir b yang menaytakan surat pernyataan dukungan dibuat dalam bentuk surat dukungan yang dilengkapi dengan foto kopi KTP atau surat keterangan tanda penduduk yang masih berlaku dan wajib diserahkan saat pendaftaran. Bagaimana dengan calon tunggal saya yang didukung oleh 315 kelompok yang terbagi atas 52 kecamatan? Mulanya mereka datang membawa surat dukungan dari kelompok masing-masing. Celakanya ada kelompok yang membawa 60 suara dari Duri yang meliputi 2 kecamatan. Satu kecamatan oke. Tapi kecamatan lain belum oke. Oleh karena itu disusullah ke kecamatan yang lainnya agar memberi tanda tangan. Ini memerlukan pula beberapa hari bagi tim untuk mensahkan calon pendukung ini. Celakanya lagi lama-lama sang camat pun mengaku bahwa persetujuan pada tingkat PPS sudah ditutup, paling tidak inilah yang dikatakan bupati. Lalu mau kemana lagi? Karena saya berpikiran pragmatis calon begini menjadi calon mengambang. Sebab bagaimanapun juga walaupun sang calon berada dalam satu kecamatan sementara KPUD nya menyatakan �Pilihlah gubernur yang tepat sesuai dengan hati nurani, sebab gubernur yang anda pilih merupakan gubernur anda�. Hampir 300 ribu calon yang mendukung saya datang ke rumah atau ber SMS ria bahwa mereka tak dapat
296
Tabrani Rab
memilih saya oleh karena sang camat hanya tau demokrasi sebatas ucapan. Sisanya tak banyak yang mereka ketahui bahwa calon yang memilih saya adalah calon saya. Sementara itu para calon walaupun belum ditunjuk oleh pusat sudah mempunyai mobil bergambar sendiri dan gambar ini bertebaran di ibukota kabupaten Rokan Hilir, Bengkalis, Dumai dan tentu saja sepanjang ibukota Pekanbaru. Nilai-nilai yang tak perlu pun menjadi tempelen seperti Riau Rice dan entah apalagi. Begitu pula di Kuansing camat tidak tahu menahu dengan calon independen ini. Tentu saja kita boleh menuding bahwa KPUD tidak menyebarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 pasal 5a butir b. Masalah peraturan tanggal 28 April yang mesti diketahui PPS kampung saya Labuhan Tangga bulan Juni. PPS saja belum dibentuk. Bagaimana komentar calon ini? �Saya hanya menyerahkan KTP dan itu sudah berarti dukungan, tidak perlu surat pernyataan lagi�, ujar Sri Wahyuni. Soemardi Taher merasa tidak sanggup mememuhi persyaratan UU maju dari jalur perseorangan. Tim Soemardi yang bekerja di daerah dalam mengumpulkan dan verifikasi dukungan juga sudah kewalahan karena waktu yang mendesak dengan jadwal pendaftaran calon Gubernur di KPUD Riau. Saya kira sulit untuk maju, bukan tidak ada dukungan tapi persyaratan terlalu berat dengan waktu yang singkat.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
297
Nasib Riaulah
K
ira-kira 4 bulan yang lalu saya di DPRD Riau. Terdengarlah ucapan �Kok Riau saja ya�. Dan dikaji-kajilah mulai dari nasib Bupati Azmun Jaafar, Bupati Kampar yang dulu kepala kayu sampai ke gubernur Riau dipanggil oleh KPK. Belum lagi Bupati yang disebut-sebut Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Bupati Siak, sampai-sampai Bupati Rokan Hilir disebut-sebut bahwa Riau bisa jadi pipil, tak ada lagi pimpinan daerahnya. Belum lagi dikaji kisah Wan Darlis yang hilang duit bantuan pada Bengkulu 5 miliar dan disebut pula penggantinya juga kena. Kemudian masuk pula daftar 3 kepala kehutanan mulai dari Syuhada, Asral Rahman dan Burhanudin disebut-sebut terkait dengan illegal logging. Saya cuma merinding saja, padahal mereka ini cukup gaji dan ada dana taktis lagi. Apa betullah salah Riau ini? Seolah-olah pusat benar semuanya. Baru kemudian timbul masalah H. Bulyan diciduk oleh KPK karena membawa tas palsu yang sama persis dengan tas penyogok dan kontraktornya PT Bina Mina Karya Perkasa, Dedi Suwarsono dikaji ulang. Ketika berita ini ditayangkan dua hari yang lalu sayapun mengSMS Metro sebab yang ditampilkan Dedi Suwarsono sementara dinyatakan H. Bulyan. Untunglah tak keluar pada berita selanjutnya. Apa kesalahan mereka ini semua? Tentunya pertama-tama terlibat illegal longging dan kedua tentulah menerima fee. Dan sekerak anggota DPR RI terlibat kasus suap oleh Dedi Suwarsono. H. Bulyan tersedu-sedu menangis dan menyesali apa yang telah
298
Tabrani Rab
diperbuatnya. Bahkan pembelian 20 unit kapal patroli pengacara Dedi bilang “Pemberian uang hal yang lumrah dilakukan setiap pemenang tender di lingkungan Departemen Perhubungan, tak terkecuali tender pengadaan 20 unit kapal patroli”. Apa kata Rusman Ali sebagai pimpinan partai. ”Saya senang, Bulyan Royan secara jujur mengakui kesalahannya. Beliau bilang kepada saya siap mempertangungjawabkan apa yang ia telah perbuat. Sekaligus mengakui apa yang telah dilakukannya, membuat nama baik partai tercemar”. Rusman menjenguk Bulyan di tahanan Polda Metro Jaya. Ia bersama beberapa petinggi DPP PBR lainnya memberikan semangat kepada Bulyan Royan dan meminta agar bersikap kesatria, berbicara jujur apa adanya. “Pak Bulyan menangis, ia sempat mengatakan kepada saya apakah saya salah menerima fee? Saya kemudian menasehati, sebagai pejabat negara tentu salah menerima itu. Tidak boleh. Dia lalu menyatakan penyesalannya lagi”. Bahkan Bulyan menambahkan lagi 5 anggota DPR RI yang terlibat kasus ini. Sayangnya nama ini dirahasiakan. Apalagi komentar Bulyan? “Tapi satu hal yang ingin saya tegaskan, bahwa dalam kasus ini saya tidak pernah memeras. Saya juga tidak pernah intervensi dalam pelaksanaan proyek itu”. Diajukannya Azmun Jaafar ke Pengadilan Tipikor bukannya memperkecil soal Riau. Menggoyang pula pengadilan Azmun “Saya ini hanya menjadi pembuka dari rumitnya kasus penebangan kayu di Riau. Tanpa ada RKT, maka tidak akan ada penebangan hutan,” tegas Azmun Jaafar seusai persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Selasa (1/7). Jadi Gubernur Rusli Zainal harus bertanggungjawab? “Dalam perkara ini, saya bertanggungjawab atas Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT), yakni penyediaan lahan. Dan kalau RKT yang menjadi dasar penebangan kayu, itu menjadi tanggungjawab Gubernur. Saya meminta ada kesamaan hukum saja,” terang Azmun yang mengenakan baju lengan panjang warna putih dan peci hitam.
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
299
Ditegaskan Azmun, tanpa RKT, maka tidak akan bisa dilakukan penebangan. “Meskipun IUPHHK-HT sudah diterbitkan, tapi tanpa ada RKT, tidak bisa dilakukan penebangan hutan,” tambahnya. Azmun Jaafar menjelaskan, sesuai Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK 215/Menhut-II/2007, maka yang berhak menerbitkan RKT adalah Kepala Dinas Kehutanan Provinsi. Dan semua izin adalah kewenangan Menteri Kehutanan. Namun yang terjadi, Gubernur Rusli Zainal banyak menerbitkan RKT di wilayah Riau dan termasuk beberapa dari 15 perusahaan yang diberikan izin IUPHHK-HT oleh Azmun. Dikatakan, dari Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Riau Syuhada Tasman, diakui bahwa Gubernur tidak memiliki kewenangan menerbitkan RKT. Tapi, Gubernur justru meminta kepada Syuhada Tasman untuk menandatangani RKT. “Yang terjadi, Gubernur tidak memiliki kewenangan menerbitkan RKT, tapi ini Gubernur Rusli Zainal menerbitkan RKT yang menjadi dasar penebangan hutan,” terangnya. Pada akhir berita Riau masih kebagian bobrok dimana seorang suami tega menjual istrinya di Batam, tentunya ke panti pijat 2 juta rupiah. Untunglah Pak Polisi melihat bagaimana si suami menyakiti istrinya di dalam sel tahanan. Bersamaan dengan itu maka digrebek pula 5 gadis ingusan pekerja panti pijat yakni Ln (14), Sr (15), Mn (16), Fa (20) dan Ev (19). Kepada polisi kelima perempuan asal Bandung ini langsung minta dipulangkan ke kampung halaman. Sehingga perkara ini menambah kebobrokan Riau dari sudut kejiwaan. Untuk menutup semua acara ini maka komisi III DPR RI mengundang Ketua KPK untuk sekedar berdialog. Sayangnya perkara ini tertutup dan tak dapat diketahui oleh wartawan. Seandainya perkara ini dibuka maka tentulah bertambah angka “kemaluan” Riau ini 1001 dari mulai sogokmenyogok sampai harus berjual bini.
300
Tabrani Rab
Tempias 2007-2009: Menuai Hujan
301
Tempias adalah Tabrani Rab. Topik yang dibahas dalam Tempias beragam masalah, dan selalu saja menyangkut hal-hal yang up to date. Mulai masalah sosial dan problem masyarakat kecil, sampai masalah politik, ekonomi, lingkungan hidup dan lain sebagainya. Semua masalah diamatinya dengan cermat, diserapnya, lalu dia tumpah-luahkannya kembali ke dalam Tempias; menjadi sebuah tulisan yang menarik; tajam dan menukik. Mulai dari caranya mendedahkan, mengurai dan mengorak masalah sampai memaparkan dan membentangkan berbagai alternatif solusi yang bisa ditempuh. Melalui Tempias, Tabrani Rab memaparkan persoalan langsung dari akar-akarnya sampai pada pemaparan dengan menggunakan bahasa yang menggelitik dan menggelegak. Sangat khas Melayu. Pelik, berat, tajam, malah menggeram. Namun apa pun persoalannya selalu diungkainya dengan untai-untaian kalimat demi kalimat yang berkelakar. Menohok tetapi bercampur mencuil hati pembaca. Tabrani merupakan segelintir tokoh Riau, yang dari dulu hingga kini yang “lantang bersorak� jauh sampai ke pusat dan ke langit-langit global untuk membela hak-hak orang Riau. Lebih dari itu, Tabrani bukan sekadar bersorak, dia juga mendedahkan fakta, data, serta segala dampak yang diterima Riau. Mulai dari sumber daya alamnya yang terkuras, kulit bumi yang terkelopak dengan pengeksploitasian hutan rimba. Rakyat dan pribumi yang dimiskinkan terus menerus secara tersistematis sementara “pemburu� —entah itu investor atau oknum-oknum pejabat tangantangan kotor, semakin melesat kaya raya.
302
Tabrani Rab