LAYANG PRB Eling lan waspada ngadepi bebaya Urun Rembug Ir. Budi Antono, M.Si: PEMULIHAN PEREKONOMIAN JADI PRIORITAS Halaman 2
Info Jogja WARGA MULAI BONGKAR HUNTARA
Halaman 3
MENINGKATKAN KETAHANAN
EKONOMI DI MERAPI YOGYAKARTA - Merapi tidak hanya dikenal sebagai gunung yang aktif dan unik, melainkan juga memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Apabila dapat dimanfaatkan dengan baik, maka potensi-potensi itu diyakini mampu mendukung kehidupan masyarakat di sekitarnya secara berkesinambungan. Tim peneliti Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, dalam penelitian berjudul “Potensi Sumber Daya Alam Gunungapi Merapi dan Pengelolaannya untuk Mendukung Kehidupan Masyarakat Sekitar” mendeskripsikan Merapi kaya akan potensi sumber daya air, mineral, dan lahan (pertanian, perkebunan, hutan, peternakan, perikanan, dan pariwisata). Secara kasar, pendapatan potensial yang dihasilkan dari pengelolaan sumber daya alam ini mampu mencapai ratusan miliar rupiah per tahun. Salah satu potensi yang tumbuh pesat akibat dinamika kegunungapian Merapi adalah pariwisata. Perubahan bentang alam yang terjadi pascaerupsi 2010 lalu, misalnya,
Eling lan waspada ngadepi bebaya
telah menarik minat banyak wisatawan dari dalam dan luar negeri untuk datang dan menyaksikan langsung bukti kedahsyatan alam. Selama musim liburan sekolah, Juni-Juli 2012, kunjungan wisatawan domestik dan asing ke area “Volcano Tour” amat ramai. Menurut warga Umbulharjo, jumlah kunjungan mencapai lebih dari 1.000 orang per hari dengan retribusi Rp3.000 per orang. Selain pendapatan itu, masih ada pemasukan dari parkir kendaraan, paket wisata, sewa jasa, dan transaksi perdagangan. Potensi kontribusi ekonomi yang cukup besar ini, apabila dikelola secara serius, diyakini mampu memulihkan kerusakan dan kerugian ekonomi akibat erupsi 2010 dalam tempo singkat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dalam Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi, merilis besar nilai kerusakan ekonomi pascaerupsi Merapi mencapai Rp179,8 miliar dengan nilai kerugian lebih dari Rp623,7 miliar. (bersambung ke hlm. 8)
Edisi Juli-Agustus 2012 Profil MENANTANG ADRENALIN BERSAMA “VOLCANO TOUR”
Halaman 7
(Kiri) Turis domestik terlihat mengunjungi kawasan wisata “Volcano Tour” di Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, beberapa waktu lalu. (Kanan Atas) Pentas kesenian Jatilan menjadi bagian dari “Volcano Tour”. (Kanan Bawah) Penjual makanan khas Jadah Tempe melengkapi kawasan wisata dari sisi kuliner.
MENGHADAPI DAN MENGATASI
TANTANGAN USAHA Ekspresi wajah Ny. Suratin (35) tampak datar tatkala ia menjelaskan usaha pembuatan abon lele di hadapan warga Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, akhir Mei lalu. Kendati penjualan abon semakin laris, Ny. Suratin mengaku usahanya bersama kelompok warga “Sedya Rukun” ini masih jauh dari sukses. Bahan baku abon lele memang mudah karena didapat dari usaha perikanan warga. Pemasarannya juga lancar. Tetapi, usaha sulit maju karena modal tidak pernah bertambah. Menurut Ny. Suratin omzet usaha mencapai Rp600 ribu per bulan, tapi jumlah itu selalu habis dibagikan kepada seluruh anggota kelompok. Manisnya hasil usaha juga belum dirasakan Ny. Eka (30), seorang pemandu wisata di kawasan pariwisata “Volcano Tour” di Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman. K e m a m p u a n b e r b a h a s a (bersambung ke hlm. 8)