Layang PRB #4 low

Page 1

LAYANG PRB Eling lan waspada ngadhepi bebaya

Edisi September-Oktober 2012

Urun Rembug

Info Jogja & Jateng

Opini

Eko Triyono : Komunitas Menjadi Basis Pengurangan Risiko Bencana

Warga Menunggu Huntap

Penanggulangan Bencana Gunung Merapi Berdasarkan Sistim Nasional Penanggulangan Bencana

Halaman 2

Halaman 4

Halaman 6

Bersiaga Mengelilingi Merapi SLEMAN – Pengalaman terkena dampak erupsi Gunung Merapi berulang kali membuat sejumlah warga yang tinggal di sekeliling gunung menjadi lebih siaga bencana. Mereka pun memberdayakan diri dengan membangun kesadaran dan kesiapsiagaan terhadap ancaman bencana. Salah satu letusan Merapi yang menyentak kesadaran warga adalah letusan pada 1994. Waktu itu, 67 warga Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Sleman, tewas. Ribuan warga lain mengungsi. “Di pengungsian, warga merasa ada sesuatu yang tidak beres. Warga diwedhuske (diperlakukan seperti kambing), karena makanan saja harus dimasakkan,” ujar Gendon, panggilan akrab Sigit Widdiyanto (40), pegiat Komunitas Pecinta Alam Pemerhati Lingkungan (Kappala), saat ditemui di Pertemuan Perumusan Rencana Strategis dan Pergantian Pengurus Pasag Merapi, Minggu (23/9) di Kaliurang, Sleman, DIY. Letusan itu menyisakan kenangan pahit sekaligus memberikan pelajaran berharga. Setelah melewati masa tanggap darurat, pada 1995 warga mulai membentuk wadah bersama untuk menyikapi ancaman bencana. Keanggotaannya terus meluas hingga menjangkau desadesa di empat kabupaten yang mengelilingi Merapi. Pada pertemuan di Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, 5 April 2001, mereka resmi menamakan diri “Paguyuban Sabuk Gunung Merapi” atau Pasag Merapi. Nama ini mengacu pada keberadaan anggota yang mengelilingi Gunung Merapi. “Lantaran melibatkan warga dari empat kabupaten, mulai dari Boyolali, Klaten, Sleman, dan Magelang, kami pun dianggap melingkarkan sabuk pada Gunung Merapi,” jelas Gendon yang selama ini ikut aktif membangun jaringan Pasag Merapi. Beragam pelatihan diadakan guna membangun kesadaran dan kesiagsiagaan warga terhadap ancaman bencana Gunung Merapi. Mereka berupaya semaksimal mungkin mengelola pengetahuan maupun peralatan yang ada untuk tujuan tersebut. Pada erupsi Merapi 2006, semakin banyak anggota Pasag Merapi yang memanfaatkan handy talkie (HT) untuk berkomunikasi. Radio komunitas pun mulai didirikan di empat kabupaten. Pada erupsi 2010, anggota Pasag Merapi aktif mendampingi warga di lingkungannya masing-masing. Mereka adalah korban sekaligus (bersambung ke hlm. 7)

Doc. Pasag Merapi

Sejumlah relawan Pasag Merapi menanam pohon dalam gerakan penghijauan di Kecamatan Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, pada awal 2011 silam. Komunitas yang memiliki anggota di empat kabupaten di sekeliling Gunung Merapi ini aktif membangun gerakan penyadaran dan kesiapsiagaan bencana serta pelestarian lingkungan.

Menabung supaya Siaga Bencana Sartoyono (56) gemetar mengingat hari itu. Suatu hari di bulan Oktober 2010, yakni pada hari ketika Gunung Merapi meletus, sama seperti warga lain dari Dusun Kalitengah Kidul, Desa Glagaharjo, Sleman, dia segera berlari menuruni lereng gunung. Tanpa pikir panjang ia segera menyambar sepeda motor yang terparkir di halaman lalu buru-buru menarik seorang cucunya, Siti Nur Khofifah (9), ke atas motor. Lelaki paruh baya itu beruntung. Ketika dia harus secepat-cepatnya memacu sepeda motor, bahan bakar di

tangki motor masih penuh. Ia pun bisa sampai di lokasi pengungsian dengan selamat. Ia mengaku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi seandainya sepeda motor itu kehabisan bensin. “Waktu itu uang di kantong saya tinggal Rp 500. Saya juga tidak sempat memilih barang-barang berharga untuk dijual di bawah,” kenangnya, Minggu (23/9). Hidup di kawasan yang hanya terpaut enam kilometer dari puncak Gunung Merapi jelas membutuhkan kesiapsiagaan ekstra tinggi. Setahun setelah erupsi, ketika Sartoyono dan warga lain sudah kembali ke dusunnya, peristiwa menegangkan pada akhir 2010 itu menjadi cambuk yang mendorong mereka mengantisipasi terjadinya letusan Merapi di (bersambung ke hlm. 7)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.