Layang PRB Edisi 5 2012

Page 1

LAYANG PRB Eling lan waspada ngadhepi bebaya

Edisi Oktober-November 2012

Urun Rembug

Info Jogja & Jateng

Opini

Urip Bahagia : Relokasi Beriringan dengan Pemulihan Ekonomi dan PRB

Musim Hujan, Waspadai Banjir Lahar Dingin

Dua Tahun Pascaerupsi : Pelajaran dari Merapi

Halaman 2

Halaman 5

Halaman 6

Huntap Diharapkan Selesai Akhir 2012

IOM/Intan

Warga terdampak erupsi Merapi yang sudah mendapat rumah di Huntap Batur, Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, bergotong royong membangun jalan awal Oktober lalu.

Mengungsi (Lagi) Demi Rumah Baru Sudah beberapa minggu terakhir Purwaningsih (49) dan keluarganya kembali ke rumah lamanya di Dusun Kliwang, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY. Rumah itu sebenarnya sudah ia tinggalkan karena terkena banjir lahar dingin pada awal 2011 silam. Namun ia memutuskan kembali ke rumah itu karena tempat tinggalnya di hunian sementara (Huntara) dibongkar untuk dijadikan lokasi hunian tetap (Huntap). “Waktu ada banjir lahar, rumah saya hanya diputari pasir, jadi masih berdiri dan bisa ditempati. Sebelum pindah ke sini lagi, rumah tinggal dibersihkan saja,” ujarnya, Selasa (6/11). Saat lahar dingin membanjiri Dusun Kliwang awal 2011 silam, Purwaningsih mengungsi di Huntara Kuwang, Desa

Argomulyo. Awal tahun 2012, lokasi Huntara Kuwang ditetapkan menjadi lokasi Huntap. Oleh karena itu, beberapa bulan lalu Huntara Kuwang dibongkar sehingga ia dan penghuni lainnya harus kembali mengungsi sampai rumah baru mereka selesai dibangun. “Para tetangga yang rumahnya masih bisa dipakai juga kembali ke Kliwang. Tapi kan ada juga tetangga yang separuh rumahnya terendam pasir, jadi ya mereka harus cari tempat lain untuk tinggal sementara,” ujarnya. Purwaningsih menyadari betul bahwa rumahnya di Kliwang masuk dalam area yang tidak layak huni. Banjir lahar dingin bisa kembali sewaktu-waktu, terutama pada musim penghujan. Oleh karena itu, ia tidak sabar untuk segera pindah ke rumah barunya (bersambung ke hlm. 7)

YOGYAKARTA – Mendekati akhir 2012, pembangunan hunian tetap (Huntap) bagi sebagian warga yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi 2010 baru dimulai. Melihat perkembangan tersebut, penyelesaian pembangunan seluruh Huntap yang ditargetkan selesai pada akhir 2012 terancam meleset dari target. Wijang Wijanarko, Urban Design Expert National Management Consultant Rekompak (Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas) selaku lembaga yang mendapat wewenang untuk membangun Huntap, mengak ui proses pembangunan Huntap berjalan agak lamban. Hingga awal November, dari total target pembangunan 2.170 rumah, baru 1.305 rumah yang selesai dibangun (lihat tabel). “Selebihnya masih berstatus penyelesaian fisik, dan 378 rumah baru menginjak persiapan pembangunan. Jika akhir 2012 tidak selesai, penyelesaian diusahakan awal 2013,” jelasnya saat ditemui, Selasa (6/11). Menurut dia, lambannya pembangunan Huntap dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya adalah alur kerja yang panjang karena harus mengedepankan keterlibatan warga calon penghuni Huntap. Mereka terlibat mulai dari tahap persiapan, pengorganisasian relawan, peninjauan rencana desa, hingga penyusunan rencana penataan permukiman dan penentuan wilayah aman huni. Warga juga menyusun rancangan teknis penataan lingkungan dan permukiman, mengajukan pencairan Bantuan Dana Lingkungan (BDL) maupun Bantuan Dana Rumah (BDR), serta membentuk Kelompok Pemukim (KP). “Jadi sebenarnya yang lebih penting dari semua proses itu bukanlah pembangunan rumahnya. Rumah hanya sarana untuk meningkatkan kapasitas warga dalam pengurangan risiko bencana. Ada penyadaran di situ. Ini bukan hanya p ro s e s m e m i n d a h k a n r u m a h , m e l a i n k a n j u g a memindahkan kehidupan warga,” terang Wijang. Faktor lainnya adalah proses pelepasan lahan lokasi Huntap di sejumlah wilayah yang berjalan alot. Hal ini berdampak pada mundurnya proses penyiapan lahan untuk pembangunan Huntap. Selain itu, sejumlah warga yang tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) III menolak direlokasi ke Huntap. Mereka adalah warga di Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, dan Srunen di Desa Glagaharjo, serta Dusun Pangukrejo di Desa Umbulharjo. (bersambung ke hlm. 7)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.