KUMPULAN BAHAN RENUNGAN KHOTBAH AGAMA HINDU
KUMPULAN BAHAN RENUNGAN KHOTBAH AGAMA HINDU DUKUNGAN KERJASAMA POLDA PAPUA DAN PARA TOKOH AGAMA DI PAPUA
ii
SAMBUTAN KEPALA KEPOLISIAN DAERAH PAPUA
Assalamu ‘ alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera bagi kita sekalian.
Pertama-tama,
ijinkan
saya
mengawali
sambutan ini dengan memanjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT atas berkat dan pelindungan- Nya bagi kita sekalian sehingga buku Panduan Renungan Kotbah
dari perspektif Islam,
Protestant, Katholik, Hindu dan Budha ini dapat tersusun dengan baik. Sebagai Kapolda di Provinsi Papua tercinta ini, saya menyampaikan bahwa saya sangat menyambut baik penyusunan Buku Panduan Renungan Khutbah yang menitikberakan pada persoalan-
persoalan
sosial
kemasyarakatan, ketertiban
dan
keamanan masyarakat di Tanah Papua, sehingga kewenangan dan tanggung jawab Kepolisian Republik Indonesia khususnya di wilayah POLDA Papua ini dapat tersosialisasikan secara luas di kalangan
iii
Masyarakat Papua baik melalui mimbar-mimbar keagamaan seperti Gereja, Mesjid, Pura, dan Vihara maupun di dalam pelayanan rutin harian lainnya.
Selain
mensosialisasikan
kewenangan
dan
tanggung
jawab
Kepolisian, Kotbah-kotbah keagamaan juga merupakan wadah yang dapat
digunakan
dalam
rangka
menyampaikan
pesan-pesan
Kamtibmas kepada seluruh Masyarakat Tanah Papua dalam rangka menggugah kesadaran bahwa menciptakan dan memelihara Kamtibmas bukan semata-mata merupakan tugas Polri tapi juga merupakan tugas masyarakat dan pemerintah daerah setempat. Karena itu, Buku Kumpulan Bahan Renungan Kotbah dan Renungan ini juga dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengisi kehidupan ini dengan melaksanakan pesan- pesan perdamaian secara universal di mana pun kita berada agar kehidupan ini bermanfaat bagi Bangsa, Negara, Agama dan Masyarakat Papua tercinta ini.
Saya juga sangat mengharapkan agar buku ini benar-benar dapat membantu para Bhabinkamtibmas yang akan menyampaikan khutbah serta renungan-renungannya terutama yang berkaitan atau bermuatan agama maupun kewenangan dan tugas- tugas kepolisian. Sebelum mengakhiri sambutan ini, perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu hingga tersusunnya Buku
iv
Kumpulan Bahan Kotbah dan Renungan kotbah
ini, khususnya
kepada IOM (International Organization for Migration) dengan pendanaan Pemerintah Kerajaan Belanda yang telah mendukung sepenuhnya penyusunan Buku ini, semoga buku ini bermanfaat untuk mendekatkan hubungan antara Polisi, pemerintah daerah dan masyarakat Papua sebagai Pilar Utama Pemolisian Masyarakat (Polmas) di Provinsi Papua tercinta ini.
Semoga buku ini bermanfaat untuk mendekatkan hubungan antara Polisi, Pemerintah Daerah dan Masyarakat Papua sebagai Pilar Utama Pemolisian Masyarakat (POLMAS) di Provinsi Papua tercinta ini. Sekian dan Terima kasih.
Wassalamu ‘ alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera bagi kita sekalian.
Jayapura, 10 Oktober 2016 KEPALA KEPOLISIAN DAERAH PAPUA
Drs. PAULUS WATERPAUW Inspketur Jenderal Polisi
v
FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) PROVINSI PAPUA Jl. Kabupaten I No 05 A P O Kota Madya Jayapura Provinsi Papua
Phone : +62 967-536-265 Fax : +62 967-536-265 E-mail: ompung_bonar@yahoo.co.id
SAMBUTAN KETUA FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) PROVINSI PAPUA Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sumber kehidupan dan berkat, patut kita sampaikan sembah, hormat atas kasih dan rahmatnya bagi rakyat dan bangsa Indonesia yang telah memperoleh kemerdekaan. Seluruh elemen masyarakat bersama Pemerintah, TNI dan POLRI berkomitmen untuk mengisi kemerdekaan dengan menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat sebagai pijakan untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia yang aman dan damai.
Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Papua menyambut baik serta memberikan apresiasi kepada anggota Pilar Pemolisian Masyarakat
(POLMAS) tingkat provinsi yang telah menerbitkan
booklet bahan khotbah / dakwah bagi personel Bhabinkamtibmas dalam menjalankan tugasnya di kampung / desa yang menjadi sasaran binaannya, baik secara individu maupun kelompok dalam
vi
rangka
membina, memelihara, menjaga, mewujudkan keamanan
dan ketertiban masyarakat. Besar harapan kami semoga buku panduan ini dapat bermanfaat, sehingga dapat meningkatkan situasi kamtibmas yang aman dan tentram.
Kami menyampaikan terima kasih kepada tim penyusun buku panduan khotbah bagi personel Bhabinkamtibmas dan Tim Direktorat Pembinaan Masyarakat Polda Papua bersama IOM (International Organization for Migration) yang telah berkontribusi menghasilkan buku panduan ini.
Kiranya buku panduan bahan renungan khotbah dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya sehingga bermanfaat bagi masyarakat di lingkungan
tugasnya.
Kiranya
Tuhan
menyempurnakan upaya bersama kita. Amin.
Salam Kerukunan .... ! Ketua
Pdt. Lipius Biniluk, M.Th.
vii
menolong
dan
DAFTAR ISI
i
|
Halaman Judul
ii
|
Sambutan Kapolda Papua
vi
|
Sambutan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Papua
viii |
Daftar Isi
1
|
Etika Moralitas Hindu
3
|
Panca Yama Brata
7
|
Ajaran Tentang Guru Bhakti Sebagai Landasan Disiplin Hidup
8
|
Sad Ripu
16
|
Tri Varga
19
|
Tat Twam Asi
21
|
Judi dan Miras
25 |
Dharmawacana - Tri Hita Karana
33 |
Perbuatan Baik Menghantar Ke Tujuan Hidup Dunia Akhirat
viii
41
|
Anak Sebagai Penyelamat Orang Tua dan Generasi Penerus Bangsa
48 |
Keharmonisan Keluarga dan Rumah Tangga
ix
x
ETIKA MORALITAS HINDU Dalam kehidupan bermasyarakat manusia di bumi pastilah memiliki etika, baik itu etika yang baik maupun etika yang buruk. Segala yang dilakukan manusia di bumi terhadap Tuhannya, manusia yang lainnya, maupun dengan lingkungannya itulah yang disebut etika. Begitupula dalam agama Hindu. Dapat dikatakan bahwa agama Hindu itu diperuntukkan oleh semua makhluk hidup dan bahkan untuk semesta alam. Dalam ajaran agama Hindu, yang dijadikan sumber ajarannya yaitu berasal dari kitab Veda. Etika merupakan cabang filsafat, yang mempelajari pandanganpandangan dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang memakai istilah filsafat etika, filsafat moral, atau filsafat susila. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa etika adalah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban- kewajiban manusia, dan hal-hal yang baik-buruk. Etika adalah penyelidikan filsafat bidang moral. Etika tidak membahas keadaan manusia, melainkan membahas bagaimana manusia itu seharusnya bertingkah laku benar. Etika merupakan filsafat praktis manusia. Etika adalah cabang dari aksiologi yaitu ilmu tentang nilai yang menitikberatkan pada pencarian salah dan benar atau dalam pengertian lain tentang moral dan immoral.
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 1
Menurut Hindu Dharma setiap perilaku manusia dalam berlaku susila yang baik akan menghilangkan segala musuh yang berdiam di dalam hati (batin) manusia. Karena itu lebih berbahaya daripada musuh dari luar, yang semua itu ada dalam setiap indifidu manusia hanya kemunculannya atau tidak tergantung pada tingkat pengendalian diri dari seseorang. Satu musuh saja yang dominan dalam diri akan berdampak pada yang lainnya atau terkait langsung dengan yang lain, satu perbuatan dosa yang menyebabkan dosa secara berantai, caontoh seorang yang marah melampiaskan kemarahannya dengan cara minum-minuman keras, dari minuman keras berdapak mabuk, dari mabuk menimbulkan kekacauan, mengamuk, memperkosa dan bisa beranatai pada dosa-dosa yang lain.
2 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
PANCA YAMA BRATA Panca Yama Brata terdiri dari kata Panca yang berarti Lima, Yama yang berarti Mengendalikan dan Brata berarti Keinginan atau nafsu yang baik dan buruk. Jadi Panca Yama Brata berarti Lima macam pengendalian keinginan untuk tidak melakuan perbuatan jahat guna mencapai esempurnaan jasmani dan rohani. Bagian-bagiannya : 1. Ahimsa, artinya tidak membunuh atau menyakiti sesama mahluk dengan sewenang-wenang. Namun di dalam kitak Slikrama disebutkan ada empat macam pembunuhan yang dibenarkan yaitu : Dewa Puja (Persembahan Kepada Dewa/Dewa Yadnya), Pitra Puja (Persembahan kepada leluhur/Pitra Yadnya), Athiti Puja (Persembahan kepada tamu), Dharma Wigata (Kewajiban bagi semua orang untuk melindungi dirinya dari gangguan serangan mahluk hidup lainnya).
”AHIMSÂYÂHPARO DHARMAH” Terjemahannya: ”Kebajikan yang tertinggi pada Ahimsa”.
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 3
Demikian pula dalam naskah Pancasiksa: ”AHIMSA SARVABHUTANAM KARNAMAM MANASA GIRA” Ahimsa tidak membunuh segala makhluk lebih-lebih manusia, memberi kata-kata yang tidak selayaknya dan tidak berhasrat jahat terhadap orang lain”. Dalam sarasamuscaya Sloka 136-148 2. Brahmacari, artinya tingkah laku manusia dalam menuntut ilmu pengetahuan
tentang
KeTuhanan
dan
kesucian.
Seorang
Brahmacari tidak boleh kawin dengan keluarga sendiri (Gamya Gamana), Keluarga Guru (Gurwang GAmana), Istri orang lain (PAradara Gamana). Brahmacari ada tiga : a. Sukla Brahmacari : Tidak kawin seumur hidup b. Sewala Brahmacari : kawin hanya sekali c. Kresna Brahmacari: Kawin lebih dari sekali dalam hidupnya Dalam sarasamuscaya Sloka 3. Satya,
artinya
kebenaran,
setia
atau
jujur.
Ada
lima
kejujuran/kesetiaan yang disebut dengan Panca Satya, yang terdiri dari : Satya Wacana artinya Jujur kepada kata-kata Satya Hredaya artinya jujur kepada hati Satya Laksana artinya jujur kepada perbuatan 4 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
Satya Mitra artinya Jujur kepada teman atau sahabat Satya Semaya artinya Setia kepada janji. Tentang kebenaran ini di dalam Mundaka Upanisad 3.6, dinyatakan : ”SATYAM EVA JAYATE NANTRAM, SATYENA VANTHA VITATO DEVAYÂNAH, YENA KRAMANTY RSAYO HYOPTA KAMA YATRA TAT SATYASYA PARAMAN NIDHANAM” Terjemahannya : ”Hanya kebenaran yang senantiasa jaya, bukan kejahatan. Dengan kebenaran terbukalah jalan menuju Tuhan. Kemanapun orangorang bijaksana pergi, tercapailah keinginannya, mereka mencapai kebenaran yang tinggi”. Dalam sarasamuscaya Sloka 128-135 4. Awyawahara, artinya tidak terikat oleh ketentuan dan ikatan hidup keduniawian atau dapat diartikan pula melakukan usaha dengan tulus iklas guna menciptakan ketentraman bathin. Awyawahara berarti pula hidup sederhana, cintohnya, tidak sombong, dengki, angkuh, tidak suka pamer kemewahan. 5. Asteya, artinya tidak mencuri atau mengambil milik orang lain tanpa izin.
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 5
Ada beberapa yang disebut Asteya yaitu : Angalap : Mengambil secara paksa milik orang lain Akon ANuduhaken : Menyuruh mencuri atau merampok milik orang lain Aweh Pangan : member makan pencuri Wruha ring maling : berkenalan dengan pencuri Amitra maling : bersahabat dengan pencuri Anelang Drewyaning sanak tur tan angulihaken : meminjam kepunyaan orang lain dan tidak mengembalikan. Dalam sarasamuscaya Sloka 149-152 Tentang Anrsamsya ini Sarasamuccaya, 66 menyatakan : ”ANRSAMSYA PARO DHARMAH KSAMÂ CA PARNAM BALAM”.
Terjemahannya : ”Tidak mementingakan diri sendiri itulah Dharma yang utama, sifat sabar dan tahan uji adalah kekuatan yang hebat”.
6 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
AJARAN TENTANG GURU BHAKTI SEBAGAI LANDASAN DISIPLIN HIDUP
Didalam naskah-naskah Sìlakrama dalan bahasa Jawa Kuno disebutkan adanya : ”Tri kang sianggeh Guru lwirnya : Guru Rupaka, Guru Pengajian, muwang Guru Wisesa”, yang terjemahannya : Tiga yang disebut Guru, yaitu : Guru Rupaka (Ibu Bapak), Guru Pengajian (pendidik), dan Guru Wisesa (Pemerintah). Setiap umat manusia wajib hukumnya untuk hormat dan patuh (hawya dan bhakti ring guru) merupakan landasan dari disiplin hidup. Disamping Tri Guru diatas, Guru yang tertinggi adalah Sang Hyang Widhi, Ia disebut Paramesti Guru (Guru Swadyaya). Keempat Guru itu disebut Catur Guru. Bila setiap orang mampu melaksanakan Guru Bhakti niscaya disiplin hidup, disiplin pribadi, dan disiplin Nasional akan dapat diwujudkan. Dalam Sarassamuscaya sloka 227 -257.
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 7
SADRIPU Pengertian Sad Ripu. Sad ripu berasal dari kata sad yang berarti enam dan ripu yang berarti musuh. Jadi secara harafiah, Sad Ripu memiliki arti enam musuh. Musuh yang dimaksud adalah musuh yang berasal atau bersumber dari dalam diri manusia sendiri. Sebagaimana tercantum dalam kekawin Ramayana, Bab I (Wirama Sronca), bait 4 sebagai berikut : “Ragadi musuh meparengRihati ya tongwanya tan madoh riawak, Yeka tan hana ri siraPrawira wihikan sireng niti� Artinya: Keinginan (kama) dan semua jenis musuh yang terdekat yang ada di dalam hati (Pikiran) tempatnya tidak jauh dari badan sendiriYang semacam itu tidak ada dalam diri beliau (Dasarata) sifat ksatria yang dimilikinya, serta pintar dalam menjalankan pemerintahaan. Bagian-bagian dari Sad Ripu atau enam musuh yang ada dalam diri manusia, yaitu: 1. Kama Kama artinya keinginan atau hawa nafsu. Kama sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan, kama dapat mempengaruhi pikiran. Rangsangan yang kuat akan menarik kama dan
8 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
mempengaruhi pikiran. Bila tidak memiliki kemampuan atau pengetahuan untuk mengatasinya, maka sifat-sifat buruk lah yang akan muncul yang berakibat buruk pula terhadap diri sendiri. Kama yang tidak terkendali ini akan muncul sebagai musuh. Namun sebaliknya, kama akan berfungsi sebagai sahabat apabila dapat dikendalikan atau disalurkan kepada hal-hal yang bersifat dharma/kebenaran. Tentang Dharma sebagai landasan untuk memperoleh Artha dan Kàma, sloka Sarasamuccaya 12 menyatakan sebagai berikut : ”KÂMÂRTHAULIPSAMÂNASTU DHARMAMEVADITAS CARET, NAHI DHARMÂDAPETYARTAH KÂMO VÂPI KADÂCANA”. Terjemahannya : ”Pada hakekatnya jika Artha dan Kàma dicari, maka seharusnya Dharma hendaknya dilakukan terlebih dahulu; tak tersangsikan lagi, pasti akan diperoleh Artha dam Kàma itu nanti; tidak akan ada artinya, jika Artha dan Kàma itu diperoleh menyimpang dari perbuatan Dharma”. Demikianlah seseorang yang ingin memenuhi keinginannya, hendaknya selalu berpedoman kepada Dharma. Seseorang yang memenuhi keinginan atau Kàma tanpa mengindahkan Dharma, yang bersangkutan tidak pernah merasakan puas dan tenteram, seperti seekor ngengat yang mencari nyala api yang disiram
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 9
dengan bensin. Api semakin berkobar dan akhirnya ngengat mati karena keinginannya. Memenuhi berbagai keinginan yang tidak berdasarkan Dharma akan menimbulakan kesedihan atau penderitaan (Duhkha), sedang memenuhi keinginan berdasarkan Dharma pahalanya adalah kebahagiaan (Sukha). Kama dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Kama yang berlebihan dan tak terkendali, sehingga dapat mendatangkan musuh, baik dalam diri sendiri maupun dari luar, seperti : Dari dalam : keinginan untuk memiliki motor baru tapi tidak mampu, orang tua hanya buruh harian yang gajinya sangat kecil, sedangkan dia sendiri hidupnya masih tergantung orang tua, keinginan yang besar tersebut tidak kesampaian, membuatnya menjadi stress, sakit, pusing, dan tak ada gairah. Dari luar : keinginannya yang besar dan tak terkendali, membuat ia berani mengambil barang milik orang lain, akhirnya ia dibenci, dicemooh bahkan dijauhi teman-teman, bila sampai tingkat kriminal ia pun dapat dipenjara. 2. Kama, keinginan yang dapat diredam/dikendalikan (bersifat positif), dengan kesadaran bahwa keinginan sesungguhnya memperbudak pikiran, agar tidak diperbudak arhkan pada hal yang positif, antara lain.
10 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
 Sadari kemampuan diri sendiri atau keluarga.  Sesuaikan keperluan dan kebutuhan.  Perhitungkan untung, rugi, dan manfaat.  Kenali diri sendiri secara untuh. Dalam Sarassamuscaya sloka 443-447 2. Lobha Lobha berasal dari kata lubh yang berarti tamak, rakus. Rakus merupakan sifat senang yang berlebihan dan tidak terkendali, sifat yang selalu ingin dipuaskan, sifat yang ingin mementingkan diri sendiri. Sifat-sifat seperti ini dimiliki oleh setiap orang, apabila kemunculan sifat ini tidak dikendalikan dengan pengetahuan dharma, tidak memiliki rasa welas asih, tatwam asi, dan satya, maka lobha seperti ini
akan menjadi musuh. Ia akan
mendatangkan rasa benci, rasa cemburu, rasa dendam, sehingga menimbulkan rasa gelisah, kurang aman, dan was-was. Biasanya lobha akan tumbuh dengan kuat akibat kama yang selalu terpenuhi. Manusia kama = lobha Lobha atau rakus/ ingin memuaskan diri sendiri, tanpa menghiraukan hak-hak dan kepentingan orang lain. Biasanya lobha akan terus berlanjut atau bertambah kuat jika kita tidak mampu menghalangi atau menghentikannya. Prilaku seperti ini dapat dijumpai pada mereka yang sering melakukan korupsi, pungli, rentenir, percaloan, mereka yang demikian tak akan mau
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 11
mengerti dan memiliki rasa iba terhadap penderitaan orang lain. Perilaku lobha seseorang akan dapat dikurangi dengan hal berikut: 
Tumbuhkan kesadaran yang mendalam dari dalam dirinya.

Menyaksikan keluarga sendiri atau bahkan merasakan secara langsung penderitaan akibat diperlakukan oleh tindakan lobha.

Memahami dengan penuh keyakinan tentang hukum karma. Dalam Sarassamuscaya sloka.
3. Krodha Krodha
artinya
marah.
Krodha
muncul
diawali
oleh
ketidakpuasan, rasa kecewa, rasa dendam, dan rasa terhina. Krodha sangat mempengaruhi konsentrasi, rasa kesadaran, dan merusak keseimbangan serta kesucian bathin. Krodha yang tidak terkendali dapat memacu denyut jantung, merusak kerja syaraf sehingga sulitr berpikir tenang dan rasional, membuat syaraf tegang. Apabila terus-menerus seperti itu, syaraf-syaraf akan putus yang mengakibatkan stroke hingga kematian. Krodha juga dapat muncul akibat minuman keras. Krodha muncul bukan karena rangsangan dari luar, seperti kecewa, dendam dan sebagainya. Tetapi kemunculannya akibat pengaruh yang dibuat dari dalam. Miras sangat mengganggu fungsi kerja syaraf, miras sangat merusak kecerdasan, ketenangan
12 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
dan konsentrasi. Cara untuk mengatasi Krodha adalah dengan pengetahuan, kemampuan, dan kesadaran diri, serta hindari mengkonsumsi miras. Alihkan perasaan kecewa, dendam dan rasa tidak puas kepada rasa jengah untuk memacu diri dalam meraih kesuksesan,
tapi
harus
berlandaskan
dengan
dharma
(kebenaran). Manusia Kama Tak terpenuhi = krodha, Pengaruh miras = krodha Krodha
merupakan
prilaku
negatif
yang
paling
cepat
mendatangkan musuh. Mereka yang dikuasai krodha sangat sulit menenangkan diri, menstabilkan pikiran, dan bahkan sulit mengontrol diri sendiri. Orang yang berbeda pandangan,berbeda pendapat,dan berbeda kepentingan akan dianggap musuh. Beberapa prilaku yang dapat memancing krodha adalah sebagai berikut : a) Bersumber dari ucapan (wasista nimitanta menemu dukha), seperti ejekan, hinaan, cemoohan, olokan dan gertakan. b) Bersumber dari mimik, seperti mencibir dan membuat bentuk mulut yang dapat mengundang krodha. c) Dengan tatapan mata, misalnya mata merah dengan muka masam dan mata melotot disertai muka merah. Dalam Sarassamuscaya sloka96-109
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 13
4. Mada Mada artinya mabuk/kemabukan, kemabukan dapat muncul dari dalam diri sendiri. Kama (keinginan) yang selalu terpenuhi menyebabkan lobha tak terkendali, hal ini dapat memunculkan mada dengan jenis yang beraneka ragam disebabkan oleh Sapta timira di depan. 5. Matsarya Matsarya artinya iri hati. Iri hati, cemburu, seringkali muncul akibat dari kekecewaan, ketidakpuasan, ketidakadilan, dan kegagalan dalam menghadapi suatu peristiwa. Di satu pihak ada yang berhasil dengan mudah, sedangkan di pihak lain mengalami kegagalan dan hambatan. Sehingga pihak yang gagal merasa kecewa. Kegagalan yang diakibatkan oleh ketidakadilan akan menimbulkan perasaan iri hati. Iri hati merupakan akumulasi dari krodha, bila berkelanjutan akan menimbulkan rasa dendam, benci, dan permusuhan. Matsarya dapat diredam dengan kesabaran dan kepasrahan. Bahwa hidup ini adalah cobaan, takdir, dan karma wasana. Krodha Matsarya kecewa-dengki-iri hati Dendam-permusuhan-balas dendam
14 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
6. Moha Moha artinya bingung. Kebingungan tidak dapat menentukan sikap, karena kebuntuan otak dalam berpikir, kecerdasan hilang, orang tak tahu arah, tak tahu mana yang benar dan salah, tak tahu mana yang baik mana yang buruk, tak tahu mana yang berguna dan yang tidak berguna, kebingungan menghambat segala-galanya. Ada beberapa sumber penyebab timbulnya kebingungan antara lain sebagai berikut:  Akibat kemabukan, baik itu karena keberhasilan yang berlebihan maupun akibat pengaruh minuman keras.  Akibat kegagalan/kekecewaan yang bertubi-tubi secara silih berganti.  Karena
mendapatkan
masalah
yang
berat
sehingga
menyebabkan kebingungan.  Kehilangan sesuatu atau seseorang yang dicintai yang menyebabkan kebingungan bahkan kehilangan arah. Dampak yang Ditimbulkan oleh Sad Ripu. Sad Ripu dapat berakibat buruk, berbahaya bagi keselamatan, ketenangan, ketentraman, kesehatan, kebahagiaan, dan kecerdasan.
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 15
TRI VARGA Adalah tiga perincian dasar tentang tujuan menjelma sebagai manusia ke dunia ini yang terdiri atas: dharma, artha, dan karma. a. Dharma : hukum kebenaran dan kesusilaan yang merupakan dasar dan jiwa dari segala usaha. Segala bentuk kehidupan di dunia ini diatur oleh Dharma. Maka Dharma terbagi menjadi empat: 1. Dharma Karya adalah kewajiban umat untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ini akan terlaksana apabila dilandasi dengan: 1) Dana Paramita : suka berbuat kebajikan 2) Ksanti Paramita : suka mengampuni kesalahan orang lain 3) Virya Paramita : mengutamakan kebenaran 4) Prajna Paramita : bersikap tenang dan bija ksana 5) Dhyana Paramita : merasa semua ini ciptaan Tuhan, hingga wajib menyayangi makhluk hidup 6) Sila Paramita : mengutamakan bekerja daripada tidak bekerja 7) Dharma Sentosa berarti tidak selalu gelisah dalam menghadapi kesulitan atau penderitaan 8) Dharma Putus berarti berbudi pekerti yang baik untuk menjauhkan diri dari dosa yang menyebabkan rusaknya moral
16 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
9) Dharma Jati ialah kewajiban yang harus dilakukan untuk menjamin kesejahteraan keluarga serta mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan diri sendiri. 2. Dharma Sentosa berarti tidak selalu gelisah dalam menghadapi kesulitan atau penderitaan. 3. Dharma Putus berarti berbudi pekerti yang baik untuk menjauhkan diri dari dosa yang menyebabkan rusaknya moral. 4. Dharma Jati ialah kewajiban yang harus dilakukan untuk menjamin
kesejahteraan
keluarga serta
mengutamakan
kepentngan umum daripada kepentngan diri sendiri. b. Artha : hasil usaha yang merupakan benda yang diperoleh dengan cara yang benar. Memiliki harta benda akan menjerumuskna manusia jika tidak didasarkan pada Dharma atau tidak diamalkan untuk Dharma. Harta benda itu perlu dan harus diusahakan tetapi harus dengan jalan yang benar demi untuk memperkokoh Dharma. c. Kama : cinta kasih, ketenangan, kesenangan, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Kesenangan tertinggi adalah Moksa, yaitu bersatuya Atman dengan Brahman. Dharma, Artha, dan Kama harus dijalankan dalam suatu rangkaian yang
saling
melengkapi
artinya
umat
tidak
dapat
hanya
melaksanakan salah satunya saja. Dalam ayat 12 dari pustaka
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 17
sarassamucca menyebutkan bahwa jika memerlukan kekayaan (artha), dharma itulah yang seharusnya terlebih dahulu dilaksanakan dan dengan jalan demikian niscaya akan mendapatkan kesenangan (kama), kenikmatan. Sebaliknya jika tidak dilandasi dharma, maka sukarlah untuk mendapatkan artha dan karma.
18 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
TAT TWAM ASI Adalah suatu falsafah dalam Hinduisme yang mengajarkan kesosialan tanpa batas, disebabkan telah diketahui bahwa segala makhluk adalah sama, sehingga menolong orang lain berarti menolong diri sendiri, dan menyakiti orang lain berarti menyakiti diri sendiri. Tat Twam Asi merupakan dasar utama untuk mewujudkan masyarakat shanti (damai), kerta raharja (makmur). Ber tat wam asi berarti selalu mengutamakan cinta kasih, rela berkorban, dan berbakti kepada orang tua guru, bangsa, dan negara Ini merupakan kondisi manusia dalam berhubungan dengan masyarakat dan lingkungan dan kodisi manusia dalam berhubungna dengan Tuhannya. Jika hubungan manusia dengan Tuhannya itu disebut posisi penyatuan atau Anubawa. Tat wam asi ini adalah merupakan cara untuk menangkal musuh. Maksud dari tat twan asi ini adalah “Engkau adalah aku, aku adalah engkau�. Maksud dari kalimat tersebut adalah kamu adalah saya, jika aku menyakitimu maka aku juga menyakiti diri saya sendiri. Jika dengan Tuhan (vertikat) berarti Tuhan adalah saya. Jika saya tidak taat pada Tuhan berarti saya menyakiti Tuhan. Lebih jauh dalam susatra Veda yang lain dinyatakan : a.
Hendaknya setiap orang tidak menyakliti makhluk lain, berpegang
pada
kebernan
(Dharma),
tidak
pemarah,
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 19
melepaskan diri dari ikatan keduniawian, tentram dan tidak suka memfitnah, kasih sayang terhadap semua makhluk, tidak tamak, lemah lembut sopan santun dan teguh iman (Bhagawadgita, XVI.2.) b.
Persembahan kepada dewa-dewa, kepada pandita, kepada guru, kepada orang suci, jujur, kuat menahan hawa nafsu dan tidak menyakiti makhluk lain adalah pantangan diri sendiri di dunia (Bhagavadgita XVII.14.)
c.
Seseorang yang
tidak menjalankan
Dharma atau yang
mendapatkan kakayaan dengan jalan curang dan orang yang suka menyakiti hati makhluk lain tidak akan pernah bahagia di dunia ini (Manavadharmasstra IV.170.)
d. Masih banyak ajaran toleransi yang dapat kita jumpai dalam kitab Veda dan susastra Hindu lainya yang perlu kita gali dan diamalakan dalam kehidupan bersama dalam masyarakat berbhineka ini.
20 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
JUDI DAN MIRAS Hendaknya pemerintah menghukum badanniah semua yang berjudi dan bertaruh atau mengusahakan kesempatan untuk itu, seperti seorang pekerja yang memperlihatkan dirinya menggunakan atribut seorang pandita. Kitavàn kuúìlavàn kruran, paúandasthaýúca manavan, vikramaûþhanañca undikaýú ca, kûipram nirvàúayetprat. Manavadharmaúàstra IX.225. (Penjudi-penjudi, penari-penari dan penyanyi-penyanyi (erotis?), orang-orang yang kejam, orang-orang bermasalah di kota, mereka yang menjalankan pekerjaan terlarang dan penjual-penjual minuman keras, hendaknya supaya dijauhkan dari kota (oleh pemerintah) sesegera mungkin). Eta raûþre vartamana rajñaá, pracchannataskaraá, vikarma kriyaya nityam, bhadante bhadrikaá prajàá. Manavadharmaúàstra IX.226. (Bilamana mereka yang seperti itu yang merupakan pencuri terselubung, bermukim di wilayah negara, maka cepat-lambat, akan mengganggu penduduk dengan kebiasaannya yang baik dengan cara kebiasaannyayang buruk).
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 21
Dyùtaý samaá vayaý caiva, ràja ràtrannivarayet, ràjanta karaóa vetau dvau, doûau påthivikûitam. Manavadharmaúàstra IX.221. (Perjuadian dan pertaruhan supaya benar-benar dikeluarkan dari wilayah pemerintahannya, ke dua hal itu menyebabkan kehancuran negara dan generasi muda). Prakaúaý etat taskaryam yad, devanasama hvayau, tayornityaý pratighate, nåpatir yatna van bhavet. Manavadharmaúàstra IX.222. (Perjudian dan pertaruhan menyebabkan pencurian, karena itu pemerintah harus menekan ke dua hal itu).
22 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
LINGKUNGAN KONDUSIF Bagi umat Hindu di Bali, sebenarnya tidak terlalu sulit untuk menciptakan suasana yang kondusif dalam mengembangkan pendidikan budhi pekerti anak baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, sepanjang, keluarga, guru sekolah dan tokoh masyarakat benar-benar memperhatikan pentingnya pendidikan budhi pekerti itu, di antaranya yang dapat dilakukan: 1.
Di rumah tangga (dalam keluarga) orang tua hendaknya senantiasa menjadi contoh berperilaku yang baik, tidak berjudi, tidak mabuk-mabukan, tidak merokoh, tidak malas bekerja, sebaliknya rajin sembahyang, rajin bekerja dan rajin belajar yang dicontohkan oleh kedua orang tua dan saudara-saudaranya. Upaya tersebut akan berhasil sejak dini, (ketika bayi) seorang anak dibisikkan Gàyatrì mantram 3 kali pada lubang telinga kiri dan kanan dan lingkungan rumah senantiasa mengembangkan kasih sayang dan suka mengembangkan pelayanan kepada siapa saja sebagai bentuk ‘ngayah” atau “pengabdian”.
2. Di sekolah hal yang sama seperti di rumah juga dilakukan, karena menurut sistem pendidikan Hindu, bapak-ibu guru di sekolah adalah penganti kedua orang tua di rumah, untuk itu ditumbuhkan keakraban untuk mengenal pribadi seorang anak. Ketika para siswa sembahyang Tri Sandhyà di kelas, semua guru
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 23
dan pegawai, termasuk penjaga sekolah juga melakukan sembahyang Tri SandhyĂ , demikian keteladanan semua prilaku guru sangat diperlukan, hindarkan proses belajar mengajar dari kata-kata kasar, kekerasan dan caci maki, sebaiknya kembangkan kasih sayang dan kelembutan. 3. Di lingkungan masyarakat. Pemuka masyarakat termasuk tokoh agama melarang judian di areal suci, di lingkungan dekat sekolah dan secara tegas melarang warganya yang di bawah umur (SMU ke-bawah) untuk memasuki arena judi dan perilaku lainnya seperti minum-minuman keras, jauhkan dari pelacuran dan sejenisnya. Demikian beberapa langkah yang dapat ditempuh guna menciptakan suasana yang menunjang pendidikan budhi pekerti di rumah, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
24 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
DHARMAWACANA - TRI HITA KARANA
Om Swastyastu, Pertama-tama marilah kita dengan tak jemu-jemunya memanjatkan puja danpuji astuti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Ynag Maha Esa, karena atas asung waranugraha-Ny semua dapat berkumpaul di temmpat ini dalam keadaan sehat dan tak kekurangan sesuatuapapun. Pada kesempatan yang berbahagia ini akan kami uraikan sedikit yang berkenaan dengan Tri Hita Karana yang merupakan penentu kebahagiaan hidup manusia di dunia ini. Pada prinsipnya semua mahluk, terutama manusi menginginkan hidup bahagia semasa hidup di dunia yang fana ini dan di akhirat setelah meninggal nanti, namun dalam prakteknya tidak semua orang bisa berprilaku untuk hidup bahagia di dunia ini, serta tidak jarang juga yang
memang
tidak tahu untuk
mewujudkan
kebahagianan itu, disamping itu juga ada orang yang tidak mau tahu untuk bahagia. Kebahagiaan merupakan kehidupan yang tentram, damai, tenang dan sejahtera lahir dan batin; dalam ajaran agama Hindu sudah digariskan bahwa untuk dapat hidup bahagia ada tiga penyebabnya
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 25
yang memang saling berkaitan satu dengan yang lainnya yang tidak dapat di pisahkan satu dengan yang lainnya yang disebut dengan Tri Hita Karana. Bapak/ibu sdr sedharma, Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sanskerta, dari kata tri + hita + karana, yang masing-masing berarti tiga, sejahtra dan sebab. Bila dirangkai berarti tiga hal yang menyebabkan sejahtra. Hitakara berarti yang bermanfaat, yang sangat berguna. Kata yang berasal dari bahasa Sanskerta ini juga menjadi kosa kata bahasa Jawa Kuno yang juga mengandung pengertian yang sama dengan bahasa asalnya. Dalam pengertian leksikal Tri hita Karana mengandung pengertian tiga hubungan yang harmonis, yakni: 1. Parhyangan hubungan yang harmonis manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sang Maha Pencipta yang menurunkan ajaran suci yang mesti dipatuhi oleh umat-Nya; 2. Pawongan hubungan yang harmonis atau selaras antara sesama manusia; 3. Palemahan hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam
ciptaan
dan
mahluk
hidup
lainnya
(Sarwaprani
hitangkara/semua mahluk sejahtra). Bagaimana umat manusia membina keharmonisan itu, Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan bimbingan melalui ajaran suci yang
26 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
diturunkan-Nya dan dikembangkan pula oleh orang-orang suci dan bijaksana. Parhyangan Hubungan harmonis atau serasi antara umat manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa Disebutkan dalam kitab suci Veda bahwa Tuhan Yang Maha Esa (disebut juga dengan nama Brahman) menciptakan alam semesta dengan segala isinya. Ialah yang muncul pertama di alam semesta dan Tuhan yang Maha Esa-lah sumber kebahagiaan yang sejati, maharaja dari segala sesuatu yang bergerak dan tidak bergerak di alam semesta ini. Selanjutnya dinyatakan bahwa Tuhan Yang Mahaesa sebagai Purusa (manusia cosmic) menciptakan alam semesta atas dasar Yajña (korban suci) dan menjadikan diri-Nya sebagai Yajña dan dari pada-Nya-lah alam semesta tercipta, Yajña merupakan pusat terciptanya alam semesta. Penciptaan alam semesta berpusat pada Yajña. Pengertian Yajña tidak
terbatas
hanya
pada
pengorbanan
semata,
namun
sesungguhnya mencakup aspek yang sangat luas termasuk pula cinta kasih dan ketulusan yang sejati. Lebih jauh hubungan manusia dengan Tuhan Yang Mahaesa, maupun alam semesta adalah atas dasar Yajña ditegaskan kembali dalam kitab suci Bhagavadgìtà : Sahayajñaá prajaá såûtva puro’vàca prajàpatiá,
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 27
anena prasavisya dhvam eûa vo ûtv iûta kàmadhuk. Bhagavadgìtà III.10.
(Pada jaman dahulu, Prajapati (Tuhan Yang Mahaesa sebagai pencipta alam semesta), menciptakan jagat raya ini atas dasar Yajña dan bersabda : wahai umat manusia, dengan Yajña ini engkau berkembang biak dan jadikan bumi ini sebagai sapi perahmu).
Ajaran suci yang terkandung dalam mantra-mantra Veda tersebut di atas sesunggunya merupakan landasan ajaran Trihita Karaóa, karena pada hakekat-Nya, Tuhan yang Maha Esa sebagai Sang Maha Pencipta menciptakan alam semesta dan segala isinya atas dasar kasih
sayang
dan
umat
manusia
hendaknya
dapat
pula
mengembangkan kasih sayang dan baktinya kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka memutar roda Yajña serta mengembangkan kasih sayang kepada alam (bumi dan langit tempat manusia hidup) serta dengan ciptaan lainnya. Pawongan Hubungan yang harmonis atau serasi antar sesama umat manusia Bila setiap orang dapat membina hubungan yang harmonis dengan Sang Maha Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa dengan mengikuti segenap ajaran-Nya, maka sesungguhnya akan memancar kasih sayang kepada sesama manusia bahkan kepada segala mahluk hidup
28 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
(sarvapraói hitaòkaraá). Setiap ajaran agama termasuk ritual sebagai salah satu ekspresi atau perwujudan ajaran agama mengandung ajaran untuk membina hubungan yang harmonis antara sesama umat manusia, mahluk hidup dan alam lingkungannya. Untuk membina hubungan yang harmonis ini, Tuhan Yang Maha Esa bersabda:
Lokaý påûóa chidraý påóa Yajurveda XV.59. (Berbuatlah untuk kebahagiaan sesama dan singkirkanlah kesusahan mereka). Mantra-mantra Veda tersebut di atas mengamanatkan kepada umat manusia untuk membina hubungan yang harmonis di antara sesama manusia. Untuk itu setiap orang hendaknya menghindarkan diri dari perbuatan
jahat.
Tuhan
Yang
Maha
Esa
sesungguhnya
menganugrahkan hal yang sama kepada umat manusia, kini tedrgantung kemampuan dan kemauan umat manusia untuk melaksanakannya. Keharmonisan tidaklah keharmonisan yang semu, melainkan hendaknya muncul dari lubuk hati yang terdalam dari setiap individu. Keharmonisan atau hubungan yang serasi akan dapat diwujudkan melalui penghargaan atau toleransi yang setulusnya. Keharmonisan tidak hanya terhadap sesama yang kita kenal dan bahkan dengan orang asingpun kita memberikan pengahrgaan yang sama, sehingga keharmonisan segera dapat diwujudkan.
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 29
Harmoni atau harmonisasi, tidak hanya diwujudkan antar sesama dalam posisi atau derajat yang sama, tetapi juga antara atasan dan bawahan, antara pengusaha dan langganan dan dengan siapa saja, termasuk pula dengan pemerintah. Perhatikanlah mantra Veda berikut: Samàno bandhur uta tasya vitam. Ågveda VII.72.2. (Kekayaan (milik pengusaha) hendaknya dijadikan memperkuat tali persaudaraan atau memperkuat persahabatan). Sesungguhnya masih banyak yang dapat dipetik tentang membina hubungan yang serasi antar sesama manusia. Lebih lanjut bila kita mengkaji susastra Veda atau susastra Hindu lainnya, terutama dalam ajaran tentang tata susila atau etika (úàúana-úàúana), maka bertaburan mutiara indah tentang hal tersebut dapat dicermati. Palemahan Hubungan yang harmonis atau serasi antara umat manusia dengan alam ciptaan-Nya serta mahluk hidup lainnya Hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam semesta ciptaan-Nya seperti bumi dan langit serta mahluk hidup lainnya merupakan sumber kabahagiaan. Alam ini merupakan tempat kita berpijak maka jika tidak ada alam yang baik, khidupanpun tidaka akan baik, kalau kita merusak alam tidak menjaga dengan baik maka bencanalah yang menjadi sahabat kita seperti pengalian sumber daya alam yang illegal (penggundulan hutan, penggalian tambang dll)
30 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
maka kehidupan kita akan terancam oleh banjir dan tanah lonsor serta kepanasan yang tinggi. Dengan demikian ada tiga kebahagiaan yang diperoleh melalui hubungan yang harmonis atau serasi yakni kepada Tuhan yang Maha Esa dan para dewata (Brahmahita atau Devahita), antara sesama manusia (Mànusahita) dan dengan alam semesta termasuk semua mahluk baik binatang maupun tumbuh-tumbuhan (Bhùtahita). Ajaran Trihita Karana diamanatkan dalam kitab suci Veda melalui mantra-mantra yang dikandungnya. Mantra-mantra Veda adalah petunjuk dan pembimbing hidup umat manusia untuk mewujudkan kesejahtraan dan kebahagiaan. Trihita Karana dilandasi ajaran Yajña yang pada hakekatnya adalah ajaran untuk mengembangkan kasih sayang, ketulusan, penghargaan dan toleransi serta bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, para dewata manifestasi-Nya, para resi dan leluhur, sesama umat manusia dan umat manusia dengan ciptaannya termasuk bumi dengan segala penghuninya. Bila ajaran Trihita Karaóa senantiasa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, maka kesejahtraan dan kebahagiaan akan dapat segera diwujudkan, demikian pula ajaran Trihita Karaóa, seperti halnya ajaran Yajña senantiasa relevan sepanjang jaman. Aktualisasi ajaran Trihita Karana dalam kehidupan modern dapat mengantisipasi berbagai dampak kehidupan modern. Untuk mengaplikasikan ajaran
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 31
Trihita Karana dalam kehidupan modern diperlukan pengkajian dan referensi yang komprehensif ajaran Hindu. Bapak/Ibu sedharma, demikianlah dharmawacana yang dapat kami sampaikan pada saat ini mudah-mudahan ada manfaatnya, kurang dan lebihnya dalam penyampaian kami mohon dimaafkan, terima kasih atas perhatiannya, Om Santih Santih SAntih Om.
32 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
PERBUATAN BAIK MENGHANTAR KE TUJUAN HIDUP DUNIA AKHIRAT
Tujuan hidup manusia secara sederhana dapat dirumuskan untuk mencapai “moksa” dan “jagadhita”, yakni untuk mencapai kebahagiaan yang tertinggi, terbebas dari belengguan Karma dan Samsara
(penjelmaan
kembali),
bersatunya
Àtmà
dengan
Paramàtman, Brahman, Tuhan Yang Maha Esa. Perumusan tujuan hidup manusia sekaligus tujuan agama Hindu yakni untuk mencapai “moksa”
dan
“jagadhita”
rupanya
dipopulerkan
oleh
Sri
Ramakrishna Mission, suatu gerakkan pencerahan agama yang dilakukan oleh Swami Vivekananda bersama pengikutnya untuk menghormati gurunya bernama Sri Ramakrishna Paramahamsa, yang diformulasikan menjadi motto organisasi Sri Ramakrishna Mission sebagai berikut:
"Àtmanah MokSartham Jagadhitaya ca" (merealisasikan Sang Diri, Àtman yang tidak lain adalah percikan Tuhan Yang Maha Esa untuk mewujudkan kesejatraan lahir (jagadhita) kebahagian batin (moksa)
Mewujudkan “jagadhita” (kesejatraan lahiriah) dan “moksa” (kebahagian yang sejati) adalah tujuan agama Hindu Dharma dan juga sekaligus pula tujuan hidup manusia yang selanjutnya dapat Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 33
dirinci lebih detail menjadi 4 macam tujuan utama, yang populer dikenal dengan sebutan Catur Purusàrtha. Catur Purusàrtha terdiri dari kata-kata catur berarti empat, purusa berarti jiwa atau manusia dan artha berarti tujuan hidup. Jadi “catur puruûàrtha” berarti empat tujuan hidup manusia yang disebut pula dengan istilah Caturvarga terdiri dari kata-kata catur berarti empat dan varga berarti terjalin erat satu kelompok dengan yang lainnya.
Pengertian-pengertian yang terurai di atas dapat dikembalikan lagi. Dengan demikian Catur Purusàrtha atau Caturvarga adalah empat tujuan hidup manusia yang mewujudkan suatu perpaduan yang utuh. Penekanan pada pengertian perpaduan yang utuh tersebut sangat penting, supaya hidup seseorang dapat mencapai tujuan yang seharusnya. Uraian dan penjelasan-penjelasan tentang Catur Puruûàrtha tersebut dapat kita temui dalam sumber-sumber kesusasteraan Hindu yang telah ditulis berabad-abad lamanya. Uraian
semacam
itu
misalnya
dapat
ditemui
dalam
kitab
Mahàbhàrata. Karena kitab-kitab kesusasteraan Hindu tersebut nantinya banyak diterjemahkan dan disadur ke dalam bahasa Jawa Kuna (Kawi), maka uraian tentang Catur Puruûàrtha banyak juga ditemui dalam sumber-sumber Jawa Kuna. Misalnya dalam kakawin Ràmàyaóa, Sarasamuccya dan sebagainya.
34 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
Kitab-kitab tersebut merupakan kitab yang banyak dibaca dan digemari sampai sekarang. Itu berarti ajaran tentang Catur Purusàrtha merupakan ajaran yang universal dan berlaku sepanjang jaman. Banyak interpretasi tentang ajaran tersebut, namun hakekat ajarannya akan tetap sama. Di dalam kitab Brahmà Puràóa dijelaskan tentang Catur Purusartha sebagai berikut:
“Dharmàrtha-kàma-moksaóam-úarìraý-sàdhànam” Brahma Puràóa 228.45. (Tubuh adalah alat (untuk mendapat) Dharma, Artha, Moksa).
Kàma dan
Kutipan di atas menjelaskan bahwa manusia harus menyadari apa yang menjadi tujuan hidupnya. Apa yang harus dicarinya dengan badan yang dimilikinya. Semuanya itu tak lain adalah Dharma, Artha, Kàma dan Moksa. Dharma berasal dari kata “dhå” yang berarti: menjinjing, memelihara, memangku, mengatur. Jadi kata dharma berarti sesuatu yang mengatur atau memelihara dunia beserta semua mahluk. Hal ini dapat pula berarti ajaran-ajaran suci yang mengatur, memelihara atau menuntut umat manusia untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan ketentraman batin.
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 35
Kata artha mempunyai beberapa makna. Di atas telah diuraikan bahwa dalam kaitannya dengan Catur purusartha, kata artha dapat berarti tujuan. Demikian pula dalam kaitannya dengan kara parama artha (tujuan yang tertinggi), parartha (tujuan atau kepentingan orang lain) dan sebagainya. Tetapi sebagai tujuan dari catur purusartha, kata artha berarti harta atau kekayaan. Kàma berarti nafsu atau keinginan yang dapat memberikan kepuasana atau kesejahteraan hidup. Kepuasan atau kenikmatan tersebut memang merupakan salah satu tujuan atau kebutuhan manusia Moksa adalah merupakan tujuan akhir dan tertinggi dari manusia. Moksa berarti kebebasan atau kelepasan. Maksudnya adalah suatu kebahagiaan dimana àtmà dapat lepas dari pengaruh maya dan ikatan úubha-aúubhakarma, serta bersatu kembali dengan asalnya yaitu Brahman. Hal seperti itu disamping disebut Moksa juga disebut mukti atau nirvana.
Artha Kata artha mempunyai beberapa makna. Di atas telah diuraikan bahwa dalam kaitannya dengan Catur purusartha, kata artha dapat berarti tujuan. Demikian pula dalam kaitannya dengan kara parama artha (tujuan yang tertinggi), parartha (tujuan atau kepentingan orang lain) dan sebagainya. Tetapi sebagai tujuan dari catur
36 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
purusartha, kata artha berarti harta atau kekayaan. Ajaran agama Hindu sangat memperhatikan kedudukan dan fungsi artha tersebut dalam kehidupan. Mencari dan memiliki artha bukanlah sesuatu yang dilarang, malahan merupakan sesuatu hal yang dianjurkan. Asal semuanya itu diperoleh berdasarkan dharma, dan digunakan untuk kepentingan dharma pula. Ajaran agama Hindu menegaskan bahwa artha sebenarnya bukanlah merupakan tujuan, namun hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Sebagaimana telah diuraikan bahwa tujuan hidup yang terakhir menurut ajaran agama Hindu adalah untuk mencapai kebahagiaan dalam panunggalan dengan Sang Hyang Widhi, yang disebut juga Moksa atau kelepasan. Artha sebagai sarana untuk mencapai tujuan tersebut menduduki tempat yang sangat penting pula setelah dharma. Dalam kitab Sarasamuccaya disebutkan : Yan paramartanya, yan arthakama sadyan, dharma juga lekasakna rumuhun, niyata katemuaning arthakama mene tan paramartha wi katemwaning arthakama deninganasar sakeng dharma. (Sarasamuscaya 12) Artinya : Pada hakekatnya, jika artha dan kama dituntut, maka seharusnya dharma hendaknya dilakukan lellbih dulu, tak tersangsikan lagi, pasti akan diperoleh arta dan kama itu nanti; tidak akan ada artinya, jika arta dan kama itu diperoleh menyimpang dari dharma .
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 37
Yatha-yatha hi purusah kalyana ramate manah, Tatha tathasya sidhyanti sarvartha natra samsayah Salwirning wwang kanistamadhyamottama twi, yawat gawe hayu kajenek ni hatinya niyata sidaning sasinadhyana, (Sarasamuscaya 17) Artinya Segala orang baik golongan rendah, menengah, ataupun tinggi, selama kerja baik menjadi kesenangan hatinya, niscaya tercapailah segala yang diusahakan. Dharma sada hita pumsam dharmascaivasrayah, Satam, dharmalokastrayastata pravrttah sacaracarah. Mwang kotamaninkang dharma, prasiddha sangkaning hitawasana, irikang molahaken ya, mwang pinakasraya sang pandita, sangksepanya, dharma mantasakenikang triloka. Sarasamuscaya 18 Artinya: Dan keutamaan dharma itu sesungguhnya merupakan sumber datangnnya kebahagiaan bagi yang melaksanakanya; lagi pula dharma itu merupakan pelindung orang yang berilmu; tagasnya hanya dharma yang dapat melebur dosa triloka atau jagat tiga ini.
“yàrthà dharmena te labhyà ye dharmena dhigastu tàn dharmam vai sàsvataý loke na jahyàdarthaka-maksaya” Apan ikang artha, yan dharma lwir ning kàrjananya, ya ika làbha narangya paramartha ning amanggih, sukha sang tumemwaken ika, kuneng yan adharma lwir ning karjananya, Kàmala ika, sininggahan de 38 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
sang sajjana, matangnya haywa anasar sangkeng dharma, yan tang arjana� Sasamuccaya 263 Artinya (Sebab artha itu, jika dharma landasan memperolehnya, laba atau untung namanya, sungguh-sungguh mengalami kesenangan orang yang memperoleh harta tersebut, namun jika artha itu diperoleh dengan jalan adharma, maka harta itu adalah merupakan noda, hal itu dihindari oleh orang yang berbudi utama, oleh karenanya janganlah bertindak menyalahi dharma, jika hendak berusaha menuntut sesuatu). Di samping itu ajaran agama Hindu ada memperinci beberapa larangan dalam rangka memperoleh artha. Misalnya harta yang diperoleh dengan jalan jahat antara lain dengan melakukan siksaan, harta yang diperoleh dengan jalan melanggar hukum dan sebagainya. Jelaslah semua harta kekayaan itu mesti didapat berdasarkan dharma. Bagaimana halnya dengan cara penggunaan harta tersebut ? Harta yang diperoleh atau dimiliki dalam penggunan harus dibagi tiga : 1) Sà dhana ri kasiddhan ing dharma. Artinya dipakai untuk memenuhi dharma. Sebagai contoh adalah untuk melakukan kewajiban-kewajiban
hidup sebagai manusia, pelaksanaan
pancayajna dan sebagainya.
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 39
2) SĂ dhana ri kasiddhan ing kĂ ma. Artinya dipakai untuk memenuhi KĂ ma. Sebagai contoh adalah untuk kegiatan kesenian, olah raga, rekreasi dan sebagainya. 3) SĂ dhana ri kasiddhan ing artha. Artinya dipakai untuk mendapatkan harta kembali. Sebagai contoh untuk kegiatan memproduksi sesuatu, kegiatan ekonomi dan sebagainya. Pada bagian lain didapat penjelasan bahwa sebenarnya kegunaan dari harta atau kekayaan itu yaitu untuk disedekahkan. Memang ajaran agama Hindu banyak menguraikan bagaimana kaitan artha dengan dana punya atau sedekah itu. bedanya, punya atau bersedekah adalah sesuatu yang paling sulit dikerjakan, tak lain karena sangat besar terlekatnya hati pada harta benda yang akan disedekahkan, terlebih karena harta benda tersebut didapat dengan bersusah payah. Namun pahala dari bersedekah yang dilaksanakan dengan tulus ikhlas tersebut adalah tak ternilai harganya. Dalam ajaran agama Hindu berkali-kali ditekankan bahwa harta kekayaan itu tidak akan dibawa mati. Yang akan meringankan dan menuntun pergi ke akhirat adalah perbuatan baik atau buruk. Karena harta kekayaan itu hendaknya disedekahkan, dipakai dan diabdikan untuk perbuatan dharma. Hanya dengan demikianlah harta tersebut mempunyai nilai yang utama.
40 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
ANAK SEBAGAI PENYELAMAT ORANG TUA DAN GENERASI PENERUS BANGSA Bagaikan bulan menerangi malam dengan cahayanya yang terang dan sejuk, demikianlah seorang anak yang suputra yang memiliki pengetahuan rohani,insyaf akan dirinya dan bijaksana. Anak suputra yang demikian itu memberikebahagiaan kepada keluarga dan masyarakat. Canakya Nitisastra III.16.
Setiap keluarga mendambakan kelahiran putra-putri yang ideal yang dalam Hindu disebut Putra Suputra, yakni anak yang berbudi pekerti luhur, cerdas dan bijaksana yang akan mengangkat harkat dan martabat orang tua, keluarga dan masyarakat.
Kata “putra” berasal dari bahasa Sanskerta yang pada mulanya berarti kecil atau yang disayang. Kemudian kata ini dipakai menjelaskan mengapa pentingnya seorang anak lahir dalam keluarga: “Oleh karena seorang anak yang akan menyeberangkan orang tuanya dari neraka yang disebut Put (neraka lantaran tidak memiliki
keturunan),
oleh
karena
itu
ia
disebut
Putra”
(Manavadharmaúàstra IX.138). Penjelasan yang sama juga dapat kita jumpai dalam Àdiparva Mahàbhàrata 74,27, juga dalam Vàlmìki Ràmàyaóa II,107-112. Kelahiran Putra Suputra ini merupakan tujuan ideal dari setiap perkawinan. Kata yang lain untuk putra adalah: sùnu, àtmaja, àtmasaýbhava, nandana, kumàra dan saýtàna. Kata yang Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 41
terakhir ini di Bali menjadi kata sentana yang berarti keturunan. Seseorang dapat menundukkan dunia dengan lahirnya anak, ia memperoleh kesenangan yang abadi, memperoleh cucu-cucu dan kakek-kakek akan memperoleh kebahagiaan yang abadi dengan kelahiran cucu-cucunya (Àdiparva,74,38). Pandangan susastra Hindu ini mendukung betapa pentingnya setiap keluarga memiliki anak. Àdiparva, Mahàbhàrata memandang dari sudut yang berbeda tentang kelahiran anak ini: “Disebutkan bahwa seorang anak merupakan pengikat talikasih yang sangat kuat di dalam keluarga,ia merupakan pusat menyatunya cinta kasih orang tua. Apakah yang melebihi cinta kasih orang tua terhadap anak-anaknya, mengejar mereka, memangkunya, merangkul tubuhnya yang berdebu dan kotor (karena bermain-main). Demikian pula bau yang lembut dari bubuk cendana, atau sentuhan lembut tangan wanita atau sejuknya air, tidaklah demikian menyenangkan seperti halnya sentuhan bayi sendiri, memeluk dia erat-erat. Sungguh tidak ada di dunia ini yang demikian membahagiakan kecuali seorang anak” (74,52,55,57). Seseorang yang memperoleh anak, yang merupakan anaknya sendiri, tetapi tidak memelihara anaknya dengan baik, tidak mencapai tingkatan hidup yang lebih tinggi. Para leluhur menyatakan seorang anak melanjutkan keturunan dan mendukung persahabatan, oleh karena itu melahirkan anak adalah yang terbaik dari segala jenis perbuatan mulia (74,61-63). Lebih jauh maharsi Manu menyatakan pandangannya bahwa dengan lahirnya seorang anak, seseorang
42 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
akan memperoleh kebahagiaan abadi, bersatu dengan Tuhan Yang Mahaesa (II.28). Tentang anak yang Suputra, Maharsi Càóakya dalam bukunya Nìtiúàstra menyatakan: “Seluruh hutan menjadi harum baunya, karena terdapat sebuah pohon yang berbunga indah dan harum semerbak. Demikian pula halnya bila dalam keluarga terdapat putra yang Suputra” (II.16). “Asuhlah anak dengan memanjakannya sampai berumur lima tahun, berikanlah hukuman (pendidikan disiplin) selama sepuluh tahun berikutnya. Kalau ia sudah dewasa (16 tahun) didiklah dia sebagai teman” (II.18). Sebaliknya tidak semua orang beruntung punya anak yang Suputra. “Di dalam menghadapi penderitaan duniawi, tiga hal yang menyebabkan seseorang memperoleh kedamaian, yaitu: anak, istri dan pergaulan dengan orang-orang suci” (IV.10). Kenyataannya kita menjumpai beberapa anak yang durhaka kepada orang
tua,
jahat
dan
melakukan
perbuatan
dosa
yang
menjerumuskan dirinya sendiri dan masayarakat sekitarnya ke dalam penderitaan. Anak yang demikian disebut anak yang Kuputra (bertentangan dengan Suputra). Tentang anak yang Kuputra ini, maharsi Càóakya menyatakan “Seluruh hutan terbakar hangus karena satu pohon kering yang terbakar, begitu pula seorang anak yang Kuputra, menghancurkan dan memberikan aib bagi seluruh keluarga” (II.15). “Apa gunanya melahirkan anak begitu banyak,
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 43
kalau mereka hanya mengakibatkan kesengsaraan dan kedukaan. Walaupun ia seorang anak, tetapi ia berkeperibadian yang luhur (Suputra) membantu keluarga. Satu anak yang meringankan keluarga inilah yang paling baik” (II.17). Hal yang sama seperti juga dikutipkan pada awal tulisan ini diulangi kembali dalam Nìtiúàstra IV.6. yang antara lain menyatakan: “Kegelapan malam dibuat terang benderang hanya oleh satu rembulan dan bukan oleh ribuan bintang, demikianlah seorang anak yang Suputra mengangkat martabat orang tua, bukan ratusan anak yang tidak mempunyai sifat-sifat yang baik”. “Lebih baik mempunyai anak begitu lahir langsung mati dibanding mempunyai anak berumur panjang tetapi bodoh. Karena anak yang begitu lahir langsung mati memberikan kesedihan sebentar saja. Sedangkan anak yang berumur panjang, bodoh dan durhaka, sepanjang hidupnya memberikan penderitaan (IV.7). Seperti telah disebutkan di atas, mempunyai anak, lebih-lebih lahirnya putra yang Suputra adalah dambaan setiap keluarga. Setiap orang dalam hubungan suami-istri mengharapkan kelahiran seorang anak, namun tidak semuanya selalu beruntung untuk mendapatkan hal itu. Keluarga yang tidak mempunyai anak (sonless) disebut: Aputraá, Niputrika dan Nirsaýtàna. Kepada mereka yang tidak mempunyai anak ini tidaklah berarti jalan untuk mencapai kebahagiaan yang sejati, bersatu dengan Tuhan Yang Mahaesa telah tertutup. Keluarga-keluarga ini dapat mengangkat anak, melakukan adopsi yang di dalam bahasa Sanskerta disebut: Parigraha atau
44 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
Putrìkaåaóam dan anak yang diangkat disebut: Kåtakaputra, Datrimasuta atau Putra Dattaka. Tentang anak angkat yang di Bali disebut anak Sentana ini, Manavadharmasastra menyatakan: “Jika orang laki-laki yang mempunyai anak angkat laki-laki yang mempunyai sifat-sifat mulia, anak angkat ini mempunyai hak yang sama, ia akan mewaris walaupun berasal dari keluarga lain. Anak angkat tidak pernah memakai nama keluarga dan harta warisan dari orang tua yang sebenarnya. Tarpana (upacara persembahan kepada orang tua yang meninggal), ia harus mengikuti nama keluarga (yang mengangkat) serta menerima warisan dari orang tua angkat (setelah Tarpana kepadanya) (IX.141-142). Berdasarkan kutipan di atas, jelas seorang anak angkat (adopsi) mempunyai hak yang sama seperti halnya anak yang dilahirkan oleh orang tua melalui perkawinan yang sah. Lebih jauh tentang anak angkat ini, G. Pudja menyatakan : “Anak angkat menduduki tempat sebagai ahli waris dari keluarga yang mengangkatnya dan bukan sebagai ahli waris dari ayah-ibu asalnya. Untuk dapat melakukan pengangkatan anak diperlukan syarat-syarat tertentu, yaitu : a. Anak yang diangkat harus laki-laki. b. Anak yang diangkat harus masih kecil (umumnya belum berumur 6 tahun). c. Keluarga yang mengangkat harus tidak mempunyai anak laki-laki.
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 45
d. Harus terang dan formal menurut agama. Mengenai anak angkat ini diisyaratkan secara terbatas, tetapi dianjurkan untuk mengangkat dari keluarga terdekat dari pewaris. Hal ini tidaklah mutlak karena anak yang bukan keluarga sendiripun dapat diangkat sebagai anak angkat, hanya saja lebih jauh hukum Hindu membedakan dalam prakteknya dua sistem pengangkatan anak : a. Pengangkatan anak sendiri sebagai anak laki-laki, yaitu anak perempuan yang statusnya sebagai anak laki-laki. Pengangkatan ini dalam hukum Adat sebagai Angkat Sentana. Dengan demikian maka dalam system Angkat Sentana, yang diangkat adalah anak sendiri. b. Pengangkatan anak orang lain, bukan anak sendiri. Pengangkatan ini disebut Adopsi atau Peras. Di dalam hukum waris, anak yang diangkat adalah anak orang lain, baik dari keluarga sendiri maupun dari anak orang lain, bukan keluarga sendiri. (Pudja, 1977:93).
Pernyataan G.Pudja di atas tentunya masih dapat didiskusikan kembali, misalnya bagaimana kalau yang diangkat itu anak perempuan? Hal ini menurut hemat penulis dapat dibenarkan, bila nantinya anak perempuan ini status hukumnya sebagai anak laki-laki yang disebut Angkat Sentana di atas atau disebut pula Sentana Putrika. Kenyataannya, di dalam masyarakat kita jumpai pula
46 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
keluarga yang telah memiliki beberapa anak, baik laki-laki maupun perempuan juga mengangkat anak, hal ini juga dibenarkan sepanjang pengangkatan itu terang dan formal menurut hukum agama dan bila mungkin dikuatkan sesuai peraturan yang berlaku. Hal ini dapat berperanan sebagai salah satu solusi mengatasi anak-anak yang lahir, yang dibuang oleh ibunya karena hamil pranikah. Kiranya sudah perlu dipikirkan sebuah badan atau yayasan dalam Hindu untuk menangani anak-anak yang lahir pranikah yang bersedia menjadi penghubung untuk mencarikan orang tua yang bersedia mengadopsinya. Demikian Dharma Wacana ini marilah kita akhiri dengan doa Santipatha: Om Sarve Sukhino Bhavantu Sarve Santu Niramayah Sarve Bhadrani pasyantu Ma kascid duhkha bhagbhavet Om Hyang Widhi, semogalah semuanya memperoleh kebahagiaan Semoga semuanya memperoleh kedamaian semoga semuanya berpandangan baik semoga semuanya dijauhkan dari mara bencana.
Om Santih Santih Santih.
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 47
KEHARMONISAN KELUARGA DAN RUMAH TANGGA Kondisi realitas kehidupan keluarga di jaman sekarang, banyak kita lihat di masyarakat, dimedia cetak, media elektronik bahkan media sosial setiap hadi kita disuguhkan dengan berita tentang keruntuhan rumah tangga, kekerasan rumah tangga dalam bentuk kekerasan perceraian, perselingkuhan dll. Perlu di sadari terlebih dahulu terjadinya rumah tanggak karena proses perkawinan yang didasari oleh saling mencitai dangan tujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia lahir dan batin, bukan hanya sekedar melampiaskan nafsu seksual, namun pertemuan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang sudah dewasa yang memiliki segudang perbedaan yang disatukan atas nama cinta. Pertanyaannya sekarang adalah apakan kamu bersatu karena cinta? Atau bersatu karena nafsu?, jawaban dari kedua pertanyaan itu tentu berbeda yang akan berdampak berbeda pula. Jika keluarga itu di bentuk berdasarkan cinta maka segala sesuatu masalah yang dihadapi akan dapat dicarikan solusi demi mempertahankan cinta itu, karena pertemuan itu sudah membawa banyak perbedaan seperti pola pikir, suku, Ras, budaya dll. Sejangkan jika didasarkan nafsu
48 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
maka begitu nafsu itu terpenuhi maka berakhir juga keluarga itu karena perbedaan yang ada akan jadi masalah perpecahan. Tujuan hidup manusia dalam Agama Hindu adalah Moksatham jagadhita ya ca iti dharma yaitu kebahagiaan lahir dan bathin atau kebahagiaan di dunia maupun akhirat berdasarkan dharma. Tujuan tersebut dijabarkan menjadi empat yaitu: dharma, artha, kama dan moksa. Dharma artha kama moksanam sarira sadhanam, demikian dalam Kitab Brahmana Purana dinyatakan, yang artinya badan wadag yang dianugrahkan oleh Ida Sang Hyang Widhi ini adalah dipergunakan untuk mencapai dharma, artha, kama dan moksa. Dengan tercapainya jagadhita atau kebahagiaan lahir dan bathin tersebut akan diperoleh. Untuk mewujudkan kebahagiaan yang diharapkan, baik jasmani maupun rohani sebuah keluarga hendaknya memiliki tempat tinggal. Tempat atau lingkungan tinggal sebuah keluarga disebut rumah tangga. Manusia atau atau anggota keluarga sebagai Bhuana Alit dan Bhuana Agung merupakan lengkungan tempat tinggalnya atau rumah tangganya. Dalam mencapai tujuan, keluarga harus senantiasa menjaga kesimbangan hubungannya
yang harmonis dengan Sang Hyang
Widhi sebagai pencipta, hubungan yang harmonis dengan sesama manusia dan hubungan yang harmonis dengan lingkungannya.
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 49
Ketiga hubungan tersebut merupakan sumber dari adanya kebahagiaan yang disebut Tri Hita Karana. Wujud hubungan harmonis dengan Sang Pencipta dalam keluarga adalah adanya kawasan Pahryangan yaitu tempat suci (tempat memuja Ida Sang Hyang Widhi) baik berbentuk Merajan, Sanggah, Pelangkiran maupun Kamar Suci serta anggota keluarga senantiasa ingat kepada-Nya dengan senatiasa bersyukur dan memuja Beliau. Menjaga hubungan yang harmonis dengan semua anggota keluarga, dengan tetangga terdekat sampai terjauh merupakan wujud dari pawongan dalam keluarga. Semua anggota keluarga hendaknya menyadari dengan sepenuhnya bahwa dasar dari terbentuknya keluarga adalah ikatan pengabdian yang dilandasi oleh cinta kasih dan rasa bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi. Dengan adanya kesadaran tersebut maka setiap anggota keluarga hendaknya melaksanakan swadharmanya dengan sebaik-baiknya. Wujud dari keselarasan hubungan dengan lingkungannya adalah melalui bhuta yadnya yaitu menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan. Lingkungan yang sehat akan berdampak positif pada penghuninya begitu juga sebaliknya. Jadi memelihara lingkungan berarti usaha menjaga dan menciptakan kedamaian bagi dirinya sendiri.
50 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
Antara Keluarga dan rumah Tangga ibarat mata uang yang tidak pernah bisa dipisahkan. Karena satu sisi berfungsi sebagi wadahnya dan disisi lain sebagai isinya. Artinya ketika ada keluarga disitu harus ada yang mewadahi yaitu Rumah Tangga dengan ranah-ranah kawasannya. Begitu juga begitu ada ranah kawasan Rumah Tangga dipastikan disitu adanya sebuah keluarga. Keluarga ada karena proses adanya perkawinan. Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang peria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk kelaurga bahagia dan kekal berdasakan ke Tuhanan yang Maha Esa (UU No. 1 tahun 1974, bab I pasal 1). Perkawinan disebut Wiwaha Samskara adalah merupakan upacara sakral atau sakralisasi suatu peristiwa kemanusiaan yang bersifat wajib bagi umat Hindu (Weda Smrthi II-67). Untuk menjadi Ibu wanita itu dilahirkan dan untuk menjadi ayah laki-laki itu dilahirkan, melalui upacara keagamaan (Weda Smrthi IX-96). Hendaknya laki-laki dan perempuan yang terikat dalam perkawinan agar setia
sampai ajal menjemput, dan hendaknya ini dianggap
sebagai hukum yang tertinggi bagi suami-istri (Weda Smrthi IX-101). Dalam keluarga inti akan adanya unsur suami, istri dan anak. Hubungan ketiga unsur ini terakumulasi dalam satu kesatuan dengan azas keseimbangan vertikal dan horizontal, maka lahirlah lingkup keluarag dalam dimensi Tri Hita karana dan Tri Mandala. Kesemua unsur yang ada dan unsur yang mengitari digerakkan dengan
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 51
perilaku sewanam yaitu pelayan yang tulus secara universal dan bersinergi satu sama lain. Tujuan Rumah Tangga adalah terwujudnya keluarga dan rumah tangga yang selaras serasi dan harmoni dalam sesanti mokshartam jagat hita ya ca ithi dharma khusus dalam dimensi keluraga yang “Sukhinah�. Terkait dengan tujuan keluarga adalah untuk mewujudkan 3 hal, yaitu: 1) Dharmasampatti,
kedua
mempelai
secara
bersama-sam
mewujudkan pelaksanaan Dharma. 2) PrajĂ , kedua mempelai mampu melahirkan keturunan (putraputri) Putram no narakadyasmat, trayate pitaram sutah, tasmat putra iti protah, svayam eva svayambhuva (Manawadharmasastra. IX.138) Artinya Karena anak laki-laki akan mengantar pitara dari neraka yag di sebut put, karena itu I di sebut putra dengan kelahirannya sendiri. 3) Rati, kedua mempelai dapat menikmati kehidupan seksual dan kepuasan-kepuasan indria lainnya (Artha dan KĂ ma) yang tidak bertentangan Dharma.
52 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
Hendaknya saling mengusahakan kebahagiaan bersama seperti halnya para dokter meneliti tumbuh-tumbuhan untuk memperoleh manfaat dari tumbuh-tumbuhan itu (sebagai obat yang berguna). Demikianlah antara suami dan istri senantiasa berusaha untuk mewujudkan kesejahtraan dan kegahagiaan sesuai Brata-Brata Vivàha (kewajiban dan pantangan-pantangan) dalam perkawinan. Suami dan istri hendaknya tidak jemu-jemunya mengusahakan dan mewujudkan kerukunan serta kebahagian dalam rumah tangga diamanatkan pula dalam Manavadharmaúàstra sebagai berikut: Tatanityam yateyatam, stripumsam tu kritakriyau, yata nabhicaretam tau, viyukta vitaretaram, (Manawadharmasastra. IX .102.)
Artinya “Hendaknya laki-laki dan perempuan yang terikat dalam ikatan perkawinan, mengusahkan dengan tidak jemu-jemunya mengikatkan tali perkakwinan agar mereka tidak bercerai, mewujudkan antara yang satu dengan yang lain” Sam jaspatyam suyamam astu devah Rg Veda.X.85.23 Ya para dewata, semoga kehiduan perkawinan kami berbahagia dan tentram.
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 53
Asthuri no garhapatyani santu Rg Veda VI15.19 Hendaknyalah hubungan suami istri kami berlangsung abadi Anyonyasyavi abhicaro, Bhaved amaranantika Esa dharmah samasena, Jneyah stri pumsayoh parah (Manawadharmasastra. IX.101) Artinya Hendaknya hubungan yang setia berlangsung sampai mati, singkatnya, hal ini harus dianggap hukum yang tertinggi bagi suami istri�. Patim ya nabhicarati, Manovag dehasamyata Sa bhartr lokanapnoti , Sadbhih sadhviti cocyate (Manawadharmasastra. IX.29) Artinya Wanita yang mengendalikan pikiran, perkataan dan perbuatan, tidak melanggar kewajiban terhadap suaminya akan memperoleh tempat tinggal bersamanya di sorga setelah meninggal dan di dunia ini disebut sadhwa, istri yang baik dan setia. GARWA ikatan wanit dengan pria/ belahan jiwa/ unsur purusa dan pradana “Ya Tuhan Yang Maha Esa dalam wujudMu sebagi Indra, persatukanlah kedua mempelai ini, laksana burung Chakrabvaka dan
54 | Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu
betinanya. Semoga mencapai umur panjang, memperoleh putra yang memberi kebahagiaan dalam rumah tangganya� Atharvaveda XXIV.2.64. Sumpah perkawinan ini menjadi pengikat memperkokoh perkawinan suami istri telah dijalankan selama beribu-ribu tahun. Demikian dharmawacan yang dapat kami sampaikan untuk dapat di jadikan bahan dalam pembinaan umat. Om Santih Santih Santih Om
Kumpulan Bahan Renungan Khotbah Agama Hindu | 55