Haji Agus Salim Ulama Membela Bangsa di Panggung Dunia
1
Haji Agus Salim: Ulama Membela Bangsa di Panggung Dunia / penyunting: Hilmar Farid. Ed. 1. -Jakarta: Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI); Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI), 2014 20 hlm.: 20 x 28 cm ISBN Haji Agus Salim: Ulama Membela Bangsa di Panggung Dunia
Penyunting Hilmar Farid Penyusun Narasi Suradi dan M. Fauzi Penyusun Garis Waktu dan Anotasi Grace Tjandra Leksana Ilustrasi Ariwowo Arif Hidayatullah Endro Supriyanto Desain Alit Ambara
2
Cetakan Pertama: 2014 Penerbit Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI) Jalan Batu Kramat No. 19, Batu Ampar - Condet, Kramat Jati, Jakarta 13520 T: 021-8088 2075 E: sejarahs@gmail.com W: www.sejarahsosial.org Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Jakarta, Indonesia T: 081808791966 (Warsono, S. Pd.) E: jurnalagsi@gmail.com Penerbitan ini sebagian didukung oleh Yayasan TIFA
HAJI AGUS SALIM Ulama Membela Bangsa di Panggung Dunia
Daftar Isi
Pendahuluan 4 Panggung Dunia 10 Perjuangan Belum Selesai 13 Daftar Pustaka 19
3
Agus Salim lahir.
Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) berdiri untuk memonopoli pelayaran antar pulau.
1884
1888
O
rang mengenalku sebagai Haji Agus Salim, padahal nama asliku Mashudul Haq, yang berarti pembela kebenaran. Aku lahir di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatera Barat pada 8 Oktober 1884. Aku anak keempat dari pasangan Sutan Moehammad Salim, jaksa kepala di pengadilan negeri Riau dan daerah sekitarnya, dan Siti Zaenah, seorang ibu rumah tangga. Karena kedudukan ayahku cukup tinggi di masa itu, aku bisa belajar di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar untuk orang Eropa di Riau pada 1891. Aku tamat dari sekolah itu pada 1897. Aku suka bahasa asing. Sewaktu sekolah aku sudah menguasai bahasa Belanda, Inggris, Arab, Turki, Perancis, Jepang, dan Jerman. Ditambah dengan bahasa Minang dan Melayu, seluruhnya aku menguasai sembilan bahasa. Orang katakan aku anak cerdas. Seorang guruku, Brouewer sampai memintaku untuk tinggal dan belajar di rumahnya. Tapi ayahku keberatan. Aku hanya boleh belajar di rumahnya tapi tetap tinggal di rumahku sendiri. Setelah lulus dari ELS aku melanjutkan sekolah ke Hogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Saat itu hanya ada tiga HBS di seluruh Hindia Belanda, yaitu di Semarang, Surabaya, dan Batavia. Pada 1903 aku lulus dari sekolah itu dengan predikat lulusan terbaik dari seluruh HBS yang ada. Sebenarnya aku
4
ingin sekali melanjutkan pendidikan kedokteran di Negeri Belanda tapi terhalang masalah biaya. Beasiswa yang aku harapkan dari pemerintah Belanda tidak kunjung datang, walau ayah sudah berusaha mengajukan persamaan status untuk diriku, yang merupakan syarat pengajuan beasiswa.
1889
17 Maret, Tiong Hoa Hwee Koan, organisasi warga keturunan Tionghoa berdiri di Batavia.
1899
1900 1901 1902
wikimedia.org
http://thepostonline.nl/
Snouck Hurgronje pertama kali datang ke Indonesia.
Van Deventer, seorang pembaharu kolonial, menulis artikel “Een Eereschuld” yang dimuat dalam majalah De Gids, yang isinya menuntut agar uang yang dikumpulkan pada masa lampau dari Hindia Belanda dikembalikan ke Hindia Belanda untuk menolong membayar utang kolonial yang kian meningkat.
Belanda mengirim pasukan khusus (Korps Sekolah-sekolah Marechaussee) “Kelas Satu” untuk menguntuk kaum buhadapi pasukan miputra didirikan. gerilya Aceh.
1893
1896
PERSAMAAN STATUS Di Hindia Belanda, sejak pertengahan abad ke-19, stratifikasi sosial berdasarkan ras menunjukkan bentuk baku yang dikukuhkan dalam undangundang. Orang Eropa membentuk lapisan sosial menyerupai kasta. Penduduk dibagi menjadi tiga kelompok: orang Eropa, Timur Asing, dan pribumi. Diskriminasi atas dasar ras terjadi di semua bidang keadilan dan kehidupan sosial. Posisi seseorang tidak ditentukan oleh siapa orang itu, tapi justru pada kelompok penduduk yang dimilikinya. Penguasa kolonial bahkan memaksakan bangsa Indonesia untuk menerima sistem nilai berdasarkan ras. Semakin gelap warna kuit, semakin Hindia cara berbicara, cara berpakaian dan tingkah laku, maka semakin rendah posisi sosialnya. Orang non-Eropa dapat mencapai persamaan status (gelijkgesteld) dengan orang Eropa melalui suatu keputusan khusus Gubernur Jenderal.
6 Juni, Soekarno lahir. Ratu Wihelmina mencanangkan Politik Etis di Hindia Belanda.
12 Agustus Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi.
Simpati dan bantuan juga datang dari R. A. Kartini, yang rupanya mendengar keberhasilanku menjadi lulusan terbaik HBS dan juga keinginanku untuk belajar di Negeri Belanda. Dalam suratnya kepada Nyonya Abendanon pada 24 Juli 1903, ia mengusulkan agar beasiswa yang semestinya ia terima agar diserahkan kepadaku. Sungguh mulia niatnya, tapi usulannya tidak diterima dan aku tetap tidak menerima beasiswa. Karena itu dari Batavia aku kembali ke Riau dan bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris. Tidak lama aku bekerja di Riau. Pada 1906 aku kembali ke Batavia dan bertemu dengan Snouck Hurgronje, yang saat itu menjadi Penasehat Urusan Pribumi dan Islam bagi Gubernur Jenderal. Ia adalah
• CHRISTIAAN SNOUCK HURGRONJE (1857 - 1936)
Adalah ilmuwan dalam agama Islam. Ia merupakan penasehat utama pemerintah kolonial pada 1891 hingga 1906 untuk masalah Islam dan adat Indonesia. Perannya yang terbesar adalah membantu pemerintah kolonial menaklukkan Aceh. Ia memperkenalkan Korte Verklaring (Traktat Pendek), sebuah perjanjian singkat yang isinya mengakui pemerintahan Belanda, untuk menggantikan perjanjian-perjanjian terdahulu yang rumit dengan para pemimpin setempat. Belanda mengadakan aliansi dengan para uleebalang dalam melawan para pemimpin Islam. Hurgronje kemudian menghabiskan masa tuanya sebagai profesor di Universitas Leiden, Belanda.
5
20 Mei, Boedi Oetomo berdiri di Batavia.
Sukses dalam perang Aceh, Van Heutsz diangkat menjadi gubernur jendral sampai 1909.
1904
Indishe Vereeniging didirikan oleh para pelajar Hindia Belanda di Belanda.
1908
Idenburg menjadi Gubernur Jenderal di Hindia Belanda hingga 1916.
1909
pejabat terkenal di lingkungan pemerintah kolonial. Ia tahu apa yang menjadi keinginanku, tapi ia menyarankan agar aku bekerja pada Konsul Belanda di Jeddah, Arab Saudi. Aku menerima tawarannya dengan senang hati, apalagi gaji yang dijanjikannya cukup tinggi yaitu 200 gulden. Lima tahun aku tinggal di Mekkah. Selain mengurus pekerjaanku pada Konsul Belanda itu, aku juga menunaikan ibadah haji, memperdalam agama. Ada beberapa guruku di sana. Salah satunya adalah ulama terkenal asal Sumatera Barat yang sebenarnya masih keluarga, Syech Ahmad Khatib, yang juga menjadi Imam Besar di Masjidil Haram. Sikap dan pandanganku terhadap Islam mulai berubah. Aku semakin yakin dengan ajaran Islam. Keraguan yang ada sebelumnya, mungkin karena sejak kecil aku mengenyam pendidikan Eropa, sirna sudah. Pengetahuanku tentang Islam sangat dipengaruhi oleh pemikiran pembaruan Islam yang sedang tumbuh men-
6
jadi kekuatan di Timur Tengah. Walau semakin tertarik pada pemikiran Islam aku tentu tidak kehilangan minat pada pemikiran modern Eropa.
11 November: Sarekat Dagang Islam didirikan di Surakarta. Surat-surat Kartini dibukukan dan diterbitkan dengan judul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang).
1911
18 November, Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan. 25 Desember: Indishe Partij didirikan oleh Tiga Serangkai (Douwes Dekker, dokter Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ki Hadjar Dewantara. Lahirnya Republik Rakyat Cina.
1912
Berdirinya Yayasan Kartini (Kartini Fonds). Pada 1916 yayasan ini membuka tujuh sekolah swasta di Semarang, Batavia, Madiun, Bogor, Malang, Cirebon dan Pekalongan. Sekolah-sekolah ini memberikan pendidikan dasar kepada anak-anak perempuan H.J.F. Sneevliet bangsawan pribumi. mendirikan Indische Sociaal Democratische Ki Hadjar Dewantara (Soewardi Vereeniging (ISDV), Soerjaningrat) menulis Als Ik yang kemudian berganti eens Nederlander was (seandainya menjadi Partai Komusaya seorang Belanda) yang konnis Indonesia pada 23 troversil. Mei 1920.
1913
1914
Selesai menjalani tugas sebagai Konsul di Jeddah, aku kembali ke Batavia pada 1911. Aku bekerja di Commisariaat Burgerlijke Openbare Werken selama setahun. Setelah itu aku kembali ke kampung halaman dan menikah dengan Zainatun Nahar, yang masih bersaudara sepupu denganku. Memang begitulah adat di masa itu. Di kampung halaman ini aku mendirikan sekolah berbahasa Belanda untuk anak pribumi, Hollandsche Inlandsche School (HIS). Tiga tahun lamanya aku mengasuh sekolah itu untuk kemudian diasuh oleh orang lain. Aku kembali ke Batavia. Kota ini punya daya tarik tersendiri bagiku. Batavia adalah pusat kegiatan pemerintahan, pusat kehidupan ekonomi, dan aku selalu tertarik untuk datang kembali. Pada 1915 aku diterima bekerja sebagai penyelidik untuk pemerintah kolonial. Pekerjaan inilah yang membawaku berdekatan dengan Sarekat Islam (SI). Awalnya tugasku hanya mengikuti dan melaporkan kegiatan SI kepada atasanku. Polisi mendengar kabar angin bahwa Tjokroaminoto sedang merencanakan pemberontakan terhadap penguasa dengan bantuan Jerman. Tugasku adalah menyusup ke dalam organisasi itu dan mencari tahu kebenaran kabar itu. Sejak awal aku sebenarnya tidak percaya tapi tetap menjalankan tugas sebagai penyelidik. Aku bertemu dan berkenalan dengan Tjokroaminoto dan lama-lama malah bersimpati pada apa yang diperjuangkannya. Aku akhirnya bergabung menjadi anggota SI dan • KARTINI DAN SURAT-SURATNYA
• HOLLANDSCHE INLANDSCHE SCHOOL
Kartini dilahirkan pada 21 April 1879. Ayahnya adalah bupati Jepara, dan merupakan ningrat pertama yang memberikan anak-anaknya pendidikan barat. Kartini sendiri sempat mengenyam pendidikan sekolah rendah sebelum akhirnya masuk masa pingitan. Mulai tahun 1899, dalam masa pingitannya, ia memulai korespondensi dengan beberapa perempuan Belanda, di antaranya Estella Zeehandelaar (aktivis Sociaal Democratische Arbeiders Partij/Partai Sosial-Demokrat Belanda) dan R. M. Abendanon (istri J. H. Abendanon, Menteri Pendidikan Kolonial pada periode 19001905). Kartini akhirnya dinikahkan pada 1903 dengan Bupati Rembang, dan meninggal pada 1904 tanpa sempat mengenyam pendidikan lebih lanjut. Kumpulan suratsuratnya diterbitkan pada 1911 dalam buku yang berjudul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang).
Sekolah ini didirikan Agus Salim pada 1912. Setelah sekolah ini berdiri, anak-anak tetap dapat bersekolah di Koto Gadang tanpa harus pindah ke Bukittinggi. Kelebihan sekolah ini adalah tersedianya beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu, guruguru yang bekerja secara sukarela, dan nasionalisme menjadi bagian dari pelajaran. Setelah dua tahun mengelola sekaligus mengajar di Hollandsche Inlandsche School (HIS), Agus Salim baru mengambil sertifikat guru di Jakarta. Pada 1915 ia meninggalkan HIS dan Koto Gadang untuk pindah ke Batavia.
7
Pemerintah Hindia Belanda membentuk Politiek Inlichtingen Dienst, sebuah pasukan polisi khusus untuk menyelidiki kejahatan politik (kemudian berganti nama menjadi Algemeene Recherche).
1916
18 Mei 1918: Pembentukan Volksraad oleh pemerintah kolonial. Terdiri dari 39 anggota, dengan ketua yang ditunjuk oleh pemerintah. Separo anggotanya ditunjuk oleh Gubernur Jenderal, sedangkan sisanya dipilih melalui pemilihan tidak langsung. Volksraad hanya berfungsi sebagai penasihat, tetapi memiliki hak untuk berekspresi, mengajukan petisi dan mempertanyakan.
wikimedia.org
Sarekat Islam diakui sebagai organisasi legal oleh pemerintah kolonial.
18 November: Gubernur Jenderal Graaf van Limburg Stirum menjanjikan otoritas lebih pada Volksraad dan pemerintahan sendiri (zelfbestuur) bagi Indonesia pada pertemuan Volksraad. Peristiwa ini dinamakan Janji November 1918. Sayangnya, pemerintah kolonial tidak pernah merealisasikan janji tersebut. Pemerintah Hindia Belanda mulai menindas ‘’soviet-soviet’’ ISDV, mengusir anggota-anggota Belanda dari gerakan komunis, dan membuang Sneevliet.
1918
memutuskan hubungan dengan polisi. Tjokroaminoto gembira dengan keputusanku. Aku pun semakin aktif dalam SI dan akhirnya menjadi pemimpin yang turut mewarnai perjalanan organisasi itu. Anggota SI banyak sekali dari berbagai latar belakang, termasuk kaum sosialis yang gencar menanamkan ideologi ke dalam tubuh SI. Aku sering berhadapan dengan mereka. Bekalku adalah pemahaman agama Islam yang diperoleh di Mekkah. Aku sering berdebat dengan anggota lain yang berhaluan sosialis. Kami menulis artikel di surat kabar untuk menyanggah pendapat dan memaparkan pandangan masing-masing.
adalah mengenai azas organisasi. Aku dan temantemanku berpandangan bahwa SI haruslah berazaskan Islam, sesuai dengan namanya. Tapi pemimpin dan anggota SI yang berhaluan sosialis ingin juga menjadikan ideologi mereka sebagai pegangan. Pasalnya banyak dari mereka pada saat bersamaan juga menjadi anggota organisasi lain, seperti serikat buruh dan organisasi pergerakan yang berhaluan sosialis. Dari sini kemudian muncul masalah disiplin partai. Intinya seseorang harus dibatasi keanggotaannya pada satu organisasi saja. Masalah ini dibahas dalam Kongres Centraal Sarekat Islam (CSI),
Salah satu masalah penting yang kami perdebatkan
• SAREKAT ISLAM
• TJOKROAMINOTO
Awalnya Sarekat Islam (SI) didirikan pada 11 November 1911 di Surakarta, dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI). Haji Samanhudi mendirikan organisasi ini dengan dua tujuan, yaitu untuk meredam aksi-aksi agresi dari pedagang batik Tionghoa dan tekanan dari bangsawan Solo terhadap masyarakatnya. Kata ‘Dagang’ akhirnya dihilangkan, karena organisasi tersebut tidak melulu bersifat komersial. Samanhudi memilih H.O.S Tjokroaminoto untuk memimpin SI. Sejak semula SI menyatakan bahwa organisasi ini bukanlah organisasi politik, agar tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah kolonial yang melarang organisasi maupun pertemuan-pertemuan yang bersifat politis. Pada 1916 SI mendapatkan status legal dari pemerintah kolonial. Ini merupakan salah satu faktor yang memengaruhi tingginya jumlah pengikut SI.
Lahir di Ponorogo pada 1882 dan berasal dari keluarga priyayi. Setelah lulus dari OSVIA di Magelang, ia masuk pangreh praja pada 1900-an namun keluar pada 1907 dan pindah ke Surabaya. Di sini ia menjadi teknisi pabrik gula Rogojampi setelah menyelesaikan kursus teknisi di sekolah malam. Setelah Sarekat Islam berdiri, ia keluar dari pekerjaannya dan memimpin SI serta Setia Oesaha.
8
15 December: Persatuan Perserikatan Kaum Buruh dibentuk. Agus Salim dan beberapa pemimpin Sarekat Islam terlibat di dalamnya: Semaoen sebagai ketua, Haji Agus Salim sebagai sekretaris, Soerjopranoto sebagai wakil ketua.
1919
Technishce Hoogeschool, sekolah tinggi teknik, cikal bakal ITB didirikan di Bandung
1920
21 Oktober – 2 November: Kongres pertama AlIslam di Cirebon, dipimpin oleh Tjokroaminoto. Kongres ini diselenggarakan oleh Agus Salim, Fakhrudin dari Muhammadiyah dan Mohammad Soorkati dari Al-Irsyad. Pada kongres ini Salim mengungkapkan idenya tentang Pan Islamisme, sebuah gerakan untuk menyatukan seluruh umat Nahdlatul Ulama Islam dari berbagai latar belakang. berdiri.
Partai Nasional Indonesia (PNI) didirikan pada 4 Juli oleh Soekarno. PKI memberontak terhadap pemerintahan kolonial, namun berhasil digagalkan
Ki Hadjar Dewantara mendirikan Taman Siswa, sekolah swasta pertama yang didirikan dengan mengedepankan jiwa kebangsaan serta kemandirian.
Pemuda Indonesia yang semula bernama Jong Indonesia didirikan.
1922
semacam pengurus pusat dari semua cabang SI yang ada. Aku dan Abdoel Moeis dalam kongres itu berhadapan dengan Semaoen dan Darsono, tokoh SI yang berhaluan sosialis. Saat mendapat kesempatan bicara aku menyatakan: “Tidak perlu mencari isme-isme lain yang akan mengobati penyakit pergerakan. Obatnya ada di dalam asasnya sendiri, asas yang lama dan kekal, yang tidak dapat dimubahkan orang, sungguhpun sedunia telah memusuhi dengan permusuhan lain atau ta’dzim. Asas itu ialah Islam.” “Kitab Islam yang bernama Al-Quran itu, yang mengandung teguran dan ajaran, peringatan dan
30 April – 2 Mei 1926: Kongres Pemuda I diselenggarakan di Jakarta
1926
1927
pertunjukan bagi segala manusia dalam dunia tidak kurang mengandung nasehat menyuruh berserikat dan bertolong-tolongan dalam segala pekerjaan kebajikan.” Masalah ini akhirnya bisa selesai. Kongres memutuskan azas organisasi adalah Islam dan disiplin partai berhasil ditegakkan. Pengalaman ini sungguh luar biasa bagiku. Aku menjadi saksi bagaimana perbedaan pendapat diselesaikan melalui perdebatan terbuka, disaksikan banyak orang, termasuk pemerintah kolonial. Begitu demokratisnya kehidupan dalam SI. Keputusan mengenai disiplin partai akhirnya diambil dengan pemungutan suara atau voting. Mereka yang berhaluan sosialis dan bersikeras untuk mempertahankan pandangan mereka akhirnya dikeluarkan dari SI.
• JONG ISLAMIETEN BOND
Asal mula Jong Islamieten Bond (JIB) adalah organisasi pemuda Indonesia pertama, yaitu Tri Koro Dharmo yang didirikan pada 7 Maret 1915. Anggotanya adalah siswa-siswi dari MULO dan AMS. Kemudian pada 1918 Tri Koro Dharmo mengubah namanya menjadi Jong Java, dengan beranggotakan pemuda-pemuda dari Jawa, Madura dan Sunda. Pada saat yang sama muncul juga organisasi-organisasi pemuda lain yang berbasis kedaerahan, seperti Jong Sumatranen Bond, Jong Celebes, Jong Minahasa, Jong Batak dan Sekar Roekoen. Kemudian pada tahun 1925 JIB didirikan oleh Syamsurizal. Organisasi ini merupakan organisasi pemuda pertama di Indonesia yang berskala nasional dan berlandaskan prinsip-prinsip Islami.
9
28 Oktober: Sumpah Pemuda. 22 Desember: Kongres Wanita diselenggarakan di Yogyakarta. Hasilnya, dibentuk Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI) yang bertujuan untuk mempererat hubungan perkumpulan wanita, memperbaiki nasib dan derajat wanita, serta mengadakan kursus kesehatan.
1928
29 Desember, Soekarno ditangkap dan dipenjarakan pemerintah kolonial
1929
PANGGUNG DUNIA
A
ku beruntung sejak usia muda sudah menimba pengalaman di luar negeri. Ketika aktif dalam pergerakan politik pengalaman itu terbukti sangat berharga. Aku sering menghadiri pertemuan internasional yang membahas masalah keadilan sosial, penghisapan kolonial dan sebagainya. Aku sering tampil berbicara di negeri orang. Di Belanda aku bahkan menyerukan kepada parlemen agar mereka lebih tegas bersikap soal kolonialisme yang bertentangan dengan rasa keadilan.
• ABDOEL MOEIS (1883 – 1959)
Lahir di Agam, Sumatera Barat pada 3 Juli 1883. Ia menempuh pendidikannya di STOVIA, namun tidak menyelesaikannya karena sakit. Ia kemudian bekerja sebagai klerk di Departemen Onderwijs en Eredienst, namun berhenti karena tidak disukai oleh rekan-rekan Belandanya. Pada 1905 ia ke Bandung dan mulai bekerja sebagai anggota Dewan Redaksi Bintang Hindia. Selanjutnya ia juga bekerja di surat kabar Preanger Bode dan majalah Neratja. Setelah bergabung dengan Sarekat Islam (SI) pada 1913, ia menjadi pemimpin redaksi harian Kaoem Moeda. Pada 1917, sebagai utusan SI, ia pergi ke Belanda untuk mempropagandakan komite Indie Weerbaar dan mendorong pendirian Technische Hoogeschool (Institut Teknologi Bandung). Ia kemudian ditunjuk sebagai anggota Volksraad mewakili Centraal Sarekat Islam. Pada
10
Soetardjo Kartohadikoesoemo mengajukan Petisi Soetardjo, yang meminta Ratu Belanda memberikan otonomi secara bertahap kepada Hindia Belanda.
1936
Kantor berita Antara didirikan.
1937
Kegiatan ini membawaku berkenalan dengan banyak pemikiran dan sikap yang tidak aku temui di negeri sendiri. Di Belanda misalnya aku banyak bergaul dengan orang Belanda yang juga menentang penjajahan. Aku menulis di majalah-majalah mereka seperti Het Volk, De Strijd dan De Socialist. Tapi orang tetap mengenalku sebagai pemikir Islam, ulama, dan aktivis pergerakan sekaligus. Aku memang rajin menulis, baik artikel untuk suratkabar maupun bukubuku tentang banyak hal, tapi terutama mengenai Islam. 1920, ia terpilih sebagai ketua pengurus besar Perserikatan Pegawai Pegadaian Boemipoetera, yang berlanjut dengan pemogokan kaum buruh pegadaian di Yogyakarta. Akibat aksi-aksinya yang menentang pemerintah kolonial, ia dilarang berpolitik, dikenakan passenstelsel dan kemudian diasingkan ke Garut, Jawa Barat. Di sinilah ia menyelesaikan novelnya, Salah Asuhan. Tahun 1926 ia terpilih menjadi anggota Regentschapsraad Garut. Dan enam tahun kemudian diangkat menjadi Regentschapsraad Controleur. Jabatan itu diembannya hingga Jepang masuk ke Indonesia (1942). Setelah kemerdekaan, ia mendirikan Persatuan Perjuangan Priangan yang fokus pada pembangunan di Jawa Barat dan masyarakat Sunda. Abdoel Moeis
Soal yang menarik perhatianku antara lain tentang masalah Timur Tengah. Pada 9 Juni 1939 surat kabar Pandji Islam menerbitkan tulisanku yang berjudul “Soal Yahudi dan Palestina.” Dalam tulisan itu aku mengatakan: “Perjanjian Laurence tidak dipakai. Perjanjian Balfour yang akhirnya membawa bencana bagi bangsa Arab Palestina ini mesti berlaku. Yahudi mendapat ‘tanah kediaman nasional’ di Palestina. Pertama-tama beberapa orang Yahudi rakyat Amerika Serikat memasukkan modal 50 juta dolar untuk ‘membuka negeri’, mengadakan perusahaan kemodalan ke negeri itu,
yang tadinya belum pernah kena jejak oleh semacam itu. Rakyat bangsa Arab asli umumnya masih hidup cara Badui yang berpindah-pindah. Dalam soal ini saya tegaskan bahwa Perjanjian Balfour seolaholah hendak menyalahkan firman Allah yang menjadi keyakinan umat Islam yaitu bahwa Tuhan dengan kekuasaannya telah mengeluarkan bangsa Yahudi dari Tanah Suci itu bertebar di seluruh dunia.” “Sedunia orang mengatur menyusun organisasi untuk menolong Yahudi, yang kena bencana dan aniaya dengan tidak salahnya. Memang begitu kehendak kemanusiaan. Tetapi sebaliknya harus pula sedikitnya umat Islam menyusun organisasi menyokong hak bangsa Arab dan hak umat Islam Palestina dan Bait-al-Maqdis, dan kaum yang sengsara di negeri itu.”
11
Jepang mengalahkan Belanda dan menduduki Hindia Belanda.
1942
Poetera (Poesat Tenaga Rakjat) dibentuk dan dipimpin oleh empat serangkai: Soekarno, Hatta, Ki Hadjar Dewantara dan Mas Mansyur.
1943
BALFOUR DAN PALESTINA Keputusan Inggris mendukung pendirian resmi negara Israel diumumkan pada 2 November 1917 melalui Deklarasi Balfour. Keputusan ini lahir dari surat yang ditulis Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur James Balfour, kepada Lord Rothschild, pemimpin komunitas Yahudi Inggris, untuk dikirimkan kepada Federasi Zionis. Surat itu menyatakan posisi yang disetujui dalam rapat Kabinet Inggris pada 31 Oktober 1917, bahwa pemerintah Inggris mendukung rencana Zionis untuk ‘tanah air’ bagi Yahudi di Palestina. Syaratnya tak ada hal-hal yang boleh dilakukan yang dapat merugikan hak-hak dari komunitas yang tinggal di sana. Saat itu, sebagian terbesar wilayah Palestina berada dalam genggaman Turki Utsmani, dan batas-batas yang akan menjadi Palestina telah dibuat sebagai bagian dari Persetujuan Sykes-Picot 16 Mei 1916 antara Inggris dan Perancis. Ketika Perang Dunia I berakhir Inggris menguasai Palestina. Inggris lalu menyusun perundang-undangan sementara di Yerusalem dan melibatkan diri dalam persoalan warga Yahudi --yang cepat membanjiri wilayah Palestina-- dan warga Arab –yang menentang upaya-upaya Yahudi. Sejak itulah konflik terus terjadi hingga kini. Deklarasi Balfour dianggap sebagai faktor penting dalam sejarah konflik Arab-Israel. • SEMAOEN
Lahir di Mojokerto pada 1899 sebagai anak buruh kereta api. Setelah lulus dari Sekolah Bumiputera Angka Satu, ia bergabung dengan perusahaan kereta api negara (Staatspoor) sebagai juru tulis pada usia tiga belas tahun. Kemudian ia bergabung dengan Sarekat Islam (SI) afdeling Surabaya dan menjadi sekretarisnya pada 1914. Pada awal 1915, ia bertemu dengan Sneevliet (anggota partai Sosialis di Belanda) dan bergabung dengan ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging/Perhimpunan Sosial-Demokrat Hindia) dan VSTP (Vereeniging voor Spoor-en Tramwegpersoneel/Serikat Buruh Tram dan Kereta Api). Dari Sneevliet, ia belajar bahasa Belanda dan kemudian menjadi sekretaris ISDV di Surabaya sekaligus menjadi anggota pe-
12
mimpin VSTP Surabaya. Pada 1916, ia keluar dari SS dan menjadi propagandis VSTP lalu pindah ke Semarang untuk menjadi editor Si Tetap, surat kabar VSTP yang berbahasa Melayu. Ia juga menentang milisi bumiputra Indie Weerbaar dan keterlibatan SI dalam Volksraad. Pada akhir 1917 dan awal 1918, Semaoen berhasil memimpin serangkaian pemogokan di Semarang, seperti pemogokan buruh pabrik perabotan, buruh cetak, buruh perusahaan mesin jahit Singer, buruh bengkel mobil serta buruh transportasi kapal uap dan perahu.
11 Juli Piagam Jakarta disahkan sebagai rancangan pembukaaan UUD 1945. 17 Agustus, Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI. 10 Oktober pertempuran besar di Surabaya antara tentara RI dan sekutu yang diboncengi tentara Belanda, berlangsung hingga akhir Desember.
1945
PERJUANGAN BELUM SELESAI
I
ndonesia meraih kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Proklamasi yang diucapkan Bung Karno bukanlah akhir melainkan awal dari perjuangan. Tugas utamaku waktu itu menggalang pengakuan dari berbagai negara terhadap Republik Indonesia. Jika kemerdekaan Indonesia diakui oleh dunia maka dengan sendirinya Belanda tidak berkutik. Sementara ada saudara-saudaraku yang berjuang dengan mengangkat senjata, aku bertugas di front diplomatik. Pengalamanku di luar negeri dan kemampuan berbahasa tentu berperan penting di sini. Aku diangkat menjadi Menteri Luar Negeri per-
14 Januari, ibukota Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta karena situasi darurat. 7 Desember pembantaian terhadap rakyat sipil Sulawesi Selatan oleh tentara Belanda pimpinan kapten Westerling yang berlangsung hingga Februari 1947.
5 Februari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) didirikan oleh Lafran Pane di Yogyakarta.
Agresi Militer pertama 12 Maret 1946 – 3 Juli 1947: Agus Salim Belanda, Belanda memenjadi Menteri Luar Negeri Indonesia nyebutnya sebagai aksi pertama. polisionil.
1946
1947
tama dari Republik Indonesia. Dalam jabatan itu aku berkunjung ke berbagai negeri Asia. Pada akhir Maret 1947 misalnya aku berkunjung ke India untuk menghadiri Inter-Asian Relations Conference (Konferensi Hubungan Antar-Asia). Banyak rekan kerja dari negeri lain terpukau melihat penampilanku. Walaupun aku bertubuh kecil dan berjanggut putih, ternyata bersuara dengan lantang. Jawaharlal Nehru, Muhammad Ali Jinnah, dan pemimpin India lainnya memuji penampilanku dan seketika menyatakan dukungan mereka bagi kemerdekaan Indonesia. Dari India aku ke Mesir sebagai ketua delegasi Indonesia untuk bertemu dengan tokoh-tokoh negaranegara Arab. Aku berhasil mendorong pemerintah Mesir untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. • PERJANJIAN LINGGAJATI
Pada Perundingan Linggajati 12 November 1946, Belanda mengakui kekuasaan republik atas Jawa, Madura dan Sumatera. Kedua pihak sepakat untuk bekerja sama membentuk federasi Negara Kesatuan Indonesia pada 1 Januari 1949, di mana Republik menjadi salah satu negara bagian dan Ratu Belanda menjadi simbol pemimpin Negara Kesatuan Indonesia-Belanda. Perjanjian ini berlangsung sangat singkat, karena kedua pihak saling mencurigai dan memunculkan kontroversi-kontroversi politik di masing-masing negara.
13
Pada 10 Juni 1947 Perdana Menteri Nokhrashi Pasha menandatangani perjanjian persahabatan MesirIndonesia. Dukungan seperti ini adalah pencapaian luar biasa dan menambah semangat perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan. Aku gembira karena usaha Indonesia untuk mendapat pengakuan dari bangsa-bangsa lain akhirnya terwujud. Pengakuan de facto dan de jure dari Mesir kemudian disusul dengan pengakuan dari negeri-negeri lain: Lebanon, Suriah, Irak, Arab Saudi, dan Yaman. Aku sempat katakan kepada A.R. Baswedan, kawan seperjuanganku sekaligus saksi penanda-tanganan itu, “Baswedan, bagi saya tidaklah penting apakah Saudara sampai di tanah air atau tidak. Yang penting dokumen-dokumen itu sampai di Indonesia dengan selamat!�
14
Ya, bagiku, dukungan dari Mesir juga negeri-negeri lainnya tentulah mempersulit Belanda untuk kembali menancapkan kekuasaannya di Indonesia. Upaya Belanda untuk terus mengukuhkan kakinya di bumi Nusantara tercermin dalam Perjanjian Linggajati yang ditanda-tangani pada 25 Maret 1947. Isi perjanjian yaitu Belanda dan Indonesia setuju membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Dalam bentuk RIS, Indonesia tergabung dalam Commonwealth (Persemakmuran) Indonesia-Belanda dengan Belanda sebagai ketuanya. Sebagai Menteri Luar Negeri dan anggota juru runding bagi republik, aku melakukan banyak pembicaraan atau perundingan untuk menarik simpati dan dukungan negeri-negeri lain terhadap perjuangan
ANRI
Soekarno Agus Salim dan masyarakat di Pulau Bangka pada Maret 1949
Indonesia. Oleh pihak Belanda, aku ditakuti dan membuat mereka marah karena dianggap sebagai orang yang menciptakan perjanjian-perjanjian dengan luar negeri. Pers luar negeri kemudian memberi julukan kepadaku sebagai The Grand Old Man (kakek agung). Tak hanya itu saja, aku juga dianggap sebagai aktor atau lakon utama misi diplomasi Indonesia di panggung dunia.
Agresi militer pertama Belanda (21 Juli-5 Agustus 1947) telah menuai kecaman dari negara-negara lain dan membawa masalah ini ke sidang DK-PBB. Perjuangan kami di forum PBB membuahkan hasil dengan lahirnya resolusi gencatan senjata dan pembentukan Komisi Jasa Baik, yang kemudian dikenal sebagai Komite Tiga Negara terdiri atas Amerika Serikat, Australia, dan Belgia.
Dari Mesir aku terbang ke Amerika Serikat menemani Perdana Menteri Sutan Sjahrir untuk memperjuangkan pengakuan atas kemerdekaan dalam sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB). Sejak Agustus 1947, aku bersama Sjahrir dan kawan-kawan lain berjuang di forum PBB dalam masalah Indonesia-Belanda.
Aku juga aktif terlibat sebagai anggota delegasi Indonesia dalam perundingan Renville. Dalam perundingan di atas kapal USS Renville pada 8 Desember 1947, untuk menyelesaikan sengketa antara Indonesia dan Belanda, ternyata perundingan ini dipakai oleh Belanda untuk menyerang delegasi Indonesia yang melakukan lobi internasional ke
15
18 September pemberontakan PKI di Madiun di bawah pimpinan Muso. 22 September, Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) didirikan di Bukittinggi, di bawah pimpinan Sjafruddin Prawiranegara, karena Soekarno-Hatta ditahan Belanda.
1948
sejumlah negara. Delegasi Indonesia menanggapi tuduhan Belanda itu sebagai upaya menguasai jalannya perundingan. Sebagai anggota delegasi, aku punya pendapat dalam bentuk pertanyaan yang kuajukan kepada utusan Belanda, “Apakah aksi militer yang Tuan lancarkan terhadap kami sesuai dengan Perjanjian Linggajati? Kalau Tuan-tuan melancarkan sekali lagi aksi militer terhadap kami, kami akan mencapai pengakuan de jure di seluruh dunia.” Aku merasa tanpa beban dan tetap tenang selama perundingan Renville yang penuh ketegangan di antara kedua delegasi itu. Misalnya, saat aku kehausan lalu meminta air es kepada pelayan kapal Renville, perempuan Amerika Serikat, kukatakan secara jenaka kepadanya, “Hampir saya jatuh ping-
16
san.” Pelayan itu pun menjawab, “Kalau nanti Tuan jatuh pingsan, tentu Tuan akan saya peluk.” Aku pun segera membalasnya, “Buat apa dipeluk kalau saya sudah pingsan!”Kawan-kawanku memang mengenalku sebagai orang yang jenaka, bahkan saat membicarakan masalah politik sekalipun. Perundingan Renville sekaligus juga reuni antara aku dan ketua delegasi Belanda Raden Abdulkadir Widjojoatmodjo, kolonel tentara Hindia Belanda (KNIL). Pertemanan aku dengan Abdulkadir setidaknya punya andil menemukan jalan keluar dari kebuntuan perundingan antara Indonesia dan Belanda dalam perjanjian itu. Pengalamanku dalam misi diplomatik Indonesia tergolong cukup lama, antara lain dalam Kabinet Sjahrir II (1946) dan Kabinet
26 Januari 1950: kemerdekaan India dengan Perdana Menteri Jawaharlal Nehru. 1 Maret peristiwa serangan umum.
17 Agustus, RIS dibubarkan dan RI kembali menjadi negara kesatuan.
27 Desember Republik Indonesia (RI) berubah menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS).
27 September Indonesia resmi menjadi anggota Perserikatan BangsaBangsa.
1949
1950
Sjahrir III (1947), Kabinet Amir Sjarifoeddin (1947), dan Kabinet Hatta (1948-1949).
bagai diplomat jenaka dan jagoan diplomasi serta mampu menaklukkan lawan bicara yang paling ganas sekalipun.
Di dalam negeri tugasku sebagai Menteri Luar Negeri adalah membangun kementerian itu. Maklumlah negeri yang baru merdeka belum memiliki segala kelengkapan sebagai sebuah negara modern. Semua harus dibangun dari awal, mulai dari membuka kantor, merekrut staf dan pegawai, membuat program kerja dan memastikan bahwa semua berjalan dengan baik. Ini masih ditambah dengan rangkaian perundingan dengan pihak Belanda yang sampai 1949 tidak mau mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Itulah aku, yang oleh banyak kalangan dijuluki se-
17
17 Agustus, Pemberontakan DI/ TII dipimpin oleh Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan dan Tenggara.
1951
KAHIN, DIEM, DAN SALIM Pada 1953 aku memenuhi undangan dari Universitas Cornell di Ithaca, Amerika Serikat. Mereka memintaku berceramah tentang Islam. Di sana aku sampaikan bahwa agama diturunkan bukan hanya agar kita berlomba dalam berbuat kebaikan, tapi juga untuk bekerja sama mempersatukan dunia yang terbelah karena imperialisme. Islam di sini menjadi semangat pergerakan. Di Universitas Cornell aku bertemu banyak tokoh, di antaranya Ngo Dinh Diem dari Vietnam. Diem dikenal sebagai jago pidato yang merajai setiap percakapan. Tapi saat aku bertemu dia situasinya berbeda. Kahin yang menemani kami terperangah. Percakapan berlangsung dalam bahasa Perancis yang sangat dikuasai Diem. Aku justru merajai percakapan saat itu, dan Diem bahkan tidak mendapat peluang bicara sedikitpun. Setahun kemudian Diem diangkat menjadi perdana menteri. Kahin mendapat kesempatan bertemu kembali di Saigon. Selama empat jam mereka berbicara dan Diem lagi-lagi merajai percakapan. Kahin hampir tidak dapat kesempatan bicara. “Coba kalau waktu itu ada Pak Salim yang mampu menjinakkan Diem sebelum saya mewawancarainya,� kenang Kahin.
18
Agus Salim wafat.
1954
DAFTAR PUSTAKA Cribb, Robert (Ed.). The Late Colonial State in Indonesia: Political and Economic Foundations of the Netherlands Indies 1880-1942. Leiden: KITLV Press, 1994.
Tim Penyusun Seri Buku Tempo. Haji Agus Salim Diplomat Jenaka Penopang Republik. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2013.
Gobee, E. dan C. Adriananse. Ambtelijke Adviezen van Snouk Hurgronye 1889-1939 II. S’ Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1965. http://id.wikipedia.org/wiki/Deklarasi_Balfour_1917 Niel, Robert van. Munculnya Elite Modern Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya, 1984. Poeze, Harry A. Di Negeri Penjajah: Orang Indonesia di Negeri Belanda 1600-1950. Jakarta: KPG, 2008. Riyanti. “Deklarasi Balfour: Latar Belakang dan Kedudukannya Dalam Konflik Arab-Israel,” naskah tidak diterbitkan. Seratus Tahun Haji Agus Salim. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1984. Sitisoemandari. Kartini: Sebuah Biografi. Jakarta: Gunung Agung, 1982. Suradi. Haji Agus Salim dan Konflik Politik Dalam Sarekat Islam. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997.
19
20