Surastri Karma Trimurti Perempuan Melanglang Buana dalam Revolusi
1
Surastri Karma Trimurti: Perempuan Melanglang Buana dalam Revolusi / penyunting: Odilia RW Astuti Wijono dan Agung Ayu Ratih. Ed. 1. -Jakarta: Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI); Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI), 2014 22 hlm.: 20 x 28 cm ISBN Kartini: Catatan Pena Bagi Bangsaku
Penyunting Odilia RW Astuti Wijono Agung Ayu Ratih Penyusun Narasi Razif Penyusun Garis Waktu dan Anotasi Grace Tjandra Leksana Ilustrasi Ariwowo Arif Hidayatullah Endro Supriyanto Desain Alit Ambara
2
Cetakan Pertama: 2014 Penerbit Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI) Jalan Batu Kramat No. 19, Batu Ampar - Condet, Kramat Jati, Jakarta 13520 T: 021-8088 2075 E: sejarahs@gmail.com W: www.sejarahsosial.org Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Jakarta, Indonesia T: 081808791966 (Warsono, S. Pd.) E: jurnalagsi@gmail.com Penerbitan ini sebagian didukung oleh Yayasan TIFA
SURASTRI KARMA TRIMURTI Perempuan Melanglang Buana dalam Revolusi
Daftar Isi
Masa Kecil 4 Sekolah Guru 7 Menjadi Guru dan Mulai Aktif Politik 8 Keluar Masuk Penjara dan Masa Akhir Pemerintahan Belanda 11 Masa Pendudukan Jepang dan Sekitar Proklamasi Kemerdekaan 15 Melanglang Buana dalam Revolusi 16 Penutup 19 Daftar Pustaka 21
3
Pemerintah Belanda mendirikan dua jenis sekolah dasar bumiputra, Eerste Klass Inlandsche Scholen (Sekolah Bumiputra Angka Satu) untuk anak-anak priayi dan mereka yang berada, serta Tweede Klass Inlandsche Scholen (Sekolah Bumiputra Angka Dua) untuk anak-anak dari rakyat kebanyakan.
1893
Politik Etis secara resmi diterapkan di Hindia Belanda. Kebijakan ini didorong pendapat bahwa pemerintah Belanda telah ‘memeras’ rakyat Hindia untuk kepentingannya. Karena itu, pemerintah Belanda bertanggung jawab memperbaiki kesejahteraan hidup rakyat Hindia. Tiga prinsip Politik Etis yaitu pendidikan, irigasi, dan emigrasi. Soekarno lahir
1901
MASA KECIL (1912-1920)
N
amaku Surastri, lahir Sabtu Kliwon pada 11 Mei 1912 di Boyolali, Karesidenan Surakarta, sebagai anak kedua dari keluarga priyayi menengah. Ketika aku lahir Ayahku masih magang sebagai Carik – juru tulis, abdi dalem yang sedang menunggu lowongan. Beliau diangkat menjadi Asisten Wedana atau Camat ketika aku berumur enam tahun. Dengan jabatan itu, Ayah mendapat gaji yang tidak terlalu besar selain sebidang tanah lungguh atau tanah gaji dari Gubermen. Tanah lungguh itu digarap oleh petani penggarap dengan sistem
S.K. Trimurti lahir Alexander W. F. Idenburg menjadi Gubernur Jenderal di Hindia Belanda. Idenburg giat menerapkan kebijakan Politik Etis dalam praktik kepemimpinannya.
1909
Poetri Mardika, organisasi perempuan terkait dengan Boedi Oetomo, didirikan. Program mereka mengusung isu pendidikan, poligami, dan kesejahteraan.
1912
Yayasan Kartini didirikan dengan dana royalti buku Habis Gelap Terbitlah Terang, sumbangan pribadi, dan subsidi pemerintah. Pada 1916 yayasan itu membuka tujuh sekolah swasta yang khusus memberikan pendidikan dasar kepada anak-anak perempuan bangsawan pribumi.
1913
paron – hasil panen dibagi dua antara pemilik lahan dan si petani. Ayahku sebagai Asisten Wedana mempunyai para pembantu yang disebut Bebau desa yang bertugas mengurus masalah keagamaan, pengairan desa, dan keamanan. Tugas mereka sehari-hari adalah menjadi juru tulis yang membuat laporan untuk kepentingan Ayahku sebagai Asisten Wedana. Pemerintah Hindia Belanda atau Gubermen – sebutan yang diberikan oleh rakyat desa, adalah lembaga yang mempunyai alat kekuasaan mulai dari pusat hingga ke pelosok desa. Di lapis atas kekuasaan
• KARESIDENAN SURAKARTA
• TANAH LUNGGUH
Karesidenan Surakarta terdiri atas wilayah Kasunanan dan Mangkunegaran. Batas wilayah sebagian dibentuk Gunung Lawu (timur), Gunung Merapi dan Merbabu (barat). Di selatan berjajar bukit kapur dan Gunung Sewu. Sungai Bengawan Solo mengalir melalui Solo yang berada di tengah karesidenan dari selatan ke utara. Daerah yang termasuk karesidenan terbagi secara administratif antara Kasunanan dan Mangkunegaran. Bagian terbesar Kota Surakarta milik Kasunanan, sedangkan seperlimanya milik Mangkunegaran. Kasunanan memiliki Kabupaten Klaten, Boyolali, dan sebagian Sragen. Sedangkan Karanganyar dan Karangpandan milik Mangkunegaran. Kabupaten Wonogiri berada di wilayah Mangkunegaran, kecuali Desa Sukoharjo dan Tawangsari menjadi milik Kasunanan. Berdasarkan sensus 1920, luas wilayah kekuasaan Sunan 3.360 km2 dengan penduduk 1.383.000 orang. Sedangkan Mangkunegaran meliputi daerah seluas 2.780 km2 dengan penduduk 706.000 orang.
Tanah lungguh diberikan kepada pangeran (sentana dalem) dan pegawai (abdi dalem) Kasunanan. Pemegangnya disebut patuh atau lurah patuh, dan menikmati hak memungut pajak atau memperoleh tenaga kerja dari orang yang tinggal di tanahnya –selama tiga generasi untuk pangeran dan sepanjang masa jabatan bagi pejabat. Pemegang lungguh tidak langsung memungut pajak atau memperoleh tenaga kerja dari penduduk, tapi menunjuk bekel untuk mengelola tanah. Petani di bawah pengawasan bekel, yang disebut kuli, menggarap seperlima tanah tersisa dan wajib membayar pajak serta menyerahkan tenaganya. Saat panen padi, dia menyerahkan separo hasilnya kepada patuh. Jika panen tanaman lain, dia harus membayar sepertiga dari hasilnya. Pembayaran dilakukan dengan hasil tanaman dan tunai. Sistem itu dihapus pada 1917 di Kasultanan dan 1918 di Kasunanan (di Mangkunegaran, kebanyakan lungguh dihapus pada awal 1870-an), seiring reorganisasi oleh pemerintah Belanda. Reorganisasi adalah usaha menempatkan mesin administrasi di bawah perintah langsung Residen serta meluaskan kekuasaan dan kewibawaan negara Hindia ke wilayah yang selama ini diserahkan kepada sistem lungguh.
4
Hollandsche Inlandsche School (HIS), sekolah Belanda bumiputra menggantikan Sekolah Bumiputra Angka Satu, dengan bahasa Belanda sebagai pengantar, dan dihubungkan dengan sistem sekolah lanjutan Belanda.
1914
dipegang oleh orang-orang Belanda dan Eropa. Di provinsi dan kabupaten kekuasaan dipegang oleh para Gubernur dan Bupati dengan didampingi oleh Kontrolir (pejabat Belanda). Di bawah Bupati ada Wedana dan Camat. Sering aku diajak perjalanan ke desa- desa. Sebagai pejabat, Ayahku mendapat penghormatan dan pelayanan yang berlebihan dari warga desa. Mereka menyebut Ayahku nDoro Siten, kependekan dari Asisten Wedana. Aku bisa melihat ketimpangan kehidupan rakyat desa. Sebagian besar rakyat desa di Boyolali hidup miskin; anak-anak tak berpakaian,
demikian pula dengan kaum bapak, mereka bekerja di sawah atau menjajakan hasil pertanian dengan bertelanjang dada. Para perempuan berpakaian sederhana, lusuh, jarang ganti baju. Sedangkan para bebau desa meskipun berpakain lengkap, tapi berbahan sudah lama. Ketika aku berumur delapan tahun, Ayah memasukkan aku ke sekolah dasar Ongko Loro – Tweede Inlandsche School, sekolah dasar berbahasa Jawa yang diperuntukkan bagi rakyat biasa, tukang dan pegawai kecil dalam birokrasi kolonial. Ketika itu kami sudah pindah ke Kartosuro. Aku bersekolah di
• PENDIDIKAN UNTUK PRIBUMI
Sekolah bumiputra angka satu dan dua menggunakan bahasa daerah dan Melayu sebagai bahasa pengantar. Murid hanya bisa meneruskan ke sekolah perdagangan, teknik, dan keterampilan setelah lulus. Sedangkan anak-anak lulusan ELS (sekolah dasar Eropa) dapat melanjutkan ke sekolah lanjutan Belanda seperti Hogere Burgerschool (HBS, sekolah menengah Belanda) atau School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA, sekolah pendidikan bagi dokter bumiputra), dan Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA, sekolah pendidikan bagi pegawai bumiputra).
5
Sekolah Taman Siswa didirikan Ki Hadjar Dewantara. Indische Vereeniging, perkumpulan pelajar Indonesia di Belanda, berganti nama menjadi Perhimpoenan Indonesia (PI). Ini merupakan organisasi pertama yang menggunakan nama ‘Indonesia’. Moh. Hatta dan Sutan Sjahrir merupakan pemimpin utama PI.
1922
sana selama lima tahun bersama anak-anak desa. Sedangkan kakakku dimasukkan di sekolah Europese Lagere School (ELS), sekolah dasar untuk anak-anak Belanda dan pejabat. Perbedaan ini dipengaruhi oleh pola pikir dan budaya Jawa ningrat waktu itu. Anak laki-laki perlu mendapat pendidikan yang baik karena mereka dipersiapkan untuk memasuki birokrasi sebagai pribumi pengikut rezim Kolonial Belanda. Tradisi adat Jawa memprioritaskan anak laki-laki, dan tidak menyisakan apa-apa untuk anak perempuan. Anak perempuan priyayi dipersiapkan menjadi ibu rumah tangga yang akan mengurus anak-anak mereka. Lagi pula, gaji Ayah sebagai Asisten Wedana kelas dua hanya sebesar ÂŁ 95,- , itu pun masih harus membayar gaji para juru tulisnya, tidak cukup untuk menyekolahkan anak-
anaknya dengan memadai.
• PENDIDIKAN PEREMPUAN
yang didukung pemerintah, meski dilengkapi kursus pengetahuan ekonomi rumah tangga, yang dirancang untuk mempersiapkan gadis-gadis pribumi dalam tugasnya di masa depan sebagai ibu rumah tangga, sekolah istri cepat menarik perhatian murid perempuan dalam jumlah besar.
Di sekolah dasar desa di berbagai daerah, yang didirikan untuk mempersiapkan murid pribumi bagi lembaga pendidikan pemerintah, perempuan hanya 8 % dari jumlah murid di Jawa dan Madura. Pada 1910, ada 5.114 murid perempuan dan 66.125 murid laki-laki yang bersekolah. Sedangkan pada 1915, terdapat 18.619 murid perempuan dan 242.236 murid laki-laki yang bersekolah di sekolah desa. Tercatat sejumlah sekolah swasta, seperti sekolah yang dikelola Yayasan Kartini dan Yayasan van Deventer, menyelenggarakan pendidikan untuk perempuan pribumi. Yayasan van Deventer mengelola sekolah berasrama untuk mendidik perempuan pribumi menjadi guru. Sedangkan Yayasan Kartini, selain menyelenggarakan pendidikan dasar untuk anak perempuan, pada 1920-an membuka sekolah istri, atau sekolah pribumi kelas dua untuk perempuan remaja di Bogor (1924), Batavia (1927), dan Jatinegara (1928). Dengan menyamakan kurikulum sekolah pribumi kelas dua
6
Hanya sedikit anak perempuan yang bersekolah waktu itu. Anak perempuan seumurku banyak yang membantu orangtuanya bekerja di sawah atau di rumah. Aku sendiri sepulang sekolah membantu Ibu dan mengurus adik-adik. Setelah urusan membantu Ibu selesai, aku membatik. Sebagai perempuan priyayi Jawa, membatik adalah kewajiban. Aku menjadi bagian penjaga dan penerus budaya Jawa supaya kebudayaan adiluhung ini tetap memancarkan aura magisnya. Petinggi Gubermen juga sedang menggalakkan perlindungan kesenian dan budaya Jawa, termasuk membatik.
Kongres Perempuan 1928 di Yogyakarta. Kongres diprakarsai tiga tokoh perempuan dan pendidik yaitu Nyi Hadjar Dewantara, Soejatin, dan Ny. Soekonto. Kongres berusaha mengatasi provinsialisme dalam gerakan perempuan. Hadir organisasi perempuan terpenting Wanita Oetomo, Aisjiah, Poetri Indonesia, Wanita Katolik, Wanito Moeljo, bagian perempuan dalam Sarekat Islam, Jong Islamieten Bond, dan Taman Siswa. Masalah yang dibicarakan kongres adalah pendidikan untuk perempuan, nasib yatim-piatu dan janda, perkawinan anak-anak, pembaruan undang-undang perkawinan Islam, pentingnya meningkatkan harga diri kaum perempuan, dan kejahatan kawin paksa.
1928
SEKOLAH GURU (1925-1930) Setelah lulus dari sekolah Ongko Loro, di usia tiga belas tahun, Ayah mengirim aku ke sekolah guru: Meisjes Normal School di Jebres, Solo. Menurut ayahku, profesi guru adalah yang paling cocok untuk anak perempuan - pandangan khas birokrat kolonial: menjadi pendidik agar bisa mempersiapkan siswi sebagai ibu rumah tangga dan menjalankan kodrat sebagai ibu. Selain itu, setelah lulus, aku bisa segera diangkat sebagai guru dan mandiri dari tanggungan orang tua. Aku harus melewati tes masuk yang ketat untuk diterima di Meisjes Normal School. Sekolah berasrama ini mendidik para calon guru dengan disiplin
Kongres Perempuan ke-2 di Jakarta dihadiri sekitar 50 organisasi perempuan. Kongres mengubah nama organisasi menjadi Persatoean Perkoempoelan Isteri Indonesia. Organisasi menerbitkan majalah berbahasa Indonesia, Isteri.
1929
tinggi. Kami harus membersihkan kamar, kelas, kamar mandi, dan kakus. Proses belajar-mengajar tidak mengenal pagi dan malam hari. Para calon guru mendapat pelajaran membuat adi busana, menyulam, memasak makanan yang higienis. Segala hal tentang mengatur rumah tangga adalah pokok pelajaran kami, karena perempuan mengemban tugas meneruskan pengetahuan budaya kepada generasi berikutnya. Pada umumnya, pendidikan Belanda hanya dinikmati oleh sebagian anak laki-laki priyayi. Anak perempuan, terlebih anak rakyat jelata sangat sedikit yang dapat mengeyam pendidikan. Tidak heran, menjelang pendudukan Jepang angka buta huruf sangat tinggi, terutama di kalangan perempuan. Di sekolah guru ini kami diajarkan bahwa bumi Nusantara memiliki kekayaan dan keindahan yang melimpah. Namun rakyatnya masih terbelakang dan kurang sejahtera sehingga memerlukan bantuan bangsa Belanda untuk berkembang dan maju. • INDUSTRI BATIK DI JAWA TENGAH
Di Surakarta membatik menjadi bagian penting pendidikan perempuan di keraton. Pertengahan 1840-an, membatik dengan memakai cap diperkenalkan. Dengan cap dari garis-garis tembaga, yang ditempelkan pada alas dan diberi pegangan, batik dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan tenaga kerja sedikit. Pada 18501860-an, produksi batik meningkat seiring banyak petani yang bekerja di perkebunan Belanda membutuhkan kain batik murah. Sekitar 1870-an, pasar batik meluas seiring perluasan perkebunan Belanda ke perdesaan dan pembukaan jalur kereta api antara ‘wilayah raja-raja’ dan pusat perdagangan seperti Semarang, Surabaya, Batavia, dan Bandung. Pada tahun itu, Surakarta menjadi pusat utama industri batik, dan batik Surakarta terus mendominasi pasar ‘nasional’ sampai akhir 1910-an, ketika batik Pekalongan mulai menyaingi. Bagian timur dan tengah kota Surakarta, seperti Kauman, Keprabon, dan Pasar Kliwon terus membuat batik halus, sementara bagian barat kota, khususnya Tegalsari dan Lawean memproduksi batik cap untuk konsumsi massa.
7
Sjahrir mendirikan organisasi Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru). Organisasi menawarkan strategi baru perjuangan kemerdekaan yakni menciptakan kader pemimpin yang dapat menggantikan pemimpin organisasi saat ditangkap atau mengalami represi dari pemerintah kolonial. Pada 1932 Hatta mengambil alih kepemimpinan PNI-Baru setelah pulang dari Belanda.
1931
MENJADI GURU DAN MULAI AKTIF POLITIK (1930-1934) Pada 1930 di usia 18 tahun aku lulus dari Meisjes Normal School dengan nilai tertinggi. Aku ditunjuk sebagai guru di sekolah latihan di tempat yang sama. Aku merasa tidak nyaman menjadi rekan sejawat dari mantan guru-guruku. Dari gerak-gerik mereka, aku bisa menangkap mereka menganggap aku tidak pantas menjadi guru; pribumi dan masih terlalu muda. Aku juga tidak betah mengajar di sekolah ini karena harus berbagi ilmu hanya dengan anak-anak priyayi. Tidak lama kemudian aku dipindah ke sekolah Ongko Loro di Alun-alun Kidul Kota Surakarta. Di situ aku mengajar anak laki-laki dan perempuan yang dipersiapkan untuk bekerja • MEISJES NORMAALSCHOOL
Sekolah berasrama untuk Meisjes Normaalschool didirikan pertama kali oleh Yayasan van Deventer, yang berdiri di Purwakarta pada 1917. Sekolah lanjutan itu untuk anak perempuan priyayi. Ketika pertama kali dibuka sekitar 550 siswi mendaftar, tetapi karena keterbatasan tempat hanya 21 orang diterima. Gelar guru sangat diminati anak priyayi.
di birokrasi pemerintah dan perusahaan Belanda. Mereka belajar membaca dan menulis dalam Bahasa Jawa, juga berhitung. Beberapa bulan kemudian aku dipindahkan ke Meisjes School di Banyumas. Ayah merasa berat melepas anak perempuannya ke tempat yang jauh. Namun aku justru merasa nyaman dan lebih bebas tinggal di Banyumas, jauh dari pengawasan orangtua dan mantan guru. Aku leluasa untuk belajar berorganisasi dan mulai mengenal penerbitan seperti majalah, surat kabar, dan pamflet. Pada1930an mulai tumbuh organisasi dan partai politik yang masing-masing memiliki organ atau penerbitan untuk menyampaikan kritik terhadap sistem kolonial. Penerbitan ini sebagai alat untuk menyebarkan beSekolah guru itu memiliki susunan berjenjang. Sekolah Pribumi Kelas I, pada jenjang terbawah terdapat Kweekschool dan di atasnya Hogere Kweekschool. Lama belajar Kweekschool empat tahun. Sedangkan untuk menjadi guru di Sekolah Pribumi Kelas II, pada jenjang terendah adalah Cursus voor Volksschool Onderwijzers, kemudian disebut Opleiding voor Volksschool Onderwijzers. Program itu berupa kursus dua tahun. Setelah tamat pendidikan itu siswa ditempatkan sebagai guru pada Sekolah Desa atau Volksschool. Kurikulum sekolah itu sederhana sekali yaitu membaca, menulis, dan berhitung.
• SEKOLAH GURU DI MASA KOLONIAL
Pada masa kolonial, terdapat dua jenis sekolah guru. Pertama, sekolah guru untuk mereka yang akan mengajar di sekolah rendah pribumi dengan bahasa pengantar bahasa Belanda atau Sekolah Pribumi Kelas I (Eerste Inlandsche School). Kedua, sekolah guru untuk mereka yang akan mengajar di sekolah rendah pribumi dengan bahasa pengantar bahasa daerah atau Sekolah Pribumi Kelas II (Tweede Inlandsche School).
8
Pada jenjang lebih tinggi pendidikan guru yakni Normaalschool dengan lama pendidikan empat tahun. Lulusan Normaalschool kemudian ditempatkan sebagai guru di sekolah dasar. Kurikulum sekolah itu meliputi ilmu bumi, pengetahuan alam, dan sejarah di samping membaca, menulis dan berhitung. Normaalschool negeri pertama untuk siswa laki-laki didirikan pada 1915, sedangkan untuk siswa perempuan pada 1918. Pada setiap Normaalschool terdapat sekolah dasar pribumi negeri sebagai tempat latihan mengajar, dan para siswa Normaalschool diharuskan tinggal di asrama.
Pemerintah kolonial mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar, yang melarang sekolah swasta beroperasi tanpa ijin pemerintah kolonial. Ordonansi dibatalkan pada 1933, setelah menuai reaksi penolakan dari berbagai organisasi massa, bahkan Volksraad. Organisasi perempuan Isteri Sedar didirikan. Pada kongresnya di tahun itu, ketua Isteri Sedar, Soewarni Pringgodigdo, menyerukan perempuan Indonesia terjun dalam perjuangan kemerdekaan nasional. Seperti Soekarno, Soewarni mengatakan hanya kemerdekaan yang akan membawa kesamaan sepenuhnya.
1932
Soekarno ditangkap, dibuang ke Flores, kemudian dipindah ke Bengkulu pada 1938.
1933
rita kegiatan pemimpin organisasi dan propaganda program mereka kepada calon dan anggota partai politik. Pada 1932 aku ikut rapat Partindo yang menghadirkan Soekarno. Beliau mengajak hadirin untuk bersatu padu melawan kolonialisme dan imperialisme. Setahun kemudian, di usia 21 tahun aku merasa menemukan identitas diri untuk membela rakyat dan memutuskan bergabung dengan Partindo, partai radikal di mata Kantor Urusan Pribumi (Kantoor Inlandsch Zaken). Maka aku bersama Suprapti, teman sejawat pindah ke Bandung untuk bergabung dengan kursus pimpinan partai yang diselenggarakan oleh Soekarno. Kami pun harus melepas status pegawai negeri kami. Kami tinggal di
Hatta, Sjahrir, dan para pemimpin PNI-Baru ditangkap dan dibuang ke Boven Digul.
1934
sebuah rumah yang telah disediakan untuk peserta kursus Untuk mencukupi kebutuhan hidup, aku dan Suprapti mengajar di SD Perguruan Rakyat yang dipimpin oleh Sanoesi Pane. Hanya tiga bulan aku mengajar di sana, karena ada larangan mengajar dari Gubernur Jawa Barat melalui Asisten Residen demi ketertiban dan kepentingan umum. Jadilah aku pengangguran meski sempat menulis di surat kabar Fikiran Ra’jat yang dibidani oleh Soekarno. Aku memutuskan pulang ke Klaten pada 1934, selain karena kesulitan keuangan, situasi politik di Bandung pasca ditangkapnya Soekarno sedang tidak menentu. Krisis ekonomi dunia membawa imbas bagi Indonesia. Banyak pegawai perkebunan dipecat karena produk perkebunan tidak dapat • VAN DEVENTER
C. Th. van Deventer adalah pengacara, penasehat pemerintah Belanda, dan anggota parlemen. Dia pernah tinggal di Hindia Belanda selama 17 tahun. Pada 1899 dia menerbitkan artikel ‘Een Eereschuld’ (Utang Kehormatan) dalam jurnal de Gids. Van Deventer mengungkapkan bahwa pemerintah Belanda berutang kepada rakyat Hindia atas seluruh kekayaan yang diambil dari Hindia Belanda. Utang itu harus dibayar dalam bentuk kebijakan kolonial yang mengutamakan kepentingan rakyat Hindia. Van Deventer merupakan salah satu pelopor utama dan pendorong Politik Etis.
9
diserap pasar dunia. Di saat yang sama, pemerintah kolonial mengeluarkan larangan berkumpul kepada perkumpulan politik. Sementara orangtuaku masih terlena dengan cerita lama kejayaan tanah Jawa, aku banyak berpikir bagaimana caranya mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Aku merasa asing di rumah orangtuaku. Mereka mulai mencium keterlibatanku dalam kegiatan politik dan mengkhawatirkan diriku. Aku memutuskan pindah ke Solo dan bersama teman-teman menerbitkan majalah berbahasa Jawa Bedug yang hanya terbit sekali, digantikan Terompet yang terbit tiga kali. Masalah modal dan pengelolaan bisnis yang lemah adalah penyebabnya. Begitu mengetahui kegiatanku di Solo, Ayah memanggilku pulang
ke Klaten. Menurut orangtuaku, perempuan priyayi hanya mempunyai empat kewajiban: marak, macak, masak, dan manak – mengabdi kepada suami, berdandan, masak untuk keperluan keluarga, dan melahirkan anak-anak dari suami tercinta. Perempuan priyayi tidak perlu mencari nafkah, karena itu adalah tugas suami. Pandangan kuno ini membuatku gelisah. Aku memutuskan untuk keluar dari rumah orangtuaku dan tinggal jauh dari Klaten.
• BOEDI OETOMO
• PERS DI HINDIA BELANDA
Boedi Oetomo (BO) adalah organisasi modern pertama untuk priyayi rendah yang dipelopori seorang dokter Jawa, dr. Wahidin Soedirohoesodo. Didirikan pada Mei 1908, mayoritas anggota BO adalah pelajar STOVIA, OSVIA, sekolah guru, sekolah pertanian, dan kedokteran hewan. Pada Juli 1908 BO memiliki 650 anggota, dan pada akhir 1909 mencapai 10.000 anggota. Pada tahun itu pula BO dinyatakan sebagai organisasi legal oleh pemerintah kolonial di bawah kepemimpinan Gubernur Jenderal van Heutsz. Hingga pembubaran pada 1935, gerakan BO berpusat di bidang budaya, pendidikan, dan tidak berkecimpung di politik.
Sebelum 1903, terbitan dan percetakan di Hindia Belanda dikelola dan dikuasai orang Eropa dan Tionghoa. Barulah pada 17 Agustus 1903, terbit satu terbitan berkala pertama milik pribumi yaitu Soenda Berita. Editor dan penerbitnya adalah Raden Mas Tirto Adhi Soerjo. Kemudian pada 1907, dia mengelola mingguan Medan Prijaji, corong politik Sarekat Prijaji. Medan Prijaji cukup radikal pada jamannya karena banyak mengkritik sistem kolonial Belanda, membela kepentingan pribumi melawan eksploitasi dan ketidakadilan penguasa pribumi serta pejabat pemerintah yang korupsi. Secara umum, pers pada 1900-an berperan penting melahirkan kesadaran nasional Indonesia.
10
Partai Indonesia Raya (Parindra) didirikan. Parindra merupakan peleburan dari Persatoean Bangsa Indonesia dan Boedi Oetomo. Berbeda dari PNI maupun Partindo, Parindra bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia dengan cara kooperatif. Bahkan, beberapa berpendapat Indonesia harus bekerja sama dengan pemerintah Belanda untuk melawan kekuatan fasis yang mulai berkembang.
1935
KELUAR-MASUK PENJARA DAN MASA AKHIR PEMERINTAHAN BELANDA (1935-1942)
Soetardjo Kartohadikoesoemo, anggota Volksraad, menyerahkan petisi kepada Volksraad. Isi petisi mengusulkan konferensi merancang otonomi Indonesia dalam kerja sama Indonesia-Belanda selama sepuluh tahun. Soetardjo dan pendukungnya terinspirasi dari Filipina, yang mendirikan pemerintahan persemakmuran Filipina pada 1938, yang diberikan Amerika Serikat.
1936
ton Yogyakarta yang memilih menjadi janda karena tuntutannya untuk dijadikan istri resmi ditolak sang suami. Untuk memenuhi kebutuhan hidup kami, kami bekerja di sebuah perusahaan batik. Kami bahumembahu dalam bekerja dan mengurus organisasi Mardi Wanita. Kemudian Mardi Wanita berganti nama menjadi Persatoean Marhaeni Indonesia (PMI) dengan Sri Panggihan sebagai ketua. PMI menerbitkan majalah Suara Marhaeni, aku dipilih sebagai pimpinannya. Suara Marhaeni membahas masalah perempuan dalam mengurus rumah tangga dan pergerakan perempuan merebut kemerdekaan. Aku mengganti namaku menjadi Trimurti atau Surastri Karma Trimurti – SK Trimurti agar orangtuaku tidak mengetahui aktivitasku di dunia pergerakan.
Aku pindah ke Yogyakarta dan tinggal di rumah Sri Panggihan. Dia adalah aktivis perempuan bangsawan tinggi mantan selir seorang bangsawan Kra-
Tahun 1936 PMI menyelenggarakan referendum untuk daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah karena tidak memungkinkan mengadakan kongres di bawah
• PARTAI NASIONAL INDONESIA (PNI)
• PARTAI INDONESIA (PARTINDO)
Sebelumnya Partai Nasional Indonesia bernama Perserikatan Nasional Indonesia, yang didirikan pada 4 Juli 1927 di Bandung. Partai itu didirikan oleh Soekarno dan para anggota Algemeene Studieclub di Bandung. Soekarno menjadi ketuanya. PNI merupakan partai besar pertama yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia melalui cara nonkooperatif dan aksi massa. Mei 1929, PNI memiliki cabang di kotakota besar di Jawa dan satu di Palembang dengan anggota 3.860 orang. Pada akhir 1929, PNI memiliki 10.000 anggota. PNI dibubarkan pada April 1931, setelah para pemimpinnya mendapat peringatan dari pemerintah kolonial pada Januari 1930 bahwa PNI tidak diijinkan menjalankan aktivitas politik sementara vonis terhadap pemimpinnya ditunda.
Partai ini didirikan untuk menggantikan PNI yang dibubarkan. Tujuan Partindo tetap sama dengan PNI yaitu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui cara nonkooperatif dan aksi massa. Pada 1932 anggota Partindo hanya mencapai 3.000 orang. Jumlah anggota meningkat setelah Soekarno dibebaskan pada 1931, lalu bergabung dalam Partindo pada 1932. Pada 1933 Partindo menyatakan memiliki 20.000 anggota. • GERAKAN RAKJAT INDONESIA (GERINDO)
Gerindo didirikan pada Mei 1937, dan merupakan peleburan dari Partindo. Tokoh-tokoh seperti Muhammad Yamin dan Amir Sjarifuddin merupakan penggerak Gerindo. Tujuan utama Gerindo adalah parlemen penuh untuk Indonesia yang diharapkan tercapai melalui kooperasi dengan Belanda dalam melawan fasisme, terutama fasisme Jepang.
11
ancaman PID (Polietike Inlichtingen Dienst). Aku ditunjuk untuk mengedarkan surat referendum dari daerah ke daerah. Hasil referendum memilih aku sebagai ketua. Aku menunjuk Sutarni sebagai sekretaris dan memutuskan pindah ke Semarang. Waktu itu aku menginjak umur 24 tahun. Pada waktu itu, terjadi kelesuan aktivitas politik partai karena represi dari pemerintah kolonial dan aparat PID. Untuk mengatasi kelesuan aku bersama Sutarni membuat pamflet menentang imperialisme dan kolonialisme. Kami membuat pamflet secara sembunyi-sembunyi, namun PID mampu mengendus kegiatan ini. Sebagai ganjarannya aku harus masuk penjara sebagai tahanan politik selama sembilan bulan. Selama dalam penjara aku bekerja • SANOESI PANE (1905 – 1968)
Sanoesi Pane dilahirkan di Tapanuli, Sumatera Utara, 14 November 1905. Dia bersekolah di HIS dan ELS Padang Sidempuan, Tanjungbalai, Sibolga, Sumatera Utara. Pane kemudian melanjutkan ke MULO di Padang dan Jakarta, lalu di Kweekschool Gunung Sahari, Jakarta, dan tamat pada 1925. Dia lalu mengajar di sekolah tersebut, yang kemudian dipindahkan ke Lembang dan menjadi HIK. Pane kemudian kuliah ontologi di Rechtshoogeschool. Dia berkesempatan mengunjungi India pada 19291930 dan setelah itu bekerja sebagai guru merangkap redaktur majalah Timboel yang berbahasa Belanda. Karena menjadi anggota PNI, Pane dipecat pada 1934 dan kemudian menjadi pemimpin sekolah Perguruan Rakyat di Bandung, juga menjadi guru di sekolah Perguruan Rakyat di Jakarta. Pada 1936 dia menjadi pemimpin surat kabar Tionghoa Melayu Kebangoenan di Jakarta dan pada 1941 menjadi redaktur Balai Pustaka. Karya-karya Pane: Pancaran Cinta dan Prosa Berirama (1926), Puspa
12
dan mendapat upah untuk makan dan sisanya aku tabung. Sekeluar dari penjara aku membawa uang 3 Gulden ditambah 12.5 Gulden dari hasil menang lomba menulis naskah drama radio yang diselenggarakan oleh majalah Panjebar Semangat di Surabaya. Dengan uang itu aku berkeliling Jawa Timur dan Jawa Tengah bersama Sutarni mengunjungi temanteman. Kembali aku aktif di dunia percetakan. Pada 1937 aku berkenalan dengan Sayuti Melik, mantan Digulis yang dipulangkan ke Jawa pada 1936. Sebelum pulang ke Jawa Sayuti sempat menyamar sebagai pedagang di Singapura. Di Semarang Sayuti masuk Partai Indonesia Raya (Parindra). Kami banyak berdiskusi tentang koperasi dan nonkoperasi yang saat Mega dan Kumpulan Sajak (1927), Airlangga drama dalam bahasa Belanda (1928), Eenzame Caroedalueht drama dalam bahasa Belanda (1929), Madah Kelana dan kumpulan sajak yang diterbitkan Balai Pustaka (1931), naskah drama Kertajaya (1932), naskah drama Sandhyakala Ning Majapahit (1933), naskah drama Manusia Baru yang diterbitkan Balai Pustaka (1940). • PENANGKAPAN SOEKARNO DI BANDUNG
Pada 1929 pemerintah Belanda bereaksi terhadap PNI dengan menangkap Soekarno. Dia diajukan ke sidang terbuka di Bandung pada akhir 1930 dan dijatuhi hukuman penjara 4 tahun di penjara Sukamiskin dengan tuduhan mengancam ketertiban umum. Tindakan itu berhasil melumpuhkan PNI dan aktivitasnya.
Hitler menyerbu Polandia, yang menandakan Perang Dunia II dimulai.
1939
Serikat buruh perempuan pertama dibentuk yaitu Pekerdja Perempoean Indonesia. Anggotanya meliputi buruh di pemerintahan maupun swasta, guru, juru rawat, dan perempuan pekerja lepas.
1940
Sebelum menikah Sayuti pernah menulis di surat kabar Sinar Selatan, menganjurkan rakyat Indonesia untuk tidak membantu baik Belanda maupun Jepang. Menurutnya “Belanda ibarat macan dan
Jepang adalah buaya”. Tulisan ini membawa aku ke penjara untuk kedua kali, karena aku mengaku sebagai penulis artikel itu, supaya Sayuti, sebagai mantan Digulis, tidak mendapat hukuman yang berat, bahkan mungkin bisa dikembalikan ke kamp itu. Aku dipenjara ketika anak pertamaku, MK Budiman berumur empat bulan. Karena belum disapih, aku membawanya ke penjara. Kondisi penjara yang buruk mengganggu tumbuh kembang si bayi. Sayuti mengambilnya untuk dia asuh, tapi sebulan kemudian Sayuti ditangkap karena sebagai pimpinan redaksi Pesat (yang kami dirikan dengan menjual ranjang besi kami) tidak bersedia mengungkap nama samaran Sri Bintara. Sayuti dikenakan dua tahun penjara di Sukamiskin Bandung. Anakku dititipkan di rumah Kartopandoyo, Solo.
• KRISIS 1930-AN
• POLITIEKE INLICHTINGENDIENST (PID)
Pada periode 1920-1930an, perekonomian Indonesia bergantung pada ekspor, terutama minyak dan produk pertanian. Pada 1930, 52% hasil ekspor tersebut dikirim ke Eropa dan Amerika Utara. Krisis ekonomi, bersamaan dengan meluasnya sistem proteksi serta menurunnya harga di negara-negara itu menyebabkan Indonesia memasuki masa krisis ekonomi cukup parah. Pada 1932, misalnya, nilai ekspor hanya mencapai 32% dari nilai ekspor di tahun 1929. Bahan-bahan seperti karet, gula, kopi, dan tembakau mengalami kejatuhan. Pada 1932, harga karet hanya mencapai 16% dari harga di tahun 1929. Lahan tebu juga menurun drastis, dari 200.000 hektare pada 1934 menjadi 90.000 pada 1939. Depresi ekonomi bahkan mengakhiri dominasi gula dan kopi Indonesia di pasar dunia.
Didirikan pada 1916, di masa pemerintahan Gubernur Jenderal van Limburg Stirum. PID berfungsi mengawasi kemungkinan terjadi agresi dari luar dan aktivitas subversif di Hindia. PID dikendalikan W. Muurling, mantan kapten staf umum KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger). Setelah perang, PID dibubarkan (April 1919) dan polisi (Algemeene Politie) di bawah perintah Hoofdparket (kantor jaksa umum) mengambil alih tugas mengintai aktivitas revolusioner.
itu sedang ramai dibicarakan. Aku mulai menyukai Sayuti, seorang aktivis yang berjuang menentang kolonialisme dan imperialisme, tipe kekasih impianku. Tidak perlu waktu lama untuk menerima cinta Sayuti. Namun Ayah menolak pinangan Sayuti – seorang pemuda berpakaian lusuh dan berwajah lesu – bukan seorang pamong praja yang menjadi idamannya. Meskipun Ayah tidak merestui, kami tetap menikah secara sederhana di rumah Kartopandoyo, orangtua angkat Sayuti, dengan kakakku Suranto sebagai waliku.
13
Pada 10 Januari tentara Jepang mulai menyerang Indonesia, dan pada 8 Maret pemerintah Belanda di Indonesia menyerah terhadap Jepang.
1942
Pada 1942 kembali aku ditangkap PID karena dicurigai pro Jepang, waktu itu aku sedang mengandung anak keduaku. Aku dipenjara di Garut bersama Adam Malik dan yang lainnya. Ketika Belanda menyerah kepada pasukan Jepang pada 2 Maret 1942, bukan berarti Indonesia bisa merdeka. Dalam keadaan hamil tujuh bulan aku dibawa ke Stasiun Bandung dalam keadaan lemah, lusuh, dan baju compang-camping. Aku “ditemukan” oleh Bratanata, pemimpin redaksi Nicorck Express. Bratanata dan teman-teman lainnya memberi aku tumpangan dan membawa aku ke dokter kandungan untuk memastikan kandunganku baik-baik saja. Mereka juga memberi aku uang untuk membeli baju ganti. Dengan kereta gratis aku dipulangkan ke Yogya. Sayuti menjemputku di Yogya dan kami kembali ke Sema-
rang. 1 Juni 1942, ketika Sayuti sedang di Jakarta, lahir anak keduaku, Heru Baskoro. Fasisme Jepang mulai memperlihatkan kebengisannya. Penerbitan, termasuk surat kabar Pesat dihentikan; partai politik, lembaga sosial dan agama yang tidak dibentuk oleh Jepang dilarang.
• VOLKSRAAD
• KAMP DIGUL
Pembentukan Volksraad disetujui Parlemen Belanda pada Desember 1916. Lembaga itu bertugas sebagai badan penasihat tanpa kekuasaan legislatif, interpelasi maupun penyelidikan parlementer. Anggotanya 38 orang, setengahnya dipilih dewan kotapraja dan karesidenan, dan setengahnya diangkat gubernur jenderal. Anggota Volksraad bumiputra dibatasi sampai 15 orang, sepuluh dipilih dan lima lainnya diangkat gubernur jenderal.
Tempat pembuangan dalam negeri (interneringskamp) Digul, Papua, dibangun dan dibuka awal 1927. Pembangunan kamp dikerjakan narapidana di bawah komando Kapten Infanteri L. Th. Becking, yang pada 1926 memimpin pemadaman pemberontakan di Banten. Dengan pembangunan kamp itu, maka pembuangan ke luar negeri dihentikan. Kamp pengasingan Digul dibangun untuk mengasingkan mereka yang dianggap terlibat ataupun bersimpati terhadap pemberontakan 1926-1927, tanpa melalui keputusan pengadilan. Kewenangan penangkapan dan pengasingan berdasarkan exorbitante rechten (hak-hak istimewa gubernur jenderal) yang diturunkan kepada residen yang wilayahnya dilanda pemberontakan pada tahun itu dan berikutnya.
• MARDI WANITA
Organisasi perempuan politik radikal yang didirikan pada 1933. Organisasi itu didirikan Sri Panggihan dan terkait erat dengan Partindo. Dalam kongresnya pada 1935, Mardi Wanita diubah menjadi Persatoean Marhaeni Indonesia. Organisasi tersebut dibubarkan pada 1936, bersamaan dengan pembubaran Partindo.
14
Pada 6 Agustus, bom atom pertama dijatuhkan di Hiroshima oleh Amerika Serikat. Lalu pada 9 Agustus Amerika Serikat kembali menjatuhkan bom atom di Nagasaki. Aksi itu menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat pada 15 Agustus.
1945
MASA PENDUDUKAN JEPANG DAN SEKITAR PROKLAMASI KEMERDEKAAN (1942-1945) Sayuti diangkat sebagai pemimpin redaksi Sinar Baru terbitan Jepang supaya dia tidak bisa ke mana-mana. Pada 1942 Sayuti ditangkap Jepang dan mendapat siksaan yang berat atas tuduhan akan melakukan perlawanan terhadap Jepang. Dia dipenjara di Penjara Jurnatan Semarang. Tak lama kemudian aku juga ditangkap dengan tuduhan yang sama. Aku disiksa dan dipermalukan di depan suamiku. Ketika mereka tahu aku masih mempunyai bayi berumur dua bulan mereka mengijinkan aku pulang, tapi setiap hari harus datang ke penjara untuk menjalani pemeriksaan. Atas jasa Soekarno • SAYUTI MELIK
Sayuti Melik dilahirkan di Sleman, Yogyakarta, pada 22 November 1908. Sejak di bangku sekolah, dia sudah mengkritisi kebijakan pemerintah kolonial. Dia sudah tertarik membaca koran Islam Bergerak pimpinan Hadji Misbach. Perkenalan pertama dengan Soekarno terjadi di Bandung pada 1926. Tulisannya yang kerap mengkritik pemerintah kolonial menyebabkan dia ditahan berkali-kali oleh Belanda. Sayuti ditangkap pada 1926 karena dituduh membantu PKI, lalu dibuang ke Boven Digul. Pada 1936 dia ditangkap Inggris dan dipenjara di Singapura selama setahun. Setelah diusir dari wilayah Inggris, Sayuti ditangkap lagi oleh Belanda dan dibawa ke Jakarta. Dia menikah dengan S.K. Trimurti pada 19 Juli 1938, dan pada tahun itu mendirikan koran Pesat di Semarang. Dia menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1945. Dia juga termasuk kelompok Menteng 31, yang berperan dalam penculikan Soekarno dan Hatta pada peristiwa Rengasdengklok. Dalam sejarah Indonesia, Sayuti tercatat sebagai pengetik naskah prokla-
sebagai kepala Poesat Tenaga Rakjat (Poetera), aku dibebaskan dan dipindahkan ke Jakarta. Aku bekerja di Kantor pusat Poetera di Jalan Sunda di kantor penyelidik untuk urusan pembagian kain, beras, dan kebutuhan sehari-hari rakyat. Aku bekerja di ruangan yang sama dengan Sayuti dan Kartosuwiryo selama setahun. Pada 1944 Poetera dibubarkan karena dianggap kurang mewakili etnis lain seperti keturunan Tionghoa, Arab, dan India. Pada Agustus 1945 pasukan Sekutu menjatuhkan bom atom di kota Nagasaki dan Hiroshima. Kaisar Jepang Tenno Hakka mengumumkan kekalahan dan penyerahan Jepang. Ketika aku dan Sayuti sedang di rumah Soekarno di Pegangsaan Timur 56 untuk membicarakan persiapan kemerdekaan. Serommasi. Setelah Indonesia merdeka, dia menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Pada 1950 dia diangkat menjadi anggota MPRS dan DPR-GR. Pada masa Orde Baru, dia menjadi anggota MPR/DPR mewakili Golkar hasil pemilu 1971 dan 1977. Sayuti meninggal pada 27 Februari 1989. • PARTAI INDONESIA RAYA (PARINDRA)
Dua organisasi, yaitu Persatoean Bangsa Indonesia dan Boedi Oetomo melebur menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra) pada Desember 1935. Diketuai oleh Soetomo, organisasi itu bertujuan mencapai kemerdekaan melalui kooperasi dengan Belanda. Pada 1937 Parindra memiliki lebih dari 4.600 anggota dan pada akhir 1939 sekitar 11.250 orang. Pada 1941 mereka menyatakan memiliki 19.500 anggota.
15
bongan pemuda datang dan mendesak Soekarno untuk segera mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Mereka membawa paksa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Pada 16 Agustus tokoh-tokoh tua, dan muda berkumpul di Jalan Pengangsaan Timur untuk membicarakan pengambil-alihan kekuasaan. Sehari kemudian, 17 Agustus 1945, teks proklamasi diumumkan dan bendera Merah Putih dikibarkan. Pengumuman kemerdekaan ini disiarkan melalui radio Kantor Berita Jepang Domei yang telah dikuasai oleh pemuda.
MELANGLANG BUANA DALAM REVOLUSI (1945-1951) Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang telah diumumkan disebar luaskan dengan banyak cara. Dengan grafiti di tembok dan tram, menempel kertas stensil di pasar, stasiun, terminal dan tempat umum lainnya, juga dengan getok tular dari mulut ke mulut. Aku dan teman-teman mendapat tugas untuk menyebarkan kertas stensil berisi naskah proklamasi ke Semarang dengan menggunakan mobil sitaan militer Jepang yang bannya harus kami ganjal dengan rumput. Kembali aku tinggal di Semarang di Jalan Kenanga, di kompleks orang Belanda sehingga Jepang tidak
• PERSDELICHT
• POESAT TENAGA RAKJAT (POETERA)
Pemerintah kolonial menerbitkan Undang-undang Pers pada 1856 yang bersifat preventif dan represif. Beberapa butir yang tercantum, misalnya: pencetak/penerbit harus memberi tahu kepala pemerintahan setempat satu bulan sebelumnya, pencetak/penerbit harus membayar sejumlah uang jaminan, pencetak/penerbit wajib mengirimkan satu eksemplar terbitannya dalam waktu 24 jam setelah terbit, penerbit bertanggung jawab penuh atas isi terbitan jika penulis suatu karangan tidak dapat dipastikan, dan setiap tulisan yang dikirim untuk dimuat harus membubuhi tanda tangan penulis. Seseorang yang terkena persdelicht/delik pers, berarti dia telah melanggar pasal dalam UU Pers itu.
Poetera didirikan pada Maret 1943, dan merupakan perwujudan janji pemerintah Jepang untuk membentuk organisasi politik. Organisasi tersebut berada di bawah penguasaan pemerintah Jepang. Empat tokoh pergerakan ditempatkan sebagai pemimpinnya: Soekarno, Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan K.H. Mas Mansur. Poetera hanya mendapat sedikit dukungan, karena pemerintah Jepang masih enggan memberikan kuasa penuh kepada pemimpin Indonesia.
16
Pada bulan November, Indonesia-Belanda mencapai persetujuan di Linggajati, yang menyatakan pengakuan Belanda terhadap kedaulatan republik atas pulau-pulau Jawa, Madura, dan Sumatera.
1946
menduga ada pejuang Indonesia yang tinggal di sana. Hal ini memudahkanku untuk membagikan beras kepada warga yang membutuhkan. Kegiatan ini aku kerjakan sampai Gubernur Jawa Tengah dilepas Jepang dan menetapkan kebijakan perdagangan. Terjadi aksi penurunan pejabat yang dekat dengan kekuasaan Belanda dan Jepang di pantai utara Jawa, terutama di Pekalongan, Brebes, dan Pemalang yang dikenal sebagai “Peristiwa Tiga Daerah�. Sayuti dan Suprapto diutus oleh Gubernur Jawa Tengah untuk meredakan pergolakan itu. Namun malah mereka ditangkap oleh massa aksi daulat dan akan dibunuh. Atas bantuan Wignjo mantan Digulis, mereka berhasil dilarikan. Aku berangkat ke Pekalongan dengan membawa dua anakku. Sebelumnya,
aku mempelajari yel-yel dan salam kemerdekaan mereka, dan terbukti dapat memperlancar misiku, bertemu dengan para Penguasa/Bupati baru. Aku mendapat informasi bahwa kaum pemberontak akan menyerbu Pekalongan dan menculik para pembesar, termasuk Sayuti. Aku membujuknya pergi ke Yogya untuk melaporkan Peristiwa Tiga Daerah dan mengirimkan bantuan. Maka Sayuti lolos dari ancaman penculikan. Dalam perjalanan untuk menemui Bung Karno di Solo, aku ditangkap oleh para pemuda anggota Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia pimpinan Bung Tomo di Stasiun Purwosari dengan tuduhan mata-mata musuh, sungguh penghinaan yang menyakitkan.
• LATIEF HENDRANINGRAT
Abdul Latief Hendraningrat lahir di Jakarta, 15 Februari 1911. Dia mengenyam pendidikan Sekolah Tinggi Hukum. Saat menjadi mahasiswa itu dia sekaligus mengajar bahasa Inggris di beberapa sekolah menengah swasta, seperti yang dikelola Muhammadiyah dan Perguruan Rakyat. Pada masa pendudukan Jepang, dia menjadi anggota pasukan Pembela Tanah Air (Peta). Setelah proklamasi kemerdekaan, Latief terlibat berbagai pertempuran, antara lain di Yogyakarta. Dia kemudian ditunjuk sebagai atase militer Indonesia untuk Filipina pada 1952, lalu dipindahkan ke Washington hingga 1956. Setelah itu Latief memimpin Sekolah Staf dan Komando Angkatan darat (SSKAD, sekarang menjadi Seskoad). Pada 1965 dia menjabat rektor IKIP Negeri Jakarta dan pensiun pada 1967.
17
Kongres I Gerwis, memutuskan Soewarti sebagai ketua dan Trimurti serta Umi Sarjono sebagai wakil ketua. Kongres juga memutuskan Gerwis berganti nama menjadi Gerwani.
1951
Perpecahan di kalangan organisasi rakyat yang dimulai dengan Maklumat X Nopember 1945 mengenai pembentukan partai semakin tajam. Tahun 1946 sudah terbentuk 156 partai politik, semakin berkeping-kepinglah politik rakyat. Aku membentuk Barisan Buruh Wanita, tidak hanya untuk memperbaiki nasib buruh, tetapi supaya kaum buruh dapat ikut mengisi kemerdekaan. Aku membuka kursus
bagi pengurus BBW se Jawa di Jogya. Dengan peralatan dan perabotan seadanya juga para pengajar prodeo, kursusku berhasil baik.
• R.P. SOEROSO
• MAKLUMAT 10 NOVEMBER 1945
Raden Panji Soeroso lahir di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, 3 November 1893. Pada 1916 dia menamatkan pendidikannya di sekolah guru. Dia aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya menjadi anggota Boedi Oetomo dan menjadi ketua Sarekat Islam Probolinggo. Pada 1924 Soeroso menjadi anggota Volksraad, lalu ketua Poetera pada masa pendudukan Jepang. Pada 1945 dia ditunjuk sebagai ketua muda BPUPKI. Sesudah proklamasi kemerdekaan, dia menjadi gubernur Jawa Tengah. Selain itu, Soeroso pernah menjabat sebagai Menteri Perburuhan, Menteri Sosial, Menteri Urusan Pegawai dan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.
Maklumat nomor X tertanggal 3 November 1945 dikeluarkan oleh Wakil Presiden RI Moh. Hatta. Isinya mendorong pembentukan partai politik sebagai bagian dari demokrasi untuk persiapan rencana penyelenggaraan pemilu 1946. Maklumat juga melegitimasi partai politik yang terbentuk sejak jaman Belanda dan Jepang serta mendorong lahirnya partai-partai baru.
18
Pada usia 35, di tengah perombakan kabinet yang silih berganti, aku ditunjuk sebagai Menteri Perburuhan. Tugas yang harus aku emban demi perjuangan yang sudah aku mulai sejak muda. Aku
• BARISAN BURUH INDONESIA/PARTAI BURUH INDONESIA
Barisan Buruh Indonesia (BBI) dibentuk pada 15 September 1945. Pada kongresnya 9 November 1945 BBI berubah menjadi partai politik yaitu Partai Buruh Indonesia. Sayap perempuan dari BBI adalah Barisan Buruh Wanita yang dipimpin oleh S.K. Trimurti.
Kongres II Gerwis bertema hak-hak perempuan dan anakanak, kemerdekaan dan perdamaian.
1954
Kongres III Gerwani
1957
bertugas menyatukan organisasi buruh yang terpecah-belah karena pro kontra perjanjian Linggajati dan sisa-sisa perseteruan Peristiwa Tiga Daerah. Tugas membuat Undang-undang Perburuhan aku serahkan ke wakilku Wilopo, seorang ahli hukum yang hebat dan cermat. Sayang umur Kabinet Amir Sjarifoeddin I dan II hanya 6 bulan, selasailah tugasku di pemerintahan tapi tidak di bidang perjuangan. Aku memutuskan keluar dari Partai Buruh Indonesia dan tidak masuk partai apa pun. Kembali aku ditangkap dengan tuduhan terlibat peristiwa Madiun dan ditawan di Kaliurang. Pada saat itu Belanda menyerbu Yogyakarta. Aku mengusulkan para tawanan dan tentara penjaga untuk ikut melawan Belanda dengan bergerilya di sekitar Yogyakarta. Aku pun diberi izin untuk menemui Sayuti dan kedua anakku. Dewan keamanan PBB memerintahkan kedua belah pihak berunding. Dunia internasional mengecam Agresi Militer I dan II Belanda terhadap Indonesia. Maka dilaksanakanlah Konferensi Meja Bundar di Den Haag yang melahirkan RIS – Republik Indonesia Serikat yang adalah gabungan Republik Indonesia hasil Proklamasi 1945 dan negeri-negeri boneka buatan Belanda. Para gerilyawan dan laskar yang tinggal di gunung dan hutan diharuskan kembali ke kota. Sementara itu, tumbuh bermacam organisasi perempuan di berbagai daerah dan kota. Lahirlah Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) untuk menyatukan semua organisasi yang sudah ada dan aku duduk dalam pengurus besar.
PENUTUP Pada 1960 Trimurti mengisi rubrik di Api Kartini, majalah Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) di sini dia mendiskusikan tentang kemerdekaan perempuan dari laki-laki. Nama pena Trimurti di majalah itu, Mak Ompreng. Pembahasan Mak Ompreng tentang relasi gender kocak dan tajam. Salah satu uraian beliau yang lucu dan mengkritik kebebasan Barat yang memanggil nama perempuan dengan nama suaminya. Uraian dalam Mak Ompreng seperti ini: “Ketika saya bertemu ke rumah seorang teman isteri duta besar, ia mempersilahkan saya, silahkan duduk, bu Acep. Saya terkejut! Sejak kecil saya selalu dipanggil Ompreng. Benar suami saya namanya Acep, memang. Tapi mengapa saya harus dipanggil dengan
• KOMITE VAN AKSI MENTENG 31
• PERUNDINGAN LINGGAJATI
Pada 1 September 1945 Angkatan Pemuda Indonesia (API) didirikan dan bermarkas di asrama Menteng 31. Tujuannya menyatukan semua gerakan pemuda di ibukota. Organisasi itu diketuai Wikana dan diwakili Chaerul Saleh, dan merupakan suborganisasi yang lebih besar dari Komite van Aksi. Pembentukan API diikuti pembentukan Barisan Rakjat (organisasi petani) dan Barisan Buruh (kelompok aksi buruh). Komite tersebut mengeluarkan manifesto berisi 5 butir. Butir keempat dan kelima menekankan pelucutan senjata tentara Jepang dan perebutan perusahaan dari tangan Jepang. Dengan manifesto itu, para pekerja merebut stasiun Manggarai dan Jatinegara. Lalu, pada 4 September pekerja juga merebut kontrol atas sistem tram dan pada 11 September mereka merebut stasiun radio.
Pada Perundingan Linggajati 12 November 1946, Belanda mengakui kekuasaan republik atas Jawa, Madura, dan Sumatera. Kedua pihak bersepakat bekerja sama membentuk federasi Negara Kesatuan Indonesia pada 1 Januari 1949, di mana Republik menjadi salah satu negara bagian dan ratu Belanda menjadi simbol pemimpin Negara Kesatuan Indonesia-Belanda. Perjanjian itu berlangsung sangat singkat, karena kedua pihak saling mencurigai dan memunculkan kontroversi politik di masingmasing negara.
19
Kongres IV Gerwani
1961
nama itu? Hanya di Barat kaum wanita dipanggil berganti nama. Padahal di sana pun ratu-ratu tidak menyukainya. Ratu Yuliana [dari negeri Belanda] tidak pernah dipanggil nyonya Benhard, bukan? Pada 1960 beliau lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ketika Dewan Nasional (Denas) didirikan untuk mendampingi Presiden dan Kabinet dalam membuat kebijakan, Trimurti ditunjuk untuk mewakili golongan perempuan. Begitupun ketika Denas berganti menjadi Dewan Perancang Nasional di bawah Muhammad Yamin, Trimurti terpilih kembali. Pada 1962 Trimurti dikirim ke Yugoslavia untuk belajar Worker Management, kesempatan ini beliau
gunakan untuk melakukan penelitian hubungan kerja di Eropa Timur dan Barat. Beliau mengunjungi hampir seluruh negeri Eropa dan mengumpulkan banyak buku relasi perburuhan untuk dijadikan referensi untuk buku yang akan beliau tulis. Beliau kembali ke tanah air pada 1964. Sayang buku-buku yang beliau kumpulkan tidak pernah sampai. Buku-buku itu tiba di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya pasca peristiwa1965. Buku-buku tentang perburuhan dianggap haram oleh rezim Orde Baru dan tidak diizinkan untuk diambil pemiliknya. Di masa kekuasaan Orde Baru Trimurti tidak pernah dilibatkan dalam perumusan kebijakan pemerintah Orde Baru. Ia lalu bergabung dalam organisasi pembangkang yang dikenal sebagai Petisi 50. Di • TAN MALAKA (1897 – 1948)
Berasal dari Minangkabau, Tan Malaka merupakan anggota awal PKI dan Liga Islam yang kemudian dibuang atas keterlibatannya dalam aksi politik pada 1922. Dia kemudian keluar dari jajaran kepemimpinan Partai Komunis setelah pemberontakan 1926-1927. Tan Malaka menjadi anggota utama Komintern dan terlibat dalam pembentukan partai komunis di Asia Tenggara. Dia kembali ke Indonesia pada 1942, dan muncul sebagai salah satu alternatif presiden pada awal revolusi. Dia ditahan di Yogakarta pada 1946 oleh pemimpin Republik, namun dibebaskan untuk membantu mengatasi peristiwa Madiun. Dia memimpin pasukan gerilya hingga terbunuh oleh militer Republik di awal 1948. Pengikutnya kemudian membentuk Partai Murba. • PERUNDINGAN RENVILLE
20
Perundingan diadakan pada Januari 1948, sebagai reaksi terhadap serangan militer Belanda pada 1947. Di atas kapal USS Renville, Belanda dan Republik menyepakati gencatan senjata.
DAFTAR PUSTAKA Adam, Ahmat. Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan. Jakarta: KITLV-Hasta Mitra, 1995. Anderson, Benedict. R. O’G. Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance 1944-1946. Jakarta: Equinox Publishing Indonesia, 2006. Blackburn, Susan. Women and The State in Modern Indonesia. New York: Cambridge University Press, 2004. Buchori, Mochtar. Evolusi Pendidikan di Indonesia: Dari Kweekschool sampai ke IKIP: 1852 – 1998. Jakarta: Insist Press, 2007.
organisasi itu dia ikut menandatangani ketidak setujuannya terhadap gagasan presiden Suharto untuk mengazas tunggalkan segenap ormas, lembaga politik dan lain-lain dengan Pancasila. Trimurti adalah salah satu penerima anugerah Satya Lencana Perintis Pergerakan Kemerdekaan yang disematkan oleh Presiden Soekarno pada 1965. Dia meninggal dalam usia lanjut berumur 96 tahun, pada 2008 di Jakarta.
Gouda, Frances. Dutch Colonial Overseas: Politik Kolonial di Hindia Belanda, 1900-1942. Jakarta: Serambi, 2007. Ricklefs, M. C. A History of Modern Indonesia Since c. 1200. Hampshire: Palgrave, 2001. Shiraishi, Takashi. Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1997. Toer, Pramoedya Ananta. Cerita dari Digul. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2004. Wieringa, Saskia Eleonora. Penghancuran Gerakan Perempuan di Indonesia. Jakarta: Garba Budaya dan Kalyanamitra. 1999.
• PERISTIWA MADIUN
• AGRESI MILITER II (1948)
Pada 1948, PKI berada di bawah kepemimpinan Musso. Sementara itu, mantan Perdana Menteri Amir Sjarifuddin yang berada di pihak oposisi pemerintah membentuk Front Demokratik Rakyat (FDR). Amir dan FDR menerima pimpinan Musso dan pada 1 September 1948 sebuah politbiro baru dibentuk, beranggotakan sejumlah tokoh PKI masa depan: Aidit, Lukman, Njoto dan Sudisman. Berbagai aksi demonstrasi, pemogokan, dan pendudukan tanah meningkat, sehingga menimbulkan ketegangan dengan angkatan perang pro pemerintah di bawah Nasution. Para pendukung FDR mengundurkan diri dari Solo ke Madiun, dan di sana mereka mengumumkan pemerintahan baru. Amir dan pimpinan PKI lainnya berusaha menguasai aksi ini, tetapi kabinet Sukarno-Hatta sudah menyatakannya sebagai kup Komunis. Soekarno menuduh Musso hendak mendirikan ‘pemerintahan Soviet’, sebaliknya Musso menuduh Soekarno hendak ‘menjual revolusi Indonesia kepada imperialisme Amerika, dan memikul tanggung jawab pimpinan pemberontakan Madiun. Pasukan pro pemerintah, menyerbu Madiun dan merebut kekuasaan dari tangan PKI. Tidak ada angka pasti terkait jumlah korban, namun diperkirakan ada 8000 orang meninggal dalam peristiwa itu.
Pada Desember 1948, Belanda merebut Yogyakarta dan semua kota besar di Jawa dan Sumatera. Tetapi aksi itu berakhir dengan kekalahan Belanda, karena muncul protes dunia atas penangkapan pemerintah Republik. Selain itu sejumlah kesatuan bersenjata Republik menyebar ke berbagai satuan gerilya sehingga menimbulkan kesulitan militer yang gawat di pihak Belanda. Sementara itu Amerika Serikat mengancam memutus bantuan rekonstruksi yang diterima Belanda melalui Marshall Plan. Akibatnya para pemimpin pemerintah Republik dibebaskan dan pasukan Belanda ditarik dari Yogyakarta.
21
22