MIMBAR
T
REDAKSI MENYAPA
ak terasa sudah delapan bulan perjalanan periode kepengurusan berlangsung. Tak terasa pula bahwa kini telah empat kali MIMBAR hadir ke hadapan pembaca sebagai alternatif sumber informasi dari dan tentang kelompok organisasi anak muda Adonara yang kini sedang menuntut ilmu di kota Karang ini. Hadir dan eksisnya media ini adalah kepercayaan tentang adanya kebutuhan akan informasi. Kami, yakin, segenap kita butuh Informasi yang tidak bias sehingga memilih memanfaatkan media dalam wujud seperti ini. Tentunya kami dari MIMBAR berharap bahwa media ini menjangkau seluas-luasnya kalangan pembaca sehingga aktivitas kelompok organisasi kita ini dapat dikenal dan diketahui setiap pihak yang berkepentingan. Salah satu diprioritaskan kami adalah kalangan anggota angkatan muda Adonara. Bagi kami, kebutuhan anggota akan media ini adalah salah satu keterlibatan dalam organisasi, sekurang-kurangnya berupa kesadaran untuk tahu aktivitas organisasi yang berjalan. Sajian informasi ini akhirnya akan menjadi referensi alternatif untuk menggali ide, berkonsep maupun melakukan aktivitas sebagai anggota maupun sebagai putra-putri Lewotana Adonara. Akhirnya, selamat beraktivitas, dan sukses melanjutkan apa yang mesti anda kerjakan hari ini. []
MIMBAR (Media Informasi Muda Berdaya Adonara) TERBIT SEJAK 2008 Diterbitkan oleh Lembaga Pers dan Penerbitan (LPP) Angkatan Muda Adonara– Kupang (AMA-K) Periode 2009/2010. Penanggung Jawab : Ketua Umum : Vitus P. Hally Makin, Pemimpin Redaksi : Simpet Staf Redaksi : Ign. Ama Helan, Vinsen Narek, Simpet Soge, Ismail Hamzah, Lay Out : Daris, Lermo, Usaha : Leonard Kurman Produksi dan Distribusi: Ibrahim Hanafi, Alwyst Atlan Alamat Redaksi : Jl.Shooping Centre–Oebobo, Kontak:085339013572, Web blog: http://reportmimbar.blogspot.com Kritik, saran, atau tulisan harap dialamatkan ke e-mail: ennieriantoby@yahoo.com 1
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
PROFIL dibicarakan untuk mengembangkan posisi pengungsi, dimana LAP seolah-olah didorong untuk bekerjasama dengan lembaga mereka. Ini yang kami tolak.” Jadi, usulan berasal dari bawah, dan pada LAP Timoris tidak ada intervensi dari atas. Ini berbeda dengan LSM “pelat merah” dimana mereka perlu perhatikan apa yang diinginkan oleh pimpinan instansi tertentu. Terkait aktivitas semasa mahasiswa, jebolan Undana ini mengaku tidak pernah masuk dalam struktur ormawa. Ia memilih berkiprah di organisasi ekstra kampus. Dengan ikut PMKRI, ia ikut proses LKTD sampai LKTM di Cibubur, Jakarta, pada tahun 1995, pada masa kepemimpinan Yohanes Eudes Wawa. Sama seperti profil aktivis mahasiswa kini, ia tentu saja tidak lepas dari aksi demonstrasi. Di jaman Soeharto waktu itu, ia pernah ikut aksi demonstrasi di Kefa dan juga Flores Timur pada masa kepemimpinan Bupati
Munthe. Dengan deretan aktivitas seperti itu, ia sendiri punya satu impian. “Saya mengimpikan hadirnya sebuah masyarakat dimana pendapat masyarakat dapat disampaikan sebebas-bebasnya. Saya impikan keadaan dimana ada partisipasi yang tinggi dari masyarakat terhadap pembangunan.dan saya harapkan ini bisa menjadi impian bersama.” Ktanya menutup perbincangan dengan MIMBAR (SMPT)
Nama : Hipolitus Mawar Alamat : Liliba TTL : Kenotan/Lamaole, 12 Agsutus 1971 Pendidikan: SD Lite SMP Panca Karya Lite SMA PGRI Larantuka Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
42
MIMBAR
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
PROFIL perjuangan di banyak bidang, tergantung pada isu apa yang menjadi perhatian mereka. Umumnya, pendekatan LSM ada dua macam, yaitu pendekatan karitatif dan pendekatan pemberdayaan. “Kami sendiri aktif melakukan pemberdayaan,” paparnya lebih lanjut. Menanggapi banyak tudingan miring yang melihat LSM sebagai agen-agen pelaksana keinginan negara-negara luar, pria kelahiran 12 agustus 1971 ini mengatakan bahwa apa yang dilakukan LSM tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan lmbaga pemerintah. “Itu tergantung cara pandang, di mana orang menganggap istitusi dialah yang lebih baik. Sama seperti LSM, pemerintah juga sebenarnya banyak bekerja dengan dana dari luar negeri.” Ia sendiri pernah mendengar orang mencap bahwa LSM kerjanya menjual kemiskinan. “Kita lihat saja, pemerintah juga
41
banyak bekerja dengan bantuan dana dari luar, semisal World Bank. Justru soal kedekatan, LSM banyak turun langsung,” Ia lalu menjelaskan mekanismenya bahwa lembaga dari luar menangkap isu global seperti isu lingkuangn hidup dan demokrasi, sedangkan LSM menjabarkan melalui kegiatan yang diusulkan oleh pihak LSM sendiri. Donatur mengambil isu yang menjadi perhatiannya, sedangkan LSM menyesuaikan dengan kondisi lokal. “Jelas, LSM bukan semata pelaksana keinginan dari luar,” katanya. Ia lalu mencontohkan bahwa pada LAP Timoris, sesuai akte pendiriannya, mereka memusatkan perhatian pada pengembangan demokrasi. Perancangan dan usulan program dibuat sendiri. LAP Timoris bahkan pernah menolak kerjasama dengan Usaid. “Waktu itu, pada tahap pertama kami melakukan pemantauan HAM, tetapi kemudian mulai
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
SAMBUTAN KETUA UMUM
Vitus Hally
S
“MENGOPTIMALKAN MOMENTUM”
ebagai insan beriman, marilah pada tempat pertama dan terutama, patutlah kita melantunkan nada penuh syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya atas perkenaan-Nya kita masih diberi ruang dan waktu menjalani aktivitas keseharian hidup kita. Sadar atau tidak, kini kita telah diantar sang waktu melewatkan tahun “kuda” dan beralih ke tahun “macan”. Ada banyak tugas yang telah kita selesaikan diatas pentas perjuangan pada kisaran waktu 365 hari yang lalu. Namun tak sedikit pekerjaan juga yang masih tertunggak diarena dedikasi selama setahun itu. Suka, duka, harap dan cemas pun senantiasa meliliti setiap desahan nafas perjuangan dan dedikasi kita. Kesemuanya itu perlu kita syukuri seraya memohon peneguhan dan kekuatan untuk menjalani misi perutusan kita dihari-hari yang akan datang. Hadirnya buletin edisi ini pun menjadi bagian tak terpisahkan dari kesemuanya. Sembari mempersiapkan diri menyongsong masa depan yang lebih cerah, momentum berbinah dan berbenah seperti yang sedang kita jalani saat ini harus secara optimal dimanfaatkan. “Ciptakan, jika tidak punyai momentum, dan manfaatkan jika ada momentumnya”, demikian pesan pendahulu. Tentunya, tanpa ada persiapan yang matang, pesan pendahulu ini akan menjadi sia-sia ibarat membuang garam ke laut. Dalam pada itu, kesiapan untuk tampil menjadi generasi dengan kompetensi yang diakui menjadi kemutlakan bagi sekalian kita yang melabelkan diri kader. Mari berbinah, berbenah, berdinamika dengan tetap memayungi diri dalam spirit organisasi “Puin Taan Uin Tou, Gahan Taan Kahan Ehan”. Selamat membaca,........
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN 2
MIMBAR
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
SAJIAN KHUSUS
MPAB IV: PERSIAPAN MENUJU PANGGUNG PENGABDIAN
“B
arangsiapa naik panggung tanpa persiapan, akan turun panggung tanpa penghormatan,” kalimat ini dilantangkan ketua panitia saat membawakan laporannya pada serimonial pembukaan Masa Penerimaan Anggota Baru (MPAB) Angkatan Muda Adonara-Kupang.
Menengok ke belakang, perjalanan panjang organisasi telah dilewati. Di depan, jalan panjang masih tak teramalkan. Tetapi upaya melewati jalan itu, termasuk pelakupelakunya harus dipersiapkan. Persiapan menuju “panggung” pengabdian alias gelekat Lewotana harus jadi prioritas. Oleh karenanya, Angkatan Muda Adonara Kupang melalui program kepengurusannya mengagendakan Masa Penerimaan Anggota Baru (MPAB) selama tiga hari ini sebagai garda pertama proses persiapan. 3
Langkah awal penggemblengan calon kader ini diikuti enam puluh empat anggota baru, dimulai tepat jam 20.00 di aula Yayasan Peduli Sesama (SANLIMA), Penfui, Kupang 23 Oktober 2009. Mereka berasal dari berbagai kampus yang tersebar di seluruh kota Kupang, juga berangkat dari wilayah yang berbeda di seputar pulau Adonara. Kegiatan dibuka oleh Gubernur Frans Leburaya selaku pemerintah wilayah. Hadir saat itu kakak Klemens Kesule Hala dari Ikatan Keluarga Adonara (IKA), undangan dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang-Kupang, Husen Riang Borot mewakili alumni, dan beberapa undangan lain. Peserta tampak khidmat menyimak acara demi acara pada serimonial pembukaan itu. Pengutan-penguatan, harapan, dan sumbang saran banyak diberikan oleh pemerhati pengkaderan anak muda dalam sambutan mereka. Semuanya
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
PROFIL pekerjaan yang diperuntukkan bagi kesejahteraan masyarakat, tetapi bagi pria kelahiran Kenotan, Kecamatan Adonara tengah ini, ia memilih bekerja secara riil di masyarakat, yaitu melalui LSM. Sejak dibentuknya LAP Timoris pada 1999, ia awalnya bekerja sebagai tenaga staf bagian advokasi. Selanjutnya, ia dipercaya sebagai koordinator keuangan untuk empat program pengungsi. Setelah sukses pada posisi itu, ia akhirnya dipercaya menjadi direktur. “Kini, saya sedang berpikir supaya ada yang dikaderkan sebagai pengganti,” katanya dengan nada berkelakar. Yang dilakukan oleh LAP Timoris adalah pemberdayaan (empowerment) di bidang keadilan dan demokrasi. Kegiatan yang berjalan di antaranya adalah mendorong demokrasi, keadilan, dan juga perjuangan pemenuhan kebutuhan secara non karitatif. Salah satu contohnya adalah perjuangan PERDA legiaslasi di kabupaten Lembata. Melalui
kerjasama dengan masyarakat dan juga Dinas Kehutanan, Perda tentang pengelolaan hutan berhasil diasistensi pada 2002. “Di sana, kami mendorong masyarakat untuk mengelola tanpa merusak hutan”. Terjun langsung dengan warga, LSM ini mendorong masyarakat untuk ikut proses perjuangan itu. Bagi LAP Timoris sendiri, alasan masyarakat dilibatkan adalah karena kegiatan pengelolaan hutan oleh masyarakat sebenarnya juga merupakan aktivitas pemeliharaan. Deretan aktivitas lain yang dilakukan LSM ini adalah melakukan advokasi HAM, advokasi pengungsi dan juga pendidikan HAM. Tercatat, LAP Timoris sudah bekerja selama lima tahun untuk pendidikan HAM di tingkat warga. Secara umum, pria yang menjalani pendidikan dasar sampai menengah di tanah Lamaholot ini mengatakan bahwa LSM sendiri masing-masing punya
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN 40
MIMBAR
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
PROFIL Hipol Mawar:
Terlibat dalam Pemberdayaan. Empowerment alias pemberdayaan. Kata yang kerap didengungkan banyak pihak. Tidak kurang pula yang peduli terhadap isu itu, terutama isu pemberdayaan masyarakat. Kiprah pemberdayaan sendiri pun bukan hal yang sepele demi majunya masyarakat warga, civil society. “Ada kepuasan tersendiri ketika bekerja langsung dengan masyarakat,” cetus Kaka Hipolitus Mawar ketika diwawancarai di kantornya. Lewat Lembaga Advokasi dan Pemberdayaan (LAP) Timoris, aktivitas pemberdayaan tak putusputusnya ia tekuni selama lebih dari sepuluh tahun ini. Ketika MIMBAR bertandang pada 16 Februari lalu, ia mengatakan bahwa ketertarikannya untuk terlibat dalam pemberdayaan masyarakat muncul karena aktivitasnya di LSM semenjak tamat pendidikan. 39
“Awal terlibat dengan LSM adalah ketika saya ikut penelitian tentang tenaga surya yang diselenggarakan oleh salah satu LSM. Karena ajakan teman-teman, saya lalu menjadi wartawan. Terakhir, karena tetap ada dorongan kuat untuk berbuat langsung kepada masyarakat, saya kembali ke LSM dengan masuk ke LAP Timoris,” ia menjelaskan. Memang, ada banyak
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
SAJIAN KHUSUS bernada optimis. Pidato OKP Nasional yang diwakili oleh GMNI cabang Kupang mengajak kader AMA-K yang ikut dalam MPAB ini untuk ikut memiliki jiwa perjuangan meski ikon perjuangannya berbeda-beda, sesuai kondisi masing-masing. “Mari kita bersama-sama berjuang tanpa terkooptasi kepentingan pragmatis,” katanya sungguh-sungguh. Ia menilai, mayoritas kaum muda sekarang tidak peduli pada perjuangan serupa. “Sebagian besar lebih bergaya hedonis, mengejar kesenangan semata,” katanya lagi. Ia mengundang komitmen para calon anggota untuk ikut bergerak mempertahankan perjuangan sebagai moral force. Baginya, momentum ini adalah momentum memperkenalkan spirit organisasi AMA-K. Dengan mengikuti kegiatan selama beberapa hari ini, para peserta telah menepis stigma mahasiswa “kampus kos, kampus kost”, yang apatis terhadap kepentingan bangsa. Ia meminta anggota baru untuk menjadikan AMA-K sebagai awal pematangan diri sebagai kader calon pemimpin
daerah bangsa dan Negara, untuk selanjutnya berkumpul dengan daerah lain lewat OKP nasional. Abang Husen Riang Borot mewakili senior dalam sambutannya mengatakan bahwa dengan mengikuti pawai pembinaan, seorang anngota harus menanamkan prinsip bahwa seorang anggota AMA-K pastilah seorang kader. Harus ditanamkan kesan positif bahwa dengan AMA-K masyarakat kini dapat dibuat menjadi masyarakat yang lebih baik. Di wadah seperti ini, segenap anggota mampu mempersatukan diri, dan memberi dukungan bagi pembangunan masyarakat. Dengan cara ini, AMA-Kupang turut ambil bagian dalam pembangunan masyarakat. Klemens Kesule Hala selaku ketua ikatan keluarga Adonara menegaskan bahwa kegiatan ini dilakukan atas keprihatinan terhadap bangsa sampai kini tetap hidup dalam kemiskinan, kesenjangan dan lainnya. Ini adalah tanggungjawab bersama, termasuk tanggungjawab AMA-K. Ia lalu menegaskan bahwa
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
4
MIMBAR
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
ANEKA
SAJIAN KHUSUS lewat proses ini, AMA memanggil dan anak muda Adonara menjawab dengan cara menempa diri sehingga bisa mengurangi kemiskinan, kebodohan, kesenjangan (3K). “Senior harus mampu lakukan tugasnya mengumpulkan adik-adik dari berbagai kampung, kecamatan, untuk bisa berkumpul bersama supaya mengenal dengan baik spirit AMA-kupang,” katanya. Dalam kegiatan itu, berbagai materi dasar teknis disampaikan untuk mempersiapkan peserta mampu manjalankan kehidupan organisasi. Meskipun berjalannya kegiatfan dilakukan di tengah terik panas dan berlokasi di luar kota Kupang, kegiatan tetap berjalan dengan baik. Bangga diserahi tanggungjawab Ina Enny Riantoby selaku ketua panitia ketika dihubungi MIMBAR di sela-sela kegiatan mengatakan, persiapan kegiatan ini telah dimulai sejak rapat pembentukan panitia tanggal 27 september 2009. ia menilai, sepanjang pelaksanaan kegiatan, koordinasi panitia cukup
5
bagus. Kegiatan sudah dipersiapkan matang sejak awal, tetapi tiap seksi kurang aktif pada saat kegitan hendak dimulai. Ketika kegiatan telah diadakan baru keaktifan panitia ada. Ini adalah tantangan, dimana konsolidasi teman-teman panitia sering jadi yang sulit bagi ketua panitia. “Banyak hal yang menghambat antara lain karena tidak punya nomor kontak, tidak diketahui letak tempat tinggal masing-masing atau karena memang tidak mau aktif” katanya. Aktivis AMA-K yang mengaku baru pertama kali memimpin kegiatan sebagai ketua panitia ini mengakui tantangan lainnya bagi panitia pelaksana, demikian kata ina Enny Riantoby, adalah kesulitan finansial. Finansial sebelum kegiatan benar-benar tidak mendukung. Pada saat h-3 dan h-4 baru dana siap. Ia mengakui bahwa saat pertama kali ditunjuk, ia merasa bangga, senang, sekaligus takut ketiak memegang tanggungjawab besar ini. Ketua panitia mengharapkan agar kekompakan yang telah dibangun oleh panitia tidak hanya
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
……………………dari halaman 13 bahwa kedua hal tersebut tidak bisa dipisahkan namun saling keterkaitan dan saling melengkapi agar terjadinya keseimbangan antara budaya pendidikan dan budaya itu sendiri. Cendrung pula kebutuhan yang dikeluarkan sehari-hari untuk budaya lebih tinggi daripada sumbangsih yang diberikan kepada dunia pendidikan. Budaya kita masih bersifat pesta atau konsumtif dari pada kreatif. Perdana Menteri Inggris CHURCHIL, WINSTON mengatakan bahwa komunitas yang kreatif bukan hanya tahu mengkonsumsi tapi selalu eksplorasi denga`n kreatif yang baru. Jadi pertanyaan bagi kita yang hidup zaman ini, kita pada posisi mana? Generasi pesta/konsumtif atau generasi kreatif?? *) Alumni FKIP Bahasa Inggris UKAW, Anggota AMA-Kupang
“Ini pedoman pencarian arah.” Terang Bapak Pembina di kertas simulasi peta desa. “Pakai kompas, arah mata angin, atau arah kenampakan alam. Kita pakai ini sepanjang penjelajahan.” “Regu kita banyak, sehingga kita kekurangan kompas. Ada yang punya usul?” “Pakai dua pilihan lainnya, atau pakai tanda jejak arah dan petunjuk.” “Bagaimana kalau dalam petunjuk disebutkan arah gunung?” “Gunung terlalu lebar sehingga tidak bisa membidik arah dengan tepat” “Kalau puncak gunung?” “Mungkin bisa.” “Kalau Ille belegayeng?” “Protes, Pak. Itu gunung, sesuai namanya bisa berubah tempat. Jadi, tidak bisa dijadikan pedoman arah.” “Itu Cuma dongengan penduduk. Gunung itu benda alam yang tidak bisa bergerak.” ….Bersambung ke Edisi berikut
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN 38
MIMBAR
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
ANEKA ..................dari halaman 8
menentukan pilihan mereka jelang pilkada Flotim Ini,” komentar Ama Arifin Atanggae yang kini menjabat Presiden Fordikma (Forum Diskusi Mahasiswa Adonara) Dijelaskan oleh ketua umum AMA-K bahwa kegiatan ini dilakukan atas inisiatif ketua umum bekerjasama dengan Bidang penalaran dalam struktur kepengurusan AMA-K. Ia menjelaskan pula bahwa dialog ini sebenarnya merupakan lanjutan dari materi pada MPAB yang juga digelar AMA-K empat hari sebelumnya. “Saya meminta pula supaya ada tindak lanjut dari kegiatan ini yakni bahwa hasil diskusi dari sana kembali didiskusikan secara intens dan ditindaklanjuti dengan melahirkan rekomendasi,” katanya. Ia mengakui pula bahwa kegiatan serupa ini baru digelar oleh AMA-K. (SMPT)
37
……………………dari halaman 11 Saat sedang menangkap, air memenuhi kolam dengan cepat. “Air cepat penuhnya, padahal sudah ada pembagian ke jalur pipa” teriak Adi dari jauh. “Sepertinya ada yang aneh? Ya! Artinya tidak ada air yang mesuk ke jalur pipa.” “Saya periksa.” Bak penampung dipasang tepat di tepi aliran sedangkan bak pengumpan ada tepat di mata air. Edo buka bak pengumpan. Ia temukan kebocoran di sana. Dasar bak terkikis air sehingga tidak ada air yang masuk. Saat itu, mereka dipergoki kepala tukang. Edo laporkan kerusakannya. “Sudah saya tahu sebelumnya. Dan saya juga tahu, kalian anak nakal di sini. Sekarang kalian pergi, dan jangan katakan ini kepada siapapun.” Besoknya, air hidram mengalir kembali. ....................................................... Penjelajahan saat perkemahan peringatan hari pramuka. Gudep SD Inpres A punya tiga regu putra dan putri.
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
SAJIAN KHUSUS terjadi saat ini tapi tetap dipertahankan. Kepada peserta ia mengharapkan agar terus berproses, jangan hanya pada proses mpab ini. Untuk steering, ia mengharapkan agar tetap mendampingi panitia agar kegiatan tetap terarah dengan baik. (SMPT)
K
omentar peserta
Sarina Eka Pehan, salah satu dari enam puluh empat peserta mengatakan, ia sangat tertarik menjadi anggota AMA-K. “Alasan saya,” katanya, “karena AMA-K merupakan sebuah organisasi yang menghimpun orang-orang muda Adonara yang di kota Kupang dan juga merupakan sebuah wadah yang membina mental serta kepribadian menjadi pemimpin di masa depan.” Menurut mahasiswa asal Honihama ini, target yang ia capai setelah mengikuti proses ini adalah bisa menjadi kader pemimpin di masa yang akan datang. Oleh karena itu, ia pun turut aktif mengajak teman-temannya meski kebanyakan menunda untuk ikut kegiatan serupa. Ketika ditanyai tentang aktivitas organisasi yang mesti
meninggalkan tugas pokoknya sebagai mahasiswa, ia mengatakan tidak merasa rugi karena di organisasi AMAia mendapat banyak hak baru yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya, misalnya latihan kepemimpinan lewat penyelenggaraan rapat dan sebagainya. Memang, gadis asal FKIP Bahasa Inggris UKAW ini tidak pernah mengikuti organisasi yang bertaraf lokal ataupun nasional sebelumnya. Ia pun tidak pernah mengikuti kegiatan AM-K sebelumnya. Tentang alokasi waktu kegiatan, ia mengatkan sudah cukup kerena semua kegiatan dijalankan tepat waktu dan materinya pun sudah memadai. Gadis yang menyukai semua materi yang di paparkan berpesan untuk ama terus berkarya untuk mengharumkan mana lewotana Adonara. “saya menyukai semuanya karena semua materi yang di paparkan sangat penting dan bisa mendidik dan menjadikan kami pemimpin di masa depan” katanya di sela-sela waktu istirahat. Bersambung ke hal. 30
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
6
MIMBAR
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
ANEKA
SAJIAN KHUSUS
R
DIALOG PUBLIK DIGELAR AMA-K
embug tentang pembangunan di Flores Timur, baik formal maupun nonformal telah jadi hal umum bagi segenap masyarakat yang peduli. Tema ini pun selalu terasa aktual sepanjang perjalanan Flores Timur. Ia muncul dalam bentuk refleksi, persuasi, telaah akademis, maupun masukan kritis. Ia hadir dan berlangsung sejak dari pangkuan Lamaholot sampai di luar Lamaholot. Kini, rembug yang sama menjadi perhatian Angkatan Muda Adonara Kupang dengan menggelar diskusi publik. Kalangan eksekutif pun dihadirkan. Dialog antara AMA-K dengan Wakil Bupati Flotim digelar di aula Dinas Koperasi di jalan Palapa (Rabu, 28 oktober 2009). Kegiatan yang mengambil tema “Quo Vadis Flores Timur” ini dihadiri oleh lebih dari seratus anggota AMA-K, pengurus, undangan dari OKP dan alumni AMAK. Dalam dialog tersebut, Wakil Bupati memaparkan secara panjang lebar geliat pembangunan selama ini di Flores Timur untuk mendapat masukkan dari audiens yang sebagian besarnya adalah mahasiswa yang tergabung dalam
7
Angkatan Muda Adonara-Kupang. Dialog dilakukan dalam dua sesi. Sesi pertama menghadirkan Yosni Herin dengan moderator Rudi Tokan sedangkan sesi kedua dibawakan oleh Abdul Azis Key Tokan dengan moderator Husen Riang Borot. Membedah topik yang sama, Abdul Azis Key Tokan yang telah lama malang melintang di dunia jurnalistik banyak memberikan masukan cerdas tentang pola pikir pembangunan dengan bersandar referensi terpercaya. Tak ketinggalan pula ajakan untuk menjadikan pembangunan di Flotim menjadi perjuangan segenap pihak dengan caranya masing-masing. Tanggapan dan pertanyaan muncul beragam dari forum, menandakan apresiasi yang tinggi terhadap topik yang dibawakan. Tetapi karena dibatasi waktu, diskusi tersebut terpaksa meninggalkan sejumlah peserta yang masih belum diberi kesempatan bertanya. Menurut Junaidin Harun, ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kupang yang turut datang, diskusi dengan menghadirkan Wabup Yosni Herin sebagai pemateri adalah hal yang tepat karena ia
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
berarti apa-apa. Orang kota sekarang kehilangan kesegaran daun bayam karena memang telah lama mendekam dalam freezeer. Orang-orang kota kehilangan kesegaran jeruk padahal jeruk SoE yang dijual dipetik langsung dari pohon dan dijual di kota. Lebih baik kita mengkonsumsi pangan llokal daripada jajahan di pinggir jalan yang tentunya dari segi kesehatan kurang terjamin. Sebuah kesimpulan sederhana dari kampanye pangan lokal ini adalah semua yang lokal itu tidak lebih rendah karena yang lokal adalah warisan nenek moyang kita sendiri, yang luhur, baik dan indah, sedangkan yang datang dari luar itu tidak selamanya mengancam, buruk dan perlu dicurigai. Mengakhiri kampanye pangan lokal ini saya ingin menggugah nurani kita akan perjuangan petani untuk menghasilkan bahan pangan buat kita lewat sebuah puisi saduran. ……………………dari halaman 11 memperhatikan daya kalangan akar rumput.
Ratapan Petani Kecil Aku ini sakit Sementara kalian berseminar tentang keadaanku Aku ini lapar Sementara kalian menumpuknumpuk laporan tentang keadaanku Aku ini telantar Dan kalian masih melakukan konferensi yang kurang berarti Kalian menyelidiki semua yang menjadi kekhawatiranku Namun sampai sekarang aku ini tetap sakit, lapar dan telantar “Mari bergandeng tangan sehati sesuara membangun NTT baru. Hidup pangan lokal. Hidup petaniku” *), Anggota AMA-K (Naskah pernah diikutkan dan Meraih Juara I pada Lomba Pidato Pangan Lokal NTT mewakili
Orang Muda Katolik Paroki Sta. Maria Assumpta Kota Baru Kupang)
serap
*)Mahasiswa FKIP Undana, Anggota Angkatan Muda Adonara Kupang
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
36
MIMBAR
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
ANEKA untuk mengkonsumsi pangan lokal. Pertama, NTT adalah provinsi yang terdiri dari pulau-pulau yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam yang belum semuanya digali. Dengan keadaan ini tentunya kita harus bersyukur karena kita tidak kekurangan lahan untuk pertanian. Yang perlu diperhatikan adalah pengolahannya jangan lagi dengan cara membakar hutan. Selama ini usaha untuk mengembalikan kesuburan tanah dengan cara yang mudah dan murah sangat jarang dilakukan. Jika tanah tidak lagi subur tentunya hasil produksi pertanian yang kita peroleh akan menurun pula. Lahan yahng seuebur akan memberikan hasil yang makmsimal bila tidak ada gangguan berupa hama, penyakit, kebakaran dan sebagainya. Hasil produksi pertanian yang meningkat lama-kelamaan akan mengubah pola hidup petani, dari produksi untuk konsumsi ke produksi untuk perdagangan. Di sini usaha intensifikasi pertanian perlu diberi
SAJIAN KHUSUS
perhatian. Tentunya iklim politik yang diciptakan oleh pemerintah juga mendukung petani. Kedua, telah banyak hasil penelitian yang menunjukan bahwa kualitas bahan pangan seperti buahbuahan dari NTT kualitasnya sangat tinggi bahkan bersaing dengan buahbuahan dari luar NTT, kenapa kita harus sungkan untuk mengkonsumsi hasil alam kita sendiri. Hanya saja yang perlu dihindari adalah pandangan bahwa sesuatu yhang datang dari luar itu buruk, harus dicurigai serta mengancam. Kita harus menghilangkan image bahwa yang datang dari luar itu lebih bagus dan unggul sedangkan yang lokal itu biasabiasa saja atau kuno. Untuk itu kita perlu menghargai hasil usaha dasli kita sendiri karena yang asli itu adalah sesuatu yang luhur, baik dan indah. Ketiga, sebagai orang kota yang katanya berpendidikan harus kita kurangi konsumsi fast food karena dengan demikian usaha atau kampenye pangan lokal tentunya tidak
BADAN PENGURUS ANGKATAN MUDA ADONARA-KUPANG mengucapkan
P
R
O F I C I Atas wisudanya ∗
35
A
T
∗ Kasmir Helan, S.Pd Ama Karolus Kaya, SH
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
sendiri adalah pelaku dari kegiatan pemerintahan selama ini sehingga dia cukup tahu tentang keadaan Flores Timur saat kepemimpinannya. “Dari apa yang dia kemukakan, dapat dicari tahu solusi tentang persoalan nyata Flores Timur sebagai rujukan bagi siapa saja yang hendak membangun Flores Timur, terutama bagi para calon kandidat yang hendak bertarung menuju kursi Flotim satu dan dua yang hendak digelar,” lanjut Ama Juned saat ditanyai komentarnya. Sedangkan bagi AMA-K, tegas
Ama Juned, sudah termasuk kewajibannya untuk memberikan pikiran bagi Flores Timur karena AMA-K sendiri anggotanya adalah kaum intelektual dari Flores Timur. Beberapa anggota sendiri menyarankan agar kegiatan yang sama bisa digelar dengan menghadirkan para kandidat yang tentunya juga bisa saling bertukar konsep tentang pembangunan di Flotim. “Dengan menghadirkan pembicara lain, bisa diperoleh pembanding sehingga menjadi rujukan konstituen untuk menilai dan Bersambung ke halaman 37
Teman-teman diminta berpartisipasi di LPP (Badan Semi Otonom yang mengurus Pers dan Penerbitan) Angkatan Muda Adonara untuk posisi dan persyaratan 1. Layout 9 Familiar dengan program oleh kata dan grafis 2. Editor 9 Diutamakan bagi yang pernah atau sedang belajar di jurusan Bahasa 9 Familiar dengan program pengolah kata 3. Reporter 9 Komunikatif 9 Mampu menulis cepat 4. Usaha 9 Diutamakan bagi yang sudah atau sedang belajar pada jurusan ekonomi/ sejenis. Bagi yang berminat harap mengisi lembaran “data kontak” yang bisa diperoleh di sekretariat AMA-K atau menghubungi Ama Rahman Gewalik
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
8
MIMBAR
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
OPINI
Membawa Pendidikan ke Kalangan Akar Rumput
K
Oleh: Maria M. Leyn*)
etika saya menulis ini, ada beribu hal memprihatinkan sedang terjadi di bidang pendidikan. Contoh puncaknya, telah didirikannya begitu banyak lembaga pendidikan di negara katulistiwa ini, terutama pendidikan pertanian, ternyata tidak berpengaruh banyak dalam meningkatkan kondisi pertanian, sektor yang dihidupi oleh sebagian besar penduduk. Di sini, relevansi pendidikan yang telah dan terus berjalan kembali dipertanyakan. Lembagai pendidikan seolah jauh dari tempatnya berada. Di NTT sendiri, kualifikasi para pakar pertanian dan peternakan ternyata tidak banyak mendongkrak pendapatan per kapita dari sektor ini. Inilah harapan yang kandas. Lain lagi, kegiatan pembangunan lebih berorientasi proyek yang tidak
9
menguntungkan masyarakat akar rumput, merambah hampir ke segenap bidang. Contohnya, pada program NTT provinsi jagung, bibit yang didatangkan adalah bibit jagung hibrida yang menguntungkan pihak pedagang atau pemasok bibit. Petani kewalahan karena kultur bertani yang terjadi adalah kultur subsisten, bukan untuk bahan mentah perdagangan. Secara nasional pun, kegiatan pendampingan masyarakat petani ternyata berupa reproduksi massal dari suatu model yang diketahui berhasil di suatu tempat. Ini terlihat misalnya pada BIMAS, dan akhir-akhir ini dengan studi banding yang banyak dilakukan sejumlah pemda. Kesuksesan penerapan di tempat lain secara keliru dianggap dapat diterapkan secara masal tanpa memperhitungkan daya serap
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
ANEKA cerita para tetua, jagung sudah di konsumsi sejak dulu dan menjadi makanan pokok. Jagung diolah dan dijadikan santapan dengan beragam sayur, ubi-ubian dan lauk yang bergizi. Dengan tingkat pendidikan yang kurang memadai saat itu namun intusi masyarakat tentang makanan yang beragam, bergizi dan berimbang, sudah cukup memadai. Anehnya berita mengenai kelaparan dan kurang gizi hampir jarang didengar seperti dewasa ini. Jagung selain sebagai sujmber karbohidrat, juga merupakan sebagai sumber protein yang penting dalam bagi tubuh. Adapun kandungan gizi utama pada jagung adalah zat pati yaitu sekitar 72-73%. Pada jagung pulut (waxy maize) 93-100%. Pada jagung juga terdapat kadar gula sederhana (glukosa, fruktosa dan sukrosa) yang berkisar antara 1-3%. Selain itu, kandungan protein jagung berkisar antara 8-11% dan terdiri antara lima fraksi, yaitu: albumin globulin, prolamin, glutelin, dan nitrogan nonprotein. Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E juga terdapat pada jagung sebagai pemenuhan zat gizi mikro. Vitamin ini fungsinya sebagai antioksi dan alami. Dengan adanya kandungan vitamin ini maka dapat meningkatkan imunitas tubuh dan menghambat kerusakan degenaratif sel. Jagung juga mengandung berbagai mineral esensial,
seperti K, Na, Ca dan Fe. Sebenarnya banyak sekali kandungan gizi yang perlu diinformasikan kepada masyarakat tekait usaha kembali ke pangan lokal. Terkait dengan usaha pola makan beragam, bergizi dan berimbang, dengan mengkonsumsi jagung sebagai bahan plangan pokok maka dapat terhindar dari busung lapar, tetapi akan rawan gizi. Hal ini dikarenakan oleh kandungan asam amino lisin 0,05% serta 0,225% triptofan. Dengan demikian mengkonsumsi jagung dengan kacangkacangan ternyata memberikan kita gizi dan vitamin yang tinggi yang tidak kalah dengan bahan pangan lain seperti beras. Sayangnya data karakteristik terinci gizi varietas jagung Indonesia masih sangat terbatas. Hal ini perlu kita perhatikan bersama agar jagung tidak hanya ditingkatkan dari segi produksinya saja tetapi juga mutu gizi dan pemanfaatannya yang beragam, bergizi dan berimbang Mari Kembali ke Pangan Lokal Ajakan untuk mengkonsumsi pangan lokal memang hnbarus terus menerus kita lakukan dengan kerjasama oleh pemerintah dengan praksisindustri, kalangan intelektual, media massa, tokoh agama dan sdelurujh elemen masyarakat. Ada beberapa hal yang perlu kita lihat bersama dalam rangkaian kampanye pangan lokal dan lebih bersifat ajakan
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN 34
MIMBAR
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
ANEKA
OPINI
Dari hal 16
diperoleh bila makin beragam pangan yang di konsumsi. 3B sendiri dapat dijabarkan dalam pengertian yaitu keseimbangan antar asupan zat gizi dengan kebutuhan dan berimbangnya kebutuhan antar kelompok pangan serta berimbangnya jumlah antar waktu. Keragaman bahan pakan yang di maksud harus meliputi pula keragaman kelompok pangan pokok seperti nasi jagung, nasi jagung kacang, nasi ubi kayu, ragam lauk pauk seperti daging ikan, telur, tahu/tempe, sayur sayuran seperti daun ubi kayu, bayam dan sebagainya, serta buah-buhan seperti pepaya, pisang dan lain-lain. Pangan 3B adalah pangan sebagai sumber zat tenaga, zat pembangun dan sumber zat pengatur. Sala satu penyebab berbagai kasus seperti gizi buruk dan kematian di NTT adalah masalah kurang gizi, busung lapar dan sebagainya. Melalui media massa kita ketaehui begitu banyak kampenye dan begitu banyak kebijakan pemerintah daerah NTT untuk kembali kepangan lokal, tentunya tujuan akhir yang diharapkan adalah agar masyarakat bisa hidup sehat dan sejahtera. Pemerintah sangat serius untuk ghal yang satu ini. Seiring dengan semakin banyak aksi yang dibuat, kurang gizi dan kelaparan sepertinya semakin bertambah. Dimanakah letak akar masalahnya ?. ketika belum ada program beras miskin, 33
data orang miskin tidak membengkak seperti ketika program itu belum digulirkan. Apakah memang makan nasi lebih tinggi derajatnya daripada makan jagung, ubi atau pisang ?. Apakah kita harus mati kelaparan diatas tanah yang subur untuk pertanian jagung, ubi, pisang dan sebaggainya ?. Melalui kampanye kembali kepangan lokal ini saya mau mengajak kita untuk sedikit berubah pola pikir kita tentang pangan lokal yang ada di daerah kita NTT. Sebenarnya pangan lokal yang ada di daerah kita, kandungan gizi dan vitaminnya sangat baik untuk tubuh. Kurangnya informasi mengenai kandungan gizi ddan vitamin serta teknik pengolahan yang kurang berfariasi menyebabkan pangan lokal yang ada di sekitar kita kurang diminati untuk dikonsumsi. Misalnya pengolahan ubi hanya dengan cara di potong – potong lalu direbus akan membosankan untuk di makan. Tetapi bila di parut dan ditambahkam kelapa kemudian dikukus tentu citarasanya akan membuat orang ketagihan. Memang sangat sederhana alasan ini karena hanya merubah pola pengolahan pangan lokal saja. Namun hal ini jangan kita anggap sepele karena dampaknya cukup besar tegrhadap minat dan kesejahteraan secara ekonomi. Salah satu pangan lokal di daearah NTT adalah jagung. Menurut
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
dan sumber daya pelaksana di lapangan. Kegiatan pendampingan ini pun akhirnya menjadi program yang tidak memperhitungkan kondisi lokal. Sementara itu, kegiatan pendampingan berkelanjutan hampir tidak pernah dilaksanakan sementara potensi untuk itu ada dengan melihat banyaknya lembaga pendidikan pertanian. Pendidikan solusi
sebagai
penyedia
Proses pendidikan dapat dilihat sebagai suatu model pengalihan pengetahuan dan teknologi secara berkesinambungan dari masa ke masa dan dari tempat ke tempat lain. Bisa dianggap bahwa segala pengetahuan terbaik manusia telah dan terus dihimpun, diseleksi, dan diteruskan kembali lewat pendidikan. Demikian pula pengetahuan mengenai
pertanian, yang mencakup kondisi tanah, iklim, musim, tanaman dan lain sebagainya yang sangat penting bagi kegiatan keseharian masyarakt akar rumput. Sungguhpun begitu, pengetahuan sebagai hasil pendidikan seperti ini tidak akan bernilai sejauh ia tidak dibawa ke masyarakat. Stretegi mengantar pengetahuan ini ke masyarkat pun perlu dipikirkan sesuai konteks, misalnya dalam model pendidikan masyarakat. Pendidikan masyarakat merupakan salah satu cara untuk membawa pengetahuan yang selama ini hanya menjadi milik kalangan menengah (banyak rujukan melihat kalangan civitas akademica sebagai kalangan menengah Indonesia) menjadi milik kalangan masyarakat bawah. Ini mesti dilakuan kalau hendak berbuat relevan dengan
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
10
MIMBAR
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
OPINI kondisi lokal. Selama ini, pembawaan pengetahuan itu mengikuti model penyuluhan.Tetapi model penyuluhan pun harus dapat dilihat sebagai proses pendidikan. Penyuluhan selama ini seolah-olah hanya sering dilihat sebagai proses transfer pengetahuan teoritis, bukan suatu proses dengan pendekatan pedagogis yang matang. Padahal penyuluhan sebenarnya adalah proses pendidikan, dimana berbagai aspek pendidikan mesti diperhatikan. Dalam kerangka pendidikan, peserta didik di sini tidak punya tujuan yang sama seperti murid atau siswa sekolah yang menuntut ilmu. Orientasi mereka bukanlah untuk perkembangan ilmu mereka tetapi untuk mendapat petunjuk bagi kegiatan sehari-hari. Yang relevan bagi masyarakat hanyalah pedoman praktis untuk kegiatan mereka. Jadi, harus dapat 11
ANEKA
dibedakan bahwa pengetahuan yang dibawa ke sana bukanlah pengetahuan teoritis yang terstruktur dan mengikuti kaidah meotdologis tetapi pengetahuan praktik. Meskipun begitu, pendekatan yang dilkakukan adalah pendekatan akademis. Kita bisa mencari alasan psikologis bahwa ada perbedaan antara pendidikan biasa dan pendidikan orang dewasa. Perbedan psikologis tersebut haruslah dipahami secara mendalam dari ilmu pendidikan, bukan ilmu-ilmu teknis rekayasa (keinsinyuran). Jadi, ujung tombak penyuluhan mesti punya dasar ilmu pendidikan yang kuat dan punya koordinasi dengan para praktisi serta akademisi. Saluran transfer pengetahuan dan teknologi ke masyarakat harus melewati tahap ini. Penyuluhan akhirnya dilihat sebagai proses pendidikan yang
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
Bersambung ke halaman 36
Dari halaman 26 kata seseorang seperti sedang monolog, “sampai tua?” “Maksudmu?” bertanya Suban “Dari muda kita tetap memegang tofa. Sampai kini. Dan seterusnya?” Ola tak menjawab. Hanya memandang laut. Bisu sejenak ketika serentak sebuah kata secara tak sadar diucapkan “Ke mana setelah ini?” Ara menoleh. Seperti dikomando, kata itu diucapkan serentak oleh Ola dan Suban. ................................................... “Hey. Lepaskan dulu kertasmu itu.” Suara Ibu menghentikan Ara. “lihat teman-temanmu di luar, sementara kamu menulis cerpenmu terus.” Ara simpan kertasnya. Menyambut kedatangan teman-teman di kostnya. “Selamat. Kamu lolos akhirnya.” Pria pertama memeluknya. Sahabat di kota ini. Menyusul teman lain ketika di sakunya, tiba-tiba ada deringan telepon. Ara tunda sampai pria paling
ujung menyalaminya. “Halo?” Sebuah nomor asing. “Ara. Ini dengan Pak Ola” “Oh, ya?” “Kini di Malaysia. Kudengar kamu wisuda hari ini, maka kutelepon. Selamat sukses ya.” .................................................... Seperti baru minggu lalu mereka masih sama-sama didera oleh panas siang di pojok ladang. Pak Ola sudah jawab sendiri pertanyaannya. Ia memutuskan jadi TKI. Pertanyaan yang sama kini menghantui kepala Ara. Litani yang sama. “Ke mana setelah ini?” Teringat ia kertas yang belum selesai ditulisnya. Ia mesti punya jawaban kini.[]
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
32
MIMBAR
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
ANEKA yang lain mendengarkan, “benar tuh kata kakekmu, mending kamu berladang saja di sini.” Ia beri saran. Ia sendiri telah bertahun meladang di tanahnya yang luas. “Ya. Tapi badannya kan masih kecil, tidak imbang dengan tofa. Biarlah dia besar sedikit.” Timpal pria lain. Istirahat siang hanya tiga perempat jam. Meski panas matahari makin menakutkan, tiap lelaki petani harus tegak. Semua turun kembali ke tengah-tengah kebun. Di sana, batas sudah sangat jelas kelihatan antara rumput yang mengering dan yang masih hijau di ujung lain kebun yang tersisa. Berjongkok lagi dua jam ke depan. Mengayun tangan, memutus batang rumput besar dan kecil, membalik tanah, maju terus sampai petak selesai nanti. Seperti tak ada putaran kehidupan di tempat ini. Berbeda dengan kampung yang sudah mulai berubah. Dari rumah ilalang menjadi beratap seng. Dari batang ditanam menjadi kep, dipasang dengan pasak. Tapi pekerjaan di kebun masih tetap sama. Para pria masih memegang tofa, mengayun dan membalik tanah ribuan kali dalam sehari. Telapak tangan mereka 31
kekuningan itu telah tebal, kontras dengan kulit punggung tangan yang kecoklatan. Mengayun pelan ketika tanah gembur dan rumput lunak. Mengayun kasar ketika tanah keras dan tumput yang menebal. Menggunakan tangan dengan hati-hati di rumpun jagung agar tidak terputus akarnya. “Air” teriak seseorang. Dari pondok, gadis pelayan bawakan air dingin. Bercampur jagung titi supaya berasa. Ia mendaki, mengamati rerumputan yang kehabisan air, megering lalu menguap, membayangkan para lelaki yang juga diuapkan badannya di tempat terbuka yang sama. Mereka yang kehausan. Tak lebih lama. Sepuluh menit, perintah tegas dari sempritan berbunyi lagi. Semua meraih lagi tofa. Maju dengan susah payah. Rerumputan makin rapat dan mengeras tanahnya. Di batas terakhir kebun, semuanya puas. Bersihkan tofa, sekali melinting tembakau, duduk sejenak dan memandang laut di kejauhan. Hembus angin dingin seperti bilasan air dingin di kulit mereka yang berkeringat. Biru di depan sana. “Apa kita akan terus di
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
OPINI
S
BUDAYA DAN BUDAYA PENDIDIKAN Oleh : Kasmirus K. Helan*)
ejarah mengatakan kepada generasi tua (ancestors), generasi muda (pembaharu) dan generasi yang akan datang (generasi penerus) bahwa pendidikan dan budaya merupakan kesatuan yang tak akan terpisahkan dari sebuah lingkaran kebudayaan. Semenjak manusia itu berada maka disitulah kebudayaan juga muncul. Banyak unsur yang terkandung dalam lingkaran itu tapi penulis hanya konsentrasi pada kedua hal tersebut, ( education and culture). Menarik memang untuk dicermati dan diteleti antara budaya pendidikan dan budaya. Kedua hal tersebut lahir (born), hidup(live) dan berkembang(growth) di tengahtengah social community karena dianggap sesuatu vital yang survival.
Dalam sekop Ke-lamaholotan (Adonara), budaya dan budaya pendidikan masih ada sekat diskriminasi. Prosentasi perkembangannya tidaklah seimbang karena dianggap bahwa budaya/adat istiadat punya pengaruh yang sangat penting dan langsung dirasakan daripada pendidikan itu sendiri. Budaya ditempatkan pada high level dan pendidikan pada low level. Hal ini sudah terbentuk dipikiran komunitas adonara yang hidup di era ini. Ada komunitas tertentu yang berpikir bahwa pendidikan atau me-nyekolahkan anak merupakan kebiasaan yang menghamburkan uang yang hasilnya masih dalam serba tanda tanya. Budaya pendidikan belum dan bahkan tidak tertanam secara kuat dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Belum
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN 12
MIMBAR
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
OPINI ada kesadaran yang murni untuk mendewasakan dunia pendidikan ditengah berkembangnya dunia pendidikan, kalau itupun ada juga masih bersifat kesadaran palsu( false consciousness) yang kelak akan sirna dan itu berdampak pada hilangnya sebuah generasi tidak mengenyam pendidikan
ANEKA
purna. Banyak faktor yang mempengaruhi hambatnya budaya pendidikan, tetapi penulis hanya fokus pada budaya/adat istiadat yang dianggap salah satu faktor penghambat. Dalam tatanan social sangat penting diperlukan adanya budaya atau adat
Non Scholae Sed Vitae Discimus Ada ungkapan yang mengatakan bahwa Non Scholae Sed vitae Discimus (belajar bukan untuk sekolah melainkan untuk hidup), belum terinternalisasi secara utuh dan mendalam ditengah kehidupan sosial kita. Sekolah hanya dipahami sebagai sebuah proses belajar semata, sementara nilai yang terimplisit di dalam itu adalah bagaimna sekolah dianggap sebagai suatu proses untuk masuk pada kehidupan(sekolah kehidupan) tidak atau belum disadari secara
istiadat sehingga dikatakan masyarakat yang berbudaya. Karena itu merupakan aturan atau hukum tertinggi dalam komunitas adat. Namun penulis menyadari bahwa masih ada sisisisi budaya yang tidak memberikan kontribusi yang penuh dalam budaya pendidikan. Cendrung dipisahkan bahwa budaya ya budaya dan pendidikan ya pendidikan sehingga hal ini berjalan secara sendiri-sendiri dan terpisahkan. Tetapi disadari secara penuh
……………………dari halaman 6 “Saya melihat kaka yang mengikuti organisasi selalu saja punya mental untuk berbicara di depan umum dalam hal apapun. Maka disitulah saya akan tertarik” inilah jawabn Arny di sela-sela kegiatan ketika ditanyai mengapa ia tertarik menjadi anggota AMA-K. Peserta bernama lengkap Adriana Ina Suban ini mengatakan, ia tidak merasa rugi ketika anda memilih mengikuti organisasi dan meninggalkan tugas pokok anda sebagai mahasiswa selama tiga hari kegiatn ini. “Saya tidak merasa rugi, karena organisasi juga sangat penting. Dalam hak bisa membina mental sehingga bisa berbicara di depan umum. Walaupun kita kuliah tapi mental mental kita untuk berbicara di depan umum tidak bisa maka sama hal juga”’ katanya. Ia mengaku pernah mengajak teman teman lainnya untuk masuk menjadi anggota AMA dan Tapi tanggapan mreka tidak mau. Peyuka materi teknik memimpin rapat ini mangatakan bahwa ia suka materi memimpin rapat bisa melatih mentalnya untuk berbicara dalam hak memimpin rapat di depan umum. Selain itu, ia juga menyukai pidato karena dapat melatih mentalnya untuk berdiri di depan umum. Menurutnya, alokasi waktu dan materi yang di sajikan untuk
kegiatan sudah pas. Meski belum pernah ikut organisasi yang bertaraf lokal ataupun nasionalsebelumnya, mahasiswi priodi Keperawatan Stikes CHMK ini mengakui pernah mendengar eksistensi AMA-K sebelumnya. Setelah sukses dari kegiatan ini, gadis asal Bukit Seburi kecamatan Adonara Barat ini ingin supaya ia bisa berbicara didepan umum dalam haL apa saja. Untuk AMA-K, ia berpesan agas AMA-K tetap eksis agar dengan adanya AMA kupang dapat membangun lewotanah tercinta 'ADONARA'
……………………dari halaman 19
Pada pertemua pertama, hadir Bapak Robert Sogen selaku dewan penasihat Imperesta Kupang sekaligus membuka kegiatan ini. Materi pertama kegiatan LKK adalah materi Pers dan Jurnalistik yang dibawakan oleh Bapak Key Tokan Abdul Azis dari LKBN ANTARA Kupang. (http://imperesta.blogspot.com)
Bersambung ke halaman 38
13
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
30
MIMBAR
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
HUMOR JALAN MENUJU DEMOKRASI Seorang politisi dari Larantuka diundang ke Adonara untuk menghadiri sebuah pertemuan. Ia berjumpa seorang pemuda di jalan, lalu menceritakan masalahnya. “Saya sudah mencari-cari sampai keliling kompleks ini, tapi saya lupa jalan ke tempat pertemuan.’ Karena kebetulan searah, si pemuda bersedia mengantar. Terjadi percakapan antara keduanya. “Oh, ya. Untuk apa Bapak kesana?” Tanya si pemuda yang kebetulan jadi tuan kampung. “Saya akan menjadi pembicara di hadapan kelompok pemuda sini. Mereka sedang menunggu saya sekarang.” “Apa yang Bapak bicarakan?” “Tentu saja banyak. Tapi intinya, saya akan beritahu mereka tentang jalan menuju demokrasi.” “Apa?” Si pemuda kaget, langsung marah-marah “jalan menuju tempat pertemuan saja Bapak tidak tahu, apalagi jalan menuju demokrasi!”
JALAN KAKI Pernah di suatu musim kampanye 2009, para ‘petinggi’ Angkatan Muda Adonara-Kupang terpaksa pulang dengan berjalan kaki setelah selesai suatu urusan penting. Semua yang ada dalam rombongan tidak banyak istirahat sejak pagi harinya. Dengan ketulusan pengabdian yang teruji, mereka menyusuri empat kilometer jalan di tengah-tengah kota Kupang pada jam dua belas malam. Seperti biasa, spanduk-spanduk kampanye banyak bertebaran di tempattempat seperti itu. “Boleh kita istirahat sebentar?” ajak Ketua yang kacapaian. “Jangan”’ sergah seorang pengurus. “Kenapa?” yang lain bertanya. “Baca peringatan itu!” jawabnya sambil menunjuk tulisan ‘peringatan’ besar di atas jalan raya. “Jalan Kaki, lebih cepat, lebih baik” Sebenarnya, tulisan itu berbunyi: JK, Lebih Cepat Lebih Baik. 29
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
INSPIRASI Pangan Lokal NTT Menyambut Era Globalisasi
Oleh : Agustinus Molan Tokan* Tantangan yang Tidak Ringan Makanan adalah kebutuhan pokok manusia untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Kebutuhan akan makanan dara waktu ke waktu akan terus bergaser baik dalam segi kuantitas maupun pola makanan sendiri.selain sebagai pemenuhan kebutuhan hidup,makanan juga menjadi tanda pengenal dari sebuah komunitas masyarakat. Ada jagung titi Adonara, Kompiang Manggarai, Ubi Nuabosi, gudek Yogya, tahu sumadang, empekempek palembang, Tortila (Makanan dari jagung) Meksiko dan sebagainya. Masing-masing makanan tesebut memiliki nilai nutrisi ekonomi sendiri bagi masyarakatnya.
Potensi pangan di Indonesia umumnya dan Nusa Tenggara Timur (NTT), sangat beregam tergantung ekologinya daerah masing-masing.di NTT dengan ekologi lahan tegelan maka jagung adalah tnaman yang berpotensi sebagai pangan dominan. Walau pangan lokal seperti jagung telah lama menjadi pangan dominan, namun dengan adanya globalisasi
bidang pangan dan inrormasi maka pola pangan juga berubah. Hal ini dapat di pahami karena adanya pergeseran pola pikir secara global. Pola pangan tidak saja di lihat dari kacamata ekonomi dan pertimbangan pendapatan tetapi juga perasaan akan suatu kebutuhan, kepuasan pribadi atau sosial, kepentingan atau prestise. Hal yang terakhir di sebut adalah raktor yang lebih menguat akhir-akhir ini. Pola pangan pokok dalam kaitan dengan pangan dominan dapat ditentukan berdasarkan pada kandungan yang ada pangan tersebut. Kandungan yang di maksut adalah sumbangan karbohidrat dalam beberapa jenis pangan seperti jagung,ubi,kacang-kacangan, sagu dan sebagainya. Pola pangan pokok dapat di katakan jagung atau ubi adalah 90% sementara dari jenis pangan lain menyumbang 5% atau lebih. Dengan ini dapat di ketahui bahwa di Indonesia pola pangan pokok di setiap daerah berbedabeda. Gambaran pola pangan pokok ini sebenarnya penting sebagai landasan bagi pemerintah daerah sebai acuan ketahanan pangan di daerahnya, juga akan sangan membantu kampanye panan lokal di derahnya masing-masing.
Jika kita melihat ke masa lalu, maka perjungan melalui kompanye pangan lokal saat ini harus berhadapan dengan sebuah pola pikir yang mulai berkembang dan berbentuk pada
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN 14
MIMBAR
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
INSPIRASI masyarakat pada periode akhir tahun 1970an dan periode-periode sesudahnya. Program repelita yang di canangkan oleh pemerintah saat ini telah mengiring petani kita pada sebuah keseeagaman program di bidang pertanian. Petani harus tanam padi kalau hidupnya makmur. Berbagai variates padi di distribusikan ke berbagai daerah lengkap dengan tenagah penyuluhnya. Tenaga-tenaga ahli dibiayai untuk menghasilkan bibit padi yang ujnggul kemudian di tanam di daerah yang seharusnya di tanami jangung, ubi, kacang, sagu dan sebagainya. Selain itu kebijakan harga dasar gabah, program beras murah dan pamberian beras miskin telah pulah memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam menemopatkan beras sebagai pangan pokok. Beras di pandang sebagai makanan dengan status sosial yang lebih tinggi dari makanan lain. Beras tidak lagi di konsumsi oleh masyarakat dengan tingakat pendapatan tinggi tetapi juga oleh masyarakat yang tingkat ekonominya menengah atau rendah. Bersamaan dengan konsumsi beras yang tinggi, tren makan mie instan juga telah meggeser pola pangan lokal. Sifatnya yang muda di proses dan di sajikan ini telah membuat ini menjadi makanan yang di sukai oleh kebanyakan masyarakat kota yang begitu sibuk. Kampanye untuk kembali ke pangan lokal memangh tidak mudah. Dibutuhkan keterlibatan aktif dari semua elemen 15
EKSPRESI
masyarakat. Mungkinkah ada program jagung miskin atau jagung murah di NTT? Anggur Merah dan Jagungnisasi Berbagai seminar, diskusi, kampanye dan sejenisnya tentang pangan lokal di NTT masih terkesan kesimpnlan utamanya adalah petani atau masyerakat yang kurang pintar mengolah hasi pertanian untuk di konsmsi.karene itu maka berbgai kegiatan seperti ini seolaholah mau mencerdaskan petani tau masyarakat yang kurang pintar itu.Pandangan seperti ini memang masuk akal karena petani kita dari dulu telah merasakan hidup dengan menanam dan mengkonsumsi paqngan lokalhanya saja penelolaannya yang kurang menarikl minat dan selerah makan ini sebuah tantangan bagi pemerintah dalam usaha kampanye kembali ke pangan lokal.Namun jauh ke depan sebenarnya pemerintah yang berkuasa di NTT saat ini mulai perogram Anggur Merah teleh menunjukkan keseriusannya membebaskan daerah ini dari gelar provinsi miskin, terbelakang, busung lapar, dan sederet gelar lainnya. Usaha pemerintah ini selayaknya disambut baik oleh segenap masyarakat NTT dengan caranya masimg-masing. Keseriusan pemerintah daerah yang di pimpin oleh pasangan fren (Frans dan Eston) dalam
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
Memori Tanpa Kembang Merah Jambu
Dan bila purnama kembali berotasi dan mentari kembali menyengat kuingin bangku di taman ini tak hanya aku namun sepakat bersamamu menyulam rasa bersama kembang merah jambu yang setia bertandang di antara mimpiku, mimpimu
Telah satu purnama kusinggahi kududuk kulepas letihku sambil kuusap peluhku Tak ada yang tahu aku dan tak ada yang aku tahu aku hanya tahu bisu Aku mau mengadu tapi kemana? harus kepada siapa?
Ama Pion Ratuloly
Aku seakan letih pada kediamanku yang tak kunjung bicara, pun berbisik laksana kota yang mati tanpa segala prosesi degradasi
Mahasiswa Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Undana.
Jiwaku gagu, galau sasar pada penantian yang kapan entah entahkah kau pulang? entahkah pulangmu untukku? entahkah? entahlah! entah.
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN 28
MIMBAR
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
ekspresi Cerbung: Kupu-kupu Kuning—S.M. Dosi (IV) Pada hal sekolahnya dibiayai dengan usaha habis-habisan sedang temantemannya memilih turun kebun dan menanam. Sepeningal kepala tukang, orang tua itu duduk saja di depan mejanya. Ia tak kebal tusuk dari kanan dan kiri. Desakan untuk berunding mencari tahu sebab tidak mengalirnya air pun berdatangan ketika tukang sudah angkat tangan pada pemeriksaan terakhir. Menurut tukang, ia telah memeriksa seluruh bagian jaringan. “Dugaan saya,” demikian seorang yang merasa tahu soal datang dan bicara “ada yang salah dengan peresmian barusan. Harus di cari tahu di mana letaknya.” Kepala kampung terdesak. Ia sebagai pimpinan ritual diberi tanggungjawab untuk urusan itu. Upacara adat diikuti seluruh warga kampung, dan kemacetan seperti ini adalah pertanda terjadinya suatu kesalahan. Bisa saja sebelum, sepanjang, atau setelah peresmian berlangsung. 27
Selama waktu itu, kembali lagi warga kempung ke kebiasaan sebelum jalur pipa dibangun. Pagi hari, mereka menuju kali kecil di timur. Ada dua pancuran di sana, tempat mereka mandi dengan pakaian minim. Pancuran mandi laki-laki ada di sebelah hulu dan pancuran wanita kurang dari dua puluh meter jauhnya di bagian hilir. ...................................... Adi mengajak Edo ke mata air dengan ketapel. Tak ada buruan di sana saat matahari siang bertakta tinggi di atas kepala. Daripada pulang dengan tangan kosong, sepakat keduanya menuju kali. “Sampai dekat mata air. Ok?” Adi buka bajunya lalu keringkan air di kolam besar. Air dari hulu sudah dialirkan lewat pancuran melanggar kolam sehingga kolam mengering, dan tinggalkan binatang air yang kebingungan di dalam kolam. Setelah habis airnya, pancuran dilepas dan air mulai mengisi kolam. Saat itu mereka keringkan air di sepanjang aliran kali kecil itu dan kolamkolamnya. Udang tak bergerak apapun seperti saat air laut surut. Mereka menggelepar dan mudah tertangkap.
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
INSPIRASI membangun daerah ini melalui program pangan lokal telah menunjukkan hasil pada tahun pertama kepemimpinan mereka. Dalam sebuah sambutan Gubernur pernah berpesan: Jangan sampai berperasaan gengsi pernah mengonsumsi makanan lokal. Saya sudah kampanye di mana-mana agar tidak malu dan merasa rendah diri karena mengkonsumsi makanan lokal, kerena
dalam proses pembenihan jagung. Bisa saja terjadi pendistribusi benih jagung yang tidak sesuai dengan permintan petani. Kalau hal ini terjadi maka hasil yang di harapkan baik akan menjadi sebaliknya. Beragam, Bergizi dan Berimbang. Untuk memperoleh hidup sehat maka diperlukan sejumlah zat gizi yang
“Ada anggapan bahwa makan nasi menunjukkan tingkat kemampun ekonomi yang lebih baik dan sebuah prestise sendiri bagi masyarakat” ada anggapan bahwa makan nasi menunjukkan tingkat kemampun ekonomi yang lebih baik dan sebuah prestise sendiri bagi masyarakat. Pogram jagung nasi penting untuk di sambut dengan langkah kongkrit yaitu menanam atau mengkonsumsi jagung. Selain itu dengan program ini sebenarnya mau menunjukkan kepada kita bahwa makan jagung tidak menjatuhkan status sosial kita di mata masyarakat. Program jagung nsi yang telah di canangkan ini perlu terus di awasi dan di evaluasi. Hal ini beralasan karena tidak mungkin oknumoknum yang tidak bertangung jawab dapat menyisipkan kepentingan pribadi
cukup dalam artian tidak berkebihan dan juga tidak kekurangan.Untuk itu komposisi makanan yang sesuai adalah komposisi yang beragam, bergizi dan berimbang (3D). Dapat di rumuskan bahwa bahan pakan yang beragam, bergizi dan berimbang adalah aneka ragam bahan pangan, baik sumber karbohidrat, protein, vntamin maupun mineral yang bila di konsumsi dalam jumlah berimbang dapat dapat memenuhi kebuthan gizi. Pangan 3D ini sangat di perlukan karena memang tidak ada suatu jenis pangan yang gizinya lengkap untuk mencukupi kebutuhan gizi. Selain itu makin tinggi kualitas zat gizi yang Bersambung ke hal 25
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
16
MIMBAR
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Lintas OKP
D
ekspresi
Jangka pendek adalah hal yang mustahil dan tidak mungkin terwujud karena banyak kebijakan yang bahkan bertentangan dengan program itu. Menurutnya, tugas pemerintah adalah menjamin kesejahteraan rakyat, misalnya mengoptimalkan KUD untuk membuka pembelian jagung. “KUD bisa membeli jagung dari petani dengan harga pantas”, katanya.(SMPT)
ialog terbuka tentang Prospek Pembangunan di NTT digelar Kelompok Mahasiswa Lamaholot di hotel Pantai Timor pada 31 Januari 2010. Hadir pada saat itu undangan dari berbagai OKP sekota Kupang. Sekitar limaratusan orang dari AMA-K, Permata, Kemah Nusa Solor, Imperesta, Amapai, dan IMPAL hadir dalam dialog itu. Pemateri tunggal dalam forum tersebut adalah Gubernur Frans Leburaya. Menurut Os de Peskim, ketua Liga Mahasiswa Nasional Demokrat (LMND) kupang yang ditemui usai kegiatan mengatakan, warna dialog tersebut lebih pada Sosialisasi Program. Program pemerintah yang dalah dijabarkan, lanjut Oos, program jangka panjang. Dalam
Badan Pengurus Angkatan Muda Adonara-Kupang (BP AMA-K) mengucapkan
P
R O F I C I A T atas dilantiknya: AMA Stefanus Ile Ratu
Sebagai Ketua Umum Ikatan Pelajar Mahasiswa Ile Boleng (IPMI) Kupang Periode 2009/2010
ttd
Vitus Pehan Hally Makin Ketua Umum 17
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
untuk berada di ladang, dan dengan bangga masih bisa berkata pada sang nenek bahwa ia tetap anak petani. Barisan maju dengan lambat. Daun bilah tofa harus ditikam beberapa mili ke dalam tanah dari arah samping, dimasukkan melintang, memutus akar rumput, lalu tanah dibalik. Sisa tanah sekian milimeter akan tercecer dan
jarak tiga meter. Tekanan yang luar biasa bagi tubuh yang baru tiba dari kota. Tapi doping sudah bekerja. Tanpa itu, mungkin saja malam ini Ara langsung demam karena kondisi yang lemah. Setengah petak pertama selesai ketika matahari tepat di atas ubun-ubun. Tanah seakan-akan mendidih di belakang mereka ketika meninggalkannya menuju
tinggallah batang rumput dengan sedikit akarnya. Matahari akan melakukan pekerjaan sisanya, menguapkan kandungan air di batang gulma dan ia pun mengering lalu mati. Luas kebun itulah yang menakutkan bagi Ara. Dalam sehari, satu petak ladang diselesaikan oleh kelompok itu. Mereka sehari-harinya tahan dipapar matahari. Mereka sejak muda berkerja di petak-petak ladang, menghidupi anak istri dari tanah penumbuh makanan ini. Semuanya tetap harus berjongkok dengan istirahat singkat tiap
pondok. Makan siang disiapkan. Keramahan kembali terajut. “Isi piringnya kurang sekali?” “Hahah. Tahulah. Orang kota hemat-hemat makannya.” Sahut lelaki yang paling dekat duduknya. “Bisa saja. Tapi orang kota ‘kan kerjanya ringan saja, tidak butuh banyak tenaga. Jadi tak butuh banyak makan.” Sahut seorang lain sambil menyendok kuah penuh-penuh. “Hahaha.” “Sekolahmu gimana? Baik-baik yang satunya kan?” sambung Bersambung ke hal 32
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN 26
MIMBAR
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
LINTAS OKP
EKSPRESI Di pondok sudah menunggu sejumlah lelaki. Seorang ibu yang sedang memasak ditemani anak gadis cilik. Gadis tujuh tahun itu menatap heran saat kedatangan Ara. Pemuda dengan wajah halus dan tubuh yang bersih. Apa mungkin ia petani di sini? Barangkali itu yang dipikirkannya. “Itu Ara, putra pertama Bu Barek,” terang ibu sambil menggosok panci. “Bibi kamu itu. Ia mengganti ibunya hari ini. Nah, sekarang bawa kopi ini untuk mereka.” Bunyi sempritan ketua kelompok membangunkan semuanya setengah jam kemudian. Mengambil alat masing-masing menuju petak kebun. Tinggal si gadis dan ibunya yang membereskan gelas kopi pagi. Tepat setengah delapan. Ara lihat jam digital di dompetnya. Tangan-tangan yang memegang tofa mulai mengayun dari kaki ladang, memutuskan akar-akar gulma dari tanah. Menyisakan batangbatang jagung tumbuh di tempat bersih. Semuanya menunduk dalam barisan. Berjongkok di kemiringan lima belas derajat. Pemanasan dan doping pagi 25
tadi tentu saja berguna bagi Ara. Ia yang sebagian besar waktunya habis di ruang belajar. Benda yang paling berat ditanganinya hanyalah ember air mandi, sejauh lima meter. Tapi ia tahu, ia selalu punya tenaga lebih untuk pekerjaan menantang. Sekadar menjaga keadaan mendadak kalau mesti jadi pkerja kasar yang menggunakan satusatunya sumber energi, otot tubuh. Tak ada mesin-mesin di ladang sana. Semua areal sumber makanan mereka olah dengan tangan. Gulma dibersihkan dua kali sebelum rumput tinggi mesti diratakan untuk ditanami jagung. Hasil kebun pun mesti dipikul ke pasar. Semua butuh kuatnya otot tubuh. Bagi Ara, jadwal seminggu cukup baginya. Berlari pagi sampai batas timur kota, bolak-balik. Selanjutnya push up dan sit up. Sekarung goni berisi pasir jadi tempat untuk mendaratkan kepalan tangannya. Ini bukan latihan, katanya selalu. Ini cuma mengusir kebosanan. Dan satu hal, ia tidak akan cepat lelah
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
API-RR Pelantikan badan pengurus API Reinha Rosari periode 2009/2010 terjadi pada sabtu (31/10/09). Misa pelantikan yang dibawakan oleh Pater Paulus Asa, SVD dimulai pada jam 7.30 di aula Gedung PWI NTT. Upacara yang berlangsung selama dua jam itu dilanjutkan dengan seremonial
Ujung penantian panjang anggota Ikatan Pelajar Ile Boleng (IPMI) kini telah tiba. Pengukuhan Badan Pengurus sebagai titik mula perjalanan kepengurusan telah berjalan pada hari Sabtu, (6/2/2010) bertempat di Aula Koperasi Oebobo Kupang. Pembukaan yang rencananya terjadi pada pukul 5.00 ternyata molor sampai pukul 8.00 karena halangan cuaca. Kegiatan yang dihadiri peserta dan undangan hampir seratus orang ini diakhiri dengan ramah-tamah dan makan bersama pada pukul 10.00 malam.
pelantikan dengan mengambil tema: 'sungguh indah rencanamu'. Hadir pada saat itu undangan dari PMKRI, Kemah Nusa Solor, Amapai, dan AMA-Kupang. Pelantikan ini merupakan tindak lanjut dari serah terima ketua lama, Vinsensius Benidau kepada ketua terpilih, Philipus Sili Keban. (SMPT)
Pelantikan BP IPMI
Serimonial pelantikan itu sendiri dilakukan oleh Pa Rafael Rape Tupen dengan saksi Ama Umar Sengaji dan disaksikan pula oleh Ama Ronald Raya Todo Boli selaku senior Ile Boleng. Hadir pada saat itu Pa Paul Suban selaku Anggota Dewan Penasihat (ADP) dan Ama Andy Pati mewakili OKP. (http://impileboleng.blogspot.com)
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
18
MIMBAR
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
EKSPRESI
LINTAS OKP
Penutupan MPAB Penutupan MPAB Ikatan pelajar dan mahasiswa Flores Timur daratan (IMPERESTA) diadakan di Aula Dinas Koperasi, Oebobo 1 November 2009. Pembukaan MPAB sendiri telah dimulai sejak pada 28 Oktober 2009. Kegiatan penutupan organisasi mahasiwa dengan ketua umum Bartolomeus Maran itu dilakukan sekaligus dengan pelantikan tujuh belas anggota baru yang telah melewati proses MPAB. Hadir pada kegiatan dengan tema 'Memupuk Kebersamaan Untuk Membangun ' ini sejumlah OKP antara lain AMA-K, kemah nusa solor, GMNI dan Api Reinha Rosary Larantuka. Adapun tujuan kegiatan ini adalah untuk melegitimasi anggota yang telah melewati masa MPAB. Kegiatan yang dibuka pada jam 6.00 dan berakhir pada jam 9.00 ini dihadiri sekitar 50an peserta dan juga
ketua Ikatan Keluarga Lamaholot, Anton Pattymangoe. Dalam ruang diskusi, ketua IKL menawarkan kepada OKP lamaholot untuk membentuk forum diskusi antar mahasiswa lamaholot untuk melihat pembangunan di Flores Timur. (http://imperesta.blogspot.com)
LKK LKK (Latihan Keterampilan Kader) IMPERESTA rencananya akan dilaksanakan secara rutin setiap minggu. Kegiatan ini telah dimulai pada tanggal 13 Desember 2009 bertempat di aula PMI kota Kupang. Adapun materi-materi yang disiapkan untuk diberikan kepada perserta pada kegiatan ini adalah materi teknis, keterampilan dan pengembangan kepribadian. Peserta untuk kegiatan ini adalah anggota yang telah melewati proses MPAB. Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan perdana Imperesta Kupang. Bersambung ke hal 30
19 PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
kampung mengganti ibunya ikut gemohing, sedangkan ibunya ke pasar pekan terus mengisi perbekalan di asramanya. Ara mulai gerakkan badannya di halaman. Merasakan dingin udara. Leher, tangan, punggung dan kaki ia gerakkan. Pemanasan dilanjutkan dengan lari di tanah lapang. Sepuluh putaran sampai peluh membasahi badannya. Berikutnya, push up dan sit up, dipaksa puluhan kali! Bukan hendak jadi atlet ia. Sekolah dan kampung tak butuh tambahan medali darinya. Mata pelajaran olahraga pun prestasinya tak lebih baik dari setengah siswa lain. Ia hanya bersiap seupaya sebentar lagi, saat pekerjaan di kebun memaksa otot, kaki dan tangannya sudah bisa sesuaikan diri karena ada pemanasan pagi-pagi benar. Ibu sudah bungkus bekal dan menaruh tofa di emperan belakang sebelum berangkat lebih pagi tadi. Tempat kerja siang ini sudah diberitahu pula. Ara akan ikut dalam kelompok sepuluh petani yang bergiliran kerjanya tiap pekan di akhir minggu. Lelaki dewasa semuanya. Terbiasa dan diharapkan meneruskan tradisi bercocok
tanam turun-temurun, menggarap ladang tadah hujan dalam musim hujan singkat selama kurang dari sepertiga tahun. Ara pergi. Masih dirasakannya tekanan di kaki tangannya. Dihirupnya dalam udara pegunungan yang dingin di pagi yang basah oleh embun. Satusatunya jalan utama yang menghubungkan desanya adalah jalan setapak. Ia akan lewat jalan itu, berbelok ke timur, menyusuri punggung bukit, lalu menuruni tanah landai di arah barat.
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
24
MIMBAR
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
EKSPRESI Cerpen
ARA Oleh: S.M. Dosi
Ara terjaga ketika keremangan masih membalut desanya. Tak ada jam weker yang membangunkannya kali ini. Kokok tiga ekor ayam jantan di bubungan rumah disambung kokok ayam di seantero kampung membuatnya tersadar. Ia turun dari dipan, bergerak ke bagian atap teras rumah bagian belakang, meraba ke sarang ayam dan mengambil sebutir telur. Ia telah memeriksa tempat itu siang kemarin. Setelah berkumur, telur ayam itu dipecahkan dan diminumnya mentah. Doping. Untuk pekerjaan berat siang ini. Ara sendiri baru tiba kemarin dari kota. Ujian semester telah lewat. Hampir kelar SMA-nya di sana, dan karena letak kampung ini hanya terpisah sepuluh kilo, ia gampang untuk pulang di akhir minggu. Ia berangkat kemarin pagi. Sekadar menjenguk rumah, alasan yang ia beri kepada Guru merangkap Bapak asrama sekolah. Sendirian kini, ia anak pertama dari ayah yang tak bersaudara. Dua adiknya, seorang gadis dan seorang laki-
laki, kini kelas satu dan kelas tiga SMP. Mereka di kota lain. Saat ke kota pertama kalinya enam tahun lalu, Ara mesti membujuk kakeknya, yang berharap supaya ia jangan disekolahkan. Menurut sang kakek, kalau Ara bersekolah, ia pasti akan tinggalkan desa. Dengan begitu, tanah warisan kakek ke ayah pasti mesti diolah orang lain. “Tenang kek,” katanya waktu akan pamit, “meski sekolah, aku tetap akan ingat pulang. Sekolah itu tempat perantauan sementara saja.” Kakeknya tetap tak bicara, dan karena itu ia mesti buktikan. Jadi tiap minggu ketiga dalam bulan, kalau tidak sedang berhalangan, ia pulang dengan oleh-oleh sebungkus kretek untuk sang kakek. Kalau saja mendiang ayahnya masih hidup, maka keadaan sedikit lebih baik. Kini, untuk membantu mengurus kebun, Ibu selalu ikut gemohing di akhir minggu, waktu di mana seharusnya ada pasar pekan di kecamatan. Nah, kebetulan akhir minggu ini giliran Ara ke
23 PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
SAJIAN UMUM
W
DIES NATALIS, NATAL BERSAMA DAN HALAL BIHALAL: Mewujudkan Persaudaraan Sejati
arna kekeluargaan adalah warna yang mula-mula muncul dalam kelompok AMA-K sebelum konsep pembinaan, pengabdian dan pengkaderan diterapkan sejak RUA I pada tahun 2004. Warna kekeluargaan sendiri tidak lantas luntur begitu saja. Untuk membangkitkan kembali warna itu, momentum kebersaman digelar AMA-Kupang dalam bentuk paket kegiatan dies natalis, halal bihalal, natal dan tahun baru bersama. Kegiatan ini digelar pada Sabtu, 16 Januari 2010 bertempat di Aula Diklat Koperasi Pemprof NTT. Semua anggota diundang untuk menyempatkan diri turut ambil bagian, meski sebagiannya terhalang oleh kesibukan rutinitas. Acara disemarakkan dengan pelantunan lagu-lagu, pembawaan Gema Kalam Ilahi dan pembacan puisi. Di bawah tema mewujudkan persaudaraan sejati, berbagai refleksi pun mengemuka dalam momentum ini. ”Dies natalis adalah peringatan kelahiran AMA-Kupang, momentum Natal adalah peringatan kelahiran Yesus, dan tahun baru
adalah kelahiran Waktu. Rentetan peringatan kelahiran ini diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi kelahiran baru AMA-Kupang” kata Kaka Klemens Kesule Hala selaku sekretaris Ikatan KeluargaAdonara (IKA) Kupang dalam sambutannya. Menurut Ketua Umum AMA-K dalam sambutannya, momentum dies natalis, natal dan halal bihalal ini adalah momentum introspeksi dan proyeksi bagi AMA-K. Terkait tema, ia menegaskan bahwa persaudaraan yang sehat lahir dari hubungan sejati dan bukan dari hubungan karena adanya kepentingan politik, ekonomi dan lain sebagainya. “Hubungan seperti itu yang diharapkan hidup dalam AMA-K”, katanya mengingatkan pada spirit awal munculnya AMA-K. Persiapan kegiatan ini telah dimulai dengan Rapat pembentukan panitia yang dilaksanakan serentak dengan rapat evaluasi panitia MPAB. Lewat mekanisme pemilihan, Ibrahim Hanafi terpilih memimpin pelaksanan kegiatan ini dengan dibantu oleh komposisi kepanitiaan yang disusun. (SMPT)
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
20
MIMBAR
MIMBAR Tahun II Edisi 4, Februari 2010
Tahun II Edisi 4, Februari 2010
SAJIAN UMUM
B
udaya membentuk pola pikir dan pola tindak setiap insan yang lahir dari lingkup budaya itu. Manifestasi budaya ada dalam beragam bentuk, antara lain lewat seni. Tak ketinggalan Anak Muda yang lahir dari rahim Adonara, tradisi seni tetap diteruskan dan diperkenalkan. Pentas seni tari Hedung menyambut peserta Sidang dilakukan di gerbang masuk gedung Utama Universitas Widya Mandira (Unwira) di Jl. A. Yani, Merdeka, Kota Kupang. Tari Lamaholot ini dipentaskan secara singkat tetapi meninggalkan kebanggaan tersendiri bagi putra-putri AMAKUPANG karena telah menampilkan khasanah budaya Lamaholot. Tampil pada saat itu tiga belas orang penari dari AMAKupang, di antaranya Ama Yoseph Sakera, Agus Tokan, Alek Dewa, Suaib Dahlan, Ama Willy, Ama Yanto, Ama Evan, dan Ama Vian. Sedangkan penabuh musik pukul adalah Ama Acan dan Ama Eman. Koordinasi untuk kegiatan ini dilakukan antara pihak penyelenggara (Pa Don Ara)
dengan Kepala bidang Khusus AMAK. Koordinasi lanjutan dengan para anggota pun lebih mudah dilakukan. Kepada anggota diberi pengumuman untuk datang dan ditanyai kesediaan untuk ikut menari. Dengan sepengetahuan ketua seksi Pengkajian Budaya Lamaholot dan Ketua Umum AMA-K, persiapan pun dilakukan dengan menghadirkan pelatih, Ama Agus Tokan. Latihan dilakukan sebanyak empat kali. Dua kali di antaranya dilakukan di arena pameran Fatululi dan dua latihan lain dilakukan di Universitas Widya Mandira. Perlengkapn dan peralatan tari untuk mendukung pementasan disewa dari sanggar Hedung yang dikoordinir Pa Ridwan Tokan. Perlengkapan tari tersebut antara lain adalah gong, gendang, sepuluh buah parang, delapan buah perisai, empat buah tombak, senai, tiga pasang bolong, kenobo, dan satu busur yang tidak sempat digunakan. Untuk memantapkan kegiatan pentas budaya semacam ini, dari pihak AM-K sendiri pernah didiskusikan untuk dibentuk sanggar tetapi kurang adanya peralatan. “Ini tergantung inisiatif ada atau tidak” kata Ama
21 PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
SAJIAN UMUM Acan, sekretaris umum AM-K menerangkan. Sedangkan pada penyusunan program lalu, kegiatan ini tidak dimasukkan menjadi program resmi. Dari AMA-K sendiri, memang kegiatan pentas seperti ini belum pernah dibawakan di momen lain, kecuali pada momen internal, misalnya pelantikan. Kesulitan yang dihadapi untuk
AMA-K siap ikut serta. “Sehari setelah pentas, sempat pula dihubungi POLTEK Negeri Kupang untuk ikut pentas yang sama tetapi tidak siap karena waktu yang mepet. Pada waktu lalu, pementasannya sangat singkat karena kurang koordinasi antara protokoler dan panitia,” katanya sambil menjelaskan bahwa
Pentas Tari Hedung Ramaikan WELCOME PARTY Sidang Arsitek Se-Indonesia kegiatan pentas budaya ini adalah menyangkut peralatan. Pada pendaftaran awal bagi penari, hanya ada sedikit orang memasukkan nama, sedangkan menjelang hari H banyak yang hendak ikut serta tetapi tidak bisa bergabung karena kekurangan alat. Ama Agus Tokan sendiri sebagai Pelatih ingin memperkenalkan banyak gerakan lain, tetapi keterbatasan waktu persiapan menyebabkan ia harus fokuskan pada kekompakan irama gerakan yang ada. Pernyataan sekretaris umum AM-K menyatakan, jika ada even lain,
sebenarnya masih ada banyak lagi tarian yang bisa dipentaskan seperti tari beku (semacam dolo-dolo) dari Lamahala, ina hai ata kiri dari Lamahala, gawe au dari Narasaosina, dan lain-lain. (SMPT)
PUIN TAAN UIN TO’U, GAHAN TAAN KAHAN EHAN
22