HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.75.000 SUMBAWA Rp.80.000 ECERAN Rp 4.500
SUARA NTB
SENIN, 1 FEBRUARI 2016
Pengemban Pengamal Pancasila
20 HALAMAN NOMOR 272 TAHUN KE 11 Online :http://www.suarantb.com E-mail: hariansuarantb@gmail.com
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Akhiri Polemik Mataram Mall
Pemkot – PCF Harus Berpegang pada MoU
(Suara NTB/ars)
mengetahui sejarah awal bagaimana susah payahnya menarik investor guna merintis kerjasama yang telah diupayakan sejak Bupati Lombok Barat HL. Ratmadji, berlanjut ke Bupati HL. Mudjitahid, kemudian Walikotamadya Mataram HL.Mas’ud sampai dengan Walikota Mataram H.Moh. Ruslan. Dimana MoU tersebut juga telah terjadi beberapa kali perubahan (adendum). ‘’Kalau ingin menyelesaikan masalah ya harus berpegang pada MoU.
Hubungan antara Pemkot dengan PT. PCF itu, diikat secara hukum dalam hubungan keperdataan sebagaimana MoUnya. Itulah undang-undang bagi ke dua belah pihak dan tidak bisa antarpihak atau salah satu pihak memaksakan kehendaknya, apalagi pihak lain. Karena itu saya menyarankan kepada para pejabat di eksekutif untuk membaca, mendalami, memahami dan memedomani MoU tersebut,’’ terang Didi. Bersambung ke hal 19
CEK FISIK Gedung Padepokan Silat yang dibangun di lahan GOR 17 Desember menyerap anggaran Rp 6,5 miliar. Proyek ini ditelisik Kejaksaan dan sudah dilakukan cek fisik.
Mataram (Suara NTB) Setelah menunggu cukup lama, akhirnya ahli konstruksi merampungkan hasil pemeriksaan fisik atas konstruksi Gedung Padepokan Silat Mataram. Hasil cek fisik itu, juga sudah dikoordinasikan ke penyidik Kejati NTB yang menangani penyelidikan proyek Rp 6,5 miliar ini.
TO K O H Database Koruptor
Penjelasan tim penyidik Pidsus melalui Juru Bicara Kejati NTB, Made Sutapa, SH, hasil pemeriksaan fisik proyek sudah rampung di tangan ahli kon-
struksi. Diperkirakan, penyelidikan proyek ini akan terus berlanjut untuk diperkuat alat bukti dan keterangan saksi. ‘’Ahli sudah selesai cek fisik.
Tinggal dicocok-cocokkan dengan berita acara pemeriksaan,’’ kata Sutapa kepada Suara NTB akhir pekan kemarin. Komponen yang diperiksa,
(Suara NTB/why)
SEMAKIN kompleksnya modus korupsi dan aktor yang terlibat dari semua lintas profesi, mengharuskan banyak pihak, salah satunya Transparansi Internasional (TI) untuk berpikir keras. Lembaga anti korupsi ini akan membuat perangkat tekonologi informasi. Fungsinya menyimpan semua database koruptor dan bisa diakses seluruh masyarakat. Bersambung ke hal 19
tidak lain konstruksi gedung di Kompleks Gedung Olah Raga (GOR) Turida Mataram itu. Gedung dengan konstruksi lengkung mengadopsi lumbung Sasak itu dicek melibatkan penyidik Kejati dan ahli konstruksi. Risalah hasil pemeriksaan juga sudah disampaikan ke tim penyidik. Yang jelas menurut Sutapa, hasil pemeriksaan ini dijadikan
dasar untuk melanjutkan pengembangan penyelidikan. Sebelumnya sudah dimintai keterangan juga sejumlah pihak. Salah satunya mantan Ketua KONI NTB, H.MNS Kasdiono. Namun permintaan keterangan ini hanya sekitar satu jam, untuk melengkapi keterangan sejumlah pihak sebelumnya, seperti bendahara, Bersambung ke hal 19
Aset Lobar Bagai Benang
Kusut
Dadang Tri Sasongko
KO M E N TTAA R
(Suara NTB/fit)
Mataram (Suara NTB) Berlarut-larutnya polemik royalti Mataram Mall, antara Pemkot Mataram dengan PT. PCF (Pasifik Cilinaya Fantasi), membuat Ketua DPRD Kota Mataram, H. Didi Sumardi, SH, angkat bicara. Terjadinya polemik antara Pemkot dengan PCF, karena pejabat-pejabat di Pemkot Mataram tidak berpegang pada perjanjian kerjasama (MoU) antara Pemkot Mataram dengan PCF. Mereka, lanjut Didi, tidak
(Suara NTB/why)
Lelang Aset Lobar Diduga Ada yang Ilegal
Rangkul Tekong PENGIRIMAN TKI ilegal yang sulit dibendung, tidak lepas dari peran tekong atau calo yang tak terkendali. Semakin dilawan, keberadaan mereka justru dibutuhkan masyarakat. Sehingga perlu langkah persuasif, dengan merangkul para tekong. Keberadaan tekong menurut Wakil Ketua Komisi V DPRD NTB, H.MNS Kasdiono, SH sulit dihindari. Sebab tekong begitu menggurita dan jangkauannya menyasar hingga ke pelosok dusun. Bersambung ke hal 19
Penjualan 17 aset daerah milik Pemkab Lombok Barat di Kota Mataram menimbulkan tanda tanya. Sebab diduga penjualan aset ini menyimpang. Indikasi penyimpangan tercium sejak tahap proses pelelangan. Salah satu indikasi kejanggalan dalam proses lelang aset ini, karena terjadi waktu singkat (hanya empat hari) dan harga diduga sangat murah.
KEJANGGALAN lain, dalam harga aset ini dinilai terlalu rendah jika dibandingkan harga pasar tanah dan bangunan di Kota Mataram. Di samping itu, penjualan aset ini diduga ilegal karena melanggar keputusan DPRD nomor 10/KEP./DPRD/2010 tertanggal 17 Mei 2010 tentang persetujuan penjualan aset Lobar yang bersertifikat yang ada di Kota Mataram. Bersambung ke hal 19
PELAKSANA Tugas (Plt) Bupati Lombok Barat ( Lobar) H. Fauzan Khalid mengaku persoalan aset di wilayahnya sangat membingungkan. Karena rumit, Fauzan mengibaratkan bagai benang kusut, sehingga perlu waktu lama untuk menyelesaikannya. Di satu sisi masalah aset rawan bersinggungan dengan masalah hukum, di sisi lain Pemda berkomitmen menyelamatkan semua aset Lobar tanpa melanggar aturan yang ada. “Persoalan aset ini memang sangat ribet, kayak benang kusut,” kata Fauzan ditemui akhir pekan lalu di kantornya. Fauzan mengaku, butuh waktu panjang untuk menyelesaikan masalah aset di Lobar sebab perlu mempertimbangkan dampak hukum yang bisa saja berdampak ke pribadi atau personal. Bersambung ke hal 19
Jepang akan Investasi Pengembangan Terminal LIA Rp 2,7 Triliun (Suara NTB/dok)
Mataram (Suara NTB) Investor asal Jepang berminat untuk berinvestasi membangun terminal baru di Lombok International Airport (LIA) dengan nilai investasi 200 juta dolar AS atau setara Rp 2,7 triliun. Pemprov NTB menyambut baik investasi ini dan berharap pembangunan terminal baru dan parking stand di LIA bisa bersamaan dengan perpanjangan runway menjadi 3.000 meter. ‘’GM PT AP LIA (Lombok Internasional Airport), pernah disampaikan ke saya, memang untuk terminal dan parking stand sudah masuk dalam perencanaan yang akan dikembangkan. Tapi sangat penting juga untuk mempertimbangkan perpanjangan runway dari 2.750 meter menjadi sekurangnya 3.000 meter,’’
kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) NTB, H. Chairul Mahsul, SH, MM dikonfirmasi Suara NTB, Minggu (31/1) kemarin. Dengan diperpanjangnya runway atau landasan pacu LIA dari panjang saat ini 2.750 meter menjadi sekurangnya 3.000 meter, kata Chairul maka LIA akan dapat didarati pesawat berbadan lebar (wide body). ‘’Pemprov NTB berharap agar perluasan terminal dan parking stand bisa bersamaan dilakukan dengan perpanjangan runway,’’ ujarnya. Mantan Inspektur Inspektorat NTB ini menambahkan, bagi Pemprov NTB, prioritas pengembangan LIA adalah perpanjangan runway seperti janji yang pernah disampaikan dua Presiden RI. Bersambung ke hal 19
(Suara NTB/rak)