HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.75.000 SUMBAWA Rp.80.000 ECERAN Rp 4.500
SUARA NTB
16 HALAMAN NOMOR 146 TAHUN KE 11
Online :http://www.suarantb.co.id E-mail: hariansuarantb@gmail.com
SELASA, 1 SEPTEMBER 2015
Pengemban Pengamal Pancasila
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
(Suara NTB/kir)
TIDUR PULAS - Seorang siswa Satap Torok Aik Beleq, Lombok Tengah tertidur pulas saat mengikuti pelajaran. Dikpora Loteng berencana meninjau kembali keberadaan Satap Torok Aik Beleq tersebut, lantaran jumlah siswanya minim.
Satap Torok Aik Beleq Minim Siswa Praya (Suara NTB) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Lombok Tengah (Loteng) berencana akan meninjau ulang status dan keberadaan Sekolah Satu Atap (Satap) yang ada di Dusun Torok Aik Beleq, Desa Montong Ajan,
Di Satap Torok Aik Beleq tersebut, berdiri dua sekolah yakni SDN Torok Aik Beleq dan SMPN 8 Praya Barat Daya. Dengan total siswa hanya sebanyak 104 siswa. Dimana untuk murid SD-nya sebanyak 102 siswa. Sisanya untuk SMP hanya 2
Kecamatan Praya Barat Daya. Hal ini dilakukan karena minimnya jumlah siswa di sekolah bersangkutan. Demikian diungkapkan Kepala Dikpora Loteng, Drs. H.L. Idham Khalid, M.Pd., saat ditemui Suara NTB, Senin (31/8) kemarin.
Bawaslu Pertanyakan Audit Inspektorat Mataram (Suara NTB) – Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi NTB mempertanyakan audit khusus yang dilakukan oleh Inspektorat Provinsi NTB. Bawaslu Provinsi NTB mengklaim, sekitar 80 persen dari total dana hibah Rp 13,5 miliar dipergunakan bukan untuk operasional Bawaslu NTB melainkan untuk jajaran pengawas di bawah. Komisioner Bawaslu NTB, Bambang Karyono, yang dikonfirmasi Suara NTB, Senin (31/8) kemarin menegaskan bahwa langkah Inspektorat NTB melakukan audit khusus tersebut tentu saja adalah langkah yang tidak bisa dihalangi. ‘’Saya kira
Polda NTB Monitor Audit Rp 13,5 Miliar Hibah Bawaslu POLDA NTB menunjukkan sikap serius untuk mengusut pengunaan dana hibah di Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) NTB senilai Rp 13,5 miliar. Jika ada indikasi penyimpangan, tanpa menunggu audit Inspektorat, Polda NTB akan masuk mengusut. Sementara ini mereka masih memantau proses audit. Penegasan itu disampaikan Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dir Reskrimsus) Polda NTB, Bersambung ke hal 15
Banyak Program Belum Tuntas
”
Artinya, tanpa harus menunggu Inspektorat, kami bisa masuk (penyelidikan, red), Prasetijo Utomo
(Suara NTB/dok)
TO K O H TEPAT tanggal 30 Agustus 2013 silam, pasangan Bupati H. Moch Ali Bin Dachlan dan Wakil Bupati H. Haerul Warisin atau dikenal dengan pasangan Alkhaer dilantik. Dua tahun sudah berlalu. Selama itu sejumlah program pembangunan digerakkan. Namun tidak dinafikan pula, masih banyak program yang belum tuntas dilaksanakan. Wakil Bupati H. Haerul Warisin kepada Suara NTB mengatakan, hal utama yang ingin dicapai adalah terjadinya peningkatan perekonomian masyarakat. Bersambung ke hal 15
itu sah-sah saja bagi pihak yang berwenang,’’ ujarnya. Hanya saja, ia mengaku ada sejumlah persoalan yang masih menggantung dan memunculkan pertanyaan. “Kami masih belum tahu ini audit ini substansinya apa? Apakah dana
Pilkada? Kalau dana Pilkada, kita juga sama-sama tahu, bahwa bukan hanya Bawaslu yang jadi penyelenggara. Kalau memang substansinya di sana. Saya kira jangan sampai publik justru bertanya kenapa kemudian hanya Bawaslu,’’ ujarnya. Bambang menambahkan, pernyataannya tersebut bukan berarti ia juga meminta dilakukan audit terhadap lembaga penyelenggara lainnya. Hanya saja, Bersambung ke hal 15
orang. Dengan tingkat keaktifan siswa di bawah 70 persen. “Kita akan ada evaluasi terhadap keberadaan sekolah ini,” ujar Idham. Namun ia mengaku belum bisa memastikan, Bersambung ke hal 15
Dirujuk ke RSUP, Dua JCH Kloter VII Gagal Berangkat Mataram (Suara NTB) Data terbaru yang dikeluarkan Kementerian Agama (Kemenag) NTB, sampai dengan Senin (31/8), jumlah Jemaah Calon Haji (JCH) NTB yang belum mengantongi visa sebanyak 26 orang. Sementara itu, saat ini pemberangkatan JCH NTB ke tanah suci sudah sampai pada kloter VII. Pada kloter VII, sebanyak dua orang JCH gagal berangkat lantaran dalam kondisi sakit. Kedua JCH tersebut harus dirujuk ke Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) NTB untuk pengobatan lebih lanjut sebelum diberangkatkan pada kloter berikutnya. “Tinggal 26 orang jemaah haji yang belum keluar visanya. Adanya keterlambatan visa itu hampir terjadi di semua kloter itu,” terang Kepala Bidang Haji dan Umroh Kemenag NTB, Drs. H. Maad Umar, M.PdI ketika dikonfirmasi Suara NTB, Senin (31/8) siang kemarin. Sebelumnya, sebanyak 38 orang JCH NTB yang belum keluar visanya pada pekan lalu. Proses pengurusan visa JCH yang belum keluar terus menerus dilakukan ke pusat. Sehingga, sekarang tinggal 26 orang yang belum keluar visanya. Dari 41 JCH kloter pertama yang ditunda keberangkatannya akibat belum keluarnya visa, Bersambung ke hal 15
Kondisi Ekonomi Terjepit
Seratusan Nelayan Lobster Kembali Gedor Kantor Gubernur H. Haerul Warisin
Mataram (Suara NTB) Seratusan nelayan penangkap lobster yang berasal dari Lombok Barat (Lobar) Lombok Tengah (Loteng) dan Lombok Timur (Lotim) kembali menggedor Kantor Gubernur NTB, Senin (31/8) siang kemarin. Mereka meminta Gubernur NTB mendesak pemerintah pusat mencabut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) No. 1 Tahun 2015. Massa bergerak dari Lapangan Umum Mataram menuju Kantor Gubernur sekitar pukul 11.00 Wita. Mereka membawa spanduk dan poster yang berisi kecaman dan desakan supaya kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti yang melarang nelayan
menangkap bibit lobster segera dicabut. Koordinator Umum Aksi, Hasan Massat mengatakan kondisi terkini masyarakat akibat kebijakan tersebut, kehidupan masyarakat semakin sulit. Karena mereka kehilangan pekerjaan seharihari. ‘’Usaha-usaha pengembangbiakan dan pemeliharaan yang dilakukan mengalami ketidakpastian pembinaan dan pendanaan. Ketidakpastian pasar serta keberlanjutan usaha yang berakibat pada kehilangan sumber pendapatan, kriminalitas semakin meningkat di Lombok Selatan,”ujarnya. Dikatakan, harapan satusatunya para nelayan penangkap lobster saat ini hanya kepada Pemprov NTB. Mere-
ka meminta supaya Pemprov NTB kembali mendesak pemerintah pusat dalam hal ini Menteri Susi mencabut Permen KP No. 1 tahun 2015 tersebut. Jika kehijakan tersebut tetap diterapkan maka ia mendesak pemerintah pusat memberikan pelatihan dan pembinaan serta pengalihan usaha lewat upaya-upaya pendanaan. Dijelaskan, bibit lobster yang berada di perairan selatan Lombok itu berkembang secara alami. Jika tak ditangkap justru akan hilang atau mati dengan sendirinya. Bahkan, untuk menangkap bibit lobster tersebut para nelayan menggunakan alat-alat sederhana yang tak merusak ekosistem laut. Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/nas)
GEDOR - Seratusan nelayan penangkap lobster dari Lobar, Loteng dan Lotim kembali menggedor Kantor Gubernur NTB, Senin (31/8) siang kemarin.