HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.75.000 SUMBAWA Rp.80.000 ECERAN Rp 4.500
SUARA NTB
JUMAT, 8 JANUARI 2016
Pengemban Pengamal Pancasila
16 HALAMAN NOMOR 252 TAHUN KE 11 Online :http://www.suarantb.com E-mail: hariansuarantb@gmail.com
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
”Suara NTB” Raih Dua Penghargaan Keterbukaan Informasi 2015 Mataram (Suara NTB) Harian Suara NTB berhasil meraih dua penghargaan dalam ajang penganugerahan keterbukaan informasi badan publik tahun 2015. Penghargaan pertama diberikan kepada Harian Suara NTB karena dinilai sebagai media cetak yang proaktif mempublikasikan keterbukaan informasi publik. Penghargaan ke dua diberikan kepada wartawan Harian Suara NTB, Muhammad Nasir karena dinilai sebagai jurnalis yang proaktif dalam mempublikasikan keterbukaan informasi publik di NTB. Penyerahan penghargaan oleh Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin, SH, M.Si didampingi Ketua
Komisi Informasi (KI) Pusat, Abdulhamid Dipopramono, berlangsung Kamis (7/1) kemarin di Hotel Grand Legi Mataram. Penghargaan diterima Penanggung Jawab Harian Suara NTB, H. Agus Talino dan Jurnalis Harian Suara NTB, Muhammad Nasir. Komisi Informasi (KI) NTB melakukan pemeringkatan terhadap 46 SKPD Pemprov NTB, 10 Pemda kabupaten/kota dan 12 partai politik. Selain pemeringkatan badan publik, KI NTB juga memberikan penghargaan kepada media cetak dan elektronik serta jurnalis yang proaktif dalam mempublikasikan keterbukaan informasi di NTB. Bersambung ke hal 15
PENGHARGAAN - Wagub NTB, H.Muh.Amin menyerahkan penghargaan kepada Penanggung Jawab Suara NTB, H.Agus Talino. KI NTB juga memberikan penghargaan kepada Wartawan Suara NTB, Muhammad Nasir karena proaktif dalam mempublikasikan keterbukaan informasi publik di NTB.
(Suara NTB/bul)
Diduga Fiktif
Dana Bansos KLU Dilaporkan ke Kejaksaan Mataram (Suara NTB) Kisruh penggunaan dana bantuan sosial (Bansos) di Kabupaten Lombok Utara (KLU) berlanjut ke proses hukum. Kelompok masyarakat yang tidak puas dengan indikasi Bansos bermasalah itu, akhirnya melapor ke Kejaksaan Tinggi (Kejati) NTB. Dokumen laporan itu kini sedang ditelaah.
(Suara NTB/ist)
LAPOR - Kelompok pemuda dari KLU saat menyerahkan dokumen laporan penggunaan dana Bansos KLU tahun 2015 ke Kasi I Intelijen Kejati NTB, Joseph beberapa waktu lalu.
TO K O H
SKPD Tak Canggih DARI hasil pemeringkatan keterbukaan informasi badan publik di NTB tahun 2015, terungkap enam website SKPD lingkup Pemprov NTB tak aktif. Terkait dengan persoalan ini, Wakil Gubernur (Wagub) NTB, H. Muh. Amin, SH, M.Si menegaskan akan meminta klarifikasi dan pertanggungjawaban SKPD bersangkutan. “Saya ingatkan teman-teman. Ini kan amanat UU KIP. Ada (SKPD) yang tak canggih-canggih, website tak aktif. Perlu dibenahi, diingatkan dan disempurnakan. Bersambung ke hal 15 H.Muh. Amin (Suara NTB/ist)
KO M E N TTAA R Kaji Usut Dana Siluman
KOMISI Pemberantasan Korupsi (KPK) membuka peluang mengusut kasus dugaan dana siluman dalam Pilkada serentak Desember 2015 lalu. Dari banyak kontestan yang ditemukan, salah satunya diduga dana siluman ditemukan di Kabupaten Dompu. Indikasi dana siluman yang menjadi temuan Deputi Pencegahan itu, menurut Juru Bicara KPK, Priharsa Nugraha, terbuka peluang diambil alih oleh Deputi Penindakan sebagai bahan penyelidikan. ‘’Tapi sekarang masih melalui proses pengkajian,’’ kata Priharsa menjawab Suara NTB, Kamis (7/1) siang kemarin via ponsel. Dimana dari sejumlah temuan dana terindikasi siluman itu, ada diantaranya terjadi di Kabupaten Dompu, ditemukan pada salah satu pasangan calon. Bersambung ke hal 15 Priharsa Nugraha (Suara NTB/ist)
Gejolak terjadi setelah sejumlah kelompok masyarakat dan pemuda memprotes ke Pemda KLU dan DPRD setempat, tidak pernah menerima dana Bansos sebagaimana tertera dalam SK pencairan dana. Data Suara NTB sebelumnya bahwa ada Surat Keputusan (SK) diduga ‘’kembar’’ Bupati Lombok Utara, terindikasi memiliki lampiran yang isinya berbeda. Ada pencairan Bansos sesuai tanggal SK pertama, 12 Oktober 2015, diduga dic-
airkan sebelum Pilkada. Informasi lain yang dihimpun Suara NTB, pencairan Bansos sesuai SK lampiran pertama, diduga tidak melalui prosedur karena tidak melewati tim verifikasi di Dispenda KLU. Karena sebelum SP2D dicairkan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD), maka setidaknya terdapat paraf dari Kasi Perbendaharaan dan Kabid Perbendaharaan di Dispenda. Pada intinya, penggunaan dana Bansos itu diduga bermasalah karena SK pencairan
disebut-sebut tidak sesuai dengan lampiran penerima Bansos. Sehingga, ada indikasi SK pencairan fiktif. Sementara juru bicara Kejati NTB, I Made Sutapa, SH membenarkan sudah menerima dari masyarakat laporan dugaan korupsi dana Bansos 2015 di KLU. Laporan itu diterima Kasi I Intelijen Joseph, SH beberapa waktu lalu. ‘’Saat ini kami masih mendalami dan menelaah laporannya. Bersambung ke hal 15
’’Website’’ Enam SKPD Tak Aktif SEKRETARIS Komisi Informasi (KI) NTB, Ir. Hj. Ari Purwantini mengatakan, kegiatan pemeringkatan keterbukaan informasi badan publik merupakan salah satu tugas KI dalam menjalankan UU KIP. Kegiatan pemeringkatan tersebut dilakukan berjenjang. Dimana KI Pusat melakukan pemeringkatan terhadap badan publik di pusat dan KI provinsi melakukan pemeringkatan terhadap badan publik yang ada di provinsi dan pemda kabupaten/kota. Dikatakan, pada tahun 2015, KI NTB melakukan pemeringkatan terhadap 46 SKPD Pemprov NTB, 10 Pemda kabupaten/kota dan 12 partai politik. ‘’Dari 46 SKPD Pemprov NTB, hanya 27 SKPD yang memenuhi syarat untuk dapat dievaluasi lebih lanjut dan 19 SKPD tidak dapat dievaluasi lebih lanjut,’’ katanya pada acara penganugerahan keterbukaan informasi badan publik di NTB tahun 2015 di Mataram, Kamis (7/1) siang kemarin.. Menurut Ari, hal ini disebabkan lima SKPD melewati batas waktu dalam pengembalian questioner yang diberikan. Lima SKPD tersebut adalah Dinas Koperasi dan UMKM, Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/bul)
MORATORIUM - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan moratorium pembangunan pelabuhan perikanan di seluruh Indonesia. Akibatnya, pembangunan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Teluk Awang, Lombok Tengah inipun tak bisa dilanjutkan tahun ini.
KKP Hentikan Pembangunan Pelabuhan Teluk Awang Mataram (Suara NTB) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang dinakhodai Menteri Susi Pudjiastuti melakukan moratorium pembangunan pelabuhan perikanan di seluruh Indonesia. Akibatnya, pembangunan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Teluk Awang, Lombok Tengah pada tahun
2016 ini tak dilanjutkan. Tahun 2016, KKP fokus kepada pemberian bantuan kapal tangkap kepada nelayan yang berjumlah 3.500 unit. “Sekarang sudah dimoratorium tak boleh bangun pelabuhan. Dari pelabuhan yang sudah dibangun, begitu saja termasuk Awang. Tapi sekarang, kalau tidak dilanjutkan
pun (Pelabuhan Teluk Awang) sudah bisa operasional,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) NTB, Ir. Aminollah, M.Si dikonfirmasi disela-sela mengikuti rapat pimpinan (rapim) di Kantor Gubernur, Kamis (7/1) siang kemarin. Aminollah mengatakan, Bersambung ke hal 15
Tersangka SPAM KLU Pertanyakan Keterlibatan Rekanan Mataram (Suara NTB) Hanya ada tersangka tunggal dalam kasus dugaan korupsi proyek Sistem Perpipaan Air Minum (SPAM) KLU, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) berinisial BE. Ini kemudian memicu protes tersangka, karena penyidik Kejati NTB tidak menyeret keterlibatan rekanan. Protes tersangka BE itu disampaikan melalui kuasa hukumnya, Edy Rahman, SH, MH, karena merasa ada yang timpan g dari proses hukum proyek dengan pagu anggaran Rp 12,5 miliar itu. Padahal menurut dia, rekanan adalah pihak yang mengerjakan dan menerima keun-
tungan dari proyek itu. ‘’PPK hanya membuat kontrak, tapi rekanan yang melaksanakan dan mendapat keuntungan dari proyek itu. Ini jadi bahan pertanyaan klien kami,’’ kata Edy menjawab Suara NTB, Kamis (7/1). Diketahui, proyek SPAM KLU di Dusun Teanjah Anjah, Desa Bentek Kecamatan Gangga, KLU itu tendernya dimenangkan PT. AE. Periode pengerjaan proyek selama tahun 2012 lalu. Karena ada laporan masyarakat, proyek ini kemudian diusut tahun 2013 oleh Kajati saat itu, Sugeng Pudjianto, SH, MH dan dalam kurun waktu setahun,
ditingkatkan ke penyidikan dan tersangka BE ditetapkan sebagai tersangka. Namun hingga Januari 2016, menurut Edy, pihak rekanan diperiksa hanya sebagai saksi. Padahal konstruksi sebuah kasus korupsi menurut Edy tidak bisa berdiri sendiri. Ada pihak yang terlibat dalam kontrak dibuat kleinnya. Sehingga masalah apapun yang timbul, termasuk tindak pidana korupsi, maka kliennya tidak bisa jadi pesakitan tunggal. Saat ini kondisi kesehatan kliennya diakui memburuk. Rencana Kejaksaan melimpahkan tahap dua Desember lalu, gagal karena klien-
nya harus menjalani operasi. ‘’Sekarang Pak BE (disebutkan lengkap), sedang dalam proses pemulihan. Tapi Insya Allah, beliau sudah siap jika dipanggil lagi Kejaksaan,’’ kata Edy. Dikonfirmasi terkait ini, juru bicara Kejati NTB Made Sutapa, SH mengutip pernyataan Aspidsus, Suripto Irianto, SH dalam jumpa pers akhir tahun 2015, membantah ada diskriminasi dalam setiap penanganan perkara, termasuk terkait SPAM KLU. Bersambung ke hal 15
Made Sutapa (Suara NTB/dok)