HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK SUMBAWA ECERAN Rp 3.000
Rp. 50.000 Rp. 55.000
16 HALAMAN
SUARA NTB Pengemban Pengamal Pancasila
SABTU, 8 MARET 2014
NOMOR 7 TAHUN KE 10 Online :http://www.suarantb.com E-mail: hariansuarantb@gmail.com
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Bambang W.Soeharto Diduga Terlibat
Giliran Siapkan Sekda Rp 200 Juta Lusita KLUuntuk Diperiksa Suap Hakim Mataram (Suara NTB) Lusita Anie Razak (58) menjalani sidang perdana di Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri Mataram, Jumat (7/3). Terungkap dalam sidang, tidak hanya soal suap kepada mantan Kajari Praya, M. Subri, SH,MH. Ada juga dana sebesar Rp 200 juta yang disiapkan untuk menyuap hakim Pengadilan Negeri Praya sehingga memuluskan perkara pemalsuan sertifikat tanah dengan terdakwa Sugiharta alias Along.
Kejaksaan
Sidang Lusita berlangsung pukul 09.00 Wita, dengan Ketua Majelis Hakim Dr. Sutarno, SH, MH beranggotakan, Fathur Rauzi, SH dan M. Amin M. Idris, SH. Lusita yang tetap tampil modis, didampingi kuasa hukumnya Ir. Soesilo Aribowo, SH, MH, M.Si. Sidang perdana kemarin dengan agenda pembacaan dakwaan dari Jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)Ali Fikri, SH, Rini Triningsih, SH dan Risma Ansyari, SH, MH. Dalam pembacaan dakwaan berdurasi sekitar 1,5 jam, JPU KPK mengurai kronologi suap yang terjadi antara Lusita Anie Razak kepada M. Subri. Rencana suap itu juga disiapkan untuk hakim Pengadilan Negeri Praya. Sebelum proses penyerahan
SIDANG - Lusita Anie Razak saat sidang perdana, Jumat kemarin, di Pengadilan Tipikor Mataram. (Suara NTB/ars)
Kesadaran Belum Optimal UPAYA mensosialisasikan pentingnya membayar pajak, secara terus menerus dilakukan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Nusa Tenggara (Kanwil DJP Nusra). Upaya ini harus dilakukan, mengingat kesadaran masyarakat untuk melaksanakan kewajibannya masih belum optimal. Sehingga masih perlu digugah kesadarannya. Demikian diungkapkan, Kepala Kanwil DJP Nusra, Cucu Supriatna, SH, MH ketikamenerimakunjunganPenanggungJawab Suara NTB yang juga Direktur Radio Global FM Lombok, H.Agus Talino dan tim, Jumat (7/3) kemarin. Bersambung Cucu Supriatna ke hal 5
LUSITA Anie Razak (58), terlanjur menjadi menjadi newsmaker karena untuk pertama kalinya KPK melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) di wilayah NTB. Besarnya perhatian ini membuat aparat kepolisian memberi atensi untuk mengawasi, bahkan sampai ke persidangan. Untuk mengamankan sidang seorang Lusita, Brimob Polda NTB menerjunkan sejumlah Satgas, lengkap dengan kendaraan Baraccuda. Tetap tampil santai dan modis, Lusita masuk ke ruang sidang Tipikor pada Pengadilan
Negeri Mataram dengan tetap menebar senyum. Dua pria berpakaian safari hitam bertubuh kekar mengapitnya. Tim pengacara Lusita, tiga Jaksa KPK mengiringi di belakang. Sebagian pasukan Brimob dengan kostum khas Densus 88 dilengkapi senjata laras panjang menyisir area pengadilan, sebagian naik ke sekitar ruang sidang. “Ini perintah atasan,” kata seorang anggota Brimob berpangkat Ipda yang bertindak sebagai Dansatgas, terkait penjagaan ketat itu. Bersambung ke hal 5
(Suara NTB/ist)
KO M E N TTAA R Kaji Pemutihan INSPEKTORAT NTB mewacanakan akan mengkaji usulan pemutihan terhadap temuan-temuan lawas (10 tahun terakhir) dari lembaga pemeriksa. Pasalnya, pihak yang bertanggung jawab mengembalikan kerugian negara ada yang sudah meninggal dan ada yang tidak diketahui keberadaannya. Selain itu, ada juga yang harus bertanggung jawab mengembalikan kerugian negara karena menjadi korban dari kebijakan pimpinan yang tidak diketahuinya. ‘’Kita sedang mencoba untuk mengusulkan pemuti(Suara NTB/dok) han misalnya ada keputuM. Agus Patria san yang berdasarkan SK pimpinan DPRD kemudian staf-staf itu menerima honor. Bersambung ke hal 5
Aset TPI Milik Pemprov NTB Diduga Dijual Mataram (Suara NTB) Salah satu aset milik Pemprov NTB di Sumbawa Besar diduga sudah berpindah tangan. Aset berupa Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Desa Labuan Bontong Kecamatan Tarano itu, diduga sudah menjadi milik pribadi dari keluarga almarhum Suaidi, mantan pejabat di Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) NTB. Aset yang sudah 13 tahun dalam kondisi tidak terurus itu, kini rusak parah mencapai 80 persen. Bahkan untuk difungsikan sebagai TPI pun tidak layak. ‘’Kami sebenarnya mau ajukan pinjam pakai aset TPI itu ke Pemkab Sumbawa, tapi setelah kami
(Suara NTB/ars)
KETAT - Pengamanan ketat sidang perdana Lusita. Polda NTB menerjunkan sejumlah Satgas lengkap dengan kendaraan Baraccuda.
Audit Dana Dekonsentrasi 2013
BPK Temukan Kelebihan Bayar Honor di Sejumlah SKPD Mataram (Suara NTB) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI sejak pekan lalu melakukan audit atau pemeriksaan terhadap penggunaan dana dekonsentrasi yang berasal dari APBN 2013 di sejumlah SKPD lingkup Pemprov NTB. Dari hasil pemeriksaan, tim BPK RI yang berjumlah 10 orang tersebut menemukan bahwa terjadi kelebihan pembayaran honor pada tim yang dibuat di sejumlah SKPD. Untuk itu, SKPD terkait harus menindaklanjuti temuan tersebut dengan mengembalikan kelebihan pembayaran honor tersebut. Bersambung ke hal 5
(Suara NTB/ist)
TIM AUDITOR - Tim Auditor BPK bertemu dengan Wagub NTB, H. Muh. Amin, Jumat (7/3) pagi kemarin.
C.03.08.13
TO K O H
uang, terungkap, sudah ada negosaiasi antara Lusita dengan majelis hakim melalui perantara. Lusita menggunakan Aprianto Kurniawan (mantan Kasi Pidsus Kejari Praya) sebagai perantara. Kemudian Aprianto memanfaatkan seorang perempuan bernama Desak Ketut Yuni Ariyanti (hakim di PN Praya) sebagai perantara kepada hakim. Setelah melalui proses lobi sejak Oktober hingga Desember 2013, akhirnya 12 Desember 2013, Desak Ketut menginformasikan kepada Aprianto Kurniawan bahwa majelis hakim sudah musyawarah dengan putusan pidana 4,5 bulan kepada Along sesuai masa tahanan yang sudah dijalani. Bersambung ke hal 5
cek, ternyata itu milik Diskanlut NTB,” kata Kades Labuan Bontong, Ahmad Yani kepada Suara NTB. Upaya penelusuran ke Dislutkan NTB melalui surat belum membuahkan hasil. ‘’Kami sudah bersurat ke Dislutkan NTB, tapi sampai sekarang tidak ada respons,’’ kata Yani. Tujuannya bersurat, setidaknya ada kejelasan terkait status aset tersebut. Jika memang sudah dijual ke swasta atau pribadi, maka pihaknya mempertanyakan itu. Mengingat TPI adalah aset daerah. ‘’Jika memang masih milik pemerintah, kami mau ajukan pinjam pakai, daripada aset itu nganggurdanrusak,’’kataYani. Bersambung ke hal 5