HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.75.000 SUMBAWA Rp.80.000 ECERAN Rp 4.500 Online :http://www.suarantb.com E-mail: hariansuarantb@gmail.com
SUARA NTB
SABTU, 13 JUNI 2015
Pengemban Pengamal Pancasila
16 HALAMAN NOMOR 83 TAHUN KE 11
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Rapat Kerja dengan Dikpora
Dewan Evaluasi UN dan Konfirmasi Persiapan PPDB
(Suara NTB/fit)
EVALUASI - Suasana rapat kerja antara DPRD Kota Mataram dengan jajaran Dinas Dikpora Kota Mataram dalam rangka evaluasi hasil UN dan persiapan PPDB.
Mataram (Suara NTB) – DPRD Kota Mataram, Jumat (12/6) kemarin, melaksanakan rapat kerja dengan jajaran Dinas Dikpora Kota Mataram berikut Forum Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Kota Mataram. Rapat itu hajatannya untuk mengevaluasi pelaksanaan UN (Ujian Nasional) di Kota Mataram sekaligus mengkonfirmasi persiapan pelaksanaan PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) yang akan dilaksanakan 1 Juli mendatang. Rapat kerja itu dipimpin langsung oleh Ketua DPRD Kota Mataram, H. Didi Sumardi, SH dan dihadiri hampir semua anggota Komisi IV DPRD Kota Mataram. Didi Sumardi yang dikon-
firmasi lebih lanjut, meminta kepada pihak-pihak terkait, hendaknya meninjau timing pelaksanaan UN. Meskipun UN ini alat untuk mengukur kualitas, kalau dilaksanakan di akhir proses pembelajaran, yakni di semester ganjil akhir, bagi kelas akhir, persepsinya tidak akan berubah. Bersambung ke hal 15
H. Didi Sumardi (Suara NTB/fit)
Malas Hadiri Rapat Paripurna
Pimpinan SKPD Dievaluasi
Mataram (Suara NTB) Sekda NTB, H. Muhammad Nur, SH, MH mengatakan akan melaksanakan apa yang menjadi perintah Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin, SH, M.Si terkait minimnya kehadiran pimpinan SKPD dalam rapat paripurna DPRD NTB, beberapa hari lalu. Ia mengatakan, akan meminta BKD dan Diklat untuk melakukan evaluasi terhadap pimpinan SKPD yang tak menghadiri rapat paripurna. ‘’Kalau sudah ada ‘’order’’ pimpinan ya kita laksanakan. Kan kerja pegawai itu sami’na wa’atoqna, bekerjalah sesuai sistim, bekerjalah sesuai ketentuan, sesuai dengan norma yang sudah ditetapkan,’’ kata Sekda ketika dikonfirmasi Suara NTB, Jumat (12/6) siang kemarin. Dikatakan, dirinya baru pulang dari Jakarta bersama Kepala BKD dan Diklat NTB, Drs. H. Muh. Suruji menghadiri kegiatan rapat koordinasi aparatur sipil negara yang dibuka Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dengan adanya perintah wagub tersebut, maka akan dilakukan pengece-
TO K O H
PNS Disertifikasi DALAM waktu dekat pemerintah akan mewajibkan seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki sertifikasi. Sertifikasi ini bertujuan agar PNS menjadi lebih profesional. Sehingga, diharapkan birokrasi pemerintahan bisa lebih profesional, karena aparatur bekerja dengan benar sesuai kompetensi dan kapasitas masing-masing ‘’Ke depan itu PNS harus disertifikasi, itu baru arahan kebijakannya. Tapi belum dituangkan secara formal. Bahwa setiap dinas teknis, saya pikir benar juga dikatakan Wapres bahwa sertifikasi masing-masing itu menjadi sesuatu yang terukur,’’ Bersambung ke hal 15
H. Muhammad Nur (Suara NTB/dok)
”
Kita akan cek alasan ketidakhadiran pimpinan SKPD ini. Saya tak akan berandai-andai, saya akan minta kepegawaian untuk mengevaluasi ketidakhadiran itu karena apa? H.Muhammad Nur
kan kepada masing-masing pimpinan SKPD yang tak menghadiri rapat paripurna. ‘’Kita akan cek alasan ketidakhadiran pimpinan SKPD ini. Saya tak akan berandai-andai, saya akan min-
ta kepegawaian untuk mengevaluasi ketidakhadiran itu karena apa? Harus dipastikan bahwa segala sesuatu itu bukan karena sebuah kesengajaan tidak hadir,’’ imbuhnya. Bersambung ke hal 15
Fraksi Dewan Merasa Tak Lagi Diperhatikan SEJAK bergantinya mekanisme rapat paripurna pengambilan keputusan di DPRD NTB, agenda pemandangan umum fraksi-fraksi terkesan menjadi acara seremonial semata. Pimpinan SKPD pun dianggap kerap mengabaikan kajian, masukan dan saran dari fraksi-fraksi tersebut. Hal itu disampaikan oleh Anggota DPRD NTB dari Fraksi PDIP, Ir. Made Slamet, yang dikonfirmasi Suara NTB Jumat (12/6) kemarin. Slamet menyesalkan minimnya kehadiran pimpinan SKPD setiap kali rapat paripurna tidak dihadiri oleh gubernur. Padahal, meski tidak dihadiri oleh gubernur, rapat paripurna dengan agenda pemandangan umum fraksi itu juga adalah sebuah agenda yang harusnya menjadi perhatian pimpinan SKPD. ‘’Di sanalah tempat fraksi-fraksi menyampaikan saran, uneg-uneg. Kalau dari fraksi saya, yang saya ungkapkan dalam pemandangan umum itu melalui kajian hukum dan data yang kami sodorkan. Tapi jawaban pemerintah kadang-kadang kan hanya terima kasih saja. Bersambung ke hal 15
Kapolda NTB Resmi Diganti Mataram (Suara NTB) Jabatan Kapolda NTB resmi berpindah. Pejabat sebelumnya, Brigjen Pol. Drs. Sriyono, M.Si, dimutasi ke jabatan barunya di Mabes Polri sebagai Karojan Bagian Lemdikpol Polri. Sementara penggantinya, Brigjen Pol. Drs. Umar Septono, SH, MH. Prosesi sertijab berlangsung di ruang rapat utama Mabes Polri, Jumat (12/6). “Hari ini Pak Kapolda NTB yang lama dengan yang baru sertijab di Mabes Polri,” kata Kabid Humas Polda NTB, AKBP Tribudi Pangastuti kepada Suara NTB, Jumat kemarin. Dalam catatan, jabatan Brigjen Pol. Sriyono sebagai orang nomor satu di korps Bhayangkara NTB relatif singkat. Ia sebelumnya dilantik 1 September 2014, menggantikan Kapolda sebelumnya Brigjen Pol. Moechgiyarto, yang juga jabatannya seumur jagung. Turunnya surat telegram pergantian Kapolda NTB ini cukup mengejutkan, hanya sepekan setelah peristiwa bentrok antara anggota Brimob Denma A Bima dengan anggota Sat Lantas Polres Bima Kota. Tidak hanya pejabat tinggi (pati) yang terjadi, penggeseran jabatan ini juga dialami Kapolres Bima Kota, Andy Syahril, SIK, yang juga dihubung-hubungkan dengan ketidakmampuannya mengurus anggota sehingga bentrok pecah. Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/ist)
SERTIJAB - Proses sertijab Kapolda NTB yang lama, Brigjen Pol. Drs. Sriyono, M.Si, kepada pejabat baru Brigjen Pol. Drs. Umar Septono, SH, MH di Mabes Polri.
Temuan BPKP Langgar Tata Ruang
Rekanan Bertanggung Jawab Pemprov Rekomendasikan PLTG 150 MW Dipindah Atas Kerugian Negara
Mataram (Suara NTB) Pemprov NTB melalui Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) merekomendasikan lokasi pembangunan (Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Tanjung Karang dengan kapasitas 150 MW dipindah ke dekat PLTD Tanjung Karang. Pasalnya, lokasi pembangunan yang ada saat ini dinilai tak sesuai dengan peruntukan pemanfaatan tata ruang. Hal tersebut disampaikan, anggota Kelompok Kerja (Pokja) BKPRD NTB,Ir. Ahmad Mackhul, M.Si dikonfirmasi di Mataram, kemarin. Ia menjelaskan, BKPRD bukannya menghambat proses pemban-
gunan PLTG tersebut, namun karena lokasi yang ada saat ini sesuai RTRW adalah kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH). ‘’Keputusannya itu tetap di BKPRD, kita tetap meminta untuk dipindah ke lokasi yang bukan sekarang ini. Lokasi yang sekarang ini dalam tata ruang sebagai RTH. Artinya, kalau tetap dipaksakan, tetap dibangun di sana maka jelas tidak sesuai dengan peruntukan tata ruang. Konsekuensinya kalau melanggar tata ruang ada sanksi-sanksi,”ujarnya. Dikatakan, rekomendasi yang ditawarkan BKPRD merupakan solusi kepada PLN. Pasalnya, sesuai dengan
kajian PLN bahwa lokasi yang ideal untuk pembangunan PLTG itu bersebelahan dengan PLTD Tanjung Karang. Di lokasi yang direkomendasikan BKPRD, lanjut Sekretaris Dinas PU NTB ini, tanahnya masih kosong dan sesuai dengan tata ruang sebagai lokasi pembangunan pembangkit listrik. “Ini menghambat karena ada aturan-aturan yang harus ditaati, yakni Perda RTRW. Kalau dari sisi kebutuhan memang kita sangat butuh listrik. Ini apakah menghambat apa tidak? Menurut saya solusinya yang paling pas adalah PLN sebelum aktivitas dimulai, sebelum membangun, Bersambung ke hal 15
Mataram (Suara NTB) Kasus dugaan korupsi pengadaan alat-alat kesehatan (Alkes) di RSUD dr.Soedjono, Selong, Lombok Timur (Lotim) sudah bergulir di Pengadilan Negeri Mataram. Fakta yang terungkap, terkait kerugian negara yang jadi temuan auditor. Versi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), beban kerugian negara juga menjadi tanggung jawab rekanan. Keterangan auditor BPKP Sotar Duga Hutabarat, sebagaimana tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) polisi, bahwa rekanan pelaksana ikut bertanggung jawab atas beban kerugian
negara dalam kasus pengadaan alkes tahun 2008 itu. Dalam petikan penjelasannya, auditor memastikan nilai kerugian negara mencapai Rp 1.095.124.3010. ‘’Pendapat saya selaku auditor bahwa secara normatif dari sudut pandang sistem pengendalian sebagai bagian dari keahlian saya, yang terindikasi sebagai pihak bertanggung jawab atas kerugian keuangan negara sebesar Rp 1.095.124.3010 pada pekerjaan pengadaan alat kesehatan, kedokteran dan KB pada program UKP RSUD dr. Soedjono Selong tahun 2008 tersebut adalah panitia pengadaan, Bersambung ke hal 15