Snt16122015

Page 1

HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.75.000 SUMBAWA Rp.80.000 ECERAN Rp 4.500

SUARA NTB

16 HALAMAN NOMOR 235 TAHUN KE 11

Online :http://www.suarantb.co.id E-mail: hariansuarantb@gmail.com

RABU, 16 DESEMBER 2015

Pengemban Pengamal Pancasila

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

(Suara NTB/aan)

GUBUK DI TENGAH SAWAH – Dua anak kecil bermain dekat gubuk di tengah sawah di daerah Rembiga, Mataram, Selasa (15/12). Di areal persawahan tersebut kini mulai tumbuh bangunan-bangunan modern yang menandakan arah pembangunan ekonomi di Kota Mataram.

Penyidik Cek Fisik Proyek PJU Lobar Mataram (Suara NTB) Pencabutan laporan dugaan penyimpangan pada proyek Penerangan Jalan Umum (PJU) Tenaga Surya (TS) di Lombok Barat, tak mempengaruhi proses hukum di Kejati NTB. Penanganan perkara itu jalan terus, bahkan penyidik sudah melakukan cek fisik. Beberapa waktu lalu, secara random, tim turun mengecek ruas jalan yang sudah dipasangi 220 PJU-TS. Butuh waktu sekitar empat hari sampai tuntas seluruhnya. ‘’Sudah kita lakukan cek fisik. Sudah semua,’’ kata juru bicara Kejati NTB, Made Sutapa, SH, Selasa (15/12) melalui tim penyidik Pidsus yang

TO K O H

(Suara NTB/dok)

KO M E N TTAA R Tak Tuntas Tepat Waktu

dicek penyidik selama empat hari itu,’’ ulas Sutapa. Dari hasil pemeriksaan lapangan itu, jumlah tiang cocok dengan materi laporan pelapor, yakni 220 unit. Bersambung ke hal 15

Mataram (Suara NTB) Dalam ajang penghargaan keterbukaan informasi publik tahun 2015, NTB tak mampu mempertahankan peringkat pertama nasional yang diraih tahun sebelumnya. Tahun ini, peringkat NTB dalam ajang penghargaan keterbukaan informasi publik melorot ke posisi empat nasional. Hal tersebut dibenarkan Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) NTB, Drs. Agung Hartono, M. STr yang dikonfirmasi Suara NTB, Selasa (15/12) kemarin. “Untuk keterbukaan informasi publik kita dapat peringkat empat nasional. Alhamdulillah kerja keras semua pihak, semua jajaran.

Karena PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) ini kolektif, artinya kerja bareng semua SKPD,” kata Agung. Tahun 2014, NTB meraih peringkat pertama dalam keterbukaan informasi publik. Provinsi Aceh berhasil meraih peringkat pertama tahun ini. Kemudian disusul Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Meskipun hanya meraih peringkat empat nasional, kata Agung, prestasi NTB dalam keterbukaan informasi publik cukup bagus. ‘’Iya tahun 2014 kita peringkat pertama. Ndak mungkin pertama terus. Karena ternyata provinsi lain juga cukup luar biasa. Semua samasama berbuat, sama-sama

berusaha untuk terbaik. Setiap tahun beda fokus penekanannya. Dari semua indikator penilaian kita cukup bagus. Tapi ada hal yang lebih dari daerah yang lain,’’ ujarnya. Agung menjelaskan, jika tahun sebelumnya hanya lima indikator yang dinilai oleh tim dari pusat. Tetapi tahun ini, ada tujuh indikator yang menjadi penilaian. Untuk tahun 2016, kata Agung, pihaknya akan meningkatkan kinerja lebih menggigit lagi dari semua aspek. ‘’Baik tenaga, kelengkapan dokumen, peningkatan pelayanan. Semua kita tingkatkan kita evaluasi terus cermati terus untuk bisa memperoleh peringkat yang pernah kita raih tahun 2014,’’ tandasnya.(nas)

(Suara NTB/dok)

Tersangka Sakit

Kasus SPAM KLU Batal Dilimpahkan Mataram (Suara NTB) Rencana tim penyidik Pidsus Kejati NTB menuntaskan kasus Sistem Perpipaan Air Minum (SPAM) Kabupaten Lombok Utara (KLU) dituntaskan Desember ini, terpaksa diurungkan. Alasannya penyidik tidak bisa melimpahkan tahap dua ke Jaksa Penuntut Umum (JPU), karena BES, tersangka tunggal dalam kasus ini dalam keadaan sakit parah. ‘’Kami mendapat surat keterangan tersangka ini sakit ginjal,” kata juru bicara Kejati NTB, Made Sutapa, SH berdasarkan informasi dari tim penyidik kasus ini, Thailani Moeshad, SH, Selasa (15/12). Dalam keterangan sakitnya itu, tersangka mendapat penanganan serius dengan operasi. Berdasarkan agenda, seharusnya tersangka hadir memenuhi panggilan Kamis (10/12) lalu untuk dilimpahkan berkasnya ke JPU sekaligus tersangka. Bersambung ke hal 15

Peningkatan Anggaran Pengentasan Kemiskinan

Bermanfaat Jika Benar-benar Tepat Sasaran (Suara NTB/dok)

PULUHAN proyek bangun baru Rumah Tak Layak Huni (RTLH) di Lombok Timur (Lotim) terancam tak tuntas sesuai dengan batas kontrak pada 20 Desember mendatang. Sehingga, Dinas PU NTB bakal memberikan sanksi berupa pengenaan denda kepada kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut. ‘’Yang melewati kontrak iya kita denda. Ada yang kita denda di Lotim itu. Denda kita terapkan, tapi pekerjaan harus selesai, Bersambung ke hal 15 Ahmad Mackhul

Made Sutapa

Keterbukaan Informasi Publik, Peringkat NTB Melorot

Regulasi Pilkada Perlu Dievaluasi WAKIL Ketua DPD RI, Prof. Farouk Muhammad mengutarakan bahwa DPD perlu melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap pelaksanaan Pilkada 2015, terutama yang berkaitan dengan dengan perubahan arah regulasi atau sistem Pilkada. Bersambung ke hal 15 Farouk Muhammad

menangani kasus ini. Terakhir yang diperiksa dua tiang di Gunung Sasak, Giri Menang. Sebelumnya secara bertahap dicek wilayah utara Lombok Barat, termasuk daerah bagian selatan, Kecamatan Labuapi, hingga ke wilayah Sekotong. ‘’Total ada 220 titik tiang PJU yang sudah

’’

Total ada 220 titik tiang PJU yang sudah dicek penyidik selama empat hari.

Mataram (Suara NTB) Kebijakan Pemprov NTB yang mengalokasikan anggaran sebesar Rp 804 miliar untuk penanggulangan kemiskinan tahun 2016 dinilai cukup bagus. Namun alokasi anggaran yang begitu besar menjadi percuma jika pengawasan terhadap pelaksanaan program dan kegiatan dalam upaya menurunkan angka kemiskinan tersebut lemah. Sehingga, Pemprov perlu melakukan pengawasan yang ketat terhadap berbagai program dan kegiatan yang dilakukan SKPD supaya program penanggulangan kemiskinan tersebut benar-benar tepat sasaran. Hal tersebut dikatakan Pemerhati Politik dan Pemerintahan NTB, Dr. Ahyar Fadli, M.Si ketika dikonfirmasi Suara NTB, Selasa (15/12) siang kemarin. “Kita menyarankan pengentasan kemiskinan itu diarahkan ke program yang ber-

kelanjutan. Artinya, pengentasan kemiskinan selama ini lebih banyak ke hal yang sifatnya konsumtif. Kemudian perlu pengawasan yang lebih ketat terhadap pelaksanaan program yang ada,”ujarnya. Menurutnya, berapapun anggaran yang dialokasikan untuk pengentasan kemiskinan tidak akan ada apa-apanya jika sifanya konsumtif. Untuk itu, dengan alokasi anggaran yang mencapai Rp 804 miliar tahun 2016 diharapkan program-program yang dilaksanakan lebih banyak bersifat pemberdayaan kepada masyarakat, bukan yang sifatnya konsumtif. Kemudian, pengawasan yang ketat terhadap program dan kegiatan yang dilakukan SKPD dalam upaya pengentasan kemiskinan harus ketat. Dalam arti, perlu dilakukan evaluasi rutin terhadap dana-dana yang telah digelontorkan ke ma-

(Suara NTB/ist)

Ahyar Fadli syarakat. ‘’Apakah dana-dana bergulir yang digunakan untuk pengentasan kemiskinan itu jalan apa tidak. Apakah tepat sasaran atau tidak. Faktanya, ada beberapa kasus, dana-dana kemiskinan itu ada yang tidak tepat sasaran,”ucapnya. Selain itu, kata Dosen IAIN Mataram ini, data orang miskin harus benar-benar riil. Se-

hingga, pengentasan kemiskinan menyasar orang-orang yang tepat untuk dientaskan. Jangan sampai pemberian program maupun kegiatan dalam upaya pengentasan kemiskinan ini tidak tepat sasaran. Dalam upaya pengentasan kemiskinan, lanjutnya, memang ada beberapa hal yang menjadi tantangan. Misalnya, jika ada program bantuan pemerintah maka banyak masyarakat yang akan mengaku miskin. Menurutnya, mentalitas masyarakat juga perlu diubah supaya jangan mengaku miskin ketika ada program bantuan pemerintah. ‘’Persoalannya juga, mentalitas masyarakat kita yang penting dapat bantuan pemerintah, bisa membuat surat miskin di desanya. Ini kan problem mentalitas. Sehingga sampai kapanpun angka kemiskinan ini tak akan pernah turun jika seperti

ini. Perlu perubahan mindset terutama kemiskinan kultural,” imbuhnya. Ahyar menyebutkan ada dua jenis kemiskinan yang ada di masyarakat, yakni kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural. Kemiskinan struktural dapat diturunkan dengan intervensi berbagai program bantaun dan pemberdayaan kepada masyarakat miskin tersebut. Dalam pengentasan kemiskinan struktural inilah membutuhkan data-data yang riil. ‘’Yang berat itu kemiskinan kultural. Kalau dalam pengentasan kemiskinan strukural, kalau jelas programnya, jika nanti para pejabat melenceng dari pedoman yang ada ditindak saja. Yang lebih sulit itu kemiskinan kultural, ini kaitannya dengan mindset, budaya yang memang butuh waktu lama mengentaskan mereka,’’tandasnya. (nas)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.