HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK SUMBAWA ECERAN Rp 4.500
Rp. 75.000 Rp. 80.000
SUARA NTB Pengemban Pengamal Pancasila
SELASA, 17 MARET 2015
16 HALAMAN NOMOR 14 TAHUN KE 11 Online :http://www.suarantb.com E-mail: hariansuarantb@gmail.com
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Komisi XI DPR RI Dorong DJP Nusra Realisasikan Target Rp 5,3 Triliun Mataram (Suara NTB) Komisi XI DPR RI mendorong agar Ditjen Pajak Nusa Tenggara (DJP Nusra) yang membawahi NTB dan NTT dapat mencapai target sebesar Rp 5,3 triliun tahun 2015. Jika tidak, beban pembangunan akan ditanggung dari utang-utang negara. Hal ini disampaikan Ketua Panja Komisi XI DPR RI, H. Jon Erizal, MBA mengungkap kembali soal target penerimaan pajak secara nasional tahun ini sebesar Rp 1.300 triliun. Baginya itu juga sangat berat akan dicapai. Namun tetap bisa tercapai jika dilaksanakan dengan komitmen yang kuat serta keterlibatan semua pihak.
“Kami sadari mencapai target ini, termasuk di NTB cukup berat. Tetapi bisa tercapai asalkan bisa dilaksanakan secara bersamasama. Sayang, kalau penerimaan pajak kurang dan pembangunan negara akan menggunakan utang negara,’’ katanya pada acara Tax Gathering Tatap Muka dengan Komisi XI DPR RI, di Kantor DJP Nusra, Senin (16/3) kemarin. Kegiatan kunjungan yang dilaksanakan Komisi XI DPR RI kemarin adalah menyerap kondisi sebenarnya dilapangan. Sehingga DPR RI juga bisa memberikan solusi. Terhadap kegiatan ini, hanya dua daerah yang dijadikan sample, yakni NTB dan Sulawesi. Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/bul)
TATAP MUKA - Suasana tax gathering dan tatap muka dengan Komisi XI DPR RI, di Kantor DJP Nusra , kemarin.
Diduga Kontraktor Kabur
Pembangunan Rumah Adat KSB Mangkrak Taliwang (Suara NTB) Pembangunan Rumah Adat milik Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) senilai Rp 2 miliar, akhirnya benar-benar terhenti alias mangkrak. Terhentinya pembangunan rumah adat yang berlokasi di Alun-alun Taliwang itu, setelah dilakukan pemutusan kontrak kerja secara sepihak oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek. Pemutusan kontrak kerja ini, diduga karena kontraktornya kabur.
Kepala Dinas Dikbudpora KSB Drs. Mukhlis selaku pemilik proyek yang dikonfirmasi Senin (16/3) mengakui terhentinya pembangunan rumah adat tersebut. Iamenyatakan, sementara ini pembangunan rumah adat dihentikan setelah pemutusan kontrak
kerjanya pada akhir tahun 2014 lalu. Dan untuk kelanjutannya akan diupayakan dilaksanakan pada tahun ini. ‘’PPK sudah sampaikan hal ini ke Bupati. Nah untuk hasilnya apa silahkan ke PPK saja, Bersambung ke hal 15
TO K O H Merusak Lingkungan
Somasi Kritisi Amin Dukung Kepengurusan Golkar Penanganan Kasus dengan Legalitas Pemerintah DBH-CHT
ANGGOTA Komisi VII DPR RI, Kurtubi menolak rencana pengambilan pasir dari Kabupaten Lombok Timur untuk kegiatan reklamasi Teluk Benoa, Bali karena dikhawatirkan akan merusak lingkungan. “Kami Komisi VII akan menolak rencana itu, karena akan merusak lingkungan di Pulau Lombok,” tegas Kurtubi di Mataram, Senin (16/3). Bersambung ke hal 15 Kurtubi
KO M E N TTAA R
(Suara NTB/bug)
MANGKRAK - Proyek rumah adat KSB yang mangkrak. Dengan anggaran yang diterima diduga mencapai Rp 500 juta, seperti inilah hasil pekerjaan 5,4 persen yang mampu dikerjakan CV AS selaku pelaksana sebelum diputus kontraknya pada 22 Desember tahun lalu.
(ant/Bali Post)
Ganggu Mesin Birokrasi PEMPROV NTB akan segera melakukan mutasi untuk mengisi kekosongan puluhan jabatan eselon III yang kini masih lowong. Kekosongan jabatan eselon III itu memang diakui cukup mengganggu mesin birokrasi dalam rangka melakukan percepatan pembangunan. ‘’Kita akan segera memproses pengisian jabatan eselon III yang lowong itu,’’ kata Sekda NTB yang juga Ketua Baperjakat, H. Muhammad Nur, SH, MH ketika dikonfirmasi Suara NTB, Senin (16/3) siang kemarin di Kantor Gubernur. Bersambung ke hal 15 H. Muhammad Nur
Mataram (Suara NTB) Sekretaris DPD I Partai Golkar NTB, H. Muh. Amin, SH, M.Si meminta kepada DPP Golkar kubu Aburizal Bakrie (ARB) maupun kubu Agung Laksono supaya tak melakukan pemecatan kepada kader-kader yang berseberangan. Amin yang juga Wakil Gubernur NTB ini mengatakan akan mendukung kepengurusan DPP Golkar yang mempunyai legalitas pemerintah atau yang diakui oleh Kementerian Hukum dan HAM. Ia mengibaratkan, masalah dualisme kepengurusan Golkar yang terjadi saat ini seperti orang yang berada dalam satu rumah, satu kamar tapi pisah ranjang. Artinya, tak ada kader Golkar yang berada di luar rumah tersebut, namun hanya pisah tempat tidur saja. Terkait dengan hal itu,
kata Amin, ia sudah berkomunikasi dengan dua kubu, baik kubu ARB dan kubu Agung Laksono. “Mengapa saya berkomunikasi dengan semuanya? Baik kubu Munas Bali maupun Munas Ancol. Saya kira, tidak salah. Karena prinsipnya kita ini keluarga besar. Kecuali kader itu melakukan komunikasi dengan pihak di luar partai Golkar,” ujarnya ketika dikonfirmasi di Kantor Gubernur, Senin (16/3) siang kemarin. Mengenai dualisme kepengurusan Golkar ini, kata Amin, pihaknya menganut asas legalitas. Artinya, mana kepengurusan yang diakui oleh Kementerian Hukum dan HAM, maka disitulah para kader Golkar di seluruh Indonesia termasuk NTB akan berlabuh. Bersambung ke hal 15
Mataram (Suara NTB) Solidaritas Masyarakat untuk Transparansi (Somasi) NTB mengkritisi kejelasan penanganan dugaan penyimpangan pada proyek Dana Bagi hasil Cukai Hasil tembakau (DBHCHT) oleh Kejaksaan Tinggi NTB. “Dari beberapa kasus korupsi yang kami pantau penanganannya di Kejaksaan Tinggi NTB, kasus DBH-CHT yang belum terlihat perkembangannya,” kata Direktur Somasi NTB, Lalu Ahyar Supriadi, SH, Senin (16/3) kemarin. Sejak dua tahun terakhir,
penanganan kasus ini dilihatnya masih berkutat pada pengumpulan data (Puldata) dan pengumpulan bahan keterangan (Pilbaket). Ketika pergantian jabatan Kajati, sambung Ahyar, justru perkembangan kasusnya tak terlihat, bahkan terkesan vakum. Sederet tindakan yang sudah dilakukan penyidik, pemeriksaan saksi dan pengecekan barang bukti, mestinya menurut dia sudah ada progress ketika kasus ini masuk tahun ke tiga. Bersambung ke hal 15
Pengambilan Pasir Laut
Kewenangan Ada di Pemprov NTB Mataram (Suara NTB) Pemprov NTB mengatakan, Pemkab Lombok Timur (Lotim) tak mempunyai kewenangan memberikan atau mengeluarkan izin pengambilan pasir laut di wilayah itu untuk mereklamasi Teluk Benoa, Bali. Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah, bahwa kewenangan pemberian izin pertambangan, kelautan dan kehutanan saat ini sudah diMuhammad Husni (Suara NTB/nas)
tarik ke provinsi. Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) NTB, Ir. Muhammad Husni, M.Si bersama Kepala Badan Lingkungan Hidup dan Penelitian (BLHP) NTB, Ir. Hery Erpan Rayes, MM menyikapi rencana pengambilan pasir laut oleh PT. Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) di perairan Lotim, Senin (16/3). Husni menjelaskan, sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2014, bahwa pemerintah kabupaten tak memiliki kewenangan dalam pemberian izin pertambangan, seperti pengambilan pasir laut. Dikata-
kan, sesuai UU yang baru itu, untuk aktivitas pertambangan di daerah perairan dengan panjang 0-12 mil menjadi kewenangan pemerintah provinsi. Sementara untuk 12 mil ke atas merupakan kewenangan pemerintah pusat. Sementara itu, dalam UU sebelumnya, memang ada kewenangan dari pemerintah kabupaten/kota. Bersambung ke hal 15
Hery Erpan Rayes (Suara NTB/nas)