HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.75.000 SUMBAWA Rp.80.000 ECERAN Rp 4.500
SUARA NTB
JUMAT, 22 JANUARI 2016
Pengemban Pengamal Pancasila
16 HALAMAN NOMOR 264 TAHUN KE 11 Online :http://www.suarantb.com E-mail: hariansuarantb@gmail.com
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
(Suara NTB/ula)
JEBOL - Kondisi Bendungan Raba Baka di Dompu. Kini mega proyek multi years bernilai Rp 316 miliar itu dibidik Kejati NTB.
Kejaksaan Bidik Mega Proyek Bendungan Raba Baka Mataram (Suara NTB) Mega proyek Bendungan Raba Baka di Kabupaten Dompu yang sempat bermasalah progres pembangunannya, kini jadi bahan penyelidikan Kejaksaan Tinggi NTB. Sejumlah saksi dimintai keterangan. Informasi diperoleh Suara NTB, sejumlah saksi yang diperiksa diantaranya Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), panitia pengadaan, termasuk Kepala Satuan Kerja Pembangunan Bendungan BWS Nusa Tenggara I. ‘’Ada delapan saksi diperiksa, mulai Jumat pekan lalu,’’
TO K O H
kata sumber Suara NTB di Kejati NTB. Dua di antara pejabat BWS yang diklarifikasi adalah Kepala Satker Pembangunan Bendungan BWS Nusa Tenggara I, Abdul Hafiz dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), I Ketut Karihartha. Sasaran bidikan Kejaksaan, karena proyek multi
pengerjaannya meski diduga belum ada izin dari Kementerian Kehutanan. ‘’Belum ada izin pemanfaatan hutan, makanya diusut,’’ kata sumber tadi, seraya menambahkan bahwa terkait proyek ini, diduga telah dilakukan pembayaran sebesar 20 persen. Abdul Hafiz yang dikonfirmasi terkait pemanggilan dan klarifikasi itu, belum bisa memberi komentar. ‘’Saya masih rapat di Jogja. Tks,’’ jawabnya singkat via SMS. Proyek ini diketahui men-
years senilai Rp 316 miliar itu dikerjakan di atas lahan yang diduga izinnya belum dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan. Sebab areal itu masuk dalam kawasan hutan lindung. Sejak dikerjakan tahun 2013 lalu, proyek yang disebut dengan Raba Baka Kompleks (RBK) ini, tetap berlanjut
Penjaringan Sekda NTB
GUBERNUR NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi mengingatkan, Bulog jangan main-main terkait dengan keputusan Perum Bulog Divre NTB yang ngotot akan mendatangkan beras dari Jawa Timur (Jatim). Menurutnya, jika Bulog maksimal dalam menyerap gabah petani maka cadangan beras di daerah ini akan aman. ‘’Kalau melihat dari keseluruhan yang ada. Saya akan mengecek dan meminta supaya Bulog tidak main-main. Jadi penyerapannya dikurangi atau tidak dimaksimalkan supaya ada permainan-permainan seperti ini (mendatangkan beras dari luar daerah),” kata gubernur dikonfirmasi di Mataram, Kamis (21/1) siang kemarin. Bersambung ke hal 15 TGH.M.Zainul Majdi (Suara NTB/ars)
KO M E N TTAA R KPK Belum Bersikap HINGGA saat ini, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) belum juga bersikap terkait putusan Pengadilan Tinggi Tipikor Denpasar, dalam kasus Bupati Lombok Barat non aktif, Dr.H. Zaini Arony. Sementara jika mengacu pada batas waktu sejak putusan itu dikeluarkan, maka perkara ini dinyatakan incraht. Juru Bicara KPK Yuyuk Indriati, dihubungi Suara NTB Kamis (21/1) kemarin mengakui, sejauh ini belum ada putusan pimpinan lembaga antirasuah itu. Akan menerima atau mengajukan kasasi. Bersambung ke hal 15
Gubernur Kantongi Kepala SKPD Tak Berintegritas
Kerja Pansel Mencari yang Terbaik DPRD NTB meminta panitia seleksi (Pansel) agar dalam melakukan penjaringan calon Sekda NTB sesuai dengan aturan perundang-undangan. Para pimpinan Dewan tidak menginginkan adanya upaya jegal menjegal dalam pengisian jabatan Sekda NTB. “Kan itu sudah ada petunjuk panselnya. Kalau misalnya Pansel melakukan pembatasan, kita hormati pembatasan itu kalau ada
dasarnya. Tetapi kalau tidak ada dasarnya, jangan dilakukan, karena itu merupakan pengebirian terhadap hak-hak masyarakat,’’ ujar Wakil Ketua DPRD NTB, TGH. Mahalli Fikri, pada Suara NTB, Kamis (21/1) kemarin. Bersambung ke hal 15
TGH. Mahalli Fikri
Pemprov Turunkan Tim Periksa Kapal Diduga Pengangkut Limbah Newmont Mataram (Suara NTB) Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi mengaku telah menurunkan tim untuk memeriksa muatan dari kapal diduga pengangkut limbah atau barang sisa PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT). Kapal diduga pengangkut limbah Newmont yang bernama MV Red Rock Voyage 1602 sudah diamankan pihak TNI Angkatan Laut (AL) di Kupang, NTT. “Saya sudah mengirim BLHP (Badan Lingkungan Hidup dan Penelitian), Dinas Pertambangan dan Energi serta Dinas Perhubungan untuk memeriksa isi dari kontainer itu, baik limbah B3 dan yang lain. Sudah kita kirim
PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) untuk mengecek itu,” kata gubernur dikonfirmasi di Mataram, Kamis (21/1) siang kemarin. Dijelaskan, kapal MV Red Rock Voyage 1602 diduga mengangkut limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari Pelabuhan Benete Sumbawa Barat tanpa sepengetahuan dan disetujui oleh Penjabat Bupati Sumbawa Barat. Padahal, kapal itu mengangkut limbah B3, ada juga scrap. “Kan kita tidak tahu itu, limbah itu gimana prosesnya, pengangkutannya, berapa banyaknya. Penanggungjawabnya seperti apa, yang dibawa berapa, yang ditinggalkan berapa? Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/dok)
Bulog Jangan Main-main
jadi bahan penyelidikan baru Kejaksaan, yang sebenarnya sudah diusut sejak akhir 2015 lalu dan menjadi atensi langsung Kajati NTB, Martono, SH, MH. Kajati menunjuk Made Sutapa, SH sebagai ketua tim penyelidikan kasus ini. Bahkan Sutapa sendiri menurut informasi sudah meminta keterangan para saksi tadi. Hanya saja, saat dikonfirmasi, Sutapa mengaku akan mengecek kepastian pihaknya mengusut proyek itu. Bersambung ke hal 15
Mataram (Suara NTB) Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi menyerahkan sepenuhnya evaluasi terhadap 12 Kepala SKPD Pemprov NTB kepada Tim Evaluasi Kinerja Pimpinan Tinggi Pratama yang telah dibentuk dan saat ini sedang bekerja. Gubernur tak menampik dari hasil evaluasi itu akan ada Kepala SKPD yang bakal diganti. Orang nomor satu di NTB ini mengaku telah mengantongi nama pimpinan SKPD yang tak berintegritas, yang juga akan menjadi pertimbangan dalam melakukan mutasi pejabat. Hal tersebut ditegaskan gubernur ketika dikonfirmasi di Mataram, Kamis (21/1) siang kemarin. Gubernur menghargai adanya desakan dari para anggota DPRD NTB supaya mengganti pimpinan SKPD. Menurutnya, hal tersebut bagus karena Dewan mempunyai fungsi pengawasan terhadap ek-
sekutif. ‘’Itu (Dewan) berhak penuh menyampaikan penilaian terhadap kinerja SKPD. Namun perlu diingat bahwa tim evaluasi kinerja itu melihat secara komprehensif,’’ terang Zainul majdi. Dijelaskan, tim evaluasi kinerja pimpinan tinggi pratama yang sedang melaksanakan tugasnya mengevaluasi kinerja 12 SKPD lingkup Pemprov NTB itu mulai dari capaian indikator kinerja yang tertuang dalam RPJMD. Termasuk juga penilaian dari gubernur sendiri sebagai pimpinan daerah. ‘’Dari capaian indikator kinerja seperti apa? Termasuk juga penilaian dari saya seperti apa. Sejauh mana integritas dari para pejabat. Kalau misalnya terlalu banyak komplain masyarakat terhadap suatu instansi dalam hal pelayanan publik. Misalnya dipersulit pelayanan kepada masyarakat. Bersambung ke hal 15
Simpang Siur
Rencana Pembebasan Lahan Sisa di Kawasan ’’Techno Park’’
Yuyuk Indriati (Suara NTB/ist)
Mataram (Suara NTB) Rencana pembebasan lahan milik warga untuk pembangunan kawasan techno park, di Desa Lelede, Lombok Barat masih simpang siur. Pemerintah daerah dan pemilik lahan hingga kini belum ada komunikasi. ‘’Sampai sekarang belum ada pemerintah datang. Yang ada cuma makelar yang banyak disuruh. Kenapa harus pakai makelar kalau mau prosesnya cepat,’’ tanya Harli, anak seorang pemilik lahan di kawasan techno park yang belum dibebaskan. Menurutnya, orang tuanya memiliki sertifikat untuk tanah di kawasan techno park seluas 23 are. Hingga kini, lahan itu masih digarap orang tuanya dan ditanamai beberapa jenis komoditas tanaman pan-
gan. Jika pemerintah daerah serius membebaskan lahan milik keluarganya, menurutnya harus jelas dari pemerintah langsung. Berapa nilai pembelian yang ditawarkan, tanpa harus melalui perantara. ‘’Kalau itu untuk kepentingan umum. Lahan ini siap dijual, tidak ada masalah. Tapi bagaimana bisa bicara, yang datang cuma makelar-makelar,” ujar Harli dihubungi Suara NTB di Lelede, Kamis (21/1) kemarin. Jika pemerintah juga tak melakukan pembebasan lahan, baginya tidak masalah. Permintaannya, ke depan keberadaan kawasan techno park tidak membuat akses pemilik lahan menjadi buntu menuju lahan milik mereka. Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/bul)
Gerbang techno park di Desa Lelede, Lombok Barat.