Snt22072015

Page 1

HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.75.000 SUMBAWA Rp.80.000 ECERAN Rp 4.500 Online :http://www.suarantb.co.id

SUARA NTB

16 HALAMAN NOMOR 112 TAHUN KE 11

E-mail: hariansuarantb@gmail.co.id

Pengemban Pengamal Pancasila

RABU, 22 JULI 2015

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Pemberantasan Korupsi Jangan Setengah Hati Martono

MENGEVALUASI penegakan hukum dari rangkaian pergantian pejabat, baik itu di Polda NTB maupun Kejati NTB, para pegiat antikorupsi terus berharap dua lembaga penegak hukum

itu menerima masukan dari masyarakat. Karena sulit dipungkiri, atensi pimpinan yang kurang, akan memicu lemahnya penanganan perkara, kemudian berujung pada kualitas kasus yang ditangani. Pertama kalinya berkomentar di media, Kajati NTB yang baru, Martono,

SH menyampaikan komitmennya menyelesaikan tunggakan kasus yang ditinggalkan pejabat sebelumnya. Demikian juga degan kasus- kasus baru. Bersambung ke hal 15

Umar Septono

Mataram (Suara NTB) Hasil investigasi yang telah dilakukan Ombudsman NTB akhir tahun lalu, menemukan indikasi kuat sejumlah kawasan hutan pinggir pantai di Lombok menjadi incaran mafia tanah. Para mafia tanah ini biasanya memanfaatkan masyarakat lokal untuk menguasai lahan yang potensial untuk pengembangan usaha pariwisata melalui pengurusan sertifikat hak milik atas nama warga. ‘’Dari kepala desa memang ada banyak itu, karena ini daerah wisata. Namun kita tak terlalu jauh masuk memastikan itu. Yang kami masuk itu misalnya mengenai penerbitan sertifikat di kawasan hutan lindung itu,” kata Asisten Bidang Penyelesaian Laporan Ombudsman Perwakilan NTB, Arya Wiguna, SH dikonfirmasi Suara NTB, Selasa (21/7) siang kemarin. Bersambung ke hal 15

TO K O H Jadi Sumber Masalah SELAIN ledakan petasan, kembang api juga bisa memicu masalah. Sejumlah gangguan Kamtibmas ada yang dipicu kembang api yang juga meledak seperti petasan. Kapolres Mataram AKBP. Bambang Sumitro, SH, SIK akan mengevaluasi penggunaan kembang api yang berlebihan. Kapolres mencontohkan, peristiwa yang berujung penganiayaan seorang warga di Lingkungan Jeruk Manis Cakranegara saat malam takbiran, Bersambung Bambang Sumitro ke hal 15 (Suara NTB/dok)

KO M E N TTAA R Belum Terima Hasil Anjab

H. Muh. Suruji

KEMENTERIAN Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN RB) menyebut Analisis Jabatan (Anjab) dan Analisis Beban Kerja (ABK) SKPD Pemprov NTB baru mencapai 9,2 persen. Di NTB, baru Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) yang sudah menuntaskan Anjab dan ABK 100 persen. Menyikapi persoalan ini, BKD dan Diklat NTB mengaku belum menerima hasil evaluasi Anjab dan ABK yang sudah dikirim ke Kemen PAN RB. Bersambung ke hal 15

(Suara NTB/kir)

RAMAI - Salah satu objek wisata pantai di Lombok Tengah bagian selatan dipadati wisatawan pada musim libur lebaran. Kawasan pantai ini merupakan salah satu dari sejumlah objek wisata di Lombok yang banyak diburu investor pariwisata karena prospeknya cerah.

Tak Ada SOP, Baru Dua Kandidat Golkar Pemprov Diminta yang Terjamin Beri Sanksi Pihak RSUP NTB

Mataram (Suara NTB) Dari tujuh kabupaten/kota yang akan menggelar Pilkada tahun ini, dua kepengurusan Partai Golkar tampaknya baru sepaham untuk mengusung bakal calon yang sama di dua daerah, yaitu di Kota Mataram dan Lombok Tengah. Penegasan itu disampaikan Sekretaris Korwil DPP Partai Golkar untuk NTB, Chris Parangan, SE yang dikonfirmasi Suara NTB, Selasa (21/7) kemarin. “Yang bisa kita pastikan ini, dari tujuh kabupaten/kota itu, yang baru masuk, cuma dua yang sama. Kalau calon yang sama itu Ahyar Abduh di Kota Mataram dan Suhaili di Lombok Tengah. Yang lain belum jelas,” ujar Chris Parangan. Seperti diketahui, KPU RI baru saja menerbitkan Peraturan KPU nomor 12 tahun 2015 yang mengubah ketentuan di Peratuan KPU nomor 9 tahun 2015. Dalam peraturan nomor 9 tahun 2015, parpol yang memiliki dua kepe-

ngurusan yang berbeda harus terlebih dulu melakukan islah dan membentuk kepengurusan yang sama atau menunggu terbitnya keputusan pengadilan berkekuatan hukum tetap yang menyidangkan sengketa mereka. Kini, lewat peraturan yang baru, KPU RI memberikan peluang bagi parpol seperti Golkar dan PPP untuk bisa mengajukan calon yang sama meski diajukan oleh dua kepengurusan yang berbeda. Ketentuan baru itu dituangkan dalam pasal 36 ayat (4) yang berbunyi, “Dalam hal kesepakatan perdamaian untuk membentuk satu kepengurusan Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak tercapai, sambil menunggu putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, Partai Politik dari dua kepengurusan hasil Muktamar/Munas/Kongres dapat memberikan persetujuan untuk satu Pasangan Calon yang sama.” Bersambung ke hal 15

Mataram (Suara NTB) Kasus dugaan hilangnya bayi di ruang perawatan RSUP NTB menjadi atensi lembaga pemantau pelayanan publik, Ombudsman RI Perwakilan NTB. Hasil konfirmasi yang dilakukan kepada petugas di RSUP NTB, kasus dugaan hilangnya bayi yang dilahirkan Anisa (20) lantaran, tak ada Standar Operasional Prosedur (SOP) di sana. Sehingga, Ombudsman akan merekomendasikan kepada Pemprov NTB, supaya memberikan sanksi berat kepada pihak RSUP sebagai pihak yang paling bertanggung

jawab terhadap kasus tersebut. “Kami akan melakukan koordinasi dengan Ombudsman RI untuk mengeluarkan rekomendasi terkait permasalahan ini. Agar nantinya bisa dijatuhkan sanksi kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap permasalahan ini. Sehingga ini nantinya menjadi acuan pemprov dalam memberikan sanksi,” kata Asisten Bidang Penindakan Ombudsman Perwakilan NTB, M. Rasyid Rido, SH di Mataram, Selasa (21/7) siang kemarin. Bersambung ke hal 15

Polisi Periksa Ibu Bayi

Ada Indikasi Adopsi Ilegal

(Suara NTB/dok)

(Suara NTB/ars)

DIPERIKSA - Anisa saat diperiksa penyidik Polsek Mataram, Selasa pagi kemarin.

Mataram (Suara NTB) Polisi langsung mengusut kasus dugaan hilangnya bayi di RSUP NTB. Anisa (20), dipanggil dan menjalani pemeriksaan di Mapolsek Mataram, Selasa (21/7) kemarin. Ada indikasi, hilangnya bayi Anisa, modus adopsi ilegal. “Ibunya bayi itu sudah diperiksa tadi pagi. Polsek Mataram sedang usut, bagaimana bisa bayi itu diambil orang lain,” kata Kasubag Humas Polres Mataram, AKP I Wayan Suteja. Dari kronologi yang diperolehnya, disimpulkan bahwa, saat bayi itu hilang tanggal 17 Juli lalu ternyata diambil seorang ibu bernama Wayan. Alasannya, sudah ada kesepakatan antara Wayan dengan Anisa untuk mengadopsi bayi itu. Wayan lah yang kemudian menebus bayi itu dari

ruang NICU RSUP NTB, setelah membayar biaya persalinan sebesar Rp 9 juta. “Tapi saat penebusan itu, Anisa tidak bisa dihubungi oleh Wayan. Sehingga Wayan datang begitu saja ke rumah sakit untuk mengambil bayi itu. Sehingga wajar ketika Anisa datang ke rumah sakit Senin (20/7) kemarin, bayinya tidak ada,” kata Suteja. Tapi meski sudah ada kesepakatan antara Wayan dengan ibu bayi tersebut, kepolisian tetap melakukan penyelidikan. Anisa diperiksa pagi kemarin, termasuk Wayan, terkait kesepakatan yang mereka buat, termasuk biaya yang dikeluarkan untuk menebus bayi. Menurut Kasubag Humas, sedang ditelusuri indikasi human trafficking atau adopsi ilegal. Bersambung ke hal 15

(Suara NTB/dok)

(Suara NTB/dok)

Setelah Hari Raya Idul Fitri ini, ada harapan besar kepada penegak hukum agar spirit kinerjanya lebih maksimal. Menangani perkara korupsi tidak setengah hati, karena hanya mengejar target kuantitas tanpa mempedulikan kualitas, dilihat dari aspek kerugian negara maupun aktor yang terlibat. Harapan itu sekarang tidak hanya dibebankan penuh kepada Kejaksaan Tinggi NTB, tapi juga Polda NTB.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.