HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.75.000 SUMBAWA Rp.80.000 ECERAN Rp 4.500
SUARA NTB
16 HALAMAN NOMOR 164 TAHUN KE 11
Online :http://www.suarantb.co.id E-mail: hariansuarantb@gmail.com
SELASA, 22 SEPTEMBER 2015
Pengemban Pengamal Pancasila
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Kebakaran Rinjani Meluas Selong (Suara NTB) Kebakaran kawasan hutan padang savana Gunung Rinjani makin meluas. Titik api masih menyala sampai Senin (21/9) kemarin di wilayah Kanji. Hingga saat ini diidentifikasi luas kawasan yang terbakar mencapai 170 hektar (ha). Hal itu diungkapkan, Ketua Wilker II Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), H. Ramsjah. Petugas Pemadam Kebakaran diakui cukup kewalahan mendatangi titik api. Penyebab utama terjadinya
kebakaran belum diketahui. Kesimpulan sementara penyebab kebakaran karena puntung rokok yang dibuang sembarangan oknum pemburu liar di kawasan hutan. Laporan tim TNGR, api
yang bermula dari kawasan Pusuk Sembalun ini terus meluas menuju Kanji dan diprediksi akan merembet ke Propok. Itulah yang luasannya mencapai 150 ha. Bersambung ke hal 15
Akibat Puntung Rokok (Suara NTB/ist)
TERBAKAR - Terlihat bekas kebakaran di Kawasan Pusuk Sembalun.
Kasus Dermaga Labuhan Haji
MA Perberat Hukuman Gafar Ismail Mataram (Suara NTB) Mahkamah Agung (MA) menjatuhkan hukuman jauh lebih berat dari putusan pengadilan, dalam kasus korupsi Dermaga Labuhan Haji, Lombok Timur. Salah seorang terdakwa, Lalu Gafar Ismail, divonis lima tahun penjara atas kasasi yang diajukan Januari 2015 lalu. Dua terdakwa lainnya, Direktur PT. Citra Gading Asritama (CGA) Ichsan Suaidi dan Manajemen Konsultan (MK) Ir. Muhammad Zuhri masih menunggu putusan MA. Informasi turunnya putusan itu
TO K O H
disampaikan pihak Pengadilan Negeri Mataram. “Sudah kami terima, pekan kemarin, petikan putusannya ada di meja saya,” kata Humas PN Mataram, Husnul Khotimah, SH,MH melalui Panitera Subari, SH kepada Suara NTB, Senin (21/9). Isi petikan putusan itu, bahwa hukuman yang dijatuhkan hakim MA lima tahun penjara, jauh lebih berat dari putusan Pengadilan Tinggi Mataram, dengan hukuman ketika itu tiga tahun penjara dan denda Rp 200 juta. Bersambung ke hal 15
DINAS Kehutanan (Dishut) NTB memastikan kebakaran hutan kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) di wilayah Pusuk Sembalun seluas 170 hektar akibat puntung rokok. Awalnya, seluas 50 hektar yang terbakar namun meluas hingga 100 hektar. Selain persoalan kebakaran hutan, seluas 300 hektar kawasan hutan TNGR juga saat ini sedang dirambah oleh masyarakat di Pesugulan Lombok Timur (Lotim). “Kebakaran itu sekitar 100 hektar. Itu
sudah padam. Di sana itu ada pos, sekarang harus aktif. Begitu ada kebakaran harus dipadamkan. Itu kan kebakarannya baru sekali ini. Ini alang-alang, itu memang ada puntung rokok penyebabnya,” kata Kepala Dishut NTB, Ir. Andi Pramaria, M.Si dikonfirmasi di Mataram, Senin (21/9). Persoalan kedua, kata Andi, perambahan hutan kawasan TNGR seluas 300 hektar di Pesugulan Desa Bebidas Lotim. Bersambung ke hal 15
Banyak Gagal, Proyek yang Diinisiasi LSM Mataram (Suara NTB) Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi mengatakan, tak sedikit proyekproyek yang diinisiasi oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di daerah ini gagal alias tak berhasil. Gagalnya proyek-proyek tersebut karena tidak adanya keberlanjutan program. Artinya begitu proyek selesai maka sudah tak ada lagi keberlanjutan dari proyek tersebut. “Proyek yang dilaksanakan dengan inisiasi dari luar pemda, itu sudah banyak di NTB. Bahkan mungkin dulu biang-biangnya LSM salah satu pertama kerja di NTB. Jadi NTB ini terkenal dengan lahan kering dengan daerah sangat TGH.M.Zainul Majdi
tinggi angka kemiskinannya. Maka LSM- LSM pertama di republik ini bekerja pertama di NTB. Ada yang sukses tapi banyak juga yang gagal. Kenapa gagal? Karena tak adanya keberlanjutan dari proyek itu,” kata gubernur saat membuka rapat koordinasi proyek kemakmuran hijau dalam upaya pengentasan kemiskinan di Ruang Rapat Utama Kantor Gubernur, Senin (21/9) siang. Untuk memastikan keberlanjutan suatu proyek, katanya maka perlu pelibatan masyarakat. Pelibatan masyarakat dalam arti mampu mendorong dan menumbuhkan semangat membangun pada masyarakat itu sendiri. Pelibatan masyarakat dalam bentuk partisipasi masyarakat tidak hanya sekadar masyarakat itu ikut-ikutan. Bersambung ke hal 15
BELUM RAMPUNG - Pembangunan proyek by pass BIL Patung Sapi (Lombok Barat) -Kota Mataram, belum rampung. Proyek yang sangat dinantikan masyarakat, sekarang dalam tahap pembangunan /duplikasi Jembatan Banyumulek 1,2 dan 3. Proyek dengan anggaran dari APBN ini dananya mencapai Rp 82 miliar lebih.
Tidak Boleh Miskin BUPATI Lombok Timur (Lotim) H. Moch Ali Bin Dachlan (Ali BD) mengatakan, umat Islam tidak boleh miskin. Kemiskinan yang melanda saat ini tidak bisa diperangi secara individu. Akan tetapi harus dilakukan dengan sebuah gerakan. Gerakan yang dimaksudkan adalah membayar zakat. Bersambung ke hal 15 H. Moch Ali Bin Dachlan
KO M E N TTAA R
(Suara NTB/dok)
Terjerat Ijon SALAH satu cluster masyarakat miskin di NTB adalah masyarakat yang hidup di sekitar hutan. Data dari Dinas Kehutanan (Dishut) NTB, sekitar 40 persen atau 300 ribu orang masyarakat sekitar hutan dalam kondisi miskin. Banyaknya masyarakat sekitar hutan yang hidup dalam kemiskinan disebabkan mereka banyak yang terjerat sistem ijon. Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/bul)
Rencana Pengerukan Pasir Laut
Gubernur Serahkan pada Kajian Amdal dan Studi Kelayakan
Andi Pramaria (Suara NTB/dok)
Mataram (Suara NTB) Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi mengatakan dirinya telah menerima izin penanaman modal salah satu investor yang akan mengeruk pasir laut di Lombok Timur (Lotim). Namun, diterima atau tidaknya rencana pengerukan pasir untuk reklamasi Teluk Benoa Bali itu tergantung hasil kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dan studi kelayakan (Feasibility Study/FS). “Sampai sekarang, yang saya terima izin penanaman modal supaya terdaftar perusahaan itu. Selanjutnya nanti kita lihat. Kalau ada sesuatu investasi, kegiatan usaha yang diinginkan, kita lihat kesesuaiannya,” kata gubernur ketika dikonfirmasi di Mataram, Senin (21/9) siang kemarin.
Gubernur mengatakan bahwa bukan dirinya yang memberikan peluang dibolehkan atau tidaknya pengerukan pasir laut tersebut. Namun, hal itu ditentukan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Dikatakan, tidak ada pemeirntah daerah yang boleh melarang suatu perusahaan yang legal untuk mendaftarkan investasi. “Jadi, (perusahaan itu) sudah terdaftar di sini tapi mau apa? Itu yang sedang ditelaah oleh BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) kita,”ucapnya. Orang nomor satu di NTB ini mengungkapkan, sebelum ada permohonan investasi pengerukan pasir laut. Dulu pernah ada perusahaan (investor) yang mengajukan permintaan
pengerukan pasir daratan. Ia menegaskan, pengerukan pasir daratan tidak boleh dilakukan pada pantai di NTB. ‘’Nah sekarang saya dengar, walaupun saya belum mendapatkan laporan resmi permintaan izin untuk pengerukan pasir tengah laut. Nah itu yang akan tunduk pada semua peraturan yang ada,”imbuhnya. Peraturan yang dimaksud, yakni apakah rencana pengerukan pasir laut itu berkesesuaian dengan wilayah pertambangan. Apakah dari sisi lingkungan tidak merusak ekosistem laut atau tidak. Apakah rencana pengerukan pasir laut itu tidak merusak terumbu karang atau biota laut lainnya. “Itu menurut saya ada kajian Amdal, FS dan segala macam. Dan
itu masih jauh, kita nggak tahu apakah iya apa nggak. Apa hanya wacana, kemudian pembicaraan tapi yang resmi yang detail belum ke sana. Merusak apa tidak, itu akan tunduk pada Amdal. Bukan hanya Amdal tapi semua persyaratan yang lain,” tegasnya. Setelah gagal mendapatkan perizinan untuk melakukan pengerukan pasir laut di wilayah Lotim karena faktor kewenangan pemerintah kabupaten, PT. Dinamika Atria Jaya mengajukan permohonan perizinan ke pemerintah provinsi. PT. Dinamika Atria Jaya bekerjasama dengan PT. Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) dalam menyediakan material untuk reklamasi Teluk Benoa, Bali. Bersambung ke hal 15