HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.75.000 SUMBAWA Rp.80.000 ECERAN Rp 4.500
SUARA NTB
16 HALAMAN NOMOR 143 TAHUN KE 11
Online :http://www.suarantb.co.id E-mail: hariansuarantb@gmail.com
JUMAT, 28 AGUSTUS 2015
Pengemban Pengamal Pancasila
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Kasus DBHCHT
Penyidik Fokus ke Rehab Rumah Mataram (Suara NTB) Keterangan enam Lurah di Kota Mataram masih didalami, terkait aliran Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT). Saat ini kasus tersebut penyelidikannya, fokus pada aliran dana ke bantuan rehab rumah. Sementara mengenai tersangka, Kejaksaan masih belum mengungkapkannya. Menjawab Suara NTB, Kajati NTB Martono, SH, MH mengaku belum mendapat laporan utuh dari tim penyidik, terkait perkembangan kasus ini. Tapi dari informasi terakhir, enam Lurah di Kota Mataram sudah dimintai keterangan. ‘’Sekarang fokus kami kasus ini ke bantuan re-
hab rumah itu,’’ katanya, Kamis (27/8). Soal teknis bagaimana pemeriksaan saksi-saksi, masih terus diproses tim penyidik Pidsus. Pada akhirnya nanti, akan ada laporan masuk ke pihaknya, untuk dievaluasi perkembangannya. Bersambung ke hal 15
Lurah Tidak Tahu Perbaikan RTLH dari DBHCHT KEJAKSAAN Tinggi (Kejati) NTB terus mengembangkan kasus dugaan aliran Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT). Salah satunya dengan mengumpulkan keterangan dari sejumlah Lurah dan Ketua Kelompok. Dari hasil pengembangan Lurah tidak mengetahui perbaikan RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) itu bersumber dari DBHCHT. Demikian disampaikan mantan Lurah
Dayen Peken, Zarkasy, Kamis (27/8). Tahun 2013 katanya, Kelurahan Dayen Peken mendapat jatah RTLH itu 20 unit tersebar di masing - masing lingkungan. Perunit diberikan bantuan material Rp 5 juta, tapi dipotong Rp 250 ribu sebagai biaya operasional. Artinya, warga mendapatkan Rp 4.750.000 dalam bentuk bahan material. Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/ars)
REHAB RUMAH - Kaling Dayen Peken, Hasan Al Doa, menunjukkan rumah yang direhab lewat program bantuan Pemprov NTB yang sumbernya dari DBHCHT. Dokumen anggaran bantuan ini, ditelisik Kejati NTB.
Gubernur Ajukan Permohonan Pemda Kesulitan Bantuan Hujan Buatan Tertibkan Lahan Ditelantarkan Investor TO K O H Lurah Harus Kooperatif SEKDA Kota Mataram, Ir. HL. Makmur Said, MM., meminta enam lurah yang diperiksa oleh Kejaksaan Tinggi (Kejati) NTB, terkait aliran Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) untuk rehab rumah tak layak huni agar kooperatif. ‘’Iya, kami minta lurah ini ngomong apa adanya dan kooperatif saja,’’ kata Sekda. Makmur Said sebelumnya tidak mengetahui ada anak buahnya diperiksa oleh Kejaksaan, karena belum me1234567890123456789012345 nerima laporan. 1234567890123456789012345 1234567890123456789012345 1234567890123456789012345 Bersambung ke hal 15 HL. Makmur Said 1234567890123456789012345 1234567890123456789012345
Mataram (Suara NTB) Pemda mengaku kesulitan menertibkan lahan yang terindikasi ditelantarkan oleh investor di daerah. Pasalnya, butuh koordinasi dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang memiliki kewenangan untuk mencabut izin Hak Guna Usaha (HGU) maupun Hak Guna Bangunan (HGB) yang ditelantarkan investor. “Untuk memastikan tanah itu telantar ranahnya BPN. Hanya pertanahan yang boleh, bukan pemda. Makanya kita harus bersinergi dengan BPN. Sementara kendala mereka pada persoalan anggaran yang minim,” tutur Kepala Biro Pemerintahan Setda NTB, Drs. L. Dirjaharta, M.Si ketika
dikonfirmasi di Mataram, Kamis (27/8) siang kemarin. Dikatakan, jika ada lahan yang terindikasi ditelantarkan oleh investor, maka BPN memberikan surat teguran pertama, kedua dan ketiga. Namun, terkadang pemda sering dikibuli oleh investor. Hanya dengan membangun pintu gerbang atau membangun tembok keliling lahan yang dulunya terindikasi telantar tetapi karena ada aktivitas pembangunan tidak lagi menjadi telantar. Sehingga, kata Dirjaharta, hal itulah yang akan dibahas bersama seluruh stakeholders terkait terutama BPN. Supaya ada satu bahasa mengenai lahan terindikasi telantar. Bersambung ke hal 15
Mataram (Suara NTB) Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi mengajukan permohonan bantuan hujan buatan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mengamankan kondisi tanaman pangan baik padi, jagung dan kedelai dari ancaman gagal panen. Surat Gubernur dengan Nomor 520/ 250/Distan TPH tertanggal ditandatangani pada 26 Agustus ditujukan kepada Kepala BNPB dengan tembusan Menteri Pertanian dan Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian di Jakarta. Dalam surat itu, gubernur memaparkan, dampak perubahan iklim yang memicu kekeringan di Indonesia seluas 110.000 hektar. Sementara kondisi kekeringan di NTB, Bersambung ke hal 15
(ant/Bali Post)
SIAPKAN HUJAN BUATAN - Prajurit TNI AU memeriksa Konsul Mekanisasi Seeding sebagai bagian upaya Teknologi Modifikasi Cuaca atau hujan buatan dengan pesawat CN295 di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (25/8). Kementerian Pertanian bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), BNPB, BMKG dan TNI AU melakukan teknologi modifikasi cuaca guna menanggulangi bencana kekeringan di berbagai wilayah seperti di Jawa, Sumatera, Sulawesi, NTB dan NTT.
Pendaftaran AMAN dan SAHAJA Segera Diverifikasi
KPU Belum Jamin Pilkada Kota Mataram Serentak
(Suara NTB/dok)
(Suara NTB/cem)
SOSIALISASI - Komisioner KPU saat memaparkan tahapan pilkada saat sosialisasi di Mataram, Kamis (27/8).
Mataram (Suara NTB) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Mataram, akan melakukan verifikasi terhadap persyaratan pendaftaran pasangan AMAN (H. Ahyar Abduh - H. Mohan Roliskana) dan SAHAJA (H. Salman, SH - Drs. Jana Hamdiana). KPU tidak menjamin Pilkada Kota Mataram dilakukan serentak 9 Desember mendatang, karena bisa saja salah satu pasangan calon tidak lulus diverifikasi atau tes kesehatan. Demikian disampaikan, Ketua KPU Kota Mataram, H. Ainul Asikin usai sosialisasi perpanjangan pendaftaran dan tahapan Pilkada di Mataram,
Kamis (27/8). Jika nantinya hasil verifikasi dan tes kesehatan, ternyata salah satu calon tidak memenuhi syarat maka dipastikan Pilkada akan ditunda tahun 2017 mendatang. ‘’Kami ndak berani jamin, karena bisa saja nanti ada yang gugur dites kesehatan dan verifikasi,’’ ujarnya. Untuk tahapan Pilkada dilakukan pemangkasan, karena sebelumnya KPU telah memutuskan menunda Pilkada sebelum adanya putusan sengketa. Salah satu tahapan dipangkas yakni tahapan kampanye, dimana sebelumnya dilaksanakan selama tiga bulan tapi dipangkas dua minggu. Pemangkasan
ini untuk mengefisiensikan anggaran. ‘’Tahapan kampanye seharusnya 27 Agustus tapi diundur 17 September,’’ sebutnya. Sosialisasi yang dimulai sekitar pukul 09.25 wita itu, dihadiri oleh pengurus parpol, tokoh agama, tokohmasyarakat,pemerintahdaerah, DPRD dan unsur TNI - Polri. Dalam diskusi yang disampaikan Komisioner KPU NTB, Agus menjelaskan bahwa norma dilaksanakan oleh KPU Kota Mataram melaksanakan rekomendasi hasil sengketa oleh Panwaslu. Cara pelaksanaannya ditetapkan berdasarkan surat KPU RI nomor 502, dimana salah satu poinnya, Bersambung ke hal 15