HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK SUMBAWA ECERAN Rp 2.500
Rp. 40.000 Rp. 45.000
SUARA NTB
NOMOR 70 TAHUN KE 9 Online :http://www.suarantb.com E-mail: hariansuarantb@yahoo.co.id
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Pengemban Pengamal Pancasila
RABU, 29 MEI 2013
12 HALAMAN
Rumah Bantuan Nelayan Diduga Diperjualbelikan Mataram (Suara NTB) Bantuan rumah bagi warga nelayan yang direlokasi karena bencana abrasi diduga disewakan dan diperjualbelikan oleh oknum nelayan. Dugaan sementara, alasan penyewaan hingga memperjualbelikan itu disebabkan, nelayan merasa tidak betah karena dianggap terlalu jauh dari pantai. Bersambung ke hal 5
(Suara NTB/smd)
KAMPUNG NELAYAN - Perkampungan Nelayan II dan Ketua RT Kampung nelayan II, Nursah merapikan barang bekas yang dipungutnya dari pinggir kali (kiri).
Melongok Kampung Nelayan II
Dua Tahun Direlokasi, Tak Tersentuh Bantuan TEPAT berada di belakang Markas Komando (Mako) Brimobda NTB, ada sebuah perkampungan baru yang dibangun Pemkot Mataram. Kampung di Lingkungan Gatep yang kini disebut Kampung Nelayan II ditempati 84 kepala keluarga (KK), merupakan kampong nelayan yang direlokasi karena sebel-
Kasus Proyek Puskesmas RasanaE Timur
TO K O H
Enam Pemda WDP KEPALA BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) RI Perwakilan NTB, Eldy Mustafa, SH., MH., menyatakan, pihaknya terus melakukan pemeriksaan maraton terhadap laporan keuangan pemerintah daerah seNTB. Dari 11 pemda se-NTB, BPK telah memeriksa tujuh laporan keuangan. Masing-masing milik Pemprov NTB, Pemkot Mataram, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Bima, Kota Bima, Kabupaten Lombok Barat (Lobar) dan Kabupaten Lombok Utara (KLU). Dari tujuh pemda yang telah diperiksa laporan keuangannya itu, telah disertai dengan penyerahan LHP ke masing-masing pemda. Dari tujuh pemda yang telah diperiksa laporan keuangannya itu, Bersambung ke hal 5
Eldy Mustafa (Suara NTB/fit)
KO M E N TTAA R
Buat Jalur Evakuasi
H. Bachruddin (Suara NTB/dok)
MENYIKAPI status siaga III Gunung Sangiang Api yang terletak di Kecamatan Wera Kabupaten Bima, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melakukan antisipasi dengan membuat jalur evakuasi sementara. Namun, melihat kondisi status gunung api tersebut yang belum dalam tahap mengkhawatirkan, BPBD belum, mendirikan tenda-tenda pada tempat tertentu. Hal tersebut dikatakan Plt Kepala BPBD NTB, Drs. H. Bachruddin, M.Pd dikonfirmasi Suara NTB, Bersambung ke hal 5
Ditreskrimsus Tetapkan Tiga Tersangka Baru
Mataram (Suara NTB) Pihak-pihak yang terseret dalam kasus dugaan korupsi pembangunan Puskesmas RasanaE Timur Kota Bima, akan terus bertambah. Setelah enam tersangka dilimpahkan ke Kejaksaan, penyidik Unit I Subdit III Tipikor Ditreskrimsus Polda NTB menetapkan tiga tersangka baru. Ketiganya berasal dari kalangan rekanan. Ketiga tersangka baru ini, ST, AZ dan ANG. Mereka dari kalangan rekanan yang terlibat pengerjaan empat paket proyek yang sebelumnya menyeret empat rekanan lain. Empat paket proyek itu, gedung induk puskesmas, mushala, ruang IGD dan rawat inap, dengan nilai kontrak Rp 2,3 miliar dari total Rp 6,4 milar. “Ketiga tersangka ini turut melakukan kegiatan pengerjaan empat item proyek itu dan menerima pembayaran,” kata Kabid Humas Polda NTB, AKBP Drs. Sukarman Husein, Selasa (28/5). Ketiganya dianggap bertanggungjawab, karena nama dan perusahaan mereka terungkap ambil bagian dalam proyek tahun 2009 terletak di Kelurahan Kodo Kecamatan RasanaE Timur Kota Bima itu. ‘’Intinya, tiga tersangka ini masih erat
kaitannya dengan enam tersangka sebelumnya,” tegas Sukarman. Saat ini yang sedang dilakukan penyidik unit I adalah, memeriksa 10 orang saksi. Para saksi ini, berkaitan dengan tiga tersangka baru. Tujuan dikoreknya keterangan saksi, guna menguatkan indikasi tindak pidana korupsi yang melibatkan tiga orang dimaksud. ‘’Jadi sampai saat ini masih pemeriksaan saksi 10 orang, pemeriksaan ke tersangka belum. Kemungkinan setelah selesai para saksi,” terangnya. Distributor Alkes Lotim Dipanggil Sementara itu, sejalan dengan kasus Puskesmas RasanaE Timur, Unit I juga tengah menggenjot penanganan kasus dugaan korupsi pengadaan alat-alat keseha-
tan (alkes) Lombok Timur (Lotim). Saat ini, yang sedang berlangsung adalah, pemanggilan 14 orang saksi selaku distributor alkes yang beralamat di Jakarta, Surabaya dan Denpasar. ‘’Ke 14 distributor ini dipanggil masih dalam rangka penyelidikan. Mereka dimintai keterangan, untuk diarahkan ke petunjuk soal harga satuan alkes itu,” tambah Sukarman. Saat ini penyidik masih bekerja keras seputar mencari tahu harga satuan komponen alkes yang pengadaannya terjadi tahun 2008 itu. Upaya mendapatkan itu, juga dilakukan dengan berkoordinasi ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). ‘’Namun sampai hari ini, KPK belum menjawab permintaan penyidik Ditreskrimsus,” pungkasnya. (ars)
umnya bermukim di daerah pesisir dan selalu menjadi korban keganasan alam saat musim barat tiba. Direlokasi sejak tahun 2010 lalu atau sekitar dua tahun lebih, warga nelayan itu bisa dibilang sudah sangat betah tinggal di perkampungan baru itu. Bersambung ke hal 5
Pelajar Bantu Uswatun Khasanah Mataram (Suara NTB) Sejumlah pejajar SMA di Mataram terketuk untuk membantu Uswatun Khasanah (9), bocah penderita gizi buruk asal KLU. Mereka yang tergabung dalam organisasi Lombok Feature Leader (LFL),menyerahkan sejumlah uang kepada Uswatun, untuk membantu biaya pengobatan. Penyerahan berlangsung Selasa (28/5) sore kemarin, di kamar perawatan Bougenvil nomor 6 RS Bhayangkara Polda NTB. Komunitas pelajar yang bergerak dibidang sosial dan pemerhati masalah anak ini, diharapkan menjadi pemantik donatur lain untuk menyalurkan bantuan. Menurut Ketua LFL, Kadek Agus Rendy, mereka mengaku tahu informasi anak gizi buruk itu dari koran, kemudian rapat bersama pengurus organisasi dan sepakat menyerahkan bantuan. Sementara dana untuk
donasi, dikumpulkan dari hasil usaha internal organisasi, seperti bazar, penjualan buku bekas, bahkan mereka mengumpulkan keuntungan hasil berjualan di Jalan Udayana. ‘’Kami merasa empati terhadap bocah ini. Sehingga kami sepakat, dengan keadaan keuangan yang kami miliki membantunya agar segera sehat dari gizi buruk,” kata Kadek, pelajar kelas II SMAN 1 Mataram ini. Sementara Aisyah, siswi di sekolah sama, menambahkan, komunitas yang mereka bentuk akan terus menggalang dana membantu anak anak yang kurang beruntung. Meski tidak seberapa, tapi setidaknya sudah ada upaya dan kepedulian serta rasa tanggung jawab sebagai pelajar. Penyerahan bantuan simbolis dihadapan AKP Rendana dan Iptu Laura, dari RS Bhayangkara, juga Mahni, ibu Uswatun. Bersambung ke hal 5
(Suara NTB /ars)
BANTUAN - Pelajar SMA yang tergabung dalam Lombok Feature Leader menyerahkan bantuan kepada Uswatun Khasanah, bocah penderita gizi buruk asal KLU.
Dugaan Bisnis Koral Ilegal
Walhi NTB Desak Pemerintah Bertindak Tegas Mataram (Suara NTB) Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) NTB meminta pihak terkait baik pemerintah dan Kepolisian bertindak tegas terhadap pelaku yang diduga menjalankan bisnis koral secara ilegal di Sekotong, Lombok Barat (Lobar). Ketua Walhi NTB, Ali Usman Al Khairi menyampaikan pihaknya belum melakukan investigasi mendalam terkait hal tersebut. Pihaknya pun sudah menulis surat yang rencananya akan dikirimkan ke dinas terkait hari ini. Dalam surat tersebut pihaknya meminta dinas terkait
bertindak tegas terkait dugaan bisnis ilegal tersebut. “Kami belum melakukan investigasi secara mendalam, tapi sudah melakukan upaya untuk mencari informasi ke beberapa pihak terkait termasuk juga warga,” ujarnya, Selasa (28/5). Menurut Ali penjulaan koral dan biota laut lainnya akan berdampak signifikan terhadap daya dukung pesisir. Koral mempunyai fungsi yang sangat vital bagi perlindungan kawasan pesisir untuk keberlangsungan kehidupan masyarakat pesisir. Koral yang diambil dalam skala
besar lanjutnya, akan menyebabkan terganggunya ekosistem dan akan mengganggu penghidupan masyarakat pesisir terutama nelayan yang menggantungkan hidupnya dari hasil laut. Jika ada oknum yang mengambil koral secara massif untuk diperdagangkan, hal tersebut tidak dapat dibenarkan. Dengan demikian oknum tersebut telah ikut merusak sumber-sumber kehidupan orang lain. ‘’Sehingga kami minta kepada pihak-pihak terkait untuk melakukan tindakan tegas. Termasuk juga kepolisian,” kata Ali. Selain di Sekotong, Walhi juga
mengindikasikan ada kegiatan serupa di beberapa wilayah pesisir yaitu di pesisir selatan Lombok Timur dan pesisir utara Bima tepatnya di Wera. Namun diakui berlangsung dalam skala kecil. “Kita lihat kalau yang di Sekotong tindakannya sudah mengkhawatirkan sehingga penting untuk dilakukan tindakan tegas oleh pihak-pihak terkait,” tambahnya. Tindakan tegas lanjutnya tidak hanya kepada pelaku utama bisnis ilegal tersebut, namun juga para cukong yang terlibat dalam perdagangan koral ilegal tersebut. (yan)
LANGGANAN Mataram dan sekitarnya Hubungi :
0370-639543