HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.75.000 SUMBAWA Rp.80.000 ECERAN Rp 4.500
SUARA NTB
16 HALAMAN NOMOR 78 TAHUN KE 12
Online :http://www.suarantb.co.id E-mail: hariansuarantb@gmail.com
SABTU, 4 JUNI 2016
Pengemban Pengamal Pancasila
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Mutasi Besar-besaran
Sepuluh Jabatan Lowong, Kadis Kesehatan Mengundurkan Diri
Mataram (Suara NTB) Pemprov NTB menggelar mutasi besar-besaran pejabat eselon II, III dan IV. Sebanyak 185 orang pejabat kena mutasi yang digelar, Jumat (3/6) sore kemarin. Dari mutasi tersebut sebanyak 10 jabatan eselon II lowong. Sementara, secara mengejutkan Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) NTB, drg. Eka Junaidi mengundurkan diri dari jabatannya dan memilih jabatan fungsional. ‘’Beliau (Kadis Kesehatan) mundur, beliau sebagai fungsional. Dia mengaktifkan fungsionalnya. Itu hak dia. Beliau yang tahu alasannya,’’ kata Sekda NTB, Dr. H. Rosiady Sayuti, M.Sc dikonfirmasi usai pelantikan pejabat Pemprov NTB di Graha Bhakti Praja Kantor Gubernur, Jumat (3/6) sore kemarin. Sekda menjelaskan, Eka mengajukan pengunduran diri
dari jabatannya dan lebih memilih untuk menduduki jabatan fungsional sebagai dokter gigi di RSUD NTB. ‘’Yang jelas beliau meminta kembali ke fungsional. Mulai hari ini (kemarin) SK nya. Kalau fungsional kan jabatan juga,” kata Rosiady. Terpisah, Wakil Gubernur (Wagub) NTB, H. Muh. Amin, SH, M.Si juga mengatakan bahwa Eka Junaidi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai
Kadis Kesehatan. ‘’Dia lebih tepatnya difungsional. Dia lebih memilih fungsional,’’ kata Amin. Apakah pengunduran diri tersebut ada kaitannya dengan meningkatnya kasus demam berdarah dengue (DBD) di NTB yang telah merenggut 22 korban jiwa? Amin mengatakan hal tersebut tidak ada kaitannya. ‘’Ndak sih, kita lihat kasus per kasus. Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/nas)
MUTASI - Suasana mutasi pejabat eselon II, III dan IV lingkup Pemprov NTB, Jumat kemarin.
Bukan Pejabat Buangan DALAM mutasi yang digelar Pemprov NTB, Jumat (3/6) sore kemarin, sebanyak enam pejabat dibebastugaskan dari jabatan struktural eselon II. Mereka selanjutnya ditempatkan menjadi anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan Daerah (TGP2D). Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin, SH, M.Si mengatakan pejabat yang ditempatkan di TGP2D bukan pejabat buangan yang kena hukuman atau punishment. Bersambung ke hal 15
RUSAK PARAH - Jalan Sandubaya Mandalika, Bertais ini merupakan salah satu kawasan bisnis dan perdagangan di Kota Mataram yang cukup ramai. Sayangnya kondisi jalan di kawasan ini rusak parah, ada lubang besar di tengah jalan. Sementara di beberapa ruas jalan lainnya kontur jalan tidak rata dan berlubang.
TO K O H
Cetak Sawah Baru
Tepis Anggapan Mutasi Kejaksaan Maraton Periksa karena Faktor Kedekatan
Segera Gelar Seleksi Terbuka
Pemilik Alat Berat
PEMPROV NTB segera akan menggelar seleksi terbuka untuk menjaring 10 jabatan eselon II yang lowong akibat mutasi yang dilaksanakan Jumat (3/6) sore kemarin. Sekda NTB, Dr. H.Rosiady H.Sayuti, M.Sc menjelaskan, sesuai ketentuan yang berlaku, untuk mengisi jabatan eselon II yang lowong maka harus dilakukan melalui seleksi terbuka yang dilakukan oleh Panitia Seleksi (Pansel). Bersambung ke hal 15
KO M E N TTAA R
Mataram (Suara NTB) Penyidik Kejati NTB terus mendalami dugaan korupsi pada proyek cetak sawah baru Kabupaten Dompu. Sejumlah rekanan dimintai keterangan secara maraton hingga Jumat (3/6). Rekanan itu diketahui pemilik alat berat yang disewa untuk perluasan area sawah baru. ‘’Yang kita periksa hari ini rekanan asal Sumbawa. Pemilik alat berat yang dapat proyek cetak sawah baru di Dompu,’’
(Suara NTB/ist)
kata Juru Bicara Kejati NTB, Made Sutapa, SH, Jumat (3/ 6) kemarin. Rekanan yang tidak disebutkan identitasnya ini salah satu dari pemilik alat berat yang disewa oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, sebagai pemberi swakelola pelaksanaan kegiatan cetak sawah baru. Lokasi pekerjaan rekanan itu di Desa Pekat, Kabupaten Dompu. Nilai pekerjaan Rp 16 juta per hektar. Menurut Sutapa, penyidik sedang menelisik alokasi anggaran yang di-
gunakan untuk menyewa alat berat tersebut. ‘’Apakah ada indikasi mark up atau penyimpangan anggaran, sedang ditelusuri penyidik,’’ sebutnya. Tercatat sudah belasan pemilik alat berat dimintai keterangan. Materi pemeriksaan pun sama, seputar jumlah pembayaran yang diterima dari pihak penerima swakelola cetak sawah baru. Tiga pekan sebelumnya, diantara sejumlah pihak yang diklarifikasi, salah satunya dari kalangan rekanan diklarifikasi Kasi Penyidikan Pidsus Kejati NTB, Yonie E. Malakka, SH. Diinformasikan, sewa alat berat dihitung per jam, dengan nilai kontrak Rp 200 ribu. Untuk satu alat berat berupa exavator bisa dikontrak sampai 100 jam. Satu orang pemborong bisa dikontrak tiga unit alat berat, Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/dok)
Bentuk Tim Audit KASUS dugaan korupsi di Satpol PP Kabupaten Bima sudah diekspose di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Hasilnya, BPKP menerbitkan surat perintah untuk dilakukan audit investigasi. Kepala BPKP NTB Dr.Bonardo Hutauruk, Ak,MM membenarkan telah dilakukan ekspose kasus ini pekan lalu. Tim Korwas Investigasi ditugaskan untuk melakukan audit. Bersambung ke hal 15
Komposisi Baru Pimpinan SKPD
Di Balik Kasus Hubungan Sedarah (3-Habis)
Potret Sebuah Masyarakat yang Kehilangan ”Katup Penyelamat” Masyarakat dengan mekanisme ‘’katup penyelamat’’ yang baik biasanya mampu mencegah pribadi yang bermasalah dari tindakan yang menyimpang. Namun, masyarakat kita adalah masyarakat yang kehilangan mekanisme itu. Perilaku menyimpang Sap dan Nur adalah salah satu contoh konkret dari absennya peran negara dan masyarakat dalam mencegah perbuatan menyimpang.
SOSIOLOG dari Universitas Mataram, Oryza Pneumatica Inderasari, S.Sos., M.Sosio menegaskan, dalam realitas apapun, baik atau buruk perilaku seseorang tak mungkin dapat dilepaskan dari ruang sosial-psikologis yang membentuk perilaku tersebut. Dalam kasus hubungan terlarang Nur dan Sap, kata Oryza, ada masalah yang sangat kompleks terjadi di kedua belah pihak. Oryza menilai, Sap adalah gambaran seorang anak yang tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup. Ia kurang mendapatkan pendidikan dalam ikatan ke-
hangatan keluarga. Penguatan di sisi afeksi juga tampaknya absen dari proses tumbuh kembangnya. Seharusnya, itu diterima dari orangtuanya. “Dia tidak melihat sosok figur seorang bapak atau ibu layaknya yang bisa memberi dia (anak, red) perhatian. Dia kehilangan figur orang tua,” katanya. Masyarakat yang memiliki mekanisme “katup pengaman” yang baik seharusnya bisa memberikan jalan keluar untuk situasi yang dialami Sap di masa kecilnya. Sayangnya, jalan keluar itu tak tersedia di tengah masyarakat kita. Bersambung ke hal 15
Mataram (Suara NTB) Wakil Ketua DPRD NTB, TGH. Mahalli Fikri mengatakan komposisi terbaru SKPD Pemprov NTB hasil mutasi yang dilakukan, Jumat (3/6) sore kemarin menepis anggapan masyarakat yang mengatakan mutasi yang dilakukan Gubernur NTB karena faktor kedekatan. Mahalli mengatakan, sejumlah jabatan strategis yang sebelumnya dipegang oleh “orang” dekat gubernur justru sekarang dipegang oleh orang lain. ‘’Ini adalah mutasi yang memberikan nuansa ada harapan untuk terjadinya regenerasi yang baik. Buktinya seperti ini sekarang. Ini menjawab prasangka, tuduhan orang bahwa setiap mutasi itu selalu ada unsur kedekatan-kedekatan. Ini buktinya,’’ kata Mahalli dikonfirmasi usai pelantikan ratusan pejabat struktural lingkup Pemprov NTB. Disebutkan, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) NTB, Ir. Husni Fahri, MM yang disebut orang dekat sekarang
ditempatkan menjadi anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan Daerah (TGP2D). Kemudian, Sekretaris Dewan (Sekwan) DPRD NTB, Ashari, SH, MH yang menjadi pengurus organisasi NW, sekarang tak memiliki jabatan alias non job. Selanjutnya, Kepala BKD dan Diklat NTB, Drs. H. Muh. Suruji sekarang dimutasi menjadi Kepala Dinas Dikpora. Padahal, kata Mahalli, jabatan Kepala BKD dan Diklat lebih strategis daripada Kepala Dinas Dikpora. ‘’Tapi secara marwah, yang punya pengaruh terhadap birokrasi adalah BKD dan Diklat, tapi itulah buktinya. Pak Iswandi, coba lihat. Itu adalah Wakil Sekretaris di PBNW, sekarang di Dispenda,’’ ucapnya. Politisi Partai Demokrat ini melihat, mutasi yang dilakukan kali ini karena pimpinan daerah menyadari bahwa di sisa kepemimpinan yang semakin singkat perlu tim yang kuat untuk melakukan percepatan pembangunan daerah. Bersambung ke hal 15