Snt 15052016

Page 1

HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.75.000 SUMBAWA Rp.80.000 ECERAN Rp 4.500

SUARA NTB

16 HALAMAN NOMOR 60 TAHUN KE 12

Online :http://www.suarantb.co.id E-mail: hariansuarantb@gmail.com

SABTU, 14 MEI 2016

Pengemban Pengamal Pancasila

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

(Suara NTB/rus)

Ras Sapi Lokal Terancam Punah NYARIS PUNAH - Inilah jenis sapi ras Bali yang nyaris punah di Lotim.

Tiga Tunggakan Kasus Korupsi Masuk Agenda Ekspose Mataram (Suara NTB) Ada tiga kasus dugaan korupsi yang belum juga rampung penanganannya di Kejaksaan Negeri (Kejari) Mataram. Namun setidaknya ada upaya dari penyidik setempat untuk mempercepat. Upaya itu, dengan

ekspose perkara pekan depan. Tiga kasus masing-masing penyidikan lahan hutan lindung Kedaro, Sekotong Lombok Barat (Lobar) diusut di era tiga Kepala Kejari berbeda. Setelah tersangka mantan Wakil Bupati Lobar, Mahrip, giliran

istrinya, IM menyusul sebagai tersangka. Namun sampai saat ini belum disentuh diproses penyidikan. Kasus kedua, tergolong baru, proyek pertamanan Kota Mataram. Dimulai awal 2016 lalu. Bersambung ke hal 15

Selong (Suara NTB) Ras sapi lokal yang ada di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) terancam punah. Ada beberapa penyebab, antara lain karena tergempur teknologi. Mulai dari teknologi kawin silang, inseminasi buatan ataupun embrio transfer yang digencarkan. Demikian disampaikan, Kepala Bidang Peternakan, Dinas Peternakan Kabupaten Lotim, Syamsuri Hamzan di Selong, Jumat (13/5) kemarin. Saat ini jumlah populasi sapi di Lotim mencapai 123.330 ekor. Sebagian besar memang masih sapi ras lokal yang sebutannya sapi ras Bali. ‘’Kalau tidak segera dilakukan pemurnian, maka dalam lima tahun ke depan bisa punah,’’ terang Syamsuri. Pemurnian sapi ras lokal ini dihajatkan agar tetap ada di Lotim. Kabupaten Lotim sendiri telah membentuk Kawasan Strategis Kabupaten (KSK). Yakni di wilayah Kecamatan Wanasaba, Aikmel dan Pringgasela. Bersambung ke hal 15

Petani Harus Diuntungkan

Dewan Minta Pemerintah Tegas Soal HPP TO K O H Akses Jalan Buruk Jadi Penyebab BERDASARKAN data dari Badan Ketahanan Pangan (BKP) NTB, Kecamatan Batulanteh Kabupaten Sumbawa, merupakan satu dari enam kecamatan di NTB yang masuk daerah rawan pangan. Bersambung ke hal 15

KO M E N TTAA R

(Suara NTB/ist)

Tetap Optimis Surplus MESKIPUN ada sekitar 1.000 hektar lebih areal tanaman padi yang mengalami kekeringan dan serangan hama beberapa waktu lalu, Pemkab Lombok Timur (Lotim) tetap optimis surplus beras tahun ini. Pasalnya, luas areal tanam padi di Gumi Patuh Karya pada periode Oktober-Maret tahun 2016 lebih besar Bersambung ke hal 15

Mataram (Suara NTB) Kalangan DPRD NTB tidak heran jika harga beras komersil di NTB lebih rendah, dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya. Menyikapi hal ini, pemerintah harus bersikap tegas pada pemerintah pusat untuk menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Demikian disampaikan, anggota Komisi II DPRD NTB, Ir. Made Slamet MM kepada Suara NTB, Jumat (13/5). Menurutnya, salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah dalam melindungi petani, dengan bersikap tegas pada pemerintah pusat untuk menaikkan HPP. ‘’Kita harapkan agar pemerintah bisa tegas untuk menaikkan harga pembeliannya, supaya petani kita tidak merugi. Sekarang petani tidak bisa menjual berasnya dengan harga murah, karena Bulog sendiri tidak mau membeli dengan harga pasar,’’ ujarnya. Made Slamet mengatakan bahwa NTB sebagai daerah swasembada beras, seharusnya dapat memberikan kesejahteraan pada petani. Namun kondisi yang ada justru sebaliknya. Petani malah tidak bisa menikmati keuntungan dari hasil produksi berasnya. Padahal kualitas beras NTB sangat diakui karena kualitasnya sangat baik. Politisi PDIP itu juga melihat, kondisi itu tidak terlepas dari peran Bulog Divre NTB yang dinilainya selama ini dalam hal penyerapan beras sangat tertutup. Tidak seperti halnya dengan Divre Bulog yang ada di daerah-daerah lain

yang selalu berkoordinasi dengan pemerintah daerah. ‘’Bulog NTB masing mengedepankan fungsi bisnisnya. Seharusnya sebagai BUMN, Bulog juga punya fungsi sosial,’’ kata Made Slamet. Selain itu, Made Slamet juga menyarankan pada pemerintah daerah untuk memberikan subsidi pada petani. Hal itu dinilai penting oleh Made Slamet untuk menjaga petani tidak terpuruk. Seperti halnya ketika petani mengalami gagal panen, maka petani tidak akan terlalu terpukul. Selain itu, subsidi bagi petani itu juga bertujuan untuk menekan angka pengeluaran dalam proses produksi. Sehingga ketika musim panen tiba, maka petani tidak langsung untuk menjual gabahnya. ‘’Seandainya pemerintah memberikan subsidi, maka bisa menekan pengeluaran petani. Sehingga petani tidak cepat untuk menjual gabahnya,’’ jelas Slamet.

Pemprov Segera Koordinasi dengan Bulog WAKIL Gubernur (Wagub) NTB, H. Muh. Amin, SH, M.Si mengaku heran dengan rendahnya harga pembelian beras komersil Bulog Divre NTB dibandingkan daerah lainnya seperti Jawa dan Bali. Untuk itu, Wagub akan berkoordinasi dengan Bulog Divre NTB terkait dengan hal ini. “Itulah yang membuat saya jadi heran. Kok bisa, malah daerah lain bisa lebih tinggi (harga beras komersilnya). Coba nanti saya koordinasi dengan Bulog, kenapa bisa lebih tinggi daerah lain. Tentu ini tak menguntungkan petani kita,” kata Wagub dikonfirmasi kemarin di Mataram. Wagub mengatakan, rendahnya harga pembelian beras komersil NTB ini otomatis akan menyebabkan pedagang luar daerah berbondongbondong membeli beras NTB. Akibatnya, akan banyak beras NTB yang akan ke luar daerah.

“Bisa jadi pedagang luar daerah datang ke sini karena mereka mengejar keuntungan, dia beli di daerah kita dengan harga lebih rendah kemudian dijual di tempat (daerah) lain dengan harga yang lebih tinggi. Yang untung tengkulaknya, yang untung para makelar, bukan produsen. Bukan konsumen tapi adalah makelar. Ini tak boleh terjadi. Dan disitulah intervensi pemerintah,” ucapnya. Wagub mempertanyakan kenapa harga beras komersil bisa berbeda antara daerah satu dengan lainnya. Adanya perbedaan harga beras komersil tiap daerah ini, Bersambung ke hal 15

Debat dengan Bulog Sementara itu, pihak Bulog Divre NTB hingga Jumat kemarin belum bisa dikonfirmasi karena alasan Kepala Bulog Divre NTB sedang berada di luar daerah. Bersambung ke hal 15 (Suara NTB/dok)

Saat Rawan Pangan Hantui Warga (Suara NTB/dok)

Tak Ada Makanan, Tidur Menahan Rasa Lapar Kulitnya mulai keriput termakan usia. Sorot matanya nanar dan sebelah kanannya buta. Sesekali keluar air mata. Entah apa yang dipandang oleh Amaq Mantausim, pria asal Gubug Karang Raden, Dusun Gondang Timur, Desa Gondang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara (KLU). Tak jelas. DI BERUGAK yang baru beberapa hari selesai dikerjakan, pasangan jompo, Amaq Mantausim dan Inaq Rusiah, duduk terpaku. Pria baya ini tak berbaju. Sepotong sarung lusuh warna hijau strip putih, menempel menutupi aurat. Sarung itu sudah beberapa hari ini dikenakannya. Sang istri, Inaq Rusiah, hanya bisa menemani tanpa suguhan kopi atau teh untuk suami. Sebab tak ada gula, juga kopi. Uang pun tak ada, apalagi untuk membeli beras. Nasib pasangan jompo ini seolah tak terurus oleh pemerintah. Bersambung ke hal 15 (Suara NTB/ari)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Snt 15052016 by Suara NTB - Issuu