HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.75.000 SUMBAWA Rp.80.000 ECERAN Rp 4.500
SUARA NTB
16 HALAMAN NOMOR 68 TAHUN KE 12
Online :http://www.suarantb.co.id E-mail: hariansuarantb@gmail.com
SELASA, 24 MEI 2016
Pengemban Pengamal Pancasila
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257 MIRIS rasanya saat menyaksikan aktivitas belajar mengajar siswa kelas jauh Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ma’arif Riyadul Falah, Dusun Bornong, Desa Aik Perapa, Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur (Lotim). Tidak adanya bangunan yang representatif membuat belasan siswa ini terpaksa belajar di sebuah gubuk reot yang dipinjam dari warga. Tidak hanya itu tak mampu menampung seluruh siswa, memaksa sebagian siswa harus belajar di lantai emperan rumah warga. Masri, guru di MI Ma’arif Riyadul Falah menuturkan, aktivitas belajar mengajar di tempat itu sudah berlangsung sejak tiga tahun terakhir. Tepatnya, mulai Desember 2012 lalu. MI Ma’arif Riyadul Falah berada di bawah Yayasan Riyadul Falah Aik Perapa. Masri menuturkan, pelaksanaan pendidikan kelas jauh di Dusun Bornong yang lokasinya berada di perbatasan kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) ini sesuai permintaan masyarakat. Lokasi ini diambil karena madrasah induknya berjarak sekitar 4 kilometer. Menuju tempat ini, harus menuruni jalan terjal dan medan berat. Apalagi saat musim hujan beberapa hari terakhir ini, kondisi jalan makin hancur. Tidak ada jalan memadai seperti halnya di wilayah perkotaan. Adanya berupa jalan setapak yang acap kali turut hanyut terbawa air hujan. Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/rus)
MEMPRIHATINKAN: Kondisi MI Ma’arif Riyadul Falah, Dusun Bornong, Desa Aik Perapa, Kecamatan Aikmel, Lotim yang memprihatinkan. Ruang belajar menggunakan gubuk reot dan siswa yang tak tertampung, terpaksa belajar di emperan rumah warga (kanan).
Usut Aliran Dana SRG – iPasar
Kepala Cabang PLN Pringgabaya Diperiksa Kejaksaan Mataram (Suara NTB) Penyelidikan dugaan suap iPasar terus bergulir. Kejaksaan menelusuri aliran dana yang terpakai untuk pemasangan instalasi listrik pada Sistem Resi Gudang (SRG). Kepala Cabang Pembantu PLN Pringgabaya, Joko Pramanto diperiksa pekan lalu. Pemeriksaan Joko untuk memastikan aliran dana yang sebelumnya disebut sebut sebesar Rp 1,5 miliar yang ditransfer ke oknum pejabat Pemkab Lombok Timur (Lotim). Di mana sebagian dari dana itu di-
TO K O H Jangan Salah Sasaran
Prijono
BANK Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Provinsi NTB mengingatkan agar perbankan dan developer lebih selektif dan profesional menyalurkan fasilitas perumahan subsidi. Rumah subsidi ditekankannya, harus benar-benar dipastikan penerimanya adalah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/dok)
KO M E N TTAA R Audit Khusus Dana Bapperda
INSPEKTORAT NTB menyatakan siap melakukan audit khusus terhadap penggunaan dana Badan Pembentukan Perda (Bapperda) DPRD NTB sesuai dengan desakan sejumlah anggota Dewan di Udayana. Namun, Inspektorat baru bisa turun melakukan audit jika sudah ada laporan dari masyarakat, baik anggota DPRD NTB secara perseorangan maupun fraksi. Sejauh ini, Bersambung ke hal 15
gunakan untuk pemasangan instalasi listrik sebagai fasilitas tambahan SRG. ‘’Seputar penggunaan dana itu, apakah memang ada untuk pemasangan listrik dari PLN Pringgabaya,’’ kata Juru Bicara Kejati NTB,
Made Sutapa, SH, kepada Suara NTB Senin (23/5). Diinformasikannya, Joko Pramanto diperiksa pekan kemarin oleh anggota tim penyidik dalam kasus dugaan suap iPasar, Bersambung ke hal 15
Kasus Sandang Pangan Lotim akan Dikorsup KPK Mataram (Suara NTB) – Polda NTB melibatkan KPK dalam pengusutan dugaan korupsi bantuan sandang pangan (parsel) di Lombok Timur (Lotim). Kasus yang ditangani sejak 2015 itu menjadi salah satu kasus yang diatensi dalam koordinasi dan supervisi (Korsup) dengan KPK. ‘’Salah satunya itu,’’ kata Kabid Humas Polda NTB, AKBP Dra Tri Budi Pangastuti, MM menjawab Suara NTB, Senin (23/5) ketika ditanya kasus apa saja yang akan dikorsupkan dengan KPK. Ia menjelaskan, ada sejum-
lah kasus yang akan dilakukan supervisi bersama KPK. Menindaklanjuti instruksi Kapolda NTB mengenai penyelesaian tunggakan kasus korupsi. “Ada juga kasus yang ditangani Polres jajaran yang akan dikoordinasikan,” ungkapnya menolak memberikan informasi secara rinci. Dengan alasan untuk kepentingan penyelidikan. Ia menegaskan, bahwa koordinasi dan supervisi itu untuk menuntaskan kendalakendala yang selama ini dihadapi penyidik dalam penyelidikan maupun penyidikan. Untuk pengusutan kasus
dugaan penyimpangan bantuan sandang pangan Lotim sendiri, pengembangan terkini menurut catatan Suara NTB adalah telah sampai pada permintaan audit kerugian negara kepada BPKP Perwakilan NTB. Permintaan itu disampaikan satu bulan silam. Hingga kini hasilnya belum disampaikan. Meski demikian koordinasi antara Polda NTB dengan BPKP tetap berjalan. Pun demikian dengan pemeriksaan saksi-saksi dalam tahap penyidikan. Bersambung ke hal 15
Diselundupkan Melalui LIA, 7 Kg Ganja dari Aceh Diamankan (Suara NTB/dok)
M. Agus Patria
Mataram (Suara NTB) – Polda NTB menggagalkan penyelundupan 7 Kg asal Aceh melalui Lombok International Airport (LIA). Dua tersangka, SP (23) dan DK (19) ditangkap dan ganja yang dikirim melalui jasa pengiriman paket kilat via LIA berhasil diamankan. Diresnarkoba Polda NTB, Kombes Pol H Agus Sarjito melalui Kasubdit II, AKBP I Komang Satra, Senin (23/5) mengungkapkan, rencananya ganja tersebut akan diedarkan untuk memenuhi permintaan “pasar” di kawasan wisata Senggigi. “Para tersangka berasal dari Senggigi. Jadi kemungkinan akan diedarkan di sana.,” ungkapnya didampingi Kabid Humas, AKBP Dra. Hj. Tri Budi Pangastuti, MM dan Kanit II Subdit II, AKP Agus Dwi Ananto di Mapolda NTB. Selain direncanakan akan diedarkan di kawasan wisata Senggigi, tak menutup kemungkinan barang haram ini juga akan diedarkan di Mataram. Sebab, berdasarkan pantauan pihaknya selama ini, penyalahgunaan narkoba jenis ganja di Mataram cenderung tinggi. Pengungkapan itu bermula dari informasi masyarakat yang menyebutkan akan adanya pengiriman ganja pada Jumat (21/5). Meng-
(Suara NTB/why)
GANJA ACEH –Kabid Humas Polda NTB, Tri Budi Pangastuti (paling kiri) dan Kasubdit II Ditresnarkoba, Komang Satra menunjukkan barang bukti ganja seberat 7 Kg yang dikirimkan dari Aceh via LIA, Senin (23/5). gunakan fasilitas jasa pengiriman paket kilat. Informasi itu kemudian ditindaklajuti dengan melakukan penyelidikan. Hingga akhirnya didapati informasi tambahan, bahwa ganja asal Lambaro, Aceh Besar, NAD itu akan sampai pada Minggu (22/5). ‘’Tim diterjunkan melakukan pengintaian di beberapa tempat. Termasuk di LIA (BIL),” ungkap Satra. Satu dus sedang berisi ganja tiba di LIA, Minggu (22/5) sekitar pukul
10.00 Wita. Pengintaian selama tiga hari itu berbuah manis. Malam harinya sekitar pukul 19.00 Wita, para tersangka ditemukan tengah menunggu paket barang yang akan tiba. Di salah satu kantor agen jasa pengiriman paket kilat di Jalan Amir Hamzah, Karang Sukun, Mataram, para tersangka yang datang dengan sepeda motor berniat mengambil barang. Bersambung ke hal 15
Seputar ’’ penggunaan dana itu, apakah memang ada untuk pemasangan listrik dari PLN Pringgabaya Made Sutapa (Suara NTB/ist)
Inspektorat Kawal Ratusan Pejabat Tuntaskan LHKPN Mataram (Suara NTB) Sebagai bagian dari Kelompok Kerja (Pokja) Laporan Hasil Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), Inspektorat akan mengawal deadline atau batas waktu yang telah diberikan Wakil Gubernur (Wagub) NTB, H. Muh. Amin, SH, M.Si kepada 334 pejabat provinsi yang belum menyerahkan LHKPN sampai akhir Juli mendatang. ‘’Itu sudah saya minta ditindaklanjuti karena itu perintah. Sebelum bulan Juli itu sudah selesai LHKPN. Kemarin sudah saya minta khusus untuk segera diselesaikan,’’ kata Inspektur Inspektorat NTB, Dr. M. Agus Patria, SH, MH ketika dikonfirmasi Suara NTB, Senin (23/5). Berdasarkan data dari Sekretariat Kelompok Kerja (Pokja) LHKPN NTB yang berada di Badan Kepegawaian Daerah Pendidikan dan Pelatihan (BKD dan Diklat), sebanyak 1.604 pejabat Pemprov yang wajib menyerahkan LHKPN. Meskipun masuk menjadi salah satu Pokja, Inspektorat masuk ranking empat besar SKPD yang pejabatnya malas mengurus LHKPN. Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan Sekretariat Pokja LHKPN, SKPD yang paling banyak pejabatnya belum menyerahkan LHKPN antara lain Dinas PU 48 orang, ke II Dinas Pendapatan Daerah 40 orang, Biro AP & LPBJP 21 orang, Inspektorat 16 orang. Khusus untuk Inspektorat, kata Wagub, Bersambung ke hal 15