EDISI
105
XX/NOVEMBER 2015
Rp 3000 ISSN 1410-7384
SUARAUSU.CO
MWA: DRAMA DAHULU, REKTOR KEMUDIAN
MONZA DALAM PUSARAN DUA SISI MATA UANG LAPORAN KHUSUS
WAJAH SASTRA REALISME MAGIS MASA KINI RESENSI
2 suara kita lepas Redaksi
R
ancangan anggaran kegiatan (RKA), semacam ancang-ancang yang akan dilakukan universitas dalam setahun ke depan, disusun di tahun sebelumnya. Gampangnya, RKA adalah proposal yang diajukan ke kementrian. Diajukan ke kementrian paling lambat pada 31 Desember. Setelah bermasalah dengan RKA 2015 yang mengakibatkan pengembangan USU cukup terhambat, USU sedang mempersiapkan RKA 2016. Masalahnya terletak pada anggaran honor dosen yang ternyata lebih besar dibanding gaji dan tunjangan. Kini USU menggunakan sistem remunerasi dosen untuk pemberian gaji. Di mana dosen hanya akan mendapatkan gaji setelah mengajar minimal sebanyak 12 sks. USU baru
suara redaksi Salam Jurnalistik!
Sebagai edisi spesial akhir tahun, lewat tabloid edisi 105, kami suguhkan Halaman Persembahan dari SUARA USU untuk pembaca, USU Dua Dekade dalam SUARA USU. Idenya dirangkum mulai tabloid edisi 1 di tahun 1995 hingga edisi 104. Akhir tahun masih tak jauh dari cerita pemilihan anggota Majelis Wali Amanat (MWA) USU Periode 20152020. Pada rapat perdana awal Oktober lalu, hasil rapat tak menghasilkan terpilihnya Ketua MWA baru. Dua kali pemungutan suara, tetap seri, tetap tak terpilih. Keputusan akhirnya diserahkan kepada Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti). Tersiar kabar minggu lalu Kemenristek-Dikti sudah memberikan nama sebagai rujukan. Langkah selanjutnya ada di tangan MWA kembali. Simak di Lapo-
SUARA USU, EDISI 105, NOVEMBER 2015
suara pembaca
Siap-siap Anggaran USU 2016 mendapat saluran dana pada September. Sisa tahun yang kurang dari lima bulan menjadikan beberapa pengerjaan dialihkan di tahun depan. USU jelas-jelas berbenah diri. Pengalaman pahit ‘tak miliki duit’ tahun ini menjadikan USU serta fakultas dan satuan kerja (satker) fokus habis-habisan dalam persiapan RKA masing-masing. Buktinya Biro Perencanaan dan Kerja Sama (BP&K), Biro Akademik dan Biro Sumber Daya Manusia melakukan pendampingan dalam persiapan RKA 2016 ini. Tak mudah memang, buktinya beberapa fakultas dan satker masih terkendala teknis USU pasang target, 2 November diserahkan ke Majelis Wali Amanat (MWA) dan menyerahkannya ke Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti) sebelum 31 Desember. Target tinggallah target. Rencana 2
November hanya tinggal rencana. Setelah pendampingan pada 27 Oktober, fakultas dan satker diharuskan menyerahkan RKA dua hari setelahnya. Saat dikon�irmasi pada 5 November, semua RKA sudah masuk. Kini pihak Perencanaan sedang membuat review atas semua RKA. Semangat untuk tidak mau lagi alami kesalahan yang sama, USU patut diancungi jempol. Tapi, buruburu yang diakibatkan mundurnya jadwal juga bukan sikap yang baik. Bagi yang sudah menyelesaikan jauh-jauh hari akan menyenangkan, sebaliknya bagi yang tidak. Bagian Perencanaan harus memenyelesaikan review dengan cepat. Ini untuk mengejar waktu yang dimiliki MWA untuk memilih. Setelah terlambat masukin ke MWA, semoga tidak terlambat untuk menyerahkannya ke Kemenristek nanti. Mari samasama siapkan anggaran 2016!
ran Utama. Dalam rubrik Laporan Khusus kami sajikan bagaimana dampak pelarangan penjualan pakaian bekas impor oleh pemerintah terhadap pedagang dan konsumen barang ini. Meskipun dilarang karena faktor kesehatan dan mengganggu perkembangan industri garmen dan tekstil tanah air tetap saja masih banyak yang berminat membelinya. Jangan lewatkan rubrik Potret Budaya, Andaliman menghiasi halaman ini. Biasa disebut ‘merica Batak’ ternyata ia bukan hanya tumbuh di Sumatera Utara. Namun, hanya masyarakat Batak yang menjadikannya pelengkap masakan. Andaliman menjadi andalan dalam tiap masakan khas Batak. Lalu adakah nilai sejarah dan �iloso�i di dalamnya? Pernah ber-transaksi online? Lihat hasil riset kami kepada mahasiswa USU tentang intensitas pelaksanaan kegiatan satu ini. Ada di rubrik Riset.
Sementara Pro�il kali ini kami perkenalkan seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU angkatan 2013 yang gemar menulis. Ia berprestasi dalam dunia tulis menulis. Buah tangannya sering membawanya ke luar kota dan ke luar negeri. Ia bernama Rizka Gusti Anggraini Sitanggang. Pastikan untuk menyelami kesukaannya di halaman terakhir tabloid. Sekian pengantar dari redaksi SUARA USU. Semoga informasi yang kami berikan dapat bermanfaat dan membawa perubahan untuk diri sendiri dan kampus USU. Tabloid edisi 105 ini menggenapkan dua dekade SUARA USU dan penutup di tahun ini. Terima kasih untuk pembaca sudah setia bersama kami hingga sekarang. Selamat membaca dan sampai jumpa tahun depan! (Redaksi)
Minim Fasilitas
Pertanian kondisinya memprihatinkan, hampir semua fasiltas stidak lengkap. Kami harus nariknarik kursi dan dosen jelaskan pelajaran tak ada proyektor , jadi hanya jelaskan dari laptopnya saja, kami pun enggak dengar. Tamiy Fakultas Pertanian 2013
Kinerja Presiden Pema USU
Pema tidak bisa menunjukkan taring, masih terjebak kepentingan beberapa pihak. Misal, menunjuk Plt Gubernur FIB, turut serta saat kampanye calon gubenur dulu. Juga permasalahan Majelis Wali Amanat (MWA) dan pemilihan rektor. Pema seperti tak ada gunanya. Daniel Jonathan Tito Sigalingging Fakultas Ilmu Budaya 2011
suara sumbang Kemenristek-Dikti kirimkan surat berisi usulan nama Ketua MWA baru Aih, bakal calon rektor mulai cari suara. Kabinet Sinergis Presiden Mahasiswa Brilian tak kunjung lpj-an Maaf konkawan, belum dihubungi MPMU. Kepolisian keluarkan edaran sanksi terhadap ujaran kebencian Hati-hati klen, Lae! Sikit komentar ditangkap pulak nanti kita.
konten
RAPAT KERJA III | Suasana Rapat Kerja III Pers Mahasiswa SUARA USU di Sekretariat SUARA USU, Minggu (11/10). Rapat kerja diadakan tiap tiga bulan sekali untuk membahas dan mengevaluasi program kerja. SRI WAHYUNI FATMAWATI P | SUARA USU
suara kita laporan utama opini dialog ragam galeri foto podjok sumut laporan khusus mozaik potret budaya riset resensi iklan momentum profil
2-3 4-7 8 9 10-11 12 13 14-15 16-17 18 19 20 21-22 23 24
SUARA USU, EDISI 105, NOVEMBER 2015
kata kita
suara kita 3
Bela Negara Demi Membangun Watak Bangsa TEKS DAN FOTO: WENTY TAMBUNAN
Program bela negara merupakan salah satu upaya kebijakan pemerintah dalam pemberdayaan pertahanan negara yang diatur pada Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2015 Tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara. Diselenggarakannya program tersebut merupakan implementasi dari kebijakan umum Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak 19 Oktober lalu di sektor pertahanan. Program ini sudah berjalan sekiranya di 45 kota/kabupaten. Apalagi program ini butuh dana besar yang ditargetkan untuk seratus juta orang. Namun program tersebut sedikit menuai pro kontra. Berikut tanggapan mahasiswa USU terhadap hal ini.
Rika Salvia Sari - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2013 DESAIN SAMPUL: ANGGUN DWI NURSITHA
Diterbitkan Oleh: Pers Mahasiswa SUARA USU Pelindung: Rektor Universitas Sumatera Utara Penasehat: Wakil Rektor III Universitas Sumatera Utara Pemimpin Umum: Lazuardi Pratama Sekretaris Umum: Shella Ra�iqah Ully Bendahara Umum: Rati Handayani Pemimpin Redaksi: Sri Wahyuni Fatmawati P Koordinator Online: Tantry Ika Adriati Redaktur Cetak: Arman Maulana Manurung Nurhanifah Redaktur Foto: Wenty Tambunan Redaktur Artistik: Anggun Dwi Nursitha Redaktur Online: Yulien Lovenny Ester Gultom Reporter: Dewi Annisa Putri, Siska Armiati Fotografer: Vanisof Kristin Manalu Desainer Gra�is: Alfat Putra Ibrahim Ilustrator: Yulien Lovenny Ester Gultom, Arman Maulana Manurung, Alfat Putra Ibrahim Pemimpin Perusahaan: Ika Putri Agustini Saragih Manajer Iklan dan Promosi: Amelia Ramadhani Desainer Gra�is Perusahaan: Andreas Hutagalung Staf Perusahaan: Deli Listiani Kepala Litbang: Fredick Broven Ekayanta Ginting Sekretaris Litbang: Mutia Aisa Rahmi Koordinator Pengembang an SDM: Amanda Hidayat Koordinator Riset: Santi Herlina Staf Pengembangan SDM: Elda El�ianti Staf Kepustakaan: Eka Wahyu Sundari Staf Ahli: Tikwan Raya Siregar, Liston Aqurat Damanik, Eka Dalanta, Firdha Yuni Gustia, Richka Hapriyani, Bania Cahya Dewi
ISSN: No. 1410-7384 Alamat Redaksi, Promosi dan Sirkulasi: Jl. Universitas No 32B Kampus USU, Padang Bulan, Medan-Sumatera Utara 20155 E-mail: suarausu_persma@yahoo.com Situs: www.suarausu.co Percetakan: Kevin’s Percetakan (Isi di luar tanggung jawab percetakan) Tarif Iklan: Rubrik Ragam (BW) Rp 800/mm kolom, Rubrik Opini (BW) Rp 800/mm kolom, Rubrik Potret Budaya (FC) Rp 1200/mm kolom, Rubrik Dialog (BW) Rp 800/mm kolom, Rubrik Riset (FC) Rp 1200/mm kolom, Rubrik Momentum (BW) Rp 800/mm kolom, Halaman Iklan (BW) Rp 500/mm kolom, Rubrik Pro�il (FC) Rp 1500/mm kolom Informasi Pemasangan Iklan dan Berlanggan an, Hubungi: 085762303896, 085763407464 Redaksi menerima tulisan berupa opini, puisi, dan cerpen. Untuk opini dan cerpen, tulisan maksimal 5000-7000 karakter. Tulisan harus disertai foto dan identitas penulis berupa fotokopi KTM atau KTP. Tulisan yang telah masuk menjadi milik redaksi dan apabila dimuat akan mendapat imbalan. Tulisan dapat dikirim ke email suarausutabloid@ymail.com
Kalau bagus setuju tapi kalau enggak ada kemajuan percuma dengan kebijakan yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat. Dari hal kecil untuk bela negara misal prestasi yang kita raih sebenarnya sudah menunjukkan, enggak mesti wajib militer. Kalaulah misalnya ada perang, percuma juga kalau mental kurang. Sebagai relawan pasti dikit lah yang mau. Sama-sama tahulah kita.
M Azis Riski Lubis - Fakultas Ilmu Budaya 2012 Mengingat situasi dan kondisi politik di dunia tidak sehat lagi, diperkirakan kembali akan terjadinya perang. Sangat setuju bila pemuda Indonesia langsung berperan serta seperti mahasiswa. Perjuangan kan tidak hanya dengan senjata. Istilahnya ketika senjata bersuara maka suara yang engkau lantangkan tidak akan berlaku lagi.
Devi Olivia Maharani - Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2013 Masalah pendidikan banyak melupakan ideologi dan keberagaman budaya. Pun dengan adanya bela negara tentu punya tujuan untuk membentuk mental khususnya bagi laki-laki, it’s you’re. Enggak menutup kemungkinan dengan perempuan menjadi tangguh. Pun laki-laki untuk melindungi keluarga namun bukan berarti dengan bela negara yang kemiliteran menyalahgunakan. Sebelum mengeluarkan kebijakan pemerintah harusnya benah diri dulu, konsepnya matang dulu dan lebih serius. Bagi mereka yang terpendam enggak ada yang nampung. Karena kan orang yang berprestasi perlu dihargai.
Adika Nopriadi - Fakultas Ilmu Budaya 2012 Ini kali pertama diadakan di Indonesia baiknya diberikan pelatihan ke Mahasiswa dalam halnya pendidikan. Batas usia terbatas 50 tahun. Bila diwajibkan pun mungkin tidak semua orang. Seharusnya ditanamkan sejak kecil, takutnya ini sia-sia namun kalau dampaknya bagus gapapa dilanjutkan
Rini Lestari Fakultas Psikologi 2014
ILUSTRASI : ALFAT PUTRA IBRAHIM | SUARA USU
Baiknya Indonesia bisa mengadopsi wajib militer yang dilakukan luar negeri seperti Korea Utara dan Korea Selatan. Aku setuju sih dengan persiapan pemerintah untuk mengadakannya, bila ada terjadi peperangan di Indonesia misalnya. Harusnya kita jadikan pendorong agar pemerintah juga benar-benar buat program bukan hanya direncanakan trus dilakukan sebentar tapi harus konsisten.
4 laporan utama
SUARA USU, EDISI 105, NOVEMBER 2015
Ragam Cerita di Balik Penetapan Anggota MWA Koordinator Liputan: Dewi Annisa Putri Reporter: Rati Handayani, Ika Putri Agustini Saragih, Vanisof Kristin Manalu, dan Dewi Annisa Putri Dewi Annisa Putri dan Rati Handayani
Anggota MWA USU telah ditetapkan. Perjalanannya penuh cerita; dua orang mengundurkan diri, seorang tak lulus, dan dualisme ikatan kealumnian USU yang tak diberi peluang sama untuk jadi anggotanya. PINTU TERKUNCI| Pintu ruang rapat Majelis Wali Amanat (MWA) terkunci pada Sabtu siang (7/11). MWA baru saja menerima surat berisi instruksi penunjukan Ketua MWA Periode 20152020.
M
ajelis Wali A m a n a t ( M W A ) m e r u p a k a n p e n e n t u kebijakan umum di USU. Setelah September tahun lalu pemilihan anggota MWA periode 20142019 diwarnai perbedaan pendapat terkait pemberian suara, disambung pada 15 Desember, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti) memperpanjang masa jabatan anggota MWA USU periode 2009-2014 dengan masa paling lama setahun, setahun kemudian, minggu keempat September Prof Bustami Syam, Dekan Fakultas Teknik yang juga anggota Senat Akademik (SA) USU 2014-2019 menghadiri rapat SA, agendanya membahas pembentukan Panitia Pemilihan Anggota MWA. Terdiri dari seorang ketua dengan empat anggota.
VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU
Pembahasan tak lama. Surya Utama, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat mengusulkan Prof Bustami sebagai ketua panitia, lengkap dengan Prof Muhammad Zarlis sebagai sekretaris panitia, Prof Budiman Ginting, Sutarman, dan Heru Santosa sebagai anggota. Saat ditanyai persetujuan, Prof Bustami langsung menjawab, “Demi bangsa dan negara, saya siap.” Semua yang diusulkan pun langsung setuju, peserta rapat sepakat. Sore harinya, Surat Keputusan Penetapan Panitia Pemilihan Anggota MWA Periode 2015-2020 dikeluarkan Ketua SA. Panitia mulai bekerja esok hari. Mereka jadwalkan pengambilan formulir pendaftaran mulai 15 hingga 21 September, dapat diambil di ruang sekretariat panitia atau unduh di usu. ac.id. Masa pendaftaran dan pengembalian formulir dibuka sehari. setelah dimulainya
masa pengambilan formulir. Esok harinya, 22 September ialah hari veri�ikasi berkas pendaftar sekaligus pengumuman calon anggota MWA. Jadwal proses pemilihan kemudian dipublikasikan oleh Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) USU. Tak hanya jadwal, pengumuman syarat calon pendaftar pun disertakan. Media publikasinya situs resmi USU, ditambah beberapa media cetak di Medan dan majalah dinding di USU. Publikasi dilakukan, masa pendaftaran calon dan pengembalian formulir berakhir, panitia memveri�ikasi berkas pendaftar. Total, ada sebelas pendaftar dari wakil SA dan 29 pendaftar dari wakil masyarakat. Jumlah pendaftar dari wakil masyarakat kali ini lebih banyak daripada
pendaftar calon anggota MWA periode sebelumnya, 2009 lalu. Walau demikian, dari 29 pendaftar jalur wakil masyarakat ini tak satu pun yang berstatus mahasiswa. Wakil Presiden Mahasiswa Abdul Rahim mengaku baru mengetahui info adanya pendaftaran calon anggota MWA beberapa hari setelah pendaftaran ditutup. “Kalau saya tahu infonya saya mau daftar,” kata Rahim. Namun ia akui dirinya tak cekatan cari informasi. Walau demikian, Rahim pikir alangkah lebih baik jika Humas USU atau Panitia Pemilihan Anggota MWA menyurati mengadakan pertemuan dengan Pemerintahan Mahasiswa (Pema) USU sebagai pemberitahuan tengah dibukanya pendaftaran calon anggota MWA. “Kalau menganggap adanya Pema USU dan mahasiswa, harusnya dikabari,” tambahnya. Lebihlebih, Rahim menilai tak ada kelanjutan serius dari
kesimpulan pembahasan kedudukan mahasiswa di MWA. Melihat tak adanya mahasiswa yang mendaftar, Ketua Tim Evaluasi Kinerja dan Kelembagaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) USU dari Kemenristek-Dikti Prof Musliar Kasim mengatakan USU telah mengakomodasi mahasiswa mendaftar jadi calon anggota MWA; lewat jalur masyarakat. Dan juga sudah disosialisasikan lewat uji publik pada 5 Agustus. “Kan sudah ada wadahnya, harusnya mahasiswa cari informasi juga,” ujarnya. Lepas dari tak adanya pendaftar dari mahasiswa, dua pendaftar mengundurkan diri pada 28 September, dua hari menjelang pemilihan. Masing-masing wakil SA dan wakil masyarakat. Pendaftar wakil SA itu ialah T Keizerina Devi, dosen Fakultas Hukum, dan wakil masyarakat ialah Prof Sukaria S, pensiunan dosen Fakultas Teknik. Prof Bustami menerima surat
Ragam Cerita di Balik Penetapan Anggota MWA SUARA USU, EDISI 105, september 2015 pengunduran diri T Keizerina Devi dan Prof Sukaria S dari pegawai di sekretariat SA. “Tak masalah. Sah-sah saja, lagi pula keduanya mengundurkan diri di waktu yang telah ditentukan, H minus dua pemilihan,” katanya. Prof Sukaria cerita awalnya ia ingin berpartisipasi, namun ia memutuskan untuk mengundurkan diri karena ia telah menganalisis bahwa dirinya tak akan terpilih. “Saya kan membaca situasi, berapa suara yang kira-kira saya dapatkan,” ujarnya. Padahal berkas pendaftarannya memenuhi persyaratan. Menurut sumber anonim SUARA USU, sebagian anggota SA, yakni yang lanjut rapat alias tak walk out dalam rapat pemilihan anggota MWA September tahun lalu memang telah menghitunghitung pembagian suara untuk memilih anggota MWA. Penghitungan itu dilakukan setelah diumumkannya hasil verifikasi calon anggota MWA. Berbeda dengan Prof Sukaria, T Devi menolak berkomentar saat ditanyai alasannya mengundurkan diri. “Enggak kenapa-kenapa,” elaknya. Selain itu, dari 29 pendaftar wakil masyarakat, satu orang dinyatakan tak lulus. Ialah Tumpal HS Siregar. Tumpal yang mengaku iseng membuka situs resmi USU dan mengetahui adanya pengumuman pendaftaran calon anggota MWA USU 2015-2020 ini memutuskan mendaftarkan diri, kirim berkas lewat pos. Belakangan ia tahu dirinya tak lulus, tak ada usulan angggota SA menyertainya. Memang, Panitia Pemilihan Anggota MWA telah menyertakan kriteria utama dan syarat lain di luar kriteria utama yang harus dipenuhi calon pendaftar dari kedua jalur. Disebutkan pula bahwa wakil masyarakat harus diusulkan anggota SA, sesuai amanat Peraturan MWA Nomor 8 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengusulan dan Pemberhentian Ketua, Sekertaris dan Anggota MWA. “Saya tidak baca detil syaratnya, juga faktor waktu yang mepet,” jelas Tumpal lewat pesan singkat. Sebagai anggota MWA 2009-2015 yang merumuskan peraturan perlunya calon anggota MWA diusulkan anggota SA, Prof Bismar Nasution tak mengetahui alasan ditetapkannya aturan tersebut. “Enggak ingat lagi saya, mungkin saat pembahasan itu saya merokok atau terima telepon ke luar,”
tambahnya. Ketika ditanya apakah aturan tersebut sepantasnya dibuat, Prof Bismar bilang, “Orang itu (anggota MWA 2009-2015 lain, -red) lah itu.” Prof Musliar tak permasalahkan adanya aturan MWA tentang harus adanya usulan anggota SA menyertai pendaftaran calon anggota MWA wakil masyarakat. Menurutnya, pihak USU memang harus kenal siapa yang akan duduk di MWA-nya. “Bagaimana kalau tidak kenal akan tahu bagaimana calon pendaftar,” ujarnya. Setelah hasil verifikasi diumumkan dan T Keizeria Devi juga Prof Sukaria mengundurkan diri, serta Tumpal dinyatakan tak lulus, pada Rabu, 30 September digelarlah rapat SA di Ruang Rapat SA. Agendanya pemilihan anggota MWA, sesuai jadwal. Rapat dimulai pukul 09.00 pagi, sembilan
Saya kan membaca situasi, berapa suara yang kira-kira saya dapatkan.
DEWI ANNISA PUTRI | SUARA USU
Prof Sukaria S Pensiunan Dosen Fakultas Teknik puluh dari 94 anggota SA hadir. Satu kotak suara diletak di depan. Ada pula lima bilik suara, persis pemilihan umum. Mekanis pembagian suara tak lagi jadi soal, one man one vote yang ditetapkan di Peraturan MWA No 8 Tahun 2015. Rapat itu selesai digelar dan menghasilkan tujuh belas anggota MWA terpilih. Sembilan wakil masyarakat dan delapan orang wakil SA. Sembilan orang wakil masyarakat yang terpilih ialah Prof Chairuddin Panusunan Lubis, Prof Todung Mulya Lubis, Rustam Efendi Nainggolan, Asrul Nasir Harahap, Panusunan Pasaribu,
laporan utama 5
Sabri Basyah, Timin Bingei Purba Siboro, Tinah Bingei, dan Chairul Muluk. Dan delapan wakil SA yang terpilih ialah Prof Bismar Nasution, Fahmi Natigor Nasution, Prof Hakim Bangun, Hamidah Harahap, Prof Harmein Nasution, Nurlisa Ginting, Prof Syafruddin Kalo, serta Prof Urip Harahap.
Dualisme IKA USU Sesuai PP Nomor 16 Tahun 2014 tentang Statuta USU, anggota MWA terdiri dari 21 orang. Delapan anggota dari unsur SA, sembilan anggota dariunsurmasyarakat,menteri bidang pendidikan tinggi, dan rektor. Lalu Peraturan MWA Nomor 8 Tahun 2015 lebih lanjut menyebut dua ex-officio menjadi anggota MWA yakni Gubernur Sumatera Utara dan Ketua Ikatan Kealumnian USU. Jadilah 21 anggota tersebut lengkap. Oleh karena itu, dengan terpilihnya tujuh belas anggota MWA, kerja SA belum selesai. Setelah rapat selesai, Ketua SA Prof Chairul Yoel terlihat sibuk mengetik berita acara. Berita acara pemilihan itu akan dikirim ke Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Lengkap dengan usulan nama calon anggotanya. Namun Prof Ridwan Hanafiah, anggota SA yang jadi saksi dalam pemilihan itu menyebut total nama yang diusulkan ke Menristekdikti untuk di-SK-kan berjumlah 22 orang. Sebab ada dua organisasi alumni di USU saat ini; Ikatan Kealumnian (IKA) USU yang diketuai Sofyan Raz dan Pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Alumni USU yang diketuai Erwin Nasution. “Ini setelah mendapat pengarahan dari Tim Evaluasi Kinerja dan Kelembagaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) USU bentukan Menristekdikti,” kata Prof Ridwan saat dijumpai usai rapat. Prof Musliar pun membenarkan hal itu. “Karena memang ada dua ikatan alumninya, jadi biar menteri yang memutuskan,” jelasnya, Kamis, 5 November lewat sambungan telepon. Berdasarkan penelusuran SUARA USU dan ujaran salah seorang pegawai sekretariat SA sembari mengecek langsung surat berita acara rapat SA beragenda pemilihan anggota MWA 2015-2020 pada 30 September, surat itu tak berisi usulan 22 nama anggota MWA. Hanya 21 nama. Tak ada dua nama yang dikirim seperti penjelasan Prof Ridwan. Tertulis di berita acara itu, Ketua Pengurus
WAWANCARA| Prof Bismar Nasution, Anggota MWA USU Periode 2010-2015 terangkan perihal rapat MWA pada Kamis, (11/6). Keanggotaan MWA USU Periode 2010-2015 sudah terbentuk akhir Oktober silam. VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU
Pusat Ikatan Kealumnian USU. Tak menyebut nama, apakah Erwin Nasution atau Sofyan Raz. Saat dikonfirmasi, Ketua SA Prof Chairul Yoel mengatakan SA memang tak mengirimkan nama defenitif ketua organisasi alumni, dan yang usulan yang dikirimkan adalah kedua susunan kepengurusan. Pun saat dikonfirmasi, Prof Musliar bilang dirinya tak pernah melihat langsung surat berisi usulan nama calon anggota MWA itu karena suratnya berada di Sekretariat Jenderal Kemenristekdikti. “Saya lagi di Padang, enggak tahu juga bagaimana menghubungi Sekretariat Jenderal,” tambahnya. Pasca pengiriman usulan nama anggota MWA itu, tepatnya seminggu setelah pemilihan, 7 Oktober, Sekretaris Umum Pengurus DPP Alumni USU OK Saidin, yang juga Wakil Dekan III FH USU, mengirim surat kepada Ketua SA. Halnya usulan penetapan Erwin Nasution menjadi anggota MWA 20152020. Namun dua hari sebelum OK Saidin mengirim surat itu kepada Ketua SA, Menristekdikti telah mengeluarkan SK penetapan anggota MWA USU. SK yang dikeluarkan Menristek-dikti menetapkan nama-nama yang diusulkan SA menjadi anggota MWA. Persis, tak ada beda nama usulan dengan yang ditetapkan Menristek-dikti. Termasuk exofficio dari Ikatan Kealumnian USU; versi usulan dan versi SK masih ditulis dengan poin nama yang sama yakni Ketua Pengurus Pusat Ikatan Kealumnian USU, tak disebut apakah Sofyan Raz atau Erwin Nasution. Saat dihubungi, Minggu, 8 November, OK Saidin belum mengetahui bahwa Sofyan Raz-lah yang jadi anggota MWA. “Tidak ada jawaban SA atas surat yang kami (Pengurus DPP Alumni USU, -red) kirim,”
jelasnya. Menurutnya, SA harusnya membalas surat dari pihaknya, misalnya untuk memberi tahu bahwa suratnya dikirim setelah SK dari Menristek-dikti keluar. Walaupun menurutnya, harusnya pihaknya tak menyurati SA tentang hal itu. Sebab ketua pusat ikatan kealumnian akan otomatis menjadi anggota MWA. “Rektor adalah anggota MWA ex-officio, gubernur adalah anggota MWA exofficio, Menristek-dikti adalah anggota MWA ex-officio, mereka tak mengirim surat usulan penetapan diri jadi anggota kan,” jelas OK Saidin lagi. Selain jawaban itu, SA pun kata OK Saidin harus jelaskan kenapa akhirnya Sofyan Raz dari IKA USU yang menjadi anggota MWA. OK Saidin mengatakan Pengurus DPP Alumni USU adalah organisasi alumni yang mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta berada di luar struktur USU. “Bukan di-SK-kan rektor dan ketuanya terpilih tanpa musyawarah nasional,” katanya. Ketua Pengurus DPP Alumni USU Erwin Nasution terpilih lewat munas pada Februari lalu. Sofyan Raz hanya sedikit berkomentar terkait hal ini saat ditemui di acara funwalk IKA USU, Minggu (8/11). Saat ditanya lebih lanjut Sofyan menolak berkomentar lebih lanjut. Namun Sofyan membenarkan bahwa SKnya sebagai Ketua IKA USU dikeluarkan rektor pada tahun lalu. Mengenai dirinya diusulkan jadi anggota calon MWA dan terpilih jadi anggota MWA, ia tak mau permasalahkan. Saat ditanya tentang tanggapannya terhadap dualisme organisasi kealumnian USU saat ini, ia bilang, “Berapa pun organisasi alumni, mau sepuluh, mau dua puluh, ya enggak masalah.”
6 laporan utama
MWA : Drama Dahulu Rektor Kemudian SUARA USU, EDISI 105, NOVEMBER 2015
MWA Dulu
Rektor Kemudian Koordinator Liputan: Nurhanifah Reporter: Yulien Lovenny Ester Gultom, Amelia Ramadhani, Amanda Hidayat dan Nurhanifah
ILUSTRASI : ALFAT PUTRA IBRAHIM | SUARA USU
Rapat Pemilihan Ketua MWA sempat terkendala, karena suara imbang dan satu orang abstain. Setelah Ketua MWA terpilih, MWA targetkan awal tahun USU miliki rektor definitif. Semoga bisa.
R
uang rapat perlahan-lahan penuh, anggota Majelis Wali Amanat (MWA) yang telah terima undangan rapat satu per satu duduki bangku. Dalam undangan rapat yang disampaikan panitia pembentukan MWA, tertulis rapat dimulai pukul sepuluh pagi. Hanya saja rapat baru dimulai pukul sepuluh lewat tiga puluh menit, sebab menunggu kehadiran anggota. Hal ini berkaitan dengan Peraturan MWA Nomor 08 Tahun 2015 Pasal 10 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengusulan, dan Pemberhentian Ketua, Sekertaris, dan Anggota MWA yang menyatakan rapat MWA tak dapat dilaksanakan apabila tidak dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota MWA. Saat rapat dimulai, satu bangku anggota MWA tak terisi. Prof Urip Harahap, anggota MWA perwakilan Senat Akademik (SA) tak hadir karena sedang berada di luar kota untuk menjadi pemateri, serta terlebih dahulu mendapat izin dari Fakultas Farmasi. “Saya berangkat Senin, surat (undangan rapat MWA –red) masuk Selasa,” tegasnya. Dari dua puluh satu anggota MWA, hanya dua puluh anggota yang sanggupi undangan tersebut. Sebelum rapat dimulai,
diadakan penyerahan jabatan oleh Ketua MWA yang lama Pak Joe�li J Bahroeni kepada Ketua MWA sementara Sofyan Raz dan Sekertaris MWA sementara Fahmi Natigor Nasutian. Penyerahan ini tertuang dalam Peraturan MWA Nomor 08 tahun 2015 Pasal 10 yang menyebut Ketua MWA periode sebelumnya menyerahkan pimpinan rapat kepada anggota MWA terpilih yang tertua sebagai ketua sementara dan anggota MWA terpilih yang termuda sebagai sekertaris sementara. Rapat MWA pada 7 Oktober agendanya adalah Pemilihan Ketua MWA USU Periode 2015-2020. Pemilihan Ketua MWA dilakukan dengan pemberian suara secara langsung, bebas, dan rahasia. Sebelumnya telah tersedia kotak suara dan kertas pemilihan suara. Sebelum pemilihan, dilakukan pengajuan calon Ketua MWA oleh anggota MWA. Maka terpilihlah Prof Chairuddin Panusunan Lubis dan Prof Todung Mulya Lubis sebagai calon Ketua MWA USU 2015-2020. Semua anggota berikan hak suara, penghitungan dilaksanakan dan hasilnya imbang. Dari sembilan belas anggota MWA yang berikan hak suara, satu orang abstain. Pada pemilihan tersebut, dua puluh anggota hadir namun hanya sembilan belas anggota MWA yang dapat berikan hak suara. Sisanya, Pj Rektor Prof Subhilhar tidak dapat memberikan suara selaku ex of�icio. Sebagai solusi, diadakan pemilihan kembali sesuai Peraturan MWA Nomor 08 Tahun 2015 Pasal 11 yang menyatakan apabila terdapat dua calon atau lebih memiliki jumlah suara terbanyak yang sama, maka dilakukan
pemungutan suara pada hari yang sama untuk calon yang memperoleh suara terbanyak yang sama. Pemilihan kedua terlaksana. Hasil tetap imbang. Prof Bismar Nasution, Anggota MWA Periode 20152020 katakan akhirnya
tertinggi di USU tak dapat diselesaikan MWA, maka penyelesaian diserahkan kepada Kemenristek-dikti. “Hasil rapat sudah dikirim, tinggal tunggu SK (surat keputusan–red) saja,” terang Prof Bismar. Hasil pemilihan akhirnya
,
,
Nurhanifah
Bahaya kalau ia (rektor–red) hanya peduli fakultas saja.
VANISOF KRISTIN MANALUH| SUARA USU
Ridwan Hanfiah Anggota Senat Akademik Periode 2014-2019
forum memutuskan untuk menyerahkan keputusan kepada Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), sesuai isi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 2014 tentang Statuta USU Pasal 27 yang menyebut jika permasalahan
dikirim ke Kemenristekdikti oleh MWA di hari yang sama. Dengan berita acara suara imbang dan satu orang abstain. Prof Muslihar Kasim, Ketua Tim Evaluasi Kinerja dan Kelembagaan PTN-BH USU dari Kemenristek-Dikti tak masalahkan hasil rapat
yang berakhir imbang. Pun, mengenai peserta yang abstain, menurutnya itu hal yang wajar sebab sesuai dengan Peraturan MWA Nomor 08 Tahun 2014 Pasal 11 yang menyebut pemilihan Ketua MWA dilakukan dengan pemberian suara secara langsung, bebas, dan rahasia. “Kan anggota MWA bebas memilih siapa,” terangnya Senada, Prof Bismar juga tak masalahkan peserta yang abstain “Ya itu hak dialah, mau diapakan lagi?” ucapnya. Ridwan Hana�iah, anggota Senat Akademik sekaligus Dosen Departemen Sastra Inggris juga tak masalahkan ada peserta yang abstain. Sebab menurutnya yang terpenting adalah proses serta pelaksanaan pemilihan Ketua MWA sesuai peraturan yang berlaku yaitu PP Nomor 16 Tahun 2014 serta Peraturan MWA Nomor 08 Tahun 2015, yang mengatur pemilihan tersebut. Ia sambut baik hasil rapat yang tetap sama meski telah dilaksanakan dua kali, “Berarti pemilihannya sudah dilaksanakan secara demokratis tanpa ada paksaan,” ujarnya. Pun Ridwan sampaikan, pemilihan ini seharusnya tidak ada paksaan dari individuindividu maupun k e l o m p o k - k e l o m p o k tertentu. Dalam pemilihan hal terpenting adalah anggota MWA tahu kredibilitas calon Ketua MWA sehingga dapat berikan suara, “Jadi mereka tahu, akan berikan suara kepada siapa,” terangnya.
MWA : Drama Dahulu Rektor Kemudian SUARA USU, EDISI 105, NOVEMBER 2015
Aturan MWA | Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Sumatera Utara, jUMAT (6/11). Tata cara pemilihan, pengusulan dan pemberhentian ketua, sekrtaris dan anggota MWA tertuang dalam nomor 06 tahun 2015. VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU
Tenggat Waktu “Todung yang terpilih, Senin sudah dikirim suratnya,” terang Prof Muslihar, lewat telepon seluler, Kamis, 5 November lalu. Prof Muslihar bilang keputusan ini murni tetapan dari Kemenristek-dikti di bawah arahan menteri. Ia tak tahu alasan spesifiknya. “Saya hanya mengawasi dan memberi pendapat. Keputusan kembali kepada MWA dan menteri,” tegasnya. Saat dikonfirmasi, Fahmi selaku Sekretaris sementara MWA Periode 20152020 benarkan adanya surat tersebut. Ia katakan menerima surat tersebut pada Rabu, 4 November dengan tetapan dari menteri bahwa Prof Todung Mulya Lubis ditunjuk sebagai Ketua MWA Periode 20152020. Fahmi jelaskan, lepas menerima mengesahkan terpilihnya ketua yang baru. Dikarenakan baru menerima
surat Fahmi sampaikan kemungkinan besar MWA akan melaksanakan rapat lagi pada minggu depan, minggu kedua atau ketiga November. “Anggota MWA ini kan ada juga yang dari wakil masyarakat, jadi cocokkan waktu juga sama yang lain,” sahutnya. Fahmi tuturkan MWA sudah kirimkan surat undangan pelaksanaan rapat pada hari Jumat lalu. Kini sedang menunggu konfirmasi anggota yang lain. Setelah menerima surat berisi instruksi dari menteri, pada rapat selanjutnya MWA akan mengesahkan Prof Todung Mulya Lubis sebagai Ketua MWA Periode 2015-2020. “Terus nanti akan dipilih sekretarisnya langsung,” tamabahnya. Setelah struktural MWA selesai disusun, Panitia Pelaksana Penjaringan dan Penyaringan Calon Rektor
15 Desember 2014 Anggota MWA USU periode 2009-2014 diperpanjang masa jabatannya paling lama satu tahun. 26 Januari 2015 Rapat MWA membahas agenda penafsiran atasPasal 8 Peraturan MWA Nomor 2 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pemilihan Anggota MWA.
12 Februari 2015 Surat Keputusan (SK) dari Kementerian atas keputusan penafsiran Pasal 8 Peraturan MWA Nomor 2 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pemilihan Anggota MWA. Berisi keputusan one man one
(P4CR) dapat dibentuk oleh MWA yang baru. “Pelaksanaannya bisa kapan saja. Harus segera, karena kondisi USU sekarang kan tidak ada rektor definitif, adanya PJ Rektor dan itu enggak sehat,” paparnya. Menurut Fahmi anggota MWA harus segera fokus mengurusi USU, karena berdasarkan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang ada dalam Statuta USU, MWA memiliki tugas-tugas krusial di USU, selain hanya mengurusi pemilihan rektor. “Pemilihan rektor ini kan sebagian kecil, tapi memang karena ini lagi momentum, makanya disorot sekali,” sahutnya. Selebihnya, ia berharap anggota MWA periode baru benar-benar berkontribusi untuk USU, sesuai tugasnya sebagai MWA. Ridwan sendiri menyarankan agar November ini MWA segera bentuk P4CR agar Desember dapat dilksanakan
laporan utama 7 penyeleksian dan pemilihan rektor. Hingga Januari dapat diadakan pelantikan. “Tahun depan, USU harus punya rektor definitif,” paparnya. Prof Bismar sampaikan nada serupa, ia katakan secepatnya MWA membuat peraturan tata cara pemilihan rektor dan akan segera diberikan kepada SA. “Cepatnya buat peraturan itu, kalau tidak ada kendala minggu kedua Desember sudah bisa dilakukan pemilihan,” tambahnya. Bakal Calon Rektor. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Perbedaan penafsiran mengenai proses pemilihan anggota MWA menjadi salah satu kendala USU tak hasilkan rektor definitif hingga saat ini. Akhirnya MWA putuskan menetapkan Prof Subhilhar sebagai PJ Rektor USU sejak 31 Maret. Prof Subhilhar terpilih sebagai PJ Rektor melalui mekanisme voting dengan perolehan sebelas suara, unggul atas Prof Zulkifli Nasution, Wakil Rektor I yang memperoleh tiga suara. Sempat berpikir mencalonkan diri menjadi bakal calon rektor di akhir tahun 2014, Prof Subhilhar masih belum putuskan untuk kembali mencalonkan diri atau tidak. Selain itu, mengenai kesediaan sebagai bakal calon rektor ia butuhkan dukungan dari berbagai pihak. “Kita lihat nanti kalau banyak yang mengharapkan, kalau enggak ada yang mengharapkan saya enggak mau juga,” tegasnya. Sampai saat ini belum ada persiapan yang Prof Subhilhar lakukan, sebab ia mau selesaikan tugasnya dengan baik terlebih dahulu sebagai PJ Rektor USU.
RISET LAPORAN UTAMA
Berbeda dengan Prof Subhilhar, Prof Dharma Bakti, Dekan Fakultas Pertanian, bilang juga telah siapkan diri. Meskipun hanya sebatas persyaratan rektor yang ada di dalam PP Nomor 16 Tahun 2014 tentang Statuta USU mengenai rektor. Hanya saja untuk persiapan lebih lanjut, ia masih tunggu P4CR dan persyaratan dari MWA. “Kalau nanti memenuhi persyaratan saya pasti lanjut,” tegasnya. Prof Zulkifli Nasution, Wakil Rektor I sempat terdengar ingin mencalonkan diri menjadi bakal calon rektor. Saat dikonfirmasi ia tak mengiyakan atau menolak, ia katakan “Kita lihat saja nanti kalau P4CR sudah terbentuk,” terangnya. Ridwan Hanafiah soroti peraturan tentang tata cara dan tata tertib pemilihan rektor. Ia berharap peraturan yang dibuat oleh MWA nantinya jangan sampai menimpulkan multitafsir seperti peraturan-peraturan sebelumnya. Sehingga USU dapat miliki rektor definitif di awal tahun 2016. Ridwan pesan kepada semua anggota MWA dan SA, saat pemilihan rektor defenitif nanti hendaknya meninggalkan ego pribadi masing-masing. Pemilihan haruslah dilakukan berdasarkan visi dan misi yang dibawakan calon rektor serta berdasarkan pengalamannya selama mengabdi di USU. Pun rektor terpilih nantinya, diharapkan perhatikan dan lakukan perbaikan fasilitas untuk USU, bukan hanya perhatikan dan lakukan perbaikan di fakultas asalnya saja. “Bahaya kalau ia hanya peduli fakultas saja,” sahut Ridwan.
30 September 2015 21 anggota MWA periode 201525 Maret 2015 2016terpilih. 21 anggota tersebut, yakni MWA rapat membahas agenda Panitia Persiapan Penjaringan dan Penyaringan Calon Rektor 9 dari wakil masyarakat, 8 dari Anggota (P4CR) dan perpanjangan masa jabatan Ketua dan Senat Akademik (SA), 4 dari ex of�icio Sekretaris MWA. (Gubernur Sumut, IKA USU, Rektor, Kemenristek Dikti) 31 Maret 2015 Prof Subhilhar Terpilih menjadi Pejabat Rektor USU menggantikan Prof Syahril Pasaribu yang 8 Oktober 2015 masa jabatannya habis sebab umurnya telah Rapat MWA, membahas agenda pemilihan mencapai 65 tahun. Prof Subhilhar menjabat hingga Ketua MWA. Namun, tak menemukan Rektor defenitif terpilih. hasil. Dua kali putaran dilakukan, suara tetap seri. Ada 20 anggota yang hadir, ada 20 Agustus 2015 satu anggota yang abstain, sementara PJ Rapat MWA, agenda memutuskan tata cara pemilihan Rektor tak memiliki hak pilih, dan 1 tidak anggota MWA yakni one man one vote hadir. vote untuk tata cara pemilihan anggota MWA.
8 opini
SUARA USU, EDISI 105, NOVEMBER 2015
Menuju Pemira USU yang Partisipatif Imam Ardhy Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2013
P
berkorelasi dengan partisipasi politik mahasiswa terhadap Pemira USU nantinya. Selain budaya politik, ada permasalahan lain yang terjadi dan membuat partisipasi mahasiswa USU rendah. Permasalahan itu terdapat WENTY TAMBUNAN | SUARA USU dalam sistem politik di USU. Pun ada tiga permasalahan yang muncul terkait mengirimkan nama perwakilannya sesuai hasil perolehan kursi yang sistem politik di USU. dicapai. Hal ini menjadi alasan tidak berjalannya majelis permusyawaratan mahasiswa universitas (MPMU), sehingga fungsi Check & Balances Pema USU dan MPMU tidak berjalan. Hal ini juga yang membuat mahasiswa apatis, karena mereka tidak tahu siapa yang menjadi penyambung lidah mereka. Selain itu, Bergaining Position Pema USU yang masih rendah di mata mahasiswa. Terjadi karena tidak ada relasi hubungan baku antara Presiden Mahasiswa dengan gubernur di fakultas. Idealnya relasi yang dibangun adalah instruksi, namun yang terjadi sekarang hubungannya sebatas garis koordinasi. Sehingga kebijakankebijakan yang dikeluarkan oleh Pema USU kontradiktif, bahkan tumpang tindih kebijakan-kebijakan gubernur di fakultas. Berdasarkan paparan permasalahan di atas, ada beberapa solusi yang bisa menjadi kritik konstruktif untuk meningkatkan partisipasi politik mahasiswa dalam Pemira USU yang akan datang. Seperti, perbaikan sistem pengelolaan KAM, mengembalikan KAM kepada fungsi aslinya terutama dalam hal pendidikan dan rekrutmen politik. Lebih terbuka melibatkan dan menyentuh seluruh stakeholder mahasiswa. Pun, perbaikan sistem pemira, di mana dalam proses pemilihan bukan KAM yang dicoblos, melainkan kader terbaik KAM yang akan duduk di MPMU. Setidaknya dapat menjadi ALFAT PUTRA IBRAHIM | SUARA USU penilaian bagi mahasiswa mana orang yang diterapkan ini kemudian akan Pertama, kelompok aspirasi yang bertanggung jawab dan mana mahasiswa (KAM) yang belum yang tidak. Kemudian, perbaikan relasi menjalankan fungsinya, terutama fungsi antara Presiden rekrutmen politik dan pendidikan kekuasaan politik. KAM belum memberikan Mahasiswa dengan Gubernur Fakultas pendidikan politik kepada mahasiswa, yang tadinya koordinasi menjadi Jalan Universitas No 32B, dan hanya hadir ketika momen pemira instruksi. Sebab ketika kita berbicara @suarausu Kampus USU, Padang Bulan, dalam konteks akan digelar. Padahal idealnya KAM pemerintahan Medan, Sumatera Utara harus hadir sebelum dan setelah bernegara, Gubernur merupakan pemira, baik ketika mereka yang perpanjangan tangan pemerintah 085207112478 menduduki lembaga eksekutif maupun pusat. Ketika perbaikan pola hubungan suarausutabloid@ymail.com itu dapat terwujud maka posisi tawar lembaga legislatif nantinya. suarausuonline@ymail.com Kemudian, sistem pemilihan Pema USU dapat meningkat sehingga dalam pemira yang menggunakan menjadi rangsangan untuk mahasiswa @SUARAUSU sistem pemilihan tertutup. Berkaca berpartisipasi aktif dalam politik pada pemira tahun lalu, saat pemira kampus. Pers Mahasiswa SUARA USU Berdasarkan logika sederhana, legislatif yang dicoblos adalah KAMapabila budaya politik dan sistem nya bukan individu perwakilan dari politik yang diterapkan baik, maka KAM tersebut. Redaksi menerima tulisan berupa Opini, Puisi, dan Cerpen. Untuk Opini dan Cerpen, tulisan maksimal 3500-7000 karakter. Tulisan harus disertai foto dan identitas penulis berupa fotokopi KTM atau Setelah pemira usai, KAM yang output pemimpin yang berkualitas KTP. Tulisan yang telah masuk menjadi milik redaksi dan apabila dimuat akan mendapat imbalan. mendapatkan jatah kursi MPMU tidak akan muncul nantinya.
emilihan Umum Raya Universitas Sumatera Utara (Pemira USU) merupakan sarana bagi para mahasiswa USU untuk memilih perwakilannya yang akan duduk di badan eksekutif mahasiswa (Pemerintahan Mahasiswa) dan badan legislatif mahasiswa (Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas). Pemira merupakan implementasi penerapan sistem demokrasi di kalangan mahasiswa. Berbicara tentang pemira, erat kaitannya dengan partisipasi politik mahasiswa. Berkaca dari pemira tahun sebelumnya, tingkat partisipasi politik mahasiswa kurang dari lima puluh persen. Hal ini sangat berpengaruh terhadap legitimasi yang dimiliki presiden mahasiswa terpilih. Permasalahan umum yang muncul saat tingkat partisipasi politik rendah, secara konseptual bisa dikaitkan dengan budaya politik yang diterapkan di dalam suatu kelompok masayarakat. Menurut Almond & Verba, ada tiga budaya politik yang lazim digunakan yaitu, budaya politik parokial, budaya politik kaula (subjek), dan budaya politik partisipan. Budaya politik parokial adalah budaya politik yang dianut oleh masyarakat tradisional, yang tingkat pendidikan dan ekonominya rendah sehingga membuat mereka tidak tahu-menahu bahkan apatis terhadap politik. Kedua, budaya politik kaula (subjek) merupakan budaya politik di mana masyarakatnya tahu akan keberadaan politik dan pemerintahan, tetapi masyarakat tersebut tidak berpartisipasi dalam politik dan pemerintahan. Ketiga budaya politik partisipan merupakan budaya politik di mana masyarakatnya tahu adanya politik maupun pemerintahan dan masyarakat tersebut terlibat aktif serta mengambil peran di dalam politik itu. Berangkat dari konsep di atas, kita dapat menganalisis budaya politik
yang relevan dengan keadaan USU kontemporer. Kemudian ditariklah kesimpulan bahwa budaya politik yang relevan dengan keadaan USU saat ini adalah budaya politik kaula. Mengapa? Sebab melihat kondisi mahasiswa USU sekarang, pada dasarnya tahu dan sadar akan adanya pemira, namun enggan ikut berpartisipasi. Budaya politik
SURAT DAN PENDAPAT
SUARA USU, EDISI 105, NOVEMBER 2015
dialog 9
Merangkai Sejarah di Tanah Gayo Penelitian arkeologis merupakan upaya untuk menyatukan kepingankepingan sejarah peninggalan leluhur di suatu area tertentu. Ekskavasi dimaksudkan untuk memberi gambaran sejarah kebudayaan, menjelaskan proses informasi budaya yang telah berlangsung hingga merekonstruksi cara hidup manusia di masa lampau.
Inilah yang hendak dicapai dalam ekskavasi yang dilakukan di Tanah Gayo. Peninggalan yang terdapat di Tanah Gayo banyak memberi ilmu pengetahuan baru terkait sejarah kehidupan nenek moyang di sana. Teori mengenai persebaran benda prasejarah dan migrasi pengusung budaya
Hoabinh (salah satu budaya prasejarah dari Vietnam) mulai tergoyahkan. Dugaan mengenai adanya migrasi kelompok Austronesia yang selama ini belum ditemukan aktivitasnya diduga berada di barat Indonesia. Berikut hasil wawancara reporter SUARA USU Ika Putri Agustini dengan Peneliti Utama di proyek ini Ketut Wiradnyana.
WENTY TAMBUNAN | SUARA USU
Biodata: Nama: Ketut Wiradnyana
Tempat Tanggal Lahir: Jembrana, 26 April 1966 Riwayat Pendidikan:
- SDN 07 Negara Bali - SMPN 1 Negara Bali - SMAN 1 Negara Bali - S1 Universitas Udayana Bali Jurusan Arkeologi (1992) - S2 Universitas Negeri Medan Jurusan Antropologi (2009) - S3 Universitas Airlangga Jurusan Ilmu Sosial (2014sekarang) Jabatan: Peneliti Utama di Balai Arkeologi Medan
Prestasi: - Menerbitkan ratusan artikel dan jurnal skala nasional dan internasional yang berkaitan dengan eskavasi di beberapa tempat di Sumatera - Menerbitkan sejumlah buku hasil penelitian arkeologi
Mengapa tertarik melaku- Karena rasa ingin tahu pada data arkeologis yang ada di daerah pegunungan. Secara kan penelitian di Tanah umum kondisi data arkeologis yang tersedia baru terbatas di sekitar pesisir timur Pulau Gayo? Sumatera. Di mana tepatnya lokasi situs penelitiannya?
Penelitian dilakukan di Kabupaten Aceh Tengah yang memiliki topografis perbukitan dan pegunungan di jajaran pegunungan Bukit Barisan. Di bagian lereng perbukitan itu terdapat gua-gua yang menjadi lokasi penelitian yaitu Loyang (Gua) Putri Pukes, Loyang Man Mendale dan Loyang Koro. Apa saja yang ditemukan Banyak. Tiga belas kerangka manusia utuh, gerabah, kapak, tembikar, manik-manik, bedi situs tersebut? batuan, kaca, dan tulang belulang hewan. Ditemukannya kapak menggoyahkan teori penyebaran kapak yang dipakai sejak zaman Belanda di mana menyatakan bahwa persebaran kapak lonjong berlangsung di bagian timur Indonesia. Juga dengan teori penyebaran gerabah pelangi yang diyakini hanya ada di Indonesia Timur. Ditemukan adanya indikasi mengenai migrasi kelompok Austronesia pada kisaran 4.400 tahun yang lalu. Kebudayaan kelompok ini diketahui lebih maju dibandingkan dengan pendukung budaya Hoabinh yang mendiami gua sebelum 7.400 tahun lalu. Ini merupakan temuan baru, sebab teori selama ini menyatakan arah migrasi kelompok Austronesia tidak singgah di Indonesia bagian barat. Namun artefak yang ada menunjukkan bahwa migrasi ke wilayah Tanah Gayo telah berlangsung pada awal-awal ke arah barat Sumatera dari Semenanjung Malaya yang kemungkinan asalnya dari Cina Selatan atau juga Taiwan. Benarkah Suku Batak berasal dari Gayo?
Kemungkinan besar ya. Melihat dari alur migrasi kelompok Austronesia ke Sumatera Utara bagian Barat menuju ke arah Timur yakni Tanah Batak. Selain itu, pola hias pada rumah adat Batak Toba atau anting-anting Batak Karo memiliki periodisasi yang lebih muda.
Bagaimana gambaran ke- Animisme ditunjukkan dengan ditemukannya kerangka yang dikubur dalam keadaan kaki budayaan kelompok yang terlipat beserta bekal kuburnya. Ini menunjukkan manusia masa itu mempercayai adamendiami situs-situs itu? nya alam setelah kematian melalui bekal kubur. Juga ditemukan adanya pemotongan gigi dengan cara dikikir dengan menggunakan batu. Tradisi mengikir gigi ini masih ada di masyarakat Gayo kini yang biasanya dilakukan laki-laki atau perempuan akil balik. Penggunaan teknologi yang baik ditunjukkan dengan keberadaan kapak lonjong.
Siapa saja yang terlibat Tim dari Balai Arkeologi Medan dan masyarakat di sekitar situs yang terlibat langsung di dalam penelitian ini? lapangan. Sedangkan untuk penelitian di laboratorium dilakukan di Badan Atom Nasional, laboratorium di Universitas Airlangga. Selain itu laboratorium yang ada di California juga membantu. Baru-baru ini, Universitas Copenhagen Denmark juga tertarik untuk memberikan jasa laboratorium mereka. Kapan penelitian ini ditargetkan selesai?
Belum bisa dipastikan. Karena memungkinkan adanya temuan-temuan baru yang perlu didalami. Tiap tahun sejak memulai penelitian di tahun 2010, hanya sekitar satu sampai dua bulan tim bisa berada di lapangan. Sebab dana yang dikucurkan hanya cukup untuk rentang waktu seperti itu. Tahun depan kemungkinan kita akan melanjutkan penelitian rentang April hingga Mei dengan agenda merekonstruksi kemungkinan persebaran kelompok Austronesia tersebut.
Apakah penelitian ini akan Tidak ada pematenan dalam penelitian arkeologi, palingan nama saya yang akan dicandipatenkan kemudian? tumkan sebagai penemu teori baru ini.
IKLAN
10 ragam
SUARA USU, EDISI 105, NOVEMBER 2015
JELANG RKA USU 2016 Rati Handayani
Terapkan sistem penggajian baru; remunerasi dosen, dalam penyusunan rencana Kerja dan Anggaran (RKA) 2016, USU dan fakultas butuh waktu adaptasi. Keterlambatan dalam proses
L
ili Garliah sedang merevisi usulan RKA 2016 milik Fakultas Psikologi (FPsi). Sebelumnya Lili mendapat masukan untuk mengisi Sistem Informasi Manajemen (SIM) RKA secara daring lewat situs simrkat.usu.ac.id setelah sebelumnya mendapat pendampingan usulan RKA dengan BP&K bersama Biro Akademik dan Biro Simber Daya Manusia USU. RKA berisi usulan program, kegiatan rutin serta kegiatan pengembangan lengkap dengan usulan besar anggaran kegiatan. Kamis minggu lalu ia juga lakukan kegiatan serupa. “Bingung apa yang disampaikan WR (Wakil Rektor –red) I, II dan IV,” ujarnya. Misalnya kelebihan beban kerja dosen (BKD). BKD terdiri atas perkuliahan, tutorial, bimbingan praktikum, koordinator seminar dan tugas akhir serta penasehat akademik. Sedangkan dalam SIM RKA, itu dinamakan kelebihan mengajar. Menurut Lili, kelebihan BKD beda dengan kelebihan mengajar, dan mengajar adalah salah satu BKD, maka hal ini jadi masalah teknis. “Sistem online ini belum sempurna,” imbuhnya. Padahal, harusnya saat 2 November usulan RKA USU 2016 disampaikan kepada Majelis Wali Amanat (MWA). Artinya RKA dikumpul ke Biro Perencanaan dan Kerja Sama (BP&K) USU lalu diserahkan pejabat rektor ke MWA. Saat menemui kendala teknis, Lili langsung menelepon pihak terkait guna cari solusi. Selain kendala teknis, Lili bingung menghitung BKD. Sebab USU menerapkan sistem baru dalam penggajian; remunerasi dosen. Sistem ini dikaitkan dengan penilaian kinerja guna meningkatkan profesionalisme dosen, sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 46 Tahun 2013. Dengan sistem ini, kata WR I Zulkifli Nasution, BKD menjalankan tri dharma perguruan tinggi paling sedikit dua belas sistem kredit semester (sks). Berbeda dengan sebelumnya, dosen dibayar tanpa aturan minimal harus melaksanakan dua belas SKS. “Dua belas SKS itulah tugas pokok yang dibayar negara dengan gaji pokok, kelebihan BKD-nyalah yang dibayar dengan sistem remunerasi. Biasa semuanya dibayar,” tambah Zulkifli. USU menerapkan remunerasi dosen setelah menerima Surat Sekretaris
LEMBARAN KONTRAK KINERJA | Target kinerja USU sebagai PTN berbadan hukum, Senin (21/6). Sejak September hingga sekarang USU masih tengah mempersiapkan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) 2016. RATI HANDAYANI | SUARA USU
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 26 Maret lalu perihal hasil pembahasan dan evaluasi RKA USU 2015. Surat itu menyebut usulan RKA USU setiap tahun selalu melebihi pagu yang ditetapkan Kemenristek-dikti. Ketika ditelaah, proporsi honor lebih besar dari gaji dan tunjangan sehingga dana untuk kegiatan pengembangan tak memadai. Proporsi honor lebih besar dari yang diperbolehkan empat puluh persen. Devin jelaskan ini pula salah satu sebab, selain rendahnya penyerapan anggaran negara dan restrukturisasi di Kemenristek-dikti, Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) untuk USU baru bisa dipergunakan mulai September dan akibatnya pengembangan tak berjalan. Devin Defriza Harisdani, Staf Ahli Perencanaan, pun mengatakan pendampingan, dengan menelaah dan mencari solusi bersama usulan RKA adalah solusi yang diberikan guna mengurangi kendala teknis terlebih dengan adanya sistem remunerasi dosen. Berbeda dengan Lili, Wakil Kepala Pusat Sistem Informasi (PSI) USU Mahyuddin telah menyerahkan usulan RKA 2016 pada Kamis, 29 Oktober. Setelah pendampingan pada Selasa, 27 Oktober ia diberi tenggat dua hari menyelesaikan rencana strategis (renstra) dan usulan RKA. Jadilah ia kerja lembur merevisinya agar sesuai dengan renstra. “Mesti mengubah nama item kegiatan dan perbaiki kalimatnya,” jelasnya. Mahyuddin telah rampungkan Renstra PSI sejak awal tahun, namun setelahnya tak ada
pembahasan untuk perbaikan dari BP&K. Alhasil baru saat ini ia diminta memperbaiki. Devin mengatakan proses penyusunan RKA yang ditetapkan memang tak dapat dijalankan sesuai jadwal. Pendampingan contohnya, harusnya mulai 30 September hingga 8 Oktober, namun baru digelar 26 hingga 30 Oktober. Akibatnya pengumpulan usulan RKA tak tepat waktu. Sehingga diharuskan menyelesaikan usulan RKA dalam minggu pendampingan. “Dalam dua hari,” tambahnya. Berbeda dengan PSI, Lili bilang renstra FPsi rampung disusun bulan lalu. “Pembuatan renstra termasuk kegiatan pengembangan, sedangkan dana RKA USU 2015 baru bisa dipergunakan September, enggak bisa dilaksanakan,” kata Lili. Sebelumnya, Devin menjelaskan Agustus lalu harusnya renstra selesai dirumuskan, namun banyak fakultas dan satuan kerja terlambat menyelesaikann. “Usulan kegiatan mesti berpedoman pada renstra,” jelas Devin. Saat dikon�irmasi 5 November, Devin mengatakan semua usulan RKA telah dikumpulkan beserta renstra. Butuh waktu seminggu untuk mereview renstra. Dirinya sedang membuat form review renstra berpedoman Renstra USU. “Biar enggak ribet dan mengacu ke Renstra USU,” katanya. Dan sesuai jadwal, proses yang akan dilakukan BP&K adalah mereview usulan RKA USU 2016 dengan pimpinan universitas. Kata Devin, hal ini akan dilakukan sesegera mungkin. “Ini bukan soal time, tapi
tentang substansi (substansi RKA sesuai Renstra USU, -red),” ujarnya. Setelah itu, usulan final RKA USU diserahkan ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi—walau USU berkoordinasi dengan Dirjen Dikti selama proses penyusunan RKA USU 2016, sesuai prosedur. Setelahnya, RKA yang telah dibahas dengan Dirjen Dikti, diserahkkan ke MWA. Untuk mengejar waktu, Devin bilang, “Rencanaya akan diberikan bertahap ke MWA, yang program rutin dulu, kan sudah ada pagunya,” tutup Devin. Tentang keterlambatan penyerahan RKA USU 2016 ke MWA, Prof Bismar Nasution, anggota MWA 2015-2020, bilang pihaknya akan berkoordinasi untuk minta eksekutif, pihak rektorat, menyelesaikannya segera. “Tapi enggak bisa diserahkan bertahap, mesti gelondongan,” tambahnya. Prof Bismar pun bilang dengan telatnya penyerahan RKA USU 2016 ke MWA, masa pengauditan oleh Komite Audit MWA berkurang. Dan hal ini juga melanggar ketentuan pasal 68 ayat 2 PP Nomor 16 Tahun 2014 tentang Statuta USU yang menyebut RKA diajukan ke MWA paling lambat enam puluh hari sebelum tahun anggaran tersebut dimulai. “MWA akan berkonsultasi dengan eksekutif hingga akhir bulan ini agar RKAnya selesai dan semoga nanti tak banyak pembahasan di Komite Audit MWA,” katanya. Dan sesuai PP tentang Statuta USU, RKA harus disahkan oleh MWA paling lambat 31 Desember setiap tahunnya.
SUARA USU, EDISI 105, NOVEMBER 2015
ragam 11
Babak Baru Kampus II USU Mutia Aisa Rahmi
Ini cerita Kampus II USU, namanya Kampus II Kwala Bekala. Lebih satu tahun setelah pemberhentian tim ahli pembangunan, kabar kelanjutan pembangunannya juga ikut sirna dan masih menggantung. PERTENGAHAN 2014, Prof Syahril Pasaribu, kala itu masih sebagai Rektor USU tak bersedia menandatangani Surat Keterangan (SK) Tim Ahli Pembangunan Kampus USU Kwala Bekala, ia nilai tuas tim tersebut telah selesai, yakni tugas membuat perencanaan pembangunan kampus. “Fokus untuk pembangunan gedung di Kwala Bekala,” ujarnya. Pernyataan ini, dibenarkan Achmad Delianur Nasution yang saat itu menjabat sebagai Ketua Tim Ahli Pembangunan Kampus Kwala Bekala, selain selesaikan rancangan master plan, timnya juga telah selesaikan rancangan peta Fakultas Kehutanan. Rancangan yang telah selesai akan dilanjutkan ke tahap pembangunan. Pemberhentian tim, tak disambut dengan pergerakan realisasi rencana pembangunan, “saat ini kami sedang vakum,” terang Delianur. Devin Devriza Harisdani, Staf Ahli Perencanaan USU benarkan, saat ini USU belum lakukan pembangunan fasilitas di kampus Kwala Bekala. Pun Prof Subhilhar, Pejabat Rektor
Santi Herlina
USU tak bantah, pembangunan yang telah direncanakan tak mungkin dilakukan tahun ini. Ia bilang, walaupun rancangan anggaran disetujui, kendala waktu jadi alasan. Pembangunan diperkirakan memakan waktu cukup panjang, mulai dari proses pelelangan tender hingga pembangunan fisik gedung, “Enggak terkejar sampai akhir Desember nanti,” ujarnya, awal November. Devin jelaskan, anggaran yang diajukan untuk pembangunan gedung Fakultas Kehutanan sebesar 44 miliar dapat digunakan setelah persetujuan RKAT USU 2015. Namun, karena persetujuan tersebut terlaksana di bulan September, pelaksanaan pembangunan gedung tak mungkin dilakukan. “Karena ini dari APBN-P (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan –red), sangat tak mungkin kita lakukan pembangunan gedung,” ujarnya, Jumat (6/11). Sebab proses persiapan pembangunan gedung diperkirakan memakan waktu cukup panjang, membuat pelaksanaannya direncanakan akan dimulai pada 2016 mendatang. “Desain yang ada belum sampai ke tahap detail enginering desain, untuk persiapan itu saja bisa memakan waktu hingga dua bulan, tahapan seperti tander juga butuh waktu,” paparnya. Selanjutnya Prof Subhilhar perkirakan pembangunan mungkin
baru bisa dilakukan di tahun depan, begitupun dengan anggaran yang disusun, akan diturunkan
Masih laik, bahkan hingga sepuluh sampai lima belas tahun ke depan
WENTY TAMBUNAN | SUARA USU
Prof Subhilhar Pejabat Rektor USU ke anggaran tahun depan. Pun menurutnya fasilitas yang dimiliki USU di Kampus Padang Bulan masih memadai, “masih laik, bahkan hingga sepuluh sampai lima belas
tahun ke depan,” ujarnya. Mengenai itu, Sekretaris Program Studi Kehutanan Luthfi Hakim katakan, pihaknya hanya bisa berharap setelah pengembangan fakultas yang dikirim ke rektorat segera terlaksana. Ia tak masalahkan dimana pengembangan dilakukan, karena pengembangan paling dibutuhkan fakultasnya saat ini, “Saya nggak masalah, mau di Kwala Bekala atau di Padang Bulan, yang penting pengembangan untuk fakultas yang sudah satu tahun tak disentuh ini segera dilaksanakan,” harapnya, Jumat (6/11). Anggaran yang diusulkan untuk pembangunan gedung Fakultas Kehutan masih dalam jumlah sama, akan dibangun dua gedung perkuliahan, satu gedung administrasi dan satu gedung laboratorium serta parkiran. Pelaksanaannya masih tergantung persetujuan rancangan anggaran, “kita nggak tau kapan, setelah anggaran bisa digunakan kita langsung mulai,” ungkap Devin. Saat ini, pembangunan Kwala Bekala belum miliki waktu pasti pelaksanaan. Kepastian ada jika rancangan anggaran yang disusun USU untuk tahun depan mendapat persetujuan, dengan menghindari perbaikan susunan anggaran seperti yang terjadi tahun ini, “kita berharap saja semua berjalan lancar,” tutup Devin.
Masih Wacana Pemira USU 2015
Hawa-hawanya pelaksanaan Pemilihan Umum Raya (Pemira) USU 2015 masih jauh dari angan. Komisi Pemilihan Umum (KPU) 2015 yang sudah dibentuk belum punya tanggal pasti. Padahal 2015 tak lama lagi. SEMINGGU setelah terpilihnya Ketua KPU USU 2015 tepatnya pada 11 September, KPU layangkan surat audiensi ke rektorat. Namun, sampai saat ini surat tersebut belum diasese pihak rektorat. Setelah mengirimkan surat audiensi pertama dan belum mendapat balasan, Imam Ardhy selaku Hubungan Masyarakat (Humas) KPU USU katakan KPU USU berencana mengirimkan kembali surat audiensi untuk kedua kalinya lewat Pemerintahan Mahasiswa (Pema) USU. Niatan terakhir ini atas saran Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Pema USU. Kapan akan dikirimkan, KPU masih belum tahu. Alasan melakukan audiensi dengan Pejabat (Pj) Rektor Prof Subhilhar sebenarnya untuk memperkenalkan kepengurusan
KPU 2015. Selain itu untuk meminta Pj Rektor memfasilitasi KPU USU untuk diberi pemahaman oleh KPU Sumatera Utara terkait pemilihan umum (pemilu). Satu lagi, audiensi dana pelaksanaan pemira. Imam sampaikan, target tanggal 19 November 2015 sebagai tanggal pelaksanaan Pemira 2015 yang disarankan Pema USU tidak dapat dikejar. Selain sedikitnya persiapan dari KPU USU untuk pelaksanaan pemira, dana juga menjadi kendala. Dikhawatirkan dana akan terkendala karena belum terpilihnya rektor definitif. Selain penyampaian surat audiensi Imam sampaikan KPU belum lakukan persiapan apaapa. Pun begitu, Imam sampaikan KPU akan berusaha semaksimal mungkin melakukan persiapan, kalau bisa lepas Tahun Baru 2016. Rencananya KPU akan matangkan dana dan persiapan terlebih dahulu sebelum libur semester. Karena itu juga hingga sekarang KPU belum membahas tanggal pelaksanaan pemira. “Biar anggota KPU dipersiapkan supaya maksimal, jadi lepas libur semester tinggal
eksekusi,” tambahnya. Rencana paling dekat, Imam katakan KPU akan persiapkan rencana sosialisasi ke setiap fakultas. Hal ini untuk tumbuhkan kesadaran politik mahasiswa serta tingkatakan partisipasi mahasiswa dalam Pemira 2015. Namun sampai saat ini, KPU belum ada lakukan sosialisasi sebab akan sosialisasi ke PJ Rektor terlebih dahulu. KAM Belum Siap Selain KPU, kelompok aspirasi mahasiswa (KAM) belum sepenuhnya siap sambut Pemira 2015. KAM Madani misalnya, ada rencana untuk ikut maju dan mengusung calon, namun saat ini masih fokus perbaiki internal lebih dulu. Hal ini disampaikan Marlan Ifantrilax, Anggota Kelompok Aspirasi Manusia (KAM) Madani USU, “Habis pergantian pengurus barulah kita persiapan untuk pemira,” terangnya. Terlepas dari internal KAM yang belum selesai, Marlan keluhkan proses menjelang pemira. Ia bilang KPU belum lakukan sosialisasi secara resmi perihal pengadaan Pemira 2015.
“Tahu karena dengar-dengar gitu aja,” sahutnya. Marlan katakan kesiapan KPU belum banyak. Seandainya pemira ditundapun tak jadi masalah, asalkan semua mahasiswa mendapat sosialisasi terkait pemira. KAM Rabbani sendiri sudah lakukan persiapan. Saipul Bahri, Wakil Ketua DPP Rabbani bilang sudah ada dua pasang calon yang lolos seleksi Dewan Pertimbangan Wilayah (DPW) dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Saipul akui, KAM Rabbani telah siapkan diri sebab tahu kabar dari anggota KAM yang ada di KPU. Haris Fadhil, mahasiswa FISIP 2012, bilang pembatalan tanggal pemira miliki sisi baik dan sisi buruk. Sisi baiknya, masa persiapan KAM untuk pelaksaan pemira dapat diperpanjang, namun sisi buruknya ditakutkan mahasiswa akan lakukan demo. “Wajar kalau KAM belum ada persiapan karena KPU sendiri secara resmi belum sosialisasikan perihal pemira,” tutup Haris. Untuk persiapan KAM-KAM lain terkait persiapan pelaksanaan pemira 2015 masih belum dapat kon�irmasi hingga berita ini diterbitkan.
12 halaman persembahan
SUARA USU, EDISI 105, NOVEMBER 2015
Dua Dekade USU dalam SUARA USU OLEH : FREDICK BROVEN EKAYANTA GINTING DAN ALFAT PUTRA IBRAHIM Agustus 1995 – 50 Tahun Sastra Sumatera Utara Tabloid pertama SUARA USU dalam rubrik Budaya dan Sastra menurunkan berita berjudul Lima Puluh Tahun Sastra Indonesia: Kilas Balik Sastra Sumatera Utara. Topik ini dianggap relevan diketengahkan sebagai upaya untuk meletakkan kembali Sumatera Utara dalam jajaran elit khasanah sastra Indonesia. Fakultas Sastra (kini Fakultas Ilmu Budaya) kala itu baru saja menggelar diskusi menyambut lima puluh tahun Indonesia Merdeka dan Lustrum ke-30 FS USU. Persoalan yang mengemuka adalah kurangnya minat masyarakat terhadap dunia sastra itu sendiri, sehingga media massa lokal (khususnya Sumatera Utara) tidak mau mengambil risiko dengan memberikan perhatian khusus untuk rubrik budaya dan sastra.
April 1996 – Demokrasi, Sebuah Keprihatinan Laporan Utama Edisi 4 menyorot rasa pesimistis mahasiswa terhadap lembaga kemahasiswaan di kampus: BadanPerwakilanMahasiswa(BPM)dan Senat Mahasiswa (Sema). Contohnya dari 31 kursi untuk FISIP hanya tiga puluh mahasiswa yang mendaftar, di FP hanya dua puluh yang mendaftar dari 25 kursi yang tersedia. Mulkan Oloan, Ketua Sema Fakultas Hukum 1994-1995, berpendapat kebanyakan mahasiswa belum memahami fungsi lembaga kemahasiswaan yang ada serta pendeknya masa kerja organisasi yang cuma setahun sehingga tidak bisa maksimal.
Agustus 1996 – Hadirnya “Warga” Baru di USU Tujuh ekor rusa manis dengan bintikbintik khasnya menjadi “warga” baru USU diangkat dalam rubrik Celah Kampus Edisi 7 yang bertepatan dengan Dies Natalis USU ke-39. Dalam berita sepanjang lima paragraf itu juga disebutkan bahwa akan ada pengiriman sebanyak empat ekor rusa lagi dari Istana Bogor.
November 1997 – USU Juara MTQ Tingkat Nasional USU berhasil juara Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat nasional V yang
diselenggarakan pada 10 sampai 16 September 1997 di Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat. MTQ yang diikuti 68 PTN tersebut dibuka langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Dr Ing Wardiman Djojonegoro. USU mengirim tujuh belas peserta dari total keseluruhan 658 peserta. USU mendapat juara sampai harapan di lima perlombaan dari tujuh kategori yang dilombakan.
September 1998 – Kejutan Buat Sang Rektor Pada 22 Agustus 1998, hari terakhir pelaksanaan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek), ribuan mahasiswa yang semula bangga masuk USU, berubah kecewa dan mengadakan unjuk rasa di halaman depan Biro Rektor. Unjuk rasa ini menuntut kejelasan kemana pendistribusian dana kelengkapan yang dibayar sebesar Rp 400 ribu. Alpantua S, mahasiswa baru dari FP salah satu peserta aksi mengatakan, “Kami hanya minta kejelasan dana kelengkapan, berapa yang dipakai untuk pembuatan jaket, pemeriksaan kesehatan, dan pos-pos lainnya.”
November 1998 – Dari Gedung Wakil Rakyat ke Bandara
Sidang Istimewa Majelis Perwakilan Rakyat (SI MPR) yang berlangsung 10-13 November di Jakarta diikuti aksi mahasiswa se-Sumatera Utara. Pada 10 November mahasiswa dari USU, Unika, UISU, UMSU, dan ITM berkumpul di Gedung DPRD Provinsi. Tuntutannya: menolak Sidang Istimewa, menuntut Suharto dan kroni-kroninya diadili serta pencabutan Dwifungsi ABRI. Pada 11 November, mahasiswa
USU mengadakan Sidang Istimewa Versi Mahasiswa. Acara diikuti ratusan mahasiswa dan berakhir dengan enam hasil, yaitu: pengadilan terhadap Suharto, keluarga dan kroninya; mencabut dwifungsi ABRI; Habibie adalah pemerintahan transisi; pemilihan umum multipartai yang langsung, umum, bersih, dan adil; mencabut Pancasila sebagai asas tunggal; serta ketetapan bahwa hasil tersebut berlaku sampai terciptanya Indonesia baru, di mana jika tidak terlaksana, maka mahasiswa USU akan terus turun ke jalan memboikot Pemilu. Aksi ini terus berlangsung hingga 14 November. Peserta aksi bahkan sempat memasuki Bandara Polonia dan menduduki pesawat.
September 1999 – Pema Gagap Menerapkan Pedoman Ospek 1999 sangat buruk, banyak mahasiswa jatuh pingsan dan sakit. Di beberapa fakultas, ospek dibubarkan sebelum habis masanya. FT bahkan ketahuan menerapkan perpeloncoan dengan sistem militeristik. Kepala Hubungan Masyarakat USU John Tafbu Ritonga mengatakan ospek dihentikan karena menyimpang dari ketentuan seperti menghukum mahasiswa dengan disuruh merangkak dan melompat-lompat, rambut dicukur, atau mengucapkan kata-kata yang kurang patut. Presiden Mahasiswa kala itu Syafrizal Helmi menanggapi, “Plonco hanya dibuat untuk memuaskan nafsu.”
Mei 2000 – Iihhh.. Sesama Mahasiswa Tawuran USU masuki hari kelam. Puluhan gedung perkuliahan hangus terbakar, bahkan beberapa terlihat porak poranda tanpa atap. Brimob bebas keluar masuk kampus. Mahasiswa yang ingin beraktivitas justru di-sweeping, diperiksa identitasnya. Penyebabnya bermula dari turnamen sepakbola Piala Rektor. Pertandingan antara FT dan Politeknik diwarnai perilaku tidak terpuji dari para suporter. Bermula dari saling ejek-ejekan, justru berakhir dengan ricuh.
April 2001 – Bila Mahasiswa Tidak Kompak Gerakan mahasiswa di Medan semakin terpolarisasi. Tidak berbeda dengan daerah lain di Indonesia, masing-
masing organisasi mahasiswa punya isu sendiri. Selain platform yang makin tersamar, aksi yang dilontarkan semakin sporadis. Oslan Purba, aktivis pergerakan mahasiswa di Medan membandingkan pergerakan mahasiswa 1998 dengan saat itu. Pada 1998 platform pergerakan adalah perspektif massa terideologisasi dan penindasan Presiden Soeharto. Sementara pada 2001 ada dua kelompok pergerakan mahasiswa. Kelompok minoritas yang terideologisasi dan kelompok mayoritas yang merupakan massa mengambang di level mahasiswa. Massa mengambang dilihatnya sebagai massa mahasiswa yang masih mencari jati diri atau sekadar ikut-ikutan.
Maret 2002 – Di Balik Hantaman Banjir di Medan
Tabloid Edisi 28 menurunkan Laporan Utama tentang banjir yang melanda Medan. Tak hanya di Medan, beberapa daerah lain sekitar Sumatera Utara pun dilanda banjir. Banjir tahun tersebut menjelma menjadi trauma psikologis yang tak terlupakan. Dari data yang dihimpun tercatat korban berjumlah 4.248 kepala keluarga. Curah hujan yang tinggi ditambah meluapnya Sungai Deli, Sungai Babura, dan Sungai Denai menjadi penyebab banjir ini.
Mei 2002 – Hasil Akreditasi, Buah Kerja Keras USU Badan Akreditasi Nasional (BAN) menetapkan USU sebagai peringkat ke-7 perguruan tinggi terbaik seIndonesia. Dalam penilaiannya, USU juga menempati posisi pertama dalam jajaran universitas di luar Pulau Jawa. Padahal pada 1998, USU tidak masuk empat puluh besar universitas terbaik di Indonesia. Ciptakan Industri Kecil Andalan (CIKAL) yang didirikan pada awal 1997 menjadi salah satu lembaga berprestasi yang turut membantu mendongkrak prestasi ini.
SUARA USU, EDISI 105, NOVEMBER 2015
Oktober 2002 – USU Menuju Status BHMN Awal Januari 2003, USU bereposisi menjadi Badan Hukum Milik Negara. Hal tersebut didasarkan pada PP Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi dan PP No 61 Tahun 1999 tentang Penerapan PTN Sebagai Badan Hukum. USU menjadi universitas pertama di luar Pulau Jawa menyandang status ini. Perguruan tinggi lain yang dapat status serupa adalah UI, IPB, ITB, dan UGM.
Maret 2005 – AMPU Ajukan Tiga Tuntutan Utama ke Birek Aliansi Peduli Mahasiswa USU (AMPU) adakan aksi dengan agenda menolak status BHMN, menuntut transparansi dana kemahasiswaan, serta menolak Prof Charuddin P Lubis sebagai calon rektor baru. Menurut Presiden Mahasiswa saat itu, Anwar Sadat, aksi tersebut untuk menyatukan mahasiswa dan segenap civitas akademik USU. Aksi yang dilakukan meliputi penyebaran selebaran disertai orasi-orasi yang bermula dari Sumber, FE, FP, dan berakhir di Biro Rektor.
April 2005 – Pro dan Kontra Pemilihan Rektor Kamis, 31 Maret 2005 menjadi hari bersejarah bagi USU. Pasca berstatus BHMN, untuk petama kali pelantikan rektor USU dilakukan oleh Majelis Wali Amanat. Rapat pemilihan calon rektor dilaksanakan tiga hari sebelumnya dan memutuskan Prof Chairuddin P Lubis menjadi rektor Periode 2005-2010 untuk ketiga kalinya.
Mei 2009 – Menelusuri Pengelolaan Keuangan USU Meski telah berstatus PT BHMN sejak 11 November 2003 ternyata administrasi USU belum baik. Salah satunya adalah laporan keuangan. Selain keterlambatan, laporan tersebut tak pernah dipublikasikan kepada umum termasuk mahasiswa. Padahal dalam PP No 56 Tahun 2003 tentang BHMN USU disebutkan bahwa Laporan Keuangan dan Laporan Akademik Tahunan yang telah disahkan oleh menteri menjadi informasi publik. Rektor USU saat itu, Prof Chairuddin P Lubis berkilah, “Menteri lah nanti yang mempublikasikan,” ujarnya sambil memegang laporan keuangan USU yang telah diaudit.
September 2009 – Rumah Sakit Pendidikan USU Resmi Dibangun
ini sebelumnya telah beberapa kali dijadwalkan namun tertunda karena berbagai macam masalah. Peletakan batu pertama ini dilaksanakan setelah Islamic Development Bank (IDB) selaku penyandang dana terbesar mengumumkan pemenang tender, yaitu PT Waskita Karya. Total dana pembangunannya mencapai USD 28,8 juta atau sekitar Rp 317 miliar.
April 2010 – Rektor USU: PR Besar Iringi Langkahmu Prof Syahril Pasaribu resmi menjadi rektor ke-13 USU setelah pemilihan di Jakarta pada 27 Februari. Ia memperoleh sembilan belas suara dan mengalahkan Prof Ismet Danial Nasution yang meraup sembilan suara. Satu suara dinyatakan abstain dan satu suara lain kosong karena ketidakhadiran anggota MWA. Ia dilantik pada 31 Maret 2010. Beberapa masalah yang turut menyertai Prof Syahril adalah soal transparansi laporan keuangan, kepemilikan rumah dinas dan perumahan dosen, polemik kenaikan SPP, hingga multiversitas.
Ratusan mahasiswa FP dan FT (Departemen Teknik Mesin) terlibat bentrok pada akhir Oktober 2010. Bentrokan ini salah satunya menyebabkan kerusakan gedung kuliah FP setelah dilempar dengan bom molotov. Akibat kejadian ini, Polresta Medan menahan 119 mahasiswa Teknik Mesin dan 150 mahasiswa FP. Lima mahasiswa Teknik Mesin ditahan selama sebulan. Akibat bentrokan ini, jadwal Ujian Tengah Semester di beberapa fakultas mengalami penundaan.
Oktober 2012 – Jalan Panjang Menuju RS USU Sembilan tahun sudah rencana pembangunan RSP USU dirancang dan tiga tahun sudah pembangunan dilaksanakan, namun hingga Oktober 2012 pengoperasian rumah sakit megah ini belum bisa dilaksanakan. Pencairan dana yang terlambat dan sengketa lahan yang masih bermasalah menjadi faktor. Selain itu, RSP yang semula direncanakan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini masih belum mendapat peralatan medis.
Desember 2010 – Riwayat Pajak yang Terbakar Maret 2013 – Lembaran Dilematis PSMS Medan Tabloid Edisi 91 dalam rubrik Laporan Khusus menurunkan berita tentang pecahnya Persatuan Sepakbola Medan Sekitarnya menjadi dua tim sebagai dampak dari dualisme kompetisi di tanah air, yaitu Liga Super Indonesia dan Liga Primer Indonesia. Dualisme dalam tubuh Ayam Kinantan ini merugikan banyak pihak mulai dari pemain, pelatih, hingga nama PSMS sendiri.
Pajak USU yang berada di antara FE dan FH dilalap si jago merah Sabtu sore, 18 September 2010. Hampir 90% bangunan habis dalam insiden ini. Hasil pemeriksaan Tim Laboratorium Forensik Kepolisian Resort Kota Medan saat itu menyimpulkan kobaran api muncul dari kios blok 3 milik Rahman Lubis yang disewa Idris Pane. Sebelumnya keberadaan Pajus yang berada dalam kawasan kampus diwarnai pro kontra. Imral Nasution, mantan Ketua MWA kala itu mengatakan, “Pajus itu ilegal. Orang berbisnis di atas tanah negara secara ilegal.”
Desember 2011 – Konflik FP-FT: Solidaritas Kelompok yang Melenceng
Tabloid Edisi 71 rubrik Ragam menurunkan berita tentang pembangunan RSP USU yang dimulai sejak 13 Agustus 2009. Rencana peletakan batu pertama
halaman persembahan 13
Oktober 2013 – Mempertanyakan Uang Kuliah Tunggal Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi mengamanatkan perguruan tinggi negeri menerapkan sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) untuk mahasiswa mulai tahun ajaran 2013-2014. Pada prinsipnya, UKT ini diberlakukan agar mahasiswa membayar uang kuliahnya sesuai dengan kemampuannya. Kepala Divisi Hubungan Masyarakat mengatakan UKT akan mengefektifkan pembayaran biaya akademik yang dilakukan mahasiswa. Namun pada praktiknya, banyak mahasiswa baru yang mengeluhkan besaran uang kuliahnya karena tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Oktober 2014 – Silang Pendapat di Akhir September Rapat pemilihan anggota MWA yang berlangsung 29 September tidak menghasilkan apa-apa. Dari 94 anggota Senat Akademik, hadir sejumlah 91 orang. Perbedaan penafsiran tata tertib soal penggunaan hak suara berujung pada aksi walk-out yang dilakukan oleh Rektor Prof Syahril Pasaribu dan 42 anggota Senat Akademik lainnya. Aturan yang dipermasalahkan terkait Pasal 8 Peraturan MWA Nomor 2 Tahun 2014. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa setiap peserta memiliki delapan hak suara. Sebagian orang menganggap peserta rapat boleh memilih nama berbeda untuk
delapan suara. Sementara sebagian lain beranggapan peserta rapat boleh memilih nama yang sama untuk delapan suara.
November 2014 – Lima Tahun Bersama Prof Syahril Pasaribu Rektor Prof Syahril Pasaribu akan mengakhiri masa jabatan rektornya pada 10 Februari 2014. Menjelang akhir jabatannya, Tabloid Edisi Khusus 100 dalam rubrik Laporan Utama mengangkat topik tentang sepak terjangnya selama memimpin USU. Selama ia menjabat, total ada tiga belas pembangunan gedung baru di berbagai fakultas, disebutnya dengan program USU ASRI. Selain itu penambahan beberapa fasilitas lain seperti pengadaan bus kampus, rencana pengadaan sepeda kampus, perbaikan drainase, pemeliharaan laboratorium, pemeliharaan rumah dinas, gedung olah raga, dan pengembangan fasilitas umum untuk mahasiswa turut dilakukan.
Maret 2015 – KKN-PPM, Cerita Baru Tri Dharma Perguruan Tinggu Ketiga Setelah sekian lama vakum, USU kembali memasukkan kuliah kerja nyata (KKN) sebagai mata kuliah. KKN-PPM menjadi mata kuliah pilihan untuk mahasiswa angkatan 2012 dan mulai menjadi mata kuliah wajib untuk mahasiswa angkatan 2013 ke atas sejak semester ganjil di tahun 2015.
April 2015 – Pejabat Rektor, ‘Selingan’ Menjelang Pemilihan Rektor Dampak tak selesainya perumusan keanggotaan MWA USU 20152020 yang mengakibatkan belum terbentuknya P4CR, diangkatlah Prof Subhilhar sebagai Pejabat (Pj) Rektor menggantikan Prof Syahril Pasaribu. Diangkat dalam Ragam Edisi 103 masa jabatan Prof Syahril berakhir pada 31 Maret 2015 dan di hari yang sama Prof Subhilhar diangkat melalui hasil rapat MWA.
April 2015 - RS USU, Tersandung Izin dan Dana Dibahas di Ragam Edisi 103 RS USU masih belum dibuka secara resmi. Kali ini dikarenakan tidak adanya biaya operasional dan masih terkendala izin praktik dokter-dokternya dan izin operasional.
September 2015 – USU: Persiapkan Langkah Nyata untuk A pada 2017 USU dikejar tenggat waktu dari Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) untuk mencapai akreditasi A pada 2017. Ini dikarenakan tiap universitas dengan status Perguruan Tinggi negeri Badan Hukum (PTN-BH) harus berakreditasi A, USU masih berakreditasi B padahal sudah PTNBH. Kekhawatiran dicabutnya status pre stise ini yang menjadikan USU kebut mengejar A di 2017.
14 laporan khusus
Monza dalam Pusaran Dua Sisi Mata Uang SUARA USU, EDISI 105, NOVEMBER 2015
Monza dalam Pusaran Dua Sisi Mata Uang
Koordinator Liputan: Fredick Broven Ekayanta Ginting Reporter: Mutia Aisa Rahmi, Tantry Ika Adriati, Elda Elfianti, dan Fredick Broven Ekayanta Ginting Fredick Broven Ekayanta Ginting
Monza (pakaian bekas) jadi kebutuhan sandang yang terjangkau oleh masyarakat dan mampu menggerakkan perekonomian. Sisi sebaliknya, monza dianggap mematikan industri tekstil dan garmen tanah air, serta merugikan negara.
D
ua bulan lalu Dodi Trisgandi (30) tengah gusar. Pekerjaan proyek sehariharinya di Padang, Sumatera Barat, mulai menjenuhkan. Jiwa perantauan dirinya memanggil kembali. Dodi ingin kembali meninggalkan kampung asalnya. Akhirnya, Dodi putuskan Medan jadi tujuannya. “Lebih dekat (dari Padang –red), dengar-dengar pergaulannya enak,” tukasnya, Jumat (24/10). Pada 1999 hingga 2003, Dodi sempat merantau ke Jakarta untuk berdagang di Pasar Tanah Abang. Belum lama menginjakkan kaki di Medan, Dodi memutuskan berdagang pakaian bekas. Tak sulit bagi Dodi untuk memulainya. Dodi berkenalan dengan seorang tauke, kemudian menjadi pemasok pakaian bekas. Tauke itulah yang menyediakan sebuah kios di Pajak Melati (Pamela). Di kiosnya, Dodi menjajakan sekitar seratus pakaian bekas dengan harga beragam. Mulai dari Rp 10 ribu per potong, Rp 15 ribu per potong, sampai Rp 75 ribu untuk pakaian yang lebih berkualitas. Sayang, sudah sebulan berjualan Dodi belum pernah mendapati situasi pasar yang ramai oleh pengunjung. Pendapatan paling besar yang bisa ia kumpulkan sehari berkisar Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu rupiah. Pernah pula hanya Rp 50 ribu yang diperoleh, saat ia membuka kios selama 9 jam, pukul 10 pagi hingga 7 malam. Namun keadaan itu tak menyiutkan Dodi. Sebelum memutuskan berdagang pakaian bekas, ia sudah
mendengar cerita dari temantemannya bahwa Medan menjadi salah satu pasar besar perdagangan pakaian bekas impor. Medan memiliki beberapa pasar yang terkenal dengan pakaian bekasnya. Selain Pamela yang ramai setiap Selasa, Jumat, dan Minggu, dikenal pula Pasar Sukaramai, Pasar Sambu, dan Pasar Simalingkar. Pasar Simalingkar menjadi pusatnya. Barangbarang dibawa para tauke dari Tanjung Balai atau Belawan ke Pasar Simalingkar. Dari sanalah para pedagang seperti Dodi mengambil barang. Sebulan terakhir memang menjadi masa lesu yang dialami para pedagang pakaian bekas. Hal ini juga dialami M Sihombing (34), pedagang pakaian bekas lainnya. Sihombing biasanya berdagang di Pajak Singa, Kabanjahe, Pamela, Pangkalan Susu, dan Batangkuis. Ia rutin mengambil beberapa bal pakaian setiap minggunya. Namun belakangan barang yang tersedia menurun. Dari tauke, Sihombing dapat informasi kerap ada razia di laut. Banyak pakaian-pakaian bekas yang dibawa dari Singapura, tak bisa masuk ke Tanjung Balai. “Katanya karena ilegal,” sesalnya. Alhasil, setiap mencari barang Sihombing terpaksa memilih apa yang tersedia. Pasal 2 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51 Tahun 2015 tentang Larangan Impor Pakaian Bekas dengan tegas melarang kegiatan impor pakaian bekas. Selain alasan kesehatan, ada dua faktor lain yang melatarbelakangi lahirnya aturan ini. Kepala Seksi Penindakan I Direktorat
| Seorang pedagang duduk di depan kiosnya di Pasar Melati, Senin (26/10). Pasar Melati merupakan pusat perbelanjaan kain bekas (monza) di Medan. PASAR MONZA
Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kantor Wilayah Sumatera Utara Novriansyah menyatakan aturan ini juga ditujukan untuk melindungi industri tekstil dalam negeri. Akibat beredar luasnya pakaian bekas impor, pengusaha tekstil dalam negeri kehilangan pasar sehingga tak bisa berkembang. Sementara faktor lain berkaitan dengan martabat bangsa. “Masak Indonesia jadi sarang barang bekas,” ujar Novriansyah. Oleh karenanya, dalam beberapa bulan terakhir DCBC meningkatkan aktivitas patroli laut untuk mencegah masuknya kapal-kapal yang menyelundupkan pakaian bekas. Dibantu oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia, DJBC memasang “pagar betis” di laut. “Ditempatkan berbagai armada laut,” ceritanya. Hasilnya, sepanjang tahun ini DJBC belum menangkap masuknya kapal. “Artinya pencegahan ada hasilnya.” Novriansyah berpendapat
berkurangnya stok pakaian bekas seperti yang dialami Dodi dan Sihombing menjadi indikator berhasilnya DJBC melakukan pencegahan. Berbeda dengan dua tahun terakhir, DJBC menangkap 2.387 bal pakaian bekas sepanjang 2014 dan 748 bal serta 187 kilo pakaian bekas sepanjang 2013. Total angka tangkapan selama dua tahun tersebut mencapai sekitar Rp 10 miliar rupiah. Namun bukan berarti DJBC tak mengalami kesulitan dalam melakukan operasinya. Sepanjang seribu kilometer pantai timur Sumatera Utara, Novriansyah menyebut ada banyak tangkahan (tempat bongkar kapal) ilegal yang kerap dilabuhi kapal-kapal pembawa pakaian bekas impor. Pemerintah Indonesia pun hanya bisa menindak di laut karena negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura melegalkan ekspor pakaian bekas ke negara lain. “Tapi dalam negeri mereka, tidak
boleh diperjualbelikan,” ujar Novriansyah. Pelabuhan Port Kelang di Malaysia menjadi salah satu sumber masuk terbesar pakaian bekas ke Indonesia. Ketika Menteri Perdagangan masih dijabat Rachmat Gobel, sempat dirancang aturan untuk lakukan operasi pakaian bekas di pasar. Namun hingga aturan tersebut belum selesai sehingga DJBC hanya punya kewenangan menindak pakaian bekas yang ada di laut saja. Sihombing yang sudah berdagang sejak 2001 merasakan dampak yang cukup drastis dengan berkurangnya pasokan pakaian bekas. Jumlah pengunjung dirasakannya ikut mengalami penurunan. Bahkan sebelumnya Sihombing sanggup mempekerjakan empat karyawannya untuk jaga kios. “Terpaksa diberhentikan, enggak sanggup bayar gajinya.” Sihombing pun
Monza dalam Pusaran Dua Sisi Mata Uang SUARA USU, EDISI 105, NOVEMBER 2015
berhipotesis perekonomian Indonesia saat ini mengalami perlambatan berhubungan dengan berkurangnya pasokan pakaian bekas. Ketiadaan kebutuhan sandang sebagai salah satu kebutuhan primer masyarakat yang mampu dijangkau mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Terkait isu pakaian bekas yang mengandung bakteri dan dapat membahayakan kesehatan pengguna, Sihombing menyangkal. “Mohon maaf, mulai dari celana dalam, baju, celana, jaket bertahun-tahun enggak ada buat penyakit,” jelas Sihombing merujuk pada pengalamannya yang sudah berdagang pakaian bekas selama empat belas tahun. Cerita tak jauh beda hadir dari Pasar Sambu. Mak Ronal (56), salah satu pedagang pakaian bekas di sana mengaku belum mendapatkan satu bal barang pun dari distributor tempat ia memesan selama dua bulan terakhir. Seperti
Sihombing, Mak Ronal dapat cerita bahwa barang-barang yang masuk ke Indonesia ditilang dan dibuang. Ia tak menampik pakaian bekas yang masuk ke Sumatera Utara diimpor secara ilegal dari Malaysia dan Singapura. Namun, menurut Mak Ronal pemerintah belum menemukan solusi yang tepat dalam mengatur pengetatan masuknya pakaian bekas. Mak Ronal bercerita menjual pakaian bekas merupakan mata pencaharian utamanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Paling pendapatan per hari hanya Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu rupiah. Uang itu digunakan untuk kebutuhan pangan sehari-hari dan membayar listrik. “Kadang enggak cukup,” keluhnya. Apalagi ia mesti menanggung biaya hidup empat anaknya setelah suaminya meninggal tahun lalu. Perdagangan pakaian bekas dianggap Mak Ronal membantu masyarakat miskin
di Indonesia. “Saya hanya bisa jual barang ini (pakaian bekas —red) karena peminatnya juga banyak,” ujarnya. Selain itu, bagi masyarakat menengah ke bawah, pakaian bekas adalah salah satu pilihan belanja karena harganya terjangkau dan ramah kantong. “Mahasiswa saja sering datang ke sini,” cerita Mak Ronal. Untuk harga sewa kios Mak Ronal pun hanya bayar Rp 2 ribu rupiah per harinya kepada KPUM setempat. Desi Nurhayati merupakan salah satu konsumen pakaian bekas ini. Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis tersebut kerap berburu barang-barang bekas di Pamela. Pilihan berbelanja ini dikarenakan menurut Desi kualitasnya lebih bagus dibanding dengan barang serupa berharga sama. “Bahkan kadang harganya terbilang sangat murah jika dilihat dari segi kualitas.” Dina, salah satu pelanggan pakaian bekas lain saat ditemui di Pamela mengatakan barang-barang yang ada di pasar saat ini jauh menurun dari waktu sebelumnya. “Tak sebanyak dan tak sebagus dulu,” imbuhnya. Perempuan asal Binjai ini rutin belanja ke Pamela karena menurutnya merupakan pasar pakaian bekas terbesar. Mengenai masalah kesehatan ia tak pernah keluhkan. “Cuma digosok pakai sabun batang dan direndam semalam,” ceritanya. Pengamat ekonomi sekaligus dosen Departemen Ekonomi Pembangunan FEB USU Irsyad Lubis mengatakan pemerintah harus ambil kebijakan yang menciptakan kerugian seminimal mungkin. Sebab keberlangsungan hidup pedagang pakaian bekas ini tergantung dari pemerintah. Menurutnya, sebaiknya pemerintah tak serta merta menghentikan impor barangbarang bekas. Pasalnya, kegiatan tersebut telah menghasilkan kegiatan ekonomi yang menyerap tak sedikit tenaga kerja. “Jangan sampai kebijakan yang diambil menyusahkan pedagang yang telah ada,” jelasnya. Irsyad gambarkan salah satu kebijakan yang mungkin bisa diterapkan pemerintahan adalah pembatasan jumlah impor barang-barang bekas. Pembatasan ini bisa menjadi jalan tengah untuk tetap menjaga keberadaan pedagang pakaian bekas dan tak akan membahayakan ruang gerak industri dalam negeri. Pemerintah kini memang memilih menyelamatkan industri tekstil dan garmen ketimbang membiarkan masuknya impor pakaian bekas
laporan khusus 15 yang ilegal. Novriansyah pun memahami pilihan tersebut punya implikasi negatif yang bisa mengganggu ekonomi
Medan. Di Pamela saja, jika larangan tersebut diberlakukan, sebanyak lima ribu tenaga kerja
Masak Indonesia jadi sarang barang bekas.
TANTRY IKA ADRIATI | SUARA USU
Novriansyah Kepala Seksi Penindakan I Direktorat Jenderal Bea dan Cukai masyarakat. Jika impor pakaian bekas dilegalkan, industri tekstil dan garmen bisa runtuh dan ribuan orang pun bisa kehilangan pekerjaan. P e l a r a n g a n impor pakaian bekas berpotensi mengganggu perekonomian masyarakat
terancam menganggur. Pada akhirnya, kebijakan yang diambil pemerintah harus bisa menjaga ekonomi tetap stabil. Jika pun kebijakan yang dikeluarkan menutup kesempatan masyarakat mencari nafkah, pemerintah harusnya sudah menyiapkan lapangan kerja baru.
| Herman (22) asal Tj.Morawa memilah baju sesuai dengan harganya untuk dipajangkan di Pasar Melati Tanjung Sari, Senin (26/10). Setiap malamnya barang dagangan para penjual akan dititipkan kepada penjaga pasar dengan 50 ribu tiap karung. USU
16 mozaik
SUARA USU, EDISI 105, november 2015
cerpen
Marini Retno Andriani Fakultas Ilmu Budaya 2015
M
arini bukan manusia abnormal bermata tiga. Tubuhnya tidak cacat sama sekali. Jari-jarinya genap sepuluh. Kepala, rambut, kaki, tangan, semuanya lengkap. Ya, laiknya manusia biasa. Tapi entah mengapa Ibu selalu khawatir jika aku berada di dekatnya lama-lama. Aku tidak mengerti sama sekali. Yang aku tahu, mereka punya hubungan yang cukup baik. Bahkan Ibu sering memangkas rambut Marini yang kaku itu tanpa meminta bayaran sama sekali. Kami bermukim di sebuah desa yang bahkan namanya pun tak tertera di dalam peta kelurahan. Desa yang sangat kecil dengan aroma mistis di dalamnya. Nyaris setiap hari ada saja orang-orang nyasar yang tak tahu ke mana arah jalan pulang. Orang-orang itu mengatakan bahwa jalan yang mereka lewati seolah membentuk lingkaran. Dan roda-roda kendaraan mereka hanya menapaki jalan yang sama secara berulangulang. Di belakang rumahku terdapat sebuah sungai yang jarang sekali dikunjungi. Marini ialah satu-satunya orang yang gemar ke sana. Hanya sekadar mencuci pakaian atau bersenang-senang dengan air yang mengalir. Waktu itu aku masih kecil. Umurku sekitar lima tahun. Tubuhku mungil, kulitku hitam, rambutku keriting. Orangorang memanggilku dengan sebutan Ganong–-sebuah istilah yang digunakan untuk orang-orang berjidat lebar. Aku berteman dengan tiga orang anak yang tabiat dan kelakuannya hampir serupa. Ibu mereka adalah Marini, tetapi ayah mereka statusnya belum diketahui. Yang sulung namanya Santi, yang tengah namanya Sunti, dan yang bungsu namanya Sinti. Marini dan ketiga anaknya sering sekali datang ke rumahku. Apalagi sehabis hujan, ketika aroma bubur kacang hijau menggelitik perut. *** Yang namanya manusia, entah ia anak-anak atau orang dewasa, pastilah pernah tidak mengindahkan atau mengacuhkan nasihat orang lain. Itulah yang kulakukan waktu itu. Ibuku selalu berpesan di sela dongeng pengantar tidur–-biasanya dongeng
tentang siluman buaya yang mengincar orang-orang nakal–-katanya aku tidak boleh bermain di sungai walaupun hanya di tepiannya saja. Sungai adalah tempat angker kedua setelah pemakaman. Jika pemakaman merupakan stasiun kematian, sungailah kereta yang akan mengantarkanmu ke sana. Akan banyak penampakan-penampakan yang nantinya kau saksikan di sungai itu. Apa pun yang kau lihat, semua itu akan memengaruhi kejiwaanmu. Begitulah katanya.
YULIEN LOVENNY ESTER GULTOM | SUARA USU
Sungai yang kuceritakan ini bukanlah sungai yang lebar. Ia hanya sungai kecil berair keruh.
Apa pun yang terjadi di dalam sungai ini tidak terlihat dari permukaannya. Entah sungai itu dangkal, entah sungai itu dipenuhi ikan-ikan Sepat, atau justru sungai itu tempat bagi buaya beranak-pinak. Yah, tidak ada yang tahu fakta apa di balik sungai yang kotor itu. Yang pasti, Ibu selalu melarangku untuk ke situ. Sore itu Marini dan ketiga anaknya membujukku untuk ikut bersama mereka pergi bermain ke sungai. Awalnya aku menolak. Nasihat Ibu berulang-ulang terputar otomatis di telingaku. Tapi semua itu percuma saja. Rasa penasaran dan bujukan Marini telah memikatku. Aku pun akhirnya mengikuti langkah kaki mereka. Menapaki jalan kecil yang licin dan dikelilingi belukar. Sesampai di sana, aku sungguh terpesona dengan air yang mengalir deras—ini adalah kali pertama aku melihat sungai. Enceng Gondong menghiasi setiap bibir sungai. Santi dan Sunti langsung menceburkan diri ke dalam sungai yang cokelat. Mereka berenang dan menyelam tanpa ada rasa ketakutan. Sementara aku hanya berdiri di tepi sungai. Dan di sebelah kiriku, Sinti berjongkok membung hajat. Marini? Ia entah ke mana. Mataku mencari-cari ke segala penjuru arah. Mataku tertuju pada sosok berjubah hitam tengah berdiri di tubuh jembatan bambu yang terletak tak jauh dari tempatku berdiri. Sosok yang cukup menyeramkan bagi seorang anak usia lima tahun seperti aku. Tetapi tak lama kemudian kulihat Marini menghampiri sosok itu. Letak mereka sangat dekat antara satu dengan lainnya. Entah mengapa tiba-tiba aku teringat dongeng siluman buaya. Seketika itu pula aku langsung menyesal tak mengindahkan nasihat Ibu. Aku melihat sosok itu mulai menerkam Marini, kemudian membawanya jauh dari kami. Marini tak berusaha menyelamatkan diri, seolah ia sudah sangat terbiasa dengan sosok itu. Ketiga anaknya pun mulai bertingkah seperti orang gila. Sungguh, untuk ke sekian kalinya, sebagai anakanak aku menyesal.
SUARA USU, EDISI 105, November 2015
mozaik 17
sorot
puisi
Ucok dan Butet,
Tenggelamnya Negeriku
Pangilan Khas Suku Batak Anggun Dwi Nursitha
Sama seperti daerah lain, Medan yang diidentikkan dengan Batak juga miliki panggilan khusus untuk anak-anaknya. Ucok untuk lelaki dan Butet untuk perempuan. Sore itu, saya berjalan utuk membeli makanan di kedai nasi, tak jauh dari daerah tempat tinggal saya. Awalnya saya tak merasa akrab mendengar panggilan Ucok dan Butet. Namun kali ini saya sudah terbiasa dengan sapaan tersebut. Ini karena seorang wanita yang menjaga kedai nasi tersebut sering menyapa pelanggannya dengan sebutan Ucok bagi lakilaki dan Butet bagi perempuan. “Mau beli apa Cok?” kata Elva pada pembelinya. Elva memanggil pelanggannya seperti itu karena ia tak kenal siapa saja nama pelanggannya. Selain itu sapaan tersebut digunakan untuk menciptakan suasana akrab pada pelanggannya. Sedangkan, etnis melayu miliki sapaan khas berupa Kulub untuk anak laki-laki dan Upik untuk anak perempuan. Begitu juga dengan Amoi, untuk sapaan anak laki-laki maupun anak perempuan yang berasal dari etnis Tionghoa. Maka pada etnis Batak sendiri Ucok dan Butet, menjadi ciri khas sapaan Batak. Dosen Sastra Daerah, Program Studi Sastra Batak, yakni Herlina Ginting jelaskan penggunaan dalam pemanggilan sapaan Ucok
maupun Butet bisa digunakan dalam beberapa versi. Versi pertama digunakan untuk bayi lakilaki yang belum diberi nama sehingga diberi panggilan sementara yakni Ucok, begitu juga untuk bayi perempuan untuk sementara disapa Butet sampai bayi tersebut memiliki nama yang sudah dipatenkan oleh orang tuanya. Versi kedua, panggilan ucok dan butet digunakan dalam menyapa orang yang belum diketahui namanya untuk merasa lebih akrab. Selain itu, nama Ucok dan Butet bisa digunakan dalam bentuk pengandaian seseorang saat tak mau menyebutkan nama aslinya. Misal, ada seseorang bertanya “Mau kemana kau Bang?”. Lalu dijawab “Biasa lah, mau ke rumah si Butet aku,” jawabnya. Dalam percakapaan tersebut si Butet yang digunakan untuk kata ganti perempuan digunakan sebagai kata ganti umum. Ucok ialah perubahan dari kata unsok. Ini terlihat pada variasi kata unsok atau Siunsok adalah Bursok atau Sibursok. Maka mangunsokhon yang berkata dasar unsok memiliki arti membuang ingus. Sedangkan untuk sapaan Butet ataupun Sibutet memiliki arti tatap atau sitatap. Maka tatap sendiri memiliki arti melihat atau memandang. Ucok maupun Butet berasal dari Batak Toba, namun sampai saat ini belum ada penelitian bagaimana asal mula kata Ucok dan Butet. Kini, sapaan Ucok dan Butet sudah melebur dan digunakan batak manapun. Pun sapaan ini menjadi ciri khas Batak khususnya untuk anak di Kota Medan meskipun Medan lebih dikenal sebagai Tanah Deli, kelahiran Melayu Deli.
Rizky Adrian Fakultas Kesehatan Masyarakat 2015
YULIEN LOVENNY ESTER GULTOM | SUARA USU
Dimanakah sosokmu Kemanakah wujudmu Kini ku sulit menemukanmu Wahai sang surya Kami merindukanmu Negeriku, Kini tenggelam Jauh ke dasar yang paling dalam Burung sudah tak tampak di alam Dan kau, Tampak sangat seram Siapakah yang melakukan ini Apakah sosok para petinggi Yang tidak peduli Negeri ini Tega merusak paru-paru bumi Jutaan masyarakat menderita Terdengar jelas rintihan mereka Bapak Presiden, Dimanakah berada Lihatlah negeriku telah binasa
si poken Perih kali mataku, bah. Knalpot angkot mana bikin asap sebanyak ini?
Bukan knalpot angkot ini, Ken, ada yang lagi “ngerokoki” hutan Indonesia, alias kebakaran hutan.
Parah! Terbakar lagi. Ironis, bah. Indonesia dijuluki sebagai paru-paru dunia tapi hobinya membakar hutan sendiri. Kalo gini dampaknya banyak. Ruang publik tak lagi memberikan udara segar, sekolah banyak diliburkan, penerbangan dibatalkan. Harus diberi sanksi ini! Terus yang penting buat langkah pencegahan. Karena ini bukan kali pertama. Masa penduduk paru-paru dunia kena ISPA.
Besok ku pakeklah helm Kamen Riderku di rumah. Biar enggak kena asap.
Macam betul aja kau.
YULIEN LOVENNY ESTER GULTOM | SUARA USU
18 potret budaya
SUARA USU, EDISI 105, november 2015
Bumbu ‘Ajaib’ Khas Batak
Yulien Lovenny Ester Gultom
Ini tentang rasa, tapi bukan sembarang rasa. Rasa ‘ajaib’ ini berasal dari bumbu khas yang hampir ada di setiap masakan Batak, andaliman.
S
inta Manurung sedang mempersiapkan makanan untuk anaknya yang baru saja pulang dari perantauan. Seekor ayam peliharaan pun disembelih. “Buatkan Aku Nani Pinadar ya omak,” ujar Hotman, laki-laki perantauan berusia tiga puluh tahun yang tengah rindu masakan rumah. Ayam pun disembelih, ruparupa bumbu dimasukkan dalam masakan. Tak terkecuali andaliman. Ini bumbu rahasia yang wajib dimasukkan dalam proses memasak. Aroma pedas laiknya cabai mulai tercium tapi baunya lebih pekat, mirip aroma jeruk. Baunya menusuk ke dalam hidung, makin mantap ketika ditambah cabai rawit serta bumbu lainnya yang sudah dihaluskan, lidah tak sabar untuk mencicipi. Bumbu bercampur andaliman ini dioleskan pada seekor ayam utuh yang sudah dipanggang. Siap disajikan. Sesampainya di kampung halaman, Hotman beserta keluarga
mencicipi masakan Ompung Sinta. Sensasi pedas, hangat dan bergetar menyusuri seluruh tubuh. Ledakan-ledakan kecil terasa di atas lidah. Lidah terasa kelu dan mati rasa tapi nikmat. Lain lagi cerita Novera Hutajulu pemilik rumah makan khas Batak di Kampung Susuk. Sudah dua tahun ia berjualan makanan di tempat ini. Warung makannya menyediakan Nani Arsik, Nani Pinadar dan sambal Tuk-tuk. Semua masakan ini juga wajib menggunakan andaliman. “Ada yang kurang kalau enggak pakai andaliman,” ujarnya. Pernah waktu itu harga andaliman meroket sekitar Rp300 ribu per kilonya, untuk mengakali hal ini Novera mengurangi penggunaan andaliman. Tapi rasa andaliman yang tidak terlalu pekat ternyata dirasakan pelanggannya. “Kok kurang getar-getirnya,” ujar Novera menirukan salah seorang pelanggan. Novera bilang andaliman punya rasa khas yaitu getar-getir, panas dan pedas yang tidak dimiliki oleh masakan khas dari daerah lain. Ia saja butuh tiga kilo andaliman perminggu untuk memasak makanan ini, dengan penyajian setengah kilo makanan per harinya. “Enggak ada dia (andaliman—red), enggak kenak di lidah,” ujarnya. Ia bercerita
walaupun ini makanan khas Batak, hampir semua pembeli yang bukan bersuku Batak juga suka. Tempo khusus yang membahas kuliner Indonesia Edisi 1 hingga 5 Desember 2014 sampaikan bahwa andaliman adalah bumbu khas Asia. Biasa tumbuh di Jepang, Korea, India, Tibet, Nepal dan tentu aja Sumatera Utara. Di Sumatera Utara, Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara jadi lokasi tumbuhnya tanaman ini. Walaupun tersebar di beberapa negara, hanya orang bersuku Batak yang biasa menggunakannya sebagai bumbu makanan. Antropolog, Prof Robert Sibarani katakan hal serupa, ia bilang tanaman ini bernama Piper Ribesioides, dilihat dari namanya tumbuhan ini sudah pernah ditemukan sebelumnya. Andaliman dalam kamus Batak dikaitkan dengan cabai dan lada, yang jika dimakan terasa gemetar, jika tarik benang merah andaliman memiliki rasa seperti cabai tapi tak mirip cabai pun lada. Prof Robert tak tahu pasti asal usul andaliman, tapi ia bilang dalam Batak sendiri andaliman digunakan dalam setiap masakan Adat, mulai dari Nani Ura, Nani Arsik, Nani Pinadar, dan Nani Saksang (Saksang). Andaliman merupakan bumbu wajib yang tidak boleh tinggal dari masakan khas Batak, “Andaliman itu tak pernah lebih, selalu kurang,” ujarnya. Prof Robert katakan tak ada makanan khas daerah lain yang menggunakan andaliman dalam masakannya, hanya orang Batak. Oleh karena itu, tak heran jika andaliman terus eksis hingga kini, sebab peng-
gunaannya masih terus dilakukan dan telah menjadi kebiasaan di masyarakat. Mungkin juga karena rasanya sudah melekat dalam masakan tradisional sehingga susah dihilangkan. Berbeda dengan beberapa kebudayaan lainnya yang bisa saja tergerus nilai-nilainya. “Andaliman akan hilang jika makanan tradisional hilang,” ujarnya. Tapi ia akan tetap ada selama masih digunakan ke dalam masakan tradisional. Prof Robert tak menampik jika suatu saat andaliman mungkin juga akan hilang, ini terjadi jika generasi muda tak lagi menyukai masakan tradisional. Tapi mungkin eksistensi andaliman tetap akan ada sebab proses lokalikasi. Artinya bumbu andaliman dikolaborasikan dengan makanan jenis lain, seperti bumbu untuk ikan bakar atau dijadikan mie, “Mungkin akan ada mie rasa andaliman, pasti saya beli kalau ada,” ujarnya. Intinya, kata Prof Robert penggunaan andaliman adalah bentuk kebiasaan yang dibentuk oleh suku Batak, karena biasa digunakan inilah akhirnya andaliman membudaya dan cita rasanya pun telah diketahui khalayak luas sehingga masih tetap eksis hingga sekarang. Ditilik dari kebiasaan, Prof Robert paparkan hipotesa bahwa andaliman bisa dihubungkan dengan karakter orang Batak yang keras dan mengelegar. Sebab andaliman juga punya cita rasa yang pedas dan mengGelegar. Tak hanya itu, kini andaliman digunakan sebagai identitas orang Batak. “Ketika mendengar andaliman, oh itu punya orang Batak,” ujarnya.
ANDALIMAN|Butiran andaliman kecil, hijau saat diperjualkan kepada pembeli di Pasar Pagi, Padang Bulan, Medan, Minggu (1/11). Biasanya masyarakat Batak Toba kerap menjadikan andaliman sebagai bumbu utama yang mampu menggoyang lidah. WENTY TAMBUNAN | SUARA USU IKLAN
riset
SUARA USU, EDISI 105, NOVEMBER 2015
19
Mengapa ‘transaksi online’?
T
ransaksi online adalah transaksi yang dilakukan penjual dan pembeli secara online melalui media internet. Tidak ada pertemuan langsung antara pembeli dan penjual. Beberapa waktu belakangan ini sedang marak maraknya transaksi ini dilakukan oleh kalangan muda. Beragam alasan masyarakat melakukan hal ini. Namun bukan tak ada yang memilih tidak melakukan transaksi onlline. Lalu, bagaimana dengan mahasiswa di USU? Bagaimana tingkat penggunaan transaksi online sejauh ini?
1. Pernah atau tidak pernahkah Anda melakukan transaksi online?
Jajak pendapat ini dilakukan dengan melibatkan 384 mahasiswa USU. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental dan mempertimbangkan proporsionalitas di setiap fakultas. Kuesioner disebar dalam rentang waktu 19 hingga 26 Oktober 2015. Dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan sampling error lima persen, jajak pendapat ini tidak dimaksudkan untuk mewakili pendapat seluruh mahasiswa USU. (Litbang)
2. Jika pernah, barang atau jasa apa yang pernah Anda beli dengan menggunakan transaksi online?
Tida
k ja
24,91%
wab
Tidak pernah Pakaian Lainnya
tronik g Elek
sa
,s
eb utk
an
...
Pernah
Baran
Ja
3. Jika pernah, sudah berapa kali Anda melakukan transaksi online?
1 - 3 kali
43,22% 13,92%
4 - 5 kali
6,95% 5 - 10 kali 11,36%
> 10 kali tidak jawab
34,55%
12,82%
24,92%
Barang yang tersedia terbatas
30,04%
Lebih murah
32,22%
Lebih efektif
4. Apa alasan Anda melakukan transaksi online?
Lebih cepat
75,09%
5. Jika tidak pernah, apa alasan Anda tidak melakukan transaksi online?
Tidak jawab Kurang aman
74,73% 9,16%
Harga barang lebih mahal 6,56% Kondisi barang tidak terjamin 9,55%
ILUSTRASI: ALFAT PUTRA IBRAHIM | SUARA USU
20 resensi
SUARA USU, EDISI 105, NOVEMBER 2015
Wajah Sastra Realisme Magis Masa Kini Tantry Ika Adriati
Tampaknya Eka Kurniawan mewarisi kesusastraan Pramoedya Ananta Toer. Cantik Itu Luka hadir dalam bentuk realisme magis, sastra wangi, filsafat, humor, dan tentunya lebih kekinian. Judul Penulis Penerbit Tahun Terbit Jumlah Halaman Harga
: Cantik Itu Luka : Eka Kurniawan : PT Gramedia Pustaka Utama : 2015 (Cetakan keenam) : 479 halaman : Rp 100.000,-
S
eorang Indonesianis Benedict Anderson tentu tak main-main mendeklarasikan Eka Kurniawan sebagai pengganti kesusastraan Pramoedya Ananta Toer melalui pembuktian pada novel sastra pertamanya, Cantik Itu Luka. Konsep realisme sosialis yang biasa ditulis Pramoedya Ananta Toer jelas terlihat nyata. Unsur sejarah Indonesia seperti masa akhir kolonial, masa kemerdekaan, dan masa revolusi dicampur-adukkan dengan cerita kehidupan Dewi Ayu yang tidak rasional. Sebagai contoh, pada salah satu bab ketika Rengganis Si Cantik dihamili oleh anjing beberapa tahun pasca-pembunuhan komunis di Indonesia—G30SPKI. Maka disuguhkanlah cerita tentang komunisme dan teori Marxis Karl Max. Meski jauh dari kata masuk akal, namun pada setiap hal yang tidak masuk akal tersebut selalu diselipkan sejarah Indonesia yang jelas nyata. Inilah konsep realisme yang coba dihadirkan Kurniawan. Tapi kita tak perlu jauh menilai Cantik Itu Luka sebagai ‘ralat atas sejarah’ Indonesia seperti Tetratologi Buru Pram. Novel ini jelas karya sastra fiksi, terlepas dari konsep realisme di dalamnya. Kisah cinta Dewi Ayu dan keluarganya yang dilatarbelakangi cerita magis tidak rasional ini sesungguhnya berlawanan dengan konsep realisme Pram. Maka bolehlah saya kutip sebuah review kritikus sastra Katrin Bandel; Cantik Itu Luka merupakan sebuah sastra dengan konsep ‘realisme magis’. Ia hadir sebagai wajah baru sastra Indonesia masa kini.
WENTY TAMBUNAN | SUARA USU
Cerita dibuka dengan prolog mengundang tawa. Diceritakan Dewi Ayu pada suatu sore di bulan Maret bangkit dari kuburnya setelah mati selama 21 tahun. Kebangkitannya membuat gempar penduduk Halimunda. Lantaran penasaran, semua orang datang berbondong ke rumah mantan pelacur paling disegani itu. Saat kembali dalam keadaan hidup, Dewi Ayu menemukan putri bungsunya sedang duduk di teras rumah, hari itu adalah pertemuan pertama mereka berdua. Ialah Si Cantik, anak keempat Dewi Ayu yang dilahirkan beberapa minggu sebelum kematiannya. Namun, Si Cantik tak secantik ketiga anak Dewi Ayu lainnya. Gadis itu berkulit hitam, buruk rupa, dan terlihat seperti monster. Kurniawan ternyata tak melan-
jutkan kisah Si Cantik yang tiba-tiba hamil tanpa disetubuhi manusia. Itu terjadi beberapa hari setelah kembalinya Dewi Ayu. Lalu cerita kembali ke waktu Dewi Ayu hidup di zaman kolonial. Alur maju mundur mendominasi novel ini. Dewi Ayu merupakan wujud wanita masa penjajahan Belanda. Ia habiskan seluruh hidupnya menjadi pelacur di Halimunda. Cucu dari Ted Stammler ini lahir dari hubungan cinta sedarah antara Henri Stammler (putra Ted Stammler) dan Marietje Stammler (putri Ted Stammler). Ia digambarkan sebagai wanita tangguh, cerdas, dan berani dalam menghadapi masalah kehidupannya yang rumit. Maka dari itu, Cantik Itu Luka, seperti judulnya, mengandung makna perwujudan kehidupan wanita masa penjajahan. Pesan-
nya hadir pada setiap konflik yang dialami Dewi Ayu, Si Cantik, Ma Gedik, Krisna, dan seluruh tokoh yang ada dalam novel. Intinya, punya paras cantik tak bakal jauh dari luka, luka yang dialami oleh semua tokoh tentunya. Kurniawan juga punya cara unik saat mengenalkan tokoh baru. Misalnya, setelah diceritakan saat Dewi Ayu mengabdikan diri menjadi pelacur di rumah Mama Kalong, ia bertemu seorang tentara terkenal bernama Sang Sodancho. Pria itu ingin menikahi putrinya, Alamanda. Maka pada bab berikutnya sudut pandang tokoh akan beralih ke Sodancho, bagaimana ia bisa menjadi tentara dan jatuh cinta pada Alamanda. Dewi Ayu hanya akan hadir sebagai pemeran pembantu. Begitu juga saat cerita beralih ke kisah Alamanda, putri Dewi Ayu, atau pun kisah Krisna, cucu Dewi Ayu yang ternyata dalang di balik kehamilan Si Cantik. Tokoh utama Cantik Itu Luka tak melulu tentang Dewi Ayu saja, melainkan semua tokoh yang ada dalam cerita. Alumni Filsafat UGM ini juga tak segan-segan memborbardir mata pembaca dengan kalimat ‘nyentrik’ tentang seks. Untuk hal ini, saya rasa Kurniawan terlalu berani dan frontal. Ia beruntung bisa hadirkan sastra wangi dalam kisah pelacuran Dewi Ayu. Meski pembaca sempat dibingungkan dengan plot maju mundurnya, novel ini kaya akan narasi yang mengalir apik. Berkat kesuksesannya meracik Cantik Itu Luka, novel ini diangkat ke dalam bahasa Jepang, Malaysia, dan Inggris. Lalu masuk long list Khatulistiwa Literary Award pada 2003 dan sudah dicetak untuk keenam kalinya oleh Gramedia Pustaka Utama. Kurniawan tentu bukan penulis fiksi pertama yang diangkat tulisannya dalam bahasa Inggris. Ia juga bukan satu-satunya yang memasukkan sastra wangi dalam penulisannya, karena masih ada Ayu Utami, Djenar Maesa Ayu dan yang lainnya. Dan juga, Kurniawan bukan yang pertama kali menuliskan realismesurealisme selain Gus tf Sakai. Namun, Kurniawan adalah yang pertama kali mengkombinasikan semua elemen dalam sastranya; realisme, surelisme, sejarah, filsafat, humor, dan sastra wangi. Bisa dibilang, Cantik Itu Luka merupakan novel ‘realisme magis’ karya pertama Eka Kurniawan dan patut diapresiasi.
SUARA USU, EDISI 105, NOVEMBER 2015
iklan 21
22 iklan
SUARA USU, EDISI 105, NOVEMBER 2015
SUARA USU, EDISI 105, NOVEMBER 2015
momentum 23
21 Oktober 2015
10 Oktober 2015
Rapat Perdana, Ketua MWA 2015-2020 Tak Terpilih RAPAT perdana Majelis Wali Amanat (MWA) USU Periode 20152020 Kamis, 8 Oktober tak dapat tentukan ketua. Prof Bismar bilang pemilihan Ketua MWA 2015-2020 dilakukan dua kali dengan dua calon ketua, yakni Prof Chairuddin Panusunan Lubis dan Prof Todung Mulya Lubis. Kedua pemilihan berakhir dengan perolehan suara imbang, masing-masing sembilan suara dan satu abstain. Keputusan dikembalikan ke Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti) sesuai Pasal 27 PP Nomor 16 Tahun 2014 tentang Statuta USU yang berisi jika permasalahan tertinggi di USU tak dapat diselesaikan MWA, maka penyelesaian diserahkan kepada Menristek-Dikti. Menanggapi ini, Menteri Dalam Negeri Pemerintahan Mahasiswa USU Ahmad Fadhlan Yazid kecewa, menurutnya USU tak lagi mampu menyelesaikan masalah rumah tangganya sendiri, sehingga harus dibantu. Namun ia berharap permasalahan ini segera selesai. (Rati Handayani)
Angka Partisipasi Pemilih Pemira FEB Meningkat
ANGKA partisipasi pemilih dalam Pemilihan Umum Raya (Pemira) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Menurut Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) FEB Sabar Saut Siregar hal ini karena sosialisasi cukup gencar melalui spanduk dan stan KPU yang berada di sanggar FEB, Selasa (20/10). Nayumi Simanjuntak, Mahasiswa FEB 2012 mengamini pernyataan Sabar. Pemira kedua yang diikutinya tahun ini memang lebih ramai. (Ika Putri Agustini Saragih) 29 Oktober 2015
Peringati Sumpah Pemuda, Mahasiswa Gelar Parade Bahasa
25 Oktober 2015
Tak Jadi Sosialisasi, KSE USU Bagi Masker Gratis
LAZUARDI PRATAMA | SUARA USU
SEKITAR empat puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Bahasa dan Sastra Indonesia menggelar parade bahasa berupa orasi dan membentangkan spanduk dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Teknik, Fakultas Kedokteran Gigi dan kembali ke FIB, Kamis (29/10). Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan pada mahasiswa USU agar menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. (Lazuardi Pratama) 2 November 2015
VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU
SETELAH batal sosialisasi rekrutmen terbuka kepada sekolahsekolah, Paguyuban Karya Salemba Empat (KSE) USU membagikan masker gratis kepada para pengendara dan pejalan kaki di sekitar Jalan Dr T Mansur, Sabtu (24/10). Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA akibat asap yang melanda Kota Medan. (Vanisof Kristin Manalu) 7 November 2015
Prof Todung Terpilih Jadi Ketua MWA USU Periode 2015-2020
PROF Musliar Kasim, Ketua Tim Evaluasi dari Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Kemenristek-dikti) katakan Prof Todung Mulya Lubis terpilih menjadi Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) USU Periode 2015-2020. “Todung yang terpilih, Senin sudah dikirim suratnya,” terangnya lewat telepon selular, Kamis (5/11). Prof Subhilhar, Pejabat Rektor USU sambut baik putusan tersebut sebab putusan ini akan membawa angin segar untuk USU karena secepatnya MWA dapat membuat peraturan MWA mengenai tenggat proses pemilihan rektor dan rektor baru USU secepatnya terpilih. (Nurhanifah)
LPSE Wacanakan Buat Aplikasi ‘Anti Ribet’ Pelaporan KTM Hilang
LAYANAN Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) wacanakan membuat aplikasi berbasis website pelaporan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) hilang, untuk memudahkan mahasiswa dalam melaporkan kehilangan KTM. “Semacam aplikasi anti ribet gitu, agar mahasiswa yang kehilangan enggak perlu susah-susah harus ke Biro Rektorat untuk melaporkan,” kata Jefri F Mirzan, Help Desk LPSE, Kamis (29/10). Jefri bilang selama ini mahasiswa yang kehilangan KTM harus ke LPSE dulu untuk melihat syarat mendapatkan KTM baru dan kembali untuk menyerahkan persyaratan. Tapi, dengan aplikasi ini, persyaratan yang harus dipenuhi mahasiswa sudah tersedia dan ada link untuk mengunduh dengan hanya memfoto atau men-scan, kemudian mahasiswa akan diberitahukan waktu untuk mengambil KTM baru. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2013 Laila Rahmi berharap aplikasi ini cepat terealisasi. “Aplikasi ini dapat menghemat waktu dan tenaga,” katanya. Sejauh ini, aplikasi tersebut tengah dikerjakan secara individu oleh Jefri. Targetnya akan diselesaikan November mendatang. Meski begitu, aplikasi ini masih harus menunggu persetujuan dari pihak universitas, untuk direalisasikan. (Amanda Hidayat)
24 profil
SUARA USU, EDISI 105, november 2015
Rizka Gusti, Karena Menulis Itu Gampang Amanda Hidayat
Pikirnya sederhana. Hobinya biasa saja, menulis. Hobi yang mengantarnya ke berbagai ajang.
S
ehari lagi batas pengiriman tulisan seleksi Parlemen Remaja Nasional (PRN), satu huruf pun belum ia ketikkan. Bukan kenapa, hanya saja info baru ia dapatkan. Tanpa pikir panjang lepas pulang sekolah Rizka Gusti Anggraini Sitanggang langsung mengambil gawai tulisnya. Sebuah esai berjudul Kontribusi Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pembangunan ia rampungkan. Sudah kelewat sore mengirimkan tulisan via pos, namun Ika, begitu ia biasa disapa, tetap mencari kantor pos yang masih buka. Agak jauh dari rumahnya, Ika dan ibunya menemukan kantor pos yang pintunya terbuka, tapi tulisan “Tutup” sudah terpampang. Lobi-lobi, berkas Ika diterima petugas pos. Tahu tulisannya kemungkinan telat
tiba di Jakarta, Ika menghubungi panitia meminta tenggat waktu. Panitia mengiya. Ika ragu, mungkin tak lolos, pikirnya. Beberapa hari setelahnya, Ika dikabari bahwa dirinya lolos. Ika kaget, bagaimana mungkin tulisan yang ia tulis dengan terburu dan mengirimnya lewat tenggat dinyatakan lolos. Jadilah ia berangkat ke Jakarta. Perjalanan pertama ke Jakarta dilaluinya bersama tiga remaja lain yang mewakili Sumatera Utara. Ika bukannya pertama kali menulis, lalu langsung terpilih mengikuti ajang seperti PRN. Sebelumnya ia sudah sering menulis, meskipun kebanyakan bergenre fiksi. “Dulu sering nulis fiksi, kalau nulis opini atau esai sering enggak nemu solusi,” ungkapnya. Tulisan pertamanya benar-benar memotivasinya untuk tulisan-tulisan selanjutnya. Di antaranya mengantar Ika menjadi Leader Forum Group Disccusion dalam acara Microsoft Youth Spark Live, di Kantor Microsoft, Jakarta. Diundang ke Beijing, mengikuti
Socialization About Environment Enginering. Jadi pembicara Banda Aceh Development Youth Forum di Banda Aceh, ASEAN Youth Leader Asociation di Filipina dan banyak lainnya. Dia bilang, menulis adalah acaranya berkarya untuk bangsa, memupuk rasa cintanya sekaligus memperkenalkan khazanah budaya Indonesia. Saat bicara pada Socialization About Environment Enginering misal, ia memaparkan tentang pendidikan anakanak kurang mampu di Kota Medan, yang harus diwadahi dengan kegiatan-kegiatan untuk mengasah bakat mereka. Dalam hal ini, dia mengimbau pemerintah atau lembaga-lembaga lokal atau pun internasional untuk turut berpartisipasi. Kini, Ika aktif di berbagai organisasi—salah satunya Komunitas 1000 Guru Medan—yang bertujuan mengembangkan potensi anak-anak kurang mampu di Medan melalui seni dan bahasa asing. Kegiatan ini dilatarbelakangi pengalaman pribadi. Ika semasa SMA adalah anak tunggal yang ditinggal ayahnya lebih dulu. Dari situ Ika merasa perlu untuk membantu anak-anak kurang mampu. “Aku juga pernah merasakan yang mereka rasakan,”ujar Ika dengan mimik muka biasa, tapi menggambar tekadnya. Ika sejak tinggal berdua dengan sang ibu, selalu berusaha mandiri. BIODATA
Nama: Rizka Gusti Anggraini Sitanggang Tempat, tanggal lahir: Medan, 5 Januari 1997
Pendidikan: • TK Swasta Yayasan Nasional Ir. H. Djuanda Tebing Tinggi (2001-2002) • SD Swasta Perguruan Sriwijaya Medan (20022008) • SMP Swasta Kemala Bhayangkari 1 Medan (2008-2011) • SMA Swasta Angkasa 1 Lanud Soewondo Medan (2011-2014) • Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU (2014 – sekarang) Prestasi: • Best of the best student Abacus Aritmatic Sempoa di Singapura (2009) • Peringkat I Abacus Aritmatic Sempoa Hari Pendidikan Nasional (2009) • Siswa Berprestasi Terbaik dalam Olimpiade Matematika Regional Sumatera Utara (2011) • Parlemen Remaja Nasional (2013) • Socialization about Environment Enginering di Beijing, Tiongkok (2014) • Microsoft Youth Spark Live (2014) • Banda Aceh Development Youth Forum (2014) • ASEAN Youth Leader Association di Filipina (2015) WENTY TAMBUNAN| SUARA USU
Membiayai pendidikan dan kebutuhan sehari-hari sendiri. Ia mempromosikan diri ke saudara, tetangga, dan teman-temannya untuk mengajar kursus pada anak atau adik-adik mereka. Ika pun mulai mengajar kursus selepas pulang sekolah. Di sela-sela kegiatannya inilah Ika menulis. Ibunda Ika, Yusria Ningsih sama sekali tak tahu apa yang Ika lakukan dengan gawai tulisnya. Awalnya ia heran apa yang Ika tengah lakukan. Sampai saat Ika lolos mengikuti PRN, ia baru mengerti Ika lakukan apa. “tetetetetet,” katanya menirukan suara ketukan mesin ketik, tangannya mempraktikkan. “Entah apa yang dikerjakannya kalau sudah dalam kamar sama laptop,” lanjutnya. Kini ibunya tahu, Ika adalah anak yang bisa menyelesaikan masalah sendiri tanpa harus menyusahkan orang lain. “Mungkin karena sering menyampaikan pendapatnya pada satu masalah dan memberi solusinya saat menulis, terbawa-bawa ke kehidupan nyata,” ujar Ningsih tertawa. Tentang cita-cita Ika sepertinya sudah merencanakan akan jadi apa dirinya di masa mendatang. Bahkan rencana A, rencana B, dan rencana-rencana lainnya sudah selesai dibuatnya, tinggal eksekusi saja. Ika bercita-cita melanjutkan studinya di bidang jurnalistik ke Jerman. Sekaligus penunjang cita-cita besarnya menjadi dosen. Ika juga ingin berkarir sebagai seorang jurnalis di Harian Kompas. Ika menganggap Kompas sebagai salah satu di antara sedikit media Indonesia yang berpegang teguh pada idealisme jurnalis. Di balik itu semua, ia ingin terus menulis dan menjadi penulis besar nantinya. Seperti Andrea Hirata yang ia puja. Dan terus berkarya pada bangsa dengan tulisan-tulisannya. Begitu ia ingin hidup berguna, menulis menginspirasi, seperti tagline sekaligus nama blog pribadinya. Ibunya sendiri pernah ditawarkan memasukkan Ika ke akademi kepolisian, ibu Ika tentu meyampaikan padanya. Ika menolak, meski tanpa kata berontak. Ibunya coba membujuk. Tapi melihat keteguhan Ika, ketika melihatnya menulis, Ningsih percaya menulis akan mengantarakan Ika pada citacitanya. Tak berlebihan jika disebut punya segudang prestasi. Tak hanya tulis-menulis, sedari sekolah dasar, Ika mengkoleksi banyak prestasi dalam ajang Abacus Aritmatic Sempoa tingkat regional sampai mancanegara.
IKLAN