Tabloid 106

Page 1

EDISI

106 XX/APRIL 2016

Rp 3000 ISSN 1410-7384

SUARAUSU.CO

Panggung selesai diatur. Lakon telah dipilih. Mari segera kita mulai babak baru rektor USU.

PODJOK SUMUT

MUSEUM JAMIN GINTINGS, JEJAK KENANG SANG PAHLAWAN RESENSI AKSI NYINYIR PERS MENEGUR KEKUASAAN


2 suara kita lepas

H Redaksi

Lima Tahun Tanpa Transparansi Keuangan

al lumrah jika mahasiswa tak bisa mengakses laporan keuangan USU. Apalagi sejak Prof Syahril Pasaribu memimpin USU tahun 2010 silam. Lima tahun mahasiswa tak merasakan tranparansi laporan keuangan USU. Terakhir kali, hanya laporan keuangan 2009 yang bisa diakses. Waktu itu laporan keuangan USU mendapat predikat wajar dengan pengecualian. Laporan keuangan ini bisa diakses melalui WR II dan audit internal. Belakangan dua-duanya malah bersiteru bahwa ‘publikasi’ bukan tugas mereka. Audiensi Pemerintahan Mahasiswa Sekawasan dengan rektorat tahun 2013 pun tak membuahkan hasil.

suara redaksi

Tak ada tanda-tanda ‘lampu hijau’ dari rektor. Artinya rektor memang tak mau mempublikasikan laporan keuangan universitas. Alasannya klise, laporan keuangan dirasa bukan urusan mahasiswa. Wakil Rektor II USU Prof Armansyah Ginting kala itu mengartikan publikasi bagi USU hanya sekadar memberikan laporan tahunan kepada Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-dikti). Ini jelas pendapat yang keliru. Mempertanggungjawabkan laporan ke- uangan tersebut sebetulnya prinsip dari akuntabilitas, bukan transparansi. Undang-Undang Keterbukaan Infomasi Publik Nomor 14 Tahun 2008 Pasal 9 menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan salah satu informasi publik yang

Salam Jurnalistik!

S

SUARA USU, EDISI 106, APRIL 2016

etelah lama rehat, kini Tabloid Edisi 106 hadir sebagai pembuka rangkaian produk tabloid tahun ini. Sesuai komitmen kami, edisi kali ini kami suguhkan dengan isu-isu seputar kampus, kota Medan dan sekitarnya. Tentunya dengan informasi yang hangat dan menarik agar tak menghilangkan kesetiaan para pembaca kami. Laporan Utama kali ini akan mengawali masa kepemimpinan Rektor Runtung yang menjabat hingga 2021 mendatang. Rektor Runtung mempunyai tugas-tugas besar sepeninggalan rektor sebe-

wajib dipublikasikan. Badan publik wajib menyebarluaskan informasi publik secara berkala de- ngan cara yang mudah dijangkau masyarakat. Jangankan menyebarluaskan, USU juga tak punya badan khusus untuk mengurusi ihwal publikasi. Pun tak ada niat. Padahal sebagai badan publik seyogyanya USU mulai publikasi. Dalam hal ini membuka kesempatan pada ‘siapa pun’ mengakses laporan keuangan USU. Kabar baiknya tiga tahun belakangan sejak tahun 2012 hasil audit laporan keuangan USU mendapat predikat wajar tanpa pengecualian (WTP). USU baik dalam hal akuntabilitas keuangan. Namun masih jauh dari transparansi.

lumnya. Sejauh mana Rektor Runtung bersiap memenuhi tugas-tugas yang kini mulai dihadapi hingga berbuah menjadi program kerjanya. Mampukah Rektor Runtung membawa USU menjadi yang lebih baik hingga tahun 2021? Bagaimana proses lengkap untuk mengawali cerita panggung Rektor Runtung. Silakan simak di rubrik Laporan Utama. Terkenal sebagai kampung tempat peredaran narkoba, membuat warga Kampung Kubur harus bangkit mengubah slogan tersebut. Warga juga harus berupaya keras membuat lembaran baru agar terlepas dari peredaran narkoba. Bagaimana kisah perubahan Kampung Kubur menjadi Kampung Sejahtera? Semuanya terangkum di rubrik Laporan Khusus.

suara pembaca Ini kabar baik bagi USU namun kabar buruk bagi mahasiswa. Laiknya Universitas Indonesia (UI) yang lebih dulu menerapkan prinsip good governance, USU semestinya punya prinsip sama. Bahkan UI memiliki suatu badan yang mengurusi kebutuhan masyarakat UI akan informasi publik. Mau tak mau, selain niat publikasi, USU sebaiknya mulai memikirkan sistem publikasi informasi publik ini. Salah satunya dengan membentuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi. Atau setidaknya publikasi di website secara berkala. Bertepatan dengan kepemimpinan baru Prof Runtung Sitepu, USU harus bisa lebih baik dalam akuntabilitas maupun transparansi. Demi hak publik, bukan sekadar hak segelintir pihak.

Sementara dalam rubrik Ragam, akan dibahas tentang pemilihan umum raya (pemira) yang selama ini ditunggu-tunggu oleh mahasiswa. Sebab masa pemerintahan Brilian-Abdul Rahim harusnya berakhir pada Juni tahun lalu. Kini, pemira tak lagi jadi wacana. Pesta demokrasi USU tinggal menghitung hari. Lantas apa saja persiapan yang dilakukan? Informasinya telah disuguhkan pada rubrik ini. Jenuh dengan yang berat, ada rubrik Podjok Sumut mengangkat salah satu tempat bersejarah di Karo, Museum Jamin Gintings. Ada pula tradisi Jambar Juhut dalam adat Batak yang akan dikupas pada rubrik Potret Budaya. Sekian, salam hangat dari redaksi SUARA USU. Selamat membaca! (Redaksi)

Tak Punya Proyektor

Proyektor sering enggak ada, padahal butuh pakai proyektor untuk belajar. Waktu kuliah sering ditunda hanya karena komting sibuk mencari proyektor. Itu pun ujung-ujungnya enggak ada juga proyektornya. Elfride Sinaga Fakultas Pertanian 2012

USU Kurang Tong Sampah Sering bingung mau buang sampah ke mana. Di FIB hampir enggak ada tong sampah. Di jalan-jalan juga enggak ada tong sampah. Pantas banyak sampah berserakan di USU, salah satunya di pos dekat stasiun sepeda kampus sumber. Mardiah Fakultas Ilmu Budaya 2015

suara sumbang Pemira Bukan Lagi Wacana Lae! Pemira juga akhirnya kita. Iya lae, dua tahun sekali

Ralat

Anggota Senat Akademik dalam Main Story II Laporan Utama Tabloid Edisi 105 adalah Ridwan Hanafiah Foto kelima Rubrik Kata Kita Tabloid Edisi 104 adalah Andhika Satria Nasution, Fakultas Psikologi 2011. Muhammad Anggia Muchtar dalam Main Story I Laporan Utama Tabloid Edisi 105 bukanlah Ketua Program Studi Ilmu Komputer, melainkan Ketua Program Studi Teknologi Informasi.

konten

SILATURAHMI | Pemimpin Umum Pers Mahasiswa SUARA USU menyampaikan kata sambutan saat acara Temu Ramah bersama alumni SUARA USU, Minggu (20/3). Temu ramah ini bertujuan untuk meningkatkan tali silaturahmi antara anggota dengan alumni SUARA USU. NURMAZAYA HARDIKA PUTRI | SUARA USU

suara kita laporan utama opini dialog ragam galeri foto podjok sumut laporan khusus mozaik potret budaya riset resensi iklan momentum profil

2-3 4-7 8 9 10-11 12 13 14-15 16-17 18 19 20 21-22 23 24


SUARA USU, EDISI 106, APRIL 2016

kata kita

suara kita 3

Perkara Independen dan Sokongan Partai Politik

A

TEKS DAN FOTO: AMELIA RAMADHANI

khir-akhir ini media massa sering membahas tentang pencalonan kepala daerah melalui jalur independen dan jalur partai politik. Basuki Tjahya Purnama atau lebih dikenal dengan Ahok akan maju menjadi calon gubernur melalui jalur independen pada Pilkada DKI Jakarta 2016 nanti. Jika memilih jalur independen, seorang calon harus memiliki e-KTP penduduk sebanyak 1 juta. Antara jalur independen dan jalur partai politik sebenarnya sama. Sama-sama mewujudkan kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya. Manakah yang lebih baik? Ini kata Mahasiswa USU mengenai jalur independen dan jalur partai politik.

DESAIN SAMPUL: ALFAT PUTRA IBRAHIM Diterbitkan Oleh: Pers Mahasiswa SUARA USU Pelindung: Rektor Universitas Sumatera Utara Penasehat: Wakil Rektor I Universitas Sumatera Utara Pemimpin Umum: Yulien Lovenny Ester Gultom Sekretaris Umum: Santi Herlina Bendahara Umum: Ika Putri Agustini Saragih Pemimpin Redaksi: Tantry Ika Adriati Redaktur Pelaksana: Anggun Dwi Nurshita Koordinator Online: Nurhanifah Redaktur Cetak: Arman Maulana Manurung Redaktur Foto: Vanisof Kristin Manalu Redaktur Artistik: Alfat Putra Ibrahim Redaktur Online: Dewi Annisa Putri Reporter: Nurmazaya Hardika Putri Desainer Gra�is: Retno Andriani Ilustrator: Arman Maulana Manurung, Vanisof Kristin Manalu dan Retno Andriani Pemimpin Perusahaan: Amelia Ramadhani Manajer Sirkulasi dan Produksi: Deli Listiani Staf Perusahaan: Muhammad Renu Fatahillah Pelaksana Tugas Kepala Litbang: Santi Herlina Koordinator Kepustakaan dan Riset: Elda El�ianti Staf Pengembangan SDM: Rizki Adrian Staf Ahli: Tikwan Raya Siregar, Sriyanti, Firda Yuni Gustia, Andika Bakti, Aulia Adam, Ferdiansyah

ISSN: No. 1410-7384 Alamat Redaksi, Promosi dan Sirkulasi: Jl. Universitas No 32B Kampus USU, Padang Bulan, Medan-Sumatera Utara 20155 E-mail: suarausu_persma@yahoo.com Situs: www.suarausu.co Percetakan: Kevin’s Percetakan (Isi di luar tanggung jawab percetakan) Tarif Iklan: Rubrik Ragam (BW) Rp 800/mm kolom, Rubrik Opini (BW) Rp 800/mm kolom, Rubrik Potret Budaya (FC) Rp 1200/mm kolom, Rubrik Dialog (BW) Rp 800/mm kolom, Rubrik Riset (FC) Rp 1200/mm kolom, Rubrik Momentum (BW) Rp 800/mm kolom, Halaman Iklan (BW) Rp 500/mm kolom, Rubrik Pro�il (FC) Rp 1500/mm kolom Informasi Pemasangan Iklan dan Berlanggan an, Hubungi: 082388102715, 082277172453 Redaksi menerima tulisan berupa opini, puisi, dan cerpen. Untuk opini dan cerpen, karakter tulisan 4000-7000 karakter. Tulisan harus disertai foto dan identitas penulis berupa fotokopi KTM atau KTP. Tulisan yang telah masuk menjadi milik redaksi dan apabila dimuat akan mendapat imbalan. Tulisan dapat dikirim ke email suarausutabloid@ymail.com

Nurul Fadhillah Fakultas Psikologi 2011

Saya kurang percaya sama partai politik yang ada di Indonesia belakangan ini. Sebab beberapa tahun terakhir, partai selalu saja bermasalah. Korupsi contoh besarnya. Jika disuruh memilih, saya akan memilih calon yang independen. Setidaknya, ia akan benar-benar fokus pada program kerja yang telah disusunnya tanpa harus memikirkan kepentingan-kepentingan partainya.

Immanuel Budi Hutabarat Fakultas Kedokteran Gigi 2013 Mencalonkan diri melalui independen dan jalur partai politik sama-sama ada kelebihan dan kekurangannya. Kalau jalur independen, rakyat memilih pemimpinnya berdasarkan kinerja dan prestasinya. Namun, kalau ia tidak memiliki teman di legislatif akan susah untuk mendapatkan dukungan terhadap program kerja yang dibuat. Kalau mencalonkan diri melalui partai politik, pastinya ia akan memikirkan kepentingan-kepentingan yang ada di partai yang mengusungnya.

M. Ari Syahputra

Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi 2013 Saya lebih condong memilih yang mencalonkan diri secara independen. Dari keberaniannya maju secara personal saja sudah menggambarkan kalau ia seorang yang berani dalam mengambil tindakan. Tapi sayang juga kalau orang-orang tidak kenal latar belakang si calon akan susah untuk mendapatkan dukungannya dari masyarakat.

Firdayanti - Fakultas Hukum 2012 Saya lihat di twitter lagi ramai perbincangan netizen mengenai isu ini dilengkapi juga dengan #1jutaktpuntukAhok. Berarti bagi masyarakat Jakarta, Ahok sudah terkenal dan masyarakat merasakan adanya perubahan selama masa kepemimpinannya. Tapi kalau baru diawal kayaknya akan susah bagi calon yang memilih jalur independen. Dibandingkan dengan UU sebelumnya, jumlah KTP yang harus dikumpulkan bertambah. Tapi tidak masalah jika calon bisa mengumpulkan KTP sebanyak yang disyaratkan.

Ansori Mahib S Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2015 Calon independen bisa dibilang sebagai solusi untuk kondisi Indonesia saat ini. Sebab adanya rasa tidak percaya masyarakat Indonesia terhadap partai politik, melihat adanya kasus-kasus yang ada di internal atau eksternal partai. Misal perpecahan antar partai dan juga masalah korupsi dan sebagainya.

ILUSTRASI : RETNO ANDRIANI| SUARA USU


4 laporan utama

Panggung untuk Rektor Runtung SUARA USU, EDISI 106, APRIL 2016

Mejuah-juah, Rektor Baru USU Koordinator Liputan: Dewi Annisa Putri Reporter: Santi Herlina, Deli Listiani, Muhammad Renu Fatahillah, dan Dewi Annisa Putri

SUMPAH JABATAN |

Ketua MWA Prof Todung Mulya Lubis melantik Prof Runtung Sitepu sebagai rektor USU periode 2016-2021 di Auditorium USU, Kamis (28/1). Setelah pelantikan ini maka Prof Runtung dapat memulai tugasnya sebagai rektor. DEWI ANNISA PUTRI | SUARA USU

Dewi Annisa Putri

Ia telah dibesarkan oleh USU. Kini, saatnya ia yang akan membesarkan almamaternya. Ialah Prof Runtung Sitepu, Rektor USU Periode 2016-2021.

S

udah lama Prof Runtung mempersiapkan dirinya menjadi rektor. “Sudah bertahuntahun lalu,” buka Farida Runtung Sitepu, Istri Prof Runtung saat ditanya ihwal niat suaminya yang ingin menjadi rektor. Hari itu, 28 Desember merupakan hari pertama pembukaan pendaftaran bakal calon rektor. Prof Runtung—masih menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum—sengaja menyambangi ruang MWA di lantai III Biro Rektor USU. Tujuannya satu, guna

menuntaskan niatnya untuk menjadi Rektor USU. Prof Runtung pun menjadi orang pertama yang mengambil formulir pendaftaran bakal calon rektor. Mundur sedikit, kekosongan jabatan Rektor USU ini telah mencapai puncak. Hal tersebut mendorong Majelis Wali Amanat (MWA) untuk segera membentuk Panitia Penjaringan dan Penyaringan Calon Rektor (P3CR). Jadilah proses penyeleksian terhadap pejabat eksekutif USU ini dimulai. Sebelumnya, jabatan ini sementara dipegang oleh Pejabat Rektor Prof Subhilhar. Kembali ke MWA, pendaftaran bakal calon rektor ini memakan waktu sebelas hari dan berhasil menjaring sembilan nama. Selain berkas Prof Runtung, ada berkas Pejabat Rektor Prof Subhilhar, Wakil Rektor I Prof Zulkifli

Nasution, Wakil Dekan III Fakultas Hukum OK Saidin, Guru Besar Fakultas Teknik Rosdanelli Hasibuan, Ketua Program Studi Etnomusikologi Muhammad Takari, Pimpinan Pusat Inkubator Bisnis Cikal Ritha F Dalimunthe, Staf Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara Mahrum Syahri Lubis, dan Tumpal Halomoan S Siregar dari Badan Penelitian Sei Putih. Kesembilan berkas tersebut kemudian diseleksi MWA dalam rapat pada tanggal 12 Januari. Selanjutnya konferensi pers digelar guna mengumumkan namanama yang berhasil lolos berkas. Nama Prof Runtung kemudian lulus seleksi administrasi bersama tujuh bakal calon rektor lainnya. Ada satu pendaftar yang tidak lulus yaitu Tumpal. Ketua MWA Prof Todung Mulya Lubis mengatakan

berkasnya tidak lengkap; ia tidak melampirkan surat izin dari pimpinannya. Tahapan berikutnya, pada 18 Januari adalah pemaparan visi dan misi bakal calon rektor, tahap yang krusial ini diikuti seluruh nama yang telah lolos seleksi berkas. Ribuan orang duduk di sana. Mereka berasal dari berbagai macam kalangan dan usia. Civitas akademik serta pejabat tinggi hadir di auditorium untuk menyaksikan pemaparan program kerja (progja) calon pemimpin USU. Semua memperhatikan, beberapa mencatat, mempersiapkan diri untuk memberikan pertanyaan di akhir pemaparan. Di akhir pemaparan salah seorang civitas akademik bertanya ke Prof Runtung, “Kalau civitas akademik USU yang dekat dengan bapak melakukan korupsi bagaimana?” “Tentu saja akan

kita tindak sesuai hukum,” tegas Prof Runtung. Setelah itu, kedelapan bakal calon rektor kembali disaring menjadi tiga calon rektor. Kali ini, Senat Akademik (SA) yang berperan. Dalam rapat pada 19 Januari, semua anggota SA sebanyak 94 orang memberikan suaranya. Dari hasil pemungutan suara, tiga calon rektor terpilih di antaranya Prof Runtung dengan 45 suara, Prof Zulkifli dengan 42 suara, dan Prof Subhilhar dengan 7 suara. “Tiga nama itu mendapat perolehan suara terbanyak,” ujar Prof Chairul Yoel, Ketua SA usai rapat. Tidak ada anggota yang abstain. Sedangkan lima bakal calon rektor lainnya tidak mendapat suara. Sebagai calon yang paling banyak perolehan suaranya, Runtung mengatakan akan terus melanjutkan visi dan misinya. “Membangun USU,” katanya usai diumumkan


Panggung untuk Rektor Runtung SUARA USU, EDISI 106, APRIL 2016

sebagai calon rektor. Selanjutnya tiga nama tersebut diserahkan oleh SA ke MWA untuk dilakukan pemilihan dan penetapan rektor pada 21 Januari. Pukul 11.00 WIB sampai 15.00 WIB Gedung Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Jakarta dipenuhi anggota MWA USU. Mereka sengaja hadir karena proses pemilihan Rektor USU berlangsung di sana. Ada dua puluh satu anggota MWA, tapi hanya dua puluh orang yang hadir. Satu orang tidak hadir dari wakil masyarakat Tina Tanoto karena menghadiri Konferensi Internasional Davos. Meskipun satu anggota MWA tidak hadir, pemilihan rektor tetap dilangsungkan. Hal ini dikarenakan syarat minimum MWA untuk melakukan pemilihan harus dua per tiga dari jumlah anggota. “Anggota MWA kan ada 21, maka tujuh belas orang pun sudah bisa,” sampai Sekretaris MWA Fahmi Natigor Nasution. Dalam pemilihan ini hak suara dibagi dua, yaitu 65% untuk MWA dan 35% suara untuk Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir. Suara MWA ini dibagi berdasarkan jumlah anggota yang hadir, saat itu setiap suara anggota MWA memiliki bobot 3,42% per orang. Pemilihan ini berlangsung dengan aman dan kondusif. Sebelum melakukan pemilihan, anggota MWA dan Menteri membahas kembali progja setiap calon rektor. Sistem pemilihan dilakukan dengan pemungutan suara yang saat itu berlangsung di Jakarta. Setiap orang diberikan satu

surat suara dan berhak memilih siapa saja. Akhirnya Prof Runtung memenangkan suara terbanyak dan unggul dari Prof Zulkifli dan Prof Subhilhar. Prof Runtung memperoleh 62,38%, sementara Prof Zulkifli dan Prof Subhilhar masingmasing memperoleh 27,36% dan 10,26%. Pada 21 Januari lalu, Prof Runtung pun terpilih menduduki bangku Rektor USU yang akan menjabat untuk masa lima tahun mendatang. Kabar mengenai terpilihnya rektor anyar ini sempat menarik banyak perhatian civitas akademik terutama mahasiswa. Salah satunya Irvin Saut Tua Sihombing, Mahasiswa Fakultas Hukum 2013. Irvin mengatakan Prof Runtung Sitepu adalah sosok yang tidak akan pernah bisa tergantikan. Sosoknya yang bersahabat membuat mahasiswanya sangat menyukainya. Dia mau mendengar keluhan mahasiswa. Saat ikut lomba debat hukum nasional di Padang, Irvin juga mendapat bantuan dari Prof Runtung. “Waktu aku lomba, dia yang bantu,” katanya. Saat dia menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum, Irvin bilang Prof Runtung sering mendukung dan mendorong semua mahasiswanya agar mengikuti olimpiade dan lomba debat hukum nasional. Dia juga salah satu dosen di FH yang sering memperkenalkan mahasiswa kepada temannya. Hal itu dimaksudkan agar mahasiswanya punya banyak relasi untuk berkerja. Saat ini, Irvin sangat kehilangan sosok Prof Runtung. Apalagi selama sepuluh tahun menjabat

| Ucapan selamat oleh sivitas akademik atas terpilihnya Prof Runtung Sitepu sebagai Rektor USU Periode 2016-2021, Kamis (28/1). Hal ini bertujuan untuk memulai jalinan silaturahmi antar semua yang berkepentingan di USU. PENYAMBUTAN

VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU

laporan utama 5

PEMBACAAN|

Pemaparan visi misi calon rektor Prof Runtung Sitepu di Auditorium, Senin (18/1). Dalam pemaparannnya ia berjanji akan berusaha memperbaiki akreditasi USU. VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU

sebagai dekan, Prof Runtung berhasil membawa Fakultas Hukum mendapat akreditasi A. Walaupun hal itu bukan pencapaian satu orang saja. Tapi di sisi lain, Irvin berharap dengan terpilihnya Runtung sebagai rektor bisa membawa perubahan positif di USU. Irvin juga berharap, Prof Runtung bisa memberikan akreditasi A untuk USU. “Meskipun sekarang sudah dua bulan ia menjabat tapi belum terlihat hasil kerjanya,” kata Irvin. “Dia sosok yang ramah, senang berkomunikasi, akrab serta mudah bergaul,” nilai Prof Subhilhar melihat kepribadian Prof Runtung. Prof Subhilhar mengatakan, ia sudah kenal lama dengan Prof Runtung saat dirinya masih menjadi dosen di fakultas. Hal tersebut juga diamini Prof Zulkifli, namun ia mengatakan dirinya tidak terlalu tahu secara pribadi sosok Prof Runtung sendiri. ”Saya berteman baik, namun tak begitu tahu pribadinya,” imbuhnya. “Dengan programprogram yang sudah disiapkan oleh Prof Runtung, saya percaya USU ini akan lebih baik,” ujar Prof Subhilhar saat ditanyakan tanggapannya tentang terpilihnya Prof Runtung menjadi rektor. Pun, melihat jejak jabatannya yang telah dua periode menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum dengan capaian akreditasi paling baik, Prof Subhilhar tak meragukan apa pun. Hanya saja yang paling

penting adalah, Prof Subhilhar berharap dengan apa yang dijanjikannya untuk universitas ini harus bisa konsisten dan melakukannya dengan sebaik mungkin. Selain menjalankan progrja yang akan direncanakan, sebenarnya Prof Runtung sudah lebih mudah dengan melanjutkan programprogram USU yang belum sempat terselesaikan, sebagaimana yang tertera dalam Rencana Strategis (Renstra) USU. Senada dengan Prof Subhilhar, Prof Zulki�li pun katakan hal serupa, ia berharap agar visi-misi yang sudah disampaikan dapat dilaksanakan dengan baik. “Tinggal bagaimana cara ia menjalankannya saja,” pungkas Prof Zulki�li. Fahmi bilang Prof Runtung adalah orang terbaik dari tiga orang terbaik yang dimiliki USU. Sehingga ia percaya bahwa Prof Runtung bisa memimpin USU ke depan. Apalagi saat ini USU sedang menghadapi banyak masalah besar seperti akreditasi.

Untung Ada Runtung Syafruddin duduk di meja kerjanya. Ia mulai bercerita mengenai rektor yang telah menjadi rekan kerja sekaligus temannya selama tujuh belas tahun. “Sesuai dengan namanya, kalau kita bersama dia, pasti akan beruntung,” ujar Wakil Dekan II FH tersebut. Senyumnya mengembang. Ia teringat pernah kepenuhan tempat parkir saat pergi bersama Prof Runtung. Namun, bertepatan dengan

kedatangan mereka, mobil lain keluar dan akhirnya mereka memarkirkan mobil di sana. Cerita lainnya hampir serupa. Bertepatan dengan kedatangan mereka di stasiun kereta api, kereta tersebut langsung tiba. Syafruddin juga ingat, jika mereka pergi ke luar kota, pasti ada saja yang datang untuk menjemput. “Dia sangat pandai bergaul, temannya banyak,” kata Syafruddin. F a r i d a membenarkan kalau Prof Runtung adalah orang yang humoris. “Meskipun banyak pikiran karena kerjaan, kalau di rumah selalu bercanda sama anak dan cucu,” ujarnya. Selain itu, Farida mengatakan, Prof Runtung memang sosok yang sederhana dan mau menerima siapa saja. Namun, tambah Farida, sejak menjadi rektor kesibukan Prof Runtung saat ini berlipat ganda. Kesibukan Prof Runtung agaknya terbukti. Ajudannya yang biasa dipanggil Arif bilang rektor sangat sibuk dengan tamunya. “Audiensi mahasiswa saja juga enggak jadi tadi, padahal sudah ditulis di jadwal,” terang Arif setiap SUARA USU ingin menemui Prof Runtung untuk wawancara. Farida menjelaskan, kesibukan suaminya karena sedang fokus membangun USU. “Karena dia tuh mau jadi rektor bukan karena gila jabatan, tapi mau menyumbangkan pemikiran terbaiknya,” tutup Farida dengan senyum.


6 laporan utama

Panggung untuk Rektor Runtung SUARA USU, EDISI 106, APRIL 2016

Langkah Nyata Lewat Lima Wakil Rektor Koordinator Liputan: Vanisof Kristin Manalu Reporter: Amelia Ramadhani, Elda Elfiyanti, Retno Andriani dan Vanisof Kristin Manalu

Vanisof Kristin Manalu akademik. Tak ketinggalan wakil rektor terdahulu yang turut hadir. Bagai pisau, tergantung Lima wakil rektor yang bagaimana sang tuan mengasah terpilih adalah Rosmayati sehingga mampu membelah sebagai WR I, Muhammad kayu yang keras. Begitu pula Fidel Ganis Siregar .sebagai II, Mahyuddin K.M rezim baru ini. Semua masih WR Nasution sebagai WR III, awal, harapan masih tinggi. Prof Bustami Syam sebagai WR IV, dan Luhut Sihombing sebagai WR V. uasana di ruangan itu Saat pembacaan Surat terasa sesak. Ratusan Keputusan Pelantikan orang berdesak- WR ada beberapa tugas desakan memasuki pokok dan fungsi (tupoksi) pintu utama. “Maaf berbeda dari yang dek, dilarang masuk kalau tak sebelumnya. WR I yang menggunakan kemeja,” ujar biasanya menangani bidang seorang staf yang menjaga akademik akan menangani pintu masuk. Kecewa, Biro Kemahasiswaan mahasiswa itu pasrah dan dan Kealumnian (BKK). beranjak ke luar ruangan. Padahal sebelumnya Suara tepuk tangan riuh BKK dibawahi oleh WR memenuhi ruangan. Acara III. Hal ini dikarenakan akan dimulai. Pagi itu, 14 masalah akademik dan Maret, tepat pukul 10.00 kemahasiswaan memiliki WIB acara pelantikan wakil satu tupoksi yang tak bisa rektor (WR) dilaksanakan di dipisah. Gelanggang Mahasiswa. Acara ini dihadiri oleh seluruh civitas

S

WR III akan membawahi bidang penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan kerja sama. Tupoksi ini semula ditangani oleh direktur penelitian, pengembangan masyarakat, dan pengabdian. Sedangkan WR IV akan membawahi bidang informasi, perencanaan, dan pengembangan. Sebelumnya, bagian ini hanya dibawahi oleh seorang direktur. Sementara WR II dan WR V masih memiliki tupoksi yang sama. Selain itu, masing-masing wakil rektor akan membawahi tujuh biro. “Tantangan pasti ada untuk menjalani perubahan tupoksi,” ujar Mahyuddin mengawali perbincangan.

Pergantian tupoksi ini merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Statuta

| Waki Rektor V Luhut Sihombing menandatangani surat pengalihan tugas Wakil Rektor V USU Periode 2016-2021 di Gelanggang Mahasiswa USU. Selasa (15/3). Penandatangaan ini diikuti oleh wakil rektor terdahulu dan yang baru terpilih. TANDA TANGAN

VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU

|Wakil Rektor USU Periode 20162021 berfoto bersama dengan keluarga, Selasa (15/3). Penentuan Sekeretaris Wakil Rektor dilakukan dihari yang sama.

BERPASANGAN

USU. Selain itu juga menyesuaikan dengan struktur ideal yang dipakai oleh universitasuniversitas berstatus perguruan tinggi negeri badan hukum (PTN-BH) lainnya. Pergantian tupoksi ini juga berdasar pada Peraturan MWA Nomor 12 tahun 2015 tentang persyaratan khusus, pencalonan, pemilihan, dan pengangkatan rektor dan wakil rektor serta jumlah dan kewenangan rektor. Untuk menangani tupoksi yang diubah membuat Mahyuddin menggencarkan target penelitian sebanyakbanyaknya tahun ini dengan tujuan untuk meningkatkan akreditasi. Adapun upaya yang akan dilakukan adalah dengan membuat pelatihan menulis dan membentuk tim konsultasi. Fungsinya untuk melatih kemampuan para dosen agar bisa menulis dan membuat riset dengan baik. Sebab hanya sedikit dosen yang mampu menulis karya ilmiah. “Dari ribuan jumlah dosen, hanya sekitar seratus dosen yang terdaftar meneliti,” ia berujar dengan nada kesal. Pendanaan merupakan satu masalah yang sangat

besar untuk penelitian ini. Dana penelitian yang disiapkan cukup banyak mulai dari belasan juta bahkan sampai mencapai satu miliiar, tergantung penelitiannya. Misal, penelitian ke luar daerah yang umumnya memakan banyak biaya. Tak tanggung, pihak rektorat berniat membentuk tim khusus untuk konsultasi ini. Konsultasi digalakkan sebab banyak dosen tak tahu bagaimana cara meneliti. “Kalau untuk saat ini masih belum terbentuk karena proses pembentukan tim konsultasi tak singkat. Butuh proses,“ tambahnya. Mahyuddin juga menargetkan buat publikasi ilmiah, membuat lima ratus artikel yang di dalamnya sudah termasuk jurnal dan karya ilmiah dalam waktu dekat ini. “Tidak bisa mainmain, sudah ada aturan dari dikti,” sebutnya. Lain penelitian, lain lagi masalah akreditasi. Rencana tahap awal yang akan dilakukan adalah dengan melakukan sosialisasi. Dimulai pada semester ini. Apabila tak menuai hasil yang diharapkan maka akan sedikit dipaksa. Permasalahan akreditasi ini sangat genting, sebab berkaitan dengan status PTN-BH USU yang bakal dicabut kalau tak kunjung mendapat aktreditasi A.Saat ini USU masih berakreditasi


Panggung untuk Rektor Runtung SUARA USU, EDISI 106, APRIL 2016

VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU

B.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun lalu menyurati USU, isinya adalah peringatan untuk meningkatkan akreditasi di tiap program studi menjadi A. USU diberi waktu hingga 2017. Jika tidak USU harus kehilangan status PTN-BH. Menanggapi masalah ini WR I menjawab enteng. “Saya rasa menteri tak sejahat itu,” harapnya ketika ditemui. Untuk itu rektorat telah menyiapkan satu tim khusus yang nantinya akan melakukan pendampingan dan pembimbingan kepada program studi yang sedang melakukan masa reakreditasi. Fungsinya untuk mendampingi program studi (prodi) selama masa pengisian. Selain itu juga berfungsi untuk mengevaluasi sebelum tim assesor dari pusat datang untuk meninjau kelayakan prodi. Tak hanya membentuk tim khusus, USU juga telah menyiapkan dana satu miliiar rupiah untuk setiap prodi yang akan melakukan reakreditasi. Jumlah ini meningkat drastis jika dibandingkan dengan periode rektor sebelumnya. Tahun lalu, hanya disediakan empat puluh juta saja. Rosmayati bilang kegunaannya sama, untuk biaya operasional, konsumsi, biaya memperbanyak

dokumen reakreditasi dan lain sebagainya. Tak ada syarat khusus bagi setiap prodi untuk mendapatkan dana ini. Tak hanya prodi yang mengantongi nilan B gendut saja tapi juga prodi yang belum terakreditasi sekali pun akan kebagian. Hanya saja, prodi harus menjaminkan target akreditasi A harus terpenuhi. Pencairan dana dimulai dari mengumpulkan daftar kebutuhan prodi kepada rektorat. Setelahnya rektorat akan menanggapinya. Misalnya prodi Biologi membutuhkan dana untuk memperbaiki laboratorium, maka pihak rektorat langsung menyediakan petugas dengan menggunakan dana satu miliiar tadi. Saat ini, baru 12% prodi yang berakreditasi A. Butuh 68% lagi untuk mencapai syarat minimum untuk menjadi universitas yang terakreditasi A di Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BANPT). Prof Rosmayati yakin menteri akan memberi waktu lagi jika USU menunjukkan perkembangan yang baik. Jika USU mampu mencapai angka 50% saja akreditasi A di setiap prodi, ia yakin menteri akan mempertimbangkan

kembali pencabutan PTNBH USU. Wakil Rektor V Luhut Sihombing sendiri mempunyai keinginan untuk mengamankan dan menertibkan kawasan USU. Ia punya banyak pengalaman tentang keamanan di USU. Itulah sebabnya tahun ini ia fokuskan untuk menertibkan kembali keamanan di USU. Saat ini saja ia sudah menurunkan surat kepada Satuan Pengamanan (Satpam) USU untuk menutup seluruh pintu masuk USU—kecuali pintu 1—mulai pukul 22.00 WIB tertanggal 1 April. Selain itu, ia juga sudah menertibkan pedagang kaki lima (PKL) yang sering memasuki kawasan USU. Selain untuk keamanan, hal ini dilakukan untuk kebersihan dan ketertiban di USU. “Rencana akan kita pagar saja trotoar di Dr Mansyur itu biar enggak ada pkl,” tegasnya. Masalah keamanan di USU cukup genting akhirakhir ini. Banyaknya kasus pencurian sepeda motor milik mahasiswa cukup memperihatinkan. “Malu kita sebenarnya,” ujar Luhut. Luhut juga menyoroti mahasiswa yang memblokir jalan di kawasan kampus saat menggelar konser. Mahasiswa bernyanyi tak jelas sementara jalan ditutup dengan sepeda motor yang dibariskan. “Kita kan punya pendopo yang bisa dimanfaatkan,” ujarnya. Mengenai izin pemakaian, Luhut bilang bisa langsung mengirimkan surat ke rektorat. Mahasiswa tak perlu mengeluarkan biaya Sementara itu, WR II harus memulai tugasnya menyelesaikan permasalahan remunerasi dosen.” Saya enggak bilang ini utang orang,” tukasnya. Remunerasi diartikan sebagai sistem penggajian yang dikaitkan dengan sistem penilaian kinerja dan bertujuan untuk memotivasi sekaligus memacu prestasi sumber daya manusia. Fidel bilang permasalahan remunerasi dosen ini akan diselesaikan lebih dahulu sebelum melanjutkan rencana berikutnya. “Supaya tidak ada utang kami untuk remunerasi ini,” katanya kemudian. SK untuk pembayaran remunerasi sudah dikeluarkan olehnya sebagai WR II. Dari 15 fakultas hanya 6 fakultas yang membuat laporan tentang remunerasi. Untuk kelanjutannya ia akan

laporan utama 7 menyurati keenam fakultas untuk segera menghitung formula. Rektor USU Prof Runtung Sitepu mengomentari ihwal perubahan tupoksi WR. Ia bilang ini bukan masalah. Menurutnya yang paling penting adalah kerja sama WR seusai dilantik. Mira Mentari Lubis, Ketua Umum Kompas USU menganggap perubahan tupoksi semakin memperumit mahasiswa, seperti saat pengajuan dana audiensi. Menurutnya ini membuat mahasiswa susah dan harus menunggu lebih lama. “Pecah fokus,” tuturnya. Beda halnya dengan Muhammad A�if Hendrawan, anggota Dinas Sosial Pema

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Menurutnya perubahan tupoksi WR, merupakan suatu hal yang positif. A�if menyimpan harapan besar pada rezim baru ini, terutama untuk akreditasi. Ia harap agar USU tidak kehilangan status PTN-BH-nya, karena akan sangat merugikan bagi universitas. Terlbih banya u n ive r s i t a s - u n ive r s i t a s lain yang sebenarnya ingin memperoleh status badan hukum. A�if percaya kalau pemberian status PTNBH kepada USU bukanlah hal main-main. Bahkan menurutnya USU sudah lama dikenal nasional sebagai salah satu universitas bergengsi. “Saya berharap, USU tetap mempertahankan itu,” ujarnya.

Tugas Pokok dan Fungsi Wakil Rektor

S

esuai Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2014 tentang Statuta USU. Perubahan adalah hasil rapat MWA sejak lima tahun silam dan dimasukan dalam peraturan MWA Nomor 12 Tahun 2015 tentang Persyaratan Khusus, Pencalonan, Pemilihan, dan Pengangkatan Rektor dan Wakil Rektor serta Jumlah dan Kewenangan Wakil Rektor. Wakil Rektor (WR) I, III, dan IV mengalami perubahan tugas pokok dan fungsi (tupoksi). Sementara itu, WR II dan V tidak berubah.

WAKIL REKTOR I

Prof Rosmayati menangani bidang akademik, kemahasiswaan dan alumni. Sebelum berganti tupoksi, WR I hanya mengurusi bidang akademik.

WAKIL REKTOR II

Muhammad Fidel Ganis Siregar bidang menangani keuangan dan sumber daya manusia.

WAKIL REKTOR III Mahyuddin K M Nasution menangani bidang penelitian, pengabdian masyarakat dan kerja sama. Dulunya WR III hanya menangani bidang kemahasiswaan, Sementara bidang penelitian, pengembangan masyarakat, pengabdian ditanggungjawabi seorang direktur.

WAKIL REKTOR IV

Bustami Syam membawahi bidang informasi, perencanaan, dan pengembangan. Semula bagian ini juga dibawahi oleh direktur.

WAKIL REKTOR V

Luhut Sihombing membawahi bidang pengelolaan aset dan usaha.


8 opini

SUARA USU, EDISI 106, APRIL 2016

Pemira dan Politik Kampus

B

eberapa hari lagi mahasiswa USU akan melaksanakan pemilihan umum raya (pemira). Pemira kali ini tampaknya akan menyita perhatian publik, pasalnya ini adalah proses politik yang akan melahirkan seorang Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa USU satu tahun ke depan. Berdasarkan keterangan Komisi Pemilihan Umum USU, pemira akan diselenggarakan 4 Mei 2016. Sangat telat, kira-kira hampir satu tahun. Seharusnya sejak Juli tahun lalu pemira sudah bisa dilaksanakan. Meski begitu, Penulis yakin antusiasme mahasiswa dalam menyongsong pemira kali ini cukup tinggi. Terlalu pragmatis jika kita melihat pemira kali ini hanya sebagai ‘tujuan kursi politik’ tanpa mengevaluasi perjalanan Pemerintahan Mahasiswa (Pema) USU periode lalu. Seperti kita ketahui, pema mengemban amanah mahasiswa untuk mengurusi persoalan mahasiswa di USU. Tentunya bukan untuk ‘gagah-gagahan’ saja. Empat ribu lebih mahasiswa memilih pasangan Brilian-Rahim, sudahkah mereka mengabdi kepada kepentingan mahasiswa? Pema adalah organisasi intra- kampus yang fungsi utamanya untuk mengadvokasi mahasiswa seputar persoalan akademik maupun non- akademik. Jadi, selayaknya pema memaknai perannya dengan mengabdi kepada mahasiswa, jangan sebatas ajang eksistensi saja. Saya pikir kita semua sepakat bahwa Pema kita telah kehilangan taringnya. Mereka seperti lupa akan sejarah progresif Pema USU di masa lalu. Terlepas dari siapapun yang memimpin Pema USU, namun sedikit

Rafyq Alkandy Ahmad Panjaitan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2012 banyak kerjaan ‘elit mahasiswa’ tersebut tak ubahnya seperti event organizer semata. Tidak ada satu tindakan konkret yang berorientasi pada kepentingan mahasiswa secara keseluruhan. Pada era Brilian-Rahim ini misalnya, setahun mereka memimpin USU yang paling mencolok bukan prestasi, namun sebuah tindakan yang sama sekali tidak mencerminkan seorang intelektual. Kita belum lupa kerusuhan yang terjadi di Biro Rektor USU Mei 2015 yang mengakibatkan rusaknya kaca Biro Rektor dan terlukanya wartawan serta mahasiswa. Kita

ILUSTRASI: RETNO ANDRIANI | SUARA USU

mengamanahkan presiden mahasiswa (presma) untuk

SURAT DAN PENDAPAT Jalan Universitas No 32B, Kampus USU, Padang Bulan, Medan, Sumatera Utara suarausutabloid@ymail.com suarausuonline@ymail.com Pers Mahasiswa SUARA USU

memimpin dalam bingkai keilmiahan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Walaupun penyebab kerusuhan bisa multiinterpretatif. Namun secara eksplisit ini tetap tanggung jawab Sang Pemimpin, bukan siapa-siapa. Memimpin adalah menderita sebagaimana KH Agus Salim bilang. Segala tindak tanduk pema di bawah tanggung jawab presma, jadi jelas tanpa ada alibi pembelaan. Dari segi advokasi persoalan mahasiswa juga sangat minim, padahal ada sederet persoalanpersoalan mahasiswa yang harus diperjuangkan seperti uang kuliah dan fasilitas kampus. Di rumah

@suarausu

081269813545 @SUARAUSU

Redaksi menerima tulisan berupa Opini, Puisi, dan Cerpen. Untuk Opini dan Cerpen, karakter tulisan 4000-7000 karakter. Tulisan harus disertai foto dan identitas penulis berupa fotokopi KTM atau KTP. Tulisan yang telah masuk menjadi milik redaksi dan apabila dimuat akan mendapat imbalan.

sendiri saja tidak berdaulat, maka sepertinya terlalu muluk jika mengharapkan pema untuk menuai prestasi di luar kampus. Pendek kata, biaya dan energi yang digunakan untuk pemira di era Brilian-Rahim terbilang sia-sia dengan tidak adanya manfaat nyata bagi mahasiswa USU. Kelas mahasiswa seharusnya menjadi kelas sosial yang sangat rasional. Jika masih didominasi politik mobilisasi, maka label ‘intelektual’ sudah pantas dicabut dari pundak mahasiswa USU. Pemimpin diamanahkan karena ide dan gagasannya bukan karena faktor-faktor subjektif. Dan yang terpenting pemira kali ini harus mampu membangun budaya politik yang berlandaskan ‘pertarungan ide’.

DOKUMENTASI PRIBADI

Pemira yang jujur adil adalah skema ideal dalam politik kampus hari ini. Namun, lebih jauh kita harus mengampanyekan pemira yang lebih menekankan aspek partisipasi. Seluruh mahasiswa harus ‘melek politik’, ironis ketika mahasiswa lebih memilih golongan putih dari pada menyalurkan suaranya. Dari kampus depan hingga kampus belakang harus menyambut pelajaran politik tersebut dengan proaktif. Jadi, siapa yang terpilih kelak merupakan milik seluruh mahasiswa bukan milik sekelompok orang, agar di kemudian hari layak untuk kita tagih janjinya. Lebih spesi�ik, politik orang pintar janganlah menghasilkan individu-individu yang tidak kapabel soal keorganisasian. Kuali�ikasi calon harus dibuat sedemikian ketat. Fit and proper test harus dilakukan dengan serius, karena ini akan menyangkut nama baik seluruh mahasiswa USU. Miris ketika seorang pemimpin yang berargumentasi di ruang publik malah menunjukkan kekurangannya. Debat ilmiah harus dibuat secara berkala, jangan hanya seremonial saja. Ini lingkungan akademis, Bro. Bukan untuk menghasilkan penjahat-penjahat berbungkus kepedulian rakyat. Pemira kali ini harus menjadi momen untuk menguji kapasitas mahasiswa dalam berpolitik praktis, politik yang argumentatif, dan menawarkan solusi permasalahan. Hegemoni persepsi publik harus masif dilakukan dalam lingkaran perspektif mahasiswa. Jadi politik di panggung pemira harus dilakonkan sesuai dengan dunia mahasiswa. Selamat ber-pemira ria kawankawan mahasiswa!


SUARA USU, EDISI 106, APRIL 2016

dialog 9

Orangutan di Ujung Kepunahan DOKUMENTASI PRIBADI

Biodata: Nama: Panut Hadisiswoyo

S

ejak tahun 1900-an jumlah populasi orangutan semakin terancam. Data terakhir menunjukkan ada sekitar 80.000 satwa orangutan pada tahun 1900. Dalam jangka waktu lima tahun berikutnya, jumlahnya menurun drastis menjadi sekitar 12.500 ekor. Hal ini mengakibatkan orangutan masuk dalam daftar merah spesies terancam punah yang dikeluarkan oleh World Conservation Union (WCU). Sejak itulah beberapa yayasan mulai melakukan konservasi untuk perlindungan satwa ini. Salah satunya Orangutan Information Center (OIC). Lantas apa yang dilakukan OIC untuk menyelamatkan populasi yang hampir punah ini? Simak wawancara reporter SUARA USU Deli Listiani dengan Kepala Yayasan OIC Panut Hadiswoyo.

Tempat dan Tanggal Lahir: Medan, 10 Juli 1974

Pekerjaan: Direktur Orangutan Information Center (OIC) Pendidikan: S-1 Sastra Inggris Universitas Sumatera Utara S-2 Universitas Oxford

Prestasi yang pernah diraih: WWF Russell E. Train Education for Nature Award (2014)

UN GRASP’s Ian Redmond Conservation Award-Ashoka Fellowship by Asoka Foundation (2013)

UNESCO Indonesia Conservation Grant USFWS Great Ape Conservation Fund Mohamed bin Zayed Species Conservation Fund People’s Trutt for Endangered Species Foundation Fauna and Flora Internasional Flagship Species Fund USAID TFCA Sumatera (2012)

Nominated Finalistfor Forest Hero Award (2011) Ocean Park Conservation Foundation (2011)

Great Ape Conservation Fund (2010) National Geographic Society (2009)

Conservation Education Award (2009)

Apa tujuan program konservasi Apa akibatnya jika spesies ini puyang dilakukan OIC? nah? Tentunya untuk melestarikan orangutan. OIC melakukan program ini pertama kali tahun 2001. Saat itu orangutan masuk dalam populasi satwa yang harus dilindungi, mengingat jumlah populasinya hampir punah. Awalnya hanya kegiatan sederhana seperti mengajak masyarakat untuk lebih mencintai alam, namun akhirnya mengarah pada perlindungan orangutan.

Spesies apa saja yang masuk dalam daftar konservasi? Ada dua jenis spesies orangutan yaitu Pongo abelii (orangutan Sumatera) dan Pongo pygmaeus (orangutan Kalimantan). Dua spesies ini masuk dalam daftar hewan yang hampir punah. Namun, spesies yang paling terancam saat ini adalah Pongo abelii. Sekarang jumlahnya hanya 15.000, sedangkan Pongo Pygmaeus sekitar 50.000 di seluruh Indonesia. Apa yang menyebabkan spesies ini hampir punah? Penyebabnya manusia. Penggundulan massal terhadap hutan hujan tropis yang merupakan habitat orangutan menjadi penyebab utama punahnya. Sehingga orangutan tidak punya lagi tempat berlangsung hidup.

wat pertanian yang ramah lingkungan tanpa merusak alam. Kelima, melindungi orangutan Jika populasi orangutan pu- dari ancaman perdagangan nah, akan terjadi kesenjangan ilegal. Tujuan akhirnya adalah ekosistem alam. Orangutan meru- memastikan hutan tetap terpakan spesies mamalia terbesar jaga keberadaannya agar habiyang hidup di atas pohon. Mereka tat hewan bisa terlindungi. berperan sebagai pemencar biji tumbuhan yang sangat efektif. Kalau mereka punah, pertumbuhan Bagaimana cara masyarakat hutan menjadi tidak stabil. Selain berpartisipasi untuk menjaga itu, spesies ini merupakan ke- populasi orangutan? banggaan bangsa Indonesia yang Pertama kali adalah mengsangat bernilai. ubah pola pikir masyarakat tentang pentingnya menjaga Apa saja program yang dijalan- kelestarian alam. Selain itu, OIC kan konservasi ini untuk me- menerima relawan yang mau bergabung dalam konservasi nyelamatkan orangutan? orangutan ini. Tak ada syarat Ada lima program yang di- khusus. Ada empat bidang yang lakukan OIC untuk menyelamat- bisa diikuti yaitu teknologi inkan populasi orangutan. Pertama, formasi, sosial media, grafik restorasi habitat yaitu mengambil desain, dan fotografi. Relawan kembali hutan yang telah diambil bisa memilih sesuai minat. masyarakat. Kedua, navigasi konflik yaitu memberikan wejangan pada masyarakat bahwa mereka Bagaimana OIC mendanai konharus hidup berdampingan bersaservasi ini? ma orangutan. Ketiga, patroli huSebagian besar dari donasi. tan masyarakat yaitu memberikan sanksi kepada masyarakat yang Donasi kebanyakan didapat merusak hutan, melakukan per- dari luar negeri. Bisa didapatburuan, dan menakuti orangutan. kan ketika OIC mengikuti Keempat, yaitu penguatan suatu lomba tertentu atau bisa ekonomi masyarakat bertujuan didapatkan dari mengajukan memberikan pengetahuan pada proposal kepada lembaga-lemmasyarakat bagaimana cara me- baga yang ada di luar atau di ningkatkan ekonomi, caranya le- dalam negeri.

IKLAN


10 ragam

SUARA USU, EDISI 106, APRIL 2016

Kuliah Kerja Nyata ‘Ala’ USU Deli Listiani

Tahun ini KKN-PPM masih jadi mata kuliah pilihan, meski tahun sebelumnya ada wacana jadi mata kuliah wajib. Ada janji asuransi dan jaminan keselamatan untuk partisipan. Mahasiswa tak perlu pikir biaya.

S

elasa,16 Februari lalu, tepat pukul 07.30 WIB Gedung Gelanggang Mahasiswa USU terlihat ramai. Di sudut kanan pintu masuk ribuan mahasiswa mengantre. Beberapa mahasiswa saling dorong untuk masuk ke dalam gedung. Hari itu adalah sosialisasi Kuliah Kerja Nyata–Pembelajaran Pengabdian Masyarakat (KKN-PPM). Dalam sosialisasi, USU berjanji akan menjamin mahasiswa yang mengikuti KKN-PPM, tidak dipungut biaya. Pakaian dan keperluan mahasiswa juga akan difasilitasi USU. Bahkan mahasiswa akan mendapatkan jaminan asuransi kecelakaan. Dana USU dapat dari proposal yang diajukan mahasiswa pada lembaga yang ada di kota Medan. Wakil Sekretaris KKN-PPM Budi Utomo mengungkapkan kalau asuransi yang dimaksud meliputi perawatan rumah sakit, cacat permanen, dan meninggal saat menjalankan kegiatan. Asuransi sebagai bukti langkah nyata USU tidak akan lepas tanggung jawab pada keselamatan mahasiswa. Pun, proses pengadaan asuransi mudah dan cepat. Cukup menyerahkan nama dan surat keterangan dari

instansi bahwa mengalami kecelakaan. Namun, untuk biaya akomodasi, pemondokan selama kegiatan dan biaya transportasi yang tidak diorganisir oleh USU ditanggung oleh peserta sendiri. Ada empat jenis KKN yang bisa diikuti yaitu KKN Reguler, KKN Kepulauan, dan KKN Kebangsaan. Empat KKN ini hampir sama saja. Perbedaanya hanya daerah, lokasi, tema dan masalah yang nanti akan dihadapi. Mahasiswa bisa mendaftar di fakultas atau langsung ke kantor KKN. Saat proses pendaftaran mahasiswa bebas memilih KKN yang akan diikuti tapi yang menentukan panitia. Penentuan ini melihat kesehatan mahasiswa, kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah, dan berpikir kritis. Mahasiswa bisa membatalkan KKN jika mengalami kecelakaan, sakit berat, atau ada urusan yang mendesak lainnya. Tahun ini, USU mengirimkan 153 mahasiswanya dari sebelas fakultas yang dipecah dalam tiga program. Pertama, program KKN regular akan ada 99 orang yang dikirim ke Kabupaten Karo selama enam minggu. Kedua, program KKN pulau terluar mengirim 39 orang pergi ke pulau Simeulue. Ketiga, program KKN Kebangsaan, lima belas orang dikirim ke Riau selama sebulan. Syarat mengikuti KKN yaitu mahasiswa strata satu yang sudah lulus seratus

SOSIALISASI | Perwakilan mahasiswa berbagi pengalaman ketika selesai

mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN), Selasa (16/2) di Gelanggang Mahasiswa. Saat ini KKN di USU merupakan mata kuliah pilihan.

VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU

sistem kredit semester. Selain itu, utamanya KKN- PPM merupakan mata kuliah pilihan. Hal ini karena USU masih baru memulai dan sedang masa peralihan rektor baru. Namun, akan mengarah ke mata kuliah wajib. “Sabarlah, jangan buru-buru,” tutur Budi. Eman Kusdiyana, Ketua Program Studi Sastra Jepang berpikiran berbeda. Menurutnya itu bukan alasan untuk tidak mewajibkan KKN. Tahun ini, KKN bahkan sudah jadi mata kuliah wajib di jurusannya. Menurutnya program ini membantu mahasiswa bersosialisasi di lingkungan masyarakat sehingga mahasiswa tidak hanya tahu teori. “Biar tau dunia luar mereka,” ungkapnya. Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya angkatan 2014 mendukung program

Jalan di Tempat

ini agar menjadi mata kuliah wajib. Ia percaya KKN-PPM akan membentuk dirinya menjadi mahasiswa intelektual dan langsung terjun kelapangan. “biar enggak tau buku aja”, ujarnya Namun Rapika Pohan, Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat 2013 beranggapan berbeda. Menurutnya KKN memang program yang bagus, tetapi tidak periu diwajibkan karena kebutuhan mahasiswa di tiap fakultas berbeda. “Di FKM tidak perlu, karena ada PBL (praktik belajar lapangan— red),” ujarnya. Menaggapi hal ini, Budi bilang KKN-PPM pasti akan jadi mata kuliah wajib. Namun akan dilakukan secara bertahap jadi mahasiswa tidak perlu khawatir. “pasti wajib, tapi sabar” tutupnya.

Kabar Publikasi Laporan Keuangan Retno Andriani

Perjalanan laporan keuangan 2015 USU tampak mulus-mulus saja. Lantas, bagaimana kabar publikasinya? BEBERAPA minggu lalu tepatnya 15 Maret 2016 Muhammad Fidel Ganis Siregar resmi dilantik menjadi Wakil Rektor (WR) II. Maka otomatis tanggung jawab masalah keuangan USU pun jatuh ke tangannya. Baru saja delapan hari menjabat sebagai WR II, Fidel langsung dihadapkan dengan laporan keuangan USU 2015. Ia tahu laporan keuangan ini sedang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP). Hasil opini yang ditunggu akan segera muncul pada bulan ini. Fidel yakin opini yang keluar akan sama dengan tahun lalu yaitu wajar tanpa pengecualian (WTP). Namun, perkara publikasi, Fidel masih ragu. Sebagai wakil yang dipilih langsung oleh rektor, Fidel akan mendukung visi misi Prof Runtung yaitu memastikan akuntabilitas dan

transparansi dana di USU. Fidel berjanji akan mempublikasikan laporan keuangan. Bukan laporan keuangan 2015, melainkan laporan keuangan yang dari awal di bawah pengawasannya—Laporan keuangan USU 2016. “Kalau untuk laporan keuangan 2015 kan pertanggungjawabannya pada orang yang berbeda. Mungkin nanti akan kami (rektorat—red) bicarakan kembali,” ujarnya. Sementara Wakil Rektor II Periode 2010-2015 Prof Armansyah Ginting enggan memberi tanggapan mengenai publikasi laporan keuangan ini. Ia merasa tidak memiliki wewenang lagi sejak tidak menjabat sebagai Wakil Rektor II. Mengenai sistem publikasi, Fidel belum dapat memastikan. Fidel masih membutuhkan pembicaraan lebih lanjut dengan Prof Runtung. Jika hasil pembicaraan nanti menghasilkan pernyataan bahwa laporan keuangan merupakan konsumsi publik, laporan keuangan akan dipublikasikan di website usu. ac.id dan media. Tetapi jika bukan

konsumsi publik dan hanya menjadi konsumsi rumah tangga USU, maka hanya civitas akademik saja yang dapat mengakses laporan keuangan tersebut. “Mana mungkin anak kami (mahasiswa—red) tidak diizinkan lihat laporan keuangan rumahnya sendiri. Pasti kami kasih,” ujarnya sambil tersenyum. Sementara itu, laporan keuangan 2015 sudah selesai disusun dan dikirim ke KAP sejak akhir tahun lalu. Tidak ada kendala apa pun dalam proses pengerjaan di audit internal. Namun, saat ini KAP masih membutuhkan surat pernyataan dari rektor bahwa laporan keuangan tersebut milik USU, barulah kemudian KAP dapat menerbitkan opini. “Kita lupa kalau harus ada surat pernyataan itu,” ujar Kepala Audit Nurzaimah menanggapi ketika KAP meminta surat tersebut. Surat ini akan dicantumkan dalam laporan keuangan tersebut. Sesuai dengan peraturan tentang statuta USU, laporan keuangan 2015 juga akan memengaruhi status Perguruan Tinggi Negeri-Badan

Hukujm (PTN-BH) USU pada 2017 nanti. Salah satu syaratnya dengan mendapat predikat WTP selama dua tahun berturut-turut. Melihat kondisi laporan keuangan 2015, Nurzaimah optimis USU akan mendapatkan opini WTP juga. “Sudah tiga tahun WTP, kemungkinan ini tahun keempat kita WTP,” pungkas Nurzaimah. Format laporan keuangan 2015 pun ternyata berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2015 tanah USU tidak termasuk ke dalam neraca laporan keuangan. Hal ini sesuai dengan peraturan tentang pengelolaan laporan keuangan untuk perguruan tinggi berstatus PTN-BH. Tanah termasuk milik pemerintah sehingga tidak perlu dicantumkan dalam laporan keuangan. Sementara jika perguruan tinggi berstatus BHMN, tanah masih dicantumkan dalam laporan keuangan. Meskipun tiga tahun berturutturut mendapatkan opini tertinggi, publikasi laporan keuangan 2015 tetap masih belum bisa dipastikan.


SUARA USU, EDISI 106, APRIL 2016

ragam 11

Menuju Pemira USU 2016

|Spanduk berisikan tahapan penyelenggaraan pemilihan umum Universitas Sumatera Utara di depan Gedung Pemerintahan Mahasiswa (pema), Senin (11/4).Hal ini merupakan bentuk sosialisasi KPU pada mahasiswa. JADWAL

VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU

Nurmazaya Hardika Putri

Audiensi dengan Kepala Badan Kemahasiswaan dan Kealumnian (BKK) telah terlaksana. Pemilihan Umum Raya (Pemira) tak lagi jadi wacana. Pesta demokrasi USU tinggal hitung hari. HUBUNGAN Masyarakat (Humas) Komisi Pemilihan Umum KPU) Imam Ardhy didampingi oleh dua rekannya Khirzun Nufus dan Hari Wibowo terlihat baru saja keluar dari ruangan Kepala Biro Kemahasiswaan dan Kealumnian (BKK), Kamis (24/3). Untuk pertama kalinya KPU melakukan audiensi seputar pelaksanaan pemira dengan pihak rektorat. Meski cuaca di luar gedung saat itu tengah mendung, raut wajah tim KPU menyiratkan kelegaan. Sebab Hindun Pasaribu, Kepala BKK menyambut baik pengajuan proposal dana pelaksanaan pemira. KPU USU telah terbentuk sejak September 2015 lalu. Alih-alih pemilihan raya (pemira) dilaksanakan pada November, akhirnya diundur sebab berbagai kendala. Seperti ketua dan beberapa anggota yang berhalangan, hingga audiensi dengan pihak rektorat

sejak lama yang belum terlaksana. Sehingga berdampaklah pada masa kepemimpinan Presiden Mahasiswa (Presma) Brilian Amial Rasyid. Kabinet kerja Brilian akhirnya diperpanjang hingga pemerintahan mahasiswa (pema) yang baru terbentuk. Imam Ardhy bercerita KPU sebenarnya telah mempersiapkan pemira, namun terkendala dengan belum terpilihnya rektor de�initif beberapa waktu lalu. Dana yang diperlukan tak kunjung cair. KPU harus menunggu asese dari Rosmayati, Wakil Rektor I terlebih dahulu. Padahal KPU merencanakan dana ini terselesaikan pada Februari silam. Sehingga target KPU melaksanakan pemira di bulan April tak bisa terlaksana, Setelah KPU audiensi lagi dengan BKK pada akhir Maret lalu, akhirnya rektorat memberikan dana sebesar Rp35 juta rupiah untuk pelaksanaan pemira. Meski besar dananya tak seperti yang diharapkan KPU, Imam tetap optimis Pemira USU 2016 tetap terlaksana. “Insya Allah dananya cair April ini,” ujar Imam. Menyusun jadwal lagi, sore harinya KPU langsung mengadakan

rapat pleno. Sebab jadwal yang tertulis dalam proposal banyak yang terlewatkan. Seperti jadwal sosialisasi yang seharusnya dilakukan akhir Maret ini. Alhasil, KPU merombak seluruh tanggal pelaksanaan. Maka diputuskanlah 4 Mei menjadi tanggal pelaksanaan Pemira USU 2016. KPU langsung merilis jadwal resmi tersebut di laman facebook ‘KPU USU’ pada 30 Maret. Tanggal tersebut dinilai realistis sebab tidak terlalu lama dari jadwal yang sebelumnya telah direncanakan KPU. Setelahnya, sosialisasi yang harusnya dimulai pada 4 April hingga 8 April lalu mundur sehari. Sebab ada beberapa data surat sosialisasi yang belum tercetak. Meski begitu hal tersebut tidak akan terlalu mengganggu. Sebab pada 5 April, Imam pastikan seluruh pema sekawasan dan KPU fakultas sudah mendapatkan surat penyelenggaraan pemira. Surat tersebut berisi jadwal pelaksanaan dan persyaratan peserta Pemira USU. Selain mengirim surat ke seluruh pema sekawasan dan KPU Fakultas, KPU juga memasang spanduk di beberapa titik seperti pintu satu, sumber, pintu tiga. Selain itu KPU juga menempelkan selebaran mengenai persyaratan KAM dan calon presiden di setiap majalah dinding fakultas. Khizrun Nufus, Bendahara Umum KPU menambahkan belum terlalu mendapat banyak gambaran untuk sosialisasi ini. Waktu yang terbatas menjadi kendala. Namun sosialisasi yang dilakukan tahun ini tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Hanya saja KPU lebih menggencarkan sosialisasi ke mahasiswa melalui media sosial seperti facebook maupun instagram. Persiapan KAM Selain KPU, persiapan pun dilakukan oleh beberapa KAM. KAM Rabbani misalnya. Sebagai partai pengusung presiden mahasiswa sebelumnya dan partai yang memiliki kursi terbanyak di Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas (MPMU) belum lakukan persiapan untuk mengusung

nama calon presiden mahasiswa (capresma) dan kader-kader yang akan mengisi MPMU nanti. Salah satu kader KAM Rabbani Fazrury Diansyah Putra katakan saat ini KAM Rabbani masih fokus pada proses pendaftaran KAM yang dimulai 11 hingga 13 April mendatang. Prsiapan yang dilakukan hanya sebatas meningkatkan potensi calon baik capres maupun kaderkader di MPMU nanti. Meski begitu pendataan kaderkader potensial tetap dilakukan. Menurutnya pembahasan mengenai capres saja belum dilakukan apalagi kader-kader untuk MPMU. Sebab calon-calon yang akan mengisi MPMU nanti diharapkan dapat menjadi teman dan ikut memantau Pema USU nantinya. “Bukan hanya organisasi setahun sekali lah,” ujarnya. KAM Madani pun demikian. Persiapan yang dilakukan masih tahap konsolidasi ke dewan pertimbangan wilayah (DPW). Ini disampaikan Arief Rahman Hakim, Ketua Dewan Perwakilan Pusat (DPP) KAM Madani. KAM Madani juga belum mengusung nama calon presiden ataupun kader-kader untuk MPMU. Arief masih harus melakukan penjaringan calon terlebih dahulu dari beberapa DP pada 7 April ini. “Masih persiapan untuk pendaftaran KAM,” ujar Arief. Sementara untuk usungan nama kader di kursi MPMU belum dipersiapkan. KAM Madani, Arief masih menunggu jalannya pemira dahulu. Namun ia menegaskan kader-kader yang terpilih nanti harus mempunyai visi dan misi yang sama dan kuat dengan KAM Madani yaitu sama-sama membawa perubahan yang baik untuk USU. Melihat kinerja kader KAM Madani sebelumnya di MPMU belum maksimal, tahun ini KAM Madani akan menyiasatinya dengan mengirimkan kader yang memiliki jangka waktu kuliah masih panjang di USU, seperti angkata 2013. “Jadi mereka bisa lebih fokus untuk berkontribusi ke USU,” tutup Arief. IKLAN


12 galeri foto

SUARA USU, EDISI 106, APRIL 2016

ALUR KERJA PETUGAS SAMPAH DI MEDAN TEKS DAN FOTO : VANISOF KRISTIN MANALU

U

nit Pelaksana Teknis Dinas D a e r a h T e m p a t Pembuangan Akhir (TPA) Terjun, Dinas Kebersihan Kota Medan terletak di Jalan Marelan Pasar V, Kota Medan. Sekitar 151 armada kebersihan berkeliling kota mengumpulkan sampah hingga terkumpul di TPA Terjun. Kegiatan ini dilakukan dari pukul 09.0020.00 WIB. Per harinya sampah yang diangkut mencapai dua ribu ton dari total 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Sebelum memasuki daerah TPA, pengunjung harus meminta izin kepada petugas. Hal ini bertujuan agar pengunjung dapat dipantau oleh petugas.

Berkeliling Kota

Menarik Penutup Sampah

Tumpukan Sampah Excavator Beraksi

Melepas Lelah


SUARA USU, EDISI 106, APRIL 2016

podjok sumut 13

Museum Jamin Gintings Jejak Kenang Sang Pahlawan

| Bangunan museum terlihat dari depan yang terletak di Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, Jumat (25/3). Museum ini merupakan milik keluarga Jamin Gintings dan diolah oleh Yayasan Mahaputra Letjen Jamin Gintings. MEGAH

ARMAN MAULANA MANURUNG | SUARA USU

Santi Herlina

Bentuk bangunan yang tak seperti bangunan pada umumnya, menjadikan museum ini tergolong unik. Namun sayang, walau unik tapi kurang melirik perhatian pengunjung.

B

ertempat di tengahtengah ladang pertanian luas, Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo sebuah bangunan yang bentuknya berbeda dari bangunan pada umumnya berdiri begitu kokoh. Bangunan itu ialah Museum Letnan Jendral Jamin Gintings. Bangunan yang dibangun pada 2011 silam diresmikan secara langsung oleh Menteri Pertahanan Republik Indonesia pada 17 September 2013 ini kini menjadi salah satu tempat tujuan wisata Sumatera Utara. Bangunannya yang unik menyerupai kacang tanah ini memiliki �iloso�i unik, bentuk kacang tanah diartikan sebagai sesuatu yang akan selalu melindungi isinya dari terpaan hujan dan sinar matahari. Pun, sama dengan museum ini, meski Sang Pahlawan telah tiada jejak kenangnya tak akan dilupakan tetap menjaga peninggalan-peninggalannya dan melestarikannya. Patung menyerupai Sang Jendral berdiri gagah persis di depan pintu masuk museum seolah menggambarkan sosok gagah Sang Jendral dahulunya. Di belakang patung terbentang ulos batak yang corak, warna, motif

dan bentuknya begitu khas penanda Sang Jendral berasal dari tanah Karo. Tepat di atas pagar museum berdiri huruf tegas bertuliskan “MUSEUM LETJEN JAMIN GINTINGS”. Tak ada kepingan sampah terlihat di sekitaran museum, bunga yang tumbuh subur di sekitar musem menandakan bahwa museum ini dikelola sangat apik. Kaca yang melindungi museum sekaligus yang menjadi dinding bangunan tampak bersih. Terdapat dua lantai dalam bangunan ini. Lantai satu berisi alat-alat pertanian yang pernah dipakai Letjen Jamin Gintings dahulu seperti kapak, mesin tenun, golok, dan sabit. Selain itu ada juga alatalat rumah tangga seperti periuk, tungku, lesung, pemarut kelapa zaman dulu serta penggilingan. Sisanya merupakan barang-barang yang menggambarkan kebudayaan Karo dan pedesaan. Sedang di lantai dua, semua berisi barang-barang yang ia pakai saat mengemban tugas, yakni baju kedutaan saat ia menjabat sebagai Duta Besar di Kanada, patung dirinya dan istrinya, simbol pangkat, piagam penghargaan serta buku-buku yang ia tulis sendiri dan buku tentang kebudayaan Karo. Pertengahan 2011 di sebuah ruang rawat inap rumah sakit Darwin masih ingat betul. Suasana dan momen saat Riemenda Gintings putri pertama Letjen Jamin Gintings berpesan kepadanya agar membangun museum untuk mengenang ayahandanya —Pahlawan Nasional Letnan Jenderal Jamin Gintings. Juga sebagai pusat kebudayaan Karo. Sejak saat itulah Darwin bertanggung jawab dalam proses pembangunan juga pemeliharaan museum. “Museum ini dibangun sebagai jejak kenang Ayah,” Kata Darwin menirukan Riemenda. Darwin tak dapat menahan

air matanya saat mengenang pesan Riemenda hari itu. Pesan tersebut merupakan pesan terakhir almarhumah. Tak lama setelahnya, pada pertengahan 2011 Riemenda meninggal dunia. Empat bulan kepergian putri pertama Sang Pahlawan, museum mulai dibangun dan selesai April tahun depannya. Masyarakat dan tokoh adat desa sekitar pun mendukung pembangunan museum ini. Darwin Gintings, Penasehat museum yang juga merupakan keluarga Letjen Jamin Gintings mengatakan pengelolaan museum ini dipegang oleh Yayasan Maha Putra Utama Letjen Jamin Gintings, diketuai oleh putri kedua Letjen Jamin Gintings. Riahna Ginting. Museum ini murni milik pribadi. Mulai dari pengelolaan museum sampai karyawannya, semua tanpa campur tangan pemerintah. Inilah alasan mengapa museum ini tidak dijadikan sebagai situs cagar budaya. Sempat ada niat, sebab Darwin bilang ketertarikan masyarakat untuk datang akan lebih besar jika museum menjadi situs cagar budaya. Akan tetapi, Museum Letjen Jamin Ginting ini juga merupakan salah satu tempat wisata Sumut yang pengelolaannya tergolong baik, terlihat dari perawatan museum hingga pengelolaannya. Hardiyansyah, salah satu pengunjung museum mengatakan museum tersebut bagus dan unik, tempatnya bersih juga pelayanan yang menurutnya sangat baik dilihat dari sambutan para karyawan museum. Namun menurutnya koleksi yang terlalu sedikit membuatnya sedikit bosan. Tak ada yang menarik perhatiannya jika ia akan berkunjung untuk kedua kalinya. Pun, promosinya masih sangat kurang. Harusnya pihak museum bisa bekerja sama dengan

pemerintah maupun masyarakat. Ia berharap seharusnya juga ada agenda rutin untuk menarik minat pengunjung, seperti nonton bareng atau mengadakan perlombaan-perlombaan. Susahnya angkutan umum kesana menurut Hardiyansyah juga menjadi salah satu kendala sepinya pengunjung. Darwin sepakat dengan Hardiyansyah letak bangunan museum juga menjadi salah satu faktor sepinya pengunjung. Pun, tiap hari hanya lima hingga sepuluh orang pengunjung yang datang. Kawasan yang terlalu jauh ke dalam dan tidak banyak penduduk di sekitaran museum membuat masyarakat enggan berkunjung. Sepinya pengunjung yang datang inilah yang menjadi alasan pihak yayasan berencana membangun gedung teater di dekat museum. Nantinya, gedung teater ini akan ada pameran kebudayaan yang rutin diadakan setiap hari Jumat dan Sabtu selama sepekan.

Museum ini dibangun sebagai jejak kenang Ayah

SANTI HERLINA | SUARA USU

Darwin Gintings Penasehat Museum MUSEUM LETJEN JAMIN GINTINGS Beberapa waktu lalu, keluarga Jamin Gintings membeli sebidang tanah dengan luas lima ribu meter persegi yang dalam waktu dekat akan dilakukan pembangunan. Selain membangun gedung teater, Darwin jelaskan Riahna juga berencana membangun sekolah Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi pertanian. Tujuannya untuk menempah para generasi muda Karo agar dapat membangun Karo kelak. Namun, fokusnya saat ini adalah untuk pembangunan teater, pembangunan sekolah ini akan dilakukan setelahnya,”Kita kerjakan satu-satu dulu,” tutup Darwin.


14 laporan khusus Mengubur Luka Lama di Kampung Kubur SUARA USU, EDISI 106, APRIL 2016

Mengubur Luka Lama di Kampung Kubur

| Warga Kampung Kubur sedang memainkan olah raga Takrau di Lapangan Badminton Kampung Kubur, Minggu (10/4). Aktivitas ini vakum dua tahun dan kembali dilakukan setelah penggerebekan Januari lalu. BUGAR

TANTRY IKA ADRIATI| SUARA USU

Koordinator Liputan: Tantry Ika Adriati Reporter: Anggun Dwi Nursitha, Ika Putri Agustini Saragih, Nurhanifah, dan Tantry Ika Adriati Tantry Ika Adriati

Penggerebekan besarbesaran itu ditengarai sebagai momentum tutupnya Kampung Kubur. Lepas setelah itu warga mengawali hari baru sebagai warga Kampung Sejahtera. Orang lama, tempat lama, namun identitas baru.

M

asih terbayang di benak R a h a y u

penggerebekan yang terjadi di tempat tinggalnya tiga bulan lalu. Malam itu malam minggu, Ayu sedang bercengkerama bersama para tetangga. Pembicaraan Ayu terhenti karena kedatangan petugas berseragam hitam. Gerombolan polisi. Tak bisa dihitung dengan jari. Ayu memperkirakan jumlahnya ratusan orang. Kedatangan polisi dan tim gabungan tersebut

menimbulkan kecurigaan bagi Ayu. Ia kaget. Sontak saja, bulu kuduknya merinding. Lantaran baru kali ini jumlah polisi yang memasuki kawasan Kampung Kubur mencapai ratusan orang. “Seram, rasanya kayak mau perang,” ujar Ayu saat mengingat kembali kejadian itu. Biasanya, Ayu hanya melihat sekitar dua puluhan polisi yang sering keluar masuk Kampung Kubur. Itu pun hanya sebentar, sekadar melihatlihat keadaan kampungnya. Kali ini polisi yang datang tak hanya dengan tangan kosong. Sebagian dari rombongan membawa senapan dan borgol. Menyusul aparat lainnya seperti Tentara Nasional Indonesia, Satuan Polisi Pamong Praja, Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumatra Utara (Sumut), dan masyarakat sekitar. Totalnya mencapai sembilan ratus orang. Razia dari pagi hingga malam menangkap sekurangnya lima puluh

lebih warga Kampung Kubur. Sebagian adalah wajah-wajah yang dikenal Ayu, sedang sebagian lagi pendatangpendatang yang tampak asing bagi Ayu. Latar belakangnya beragam. Mulai dari pengusaha, pegawai negeri sipil, mahasiswa, pelajar, bahkan anak-anak. Penangkapan ini sebenarnya sudah direncanakan kepolisian sejak lama. Sebab Kampung Kubur merupakan salah satu kawasan yang ditengarai menjadi gudang narkotika. Letaknya di jalan Zainul Abidin, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah. Razia besar-besaran berlangsung pada Sabtu, 9 Januari. Seluruh aparat kepolisian sudah mendatangi Kampung Kubur sejak pukul 9 pagi. “Ini adalah massa paling besar,” ujar Irianto Wijaya, Kepala Unit Pembinaan dan Penyuluhan Satres Narkotika Polresta Medan. Hari itu Irianto mendapat perintah dari Kepala Polisi Resor Kota (Polresta) Medan untuk mengumpulkan lima ratus personel kepolisian pagi itu. Pengumpulan mendadak inilah ihwal rencana penggerebekan ke Kampung Kubur. Kepolisian mendirikan empat tenda di beberapa titik,

letaknya di Jalan Airlangga, Jalan Kejaksaan, Jalan Taruma, dan Jalan Zainul Ari�in. Keempat titik itu merupakan jalan yang sering dilalui warga yang hendak masuk atau keluar dari Kampung Kubur. Selain membuka posko, BNNP Sumut juga menyediakan wadah untuk tes urin. Warga yang kedapatan sedang memakai narkotika ataupun dicurigai, langsung dibawa ke posko tes urin. Lalu akan langsung dibawa ke Polresta Medan. Sejak itu, Kampung Kubur dijaga 24 jam nonstop. Ayu jadi terbiasa jika melihat salah seorang warga yang dikenalnya tiba-tiba ditangkap oleh polisi. “Dari mamak-mamak, bapak-bapak, kakek-kakek, sampe anakanak pun ada yang ditangkap,” cerita Ayu. Ayu tak menampik bahwa Kampung Kubur merupakan pusat pengedaran narkotika di Sumut. Wanita yang memasuki usia 56 tahun itu menghabiskan masa kecil hingga tuanya di Kampung Kubur. Sejak kecil, Ayu memang sudah lumrah dengan ganja. Ia mengaku kakeknya dulu juga sering mengisap ganja di rumah. “Waktu itu mana tahu kalau daun itu (ganjared) ternyata enggak baik,” katanya. Seiring waktu Ayu mulai

mengerti bahwa tempat tinggalnya memang jadi sarang peredaran ganja. Tapi, kala itu keadaan masyarakat Kampung Kubur masih sejahtera. Tak banyak kriminal maupun pengedar narkotika yang mengganggu kesehariannya. Menurut Ayu, keadaan Kampung Kubur berubah drastis sejak tahun 2008. Saat itu mulai beredar jenis baru dari narkotika yaitu sabu-sabu. Harganya lebih mahal dibandingkan ganja. Satu gram sabu-sabu dipatok dengan harga Rp 900 ribu, jika mencapai satu kilogram bisa dijual dengan harga dua miliar. Kenyataan ini membuat satu per satu masyarakat Kampung Kubur mulai memanfaatkannya sebagai bisnis dan sumber pendapatan. Ada warga yang beralih menjadi pengedar narkotika, ada warga yang menjadi pemakai dan pengedar, dan ada pula yang menyewakan rumahnya sebagai tempat tinggal pengedar narkotika. Orang-orang sering menyebutnya sebagai ‘Rumah Asap’. Perekonomian warga sebagian besar makin membaik. Penyewa rumah untuk bandar narkotika saja bisa dapat penghasilan hingga sembilan juta per bulannya.


Mengubur Luka Lama di Kampung Kubur laporan khusus 15 SUARA USU, EDISI 106, APRIL 2016 Pun, warung Ayu semakin ramai dikunjungi orangorang. “Pada kaya mendadak orang sini jadinya,” tutur Ayu sambil tergelak. Kampung Kubur jadi ramai 24 jam, apalagi kalau sudah malam minggu. Tak hanya tempat bandar narkotika, Kampung Kubur juga jadi tempat perjudian dan prostitusi. Ayu tak lagi merasa nyaman tinggal di rumahnya sendiri. “Bising,” keluhnya saat menceritakan kendaraan bermotor yang sering keluar masuk Kampung Kubur. Paling terlihat perubahannya adalah pada perilaku warga yang semakin memprihatinkan. “Kita bisa bilang apalah, kalau lapor polisi nanti dimusuhi,” kata Ayu. Hal ini karena pengedar dan pemakai narkotika kebanyakan adalah warga Kampung Kubur sendiri. Semenjak penggerebekan Januari lalu, Ayu bersyukur pemakai dan pengedar narkotika yang bersembunyi di Kampung Kubur sudah mulai hilang seiring berjalannya waktu. Ia lega. Rasa nyaman dan tenteram adalah hal pertama yang ia dapatkan setelah penggerebekan itu. Kini kepolisian masih melakukan penjagaan setiap malam, namun tak sesering dua bulan lalu. “Tiap malam pukul sebelas pasti ada polisi yang datang,” cerita Ayu. Hal ini dibenarkan Irianto. Sejak melakukan razia, polisi langsung membuat enam pos jaga. Namun, pos ini tidak bersifat permanen. Hanya berdiri sebuah tenda saja di tiap pos. Penjaganya dua orang

dari pihak polisi dan beberapa warga. Pos ini berdiri sejak awal penggerebakan Agustus tahun lalu. Pihak Polresta Medan sudah mengosongkan bekas ‘rumah asap’ yang digunakan warga sebagai tempat prostitusi dan gudang narkotika. Kapolres juga berencana mengeluarkan ultimatum untuk merobohkan rumah tersebut apabila disewakan pada pengedar dan bandar narkotika. Meski begitu, pemilik rumah masih bisa menyewakan tempat ini untuk indekos. Rencana ini juga didukung oleh warga setempat. Terakhir, Irianto mengimbau masyarakat agar menjadi pengontrol. Jika ada tindakan yang mencurigakan, warga dapat melapor. “Kami menargetkan paling lama akhir April sudah selesai tugas kami, sekarang Kampung Kubur sudah bersih,” ujarnya. Ayu pun turut berjanji akan melapor pada polisi jika masih ada warga Kampung Kubur yang terlibat pengedaran narkotika. Ia berharap stigma masyarakat yang buruk tentang Kampung Kubur juga segera berubah. Prolog Baru dari Kampung Sejahtera Seminggu setelah penggerebakan besar-besaran di Kampung Kubur, Ernawati, salah satu warga Kampung Kubur mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh BNNP. Pelatihan ini diadakan selama empat hari sejak 3 Februari silam. Warga diajari cara membuat tempe, mulai dari pemilihan bahan hingga pengolahan tempe.

Selain membuat tempe, Ernawati juga mengikuti kelas tata boga yang difasilitasi oleh Kelurahan Petisah Tengah bekerja sama dengan Dinas

Kita mau semua masyarakat jadi sejahtera, seperti namanya; Kampung Sejahtera

Rahayu Warga Kampung Kubur Ketahanan Pangan Kota Medan. Pelatihan ini diadakan selama tujuh hari di aula kelurahan. Meski hanya mengikuti selama satu hari, Ernawati dibekali cara membuat kue basah dan kue kering. Setiap harinya, kelas ini diikuti oleh warga yang berbeda. Ada juga pelatihan membuat telur asin dan prakarya dari koran bekas yang bernilai jual. Ia merasakan manfaatnya. “Cukup membantu dan memuaskan masyarakat,” ujarnya. Banyak materi yang diberikan oleh Pemko Medan.

Apalagi bisa jadi solusi untuk menyejahterakan masyarakat Kampung Kubur agar tak lagi berjualan narkotika. Magdalena Sirait, Kepala Bidang Pencegahan dan Masyarakat BNNP Sumut mengatakan pelatihan tersebut merupakan tahap awal untuk mengubah kebiasaan warga. Warga Kampung Kubur yang mengikuti pelatihan juga diberikan peralatan membuat kue seperti kompor, timbangan, dan uang sebesar Rp200 ribu. Usaha ini tak hanya dilakukan oleh BNNP saja, tetapi juga dari Pemerintah Kota Medan dan kepolisian. Selain membantu masyarakat dengan membekali modal kewirausahaan, kepolisian juga turut serta membantu warga Kampung Kubur. Selepas penggerebekan Januari lalu, Kepala Polresta Medan, BNNP, dan Pemerintah Kota Medan sepakat mengubah nama Kampung Kubur menjadi Kampung Sejahtera. Nama baru ini juga disetujui oleh seluruh warga Kampung Kubur. Tujuannya agar stigma buruk dari masyarakat luar tentang Kampung Kubur sebagai kampung narkotika berubah. Konon, nama kampung kubur diberikan karena terdapat area pekuburan milik India muslim. Perkuburan itu letaknya di belakang Masjid Gaudiyah. Sebagian besar warga Kampung Kubur merupakan

| Rumah Asap di Kampung Kubur tampak tak berpenghuni, Jumat (25/3). Rumah ini dulunya biasa dijadikan sebagai tempat protitusi dan gudang pengedaran narkotika. KOSONG

ANGGUN DWI NURSITHA | SUARA USU

masyarakat Jawa Deli. Ada juga masyarakat Cina, India Tamil, India Jawa, dan Padang. Berdasarkan cerita dari Ade Kurniawan, Sekretaris Lurah Medan Petisah, terkadang jika ada warga yang ingin membuka rekening baru di bank akan diragukan. “Sebab mereka warga kampung Kubur jadi agak ragulah. Mungkin karena citranya jelek,” ucapnya. Hal ini karena stereotip buruk yang melekat pada warga Kampung Kubur. Padahal, menurut Ade stereotip itu bukan dari warga asli, tapi pendatang. Kampung yang dinaungi sekitar 270 kepala keluarga ini dulunya warga biasa yang berdagang makanan. Perubahan nama kampung ini tentunya berdampak pada perubahan pada KTP seluruh warga. Pemerintah juga akan membangun portal di pintu masuk kampung untuk membatasi warga yang masuk. Emmy Tarigan, Kepala Lingkungan Kampung Sejahtera tak melihat langsung perubahan perekonomian warga setelah BNNP dan pemerintah melakukan pelatihan tersebut. Meskipun sudah ada beberapa warga yang merasakan dampak baiknya. Sebelum dikenal sebagai kampung narkotika, Kampung Kubur memang sudah dikenal sebagai kampung kuliner. Menurut Emmy, warga tak hanya membutuhkan pelatihan, sebab sebagian besar warga sudah ahli dalam membuat kuliner. Emmy berharap bantuan dari pemerintah dan BNNP tak sekadar pelatihan, warga sebenarnya lebih mau bantuan konkrit seperti uang untuk modal berdagang warga. Meski begitu, Magdalena mengatakan bantuan dari BNNP hanya bisa sekadar itu. “Anggaran kita enggak cuma untuk Kampung Sejahtera saja,” katanya. Untuk mengembalikan ketenteraman warga Kampung Sejahtera, diperlukan kerja sama antar sektor. Baik dari BNNP, Pemerintah Kota Medan, maupun Polresta. Baik Emmy, Ayu, dan Ernawati berharap dengan diubahnya nama Kampung Kubur menjadi Kampung Sejahtera akan membawa dampak baik bagi masyarakat ke depannya. “Kita mau semua masyarakat jadi sejahtera, seperti namanya; Kampung Sejahtera,“ tutup Ayu.


16 mozaik

SUARA USU, EDISI 106, APRIL 2016

cerpen

K

ata Bapak, Mak sudah mati. Dadanya tak lagi ranum sebab ia lahir tanpa rahim. Aku diam, tak mau tanya Bapak lagi. Kami bertuhan Padi. Kiranya begitu ucap bapakku lima tahun lalu. Pun, belalang adalah para Nabi-nabi. Tapi, Mak tak kenal cinta pada Padi. Ia ajak aku menyembah Tuhan lain pula. Aku bilang aku bertuhan Padi. Mak bilang Padi bukan Tuhan. Aku tanya kenapa Tuhan begitu ramai. Mak jawab Tuhan tak ramai, hanya aku harus pintar memilih. Maka aku pilih Padi. Mak beri aku waktu pilih lagi pandai-pandai. Pilihanku tetap Padi. Tak sampai tiga menit, Mak mati. “Kau harus melacur.” Maka hari itu aku tahu, kau akan menyandang predikat garis turunan moyang kita: pelacur. “Bukan di jalanan, Sayang,” ujar laki-lakimu, pelan, sedingin angin dermaga malam. Kakimu diciumi berkali-kali oleh laut. Kau diam. Di ujung sana, ada langit dan laut yang bertemu. Senja tadi, mereka menelan matahari hidup-hidup. Ini malam berat, tapi kau harus. Kata orang, kau sintal. Mak juga bilang begitu padaku. Perempuan penyembah Padi harus melacur saat berkepala dua. Mak ingatkan tentang aku lima tahun lagi. Banyak orang-orang berbalut kain hijau datang ke kampung kami setiap Januari. Orang-orang itu besar-besar, hitam-hitam, bengis-bengis. Mereka datang dari pulau lain, menggendong senapan hitam panjang-panjang. Orang kampung menyebutnya orang hijau. Pada satu malam orang hijau bawa Bapak. Lalu aku tanya Mak ke mana Bapak pergi. “Perang belum usai, Dek Nong.” Hari-hari Mak bagi cerita tentang kau. Tapi, dulu Bapak bisik aku kalau kau tak lebih dari sekadar dongeng orang kampung kurang maju. Jika matahari sudah hidup lagi pagipagi, sauh-sauh sudah sampai di dermaga, air laut tenggelam lagi jauh-jauh, mataku akan berbinar. Kau seperti hantu dalam kepalaku. Aku pikir kau tiap malam, saat bulan masih bulat sampai bulan tinggal segaris di makan langit. Burung pun tak berkidung saat kutanya

merapal-rapal bahasa langit. Tapi, Mak tak lanjutkan lagi kisahmu. Kau dan kisahmu menggantung di seluruh sara�ku. Mak diam sejenak. Ia melepas pelukannya dan menatap jauh ke ujung laut. Angin dermaga menyibak rambutku, mengeringkan sungai di garis-garis sudut mata Mak. Kisah itu berhenti sampai Mak menarik napas lagi. Ia tak menatapku lagi kali ini. Katanya, kau mati di atas tumbuhan Padi. Tubuhmu terbagi. Dan mereka mulai menyembah Padi. ILUSTRASI : ARMAN MAULANA MANURUNG | SUARA USU “Saat kau sembah Padi, artinya kau sembah Ni Rasti, Dek Nong.” Padi, Ni Rasti! Kami para penyembah Padi berhutang budi pada Raihan Uliya Ni Rasti. Mendiang Ni Fakultas Pertanian | Manajemen Sumber Rasti dikirim ke laut. Kita yang bertuhan Daya Perairan 2015 Padi harus menebus harus percaya Mak atau Bapak. Namun, entah dosa, tak boleh ada kesalahan yang sama saat kenapa, aku percaya tentang mencari jawaban jadi puan berkepala dua. Begitu aturannya. Kali di laut. Mak bilang, kau datang dari laut. ini lagi sama, orang hijau sudah sampai. Orang Kata Mak, kaubilang sejak dulu sudah kampung ternyata tahu diri, para puan terpilih begitu. Takdir penyembah Padi tak akan sudah diasingkan barisannya. Aku belum juga pernah melongok ke mana-mana. Oranglihat rupa Bapak sedari kemarin. Lalu aku orang hijau itu memperladangimu, atas tanya Mak tentang Bapak. Kata Mak, tak perlu pinta laki-lakimu. Puan ayu memang harus tanya Bapak, asal aku tak sembah Padi. Bisikmemperladangi pada masa itu atau lakibisik menyelimuti barisan orang kampung. lakimu akan berdarah lebih cepat. BergramSempat aku curi dengar, kalau tak sembah Padi, gram air bergelayut di kantong mata setiap Bapakku tak akan pulang lagi. Mak tak akan puan. Orang merah jangan tanya. Orang jumpa Bapak lagi. Aku tak akan peluk Bapak merah, orang hijau, sama saja. lagi. Bapak akan mati, seperti matinya surau di “Jangan menyembah Padi, Dek Nong. masa dulu. Bapakmu tak suka.” Aku kembali menata sesuatu, perasaanku. Mak peluk aku erat. Napasnya menderu “Aku sembah padi saja, Mak,” kueja kalimat di sekitar tengkukku. Ia ceritakan kau lagi. itu lamat-lamat. Tuhan cuma satu, bisiknya. Masa itu, masa “Sejak kecil aku sudah sembah Padi, Dek pertama orang hijau temukan kampung kami. Nong. Ketahuilah satu hal, sejatinya, apa yang Suara para tetua diredam dan hilang tiga hari kau lakukan adalah tentang cara memilih jalan kemudian. Apalagi kabar Tuhan, jumpa Tuhan yang menurutmu pantas untuk kau pilih. Tapi saja tak pernah. Walau begitu, orang kampung tentang bertuhan pada apa dan siapa, kau harus berkukuh Tuhan benar ada, termasuk kau. pintar. Memilih Tuhan artinya memilih moral Tapi orang hijau dan orang-orang merah yang akan kau teruskan pada keturunanmu. Itu minta banyak puan ayu nan subur. Mereka saja, lalu terserah.” berbondong-bondong turun ke pemukiman Mataku berat, kugigit bibir. Lalu laki-laki penduduk, menebas gubuk yang mulai lapuk. hijau itu datang, memecah lamunan yang telah Amarah membuncah di setiap sudut kampung, kurajut rapi-rapi. Bapak pulang, tapi aku tak di hati yang sudah terkotak-kotak. Tanah kami nampak Mak serta. Tubuhnya bau keringat jadi kejam berdarah-darah. Sungai-sungai jadi campur debu seraya menghela napas berat. merah, ikan-ikan mati, parit-parit bau busuk. “Kau mati saja daripada harus sembah Kau memulainya, Ni. Padi.” Kau berteriak lantang di depan orang“Di mana, Mak?” orang hijau, orang-orang merah. Menyumpah, “Mak tak ada, Dek Nong!”

INDUNG


SUARA USU, EDISI 106, APRIL 2016

puisi

sorot

Merayakan Kematian Khas Suku Batak Ika Putri Agustini Saragih Ada sukacita dalam kemalangan. Sukacita karena si almarhum berumur panjang. Dilantunkanlah sebuah musik untuk merayakannya.

T

eringat satu perjalanan, saya pernah terjebak di kerumunan dan blokade jalan sebuah perayaan. Orangorang berpakaian rapi dan terdapat panggung musik lengkap dengan organ tunggal di atasnya. “Marhaen musikna (Mainkan musiknyared),” Protokol Upacara berseru kepada pemusik di panggung. Sepintas nada yang dimainkan dalam upacara ini tak ubahnya musik yang sering saya dengar dalam pesta pernikahan suku batak. Jika tak melihat tanda bendera merah yang dipasang di bahu jalan tentu saya menyangka itu adalah perayaan suka cita. Ya, ternyata ini adalah sebuah upacara kematian saur matua. Ketika saya melongok ke tengah kerumunan lebih teliti, saya mendapati sebuah peti mati yang belum ditutup dengan mayat di dalamnya. Mengalunlah rangkaian nada margondang yang diputar melalui organ tunggal. Para keluarga terdekat menari mengelilingi jenazah seraya melakukan pengadatan seperti menyelimutkan ulos ragi idup langsung ke badan mayat. Karena penasaran saya bertanya ke dosen jurusan Etnomusikologi USU Torang Naibaho. Torang bilang pemakaian musik dalam upacara kematian suku batak punya banyak fungsi. Fungsi pertama untuk manortor yang dilakukan kerabat. Fungsi lainnya untuk mengiringi acara mengulosi dan pengiring lagu-lagu. Selain itu musik tersebut berfungsi sebagai alat

mozaik 17

komunikasi dari keluarga duka kepada Tuhan, nenek moyang, tamu undangan, dan kerabat. Komunikasi dimaksud untuk memberi tahu bahwa keluarga sedang berduka, memohon doa restu juga mempersatukan kerabat yang mungkin jarang bertemu. Misalnya dalam gondang hasuhoton, kerabat bermarga sama akan menari untuk mengungkapkan rasa suka maupun duka. Rasa suka didasari karena acara berlangsung dengan baik dan jenazah berumur panjang. Sedangkan dukanya tentu karena perasaan kehilangan sosok berharga. Alat musiknya telah mengikuti perkembangan zaman. Dulu, hanya gondang yang dipakai untuk mengiringi perayaan. Namun, kini organ tunggal juga banyak dipakai. Gondang ataupun organ tunggal bergantung pada keuangan keluarga. Jika menggunakan gondang, keluarga harus menyembelih kerbau atau sapi. Sedangkan jika memakai organ tunggal, keluarga biasanya menyembelih babi. Inilah yang kemudian dibagikan saat jambar juhut. Pemakaian organ tunggal membuat ‘tren’ baru yakni tak hanya lagu rohani yang dimainkan namun juga lagu-lagu populer.“Misalnya seperti lagu Maumere dan Ini Rindu,” ujar Torang. Mungkin karena adanya alunan bergenre populer ini yang membikin saya berpikir kenapa malah bersuka cita dalam kematian. Terakhir, seperti kata Torang, musik diciptakan untuk mewakili segala perasaan manusia baik senang maupun sedih.

M������U Miftahul Husna Siregar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2014

Menunggu.. Terasa akan menepi, meneteskan air mata Menunggu.. Segalanya terasa seakan sepi, terasing Menunggu.. Hanya mendengar hening, hanya bertatapkan gelap Menunggu.. Seakan semua terasa kelabu, tanpa warna Menunggu.. Seperti udara yang tak terlihat namun bisa terasakan Menunggu.. Ia dapat menjadi seperti air, yang melepas dahaga Menunggu.. Sebuah penantian panjang yang membuat rasa resah Menunggu.. Tanpa kepastian dan tiada kejelasan! Tataplah kedepan! Tak semua hal dapat tunggu! Tak semua hal dapat menunggu! Menunggu.. Bosan? Menyesal? Tentu tidak! Itu hanyalah sebuah penantian yang indah Walau tak segalanya dapat menunggu dan ditunggu Nikmatilah! Menunggu.. Sebuah seni yang menimbulkan penantian Menunggu.. Ditengah padi yang mulai menguning dan mentari yang menyengat Menunggu.. Nikmatilah penantian hingga waktumu menanti...

si poken

RETNO ANDRIANI | SUARA USU


18 potret budaya

SUARA USU, EDISI 106, April 2016

Jambar Juhut, Hak dan Presensi Orang Batak

DOKUMENTASI PRIBADI

Yulien Lovenny Ester Gultom

Jambar Juhut: Bentuk penghargaan, wujud kehadiran, dan pembagian atas hak dan kewajiban dalam Batak.

H

otman Gultom tengah berada di sebuah perkumpulan, ada keluarga yang hendak menggelar pesta pernikahan. Seorang wanita marga Sitorus dan pria bermarga Gultom. Hotman bertugas memandu acara pernikahan hari itu. Ada dua orang parsinabung yaitu juru bicara mempelai wanita dan pria. Usai pulang dari gereja, sebuah taratak terpasang di halaman, acara adat akan dilakukan. Protokol memanggil kedua keluarga untuk melakukan proses adat. Keluarga mempelai duduk berdasarkan pembagian dalihan na tolu—tiga dasar hubungan kekerabatan orang Batak. Ada Dongan Sabutuha (keluarga semarga), Boru (anak perempuan), dan Hula-hula (keluarga pihak istri). Pukul 12.00 WIB saat waktunya makan siang, acara marbagi jambar juhut pun dimulai. “Ndi On ma sombasomba dihula-hulanami marga Sitorus (Inilah persembahan kami dari keluarga Sitorus-red),” ujar Hotman menirukan parsinabung dari pihak laki-laki. Seekor babi yang bulunya sudah habis terpanggang diberikan

kepada pihak istri. Dalam pesta adat, ternyata ada beberapa tingkatan penggunaan daging untuk jambar. Golongan paling rendah ialah namarmiak-miak seperti babi, golongan kedua sigagak duhut yaitu lembu, terakhir gaja Toba yaitu kerbau bertanduk bulat. Penggolongan ini dibuat berdasarkan tingkat ekonomi si empunya acara dan tergantung jenis adatnya. Sebelum pembagian, parsinabung sudah membuat daftar penerima jambar juhut berdasarkan hak untuk memperolehnya. Lalu keluarga perempuan membantunya memotong daging. Jadilah parsinabung membacakan antrean penerima hak daging. Ada beberapa bagian daging yang diberikan. Di daerah Toba Holbung, pemberian bagian kepala sebab terinspirasi gerakan tor-tor yaitu menelungkup tangan ke atas kepala sebagai bentuk persembahan dan penghormatan. Batak yang berdomisili di Silindung dan Humbang Hasudutan berbeda. Mereka membagi bagian dagu kepada hula-hula. Ini terinspirasi dari gerakan tor-tor di bagian tangan menengadah ke atas dan menyentuh dagu yang berarti ungkapan tanda sayang. Selain itu, dagu juga punya kandungan daging yang cukup banyak dan bisa diberikan pada hula-hula. Selanjutnya, bagian rusuk (Somba-somba) yang dipotong bulat diberikan kepada

paman dari ayah mempelai wanita atau nenek moyang kita. Rusuk merupakan bagian yang menandakan kehidupan, filosofinya adalah tanpa nenek moyang tidak ada yang melahirkan marga tersebut. Ada pula bagian di atas pantat hingga ekor (upesuhut) yang diberikan kepada boru. Maksudnya adalah kebiasaan perempuan membantu di belakang saat acara pesta berlangsung. Soit atau bagian paha diberi pada teman satu kampung menandakan keluarga harus bergerak bersama-sama dalam proses kehidupan laiknya sebuah kaki. Setelah acara pembagian, pihak mempelai wanita (parboru) memberikan ikan mas, ulos dan beras—sebagai kewajiban atau balasan setelah menerima haknya untuk juhut. Selain itu, biasanya boru juga memberikan uang, sedang dongan tubu memberikan beras atau nasi. Ditilik dari kata dasarnya, jambar berarti bagian dan panjambaran artinya pembagian. Dalam adat batak ada dua jenis penjabaran. Jambar juhut merupakan pembagian daging dan jambar hata merupakan pembagian bahasa. Artinya, masing-masing kelompok keluarga punya hak menyampaikan kata-kata dalam ritual adat. Panjabaran ialah bentuk penghormatan bagi anggota

keluarga yang datang ke pesta adat, bahkan yang tidak datang pun harus disebutkan namanya. Menurut seorang Antropolog, Prof Robert Sibarani, jambar juhut menyimbolkan presensi diri keluarga, yang menjadi bukti, apakah kelompok keluarga menghadiri acara adat atau tidak. Bila salah seorang keluarga tak datang, tuan rumah akan kecewa, bahkan bisa marah. “Masa hula-hulanya tak datang?” papar Prof Robert. Agaknya budaya ini sedikit mengalami perubahan. Prof Robert mengatakan pembagian jambar juhut harusnya dilakukan setelah jambar hata sebab ada semboyan orang Batak sai jolo diseat hata ma asa diseat raut (harus dipotong dengan kata-kata dahulu baru dipotong dengan daging). Perubahan ini terjadi karena prosesi adat Batak biasanya dilakukan pada siang hari. Setelah pembagian daging tamu langsung makan siang disusul pembagian kata. Tapi, Prof Robert bilang kebudayaan bergerak dinamis mengikuti perkembangannya. Terakhir, dalam Batak sendiri, eksistensi jambar juhut dalam masyarakat masih terbilang tinggi, sebab jambar ada untuk mengekalkan identitas dalihan na tolu. “Inilah sistem sosial orang Batak. Jika ini hilang, mungkin adatnya enggak ada lagi,” tutup Prof Robert.

IKLAN


riset

SUARA USU, EDISI 106, APRIL 2016

19

A

kreditasi USU sedang berada di ujung tanduk. Tahun 2017 mendatang jika USU tak mampu memperoleh akreditasi A maka status Perguruan Tinggi Negeri-Badan Hukum (PTN-BH) USU akan dicabut oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-dikti). Masalah akreditasi pun menjadi tugas besar untuk kepengurusan Prof Runtung Sitepu. Tahukah Anda, bahwa dengan mengikuti unit kegiatan mahasiswa (UKM) juga dapat meningkatkan akreditasi USU? Lalu, apa alasan mahasiswa tidak mengikuti UKM? Jajak pendapat ini dilakukan dengan melibatkan 384 mahasiswa USU. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidentally dengan mempertimbangkan proporsionalitas di setiap fakultas. Kuesioner disebar dalam rentang waktu 21- 28 Maret 2016. Tingkat kepercayaan mencapai 95 persen dengan sampling error lima persen, jajak pendapat ini tidak dimaksudkan untuk mewakili seluruh pendapat mahasiswa USU. ((LITBANG)

Unit Kegiatan Mahasiswa Penunjang Akreditasi a

0.30% Merpati Putih

1.10% Basket Anda mengikuti atau tidak mengikuti 1. Apakah Unit Kegiatan Mahasiswa di USU? 81.4% Tidak jawab

59,80% Tidak mengikuti Mengikuti 40,20%

2.

1.10% Sepak Bola

0.80% SUARA USU

1.5% GMKI

Jika iya, Unit Kegiatan Mahasiswa di USU apakah yang Anda ikuti? (boleh lebih dari satu)

8.80% KMK

12.60% Mencari pengalaman

0.30% Resimen Mahasiswa

59.60% Tidak jawab

7.90% Hobi di bidang tersebut

0.50% Marching Band

0.50% Badminton

iya, apa alasan Anda mengikuti Unit Kegiatan 3. Jika Mahasiswa di USU?

13.90% Menambah wawasan

0.30% Pengabdian Masyarakat

6.00% Melatih berbicara di depan umum

0.30% Futsal

0.50% Voli

0.30% Tenis

0.50% IMPM

0.50% USD

0.50% Teater “O�

tidak, apa alasan Anda tidak mengikuti Unit 4. Jika Kegiatan Mahasiswa di USU?

28.50% Fokus kuliah

2.70% Bekerja

9.30% Sosialisasi kurang

39.20% Tidak jawab

(public speaking)

Anda mengetahui atau tidak mengetahui jika 5. Apakah mahasiswa mengikuti UKM dapat meningkatkan akreditas USU? 0,50% Tidak Menjawab 40.00% Tidak Mengetahui

59.50% Mengetahui

ILUSTRASI: ALFAT PUTRA IBRAHIM | SUARA USU

20.30% Terlalu sibuk


20 resensi

SUARA USU, EDISI 106, April 2016

Aksi Nyinyir Pers Menegur Kekuasaan Arman Maulana Manurung

Judul : Spotlihgt Sutradara : Tom McCarthy Pemeran : • Mark Ruffalo • Michael Keaton • Rachel McAdams • Liev Schreiber • John Slattery Durasi : 129 Menit Tahun rilis : 2015

Apa jadinya jika instansi tertua dan terpercaya di dunia—Gereja Katolik—dihantamkan dengan etika jurnalistik yang menjunjung tinggi kebebasan dan kebenaran publik? Inilah Spotlight yang menggugah iman.

A

daptasi kisah nyata investigasi jurnalistik ini memang tak terkesan glamor. Sebaliknya, malah terkesan menyebalkan dengan tema sensitif¬–mungkin juga provokatif. Kisah ini sepenuhnya disajikan melalui sudut pandang Spotlight. Sebuah tim elit dari koran The Boston Globe yang biasa melakukan investigasi mendalam pada isu-isu sosial di Amerika Serikat. Pada menit-menit awal film, kita langsung disajikan alur yang intens. Cukup sulit memahami apa yang sedang terjadi, tokoh-tokoh berseliweran tanpa nama dan peran yang belum jelas. Pada menit-menit selanjutnya barulah mulai jelas

dan teratur. Cerita bermula saat Walter ‘Robby’ Robinson (Michael Keaton), editor yang memimpin Tim Spotlight mendapat perintah untuk melakukan investigasi dari Marty Baron (Liev Schreiber), editor harian The Boston Globe. Isunya adalah kasus pelecehan seksual yang dilakukan seorang pastor. Editor harian yang baru dipindahkan itu nampaknya cukup cerdik melihat potensi cakupan sebuah berita. Terang saja, isu yang awalnya kecil dari rubrik tulisan di kolom agama ternyata menyimpan masalah yang besar. Tim Spotlight terdiri atas empat orang yaitu Mike Rezendes (Mark Ruffalo), Sacha Pfeifer (Rachel McAdams), dan Matt Carroll (Brian d’Arcy James) sebagai reporter. Ditambah dengan Robby sebagai pemimpinnya. Tanpa merenggangkan alur, cerita berlanjut ke upaya penelusuran tim elit ini untuk mengungkap fakta di balik pastor pedofil di Gereja-gereja Boston. Data awal mereka menunjukan adanya sekitar tiga belas pastor yang terjerat kasus ini. Kemudian bertambah, bahkan berkali-kali lipat. Investigasi mendalam dilanjutkan dengan mencari korban pelecehan. Dari para korban, Tim Spotlight mendapati fakta tentang keterlibatan pihak gereja dengan pastor-pastornya yang berulah, semacam membiarkan hal itu terjadi tapi tetap menutupnya rapat-rapat. Membuat kasus ini menjadi semakin masif, sistematis, dan jahat. Patut diacungi jempol bagaimana Sang Sutradara dapat menjaga tensi penonton walau

disuguhkan fakta-fakta yang kontroversial. Terlebih lagi ada pemberitahuan ‘Base on Actual Event’ di awal pemutaran film, semakin membikin gerah. Hal ini sedikit banyak memengaruhi opini penonton. Hal-hal yang dianggap tabu seperti ‘Apakah aku harus ke gereja lagi?’ pun sempat mencuat dalam salah satu dialog. Mungkin hal tersebut dimuat oleh sutradara untuk mengembangkan karakter—terutama untuk Mark Ruffalo. Boleh dibilang sedari awal tema film ini memang sensitif dengan faktafakta menjengkelkan, cukuplah untuk menimbulkan dilema moral di kalangan penonton. Tapi yang menarik dalam film ini adalah bagaimana sikap pers yang nyinyir terhadap ketidakadilan di masyarakat. Film ini secara apik menyuguhkan kemampuan dan peran pers dalam mengguncang lembaga besar sekelas Gereja Katolik. Idealisme pers yang sebenarnya tercermin dari tim Spotlight yang dari awal menangani kasus ini. Dedikasi wartawan memang untuk mengungkapkan kebenaran kepada masyarakat. Peliputan yang memakan waktu berbulan-bulan dibayar dengan sebuah berita yang berdampak. Spotlight menyajikan dari awal bagaimana berita diangkat ke publik. Mulai dari proses memilih berita yang akan diangkat—salah satu bentuk subjek tivitas pers—, kemudian proses peliputan yang panjang sampai diterbitkan. Secara gamblang, Spotlight mengatakan kalau investigasi jurnalistik sangat

menguras tenaga, pikiran, dan waktu wartawan. Terkhusus untuk kasus seperti ini mungkin juga menggugah iman. Para aktor secara keseluruhan juga sangat memuaskan dalam memeragakan etos kerja wartawan-wartawan ini. Ledakan emosi Mark Ruffalo menjelang akhir film membuat riak di alur cerita yang padat. Aksi terpelongo Rachel McAdams usai mewawancara korban pelecehan juga tak boleh terlewatkan. Cara Sang Sutradara mengakhiri cerita juga apik tanpa meninggalkan asap kebakaran. Film ini bukan satu-satunya film yang mengangkat tentang etos kerja dan dedikasi jurnalis. Jika diingat-ingat, 2009 lalu Kevin MacDonald de- ngan State of Play-nya sempat membuat film dengan nuansa yang sama—juga dibintangi oleh Rachel McAdams. Namun, State of Play memang fokus di konten politik yang menjadi topik utama film. Ihwal etika jurnalis, Spotlight memberikan porsi yang lebih dibanding State of Play. Salah satu keberhasilan terbesar film ini adalah menampilkan kemampuan pers dalam menegur kekuasaan. Tak peduli instansi agama atau pun pemerintah, jika karenanya masyarakat diperlakukan tidak adil, harus ada yang menghentikan. Pers yang loyalitasnya pada masyarakat harus mengabarkan kebenaran dan karena itulah pers ada. Memenangkan Oscar sebagai film terbaik 2016 tentunya menjadi penghargaan yang layak bagi film ini.


SUARA USU, EDISI 106, april 2016

iklan 21


22 iklan

SUARA USU, EDISI 106, april 2016


SUARA USU, EDISI 106, APRIL 2016

momentum 23

28 Januari 2016

21 Januari 2016

Puluhan Mahasiswa Lakukan Aksi Bungkam

MWA Lantik Rektor USU Periode 2016-2021 MAJELIS Wali Amanat (MWA) resmi melantik Prof Runtung Sitepu sebagai Rektor USU Periode 2016-2021 pada Kamis, 28 Januari di Gedung Auditorium USU. “Masa kekosongan rektor definitif sudah berakhir. Kini era baru sudah dimulai,” ujar Ketua MWA Prof Todung Mulya Lubis saat menyampaikan kata sambutannya. Pelantikan ini dilaksanakan setelah Prof Runtung terpilih menjadi Rektor USU pada tahap pemilihan oleh MWA dan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek-dikti) di Jakarta pada Kamis, 21 Januari lalu. Prof Runtung menang dengan perolehan suara 62,38%. (Dewi Annisa Putri)

16 Maret 2016

Pelantikan Wakil Rektor Periode 2016-2021 VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU

PULUHAN mahasiswa USU melakukan aksi bungkam untuk menolak uang kuliah tunggal di Sumber, Rabu (20/1). Tak seperti aksi pada umumnya yang anarki seperti membakar ban dan sering dikaitkan dengan kekerasan, lain halnya dengan aksi bungkam. “Agar mahasiswa tertarik dan berusaha mencari tahu,” ujar Fajar Steven Wiliam salah satu peserta aksi. (Vanisof Kristin Manalu) 18 Februari 2016

Targetkan Akreditasi A, Prodi Matematika Harap Dosen Berkontribusi SETELAH kadaluarsa pada 16 Januari lalu, Program Studi (Prodi) Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) menargetkan akreditasi A tahun ini untuk periode 20162021. Untuk itu, Ketua Prodi Matematika Prof Tulus berharap dosen benar-benar berkontribusi untuk mencapai target tersebut. Sampai saat ini banyak dosen yang belum menyerahkan berkasnya sebagai syarat kelengkapan borang reakreditasi. Demikian disampaikan Prof Tulus di ruangannya, Selasa (16/2). Prof Tulus mengatakan tidak semua data dosen tersimpan pada prodi. Ia tetap berharap semua dosen berkontribusi dalam pengumpulan bukti penelitian ini. (Vanisof Kristin Manalu) 17 Maret 2016

Bunkasai USU 2016 Mengangkat Tema Haru HIMPUNAN Mahasiswa Jurusan Bahasa Jepang (Hinode) dan Himpunan Mahasiswa Sastra Jepang (Aotake) USU kembali mengadakan Festival Budaya Jepang, Bunkasai 2016. Tahun ini Bungkasai mengangkat Tema Haru: Heiwa, Aijou, Ganbaru yang berarti Musim Semi: Perdamaian, Cinta, dan Semangat. Hal ini dikatakan oleh Wakil Ketua Panitia Bunkasai 2016, Igo Syahputra, Rabu (16/3). Tema ini dipilih dengan harapan Bunkasai USU 2016 akan membawa keceriaan, kedamaian, cinta, dan semangat bagi pengunjung layaknya keceriaan masyarakat Jepang dalam menyambut musim semi. Bunkasai dilaksanakan pada 17-19 Maret 2016 di Fakultas Ilmu Budaya. (Amelia Ramadhani)

VANISOF KRISTIN MANALU | SUARA USU

KETUA Majelis Wali Amanat (MWA) Prof Todung Mulia Lubis membacakan Ikrar Wakil Rektor USU Periode 2016-2021 di Gelanggang Mahasiswa USU, Selasa (15/3). Penetapan nama calon rektor telah dilakukan MWA dalam rapat MWA di Ruang MWA pada Senin, 7 Maret lalu. (Vanisof Kristin Manalu) 24 Maret 2016

Di Balik Sukses Ucok Durian


24 profil

SUARA USU, EDISI 106, APRIL 2016

S1 Fakultas Kedokteran USU Medan (1971-1978) S2 The Flinders University of South Australia. Bedford Park (1983-1987) S3 Fakultas Kedokteran USU Medan (1979-1988)

Prof Aznan Lelo

Dokter Bukan Pebisnis Nurhanifah Tentunya niat saja tak cukup untuk bebuat baik. Niat harus disahkan dengan tindakan. Buya, begitu ia akrab dipanggil, mengobati untuk menolong.

S

atu per satu orang memasuki rumah berwarna krem. Pagarnya terbuka begitu saja, membuat setiap orang leluasa keluar masuk. Mereka datang mengguna- kan sepeda motor maupun becak. Tua, muda, dewasa, remaja, dan anak-anak memasuki rumah tersebut. Sesampainya di garasi, mereka disambut wanita setengah baya di meja registrasi. Selesai dicatat me- reka menunggu di garasi yang telah diubah menjadi ruang tunggu. Salah satu orang yang menunggu adalah Fatimah. Ia menunggu bersama beberapa orang lainnya. Meski datang sejak pukul 17.00 WIB, Fatimah baru memasuki ruang praktik pukul 19.00 WIB. Ada yang unik dari cara meng- obati dokter satu ini. Pasiennya sering memanggil Buya. Buya selalu memberi nasihat saat mengobati, bahkan tak jarang ia memarahi pasiennya. Seperti yang dialami Fatimah, pasien tetap beliau selama tiga tahun. Fatimah katakan ia sudah biasa diobati Sang Dokter. Dulu saat pertama berobat ia pernah dimarahi karena makan sembarangan. “Katanya aku makan racun, bahaya untuk tubuh,” tutur Fatimah. Usia Fatimah kini tujuh puluh lima tahun, ia sudah mengidap penyakit Fertigo sejak masih muda. Ia bilang sudah sering kali berobat ke dokter lain bahkan ke rumah sakit yang cukup ternama. Tapi tak ada perkembangan yang ia rasakan,

sebab dokter yang memeriksanya selalu berganti-ganti. “Baru ini mendi- ngan, itu pun karena selalu ditangani dengan Buya setiap berobat,” terangnya. Prof Aznan Lelo mengiyakan Fatimah. Menurutnya penting bagi pasien untuk memberitahukan keluhannya, sebab akan membantunya mengetahui riwayat penyakit pasien. Lebih baik atau tidak dari pertemuan sebelumnya. Pun, nasihat yang ia berikan semata-mata untuk mengingatkan pasien bahwa yang dapat menyembuhkannya adalah Sang Pencipta serta kemauan pasien untuk sembuh. Ia sebagai dokter hanyalah perantara untuk menolong bukan mengobati. Ada yang berbeda dari rumah praktik dokter Aznan, tak ada papan nama yang bertengger di depan rumah sebagai penanda klinik. Jika kita hanya sekilas lewat, rumah ini tampak biasa. Pada sore hari baru terlihat banyak orang mengantre, bagi orang yang tak tahu mungkin akan salah mengira tempat ini. Hal ini bukan tanpa alasan, Buya bilang ia mengobati untuk menolong bukan untuk berbisnis. Baginya, penggunaan papan nama berarti menjual diri. Berbisnis. Ia contohkan perusahaan ternama memasang papan nama di halaman gedungnya. Ini berarti perusahaan tersebut sedang berbisinis, memberitahukan keberadaannya, agar orangorang datang membeli dagangannya. Tapi, Buya tidak sedang berdagang. Inilah yang membuatnya tak pernah mematok harga pada pasiennya. Bahkan jika ada pasien yang bertanya harga padanya, tak segan ia marahi. Menurutnya pertanyaan ini tak patut, sebab tugas dokter adalah menolong bukan meminta bayaran. “Aku tak ingin pindahkan kantong mereka ke kantongku,” ucapnya.

ANGGUN DWI NURSITHA | SUARA USU

BIODATA Nama: Aznan Lelo

Tempat, tanggal lahir: Bukit Tinggi / 2 Desember 1951

Pendidikan: SD Taman Siswa Medan(19581963) SMP Taman Siswa Medan (19631967) SMA Negeri 6 Medan (1968-1970) Menjadi dokter merupakan rutinitas keduanya selain menjadi dosen. Inilah yang membuatnya baru membuka praktik pukul 17.00 WIB, sebab pada pagi hari ia punya kewajiban mengajar di Dapartemen Farmakologi Fakultas Kedokteran USU. Menurutnya dua pekerjaan ini berjalan beriringan sehingga tak menimbulkan masalah. Saadatur Rizqillah Pasaribu, muridnya dari Universitas Islam Sumatera Utara bilang Buya adalah dosen yang tegas dalam membimbing muridnya. Ia ceritakan saat semester enam lalu ia diajarkan bagaimana berinteraksi dengan pasien. Se- bagai murid ia diizinkan untuk tanya jawab langsung dengan pasien, memeriksa pasien, dan menangani sesuai gejala patologis yang dialami

Prestasi: Dosen Teladan FK USU, 1987 Dosen Teladan USU, 1988 Peneliti Terbaik USU, 1995 Penulis Makalah Terbaik KELOMPOK ARTIKEL PENELITIAN “Sudjono Djuned Pusponegoro”, PB IDI, 2003 Peneliti Terbaik IDAI, 2012 Penulis Makalah Terbaik KELOMPOK ARTIKEL PENELITIAN Majalah Paediatrica Indonesiana Organisasi: Ikatan Dokter Indonesia (IDI) katan Farmakologi Indonesia (IKAFI) ASCEP IUPHAR Perhimpunan Dokter Ahli Farmakologi Klinik Indonesia (PERDAFKI) Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia WONCA

pasien. Walaupun pada akhirnya Buya yang menetapkan terapi apa yang akan diberikan kepada pasien. Buya bilang banyak murid yang datang untuk belajar dengannya, tak hanya dari Sumatera, muridnya juga datang dari Jawa, Bali, Kalimantan, bahkan Papua. Cara ia mengajarkan muridnya melalui praktik. “Mereka obati pasien yang datang, aku lihat cara mereka mengobati,” terang Buya. Menurutnya mengobati pasien dan mengajarkan mahasiswa merupakan kegiatan sejalan yang harus dilaksanakan dengan ikhlas. ”Di kampus saya ajarkan ilmunya, di tempat praktik saya amalkan ilmunya. Sama kan?” pungkasnya. IKLAN


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.