2 KOMITMEN No. 155 XIX Bulanan | Edisi Mei 2019
Tabik Pun
Bantu Penyintas Bersuara
Berkah Bulan Ramadan
A
wal Bulan Ramadan 1440 H telah tiba. Mahasiswa tidak hanya disibukan dengan tugas kuliah namun juga harus membagi waktu untuk mendapatkan berkah Ramadan tahun ini. Atmosfer Bulan Ramadan bercampur aduk dengan atmosfer akhir semester genap. Dampaknya, mahasiswa dituntut untuk menyelesaikan perkuliahan sebelum Hari Raya Idul Fitri. Menjadi seorang aktivis kampus bukan hanya mampu mengkritisi diri sendiri namun juga dituntut untuk mampu menerima kritik dari pihak manapun. Aktivis juga diharuskan membawa kebermanfaatan untuk sekitarnya sehingga bisa menjadi pahala di Bulan Ramadan ini. Kami tak hanya menyelesaikan tugas perkuliahan, namun kami juga menyelesaikan kewajiban kami untuk menyajikan informasi yang aktual, terpercaya, dan ber-
imbang. Kami juga menjalankan tugas fungsi sebagai kontrol sosial dalam lingkungan civitas academica Universitas Lampung (Unila). Kembali menyapa kalian melalui media cetak Tabloid 155, kami suguhkan informasi terhangat seputar kampus. Kami terus menjaga eksistensi produk Teknokra dan mengemban peran sebagai mahasiswa, aktivis, dan pers kampus. Tabloid 155 menyajikan info seputar kampus dan info penting serta menarik. Kami suguhkan berita yang dibutuhkan mahasiswa seputar fakultas hingga universitas. Selain itu, terdapat juga berita populersepertiinovasi,sosokinspiratifdanseni turut mengisi deretan informasi tabloid ini. Selain itu kami mengajak pembaca menyoroti permasalahan pelecehan seksual yang ada di kampus. Rentannya seorang wanita mengalami pelecehan seksual di lingkungan perguruan tinggi.
Banyak korban yang memilih diam karena dengan berbagai alasan, seperti malu untuk bercerita, takut cemoohan sampai mengatasnamakan nama baik kampus. Hal berbau sexual masih dianggap tabu dikalangan masyarakat. Sehingga korban enggan menceritakan permasalahannya. Hal ini dimanfaatkan pelaku untuk terus gencar menjalankan aksinya. Di sinilah peran mahasiswa dan universitas menyikapi permasalahan ini. Pelecehan seksual bukan permasalahan yang harus ditutup-tutupi namun harus ada tindakan sigap dari pihak kampus terkait permasalahan ini. Korban pelecehan seksual butuh dukungan dari semua kalangan untuk berani menyuarakan permasalahannya. Dari pojok PKM untuk mengajak pembaca untuk ikut menyikapi permasalahan yang terjadi. Tetap berpikir merdeka! =
November 2018 lalu, Chandra Ertikanto (58) divonis selama 16 bulan penjara dengan melanggar pasal 290 ayat (1) dan Pasal 281 Ayat (2) KUHPidana Tentang Pencabulan yang diputuskan di Pengadilan Negeri kelas 1A Tanjung Karang. Kasus yang dilakukan oleh dosen Universitas Lampung terhadap mahasiswinya membuat tercoreng nama baik kampus hijau.Terlebih lagi pelaku merupakan dosen tetap di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang notabenenya tempat acuan pendidikan nilai moral seorang dosen sekaligus akan menghasilkan guru yang berkualitas akademik maupun akhlaknya. Chandra melakukan aksi bejat saat DCL melakukan bimbingan skripsi. Penyintas tentu tak bisa berbuat banyak karena tidak berdaya untuk melawan. Sebab, malah memperburuk keadaan, mulai dari takut akademiknya terganggu, bahkan pribadi korban terancam. Hal di atas menjadi celah yang dapat dimanfaatkan dosen Chandra, bahkan melakukan sebanyak tiga kali maksiatnya. Barulah DCL memberanikan diri melapor ke pihak aparat berwajib dengan kasus yang menimpanya. Akibatnya, dosen itu pun terbukti bersalah sehingga harus mendekam dinginnya di balik jeruji besi. Sayangnya dalam kasus itu, pihak Unila hanya bermodalkan sebuah peraturan di balik kertas untuk mencegah perilaku tidak terpuji itu. Seperti yang disampaikan Rektor, Prof. Hasriadi Mat Akin Unila sudah tegas dalam menerapkan peraturan bahkan peraturan yang diterapkan. “Akademik Unila sudah mencakup semua peraturan termasuk tata pergaulan serta tata krama mahasiswa dengan dosen sehingga tidak ada yang perlu lagi dalam pembenahan peraturan,” ungkapnya. Maka, perlu tindakan preventif yang harus lebih dilakukan pihak Unila. Seperti halnya memperbanyak kamera pengawas (CCTV) di berbagai area dan mengubah ruangan dosen menjadi terbuka. Sebab peraturan dibalik kertas hanya simbolis perlu lebih untuk meminimkan tindak asusila. Tak hanya itu, mestinya Pihak Rektorat Unila menangani kasus pelecehan seksual tak dapat bergantung ke dosen pembimbing akademik (PA). Sebab mereka belum tentu memiliki kemampuan untuk ilmu konseling kasus penyintas. Oleh sebab itu, dapat memaksimalkan Unit Pelayanan Teknis (UPT) Konseling bagi mahasiswa. Supaya menjadi tempat bagi para penyintas yang mengalami trauma dan ketakutan untuk dapat bercerita permasalahan dan mencari solusi =
Judul :
Bayang Hitam Bimbingan Skripsi Ide dan Desain :
Chairul Rahman Arif
PELINDUNG Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. PENASEHAT Prof. Dr. Karomani, M.Si. DEWAN PEMBINA Dr. M. Thoha B.sampurna Jaya, M.S. ANGGOTA DEWAN PEMBINA Prof. Dr. Muhajir Utomo, M.Sc., Asep Unik SE., ME., Dr. Eddy Riva’i SH., M.H., Ir. Anshori Djausal, M.T., M.A., Prof. Dr. Yuswanto, SH., M.Hum , Maulana Mukhil, S.Sos., M.IP.,Asrian Hendi Caya, SE., ME., Dr. Yoke Moelgini, M.Si, Irsan Dalimunte, SE., M.Si., MA., Dr. Dedy Hermawan, S. Sos., M.Si., Arif Sabarudin, Retnoningayu Janji Utami. PEMIMPIN UMUM Alfanny Pratama PEMIMPIN REDAKSI Tuti Nurkhomariyah REDAKTUR BERITA Fahimah Andini, Faiza Ukhti Annisa REDAKTUR ARTISTIK Chairul Rahman Arif, Rahmad Hidayatullah (Non-Aktif) REDAKTUR DALAM JARINGAN Mitha Setiani Asih, Andi Saputra (Non-Aktif) KAMERAMEN Shandy Dwiantoro, Nofia Mastuti FOTOGRAFER Ria Shinta Maya STAF ARTISTIK Andi Saputra (Non-Aktif), Windy Sevia W. REPORTER Siti Haliza (Non-Aktif), Nabila Syarifa (Non-Aktif), Yoanda Widia Dita (Non-Aktif), Indah Ari Kusmiati PEMIMPIN USAHA Kalista Setiawan MANAJER OPERASIONAL Chairul Rahman Arif, Faiza Ukhti Annisa STAFF IKLAN DAN PEMASARAN Shandy Dwiantoro STAFF KEUANGAN Windy Sevia Wulandary KEPALA PUSAT DAN PENGEMBANGAN Silviana STAFF LITBANG Mitha Setiani Asih, Ria Shinta Maya KEPALA KESEKRETARIATAN Rohimatus Salamah (Non-Aktif), STAFF KESEKRETARIATAN Nofia Mastuti MAGANG Ronaldo D.P, Rifqa A.Z, Sri Ayu I.M, Aghnia N.A, Banjar D, M. Akbar K.S, Adzra A.I, Dhea C.S, Yola M., Annisa Diah P., Tifalia Nur Amira, Nunik Febrianti, Eka Oktaviana, Galuh Putri K., Angga Ramadan, Eldo Noprizal, Antisya Azzahra, Deswara Aguelera, Eliezer Parulian P., P. Jolan Sinaga., Imas Salamah., Rizki Amalia D.H., Nunik Febrianti, Lailul Hajrianti.
Kyay jamo Adien Oleh : Chairul Rahman Arif
TABLOID TEKNOKRA diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Te-
knokra Universitas Lampung. Alamat Grha Kemahasiswaan Lt 1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No 1 Bandarlampung 35145 Telp.(0721) 788717 Website www.teknokra.com email: ukpmteknokraunila@yahoo.co.id
KAMPUS IKAM No. 155 XIX Bulanan | Edisi Mei 2019
Unila Cegah Tindakan Kekerasan Seksual Kampus
3
Oleh: Kalista Setiawan
pelecehan seksual di kampus sebenarnya bisa diminimalisir dengan adanya peraturan rektor. “Untuk mencegah kekerasan seksual di kampus, peraturan rektor harus segera diterapkan. Karena kekuasaan yang paling besar berada di tangan rektor,” tuturnya. Livia juga menjelaskan peraturan tersebut harus mendeskripsikan berbagai bentuk pelecehan antara lain pelecehan secara akademis dan pelecehan seksual. Selain itu ia mengatakan, perlunya kode etik untuk dosen, kode etik untuk tenaga kependidikan, pedoman perilaku bagi mahasiswi dan mahasiswa. Regulasi yang dikembangkan tidak hanya berorientasi pada penanganan pelaku, tetapi juga menghormati hak-hak korban. Hak-hak korban tersebut seperti memperoleh perlindungan, ikut serta dalam proses memilih bentuk perlindungan dan dukungan keamanan, memberikan keterangan tanpa tekanan dan bebas dari pertanyaan yang menjerat. “Semua civitas akademika harus mening-
katkan pengetahuan mengenai berbagai jenis pelecehan tersebut,” tutur Livia. Dr.iur. Antonius PS Wibowo Wakil Ketua LPSK RI, mengatakan bahwa Indonesia termasuk dalam keadaan darurat kekerasan seksual khususnya pada perempuan dan anak. “Menurut data empiris LPSK
RI, ada kecenderungan kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak yang terus menaik. Untuk per minggu saja, kami mendapatkan laporan sekitar 6-7 kasus,” ujar Antonius. Ia juga menambahkan keberadaan dan partisipasi organisasi kemahasiswaan, dapat mem-
bantu sosialisasi pencegahan kekerasan seksual. “Terkadang organisasi kemahasiswaan memiliki militansi yang luar biasa. Oleh karena itu, peran dalam penerapan psikoedukasi terhadap pencegahan kekerasan seksual dapat dilakukan secara masif,” tambah Antonius=
Foto: Ria Shinta Maya
Unila-Tek: Rektor Universitas Lampung, Prof. Hasriadi Mat Akin mengatakan Unila adalah kampus terbuka yang memiliki potensi besar adanya tindakan kekerasan seksual. Menurutnya, jumlah mahasiswi Unila sendiri mencapai 60% dari total keseluruhan mahasiswa, sehingga perlu diterapkannya tindakan preventif dalam menangani kasus kekerasan seksual. “Persoalan ini, kita sudah tak bisa tutup mata. Maka dari itu kami akan meningkatkan integritas dan etika di setiap mata kuliah yang ada di fakultas. Semoga dari diskusi ini bisa memberikan solusi dalam pencegahan kekerasan seksual di tingkat kampus,” tutur Hasriadi dalam sambutannya pada Focus Group Discussion (FGD) dengan tema ‘Membangun Mekanisme Pencegahan Tindakan Kekerasan Seksual di Dunia Kampus’ di Ruang Sidang Lantai 2 Gedung Rektorat Unila, Selasa (23/4). Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Republik Indonesia (LPSK RI), Dr. Livia Istania DF Iskandar mengatakan,
Takjil. Sejumlah mahasiswi sedang menikmati takjil yang dihidangkan gratis di masjid Al-wasii, Jumat (10/5).
2020, RS PTN Unila Tipe D Akan Beroperasi Oleh: Kalista Setiawan
Unila-Tek: Tahun 2020, Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (RSPTN) Universitas Lampung (Unila) tipe D akan beroperasikan. Hal ini disampaikan oleh Rektor Unila, Prof. Hasriadi Mat Akin saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (13/5). “Jadi, di tahun ini gedung 6 akan dibangun, Tahun 2020, tipe D akan beroperasi. Kalau bangunan depan itu (red. gedung 1,2,3) lagi proses akhir di Asian Development Bank,” ujar Hasriadi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/ PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit pasal 18, rumah sakit umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) pelayanan medik spesialis dasar. Fasilitas dan kemampuan rumah sakit umum tersebut meliputi pelayanan medik umum, gawat darurat, medik spesialis dasar, keperawatan dan kebidanan, penunjang klinik dan
penunjang non klinik. Berdasarkan pengajuan proposal, rencananya ada 6 gedung inti yang akan dibangun. Antara lain, gedung 1,2 dan 3 dengan desain bangunan yang saling terhubung dan posisi berada di areal depan, memiliki 5 lantai termasuk lantai basement. Sedangkan gedung 4, 5 dan 6 memiliki 4 lantai. Ketua Badan Pengembangan Infrastruktur Unila, Kelik Hendro Basuki mengatakan sekitar 30 milyar dari hibah bangunan pemerintah kota sudah terealisasikan untuk pembangunan gedung 4 dan 5. Tahun ini, sekitar 40 milyar pun sudah berhasil dikantongi Unila untuk pembangunan satu gedung di Fakultas Kedokteran, gedung 6 RSPTN dan area lingkungan sekitar RSPTN. Sedangkan, untuk pembangunan gedung 1,2 dan 3, masih dalam proses permintaan dana pinjaman ke luar negeri. Menurut Kelik berdasarkan kajian ulang (red. perhitungan perencanaan anggaran RSPTN)
pada tahun 2016, anggaran yang awalnya mencapai 992 milyar berubah menjadi 700 milyar. Maka dari itu, kisaran dana pinjaman luar negeri (loan) yang diminta pihak Unila, kurang lebih hanya mencapai 640 milyar. “Mungkin, angka itu bisa berubah karena adanya fluktuasi. Pembiayaan yang diefesiensikan tersebut, tidak hanya untuk pembangunan gedung, melainkan juga termasuk anggaran tenaga medis, alat-alat medis, dan sebagainya,” tambah Kelik. Berdasarkan laporan Teknokra “Apa Kabar RSPTN Unila?” pada majalah Edisi 218 tahun 2016, rencananya RSPTN akan dilengkapi ruang penelitian, laboratorium, perpustakaan, tempat diskusi dan ruang jaga. Luas bangunan RSPTN diperkirakan mencapai 36.880 m2 dengan total tanah seluas 4,8 - 8 ha. Prof. Hasriadi mengatakan tujuan pembangunan RSPTN ini, sebagai tempat mahasiswa kedokteran melakukan praktek (red. coass atau coaching
assistent) dan tempat pelayanan kesehatan masyarakat sekitar. Ia juga optimis, tahap pembangunan gedung RSPTN ditargetkan akan selesai pada tahun 2023. “Mudah-mudahan seluruh bangunan RSPTN selesai di tahun 2023,” tuturnya. Hal senada pun turut diharapkan Kelik. “Kalau kami dari BPI yah terealisasi harapannya dan nggak tertunda
waktunya. Jangan sampai lagi, kita berpikir tahun 2009 lalu berhenti di tahun 2017. Lama sekali. Delapan tahun tanpa ada sentuhan sama sekali kan? Baru pada periode inilah kita bisa raih dengan cara apapun. Seperti minta ke pemkot, pemprov, bantuan dari pusat dan sebagainya,” jelas Kelik mengakhiri =
INFO Apabila ada berita yang mengalami kekeliruan civitas academica dapat mengirimkan hak jawab ke alamat redaksi. Terima kasih. Tetap Berpikir Merdeka! Kirim hak tanya jawab ke alamat redaksi : Grha Kemahasiswaan Lt 1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No 1 Bandarlampung 35145 Telp.(0721) 788717 Website www.teknokra.com email: ukpmteknokraunila@yahoo. co.id
4 KAMPUS IKAM No. 155 XIX Bulanan | Edisi Mei 2019
Mahasiswa Bersama Buruh Memperingati Hari Buruh Nasional
Foto : Ria Shinta Maya
Oleh: Nunik Febrianti dan Rizki Amalia Dinanti Hasan
Pembangunan. Beberapa alat berat dikerahkan guna membangun embung Unila yang ditaksir seharga 9 miliar rupiah di belakang Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Minggu (12/5).
PKSDA XXIII Gelar Lomba Kabaret Konservasi Oleh: Nunik Febrianti dan Lailul Hajriyanti
FMIPA-tek: Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio) Universitas Lampung (Unila) menggelar kabaret konservasi antar siswa-siswi SMP dan SMA serta SMK se-Lampung, Minggu (28/4), di pelataran Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Salah satu peserta, SMKN 4 Bandarlampung menampilkan kisah Puteri Duyung. “Puteri duyung yang terdampar akibat rumahnya rusak karena ulah manusia yang membuang sampah ke laut. Ia pun bertemu dengan pemuda peduli lingkungan. Akhirnya mereka pun jatuh cinta,” jelas Tubagus Muhammad Pahlevi (Peserta Siswa SMK) saat ditemui Teknokra usai pengumuman pe-
menang. Ia juga mengakui pentingnya menyadarkan masyarakat untuk tidak membuang sampah ke laut. “Karena sesama manusia dan alam kan sama-sama makhluk hidup, sama-sama diciptakan oleh Tuhan. Harus saling menjaga, kalau kita nggak bisa menjaga, laut itu bakal tercemar, dan menimbulkan dampak yang buruk,” ujarnya. Ketua Pelaksana, Dimaz Irawan (Biologi ’17) mengatakan pelestarian lingkungan dapat dilakukan dengan hidup minim sampah dan menerapkan prinsip hijau dalam kehidupan sehari-hari.”Menerapkan prinsip hidup zero waste, dengan membeli minum tidak mengguna-
kan botol plastik dan kita membawa minum botol sendiri. Itu merupakan aksi-aksi nyata untuk kita, dan kita membeli barang atau membeli jajan tidak menerima plastik yang berlebihan,” jelas Dimaz. Kabaret konservasi ini adalah salah satu rangkaian acara dari Pekan Konservasi Sumber Daya Alam (PKSDA) yang ke- 23. Sebelumnya telah dilakukan aksi lingkungan dengan clean up pantai dan penanaman pohon mangrove di pantai pesisir Desa Magrasari Kec. Labuhan Maringgai, seminar konservasi, hand lettering, ecoband, olimpiade biologi, poster competition=
Rektor Resmikan Gedung Pascasarjana FEB Oleh: Paulus Jolan Sinaga
FEB-Tek: Prof. Hasriadi Mat Akin meresmikan Gedung Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Lampung (Unila), Senin (29/4). Peresmian ini turut dihadiri oleh Prof. Satria Bangsawan selaku Dekan FEB, para petinggi kampus, mahasiswa berprestasi, Ikatan Alumni FEB Unila, serta pimpinan Bank Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia selaku bank mitra Unila. Prof. Satria menjelaskan, sebelumnya FEB memiliki gedung Pascasarjana satu lantai yang telah berdiri selama 18 tahun. Oleh karena itu, dilakukan revitali-
sasi guna membangun Gedung Pascasarjana menjadi tiga lantai lengkap dengan sarana prasarananya. “Terutama yang melengkapinya sekarang adalah adanya ruangan profesor, ruangan diskusi, ruang kerja profesor, dan ruang seminar serta yang utama adalah ruangan auditorium,” ujarnya. Ia menambahkan setelah peresmian gedung diharapkan akan membawa dampak positif terhadap civitas academica dalam kinerja.“Selain berperan sebagai tempat ruang ujian terbuka juga menjadi ruang konferensi atau ruang kuliah umum, sehinggga
berdampak positif terhadap kinerja Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya kinerja para dosen dan para mahasiswa,” tambahnya. Dalam sambutannya Prof. Hasriadi menjelaskan Unila tidak hanya membangun Gedung Pascasarjana. Namun, akan melakukan beberapa pembangunan.”Tahun ini kami akan melakukan pembangunan 13 gedung dan 6 danau buatan. Pembangunan 13 gedung itu akan menghabiskan dana sekitar 150 miliar,” tuturnya. Ia juga menambahkan akan mengadakan tempat pembuangan sampah terpadu=
1. Dosen cabul masih boleh ngajar? Awas loh digugu dan ditiru!
NGEKHIBAS
2. RSPTN belum jadi? Keburu ditempatin hantu loh pak! 3. Mahasiswa beprestasi tidak dapat dana insentif? Wah, padahalkan sudah mengharumkan nama Unila
Unila-Tek: Ratusan mahasiswa dan buruh di Lampung mengadakan aksi May Day di Tugu Adipura, Rabu siang (1/5). Massa aksi menuntut pencabutan PP Nomor 78 tahun 2015 tentang pengupahan, penolakan liberalisasi pendidikan, dan beberapa tuntutan lainnya. Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Lampung (Unila), Fajar Agung Pangestu mengatakan ketidakadilan masih banyak terjadi di Lampung. Sehingga dibutuhkan aksi dalam bentuk people power. “Cabut PP Nomor 78 tahun 2015 karena itu merupakan bentuk politisasi. Sebelumnya para buruh bisa menentukan upah yang mereka terima. tetapi karena adanya peraturan ini, mereka tidak memiliki kebebasan lagi,” jelasnya. Arifal perwakilan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) mengatakan mahasiswa harus perhatian dan memperjuangkan hak-hak buruh Indonesia. ”Mahasiswa memiliki peran penting sebagai agent of change. Oleh karena itu kita harus perhatian pada hak-hak buruh,” ucapnya=
Peringati Bulan Sastra, Imabsi Adakan Lomba Oleh: Rizki Amalia Dinanti H. dan Galuh Putri Kinasih
FKIP-Tek: Memperingati Bulan Sastra, Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Imbasi) meningkatkan bakat sastra melalui perlombaan, Minggu (28/4). Acara ini berlangsung di Gedung F2.2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila). Lewat tema “Apresiasi Sastra Bersama Generasi Muda Kreatif dan Mencipta Karya dengan Sastra” Imabsi melibatkan angkatan 2017 dan 2018 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam perlombaan. Ketua Pelaksana, Fita Ningtia (Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia ’17) mengatakan selain mengenang sastrawan Indonesia, Chairil Anwar yang telah wafat, juga menjadikan acara ini sebagai wadah untuk menyalurkan bakat sastra, “Terdapat 3 jenis lomba di antaranya rampak puisi, peran cipta cerpen, dan tebak sastra,” jelasnya. Iraliya Ningsih salah satu peserta (Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia’18) mengaku baru kali ini mengikuti lomba rampak puisi. “Awalnya saya gugup tapi setelah selesai mengikuti lomba saya merasa lega dan senang ternyata saya bisa mengikuti lombanya dengan baik,” ungkapnya. Senada dengan Iraliya, Prayoga Romadon (Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia’17) mengatakan perlombaan yang diadakan sangat menarik dan seru. “Semoga acara tahunan ini dapat berlangsung tahun depan lagi,” ungkapnya=
Peringati Hari Tari Sedunia, Imastar Lakukan Flashmob Oleh: Nofia Mastuti
FKIP-Tek: Ikatan Mahasiswa Pendidikan Seni Tari (Imastar) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) melakukan flashmob di Bundaran Universitas Lampung (Unila), (29/04). Mengusung tema “Kunaripun” yang berarti saya menari juga ini bertujuan untuk menyosialisasikan dan mengampanyekan hari tari sedunia di lingkungan Unila. Edo Yoga Saputra (Pend. Seni Tari’16), Ketua Umum Imastar mengatakan acara kunaripun menjadi bagian dari rangkaian perayaan hari tari sedunia (World Dance Day). “Acara ini menjadi momentum untuk kembali mengingat bahwa kami lahir dari dunia tari harus lebih semangat dalam berkarya. Sehingga membuat kita semakin aktif dan tentunya menari untuk menginspirasi,” ujarnya. Natasya Pertiwi (PGSD’18) salah satu penonton merasa senang dengan adanya flashmob ini. “Acaranya seru banget, cukup menghibur dan semoga kedepannya bisa lebih mengajak partisipan untuk ikut menyemarakkan hari tari sedunia,” ucapnya. Selain melakukan flashmob, Imastar juga menyelenggarakan lomba Tari Kreasi Lampung dan Etnic Modern Dance di Kampus A FKIP Unila, 26 - 27 April 2019=
KAMPUS IKAM No. 155 XIX Bulanan | Edisi Mei 2019
5
Semusim : Hijrah Karena Allah
Wang, Teknologi Tertua Unila
Oleh : Tifalia Nur Amira
Oleh: Kalista Setiawan
FKIP-Tek: Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) menggelar Seminar Nasional Kemuslimahan (Semusim), Rabu, (01/05) di Aula Gedung K FKIP Unila. Seminar yang dihadiri oleh 250 peserta ini mengusung tema ‘Karena Cinta-Nya Aku Memilih Be the Perfect Muslimah’ dengan tujuan mengajak muslimah untuk hijrah karena Allah swt. Beberapa pembicara dihadirkan dalam seminar ini, diantaranya adalah Detti Febrina pendiri Kelompok Studi Informasi (KSI). Aria Shinta penggiat sosial media yang merupakan mantan pembalap, dan juga Fenny Alvionita pemain beberapa film pendek islam sekaligus sebagai pendiri akun instagram @hawapreneur.id.
Hijrah menjadi topik utama yang dibahas pada seminar kali ini. Para pemateri menyampaikan bahwa hijrah harus dimulai dari diri kita sendiri, sekarang juga, dan jangan di tunda-tunda. Mereka juga menekankan bahwa hijrah tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga tentang bagaimana kita mampu mengajak orang lain dalam kebaikan. “Kalau mau jadi baik untuk orang lain, jangan hanya sendirian tetapi mengajak orang lain untuk ikut hijrah ke jalan Allah swt,” terangnya. Salwa Fauziyah (Pend. Bimbingan Konseling ’18) selaku Wakil Ketua Pelaksana menjelaskan seminar ini sendiri bertujuan untuk menambah wawasan para peserta dan sebagai sarana dalam mensyiarkan nilai-nilai agama Islam. Ia juga berharap semi-
nar ini dapat membantu banyak orang untuk menjadi lebih baik lagi. “Yang tadinya nilai-nilai Islam belum tertanam dalam dirinya, mereka belum mengaplikasikannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari, harapannya setelah ikut seminar ini bisa dilaksanakan, intinya menjadi lebih baik lagi dari pribadi sebelumnya,” jelasnya. Salah satu peserta, Anggi Ayuningtiyas (Pendidikan Geografi ’18) mengharapkan agar Semusim terus diadakan setiap tahunnya. “Saya ingin Seminar Semusim akan diadakan lagi tahun depan, Insya Allah. Saya berharap dapat jadi pribadi yang lebih baik lagi kedepannya,” harapnya. Ia juga menyampaikan banyak sekali manfaat dari keikutsertaan terhadap seminar ini=
Atlet POMDA Harapkan Dana Insentif Oleh: Mitha Setiani Asih
Unila-Tek: Atlet Universitas Lampung pemenang dalam ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah (POMDA) mengharapkan dana insentif mahasiswa berprestasi. Salah satu anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tapak Suci, Hendri Wahyu Nugroho (Hukum ‘15) peraih mendali emas dalam ajang POMDA mengatakan pemberian dana insentif kembali agar memacu mahasiswa terus berprestasi. “Saya pernah mendapatkan dana insentif dan hal tersebut sangat membantu. Sebenarnya latihan itu melelahkan, setiap hari harus latihan. Saya makan seadanya, tidak tahu bergizi atau tidak. Hal ini demi nama baik kampus,” ujar peraih 6 mendali dalam 4 tahun ini. Hal senada juga disampaikan oleh Farhan Anas Wibisono (Teknik Sipil’17) peraih perak putra kelas A Pencak Silat dalam ajang POMDA ini. Ia mengaku kecewa terhadap penghapusan dana insentif untuk mahasiswa berprestasi. “Di tahun ini kita tidak dapat apresiasi, karena penghapusan peraturan itu (red. Peraturan
Rektor Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Pemberian Penghargaan dan Sanksi kepada Mahasiswa Unila). Padahal dananya bisa bantu meringankan beban orang tua. Saya bisa bantu biaya hidup disini, bisa membeli pakaian dan alat untuk latihan,” ujarnya. Kekecewaan juga dirasakan oleh Rico Ricardo (Penjas’16). Peraih juara 2 futsal ini masih mengharapkan hak mahasiwa berprestasi. “Kami sudah mati-matian membawa nama baik almamater kampus. Saya berharap prestasi kami yang sekarang diapresiasi, ketika kami menang tidak biarkan saja,”tuturnya. Ketua Umum Bulu tangkis Unila, Herni Andani (Sosiologi’17) peraih emas tunggal putri mengatakan sangat kecewa hilangnya dana insentif ini. “Kecewa banget, sudah bawa nama Unila capek-capek tetapi tidak ada penghargaan atau apresiasi lagi dari Unila. Padahal dana insentif bisa membantu buat membeli alat latihan,”ujarnya yang juga peraih perak ganda campuran dalam ajang POMDA ini. Keluhan ini mendapatkan tanggapan dari Wakil Rektor Bi-
dang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Karomani, terkait pemberian dana insentif menjadi kebijakan rektor baru. Ia juga mengharapkan rektor baru bersedia untuk berkomitmen terkait pemberian dana insentif ini tidak hanya untuk mahasiswa namun dosen pembina juga mendapatkan hak untuk mendapatkan dana insentif. “Makanya jangan asal demo, konfirmasi dulu, dibicarakan dulu. Peraturan Rektor Nomor 3 Tahun 2017 sudah dicabut. Waktunya sudah mepet untuk membuat keputusan baru. Kita tidak bisa berbuat apa-apa. Butuh waktu satu tahun, anggaran itu jika dianggarkan tahun ini, maka dieksekusinya pada tahun 2020. Karena peraturan tersebut sudah dicabut. Kecuali ada payung hukum lagi, maka bisa dianggarkan ditahun 2020,” tuturnya. Tahun 2019 prestasi mahasiswa menurun sebesar 30% dari tahun sebelumnya. Hal ini akan berdampak pada akreditasi Unila, dikarenakan prestasi mahasiswa menjadi salah satu indikator penilaian akreditasi Unila=
Saya
hari ini 23.00
Hai, Apa kabar?
SUARA MAHASISWA |Ketik pesan
Sampaikan keluhanmu lewat sms mahasiswa dengan format Nama_Jurusan/Angkatan_Komentar. Kirim Ke Tuti : 085312307785 (WA) Silakan kirimkan kritik, saran, dan pertanyaan anda ke alamat surel Teknokra : ukpmteknokraunila@yahoo.co.id
Unila-tek : Berbanding terbalik dengan pengadaan 120 komputer yang tersebar di Universitas Lampung (Unila) dengan spesifikasi core i5 dan sudah menggunakan server cloud network. Ternyata, Unit Pelaksana Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi (UPT TIK) Unila masih menyimpan salah satu teknologi bersejarah. Satu unit Komputer Wang masih diletakkan tepat di dekat pojokkan ruang gudang UPT TIK Unila. Kondisi Komputer Wang sendiri kini usang, berdebu dan tidak bisa dioperasikan. Komputer Wang sendiri terdiri dari tiga komponen utama. Antara lain monitor yang tergabung dengan keyboard, disket room dan CPU (Central Processing Unit). Menurut Dr. Ing. Ardian Ulvan selaku Kepala UPT TIK Unila, Komputer Wang adalah salah satu hasil pengadaan unit tahun 1980. Komputer ini kurang lebih beroperasi hampir sepuluh tahun dalam mengolah data komputasi, perhitungan serta pendataan dan klasifikasi jumlah mahasiswa baru. “Komputer ini seperti all in one, karena masih menggunakan teknologi elektronika yang lama,” ujar Ardian. Ia juga mengatakan, bahwa komputer Wang termasuk barang milik negara. Sehingga UPT TIK pun masih tetap menyimpannya. Ardian mengatakan Komputer Wang di Unila adalah produksi dari Taiwan. Komputer ini diberi nama Wang, karena penemunya bernama Dr. An Wang (red. seorang insinyur komputer keturunan Chinese–Amerika). Komputer Wang sendiri termasuk komputer jenis Single Board Computer (SBC) dengan kartu magnetic kapasitas 64 byte. “Dulu, ini teknologi yang masih canggih dan mampu melakukan klasifikasi mahasiswa berdasarkan tes masuk UMPTN,” tutur Ardian menjelaskan. Menurut Ardian, UPT TIK akan membuka ruangan museum yang nantinya akan diisi kumpulan alat teknologi zaman dulu yang pernah beroperasi di Unila. Ardian berharap, pembuatan ruangan museum ini akan menjadi pembelajaran baru terkait perkembangan teknologi dari zaman ke zaman untuk seluruh mahasiswa di Unila. “Nantinya, komputer wang akan dijadikan salah satu barang sejarah yang dimuseumkan. Namun, saat ini untuk perencanaan rehabilitasi UPT TIK masih dalam proses pengajuan,” papar Ardian=
Anemon Bersama FoPMI Kenalkan Keindahan Laut Lampung Oleh: Tuti Nurkhomariyah
FMIPA-tek: Klub Selam Anemon Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung (Unila) bersama Forum Penyelam Mahasiswa Indonesia (FoPMI) mengenalkan keindahan laut Lampung melalui Jambore Selam Nasional X dan Reuni Akbar. Acara ini berlangsung di Desa Pagar Jaya, Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Senin-Minggu (8-14/4). Selama tiga hari, 100 penyelam dari berbagai universitas dan klub selam diajak menikmati keindahan bawah laut Pulau Balak, Batu Mandi, Pulau Pahawang dan masih banyak lagi spot untuk snorkling dan diving. Tidak hanya itu, FoPMI juga melakukan reef check dan transplantasi terumbu karang guna keperluan penelitian dan menjaga ekosistem terumbu karang. Maria Margareth Thatcher Fernandez salah satu peserta selam mengakui keindahan laut Lampung, khususnya laut Desa Pagar Jaya, “Saya tadi lihat ikan nemo, koral, soft coral dan masih banyak lagi, laut disini berpotensi sekali untuk tempat pariwisata,” ungkap mahasiswi asal Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Hal senada juga disampaikan oleh Nurfiza, ia mengaku laut Desa Pajar Jaya masih banyak ikan dan terumbu karang yang cantik. “Sebelumnya saya pernah melihat ikan nemo di Sabang, baru disini saya melihatnya secara langsung,” ungkap mahasiswa asal Universitas Malikusaleh. Ketua Forum Penyelam Mahasiswa Indonesia, Khoirul Anam mengatakan Lampung khususnya Desa Pagar Jaya memiliki keindahan laut yang berpotensi menjadi tempat pariwisata. “Harapannya perekonomian Desa Pagar Jaya dapat berkembang terutama disektor pariwisata,” jelasnya. Acara ini juga melibatkan beberapa komunitas seperti Vespa Unila, Gajalah Kebersihan, Youth with Sanitation Concern (YSC), Pakis Rescue Team Fakultas Kedoteran (FK) Unila dan Tukar Baca Lampung untuk melakukan pengecetan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 9 Punduh Pidada, menata buku perpustakaan, cek kesehatan, sosialisasi pembuatan Takakura (kompos), dan sosialisasi Ecoenzim=
6
REPORTAS
No. 155 XIX Bulanan | Edisi Mei 2019
BAYANG H I TA M
BIMBINGAN SKRIPSI Oleh : Nofia Mastuti dan Ria Shinta Maya
Kasus pelecehan seksual yang terjadi di ranah akademik dilakukan oleh oknum dosen Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung. Hal ini membuat nama baik kampus tercoreng. Pelaku diberi hukuman 16 bulan penjara, tetapi itu tidak membuatnya berhenti dari profesinya sebagai dosen, sehingga ketika keluar dari penjara bisa kembali menyandang status sebagai dosen.
N
ovember 2018, dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila), Chandra Ertikanto divonis satu tahun empat bulan penjara lantaran melakukan tindakan asusila terhadap mahasiswi bimbingan skripsinya. Ia terjerat pasal 290 ayat (1) dan 281 pasal (2) KHUPidana. Menurut pembela korban Lembaga Advokasi DAMAR, Afrintina mengatakan Chandra telah melakukan tindakan pelecehan seksual kepada DCL sebanyak tiga kali. Afrintina pun mulai bercerita tentang kejadiannya, Senin(1/04). Bermula saat korban akan melakukan bimbingan skripsi di rungan kerja Chandra yang tertutup. Tan-
pa ada teman yang menemani, korban memberanikan diri untuk mengetuk pintu (red. ruang kerja Chan-
Ilustrasi: Chairul Rahman Arif
dra) dengan sopan lalu masuk. Ketika melihat korban masuk Chandra menanyakan tujuan dia menemuinya. Korban pun mengatakan ingin bimbingan skripsi. Setelah itu Chandra menyuruh korban untuk mengambilkan contoh skripsi di rak buku. Korban hanya bisa mengiyakan lalu menjalankan perintah Chandra. Saat mengambil skrip-
si, tiba-tiba Chandra di belakang korban, lalu dengan sengaja menyentuh dada korban. “Apa si pak, maaf pak” kata korban sambil menjauhakan dirinya, tutur Afrintina menirukan korban . Chandra malah balik bertanya “Memangnya kenapa?” korban pun pamit untuk meninggalkan ruangan. “Saat itu dia tidak melakukan perlawanan karna ini adalah dalam keadaan tidak setara antara dosen dan mahasiswa otomatis ketika dia mau melawan dengan sesuatu apapun itu yang bentuknya perlawanan dia akan mengingat lagi, bagaimana nilainya bagaimana nanti skripsinya takut terhambat,” jelas Afrintina. Setelah kejadian itu, korban meminta teman untuk menemaninya bimbingan skripsi. “Kenapa bawa kawan?” tanya Chandra. Korban menjawab biar ada kawan saja pak. Setelah itu Chandra menanyankan skripsinya sambil memengang paha korban yang dilihat juga oleh teman yang menemaninya. Tepat 5 Desember 2017, korban kembali melakukan bimbingan tanpa ditemani. Saat korban masuk ruangan, Chandra menutup pintu dengan rapat. Ia meminta korban agar tidak marah atas perbuatan senonohnya dan tidak memberitahukannya kepada orang lain. Namun, korban tidak mau. Hal ini membuat Chandra marah dan mengancam korban dengan tidak akan meluluskannya. Korban lalu meninggalkan ruangan dengan menangis.
“April 2018 saksi mata utama melaporkan kasus ini ke lembaga kami, dengan adanya satu orang saksi utama tersebut kemudian kepolisian berusaha mencari tahu kesaksian korban-korban yang lain untuk sebagai kelengkapan barang bukti dan kemudian berhasil teruangkap kurang lebih 6 orang yang mau memberikan keterangan sebagai saksi dipersidangan untuk melaporkan oknum dosen pelaku pelecehan seksual tersebut,” jelasnya. Saat itu, Chandra tidak mengakui perbuatannya dan sempat menuntut balik atas kasus pencemaran nama baik. Ia meminta Bidang Konsultasi dan Bantuan Hukum (BKBH) Unila untuk menjadi kuasa hukumnya. “Chandra hanya mengakui bahwa dia hanya memegang tangan korban dan tidak tahu tersenggol atau tidaknya. Makanya kita dalam membela juga maksimal sebetulnya tidak melakukan proses pembuktian,” jelas Gunawan Jatmiko saat ditemui di rumah kediamannya, Sabtu (27/4). Namun di tengah perjalanan, Chandra mencabut kuasa hukum BKBH Unila dan ia mengakui semua tindakannya. “Kita tidak melakukan pembelaan apapun karena ditengah perjalanan pak Chandra mencabut kuasa pada kami, dan dia mengakui perbuatannya, jadi saya tidak membuat pembelaan,” ujar Gunawan. Menanggapi kasus yang telah terjadi, Dekan FKIP, Prof. Patuan Raja mengaku kecewa atas perilaku dosen tersebut, seharusnya dia bisa mengendalikan diri. “Harus-
SE KHUSUS nya kasus tersebut tidak terjadi, saya tidak memungkiri namanya manusia normal memang ada ketertarikan antara laki-laki dan perempuan. Saya rasa itu hal yang wajar akan tetapi seorang dosen yang tergolong seorang manusia dewasa harusnya dia bisa mengendalikan diri,” ungkapnya. Rektor Unila, Prof. Hasriadi Mat Akin mengatakan Chandra Ertikanto masih sebagai dosen Unila, saat ini hanya diberhentikan sementara. “Yang berhak memberhentikan secara permanen yaitu pengadilan dan sudah tertera dalam peraturan bahwa orang yang dapat dipecat jika dia dihukum diatas dua tahun,” jelas Rektor Unila saat ditemui diruang kerjanya, Selasa (30/4).
Jenis-jenis Pelecehan Seksual Pelecehan seksual sendiri ada dua jenisnya yaitu pelecehan verbal dan non-verbal. Menurut dosen Bimbingan Konseling (BK) FKIP, Citra Abriani Maharani pelecehan verbal adalah pelecehan berupa kata-kata contohnya mengatakan hal hal yang tidak senonoh terkait pelecehah seksual seperti “wah itu kamu gede”, “wah kamu seksi sekali”. Sedangkan pelecehan non-verbal misalkan dari sisi ekspresi, contohnya lawan jenis kita melihat kita dari atas sampai bawah. Bisa jadi juga dalam bentuk menyentuh bahkan yang lebih parah memperkosa. “Menyentuh bagian tubuh seseorang dengan memiliki hasrat seksual, misalnya menyentuh dada, pantat, bokong, pinggang, dan hal-hal sensitif lainnya, termasuk kedalam pelecehan seksual. Tangan juga bisa dikatakan pelecehan seksual misalkan cara memegang, dan meraba atau tiba-tiba dielus belakangnya,” jelas Citra. Menurutnya pelecehan seksual yang biasa terjadi di kampus diikuti dengan tekanan sehingga korban tidak berani untuk mengutarakan. Dalam peristiwa ini ketegasan untuk melindung diri tidak dimiliki oleh korban, skill protection-nya minim sehingga banyak orang yg mengalami pelecehan seksual khususnya di kalangan mahasiswa, bisa di pahami karena orangorang yang melakukan pelecehan seksual adalah orang-orang yang kebetulan sebagian besar memiliki kekuasaan tinggi. Seperti apakah dia dosen pembimbingnya kalau melapor ditakutkan ada konflik baru. Citra juga menjelaskan alasan seseorang dapat dilecehkan secara seksual karena kemampuannya untuk melindungi dirinya masih minim. “Artinya begini ketika ada orang lain yang melakukan pelecehan seksual kepada kita harusnya kita sudah berani membela diri, melawan dalam artian positif,
dengan tegas. Kemampuan mahasiswa berpikir masih dalam taraf khawatirnya kalau saya mengadu takutnya akan begini-begini tanpa berpikir panjang, padahal jika korban berpikir panjang justru yang khawatir adalah orang yang melecehkan bukan mahasiswanya,” jelasnya.
Perlunya Pendampingan Psikologi Mahasiswa yang mengalami pelecehan seksual perlunya pendampingan secara psikologisnya untuk kembali meningkatkan kepercayaan dirinya. Menurut Citra orang yang sudah dilecehkan secara seksual merasa harga dirinya sudah jatuh dan hancur apalagi mendengar informasi dia disalahkan karena anggapan korban yang menggoda. Sehingga perlunya pendampingan secara psikologis untuk korban. Pendampingan ini membutuhkan kerja sama dengan lingkungan sekitar. Tak hanya korban, pelaku juga perlu dilakukan pendampingan secara psikologi yang melibatkan ke l u a r g a pelaku dan lingkungan sekitar supaya tindakan pelecehan seksual tidak terjadi lagi. Ia juga menambahkan, perlu mempertimbangkan interaksi, supaya tidak memancing tindak pelecehan seksual, seperti tempat dan waktu. Jika bimbingan sampai malam harus diketahui kaprodi dan menyepakati jika ada proses bimbingan dimalam hari, “Disarankan ketika bimbingan itu tidak sendirian dan pintu tidak ditutup. Sekuat dan sebaik apapun pengawasan satpam tapi kembali lagi kepada kemampuan mahasiswa yang masih kurang melihat situasi yang mana yang berbahaya yang bisa membuat dia celaka memang hal itu tidak dengan peristiwa kemarin,” jelasnya. Untuk meminimalisir kejadian perlunya sosialisasi saat perkuliahan dan menghimbau untuk melapor jika ada dosen yang macammacam. “kita tidak pernah melihat dan tidak bisa mengukur. Serta untuk mahasiswa pentingnya keterbukaan, lingkungan sangat mendukung terjadinya pelecehan seksual, kita harus lebih peka terhadap lingkungan seperti apa yang memungkinkan hal tersebut dilakukan. sebaik apapun cara kita mengontrol diri, tapi kalau kita
No. 155 XIX Bulanan | Edisi Mei 2019 tidak mampu melihat situasi juga jadi salah kaprah,” tambahnya. Hal yang sama juga disampaikan oleh Pelopor Women’s March Lampung, Rizky Gita Rahmadhani mengatakan jangan pernah menutupi masalah pelecehan seksual ataupun kekerasan seksual, biarkan ini terus-menerus di-blow up. Hal ini dilakukan untuk menyadarkan bahwa seharusnya pelaku perlu dihindari. Selain itu, perlu pendampingan korban, perlunya mengkawal berita pelecehan seksual jangan ditutup-tutupi. Selanjutnya, jika konteksnya saat bimbingan maka jangan adanya perasaan superior terhadap korban.
Wadah Konseling Unila Belum Tersosialisasikan Menurut Lembaga Advokasi DAMAR, Afrintina Unila harus mengambil
tindakan untuk meminimalisir kasus tersebut untuk mencegah terulangnya kasus pelecehan seksual dengan memperbanyak pendidikan tentang bentuk-bentuk pelecehan dan kekerasan seksual misalnya tentang gender, serta meningkatkan sosialisasi tentang pelecehan dan kekerasan seksual dikalangan mahasiswa. “Hal yang paling dasar dan menjadi sebuah kewajiban bagi institusi pendidikan adalah pertama berpihak kepada korban perempuan pelecehan seksual. Supaya korban tidak merasa sendiri dan berani melaporkan peristiwa yang menimpanya. Kedua memberikan sikap tegas kepada pelaku pelecehan seksual, hal ini dapat dilakukan dengan cara menonaktifkan sementara pelaku dari segala aktivitas di kampus. Ketiga Unila tidak boleh melakukan intervensi atau intimidasi terhadap perempuan korban pelecehan seksual, hal ini Unila sangat rawan melakukan intimidasi kepada korban,” jelasnya.
Di FKIP sendiri terdapat Unit Pelayanan konseling Terpadu (UPKT) telah berdiri sejak 4 tahun yang lalu. Berdasarkan pantauan teknokra, ruang UPKT berada di gedung L FKIP tepatnya di pojok, dengan fasilitas meja dan kursi kerja. Ketua UPKT, Ratna Widiastuti mengaku ruang kerjanya tidak representative terutama yang tenang untuk sesi-sesi konseling yang serius. “Kita cuma punya satu ruangan kecil untuk dosen dan itu bukan ditunjukkan untuk konseling yang sesuai prosedur konseling, artinya kita konseling maunya ada sofa yang nyaman, ruangan yang tidak terlalu ramai,” jelas Ratna. Ratna menambahkan UKPT juga membuka pelayanan untuk pengaduan kasus pelecehan seksual yang terjadi kepada mahasiswa. “Namun dalam kasus kemarin, kami kekurangan kekuatan hukum. Sehingga korban memilih Lembaga Advokasi DAMAR. Selain itu adanya anggapan akan ada konflik kepentingan,” jelas Ratna. Menurutnya, selama ini UPKT mendapatkan kasus dari mahasiswa yang datang atau mahasiswa yang dirujuk oleh ketua jurusan, “Kita memang baru sebatas itu wewenangnya karena kami memang bukan seperti LSM yang harus menjemput bola, kalo kami harus nunggu prosedur dulu, gak bisa kita langsung masuk tetapi kalo korbannya langsung datang ke kami pasti akan kami damping, namun secara hukum rendah dan tidak kompherensif,” ungkapnya. Ratna mengaku setiap tahunnya UPKT memberikan pelatihan pendampingan korban kekerasan seksual. “Tahun lalu, kami sosialisasikan di Aula A FKIP. Jadi secara umum apapun masalah yang dihadapi itu sudah punya tempat untuk bernaung, bernaungya itu ada di unit UPKT, jadi memang harus dipahami prosedurnya,” tambahnya. Dekan FKIP, Prof. Patuan Raja mengaku tidak terlalu paham tantang UPKT. “Saya sendiri tidak begitu paham mengenai UPKT mungkin yang lebih paham dosen yang bersangkutan, sebagai sebuah unit saya rasa selama ini berjalan baik,” katanya.
Tidak Adanya Peraturan Tentang Pencegahan Pelecehan Seksual Saat Bimbingan
7
Menanggapi kasus yang telah terjadi, Wakil Bidang Akademik, Prof. Bujang Rahman mengatakan prosedur bimbingan sudah diatur dalam peraturan akademik. “Semua sudah diatur dalam peraturan akademik,” jelasnya. Namun berdasarkan Peraturan Akademik Unila tidak ada pasal yang mengatur tentang prosedur bimbingan. Pada pasal 36 tentang Pembimbing dan Penguji Disertasi/Tesis/Skripsi/Tugas Akhir, hanya menjelaskan pembimbing. Pasal 36 ayat 1 tertulis setiap mahasiswa penyusun disertasi dibimbing oleh paling banyak 3 dosen atau tesis/skripsi/TA 2 (dua) dosen yang memenuhi syarat. Ayat 2 tertulis pembimbing disertasi/tesis terdiri atas pembimbing utama dan pembimbing pembantu sedangkan pembimbing skripsi/TA terdiri dari pembimbing utama dan pembimbing pembantu atau hanya pembimbing utama. Menurut Wakil KetuaLembaga Perlindungan Saksi dan Korban Republik Indonesia (LPSK RI), Dr. Livia Istania DF Iskandar mengatakan pelecehan seksual di kampus sebenarnya bisa diminimalisir dengan adanya peraturan rektor. “Untuk mencegah kekerasan seksual di kampus peraturan rektor harus segera ditetapkan, karena kekuasaan yang paling besar berada di tangan rektor,” jelasnya. Rektor Unila, Prof. Hasriadi Mat Akin menyayangkan sebagai lembaga pendidikan terjadi tindakan asusila yang dilakukan oleh dosen yang seharusnya bisa menjadi contoh, untuk mencegah terjadinya pelecehan kembali, Rektor Unila telah menyiapakan Pembimbing Akademik (PA) yang bisa menjadi tempat bimbingan konseling. “Ditingkat universitas kita sudah menyediakan tempat bimbingan konseling tapi tidak ada yang datang juga jadi sekarang PA kita anggap sebagai tempat bimbingan konseling karena semua masalah akademik bisa mengadukan kesitu, kita juga punya WD3 itu urusan kemahasiswaan, di WD3 bukan hanya tentang peraturan akademik tetapi semua masalah mahasiswa,” tambahnya. Prof. Hasriadi juga menghimbau untuk semua dosen harus memasukan nilai-nilai sosial, nilai karakter disemua mata kuliah yang diajarkan karena dosen memiliki tanggung jawab moral, ”Saya sebagai lembaga pendidikan semua harus bisa berkonstribusi untuk moral, lembaga pendidikan ini lembaga moral loh, hal yang sangat tidak terpuji jika dilembaga pendidikan ada hal-hal asusila begitu, menjadi seorang guru maupun seorang dosen memiliki tanggung jawab moral. Justru saya meminta seluruh dosen memberikan kepada mahasiswa mengenai moral untuk seluruh mata kuliah yang di pegangnya,” jelasnya=
8 INOVASI
No. 155 XIX Bulanan | Edisi Mei 2019
Aromaterapi dari Rumput Laut Oleh: Chairul Rahman Arif
D
ikenal sebagai bahan pangan bernutrisi tinggi, rumput laut (Euchema sp.) yang biasa diolah menjadi makanan, dan minuman. Kini di tangan tim dosen Universitas Lampung menjadi pengharum ruangan aromaterapi. Menurut Saiful, ide ini bermula ketika harga rumput laut murah dan produksi yang menurun saat melakukan pengabdian masyarakat di Desa Legundi, Kec. Ketapang, Kab. Lampung Selatan. “Mereka hanya menjual rumput laut saja, belum ada variasi produk sama sekali, paling mentok hanya rumput laut yang telah dikapur, itu saja hanya saat Ramadan” ujar Saiful. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Saiful bersama Yuli Ambar Wati, Yessy Mulyani dan Noti Ragayu mengedukasi petani di Desa Legundi untuk mengolah rumput laut menjadi produk yang memiliki daya jual tinggi. Ia
mengombinasikan rumput laut dengan wangi tumbuh-tumbuhan, seperti bunga mawar, bunga kenanga, jeruk nipis, apel, dan kayu manis untuk membuat pengharum ruangan aromaterapi. Menurutnya cara pembuatan pengharum rungan aromaterapi dari rumput laut cukup mudah bahkan semua orang dapat melakukannya di rumah. Terlebih dahulu rumput laut diekstrak menjadi karagenan, caranya dengan mengeringkan rumput laut di panas matahari, kemudian rendam menggunakan cairan kalium hidroksida (KOH) untuk membersihkannya dari segala kotoran. Setelah bersih, rumput laut dikeringkan kembali menggunakan oven hingga kadar airnya benar-benar kering, selanjutnya rumput laut dihaluskan menggunakan alat penghalus. Rumput laut yang telah menjadi bubuk itulah yang biasa disebut dengan karagenan. Untuk menjadi aromatera-
pi, ekstrak rumput laut direbus dan ditambah garam serta essensialoil sebagai pewangi. Saiful menjelaskan dari satu sendok karagenan, dicampur dengan air 600 ml, dan satu sendok garam dapat menghasilkan aromaterapi sebanyak 15 sampai 20 untuk cetakan besar sedangkan untuk cetakan kecil dapat menghasilkan sebanyak 35 sampai 50. “Pengharum ruangan dari rumput laut ini mampu bertahan hingga tiga bulan untuk cetakan besar,” ungkapnya. Menurut Saiful, masyarakat Desa Legundi masih kesulitan dalam membuat karagenan sehingga pengharum ruangan yang dibuat menjadi mudah mencair. “Pas kita ajarin di sana bisa jadi bagus, tapi pas mereka coba buat sendiri jadi gampang cair” jelas dosen Kimia, FMIPA Unila ini. Aromaterapi dari rumput laut ini belum dijual secara luas, hanya saja beberapa kali mengikuti pameran seperti Lampung Fair dan Dies
Ilustrasi: Windy Sevia Wulandari
Natalis Unila.“Memang belum ke arah provide oriented, baru ke arah edukasi ke masyarakat petani di
sana, harapannya kita bisa produksi dan dijual ke masyrakat umum,” kata Saiful=
ARTIKEL TEMA Memahami Perempuan dari Menstruasi Dicky Dwi Alfandy (Mahasiswa Biologi Universitas Lampung 2014)
M
ayoritas masyarakat Indonesia sampai saat ini masih merasa risih untuk berbicara tentang menstruasi karena dinilai sebagai sebuah isu yang tabu. Tidak hanya laki-laki, perempuan pun seringkali malu untuk membicarakan isu ini, baik dengan pasangannya, atau bahkan dengan sesama perempuan, entah itu ibunya sendiri, saudara, maupun sahabat. Padahal, menstruasi sejatinya adalah reaksi alami tubuh manusia layaknya berkeringat atau buang air kecil. Menstruasi merupakan sebuah siklus reproduksi yang normal dalam diri perempuan. Siklus ini berperan penting dalam kehidupan perempuan. Rata-rata perempuan mengalami menstruasi dari pertama kalinya mulai umur 12 tahun sampai mengalami
menopause pada sekitar usia 50-an tahun, dengan masa menstruasi selama 3-10 hari, dan akan berulang setiap 28 hari. Jika dihitung, rata-rata perempuan akan mengalami 450 siklus menstruasi selama kurang lebih 38 tahun usia hidupnya, dan menghabiskan rata-rata 7 tahun masa hidupnya untuk menstruasi. Menstruasi perempuan berkaitan erat pula dengan kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yang membuat mereka biasanya gampang sekali naik darah untuk hal-hal sepele sekalipun. Sebagai akibatnya, secara langsung masa menstruasi akan berpengaruh pada kehidupan pasangannya. Oleh sebab itu, sangat penting bagi laki-laki untuk memahami “tamu” bulanan perempuan ini. Sebuah penelitian di Italia menemukan bahwa lebih dari
80% perempuan usia muda melaporkan mengalami nyeri haid. Sekitar satu dari tiga di antara mereka merasakan nyeri itu sangat menyiksa sehingga mereka tidak bisa beraktivitas sehari-hari seperti biasa. Saat perempuan mengalami datang bulan, tingkat bahan kimia yang disebut prostaglandin meningkat sehingga membuat kontraksi dari rahimnya. Perlu laki-laki ketahui bahwa nyeri haid ini bisa melilit perut, punggung, bahkan paha. Kasihan kan, kalau pacar kita seperti ini. Gejala PMS (Pre Menstrual Syndrome) bisa berlangsung hingga tujuh hari setelah dimulainya menstruasi. Rasa sakit PMS adalah rasa sakit nyata, mungkin tak ubahnya rasa sakit yang dikeluhkan laki-laki saat selangkangannya terus dihujam tendangan bola tanpa henti. Menjelang PMS, nafsu makan
perempuan bisa meningkat drastis. Melihat dia yang tiba-tiba doyan banget makan, kamu tak usah komentar. Ketika haid, tubuh perempuan berada pada posisi panas yang terendah. Proses ini merupakan metabolisme dan minimnya kekuatan perempuan karena pengolahan makanan dalam tubuhnya berada pada titik terendah. Sehingga mereka perlu banyak makan untuk memenuhi energi yang dibutuhkan tubuhnya. Menstruasi bagi kebanyakan perempuan, bukanlah pengalaman yang menyenangkan. Saat PMS, perempuan mengaku cenderung lebih moody dan temperamental menjelang menstruasinya. Sementara yang lain mungkin lebih cepat lelah dan terus mengeluhkan rasa nyeri luar biasa di perut atau punggungnya. Sebagai laki-laki, saat
perempuan sedang sangat tidak mood sehingga dia selalu mengomentari semua hal yang ada di sekitarnya, jangan sampai kita ikutan marah juga. Kebanyakan perempuan bahkan tidak tahu bahwa dia bisa se-emosi dan sensitif itu jika sedang PMS, jadi sebaiknya kamu menganggap kemarahannya sebagai hal yang wajar dan jangan sampai kita kehilangan kesabaran. Ajaklahdia ke tempat yang dia suka, atau mengajaknya nonton film. Jika mood-nya sangat hancur, sebaiknya kamu memberikannya waktu sendiri dulu. Perempuan tidak akan terus menerus menyebalkan, dia akan segera kembali seperti semula. Sudah saatnya kita mulai hilangkan ketabuan dalam menyikapi menstruasi, agar laki-laki bisa memahami perempuan apabila dalam kondisi khusus ini. Dengan mengetahui kapan pasangan, teman ataupun rekan kita menstruasi dan apa saja gejala yang biasanya muncul, kita dapat bersiap sedia untuk mengerahkan bala bantuan demi meringankan rasa sakit dan pergulatan emosinya. Dengan begini, baik laki-laki dan perempuan bisa saling memahami. Saatnya sama-sama bahagia!=
WANSUS
No. 155 XIX Bulanan | Edisi Mei 2019
9
: “Unila harus segera adakan peraturan rektor,”
Dr. Livia Istania DF Iskandar (Wakil Ketua LPSK RI)
Oleh: Kalista Setiawan
S
ejak peristiwa kerusuhan Mei 1998, Dr. Livia Istania DF Iskandar salah satu Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Republik Indonesia (LPSK RI) periode 2019-2024, mulai tertarik dengan isu kekerasan gender khususnya Pemenuhan Hak Saksi Korban Kekerasan Seksual Perempuan dan Anak serta Tindak Pidana Perdagangan Orang. Wanita lulusan Psikologi Universitas Indonesia ini, sudah pernah menduduki berbagai jabatan penting. Mulai dari, Manajer Program Proyek Kekerasan terhadap Perempuan dengan Lembaga PBB-UNFPA/UNIFEM (2001) dan Koordinator Pemulihan untuk Penyintas di Komnas Perempuan (2001/2002). Selain itu sebelum menjabat Wakil Ketua LPSK RI, Livia mendirikan Yayasan Pusat Pemulihan dan Penguatan Psikososial (PULIH) dan menjabat sebagai pembina di yayasan tersebut. Salah satu reporter Teknokra berkesempatan untuk mewawancarai Livia seusai Focus Discussion Group dengan tema “Membangun Mekanisme Pencegahan Tindakan Kekerasan Seksual di Dunia Kampus” di Ruang Sidang Lantai 2 Gedung Rektorat Universitas Lampung (Unila), Selasa (23/4). Berikut petikan wawancara tersebut :
Bagaimana peran LPSK RI terhadap pencegahan kekerasan seksual di Indonesia? Kami adalah lembaga yang memberikan perlindungan saksi dan korban, sehingga kasus tindak pidana itu bisa berjalan dengan lancar. Dan saksi atau korban bisa merasa aman dan nyaman dalam bersaksi dan meneruskan proses hukumnya. Bagaimana tingkat indeks kekerasan seksual khususnya di lingkungan kampus saat ini di Indonesia? Saya tidak tahu apakah ada indeks itu. Tapi kalau di Indonesia, menurut saya sudah cukup darurat. Karena itu bisa terjadi dimana saja. Mungkin bisa dilihat catatan dari Komnas HAM. Betapa banyak pelaporan setiap tahun itu, ratusan ribu dari seluruh Indonesia dan nanti bisa dilihat dari situ, per hari berapa kasus yang terjadi di setiap tempat. Berapa jam sekali gitu. Kalau di LPSK RI, kami menangani 6 – 7 kasus per minggu (red. kasus kekerasan seksual di Indonesia). Dan kasus-kasus tersebut kebanyakan dari orang terdekat korban. Misal, guru, pesantren, dosen, dan macem-macem. Apa saja yang harus diperhatikan perguruan tinggi dalam pencegahan kekerasan seksual? Seharusnya bagaimana? Harus ada sosialisasi. Menurut saya, adanya sosialisasi biar semua (red. civitas academica) paham. Menurut saya, peraturan tingkat
rektor juga dirasa penting. Harus ada tim progja yang menggodok hal tersebut. Jadi, dari progja itu bisa menghasilkan peraturan rektor, dan telah diberi surat tugas seperti SK (Surat Keputusan) untuk mendirikan tim progja. Dalam 6 bulan atau 4 bulan, mereka harus menyelesaikannya seperti itu. Lalu, dicoba untuk diimplementasikan. Menurut saya, itu penting. Bagaimana tanggapan anda terkait kasus pelecehan seksual yang terjadi saat bimbingan skripsi di lingkup kampus? Kalau menurut saya perlu ada peraturan, baik di tingkat universitas atau di tingkat fakultas. Untuk masalah bimbingan skripsi itu, harus ada batasan-batasanya. Misalnya, hanya dilakukan di jam kuliah. Maksudnya masih batas jam wajar sekitar pukul 09.00 sampai pukul 16.00, paling lambat jam 7 malam. Dan ini harus dilakukan di wilayah kampus. Maka dari itu, seperti yang sudah saya bicarakan (red. Kegiatan Focus Group Discussion), bahwa lingkungan kampus perlu ada polisi kampus. Menurut saya, mereka bisa patroli dan ada sistem perlindungan. Dalam arti kata, jadi jangan sampai kita menempatkan mahasiswi atau mahasiswa di tempat dimana mereka jadi tidak berdaya. Karena antara dosen dan anak didik itukan sebenarnya tidak setara. Jadi, memang harus ada tempat umum seperti perpustakaan atau yang lainnya
(red. Tempat pertemuan bimbingan skripsi). Tanggapan anda terkait penekanan atau pemaksaan yang dirasa sebagai ancaman dari pelaku terhadap korban? Sebenarnya, ya itu, yang mengerikan seperti itu. Makanya, dibutuhkan segera aturan. Mungkin bisa dimulai di fakultas, dan kemudian didukung di tingkat rektorat. Memang perlu adanya aturan, sehingga peraturan tersebut bisa menjaga keamanan dalam hal bimbingan skripsi. Kalau tidak seperti itu, dia (red. pelaku) tidak merasa nyaman. Apa saja jenis-jenis pelecehan seksual dan apa penyebab terjadinya kekerasan seksual tersebut? Kekerasan seksual itu sebenarrya ada sembilan macam ya. Coba nanti kalian cek di website Komnas perempuan, itu ada eksploitasi seksual, perbudakan seksusal, perdagangan orang, dan sebagainya. Ada juga pelecehan verbal dan untuk alasannya sendiri, sebenarnya kita tidak meneliti kenapa. Tapi yang kita tahu, bahwa itu terjadi kebanyakan berasal dari orang terdekat. Misal, ayah sendiri yang melakukan kekerasan seksual terhadap anak, biasanya si pelaku juga pelaku KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Pelaku-pelakunya juga biasanya dari tetangga, di pondok pesantren, guru, dosen, dan lain-lain. Seperti apakah batasan-batasan antara dosen dan anak
didik? Kode etik itu menurut saya penting ya. Seperti ada kode etik dosen, kode etik tenaga kependidikan, juga kode etik mahasiswa-mahasiswi untuk berperilaku. Itu harus sudah ada. Nantinya ada yang memonitor kode etik misalnya, jika menemukan pelanggaran-pelanggaran. Sehingga pelaku bisa diberikan sanksi. Menurut saya sih, bisa dilakukan seperti itu dan kalau mahasiswa (red. korban) tidak bisa nyaman, maka seharusnya ia mengajak teman. Kalau bisa sih ramai-ramai dan saling mendukung saat bimbingan skripsi. Apalagi tugas akhir, dirasa penting untuk saling mendukung. Pentingkah ketersediaan tempat atau lembaga bimbingan konseling pusat di tingkat fakultas dan universitas? Sebenarnya, itu tergantung pihak universitas juga sih. Ada unit pelayanan khusus baik itu di fakultas maupun tingkat universitas, dimana misal mahasiswa bisa melaporkan kalau mereka merasa diperlakukan tidak nyaman, tidak adil oleh dosennya. Bagaimana seharusnya peran unit pelayanan khusus bimbingan konseling di perguruan tinggi? Tidak harus unit, bisa saja ada sebuah tim yang memang bertugas untuk menima telpon (red. customer service) misalnya bisa di tingkat mahasiswa dengan mahasiswa atau sebaya, atau tim yang terdiri dari orang yang independen seperti mediator. Jadi, dia (red. unit pelayanan bimbingan konseling)
bisa menjembatani kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Tanggapan anda terkait peran Unit Pelayanan Konseling Terpadu (UPKT) FKIP Unila dengan kasus pelecehan seksual saat bimbingan? Harus ada implementasi dan yang mematroli. Jadi begini, kalau misalnya mahasiswi disuruh datang malam-malam, ke tempat yang tak jelas. Maka, mahasiswi tersebut harus menolak. UPT tersebut sebaiknya bisa mengadakan layanan telepon (red. customer service) untuk pengaduan seperti itu. Sehingga, UPT tersebut yang nantinya akan melaporkan ke pihak yang berwenang (red. pejabat yang berwenang) dan menangani kasus tersebut lebih lanjut. Kalau ini sudah diatur dalam peraturan rektor, maka lebih baik lagi. Karena, rektor kan punya kuasa sanksi akademis. Satu, dua, tiga kali harusnya ada surat peringatan. Harapan LPSK RI untuk Universitas Lampung? Menurut saya, ini (red. Focus Discussion Group) adalah suatu inisiatif yang sangat baik. Unila membuka diri untuk memberikan langkah-langkah pencegahan dan penanganan. Seperti yang sudah dikatakan pak rektor, bahwa total mahasiswa kan 35 ribu dan kalau 60% adalah perempuan berarti kan sekitar 20 ribu. Nah, disini kita lihat bahwa kekerasan seksual itu terjadi karena ada relasi yang tidak setara. Sudah jelas, bahwa kedudukan dosen dan mahasiswa tidak setara banget. Sehingga, rentan banget pelanggaran etika=
10
SENI
No. 155 XIX Bulanan | Edisi Mei 2019
Misteri Kota Ningi
Oleh: Kalista Setiawan
Malam akhir April, di pelataran gedung para aktivis kampus terdapat dekorasi berbeda dari biasanya. Lima naskah cerita dari beragam karya seniman, dengan empat aktris, seorang aktor dan tiga sutradara yang terlibat, disuguhkan pada Monolog jelang Ramadhan, di Grha Kemahasiswaan Lt. 1, dalam dua hari berturut-turut (27-28/4). Suguhan pertama “Perempuan Pilihan” karya Iswadi Pratama. Dilanjutkan dengan “Dua Cinta” karya Nano Riantiarno. “Misteri Kota Ningi” karya Seno Gumira Ajidarma. Hari berikutnya, “Prita Isteri Kita” karya Arifin C. Noer dan “Wanci” karya Imas Sobariah ditampilkan sebagai penutup pementasan monolog.
memasuki salah satu rumah warga Kota Ningi. Didapatinya sendok-sendok, gelas yang melayang-layang sendiri di atas meja makan. Mimik ketakutan terlihat jelas di wajah pelakon. Peluh keringat yang membasahi wajahnya saat ia mencoba berlari keluar dari rumah warga tersebut, memperjelas kesan ketakutan dan kebingungan. Di akhir cerita, tidak ditemukan alasan jelas mengapa jumlah warga Kota Ningi terus berkurang drastis. Yang tersisa di kota tersebut, akhirnya hanya sang tokoh petugas sensus. “Pada malam hari natal, tinggal aku sendiri yang kelihatan di kota itu. Lonceng gereja berkeloneng, dentangnya bergema sampai ke seluruh kota Ningi, kudengar gema paduan suara menyanyikan ‘Malam Kudus’, dan di langit, bintang-bintang begitu terang. Aku merayakan Natal bersama
orang-orang yang tidak kelihatan. Barangkali aku akan membuat puisi tentang hal ini. Barangkali aku akan memberinya judul The Invisible Christmas. Memang aku hanya seorang petugas sensus yang sederhana, tapi, bolehkan aku merenungkan makna yang fana dan abadi?” “Ini adalah proses pembelajaran ilmu teater. Cita-cita artistik tersebut jangan dijadikan obsesi yang takutnya malah meningkatkan ego. Hal ini harus disertai komitmen yang besar. Harapan saya, para aktor dan sutradara baru bisa mencicipi rasanya memproduksi sebuah pementasan. Untuk kedepan, dibutuhkan kesunguhan untuk mencapai kesempurnaan. Karena kesempurnaan tersebut sebagai pembuktian diri sendiri,” tutur Ari Pahala Hutabarat mengakhiri sesi diskusi malam itu, Minggu (28/4)=
Foto : Ria Shinta Maya
S
orot lampu cahaya kuning dari atas plafon langit-langit kian benderang menyinari sang pelakon yang tengah berdiri di area pementasan. Latar pentas merepresentasikan sebuah tempat di persimpangan jalan. Alunan musik yang sarat kerohanian semakin menambah kesan dramatisasi kesunyian. Dengan balutan busana ala PNS yang ditutupi sweater putih, pelakon membawa tas dan beberapa berkas di masing-masing tangannya. “Misteri Kota Ningi” karya Seno Gumira Ajidarma yang dimainkan oleh Ar Rizky Ryan Fadela (FEB ’16), menjadi salah satu pementasan Monolog Menjelang Ramadhan yang diselenggarakan di Grha Kemahasiswaan Lt. 1, Sabtu (27/4). Kesan misterius mulai tampak, saat pelakon yang berperan sebagai seorang petugas sensus
Foto : Shandy Dwiantoro
ZONA AKTIVIS
Program Kerja Berbasis Pengabdian Kepada Masyarakat Oleh: Shandy Dwiantoro
A
SSETS Unila atau Association of Economic Education Students of Universitas Lampung, adalah salah satu Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Sekilas tak ada yang istimewa dari Himpunan Mahasiswa lainnya yang ada di Unila bahkan terbilang baru yakni berdiri pada tahun 2008 dan
memiliki struktur keorganisasian yang sama layaknya Hima lainnya. Namun ternyata Assets memiliki desa binaan dan telah menghasilkan produk olahan yang menguntungkan. Assets sendiri membuat progja desa binaan 2 tahun yang lalu dan baru tahun 2018 akhir ini mereka fokus untuk lebih mengajak masyarakat yang menjadi tempat desa binaan mereka agar dapat
memaksimalkan sumber daya alam yang ada di desa tersebut. Desa Binaan ini ternyata di perkenalkan untuk mahasiswa pendidikan ekonomi tahun awal, dan merupakan kegiatan wajib dari Prodi, hal ini dilakukan untuk melanjutkan regenerasi dan dapat belajar banyak dari desa binaan yang telah dibuat, agar dapat menambah inovasi dan kreativitas di ling-
kungan mahasiswa dan mengenal Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebelum semester 5. Meski terbilang baru namun dengan anggota Assets yang berjumlah 202 orang tersebut, Assets mampu menghasilkan produk yang dapat membantu warga desa binaan. Tepatnya di Desa Tanjung Agung, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan, menurut penuturan Ahmad Ilham (21) selaku Ketua Assets tahun ini, bahwa Desa Tanjung Agung merupakan desa dengan mayoritas bertani dan berkebun. Awalnya Ilham dan rekan-rekan hanya datang untuk melaksanakan progja yang telah dibuat seperti layaknya KKN, seperti mengajar anak-anak, senam pagi, gotong royong dan lain sebagainya. Namun ketika diamati ternyata desa yang mereka bina ini memiliki potensi sebagai desa dengan penghasil jagung yang cukup besar, namun masyarakat hanya menanam saja dan setelah panen langsung diberikan jagung tersebut ke pengepul untuk dijual. Hal ini sangat disayangkan karena menurut Ilham jagung tersebut harusnya bisa menjadi ikon desa tersebut dan dapat menambah
pemasukan bagi warga. Kopi Jagung, produk yang telah dibuat oleh Desa Tanjung Agung berkat kegigihan Assets, produk tersebut merupakan hasil dari diskusi anggota Assets untuk menambahkan pendapatan ekonomi mereka. Produk kopi jagung sendiri melibatkan mahasiswa pendidikan biologi untuk meneliti apakah kopi jagung ini baik dan dapat dikonsumsi. Kelebihan kopi jagung ini sendiri adalah ramah untuk penderita maag karena mangandung sedikit caffeine dan tidak perlu menggunakan terlalu banyak gula. Sistem produksinya dilakukan oleh warga desa binaan dan Assetslah yang memasarkan produk ini, walau terbilang baru ternyata ide ini disambut baik oleh Dekanat FKIP dan bisa mengajak PT. Bukit Asam dalam hal produksi dan Koperasi Lampung dalam mem-branding produk saat seminar-seminar, karena untuk modal awal Assets harus mengeluarkan uang pribadi hingga puluhan juta. Pemasaran produk juga dilakukan lewat online dan di gerai-gerai sekitar Unila=
POJOK PKM No. 155 XIX Bulanan | Edisi Mei 2019
11
Ekspresi Pelestari saStra
Sang Bumi Ruwa Jurai Oleh: Silviana
M
asih terkenang jelas dalam ingatan Farida Ariyani memori 22 tahun silam. Saat mendapat panggilan dari Sjahroedin, Gubernur Lampung masa itu, untuk mengadakan Seminar Nasional Bahasa Lampung di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. “Waktu itu saya mengundang pakar Prof. Asim Gunarwan yang mempunyai anggapan bahwa kepunahan Bahasa Lampung dimulai tahun 1994,” tuturnya. Mulai dari itulah, putri keempat dari sepuluh bersaudara ini, memiliki semangat yang tinggi dalam memperjuangkan Bahasa Lampung agar tidak punah. Kecintaannya terhadap Bahasa Lampung kian mendalam, saat ia dipersunting oleh pria bersuku Lampung pada 1986. Akhirnya, wanita asal Pringsewu ini pun mengikuti prosesi adat Lampung yakni, angkon atau pengangkatan saudara bagi masyarakat yang bukan keturunan asli suku Lampung. Ia pun mendapat gelar Pangeran Susunan Ratu. “Pada prosesi itu saya merasa terpanggil, betapa sangat di agung-agungkannya budaya Lampung. Kok, mau hilang begitu saja. Kalau bukan kita, tidak ada yang meneruskan,” kenang Farida melanjutkan cerita. Perjalanan Farida memperjuangkan Bahasa Lampung dimulai pada tahun 1998. Saat itu, ia bersama tiga orang merumuskan pembentukan Diploma (D3) Jurusan Bahasa Daerah Lampung di Universitas Lampung (Unila). Selaku ketua tim, Farida mempresentasikan proposal pengajuan jurusan tersebut kepada Prof. Muhajir Utomo, Rektor Unila kala itu. Kerja keras dan kobaran semangat Farida bersama timnya pun berhasil hingga mendapat respon yang baik dari kalangan mahasiswa. “Saat itu luar biasa animo mahasiswa untuk masuk jurusan ini,” ungkapnya haru. Namun pada tahun 2005, Farida harus mendengar kabar yang cukup membuatnya tersentak. Pasalnya, jurusan yang ia ajukan bersama timnya sempat ditutup. Lantaran, pemerintah kabupaten/kota tidak bersedia menerima guru Bahasa Lampung lagi. “Inikan prodi daerah. Kalau bukan daerah setempat yang mengadakan, yah
siapa lagi?” ujar Farida jengkel. Semangatnya tidak pupus hanya karena penutupan jurusan. Farida tetap melakukan koordinasi dengan beberapa guru honorer alumni D3 Bahasa Lampung. Hingga membentuk tim Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Lampung, sebagai wadah para guru berbagi pengalaman. Berbagai pelatihan, kerjasama, beberapa kegiatan seperti lomba bahasa daerah terus digencarkan bersama dengan Dinas Pendidikan dan Kantor Bahasa. Alasannya tak lain, agar bahasa daerah Lampung tetap ada. Saat ini Farida menjabat sebagai Ketua jurusan Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Kecintaannya terhadap “bahasa ibu bumi ruwai jurai” ini, bukan semata karena sang suami. Sebenarnya sejak sekolah tingkat dasar hingga duduk di bangku kuliah, Farida sudah banyak belajar tentang bahasa dan budaya Lampung. Besar di lingkungan pesantren yang dikelilingi banyak suku Lampung, membuat Farida terbiasa dengan adat dan kebudayaan Lampung. Ketertarikannya dengan dunia bahasa yang begitu besar, mengantarkan dirinya untuk melanjutkan studinya ke jenjang strata satu, jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP) Unila. Kemudian, ia pun melanjutkan program studi S2 di
Fakultas Budaya Universitas Padjajaran, Malang. Kota Malang jugalah yang menggerakkan hatinya untuk terus mempelajari bahasa daerah. Terlebih ketika melihat bahasa daerah di pulau Jawa yang terasa begitu hidup. “Mengapa saya melihat bahasa daerah menjadi penting? Karena, dia (red. bahasa daerah) sebagai lambang kebanggaan daerah. Budaya lampung harus dipertahankan melalui bahasa yang digunakan,” tutur Farida dengan memberi penekanan suara. Kesibukannya di bidang akademik tidak mengurangi kegiatanya dalam berorganisasi dan menyosialisasikan budaya Lampung. Di Way Kanan, Farida membina masyarakat khususnya para ibuibu untuk mengembangkan budaya Lampung. Ia juga merupakan Koordinator Bidang Bahasa dan Aksara Majelis Penyimbang Adat Lampung, Pembina MGMP Bahasa Lampung, Koordinator Pembina dan Pengembangan Bahasa Lampung, Staf Ahli Kapolda Bidang Budaya, Dewan pakar Lampung Sai, Wakil Ketua Dewan kerajinan nasional daerah Way Kanan, dan Ketua Dharma Wanita Persatuan Way Kanan. Meski bukan asli orang Lampung, Farida tetap memupuk semangatnya untuk melestarikan bahasa Lampung. Salah satunya dengan mendirikan jurusan itu kembali. Awal tahun 2019, akhirnya program studi (S1) jurusan Bahasa Daerah Lampung tengah kembali diusulkan. “Insyaallah tolong doa dan kerja samanya. Tahun ini, Unila khususnya FKIP akan mengajukan usulan pendirian S1 pendidikan bahasa Lampung. Semua harus bekerja secara terintegrasi. Baik dari pemerintah daerah maupun Unila,” harap Farida= Foto : Silviana
Tuti Nurkhomariyah
Pemimpin Redaksi
Jangan Menghakimi Charles Bukowksi dulunya dalah seorang pecandu alkohal, senang main perempuan, pejudi kronis, kasar, kikir, tukang utang, dan hari-harinya penuh keburukan. Akan tetapi, ternyata Ia punya keinginan seorang penulis. Seluruh media menolak tulisan stresnya. Anehnya ada satu media yang mengontraknya untuk menulis. Akhirnya, si pecundang itu menulis sebuah novel Post Office yang membuatnya tenar. Keberhasilan bukan hasil kegigihanya untuk menjadi seorang pemenang. Namun, dari kenyataan bahwa ia tahu kalau dirinya seorang pecundang. Lalu, mengkisahkan hal-hal paling buruk yang ada pada dirinya dan membagikannya melalui tulisan secara jujur tentangnya. Tentu ada peran orang atau pemilik media yang mau mengontrak paling buruk perilakunya. Sebab, orang yang mengontraknya untuk menulis berpikiran positif ke orang macam Bukowski karena melihat sebuah nilai berharga, yaitu kejujuran. Itulah kisah motivasi dari buku “Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat” karya Mark Manson. Memang terdengar janggal dari kebanyakan buku motivasi lainnya yang mengajarkan hal-hal pikirin positif, menjadi pemenang, bergaul dengan orang berpengalaman, dan sukses tentunya. Memang buku motivasi pada umumnya tersebut membuat kita positif pada diri sendiri. Buruknya, diri sendiri selalu berpikirin negatif mengganggap rendah ke orang lain seperti Bukowski dan mahasiswa yang nakal, malas karena kerjaanya tukang tidur di kelas, menggoda wanita, tidak mau cari uang, bahkan jarang beribadah. Ihwal negatif itulah yang membuat menghakimi orangorang tersebut di kepala kita bahwasannya mahasiswa tersebut masa depannya suram, tidak bakal sukses, memprihatinkan, dan penuh keburukan lainnya. Diperparah lagi sampai-sampai mengambil pekerjaan Tuhan memvonis orang tersebut kafir, bakal dapat adzab dan masuk nereka. Padahal, itu semua masih penuh kerahasian tentang kehidupan dunia dan akhirat. Jadi, pikiran negatif itu tidak sama sekali dapat menerawang masa depan sesorang yang palik buruk sekali pun tingkahnya di bumi ini. Sudah semestinya, tetap memanusiakan manusia. Sehingga, lebih baik terus berpikiran positif ke manusia seburuk apapun tingkahnya karena dengan begitu kita dapat membantunya keluar dari zona buruknya = Tetap Berpikir Merdeka!