Jendela Salam Kami
4
Komitmen
5
Ngekhibas
6
Suara Mahasiswa
6
Kampus Ikam
7
Resensi
10
Inovasi
12
Ekspresi
14
Kyay Jamo Adien
15
Essai Foto
16
Polling
Dituntut Berprestasi, Dipaksa Berdikari
18
Anakedah
19
Laporan Utama
20
Sebaiknya Anda Tahu
24
Gaya Hidup
26
Komik Kyay Jamo Adien 28 Apresiasi
29
Cerpen
30
Asah Otak
31
Opini
32
Pojok PKM
34
Ide : Dhea Putri Utami Desain: Sunia Dzakiyyah Putri Fadiillah dan Ihwana Haulan
Laporan Utama 20
"Itu (hasil karya) prestasi bukan? Dilombakan nggak? kalau kegiatan dia dilombakan kita bantu," ucap Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Yulianto.
Teknokra-September 2021 Edisi 220
3
Salam Kami
Di Tengah Badai Kita Bertahan
T
ak terasa sudah hampir empat semester mahasiswa menjalani perkuliahannya secara dalam jaringan (daring). Sudah berbagai kebijakan dikeluarkan pemerintah untuk mengatur agar pendidikan tetap berjalan walaupun melalui dalam jaringan. Mahasiswa angkatan 2020 yang memasuki dunia perkuliahan sudah berjalan selama tiga semester pun belum merasakan menjadi mahasiswa sebenarnya. Hal ini dikarenakan tidak pernah berkuliah secara langsung atau tatap muka. Sehingga berkurangnya marwah dunia perkuliahan yang dianggap menyenangkan. Tetapi tak semua mahasiswa beranggapan dunia perkuliahan semenyenangkan yang dikhayalkan, karena banyak rintangan yang harus dilalui. Namun apa yang akan kita lalui pada hari ini pasti akan ada manfaatnya dikemudian hari. Senyum lebar harus kita suguhkan di setiap hari untuk menyambut aktivitas yang sudah menunggu. Semua aktivitas mahasiswa dilakukan secara dalam jaringan. Tak terke-
4 Teknokra-September 2021 Edisi 220
cuali kegiatan keorganisasian yang harus dilakukan secara daring. Hal ini menyebabkan semua unit kegiatan mahasiswa harus mengubah sistem mereka dalam keorganisasian. UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) berusaha keras agar organisasinya tetap berjalan di masa pandemi ini. Berbagai usaha dan kegiatan telah mereka selenggarakan, lomba pun tetap berusaha diikuti agar tetap berprestasi meski saat pandemi seperti ini. Masalah sulit dalam berkordinasi melalui daring dan belum beradaptasinya dengan keadaan pandemi hingga turunnya semangat pengurus karena tak diperbolehkan berinteraksi secara langsung menjadi tantangan utama yang harus dihadapi oleh pengurus UKM agar organisasinya tetap hidup. Melalui Majalah Edisi 220 kami mengonfirmasi dan mencari data untuk berita laporan utama dan berita terhangat seputar kampus. Meski di masa pandemi seperti ini kami tetap berusaha menjaga eksistensi produk jurnalistik kami. Pada majalah ini kami membantu
menyuarakan keluh kesah mahasiswa untuk tetap menjalankan organisasi dan tetap berprestasi membawa harum nama Unila diberbagai perlombaan meski di masa pandemi saat ini. Pihak universitas yang mungkin tidak tahu dan kurang memperhatikan keluh kesah anak-anaknya sendiri, meskipun sudah membiayai walau masih kurang dalam pendanaan dan pemfasilitasan. Kami menyadari masih banyak kekurangan, namun kami berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk Universitas Lampung dan teman teman mahasiswa semua. Semoga informasi yang kami sampaikan dapat membantu membuka mata bahwa masih banyaknya kesulitan untuk berprestasi yang dihadapi oleh teman-teman mahasiswa. Melalui pojok PKM meski dalam masa pandemi kami tetap menyuarakan Tetap Berpikir Merdeka!=
Komitmen
Dituntut Berprestasi, DIPAKSA BERDIKARI biaya program kerja mereka, bahkan ada yang harus memakai uang pribadi demi bisa mengikuti kompetisi, seperti yang terjadi pada UKM Tapak Suci, hal ini diungkapkan oleh Sekretaris Umum, Desi Pamungkas Sari (Pend. Ekonomi ’19). “Terkadang beberapa anak karna bentuk kerinduannya terhadap pertandingan banyak yang memakai uang pribadi karena keuangan kita yang menipis dan kadang kurang mengikuti beberapa event,” ujarnya.
S
elama masa pandemi, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) harus menghadapi keadaan yang tak normal untuk mengelola organisasi mereka, banyak tantangan yang harus dihadapi para pengurus UKM. Mulai dari pelaksanaan program kerja yang harus terhambat aturan pembatasan berkegiatan, kesulitan mengembangkan sumber daya manusia, kesulitan pendanaan organisasi dan berbagai tantangan lainnya. Tentunya sebagai elemen mahasiswa, UKM dituntut pihak rektorat untuk berprestasi, namun minimnya fasilitas dan bantuan dana dari pihak rektorat seakan-akan memaksa para pengurus untuk berdiri diatas kaki sendiri demi bisa mengukir prestasi Ada beberapa UKM yang terpaksa melakukan patungan demi bisa mem-
Sayangnya kejadian yang serupa harus dialami oleh UKM Paduan Suara Mahasiswa (PSM). PSM yang mengikuti lomba paduan suara internasional 4th BCS – World Virtual Choir Festival pada 3-8 September 2021 tersebut harus menggalang dana melalui kitabisa.com. Penggalangan dana ini mereka lakukan karena tak ada pemasukan uang di masa pandemi. Mereka mengaku sudah mencoba mengajukan proposal kepada pihak kampus. Namun pemberlakukan kebijakan PPKM Darurat menghambat pengajuan proposal tersebut. Permasalahan mekanisme pencairan dana juga dirasa menyulitkan bagi para pengurus UKM, dana yang baru bisa dicairkan setelah Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) program kerja dikumpulkan ke pihak rektorat membuat banyak pengurus UKM kebingungan untuk mendapatkan modal mengadakan program kerja Salah satu UKM yang mengalami mas-
alah ini adalah Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS), hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum UKMBS, Febrian Malik Arrozaaq (Manajemen’18). “Kebijakan yang dibuat oleh pihak kampus bahwa dana akan diberikan kepada lembaga kemahasiswaan setelah kegiatan dilakukan itu yang bikin kami bingung. Bagaimana mengadakan kegiatan jika dananya menyusul. Jadi kami mau tidak mau, harus mencari uang dari luar untuk memulai sebuah kegiatan,” ujarnya. Selain itu, Wakil Rektor bidang kemahasiwaan dan alumni, prof. Yulianto, juga menanggapi harapan para pengurus UKM di Unila yang mengharapkan dana alokasi tambahan. Ia pun juga mengomentari keputusan beberapa UKM yang terpaksa melakukan iuran agar keuangan organisasi dapat memenuhi kebutuhan pendanaan program kerja mereka, menurutnya UKM harus dapat bekerja sama dengan pihak luar untuk mendapatkan modal . “Kalau ada yang ditambah itu untuk kegiatan perlombaan,” tegasnya. Berbagai kesulitan yang dihadapi oleh UKM membuat produktivitas mereka menurun, pandemi yang telah berlangsung selama 1,5 tahun telah mempersulit mereka untuk mengejar prestasi. Namun minimnya fasilitas dan insentif yang diberikan oleh pihak rektorat menunjukan bahwa tak ada bentuk kepedulian yang serius yang ditunjukan oleh pihak kampus=
PELINDUNG Prof. Dr. Karomani, M.Si. PENASEHAT Prof. Dr. Yulianto M.S, Hero Satrian Arif, S.E., M.H. DEWAN PEMBINA Dr. Eddy Rifa’i, S.H., M.H. ANGGOTA DEWAN PEMBINA Dr. M. Thoha B. Sampurna Jaya, M.S., Prof. Dr. Yuswanto, S.H.,M.Hum., Dr. Maulana Mukhlis, S.Sos., M.IP., Asrian Hendi Caya, SE.,ME, Dr. Yoke Moelgini, M. Si., Irsan Dalimurte, SE., M. Si., MA., Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si., Dr. H. Sulton Djasmi., M.Si., Tony Wijaya, S.Sos., MA. PEMIMPIN UMUM Andre Prasetyo Nugroho PEMIMPIN REDAKSI CETAK Sri Ayu Indah Mawarni REDAKTUR BERITA Ridho Dwi Saputra REPORTER CETAK Dwindy Monica, Putri Cantika , Buliano A’do B (Non-Aktif) PEMIMPIN REDAKSI DARING Annisa Diah Pertiwi REDAKTUR DALAM JARINGAN Sandra Puspita EDITOR Azhar Azkiya REDAKTUR ARTISTIK Ihwana Haulan STAF ARTISTIK Sunia Dzakiyyah, Qia Dinda Fadilla FOTOGRAFER Muhammad Rifqi Mundayin REPORTER DARING Widya Dara, Amalia Sabila M., Arif Sanjaya KAMERAWAN Diah Prastiwi, Syendi Arjuna PEMIMPIN USAHA Dhea Putri Utami MANAGER OPERASIONAL Rahel Azzahra STAF IKLAN DAN PEMASARAN Septa Yuvela Utami STAF KEUANGAN Silvia Agustina KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN M. Faizzi Ardhitara STAF PUSLITBANG Shofy Aulia Afifah(Non-Aktif), Fajar Hendra Jaya KEPALA KESEKRETARIATAN Yesi Sarika STAF KESEKRETARIATAN Pratiwi Dwi Lestari, Antuk Nugrahaning Pangeran MAGANG Mita Nurfadilah, Yunika Istiqomah, Suryaningsih, Rahmat Aryansyah, Davina Syafa Kamila, Abelia Rahma Dini, Tiya R., Shaffa R.J, Ega l.l, Dinny K., Elsyifa A., Rossya A., Afifah, Fauzan Al-Hazmi, Rio Sanjaya S., Ainun Z., Adhitya Putra P, Shobbah Mubarok Robbani, Pria BudiTobing, Syafira Nurrahma, Risa Amelia, NadilaWulandari, Sepbrina Larasati, Ruweisha, Farhan Al Hafaf.
Teknokra-September 2021 Edisi 220
5
Ngekhibas Rektorat kayak hubungan aku sama dia, ribet! Itu renovasi masjid Al-Wasi'i kayak siput, lambat bener. Janji ya, Pak, ini civitas academica yang meninggal terakhir karena Covid.
INFORMASI
Apabila ada berita yang mengalami kekeliruan, civitas academica dapat mengirimkan hak jawab ke alamat redaksi. Terima kasih. Tetap Berpikir Merdeka!
Kirim hak tanya jawab ke alamat redaksi: Gerha Kemahasiswaan Lt. 1. Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandarlampung 35145 Email: teknokratv@gmail.com
SUARA MAHASISWA Begitu banyak kendala yang saya rasakan sebagai mahasiswa baru di Unila. Begitu susahnya pembelajaran online yang dilakukan saat ini. Apa lagi saya adalah mahasiswa yang bertempat tinggal di daerah pegunungan, susah sekali sinyal dan sekolah online itu sangat membutuhkan jaringan yang sangat stabil. Jika memang tidak s e u t u h n y a b i s a offline, setidaknya ada pertemuan walau hanya sekali dalam sepekan untuk bertemu dengan dosen atau teman-teman. Agar lebih memahami pembelajaran serta bisa bertukar pikiran tanpa adanya gangguan jaringan. Dede Maesin_Bahasa Prancis_2021
Ingin meminta peniadaan pembuatan laporan praktikum dengan model asistensi atau pun asisten laboratorium yang kurang bersahabat, banyak teman teman yang sakit karena hal tersebut. Flavio Figo_Teknik Mesin_2020 Alamat: Gerha Kemahasiswaan Lt. 1. Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 3541 Email: teknokratv@gmail.com I Website: www. teknokra.com I Instagram: teknokraunila
6 Teknokra-September 2021 Edisi 220
Kampus Ikam
RENOVASI MASJID AL-WASI'I TERHENTI Oleh: Syendi Arjuna Unila-Tek: Sejak 2017, proses renovasi Masjid Al-Wasi’I tak kunjung selesai. Renovasi ini bertujuan untuk perluasan masjid di bagian utara. Proses tersebut pernah terhenti dan dilanjutkan kembali pada tahun 2019 lalu. Namun, hanya terfokus pada penataan ruang ibadah. "Di awal 2020, pembangunan dilanjutkan pada kepengurusan Ketua Masjid Almarhum Prof. Sunarto yang di bawahi langsung oleh Rektor Unila, Prof Karomani. Melanjutkan pembangunan bagian utara masjid yang tadinya masih di lantai dasar saja. Sekarang sudah berlanjut di bagian lantai atas terkait renovasi," ucap Rio Sanjaya, Badan Pengurus Harian (BPH) Masjid Al-Wasi'i. Saat ini pembangunan Masjid AlWasi'i kembali terhenti. Hal ini disebabkan oleh kurangnya dana yang
selama ini berasal dari infak jemaah. Masdar Helmi, Ketua Bidang Pembangunan Masjid Al-Wasi'i menjelaskan bahwa sampai sekarang dana untuk pembangunan masih menggunakan dana dari masyarakat. Masdar menjelaskan pembangunan akan dilanjutkan tahun depan dengan mengupayakan sumber dana dari rektorat dan masyarakat. "Dulu kita menggunakan dana masyarakat. Kemudian,kita masih mencoba meneruskan menggunakan dana masyarakat dari kepemimpinan Pak Rektor di awal-awal dulu. Namun kenyataan memang kita sulit. Mulai tahun depan insyaAllah kita sudah mulai menggunakan anggaran dari unila," katanya. Ia menjelaskan target penyelesaian masjid ini pada tahun 2022
dan penyelesaian keseluruhan arsitektural pada tahun 2023. Pembangunan masjid pada saat ini baru sampai bagian utara yang sekarang dijadikan tempat parkir dan juga pada bagian struktur lantai dua. Hendra Winata (Administrasi Negara'19) mengatakan belum ada perubahan yang signifikan dari pembangunan masjid Al-Wasi'i sejak ia menjadi mahasiswa Unila. "Harapan yang pastinya kalau ngomongin masalah infrastruktur ditambah untuk infrastrukturnya, segala macamnya. Apa lagi sekarang Al-Wasi'i lagi ditahap pembangunan yang udah hampir berjalan dua tahun tapi ya masih begitu saja,” katanya =
KINERJA SATGAS COVID-19 UNILA DINILAI TAK OPTIMAL Oleh: Dwindy Monica Unila-Tek: Berdasarkan rilis unila. ac.id yang bertajuk “Doa Bersama Keluarga Besar Universitas Lampung” menyebutkan 27 nama civitas academica yang berpulang pada masa pandemi. Banyak diantaranya meninggal diakibatkan Covid-19. Salah satu dosen Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila), Limin Santoso yang pernah terjangkit Covid-19 menyatakan tidak pernah mendapatkan layanan apapun dari Tim Satgas Covid-19 Unila. “Kalau saya pribadi, tidak pernah mendapatkan respon apa pun dari Satgas itu sendiri. Yang ada hanyalah solidaritas dari rekanrekan di fakultas saya,” ucapnya. Ia juga menyatakan bahwa sejak melakukan isolasi mandiri hingga istrinya wafat, belum pernah mendengar, merasakan, ataupun melihat respon dari tim Satgas Covid-19 Unila.
Senada dengan hal tersebut, Bavo Wahyu Kusumantoro (Ilmu Kelautan’19) yang juga sempat terjangkit Covid-19 menyatakan bahwa Tim Satgas Covid-19 Unila belum bekerja secara maksimal. “Selama laporan, kan awalnya ditanya perlu kebutuhan apa. Terus saya minta obat, tapi sampai hari ini udah hampir seminggu belum ada kabar. Mungkin karena banyak juga yang melapor,” jelasnya. Ia berharap Tim Satgas Covid-19 Unila kedepannya dapat lebih responsif dan sigap dalam melaksanakan tugasnya. “Harapannya supaya lebih sigap dan lebih jelas sistemnya, lebih di proses dulu data yang melapor dan diberi kabar lagi agar ada kejelasan saat menunggu,” harapnya. Ketua Tim Satuan Tugas (Satgas)
Covid-19 Unila, Prof. Asep Sukohar menyatakan bahwa ia dan timnya sudah melaksanakan tugasnya secara optimal. “Menurut saya, kami ini sudah bekerja secara optimal. Yang jadi masalah itu mereka dapat Covid dari luar wilayah kampus Universitas Lampung,” ucapnya saat diwawancarai pada Selasa (27/7). Ia juga menegaskan bahwa Tim Satgas Covid-19 Unila telah mengadakan 8 kali sosialisasi sejak tahun 2020. Selain itu, mereka juga ikut andil dalam penanganan, penguburan dan menyalurkan bansos di lingkungan kampus setempat. Tim Satgas Covid-19 Unila saat ini beranggotakan kurang lebih 20 orang guna untuk mengatasi pandemi Covid-19 di Unila=
Teknokra-September 2021 Edisi 220
7
Kampus Ikam EMBUNG UNILA BELUM PERNAH DIKURAS Oleh: Pratiwi Dwi Lestari
Unila-Tek: Pada 2019 Universitas Lampung (Unila) mendapatkan bantuan hibah pembangunan embung dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di bawah Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Namun, hingga kini empat embung yang dibuat belum pernah dibersihkan airnya.
Foto : Muhammad Rifqi Mundayin
Sejumlah Satpam (Satuan Pengamanan) muntah setelah melakukan Pendidikan Pelatihan Dasar (Diksar) tingkat Gada Pratama, Universitas Lampung, Rabu (25/8). Kegiatan ini dibina langsung oleh Direktorat Binmas Polda Lampung dengan mematuhi protokol kesehatan.
AGROWISATA MELON UNILA KEMBALI TERBENGKALAI Oleh: Sunia Dzakiyyah Fadhiilah Putri Unila-Tek: Agrowisata Melon Universitas Lampung (Unila) kini kembali terbengkalai. Hal ini diakibatkan mitra sudah tidak mau lagi bekerjasama dengan Badan Pengelola Usaha (BPU). Direktur Utama BPU Unila, Endi Hasibuan mengatakan mulanya Unila menggunakan sistem bagi hasil yang dikelola dengan skema Kerja Sama Operasional (KSO). Namun kini pengelolaan agrowisata Unila menerapkan sistem sewa yang sangat mahal. Hal itu menyebabkan BPU kesulitan mencari mitra. “Sewanya ini luar biasa mahal, mungkin dihitung-hitung kurang lebih 4 bulan dalam satu masa melakukan agrowisata sekitar Rp 150 jutaan hanya untuk sewa,” ungkapnya. Ia mengatakan tidak tahu kapan agrowisata Unila kembali dibuka. Menurutnya, mengelola agrowisata itu perlu modal yang besar. Sehingga, pihaknya tidak mungkin mengelola tanpa adanya anggaran. Sedangkan BPU hanya dianggarkan pengeluaran rutin untuk perbaikan infrastruktur yang sudah ada.
8 Teknokra-September 2021 Edisi 220
“Saya serahkan kepada rektorat, kalau dikasih anggaran saya lanjutkan. Tapi kalau mencari mitra saya tidak mau,” katanya. Salah satu mahasiswa, Ajeng Diah Kinanti (Sejarah ’19) m e n g a k u s e r i n g m e n d e n g a r pertanyaan terkait agrowisata melon Unila yang berhenti beroperasi. Menurutnya, sangat disayangkan jika kebun tersebut terbengkalai. “Sayang aja gitu kalau lahan nya terbengkalai karena kemarin-kemarin kan sempat rame juga ada agrowisata,” ujarnya. Felisitas Anggita Widyapastika (Ilmu Komunikasi ’20) mengaku belum pernah berkunjung ke Agrowisata Melon Unila. Menurutnya, tanah tersebut tetap digunakan.
“Dari pada tanahnya terbengkalai, lebih baik ditanam kembali beberapa buah-buahan atau sayur-sayuran, juga menjadi tempat yang asri dan bisa menambah nilai jual,” pungkasnya=
“Petugas kebersihan bekerja setiap hari dan bekerja bersama-sama, petugas kebersihan khusus yang hanya membersihkan embung saja belum ada, pembersihannya pun masih menggunakan alat manual dan belum pernah melakukan pengurasan embung,” ujar Ngadiman, Subkoordinator Rumah Tangga. Salah satu mahasiswa, Rani Nibras Idham (PG PAUD' 18) mengaku sering ke embung untuk jalanjalan pagi. Namun, ia mengeluhkan air embung yang keruh. "Jujur di sekitaran embung, saya masih menemui beberapa sampah botol atau makanan ringan dan untuk kebersihan air di embung sendiri sih seperti yang kita tau ya, airnya masih keruh atau kurang bersih," ucapnya. Munafatin Afifah (PPN’19) menyampaikan pernah melihat petugas yang membersihkan embung. Ia berharap Unila tetap menjaga kebersihan embung dan segera membrikan petugas kebersihan di sekitar embung. Juru Bicara Rektor Unila, Kahfie Nazaruddin mengatakan Unila akan membagi petugas khusus. Sehingga, setiap sektor dipertanggungjawabkan secara tetap oleh sejumlah petugas tertentu. “Solusi komprehensif sedang digodok, perlu komprehensif karena harus memperhitungkan faktor mahasiswa. Sekarang di masa pembatasan kegiatan, mahasiswa tidak ke kampus. Kelak ketika keadaan sudah normal, sampah dari mahasiswa akan sangat banyak, terutama anorganik. Mahasiswa juga wajib bertanggung jawab agar kampus bersih," jelasnya =
Kampus Ikam UNILA TERIMA HIBAH RUSUNAWA Oleh : Septa Yuvela Utami Unila-Tek: Universitas Lampung (Unila) akan membangun Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) baru tiga lantai di samping Rusunawa lama. Pembangunan ini merupakan hasil hibah dari Kementerian Pembangunan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinas Pembangunan Umum Rusunawa Unila, Erwin Ferianto mengatakan Rusunawa ini merupakan salah satu program kerja dinas PUPR yang diperuntukkan kepada mahasiswa Universitas Lampung. Foto : Muhammad Rifqi Mundayin Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong, Pimpinan Unila dan Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) mengunjungi Kandang Rusa Universitas Lampung setelah menghadiri Focus Group Discussion "Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya" pada Jum'at (3/9).
BPU ALAMI PENURUNAN PROFIT Oleh: Arif Sanjaya
“Sebenarnya pembangunan ini merupakan program kerja kami. Tidak hanya rusunawa unila saja, kami juga membangun bangunan horizontal yang diperuntukkan untuk aparat sipil negara lainnya dan juga untuk ASN (Aparatur Sipil Negara),” ujarnya. Ia berharap Unila dapat mengelola Rusunawa dengan baik. Pembangunan ini dimulai pada awal bulan Juni 2021 lalu dan diperkirakan selesai pada pertengahan Desember 2021. Namun, diperkirakan juga terlambat karena Dinas PUPR menghemat anggaran.
Unila-Tek: Badan Pengelola Usaha (BPU) Universitas Lampung mengalami penurunan profit selama pandemi berlangsung. Direktur Bisnis BPU Universitas Lampung, Hanung Ismono mengatakan hal ini disebabkan karena tidak banyak aktivitas mahasiswa yang dilakukan di wilayah kampus. Namun, BPU mengalihkan dengan membuka unit usaha baru dan juga program magang untuk mahasiswa Unila.
Ia juga masih berusaha agar lebih banyak mahasiswa dengan latar belakang jurusan yang lebih beragam dapat magang di unit usaha BPU. Selain itu, pasar rakyat yang biasanya buka pada hari sabtu dan minggu di sebelah Gedung Serba Guna (GSG) Unila juga terpaksa tutup. Hal ini dikarena adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di lingkungan Unila.
“Tetapi kami juga masih melakukan monitoring terhadap Rusunawa yang berupa mutu, peruntukan, dan pemanfaatan agar tidak salah dalam hal pengelolaan. Jika nantinya ada kesalahan dari peruntukan mau tidak mau nantinya akan kami sampaikan,” tuturnya.
“Ini ada agrowisata, lagi diistirahatkan tanahnya, nanti kita tanam lagi. Kemarin ada sekitar 6-10 orang gitu anak-anak pertanian ikut terlibat dari nol sampai panen,” tuturnya.
Salah satu pedagang, Sarbini (46) mengaku omzet penjualannya menurun. Hal ini disebabkan sejak Juli lalu ia tidak dapat berjualan di Pasar Rakyat Unila.
Kepala Bagian Hukum Tata Laksana Barang Milik Negara Umum (HTLBMNU) Unila, Sulaemi membenarkan bahwa gedung Rusunawa yang sedang dibangun itu adalah hibahan dari Dinas PUPR.
Namun sayangnya mahasiswa dari Fakultas Pertanian (FP) serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) saja yang bisa mengikuti program magang.
“Ada perubahan (penurunan penjualan), tapi nggak besar-besar amat. Untuk sementara ini dagang-dagang dulu katanya, yang penting jaga kebersihan,” ujarnya=
“Untuk peruntukannya nanti setelah jadi diserahkan ke Unila. Nah itu baru yang mengelola adalah BPU (Badan Pengelola Usaha) Unila,” ujarnya. Salah satu mahasiswa, Alda (Ilmu Komunikasi ’17) berharap Rusunawa baru dapat bermanfaat untuk banyak umat dan berfungsi sebagaimana mestinya. Fasilitas dan bangunan Rusunawa baru ini sama seperti Rusunawa yang sudah ada. Bangunan ini nantinya dilengkapi dengan satu kamar tidur yang berisi empat orang dan kamar mandi di luar= Foto : Muhammad Rifqi Mundayin
Para pekerja memasang Ijuk Aren untuk peresapan tanah di Lapangan Sepak Bola Universitas Lampung (Unila) yang sedang direnovasi, Rabu (22/9).
Teknokra-September 2021 Edisi 220
9
Resensi
The Boy Who Harnessed the Wind Oleh: Suryaningsih
Judul Film
: The Boy Who Harnessed the Wind
Sutradara
: Chiwetel Ejifor
Produser
: Andrea Calderwood, dan Gail Egan
Penulis Naskah : Chiwatel Ejiofor Tanggal Rilis Negara Bahasa
D
iawali dengan anak petani yang lahir di desa pedalaman bernama Kasungu di Negara Malawi. William sebagai tokoh utama di film ini sadar bahwa desanya akan selalu dilanda kekeringan sepanjang tahun. Saat mengenyam bangku pendidikan, William sudah memiliki rasa ketertarikan dengan alat-alat elektronik, ditambah saat di perpustakaan sekolahnya William melihat buku yang berjudul "Using Energy". Dari situ William ingin membuat air dari kincir angin untuk membantu semua orang di desanya. Bukan hal yang mudah untuk membuat kincir angin, polemik kehidupan yang harus dihadapi William diceritakan melalui banyak segi seperti pendidikan, politik, sosial, dan ekonomi. Hal ini membuat film ini bisa dikatakan selalu penuh konflik dari awal cerita. Bahkan ada satu adegan di mana keluarga William berunding untuk ingin makan malam atau sarapan dikarenakan stok makanan yang terbatas, yang memungkinkan mereka hanya dapat makan sekali sehari. Tergambar jelas kondisi Malawi kala itu yang setiap kepala menderita kelaparan. Ketika semuanya dilanda kelaparan, kriminalitas makin tinggi, orangorang dipaksa mencuri makanan oleh negara karena isi perut mereka. Bantuan tak kunjung datang, keluarga William akhirnya selalu menjadi korban dari pencurian lumbung makanannya. Satu per satu tetangganya pindah, meninggal. Bahkan anjing kesayangan William harus mati karena kelaparan. Ejifor, sutradara sekaligus pelakon dalam film ini mengemas sisi politik yang kusut di Malawi dengan sangat rapih, Ejifor berperan sebagai Trywell ayah William yang berwatak idealis. Bahkan satiran yang menyentuh penonton saat Trywell
10Teknokra-September 2021 Edisi 220
: 25 Januari 2019 : Britania Raya, Malawi : Chichewa, Inggris
berkata,"Demokrasi seperti singkong impor: cepat membusuk." Yang mana melihat realita demokrasi di negara Malawi ketika dipegang oleh partai petahana tidak mampu mengakomodir kebutuhan rakyatnya, ironisnya ketika rakyat menyuarakan keluhan tindakan represi digencarkan. Akibat kacaunya politik tersebut segalanya menjadi mahal dan langka. Nasib malang William tidak berhenti sampai di situ saja, selain kemarau panjang yang melanda Desa Kasungu hingga membuat tanah menjadi tandus dan tanaman diladang tidak dapat tumbuh. Hal itu berakibat petani setempat gagal panen termasuk ayahnya. Kemiskinan dan kelaparan terjadi di sana, bahkan tak sedikit petani yang akhirnya memutuskan untuk menjual ladang mereka, serta banyak anak - anak yang harus putus sekolah, salah satunya William. William yang putus sekolah merupakan potret buram dari kapitalisme pendidikan di Malawi. Mereka yang dapat bersekolah yakni mereka yang punya uang, jika tidak ada uang tidak bersekolah. Terjerat di antara pentingnya pendidikan dan isi perut membuat anak-anak Desa Kasungu terpaksa berhenti sekolah. Walaupun William harus berhenti sekolah semangatnya untuk belajar tak terhenti. Ia membujuk guru sains nya yang bernama Mike Kachigunda untuk memberinya akses masuk ke perpustakaan. Dari perpustakaan ini lah ia mempelajari listrik dan produksi energi. Kondisi kehidupan di Kasungu semakin tak tentu arah, hujan tak lekas turun, dan kelaparan terjadi di mana-mana. Hal ini kemudian mendorong Agnes, ibunda dari William untuk membujuk Trywell agar mempertimbangkan kembali permintaan putra mereka . Akhirnya karena dorongan keadaan Trywell menyetujui hal tersebut. William dengan bantuan warga Desa
Kasungu akhirnya berhasil mendirikan turbin angin untuk mengalirkan air dari dasar tanah menuju ladang - ladang warga, serta wilayah pemukiman, dan karena hal itu ia berhasil menyelamatkan desanya dari bencana kekeringan dan kelaparan. Film The Boy Who Harnessed diangkat dari kisah nyata berdasarkan isi buku yang ditulis oleh William Kamkwamba dan Bryan Mealer dengan judul yang sama. Karya sineas Inggris ini tayang perdana di Festival Film Sundance pada 25 Januari 2019, dan saat ini dapat ditonton secara streaming di Netflix. Tambahan, William Kwakamba adalah tokoh nyata, bahkan beberapa kali ia diundang dalam talkshow terkenal yaitu TED Talks karena hidupnya menginspirasi banyak orang. Film yang berdurasi 1 jam 53 menit ini membawa penonton pada situasi yang dialami oleh tokoh di dalam cerita. Akting dari para aktor juga begitu memuaskan sehingga karakter yang ditampilkan dalam film dapat tersampaikan secara nyata, bahkan penonton dapat terbawa alur emosional yang tersaji pada tiap adegan. Film ini banyak sekali mengandung pesan positif tentang kehidupan, menyajikan bagaimana perjuangan seseorang untuk mengg apai impiannya walau tidak didukung dengan fasilitas dan lingkungan yang memadai. Dari sini kita dapat tahu belajar bukan hanya dari bangku sekolah tetapi bisa di mana pun dan kapanpun itu. Ejifor, sang sutradara membangun realitas film dari adegan per adegan secara runut. Namun, kekurangan film ini hanya tidak diperankan oleh tokoh-tokoh terkenal. Secara keseluruhan film ini sangat cocok untuk anda yang menyukai cerita inspiratif dengan bumbu-bumbu drama di dalamnya. Karena tidak hanya disajikan tentang bagaimana William membangun turbin, tetapi juga bagaimana suka dukanya ia menempuh pendidikan =
Resensi
27 Steps Of May Oleh: Fajar Hendra Jaya
Judul
: 27 Steps of May
Sutradara
: Ravi Bharwani
Produser
: Wilza Lubis
Penulis Naskah
: Rayya Makarim
Tanggal rilis
: 28 November 2018
Durasi
: 112 menit
Negara
: Indonesia
Bahasa
: Indonesia
F
ilm ini merupakan drama keluarga yang disutradarai oleh Ravi Bharwani. Ia membuat skenario film dengan Rayya Makarim, serta Wilza Lubis yang berposisi sebagai produser. Rilis pada tahun 2018, film oleh rumah produksi Green Glow Pictures yang berkerja sama dengan Go Studio ini sukses meraih Golden Hanoman Award. 27 Steps of May menceritakan sosok May (Raihaanun) saat usianya baru 14 tahun, berjalan sendirian usai menikmati wahana perahu kora-kora dengan seragam sekolah yang masih menempel di tubuhnya. Saat melewati area sepi, datang beberapa pria berbadan besar yang tiba-tiba menyekapnya dan menariknya masuk ke dalam sebuah gudang. May, sekuat tenaga menyelamatkan dirinya namun ia tetap kalah. May dibaringkan secara paksa dan mendapatkan penyiksaan. Lalu diperkosa secara bergantian oleh para pelaku. Sejak malam itu hingga delapan tahun kemudian May tidak mau keluar kamar, apalagi untuk keluar rumah, bahkan saat rumah tetangganya sedang terbakar dia tetap mengurung dirinya di kamarnya yang serba putih. Jika bapaknya (Lukman Sardi) memaksa, May akan histeris lalu berlari mengurung diri di dalam toi-
let dan melukai pergelangan tangannya. Setiap hari, May menjalankan rutinitas yang sama. Ia juga membuat boneka dan Bapak menjualkannya dengan bantuan kurir (Verdi Solaiman). Bapak juga merasa sangat bersalah atas kejadian pahit yang menimpa May. Ia menganggap kejadian ini karena dirinya tidak mampu menjadi pelindung bagi anaknya. Rasa kekecewaannya ia tumpahkan ke atas ring tinju amatir. Semakin buruk kondisi May, maka akan semakin bagus performanya di arena tinju. Kelebihan dari film ini karena Ravi membuat para pemeran untuk tidak sekadar membaca naskah, tapi juga merasakan esensinya. Lalu membawakan pesannya ke penonton melalui akting. Penyampaian pesan itu melalui akting yang minim dialog untuk menampilkan dinamika hubungan anak dan ayah, antara May dan Bapak. Ia menampilkan trauma pemerkosaan secara non-verbal. Sayangnya, hal itu menjadi kendala untuk memaknai cerita. Namun, hal itu juga dapat membuka ruang interpretasi yang luas bagi penonton. Film ini diperkuat karena menampilkan banyak elemen yang bersifat simbolis. Seperti sosok May yang hanya mengurung diri di kamar selama 8 tahun, digambarkan sebagai korban kekerasan
seksual kadang justru yang disalahkan. Atau seperti boneka-boneka yang ia rias. Boneka tersebut terkadang menampilkan para tokoh dalam film. Saat May mengingat kejadian pemerkosaan, boneka pakaikan seragam yang terkoyak dan lusuh. Boneka itu juga penah berpakaian seperti pesulap (Ario Bayu) yang tinggal di balik kamar May. May dan si pesulap menjalin kedekatan melalui lubang yang ada di tembok kamar. Entah itu nyata atau hanya khayalan yang ada di kepala May. Pesulap digambarkan sebagai teman sejati yang memastikan bahwa korban kekerasan itu tidak sendiri. Ia ada untuk mendengar dan membantu May keluar dari trauma. Hadirnya pesulap secara tak langsung membuat May untuk mengakhiri masa isolasi diri. 27 Steps of May menggambarkan pengalaman traumatis yang dialami oleh korban kekerasan seksual. Proses penyembuhannya tidak semudah membalik telapak tangan. Tidak hanyak sebagi media hiburan, film ini juga sebagai membawa misi pembelaan untuk mereka yang sedang trauma, pernah trauma, atau yang sedang berupaya agar trauma yang sama tidak terulang lagi di masa depan=
Teknokra-September 2021 Edisi 220
11
Inovasi
Ingatkan Tsunami Dini dengan U-TEWS Oleh : Diah Prastiwi
12Teknokra-September 2021 Edisi 220
Inovasi
T
ahun 2013 Unila kedatangan Profesor Wolfgang P. Buerner, seorang profesor dari University of Illinois at Chicago yakni ahli sensor dari Amerika yang menjadikan Krakatau sebagai objek penelitiannya. Wolfgang berpesan selain sisi positif, potensi bencana yang ditimbulkan oleh Krakatau ini sangat besar. "Ia juga memperkirakan dari hasil risetnya tidak sampai 30 tahun akan ada erupsi besar, yang dampaknya bahkan melebihi letusan 1883. Namun, tidak ada persiapan bagi masyarakat yang berada di sekitar daerah Gunung Krakatau," ujar Ardian yang menirukan ucapan ahli sensor dari Amerika tersebut. Dikutip dari tulisan Yudhicara dan K. Budiono "Tsunamigenik di Selat Sunda: Kajian terhadap katalog Tsunami Soloviev" kondisi geologi dasar laut Selat Sunda yang labil, terutama disebabkan oleh perkembangan struktur geologi aktif yang membentuk terban, juga berpotensi menimbulkan bencana longsor apabila dipicu oleh gempa bumi. Sementara kondisi topografi pantai yang relatif terjal dengan tingkat pelapukan yang tinggi di sekitar Teluk Semangko dan Teluk Lampung. Mendengar petuah tersebut, Ardian menyadari bahwa potensi tsunami bisa datang kapan saja. Berangkat dari hal itu, Ardian dan tim dosen Fakultas Teknik Universitas Lampung (Unila) yang berada di bawah organisasi Krakatau Research Centre menciptakan sebuah alat peringatan dini tsunami yang disebut U-TEWS (Unila Tsunami Early Warning System) berbasis PUMMA (Perangkat Ukur Murah Muka Air Laut). Alat ini mulai dikembangkan pada tahun 2019 dan pertama kali digagas oleh sebuah organisasi bernama Krakatau Research Centre dengan tujuan menghimpun seluruh sumber daya manusia yang ada di Unila (Uuntuk bersama-sama melakukan penelitian terkait Gunung Krakatau. Dalam jurnal yang ditulis oleh Erlita Tantri yang berjudul "Letusan Krakatau 1883: Pengaruhnya Terhadap Gerakan Sosial Banten 1888" letusan besar Gunung Krakatau terjadi pada 26 dan 27 Agustus 1883 Saat itu, Krakatau yang mengeluarkan jutaan ton batu, debu, dan magma. Materialnya menutupi wilayah seluas 827.000 km². Pada hari kedua, letusan Krakatau diikuti oleh gelombang besar tsunami yang membawa material vulkanik berupa magma dan batu panas menghantam Pesisir Lampung dan Banten yang
mengalir ke laut dari pusat erupsi. Menyebabkan letusan Krakatau adalah unik dan berbahaya bagi daerah-daerah pantai di sekitarnya. Runtuhnya badan gunung inilah yang menimbulkan gelombang besar (tsunami) yang maha dahsyat. Efek tsunami dari letusan menyebabkan Gunung Krakatau menjadi sangat berbahaya dan mematikan. Karena hal itu juga, dosen Jurusan Teknik Elektro sekaligus Koordinator Krakatau Research Centre Ardian mengakatakan, alat yang telah diciptakan ini dilengkapi dengan sensor utama yang mengukur keadaan gelombang air laut,sensor cuaca(mengukur kecepatan angin), sensor suhu dan sensor intensitas cahaya, sehingga selain digunakan untuk sistem peringatan dini tsunami alat ini dapat menghasilkan data yang dapat digunakan untuk melakukan kajian-kajian lain terkait dengan lingkungan. Proses pembuatan alat ini menggunakan beberapa komponen seperti sensor ketinggian yang berfungsi mengukur ketinggian muka air laut yang diatur dengan controller, dan sensor air sebagai pendeteksi air yang apabila air melebihi batas ambang hingga mencapai kotak sensor maka alarm akan hidup. Selain itu, terdapat solar charge controller yang fungsinya untuk melindungi dan melakukan otomatis tegangan baterai agar tegangan tidak melampaui batas. Kemudian terdapat kamera CCTV sebagai pemantau kondisi lingkungan secara real-time. Akan tetapi, alat ini mempunyai kelemahan, yaitu masa operasionalnya hanya bertahan 2 sampai 3 tahun. Kelemahan lain dari alat ini adalah mudah untuk dioperasikan namun, sulit dalam melakukan pemeliharaanya. Untuk cara kerjanya sendiri Ardian menjelaskan, masyarakat dapat memperoleh informasi dari perangkat Early Warning System melalui sensor yang dikirimkan. Gagasan tersebut tercipta karena sensor yang digunakan pada alat ini tidak hanya untuk mengukur gelombang air laut, sehingga saat ini dapat dikembangkan sensor untuk mengukur tekanan air laut dangkal pada kedalaman 100 meter di dalam air laut. "Pada saat sensor mendeteksi tanda-tanda akan terjadinya tsunami kemudian sensor akan mengirimkan data ke pusat kontrol yang ada di Unila. Pada saat yang sama data tersebut kemudian dikirimkan ke papan informasi yang
telah ditempatkan di wilayah pesisir," jelasnya. Dengan melibatkan kearifan lokal, tim peneliti memilih masjid atau musala yang terdekat dengan pesisir laut untuk menempatkan papan informasi tersebut. Alasannya karena masjid merupakan salah satu properti yang mempunyai kepercayaan tinggi oleh masyarakat selain itu, di dalam masjid juga terdapat aliran listrik. "Sejak tahun 2018 melalui kegiatan pengabdian masyarakat, tim peneliti melakukan kegiatan edukasi bagi masyarakat pesisir terdekat dengan teknologi," tambahnya. Awalnya pembuatan alat ini sempat terkendala dana, sebab tim peneliti tidak mendapatkan dukungan baik dukungan dana dari pemerintah maupun pihak Unila itu sendiri. Menurutnya kita berbeda dengan pola pikir pemerintah Jepang dan Eropa. Pola pikir mereka adalah kalau sudah terjadi bencana membangun kembali apa yang sudah ada itu jauh lebih besar. "Pengembangan ini dilakukan dengan dana dari tim peneliti sendiri yang kemudian dapat bantuan dari Pusat Riset Kelautan,"ujar Ardian. Meskipun terkendala dana, sejak mulai beroperasional hingga saat ini, kualitas dari alat ini terus dikembangkan dari yang sebelumnya hanya fokus pada Early Warning System kini mulai mengusung sebuah konsep dengan nama IKON (Integrated Krakatoa Observation Network) yaitu jaringan observasi Krakatau terpadu. Ardian mengatakan secara keseluruhan dana untuk pembuatan alat ini memakan biaya kurang dari Rp 100 juta/ unit, harga tersebut sudah sangat murah untuk alat peringatan dini tsunami. "Biaya tersebut jauh lebih murah dibandingkan dengan alat peringatan dini tsunami yang dibangun oleh BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) yaitu sekitar Rp 6 miliar," katanya. Dosen Jurusan Teknik Elektro ini juga mengatakan penciptaan alat ini merupakan sebuah peluang bisnis yang mungkin belum terpikirkan oleh para stake holder, karena di Lampung sendiri terdapat sekitar 300 desa yang berada di wilayah pesisir. "Belum lagi industri-industri yang berada di wilayah pesisir sehingga hal ini merupakan peluang bisnis industri kreatif berbasis teknologi," pungkasnya=
Teknokra-September 2021 Edisi 220
13
Ekspresi
Mulai Bisnis dari Sedekah Oleh : Azhar Azkiya
K
enapa mengambil Jurusan Pendidikan? Kenapa tidak mengambil Jurusan Ekonomi kalau ingin berbisnis?” Beberapa pertanyaan yang sering didengar oleh Muhammad Malik Purnama atau yang biasa akrab dipanggil Malik. Pertanyaan tersebut sering ditanyakan kepadanya karena jiwa semangatnya belajar berwirausaha. Mahasiswa yang mengidolakan Tung Dasem Waringin ini, sudah memiliki bisnis konveksi sendiri. Hal ini bermula saat ia ditugaskan mencari konveksi untuk membuat seragam organisasi. Ia diberikan peluang usaha dan melihat peluang yang sangat potensial pada bisnis tersebut. Hingga akhirnya muncul ide bisnis yang menjanjikan ini. Ia mengajak rekan-rekannya untuk memulai bisnis konveksi ini. “Kita memang sudah menjalani usaha bisnis dari beberapa tahun sebelumnya. Jadi jiwa-jiwa bisnis itu sudah ada. Bisa kita laksanakan dan bisa menghasilkan, baru kita garap ke beberapa tempat. Makanya ketika diamanahkan untuk mencari vendor, mulai dari situ kita jadikan peluang usaha,” tuturnya.Malik mengajak organisasi luar untuk bekerja sama membuat seragam dengan organisasinya. Ia memproduksi seragam dari Bandung yang ia tangani secara dalam jaringan (daring). Ia juga sempat beberapa kali ditipu oleh pihak produksi. Di umur 19 tahun, ia mengalami kerugian hampir Rp 100 juta. Ia kebingungan dan tak berani menceritakan ke orang tua atau pun teman-temannya karena khawatur mereka panik. “Yang pasti waktu ditipu sampai 100 juta itu langsung syok dan down banget. Saya pinjam sana sini pada tidak bisa akhirnya ya mau tidak mau kita sendiri yang menyelesaikan. Pada saat itu saya termotivasi menonton video dari Dewa Eka Prayoga dan bukunya yang berjudul melawan kemustahilan. Jadi dia pernah ketipu 7,7 Miliyar. Belajar dari cerita tersebut yang saya ambil adalah ketika saya berada di titik jenuh kehidupan, maka mintalah kepada Yang Maha Kuasa,” ujarnya. Namun, itu tidak membuatnya berlarut-larut pada kesedihan. Tak bu-
14Teknokra-September 2021 Edisi 220
tuh waktu lama, dengan menerapkan sedekah brutal yang ia pelajari dari Dewa Eka Prayoga, ia kembali memulai bisnisnya dari awal dengan lebih semangat. Dengan pertimbangan biaya produksi yang lebih minim serta waktu produksi yang mudah diatur, kini ia telah membuat konveksi sendiri. “Memang pada saat itu, saya memang butuh uang yang sangat banyak dan saya punya tabungan sedikit, bukannya saya kumpulkan untuk menyelesaikan urusan itu tapi malah saya sedekahkan uang tabungan saya. Ya Alhamdulillah, Allah ngasih jawaban permasalah itu. Masalah itu selesai tanpa saya ketahui ini selesai dari mana, sedangkan orang tidak ada yang meminjamkan,” katanya. Ia juga pernah dipandang sebelah mata karena terlahir dari keluarga yang sederhana. Ketika ingin masuk ke perguruan tinggi, mendapat beasiswa, serta m e n jalankan bisnis,
ia selalu diremehkan dan diragukan oleh orang lain. “Tetapi saya tidak memperdulikan mereka. Karena fokusku adalah masa depan bukan orang-orang yang membicarakanku. Orang-orang yang membicarakanku pastinya akan bertepuk tangan ketika aku telah sukses,” ucapnya. Ketika pandemi pertama kali menimpa Indonesia, usaha yang dirintisnya pun juga terdampak pandemi. Semua kampus dan sekolah tutup, kegiatan mahasiswa dan anak sekolah beralih aktivitas semua dialihkan menjadi daring. Sehingga mereka tidak membutuhkan seragam. Akibatnya omzet usahanya mengalami penurunan yang sangat drastis. Jika sebelum pandemi, biasanya bisa mencapai Rp 70 juta omzet yang dicapainya. Namun ketika pandemi omzet yang dicapainya hanya sekitar Rp 30 juta. Laki-laki yang juga mengidolakan Anthony Robbins ini mulai berpikir bagaimana cara mengatasi kendala pada bisnisnya. Ia pun mengubah target pemasaran yang mulanya hanya mahasiswa dan anak sekolah yang berada di Lampung menjadi ke lembaga-lembaga pemerintahan, perusahaan, dan instansi-instansi lainnya. Karena berdasarkan risetnya, walaupun kampus dan sekolah tutup, banyak perusahaan yang masih buka. Bahkan semenjak wwwpandemi ia juga mengubah nama bisnisnya. Sebelumnya bisnis tersebut bernama Lamban Produksi, kini berubah namanya menjadi Seragamin Konveksi. Kini konsumennya sudah berada di 34 provinsi di Indonesia. Dari berbagai lembaga pemerintahan, perusahaan-perusahaan serta instansi-instansi lainnya. Bahkan omzetnya pada bulan Agustus mencapai Rp 84 juta. Hal lain dari sisi usahanya adalah tak berorentasi pada target bisnisnya saja, usahanya juga menaungi beberapa Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Melalui program pemberdayaan, ia bersama timnya membantu UMKM di Kabupaten Pringsewu. “Jangan gengsi, nanti ketika hidupmu sukses akan jauh lebih bergengsi,” pungkasnya=
KyayJamo JamoAdien Adien Kyay Ilustrasi : Syendi Arjuna
Teknokra-September 2021 Edisi 220
15
Esai Foto
16Teknokra-September 2021 Edisi 220
Esai Foto Mengais Rezeki di Kala Pandemi Sejak pagi, para pedagang sudah bekerja ekstra untuk memasarkan dagangan. Dengan lapak seadanya, mereka menggelar dagangan sambil menunggu pembeli bahan makanan yang mereka tawarkan. Aktifitas di pasar tradisional terlihat ramai di bawah terik matahari. Pasar Pasir Gintung adalah salah satunya pasar tradisional yang letaknya sangat strategis di tengah Kota Bandarlampung. Pasar ini berfokus dari luar agen pedagang sayuran, buah, dan daging. Pasar Pasir Gintung selalu mendapat tempat khusus bagi masyarakat. Roda perekonomian masyarakat Lampung berjalan cepat walaupun dalam dimasa pandemi COVID-19, saat beberapa sektor perekonomian lumpuh dan tertatih-tatih. Foto : Muhammad Rifqi Mundayin
Teknokra-September 2021 Edisi 220
17
Polling Jajak Pendapat Mahasiswa Ihwal Seberapa Pentingkah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Bagi Warga Kampus Unila
Ilustrasi : Ihwana Haulan
Seberapa penting kehadiran BEM di lingkungan Unila?
Apakah ada perbedaan dengan ada atau tidaknya BEM di lingkungan Unila?
Apakah BEM di Unila menjadi sarana belajar organisasi dan politik kampus?
Apakah BEM di Unila sudah menjalankan tugas sebagaimana mestinya?
Apakah BEM di Unila sudah dapat dikatakan sebagai panutan bagi para mahasiswa di Unila?
Apakah peran BEM dapat digantikan oleh lembaga kemahasiswaan lain?
18Teknokra-September 2021 Edisi 220
Anakedah Sudah Ditunggu Malah Ditinggal
Ilustrasi : Ihwana Haulan
Oleh : Andre Prasetyo Nugroho “Ramadan tiba, Ramadan tiba.” Jika lagu itu sudah muncul di televisi setiap rumah, mau rumah orang kaya atau kere, t e t a p l a h l a g u y a n g d i l a n t u n k a n oleh Opick itu akan tetap ada sepanjang televisi masih diproduksi. Selain lagu, iklan sirup yang tidak bisa saya sebutkan mereknya karena tidak di-endorse, hal yang identik dengan Ramadhan adalah ”buka bersama”. Memang sialan tiada duanya ketika ajakan bukber (buka bersama) datang serentak seperti taktik Blitzkrieg Jerman pada Polandia di Perang Dunia II. Bahkan saya pernah dimasukan grup TK Islam YPQ dan wacananya untuk bukber bareng teman TK. “Orang-orang sudah pada gila ya?” Pikir saya ketika pertama kali dimasukan ke dalam grup itu. Saya langsung keluar grup demi menghemat uang saya. Memangnya apa yang ingin dinostalgiakan oleh bocah berumur 5 tahun dalam masa TK-nya? Paling prioritas untuk bukber menurut saya adalah teman main di rumah, karena dengan mereka saya terhindar dari suasana canggung setiap bukber. Tidak bertemu lama sampai tidak ada obrolan, yang akhirnya masing-masing kepala menghadap gawainya ketika sama-sama diam. Berangkatlah kami berempat dengan dua motor Beat sama-sama warna biru, entahlah Bagus dan Reza -pemilik motor dengan warna sama- bisa serasi dalam pemilihan jenis dan warna. Saya bareng Bagus, dan Reza bareng Biladi. Kami berempat sudah seperti Coboy Junior yang belum dan tidak akan bubar. Untuk berbuka kami cari tempat yang paling cozy, murah, dan banyak menunya. Kami berempat sudah menemukan tempat yang pas, tapi butuh 30 menit untuk ke sana. Memang jauh, tapi saya selalu berpikir kapan lagi, cuma setahun sekali ini dan tidak sering-sering. Tetapi jangan lupa korelasi antara bukber dengan berkurangnya pahala yaitu terlewatnya salat wajib
dan tarawih pada saat itu. Tapi saya selalu berpikir kapan lagi, cuma sekali ini dan tidak sering-sering. Sebenarnya suasananya bukber bersama teman rumah tidak beda jauh ketika nongkrong di depan pos dekat rumah yang setiap jam 12 ke atas nyamuk akan ikut nimbrung, bincang tentang pekerjaan, kuliah, perempuan, sepak bola, agama, filsafat dan hal yang tidak bisa disebukan satu per satu. Kami bahas, dengan rokok menempel di bibir sampai es batu di minuman kami sudah tidak ada bentuknya. Itu pertanda kami disuruh pulang oleh yang punya. “Mau pulang nggak?” Tanya Biladi sembari mengecek isi dompetnya ada atau tidak. “Sebatang dulu.” Kata Reza sambil menyalakan kembali Gudang Garamnya. “Ndre nanti ingetin gua beli bensin ya.” Selesai membayar ternyata Biladi kurang Rp 3000. Sudah biasa bagi kami bertiga ketika Biladi kurang uang pas jajan. Nambal kekurangannya adalah tugas Bagus, saya sendiri ogah membantu karena ingat kejadian yang membuat saya geleng-geleng kepala. Pernah saat saya traktir dia teh botol di swalayan 24 jam. Tiba-tiba dia meminta minuman saya yang baru saya beli dengannya. “Lah kenapa minta punya gua, gua kan beliin buat lu juga.” “Ini buat di rumah aja gua minumnya, gua bagi punya lu.” Kata Biladi dengan entengnya, dia manusia terpelit yang pernah saya temui sepertinya. Setelah membayar, kami berempat langsung tancap gas untuk pulang. Saya membonceng Bagus karena ngantuk katanya, sedangkan Reza ingat bahwa ia akan mengisi bensin di SPBU terdekat. Jam menunjukan pukul 10 malam. Di kota sistem kapitalis sangat dekat, buktinya segala sesuatu buka 24 jam untuk meraup keuntungan yang sangat besar. “Lu berdua tunggu di sana ya, gua sama Biladi mau ngisi bensin dulu.” Kata Reza sembari menunjuk warung dekat SPBU.
“Iya jangan lama-lama gua udah ngantuk parah ini.” Kata Bagus sembari menguap. Duduklah kami berdua di warung agak remang, penjualnya seorang perempuan paruh baya. Mereka melihat kami duduk tanpa membeli sesuatu di warungnya. Peka akan hal ini saya langsung membeli air putih agar tidak disinisin. Memang jika dilihat SPBU malam itu ramai, saya berasumsi karena jam pulang kerja dan mereka-mereka yang pulang bukber berpikiran sama dengan Reza untuk mampir isi bensin. Hampir satu setengah jam kami menunggu, Bagus sudah merebahkan kepalanya di meja warung karena sudah ngantuk berat, tidak ingin membangunkan Bagus yang sudah mulai terlelap, saya langsung keliling SPBU untuk mencari mereka berdua. Tidak ada mereka ternyata! SPBU sudah mulai sepi dan saya kembali ke warung, lalu notifikasi Whatsapp dari Reza muncul yang menanyakan kami sudah pulang apa belum. “Udah nyampe belum lu pada? Sorry ya gua ngebut bawa motornya.” Isi pesan Reza yang saya baca. Saya yang membaca langsung sontak membalas. “Lah lu goblok apa gimana dah, gua masih di warung deket SPBU ini nungguin lu tadi.” “Serius?” Kata Reza singkat, padat, dan bodoh. “ Ya iyalah, lu masa nggak inget
bawa gua tadi.”
“Anjir, sorry banget ya. Lu ma sih di s ana nggak? Gua jemput lu dah.”
Katanya dengan rasa bersalah dan masih dibalut oleh kebodohan. Bagus yang sudah tertidur saya bangunkan, saya beri tahu bahwa kami berdua ditinggal oleh Reza dan Biladi karena kelupaan. Bagus yang tadinya ngantuk menjadi segar sembari mengeluarkan kata yang jarang saya dengar. “Untung belum imsak, jadi gua bisa bilang Reza sama Biladi goblok banget. Udah ditungguin malah ditinggal” =
Teknokra-September 2021 Edisi 220
19
Laporan Utama
Dituntut Berprestasi, DIPAKSA BERDIKARI Oleh: Arif Sanjaya dan Syendi Arjuna
"Itu (hasil karya) prestasi bukan? Dilombakan nggak? kalau kegiatan dia dilombakan kita bantu," ucap Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Yulianto.
S
udah hampir sembilan belas bulan, sejak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menerbitkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19), Gerha Kemahasiswaan Universitas Lampung (Unila) hening dan minim kegiatan. Gedung yang biasanya ramai aktivitas dari berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di dalamnya, kini hanya tersisa beberapa anggota UKM yang masih mempertahankan organisasinya. Daun-daun gugur serta rumput liar tumbuh di halaman Balai Rektorat (Balrek). Lapangan yang biasanya digunakan untuk latihan bela diri, rapat, atau pun hanya sekedar kumpul-kumpul itu kini kosong dan sepi. Hal ini mengakibatkan UKM yang ada di Unila harus jatuh bangun, beradaptasi dengan pandemi, dan mencari cara agar organisasinya tetap aktif. Seperti UKM Menwa (Resimen Mahasiswa) yang harusnya lebih banyak kegiatan secara langsung. Komandan UKM Menwa, Febri Firdaus (Pend. Matematika ’18) mengakui sulit bagi mereka untuk tetap bertahan di awal masa pandemi. Ia juga mengungkapkan bahwa dirinya pun sempat kebingungan menghadapi situasi yang ada. “Jujur untuk pendidikan karakter, sulit sekali untuk online, karena kita tidak bisa melatih kedisiplinan hanya lewat materi, harus ada praktik, sedangkan kita sulit juga mau praktik karena pandemi,” keluhnya. Serupa dengan UKM Menwa, UKM Saintek juga merasakan hal yang sama. Presiden UKM Saintek, Jihan Aferiansyah (Teknik Informatika ’18) mengeluhkan kendala komunikasi yang berat
20Teknokra-September 2021 Edisi 220
selama masa pandemi. Menurutnya, interaksi yang berjalan secara virtual dirasa tidak efektif untuk membangun organisasi. “Tantangan Saintek itu memang dalam menjalankan program kerja dan regenerasi nantinya karena komunikasi terbilang tidak terlalu intens bertemu hanya melalui platform jadinya emang kedekatan anggota mungkin bisa dibilang pasif,” ungkapnya. Hampir Vakum Karena Pandemi Akibat pandemi, UKM Kempo hampir vakum karena tidak ada aktivitas lagi. Hal ini disebabkan banyak anggota yang berada di luar kota Bandar Lampung, sehingga tidak bisa datang latihan secara langsung. “Cara mengatasinya yaitu dengan cara mengadakan pertemuan online dan pemberian materi latihan secara online serta melaksanakan program kerja yang bersifat tidak tatap muka,” kata Rafi Andika Hermawan Gultom (Teknologi Hasil Pertanian’19), Ketua Umum UKM Kempo. Radio Kampus Unila (Rakanila) juga sempat meliburkan siaran melalui Basecamp Rakanila selama diterapkannya PPKM Darurat di wilayah kampus. Direktur Rakanila, Yuyun Alpiani (Sosiologi ’18) mengungkapkan bahwa ada perubahan penyiaran selama masa PPKM. “Untuk siaran kita masih (ada) namun tidak mengikuti jadwal mengudara di frekuensi, hanya melalui streaming saja dengan waktu yang longgar jika ada anggota yang berkesempatan untuk siaran,” ungkapnya. Hal yang sama dirasakan oleh UKM Futsal yang sempat berhenti total selama beberapa bulan di awal masa pandemi. Ketua Umum UKM Futsal, Dody Saputra (Teknik Mesin ’18) mengatakan selama pandemi UKM Futsal kesulitan untuk latihan secara langsung serta be-
lum meraih prestasi. “Keadaan UKM Futsal setengah tahun kebelakang tidak baik karena adanya Covid-19 membuat UKM futsal sempat terhenti 1 sampai 3 bulan untuk atlet maupun organisasi UKM Futsal,” ujarnya. Lapangan Sepak Bola Unila Dibongkar UKM Sepak Bola juga kesulitan untuk latihan secara langsung. Kegiatan fisik harus terpaksa terhenti karena keadaan yang tidak diperbolehkan dan tidak memungkinkan di masa pandemi ini. Biasanya, UKM Sepak Bola rutin mengadakan sparring partner dan juga mengikuti kompetisi. Sekarang hanya latihan rutin tiga kali seminggu, dan hanya diikuti anggota yang berada di Bandarlampung. Namun kini lapangan sepak bola Unila yang biasanya jadi tempat mereka latihan tidak bisa lagi digunakan. Sekretaris Umum UKM Sepak Bola, Muhamad Reza (Penjaskes '19) mengaku sedih karena lapangan tempatnya berlatih dibongkar. Sebelumnya tidak ada pemberitahuan mengenai renovasi lapangan tersebut. Ia mengetahuinya saat hendak ke lapangan tenis dan melihat lapangan sepak bola sudah dibongkar pada Selasa (3/8) lalu. "Tapi kalau untuk sekarang lapangannya lagi dibongkar, kita break latihan, pelatihnya mungkin mencari lapangan lain untuk latihan," ucapnya. Tak hanya latihan, pembelian barang dan kegiatan UKM Sepak Bola juga terhambat akibat dana yang tak kunjung diberikan. Proposal kegiatan yang diajukan beberapa bulan lalu tidak juga mendapat respon. "Kalau yang kegiatan Trofeo itu sudah habis lebaran, tapi kalau untuk ke-
Laporan Utama
Ilustrasi : Sri Ayu Indah Mawarni
giatan cone-cone (pengadaan barang) itu kapan ya lupa saya. Nggak ada respon pas ngajuin itu, nggak ada balesan," jelasnya. UKM Prestasi Sulit Ikut Kompetisi Pada Oktober mendatang, UKM Futsal akan mengikuti kompetisi Liga Mahasiswa Lampung (Limapela). Agar bisa tetap bisa latihan secara langsung, UKM Futsal menyiasati dengan menerapkan protokol kesehatan. “Kami mengatasi tantangan ini dengan menyiapkan hand sanitizer, masker, thermogun agar setiap atlet UKM Futsal Unila tetap mematuhi protokol setiap akan memasuki lapangan latihan,” jelas Dody. UKM Tapak Suci juga tak bisa banyak berpartisipasi dalam kompetisi, sehingga pada akhirnya tak terlalu banyak prestasi yang bisa dicapai meski pun mereka sebenarnya sangat ingin berpartisipasi. “Yang paling sulit adalah selama dua tahun ini rasanya sangat sepi bagi kami ketika tidak merasakan tanding secara langsung, akhirnya beberapa kendala kami tuntaskan dengan mengubah kegiatan secara virtual, begitu pula beberapa event kami selalu ikut walaupun hanya dengan virtual saja,” kata Sekretaris Umum Tapak Suci, Desi Pamungkas Sari (Pend. Ekonomi ’19). Gunakan Uang Pribadi Untuk Lomba UKM Tapak Suci juga mengalami masalah keuangan yang berdampak pada partisipasi mereka dalam kompetisi. UKM ini juga harus pintar-pintar menghemat uang untuk program kerja. “Selama pandemi kendala pendanaan sangatlah sulit bahkan kas kami sangat sedikit dan setiap pengeluaran selalu diirit-irit agar UKM terus berjalan tanpa kekurangan uang,” ungkap Desi. Ia juga mengungkapkan bahwa ada anggota Tapak Suci yang membiayai ongkos kompetisi dengan uang pribadi. Walau tak banyak mengikuti perlombaan, UKM Tapak Suci tetap meraih gelar juara 3 nasional virtual yang diadakan oleh Badan Pembina Olahraga mahasiswa Indonesia (Bapomi) Jawa Timur. “Karena bentuk kerinduan terhadap pertandingan banyak anak yang memakai uang pribadi, keuangan kita yang menipis dan kadang kurang mengikuti beberapa event,” ucapnya. Tidak Mengandalkan Uang dari Rektorat Ketua Dewan Perwakilan Maha-
siswa (DPM), Umar Bassam (Hukum ’18) juga mengaku kesulitan untuk mengajukan proposal. Bahkan proposal kegiatan Musyawarah Nasional (Munas) Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia (FL2MI) sempat terhambat selama dua bulan. Sehingga ia menggunakan uang hasil pendaftaran. "Kita mengadakan Munas FL2MI. Cuma pelaksanaanya itu kemaren kita meminta uang pendaftaran ke seluruh anggota FL2MI yang ada di Indonesia. Kemarin itu kita habis sampai 10 juta lebih untuk pelaksanaannya. Tapi alhamdulillah uangnya tercukupi dari uang pendaftaran itu," jelasnya. Namun, ia mengaku setelah acara munas berlangsung Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Yulianto menghubunginya untuk membuat laporan kegiatan. Hal ini dimaksud agar mendapatkan dana dari universitas. Keluhan juga datang dari UKM KSR PMI (Korps Suka - r e l a
Palang Merah Indonesia). Annisa Nur Fadhilah (THP ’17), Wakil Ketua UKM KSR PMI mengaku mengalami kesulitan pada pencairan dana. Menurutnya, kesulitan ini dikarenakan pihak Rektorat menutup akses yang disebabkan oleh kebijakan PPKM Darurat di Unila. Akhirnya informasi mengenai pencairan dana pun menjadi simpang siur. “Jadi kaya kita dibuat menunggu dan pencairannya itu juga bertahap gitu kalau dari pengalaman. Jadi apa bila kalau kita sudah mendesaknya gitu udah bener-bener butuh dananya, biasanya diberikannya itu sebagian tidak full yang dari kita minta gitu. Apabila LPJ-nya itu sudah selesai baru nanti diberikan lagi sisanya," jelasnya. Buka Donasi Untuk Lomba Nasib nahas juga dirasakan oleh UKM Paduan Suara Mahasiswa (PSM). Saat hendak mengikuti lomba paduan suara internasional 4th BCS – World Virtual Choir Festival pada 3-8 September 2021 lalu, PSM harus menggalang dana melalui kitabisa.com. Hal ini mereka lakukan agar tetap bisa mengikuti lomba. Ketua Umum UKM PSM, Stephanie Uliartha Simarmata (Agribisnis’18) mengaku sudah mencoba mengajukan proposal ke rektorat. Namun, ia harus kesana-kemari karena mekanisme pengajuan proposal yang sangat sulit. Hingga kompetisi berakhir pun dana belum juga didapatkan. Padahal PSM mendapat juara silver medal. "Belum ada sekali (uang) dari rektorat, karena mereka bakal ngasih kalo LPJ-nya sudah jadi,” katanya. Mekanisme Pengajuan Proposal dan LPJ yang Sulit UKM Hindu juga masih menggunakan uang pribadi untuk kegiatan yang diperoleh dari dari pengadaan dana usaha, sponshorship dan juga donatur. Hal ini dikarenakan UKM Hindu belum mengajukan proposal dan juga Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) ke pihak rektorat. Ketua Umum UKM Hindu, I Made Ikho Lokananta (Administrasi Bisnis ’18) mengatakan belum jelasnya alur mekanisme untuk mengajukan ke pihak rektorat. Menurutnya, hal ini diakibatkan oleh ditetapkannya bekerja dari rumahh (BDR). “Coba kalau ada announcement resminya bahwasanya dari pihak rektorat atau pihak BP2M (Badan Pengelolaan Prestasi Mahasiswa) bilang semua kegiatan administrasi terkait proposal dan LPJ kita alihkan ke daring melalui email apa atau apa, kita kan jadi jelas
Teknokra-September 2021 Edisi 220
21
Laporan Utama gitu," jelasnya. Ia berharap agar pihak kampus lebih mendukung kegiatan yang dilakukan mahasiswa dalam bentuk fasilitator dan juga finansial secara penuh. Aprio Sitanggang (Manajemen’18), Ketua Umum UKM Katolik juga mengatakan pengajuan proposal kegiatan atau pun LPJ untuk pencairan dana sangatlah sulit dan memakan waktu yang cukup lama. Ia juga meminta transparansi dana untuk UKM agar tidak ada timbul kecurigaan antara mahasiswa dengan pihak universitas. “Sebenarnya kalo kita masukin lewat loket, biasanya lama.Tapi kalo kita sendiri yang naikin, kadang bingung prosedurnya kita ke BAK dulu, apa ke Mas Tyas langsung, apa bisa ke BP2M. Cuma yang saya tahu ke loket BAK dulu, kita minta kertas paraf buat di tanda tangan ke ruangan BP2M, habis itu bisa kasih ke Mas Tyas/ke loket BAK lagi,” ucapnya. Mekanisme Pengajuan Proposal Unila Masih Jadul Sama seperti UKM Hindu, UKM UISA (Unila’s International Students Association) juga mengeluhkan mekanisme pengajuan proposal dan LPJ yang sulit. Mulanya, Ketua Umum UISA, Rendynothe Yuranda (Akuntansi’18) mengatakan lancar dalam pengajuan proposal. Namun, akhirnya ia merasa kesulitan karena harus mengajukan secara daring dan juga harus menyerahkan dokumen fisik ke loket rektorat “Jadi terlalu banyak tembusan padahal sekarang juga udah era digital. Unila bilangnya mau digital tapi hal-hal sepele gini yang bisa dikirim google drive atau google form itu juga udah bisa ngeliat data base-nya. Mungkin Unila juga perlu belajar tentang perkembangan teknologi itu gimana, biar mempermudah semuanya, mempercepat aksesnya juga sih,” ungkapnya. Karena tidak mendapat bantuan dari rektorat, UKM UISA memungut biaya kepada peserta acara yang dilaksanakan agar kegiatan tersebut dapat berjalan. Hal ini dilakukan agar anggota dan juga peserta pertukaran budaya atau pertukaran pelajar tetap merasa nyaman. Selain menggunakan uang pribadi, UKM UISA juga mengajukan pro-
22Teknokra-September 2021 Edisi 220
posal kegiatan ke perusahaan untuk mendapatkan bantuan dana. Namun, mereka juga harus membuat acara sesuai yang diinginkan perusahaan yang telah membantu. “Jadi dari awal kita emang nggak ngeluarin duit sama sekali tapi, kita nyari sponsorship, itu yang agak susah. Belum ada dana bantuan dari beberapa pihak yang sebenernya bisa untuk ngasih kita, padahalkan kita bawa nama kampus dan juga bawa nama baik dari Lampung itu sendiri," jelasnya. Produktif Berkarya, Dana Tandus Hal serupa juga dialami oleh UKM Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala). Ketua Umum Mapala, Vito Carmanda Ale Saputra (Teknik Mesin ’20) mengatakan anggota dan senior UKM Mapala harus iuran agar progjanya terlaksana. “Cukup sulit jika harus mengandalkan dana dari Unila karena sekarang program terlaksana, LPJ jadi (dahulu) baru duit bisa keluar, itu sebenarnya cukup mempersulit,” ujarnya. Selama pandemi, Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) telah memproduksi karya seni. UKMBS Unila telah merilis mini album “Menuju Rumahmu” melalui grup musik Orkes Bada Isya yang merupakan salah satu divisi UKMBS Unila. Mereka juga merilis karya tulis yaitu buku yang berjudul “Estetika Kaum Tertindas”. Tak hanya itu, mereka juga melaksanakan teater kesenian sampai ke luar daerah. Namun, Ketua Umum UKMBS, Febrian Malik Arrozaaq (Manajemen’18) mengungkapkan bahwa mereka kekurangan modal untuk membiayai program kerja mereka. Ia mengatakan sangat sulit, memakan proses yang panjang, serta membutuhkan dana yang sangat besar untuk menciptakan karya. “Dana yang diberikan rektorat per periode sangat kurang. Kami melakukan sokongan untuk menutupi biaya produksi karya seni yang tak balik modal, mekanisme pencairan dana yang rumit juga dianggap semakin menyulitkan,” ungkapnya. Menurutnya, mekanisme pencairan dana dari rektorat sangat sulit. Rektorat akan memberikan dana setelah kegiatan dilaksanakan. Ia merasa Unila tidak memberikan apresiasi terhadap karyakarya UKMBS. “Bagaimana mengadakan kegiatan
jika dananya menyusul? Jadi kami mau tidak mau, harus mencari uang dari luar untuk memulai sebuah kegiatan. Dengan menciptakan buku dan mini album itu memberi dampak baik kepada Unila. Tidak adakah bentuk apresiasi atau support yang lebih?” ujarnya Hasil Karya Bukan Prestasi Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Yulianto mengatakan pihak rektorat baru akan memberikan tambahan dana apabila ada prestasi yang dicapai melalui perlombaan. Menurutnya, hasil karya dari UKMBS bukan prestasi karena tidak diperlombakan. “Itu (hasil karya) prestasi bukan? Dilombakan nggak? Kalau kegiatan dia dilombakan kita bantu,” katanya. Ia juga mengatakan pemberian dana alokasi tambahan tidak mudah. Ia berharap UKM dapat menyiasati tantangan yang mereka hadapi secara mandiri. Terkwzait UKM yang melakukan iuran, Prof. Yulianto menyarankan UKM harus dapat bekerja sama dengan pihak luar untuk mendapatkan modal. “Ada dana operasional organisasi, itu ada 8 juta. Kenapa nggak dibuat usulan buat beli kuota? Kan nggak pernah ada diskusi gitu dari mereka. Uang kita itu sekedar bantuan kegiatan, jadi kekurangannya bisa cari tambahan dari sponsor, dari kerjasama ini itu, itulah tugas mahasiswa, bukan kita (yang) membiayai seutuhnya,” ujarnya. Menurutnya, dana baru akan diberikan setelah kegiatan selesai agar tak memberikan hambatan administratif bagi perbendaharaan rektorat. Ia berpesan kepada UKM agar membaca buku pedoman Sistem Informasi Manajemen Pemeringkatan Kemahasiswaan (Simkatmawa). “Saya mau setiap pengurus UKM belajar Simkatmawa, jangan ego dikegiatannya sendiri aja, akibatnya nggak baca buku itu dia nggak bisa merancang program apa yang bisa mendapatkan prestasi nasional,” tegasnya. Peringkat Naik, Prestasi Turun Walau tahun ini Unila mendapat peringkat 14 besar perguruan tinggi terbaik di Indonesia dan 601-800 tingkat dunia versi Times Higher Education (THE) Impact Ranking, serta 10
Laporan Utama besar perguruan tinggi teratas nasional versi Scimago Institution Ranking, Prof, Yulianto mengakui bahwa terjadi penurunan prestasi di tingkat universitas selama masa pandemi. “Universitas ada penurunan, tapi di fakultas banyak yang jadi juara nasional, jadi ketutup dari prestasi dari kegiatan fakultas. Pilmapres kita ikut final, belum pernah Unila masuk final Pilmapres, tahun ini agak kurang. PKM tahun kemarei dapet juara satu, tahun ini cuma juara 3,” jelasnya Ia juga mengatakan akan mengumpulkan prestasi mahasiswa untuk diberi penghargaan nantinya. Bentuk BP2M Untuk Prestasi Mahasiswa Rektor Universitas Lampung, Prof. Karomani mengatakan dalam kondisi yang tidak bisa tatap muka, UKM harus lebih kreatif. Ia mengatakan tidak akan melarang kegiatan mahasiswa asal kegiatan tersebut positif. Ia berharap UKM dapat mencari inovasi kegiatan agar dapat berlangsung tetapi tidak dilakukan secara luring. Ia juga mengatakan dirinya sibuk sehingga tidak bisa hadir dalam setiap acara UKM. Menurutnya, ia selalu berkomunikasi dengan Wakil Rektor 3 (WR 3) dan juga telah membentuk Badan Pengelola Prestasi Mahasiswa (BP2M) agar prestasi mahasiswa menjadi lebih baik. “Karena tingkat kesibukan saya yang tinggi dan kan sudah ada WR 3. Saya mantan WR 3, saya mengerti dunia hutan belantara mahasiswa. Saya selalu komunikasi dengan WR 3, malah saat ini ada BP2M, itu lebih baik dari zaman saya dulu. Jadi tidak berkurang perhatian saya kepada mahasiswa,” tuturnya saat dijumpai setelah acara Penyerahan Simbolis Fasilitasi Pengembangan Inkubator dan Penyerahan Bantuan Wirausaha di Gedung Serba Guna (GSG) Unila pada Rabu (8/9) lalu. Pengajuan Dana Secara Daring dan Luring Ketua Badan Pengelola Prestasi Mahasiswa (BP2M), Hartono mengatakan pengajuan yang dilakukan oleh UKM tidak bermasalah jika berkasnya sudah terpenuhi. Ia menjelaskan dua cara pengajuan proposal dan LPJ secara daring dan luring. Untuk daring bisa mengajukan melalui sistem yang telah disediakan dan untuk persetujuan dilakukan secara luring. Ia membenarkan bahwa ada misko-
munikasi dengan loket pengajuan proposal yang menyebabkan mahasiswa bingung dengan alur pengajuan proposal dikarenakan loket tutup. Hal ini terjadi karena diterapakannya BDR sehingga karyawan tidak bekerja di kantor. Mengenai pelaksanaan kegiatan mahasiswa yang masih kekurangan dana, ia mengatakan bahwa pengajuan dana yang tak sesuai dengan pengeluaran asli kegiatan dan pengajuan dana yang melebihi jatah. Sehingga UKM tersebut kekurangan dalam pendanaan dan memakai uang pribadi. Tambahan pendanaan untuk menjadi penyelenggaraan acara kepada UKM pun disiapkan. Ia mengatakan masih menunggu UKM untuk pengajuan sebagai penyelenggara atau peserta acara agar kegiatan UKM tetap berjalan tetapi jumlah kegiatannya memang tidak sebanyak luring. Ia juga mengupayakan sampai akhir November agar jumlah kegiatan UKM bertambah. Penambahan dana ini sebagai pendorong karena adanya penuruan prestasi pada mahasiswa, terutama dalam perlombaan nasional. Selain itu ia juga menjelaskan tentang pengajuan yang harus mengunggah dokumen digital ke sistem dan harus mengajukan dalam bentuk dokumen fisik yang harus diberikan ke kampus. Dimintanya dokumen fisik karena untuk dipergunakan sebagai laporan keuangan yang harus menyertakan bentuk fisik untuk verifikasi. “Kalau pengajuan tetep dari bawah (loket), karena harus diverifikasi di Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK). Kemudian ke BP2M itu kami hanya melihat konten pelaksanaannya saja sudah, selanjutnya ke bendahara,” katanya. Menurutnya Unila belum memfasilitasi dengan sempurna disebabkan oleh Unila yang masih dalam kategori Badan Layanan Umum (BLU). Pihaknya melakuan pemantauan yang dilakukan kepada UKM melalui laporan yang diberikan dari UKM itu sendiri. Selain itu, pemantauan juga dilakukan melalui Monitoring Evaluasi (Monev) yang akan dilaksanakan melalui daring. “Melalui pemantauan ini nantinya mahasiswa yang berprestasi baik dalam individu maupun kelompok akan diberikan penghargaan berupa uang tunai sesuai dengan kategori prestasi yang diraih oleh mahsiswa tersebut,” ujarnya. Koordinator Forkom UKM Minta Alur yang Jelas Koordinator Forum Komunikasi (Forkom) UKM, Hilmy Ahmad Fauzan
(Hukum’18) mengatakan dirinya telah berkomunikasi dengan Rohana Sari, Kepala Sub Bagian Minat, Penalaran, dan Informasi terkait mekanisme pengajuan proposal. "Keinginan mahasiswa sebenarnya cuma satu yaitu alur yang jelas, satu pintu saja jadi tidak perlu dioper-oper, harus ke BP2M atau ke bendahara atau segala macamnya, jadi alurnya jelas. Kemudian juga jelas proposal itu akan cair dalam berapa hari kemudian, apa bila tidak cair bisa disertakan konfirmasinya kenapa tidak cair," katanya Menurutnya, universitas harusnya memberikan pendanaan untuk setiap kegiatan mahasiswa. Tidak hanya mahasiswa yang mengikuti lomba saja, karena fokus setiap UKM yang berbeda beda. Ia berharap rektorat bisa lebih transparan kepada mahasiswa karena menyangkut dana untuk kegiatan mahasiswa. Serta sistem pengajuan proposal agar dibuat lebih mudah dan alurnya pun jelas. Karya Termasuk Prestasi Mahasiswa Mantan Wakil Rekor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni periode 2000-2008, M. Thoha B. Sampurna Jaya mengatakan sebaiknya Unila tidak memberi dukungan kepada mahasiswa yang mengikuti lomba saja. Menurutnya, semua kegiatan yang mengembangkan bakat, minat, kreativitas, serta nilai-nilai kemanusiaan juga perlu didukung oleh kampus. “Lembaga kemahasiswaan merupakan wadah pengembangan bakat, minat, dan penyaluran aktivitas non akademik. Jadi tidak hanya kegiatan yang dilombakan saja. Sepanjang itu kegiatan ekstrakurikuler yang menumbuhkembangkan bakat, minat, kreativitas, dan nilai-nilai kemanusian, maka Universitas harus mendorong dan memberi support,” ujarnya Lebih lanjut lagi, menurutnya apabila kampus memberikan insentif pada kegiatan-kegiatan tersebut, pada akhirnya nanti akan menambah prestasi mahasiswa “Suatu prestasi akan muncul bila ada kegiatan pendahuluannya, tidak serta merta bisa prestasi” katanya Ia berharap Unila dapat memberikan insentif lebih kepada mahasiswa di masa pandemi ini. Bantuan yang diberikan hendaknya tidak hanya dalam bentuk dana, tapi juga memberi ruang aktivitas virtual dan kemudahan untuk beraktivitas. “Aktivitas bisa diubah metodenya. Gunakan teknologi, bisa Google Meet, Zoom, atau WhatsApp group. Kegiatan penalaran ditingkatkan, bisa dalam bentuk FGD, webinar, talk show,” pungkasnya=
Teknokra-September 2021 Edisi 220
23
Sebaiknya Anda Tahu Ilustrasi : Dhea Putri Utami
Pertanian
24Teknokra-September 2021 Edisi 220
Sebaiknya Anda Tahu
Teknokra-September 2021 Edisi 220
25
Gaya Hidup
Investasi Anak Muda Untuk Jangka Panjang Oleh : Antuk Nugrahaning Pangeran
Ilustrasi : Ihwana Haulan
S
aat ini, pasar modal Indonesia telah didominasi oleh investor dari kalangan muda. Menjamurnya aplikasi online trading dan investasi memberikan kemudahan untuk menyelami dunia pasar modal, memperoleh informasi mengenai perkembangan saham, hingga melakukan transaksi saham. Media sosial nampaknya juga telah menjadi jembatan informasi bagi calon investor-investor muda. Dilansir dari Instagram @ngertisaham bahwa masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa saham atau trading merupakan produk asing yang wujudnya tidak ada, seperti judi,risiko tinggi, dan haram. Karena stigma itulah kalangan tua menghindarinya dan kalangan muda yang melek informasi mencoba hal tersebut. Panji Purnama (Administrasi Bisnis '19) yang telah memulai investasi dari awal tahun 2021. Kawula muda ini awalnya mengenal investasi saham dari media sosial. Dari media sosial inilah ia memulai peruntungannya. "Seperti biasa, semua hal selalu dari sosial media. Saat itu lagi ramai bahas ini
26Teknokra-September 2021 Edisi 220
(investasi saham) jadinya saya cari tahu, ternyata kita bisa nanam saham tanpa harus punya modal yang besar," katanya. Awalnya Panji juga memilih untuk belajar saham secara otodidak melalui Youtube. Kemudian ia bergabung ke SSI (Sekolah Saham Indonesia) dan mengikuti beberapa seminar. Menurutnya, untuk memulai investasi saham, seorang pemula membutuhkan mentor atau guru karena investasi saham ini memerlukan perhitungan dan analisis yang bagus. Dengan bimbingan dari mentor yang telah ahli dan mengerti, nantinya bisa mengurangi risiko dan kerugian yang dialami. "Mentor-mentor biasanya selalu bilang kalau uang yang dipakai berinvestasi itu haruslah uang senang. Artinya itu uang sisa ketika semua kebutuhan dan keperluan sudah dibayar," kata Panji. Lain halnya dengan Herdi Anugrah Prasmana (Manajemen '19), ia bahkan telah memulai investasi saham sejak tahun 2020. Menurutnya, seorang anak muda mustahil tidak tertarik untuk mendapa-
tkan keuntungan yang besar dari berinvestasi. Punya penghasilan sendiri dari keuntungan yang didapatkan, menjadi alasan kenapa ia ingin memulai berinvestasi. Selain itu, di era digital ini investasi saham terbilang sangat praktis dan mudah untuk dilakukan, semua sudah bisa diakses melalui ponsel pintar. "Saya sadar investasi saham ini juga untuk jangka panjang, setiap orang pasti ingin lah masa depan itu terjamin finansialnya. Dengan berinvestasi, secara tidak langsung kita itu sudah membantu pemerintah kita untuk menekan laju inflasi negara ini," jelasnya. Herdi memberi kiat untuk memulai berinvestasi saham atau melakukan trading hal yang paling penting adalah mengerti dan paham. Ia menuturkan sudah banyak kanal Youtube yang memberikan edukasi baik itu tutorial, tips dan trik, atau teori-teori untuk memulai berinvestasi saham dan melakukan trading. Belajar investasi saham dan trading juga bisa melalui komunitas-komunitas yang ada di grup Telegram. Seperti
Gaya Hidup
Ilustrasi : Ihwana Haulan yang dilakukan oleh Herdi. Ia mengaku mendapat banyak informasi dari sana. Menurut Panji, melakukan investasi jangka pendek dengan trading perlu meluangkan waktu yang banyak. "Kalo trading itu perlu meluang waktu untuk analisis terus, harus dipantau kapan harga saham naik kapan turun. Kita beli di hari itu, juga jual di hari itu, itu namanya trading," katanya. Herdi pun berpendapat hal yang serupa jika untuk investasi jangka panjang itu tidak perlu khawatir dan tidak perlu dipantau setiap hari. Menurutnya percayakan saja kepada perusahaan yang kita. Berbeda dengan Panji dan Herdi, Wahyu Cristian Marpaung (Teknik Kimia '20) lebih memilih melakukan trading. Sejak dua bulan terakhir, Wahyu mulai giat belajar trading dari Youtube. Dengan modal 'coba-coba', Wahyu melakukan trading di tengah waktu luang kuliah. "Saya itu mainnya tergantung mood, kalo mood-nya lagi bagus itu pengen nyoba. Atau saat lagi butuh duit, terus main, langsung ditarik duitnya kan lumayan," katanya. Herdi membagikan pengalamannya saat di awal memulai trading uang digital."Itu pasti pas awal-awal ngeliat pergerakan saham itu yang jatoh pasti deg-degan, kan disitu uang kita yang tadinya mungkin 500 ribu tiba-tiba jadi 300 ribu," katanya. Investasi saham dan trading pun ada yang bersifat jangka panjang dan jangka pendek. Baik Panji, Herdi, dan Wahyu lebih memilih untuk melakukan investasi jangka panjang. Artinya, mereka meletakkan sahamnya ke suatu perusahaan dan membiarkan
kapan saham tersebut naik atau turun. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentang daftar entitas investasi ilegal yang diawasi oleh OJK ada 154 usaha yang diberhentikan dengan berbagai alasan. Seperti menggunakan skema piramida, menggunakan komiditi ilegal, dan duplikasi izin. Karena itulah maraknya tren berinvestasi saham dan trading di kalangan muda ini juga mendatangkan para oknum-oknum tidak bertanggung jawab. 'Investasi bodong' menjadi modus penipuan yang mengatasnamakan investasi, padahal sebenarnya bukan. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Arif Darmawan menilai kebanyakan anak muda memulai berinvestasi saham karena iseng. Mereka merasa investasi ini cukup menjanjikan. Pengaruh dari para influencer juga menjadi pendorong kalangan muda untuk memulai berinvestasi. Selain itu, pola pikir dari anak muda yang merasa lebih senang investasi di saham karena tingkat pengembaliannya lebih tinggi dibanding bank. Ia juga mengapresiasi kalangan muda yang sudah melek terhadap investasi saham dan trading. Menurutnya ini adalah hal yang positif. "Menurut saya so far so good sih. Hanya, mungkin perlu diperhatikan bahwa ini juga harus ada controlling dari mereka sendiri. Jangan sampai ini menjadi sesuatu yang jadi can-
du bagi mereka, jadi mereka lebih fokus untuk trading dan akhirnya mereka menguras tabungan mereka" Ia juga memberikan empat tips dan pesan untuk para kalangan muda yang akan memulai berinvestasi saham maupun trading. Yang pertama untuk memulai investasi adalah kenali jenis atau instrumen yang akan digunakan. Yang kedua adalah pelajari dan kenali lebih dalam terkait dengan proses investasi tersebut, proses dari trading atau apapun. Yang ketiga banyak berdiskusi dan bertanya serta ikut forum-forum untuk menggali pengalaman-pengalaman dari para user atau costumer yang sebelumnya sudah invest di saham tersebut. Yang keempat bisa membagi waktu antara kita fokus di investasi saham kita dan kehidupan nyata kita, agar tidak berat sebelah=
Teknokra-September 2021 Edisi 220
27
Komik Kyay Jamo Adien
28Teknokra-September 2021 Edisi 220
Apresiasi
Derai Mimpi Oleh : Shaffa Riyadhul Jannah
Obsesi mengejar mimpi Ada pula putus asa berserah diri Terlena oleh keleluasaan duniawi Ada pula yang pasrah jikalau besok mati Sebenarnya apa yang dicari? Tak ada habisnya mengulik kemewahan Menganggap diri banyak kekurangan Iri dengki kepada yang lebih Hingga tersesat separuh penderitaan Tak tahu arah pulang, Tak tahu ke mana tujuan Langkah kaki terus bergerak Menyusuri lika-liku kehidupan Mengira telah sampai, ternyata belum usai Inikah perkara mimpi larut dalam angan?
Pergi Oleh : Fajar Hendra Jaya
Cahaya Oleh : Ega Literian Lisba
Untuk semua cerita Mungkin ini sudah akhirnya
Aku jadi ingat pertama kali kau mengetuk pintu hatiku,
Kini menyisakkan sebuah luka
Dengan sebuket bunga anyelir putih dan senyum semenyilaukan matahari
Langkah kaki yang tak lagi sama
Dirimu saat itu benar benar membiusku
Yang seirama, kini tak lagi bersua
Hatiku rasanya menari-nari kegirangan menyambut kehadiran dirimu
Memori yang pernah tercipta
Ego kita terlalu kuat untuk mengalah Tuk sekedar untuk saling sapa Mungkin saatnya... Untuk kita saling bahagia Dengan alur cerita yang berbeda Karena semua tak lagi sama Kini ku mantapkan dengan pasti Derap langkahku harus pergi Agar tak ada yang saling tersakiti Cukup usai sampai di sini
Namun Dirimu yang menyilaukan dan hangat bak matahari Aroma manis bunga anyelir di tanganmu yang menusuk rongga pernapasanku Semua hal itu tanpa kusadari menanamkan ketakutan yang mengakar dalam diriku Aku harap kau mengerti keputusanku untuk pergi dari duniamu Ketakutan itu telah benar benar membelenggu pikiranku Tetapi bagaimana mungkin aku tidak takut Karena cahayamu dapat menghanguskan diriku
Ilustrasi : Ihwana Haulan Teknokra-September 2021 Edisi 220
29
Cerpen
Tidak Pernah Ada Kesedihan yang Terakhir Oleh: Andre Prasetyo Nugroho
Ilustrasi: Sri Ayu Indah Mawarni
K
au cukup mahir memainkan si kulit bundar, padahal dalam sejarah Piala Dunia Wanita pertama diselenggarakan sekitar 30 tahun yang lalu, tidak beda jauh ketika Tara Basro menikah. Bukan aku misogini atau bagaimana, tetapi harus jujur sepak bola wanita terlebih di negara berkembang bermainnya tidak berkembang. Mereka hanya berkumpul di tengah lapangan tanpa ada yang berpikir bagaimana kalau bermain seperti Barcelona, Liverpool, atau Juventus? Ah aku yakin kalian perempuan tidak berpikir sampai situ. Tidak perlu berkecil hati, kejar passion-mu selagi kau muda kata motivator yang sering muncul di televisi. Ah iya aku lupa, bagaimana kau mulai bermain si kulit bundar? Bahkan sampai kau merelakan pria yang pernah dekat denganmu demi sepak bola. Cukup fanatik dan militan aku rasa. Entah saat itu apakah kau atau dia yang sedih tetapi kau perlu tahu, tidak ada kesedihan yang terakhir. Kau sudah tahu kan? Sebagai pemain sepak bola wanita yang bisa dibilang tangguh kau selalu menjaga pola makanmu, tidak minum minuman bersoda, tidak makan makanan penuh santan, dan selalu memperbanyak air putih. Bahkan kau selalu marah ketika aku membakar sebatang rokok di dekatmu. "Kau mau aku hanya berlari 15 menit saja di lapangan karena selalu menghirup asap bodohmu itu." Pada akhirnya aku tetap mengalah, bukan karena kau wanita. Tapi aku peduli masa depanmu sebagai perempuan yang melawan label masyarakat kalau perempuan harusnya memasak saja di
30Teknokra-September 2021 Edisi 220
rumah dibanding menendang bola. Aku lupa persis tanggal berapa, tetapi aku selalu ingat hari itu mengubah aku dan kau selamanya. Mulai dari mana ya enaknya mengingat ini? Baik-baik aku ingat dulu sebentar. Jadi begini sekitar pukul 12 malam kau keluar dari swalayan 24 jam sembari menenteng plastik yang berisi minuman dengan kadar gula yang tinggi, dan satu bungkus rokok Gudang Garam. "Kau ingin apakan minuman itu?" tanyaku sambil menyalakan sebatang rokok. "Diminum lah bodoh, kau pikir akan apa?" Termangu sejenak setelah pertanyaan yang aku lontarkan. Ah mungkin kau tidak terlalu sering minum itu, jadi tidak masalah pikirku. Cheating day. Istilah yang tepat untuk menggambarkan kau saat ini, tak masalah sekali ini. Kekhawatiranku muncul pada akhirnya, kau sering kelelahan setelah berlatih panjang dalam ajang Pekan Olahraga Nasional nanti. Aku senang kau tidak melewatkan kesempatan itu setelah mendapat panggilan. Kekhawatiranku tetap, kau mudah lelah sekarang. Tidak seperti dulu, ya aku yakin itu. Pada abad ke-15, Portugis mengirimkan banyak pemudanya ke berbagai penjuru dunia untuk membuka jalur perdagangan dan mendirikan koloni-koloni. Sebagian besar di antara mereka tak pernah pulang. Bagi perempuan, anak-anak, dan orang-orang tua yang ditinggalkan, kehilangan itu tak hanya diiringi rindu dan kesedihan mendalam, tetapi juga harapan yang awet bahwa kekasih, abang, dan anak-cucu mereka hilang bukan buat selama-lamanya. Mereka
menamai perasaan campur aduk itu saudade. Mereka mengalami saudade bersama-sama, karena alasan yang sama. Itulah melankolia kolektif milik bangsa Portugis. Perasaan saudade itu kadang lekat dalam pikiran seseorang hingga, ditinggal yang mereka cintai adalah alasan mengapa mereka berkalut. Tapi bukan tidak kesedihan yang terakhir bukan? Aku rasa kau sudah tahu itu. "Maaf aku minum soda lagi kali ini," katamu sembari meneguk minuman itu. "Aku harus mulai mengontrol kamu agar mengurangi minuman itu, katanya kau tidak ingin berlari dengan napas pendek saat di lapangan." "Biarlah yang ini menjadi hidupku tanpa kau masuk di dalamnya," katanya yang mematikan percakapan. Kini dari tribune lapangan aku tetap melihat pertandingan sepak bola. Tapi bukan kau yang bermain, melainkan teman-teman yang turut berduka atas kepergianmu, yang rasa-rasanya belum terima hingga saat ini kalau kau benar-benar tiada. Tidak ada yang tahu entah kenapa aku tetap ke tribune tanpa kehadiranmu di tengah lapangan . Dan karena itulah aku bermaksud meninggalkan tempat ini. Menghentikan kesedihan ini. Sekarang juga. Lalu aku akan menemukanmu di tempat biasa, swalayan 24 jam, mengecup keningmu, memelukmu erat-erat sambil menahan diri agar tidak menangis. Dan berharap yang terjadi adalah kesedihan yang terakhir. Tetapi tak pernah ada kesedihan terakhir. Bukankah kita tahu itu?=
Oleh: Sri Ayu Indah Mawarni
Asah Otak
Teknokra-September 2021 Edisi 220
31
Opini
Birokrasi, Distraksi, dan Pandemi Oleh : Dodi Faedlulloh (Dosen Administrasi Negara)
P
andemi telah memaksa banyak hal untuk berubah, tidak terkecuali dunia birokrasi. Tapi untuk konteks Indonesia, transformasi tersebut berjalan lambat. Di tengah hingar bingar narasi sophischated semacam digitalisasi birokrasi, big data dan revolusi industri 4.0, di kala pandemi gagasan tersebut seolah tidak menjejak. Birokrasi Indonesia matsih kewalahan berhadapan dengan “dunia baru”. Birokrasi yang gesit dan luwes masih jauh dari harapan. Beberapa waktu lalu, sempat muncul berita ironi sejumlah oknum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Bandarlampung mengeroyok warga yang sedang meminta pelayanan. Kasus ini mencerminkan sebuah paradoks. Tuntutan pelayanan yang serba digital, di lapangan tidak benar-benar terlaksana. Warga masih harus serba manual dalam pelayanan. Di sisi lain, pelayanan yang tidak ramah menjadi problem akut yang tetap dihadapi masyarakat. Alhasil terjadilah berita yang tidak mengenakan tersebut. Distraksi Baru Selama pandemi, birokrasi memang telah lama menjalankan program Bekerja dari Rumah (BDR), salah satu aktivitas yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya bagi dunia birokrasi yang serba
32Teknokra-September 2021 Edisi 220
formal dan membutuhkan presensi fisik. Sebagai bentuk adaptasi, BDR menjadi hal penting sebagai upaya memutus rantai Virus Covid-19. Namun, dalam proses p e -
l a y a n a n p u b l i k seringkali BDR malah justru menjadi kendala tersendiri. Jauh sebelum pandemi, aktivitas BDR merupakan bagian dari agenda progresif dalam dunia ketanagakerjaan. Dalam beberapa studi, aktivitas BDR memberikan manfaat besar dari mulai meningkatkan produktivitas, meningkatkan kepuasan kerja, memperkuat keseimbangan antara dunia kerja dan kehidupan pribadi (work-life
balance), mengurangi operational cost sampai hal yang fundamental seperti mereduksi dampak global warming karena faktor minimalisasi penggunaan transportasi. Ketika BDR menjadi bagian yang melekat dalam kerja sehari-hari birokrasi, sayangnya belum diiringi dengan peningkatan kualitas pelayanan. Data yang dirilis Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) (2020) mencatat setelah mulai pemberlakuan kebijakan BDR bagi ASN terdapat keluhan dari warga karena pelayanan publik sering terganggu. Keluhan tersebut di antaranya adalah pelayanan terkait administrasi kependudukan (153 laporan), pelayanan kelistrikan (116 laporan), perpajakan (40 laporan), perizinan (20 laporan), keimigrasian (11 laporan), dan terkait minyak dan gas (8 laporan). Hal ini menujukkan BDR menjadi problem tambahan dalam proses pelayanan publik. Birokrasi semakin terdistraksi ketika pandemi. Padahal, birokrasi selayaknya harus bekerja seperti sel tubuh, yang mana bila ada sel yang mati lantas langsung ada penggantinya. Dengan kata lain, pelayanan tidak terhenti gara-gara “orangnya lagi nggak ada”. Kemudian, problem struktural ketika proses pelayanan publik dikonversi dari luring menjadi daring, adalah infrastuktur yang be-
Ilustrasi : Ihwana Haulan
Opini
lum memadai dan tidak terintegrasi. Misal, curhatan mahasiswa tentang pelayanan di kampus yang tersendat gara-gara BDR masih sering saya dengar. Hal ini terjadi karena logika pelayanan fisik masih dominan. Elektronik di awal, tapi manual kemudian. Seperti kasus e-KTP yang selalu rame dibicarakan dan menjadi goyonan publik. Elektronik tapi tetap mesti fotocopy sana-sini ketika mengurus dokumen administrasi tertentu. Selain itu, dalam agenda besar reformasi birokrasi, perubahan mental dan mindset merupakan hal yang utama. Teknologi canggih pun tidak akan menjadi manfaat bila tidak diiringi oleh keinginan para birokrat yang melayani secara sungguh-sungguh. Padahal, secara inheren kerja birokrasi harus diisi dengan rasa tanggung jawab, kesadaran dan pengabdian. Dalam hal ini para aparatur sejatinya adalah pelayan publik. Problem dalam level ini mengakibatkan birokrasi tidak mau mencoba mendobrak tembok stabilitas pelayanan. Birokrasi akhirnya hanya bekerja secara reguler yang minim inovasi. Bekerja karena faktor “biasanya”. Sedangkan di luar sana, kondisi cepat berubah. Implikasinya
birokrasi kerap gagap ketika menerima perubahan. Birokrasi kita masih bekerja dengan landasan rule driven bukan mission bureaucration. Membiasakan Inovasi Aktivitas BDR jangan menjadi alibi dan pemakluman. Kinerja birokrasi dalam situasi apapun perlu ditingkatkan. Bila memang model kerja konvensional tidak lagi cocok ketika pandemi, jangan terus dilakukan. Oleh karenanya salah satu kunci untuk mendobrak kekakuan birokrasi adalah adanya budaya inovasi. Secara kritis, para aparatur yang bekerja di sektor publik kerap menilai kerja inovatif sebagai extra role-behaviour, beda halnya para pekerja di sektor privat menilai kerja inovasi sebagai necessary behaviour yang akan menopang karier mereka (Bysted dan Jespersen: 2014). Implikasinya inovasi masih menjadi hal yang eksternal dalam birokrasi. Pekerjaan rumahnya adalah bagaimana menginternalisasi mindset serta praktik inovasi ini bisa menubuh dalam keseharian birokrasi. Salah satu langkah yang bisa diupayakan adalah transformasi struktur yang melingkupi birokrasi. Lingkungan birokrasi harus dibuat terbuka terhadap gagasan inovasi
dan memberikan “reward” atas inisasi inovasi. Oleh karenanya ekosistem yang baik mesti menjadi prasyarat atas terwujudnya budaya inovasi. Saya percaya dengan peran agensi dalam setiap perubahan struktur sosial. Saya pula meyakini pasti ada “minoritas kreatif” dari aparatur birokrasi Indonesia. Hanya saja, kehadiran mereka kerap terbentur sistem yang mana bila tidak termitigasi akan terkooptasi kondisi status quo. Oleh karenanya perlu ada manajemen talenta di lingkungan birokrasi yang bisa mengkondisikan para aparatus bisa menjadi sumber daya manusia yang benar-benar memiliki kapasitas dan menjadi able people yang mengakselerasi agile processes dalam setiap perubahan. Setidaknya, memperluas ruang bagi para aparatur yang memiliki visi perubahan untuk terus belajar dan mengeksperimentasikan gagasan inovasinya. Sumber daya manusia yang unggul wajib diapresiasi, bukan “dikerjai”. Menjadi birokrasi kelas dunia pada tahun 2025 adalah cita-cita besar yang termaktub dalam peta jalan reformasi birokrasi di Indonesia. Sedangkan waktu semakin terbatas. Bila tidak ada perubahan berarti, maka cita-cita itu hanya akan menjadi mimpi belaka. Mengenai hal ini, warga kita sudah sering diberi mimpi. Cukup, jangan ditambah!=
Teknokra-September 2021 Edisi 220
33
Pojok PKM
Orang Cakep Bebas! Sri Ayu Indah Mawarni (Pemimpin Redaksi Cetak)
S
“Untung Cantik/Ganteng. Dimaafin Deh.”
ebuah kalimat yang sering kali diucapkan saat si pemilik wajah cakep berbuat ulah. Seolah-olah orang yang memiliki beauty privilege bisa bebas melakukan apa pun dan mendapatkan apa pun yang dia mau. Padahal katanya cantik dan ganteng itu subjektif. Tapi biasanya, orang yang dianggap memiliki hak istimewa itu ialah yang berkulit putih, kurus, tinggi, dan muda. Selain itu, perempuan yang feminin dan laki-laki yang maskulin, jauh dianggap lebih baik. Orang-orang yang memiliki beauty privilege dianggap gampang menjalani hidup. Hingga akhirnya orang-orang berlomba untuk mencapai standar kecantikan tersebut. Orang-orang yang memiliki daya tarik biasanya dianggap mudah dalam segala aspek kehidupan. Mereka dianggap memiliki kepribadian yang lebih bagus, dianggap lebih pintar, lebih gampang mencari pasangan, serta mujur dalam berkarir. Padahal nyatanya mereka tidak lebih pintar, tidak lebih produktif, atau pun tidak lebih mahir daripada orang yang tidak memiliki privilese tersebut. Isu ini sering kali jarang dibicarakan karena dianggap sulit. Ketika yang berbicara terkait isu ini adalah orang yang cakep, orang tersebut sering kali dianggap terlalu percaya diri. Sebaliknya, ketika yang berbicara isu ini adalah orang yang tidak masuk dalam kategori standar cakep itu,
34Teknokra-September 2021 Edisi 220
orang tersebut dianggap iri terhadap orang yang istilah kerennya good looking. Beauty privilege ini bisa terjadi tidak hanya pada perempuan. Laki-laki juga bisa mengalaminya. Hanya saja pengalaman yang dialami berbeda. Dalam hal ini, perempuan yang memiliki pengaruh yang lebih besar. Perempuan lebih sering mendapatkan perhatian lebih terhadap penampilannya dan juga lebih sering diobjektifikasi. Sehingga, perempuan menganggap penampilan adalah poin utama dalam hidupnya. Akhirnya perempuan jadi lebih kritis terhadap penampilan. Orang yang mempunyai beauty privilege tentunya tak selalu mendapatkan dampak yang positif bagi kehidupannya. Biasanya orang-orang yang cakep ini memikul ekspektasi besar orang-orang yang ada disekitarnya. Hingga muncul stereotip perempuan hanya peduli dengan penampilan saja dan sering kali diremehkan dalam hal berkarir. Perempuan yang berkerja di industri yang dominasi laki-laki harus kerja ekstra keras agar tidak dianggap hanya modal tampang. Hal itu disebabkan banyak orang yang berpikir bahwa orang yang cantik itu bodoh, orang yang cantik hanya peduli terhadap penampilan. Hingga akhirnya perempuan menjadi korban sexist comment, sexist en-
counters, bahkan sexual harassment. Seperti hal yang dialami Meira Anastasia penulis skenario, penulis buku, ko-sutradara dan aktris. Ia mengalami kasus perundungan di internet dengan komentar kejam dari warganet yang mengatakan dirinya tak pantas menjadi istri dari komika dan sutradara film, Ernest Prakasa. Dalam hal ini, media dan industri memiliki peran penting. Apalagi industri kecantikan. Pemilihan komika Marshel Widianto dan Babe Cabita sebagai brand ambassador produk kecantikan merupakan salah satu bukti bahwa orang tidak perlu berlomba-lomba jadi cakep. Memang, menjadi cakep sering kali mempermudah segala urusan. Namun, menjadi orang yang apa adanya jauh lebih baik. Orang yang memiliki privilese kecantikan juga tidak salah, ia merupakan suatu keuntungan yang ia peroleh dari Tuhan. Cantik, ganteng atau pun jelek hanya masalah selera. Hidup bagaikan naik kereta luncur, kadang berada di atas, kadang juga berada di bawah. Mungkin privilese dapat mempermudah urusan, tapi itu tidak selamanya. Tetap Berpikir Merdeka!=
Teknokra-September 2021 Edisi 220
35
36Teknokra-September 2021 Edisi 220