Simalakama Perkuliahan Era Baru
Halaman 9
Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh Teknologi, Inovasi, Kreativitas, dan Aktivitas PendidikanKomitmen
Serius?
Terhitung sejak tahun 2020 lalu, hingga saat ini Uni versitas Lampung masih belum berhasil menye lenggarakan perkuliahan tatap muka secara penuh untuk mahasiswa. Bahkan pihak rektorat seolah enggan memutuskan kebijakan atas metode pelaksanaan perkuliah an. Hal ini nampak dari sikap rektorat yang menyerahkan ke pada fakultas masing-masing untuk memberikan kebijakan terhadap metode pelaksanaan pembelajaran semester ganjil 2022/2023.
Dengan jumlah mahasiswa yang bertambah banyak, membuat daya tampung kelas tidak mencukupi untuk keefektifan belajar. Ditambah virus Covid-19 yang tak kun jung usai, menjadi pertimbangan bagi fakultas untuk me nerapkan metode perkuliahan hybrid
Metode perkuliahan secara hybrid merupakan metode penggabungan sistem Luring (luar jaringan) dan Daring (dalam jaringan) dengan memanfaatkan alat dan teknolo gi canggih berbasis smart class sebagai fasilitas penunjang. Hybrid hadir sebagai solusi terhadap metode pelaksanaan pembelajaran yang menyesuaikan Indonesia menuju endemi.
Namun, solusi hybrid yang diterapkan oleh masing-masing fakultas nyatanya belum sesuai dengan yang diharapkan. Melihat persiapan dan kesiapan, sistem hybrid seperti yang diinginkan terbilang belum matang. Berdasarkan penuturan narasumber di masing-masing fakultas, masih ada fakultas yang belum memiliki fasilitas penunjang hybrid (smart class) yang memadai. Terlebih lagi, Masih terdapat beberapa dosen terutama dosen senior yang belum menguasai peralatan teknologi canggih penunjang hybrid secara optimal.
Bukan menjadi suatu masalah jika Unila menerapkan hybrid sebagai metode pembelajaran, justru hybrid ialah metode pembelajaran modern yang canggih untuk perkulia han era baru. Akan tetapi, apakah dengan kondisi masih be lum miliki smart class (grade standar) dengan fasilitas penun jang hybrid yang masih merintis, Unila sudah serius untuk melaksanakan hybrid?
Maju Mundur Kena
Mulai dari perkuliahan Luring dan Daring sampai mata kering karena sering menatap layar, sudah bukan suatu hal yang asing untuk dirasakan oleh kalangan ma hasiswa. Mau tatap muka secara penuh, namun daya tampung kelas tidak men cukupi, mau tetap daring tetapi kondisi sudah bukan pandemi melainkan menuju normal baru, mau hybrid pun penguasaan serta fasilitas penunjang hybrid belum ter penuhi. Kalimat “Serba Salah, Maju Mundur Kena” dirasa sangat sesuai dengan kondisi perkuliahan saat ini.
Tidak ada metode pelak sanaan pembelajaran yang pas bagi Universitas Lam pung (Unila) jika civitas academica khususnya ma hasiswa yang masih terkena imbas.Perkuliahan semester ganjil sudah mulai, tentu hal tersebut tidak akan luput dari persiapan serta kesiapan Unila untuk perkuliahan yang
baru. Seharusnya universitas berkomitmen dengan ke bijakan sistem perkuliahan yang diambil, karena setiap metode pelaksanaan pem belajaran pada perkuliahan yang diterapkan bukan suatu tren, melainkan kesesuaian dan perencanaan dari persia pan dan kesiapan yang sudah matang.
Goresan tinta yang selalu kami tuang dalam setiap lem baran pada Tabloid bukan ser ta merta menyudutkan tanpa tujuan, bukan pula menggi ring opini tanpa menilik, me lainkan bentuk keberanian kami dalam menyikapi segala persoalan yang menjadi per masalahan. Kami kembali menyapa kalian dengan tu lisan dalam Tabloid Edisi 165 yang menyajikan segala infor masi kritis untuk dapat mene gur kebijakan yang masih ha rus diperbaiki.
Sebagai mahasiswa seka ligus pegiat pers kampus, kami harus tetap dalam
marwah jurnalis, yang sela lu mengabarkan informasi, bersikap independen dan memihak kepada kebe naran akan suatu berita yang dimuat sesuai dengan fakta yang ada.
Melalui Tabloid ini, Tek nokra menyajikan laporan utama yang bertajuk “Si malakama Perkuliahan Era Baru”, tentang penerapan, kesiapan maupun persiapan hybrid di Unila. Diharapkan tulisan-tulisan kami ini dapat tersampaikan serta dapat menjernihkan mata para civi tas academica Unila.
Dari pojok PKM, tidak akan pernah berhenti kami selalu menyuarakan dan mengajak para pembaca terutama civitas academica Unila untuk berani mengkriti si dan berekspresi.
Tetap Berpikir Merdeka! Ega Literian Lisba Luring Hybrid yay, cuma nggak kedengeran di daring dosennya ngomong apa Kyay Jamo AdienKampus Ikam
Evaluasi Keuangan Sumbang Persentase Terbesar Penyebab Putus Studi
Unila-Tek: Biro Akademik dan Kemahasiswaan (BAK) Uni versitas Lampung (Unila) men catat sebanyak 479 mahasiswa putus studi atau drop out (DO) sepanjang 2021. Dari data itu, 53,8 % disebabkan oleh faktor evaluasi keuangan dan 46,2 % lainnya karena faktor evaluasi akademik.
Rivaldo Parulian Pasaribu (Fakultas Teknik 2020), salah satu mahasiswa yang mengun durkan diri lantaran kesulitan membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT). Kepada reporter Tek nokra, dia bercerita mengalami kesulitan membayar UKT saat memasuki semester 2 . Ia juga menuturkan kesulitannya ini pun disebabkan oleh pandemi.
“Awal itu masih lancar ya, kemudian pada semester 2 ter kendala finansial tetapi masih diizinkan masuk oleh dosen,” tuturnya.
Meskipun begitu, izin yang diberikan oleh dosen untuk Ri valdo tak menjadi solusi tun tas. Nilai perkuliahan semester
2 miliknya tak terhimpun di Sistem Akademik (Siakad) aki bat belum membayar UKT di se mester sebelumnya (semester 2). Hal ini berimbas pada Indeks Prestasi (IP) dan pengurangan kesempatan untuk mengambil SKS di semester 3.
Lebih lanjut, ia menuturkan hal ini juga yang menyebabkan dirinya tak dapat mendaftar beberapa beasiswa dikare nakan berbagai beasiswa yang ditawarkan bersyarat memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang cukup tinggi.
“Persyaratan beasiswa ha rus IPK kita tidak ada yang ku rang dari 3.0, nah karena IPK saya disemester 2 saya 0, jadi saya nggak bisa ngikutin bea siswa yang ada,” jelasnya.
Ia memutuskan untuk me ngundurkan diri setelah kembali mengalami kesulitan memba yar UKT semester 4 lantaran dirinya berada di kelompok UKT V dengan nominal uang yang harus dibayarkan sebesar Rp. 5.100.000,00.
Tarif Sewa Asrama Unila Naik
Oleh : Antuk Nugrahaning PangeranUnila Tek: Tarif sewa Asra ma Mahasiswa Universitas Lam pung (Unila) resmi naik pasca terbitnya Keputusan Rektor Uni versitas Lampung Nomor 2644/ UN26/KU/2022. Tarif ini mulai diberlakukan sejak 10 Mei, yaitu di masa sewa Semester Ganjil 2022/2023.
Tarif lama sebesar Rp. 960.000,- per semester (Rp. 160.000,- per bulan) naik men jadi kisaran Rp. 1.200.000,- sam pai dengan Rp. 1.650.000,- per semesternya. Tarif sewa yang ditetapkan berbeda-beda untuk tiap lantainya. Besaran sewa juga dipengaruhi oleh jenis asra ma yang akan dipilih, yakni Ge dung Asrama A, B, atau C.
Susi Sarumpaet selaku Direktur Utama BPU (Badan Pengelola Usaha) Unila dalam wawancara tertulis mengatakan penentuan tarif sewa asrama didasarkan atas penentuan tarif layanan Badan Layanan Umum (BLU). Selain itu, hal ini dilatar belakangi oleh hasil kajian aspek perhitungan biaya pemeliharaan dan pengelolaan serta aspek perbandingan harga pasar.
“Hasil kajian dibahas dan didiskusikan dengan tim dari
berbagai pihak di BLU Unila, ter masuk sosialisasi dengan peng huni asrama. Adapun penye suaian tarif asrama Unila dilatar belakangi oleh kenaikan biaya pemeliharaan karena inflasi dan peningkatan layanan kepada penghuni asrama,” jelasnya.
Ia kemudian menyebut kan beberapa fasilitas yang didapatkan penghuni asra ma pasca kenaikan tarif ini an tara lain ruangan kamar, kamar mandi, tempat tidur, lemari, meja belajar, listrik dan wi-fi, parkiran, lapangan voli, ruang tamu dan ruang pertemuan. Menurutnya, harga yang di tawarkan BPU sudah sangat ter jangkau.
“Dengan membayar sekitar Rp. 200.000,- sampai dengan Rp. 275.000,- per bulan maha siswa sudah tidak perlu mem bayar koneksi internet maupun listrik untuk tinggal di asrama. Menurut kami ini sudah sangat terjangkau dibandingkan dengan menyewa kamar di luar kampus, di tempat kos misalnya,” ujarnya.
Ketika ditanya terkait upaya keringanan untuk mahasiswa yang merasa keberatan dengan
Ketika diwawancara pada (17/8/2022), Prof Asep Suko har selaku Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan menga takan dirinya belum melakukan evaluasi terkait mahasiswa pu tus studi.
“Saya sendiri belum evaluasi ya, mungkin WR 1 (Wakil Rektor Bidang Akademik) nanti coba. Tapi yang jelas kebijakan Dirjen (Direktorat Jenderal), kebijakan rektor itu sudah difasilitasi cici lan, terus penundaan, pengu rangan UKT itu sudah dilaku kan. Tetapi mengenai masih ada yang putus studi karena tidak bayar ukt, saya belum evaluasi,” katanya.
Menurutnya, Universitas Lampung telah memberikan fasilitas untuk melakukan band ing UKT.
“Sudah ada aplikasi Sikebas (Sistem Informasi Keringanan dan Bebas Uang Kuliah), udah ada mungkin mereka nggak tahu kali ada aplikasi itu, tapi yang jelas sudah ribuan yang bisa pakai Sikebas, ada datanya, kita menggunakan Sikebas jadi di mana aja mereka bisa men gajukan keberatan banding dan sebagainya,” katanya.
Prof. Undang Rosidin se bagai pengamat pendidikan kampus berpendapat bahwa masa pandemi juga merupakan posisi yang sulit bagi para orang tua untuk membayar UKT. Menurutnya, universitas mau pun sekolah sangat sulit untuk menyediakan pelayanan yang maksimal terutama mengenai UKT dikarenakan kenaikan gaji tenaga pengajar juga perlu
ditingkatkan.
“Kemudian kampus atau se kolah perguruan tinggi itu juga sulit untuk mengurangi be ban penyediaan segala macem nya itu karena tetap juga gaji karyawan, gaji dosen kan harus tetap dipikirkan termasuk seko lah juga kan,” ungkapnya.
Prof Undang juga berharap pemerintah menyediakan bea siswa kembali dan lebih serius lagi dalam menyokong ma hasiswa yang kesulitan dalam ekonomi.
“Ya kalau saya cenderung beasiswa itu diangkat lagi oleh pemerintah, kan ada KIP ( Kar tu Indonesia Pintar), coba itu pemerintah diurusin lagi untuk menghadapi mahasiswa- maha siswa yang berkesulitan,” ung kapnya =
tarif sewa baru ini, Susi tak menjelaskan adanya penawaran penyicilan pembayaran ataupun kesempatan untuk mengajukan pengurangan tarif yang harus dibayarkan. Ia hanya menga takan bahwa pihaknya tak me maksa mahasiswa untuk tinggal di asrama, mahasiswa diberi ke bebasan untuk memilih tempat tinggal.
“Jika beberapa PTN (Per guruan Tinggi Negeri) lain ada kebijakan yang mewajibkan ma hasiswa baru untuk tinggal di as rama, di Unila kebijakan seperti ini tidak ada. Jadi mahasiswa bebas memilih di mana mereka akan tinggal selama studinya, misalnya jika ingin tinggal di ru mah saudara atau kerabat tanpa harus membayar,” jelasnya.
Ulfia Nur Anisa (Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia’20) mengaku merasa keberatan dengan kenaikan harga sewa ini. Ia menuturkan beberapa teman nya yang juga tinggal di asrama memilih untuk pindah dari asra ma atau pindah ke lantai yang lebih tinggi, karena harganya yang lebih murah.
“Banyak yang keberatan pastinya. Dan kita sempat protes gitu. Karena kalau mis alnya dipikir-pikirkan kalau di luar bisa Rp. 3 juta itu kan sama. Sedangkan di rusunawa ini kan fasilitas dari universitas yang untuk meringankan kita,” ujarnya
Menurut Ulfia, BPU menjan jikan akan membangun musa la dan memperbaiki beberapa kerusakan fasilitas.
“Dan katanya untuk fasilitas
itu sendiri musala itu akan didiri kan dari kenaikan (tarif) itu, ter us juga dari kerusakan yang saya sebutkan tadi masalah seperti kerusakan-kerusakan itu sudah mulai diperbaiki,” katanya.
Salah satu pengurus Asra ma, Dimas Aditia (Pendidikan Sejarah’18) mengatakan mere ka sudah melakukan pertemuan untuk menyampaikan rasa ke beratan atas kenaikan tarif ini.
“Pertama kita diskusi dulu dengan penghuni, setelah itu kita undang BPU diskusi musyawarah untuk menanya kan apakah ada kebijakan (un tuk) bisa diturunkan (tarif) atau kebijakan lain. Karena kan itu mungkin sebagian orang ada yang nggak mampu bayar atau mungkin kendala untuk memba yar,” jelasnya =
Para pekerja menjalankan tugasnya masing-masing untuk merangkai dan membangun pondasi yang kokoh dalam proses pembangunan konstruksi masjid Al Wasi’i pada Rabu (10/08/2022). Oleh : Aldi Afreza dan Rara Maharani Bintang Lampung Foto: Shaffa Riyadhul JannahKampus Ikam
Mengembangkan Nilai Diri Lewat Program IISMA
Oleh : Dheanilla Esa LintangUnila-Tek: Sebanyak tiga mahasiswa Universitas Lampung lolos dalam Indonesian Interna sional Student Mobility Award (IISMA), setelah sebelumnya ha nya satu mahasiswa asal Fakul tas Teknik yang lolos pada tahun 2021. IISMA adalah salah satu program Merdeka Belajar Kam pus Merdeka (MBKM) di bawah naungan Kementerian Pendi dikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), yang memberikan kesempatan mahasiswa untuk menimba ilmu di universitas unggulan luar negeri selama satu semester.
Melissa Adira (Manajemen Internasional’19) mengungkap kan rencana yang akan dilaku kannya sebagai langkah mengenalkan Unila di Universi tas Sains Malaysia, calon kam pusnya untuk menimba ilmu satu semester ke depan.
“Tentu aku bakalan join di beberapa organisasi maha siswa internasional, dan shar ing mengenai cara belajar atau budaya di Unila. Mengenalkan lebih detail tentang negara In donesia dan Universitas Lam pung pastinya,” ungkapnya.
Mahasiswa lain yang juga lolos pada IISMA adalah Rai sa Adelia Purwanti (Manaje men’19) di Palacky University Raisa ingin mengadakan kegia tan yang bisa menghubungkan mahasiswa Unila dan Palacky University untuk saling berbagi
kebudayaan. Dia juga tertarik mengembangkan pengetahuan nya di dunia bisnis.
“Kemungkinan akan lebih fokus untuk expand relation dan exposure (memperluas relasi dan eksposur), dan pelajari business system (sistem bisnis) bekerja di sana. Tentunya knowing their culture (mengetahui budaya mereka), karena aku suka banget hal-hal yang berbau historical (sejarah),” katanya.
Vladimir Augustino Simbo lon (Hubungan Internasional’19) yang lolos di University of Pisa, menjelaskan keinginannya un tuk bisa berdiskusi dan mempe lajari studi keamanan siber ber sama dosen-dosen di Italia.
“Karena aku berencana nulis buku tentang keamanan nega ra-negara mikro, dan aku ber harap banget lewat diskusi dengan profesor di sana, ilmu aku akan semakin matang dan sudut pandang aku semakin luas,” jelasnya.
Selain itu, Vladimir juga ingin mengembangkan media online yang ia rintis bersama teman nya bernama iris.co.id untuk menginspirasi orang lain khu susnya mahasiswa Unila.
“Aku juga bakal banyak buat publikasi tentang kehidupan kuliah di luar negeri, aku nggak mau pengalamanku hanya ber guna untuk diriku, aku benar-be nar (ingin) menginspirasi pela jar-pelajar Indonesia, terutama
Foto: Shaffa Riyadhul Jannah
Seorang pengunjung sedang jogging sambil membaca buku di embung B Rusunawa Unila pada Selasa, (09/08/2022).
mahasiswa Unila,” katanya.
M. Wendy Trijaya, selaku Kepala Divisi Layanan Internasi onal UPT PKLI (Pengembangan Kerja Sama dan Layanan Inter nasional) Universitas Lampung berharap melalui program ber gengsi ini, ketiga mahasiswa Unila yang lolos mampu menu larkan nilai-nilai kemandirian dan membagikan cerita mengenai at mosfer akademik di luar negeri.
“Melalui program IISMA ini banyak banget manfaatnya, buat mereka pribadi dan orang lain, khususnya secara umum untuk Unila. Bawalah nilai-nilai yang baik itu dan disebarkan ke teman-teman,” pungkasnya=
Larangan Memberi Makan Rusa Kurang Tegas
Unila-Tek: Papan yang ber tuliskan larangan memberi makan rusa di kandang penang karan rusa kompleks embung A Universitas Lampung (Unila) sering kali tak diindahkan oleh pengunjung. Pengunjung yang datang kerap tertangkap mata sedang menyodorkan sayuran dari sela-sela pagar besi. Bah kan, terdapat beberapa peda gang yang berjualan sayuran di pinggir kandang. Padahal, kebiasaan memberi makan ke pada rusa secara sembarangan dapat berdampak negatif.
Ketua Tim Konservasi Unila, Bainah Sari Dewi menjelaskan dampak negatif dari pemberian makan rusa oleh pengunjung, yaitu terjadi perubahan perilaku harian rusa terhadap keberadaan orang atau manusia di seki tarnya. Menurutnya, rusa akan terbiasa untuk mendekat ke pagar dengan maksud untuk mendapatkan makanan dari pe ngunjung.
“Perilaku itu bukanlah perilaku normal dari keberadaan satwa liar, karena satwa liar cuek dengan lingkungan sekitarnya dan dia si buk dengan perilakunya sendiri.
Tetapi, dengan adanya pengun jung yang memberi makan, itu akan berdampak terhadap peru bahan perilaku tersebut yang akan berdampak pula terhadap perkem bangan dan reproduksi dari rusa tersebut,” jelasnya.
Kurang tegasnya larangan dan pengawasan dari petugas, menjadi alasan utama para pe ngunjung tetap memberi makan rusa. Novia (25) yang pertama kali mengunjungi Penangkaran Rusa di Unila, mengaku tidak tahu jika memberi makan rusa itu dilarang.
“Ini pertama kali saya ke sini, dan nggak tahu kalau ternyata dilarang untuk mem beri makan rusa,” ungkapnya.
Berbeda dengan Darsini (38) yang akhir-akhir ini sering me ngunjungi Penangkaran Rusa Unila. Ia suka memberi makan rusa walaupun mengetahui bahwa hal itu dilarang.
“Tidak ada penjaga yang menegur, hanya ada tulisan saja, cuma ya namanya anakanak kan. Dan kalau tidak boleh kasih makan kan seharusnya jangan ada yang jualan buat makanan Rusa,” ujarnya.
Fanny Winda (19), pengun jung yang hanya melihat rusa tanpa memberi makan berang gapan bahwa Pengelola Penang karan Rusa Unila kurang tegas melarang pengunjung memberi makan kepada rusa.
“Unila kurang tegas, lihat saja, banyak penjual makanan rusa di sini sehingga banyak pengunjung yang tertarik un tuk memberi makan rusa,” ka tanya.
Bainah sendiri menyadari kurang tegasnya pelarangan terhadap pengunjung untuk memberi makan rusa. Ia ber harap akan ada tindakan-tin dakan yang lebih tegas dari Tim Konservasi Unila.
“Mungkin nanti dari tim konservasi akan melakukan sidak, karena begitu banyak masyarakat yang ingin melaku kan kontak langsung kepada rusa, salah satunya memberi makan. Mudah-mudahan akan ada tindakan yang lebih tegas lagi dari Tim Konservasi Unila untuk melarang pengunjung memberi makan rusa tersebut,” pungkasnya =
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Lampung Keluhkan Kurangnya Dosen
Oleh : Shaffa Riyadhul JannahFKIP-Tek: Mahasiswa Pro gram Studi Pendidikan Bahasa Lampung (PBL) mengeluh kan kekurangan dosen yang mengajar. PBL merupakan program studi (Prodi) baru di Universitas Lampung. Sejak diresmikan pada 8 Februari 2021 lalu, PBL per Semester Genap 2021/2022 memiliki 88 mahasiswa dan 6 dosen tetap.
Fatmawati (PBL’21) mera sa kurangnya jumlah dosen ini berdampak kepada ma hasiswa, sebab mahasiswa sering menjadi sasaran untuk membantu dosen-dosen da lam penelitian.
“Terkadang kita se bagai mahasiswa juga turun langsung untuk memban tu dosen-dosen yang sering membutuhkan tenaga dari mahasiswanya, seperti kegia tan penelitian, karena keku rangan tenaga dari dosen se hingga dosen jadi keteteran,” ujarnya.
Iqbal Kurniawan (PBL’21) juga ikut menanggapi hal ini, ia merasa tidak banyak dosen yang berkompeten di Prodi Pendidikan Bahasa Lampung
“Mahasiswa menyikapi bahwa varian dosen kok ituitu saja, dalam artian kita ti dak mengenal dosen-dosen yang lainnya, masa 3-4 mat kul itu diampu oleh 1 dosen. Selebihnya dari saya sangat mengeluhkan karena juga masa cuma 1 atau 2 dosen yang menjerumus (berkompe ten) ke Bahasa Lampung atau budayanya,” paparnya.
Ia juga berharap pihak fakultas segera menyiapkan lebih banyak lagi dosen-dosen ke Prodi Bahasa Lampung yang berkompeten dalam
bidangnya.
“Ketika nanti memberikan dosen ke Prodi Pendidikan Bahasa Lampung yang me mang benar-benar kompeten, ia yang paham bahasa, aksara, budaya, adat dan tradisinya. Jadi bukan serta-merta men gambil dari dosen jurusan lain,”
Yinda Dwi Gustira selaku dosen Prodi Pendidikan Baha sa Lampung menyadari bah wa Prodi Pendidikan Bahasa Lampung sangat kekurangan dosen sehingga mengharus kan mengambil dosen dari prodi lainnya.
“Untuk tenaga dosen ini sangat kurang, kita home base itu 6 orang dosen, itupun homebase -nya masih memin jam dari prodi lain yang kita manfaatkan, selingkup ilmunya dengan Prodi Bahasa Lam pung,“ ungkapnya.
Kepala Program Studi Pendidikan Bahasa Lampung, Iqbal Hilal menilai kekurangan dosen di prodi ini masih bisa ditangani karena mengang gap bahwa prodi ini masih baru. Ia juga tidak memper masalahkan dosen yang me megang lebih dari satu mata kuliah.
“Untuk sekarang tidak ada (keluhan dosen), ya kan baru cuma satu angkatan, semuanya tertib. Jadi kalau satu dosen mengampu 3 mata kuliah, faktanya belum ada (keluhan) karena itu masih sederhana, kalau rata-rata 3 aja itu baru 9 sks, jadi tidak ada masalah. Yang jadi masalah ketika ada mata kuliah diampu oleh dosen yang tidak berkompe ten, di luar jalur keilmuannya,” jelasnya =
Oleh : Shaffa Riyadhul JannahKampus Ikam
Mahasiswa Angkatan 2021
Keluhkan Akun SSO Tidak Bisa Akses Wi-fi
Oleh : Afeby Ade Habibansyah
Unila-Tek: Mahasiswa Universitas Lampung (Unila) angka tan 2021 mengeluhkan akun SSO ( Single Sign On ) yang tak bisa digunakan untuk mengakses Wi-Fi ( Wireless Fidelity ) Unila. Un tuk mengakses jaringan nirkabel ini, mahasiswa harus mema sukkan nama pengguna serta kata sandi SSO yang sebelumnya sudah diaktivasi saat menjadi mahasiswa baru.
Wahyu Gusti Arianto (Teknik Pertanian’21) mengatakan akun SSO miliknya tidak bisa mengakses Wi-Fi Unila walaupun dirinya sudah sering mencoba.
“Ini tidak hanya sekali, tetapi sering saya coba, tetap tidak bisa untuk mengakses Wi-Fi Unila, bukan hanya saya tetapi teman-teman saya mengalami hal yang sama,” katanya.
Menurut Aldo Ernando (Pendidikan Matematika’21), walau pun perkuliahan masih dilaksanakan secara daring (dalam jaringan), tetapi kebanyakan mahasiswa menghabiskan waktunya di kam pus untuk berkegiatan dan berorganisasi.
“Saya sering ke kampus, sayangnya Wi-Fi ini tidak bisa diak ses, padahal sangat saya butuhkan untuk menunjang kegiatan saya di kampus,” ujarnya.
Menanggapi hal ini, Komarudin selaku Kepala UPT TIK (Unit Pelaksana Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi) menga takan semua mahasiswa bisa menggunakan akun SSO-nya un tuk mengakses Wi-Fi. Menurutnya, kebanyakan mahasiswa angkatan 2021 tidak tahu bahwa akun SSO dapat digunakan pula untuk akses Wi-Fi, selain untuk login VClass dan Email Stu dent.
“Jadi SSO itu, itulah emailnya, itulah untuk masuk ke Wi-Fi, itu juga untuk vclass satu login itu,” katanya.
Terkait permasalahan ini, Komarudin menerangkan bahwa hal itu bisa saja terjadi karena sistem pada Wi-Fi Unila yang ti dak dapat diakses karena terlalu banyak pengguna.
“Kalau di suatu tempat ramai, itu bisa kelempar yang ma suk, user-nya kebanyakan bisa kelempar,” katanya =
FP Bentuk Koperasi Produsen
Oleh : Teresia RosaFP-Tek: Fakultas Pertanian (FP) Universitas Lampung saat ini memiliki sedikitnya 24 temuan inovasi teknologi di bidang perta nian. Inovasi-inovasi ini adalah hasil riset dari para dosen dan ma hasiswa Fakultas Pertanian. Dekan Fakultas Pertanian, Irwan Sukri Banuwa menjelaskan, melakukan hilirisasi terhadap hasil temuan inovasi dapat menjadi salah satu kepuasan dari para peneliti kare na produknya bisa dipakai dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
Guru Besar Konservasi Tanah dan Air ini menyebutkan bahwa perguruan tinggi tidak bisa secara langsung melakukan hilirisasi terhadap hasil temuan, salah satunya yaitu harus mengusulkan SNI (Standar Nasional Indonesia). Setelah melakukan konsultasi bersama BSN (Badan Standarisasi Nasional) yang dilakukan secara daring pada Selasa (31/5/2022), FP mendapatkan solusi terkait hal ini.
“Kita mengundang tim BSN untuk melakukan bimbingan teknis ke fakultas pertanian. Dan ada langkah yang memu ngkinkan terus kita lakukan, maka tidak harus bekerja sama dengan pihak perbengkelan, kita diberikan alternatif itu membuat atau membentuk koperasi produsen,” katanya.
Koperasi Produsen milik Fakultas Pertanian ini kemudian diberi nama Koperasi Maju Cemerlang Faperta. Koperasi ini berisi 20 ang gota yang di dalamnya adalah para inventor atau penemu-penemu inovasi dan civitas academica Fakultas Pertanian.
Irwan juga menambahkan Koperasi Produsen ini nantinya mempunyai tugas untuk mengurus perizinan-perizinan yang di syarakatkan dalam proses hilirisasi produk inovasi.
“Karena Fakultas Pertanian itu kan tidak boleh mengurus per izinan-perizinan ini. Makanya kita harus membuat badan khusus. Nah itulah yang bisa secara legal memasarkan produk kita setelah diurus izin edar dan izin merek,” jelasnya=
Tak Semua SKS Program MBKM Bisa Dikonversi
Unila-Tek: Program Merde ka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) menjanjikan konver si 20 SKS jika mengikuti salah satu programnya. Namun, Uni versitas Lampung (Unila) saat ini hanya mengonversi SKS (Sistem Kredit Semester) pada Program MBKM yang relevan dengan mata kuliah dan jurusan dari mahasiswa.
Winda Pitriani Parhamah (Pendidikan Sejarah’19) ada lah salah satu mahasiswa yang mengikuti program Kampus Mengajar. Ia mengatakan bah wa dalam rangka memperbaiki akreditasi Prodi (Program Studi), FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) sangat mendukung mahasiswanya untuk ikut pro gram MBKM.
“Semua mata kuliah yang saya konversi itu tidak ada hubungannya dengan mata kuli ah yang saya ambil, tapi tetap boleh karena emang itu kan pro gram kementerian,” katanya.
Oleh : Afeby Ade HabibansyahLain halnya dengan Rach ma Adji Ramadanti (MTK’19), ia mengungkapkan bahwa FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) hanya mengonversi SKS pada MBKM yang relevan dengan mata kuli ah. Ia juga menambahkan hal ini dilakukan dengan alasan untuk menghasilkan lulusan yang kom peten.
“Misal mata kuliah yang ada di jurusan kami tidak bisa dikon versi karena tidak relevan, karena sejenis seperti analisis real dan mata kuliah saya yang lainnya itu tidak bisa disamakan dengan mengajar karena kalo misalnya lulusan MTK di jurusan aku itu jika disamakan dengan mengajar jadi nanti lulusannya kurang kompe ten di bidang itu,” katanya.
Kepala Pusat Pengembangan Kurikulum dan Manajemen Merde ka Belajar-Kampus Merdeka, Neni Hasnunidah mengungkapkan be berapa permasalahan yang sering terjadi adalah mahasiswa tidak
berkoordinasi dengan dosen Pem bimbing Akademik (PA), Ketua Program Studi (Kaprodi), dan Penanggung Jawab (PJ) Mata Kuliah.
“Mata kuliahnya tidak cocok yang disepakati oleh prodi, alhasil 20 SKS yang ia dapatkan selama mengikuti program MBKM ini ti dak bisa dikonversi,” katanya.
Ia kemudian menambahkan untuk mengonversi SKS pada program MBKM perlu disesuaikan dengan kurikulum dari jurusan mahasiswa tersebut.
“Tidak semua mata kuliah bisa dikonversi, jadi setiap prodi itu ada kurikulumnya. Bukan berarti ada yang bisa dikonver si atau tidak, tetapi yang terja di mahasiswa tidak mengikuti prosedur, yaitu menghadap PA terlebih dahulu untuk meng konsultasikan mata kuliah-mata kuliah yang bisa direkognisi yang diakui sebanyak 20 SKS masuk dalam BKP (Bentuk Kegiatan Pembelajaran),” pungkasnya=
Keluhkan Jarak, Mahasiswa Kampus B Pilih Ikuti UKM-F
FKIP-Tek: Kampus cabang Universitas Lampung (Unila) yang terletak di Metro dan Polim memi liki jarak yang cukup jauh dari kampus induk (Bandarlampung). Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi mahasiswa di kedua kampus tersebut untuk dapat mengem bangkan potensi dengan mengi kuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ada di kampus pusat.
Seperti Rafiq Nur Fadillah (PGSD’20), dirinya tidak berminat untuk mengikuti UKM yang dise diakan oleh Unila yang berada di kampus induk, yang menurutnya terpantau cukup jauh jaraknya.
“Kalau mengenai itu (UKM) nggak minat sih, karena aku mikir jarak juga. Kan lumayan jauh tuh,” tuturnya.
Ia juga mengatakan bahwa untuk mengembangkan potensi mahasiswa di sana hanya tersedia organisasi di Fakultas terkhusus FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan).
“Kalau di kampus B (Metro) itu ada Racana (Pramuka) serta
Oleh : Nadila WulandariForum Pembinaan dan Pengka jian Islam (FPPI). Kemudian ada satu Himpunan Mahasiswa (Hima) dan satu Forum Komunikasi (For kom),” ungkapnya.
Keluhan mengenai jarak, juga disampaikan Nurhidayati (PGSD’20).
“Aku ikut organisasi forkom sama HIMAJIP (Himpunan Maha siswa Jurusan Ilmu Pendidikan) yang di Metro. Tapi kalau di pusat, aku nggak ikut karena jarak kam pus B Metro ke Unila (pusat) yang ya, lumayan jauh,” ungkapnya.
Prof. Yulianto selaku Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan dan Akademik mengatakan bagi mahasiswa kampus cabang yang ingin mengembangkan poten sinya memiliki dua pilihan, mengi kuti UKM yang ada di kampus induk atau mengikuti UKM dan LK (Lembaga Kemahasiswaan) tingkat fakultas. Menurutnya, ti dak ada penambahan UKM untuk kampus cabang.
“Ya itu mah, pilihan yang bisa diikuti oleh mahasiswa dong. Ti
dak ada penambahan UKM untuk satu fakultas,” tuturnya.
Wakil Dekan Bidang Kemaha siswaan dan Alumni FKIP, Riswanti Rini mengatakan bahwa tidak ada batasan bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan dan potensi mereka.
“Silakan kalau mau mengem bangkan kegiatan kreativitas, mengikuti berbagai aktivitas, mengikuti lomba, ataupun mer ancang kegiatan sesuai dengan program kerjanya Prodi (Program Studi) masing-masing,” tuturnya.
Beliau juga menambahkan untuk mengikuti UKM yang ada di pusat, jarak bukan menjadi mas alah untuk pengembangan poten si mahasiwa.
“Jarak itu kan nggak terlalu jauh. Bisa ditempuh, nggak jadi masalah. Yang penting kan bisa mengakomodir semua kegiatan dan tentu yang kegiatan kemaha siswaan ini mereka yang harus ak tif,” tegasnya =
Mahasiswa baru Universitas Lampung (Unila) sedang menunggu pesanan ojek online (Ojol) di sekitaran jalur dua Unila, Rabu (10/08/2022) Foto: AfifahLaporan Utama
Oleh: Sepbrina Larasati
Derap langkah gerombo lan mahasiswa dengan setelan hitam putih mu lai memadati jalanan kampus Universitas Lampung (Unila). Mereka beramai-ramai menu ju Gedung Serba Guna (GSG) karena acara Pengenalan Kehi dupan Kampus bagi Mahasis wa Baru (PKKMB) akan segera dimulai(15/8). Pemandangan seperti ini layaknya alarm yang mengingatkan bahwa kegia tan perkuliahan semester baru akan segera dimulai. Unila berencana memulai periode perkuliahan Semester Ganjil Ta hun 2022/2023 pada 22 Agustus 2022.
Prof. Heryandi selaku Wakil Rektor Bidang Akademik (wa wancara ini dilakukan sebelum WR 1 tertangkap OTT) menu turkan dua sistem perkuliahan yang akan dilaksanakan Unila, yakni secara tatap muka den gan menaati protokol keseha tan dan hybrid untuk beberapa kegiatan yang melibatkan ba nyak massa. Hal ini dilakukan sesuai imbauan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek).
“Jadi Unila nanti strateginya untuk hal-hal tertentu mungkin terus (tatap muka). Tapi untuk yang massal begitu besar di hybrid kan. Nanti kita persiap kan semua teknologinya, jadi mahasiswa bisa ganti-gantian masuk, punya kebebasan lah,“ tuturnya.
Meskipun begitu, pihak kampus belum memberikan ke pastian secara tertulis dan res mi kepada mahasiswa menge nai sistem perkuliahan yang akan diterapkan Unila sebagai tanggapan atas Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Pembelajaran di Perguruan Tinggi di Masa Pandemi Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) Tahun Akade mik 2022/2023 yang dirilis Di
rektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi.
Seminggu menjelang per kuliahan dimulai, Surat Edaran Rektor pun tak kunjung terbit. Saat ditanyai ihwal rencana penerbitan surat edaran baru, Prof. Karomani (Rektor Unila) (wawancara ini dilakukan se belum Rektor Unila tertangkap OTT) menuturkan Unila tetap memberlakukan surat edaran lama yakni Surat Edaran Rektor Nomor 6 Tahun 2022 tentang Pembelajaran Daring (Dalam Jaringan) dan Tatap Muka (Lu ring) Semester Genap Tahun 2021/2022 meskipun kini telah memasuki Semester Ganjil Ta hun 2022/2023.
“Ya tentu dong nanti kalau ada perubahan ada surat edar an lagi, tapi sepanjang belum ada perubahan berarti masih berlaku surat itu (Surat Edaran Rektor Nomor 6 Tahun 2022),“ jelasnya pada Reporter Tekno kra, Jumat (12/8).
pembelajaran hybrid menjadi yang paling aman untuk saat ini. Menimbang peningkatan kasus Covid-19 yang signifikan di tengah menuju era normal baru yang akhirnya mengetat kan kembali kebijakan Pember lakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
“ Jadi kita lihat beberapa daerah itu sangat signifikan meningkat, akhirnya pe merintah mengeluarkan lagi, mengetatkan kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) itu gitu. Jadi atas dasar itu dan data di lapangan, jadi yang paling aman itu ya hybrid . Jadi paling tidak di 50% daring 50% hadir (luring),” tuturnya.
Beda Fakultas, Beda Kesiapan Fasilitas
Berdasarkan temuan repor ter Teknokra di lapangan, se tiap fakultas memiliki tingkat kesiapan pelaksanaan hybrid yang berbeda-beda. Fasilitas penunjang sistem pembela jaran hybrid masih menjadi garapan yang belum rampung oleh beberapa fakultas. Sam
tahap persiapan dan pengupa yaan penambahan fasilitas. FMIPA Masih dalam Tahap Pengajuan Pengadaan Smart Class
Wakil Dekan Bidang Akade mik dan Kerja Sama Fakultas Matematika dan Ilmu Penge tahuan Alam (FMIPA) , Dr. Eng. Heri Satria menyebutkan pi haknya tengah mengajukan pengadaan sebanyak 12 Smart Class (red. kelas dengan per lengkapan teknologi m ulti media yang terkoneksi secara paralel yang memungkinkan mahasiswa dapat mengakses perkuliahan secara daring mau pun luring) beserta kelengka pan peralatannya kepada rek torat. Namun, dirinya belum bisa menjawab kapan pastinya pengajuan tersebut akan terea lisasikan.
“Alatnya datang atau tidak ya insyaAllah datang karena memang sudah dianggarkan oleh Rektorat, tapi kapan di installnya (pemasangan) itu ya di luar kemampuan saya buat menjawab,” ujarnya.
Ia menambahkan pihak nya telah berinvestasi untuk pembelian beberapa fasilitas
demi. Hanya saja pemasangan peralatan serta penguasaan teknologinya belum terpenuhi hingga saat ini.
FEB Nyatakan SiapFakultas Ekonomi dan Bis nis (FEB) sudah miliki 7 ruangan smart class . Kelas ini berisi fasi litas pendukung hybrid berupa smart TV, kamera, peralatan tata suara, dan proyektor LCD dengan kapasitas 20-30 kursi per kelasnya. Selama semester genap lalu, penggunaan smart class ini terbatas untuk maha siswa kelas internasional dan mahasiswa S2 PJJ (Pembelaja ran Jarak Jauh). Hal ini disam paikan oleh Sub Koordinator Akademik FEB, Didi Sudarman syah.
“Ya sudah digunakan ( smart class ), tapi masih terbatas . Nah, jadi belum ada hybrid ya, hybrid hanya untuk beberapa kelas dan itu kelas internasional yaitu gabungan dengan (mahasiswa) dari Rusia, jadi kita hybrid khu sus untuk itu dan untuk S2 PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Nah itu untuk semester yang ini (Ge nap 2021/2022),” ujarnya Ia juga menerangkan FEB masih menunggu keputusan dari Rektorat ihwal sistem pembelajaran di Unila untuk semester ganjil 2022/2023. Menurutnya, apapun keputusan yang diresmikan Rektorat nan tinya tentang sistem pembela jaran yang digunakan, FEB su dah siap.
FKIP Fungsikan Laboratorium Micro Teaching Sekaligus se bagai Smart Class
FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) saat ini menyediakan 4 Smart Class dengan kapasitas 12 kursi per kelasnya. Smart Class FKIP mu lanya adalah Laboratorium Mi cro Teaching yang akhirnya di peruntukkan sekaligus sebagai Smart Class.
Hybrid Masih Jadi Sistem Pembelajaran yang Paling Aman
Prof. Asep Sukohar, Wakil“Perguruan Tinggi dituntut beradaptasi dengan era baru sejak pandemi Covid-19 hadir. Sistem perkuliahan daring atau luring bak buah simalakama, sistem hybrid akhirnya menjadi jalan tengah yang diambil. Unila nampaknya masih gagap merespon hal ini, persiapan menyongsong hybrid masih belum matang meskipun sudah diterapkan sejak semester lalu. Tanpa persiapan yang matang, sistem hybrid bukan lagi menjadi jalan tengah. Tak lain sama simalakamanya dengan perkuliahan daring maupun luring.”
Edisi Agustus 2022
Tak semua mata kuliah di FKIP menggunakan sistem hy brid , hal ini berkaitan dengan aturan masing-masing dosen pengampu. Sejauh ini, hybrid hanya diterapkan pada maha siswa angkatan 2020 dan 2021. Edi Hardi Kurniawan, Pengelo la Smart Class & Laboratorium Micro Teaching FKIP menutur kan ruangan saat ini mencukupi meskipun hanya tersedia se banyak empat kelas, lantaran hybrid belum dilaksanakan se cara penuh .
“Karena kan nggak semua mata kuliah harus hybrid gitu ya. Jadi mungkin karena di sini yang aktif baru beberapa jadi masih banyak waktu yang ko song gitu. Kalau sekarang sih baru dua angkatan yang masuk, baru (angkatan) 20 dan 21 itu pun nggak semua mata kuliah gitu, jadi masih banyak ruang kosong,” tuturnya.
FH Sediakan Tiga Smart Class
Fakultas Hukum (FH) se diakan tiga Smart Class yang berlokasi di gedung E dengan kapasitas sekitar 20 kursi per kelas. Selain itu, sedang ada upaya penambahan sebanyak dua kelas yang saat ini masih dalam tahap proses penger jaan. Penggunaan Smart Class hanya diperuntukkan bagi ma hasiswa semester lima ke atas yang sudah mendapat mata ku liah umum penjurusan. Hal ini disampaikan oleh Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, Yulia Neta.
“Jadi kan nanti di semes ter lima itu kan mahasiswa itu sudah menjurus ke bagian masing-masing. Di situlah mereka bisa menggunakan smart class ,” jelasnya.
Bandwith Menjadi Kendala bagi FISIP
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) melakukan studi banding ke Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dalam rangka persiapan pene rapan sistem pembelajaran hy brid . Pasca kunjungan tersebut, kini FISIP sudah menyiapkan 5 smart class dengan kapasitas 50-80 kursi per kelasnya. Nofi an Budi Kurniadi, selaku penge lola sistem & jaringan FISIP menuturkan pihaknya membeli peralatan teknologi penunjang hybrid dengan harga yang ter jangkau. Menurutnya, yang ter penting saat ini adalah sistem pembelajaran hybrid dapat ter laksana.
“Di pertengahan lah, kita kan mengakomodir untuk membeli semua alat itu ber dasarkan kondisi keuangan juga gitu, nggak langsung serta mer ta ada langsung beli. pinginnya sih yang high (tinggi) gitu,” tu
turnya.
Ia juga menambahkan ken dala yang dihadapi FISIP ada lah bandwith (kapasitas saluran informasi jaringan/lebar pita frekuensi jaringan) . Menurut nya, tidak seimbang jika hanya peralatan teknologi yang men dukung tetapi tidak dengan ja ringan internet. Pihaknya kini tengah bekerja sama dengan UPT TIK (Unit Pelaksana Teknis Teknologi Informasi & Komuni kasi) supaya jaringan cepat dan stabil.
Antisipasi Kenaikan Jumlah Mahasiswa, FP Siapkan Kelas Baru
Fakultas Pertanian (FP) per siapkan 40 smart class berka pasitas 25 dan 60 kursi di tiap kelasnya. Kelas ini mulai digu nakan oleh mahasiswa angka tan 2019-2021. Meskipun begi tu, hanya sebagian dosen yang memilih untuk memakai smart class , ungkap Katiran (Sub Koordinator Keuangan dan Umum). Ia juga mengatakan FP akan menambah kelas baru se bagai antisipasi kenaikan jum lah mahasiswa.
“Ini sudah ada 40 kelas Karena mungkin Unila akan nambah nih m ahasiswa, yaitu (menambah) kuota itu, maka nya kita siapkan kelas terbaru lagi yang sudah 40 kelas ,” ka tanya.
FK Sudah Canangkan Smart Class
Makmun Murod, Koordina tor Tata Usaha Fakultas Kedok teran (FK) menuturkan fakul tasnya telah mencanangkan smart class sejak lama. Meski pun begitu, setiap kelas yang ada belum memiliki fasilitas hybrid lengkap.
“Kalo smart class ya belum semuanya, tapi kalo ke arah sana itu sebenarnya sudah lama kita, ya itu saya bilang, secara penuh belum, karena kan ada kemarin itu kayak gitu lah, ada peralatan peralatannya gitu, tapi kalo bilang hybrid , ya kita memang udah jalan,” jelasnya.
FT Tak Beri Ruang untuk Pe liputan
Mengenai kondisi fasilitas penunjang hybrid di Fakultas Teknik (FT), Teknokra sudah be rupaya menghubungi narasum ber Wakil Dekan 1 dan Wakil Dekan 2 untuk memperoleh informasi terkait. Beberapa kali Teknokra mencoba menemui se cara langsung tetapi keduanya enggan menerima kunjungan. Teknokra pun mengirimkan su rat permohonan wawancara secara resmi sesuai dengan prosedur administrasi. Pihak
FT berjanji akan menghubungi
Laporan Utama
Teknokra mengenai hal ini. Na mun, hingga tabloid ini akan diterbitkan, terhitung satu bu lan sejak surat permohonan resmi dikirimkan, FT tak kun jung memberikan ruang bagi Teknokra untuk melakukan ke giatan peliputan.
UPT TIK: Alat Masih DipesanKomarudin, Kepala UPT TIK (Unit Pelaksana Teknis Teknolo gi, Informasi, dan Komunika si) Unila menuturkan sedang mengupayakan pengadaan hal-hal yang diperlukan untuk menunjang perkuliahan hybrid Menurutnya, perkuliahan hy brid berarti setiap ruang kelas harus memiliki akses jaringan yang memadai agar dosen dan mahasiswa bisa melakukan in teraksi secara simultan. Menin daklanjuti hal ini, UPT TIK telah memesan alat berupa access point (red. perangkat keras yang digunakan dalam jaringan area lo kal nirkabel untuk mengirim dan menerima data) untuk dipasang di 400 kelas.
“Jadi kita sedang menga dakan pengadaan, mudah-mu dahan diharapkan September sudah datang barangnya untuk dipasang setiap ruangan se banyak 400 ruangan yang ada di Unila,” terangnya.
Mengenai keluhan atas bandwdith ( red. kuo ta maksimum dari data yang bisa ditransfer per detik dalam jar ingan internet), ia menjelaskan akan melakukan revitalisasi jaringan termasuk mening katkan kapasitas jaringan antar fakultas yang ta dinya 1 giga byte menjadi 10 giga byte di samping upaya pema sangan access point
Pihak TIK juga berencana meleng kapi kamera yang bisa melaku kan tracking sehingga mampu menangkap pergerakan dosen saat mengajar. Lebih lanjut, Komarudin akan menargetkan setiap fakultas memiliki smart class dengan kualitas standar untuk penunjang pelaksanaan hybrid.
“Tahap berikutnya yaitu setiap fakultas memiliki ru ang smart class yang menjadi standar yang digunakan dalam proses pembelajaran hybrid ini. Jadi, ada model yang minimalis (fasilitas) pembelajaran hybrid itu bisa terselenggara, ada yang standar (fasilitas) yang paling tidak dimiliki setiap fakultas itu beberapa ruangan, yang kalau digunakan untuk pembelajaran
hybrid yang memang memiliki kualitas yang tinggi,” jelasnya. Fasilitas Harus Dipersiapkan Secara Matang
Prof. Undang Rosidin se laku pengamat pendidikan dan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Komisi Nasional Pendidikan (Komnasdik) Lam pung ikut menanggapi ihwal sistem pembelajaran di Unila. Menurutnya, hybrid menjadi sistem yang paling efektif un tuk diterapkan saat ini. Namun, ia menyoroti sarana dan prasa rana fasilitas yang memang ha rus dipersiapkan secara matang dan baik sebagai penunjang akademik mahasiswa. Fasilitas pembelajaran harus betul-betul dipersiapkan dengan baik.
“Persiapan-persiapan ru angan, fasilitas ruangan kan kemarin tidak terkontrol lah, masih ada yang kurang atau mungkin ada tempat, sarana belajar pembelajaran, apakah tempat duduk, apakah mejanya, yang tidak hanya itu yang ha rus kita perhatikan gitu kan,” tuturnya.
Hybrid Bukan Tren
Tanggapan hadir dari pihak FSGI (Federasi Serikat Guru Indonesia) Mansur Sipinathe , ia beranggapan bahwa hybrid bukan ajang untuk tren yang
baik, tentu saja akan mening katkan hasil pembelajaran Karena jelas menurutnya seca ra langsung akan mengurangi efek kejenuhan dan mengu rangi kesenjangan teknologi untuk memudahkan mahasiswa dalam mengakses informasi.
Mansur pun turut menutur kan kendala utama hybrid yakni para pengajar, khususnya do sen yang masih menggunakan paradigma lama, sedangkan hybrid adalah pembelajaran yang memanfaatkan teknologi yang canggih dan terbaru.
“Karena terus terang ken dala utama dalam pelaksanaan hybrid ini bukan di teknologi nya, bukan di mahasiswanya. Karena jangankan mahasiswa, siswa SMP SMA sekarang saat ini itu sudah-sudah sangat akrab dengan media-media di gital maupun platform teknolo gi, justru yang kami kami kha watirkan itu adalah paradigma dari para pengajar, guru mau pun dosen yang mungkin ma sih menggunakan paradigma lama,” ujarnya.
Mahasiswa Keluhkan Fasiltas yang Belum Merata
M. Faizaldo Sudjatmoko (Ilmu Hukum’19) tak mem permasalahkan jika Unila menerapkan system hybrid Namun, menurutnya Unila ma
hanya sekadar ikut-ikutan, me lainkan universitas harus mam pu mempersiapkan dan meren canakan sejak awal agar hybrid bisa dikatakan efektif.
“Karena penerapan hybrid ini bukan sekedar ikuti tren maksud saya, jadi justru apabi la sebuah universitas merenca nakan atau ingin menerapkan hybrid harus memang sudah direncanakan secara teratur dan efektif. Jadi hybrid ini tidak akan bisa efektif kalau memang tidak direncanakan sejak awal,” tuturnya.
Ia menambahkan, sistem hybrid bukanlah persoalan me lainkan proses perencanaan dan kesiapan sistem yang ada di kampus tersebut . Apabi la memang disiapkan dengan
sih belum siap untuk melak sanakan hybrid.
“Unila belum sepenuhnya dapat melakukan hybrid. Kare na dalam melakukan perkulia han hybrid diperlukan fasilitas dan teknologi pendukung yang mampu memadai kegiatan tersebut. Sedangkan fasili tas yang belum maksimal dan merata di setiap ruangan kelas menjadi kendala,” tuturnya. Ahmad Muflihun (Ilmu Hu kum’19) pun berharap pihak kampus lebih memperhatikan kebutuhan mahasiswanya. Menurutnya, jangan sampai sistem pembelajaran yang diterapkan hanya menjadi for malitas dan ala kadarnya saja, sehingga mahasiswa tidak dapat belajar dengan efektif =
Artikel Tema
Perguruan Tinggi sebagai Motor Pencapaian SDGs
Dalam dongeng-dongeng sang kancil sering dise but-sebut Raja Sulaiman. Raja Sulaiman biasanya dise but sang kancil ketika terdesak untuk bersiasat mengelabuhi musuhnya. Raja Sulaiman atau Nabi Sulaiman adalah raja yang menguasai tidak hanya manu sia tetapi juga binatang, angin bahkan jin. Nabi Sulaiman dia nugrahi kekayaan sumber daya strategis yang melimpah. Ke besaran Nabi Sulaiman salah sa tunya karena memiliki kearifan ekologis dalam kepemimpinan nya. Kearifan ekologis tersebut setidaknya tergambar ketika Nabi Sulaiman hendak melin tasi lembah semut. Raja Semut yang melihat Nabi Sulaiman dan tentaranya, lantas memerintah kan rakyatnya (warga semut) untuk menyelamatkan dan menghindarkan diri supaya ti dak sampai terinjak-injak. Men dengar percakapan itu, Nabi Sulaiman tersenyum dengan tertawa dan menahan bala ten taranya sewaktu mereka hampir sampai ke lembah semut. Sam bil menunggu semut-semut itu memasuki sarang-sarangnya terlebih dahulu, Nabi Sulaiman memerintahkan tentaranya un tuk menjaga kelestarian alam, tidak melakukan perusakan, dan menabur atau “memproduksi” kezaliman kepada makhluk hidup lainnya.
Ternyata role model kepemimpinan yang menjadikan pembangun berkelanjutan sebagai misi kepemimpinan salah satunya ada pada Nabi Sulaiman. Saat ini dunia seti daknya sampai dengan tahun 2030 menaruh perhatian yang tinggi untuk mencapai Sustain able Development Goals (SDGs). SDGs ini memiliki 17 goals dengan 169 capaian yang terukur dengan batas waktu yang telah ditentukan oleh United Nations Merespon itu, Indonesia telah menyusun rencana aksi sampai tingkatan kota/kabupaten di tambah Kementerian Desa dan Pengembangan Daerah Terting gal, dan Transmigrasi dengan SDGs Desa-nya. SDGs ini tentu sebagai agenda dunia untuk ke selamatan manusia dan planet bumi.
Perguruan Tinggi memiliki peran penting dalam pencapa ian SDGs. Sumber Daya Manu sia Strategis sebagai penerus kepemimpinan bangsa lahir dari kampus. Perguruan Ting gi dapat menjadi trigger maju mundurnya peradaban bangsa. Manusia dan pemimpin Indo nesia yang akan datang dapat direfleksikan pada proses pem bentukan mental dan karakter dalam kehidupan dan labotori
um intelektual kampus saat ini.
Mainstream SDGs dalam proses Pembelajaran dan akti vitas non akademis mahasiswa menjadi tantangan kampus da lam melahirkan manusia dan pemimpin yang memiliki keari fan ekologis seperti tergambar dalam kisah Nabi Sulaiman. Saat ini Universitas Lampung terus meningkatkan nilai-nilai SDGs dalam proses pembela jaran. Capaian itu setidaknya dikonfirmasi dalam pemering katan UI Greenmetric pada ta hun 2021. Capaian Greenmetric Unila dalam kriteria pendidikan menempati peringkat 7 Nasional
dari Taman Bermain sampai Se kolah Menengah Atas. Dalam pendidikan anak usia dini main treaming SDGs sangat penting, karena anak-anak lebih mudah dibentuk karakternya dibanding orang dewasa. Selain mening katkan Indeks Pembangunan Manusia tentu mainstreaming SDGs sejak dini akan mem bentuk Manusia dan Pemimp in Indonesia masa depan yang memiliki karakter kearifan ekologis yang kuat.
Melengkapi proses pem belajaran agar mahasiswa se bagai calon pemimpin bangsa harus melihat wujud konkrit
berkelnajutan. Pertama, komit men meningkatkan Infrasruktur kampus baik itu Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Green Building dalam menjaga lingkungan, serta anggaran pembangunan berkelanjutan kampus. Kedua, terus mengupayakan penggu naan peralatan hemat energi dan mengembangkan energi terbarukan dalam kampus. Ke tiga, memiliki program penge lolaan sampah yang berkelan jutan. Keempat, berupaya keras mengurangi penggu naan air tanah, meningkat kan program konservasi, dan melindungi habitat. Kelima,
cangan pembelajaran dengan mengarusutamakan SDGs. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan mengarusutamakan SDGs yang sudah dipelajari di perkuliahan dapat diimplementasikan selama melaksanakan PPL.
Tantangan manusia dan pemimpin masa depan tentu akan menghadapi banyak dis rupsi. Revolusi industri 4.0 dan Pandemi Covid-19 telah men dorong tidak hanya disrupsi da lam bidang teknologi dan model bisnis tetapi juga perubahan iklim. Dunia saat ini merespon dengan komitmen yang kuat da lam menurunkan laju emisi gas rumah kaca. Kebijakan penggu naan sumber energi terbarukan untuk mereduksi penggunaan batubara dan minyak masif dilakukan oleh beberapa negara maju. Industri kendaraan listrik dan baterai terus berkembang pesat. Bahkan, baru-baru ini kita dihebohkan dengan penemuan air sebagai pengganti bahan bakar minyak yang telah diujikan pada sepeda motor. Manusia dan pemimpin masa depan yang la hir dari kampus harus mampu mengelaborasi dan mengidenti fikasi isu ini dengan baik. Kam pus perlu memberikan dukungan dan ruang yang sangat terbuka untuk mahasiswa mengelaborasi topik-topik inovasi dalam pen capaian SDGs.
dan 33 Dunia. Penilaian ini men jadi gambaran komitmen Unila dalam mengarusutamakan SDGs dalam proses pembelaja ran, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Main streaming SDGs dalam pros es pembelajaran harus terus meningkat kuantitas dan teru tama kualitasnya.
Unila adalah salah satu Per guruan Tinggi Negeri di Lam pung yang memiliki Fakultas Pendidikan. Mainstreaming SDGs dalam proses pembela jaran kepada mahasiswa dapat memberikan multiplier effect kepada pembangunan khususn ya bidang pendidikan di Provin si Lampung. Lampung akan memiliki calon-calon guru yang memiliki pengetahuan dan ke mampuan mengarusutamakan SDGs dalam proses pendidikan
implementasi SDGs dalam kam pus. Best Practice yang terlihat oleh mahasiswa dalam kese harian kehidupan kampus akan menginfiltrasi dalam mental dan karakternya dalam mengak tualisasikan diri pasca kampus. Kembali melihat dalam kisah Nabi Sulaiman yang memiliki kearifan ekologis sangat detail dan dimulai dari yang sangat kecil. Nabi sulaiman memiliki perhatian terhadap keberlanju tan kehidupan semut. Kampus sebagai parameter peradaban harus mampu menunjukkan minimal sebagai best practice mahasiswa. Langkah-langkah mencapainya telah dipandu da lam penilaian UI GreenMetric dan The Impact Ranking UI Greenmetric dapat men jadi salah satu panduan Unila untuk menjadi kampus hijau
memiliki kebijakan transpor tasi untuk membatasi jumlah kendaraan pribadi. Terakhir, meningkatkan pendidikan, pe nelitian, pengabdian, publikasi, situs website, dan sustainability report.
Selain dari penelitian dan pengabdian, Perguruan Tinggi dapat menginfiltrasikan SDGs dalam kehidupan masyarakat setidaknya Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL) atau sejenisnya. Kegiatan ini juga semakin memantapkan mentalitas dan karakter mahasiswa menjadi manusia dan pemimpin berke lanjutan masa depan. Misalnya Praktik Pengalaman Lapan gan (PPL) yang wajib bagi se tiap mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan akan menjadi laboratorium penerapan ran
Pembangunan berkelanju tan yang berperadaban tentu menjadi tantangan perguruan tinggi saat ini. Perguruan tinggi sebagai tempat berproses ma nusia dan pemimpin Indonesia masa depan mempunyai kon tribusi signifikan menentukan arah bangsa. Pengarusutamaan SDGs dapat mengantarkan pe serta didik dalam ruang perkuli ahan, aktivitas non-akademik, PKL dan KKN akan memiliki pengalam yang kuat baik teori maupun praktik di lapangan di dalam pembangunan berkelan jutan. Mengonfirmasi teori-teori dengan pengalaman di lapangan. Misalnya dampak penam bangan untuk teknologi yang diklaim berkelanjutan dengan kerusakan lingkungan sekitar tambang. Sebagai manusia dan Pemimpin masa depan akan memiliki pola pikir rasional-in tuitif menentukan arah bangsa yang berkelanjutan. Pemban gunan berkelanjutan yang ti dak menegaskan manusia dan lingkungan yang lain. Pendi dikan tinggi tentu harus mengu bah mindset keberlangsungan kehidupan adalah hadiah ke pada manusia dan pemimpin Indonesia masa depan, tetapi adalah hutang kepada manusia dan pemimpin Indonesia masa depan =
Ilustrasi:Antuk Nugrahaning Pangeran Oleh:Hadi Prayitno, S.T., M.T (Ketua Greenmetric Universitas Lampung)Gemar Baca, Upaya Tingkatkan Minat Baca
Oleh : Fauzan Muhammad Al-Hazmitan ini juga menjadi ajang dalam mengisi kapasitas diri dengan me nolong dan berinteraksi dengan orang lain. Lebih lanjut, ia men jelaskan kegiatan Gemar Baca bisa dijadikan sebagai bentuk observasi terhadap permasalahan yang ada di lingkungan sekitar. Le wat observasi inilah nantinya bisa dikembangkan menjadi karya tulis atau teknologi berbasis penge tahuan untuk mengentaskan bu daya malas membaca.
terharu, dan kebingungan karena jumlah peserta anak yang men capai tiga kali lipat dari ekspetasi awal.
UnitKegiatan Mahasiswa (UKM) Saintek Universitas Lampung (Unila) menyal urkan kepedulian mereka terha dap rendahnya minat baca mas yarakat Indonesia lewat Gera kan Masyarakat Ramai Membaca (Gemar Baca). Kegiatan yang dilaksanakan pada 17 Juli 2022 di daerah Teluk, Bandar Lampung ini berbentuk pengumpulan donasi buku. Target penyalurannya ada lah taman-taman baca yang sudah ada di daerah Bandar Lampung.
“Sekarang itu sudah masuk ke era digitalisasi gitu. Banyak anak-
anak itu nggak asing lagi dengan memegang smartphone gitu, bahkan balita aja udah dipegangi smartphone, dan ini yang mungkin membuat semakin lama juga masyarakat semakin meninggal kan buku, padahal buku ini men jadi penting untuk jendela dunia,” ujar Pandu Galang Pangestu (Ke hutanan’19), Ketua Umum UKM Saintek Universitas Lampung.
Pandu menyampaikan bahwa Gemar Baca ini sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat untuk mengembangkan empati anggota UKM Saintek. Kegia
“Masalah apa sih di sini yang bisa diulik dari anak-anak, misal kan sulit untuk diajak belajar, anakanak cenderung lebih suka ber main, anak-anak sekarang malas membaca. Nah ini yang jadi ma salah, malah yang nantinya bisa dikembangkan menjadi karya tu lis atau teknologi berbasis games yang bisa membuat mereka mau membaca,” jelasnya.
Kegiatan ini disambut baik oleh anak-anak yang hadir. Pan du menyebutkan dirinya bersama panitia cukup terkejut dan baha gia dengan antusiasme anakanak yang hadir dalam gerakan masyarakat ramai membaca tersebut. Ia mengutarakan perasaannya yang cukup senang,
“Untuk pelaksanaan di hari H, alhamdulillah sukses ya, dan anak-anaknya itu datang di luar ekspetasi kita yang mungkin ha nya 20 atau 30, ternyata menca pai 60 orang anak. Jadi kita kayak sedikit kelimpungan juga gitu, dengan keriwuhan. Kita jarang gitu sampai 60 orang menangani,” ungkapnya.
Pandu juga menambahkan banyak pihak yang turut berpar tisipasi dan berkolaborasi dalam mendukung adanya kegiatan mulia ini. Seperti Komunitas Giat Buku, yang menyumbangkan 50 buku bacaan. Kemudian, Ko munitas Jendela Lampung yang menurutnya mampu menginspi rasi untuk terus bergerak mema jukan pendidikan anak-anak di Lampung.
“Dari Komunitas Jendela Lam pung sendiri cukup aware gitu, kayak mereka yang saya lihat dari aktivitas mereka, yang setiap minggu itu ada aktivitas baca itu bagus sih. Selain membaca, dari adik-adiknya juga dimintai untuk
Kata Mereka
menceritakan ulang kembali yang dibaca. Itu hal-hal menarik, yang menurut saya apresiasi luar bia sa untuk kakak-kakak Komunitas Jendela Lampung,” katanya.
Pandu berharap agar kegiatan Gemar Baca ini menjadi pacuan awal untuk UKM, organisasi, atau himpunan lain ikut meramaikan dan mendukung kegiatan literasi membaca. Menurutnya juga, ko munitas-komunitas seperti Giat Buku dan Jendela Lampung harus didukung.
“Mereka yang mau mem fasilitasi anak-anak untuk mem baca gemar membaca itu harus di support dalam segi apapun, dana dan lain, karna anak-anak adalah penerus kita,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia berharap supaya di kemudian hari akan banyak didirikan taman-taman baca yang bisa menjadi fasilitas anak-anak untuk mengembang kan minat bacanya.
“Anak-anak itu suka dengan kegiatan seperti itu, harapannya taman-taman baca itu lebih diper banyak lagi, bukan hanya di Ban dar Lampung, bahkan di seluruh Indonesia,” pungkasnya =
EVU 01 Inovasi Ramah Lingkungan Buatan Unila
Oleh : Ega Literian LisbaSaat ini, dunia industri sedang berlomba-lom ba untuk menciptakan produk ramah lingkungan. En ergi-energi terbarukan seperti energi surya, energi angin, bio energi, dan biomassa, banyak digunakan untuk menggantikan energi fosil yang semakin meni pis keberadaannya. Tak terle pas juga Universitas Lampung (Unila), turut menciptakan suatu inovasi berupa mobil listrik ra mah lingkungan yang menggu nakan bahan serat alam atau green composite . Mobil listrik ini diberi nama Electric Vehicle Unila (EVU) 01 dan telah dilun curkan pada tanggal 13 Januari 2022 lalu.
Martinus, ketua tim pembua tan mobil listrik ini menyebut kan bahwa proses penciptaan telah dimulai sejak tahun 2015. Rancangan dari inovasi ini per tama kali diikutsertakan dalam perlombaan pada tahun 2016 dan konsisten di tahun-tahun berikutnya. Martinus menam bahkan bahwa perlombaan me mang bukanlah tujuan utama mereka, melainkan keinginan
untuk terus mengembangkan
rancangan dan ide tersebut.
“Tujuan utama kami se tiap tahunnya adalah ter jadi perbaikan. Contohnya, dalam segi berat kenda raan yang selalu kami us ahakan untuk kurangi dan body mobil yang terus kami perindah lagi,” terangnya.
Dosen jurusan Teknik Mesin ini menjelaskan bahwa timnya meran cang EVU 01 dengan komponen yang terbuat dari material terbaru kan. Hal ini menjadikan mobil listrik ini berbe da dengan mobil listrik lainnya. Badan mobil ter buat dari bahan limbah alam be rupa serat rami dan daun bam bu, sementara joknya menggu nakan serat kelapa. “Tadinya kita mengetes banyak serat, termasuk bambu yang di woven , ternyata proses pembentukan nya tidak bagus, maka ketemu yang rami ini lebih gampang dibentuk, dan kebetulan di lab kita banyak daun bambu kering, jadi sekalian dimanfaatkan,” ujarnya.
es pembuatan komponen badan mobil ini melalui tahapan yang panjang. Proses pertama yang dilakukan adalah membuat model tiga dimensi berbahan gypsum den gan perbandingan 1:1. Selan
jutnya cetakan dibuat untuk mencetak badan mo bil. “Kenapa harus ada cetakan, agar bisa diperbanyak nan ti jika kiranya mau diperbanyak, wa laupun saat ini be lum ya,” katanya. Selain meng green composite , yang menja dikan mobil ini is time wa karena memiliki solar panel pada bagian atap mo bil. Namun, panel ini bukan men jadi sumber kelistrikan utama, tetapi hanya digunakan untuk kelistrikan sekunder seperti lampu sen dan klakson.
Kemudian, Martinus juga memaparkan spesifikasi yang membuat mobil listrik ini sema kin menarik. Berat dari mobil ini
Lifestyle
hanya 400 kg, dengan kapasitas maksimum empat orang. Mo tor yang digunakan pun hanya 3 KW, serta menggunakan bat erai 60 volt. “Kecepatan paling tingginya sekitar 40 sampai 45 km/jam, cukup rendah, makan ya cukup bagus kalo dia (mobil ini) digunakan di area kampus,” jelasnya.
Inovasi ini disambut baik oleh berbagai pihak. Bahkan, inovasi ini telah dilirik oleh Menteri BUMN (Badan Usa ha Milik Negara), Erick Thohir. Pada seminar yang bertem pat di Universitas Lampung 30 Januari 2022 lalu, Erick Tohir menyatakan keinginannya un tuk mengenalkan tim EVU 01 Unila dengan PT Pindad (Per sero) agar dapat mengembang kan inovasi tersebut bersa ma-sama. “Salah satu rencana pengembangan kita itu tidak ke arah komersial ya, tapi ke arah kendaraan khusus, bukan kendaraan yang memang digu nakan di jalan raya, tapi kenda raan yang digunakan di kampus atau rumah sakit,” pungkas Martinus =
Aplikasi Kencan di Kalangan Anak Muda
Oleh : Anolia RahmadantyMedia
sosial saat ini terus berjalan beriringan den gan kehidupan manusia. Media sosial juga telah diman faatkan di setiap lini kehidupan. Mulai dari membeli keperluan, memilih makanan, menyediakan jasa antar-jemput, sampai men cari teman kencan pun bisa dilakukan melalui media sosial. Aplikasi kencan online kian men jamur dan banyak dipakai oleh kalangan muda.
Berdasarkan data survei dari businessofapps.com, pengguna aplikasi kencan online mencapai 323,9 juta pada tahun 2021 dari seluruh belahan dunia. Tinder, Bumble, Meet me, Litmatch, ada lah beberapa contoh aplikasi ken can yang populer. Fitur-fitur yang tersedia di aplikasi-aplikasi ini pun beragam, pengguna bisa sa ling berkenalan dengan pengguna lainnya. Selain itu, aplikasi kencan ini juga memudahkan pengguna untuk menemukan orang dengan tingkat kecocokan yang mereka inginkan.
Alfariz Nurhidayat (Hu kum’21) mengungkapkan dirinya pernah menggunakan salah satu dari aplikasi di atas, yaitu tinder. Dia menggunakan aplikasi ini untuk menghilangkan rasa pe nasaran dan juga jenuh. Namun, dia tidak mendapat pengalaman berkesan saat menggunakan ap likasi tersebut. “Cuma penasa ran saja sih dengan aplikasinya, bagaimana cara pakainya gitu,” katanya.
Berbeda halnya dengan Alfariz, Gabri ella Athalia (Hukum’21) membagikan pengala man berkesannya sela ma menggunakan ap likasi kencan tersebut. Gabriella juga mengaku memiliki teman dekat yang hingga saat ini keduanya masih ber hubungan baik meski pun belum pernah ber temu secara langsung, bahkan keduanya sudah saling bertukar akun Instagram dan nomor WhatsApp.
“Saya bisa tanya rekomendasi makanan atau penginapan, kalo saya lagi travelling, lit erally backpacker, atau solo trip travelling, saya bisa nanya ke temen-te men saya di berbagai daerah,” ujarnya.
Selain mendapat teman baru, ternya ta terdapat alasan lain dari para remaja dalam meng gunakan aplikasi kencan, hal itu diutarakan oleh Ramona Nopera (Hukum’19). Ia menyampaikan bahwa tujuannya menggunakan aplikasi dating adalah untuk men cari teman dari luar negeri.
“Saya tertarik untuk menco ba setelah melihat kakak tingkat memainkan aplikasi Litmatch dan menggunakan bahasa Inggris se lama chatting, jadi saya berpikir
hitung-hitung untuk melatih diri juga improve bahasa Inggris yang saya miliki,” ujarnya.
Di samping memiliki dampak positif seperti yang disampaikan oleh beberapa mahasiswa di atas, nyatanya aplikasi kencan juga memiliki dampak negatif. Seperti beberapa kasus yang sering terjadi belakangan ini seperti penipuan, pemerasan, hingga pelecehan seksual baik secara fisik maupun verbal.
Namun beberapa mahasiswa di atas me nuturkan bahwa be lum pernah mengalami hal-hal negatif tersebut. Karena mereka sudah sepenuhnya menyadari risiko apa yang akan mereka dapat dari penggunaan aplikasi dating, sehingga su dah mengantisipasi hal tersebut. Sejauh ini, para mahasiswa sudah cukup bijak dan berha ti-hati dalam menyika pi lawan chatnya
“Saat diajak ber temu secara langsung sih saya menolak saja, namun tentunya secara baik-baik,” ucap Alya Putri (Hukum’21).
Susanthi Pradini, salah satu Psikolog Klinis anak dan remaja sekaligus Dosen dari Pendidikan Guru Pen didikan Anak Usia Dini (PGPAUD) menuturkan bahwa teknologi sudah menjadi bagian dari kehidupan saat ini, jadi hal tersebut bukanlah suatu hal yang harus dihindari.
“Justru media sosial menjadi salah satu media dalam bersosial isasi, bahkan jangkauannya lebih luas. Meskipun sosialisasinya tidak dilakukan secara utuh, na mun sebetulnya sudah cukup apabila hanya ditujukan untuk menambah teman dan wawasan
baru,” jelasnya.
Selanjutnya, beliau juga mengatakan bahwa sebagai makhluk sosial, bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Bahkan dimasa pandemi sekalipun, karena ke butuhan tersebut tidak dapat terpenuhi secara fisik, akhirnya orang-orang pun memenuhi ke butuhan tersebut secara online melalui media sosial.
“Terutama pada usia remaja atau dewasa awal, karena tugas dari perkembangan remaja ada lah mencari teman, memperluas relasi, eksplorisasi diri, bahkan memiliki ketertarikan kepada la wan jenis hingga keinginan memi liki pasangan, jadi penggunaan aplikasi dating atau semacamnya sah-sah saja kok,” jelasnya.
Kemudian beliau menambah kan bahwa penggunaan aplikasi kencan juga dapat melatih diri seorang remaja agar lebih berha ti-hati dan bijak dalam mengam bil keputusan.
“Dari banyaknya kasus-kasus yang terjadi, kita bisa mengambil hikmahnya ya untuk lebih ber hati-hati dalam menggunakan aplikasi tersebut. Kalau hanya in gin mencoba tidak masalah, tapi kalau memang ingin serius se baiknya ajak orang lain yang me mang dipercaya untuk berdiskusi, memberi masukan dan pendapat, juga menemani apabila memang ingin bertemu secara langsung,” pesannya =
Ekspresi
Diana, Muli Pecinta Budaya Lampung
Oleh : Antuk Nugrahaning Pangeran dan Asri HandayaniCap mengenai “Kota Begal” yang akrab dikaitkan den gan Lampung terdengar tidak nyaman di telinga per empuan berusia 22 tahun ini. Diana Marta Irawan (PPKN’19) berkeinginan untuk mengang kat dan melestarikan nilai-nilai Lampung untuk menggeser stig ma negatif itu. Menurutnya, saat ini kebudayaan Lampung telah mengalami krisis, khususnya di kalangan muda. Begitu pula nilai-nilai kehidupan, tidak lagi dimaknai seperti seharusnya.
“Banyak orang melihat piil pesenggiri itu gengsi, padahal sebenarnya piil pesenggiri itu bu kan sekedar gengsi yang distig makan oleh masyarakat, tapi itu adalah prinsip kehidupan yang baik isi-isinya dan nilai-nilainya,” katanya.
Perempuan yang mengi dolakan Oki Setiana Dewi ini, merasa sangat tertarik dengan budaya yang ada di Lampung. Hidup di lingkungan dengan keberagaman dan masyarakat yang kurang peka terhadap po tensi daerah, justru semakin memicu semangat dirinya untuk melek terhadap eksistensi kebu dayaan. Menurutnya, jika nilainilai budaya Lampung bisa eksis dan dipahami oleh masyarakat, tentu stigma negatif mengenai Lampung akan hilang.
“Kalo kita ketemu orang yang prinsipil Lampung banget, mereka itu kalau mau melaku kan kejahatan itu, ngeliat piil pe senggiri mereka pasti malu sih,” katanya.
Diana memanfaatkan peran nya sebagai mahasiswa untuk mengenalkan budaya Lampung dalam berbagai perlombaan. Lahir dari keluarga Lampung, membuat Diana tak
sulit baginya menemukan hal yang bisa diangkat di perlombaan. Namun, sebelumnya ia mengaku kesulitan untuk mengimplemen tasikan ide kreatifnya karena minim mendapat informasi ten tang perlombaan yang bisa ia ikuti. Diana juga bercerita bahwa dirinya sering kali mengalami kegagalan di berbagai perlom baan. Tekad dan keinginan yang kuat bisa membuat dirinya terus belajar.
“Dari semester satu semes ter dua itu aku selalu gagal, kayaknya nggak pernah menang dari yang aku cobain, jadi ng gak langsung spontanitas, per lu melalui proses yang panjang buat bisa implementasiin ini,” ucapnya.
Dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2021, Diana dan timnya mengangkat kearifan lokal berupa hukum adat Lampung dengan judul ‘Hukum Adat Megou Pak Tulang Bawang sebagai Preventif Ke hamilan di Luar Nikah pada Mas yarakat Tulang Bawang’. Diana menjelaskan bahwa Megou Pak Tulang Bawang memuat nilainilai yang bisa diangkat dan dise barkan ke anak muda. Menurut nya, hukum adat ini sangat rele van untuk upaya-upaya pence gahan kehamilan di luar nikah.
“Karena ternyata mereka itu mempunyai hukum adat yang sangat prinsipil begitu, cuma sayang itu kurang terangkat, apalagi untuk remaja-remaja disana,” jelasnya.
Di tahun yang sama, dirinya kembali memperkenalkan ke arifan Lampung dalam Program Mahasiswa Wirausaha (PMW). Bersama timnya, Diana men gangkat inovasi berupa Hijab Ta pis daerah Pesawaran Dirinya ingin mengubah paradigma Tapis yang selama ini dianggap hanya dapat digunakan untuk acara-acara besar. Hijab Tapis menunjukkan bahwa Tapis juga bisa dipakai oleh anak muda se bagai sesuatu yang fashionable.
“Kita buatkan saja tapisnya yang bahannya bukan bahan biasa, tapi bahan gliter, bisa dipakai buat kondangan ibaratnya gitu, lebih elegan dan lebih modis lagi,” ka tanya.
Saat ini, Diana dan tim nya masih melakukan pe masaran Hijab Tapis den gan sistem open pre-or der. Dia juga berharap bisa membuat usahanya menjadi usaha yang lebih besar. Untuk menambah nilai kebermanfaatan dalam usaha ini, Tapis yang dipakai adalah tapis buatan pengra jin-pengrajin Tapis asli dari
Pesawaran.
“Ini bukan untuk kepentingan pribadi gitu, tapi juga tujuan nya adalah supaya meningkat kan perekonomian masyarakat yang ada di Desa Pesawaran itu, untuk lebih giat lagi mere ka menenun tapisnya gitu ya,” ujarnya.
Tak hanya itu, di bulan April lalu, Diana dengan timnya yang berjumlah enam orang juga menjuarai perlombaan interna sional. Timnya berhasil meraih medali perak dalam ajang Inter national Youth Business Compe tition (IYBC) dengan mengang kat pengembangan UMKM (Us aha Mikro Kecil dan Menengah) daerah Pesawaran. Ide yang diajukan dalam perlombaan ini adalah bagaimana meningkat kan penjualan dan meningkat kan pendapatan masyarakat setempat.
“Kita fokusnya untuk olah an dari stik ubi, itu diinovasikan rasa, packaging , dan pemasa rannya agar meningkatkan pen jualan,” ujarnya.
Selain mengenalkan Lam pung di berbagai perlombaan, Diana juga aktif bergabung da lam komunitas kedaerahan ber nama Balik Lampung. Lewat ko munitas ini, Diana menemukan teman-teman yang mempunyai visi yang sama, yaitu menja dikan Lampung lebih baik lagi. Diana bercerita, dalam waktu dekat dia bersama komuni tasnya akan menulis buku anta logi bertajuk “Sejuta Asa untuk Lampung”.
“Sifatnya kita nulis barengbareng, tujuannya buat mewa dahi seluruh pemuda Lampung terkait hal-hal soal Lampung. Tapi tidak menutup kemungkinan juga kalau mereka mau share cerita terkait apa saja yang mereka alami dan lihat di Lam pung,” jelasnya.
Baginya, melestarikan bu daya itu tidak bisa dipaksakan ke orang lain, khususnya ke pemu da yang mulai awam terhadap kearifan lokal. Ditambah, kema juan teknologi membuat budaya barat semakin digandrungi para pemuda. Diana berharap dirinya bisa mengkampanyekan dan menjadi contoh bagi pemuda untuk melestarikan kebudayaan. Dia juga selalu menanamkan un tuk tidak merasa malu terhadap budaya.
“Untuk saat ini tuh yang bisa aku lakukan itu, dari diri aku sendiri, nggak under estimate sama budaya Lampung, terus nggak malu misalnya pakai hi jab dengan lis tapis. Kita cuma bisa ngasih contoh, aku nih ngga malu nih pakai Hijab Tapis, kayak gitu sih,” pungkasnya =
Pojok
Silvia Agustina Pemimipin Redaksi Cetak
Si Paling Harapan Bangsa
20 Mei ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati tiap tahunnya. Peringatan ini tak lepas dari peran intelektual dan tokoh nasional, termasuk Boedi Oetomo yang menyulut semangat menuju kemerdekaan. Tanpa disadari, salah satu Kebijakan Politik Etis dari Belanda di bidang eduka si kala itu, menciptakan perkembangan pendidikan bagi kaum bumiputera, yakni dengan lahirnya tokoh-tokoh intelektual yang menggagas pergerakan nasional.
Boedi Oetomo sebagai organisasi pelajar yang mampu memantik api perjuangan di era itu. Organisasi ini pun turut mengubah sifat perjuangan yang kedaerahan menjadi bersifat nasional, juga mengubah perjuangan yang awalnya dilakukan secara fisik menjadi perjuangan secara diplomatis. Boedi Oeto mo adalah bukti atas karsa pelajar yang menunaikan perannya sebagai intelektual.
Agent of change, social control, moral force, guardian of value, dan iron stock. Begitulah peran yang harus mahasiswa emban di masyarakat, sebagaimana dikemukakan oleh para pakar. Mahasiswa, dipandang sebagai orang yang harus punya value atau nilai lebih dari seseorang yang menyandang gelar siswa. Peran nyatanya dinantikan masyarakat sebagai peng harapan atas masa depan bangsa. Sebab masyarakat punya paradigma bahwa mahasiswa adalah tolak ukur atau cerminan atas kondisi masa depan negaranya.
Sebagai agen perubahan, mahasiswa laiknya menjadi kader pemberdayaan yang punya peran dalam pembangunan. Tak hanya itu, ia pun dituntut sebagai pengamat dan pelaku kontrol sosial yang meliputi kontrol masyarakat, kontrol bu daya, dan kontrol individu sehingga mampu menutup cel ah-celah kezaliman. Tak jarang sifat kritisnya mampu membuat gebrakan perubahan yang besar, juga sering kali membuat pe jabat pemerintahan yang tak kompeten menjadi geram.
Lantas bagaimana dengan mahasiswa kini, bagaimana dengan pengimplementasian peran intelektual kini sebagai agen perubahan, kontrol sosial, penguat moral, penjaga nilai, dan generasi penerus?. Silakan amati di lingkup kampusmu, bagaimana persentasenya. Mungkin banyak yang berlaku laiknya intelektual menunaikan perannya, namun tak bisa dipungkiri banyak juga yang hanya diam dan apatis melihat masalah sosial di lingkup kampusnya sekalipun. Terkadang hanya terpaku mengais akademik, hanya mau mempelajari teori-teori di bangku kuliah, menutup diri dengan masyarakat dan mengubur ilmu pengetahuan hanya untuk dirinya sendiri. Padahal menunaikan peran mahasiswa di masyarakat adalah suatu keharusan. Jikalau begini, lantas harapan seperti apa yang pantas disematkan ke pundak mahasiswa?
Mahasiswa adalah iron stock, calon pemimpin. Masyarakat menanti penggawa Boedi Oetomo muda. Ada ungkapan yang dituturkan oleh Ir. Soekarno, “Beri aku 1000 orang tua, niscaya kan ku cabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia”. Apakah yang dimaksud adalah pemu da apatis yang tak mau menjalankan perannya di masyarakat? tentu bukan. Bangsa ini butuh intelektual yang mampu men jadi agen perubahan, penjaga nilai, penguat moral, kontrol sosial, dan calon pemimpin. Teruslah tunaikan peranmu meski sulit. Teruslah menyuarakan kebenaran meski acap kali di bungkam=
Tetap Berpikir Merdeka!